44 6
PERENCANAAN INTERPRETASI BERBASIS KONSERVASI BAMBU SEBAGAI BAHAN BAKU ANGKLUNG
Seperti yang disampaikan oleh Muscardo (1998) peran interpretasi dalam mendukung kegiatan wisata meliputi meningkatkan pengalaman berkualitas bagi pengunjung, meningkatkan kualitas hidup pengelola dan masyarakat, menyampaikan pentingnya keberlanjutan sumber daya bambu, perlindungan keanekaragaman biodiversitas bambu (jenis-jenis bambu yang digunakan sebagai bahan baku angklung), pemeliharaan ekosistem bambu melalui metode pemanenan tebang pilih serta melakukan penanaman bambu in-situ maupun exsitu yang menjamin keberadaan angklung sebagai warisan dunia baik dari segi sumber daya maupun produk secara berkelanjutan. Program wisata yang terdapat di Saung Angklung Udjo masih sebatas pada kebudayaan/kesenian alat musik angklung sehingga belum menyentuh sumber daya bambu sebagai bahan baku utama pembuatan angklung. Perencanaan interpretasi yang dibuat berupa interpretasi berbasis konservasi sumber daya bambu sebagai bahan baku angklung. Keberlanjutan usaha (produksi angklung) dan kelestarian kesenian dan budaya angklung yang dilakukan oleh pihak pengelola Saung Angklung Udjo sangat tergantung pada sumber daya bambu sebagai bahan baku pembuatan angklung. Hal ini menunjukkan adanya keterkaitan antara alat musik angklung (sebagai produk/komoditas) dan sumber daya bambu (sebagai bahan baku). Perencanaan interpretasi merupakan salah satu upaya pengenalan sumber daya bambu yang diharapkan dapat meningkatkan pengertian dan pemahaman, kesadaran, serta apresiasi masyarakat (pengelola dan pengunjung) terhadap sumber daya bambu sebagai bahan baku utama angklung yang jumlahnya terbatas. Pentingnya upaya konservasi dalam menjaga keberadaan sumber daya bambu jangka panjang disampaikan dalam bentuk interpretasi. Pengadaan bahan baku, kegiatan produksi angklung merupakan atraksi yang dapat dikemas menjadi program interpretasi. Topik bambu sebagai obyek interpretasi dijabarkan menjadi beberapa tema, antara lain: pengenalan jenis-jenis bambu, memahami siklus hidup bambu, manfaat bambu, filosofi bambu dan konservasi sumber daya bambu. Beberapa rumpun tanaman bambu yang tumbuh di area Saung Angklung Udjo menjadi obyek penting yang dapat menjelaskan karakteristik bio-ekologis bambu sebagai sumber daya (bahan baku) utama pembuatan angklung. Obyek Angklung tidak dapat dipisahkan dari obyek bambu sebagai bahan baku pembuatannya. Topik angklung dapat dijabarkan menjadi beberapa tema yang berkaitan dengan obyek bambu antara lain: filosofi angklung, proses bambu menjadi angklung (pemanenan, perakitan, hingga pengemasan), bentuk-bentuk angklung yang mengalami modifikasi dari jaman dahulu hingga masa kini, karakteristik tabung-tabung angklung yang menghasilkan nada yang berbedabeda. Tujuan dan Sasaran Interpretasi Tujuan interpretasi berbasis konservasi sumber daya bambu di Saung Angklung Udjo dibangun di atas empat pilar utama yaitu understanding and
45 appreciation; sustainability; authenticity and relevancy; danbest practices. Sasaran interpretasi menurut Sharpe (1982) ada tiga hal yaitu: (1) mengembangkan kesadaran dan memperkaya pengetahuan pengunjung, (2) meningkatkan pendayagunaan sumber daya, dan (3) menjadi sarana promosi agar masyarakat mengetahui nilai sejarah, konservasi dari obyek yang dimaksud. Implementasi dari tujuan yang mengintegrasikan dari keempat pilar tersebut diharapkan menjadi pilihan terbaik dalam perencanaan interpretasi di Saung Angklung Udjo. Sejalan dengan apa yang telah dikemukakan oleh Tilden (1977) bahwa “Interpretation is an educational activity which aims to reveal meanings and relationships through the use of original objects, by firsthand experience, and by illustrative media, rather than simply to communicate factual information”, maka tujuan dan sasaran perencanaan interpretasi di Saung Angklung Udjo dijabarkan sebagai berikut: 1. Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan penghargaan (apresiasi) masyarakat (pengunjung) mengenai bambu dan angklung. a. Menjadi pusat informasi dan konservasi bambu di Jawa Barat. b. Mewujudkan pendekatan yang seimbang antara sumber daya alam (bambu) dan budaya (angklung). c. Mengembangkan komunikasi dua arah antara pengunjung dan Saung Angklung Udjo. 2. Mencapai kelestarian sumber daya bambu dan angklung, serta keberlanjutan usaha Saung Angklung Udjo. a. Terwujudnya kelestarian sumber daya alam (bambu). b. Terwujudnya relevansi sosial melalui pemberdayaan masyarakat sekitar dan kerjasama kemitraan. c. Terwujudnya program rutin dengan lembaga pendidikan dan pihak lainnya. d. Mewujudkan Saung Angklung Udjo sebagai model interpretasi yang ideal, asli, khas dan relevan bagi semua pengunjung. Tujuan ini meliputi aktifitas pendidikan lingkungan melalui penggalian dan penyampaian informasi mengenai sumber daya bambu dan angklung melalui program interpretasi. Dengan memperhatikan pelaksanaan interpretasi yang autentik, relevan dan eksklusif bagi pengunjung, agar memperoleh makna dan nilai dari sumber daya bambu dan angklung dan menciptakan kepedulian (awareness) yang tinggi terhadap bambu. Dari tujuan tersebut, interpretasi diharapkan dapat mencapai tujuan yang menjamin keseimbangan antara kelestarian sumber daya dan keberlanjutan usaha bagi pihak pengelola Saung Angklung Udjo. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Veverka (1994), bahwa “objectives are specific and measurable steps that outline actions to achieve goals. Tujuan, sasaran dan strategi perencanaan interpretasi berbasis konservasi bambu di Saung Angklung Udjo dikembangkan berdasarkan rencana interpretasi yang merupakan hasil sintesis dari inventarisasi dan analisis data penelitian (tabel 5). Strategi yang dikembangkan ini diharapkan juga dapat menarik pengunjung baik pengunjung baru maupun pengunjung yang pernah datang ke Saung Angklung Udjo sehingga tertarik untuk melakukan kunjungan kembali secara rutin.
46 Tabel 5
Perencanaan Interpretasi Berbasis Konservasi Bambu sebagai Bahan Baku Angklung di Saung Angklung Udjo
No.
Tujuan
Sasaran/ Indikator
Strategi
1.
Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan penghargaan (apresiasi) masyarakat (pengunjung) mengenai bambu dan angklung
a. Menjadi pusat informasi dan konservasi bambu di Indonesia. b. Mewujudkan pendekatan yang seimbang antara sumber daya alam (bambu) dan budaya (angklung). c. Mengembangkan komunikasi dua arah antara pengunjung dan Saung Angklung Udjo. Pengunjung bisa mengenal bambu dan habitatnya Pengunjung mengetahui jenis-jenis bambu yang menjadi bahan baku angklung Pengunjung mengerti dan memahami pentingnya konservasi bambu Pengunjung mengetahui proses pengolahan bambu sebagai bahan baku angklung Pengunjung bisa merasakan pengalaman secara langsung proses pembuatan angklung
2.
Mencapai kelestarian sumber daya bambu dan angklung, serta keberlanjutan usaha Saung Angklung Udjo
a. Terwujudnya kelestarian sumber daya bambu b. Terwujudnya keberlanjutan produksi angklung c. Mewujudkan Saung Angklung Udjo sebagai model interpretasi yang ideal, asli, khas dan relevan bagi semua pengunjung. Pengunjung dapat menerima pesan konservasi dan tertarik untuk ikut serta (berpartisipasi) dalam kegiatan konservasi bambu untuk melestarikan kesenian alat musik angklung Meningkatnya kepedulian publik terhadap konservasi sumber daya bambu
Membangun arboretum bambu dan pusat konservasi bambu Meningkatkan penekanan program wisata pada sumber daya bambu dan angklung Mengintegrasikan interpretasi bambu dengan angklung Memberi peluang bagi pengunjung berperan dalam kegiatan interpretasi (menjadi guide/informan mengenai bambu, menjadi salah satu pemain pertunjukan) Memfasilitasi pengunjung untuk berperan dalam pengelolaan interpertasi bambu (volunteer) Membangun media komunikasi secara online (website) Menggali dan mengembangkan nilai-nilai budaya masyarakat lokal Meningkatkan kepedulian publik terhadap konservasi sumber daya bambu Menerapkan hasil riset untuk mendukung pengelolaan Mengembangkan pusat produksi angklung. Membangun arboretum bambu dan pusat konservasi bambu Membangun stasiun penelitian dan pembibitan bambu
47 Program Interpretasi Dari tujuan, sasaran dan strategi perencanaan interpretasi seperti yang telah dijabarkan sebelumnya, selanjutnya ditetapkan beberapa program interpretasi di Saung Angklung Udjo. Dalam menentukan program interpretasi, ada beberapa hal yang menjadi dasar pertimbangan, seperti yang telah disarankan oleh Lewis (1980) yaitu: (1) orang belajar terbaik dari pengalaman pertama, (2) orang belajar lebih baik ketika mereka aktif terlibat dalam proses pembelajaran, (3) orang belajar lebih baik ketika mereka menggunakan berbagai sensasi yang tersedia, (4) pengunjung belajar tentang apa yang paling bernilai untuk mereka diwaktu kini, (5) menggunakan berbagai variasi pendekatan dan pembelajaran, dan (6) pembelajaran baru adalah membangun pondasi akan pengetahuan sebelumnya. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip interpretasi yang telah dikemukakan oleh Tilden (1977), pendekatan interpretasi oleh Ham (1992), dan saran-saran dari Lewis (1980), maka beberapa program interpretasi yang dipilih di Saung Angklung Udjo adalah : 1. Program pengenalan sumber daya bambu 2. Program pengenalan bahan baku angklung Program-program tersebut di atas merupakan program interpretasi berbasis konservasi sumber daya bambu sebagai bahan baku utama pembuatan angklung. Dalam program ini, pengunjung tidak hanya diberi informasi mengenai jenis-jenis bambu dan upaya konservasi bambu yang menjadi bahan baku utama pembuatan angklung, tetapi mereka diajak untuk berpartisipasi dalam kegiatan konservasi tersebut baik secara langsung maupun secara tidak langsung sehingga dapat memperkaya pengalaman pengunjung. Mengajak pengunjung melihat langsung obyek interpretasi, memahami keterkaitan dan hubungan obyek interpretasi dengan lingkungan melalui pengalaman langsung lewat panca indera, penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, ataupun perabaan. Aspek yang terlibat dalam sebuah penyampaian interpretasi tidak hanya ranah kognitif, melainkan juga ranah afektif dan psikomotorik. Parameter ranah afektif berupa perasaan dan emosi yang berpengaruh signifikan terhadap persepsi dan perilaku pengunjung khususnya terkait isu lingkungan (Povey&Rion 2002). Obyek, Tema dan Materi Interpretasi Dalam perencanaan interpretasi berbasis konservasi bambu ini, semua data penelitian yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber, baik data primer maupun data sekunder digunakan untuk merumuskan dan mendukung pengembangan tema interpretasi. Perumusan dan pengembangan tema interpretasi seperti yang dikemukakan oleh Veverka (1994) memberikan langkah-langkah perencanaan interpretasi yang meliputi enam elemen yaitu What, Why, Who, How/ When/Where (Story Development Forms), Implementation and Operation, So What. Pada elemen pertama, Veverka (1994) memberikan penjelasan bahwa What berisi tentang “The resources, theme, and sub-theme to be interested”, dengan demikian What memberikan gambaran mengenai sumber daya yang akan menjadi obyek interpretasi.
48 Ham (1992) menyatakan bahwa “The topic of a presentation is simply its subject matter, whereas the theme of the presentation is the specific message about the subject we want to communicate to the audience”. Sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Ham (1992) tersebut, maka bambu sebagai obyek interpretasi di Saung Angklung Udjo telah dipilih menjadi topik interpretasi yang merupakan dasar dalam pengembangan tema interpretasi berbasis konservasi bambu sebagai bahan baku pembuatan angklung. Dalam merumuskan tema interpretasi, Mullins (1979) menetapkansuatu formula yaitu “Theme = Topic + Recurring Message Element”. Pada penelitian ini, formulasi tema interpretasi dapat dirumuskan sebagai “Tema = Topik ( Obyek) + Pesan berulang (pesan bagi pengunjung). Berdasarkan formula tersebut, maka dapat dirumuskan sebuah tema utama yang terbagi menjadi 3 (tiga) sub tema dalam perencanaan interpretasi berbasis konservasi sumber daya bambu sebagai bahan baku pembuatan angklung yaitu bambu, angklung, dan saung angklung udjo. Tema utama interpretasi berbasis konservasi sumber daya bambu sebagai bahan baku pembuatan angklung di Saung Angklung Udjo. Banyak penelitian yang menganggap bahwa sangat penting untuk menciptakan program dengan tema yang jelas dan sesuai dengan tujuan (Knapp&Benton 2004). Tema-tema tersebut merupakan pernyataan ide penting yang mengatur pesan-pesan yang akan disampaikan kepada pengunjung Saung Angklung Udjo. Pesan yang diturunkan dari tema-tema interpretasi merupakan materi yang berupa informasi yang akan disampaikan kepada pengunjung Saung Angklung Udjo. Materi ini secara komprehensif meliputi seluruh obyek yang terdapat di Saung Angklung Udjo dengan berbasis pada konservasi sumber daya bambu sebagai bahan baku angklung. Dengan tema-tema ini diharapkan mampu menginspirasi, menggugah kesadaran, kepedulian dan penghargaan pengunjung terhadap obyek interpretasi. Beberapa materi interpretasi dari masing-masing tema dideskripsikan pada Tabel 6 di bawah ini. Tabel 6 Obyek, Tema dan Materi Interpretasi di SAU No. 1.
Obyek Sumber bambu
daya
Tema Bioekologi bambu menjadi dasar konservasi sumber daya bambu
Tema Pendukung : 1. Karakteristik bambu merupakan tulang punggung (backbone) Saung Angkung Udjo
2. Konservasi sumber daya bambu
Pesan/ Materi
Klasifikasi, morfologi serta anatomi bambu Habitat dan penyebaran bambu Pengenalan jenis-jenis bambu Memahami siklus hidup bambu Manfaat bambu
Filosofi bambu Karakteristik bambu Sifat fisik dan mekanik bambu Jenis bambu yang menjadi bahan baku pembuatan angklung ( tidak semua jenis bambu dapat dijadikan bahan baku angklung) Prinsip pengelolaan bambu Arboretum bambu di SAU Pembibitan dan penanaman bambu di SAU