BAB V KESIMPULAN DAN
A.
SARAN-SARAN
Kesimpulan
Dari uraian-uraian dan analisis data di atas, pe
nelitian ini menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Pengetahuan tentang Pancasila yang diberikan mela
lui mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang terdapat di SMA, belum sepenuhnya dikuasai oleh anak di dik. Kemampuan anak didik dalam menguasai pengetahuan tentang Pancasila berada pada taraf (tingkat) sedang,
terbatas pada kemampuan yang memberikan nilai (angka)
cukup. Anak didik tahu tentang Pancasila, namun mereka kurang memahami dan mendalami nilai-nilai moral yang terkandung di dalam Pancasila.
2. Dengan mengikuti Pendidikan Moral Pancasila (PMP), tidak berarti anak didik memiliki tingkat pemahaman ten
tang Pancasila yang tinggi. Tingkat pemahaman tentang Pancasila yang dimiliki anak didik di SMA relatif ren
dah, dibandingkan dengan tingkat pemahaman yang seharus nya dimiliki oleh setiap warga masyarakat Indonesia. Anak didik memiliki tingkat pemahaman tentang Pancasila
yang kurang memadai untuk menyatakan bahwa Pendidikan Moral Pancasila (PMP) di SMA telah berhasil mengembang-
kemampuan kognitif anak didik tentang Pancasila.
3. Pada diri anak didik belum tertanam nilai-nilai 145
146
moral Pancasila yang memadai bagi usaha melestarikan
dan mempertahankan nilai-nilai moral Pancasila dalam
kehidupan nyata sehari-hari. Mereka kurang menghayati dan kurang mengamalkan nilai-nilai moral Pancasila da lam memilih atau menentukan suatu tindakan atau perbu
atan yang akan dilakukan. Anak didik cenderung untuk
ragu-ragu (tidak tahu), bahkan mungkin akan memilih tindakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai moral Pancasila.
4. Kecenderungan perilaku anak didik, belum mencer-
minkan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai moral Pancasila. Ada kecenderungan anak didik di SMA, melaku
kan tindakan atau perbuatan atas dasar untuk memenuhi
kebutuhan pribadi. Kepentingan kolektif (masyarakat)
seperti yang dianjurkan oleh Pancasila, tidak raendasari pilihan anak didik dalam menentukan tindakan yang pantas atau patut untuk dilakukan.
5. Kecenderungan-kecenderungan perilaku yang diperlihatkan oleh anak didik di SMA, tidak memadai untuk
menyatakan bahwa Pendidikan Moral Pancasila (PMP) telah berhasil mengembangkan kemampuan afektif dan kemampuan
psikomotor anak didik. Mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) masih belum berhasil mendorong anak di
dik agar mau bertindak atau mau berbuat sesuai dengan nilai-nilai moral Pancasila.
147
6. Ada hubungan yang nyata (signifikan) dan fungsio
nal antara pemahaman tentang Pancasila yang dimiliki anak didik di SMA dengan kecenderungan perilaku mereka
sebagai warga masyarakat Indonesia. Kecenderungan-ke
cenderungan perilaku anak didik yang ragu-ragu (tidak tahu), dan bahkan cenderung negatif, karena rendahnya atau kurangnya pemahaman anak didik tentang nilai-nilai moral Pancasila. Sebaliknya, jika pemahaman tentang
Pancasila yang dimiliki anak didik berada pada taraf
tinggi, ada kecenderungan anak didik berperilaku posi tif dalam kehidupannya sehari-hari sebagai warga masya rakat Indonesia.
Di samping kesimpulan-kesimpulan di atas, secara umum dan teoritis dapat disimpulkan pula: bahwa, "peri
laku anak didik sebagai warga masyarakat Indonesia di
pengaruhi oleh pemahaman mereka tentang nilai-nilai dan moral Pancasila." Pemahaman anak didik tentang nilainilai moral Pancasila, secara formal dalam pendidikan
sekolah, dapat dikembangkan melalui mata pelajaran Pen didikan Moral Pancasila (PMP). B.
Saran-saran
Berdasarkan uraian-uraian teoritis, analisis da
ta dan kesimpulan di atas, penelitian ini dapat meng
ajukan beberapa saran sebagai berikut:
148
1. Kehidupan moral merupakan kehidupan yang meng ikuti peraturan-peraturan, menurut kebiasaan-kebiasaan
kolektif (masyarakat). Untuk masyarakat Indonesia, seca ra keseluruhan dan umum, peraturan-peraturan itu bersum ber dari nilai-nilai Pancasila.
Pendidikan Moral Panca
sila (PMP) bertujuan, memberikan pengertian, pengetahu an dan pemahaman tentang Pancasila yang benar dan sah; menanamkan pola berpikir yang sesuai dengan Pancasila dan watak ke-Indonesiaan; menanamkan nilai-nilai moral
Pancasila ke dalam diri anak didik; menggugah kesadaran mereka sebagai warga negara dan masyarakat Indonesia
untuk selalu mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai moral Pancasila; dan memberikan motivasi gar dalam seti
ap tingkah lakunya bertindak sesuai dengan norma dan nilai-nilai Pancasila (Depdikbud, 1986: 1). Oleh karena itu, pendekatan-pendekatan melalui Pendidikan Moral Pan casila (PMP) masih tetap diperlukan dan dipertahankan
dalam usaha mengembangkan kemampuan dan kematangan moral anak didik sebagai warga negara dan warga masyarakat In
donesia. Namun demikian, pendidikan moral (khususnya Pendidikan Moral Pancasila) tidak dapat dibatasi secara
ketat dalam jam pelajaran di kelas saja. Pendidikan mo ral tidak terikat pada saat tertentu, melainkan berlang
sung setiap saat (Taufik Abdullah & Van der Leeden,
1986: 254). Oleh karena itu, Pendidikan Moral Pancasila
149
(PMP) harus dipadukan dengan seluruh kehidupan sekolah, sebagaimana moralitas sendiri terjalin dalam seluruh
jaringan-jaringan kolektif (masyarakat). 2. Agar pengetahuan Pancasila yang disajikan melalui Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dapat dimengerti, di-
pahami dan didalami oleh anak didik serta menggugah me reka untuk mau menghayati dan mengamalkannya dalam ke
hidupan sehari-hari, maka dalam pelaksanaannya Pendi dikan Moral Pancasila (PMP) hendaknya senantiasa mem
perhatikan hal-hal seperti berikut:
a. Kemampuan dan kesiapan mengajar guru-guru mata
pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Hal itu mencakup: (1) penguasaan materi pel
ajaran, (2) penguasaan strategi dan metode mengajar dalam pelajaran PMP, (3) penguasaan
penggunaan alat bantu pelajaran yang tepat, (4) kemampuan membangkitkan minat, motivasi dan kesediaan anak didik untuk *mau mengikuti
pelajaran PMP, (5) penguasaan menggunakan tek nik dan prosedur penilaian kemampuan dan kema juan anak didik dalam PMP.
b. Minat, motivasi, kesediaan dan kesungguhan anak didik mengikuti pelajaran Pendidikan Mo ral Pancasila (PMP).
c. Lingkungan, baik yang secara langsung maupun
150
yang tak langsung dapat mempengaruhi keberha silan Pendidikan Moral Pancasila.
Hal itu men
cakup: suasana kehidupan di sekolah dan di ru mah (keluarga). Perilaku guru-guru di sekolah,
penegakkan disiplin dan lain sebagainya, hendaknya sesuai dengan nilai-nilai moral Panca
sila. Begitu pula halnya di dalam keluarga,
sehingga anak didik mau menerima apa yang di
ajarkan di sekolah sebagai suatu nilai-nilai yang memang harus ditegakkan.
3. Diketahui bahwa tujuan Pendidikan Moral Pancasila
(PMP) bukan hanya untuk mengembangkan kemampuan kogni
tif anak didik, melainkan ditekankan pada pengembangan
kemampuan afektif dan psikomotor, sehingga anak didik
memiliki pengetahuan tentang Pancasila, memiliki sikap dan bertindak atau berbuat sesuai dengan nilai-nilai mo
ral Pancasila. Untuk itu, penilaian kemajuan belajar
anak didik bukan hanya dengan menggunakan tes (soal-so al) Pendidikan Moral Pancasila. Melainkan juga mengguna
kan perangkat-perangkat penilaian yang dapat menilai si
kap dan perbuatan anak didik, seperti skala sikap, la-
poran tugas dan catatan pengamatan terhadap tingkah la ku anak didik sehari-hari di sekolah.
Setiap guru Pendidikan Moral Pancasila (PMP), hendaknya menilai kemampuan dan kemajuan anak didik
151
dalam segi pengetahuan, sikap dan perbuatannya, dengan menggunakan perangkat penilaian yang cocok untuk tiap
aspek yang dinilai. Angka-angka (nilai) untuk rapor, yang menentukan anak didik lulus dalam mata pelajaran
PMP, merupakan hasil penilaian untuk ketiga segi (as pek) penilaian di atas. Dengan demikian, anak didik cenderung untuk senantiasa menghayati dan mengamalkan nilai-nilai moral Pancasila. Dalam arti, setiap tindak
an atau perbuatan anak didik sehari-hari di sekolah dan di masyarakat akan mencerrainkan nilai-nilai moral Pan casila.
4. Kecenderungan perilaku anak didik yang ragu-ragu
(tidak tahu), dapat ditingkatkan menjadi positif dengan
meningkatkan pemahaman mereka tentang nilai-nilai moral Pancasila. Penelitian ini menemukan adanya hubungan
fungsional yang linier antara pemahaman Pancasila dengan kecenderungan perilaku anak didik. Oleh karena
itu, untuk meningkatkan kecenderungan perilaku anak di
dik, pertama. dilakukan usaha-usaha untuk meningkatkan
pemahaman anak didik tentang Pancasila. Dengan kata la in, untuk dapat berperilaku sesuai dengan nilai-nilai moral Pancasila, anak didik harus tahu dan memahami ni lai-nilai moral Pancasila, tahu dan memahami batas-ba-
tas tindakan dan perbuatan yang dianggap sesuai dengan nilai-nilai moral Pancasila. Kemudian, kedua, dengan
52
pemahaman yang dimiliki itu, dianjurkan untuk mentaati
peraturan yang telah ditetapkan, mentaati nilai-nilai moral Pancasila. Untuk dapat bertindak dan berbuat se
suai dengan nilai-nilai Pancasila, anak didik membiasakan diri dan harus bertindak dan berbuat sesuai dengan
nilai-nilai moral Pancasila. Akhirnya, kebiasaan-kebia saan itu mendorong mereka untuk bukan hanya sekedar harus berbuat sesuai dengan nilai-nilai moral Pancasi
la, melainkan mereka mau berbuat sesuai dengan nilainilai moral Pancasila.
5. Pengembangan kemampuan anak didik, baik dalam se
gi kognitif, maupun dalam segi afektif dan psikomotornya, dapat dilakukan oleh guru Pendidikan Moral Panca sila (PMP) dengan menggunakan strategi belajar-mengajar
yang melibatkan semua anak didik di kelasnya. Keterlibatan itu, untuk mendiskusikan masalah-masalah yang di
anggap aktual dan relevan dengan perabahasan materi pel ajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Dalam situasi diskusi itu, anak didik dapat dibangkitkan motivasinya untuk memikirkan, memahami dan mendalami materi atau
masalah yang dibahas, yang pada gilirannya membangkitkan kesadaran mereka untuk menghayati dan mengamalkan
nilai-nilai yang terkandung di dalam materi yang diba has itu.
Di samping itu, dalam situasi diskusi, guru
153
dapat mengetahui: tingkat pemahaman anak didik tentang nilai-nilai moral Pancasila, tingkat perkembangan moral
atau kematangan moral anak didik, dan kecenderungan-
kecenderungan perilaku anak didik. Memang, kegiatan se
perti itu, sulit untuk dilaksanakan oleg seorang guru. Keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki dalam kemampuan,
kesiapan dan waktu pelajaran, menuntut guru untuk meng ambil jalan yang mudah dan ringan dikerjakan, seperti:
mengajar dengan metode ceramah dan tanya jawab, menilai
kemajuan belajar anak didik dengan perangkat tes (soalsoal ujian). Namun untuk mengefektifkan PMP sebagai su
atu pendidikan moral, yaitu pendidikan yang ditekankan pada pengembangan moral anak didik, maka kegiatan-kegiatan yang mengembangkan ketiga aspek kemampuan di atas,
patut untuk dilakukan. Oleh karena itu, setiap guru. Pen didikan Moral Pancasila (PMP) dituntut untuk memiliki wawasan yang luas tentang berbagai masalah kehidupan
masyarakat Indonesia, memiliki penguasaan materi yang memadai dan memiliki kemampuan mengajar yang memadai untuk suatu pendidikan moral.
6. Penelitian ini hanya menemukan sebagian kecil pe-
nentu perilaku anak didik (khususnya perilaku moral), dan melihat keberhasilan Pendidikan Moral Pancasila
(PMP) dari dua variabel saja. Oleh karena itu, diperlu
kan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasikan
154
penentu-penentu yang lain dari perilaku anak didik dan variabel-variabel lain yang raendukung keberhasilan Pen
didikan Moral Pancasila. Masalah-masalah yang perlu di-
teliti lebih Ianjut, sebagai berikut:
a. Kemampuan dan kesiapan mengajar guru-guru ma
ta pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP). b. Sikap anak didik terhadap pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP).
c. Peranserta anak didik dalam kegiatan seharihari di sekolah dan di masyarakat, atau tin
dakan nyata (perilaku overt) anak didik seha ri-hari di sekolah dan di masyarakat. C.
Penutup
Demikian, beberapa kesimpulan dan saran yang da
pat dikemukakan dalam penelitian ini. Jika ada kritik dan tanggapan yang dilontarkan terhadap analisis yang melahirkan kesimpulan dan saran-saran di atas, tentu karena analisis tersebut tidak lengkap menurut orang lain. Memang analisis yang lebih mendalam akan memung
kinkan untuk melihat unsur-unsur dan aspek-aspek lain
yang belum diketahui dan dikaji oleh penulis. Oleh ka rena itu, penulis sama sekali tidak menganggap bahwa
kesimpulan dan saran-saran di atas bersifat mutlak dan tertutup rapat. Sebaliknya, kesimpulan itu hanyalah
155
sekedar pendekatan sementara tentang kajian keberhasil an Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dalam mengembangkan
kemampuan kognitif (pengetahuan), kemampuan afektif
(sikap), dan kemampuan psikomotor (perbuatan) anak di dik sebagai warga masyarakat dan earga negara Indonesia.
Meskipun pendekatan tersebut kurang sempurna, namun te
lah memungkinkan penulis untuk menemukan beberapa hal
tentang Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dan kecende rungan perilaku anak didik.