ABSTRAK Pembuatan Buku Cerita Anak Sebagai Pembelajaran Aksara Jawa Melalui Cerita Aji Saka Dengan Metode Pop Up Yefune Eka Putra (2008) Program Studi S1 Desain Komunikasi Visual, STIKOM
Tujuan pembuatan buku cerita anak ini agar menimbulkan semangat mereka dalam menyukai peninggalan budaya Jawa mereka terutama aksara Jawa. Selanjutnya pembuatan buku ini dilakukan dengan cara wawancara, observasi, kepustakaan dan studi existing yang berguna untuk menentukan konsep perancangan. Dari hasil analisis tersebut maka diperoleh tema konsep perancangan yaitu chronical. Di dalam konsep tersebut merupakan bagian besar dari tema pembuatan buku ini, baik dari cerita, karakter, model pakaian yang mereka gunakan dan sebagainya. Hasil pembuatan buku ini diharapkan dapat memicu pemikiran para pembuat buku cerita untuk menyenangi serta melestarikan budaya-budaya di Indonesia yang kini telah menghilang karena ditelan oleh jaman. Kata Kunci: Pembuatan Buku Cerita, Pop Up, Cerita Aji Saka, Hanacaraka
Selama
ini,
sebagian
anak
media
pembelajaran.
cerita
hiburan
yang
kurang tertarik dengan buku cerita
merupakan
yang hanya menampilkan tulisan saja,
mendidik bagi anak–anak. Menurut
khususnya buku cerita tentang aksara
Ridwan,
Jawa.
maksimal memiliki daya ingat yang
tersebut,
Berangkat
dari
perancangan
dengan
metode
relevan
untuk
persoalan
otak
yang
berkembang
cerita
baik dan kuat. Tetapi hal tersebut
up
menjadi
hanya dapat dicapai dengan latihan
digunakan
sebagai
rutin di bawah pengawasan orang
pop
buku
sarana
Buku
tuanya
Cerita singkat asal-usul tentang
(http://edukasi.kompasiana.com/2011/
kemunculan aksara Jawa ini bermula
01/31/melatih-daya-ingat-anak).
pada kisah Ajisaka. Aksara Jawa ini
Berbicara mengenai pendidikan
diciptakan
oleh
Ajisaka
untuk
di negeri ini memang tidak akan
mengenang kedua abdinya yang setia.
pernah
Dikisahkan
ada
habisnya.
Pendidikan
Ajisaka
hendak
pergi
adalah usaha sadar dan terencana
mengembara, dan ia berpesan pada
untuk
seorang abdinya
mewujudkan
sarana
yang setia agar
pembelajaran agar peserta didik secara
menjaga keris pusakanya dan mewanti-
aktif mengembangkan potensi dirinya
wanti: janganlah memberikan keris itu
sehingga dapat memiliki pengendalian
pada
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
sendiri: Ajisaka. Setelah sekian lama
mulia
yang
mengembara, di negeri perantauan,
diperlukan oleh dirinya, masyarakat,
Ajisaka teringat akan pusaka yang ia
bangsa dan Negara. Suatu kebanggaan
tinggalkan
di
dari bangsa Indonesia yaitu berbagai
Maka
pun
macam budaya dan adat istiadat
abdinya yang lain, yang juga setia,
terdapat di dalamnya yang patut kita
agar dia pulang dan mengambil keris
pelajari
Indonesia
pusaka itu di tanah leluhur. Kepada
seiring
abdi yang setia ini dia mewanti-wanti:
tersebut
serta
agar
keterampilan
kekayaan
tidak
luntur
orang lain,
ia
kecuali
tanah
kelahirannya.
mengutus
sekali-kali
dirinya
seorang
berkembangnya dunia pendidikan saat
jangan
kembali
ke
ini (http://wulanfj.blogspot.com/).
hadapannya kecuali membawa keris
pusakanya. Ironisnya, kedua abdi yang
visualisasi cerita yang lebih menarik.
sama-sama setia dan militan itu,
Mulai dari tampilan gambar yang
akhirnya harus berkelahi dan tewas
terlihat
bersama: hanya karena tidak ada
gambar yang dapat bergerak ketika
dialog di antara mereka. Sebenarnya
halaman–halamannya
keduanya mengemban misi yang sama:
bagiannya digeser, bagian yang dapat
yaitu
berubah
memegang
teguh
amanat
lebih
memiliki
bentuk,
dimensi,
dibuka
memiliki
atau
tekstur
junjungannya dan lebih ironis lagi,
seperti benda aslinya bahkan beberapa
kisah tragis tentang dua abdi yang setia
ada yang dapat mengeluarkan bunyi.
ini selalu berulang dari jaman ke
Landasan Teori
jaman,
Bahasa Jawa
bahkan
dari
generasi
ke
generasinya.
Adi Sumarto (dalam Suharti,
(http://catatanrenungan.blogspot.com/2
2001:
007/08/pengguna-internet-dibayar-
“unggah-ungguh bahasa Jawa adalah
dari-agloco.html)
adat sopan santun, etika, tatasusila, dan
Metode pop up yang merupakan
tata
69)
krama
menyatakan
berbahasa
Jawa.”
sebuah buku memiliki bagian yang
Berdasarkan
dapat bergerak atau memiliki unsur 3
nampak bahwa unggah-ungguh bahasa
dimensi. Sekilas pop up hampir sama
Jawa atau sering disebut tingkat tutur
dengan origami dimana kedua seni ini
atau undha usuk basa tidak hanya
mempergunakan teknik melipat kertas.
terbatas
Buku pop up dapat memberikan
bertutur (bahasa Jawa ragam krama
pada
pengertian
bahwa
tingkat
tersebut
kesopanan
dan ngoko) saja, namun di dalamnya
keris pusaka itu di tanah leluhur.
juga terdapat konsep sopan santun
Kepada abdi yang setia ini dia
bertingkah laku atau bersikap.
mewanti-wanti:
Aksara Jawa
kembali
ke
jangan
sekali-kali
hadapannya
kecuali
Cerita singkat asal-usul tentang
membawa keris pusakanya. Ironisnya,
kemunculan aksara Jawa ini bermula
kedua abdi yang sama-sama setia dan
pada kisah Ajisaka. Aksara Jawa ini
militan itu, akhirnya harus berkelahi
diciptakan
dan tewas bersama hanya karena tidak
oleh
Ajisaka
untuk
mengenang kedua abdinya yang setia.
ada
Dikisahkan
Sebenarnya
Ajisaka
hendak
pergi
dialog
di
antara
keduanya
mereka.
mengemban
mengembara, dan ia berpesan pada
misi yang sama: yaitu memegang
seorang abdinya
yang setia agar
teguh amanat junjungannya dan lebih
menjaga
pusakanya
dan
ironis lagi, kisah tragis tentang dua
mewanti-wanti: janganlah memberikan
abdi yang setia ini selalu berulang dari
keris itu pada orang lain, kecuali
jaman ke jaman, bahkan dari generasi
dirinya sendiri: Ajisaka. Setelah sekian
ke
lama
(https://gantharwa.wordpress.com/200
keris
mengembara,
perantauan,
Ajisaka
di teringat
negeri akan
pusaka yang ia tinggalkan di tanah
generasi
7/11/07/hanacaraka/). Illustrasi Yang Memikat Perhatian
kelahirannya. Maka ia pun mengutus
Pengertian ilustrasi secara luas
seorang abdinya yang lain, yang juga
tidak terbatas pada gambar dan foto.
setia, agar dia pulang dan mengambil
Ilustrasi bisa berupa garis, bidang dan
bahkan susunan huruf bisa disebut
gambar yang dapat bergerak ketika
ilustrasi.
grafis
halamannya dibuka atau bagiannya
Amerika, Herb Lubalin, sangat dikenal
digeser hingga bagian yang dapat
dunia
berubah
Seorang
karena
desainer
kepiawaiannya
bentuk.
Buku
ini
mengeksploitasi bentuk huruf sebagai
memberikan
ilustrasi (Rahmat Supriyono, 2010).
setiap
Buku Cerita Bergambar
mengundang
Pengertian Buku Bergambar
halamannya dibuka (Sabuda, Okcit hal
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu yang pertama buku
kejutan-kejutan
juga
halamannya
yang
ketakjuban
dalam dapat ketika
1 di dalam Hiner). Metode flip up
yang digunakan untu menggambar
Flip up books adalah sebuah
sesuatu dan yang kedua yaitu buku
buku yang halaman dalam urutan
yang berisi tentang gambar cetak.
animasi yang diambil, pada pada suatu
(Ensiklopedi Nasional Indonesia ; Jilid
waktu, pada setiap halaman dan ketika
7, tahun 2004).
membalik
Metode pop up
gambar tampaknya bergerak, sama
halaman
dengan
cepat,
Buku pop up adalah buku yang
seperti jika mereka akan difilmkan.
memiliki bagian yang dapat bergerak
Buku flip adalah salah satu bentuk
atau berunsur 3 dimensi. Buku pop-up
yang
memberikan visualisasi cerita yang
bergantung pada prinsip yang sama
lebih menarik. Tampilan gambar yang
penipuan visual yang bodoh mata
terlihat
dengan berpikir bahwa serangkaian
lebih
memiliki
dimensi,
paling
dasar
dari
animasi,
gambar, yang disajikan dalam urutan
informasi
yang cukup cepat, akan menciptakan
memperoleh
ilusi gerak yang sebenarnya.
mendukung. Teknik pengumpulan data
(http://animation.about.com/od/glossar
dilakukan dengan cara wawancara,
yofterms/g/flipbook_def.htm)
observasi, existing, kepustakaan.
Cerita Aji Saka
Konsep
Aji
Saka
mendalam data-data
guna yang
seorang
Sesudah melakukan wawancara
kesatria yang sakti mandraguna dari
dan mencari literatur yang ada maka
daerah
Indonesia.
data yang didapat dapat diproses untuk
masyarakat
menghasilkan konsep, sinopsis dan
Jawa
Menurut
adalah
secara
Tengah,
kepercayaan
setempat, Aji Saka merupakan orang
storyboard.
yang kali pertama menciptakan aksara
Tema pada pembuatan buku ini
Jawa yang dikenal dengan istilah
yaitu chronical yang mempunyai arti
dhentawyanjana atau carakan. Aji
babad.
Saka
peninggalan budaya yang patut kita
menciptakan
aksara
Jawa
Aksara
Jawa
merupakan
tersebut ketika ia mengenang peristiwa
lestarikan, konsep chronical
matinya
dimasukkan ke dalam desain buku
pengikutnya
yang
setia.
yang
(http://ceritarakyatnusantara.com)
yang memiliki arti sebuah rentetan
Metodologi
kejadian dalam sebuah sejarah. Di
Jenis
dalam
dalam buku tersebut mengisahkan
penelitian ini adalah kualitatif. Metode
tentang Aji Saka yang semula hanya
ini
menjadi
dipilih
metodologi
untuk
mendapatkan
pengembara
sampai
dia
menjadi raja dari kerajaan Medang
Pada
bagian
cover
terdapat
Kawulan. Sentuhan warna baju, jenis
karakter Aji Saka dengan background
baju yang dikenakan mengesankan
suasana yang berada di pegunungan.
kewibawaan dari Aji Saka itu sendiri
Suasana
yang dulu dirinya menjadi pengembara
petualangan Aji Saka yang akan
dan setelah itu dia menjadi raja, serta
mengembara bersama abdinya dan
background yang digunakan seperti
juga salah satu abdinya yaitu Sembada
dinding-dinding kerajaan yang masih
yang menjaga keris titipan dari Aji
menggunakan batu bata dan adanya
Saka.
tersebut
menggambarkan
unsur kayu membuat suasana pada saat
Halaman cover berisi tentang
itu seperti apa yang digambarkan pada
kata ajakan yang diharapkan mampu
buku cerita ini. Sandal dan keris yang
menarik minat pembaca. Hal ini
digunakan
yang
karena targeting dari pembaca buku
sekarang tidak kita sering jumpai
ini adalah anak-anak berusia 6-12
dimunculkan
membantu
tahun. Selain itu, karakter-karakter
memunculkan kesan sejarah dari cerita
tokoh dijelaskan di halaman awal buku
itu sendiri.
ini antara lain ayah dari Aji Saka , dua
Implementasi Desain
abdinya yaitu Dora dan Sembada serta
oleh
Aji
untuk
Saka
Dari sketsa desain terpilih pada masing-masing
media
diimplementasikan sebagai berikut:
Prabu Dewata Cengkar. Ilustrasi
berikutnya
yang
diberikan pada halaman ini terdapat 4 karakter yang ada yaitu Aji Saka,
Dora, Sembada dan Ayah dari Aji
bagian
Saka. Disini diceritakan Aji Saka
karakter yang hidup yaitu dengan cara
pamit
diberikan sentuhan pop up kepada
kepada
bapaknya
untuk
mengembara bersama dengan Dora.
Sembada
Aji
Saka untuk
yang
meminta
menjaga
keris
untuk
memunculkan
sang kakek.
Pada gambar ilustrasi ini terlihat tangan
ini
Setelah Aji Saka menyingkirkan perampok itu, Aji Saka penasaran mengapa sang kakek berada ditempat
miliknya. Sembada harus menjaga
seperti ini. Ternyata
keris tersebut dan dia harus mematuhi
melarikan diri dari desanya karena
perintah dari Aji Saka karena keris
Prabu
tersebut hanya Aji Saka yang boleh
mengancam penduduk desa.
mengambilnya. Halaman
Dewata
sang kakek
Cengkar
sedang
Akhirnya Aji Saka dan Dora berikutnya
sampai ke kerajaan Prabu Dewata
menjelaskan tentang Aji Saka memulai
Cengkar,
dapat
perjalanannya mengembara bersama
background yang ada terdapat suasana
Dora. Di jalan mereka mendapati
pintu masuk ke kerajaan dan diujung
seorang kakek yang sedang dirampok
jalan terdapat sebuah kerajaan yang
oleh 3 orang penyamun.
menakutkan
yang
dilihat
dalam
dilambangkan
dengan adanya kelelawar yang keluar Halaman
berikutnya
dari dalam kerajaan tersebut.
menjelaskan tentang seorang kakek
Suasana yang digambarkan pada
yang ditolong oleh Aji Saka. Pada
background pada halaman berikutnya
membuat kesan dari tempat Prabu Dewata
Cengkar
sangat
jatuh ke jurang, wujud aslinya pun
tengkorak
keluar yaitu seekor buaya putih. Itulah
yang terdapat pada sekitar singgasana
sebabnya mengapa dia suka memakan
dari Prabu Dewata Cengkar.
daging manusia.
menyeramkan.
Sama
tersebut
Setelah Prabu Dewata Cengkar
Terdapat
halnya
pada
halaman
Aji
Saka
kali
ini
yang
sebelumnya, Prabu Dewata Cengkar
menduduki tahta kerajaan Medang
menjadi point of interest pada halaman
Kawulan setelah meninggalnya Prabu
ini. Prabu Dewata Cengkar yang
Dewata Cengkar.
mengukur panjang dari surban milik
Kedua abdi dari Aji Saka pun
Aji Saka yang tidak ada habisnya
bertemu kembali, suasana pedesaan
membuat dia kesal, menggrutu dalam
beserta
pikirannya
suasana yang asri dengan ditambahkan
yang
dituangkan
pada
balon kata yang disediakan secara teknik flip up pula.
pegunungan
pepohonan di sekitar desa. Pada bagian halaman ini terlihat Sembada
Aji Saka berhasil mengelabuhi Prabu
Dewata
kesaktiannya
Cengkar
dan
dengan
akhirnya
dia
mendorong Prabu Dewata Cengkar ke dalam jurang.
memberikan
dan
pertarungannya
Dora yang
memulai dikarenakan
mereka bertanggung jawab atas tugas mereka masing-masing. Action kedua yaitu Dora yang melakukan
tendangan
ke
arah
Sembada yang menjadikan bagian ini
usul dari aksara Jawa itu sendiri dari
cocok untuk di pop up.
mana.
Pada
akhirnya
pun
mereka
1. Pada
pembuatan
buku
ini,
berdua meninggal, diilustrasikan kedua
diperlukan font sebagai pendukung
abdi dari Aji Saka itu pun tergeletak
penulisan Hanacaraka maka dari
tak berdaya.
itu pembuatan buku cerita ini tidak
Pada bagian ini bukanlah akhir
hanya memerlukan nara sumber
dari kisah Aji Saka akan tetapi inilah
dari cerita Aji Saka itu sendiri
awal mula munculnya askara Jawa.
tetapi juga memerlukan font untuk
Pada cover belakang ini terdapat arti dari tiap aksara Jawa tersebut dan terdapat Prabu Dewata Cengkar di dalamnya.
membuat aksara Jawa itu sendiri. 2.
Penggunaan metode pop up akan berguna bagi perangsang otak anak
sebagai
daya
imajinasi
apabila membaca serta ikut hanyut Kesimpulan Pembuatan buku pembelajaran aksara Jawa melalui cerita Aji Saka dengan menggunakan metode pop up ini bertujuan untuk memunculkan minat dari anak-anak pada usia 6-12 tahun agar mereka mengetahui asal
ke
dalam
Penggunaan sebagai
buku metode
pendukung
cerita flip
ini. up
pop up
dengan melihat dari kompetitor yang
ada
serta
mempertimbangkan
kekuatan,
kelemahan, ancaman
kesempatan dapat
dan
membantu
terciptanya buku cerita sebagai pembelajaran aksara Jawa melalui cerita Aji Saka dengan metode
Samsuni. 2009. Aji Saka: Asal Mula Huruf Jawa. Diakses 21 Maret 2012 dari http://ceritarakyatnusantara.com/ id/folklore/176-Aji-Saka-AsalMula-Huruf-Jawa/10#
pop up.
Daftar Pustaka Hiner, M. (2002). A short history of pop-ups. Diakses Januari 6, 2012 dari (http://www.markhiner.co.uk/his tory-text.htm) Kusumah, Wijayah. 2011. Melatih Daya Ingat Anak. 20 Februari 2012. http://edukasi.kompasiana.com/2 011/01/31/melatih-daya-ingatanak Nugroho,
E.
2004.
Ensiklopedi
Sanders, Andrien-Luc. (tanpa tahun). Flip Book. Diakses 20 Maret 2012 dari (http://animation.about.com/od/g lossaryofterms/g/flipbook_def.ht m)
Suharti. 2001. Pembiasaan Berbahasa Jawa Krama dalam Keluarga Sebagai Sarana Pendidikan Sopan Santun. Makalah Konggres. Yogyakarta: Konggres Bahasa Jawa III. Supriyono, Rakhmat. 2010. Desain Komunikasi Visual Teori dan Aplikasi. Yogjakarta: Andi Yogjakarta.
Nasional Indonesia ; Jilid 7.
Purnomo, Wulan Andang. 2010. Definisi pendidikan. Diakses 21 Februari 2012 dari (http://wulanfj.blogspot.com/).
Sutopo, Yohanes. 2007. Aksara Jawa Ha-na-ca-ra-ka dan ketakutan orang Jawa akan Disharmoni. Diakses Februari 26, 2012 dari http://catatanrenungan.blogspot.c om/2007/08/pengguna-internetdibayar-dari-agloco.html)