Seminar Nasional Pendidikan IPA-Biologi FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 28 September 2016
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KONSEP MOL MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)DI KELAS X-6 SMAN 8 KOTA TANGERANG SELATAN Aida Nadia1, Dedi Irwandi2, Erika Susianti3 1,2
Program Studi Pendidikan Kimia, FITKUIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3 SMAN 8 Kota Tangerang Selatan Email koresponden:
[email protected] Abstrak
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), yang dilaksanakan dalam dua siklus penelitian. Tahapan penelitian dalam tiap siklus meliputi perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi, soal diskusi kelompok dan soal akhir siklus. Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas X-6 SMAN 8 Kota Tangerang Selatan tahun pelajaran 2015/2016, dengan jumlah siswa 35 yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT). Adapun indikator keberhasilan yang dicapai KKM adalah ≥75. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I adalah sebesar 54,29% dengan nilai rata-rata 71,7. Sedangkan persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 82,86% dengan nilai rata-rata 86,7. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata Kunci: penelitian tindakan kelas (PTK); numbered head together (NHT); konsep mol, hasil belajar siswa Abstract The method used in this research is classroom action research (PTK). which is conducted in two cycles of research. Stages of research in each cycle includes planning, action, observation, and reflection. The research instrument used is the observation sheet, group discussions and questions about the end of the cycle. Subjects in the study were students of class X-6 SMAN 8 South Tangerang City in the academic year 2015/2016, the number of 35 students consisting of 13 male students and 22 female students. This study aims to improve student learning outcomes through learning model Numbered Heads Together (NHT). The indicators of success achieved KKM is ≥75. The result showed that the percentage of completeness of student learning outcomes in the first cycle is equal to 54.29% with an average value of 71.7. While the percentage of completeness of student learning outcomes on the second cycle increased to 82.86% with an average value of 86.7. From these results it can be concluded that the learning model Numbered Head Together (NHT) can improve student learning outcomes. Keywords: class action research; numbered head together (NHT); concept mole; learning outcomes students
PENDAHULUAN “Pembelajaran adalah suatu pemrosesan informasi yang dinyatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman seseorang” (Huda, 2014). Hal ini sesuai dengan tujuan akhir
pembelajaran yaitu menghasilkan siswa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi kelak di masyarakat (Wena, 2014). Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar
Copyright © 2016, ISBN 978-602-73551-0-8
Aida N., Dedi I., Erika S.
terlaksana secara efektif dan efisien. Perencanaan pembelajaran dapat dituangkan dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang terdiri dari komponenkomponen sebagai berikut: identitas mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar (Rusman, 2010). Standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran telah ditetapkan oleh pemerintah. Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dapat tercapai pada setiap kelas atau semester. Sementara kompetensi adalah kemampuan dasar yang harus dikuasai para siswa pada tahap pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Kemampuan dasar ini akan dijadikan sebagai landasan melakukan proses pembelajaran dan penilaian siswa. Kompetensi merupakan target, sasaran, dan standar. Menyampaikan materi pelajaran kepada siswa penekanannya adalah ketika tercapainya sasaran atau tujuan pembelajaran (Yamin, 2003). Dalam proses pembelajaran, guru memiliki peran dalam mengajar. Unsur terpenting dalam mengajar ialah merangsang serta mengarahkan siswa belajar. Mengajar pada hakikatnya tidak lebih dari sekedar menolong para siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, serta ide dan apresiasi yang menjurus kepada perubahan tingkah laku dan pertumbuhan siswa. Cara mengajar guru yang baik merupakan kunci dan prasyarat bagi siswa untuk dapat belajar dengan baik. Salah satu tolak ukur bahwa siswa telah belajar dengan baik ialah tercapainya indikator hasil belajar yang diinginkan (Ibnu Badar, 2014).
Pada kenyataannya, sebagian besar pola pembelajaran masih bersifat transmitif. Pengajar mentransfer konsep secara langsung ke peserta didik. Akibatnya, siswa secara pasif menyerap struktur pengetahuan yang diberikan guru atau yang terdapat dalam buku pelajaran. Pembelajaran hanya sekedar penyampaian fakta, konsep, prinsip, dan keterampilan kepada siswa. Guru yang efektif ialah guru yang menemukan cara dan selalu berusaha agar anak didiknya terlibat secara tepat dalam suatu mata pelajaran, presentasi waktu belajar akademis yang tinggi dan pelajaran berjalan tanpa menggunakan teknik yang memaksa, negatif, atau hukuman (Ibnu Badar, 2014). Guru seharusnya memberdayakan otak siswa dengan cara melakukan pembelajaran dalam suasana ramah lingkungan, menuntut siswa untuk memecahkan masalah, berpikir kreatif, berpikir kritis, dan belajar mandiri (Yamin, 2003). Pembelajaran tersebut berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang berhubungan dengan fungsi kognitif. Perkembangan fungsi kognitif ini dipengaruhi oleh empat faktor yaitu lingkungan fisik, kematangan, pengaruh sosial dan proses pengaturan diri. Dalam materi konsep mol siswa dituntut untuk dapat menghitung jumlah mol suatu zat sehingga dapat menghitung perhitungan kimia lainnya. Materi konsep mol ini menuntut pemahaman siswa dalam memecahkan masalah perhitungan. Siswa akan mengalami kesulitan dalam belajar jika hanya mendengarkan penjelasan guru saja. Oleh karena itu, siswa harus memberdayakan otaknya dalam proses pembelajaran. Jadi, tidak hanya mendengarkan saja melainkan siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. Hasil wawancara dengan guru kimia di SMAN 8 Kota Tangerang Selatan, berbicara
|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,113-119 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8
Peningkatan Hasil Belajar Siswa melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
bahwa berdasarkan pengalamannya dari tahun ke tahun banyak siswanya yang sulit memahami pokok bahasan konsep mol dan perhitungan kimia. Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka dipilihlah materi pembelajaran yang akan dibahas yaitu tentang konsep mol. Pada tahun pelajaran ini (2015/2016) di kelas X6, nilai Ulangan Harian (UH) 1 siswa dengan materi daya hantar larutan, persamaan reaksi, redoks dan tata nama senyawa kimia sangat rendah dan hanya sedikit yang mencapai KKM yaitu hanya 21,95%. Rata-rata nilai UH siswa adalah 59, sementara nilai minimal yang harus dicapai siswa adalah 75. Nilai tersebut sangat jauh dari target yang harus dicapai siswa. Hal ini dikarenakan kurangnya perhatian siswa pada proses pembelajaran di kelas, seperti yang telah diamati oleh peneliti di kelas tersebut yaitu masih terdapatnya siswa yang mengobrol dan bermain sendiri. Oleh karena itu, perlu diterapkan metode yang dapat membuat siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Hal ini dikarenakan dengan peran aktif siswa, diharapkan siswa tersebut dapat lebih mengerti dan memahami materi yang sedang dipelajari, serta perhatian siswa akan terfokus pada kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Metode pembelajaran yang menuntut peran aktif siswa diantaranya adalah metode kerja kelompok dan diskusi. Metode kerja kelompok ini tercakup dalam suatu model pembelajaran cooperatif learning. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pengajaran yang baik di dalam kelompok kecil dengan siswa yang memiliki tingkat keahlian berbeda, menggunakan ragam aktivitas untuk meningkatkan pemahaman siswa pada sebuah subyek (mata pelajaran) (Zulfiani, Feronika dan Suartini, 2009). Kemampuan siswa akan berkembang jika ada lingkungan model pembelajaran yang memadai (Jensen, 2011).
Terdapat beberapa macam model pembelajaran yang termasuk pada cooperative learning salah satunya model pembelajaran Numbered Head Together (NHT). Model NHT merupakan suatu model yang di dalamnya skor kelompok dipertanggungjawabkan oleh setiap individu, sehingga siswa lebih termotivasi dalam belajar, antusias dan kerjasama. Pada saat pembelajaran pun, siswa berpartisipasi aktif atau terlibat langsung pada kegiatan pembelajaran, sehingga siswa tidak mengalami kejenuhan (Zulfiani, Feronika dan Suartini, 2009). Dengan berbagai pertimbangan berdasarkan permasalahan yang terjadi, penulis ingin memperbaiki kegiatan pembelajaran kimia di kelas dengan menggunakan model yang menuntut peran aktif siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui penelitian tindakan kelas di SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “ Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Materi Konsep Mol melalui Model Numbered Head Together (NHT) di Kelas X-6 SMAN 8 Kota Tangerang Selatan”. METODE Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu suatu penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru sebagai peneliti dikelasnya atau bersama-sama dengan orang lain. Dalam PTK peneliti merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas melaui suatu tindakan tertentu dalam suatu siklus (Kunandar, 2013). Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas X-6 SMAN 8 Kota Tangerang Selatan semester genap tahun pelajaran 2015/2016, yang berjumlah 41 orang, akan tetapi dalam penelitian
|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,114-119 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8
Aida N., Dedi I., Erika S.
ini yang akan dijadikan subjek penelitian adalah siswa yang mengikuti seluruh siklus penelitian, dan siswa yang mengikuti seluruh siklus penelitian hanya berjumlah 35 orang. Terdiri dari 13 orang siswa laki-laki dan 22 orang siswa perempuan. Subjek penelitian ini diambil dari siswa yang mengikuti kegiatan penelitian siklus I sampai akhir siklus II. Pemilihan subjek penelitian ini berdasarkan pada nilai Ulangan Harian (UH) 1 dengan rata-rata paling rendah yaitu 59 sehingga hanya 21,95% siswa yang mencapai KKM. Proses pembelajaran pada kelas ini berdasarkan observasi yang telah dilakukan masih berpusat pada guru dengan menggunakan metode ceramah sehingga peserta didik hanya menerima pembelajaran secara pasif. Posisi peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai perencana, pelaksana, penafsir data, dan sebagai pelapor hasil penelitian. Peneliti dibantu oleh guru bidang studi dan rekan mahasiswa pendidikan kimia sebagai observer yang menyaksikan dan menilai kinerja peneliti sebagai guru dan kinerja siswa. Hasil intervensi tindakan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah meningkatnya hasil belajar siswa pada konsep mol yang secara langsung dapat terlihat dari hasil tes kemampuan kognitif yang diberikan. Indikator tercapainya penelitian ini diantaranya: 1.
keberhasilan
Meningkatnya hasil belajar siswa kelas X-6 SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan (2015/2016) pada materi konsep mol melalui tes kemampuan kognitif, yakni peningkatannya sebesar 75% siswa yang mengalami ketuntasan belajar dengan nilai ≥ 75 dalam materi konsep mol. Hal ini dikarenakan nilai KKM mata pelajaran kimia pada SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan sebesar 75.
2.
Kinerja guru dan siswa sekurang-kurangnya mencapai kategori baik.
Data dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data tersebut akan dianalisis berdasarkan hasil dari lembar observasi kinerja guru, lembar observasi kinerja siswa dan tes kemampuan kognitif terhadap siswa. Sumber data dalam penelitian ini meliputi siswa, guru, teman sejawat dan kolaborator. Penelitian ini menggunakan instrumen tes dalam bentuk essay. Instrumen ini digunakan untuk mengetahui penguasaan konsep siswa, sehingga dapat diidentifikasi hasil belajar dalam aspek kognitif siswa. Soal tes yang baik bisa didapatkan setelah peneliti melakukan validasi dengan dosen pembimbing dan guru bidang studi kimia. Data penelitian meliputi data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif dianalisis dengan membandingkan persentase ketercapaian setiap indikator pada siklus I dengan siklus II. Data kualitatif dianalisis dengan teknik analisis deskriptif, yaitu uraian deskriptif berdasarkan hasil observasi saat proses kegiatan pembelajaran. Untuk menghitung presentase ketercapaian hasil belajar siswa dapat digunakan rumus sebagai berikut: % hasil belajar jumlah siswa tuntas = x 100% jumlah subjek penelitian Sementara untuk menghitung data observasi kinerja guru dan kinerja siswa digunakan rumus sebagai berikut: % Kriteria kinerja skor yang didapat = x 100% jumlah skor maksimal Selanjutnya data kuantitatif yang didapatkan diinterpretasikan ke dalam beberapa kriteria sebagai berikut:
|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,115-119 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8
Peningkatan Hasil Belajar Siswa melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
Tabel 1. Kriteria Interpretasi Skor (Ridwan, 2010).
Cukup
61% - 80%
Baik
81% - 100%
Sangat Baik
Setelah tindakan pada siklus I selesai dilakukan dan hasil yang diharapkan belum mencapai kriteria keberhasilan yang ditentukan, maka akan ditindaklanjuti dengan melakukan tahapan siklus II melalui perencanaan pembelajaran. Adapun perencanaan tindakannya adalah peneliti mempersiapkan instrumen penelitian lembar observasi kinerja guru, lembar observasi kinerja siswa, dan tes kemampuan kognitif siswa. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pembelajaran dengan penerapan metode Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan prestasi belajar aspek kognitif dan aktivitas siswa. Perbandingan hasil belajar siswa antar siklus dapat disajikan pada tabel dan grafik di bawah ini: Tabel 2. Deskripsi Hasil Belajar Siklus I dan II Nilai Deskripsi Siklus I Siklus II Maksimal 100 100 Minimal 40 39 Rata-rata 71,7 86,7
Gambar 1. Deskripsi Hasil Belajar Siklus I dan II
Gambar 2. Hasil Tes Individu Post-test Siswa Persentase Hasil Observasi Kinerja Guru
41% - 60%
Persentase Hasil Belajar
Kriteria Sangat buruk Buruk
Gambar 3. Hasil Observasi Kinerja Guru
Persentase Hasil Observasi Kinerja Siswa
Angka 0% - 20% 21% - 40%
Gambar 4. Hasil Observasi Kinerja Siswa
|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,116-119 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8
Aida N., Dedi I., Erika S.
Pembahasan Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan dengan subjek penelitian siswa kelas X-6 yang berjumlah 35 orang. Penelitian ini dilakukan pada hari selasa untuk siklus I dan setiap hari kamis pada siklus II, yang dimulai dari tanggal 03 Mei sampai 19 Mei 2016. Setiap siklus pembelajaran dilaksanakan selama 2 x 45 menit. Penelitian ini terbagi ke dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Siklus I membahas tentang konsep mol (hubungan mol dengan massa, hubungan mol dengan jumlah partikel, dan hubungan mol dengan volume). Tahap perencanaan yang dilakukan dalam siklus ini adalah mempersiapkan RPP mengenai konsep mol, bahan ajar PPT (Power point), kartu soal diskusi kelompok, papan skor kelompok, dan nomor kepala setiap anggota kelompok. Pada tahap pelaksanaan, peneliti menerapkan model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together). Berdasarkan teori, Numbered Heads Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Numbered Heads Together (NHT) bertujuan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Trianto, 2007). Prinsip pada model pembelajaran NHT yaitu setiap anggota kelompok diberi nomor kepala 1-5, ketika salah satu nomor kepala tersebut dipanggil maka seluruh nomor yang sama dari seluruh kelompok harus berdiri untuk menunggu panggilan satu nomor dari kelompok yang dipilih. Pada pembelajaran ini setiap kelompok diberi kartu soal kelompok untuk didiskusikan pertanyaan
yang ada di kartu soal tersebut, dan seluruh anggota kelompok bertanggungjawab untuk memastikan seluruh anggota kelompoknya paham dengan cara mengerjakan soal, karena bisa saja nomor dia yang dipanggil. Tahap pelaksanaan ini dilakukan dengan terlebih dahulu membagi siswa dalam 10 kelompok, menyampaikan materi, dan memberikan soal diskusi kelompok, berdiskusi, menjawab soal diskusi kelompok dan diakhiri dengan tes individu. Hal ini sesuai teori, di mana langkah-langkah dari NHT terdiri dari penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama dan menjawab (Zulfiani, Feronika dan Suartini, 2009). Pada langkah penomoran telah sesuai dengan teori juga, yakni guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 3-5 orang dan setiap anggota kelompok mempunyai nomor yang berbeda antara 1 sampai 5 (Zulfiani, 2009). Berdasarkan hal tersebut dikarenakan jumlah siswa yang awalnya terdiri dari 41 orang maka sesuai teori peneliti membaginya menjadi 10 kelompok sehingga penomoran terdiri dari nomor 1-5. Dalam pemberian soal, peneliti menginstruksikan ketua kelompok untuk mengambil nomor di meja guru. Nomor yang terpilih adalah nomor soal yang harus dikerjakan oleh kelompok tersebut. Selanjutnya siswa mendiskusikan jawaban soal tersebut dengan bimbingan guru/peneliti. Kemudian siswa siap-siap untuk dipanggil salah satu nomor kepala dari salah satu anggotanya. Setelah nomor kepala tersebut terpilih, maka nomor kepala tersebut mempresentasikan jawabannya di papan tulis serta menjelaskan jawaban yang ditulisnya kepada seluruh kelompok di depan kelas. Jika jawaban benar, maka kelompok tersebut diberikan bintang untuk ditempel di papan skor, begitu juga bagi kelompok lain yang bisa menanggapi atau menambahkan dan membenarkan jawaban kelompok lain di papan tulis akan diberikan poin juga. Langkah terakhir pada tahap pelaksanaan
|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,117-119 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8
Peningkatan Hasil Belajar Siswa melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
yaitu evaluasi akhir siklus I yang dilakukan secara individu untuk melihat pencapaian hasil belajar siswa. Tahapan observasi dilakukan oleh dua observer dengan melihat kinerja guru dan kinerja siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Rata-rata hasil observasi kinerja guru dan kinerja siswa pada siklus I masing masing adalah 92,5% dan 96%. Persentase tersebut masuk dalam kategori sangat baik. Tahapan selanjutnya yaitu refleksi, pada tahap ini didapatkan beberapa kelemahan yaitu kurang maksimalnya waktu tes akhir siklus I yaitu hanya 10 menit. Adapun kelemahan yang terjadi saat proses pembelajaran yaitu, penyampaian materi yang terlalu cepat sehingga menyebabkan siswa kurang memahami materi. Kurangnya keterlibatan setiap anggota kelompok saat mendiskusikan penyelesaian jawaban dari pertanyaan yang diberikan. Hal ini berdampak terhadap hasil tes akhir siklus. Dalam tes akhir tersebut, siswa yang mampu mencapai nilai KKM hanya 54,29%. Oleh karena itu, peneltian lanjutan siklus II perlu dilaksanakan untuk meningkatkan tes individu pada akhir siklus dengan target 75%. Siklus II membahas tentang rumus empiris, rumus molekul, kadar zat, dan rumus hidrat (air Kristal), pereaksi pembatas dan tes akhir siklus II. Pada prinsipnya tahapan siklus II sama dengan siklus I yakni terdapat tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pada tahapan perencanaan, peneliti mempersiapkan RPP perhitungan kimia pada konsep mol. Pada siklus ini, peneliti juga mempersiapkan PPT (Power point) yang mudah dipahami siswa dan mengajarkan cara pengerjaan contoh soal, kartu soal kelompok, nomor kepala setiap anggota kelompok, dan tes individu akhir siklus. Pada tahap pelaksanaan, siswa diinstruksikan untuk duduk berkelompok dan memperhatikan serta mencermati materi yang disampaikan melalui PPT. Setelah materi
tersampaikan, perwakilan kelompok mengambil kartu yang berisi nomor dan mengerjakan soal yang terdapat di kartu soal kelompok sesuai dengan nomor yang dipilihnya kemudian menuliskan jawaban tersebut di papan tulis. Jika jawaban benar, maka kelompok tersebut diberikan poin, begitu juga pada kelompok yang menanggapi akan diberikan poin juga. Pada pertemuan akhir siklus II, terdapat perbedaan dari pertemuan pada siklus-siklus sebelumnya yaitu pada pertemuan ini akan dikalkulasikan jumlah poin bintang setiap kelompok dari setiap pertemuan dan bagi kelompok yang mendapatkan jumlah poin bintang terbanyak maka akan diberikan hadiah sebagai penghargaan untuk kelompok tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka seluruh siswa menjadi bersemangat dan aktif dalam mengerjakan seluruh soal yang diberikan. Sehingga bisa menambah kinerja guru dan siswa pada siklus ini. Tahap pelaksanaan diakhir siklus II ini dilanjutkan dengan tes akhir siklus II. Hasil belajar siswa pada tes akhir ini lebih baik dari sebelumnya. Hasil belajar siswa sebesar 82,86% siswa dapat mencapai nilai minimal 75. Hal ini sudah bisa dikatakan mencapai indikator keberhasilan. Tahapan observasi pada siklus II sama dengan tahapan observasi siklus I yang dilakukan oleh observer. Hasil observasi pada kinerja siswa dan guru meningkat di siklus II dan masing-masing termasuk dalam kategori sangat baik yakni dengan persentase 97% untuk kinerja siswa dan 94,75% untuk kinerja guru. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penelitian ini berhasil karena masing-masing aspek dalam aktivitas belajar dan prestasi belajar yang diukur telah mencapai target yang ditetapkan. Sehingga pada tahap refleksi penerapan metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar
|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,118-119 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8
Aida N., Dedi I., Erika S.
peserta didik pada materi Konsep Mol pada kelas X-6 Tahun Pelajaran 2015/2016. DAFTAR PUSTAKA SIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: hasil belajar aspek kognitif siswa pada materi konsep mol dengan model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 71,7 menjadi 86,7 pada siklus II, dan terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dari 54,29% menjadi 82,86% yang sudah mencapai indikator keberhasilan. Rata-rata hasil observasi kinerja guru dan kinerja siswa pada siklus I masing masing adalah 92,5% dan 96%. Persentase tersebut masuk dalam kategori sangat baik. Kinerja guru dan kinerja siswa mengalami peningkatan pada siklus II yaitu masing-masing menjadi 94,75% dan 97% yang keduanya termasuk pada kategori sangat baik. SARAN Dari penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan, yaitu: sebaiknya dalam proses pembelajaran, guru dapat menerapkan model pembelajaran yang bervariasi dan menarik bagi siswa, agar siswa tidak jenuh dan mudah menyerap materi yang disampaikan. Motivasi sangat penting diberikan kepada siswa. Guru seyogyanya memberikan motivasi berupa penghargaan bagi siswa yang mendapat nilai terbaik.
Huda, M. 2014. Model-model pengajaran dan pembelajaran: Isu-isu metodis dan paradigmatis (Cet.5). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ibnu
Badar, T. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual. Jakarta: Prenadamedia Group.
Jensen, E diterjemahkan oleh Benyamin Molain. 2011. Pembelajaran Berbasis Otak. Jakarta: PT Indeks. Kunandar. 2013. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Raja Grafindo. Ridwan. 2010. Dasar-dasarStatistika. Bandung: Alfabeta. Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Trianto. 2007. Model-model pembelajaran inovatif berorientasi konstruktivistik (Cet. 1). Jakarta: Prestasi Pustaka. Wena, M. 2014. Strategi pembelajaran inovatif kontemporer: Suatu tinjauan konseptual operasional (Ed. 1, Cet. 9). Jakarta: Bumi Aksara. Yamin, M. 2003. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press. Zulfiani, Feronika, T., dan Suartini, K. 2009. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta.
|The Living Kurikulum 2013: Dinamika dan Implikasi dalam Pembelajaran,119-119 Copyright © 2016 | ISBN 978-602-73551-0-8