4.21. G. SIRUNG, Nusa Tenggara Timur
(a)
(b) Gunungapi Sirung (a) dan kawah (b)
KETERANGAN UMUM Nama Lain
: -
Nama Kawah
: Kawah A, Kawah B, dan Kawah D
Tipe Gunungapi
: Strato dengan kaldera berdanau
Lokasi Geografis
: 08°30'36" Lintang Selatan dan 124°08'54" Bujur Timur
Lokasi Administratif : Kec. Alor Pantar, Kab. Alor, Propinsi Nusa Tenggara Timur Ketinggian
: 862 m di atas permukaan laut
Desa terdekat
: Kakamauta
Pos Pengamatan
: Desa Tude, Kec. Alor Pantar, Kab. Alor, Propinsi Nusa Tenggara Timur (0826'48” LS, 12403'26” BT, ketinggian 65 m di atas permukaan laut)
PENDAHULUAN Cara Mencapai Puncak Perjalanan menuju Kawah G. Sirung dapat dilakukan dengan menggunakan kendaraan roda dua mulai dari Pos PGA hingga ke Desa Kakamauta yang merupakan desa terdekat dengan G. Sirung dalam waktu lk. 1 jam. Kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju tepi kaldera G. Sirung.
Inventarisasi Sumber Daya Gunungapi Sumber daya G. Sirung sampai saat ini belum terinventarisasi karena pemetaan geologi di gunungapi ini belum dilakukan. Dari kenampakan di lapangan banyak dijumpai sumber mata air di utara G. Sirung dekat dengan Pelabuhan Baranusa. Sumber mata air panas ini merupakan manifestasi adanya sumber panas bumi.
Wisata Saat ini G. Sirung telah dipromosikan sebagai daerah tujuan wisata pendakian beserta fenomena danau Kawah Sirung yang sangat indah. Hanya saja perlu pengembangan lebih lanjut, terutama sarana jalan perlu diperbaiki. Fenomena vulkanik yang terlihat di Desa Air Panas dan Air Terjun di Pulau Pantar juga telah dipromosikan diberbagai situs wisata.
SEJARAH KEGIATAN GUNUNGAPI G. Sirung merupakan satu-satunya gunungapi aktif yang terletak di bagian barat P. Pantar. Pusat kegiatan vulkanik G. Sirung saat ini terletak di dalam Kaldera Sirung yang dikelilingi oleh bekas kerucut-kerucut gunungapi seperti G. Sirung (862 m dpl), G. Topaki (1318 dpl), G. Anunggolak (794 m dpl), G. Sombutang (748 m dpl), dan G. Tomayang (742 m dpl). Menurut catatan para peneliti atau penulis terdahulu kegiatan erupsi G. Sirung dapat diuraikan sebagai berikut: Tahun 1852 1899 1927 1934 1947 1953
1960 1975
1998 2004
Keterangan Erupsi freatik dari kawah utama. Erupsi freatik dari kawah utama, erupsi disertai suara gemuruh. Erupsi freatik dari kawah utama, air danau kawah menghilang atau mengering. Erupsi freatik dari kawah utama, terjadi pada tanggal 14 Juni sampai dengan pertengahan Juli. Produk erupsi adalah abu, Lumpur, dan batu. Erupsi freatik dari kawah utama. Erupsi freatik dari kawah utama, terjadi pada tanggal 24 Juli sekitar pukul 09:00 WITA. Asap erupsi mencapai ketinggian sekitar 500 m di atas puncak. Tebal endapan abu di Kampung Kaka sekitar 0,5 cm. Kampung Kaka terletak di utara lk. 4 km dari kawah utama. Erupsi juga disertai gempabumi terasa pada tanggal 24, 25 dan 26 Juli. Erupsi freatik terjadi pada tanggal 13 Maret pukul 18:00 WITA hingga tengah malam, pusat erupsi di Kawah B. Erupsi freatik dari kawah utama. Erupsi terjadi pada tanggal 12 Mei sampai bulan Juni. Abu erupsi mengendap ke arah baratlaut dari kawah, daerah yang terkena endapan abu seluas lk. 2 25 km . Erupsi freatik dari Kawah A. Erupsi terjadi pada tanggal 18 Mei. Abu erupsi mengendap ke arah utara sejauh lk. 100 m dari bibir kawah (masih di dalam kaldera). Terjadi erupsi freatik kecil dari Kawah D pada tanggal 26 Maret pukul 08.05 WITA.
Karakter Erupsi Dari sejarah kegiatannya, sifat erupsi G. Sirung berupa erupsi-erupsi freatik yang menghasilkan abu, lumpur, dan batu (bom-bom vulkanik). Karakter dari setiap erupsi hampir sama atau tidak berubah. Interval waktu istirahat erupsi pertama 1852 sampai erupsi 1934 cenderung semakin pendek. Kemudian sejak erupsi 1953 sampai erupsi terakhir 1998, selang waktu istirahat berkisar antara 6-23 tahun cenderung semakin panjang.
GEOLOGI Stratigrafi Belum banyak ahli geologi yang memetakan secara rinci stratigrafi komplek G. Sirung. Berdasarkan Peta Geologi Lembar Lomblen skala 1 : 250.000, Y. Noya dan S. Koesoemadinata (1990) menjelaskan bahwa batuan tertua yang tersingkap di P. Pantar adalah intrusi granodiorit (Tmd) yang berumur akhir Miosen Tengah, yang menerobos batuan yang lebih tua yang tidak tersingkap di permukaan P. Pantar. Kemudian kegiatan gunungapi dan pengendapan sedimen terus berlangsung menghasilkan Formasi Alor (Tmpa) pada kala Miosen Atas berupa lava, breksi, dan tufa pasiran gampingan. Produk gunungapi tua (QTv) diendapkan pada kala Plio-Plistosen yang berupa lava, breksi, aglomerat, tufa, pasir gunungapi, dan tufa pasiran berbatuapung. Kegiatan vulkanisme itu terus berlangsung sampai sekarang yang menghasilkan endapan gunungapi muda. Salah satu gunungapi yang aktif sampai sekarang adalah Gunungapi Sirung yang menghasilkan endapan-endapan gunungapi muda. Batuan yang menyusun Kompleks Gunungapi Sirung secara umum didominasi oleh aliran lava yang kemudian terbongkar oleh erupsi besar yang menghasilkan endapan piroklastik dan diakhiri oleh erupsi freatik yang menghasilkan endapan freatik. Produk lava ini menyebar sampai sejauh lebih dari 5 km sehingga lerengnya tampak seperti perisai. Bagian lereng timur yang mempunyai bentuk agak landai seperti perisai dibentuk oleh dominasi aliran lava encer bersifat basaltik yang keluar berulang-ulang. Lereng bagian barat mempunyai banyak kerucut-kerucut gunungapi yang telah padam seperti Puncak Delaaki (938 m dpl), Puncak Taupekki (1344 m dpl), Puncak Boyali (1080 m dpl), dan Puncak Mauta (1023 m dpl). Kerucut-kerucut ini dibangun oleh produk lava dan piroklastik. Endapan-endapan di sekitar G. Sirung dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu endapan vulkanik tua yang berumur Kuarter Bawah, endapan gunungapi Pra Kaldera Sirung, Pembentukan Kaldera Sirung dan Paska Kaldera Sirung.
Struktur Geologi Bagian barat Kaldera Sirung dibatasi oleh jalur patahan besar yang menyebabkan terpecah-pecahnya suatu daerah yang dulunya bersatu. Patahan ini disebabkan oleh pergeseran terus menerus dalam arah baratdaya-timurlaut. Pada jalur patahan ini tumbuh Puncak Sirung yang sekarang berdiri sendiri sebagai kerucut gunungapi. Akibat patahanpatahan sekunder terjadi maka Puncak Sirung bagian dalam menjadi terbuka. Gunungapi Sirung bertipe pseudo aspite (Hartmann, 1934) dan oleh karena banyak lava cair bersifat basaltik mengalir ke arah timur dan lava agak kental bersifat basaltik andesitik mengalir ke arah barat yang diselingi oleh endapan piroklastik, maka Gunungapi Sirung bertipe campuran antara vulkanik dan aspite (Reksowirogo, 1972). Gunung Sirung adalah hasil vulkanisme muda yang terbentuk di daerah lemah berarah timurlaut-baratdaya. Dalam zaman terakhir (recent) seluruh pegunungan vulkanis muda ini mengalami pengangkatan. Bukti pengangkatan tersebut telah tertutup oleh bahan-bahan erupsi terakhir (Hartmann, 1934).
Peta Geologi G. Sirung
GEOFISIKA Seismik Metoda geofisika yang dipakai sampai saat ini dalam penelitian dan monitoring kegiatan vulkanik G. Sirung adalah metoda seismik dan deformasi. Dari tahun 1998 – 2000, gempa-gempa yang terekam lebih banyak gempa tektonik daripada gempa vulkanik. Rata-rata gempa tektonik muncul sekali dalam sehari dan gempa vulkanik satu kali dalam 10 hari. Namun mulai dari tahun 2006 hingga sekarang gempa yang terekam umumnya lebih banyak gempa Hembusan.
GEOKIMIA Manifestasi aktivitas vulkanik G. Sirung tampak dari adanya hembusan asap dari beberapa kawah yang berada di kompleks Kawah Sirung. Kompleks tersebut terdiri dari danau kawah, Kawah A, Kawah B, Kawah C, dan Kawah D yang disertai dengan tembusan solfatara/fumarola. Tembusan solfatara mempunyai tekanan cukup kuat, bau belerang tercium cukup tajam membuat pernapasan terganggu dan memerihkan mata. Air danau kawah sangat asam dengan pH≈1,5. Dalam kondisi normal, kawah-kawah G. Sirung memiliki suhu solfatara/fumarola sekitar 90 – 105 oC. Tabel Data Pemeriksaan Danau Kawah Tanggal 22-08- 2006 04-06-2007
Suhu Air Danau Tidak diukur o 38.5 C
Keterangan Air danau berwarna putih keabuan. Bualan bualan air masih tampak. Kepulan asap tidak tampak pada kawah ini. Air danau tampak tenang, berwarna putih kelabu, tidak nampak adanya bualan dan asap yang keluar dari permukaan danau.
Tabel Data pemeriksaan Kawah A Tanggal 31-05- 2006 29-07-2006 30-08- 2006 31-01-2007 04-06-2007
Suhu Solfatara o 100 C o 105 C o 100 C o 105 C Tidak diukur
Suhu Fumarola o 97 C o 100 C o 95 C o 100 C o 55 C
Tinggi Asap 30 m 25 m 10 m 15 m 5m
Keterangan
Suhu Fumarola Tidak terukur Tidak
Tinggi Asap 50 m
Asap putih tebal tekanan gas kuat
50 m
Asap putih tebal tekanan gas kuat
Asap putih tipis tekanan gas kuat Asap putih sedang tekanan gas kuat Asap putih tipis tekanan gas kuat Asap putih tipis tekanan gas kuat Asap kehitaman tekanan sedang
Tabel Data pemeriksaan Kawah B Tanggal 31-05- 2006 29-07-2006
Suhu Solfatara Tidak terukur Tidak
Keterangan
30-08- 2006 31-01-2007 04-06-2007
terukur Tidak terukur Tidak terukur Tidak terukur
terukur Tidak terukur Tidak terukur Tidak terukur
50 m
Asap putih sedang tekanan gas kuat
-
Asap putih tebal tekanan gas kuat
10 m
Asap kelabu tebal tekanan gas kuat
Tabel Data pemeriksaan Kawah C Tanggal 31-05- 2006 29-07-2006 30-08- 2006 31-01-2007 04-06-2007
Suhu Solfatara o 95 C o 95 C o 95 C o 95 C Tidak diukur
Suhu Fumarola -
Tinggi Asap 5m 10 m 5m 5m 5m
Suhu Fumarola o 95 C o 97 C o 95 C o 95 C Kawah Kering
Tinggi Asap 15 m 15 m 10 m 10 m 2m
Keterangan Asap putih tipis tekanan gas kuat Asap putih tipis Asap putih tipis tekanan gas kuat Asap putih tipis Asap kelabu tipis tekanan gas sedang
Tabel Data pemeriksaan Kawah D Tanggal 31-05- 2006 29-07-2006 30-08- 2006 31-01-2007 04-06-2007
Suhu Solfatara o 97 C o 100 C o 100 C o 100 C o 99.1 C
Keterangan Asap putih tipis tekanan gas sedang Asap putih sedang tekanan gas sedang Asap putih tipis tekanan gas sedang Asap putih tipis Asap putih tipis tekanan gas sedang
MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI Visual Pengamatan visual kegiatan G. Sirung dan cuaca dilakukan setiap hari dari Pos Pengamatan G. Sirung yang berjarak sekitar 10 km dari Kawah Sirung. Pemeriksaan langsung kondisi kawah dilakukan sekali dalam sebulan.
Seismik Pemantauan kegiatan vulkanik G. Sirung sudah dilakukan secara terus menerus di Pos Pengamatan G. Sirung sejak bulan Agustus 1994. Kegempaan diamati dengan menggunakan satu stasiun gempa yang terdiri dari seismometer satu komponen vertikal tipe L-4C. Seismometer dan modul pemancar berada pada posisi 08o29’03.0’’ LS dan 124o07’13.8’’ BT pada ketinggian 451 m ellipsoid. Posisi ini berada di sebelah baratlaut kawah, berjarak lurus sekitar 1.5 km dari pusat aktivitas (kawah), serta berjarak 8 km dari Pos PGA Sirung. Sinyal gempa dikirim secara telemetri melalui gelombang radio dan diterima pada Modul Penerima di Pos PGA Sirung. Gempa-gempa analog dicatat menggunakan Seismograf Kinemetrik PS-2.
KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI Peta Daerah Bahaya Sementara G. Sirung telah dibuat pada tahun 1972. Peta ini meliputi daerah yang diperkirakan akan tertimpa akibat langsung dan tidak langsung dari erupsi G. Sirung. Daerah tersebut terbagi dalam Daerah Bahaya dan Daerah Waspada.
Daerah Bahaya Daerah bahaya sekitar G. Sirung adalah daerah lereng gunung tersebut. Daerah bahaya sekitar G. Sirung mempunyai jari-jari 5 kilometer berpusatkan tengah-tengah kawah gunung ini. Sedangkan yang melalui lembah-lembahnya diperluas mengikuti keadaan lembah tersebut. Jika terjadi erupsi maka daerah bahaya ini dapat tertimpa aliran lava, aliran lahar erupsi, aliran awan panas, dan bom-bom vulkanik. Jika kegiatan G. Sirung meningkat maka daerah ini harus dikosongkan. Kampung-kampung yang masuk ke dalam Daerah Bahaya adalah: 1. Kampung Kaka 2. Kampung Mota 3. Kampung Alalao 4. Kampung Air Mama
Daerah Waspada Daerah waspada sekitar G. Sirung juga adalah daerah lereng gunung tersebut. Daerah waspada sekitar lereng G. Sirung mempunyai jari-jari 8 km berpusatkan di tengahtengah kawah Sirung. Jika terjadi erupsi maka daerah waspada ini dapat tertimpa lapili, pasir, abu gunungapi yang agak tebal, dan bila mana terjadi hujan akan terserang lahar hujan. Kampung-kampung yang masuk ke dalam Daerah Waspada adalah: 1. Kampung Bil 2. Kampung Talayong 3. Kampung Kalialang 4. Kampung Kamahe
Peta Daerah Bahaya G. Sirung
Demografi Pendataan penduduk yang berada di dalam Daerah Bahaya (radius 5 km dari pusat Kawah Sirung) dan Daerah Waspada (radius antara 5-8 km dari pusat Kawah Sirung) telah dilakukan sejak tahun 1972 (Reksowirogo, 1972). Sebagian besar penduduk tersebar di lereng sebelah utara dan sisanya di lereng sebelah timur dan barat, baik dalam daerah bahaya maupun dalam daerah waspada. Perincian lebih lengkap sebaran penduduk di daerah bahaya dan waspada tahun 1972 adalah sebagai berikut. Daerah Bahaya :
Daerah Waspada :
Desa Kaka
30 orang
Desa Mauta
35 orang
Desa Alalao
35 orang
Desa Air Mama
2100 orang
Desa Bie
200 orang
Desa Talayong
100 orang
Desa Kalialang
450 orang
Desa Kamahe
1000 orang
Desa Kokabojali
-
Desa Beangabang
-
DAFTAR PUSTAKA Amdiyad Wiriosoenarto, 1960, Laporan Gunung Sirung (74), Bulan September 1960, Jawatan Gunungapi, Bandung. Amdiyad Wiriosoenarto, 1960, Laporan Gunung Sirung (76) Bulan September 1960, Jawatan Gunungapi, Bandung. Hadikusumo, D., 1975, The Eruption of Mt. Sirung from May until June 1975, Direktorat Geologi, Bandung. Hartman, M. A., 1936Der Tatige Feuerberg Siroeng auf Pantar, Natuurk. Tijdschr. Ned. Ind. , Vol. 96, p. 89-121, Batavia. Djoharman R. L., 1972, Gunung Sirung (Pulau Pantar) dan Daerah Bahaya Sementaranya, Direktorat Geologi, Bandung. Hendrikus L. S., 1988, Laporan Pemeriksaan Gunung Sirung Bulan September 1988, Direktorat Vulkanologi, Bandung. Sulaeman C., 1988, Pemasangan Seismograf dan Pengamatan Gunung Sirung, September 1994, Direktorat Vulkanologi, Bandung. Sean Bulletin, Sirung (Lesser Sunda Is.): Fumaroles and Crater Lake Normal after Earthquake. Poerter R. P. E., J. C. Varekamp, The Sirung Volcanic Boiling Spring An Extreme Chloride-rich, Acid Brine on Pantar (Lesser Sunda Islands, Indonesia). Kusma, M. E. Ilyas1998, Laporan Pengamatan Gunung Sirung, Juni 1998, Direktorat Vulkanologi, Bandung. Sulaeman C., M. E. Ilyas, 1996, Pengamatan Gunung Sirung, Juni 1996, Direktorat Vulkanologi, Bandung. Tulus, B. Walyanto, 1997, Laporan Pengamatan Gunung Sirung Juni 1997, Direktorat Vulkanologi, Bandung. Rohi, W. E., Riyadi, Y. W. Beny., 1996, Laporan Pelaksanaan/Pengadaan Bahan Dokumentasi Gunungapi Sirung, P. Pantar, Nusa Tenggara Timur, Direktorat Vulkanologi, Bandung,. Gede Suantika, Tulus, Bambang W., 2002, Pengamatan Visual dan Pemeriksaan Kawah Serta Perbaikan Seismograf PS-2 Sistem Kabel Gunungapi Sirung Tahun 2002, Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung. Basuki, Ahmad S.Si, dkk. 2007, Laporan Pemantauan Gunungapi Sirung Tahun 2007, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung. Sulaeman, Cecep ST, dkk. 2006, Laporan Pemantauan Gunungapi Sirung Tahun 2006,Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung.