3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian berada di dalam wilayah Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta, yang berlangsung selama 9 bulan, dimulai pada bulan Oktober 2010 hingga bulan Juni 2011. Waktu pengambilan data disesuaikan dengan fase lunar, yaitu pada bulan gelap (baru/mati), peralihan, dan terang (purnama). Stasiun penelitian tersebar di perairan Pulau Pramuka, Pulau Panggang, Pulau Air, Karang Lebar, Karang Congkak, dan Pulau Payung (Gambar 1).
3.2. Alat dan Bahan Tabel 1. Peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian No
Alat & Bahan
Kegunaan
1
Alat Selam SCUBA
Untuk pengamatan dan pengambilan data
2
Senter selam
Untuk pengamatan
3
Roll meter dan rantai
Acuan transek garis
4
Underwater camera
Dokumentasi
5
Sabak dan alat tulis
Untuk mencatat data
6
Tali
Pengambilan data
7
GPS
Untuk menetapkan referensigeografis
8
Kapal motor
Transportasi
16
Gambar 1. Lokasi pengamatan habitat pemijahan di Kepulauan Seribu 17
18
3.3. Metode Pengambilan Data Terdapat beberapa tahapan dalam pengambilan data pada penelitian ini. tahapan-tahapan tersebut dibagi menjadi 2 tahapan utama, yaitu (1) tahap pencarian lokasi, dan (2) tahap pengumpulan data habitat dasar. 3.3.1 Pencarian Lokasi Pemijahan Pencarian lokasi pemijahan dilukukan dalam tiga tahap, yaitu : 1. Pengumpulan informasi Informasi mengenai lokasi pemijahan agregasi didapatkan dengan cara mencari dan mengolah data sekunder serta data sosial ekonomi dari penduduk dan nelayan setempat. 2. Pendugaaan lokasi pemijahan Lokasi potensial agregasi pemijahan dapat diperkirakan dengan memanfaatkan data penginderaan jauh satelit yang kemudian dicocokan dengan profil geomorfologi dari sejumlah lokasi agregasi pemijahan yang telah dikaji dan dipublikasikan secara ilmiah. Beberapa rujukan yang digunakan adalah Heyman et al. (2004), Colin et al. (2003), dan Domeier et al. (2002). 3. Pengamatan lokasi Pengamatan lokasi potensial yang diperoleh dilakukan melalui aktivitas survei penyelaman selama periode bulan tertentu. Hal-hal yang diamati dalam kegiatan ini adalah keberadaan tanda pemijahan dan jenis ikan terumbu dengan tanda pemijahan yang adijumpai di lokasi tersebut. Tujuh tanda pemijahan telah disebutkan pada Sub-bab 2.5.3, halaman 14.
19
3.3.2 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan pada 3 periode, yaitu bulan gelap, terang, dan peralihan, yang terdiri dari 2 tahap, yaitu : 1. Pengambilan data kondisi habitat Pengambilan data kondisi habitat di lokasi potensial pemijahan terdiri dari 3 bagian, yaitu :
Pemetaan lokasi Pemetaan lokasi dilakukan untuk menggambarkan kondisi titik pengambilan data (tanjung, teluk, celah antar pulau).
Pengamatan topografi dasar perairan Pengukuran dilakukan menggunakan tali/rantai sepanjang 10-20 meter yang dibentangkan sejajar dengan transek garis, dengan jarak kurang lebih 10 cm mengikuti kontur dasar perairan (Fuad, 2010).
Gambar 2. Metode pengambilan data topografi (Fuad, 2010)
Pengambilan data penutupan substrat Pengambilan data penutupan substrat menggunakan transek garis menyinggung yang dibentangkan sejajar garis pantai dengan panjang 60 meter. Pencatatan dan pengukuran biota pengisi substrat dasar sesuai dengan kode pada tiap kelompok pengisi habitat dasar terumbu menurut English et al., (1994) disajikan dalam Tabel 2.
20
Tabel 2. Bentuk pertumbuhan substrat dasar (English et al., 1994) Kategori Dead Corals Dead Corals with Algae Karang Keras (Hard Corals) Branching Encrusting Acropora Submassive Digitate Tabulate Branching Encrusting Submassive Foliose Non-Acropora Massive Mushroom Millepora Heliopora Soft Corals Sponges Zoanthids Others Algae Assemblage Coralline Algae Algae Halimeda Macro Algae Turf Algae Sand Rubble Abiotik Silt Water Rock
Kode DC DCA HC ACB ACE ACS ACD ACT CB CE CS CF CM CMR CME CHL SC SP ZO OT AA CA HA MA TA S R SI WA RC
21
Gambar 3. Metode pengambilan data substrat (Estradivari et al. 2009) 2. Pengambilan data ikan Pengambilan data ikan dilakukan dengan menggunakan Underwater Visual Census (UVC) mengikuti kontur perairan sampai di dasar perairan (Yayasan Taka, 2003). Perlu juga dilakukan pendokumentasian pada saat terjadinya pemijahan agregasi.
Gambar 4. Metode UVC yang digunakan dalam pengamatan kegiatan pemijahan
22
3.4. Metode Analisis Data
Data Lapangan
Proses 1 (pengolahan data substrat) Excel 2007
Persentase penutupan substrat
Indeks Mortalitas Karang
Indeks Kemajemukan Habitat
Proses 2 (Analisis Kelompok) XLSTAT 2012
Ekotipologi Habitat Pemijahan Ikan Terumbu Gambar 5. Diagram alir proses analisis data. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari 2 tahap, yaitu : (1) Pengolahan data substrat Tahap ini dilakukan untuk mendapatkan kondisi habitat lokasi potensial pemijahan. Keluaran dari proses ini menghasilkan gambaran penutupan
23
substrat dasar berdasarkan persentase, indeks kematian karang (IMK), dan indeks kemajemukan habitat (rugositas). (2) Analisis kelompok Analisis kelompok dilakukan berdasarkan keluaran yang diperoleh dari tahap pertama. Tahap ini menghasilkan dendrogram yang menunjukkan kelompok tipe habitat dari setiap lokasi, berdasarkan nilai similaritas masing-masing lokasi tersebut. 3.4.1. Persentase Penutupan Substrat Dasar Kondisi penilaian ekosistem terumbu karang berdasarkan persentase penutupan karang (Gomez and Yap, 1988) adalah : Tabel 3. Kisaran tingkat persentase penutupan karang Persentase Penutupan (%) Kategori 0-24.9 Buruk 25-49.9 Sedang 50-74.9 Baik 75-100 Sangat baik Persentase penutupan substrat dasar dihitung dengan menggunakan rumus (English et al., 1994) :
Ci
ni 100 L
............................ (1)
Keterangan : Ci = persentase penutupan substrat dasar untuk lifeform kategori ke-i (%) ni = panjang transek garis untuk lifeform kategori ke-i (cm) L = panjang transek garis (cm)
24
3.4.2. Indeks Mortalitas Karang Indeks ini digunakan untuk mengetahui rasio kematian karang, selain itu dapat juga memperlihatkan perubahan karang hidup menjadi karang mati. Nilai indeks ini berkisar dari 0-1, semakin mendekati 0 berarti rasio kematian karang yang terjadi di kawasan tersebut semakin kecil, sedangkan semakin mendekati 1 berarti semakin besar rasio kematian karang yang ada. Rumus perhitungan indeks mortalitas karang adalah (Gomez and Yap, 1988):
Im
Cd C dl
............................... (2)
Keterangan : Im = Indeks Mortalitas Cd = persentase penutupan karang mati Cdl = persentase persentase penutupan karang mati + karang hidup 3.4.3. Indeks Kemajemukan Habitat (Rugositas) Rugositas habitat ditunjukkan oleh nlai indeks yang didapatkan dari pengukuran topografi dasar terumbu. Nilai indeks berkisar antara 0-1, semakin mendekati 1 menunjukkan bahwa kemajemukan habitat di lokasi tersebut semakin rendah, sedangkan semakin mendekati 0 menunjukkan bahwa kemajemukan habitat semakin tinggi. Penghitungan Indeks Rugositas menggunakan rumus :
.............................. (3) Keterangan : C = Indeks Rugositas d = panjang rantai yang mengikuti kontur dasar ke-i (m) l = panjang total rantai (8 m)
25
3.4.4. Analisis Kelompok Analisis kelompok (Cluster Analysis) dimaksudkan untuk mengelompokkan unit-unit statistik ke dalam kelompok-kelompok yang homogen dari sejumlah variabel. Analisis menggunakan software XLSTAT 2012. 3.01 dengan metode Unweighted Paired Group Method Aritmetic Average-Linkage Clustering (UPGMA). Metode ini bersifat deskriptif, yang berarti tidak satu pun variabel mempunyai peran yang lebih penting dari variabel yang lain. Indeks similaritas Canberra digunakan untuk menentukan pola pengelompokan habitat berdasarkan analisis kelompok yang menggunakan data (1) persen penutupan organisme bentik, (2) rasio kematian karang, serta (3) nilai rugositas pada setiap tipe habitat. Data komposisi organisme bentik (parameter biologis) yang digunakan untuk mengelompokkan habitat adalah berbagai bentuk pertumbuhan karang batu, karang mati, dan biota habitat dasar lainya. Bila nilai Si yang diperoleh semakin mendekati 0, maka tingkat kesamaannya rendah, sedangkan bila nilai yang diperoleh semakin mendekati 1 maka nilai kesamaanya tinggi. Rumus indeks Canberra adalah (Krebs, 1999) :
................................. (3) Keterangan : Si
= Indeks Similaritas Canberra
Aij
= Nilai parameter ke-i pada stasiun ke-j
Bik
= Nilai parameter ke-i pada stasiun yang lain
n
= jumlah parameter