Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
PENERAPAN MODEL CURAH GAGASAN (BRAINSTORMING) DALAM MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS VII A SMPN 1 TANETE RILAU KAB. BARRU 1Anita
Candra Dewi, 2Isnani Arianti Program Studi Bahasa Indonesia, Universitas Sawerigading Makassar1, 2
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini berjudul “Penerapan Model Curah Gagasan (Brainstorming) dalam Meningkatkan Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas VIIA SMPN 1 Tanete Rilau Kab. Barru. Tujuan umum dari penelitian ini adalah membantu para guru untuk lebih banyak mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif dan aktif sehingga output yang dihasilkan memiliki kompetensi yang sangat baik. Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar menulis karangan deskripsi siswa kelas VIIA SMPN 1 Tanete Rilau Kab. Barru melalui model pembelajaran curah gagasan (brainstorming). Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIIA SMPN 1 Tanete Rilau Kab. Barru sebanyak 40 orang. Data penelitian ini berupa hasil pengamatan berdasarkan temuan-temuan di lapangan, hasil observasi, catatan lapangan, pelaksanaan menulis karangan deskripsi, dan dokumentasi. Adapun sumber data penelitian ini disesuaikan dengan permasalahan penelitian. Pada tahap perencanaan, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah format observasi model brainstorming. Untuk pengumpulan data, menggunakan instrumen kunci dan instrumen penunjang. Instrumen kunci dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, sedangkan instrumen penunjang adalah catatan lapangan, lembar observasi, dan tes. Pengelolaan data pada penelitian ini dilakukan setelah terkumpulnya data, selanjutnya dianalisis secara deskriptif kualitatif. Análisis hasil siklus I menunjukkan bahwa persentase ketuntasan belajar siswa setelah menerapkan model curah gagasan sebesar 57,5 % atau 23 siswa dari 40 siswa termasuk dalam kategori tuntas dan sebesar 42,5% atau 17 siswa dari 40 siswa termasuk dalam kategori tidak tuntas. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan pada siklus II. Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa belum terjadi peningkatan secara signifikan pada siklus I dalam penerapan model curah gagasan dalam meningkatkan pembelajaran menulis karangan deskripsi siswa kelas VII A SMPN 1 Tanete Rilau Kab. Barru. Kata Kunci: model Curah Gagasan (brainstorming), menulis karangan deskripsi
PENDAHULUAN Berdasarkan Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP), standar kompetensi bahan kajian Bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan berbahasa, yaitu: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan ini
ANITA CANDRA DEWI & ISNANI ARIANTI / PENERAPAN MODEL CURAH GAGASAN (BRAINSTORMING) DALAM MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS VII A SMPN 1 TANETE RILAU KAB. BARRU
17
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
menjadi faktor pendukung dalam menyampaikan pikiran, gagasan, dan pendapat, baik secara lisan maupun secara tertulis, sesuai dengan konteks komunikasi yang harus dikuasai oleh pemakai bahasa. Keterampilan menulis merupakan kemampuan yang paling sulit untuk dikuasai siswa dibandingkan dengan keterampilan berbahasa yang lain. Selain itu, pembelajaran keterampilan menulis tampaknya belum menggembirakan. Salah satu realita konkret yang mendukung pernyataan tersebut adalah kondisi pembelajaran keterampilan menulis di kelas VII a SMPN 1 Tanete Rilau Kab. Barru. Berdasarkan pengalaman guru peneliti dan hasil observasi terhadap keadaan pembelajaran menulis di sekolah tersebut serta wawancara awal yang dilakukan dengan sejumlah guru bahasa Indonesia di sekolah tersebut, diperoleh informasi bahwa motivasi siswa dalam menulis masih sangat rendah yang ditandai siswa sering merasa jenuh dan mengeluh jika disuruh mengarang. Selain itu, kemampuan mengarang siswa masih kurang yang ditandai tidak ada siswa yang mempunyai kemampuan yang menonjol dalam pembelajaran mengarang, dan hasil karangan siswa sangat memperihatinkan yang dibuktikan dengan hasil tes mengarang siswa yang hanya sekitar 40% siswa mencapai target KKM 7,0, karangan siswa masih agak singkat (rata-rata ½ halaman), ide/gagasan siswa kurang berkembang, kosakata yang digunakan sederhana dan terbatas, penggunaan kalimat dan organisasi tulisan masih kurang terarah, konsep atau bahan yang dimiliki siswa untuk dikembangkan jadi tulisan sangat terbatas; kemampuan siswa menafsirkan fakta untuk ditulis sangat rendah; kemampuan siswa menuangkan gagasan atau pikiran ke dalam bentuk kalimat-kalimat yang mempunyai kesatuan yang logis dan padu serta diikat oleh struktur bahasa masih rendah. Masalah yang timbul dalam proses pembelajaran menulis serta kemampuan siswa dalam menulis/mengarang yang belum memadai (masih rendah) sebagaimana uraian tersebut disebabkan oleh faktor strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Sistem pembelajaran menulis yang diterapkan oleh guru cenderung monoton (didominasi oleh penggunaan metode ceramah), pembelajaran dengan sistem klasikal yang mengarah pada komunikasi satu arah (guru siswa), serta kurangnya hubungan komunikatif antara guru dan siswa serta siswa dengan siswa lainnya sehingga proses interaksi menjadi vakum dan lebih berorientasi penghapalan materi pembelajaran. Selain itu, pokok bahasan menulis tidak memperoleh perhatian serius dari guru dan sarana dan metode atau strategi pembelajaran menulis belum efektif. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa dibutuhkan pembenahan dalam pembelajaran menulis. Menulis merupakan suatu proses yang menggunakan lambang-lambang atau sejumlah huruf untuk menyusun, mencatat, dan mengomunikasikan, serta dapat menampung aspirasi atau makna yang ingin disalurkan kepada orang lain Selanjutnya, pesan yang ingin disampaikan itu dapat berupa tulisan yang dapat menghibur, memberi informasi, memengaruhi, dan menambah pengetahuan. Hasil kegiatan mengarang seperti ini dapat berwujud karangan argumentasi, eksposisi, deskripsi, narasi, dan persuasi (Darmadi, 1996: 21). Penyusunan sebuah tulisan dalam bentuk karangan deskripsi memerlukan teknik tersendiri sehingga tulisan yang dibuat merupakan hasil buah pikiran seseorang yang bagus dibaca. Salah satu teknik yang dapat diterapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan siswa menulis karangan deskripsi adalah menyusun bahan-bahan yang tersedia menjadi tulisan yang utuh.
ANITA CANDRA DEWI & ISNANI ARIANTI / PENERAPAN MODEL CURAH GAGASAN (BRAINSTORMING) DALAM MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS VII A SMPN 1 TANETE RILAU KAB. BARRU
18
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
Sebuah karangan deskripsi dapat tersusun dengan berbagai komponen sebagai syarat terbentuknya suatu karangan deskripsi yang lengkap. Komponen yang dimaksud seperti isi, paragraf, penggunaan bahasa, keteraturan susunan dan urutan, pilihan kata, dan penggunaan ejaan dan tanda baca. Oleh karena itu, seseorang yang mampu menyusun karangan deskripsi, maka mampu pula berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal inilah yang harus ditanamkan pada siswa. Siswa diharapkan mampu berbahasa Indonesia yang baik dan benar dalam berbagai ragam tulisan, termasuk menulis deskripsi. Kompetensi siswa dalam menulis karangan deskripsi dapat ditingkatkan dengan membenahi segala hal yang menjadi titik kelemahan siswa dalam menulis. Secara umum, menulis merupakan suatu proses sekaligus suatu produk/hasil. Menulis sebagai suatu proses berupa pengelolaan ide atau gagasan dari tema atau topik yang dipilih untuk dikomunikasikan dan pemilihan jenis wacana tertentu yang sesuai atau tepat dengan situasi dan konteksnya. Kemampuan menulis yang menuntut kemampuan untuk dapat melahirkan dan menyatakan kepada orang lain tentang hal yang dirasakan, dikehendaki, dan dapat dipikirkan dengan bahasa tulisan. Dalam proses belajar menulis (mengarang), berbagai kemampuan itu tidak mungkin dikuasai siswa secara serentak. Semua kemampuan itu dapat dikuasai siswa melalui suatu proses, setahap demi setahap. Karena kemampuan itu tidak bisa dikuasai secara serentak, untuk mempermudah mempelajarinya perlu dibuat skala prioritas. Penentuan prioritas ini diharapkan dapat digunakan sebagai strategi dasar untuk memulai belajar menulis. Sebagai strategi dasar, perioritas yang dimaksud tentu saja tidak hanya berupa suatu rangkaian kemampuan yang mengarah pada terbentuknya sebuah tulisan. Sebuah tulisan pada dasarnya merupakan perwujudan hasil penalaran siswa. Penalaran ini merupakan proses pemikiran untuk memperoleh ide yang logis berdasarkan avidensi yang relevan. Penalaran ini terutama terkait dengan proses penafsiran fakta sebagai ide dasar untuk dikembangkan menjadi tulisan. Setiap penulis harus dapat menuangkan pikiran atau gagasannya secara cermat ke dalam tulisannya. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk memunculkan ide adalah dengan curah gagasan. Curah gagasan (Brainstorming) digunakan untuk menuntun siswa mengembangkan idenya berdasarkan fakta yang ada di sekitar siswa atau peristiwa yang pernah dialami siswa. Penerapan model curah gagasan (brainstorming) untuk meningkatkan pembelajaran menulis karangan deskripsi siswa kelas VIIA SMPN 1 Tanete Rilau Kab. Barru menurut calon peneliti perlu dilakukan. Metode ini, menurut calon peneliti, dianggap dapat mengatasi permasalahan yang ada dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya keterampilan menulis siswa kelas VII tersebut. Berdasarkan pada studi pendahuluan yang dilakukan oleh calon peneliti terhadap siswa kelas VIIA SMPN 1 Tanete Rilau Kab. Barru, diperoleh gambaran: (1) belum efektifnya pembelajaran berbicara yang dilaksanakan di kelas, (2) pelaksanaan pembelajaran yang masih mementingkan penilaian hasil daripada proses, (3) penggunaan model pembelajaran yang digunakan kurang kreatif dan variatif, (4) sebagian besar siswa tidak memiliki keberanian mengemukakan pendapat (berbicara) secara individu dan hanya siswa tertentu saja yang mendominasi, dan (5) kerja sama antarsiswa masih kurang (sumber: guru kelas VIIA SMPN 1 Tanete Rilau Kab. Barru). Berdasarkan uraian tersebut, penulis terinspirasi mengadakan penelitian dengan judul ”Penerapan Model Curah Gagasan (Brainstorming) dalam Meningkatkan Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas VIIA SMPN 1 Tanete Rilau Kab. Barru”. Penulis memilih judul tersebut karena penelitian yang relevan sebelumnya masih
ANITA CANDRA DEWI & ISNANI ARIANTI / PENERAPAN MODEL CURAH GAGASAN (BRAINSTORMING) DALAM MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS VII A SMPN 1 TANETE RILAU KAB. BARRU
19
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
kurang. Penelitian sebelumnya, yakni La Abo (2005) mengkaji tentang strategi guru dalam pembelajaran menulis kreatif. Hasilnya menunjukkan bahwa strategi guru masih bersifat klasikal (penyampaian bersifat lisan) atau belum terlaksana sesuai model pembelajaran yang diharapkan sehingga hasil belajar siswa dalam menulis karangan masih rendah. Selanjutnya, Kadir (2005) juga mengkaji penelitian yang relevan dan menemukan hasil bahwa pembelajaran menulis karangan deskriptif masih mengalami banyak hambatan dan terkesan bahwa strategi yang diterapkan belum efektif sehingga masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menulis karangan deskripsi, dan Kadang (2010) mengkaji keefektifan pendekatan proses dalam menulis karangan deskripsi. Hasilnya menunjukkan bahwa siswa cenderung tidak berkreasi dalam menuangkan ide-idenya ketika proses menulis. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah penerapan model curah gagasan dalam meningkatkan pembelajaran menulis karangan deskripsi siswa kelas VII A SMPN 1 Tanete Rilau Kab. Barru? Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan penerapan model curah gagasan dalam meningkatkan pembelajaran menulis karangan deskripsi siswa kelas VII A SMPN 1 Tanete Rilau Kab. Barru. TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka yang diuraikan dalam penelitian ini pada dasarnya dijadikan acuan untuk mendukung dan memperjelas penelitian ini. Sehubungan dengan masalah yang akan diteliti, kerangka teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini diuraikan sebagai berikut ini. A. Menulis 1. Pengertian Menulis Pada dasarnya hakikat bahasa adalah ucapan lisan, sedangkan tulisan adalah representasi bunyi-bunyi bahasa lisan. Bahasa tulis memberikan kelonggaran waktu yang besar, sehingga memungkinkan proses penyusunan materi serta penalaran dapat terlaksana secara intensif (Salam, 2009:39). Menulis atau mengarang pada hakikatnya adalah suatu proses yang menggunakan lambang-lambang (huruf) untuk menyusun, mencatat, dan mengkomunikasikan serta dapat menampung aspirasi atau makna yang ingin disalurkan kepada orang lain. Pesan yang ingin disampaikan itu dapat berupa tulisan yang dapat menghibur, memberi informasi, mempengaruhi, dan menambah pengetahuan. Hasil kegiatan mengarang seperti ini disebut karangan yang dapat berwujud sebuah wacana argumentasi, eksposisi, deskripsi, dan narasi. Keterampilan seseorang menggunakan bahasa tulis sebagai alat, baik wadah maupun media untuk memaparkan isi jiwanya, penghayatan, dan pengalamannya secara teratur disebut kemampuan menulis/mengarang. Kemampuan menulis sangat penting dimiliki untuk menunjang tugas-tugas keseharian yang terkait dengan kegiatan tulis-menulis. Mengarang meliputi bagaimana cara penulis melahirkan isi kesadarannya (gagasan, perasaan dan ungkapan efektif dan intensif, bagaimana cara menyusun dan menarik perhatian, dan lain-lain (Depdikbud, 2005: 45). Selanjutnya, Gie (2002:17) mengatakan mengarang adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan penyampaian melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami.
ANITA CANDRA DEWI & ISNANI ARIANTI / PENERAPAN MODEL CURAH GAGASAN (BRAINSTORMING) DALAM MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS VII A SMPN 1 TANETE RILAU KAB. BARRU
20
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
2.
Penilaian Tulisan Kriteria penilaian holistik dalam ranah kemampuan menulis yang umum dikenal dalam pembelajaran menulis bahasa Indonesia yang sekaligus dijadikan sebagai indikator penilaian dalam penelitian ini adalah: (1) isi karangan, (2) organisasi karangan, (3) penggunaan bahasa (kalimat efektif), (4) pilihan kata, (5) ejaan dan tanda baca. Penjabaran kriteria penilaian holistik sebagai berikut: a. Isi karangan dengan alternatif penilaian: 1) bermakna, menarik, tetap, jalan pikiran baik; 2) pada umumnya baik, tetapi faktanya tidak dikembangkan sehingga terjadi banyak pengulangan; 3) pengembangan kurang relevan dengan isi yang diminta; 4) isi karangan tidak relevan dengan isi yang diminta; 5) tidak tampak usaha membuat karangan yang bermakna. b. Organisasi karangan dengan alternatif penilaian: 1) paragraf tersusun rapi, pemakaian kalimat topik baik, organisasi meyakinkan, alur karangan mudah dimengerti; 2) ada usaha menyusun paragraf yang baik, tetapi batas ide paragraf tidak jelas; 3) fakta tersusun dalam paragraf dengan baik, tetapi berbelit-belit; 4) urutan paragraf sulit diikuti, sulit dipahami; 5) Paragraf tidak terencana dengan baik. c. penggunaan bahasa dengan alternatif penilaian: 1) kalimat lancar, cermat, meskipun ada sedikit kesalahan tata bahasa; 2) kalimat lancar, cermat, tetapi ada beberapa kesalahan tata bahasa; 3) kesalahan tata bahasa yang cukup prinsipil sehingga menyebabkan kalimat tidak gramatikal; 4) ada beberapa kalimat yang tidak dapat dipahami; 5) kalimat dalam karangan tidak dapat dipahami. d. Pilihan kata dengan alternatif penilaian: 1) pemakaian kata lancar, tepat, tidak bernada ganda; 2) kata yang digunakan jelas, tetapi tidak jelas penggunaannya; 3) kata kurang jelas dan kurang jelas penggunaannya; 4) banyak kata yang digunakan, tetapi menyebabkan kalimat sulit dipahami; 5) pemakaian kata yang tidak tepat, bentuk kata semua salah. e. Penggunaan ejaan, dengan alterniatif penilaian: 1) pemakaian ejaan dan tanda baca baik sekali, penulisan suku kata semua benar; 2) ada kesalahan ejaan dan tanda baca; 3) banyak kesalahan ejaan dan tanda baca, tetapi masih dapat dipahami; 4) kesalahan ejaan dan tanda baca banyak sekali; 5) penggunaan ejaan dan tanda baca serba salah. 3. Tujuan Pembelajaran Menulis Setiap penulis harus mengungkapkan dengan jelas tujuan penulisan yang akan digarapnya. Perumusan tujuan penulisan sangat penting dan harus ditentukan lebih dahulu karena hal ini merupakan titik tolak dalam seluruh kegiatan menulis tersebut. Untuk dapat menyusun suatu karangan yang baik diperlukan beberapa syarat, antara lain kemampuan berbahasa, pengetahuan struktur bahasa, kemampuan memilih,
ANITA CANDRA DEWI & ISNANI ARIANTI / PENERAPAN MODEL CURAH GAGASAN (BRAINSTORMING) DALAM MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS VII A SMPN 1 TANETE RILAU KAB. BARRU
21
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
dan menentukan tema karangan dan harus banyak membaca dan berlatih. Tujuan pembelajaran menulis di sekolah sebagai berikut: a. Terampil mencari dan menemukan gagasan, ide atau topik yang cukup terbatas dan menarik untuk dikembangkan menjadi cerita. Untuk mencapai tujuan itu harus dicari sumber ide/sumber gagasannya: (1) pengalaman, (2) pengamatan, (3) daya khayal, dan (4) pendapat dan keyakinan; b. Setiap hari seseorang mengalami sesuatu, tinggal mengingat-ingat saja pengalaman yang lalu untuk dijadikan topik karangan. Pengalaman merupakan sumber gagasan yang paling mudah digali untuk menyusun karangan. c. Terampil mengembangkan gagasan, ide atau topik dan menyusunnya menjadi karangan yang dapat dipertanggungjawabkan. Tujuan ini sangat luas. Untuk mencapai ini perlu mengembangkan topik, ide atau gagasan yang telah dipilih menjadi karangan. Dikumpulkan fakta, contoh, informasi, sehingga jelas bagi pembaca; d. Terampil mengungkapkan gagasan, ide atau topik yang dikembangkan dan disusun sebagai dengan bahasa yang efektif. Jika berbahasa sering menggunakan kalimat. Karangan bukanlah yang lepas bebas, melainkan merupakan bagian dalam suatu rangkaian yang tertata secara gramatikal. Sebuah kalimat selalu berhubungan kalimat yang sebelumnya, Pengarang berusaha supaya kalimat itu lancar, berurutan susul-menyusul secara logis. Di samping itu, pengarang juga berusaha menyusun kalimat yang efektif. Yang dimaksud dengan kalimat yang efektif ialah kalimat yang sanggup menyampaikan pesan pembicara atau penulis kepada pembacanya, sama seperti apa yang dimaksudkannya. Pesan hendaknya dapat diterima dengan mudah, lengkap dan jelas, tidak berbelok dan bertele-tele e. Untuk melatih keterampilan siswa menguraikan pengalaman yang diterima di sekolah maupun di masyarakat dalam bahasa tulis; f. Mendorong siswa berpikir sistematis karena pekerjaan mengarang melibatkan siswa berpikir teratur; g. Mendorong dan melatih siswa menjadi siswa yang berbakat mengarang. B.
Karangan Deskripsi 1. Pengertian Deskripsi Proses deskripsi ialah karangan yang sifatnya melukiskan sesuatu situasi, tempat orang atau benda dengan kata-kata sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, merasakan sendiri objek yang dilukiskan. Untuk mencapai tujuan ini dilukiskan apa yang dilihat, didengar, dirasakan dengan sejelas-jelasnya. Lukisan akan menjadi lebih hidup jika disertai dengan rincian dan harus membantu mencapai tujuan penulisannya. Sesuatu yang dihayati dan diamati dapat menjadi deskripsi. Kesibukan pasar, upacara bendera di sekolah, watak seseorang, warung kopi di depan rumah, dan sebagainya. Deskripsi ditulis untuk dijawab. Bagaimana keadaan sesuatu data atau fakta yang dikemukakan digunakan dengan tujuan merinci hal-hal yang akan dilukiskan (Keraf, 2005: 136). Pengertian deskripsi berasal dari bahasa Latin, decribere yang berarti menulis tentang, atau membeberkan sesuatu hal. Di samping itu, dapat pula diterjemahkan menjadi pemerian yang berarti melukiskan sesuatu. Ahli lain menyatakan bahwa deskripsi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu objek atau
ANITA CANDRA DEWI & ISNANI ARIANTI / PENERAPAN MODEL CURAH GAGASAN (BRAINSTORMING) DALAM MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS VII A SMPN 1 TANETE RILAU KAB. BARRU
22
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
suatu hal sedemikian rupa, sehingga objek itu seolah-olah ada di depan mata kepala pembaca, seakan-akan para pembaca melihat sendiri objek itu. Deskripsi (pemerian) adalah karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan yang sebenarnya sehingga pambaca dapat mencintai (melihat, mendengar, mencium, dan merasa) apa yang dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisannya; karangan ini bermaksud menyampaikan kesan tentang sesuatu dengan kadar utama sebagai pengikat kesan yang dilukiskan (Nursito, 2000:40). Menurut Finoza (2004:198), deskripsi adalah bentuk Tulisan yang bertujuan memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan jalan melukiskan hakikat objek sebenarnya. Deskripsi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu objek suatu hal sedemikian rupa sehingga objek itu seolah-olah berada di depan pembaca, seakan-akan para pembaca melihat sendiri objek itu (Alwi dkk. 2005: 97). Dari berbagai pendapat tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa deskripsi adalah karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan objeknya agar pembaca seakan-akan melihat, merasakan, dan mendengar apa yang telah dilukiskan oleh penulis. 2. Ciri-ciri dan Jenis Karangan Deskripsi Junus (2002:61) menyebutkan ciri-ciri paragraf deskripsi. Adapun wacana deskripsi mempunyai ciri-ciri antara lain: a. memberikan atau melukiskan suatu hal; b. memperluas pandangan atau pengetahuan melalui kesan; c. menyodorkan gambaran melalui kata-kata; d. seakan-akan melihat sendiri objeknya; e. menimbulkan daya khayal; f. penulis memindahkan daya kesannya kepada pembaca; dan g. tidak terikat pada waktu (statis); Ciri lain yang disebutkan oleh ahli yaitu sebagai informatif, sebagai imajinatif, dan subjektif (Brotowidjoyo, 2002: 12). Brotowidjoyo menambahkan bahwa prinsip yang harus dipegang dalam deskripsi ialah” pembaca ini ingin mengetahui tentang apa” jadi mendeskripsikan sesuatu sampai bagian-bagiannya dengan maksud sematamata memberi informasi. Jenis deskripsi berdasarkan objek yang ditulis ada dua macam, yaitu deskripsi tempat dan deskripsi orang. Deskripsi tempat melukiskan keadaan latar tempat, sedangkan deskripsi orang melukiskan keadaan orang baik secara fisik maupun mental. C. Curah Gagasan (Brainstorming) 1. Pengertian Curah Gagasan (Brainstorming) Menulis dapat dipandang sebagai suatu proses dan suatu produk atau hasil menulis sebagai suatu proses berupa pengolahan ide atau gagasan dari tema atau topik yang dipilih untuk dikomunikasikan dan pemilihan jenis wacana tertentu yang sesuai atau tepat dengan situasi dan konteksnya. Salah satu teknik untuk memunculkan ide adalah teknik brainstorming. Brainstorming bararti inspirasi yang muncul secara tiba-tiba, ide yang gemerlang, memberikan pemecahan untuk masalah tertentu dengan memberikan semua ide secara spontan. Brainstorming adalah suatu inspirasi spontan dan ide cerdas. Jika dihubungkan dengan kegiatan menulis, brainstorming berarti memberi
ANITA CANDRA DEWI & ISNANI ARIANTI / PENERAPAN MODEL CURAH GAGASAN (BRAINSTORMING) DALAM MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS VII A SMPN 1 TANETE RILAU KAB. BARRU
23
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
lebih banyak perhatian pada topik yang dipilih, kemudian berpikir tentang kemungkinan berupa kata, frasa, dan kalimat yang berhubungan dengan topik untuk ditulis. Hal ini menjadi sumber pertama untuk mengembangkan kalimat menjadi paragraf dengan berbagai ide pendukung. Brainstorming adalah suatu teknik asosiasi bebas untuk membangkitkan energi intelektual. Brainstorming dimulai dengan satu kata atau satu ide tertentu. Tahap selanjutnya adalah menulis segala sesuatu yang berkaitan dengan ide itu dalam suatu waktu tertentu. Biasanya hal itu dapat dilakukan dalam waktu 15 sampai dengan 25 menit. Dalam tahap ini, penulis mencatat segala hal yang muncul dalam pikirannya. Brainstorming umumnya dilakukan sebelum aktivitas menulis. Brainstorming dapat dilakukan secara individu atau kelompok. Jika secara individu, ide yang muncul umumnya sedikit, jadi sebaiknya secara berkelompok. 2. Rangkaian Proses Brainstorming Berdasarkan uraian terdahulu bahwa brainstorming merupakan suatu metode yang digunakan untuk menyusun ide dengan cara siswa mengungkapkan kemungkinan banyaknya ide dari topik yang diberikan. Itu juga dilakukan sebelum menulis. Pada dasarnya brainstorming memiliki ruang lingkup seperti berikut ini: a. Memilih topik Siswa diberikan kesempatan untuk memilih topik yang mereka ingin tulis. b. Menulis beberapa kemungkinan ide yang berhubungan dengan topik tersebut Pada tahap ini, siswa hanya menuliskan beberapa ide dari topik yang dipilih. Mereka hanya menulis ide-ide dalam bentuk pernyataan berupa kata, frase, atau sebagai informasi. c. Mengualifikasikan ide Siswa diberikan kesempatan untuk mengkualifikasikan ide yang ditulis pada saat yang sama. Mereka meletakkan ide di luar yang tidak cocok dengan topik. Kemudian mereka juga menyusun ide itu menjadi urutan yang jelas ke dalam kertas. Urutan ide-ide ini, sangat jelas untuk membantu penulis atau siswa untuk menulis pengertian ide pada saat memulai menulis. Brainstorming dapat dilakukan secara kelompok atau secara individual. Apabila dikerjakan secara kelompok, seseorang harus bertindak sebagai pencatat dan bertugas menuliskan ide-ide yang muncul. Dalam hal ini tidak perlu ada kekhawatiran terhadap persoalan tata bahasa, ejaan, dan sebagainya, bahkan tentang kebenaran penjelasan yang dinyatakan oleh anggota kelompok. Hal yang penting di sini adalah mendapatkan sebanyak-banyaknya penjelasan mengenai ide sentral yang telah ditentukan sebelumnya dalam waktu secepat-cepatnya. Apabila dikerjakan secara individual, pada prinsipnya seseorang mengerjakan hal yang sama. Ia juga harus mencatat ide-ide yang ditemukannya selama proses itu berlangsung. Ada dua prinsip penting yang harus diingat dalam melakukan brainstorming. Pertama, belum dipikirkan ide-ide yang dihasilkan itu benar atau salah, penting tidak penting, dapat dipraktikkan atau tidak, dan sebagainya. Yang penting di dalam proses ini adalah pengumpulan ide-ide yang berkaitan dengan topik itu sebanyak-banyaknya. Kedua, terjadinya tumpang tindih ide dianggap sebagai sesuatu yang wajar karena memang belum dievaluasi. Nanti akan dipikirkan kembali sekaligus ide-ide yang terkumpul itu akan dievaluasi dalam kesempatan berikutnya.
ANITA CANDRA DEWI & ISNANI ARIANTI / PENERAPAN MODEL CURAH GAGASAN (BRAINSTORMING) DALAM MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS VII A SMPN 1 TANETE RILAU KAB. BARRU
24
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
3. Keuntungan Penggunaan Teknik Brainstorming Keuntungan pokok yang diperoleh dari proses brainstorming ini adalah bahwa secara sadar atau tidak seorang penulis telah memulai proses berpikir. Rangkaian proses berpikir seperti ini jelas akan membangkitkan energi intelektual yang dimiliki seseorang. Jika proses berpikir itu dilakukan secara berkesinambungan, rangkaian proses berpikir seperti itu akan menghasilkan ide-ide yang lebih menarik daripada ideide pada awalnya. Sebuah penemuan yang mengejutkan akan menjadi bagian yang wajar dari kelanjutan proses seperti itu. METODE PENELITIAN Pada bagian ini, diuraikan beberapa hal yang berhubungan dengan metode penelitian. Hal-hal tersebut, yaitu: (1) jenis dan desain penelitian, (2) lokasi dan subjek penelitian, (3) data dan sumber data, (4) instrumen penelitian, (5) teknik pengumpulan data, (6) teknik analisis data, dan (9) pedoman analisis. Penelitian yang dilaksanakan pada siswa kelas VIIA SMPN 1 Tanete Rilau Kab. Barru bertujuan untuk menerapkan model curah gagasan (brainstorming) dalam meningkatkan kemampuan siswa menulis karangan deskripsi. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sebagai penelitian kualitatif, penelitian ini didasarkan pada data alamiah berupa kata-kata dalam mendeskripsikan objek yang diteliti. Penelitian kualitatif dapat dilihat dari karakteristik penelitian yang dilakukan Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2010) mengemukakan bahwa ada lima karakteristik yang melekat pada penelitian kualitatif yaitu (1) bersifat naturalistik, (2) datanya bersifat deskriptif, (3) lebih mengutamakan proses daripada hasil, (4) analisis data dilakukan secara induktif, dan (5) makna merupakan hal yang esensial dalam penelitian. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas ini juga dipilih karena sesuai dengan karakteristik penelitian yang dilakukan, yaitu: (1) berfokus pada problema yang dihadapi oleh guru di kelas, (2) bersifat kolaboratif, dan (3) adanya tindakan (aksi) (Arikunto, 2004:108-109). Penelitian tindakan kelas dapat dilaksanakan jika guru sejak awal memang menyadari adanya persoalan atau problema yang terkait dengan proses pembelajaran yang dihadapi di kelas. Kemudian dari problema itu guru menyadari pentingnya persoalan tersebut untuk dipecahkan secara professional. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 1 Tanete Rilau Kab. Barru dengan subjek penelitian, yaitu siswa kelas VIIA SMPN 1 Tanete Rilau Kab. Barru sebanyak 40 orang. Data penelitian ini adalah kemampuan siswa menulis karangan deskripsi. Data ini diperoleh dari data proses dan data hasil. (1) Data proses, yaitu keaktifan siswa berinteraksi dengan guru, dan antarsiswa dengan siswa yang lain dalam proses belajarmengajar, (2) Data hasil, yaitu melihat hasil pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan model curah gagasan siswa kelas VIIA SMPN 1 Tanete Rilau Kab. Barru. Sumber data proses, yaitu guru dan siswa saat pembelajaran menulis karangan deskripsi yang berlangsung setiap siklus. Sumber data hasil diperoleh dari hasil kemampuan siswa menulis karangan deskripsi. 1.
Instrumen Penelitian Instrumen penelitian disesuaikan dengan metode pengumpulan data yang digunakan. Alat bantu yang digunakan, antara lain:
ANITA CANDRA DEWI & ISNANI ARIANTI / PENERAPAN MODEL CURAH GAGASAN (BRAINSTORMING) DALAM MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS VII A SMPN 1 TANETE RILAU KAB. BARRU
25
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
a. Catatan observasi, yaitu penulis mengamati, mencatat, atau mengumpulkan data yang terkait dengan pelaksanaan pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan model brainstorming. b. Pedoman wawancara, yaitu pedoman yang digunakan untuk memperoleh informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan model brainstorming. c. Video rekaman pelaksanaan pembelajaran pelaksanaan pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan model brainstorming. 2.
Teknik Pengumpulan Data Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam bentuk siklus. Sebelum penerapan tindakan pada siklus I terlebih dahulu dilaksanakan observasi awal tentang kemampaun dan aktivitas siswa pada beberapa kali pembelajaran awal. Model dan format tindakan yang akan diberikan pada siklus pertama disesuaikan dengan hasil observasi awal dan kemampuan menulis yang sudah dimiliki oleh siswa. Sedangkan tindakan yang diterapkan pada siklus II adalah ditentukan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Sesuai dengan hakikat penelitian tindakan kelas, maka prosedur pelaksanaan penelitian untuk masing-masing siklus melalui tahap-tahap (a) perencanaan (planning), (b) pelaksanaan tindakan (action), (c) observasi dan evaluasi (obervation and evaluation), dan (d) refleksi (reflection). 3.
Teknik Analisis Data Proses dan hasil belajar menulis karangan deskripsi siswa melalui curah gagasan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif model mengalir yang dikemukakan oleh Milles dan Huberman. Model analisis data ini terdiri atas tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan/verifikasi. Tahap-tahap analisis data secara garis besar dapat dijabarkan dalam langkahlangkah berikut. a. Menelaah data yang telah dikumpulkan melalui pengamatan, dan pencatatan. Setelah itu, dilakukan proses transkripsi hasil pengamatan, penyeleksian, dan pemilihan data. Hal ini dilakukan sejak siklus I sampai pada siklus II. Kegiatan menelaah data semacam ini dilakukan sejak awal pengumpulan data. b. Reduksi data mencakup pengategorian dan pengklasifikasian data. Semua data yang telah dikumpulkan diseleksi dan dikelompokkan sesuai dengan fokusnya. Data yang telah dipilah-pilah tersebut kemudian diseleksi antara yang relevan dan tidak relevan. Data yang relevan dianalisis dan yang tidak relevan dibuang. c. Penyajian data dilakukan dengan cara mengorganisasikan data yang telah direduksi. Data tersebut pada awalnya disajikan secara terpisah. Namun, setelah data tindakan terakhir direduksi, akhirnya seluruh data tindakan dirangkum dan disajikan secara terpadu. Dengan demikian, diperoleh sajian tunggal berdasarkan fokus pembelajaran. d. Menyimpulkan hasil penelitian dan triangulasi. Kegiatan ini merupakan kegiatan penyimpulan akhir temuan penelitian dan pengujian keabsahan temuan penelitian (triangulasi). Kegiatan triangulasi dilakukan dengan cara: a) peninjauan kembali catatan lapangan dan b) bertukar pikiran dengan ahli, teman, dan praktisi. Pengujian keabsahan data dilakukan dengan trianggulasi sumber yang dilakukan
ANITA CANDRA DEWI & ISNANI ARIANTI / PENERAPAN MODEL CURAH GAGASAN (BRAINSTORMING) DALAM MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS VII A SMPN 1 TANETE RILAU KAB. BARRU
26
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
dengan cara (1) membandingkan hasil pengamatan dengan data rekaman kegiatan (video) dan catatan/hasil kerja siswa. PEMBAHASAN Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Pada siklus I dilaksanakan dalam empat kali pertemuan dan pada siklus dua dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Dari kedua siklus tersebut, maka dapat diketahui sejauh mana tingkat keberhasilan siswa dalam penerapan model curah gagasan (brainstorming) dalam meningkatkan pembelajaran menulis karangan deskripsi. Pada akhir tiap siklus diadakan evaluasi dan refleksi yang berkaitan dengan meningkatnya hasil belajar siswa. Gambaran yang jelas dan struktur terhadap hasil pembelajaran dapat diamati pada paparan data hasil penelitian siklus I dan II yang merupakan tindak lanjut dari hasil pratindakan. Adapun hasil pratindakan sebagai berikut. 1. Hasil Akhir Tes Pratindakan Penelitian ini diawali dengan tes pratindakan. Peneliti melaksanakan tes pratindakan terlebih dahulu sebelum memberikan tindakan pada siswa dengan maksud untuk memperkuat hasil observasi awal. Tes ini dilakukan oleh peneliti bersama guru Bahasa Indonesia kelas VIIA SMPN 1 Tanete Rilau Kab. Barru. 2.
Hasil Akhir Tes Siklus I Pada bagian ini, disajikan hasil penelitian yang terdiri atas (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pelaksanaan observasi, (4) evaluasi, dan (5) refleksi. Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut. a.
Perencanaan Tindakan Perencanaan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah membuat persiapan proses belajar-mengajar. Adapun persiapan yang dilakukan dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan rencana kegiatan yang dilakukan oleh peneliti, guru, dan siswa. Rencana pelaksanaan pembelajaran dirancang agar relevan dengan kondisi siswa. Oleh karena itu, ditentukan upaya tindakan yang memiliki: (1) indikator, (2) tujuan pembelajaran, (3) materi, (4) strategi pembelajaran, (5) langkahlangkah pembelajaran, (6) sumber, alat, dan media pembelajaran, dan (7) penilaian. b.
Pelaksanaan Tindakan Pada tahap ini, ada beberapa siswa kurang antusias dalam melaporkan hasil pekerjaannya. Kurang antusiasnya siswa tersebut karena tidak berpartisipasi secara aktif pada saat menulis karangan deskripsi. Selain itu, guru kurang memperhatikan siswa tersebut atau kurang dibimbing pada saat mencurahkan gagasannya sesuai ide. Akhirnya, berdampak pada tanggapan siswa mengenai hasil pekerjaannya. Oleh karena itu, tahap penyajian ini harus diperbaiki pada siklus berikutnya. c.
Pelaksanaan Observasi Berdasarkan hasil pengamatan terhadap indikator kegiatan pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui penerapan model curah gagasan pada siklus I, diperoleh gambaran bahwa indikator kegiatan tersebut belum maksimal atau belum terlaksana dengan baik. Secara rinci, indikator kegiatan pembelajaran menulis
ANITA CANDRA DEWI & ISNANI ARIANTI / PENERAPAN MODEL CURAH GAGASAN (BRAINSTORMING) DALAM MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS VII A SMPN 1 TANETE RILAU KAB. BARRU
27
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
karangan deskripsi melalui penerapan model curah gagasan siswa kelas VIIA SMPN 1 Tanete Rilau Kab. Barru pada siklus I. Berdasarkan hasil observasi peneliti dan kolaborator terhadap aktivitas guru dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui penerapan model curah gagasan siswa kelas VIIA SMPN 1 Tanete Rilau Kab. Barru pada siklus I ini belum maksimal. Aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran ini masih ada beberapa kegiatan yang ada dalam rencana pembelajaran tidak terlaksana sebagaimana yang tercantum dalam RPP. Adanya beberapa indikator kegiatan pembelajaran yang belum mendapat perhatian dari guru, akhirnya berimplikasi pada penilaian proses maupun penilaian hasil siswa terhadap pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui penerapan model curah gagasan pada siklus. Namun demikian, pada siklus I ini, beberapa kegiatan pembelajaran menulis karangan deskripsi yang tercantum dalam RPP sudah terlaksana dengan baik. Untuk memperjelas aktivitas siswa pada siklus I. Berdasarkan hasil analisis menulis karangan deskripsi siswa dengan model curah gagasan pada siklus I ini dinyatakan belum maksimal. Ketidakmaksimalan ini dapat diamati melalui hasil karangan siswa yang belum mencapai KKM, yaitu nilai 70 keatas. PENUTUP Berdasarkan hasil dari kegiatan siklus I, dapat disimpulkan bahwa penerapan model curah gagasan dalam meningkatkan pembelajaran menulis karangan deskripsi siswa kelas VII A SMPN 1 Tanete Rilau Kab. Barru masih belum maksimal sehingga perlu dilanjutkan penelitian lebih mendalam lagi pada kegiatan siklus II. Berdasarkan hasil temuan dan kesimpulan di atas, perlunya kesiapan guru dan siswa jika menggunakan model pembelajaran yang dianggap baru, sebaiknya guru memahami dengan baik model pembelajaran brainstorming, sebagai seorang guru hendaknya harus mengetahui macammacam model pembelajaran dan mampu menyesuaikan materi agar lebih bervariasi dan tidak terfokus pada satu model saja yang bisa membuat siswa merasa bosan. DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan. (2005). Paragraf. Jakarta: Pusat Bahasa. Arikunto, Suharsimi. (2004). Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta. Brotowijoyo, Mukayat D., (2002). Penulisan Karangan Ilmiah Edisi Revisi. Jakarta: Akademia Pressindo. Cullen, Brain. (1998). “Brainstorming before Speaking Tasks”. Online (Itelsj. Or. Id/tels/pdf). Diakses 28 Februari 2013. Depdikbud. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Finoza, L. (2004). Komposisi Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa. Jakarta: Diksi Insan Mulia. Gie, the Liang. (2002). Terampil Mengarang. Yogyakarta: ANDI
ANITA CANDRA DEWI & ISNANI ARIANTI / PENERAPAN MODEL CURAH GAGASAN (BRAINSTORMING) DALAM MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS VII A SMPN 1 TANETE RILAU KAB. BARRU
28
Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 3 No. 1 Juni 2016
Junus, Andi Muhammad. (2002). Keterampilan Menulis. Makassar: Badan Penerbit UNM. Kadang, Eva. (2010). Keefektifan Pendekatan Proses Dalam Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Makassar. Tesis tidak diterbitkan Makassar Program Pascasarjana UNM. Kadir K, Abdul. (2005). Pengembangan Model Pengajaran Menulis Deskriptif Siswa Kelas II SMP Kemala Bayangkari Disamakan Makassar. Tesis tidak diterbitkan Makassar Program Pascasarjana UNM. Keraf, Gorys. (2005). Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia. La Aboh. (2005). Strategi Pembelajaran Menulis Kreatif pada Siswa Madrasah Aliyah di Kota Kendari. Tesis. tidak diterbitkan Makassar Program Pascasarjana UNM. Miles, Matthew. B. dan Michael Huberman. (1992). Analisis Data Kualitatif.Jakarta: Universitas Indonesia. Moleong, Lexy. J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda. Nursito. (2000). Penuntun Mengarang. Jakarta: Adi Cita. Salam. (2009). Penalaran dalam Karya Tulis Ilmiah. Makassar: Badan Penerbit UNM.
ANITA CANDRA DEWI & ISNANI ARIANTI / PENERAPAN MODEL CURAH GAGASAN (BRAINSTORMING) DALAM MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS VII A SMPN 1 TANETE RILAU KAB. BARRU
29