4.7 G. INIELIKA, Nusa Tenggara Timur
Komplek G. Inie Lika dengan latar depan Kota Bajawa (sumber PVMBG)
KETERANGAN UMUM Nama Lain
: Inielika, Koek Peak
Tipe Gunungapi
: Strato
Nama Kawah
: Wolo Inielika; Wolo Lego; Wolo Runu
Lokasi a. Administratif
: Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur
b. Geografis
: 844’ 00.84” LS dan 12058’ 01.14” BT
Ketinggian
: Puncak 1559 m dpl
Kota Terdekat
: Bajawa
Lokasi Pos PGA b. Geografis
: Ngelapadi, Desa Wololika, Kec. Bajawa, Kab. Ngada - NTT Posisi Geografis : 08o 44’ 15,19” LS - 121o 00’ 40,69” BT (855 m dpl)
PENDAHULUAN Pencapaian Puncak Puncak G.Inielika dapat dicapai dari dua arah pendakian, yaitu dari sebelah timur melalui kampung Menge, sekirtar 13 km dari kota Bajawa, dan melalui lereng barat gunung Inielika melewati kampung Bolonga. Dari kedua jalan pendakian diatas, pendakian melalui lereng barat lebih mudah mengingat bentuk topografinya yang lebih landai dibandingkan dari arah kampung Menge di lereng sebelah timur G. Inielika (Hadian,1970, Kusumadinata,1979).
Peta Lokasi G. Inelika, Kabupaten Ngada Provinsi Nusa Tenggara Timur
SEJARAH ERUPSI Letusan G. Inielika mulai tercatat sejak Nopember 1905, dan Letusan terakhir G. Inielika terjadi pada Januari 2001. 1905
Letusan eksplosif yang terjadi berlangsung selama 5 jam. Menurut Neumann van Padang (1951) letusan tersebut bersifat semi magmatik, dengan material vulkanik yang dikeluarkan melanda daerah timur laut, seluas 106.800 m2 (Kusumadinata,1979)
1921
Letusan abu tipis yang terjadi tanggal 1,3, dan 4 Januari. Abu jatuh di Larantuka dan di P. Lomblen. Letusan abu juga terjadi pada 20 Desember dengan disertai lontaran batu. Abu sampai mencapai jarak 12 km. Diduga kegiatan tahun tersebut berhubungan dengan pembentukan kubah lava yang terdapat di dalam kawah B.
1935
Tidak dirinci dengan jelas letusan pada tahun ini. Dilaporkan asap tebal keluar secara berkala setiap 5 menit dari kawah B yang disertai suara gemuruh.
2001
11 Januari 2001 pukul 19.15. Abu letusan tertiup angin ke arah selatan hingga kota Bajawa yang berjarak 8 km dari pusat letusan, dengan ketebalan 0,5 mm. Letusan abu ini berlangsung hingga 16 Januari 2001 dengan semburan abu berkisar antara 100 – 1000 m di atas bibir kawah.
Letusan kuat G. Inielika yang terjadi pada pada 2001 dan berpusat di kawah bagian barat mengakibatkan terbentuknya 4 lubang kawah baru.
Karakter Letusan Letusan G. Inielika bersifat eksplosif atau efusif, letusan biasanya tidak berlangsung lama. Awal letusan diketahui pada tahun 1905 dan baru terjadi letusan kembali pada tahun 2001. Berdasarkan kejadian tersebut, maka G.Inielika mempunyai periode letusan terpendek 16 tahun dan terpanjang hingga 96 tahun
GEOLOGI Morfologi G. Inielika merupakan salah satu kompleks kerucut vulkanik di dalam kaldera hasil erupsi eksplosif Wolo Ngada. Tidak kurang dari 10 kerucut vulkanik di dalam kompleks ini, diantaranya W. Loboleke, W. Inielika, W. Betiferi, W. Trikora, W. Runu, W. Lega Utara, dan W. Lega Selatan. Hampir semua kerucut tersebut mempunyai kawah di bagian puncaknya. Kawah-kawah tersebut umumnya bervegetasi jarang karena sebagian besar digunakan oleh penduduk setempat sebagai lahan untuk berladang.
Stratigrafi Kusumadinata, S., et.al.(1997), menyebutkan bahwa sejarah geologi daerah Bajawa dan sekitarnya diawali sejak Miosen Tengah. Posisi tektonik daerah ini termasuk kedalam cekungan belakang busur (back arc basin). Batu pasir dengan lensa batu gamping, bersisipan napal dan breksi yang dikenal sebagai Formasi Nangapanda, diendapkan didaerah ini, dan kemudian diikuti oleh akivitas vulkanis yang ditunjukan oleh adanya kelompok batuan yang bersifat dasitis, diendapkan
andesitis dan basaltis. Pada saat yang sama,
batugamping yang berselingan dengan batugamping pasiran dan batupasir
gampingan dari Formasi Baki. Pada Kala Miosen Tengah bagian akhir, daerah tersebut mengalami pengangkatan, perlipatan dan pensesaran yang menghasilkan struktur geologi berarah baratdaya-timurlaut dan baratlaut-tenggara, yang diikuti terobosan granodiorit dan diorit kwarsa pada formasiformasi yang telah ada. Selama Kala Miosen Akhir sampai dengan Pliosen Awal, daerah ini mengalami penurunan dan diendapkan batuan batuan dari Formasi Waihekang dan Formasi Kedindi. Pada Kala Plio-Plistosen cekungan terangkat dan terlipat kuat pada kala Pliosen Akhir atau Plistosen Awal diikuti kegiatan vulkanisma yang menghasilkan gunungapi
berkomposisi andesit. Seluruh daerah Flores terangkat dengan membentu daratan pada kala Plistosen Akhir dengan diikuti oleh pensesaran, perlipatan dan pengaktifan kembali sesar-sesar yang ada.
Struktur Geologi G. Inielika mempunyai bentuk struktur, berupa sesar, kawah dan kaldera. Struktur sesar utama adalah : Sesar Ngada, Sesar Mataloko dan Sesar Menge Struktur kawah sangat umum dijumpai, sedikitnya 10 kawah dengan diameter yang bervariasi terdapat di G.Inielika. Sedangkan struktur kaldera merupakan yang tertua, terletak dibagian barat sebagai hasil letusan eksplosif G. Wolo Ngada.
Indikasi sesar Menge, yang berupa alterasi hidrotermal pada satuan lava Inielika (sumber PVMBG)
GEOFISIKA Seismik Aktivitas kegempaan G. Inielika dipantau secara kontinyu dari Pos PGA Inielika di Ngelapadhi, Desa Wololika, Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada yang terletak 3,5 km dari kawah dengan menggunakan seismograf VR-60 (Hosaka), dan seismometer L4-C yang ditempat kan di sebelah utara G. Inelika pada posisi geografis : 08 o 45’ 26,87” LS dan 120o 58’ 31,32”
BT dengan ketinggian 1554 m dpl. Sinyal yang direkam oleh seismometer
dikirimkan ke Pos PGA melalui sistem telemetri (RST) dimana selanjutnya data gempa harian
tersebut disampaikan ke kantor Pusat Vulkanologi di bandung dengan menggunakan Radio SSB. Berdasarkan data kegempaan, hingga saat ini gempa harian yang terekam umunya didominasi oleh Gempa Tektonik.
Geomagnet Di daerah Gou, yang merupakan bagian timur lereng G. Inielika, penyelidikan magnetik dilakukan untuk melihat bentuk sebaran anomali magnetik kenampakan
sehubungan dengan adanya
panasbumi di daerah ini. Secara umum pola anomaly magnet daerah
penyelidikan (di bagian Timur G.Inie Lika), ditunjukan oleh
harga anomaly rendah yang
terdapat didaerah barat daya menyebar secara diagonal kearah timur laut, didaerah ujung utara barat dari peta dan sedikit terdapat dibagian tengah selatan, sedangkan harga nomaly tinggi mendominasi daerah tenggara dan sekitar puncak G.Inie Lika kearah timur laut.
Peta sebaran anomaly magnet total, Daerah Gou, sebelah timur G.Inielika (Palgunadi, S.,et.al., 1999 )
Hasil penyelidikan magnetik disimpulkan sebagai berikut: 1. Pola anomali magnet G.Inielika, Flores, memberi gambaran prakiraan adanya patahan tangga, dimana dari utara keselatan makin menurun, dan sebagai akibatnya sedimentasi mengisi lebih tebal dibagian selatan. 2. Sebaran harga anomali magnet tinggi, disekitar puncak ( sebelah timur), memberikan indikasi G. Inielika terbentuk oleh batuan batuan yang lebih bersifat basaltis.
3. Pensesaran didaerah ini, memfasilitasi munculnya kegiatan bawah permukaan, seperti air panas yang terjadi di daerah/desa Gou disebelah timur G. Inielika, Flores, sebagai indikasi terdapatnya sumber panasbumi.
GEOKIMIA Kimia Batuan Hasil analisis kimia batuan adalah sebagai berikut :
Kimia Air Hasil analisis kimia mata air panas, sebagai berikut :
MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI Sistem Pemantauan Visual Pemantauan secara visual terus dilakukan baik dari Pos PGA maupun melakukan pemeriksaan kawah langsung secara periodik. Pada saat pemantauan visual terakhir ke kawah G. Inielika pada 1 Mei 2006 area kawah dapat terlihat dengan jelas. Terlihat pula beberapa titik erupsi tahun 2001 yang memanjang Utara – Selatan dan rekahan di ujung bagian utara yang memanjang dengan arah Utara – Selatan. Pada letusan tahun 2001, di dalam kawah G. Inielika terbentuk tiga lubang letusan baru yang tersebar memanjang dengan arah utara – selatan, serta sebuah rekahan dengan panjang lebih kurang 300 m dan lebar sekitar 20 m memotong bibir kawah bagian utara. Masing-masing lubang letusan dan rekahan tersebut berisi air dengan warna berbeda-beda. Lubang yang berada di selatan berwarna coklat kekuningan dan lubang yang terdapat di bagian tengah berwarna coklat kemerahan, sedangkan air yang menggenangi rekahan berwarna hijau. Tidak ada aktifitas solfatara atau fumarola di dalam kawah tersebut. Situasi dan kondisi di dasar kawah pada 2006 tidak jauh berbeda dibandingkan dengan kondisi pada saat setelah letusan tahun 2001 yang lalu. Vegetasi di dasar kawah masih gundul, kecuali batang-batang pohon yang telah kering tampak di sekitar lereng kawah bagian dalam. Sedangkan di sekitar puncak vegetasi telah menghijau kembali. Seismik Aktivitas Kegempaan G. Inielika dipantau secara kontinyu dari Pos PGA Inielika di Ngelapadhi, Desa Wololika, Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada yang terletak 3,5 km dari kawah dengan menggunakan seismograf VR-60 (Hosaka), dan seismometer L4-C yang ditempat kan di sebelah utara G. Inelika pada posisi geografis : 08o 45’ 26,87” LS dan 120o 58’ 31,32”
BT dengan ketinggian 1554 m dpl. Sinyal yang direkam oleh seismometer
dikirimkan ke Pos PGA melalui sistem telemetri radio (Setiono, S., April 2009, komunikasi pribadi).
Kawasan Rawan Bencana G. Inielika terbukti masih aktif dengan periode letusan 16 – 70 tahun, oleh karena itu upaya untuk memperkecil terjadinya korban jiwa dan kerugian harta benda, dilakukan upaya mitigasi. Dengan dibuatnya peta daerah bahaya sementara (Kusumadinata, 1979).
Terlihat didalam peta tersebut bahwa kecenderungan daerah terancam bahaya berada dibagian timur laut G.Inielika. Daerah bahaya adalah daerah dimana penduduk harus siap mengungsi bila kegiatan gunungapi meningkat. Daerah waspada adalah daerah dimana penduduk harus waspada terhadap bahaya letusan.
Peta Daerah Bahaya Sementara G.Inielika
DAFTAR PUSTAKA Hadian, R. 1970.
Daerah Bahaya Wolo Inielika. Laporan Direktorat Vulkanologi.
Kartadinata,M.N., A. Pribadi, M. Sumaryadi, N. Haerani. 1999. Laporan Pemetaan Geologi G.Inielika, Kabupaten Ngada, Flores, Nusa Tenggara Timur. Direktorat Vulkanologi. Kusnadi, I, M.A.Purbawinata, Kusma, Nana. 2001. Laporan Pengamatan dan Perbaikan Seismograf G. Inelika, Kabupaten Ngada, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Direktorat Vulkanologi. Kusumadinata, K. 1979. Data Dasar Gunungapi Indonesia. Direktorat Vulkanologi. Palgunadi, S.,Yusep H., Juanda, Heri,I.R. 1999. Laporan penyelidikan magnetik daerah panasbumi Gou, Lereng Timur G. Inielika, Flores. Direktorat Vulkanologi. Solihin, A. 2006. Laporan Pemantauan Kegiatan Gunungapi Inelika Nusa Tenggara Timur. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
10