49 Teknik Interpretasi Untuk menyampaikan pesan yang berupa materi interpretasi berbasis konservasi sumber daya bambu kepada pengunjung dengan baik, maka diperlukan teknik interpretasi. Sesuai dengan penjelasan Sharpe (1982), maka teknik interpretasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan/materi interpretasi di Saung Angklung Udjo terdiri dari dua teknik yaitu (1) Teknik secara langsung (attended service), dan (2) Teknik secara tidak langsung (unattended service). 1. Teknik secara langsung (attended service) Penyampaian materi interpretasi berbasis konservasi sumber daya bambu kepada pengunjung dilakukan secara langsung oleh seorang interpreter (guide) yang telah ditunjuk oleh pihak pengelola Saung Angklung Udjo. Interpreter tersebut bertugas memberikan penjelasan mengenai obyek interpretasi dengan berdasarkan pada tema dan materi yang telah ditentukan sebelumnya sehingga pengunjung merasa tertarik terhadap obyek tersebut. Proses penyampaian informasi yang berupa materi ini berlangsung didekat obyek interpretasi, sehingga pengunjung dapat melihat dan merasakan obyek seperti bambu dan angklung secara langsung. Pada saat dibutuhkan, interpreter akan mendemonstrasikan suatu aktifitas seperti memainkan angklung, mengidentifikasi jenis bambu dengan indera peraba dan penciuman. Pengunjung juga diberi kesempatan untuk mempraktekkan apa yang telah dijelaskan dan diperagakan oleh interpreter tersebut. Dalam proses komunikasi ini, juga diselingi dengan tanya jawab dan diskusi. Pengunjung yang tertarik, biasanya akan menanyakan sesuatu yang belum diketahui dan ingin penjelasan yang lebih detil. Khusus pada program pertunjukan bambu, interpreter juga bertugas sebagai pembawa acara (host) yang memandu acara pertunjukan dari awal sampai akhir pertunjukan. Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, karena pengunjung bukan hanya berasal dari dalam negeri, namun juga berasal dari luar negeri. 2. Teknik secara tidak langsung (unattended service) Teknik penyampaian informasi/ materi interpretasi secara tidak langsung (unattended service) juga dilakukan di Saung Angklung Udjo. Penyampaian materi dilakukan tanpa kehadiran interpreter, namun dengan menggunakan alat bantu yang berupa media atau sarana interpretasi dalam memperkenalkan obyek interpretasi (Pradini 2002). Media atau sarana interpretasi yang digunakan adalah papan informasi, papan tanda atau penunjuk arah, peta interpretasi, video, galeri foto, website, dan leaflet serta booklet yang berisi materi interpretasi berbasis konservasi sumber daya bambu. 7 CONTOH PROGRAM INTERPRETASI: MENGENAL BAMBU SEBAGAI BAHAN BAKU ANGKLUNG Dari perencanaan interpretasi yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka ditentukan dan dipilih sebanyak 2 (dua) contoh program interpretasi prioritas dalam rangka interpretasi berbasis konservasi sumber daya bambu sebagai bahan baku utama pembuatan Angklung di Saung Angklung Udjo. Program interpretasi tersebut adalah (1) program pengenalan bambu sebagai bahan baku Angklung, dan (2) program pengenalan jenis dan karakteristik bambu
50 yang menjadi bahan baku utama pembuatan Angklung. Target audiensi program adalah pengunjung yang datang ke Saung Angklung Udjo. Program Pengenalan Bambu sebagai Bahan Baku Angklung Program interpretasi yang menjadi prioritas di Saung Angklung Udjo adalah program pengenalan bambu sebagai bahan baku Angklung. Program interpretasi ini akan dijelaskan dalam bentuk tabel, uraian deskriptif, visualisasi gambar, serta video interaktif. Judul Program
: Mengenal Bambu Sebagai Bahan Baku Utama Angklung
Teknik
: Interpretasi secara langsung : Interpretive Talk and Workshop
Target
: Pengunjung (untuk semua umur)
Durasi
: 30 Menit
Lokasi
: Ruang Produksi Angklung
Topik/ Obyek
: Sumber Daya Bambu dan Angklung
Tema Pesan/ Materi
: Bambu sebagai bahan baku utama pembuatan angklung : Bambu dalam Angklung : Morfologi Angklung : Bagian-bagian Angklung Bahan baku pada setiap bagian Angklung Jenis bambu yang menjadi bahan baku utama Angklung
Tujuan
: Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pengunjung mengenai bambu dan angklung. : Pengunjung mengetahui jenis-jenis bambu yang menjadi bahan baku angklung Pengunjung bisa merasakan pengalaman secara langsung proses pembuatan angklung Pengunjung mengerti dan memahami pentingnya konservasi bambu
Sasaran
Program interpretasi ini dilakukan di ruang produksi yaitu pusat produksi angklung, dengan pemanduan seorang petugas (pegawai) yang disediakan oleh pihak pengelola Saung Angklung Udjo. Dalam program interpretasi ini, petugas berperan sebagai interpreter sekaligus memandu pengunjung yang datang ke Saung Angklung Udjo. Bandung. Materi utama yang menjadi pesan dalam program pengenalan bambu sebagai bahan baku Angklung ini adalah informasi mengenai bagian-bagian Angklung yang berasal dari bambu sebagai bahan baku utama pembuatan Angklung. Secara ringkas, skenario cerita program pengenalan bambu sebagai bahan baku Angklung di Saung Angklung Udjo tersaji pada Tabel 7 di bawah ini.
51 Tabel 7 Skenario Cerita No
Kegiatan
Lokasi/ Ruang
Durasi Waktu
1
Kedatangan pengunjung di SAU
Pintu Gerbang
-
2
Pengunjung Berkumpul
-
3
Perkenalan Interpreter dan Peserta
Area Parkir Ruang Penerimaan/ Pusat Informasi
4
Pemaparan Materi, Workshop dan Diskusi
10 Menit 20 menit
Jumlah Durasi
30 Menit
Arah program interpretasi (interpretive direction) dan skema alur pengunjung dalam program pengenalan bambu sebagai bahan baku Angklung (Gambar 32 dan Gambar 33) menunjukan bahwa program ini merupakan salah satu dari beberapa program yang ada di Saung Angklung Udjo.
Masuk
Masuk (Entry) Media
Interpreter Mengetahui & Memahami
Interpretasi &Experience Bambu & Angklung
Keluar (out) Pengetahuan & Kesadaran meningkat Kesadaran (Awarness)
Pengetahuan (Knowledge)
Komitmen
Gambar 32 Arah program interpretasi (interpretive direction)
52
Gambar 33 Skema program interpretasi
53 Dari uraian dan penjelasan gambar di atas, maka skenario cerita dalam program pengenalan bambu sebagai bahan baku Angklung ini adalah sebagai berikut : 1. Pengunjung masuk ke dalam kawasan Saung Angklung Udjo melalui pintu gerbang utama. 2. Pengunjung berkumpul di area parkir mempersiapkan diri untuk menuju ruang penerimaan 3. Seorang petugas menyambut kedatangan pengunjung. Dengan panduan petugas SAU, pengunjung menuju ke Pusat Informasi dan memilih program interpretasi/ paket wisata. Petugas SAU dan pengunjung melakukan komunikasi dan perkenalan, petugas mendata identitas, jumlah dan asal pengunjung. Petugas SAU memberikan informasi mengenai program interpretasi yang ada di SAU, pengunjung menerima penjelasan secara lisan dari petugas/ pemandu. Aktifitas ini berlangsung selama kurang lebih 10 menit. Setelah menerima informasi, pengunjung memilih paket wisata di SAU. Salah satu paket wisata yang telah dipilih oleh pengunjung adalah program interpretasi pengenalan sumber daya bambu sebagai bahan baku angklung. Dengan dipandu oleh petugas SAU, pengunjung berjalan menuju ke ruang produksi Angklung. 4. Program interpretasi pengenalan bambu sebagai bahan baku Angklung berlangsung di ruang produksi Angklung. Pengunjung menuju ke ruang produksi Angklung dengan berjalan kaki. Selama perjalanan yang membutuhkan waktu kurang lebih 2 menit, pengunjung menikmati suasana area Saung Angklung Udjo yang sejuk dan asri, pengunjung bisa melihat tata hijau tanaman bambu yang tumbuh di area Saung Angklung Udjo. Setelah tiba di ruang produksi Angklung, pengunjung bisa melihat secara langsung proses perakitan kerangka angklung dan pengecekan serta pengemasan/ pengepakan Angklung yang siap dipasarkan. Program interpretasi pengenalan sumber daya bambu sebagai bahan baku Angklung dimulai dengan pemaparan yang dilakukan oleh seorang pemandu yang sekaligus bertugas sebagai interpreter. Interpreter menggunakan teknik secara langsung (attended service). Tema program interpretasinya adalah Bambu sebagai bahan baku utama pembuatan Angklung. Materi interpretasi disampaikan secara lisan (pemaparan) oleh interpreter kepada pengunjung. Materi tersebut berupa Bambu dalam Angklung: Morfologi Angklung: Bagian-bagian Angklung Bahan baku pada setiap bagian Angklung, Jenis bambu yang menjadi bahan baku utama Angklung Pemaparan materi interpretasi oleh interpreter dilakukan secara informal dan dengan bahasa yang komunikatif seperti layaknya kedua pihak sedang bercakap-cakap. Pengunjung bisa langsung bertanya bila ada sesuatu yang belum dia mengerti. Aktifitas ini berlangsung selama kurang lebih 20 menit. Dalam melaksanakan interpretasi ini, petugas menggunakan obyek yang berupa Angklung secara langsung untuk memperkenalkan alat musik Angklung dan bahan baku pembuatan Angklung. Setelah selesai memberikan pemaparan, petugas memberikan waktu untuk diskusi. Diskusi dilakukan dengan tanya jawab, dimana pengunjung dapat mengajukan pertanyaan yang kemudian akan dijawab dan dijelaskan oleh petugas. Selain itu, pengunjung juga bisa mendapatkan informasi dengan membaca papan informasi yang ada di area.
54
Angklung terdiri dari beberapa bagian : 1. Tabung sora yang terdiri dari 2 Tabung a. Tabung kecil terletak di sebelah kiri dan, b. Tabung besar yang berada di sebelah kanan 2. Ancak yaitu bagian rangka Angklung yang dibagi menjadi beberapa bagian : c. Jejer bagian dari ancak (rangka angklung) d. Tabung dasar (bawah) e. Palang Gantung sebagai penyangga tabung sora
Gambar 34 Morfologi Angklung
Sumber Daya Bambu : 1. Bambu Gombong
Tali pengikat, terbuat dari Rotan
Sumber Daya Bambu : 2. Bambu Temen 3. Bambu Gombong
Sumber Daya Bambu : 4. Bambu Hitam 5. Bambu Tali
Sumber Daya Bambu : 6. Bambu Hitam 7. Bambu Tali
Gambar 35 Jenis Bambu sebagai Bahan Baku Angklung
55 Dalam pemaparan materi interpretasi (interpretive talk) yang berupa bagian-bagian Angklung, interpreter menggunakan dan memperagakan bagianbagian Angklung secara langsung agar pesan yang ingin disampaikan dapat diterima dan dipahami oleh pengunjung secara mudah. Selama berlangsungnya pemaparan, pengunjung juga diberi kesempatan untuk memegang langsung obyek Angklung, sambil mendengarkan penjelasan dari interpreter. Penjelasan bagianbagian Angklung oleh interpreter, diikuti pemaparan dan penjelasan bahan baku sebagai bahan baku utama pembuatan Angklung (Gambar 34 dan Gambar 35). Pada program interpretasi ini, fokus penyampaian materi atau pesan interpretasi dititikberatkan pada jenis-jenis bambu yang menjadi bahan dasar/baku dari bagian-bagian Angklung tersebut. Setelah pemaparan selesai dilakukan, diharapkan pengunjung senang dan memahami mengenai sumber daya bambu yang menjadi bahan dasar pembuatan Angklung. Pengunjung dapat melakukan pengamatan terhadap para pekerja yang sedang merakit dan mengecek Angklung di dalam workshop pembuatan Angklung, bahkan pengunjung diperbolehkan untuk mencoba melakukan aktifitas pembuatan angklung, sambil mengamati bambu yang siap dirakit menjadi angklung. Selanjutnya pengunjung dapat meninggalkan lokasi (ruang produksi Angklung) untuk mengikuti aktifitas/program-program yang lainnya. Dengan membawa informasi dan mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru, pengunjung kembali ke tempat istirahat dan melihat ruang display lain. Pengunjung yang merasa senang dan puas, tentu akan menginformasikan pengalaman dan pengetahuannya ke teman-temannya yang lain atau masyarakat lainnya. Kegiatan interpretasi lain ialah membedakan bambu yang baru di panen dengan bambu yang siap untuk untuk diproses menjadi angklung. Dalam kegiatan ini, pengunjung akan diajak untuk menggunakan indera peraba, penglihatan dan penciumannya dalam membedakan usia bambu seusai pemanenan. Bambu yang baru dipanen memiliki bau, warna, dan karakteristik yang khas. Kegiatan ini tentu memberi pengetahuan baru bagi pengunjung dalam mengenali bambu yang baru dan sudah lama dipanen. Ciri-ciri bambu yang dijadikan alat musik adalah bambu dengan usia yang relatif tua yang berkadar air rendah serta volume serat padat dan kompak (Nuriyatin 2000). Ciri tersebut mendukung proses perambatan getaran relatif konstan. Saung Angklung Udjo menjadi salah satu objek wisata yang sangat menarik pengunjung. Dengan perencanaan program interpretasi yang berjudul mengenal bambu sebagai bahan baku angklung, pengunjung dapat mengetahui dan mengenal lebih dalam mengenai bahan baku angklung. Di samping itu, pengunjung akan merasa senang dan puas serta mempunyai keinginan untuk datang lagi. Program interpretasi juga akan membentuk komitmen pengunjung untuk ikut memelihara dan melestarikan bambu dan angklung sehingga dapat bermanfaat bagi anak cucu di masa mendatang. Pengunjung juga akan menginformasikan pengalaman dan pengetahuannya ke teman-temannya yang lain atau masyarakat lainnya. Perencanaan interpretasi di Saung Angklung direncanakan sebagai berikut: 1. Pengunjung yang datang akan disambut dengan gemerisik rumpun bambu yang terletak di area parkir. Pengunjungkemudian dibagi menjadi kelompok dengan jumlah anggota 5-10 orang dengan didampingi oleh satu interpreter.
56 2.Seluruh kelompok akan diarahkan ke amphiteater yang sudah disiapkan sound system dan layar lebar. Pengunjung akan diputarkan film berdurasi 5-7 menit yang terdiri dari 5-7 slide. Slide pertama menggambarkan rumpun bambu dan filosofinya. Keistimewaan bambu sebagai tanaman yang tumbuh bergerombol, memperkuat akar terlebih dahulu sebelum menumbuhkan batang, tumbuh lurus ke atas dan memiliki sifat fleksibel namun kuat dipaparkan lewat slide presentasi. Slide kedua mendeskripsikan mengenai manfaat bambu dari akar hingga daun, kehidupan masyarakat yang tidak terlepas dari tanaman bambu dari mulai lahir hingga meninggal dunia. Slide ketiga menjelaskan mengenai filosofi angklung sehingga dinobatkan oleh Unesco sebagai World Heritage. Slide keempat menjelaskan proses pembuatan angklung secara singkat, dan slide kelima mendeskripsikan rusaknya hutan akibat pengambilan bambu di alam dan dengan menggunakan metode pemanenan tebang pilih. Dari perencanaan tersebut, pengunjung diajak untuk mengenal dan memahami bambu sebagai tanaman dan sebagai produk angklung. Konsep konservasi yang ditunjukkan lewat slide audio visual diharapkan mampu menggugah sikap pengunjung akan pentingnya pelestarian bambu sebagai salah satu perlindungan jenis bambu sebagai bahan baku angklung. Beberapa upaya konservasi bambu disampaikan di akhir presentasi untuk mengajak pengunjung terlibat secara langsung dalam program konservasi bambu. Program Pengenalan Jenis dan Karakteristik Bambu Sebagai Bahan Baku Angklung Program interpretasi berbasis konservasi sumber daya bambu sebagai bahan baku utama pembuatan Angklung yang menjadi prioritas di Saung Angklung Udjo adalah program pengenalan jenis dan karakteristik bambu sebagai bahan baku Angklung. Program interpretasi ini akan dijelaskan dalam bentuk tabel, uraian deskriptif, dan visualisasi gambar. Judul Program Teknik Target Durasi Lokasi Topik/ Obyek Tema
Pesan/ Materi
: Mengenal Jenis dan Karakteristik Bambu sebagai Bahan Baku Angklung : Interpretasi secara langsung dan tidak langsung : Pengunjung Saung Angklung Udjo (usia dewasa 20-60 tahun) : 30 Menit : Ruang Konservasi Bambu : Sumber Daya Bambu : 1. Karakteristik bambu merupakan tulang punggung (backbone) Saung Angkung Udjo 2. Konservasi sumber daya bambu : Karakteristik bambu: Filosofi bambu Karakteristik bambu Sifat fisik dan mekanik bambu Jenis bambu yang menjadi bahan baku pembuatan angklung : tidak semua jenis bisa digunakan
57 Kondisi dan status bambu yang menjadi bahan baku pembuatan angklung Konservasi sumber daya bambu : Prinsip pengelolaan bambu Kebijakan konservasi bambu Upaya pelestarian bambu oleh SAU Arboretum bambu di SAU Pembibitan dan penanaman bambu di SAU Tujuan Sasaran
: Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran (awareness) pengelola mengenai konservasi bambu. : Pengunjung mengetahui jenis-jenis bambu yang menjadi bahan baku angklung. Pengunjung mengerti, memahami dan menyadari pentingnya konservasi bambu. Pengunjung melakukan upaya konservasi sumber daya bambu.
Program interpretasi ini dilaksanakan dengan menggunakan teknik langsung dan tidak langsung (unattended service) atau self guide interpretive. Teknik tidak langsung merupakan penyampaian materi yang dilakukan tanpa kehadiran interpreter, namun dengan menggunakan alat bantu yang berupa media atau sarana interpretasi dalam memperkenalkan obyek interpretasi. Media atau sarana interpretasi yang digunakan adalah papan informasi dan galeri foto dan poster, yang berisi materi jenis-jenis bambu yang menjadi bahan baku utama pembuatan Angklung dan konservasi sumber daya bambu. Media atau sarana interpretasi ini diletakkan pada kantor pengelola Saung Angklung Udjo, dipasang di depan rumpun bambu yang tumbuh di Saung Angklung Udjo sesuai kebutuhan. Dengan program interpretasi ini, diharapkan akan meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran (awareness) pengunjung mengenai konservasi bambu. Pengelola akan mencintai sumber daya bambu sehingga akan diikuti dengan upaya konservasi/ pelestarian sumber daya bambu yang menjadi tulang punggung usaha Saung Angklung Udjo. Pengunjung diajak menuju arboretum bambu dan diminta mendeskripsikan perbedaan antara bambu Hitam (G. atrovioalaceae), bambu Temen (G. atter), bambu Tali (G. Apus) dan Bambu Gombong (G. pseudiarundinaceae). Deskripsi bambu meliputi batang, ruas, daun, warna batang. Aktivitas untuk pengunjung anak-anak (usia <12 tahun) ialah meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotoriknya melalui: Permainan ilmiah : Mencocokkan gambar bambu Hitam, bambu Temen, Bambu Tali dan Bambu Gombong dengan kartu yang bertuliskan nama latin dari ketiga bambu tersebut Permainan lima perbedaan : menyebutkan lima perbedaan dari Bambu Hitam, Bambu Temen, Bambu Tali dan Bambu Gombong berdasarkan tipe daun, tipe buluh, warna buluh dan bentuk akar. Membuat herbarium daun Bambu dan mengkreasikan sehingga menjadi pembatas buku yang cantik.