UPAYA GURU DALAM MEMBINA AKHLAK MULIA SISWA MTs MATHALIUL FALAH TULAKAN DONOROJO JEPARA TAHUN PELAJARAN 2015/2016
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam Pendidikan Islam
Oleh:
ARINA ROCHAH NIM. 131310001305
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA (UNISNU) JEPARA 2015
NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp. : 2 Eksemplar Hal
: Naskah Skripsi An. Sdri. Arina Rochah Kepada, Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara di Jepara
Assalamu`alaikum Wr. Wb. Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini saya kirim naskah skripsi Saudari: Nama
: Arina Rochah
NIM
: 131310001305
Prodi
: Pendidikan Agama Islam
Judul
: Upaya Guru dalam Membina Akhlak Mulia Para Siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan Donorojo Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016
Dengan ini kiranya skripsi saudari tersebut dapat segera dimunaqasyahkan. Demikian harap menjadikan maklum. Wassalamu`alaikum Wr. Wb. Jepara,
September 2015 Pembimbing
Drs. H. Mahalli Djufri, M.Pd.
ii
PERNYATAAN
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Jepara,
September 2015 Penulis
Arina Rochah
iv
MOTTO
َََلَ َيَ هَكن:َاللهَعَنَ هَهمَاَقَال َ َ َعَنَ َعَبَدَ َاللَ َبَنَ َعَمََرو ابَنَ َالَعَاصَ ََرضَى َ:اَوكَانَ َيَ هَق َو هَل َ َاَولَ َ هَمتَفَحَش َ ََر هَس َو هَل َاللَ َصَلَىَاللَهَعَلَيَوَ َ َوسَلَمَ َفَاحَش َ .)اَنََمَنََخَيََارهَكمََاَحَسَنَ هَكمََاَخَلَقَاَ(رواهَالبخارىَومسلم “Dari Abdullah bin „Amr bin „Ash ra. berkata : Rasulullah saw. bukan seorang yang keji mulut dan kelakuan. Bahkan Nabi Muhammad saw. bersabda: “sebaik-baik kamu adalah yang terbaik akhlaknya/budi pekertinya” (HR. Bukhari dan Muslim).*
*
Abi Zakaria Yahya bin Syarif An-Nawawi, Riyadus Shalihin, (Ttp.: Nur Asia, tt.), hlm. 304.
iv
PERSEMBAHAN
Setiap goresan tinta dalam skripsi ini penulis persembahkan kepada: Kedua orang tuaku yang telah membesarkanku dengn tulus walaupun dengan jerih payah dan kerja keras Suamiku tercinta yang dengan setia mendampingiku dalam suka dan duka Si kecil buah hatiku yang menjadi penyemangat hidup, semoga menjadi anak yang shalih dan dapat menjadi kebanggaan keluarga
iv
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrahiim Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penyusunan skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi uswatun hasanah bagi semua umat manusia. Dengan terselesaikannya penulisan skripsi yang berjudul "Upaya Guru dalam Membina Akhlak Mulia Para Siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan Donorojo Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016", penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, terutama kepada yang terhormat 1. Bapak Prof. Dr. KH. Muhtarom HM., selaku Rektor UNISNU Jepara. 2. Bapak Drs. H. Akhirin Ali, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara yang telah merestui penelitian ini. 3. Bapak Drs. H. Mahalli Djufri, M.Pd., selaku pembimbing yang telah banyak memberikan petunjuk dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara yang telah banyak memberikan ilmunya. 5. Bapak Abdul Hamid, S.Pd.I, selaku Kepala MTs Mathaliul Falah Tulakan beserta para dewan guru yang bersedia memberikan bantuannya kepada penulis dalam melakukan penelitian di sekolahnya. 6. Kedua orang tuaku dan suamiku tercinta yang telah banyak memberikan motivasi dan bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
vii
7. Teman-temanku di UNISNU Jepara dan pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam menyusun skripsi ini. Semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis akan mendapatkan imbalan yang berlipat ganda dari sisi Allah SWT. Amin. Penulis berharap semoga skripsi yang sangat sederhan ini nantinya dapat bermanfaat khususnya bagi penulis pribadi dan umumnya bagi siapa saja yang bersedia untuk membacanya. Amien.
Jepara,
September 2015 Penulis,
Arina Rochah
viii
ABSTRAK ARINA ROCHAH (NIM. 131310001305), Upaya Guru dalam Membina Akhlak Mulia Siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan Donorojo Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi. Jepara: Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara, 2014. Kata Kunci: Upaya guru dalam membina akhlak mulia. Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui bentuk-bentuk upaya guru dalam membina akhlak mulia siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara tahun pelajaran 2015/2016 (2) Mengetahui hasil upaya guru dalam membina akhlak mulia siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara tahun pelajaran 2015/2016 (3) Mengetahui faktor-faktor yang menjadi penghambat dan pendukung upaya guru dalam membina akhlak mulia siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara tahun pelajaran 2015/2016. Subyek penelitian ini adalah para guru MTs Mathaliul Falah Tulakan sebagai sumber data utama dan para siswa sebagai sumber data pendukung. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Kemudian data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu setelah data terkumpul kemudian disusun dan dikelompokkan dengan menggunakan kata-kata sedemikian rupa untuk menggambarkan obyek penelitian sehingga dapat menggambarkan jawaban dari permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Upaya guru dalam membina akhlak mulia siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan Donorojo Jepara tahun pelajaran 2015/2016 adalah: (a) Mengajarkan sopan santun (tata krama) kepada siswa (b) Mengajarkan pelajaran tentang akhlaq dan ilmu-ilmu yang berkaitan (c) Memberikan nasehat dan sindiran (d) Melakukan pengawasan terhadap perilaku siswa (e) Membiasakan Siswa Melakukan Shalat Dhuha bersama-sama dan Shalat Dhuhur berjamaah (f) Membiasakan siswa mengucapkan salam dan bersalaman kepada guru di saat akan masuk dan akan pulang (g) Membiasakan siswa bersikap disiplin melalui teguran dan hukuman (h) Memberikan bumbingan dan penyuluhan kepada siswa yang bermasalah (i) Melaksanakan kegiatan keagamaan pada hari-hari besar Islam. (2) Hasil upaya guru dalam membina akhlak mulia siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan Donorojo Jepara tahun pelajaran 2015/2016 di antara perilaku yang tampak adalah: (a) setiap hari para siswa teratur melakukan sholat dhuha bersama dan sholat dhuhur berjamaah (b) Para siswa terbiasa bersalaman kepada guru (c) para siswa terbiasa mengucapkan salam ketika bertemu guru, masuk ruang guru, ruang kelas dan kantor (d) para siswa terbiasa menggunakan bahasa yang sopan ketika berbicara dengan guru (e) para siswa sangat hormat kepada para guru. (3) Faktor yang menjadi penghambat dan pendukung upaya guru dalam membina akhlak mulia siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan Donorojo Jepara tahun pelajaran 2015/2016 adalah untuk faktor penghambatnya yaitu: (a) masih banyak orang tua yang belum bersungguh-sungguh dalam memperhatikan akhlak anaknya (b) lingkungan pergaulan siswa di luar sekolah (c) maraknya dunia hiburan dan pornografi yang sangat mudah di akses di internet dan hand phone (d) terbatasnya pengawasan guru (e) belum adanya pesantren yang terintegrasi dengan sekolah. Sedangkan untuk faktor pendukungnya yaitu: (a) adanya kerjasama yang baik dari para guru (b) adanya tata tertib sekolah (c) adanya pelajaran-pelajaran tentang akhlak, baik yang menjadi kurikulum nasional maupun lokal (kitab salaf). v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ..............................................................................
iii
HALAMAN DEKLARASI ...................................................................................
iv
HALAMAN ABSTRAK …....................................................................................
v
HALAMAN MOTTO ............................................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................
vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii DAFTAR ISI ........................................................................................................ BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……………………………………..
1
B. Penegasan Istilah .…………………………………………….
4
C. Rumusan Masalah …………………………………………...
5
D. Tujuan Penelitian ..…………………………….......................
6
E. Manfaat Penelitian …………………………………………...
6
Metode Penelitian ..………………………...................……...
7
G. Sistematika Penulisan Skripsi ..................................................
12
F.
BAB II
x
LANDASAN TEORI A. Guru Madrasah ......................................................................... 15 1. Pengertian Guru Madrasah .................................................
15
2. Syarat-syarat Menjadi Guru Madrasah ...............................
16
x
3. Kompetensi Guru Madrasah ...............................................
19
4. Tugas Guru Madrasah dalam Pendidikan ...........................
20
B. Pembinaan Akhlak Mulia ......................................................... 24 1. Pengertian Pembinaan Akhlak Mulia ................................
24
2. Bentuk-bentuk Akhlak Mulia ............................................
28
3. Manfaat Akhlak Mulia .......................................................
30
4. Bentuk-bentuk Pembinaan Akhlak Mulia ........................... 32 5. Tujuan Pembinaan Akhlak Mulia Bagi Siswa ....................
43
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi Akhlak Siswa ..............
45
C. Upaya Guru dalam Membina Akhlak Mulia Siswa ................. 50 BAB III
HASIL PENELITIAN A. Kajian Obyek Penelitian ..........................................................
53
1. Letak Geografis MTs Mathaliul Falah Tulakan ..................
53
2. Sejarah Singkat Berdirinya MTs Mathaliul Falah Tulakan
54
3. Visi dan Misi MTs Mathaliul Falah Tulakan ......................
55
4. Struktur Organisasi MTs Mathaliul Falah Tulakan ............
55
5. Keadaan Guru/Karyawan dan Siswa .................................
56
6. Keadaan Sarana dan Prasarana ............................................ 58 7. Kegiatan Belajar Mengajar .................................................. 60 B. Data Khusus Penelitian tentang Upaya Guru dalam Membina Akhlak Mulia Para Siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan Donorojo Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016 ..........................
xi
62
1. Bentuk-Bentuk Upaya Guru dalam Membina Akhlak Mulia Siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan Donorojo Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016 ....................................
64
2. Hasil Upaya Guru dalam Membina Akhlak Mulia Siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan Donorojo Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016 ..........................................................
67
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Upaya Guru dalam Membina Akhlak Mulia Siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan Donorojo Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016...... BAB IV
71
ANALISIS PENELITIAN TENTANG UPAYA GURU DALAM MEMBINA AKHLAK MULIA SISWA MTs MATHALIUL FALAH TULAKAN DONOROJO JEPARA A. Analisis terhadap Bentuk-Bentuk Upaya Guru dalam Membina Akhlak Mulia Siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan Donorojo Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016 ..........................
77
B. Analisis terhadap Hasil Upaya Guru dalam Membina Akhlak Mulia Siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan Donorojo Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016 .....................................................
92
C. Faktor Penghambat dan Pendukung Upaya Guru dalam Membina Akhlak Mulia Siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan Donorojo Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016...........................
xii
96
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ..............................................................................
106
B. Saran ........................................................................................
107
C. Kata Penutup............................................................................
109
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Akhlak merupakan alat kontrol psikhis dan sosial bagi individu dan masyarakat Akhlak adalah fungsionalisasi agama, artinya keberagamaan menjadi tidak berarti bila tidak dibuktikan dengan akhlak.1 Agama merupakan ajaran nilai dalam hidup dan akhlak merupakan ajaran kesusilaan yang mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia. Sehingga ajaran kesusilaan ini harus ditanamkan kepada anak sedini mungkin. Ironisnya, di zaman yang semakin modern ini masalah akhlak sangat banyak minta perhatian dari para orang tua, guru, pemerintah maupun para ulama. Sering didengar keluhan orang tua yang kebingungan menghadapi anak-anaknya yang sukar patuh, keras kepala dan nakal. Tidak sedikit guru-guru yang kebingungan menghadapi anak didik yang tidak dapat menerima pendidikan dan tidak mau belajar tapi ingin naik kelas, ingin lulus ujian dan ingin memaksakan kehendaknya kepada guru. Surat kabar selalu membawa berita yang mencemaskan tentang penyimpangan-penyimpangan perilaku sampai pada tindak kriminalitas. Banyak orang mengatakan bahwa semua itu disebabkan oleh kemerosotan akhlak manusia. Oleh karena itu masalah akhlak ini sudah selayaknya menjadi obyek pemikiran bersama. Usaha untuk menanggulangi kemerosotan akhlak itu telah banyak dilakukan baik oleh lembaga keagamaan, pendidikan, sosial dan instansi pemerintah. Namun 1
Dirjen Binbaga Agama Islam Depag RI, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Depag RI, 2002). Hlm. 74.
1
2
hasil pembendungan arus yang berbahaya itu belum tampak, bahkan yang terjadi adalah sebaliknya Walaupun demikian berbagai upaya dan kerja keras dalam memberikan pendidikan akhlak kepada anak-anak dan para generasi muda harus terus menerus diupayakan. Pendidikan akhlak merupakan ajaran agama yang memerintahkan manusia untuk berbuat kebajikan, baik kepada Allah SWT, kepada sesamanya maupun kepada lingkungannya. Sebagaimana firman Allah dalam AlQur`an Surat an-Nahl ayat 90:
)٠٩ :(النحل
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pelajaran kepadamu supaya kamu dapat mengambil pelajaran”. (QS. an-Nahl: 90).2 Dalam suatu hadits dijelaskan bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang paling baik akhlaknya. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.:
ل ي هكن ر هسو هل الل:عن عبد الل بن عمرو ابن العاص رضى الله عن ههما قال ان من خيارهكم احسن هكم:صلى الله عليو وسلم فاحشا ول همت فحشا وكان ي هقو هل .) (رواه البخارى ومسلم3اخلقا Artinya: “Dari Abdullah bin „Amr bin „Ash ra. berkata: Rasulullah saw. bukan seorang yang keji mulut dan kelakuan. Bahkan Nabi Muhammad saw. bersabda: sebaik-baik kamu adalah yang terbaik akhlaknya/budi pekertinya (HR. Bukhari dan Muslim).
2
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta: Depag RI, 1989), hlm. 415.
3
Abi Zakaria Yahya bin Syarif An-Nawawi, Riyadus Shalihin, (Ttp.: Nur Asia, tt.), hlm. 304.
3
Demikianlah pendidikan akhlak memegang peranan penting dalam kehidupan bangsa serta generasi selanjutnya, maka pendidikan Akhlak ini sangat perlu diajarkan kepada para siswa di sekolah-sekolah agar dapat memiliki pondasi akhlak yang kuat. Madrasah sebagai salah satu lembaga pendidikan agama Islam harus selalu konsentrasi dalam memberikan pendidikan akhlak kepada para siswa. Di mana madrasah memiliki kesempatan yang cukup besar dalam memberikan berbagai pengetahuan terutama dalam melakukan pembentukan akhlak siswa. Selain dnegan berbagai pelajaran yang diberikan secara langusng berkaitan dengan pelajaran akhlak, juga dengan melaksanakan pembiasaan-pembiasaan yang bertujuan membentuk akhlak mulia anak. Di MTs Mathaliul Falah Tulakan Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara menunjukkan bahwa masih banyak para siswa yang kurang baik akhlaknya. Seringkali dijumpai siswa yang kurang sopan kepada para gurunya dan berbuat jahil kepada teman-temannya. Ada sekitar 8 siswa yang harus mendapatkan bimbingan dan penyuluhan secara intensif oleh kepala sekolah dan guru bimbingan konseling karena melakukan perbuatan yang dianggap melanggar aturan sekolah dan kurang terpuji akhlaknya. Walaupun kalau diprosentase dari keseluruhan siswa, jumlahnya masih sangat kecil yaitu kisaran 4% dari 196 siswa yang ada. Sehingga tindakan yang sangat penting dilakukan adalah mengetahui secara jelas hal-hal yang mempengaruhi akhlak para siswa di MTs Mathaliul Falah Tulakan dengan tujuan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada. Oleh karena itu pembinaan akhlak siswa di MTs Mathaliul Falah Tulakan menjadi salah satu upaya yang harus dilakukan secara terus menerus oleh oleh
4
para guru. Di mana para guru harus aktif berupaya membina akhlak para siswanya agar menjadi manusia yang shalih dan berakhlak mulia (akhlaq al-karimah). Tentunya berbagai cara telah dilakukan baik berupa aturan maupun hukuman yang diberikan kepada siswa dengan maksud agar mampu membentuk akhlak santri. Di samping itu juga dilakukan dengan berbagai ceramah keagamaan dan nasehatnasehat secara langsung kepada para siswa Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis akan mengadakan penelitian dan membahas skripsi yang berjudul "Upaya Guru dalam Membina Akhlak Mulia Siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan Donorojo Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016”.
B. Penegasan Istilah Untuk mempermudah pemahaman dan menghindari terjadinya kesalahan dalam memahami judul skripsi ini, maka penulis akan memberikan batasanbatasan terhadap istilah-istilah yang dipergunakan sebagai berikut: 1. Guru Yang dimaksud guru dalam penelitian ini sebagaimana pengertian yang disampaikan Zakiah Darajat adalah "pendidik profesional, yaitu pendidik dan pengajar (baik di dalam maupun di luar sekolah)".4 Adapun guru yang di maksud dalam skripsi ini adalah semua guru (terutama bidang studi pelajaran ke-Islaman) di MTs Mathaliul Falah Tulakan Donorojo Jepara. 2. Membina Akhlak Mulia Siswa
4
Zakiah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1984), hlm 39.
5
Arti membina akhlak mulia merujuk pada pendapat Abudin Nata yaitu “usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk akhlak anak dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten”.
5
Jadi membina
akhlak mulia adalah usaha membentuk akhlak mulia kepada siswa melalui berbagai cara yang terprogram dan dilaksanakan secara sungguh-sungguh. Dari penegasan istilah di atas dapat disimpulkan bahwa judul dalam skripsi ini yaitu " Upaya Guru dalam Membina Akhlak Mulia Siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan Donorojo Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016" adalah suatu penyelidikan secara mendalam yang berusaha menggambarkan tentang bentuk-bentuk akhlak mulia para siswa di MTs Mathaliul Falah Tulakan Donorojo Jepara, hasil yang telah dicapai serta faktor penghambat dan pendukungnya. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimanakah bentuk-bentuk upaya guru dalam membina akhlak mulia siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara tahun pelajaran 2015/2016? 2. Bagaimanakah hasil upaya guru dalam membina akhlak mulia siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara tahun pelajaran 2015/2016?
5
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Pers, 1996), hlm. 156.
6
3. Faktor apa saja yang menjadi penghambat dan pendukung upaya guru dalam membina akhlak mulia siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara tahun pelajaran 2015/2016?
D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui bentuk-bentuk upaya guru dalam membina akhlak mulia siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara tahun pelajaran 2015/2016. 2. Mengetahui hasil upaya guru dalam membina akhlak mulia siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara tahun pelajaran 2015/2016. 3. Mengetahui faktor-faktor yang menjadi penghambat dan pendukung upaya guru dalam membina akhlak mulia siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara tahun pelajaran 2015/2016. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah 1. Secara Teoritis Dapat menemukan konsep-konsep ilmiah tentang bentuk-bentuk upaya pembinaan akhlak mulia bagi siswa, faktor pendukung dan penghambatnya.
2. Secara Praktis a. Bagi peneliti: dengan penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana untuk mengintegrasikan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang telah diperoleh
7
dalam perkuliahan serta melatih diri dalam menyelesaikan masalah secara ilmiah. Selain itu digunakan sebagai bahan dasar dalam penyusunan skripsi di UNISNU Jepara pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. b. Bagi lembaga yang diteliti: sebagai masukan untuk mengadakan perbaikan dalam upaya meningkatkan akhlak mulia para siswa. c. Bagi para guru: dapat menjadi bahan informasi untuk melakukan pembinaan akhlak mulia bagi para siswa di masa-masa yang akan datang. d. Bagi kepustakaan; sebagai bahan referensi dan dokumentasi dalam rangka memperkaya perbendaharaan karya ilmiah, sekaligus sebagai bahan acuan dalam melakukan studi lanjutan, terutama bagi mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam yang akan melakukan penelitian serupa. F. Metode Penelitian 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif6 (naturalistik) yang berbentuk studi deskriptif,7 yaitu penelitian tentang upaya guru dalam membina akhlak mulia para siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan Donorojo Jepara tahun pelajaran 2015/2016 untuk mengetahui bagaimana bentuk-bentuk
6
Yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subyek penelitian (misalnya perilaku, persepsi motivasi, tindakan dan lain-lain), secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Lihat Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 6. 7
Yaitu penelitian yang menuturkan, menganalisa dan mengklasifikasi penyelidikan dengan teknik survey, dengan teknik interview, angket, observasi, atau dengan teknik test, studi kasus, studi komperatif, studi waktu dan gerak, analisa kuantitatif, studi kooperatif atau operasional dan umumnya tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada sekarang. Lihat Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah,, (Bandung: Tarsito, 2004), hlm. 139
8
upaya yang dilakukan para guru, hasil yang dicapai dari upaya tersebut dan faktor penghambat serta faktor pendukungnya. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan fenomenologik, yaitu "suatu pendekatan dengan mengkaji gejala atau peristiwa yang menfokuskan pada pengalaman-pengalaman subyektif manusia".8 2. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini rencananya akan dilaksanakan pada bulan Pebruari sampai dengan April 2015 bertempat di MTs Mathaliul Falah Tulakan Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara. 3. Sumber Data Sumber data penelitian ini adalah: a. Sumber data primer yaitu para guru dan siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara sebagai informan utama yang dianggap mampu menjelaskan tentang bentuk pendidikan akhlak mulia bagi siswa di MTs Mathaliul Falah Tulakan Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara, faktor penghambatnya, pendukungnya serta alternatif solusinya. b. Sumber data skunder yaitu data-data yang diperoleh dari berbagai literatur dan dokumentasi yang berkaitan dengan judul penelitian.
4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 8
Lexy J. Moleong, op.cit., hlm. 14.
9
a. Wawancara Mendalam (Indepth Interview) Wawancara adalah “sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara”.
9
Wawancara yang
digunakan adalah wawancara "semi structured", yaitu mula-mula interviewer menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu persatu diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut.10 Wawancara dalam penelitian ini dilakukan langsung oleh peneliti dengan para informan (para guru dan siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan Donorojo Jepara). Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang bentuk-bentuk para guru dalam membina akhlak mulia siswa, haisl yang dicapai serta faktor penghambat dan pendukungnya. b. Observasi Observasi atau yang disebut dengan pengamatan adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera.11 Observasi menempuh dua cara utama, yaitu: 1). Pengamatan langsung (direct observation), yaitu teknik pengumpulan data di mana penyelidik mengadakan pengamatan secara langsung (tanpa alat) terhadap gejala-gejala subyek yang diselidiki, baik pengamatan itu dilakukan di dalam situasi sebenarnya maupun dilakukan di daam situasi buatan yang khusus diadakan. 2). Pengamatan tak langsung (indirect observation), yakni pengamatan terhadap gejala-gejala subyek yang diselidiki dengan perantaran sebuah alat, baik alat yang sudah ada (yang semula tidak khusus 9
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 132. 10
Ibid., hlm. 202.
11
Ibid., hlm. 133.
10
untuk keperluan tersebut), maupun yang sengaja dibuat untuk keperluan yang khusus itu. Pelaksanaannya dapat terlangsung di dalam situasi yang sebenarnya maupun di dalam situasi yang buatan.12 Jenis observasi yang digunakan adalah observasi langsung. Pelaksanaan observasi dilakukan terhadap kegiatan belajar mengajar di MTs Mathaliul Falah Tulakan Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara tahun pelajaran 2015/2016, untuk mengetahui pelaksaaan pembelajaran dan upaya-upaya guru dalam membina akhlak mulia siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.13 Teknik dokumentasi penulis pergunakan untuk menghimpun data tentang gambaran umum MTs Mathaliul Falah Tulakan yang terdiri atas: letak geografis, tinjauan historis, struktur organisasi, keadaan guru dan murid, keadaan sarana dan prasarana serta kegiatan belajar mengajar dan data-data yang berhubungan dengan obyek penelitian..
5. Uji Kredibilitas dan Keabsahan Data
12
Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tarsito, 2004), hlm. 162.
13
Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 206.
11
Data yang terkumpul dalam penelitian tidak semuanya valid dan kredibel. Untuk itu dalam menguji tingkat kredibilitas dan keabsahan data, penulis menggunakan teknik triangulasi yaitu dengan cara mengecek data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. a. Triangulasi Sumber, untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang telah dianalisis peneliti sehingga menghasilkan kesimpulan kemudian dimintakan kesepakatan dengan sumber data. b. Triangulasi Teknik, untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk memastikan kebenaran data, bila data yang dihasilkan berbeda, peneliti kemudian melakukan diskusi lebih lanjut dengan sumber data. c. Triangulasi Waktu, untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara melakukan teknik wawancara, observasi atau teknik lain kepada sumber data dalam situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya. 14 6. Teknik Analisis Data Setelah diuji tingkat keabsahannya kemudian penulis analisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif yaitu mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa sesuai dengan kejadian yang terjadi. Artinya data-data terkumpul 14
Sugiyono, op.cit., hlm. 372-374.
12
lalu disusun dan dikelompokkan dengan menggunakan kata-kata sedemikian rupa untuk menggambarkan obyek penelitian sehingga dapat menggambarkan jawaban dari permasalahan yang telah dirumuskan. Metode deskripsi
yang penulis
gunakan
dengan
menggunakan
pendekatan induktif yaitu: peneliti menganalisis berangkat dari kasus yang bersifat khusus berdasarkan pengalaman nyata (ucapan atau perilaku obyek penelitian atau situasi dilapangan) untuk kemudian dirumuskan menjadi konsep teori, prinsip, proposisi atau definisi yang bersifat umum. Adapun langkah-langkah analisis data yang penulis lakukan mengikuti langkah-langkah sebagaimana yang ditawarkan oleh Lexi J. Moleong yaitu dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah kemudian mengadakan reduksi yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi, dan selanjutnya adalah menyusunnya dalam satuan-satuan.15 Pada tahap kesimpulan dimungkinkan untuk diverifikasi kembali pada pengumpulan data semula. Dengan demikian pada kesimpulan akhir benarbenar meyakinkan keabsahannya. G. Sistematika Penulisan Skripsi Untuk memudahkan pembahasan dalam skripsi ini, penulis membagi skripsi ini menjadi 3 (tiga) bagian utama, masing-masing bagian terdiri atas beberapa bahasan, dengan rincian sebagai berikut: 1. Bagian Muka terdiri atas: 15
Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm.
190.
13
Halaman judul, halaman nota persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, deklarasi, halaman abstrak, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar dan daftar isi. 2. Bagian Isi terdiri dari : Bab I
Pendahuluan Meliputi: latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, sistematika penulisan skripsi
Bab II Tinjauan Pustaka tentang Upaya Guru dalam Membina Akhlak Mulia Siswa Sub bahasan pertama tentang guru, meliputi: pengertian guru, syarat dan tugas guru dalam pendidikan Islam. Sub bahasan kedua tentang pembinaan akhlak mulia terdiri atas: pengertian pembinaan akhlak mulia, macam-macam akhlak, bentuk-bentuk pembinaan akhlak mulia, fungsi akhlak mulia bagi manusia, faktor pendukung dan penghambat pembinaan akhlak mulia. Sub bahasan ketiga tentang upaya guru dalam Membina Akhlak Mulia para Siswa. Bab III Laporan Penelitian Sub bahasan pertama tentang kajian obyek penelitian, meliputi sejarah singkat MTs Mathaliul Falah Tulakan, visi dan misi, struktur organisasi, keadaan guru dan siswa, kurikulum pembelajaran. Sub bahasan kedua tentang data khusus penelitian meliputi bentuk-bentuk upaya guru dalam membina akhlak mulia para siswa di MTs
14
Mathaliul Falah Tulakan, hasil yang dicapai, serta faktor penghambat dan faktor pendukungnya. Bab IV Analisis Penelitian tentang Upaya Guru dalam Membina Akhlak Mulia para Siswa di MTs Mathaliul Falah Tulakan Meliputi: analisis tentang bentuk upaya guru dalam membina akhlak mulia siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan, analisis terhadap hasil yang dicapai serta analisis terhadap faktor penghambat dan faktor pendukungnya. Bab V Penutup Meliputi: kesimpulan, saran-saran dan kata penutup. 3. Bagian Akhir meliputi: daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar riwayat hidup penulis.
15
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghozali, Muhammad, Khuluqul Muslim (Akhlak Seorang Muslim), Terj. Muh Rifa‟i, Semarang: Wicaksana, 1986. Ali, Zainuddin, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2007. Aly, Hery Noer, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Logos, 1999. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2004. Crapps, Robert W. Dialog Psikologi dan Agama, Yogyakarta: Kanisius, 1993. Daradjat, Zakiah, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1984. Gunarsa, Singgih D. Psikologi Perkembangan, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986. Jalal, Abdul Fattah. Azas-azas Pendidikan Islam, terj. Hery Noer Aly dari Min alUshul al-Tarbawiyyah fi al-Islam, Bandung: Diponegoro, 1988. Jalaludin, Psikologi Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008. Jameel Zeeno, Muhammad. Resep Menjadi Pendidik Sukses Berdasarkan Petunjuk Al-Qur’an dan Teladan Nabi Muhammad. Bandung: Mizan, 2005. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007. Muhaimin, et.al., Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001. Poerwadarminta, WJS. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007. Surakhmad, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung: Tarsito, 2004.
16
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000. Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1989. Yaqub, Hamzah, Etika Islam Pembina Akhlakul Karimah (Suatu Pengantar), Bandung: Diponegoro, 1988. Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur'an Depag. RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta: Depag. RI, 1982. PEDOMAN WAWANCARA OUT LINE WAWANCARA PENELITIAN
NO 1.
INFORMAN Para guru
OUT LINE PERTANYAAN 1. Bagaimana pelaksanaan pendidikan akhlak di MTs Mathaliul Falah Tulakan? 2. Apa saja yang telah bapak upayakan untuk mendidik akhlak para siswa? Bentuknya seperti apa? 3. Bagaimana hasil pendidikan akhlak bagi siswa di MTs Mathaliul Falah Tulakan Tulakan? 4. Apa saja kendala yang anda hadapi dalam mendidik akhlak para siswa? 5. Apa saja strategi yang telah dilakukan selama ini untuk mengatasi berbagai kendala tersebut? 6. Apa saja faktor pendukung dalam mendidik akhlak para siswa di MTs Mathaliul Falah Tulakan?
3.
Siswa
1. Bagaimana pendapat anda terhadap pendidikan akhlak yang diusahakan oleh para guru anda? 2. Apa saran yang dapat anda berikan terhadap usaha para guru dalam mendidik akhlak para siswa?
17
15
BAB II LANDASAN TEORI
A. Guru Madrasah 1. Pengertian Guru Madrasah Guru adalah "pendidik profesional, yaitu sebagai pendidik dan pengajar baik di dalam maupun di luar sekolah".1 Menurut Hery orang yang disebut guru adalah "orang yang menerima amanat orang tua untuk mendidik anak, yang meliputi guru madrasah atau sekolah, sejak dari Taman Kanak-kanak sampai sekolah menengah, dosen di perguruan tinggi, kyai di pondok pesantren dan sebagainya".2 Namun guru bukan hanya penerima amanat orang tua untuk mendidik anaknya, melainkan setiap orang yang memerlukan bantuan untuk mendidiknya. Ngalim Purwanto mengartikan guru adalah "semua orang yang pernah memberikan suatu ilmu atau kepandaian tertentu kepada seseorang atau sekelompok orang, misalnya, guru silat, guru mengetik, guru menjahit, dan lain sebagainya".3Adapun pengertian guru dalam skripsi ini lebih difokuskan pada guru sekolah/madrasah yaitu orang yang berprofesi mendidik dan mengajar siswa di lembaga pendidikan formal baik itu sekolah maupun madrasah.
1
Zakiah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1984), hlm 39.
2
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: logos, 1999), hlm.. 93.
3
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritid dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1998), Cet. x, hlm. 138.
16
2. Syarat-syarat Menjadi Guru Madrasah Tidak sembarang orang dapat melaksanakan tugas sebagai guru. Untuk dapat melakukan peranan dan melaksanakan tugas serta tanggung jawabnya, guru memerlukan syarat-syarat tertentu. Di lihat dari ilmu pendidikan Islam, menurut Zakiah Daradjat diperlukan syarat-syarat sebagai berikut:4 a. Taqwa Kepada Allah Sesuai dengan tujuan Ilmu Pendidikan Islam tidak mungkin seorang guru mendidik anak didik agar bertaqwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak bertaqwa kepada Allah. Sebab ia adalah teladan bagi muridnya sebagaimana Rasulullah SAW menjadi teladan bagi para sahabatnya. Sejauh mana seorang guru mampu memberi teladan yang baik bagi muridnya, sejauh itu pulalah ia diperkirakan akan berhasil mendidik muridnya agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik dan mulia yang bertaqwa kepada Allah SWT. b. Berilmu Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti bahwa pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu yang diperlukannya untuk suatu jabatan. c. Sehat Jasmani Kesehatan jasmani kerap dijadikan salah satu syarat bagi mereka yang melamar untuk menjadi guru. Guru yang berpenyakit tidak akan
4
Zakiah Daradjat, dkk., op.cit., hlm.41-42.
17
bergairah dalam mengajar dan sering kali absen yang tentunya akan merugikan anak-anak. d. Berkelakuan Baik Budi pekerti guru sangat penting dalam pendidikan watak murid. Guru harus menjadi suri tauladan karena anak-anak bersifat suka meniru. Di antaranya tujuan pendidikan adalah membentuk akhlak baik pada anak dan ini hanya mungkin jika guru berakhlak baik pula. Guru yang tidak berakhlak baik tidak mungkin dipercayakan pekerjaan mendidik. Yang dimaksud dengan amal baik dalam Ilmu Pendidikan Islam adalah yang sesuai dengan ajaran Islam, seperti yang dicontohkan oleh pendidik utama Rasulullah SAW.5 Di antara budi pekerti atau akhlak yang harus dimiliki guru tersebut, menurut Zakiah Daradjat adalah:6 1). 2). 3). 4). 5). 6). 7). 8).
Mencintai profesinya Bersikap adil terhadap sesama muridnya Berlaku sabar dan tenang Berwibawa Gembira Manusiawi Bekerjasama dengan guru-guru lain Bekerjasama dengan Masyarakat 7
Menurut
Athiyah
Al-Abrasyi
(1969)—sebagaimana
dikutip
oleh
Muhaimin—bahwa sifat-sifat yang harus dimiliki oleh guru pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
5
Ibid., hlm. 42
6
Ibid., hlm. 42-43. Ibid.
7
18
a) Bersikap zuhud, artinya mengajar hanya karena mencari keridlaan Allah; b) Suci atau bersih jasmani dan anggota badannya, jauh dari dosa, suci jiwanya, bebas dari dosa besar, riya, hasud, permusuhan, perselisihan dan sifat-sifat tercela lainnya; c) Ikhlas dalam bekerja, dalam arti mengamalkan apa yang diucapkan, tidak merasa malu untuk mengucapkan "saya tidak tahu", merasa butuh untuk menambah ilmu dan tidak segan-segan untuk menggali ilmu dari peserta didiknya; d) Pemaaf terhadap peserta didik, mampu menahan diri, menahan amarah, lapang dada, sabar dan tidak mudah marah karena sebab-sebab sepele; e) Menjaga harga diri dan kehormatan; f) Mencintai peserta didik sebagaimana cintanya kepada anak sendiri dan memikirkan keadaan mereka sebagaimana memikirkan anaknya sendiri; g) Memahami tabiat, minat, kebiasaan, perasaan dan kemampuan peserta didik; h) Menguasai bidang yang diajarkan serta senantiasa mendalaminya agar pengajarannya tidak dangkal."8
Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa ada beberapa kemampuan dan perilaku yang perlu dimiliki oleh guru, yang sekaligus merupakan profil Guru madrasah yang diharapkan agar dalam menjalankan tugas-tugas kependidikannya dapat berhasil secara optimal yang pada intinya terkait dengan aspek personal dan professional dari guru. Aspek personal menyangkut pribadi guru itu sendiri, yang diharapkan dapat memancar dalam dimensi sosialnya, dalam hubungan dengan guru dengan siswanya, teman sejawatnya dan lingkungan masyarakatnya, karena tugas mengajar dan mendidik adalah tugas kemanusiaan.
Sedangkan
aspek
professional
menyangkut
kualifikasi
professional sebagai seorang guru pendidikan agama Islam yang terampil dalam menyampaikan materi pelajaran kepada para siswanya.
8
Muhaimin, et.al., Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 96.
19
3. Kompetensi Guru Madrasah Sebagaimana tertuang dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 16 tahun 2007 bahwa Kompetensi guru meliputi 4 (empat) kompetensi utama, yaitu: kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru dengan standar kompetensi sebagaimana dijelaskan di bawah ini.9 a. Kompetensi Pedagogik 1). Menguasai karakteristik siswa dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional dan intelektual 2). Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran 3). Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu 4). Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik 5). Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran 6). Menfasilitasi pengembangan potensi siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki 7). Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan siswa 8). Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar 9). Memanfaatkan hasil penilaaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran 10). Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. b. Kompetensi Kepribadian 1). Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional Indonesia 2). Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa 3). Menunjukkan etose kerja, tanggungjawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru dan rasa percaya diri. 4). Menjunjung tinggi kode etik profesi guru c. Kompetensi Sosial 1). Bersikap inklusif, bertindak obyektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga dan status sosial ekonomi. 9
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 16 tahun 2007, hlm. 18-20.
20
2). Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat. 3). Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya. 4). Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. d. Kompetensi Profesional 1). Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang relevan dengan mata pelajaran yang diampu 2). Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu 3). Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif 4). Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif 5). Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri. Demikianlah kompetensi beberapa kompetensi yang harus dimiliki guru pendidikan agama Islam dalam rangka melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dan pendidik di lembaga-lembaga pendidikan. 4. Tugas Guru Madrasah dalam Pendidikan Tugas guru adalah tugas profesi, seperti profesi kedokteran, hukum dan lain-lain. Berdasarkan hal tersebut maka guru dapat digolongkan kepada tenaga profesi. Menurut Haidar Putra Dauly, keprofesian guru dapat dilihat dari ilmu, kemampuan teknis, komitmen moral yang tinggi terhadap tugasnya.10 Tugas pokok guru madrasah sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan membimbing. Masing-masing akan dijelaskan satu persatu di bawah ini:
10
Haidar Putra Dauly, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2007), hlm. 77.
21
a. Mendidik Mendidik ialah "semua daya upaya yang ditujukan untuk menolong anak dalam perkembangannya—baik jasmani maupun rohaninya—menjadi manusia dewasa yang susila. Atau secara singkat mendidik ialah membentuk budi pekerti dan watak-watak anak."11 Dilihat dari tujuannya, Purwanto menyatakan bahwa setiap usaha mendidik dilakukan dengan sadar dan sengaja dan mempunyai tujuan tertentu yang baik, demi kepentingan perkembangan diri pribadi anak didik.12 Dengan kata lain, tujuan mendidik itu harus lebih diarahkan kepada siswa, bukan kepentingan pendidik, sehingga siswa dapat benar-benar merasakan upaya yang dilakukan pendidik. Dalam hal ini tugas guru madrasah dalam proses belajar mengajar adalah mendidik para siswanya dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pelajaran supaya dapat dihayati dan kemudian dijadikan pegangan hidup serta dilaksanakan dalam kehidupannya. Dengan kata lain, tugas guru madrasah bukan hanya transfer of knowledge tetapi juga transfer of value. b. Mengajar Mengajar merupakan "usaha guru untuk menciptakan kondisikondisi atau mengatur lingkungan sedemikian rupa, sehingga terjadi interaksi antara murid dengan lingkungan, termasuk guru, alat pelajaran
11
M. Ngalim Purwanto, op.cit., hlm. 150.
12
Ibid., hlm. 151.
22
dan sebagainya yang disebut proses belajar, sehingga tercapai tujuan pelajaran yang telah ditentukan."13 Guru sebagai pengajar merupakan seorang ahli dalam bidang ilmu yang diajarkannya. Dengan pengajaran guru berusaha menularkan pengetahuan, membentuk kecerdasan dan ketangkasan para siswa. Dalam hal ini, tugas guru madrasah dalam mengajar berarti menularkan ilmu pengetahuan kepada siswa tentang materi yang ada dalam pelajaran agar siswa memiliki pemahaman dan pengetahuan tentang materi pelajaran yang disampaikan. c. Membimbing Selain sebagai pendidik dan pengajar guru juga berperan sebagai pembimbing dan pembantu siswa, bukan hanya ketika mereka berada dalam kelas saja melainkan ketika berada di luar kelas, atau ketika mereka masih berada di lingkungan sekolah. Muhibbin Syah mengatakan bahwa dalam menjalankan tugas sebagai pembimbing siswa, guru perlu mengaktualisasikan (mewujudkan) kemampuannya dalam kegiatan sebagai berikut: "membimbing kegiatan belajar siswa dan membimbing pengalaman belajar para siswa".14 Artinya ketika guru madrasah tidak berarti berceramah di muka kelas, tetapi juga membimbing siswa untuk melakukan aktivitas belajarnya. Misalnya, jika siswa sedang diajari nulis, maka guru membimbing siswa agar siswa dapat
13
S. Nasution, Teknologi Pendidikan, (Bandung: Jemmars, 1982), hlm. 54.
14
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 184.
23
menulis dengan baik, tentunya dengan pengarahan dan pemberian contoh, sehingga memungkinkan siswa belajar dengan mudah. Sedangkan dalam membimbing pengalaman siswa, guru bertugas menghubungkan siswa dengan lingkungannya, yaitu mengarahkan perilaku dan sikap siswa agar dapat memanfaatkan pengetahauan dan ketarmpilannya dalam kehidupan sehari-hari. An-Nahlawi—sebagaimana di kutip oleh Hery Noer Aly— menyimpulkan bahwa tugas pokok guru dalam pendidikan Islam, adalah sebagai berikut: 1). Tugas pensucian. Guru hendaknya mengembangkan dan membersihkan Jiwa siswa agar dapat mendekatkan diri kepada Allah, menjauhkannya dari keburukan dan menjaganya agar tetap berada pada fitrahnya. 2). Tugas pengajaran. Guru hendaknya menyampaikan berbagai pengetahuan dan pengalaman kepada siswa untuk diterjemahkan dalam tingkah laku dan kehidupannya.15 Di dalam salah satu haditsnya, Rasulullah SAW juga bersabda:
َم ْن ُسئِ َل َع ْن ِع ْل ٍم فَ َكتَ َموُ اُ ْْلِ ُم يَ ْوَم الْ ِقيَ َام ِة بِلِ َج ٍام ِم ْن نَا ٍر (رواه ابو داود )والرتمذي “Barangsiapa ditanya tentang ilmu kemudian menyimpan ilmunya (tidak mau mengajarkan), maka Allah akan mengekang dia dengan kekangan apai neraka”.16 Dari hadits di atas dapat dipahami tentang pentingnya tugas menyampaikan ilmu pengetahuan kepada orang lain. Jadi salah satu yang menjadi tugas utama seorang guru adalah menyampaikan ilmu pengetahuan 15
Hery Noer Aly, op.cit., hlm. 96.
16
Abi Zakaria Yahya bin Syarif An-Nawawi, Riyadlushsholihin, (T.tp.: nur Asia, t.tp.), hlm.
531.
24
kepada orang lain agar dapat diketahui dan diamalkan untuk kemashlahatan hidup sehari-hari. Di dalam UUSPN tahun 2003 bab XI pasal 39 tentang pendidik dan tenaga pendidikan secara lebih spesifik disebutkan bahwa “guru atau pendidik bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi”.17 Dengan demikian dapat dipahami bahwa tugas utama guru madrasah adalah meliputi dua tugas, yaitu tugas pensucian dan tugas spesifik dalam pengajaran yaitu melaksanakn proses kegiatan pembelajaran yang menjadi tanggungjawab para guru dalam suatu lembaga pendidikan. B. Pembinaan Akhlak Mulia 1. Pengertian Pembinaan Akhlak Mulia a. Pengertian Akhlak Mulia Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kata akhlak diartikan budi pekerti; watak; tabiat.18 Dari sudut kebahasaan akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu isim mashdar dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, yang berarti al-sajiyah (perangai), ath-thabi'ah (kelakuan, tabiat, watak dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru'ah (peradaban yang baik), dan aldin (agama).19
17
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Cipta Jaya, 2003), hlm. 28. 18
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Edisi III, hlm. 625. 19
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Pers, 1996), hlm. 1.
25
Dari segi istilah (terminologik), pengertian akhlak dapat dirujuk dari pendapat para ulama, di antaranya: a. Ibrahim Anis
اخللق حال للنفس راسخة تصدر عنها االعمال من ي ر او ر من غ ر 20
حاجة اىل فك ورؤية
Artinya: “Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan”. b. Al-Ghazali
اخلل ق عر ار ع ن ىيئ ة ر ال نفس راس خة عنه ا تص در االف ال بس هولة ويس 21
من غ ر حاجة اىل فك ورؤية
Artinya: "Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pikiran dan pertimbangan". c. Ibnu Maskawih 22
اخللق حال للنفس داعية هلا اىل اف اهلا من غ ر فك والروية
Artinya: “Akhlak ialah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”. Zainuddin Ali akhlak mendefinisikan akhlak adalah hal ihwal yang melekat dalam jiwa, daripadanya timbul perbuatan-perbuatan yang mudah tanpa dipikirkan dan diteliti oleh manusia.23 Apabila hal ihwal atau tingkah 20
Ibrahim Anis, Al-Mu’jam al-Wasith, (Kairo: dar al-Ma‟atif, 1972), hlm. 202.
21
Abu Hamid Muhammad Imam al-Ghazali, Ihya Ihya’ Ulum ad-Din, Jilid III, (Beirut: Dar alFikr, 1989), hlm. 58. 22 Ibn Maskawih, Tahzib al-Akhlaq wa Tahhhir al-A’raq (Mesir: al-Mathba‟ah al-Mishriyah, tt.) hlm. 3-4. 23 Zainuddin Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 30.
26
laku itu menimbulkan perbuatan-perbuatan terpuji oleh syara', maka tingkah laku itu dinamakan akhlak yang baik. Sebaliknya, bila perbuatanperbuatan yang buruk maka tingkah laku itu
dinamakan akhlak yang
buruk. Akhlak disebut tingkah laku atau hal ihwal yang melekat kepada seseorang karena telah dilakukan berulang-ulang atau terus-menerus. Sebab itu seseorang yang jarang memberikan uangnya kemudian dia memberi karena ada kebutuhan yang tiba-tiba maka orang itu tidak dikatakan berakhlak dermawan karena perbuatannya tidak melekat dalam jiwanya. Menurut Abudin Nata, suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai akhlak apabila mempunyai 5 (lima) ciri yaitu: 1). Tertanam kuat dalam jiwa seseorang, 2). Dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran, 3). Timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar, 4). Dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara. 5). Dilakukan semata-mata karena ikhlas (karena Allah), bukan semata-mata ingin dipuji orang atau karean ingin mendapatkan pujian.24 Akhlak sebagai sifat yang akan terwujud dalam perbuatan dapat dibagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu: akhlak terpuji atau akhlak mulia (al akhlaq al mahmudah) dan akhlak tercela (al akhlaq al madzmumah). Secara umum yang dimaksud akhlak terpuji atau mulia adalah sebagaimana disabdakan oleh Rasul sebagai al birru (kebaikan), sedangkan akhlak tercela adalah al itsmu (kejelekan). Dua hal tersebut didasarkan pada 24
Abudin Nata, op.cit., hlm.7.
27
sebuah Hadits ketika Nuwwas bin Sam`an bertanya tentang al birru (kebaikan) dan al itsmu (dosa) kepada Rasulullah, kemudian Rasulullah menjawab:
الرب حسن اخللق واالمث ما حاك ر صدرك وك ىت ان يطلع عليو الناس 25
)(متفق عليو
“Kebaikan adalah akhlak yang baik dan dosa adalah suatu yang tersirat di hatimu sedang kamu tidak suka hal itu dilihat orang lain” (HR. Bukhari dan Muslim). Dengan demikian yang dinamakan akhlak mulia adalah tabiat atau budi pekerti baik yang sesuai dengan ajaran Allah dan Rasulnya sebagaimana telah disyariatkan dalam agama, baik kepada Allah (hablu minallah)
maupun
hubungannya
dengan
sesama
manusia
(hablu
minannas).
b. Pengertian Pembinaan Akhlak Akhlak Mulia Abudin Nata menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan pembinaan akhlak adalah "usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten”. 26 Pembinaan akhlak ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa akhlak adalah hasil usaha pendidikan, bukan terjadi dengan sendirinya. Usaha pembinaan akhlak anak dapat dilakukan oleh guru maupun orang tua sebagai
25
Abi Zakaria Yahya bin Musa Syarif An-Nawawi, Riyadlus Shalihin (T.tp.: Nur Asia, t.t.),hlm. 292. 26
Abudin Nata, op.cit., hlm. 156.
28
pemimpin
keluarga,
melalui
berbagai
upaya
seperti
pembiasaan,
pengawasan, perhatian dan lain sebagainya. 2. Bentuk-bentuk Akhlak Mulia Sebagaimana telah dijelaskan bahwa akhlak terbagi menjadi 2 (dua) macam yaitu akhlak terpuji atau akhlak mulia (akhlaq al-mahmudah atau akhlaq al karimah) dan akhlak tercela (akhlaq al-madzmumah). Adapun dalam sekripsi ini hanya dibahas tentang akhlak mulia. Di antara bentuk-bentuk pelaksanaan akhlak yang mulia (akhlaq al-karimah) adalah:. a. Taat Kepada Allah SWT Manusia sebagai ciptaan Tuhan mempunyai kewajiban
terhadap
Sang Pencipta. Kewajiban terhadap Tuhan ialah melaksanakan perintahNya dan menjauhi larangan-Nya. Perbuatan yang dilakukan karena perintahnya merupakan ibadah, baik yang bersifat khusus (hablu minallah) yang bersifat umum (hablu minnas).27 Perilaku manusia yang berhubungan dengan Allah adalah ucapan dan perbuatan manusia. Oleh karena itu, akhlak manusia yang baik kepada Allah adalah manusia yang mengucapkan dan bertingkah laku yang terpuji kepada Allah SWT, baik ucapan melalui ibadah langsung kepada Allah, seperti shalat, puasa, zakat, haji dan sebagainya, maupun melalui perilaku tertentu yang mencerminkan hubungan manusia dengan Allah di luar ibadah tersebut.28 27
Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 28. 28
Zainuddin Ali, op.cit., hlm. 33.
29
b.
Berbuat Baik Kepada Sesama Manusia Akhlak manusia terhadap sesamanya di antaranya meliputi akhlak terhadap diri sendiri, terhadap orang tua, terhadap orang yang lebih tua, terhadap sesama manusia, terhadap orang yang lebih muda.29 Islam
memerintahkan
manusia
untuk
berbuat
baik
kepada
sesamanya. Dalam pemenuhan hak-hak pribadinya itu manusia tidak boleh merugikan hak-hak orang lain. Islam melarang keras kebohongan dalam segala bentuknya, demikian pula dengan fitnah, mengumpat, bicara tentang keburukan orang lain, judi lotrean dan segala bentuk permainan yang berbau judi dilarang oleh Islam,
karena menyebabkan kerugian atau
menggangu hak-hak orang lain. Hal itu untuk melindungi manusia agar tidak mengorbankan hak orang lain demi mencapai kesenangan sendiri. c. Akhlak Terhadap Lingkungan Manusia tidak mungkin bertahan hidup tanpa adanya dukungan lingkungan alam yang sesuai, serasi seperti yang dibutuhkan. Untuk itulah manusia harus mematuhi aturan dan norma demi menjaga kelestarian dan keserasian hubungan antara manusia dengan alam sekitarnya. 30 Demikian pula manusia sebagai makhluk sosial tidak akan bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Bagaimananpun keadaannya atau kemampuannya pasti memerlukan
bantuan
orang lain,
perkawinan dan kematian.
29
Nurul Zuriah, op.cit., hlm. 30-31.
30
Ibid., hlm. 32.
misalnya
melahirkan,
khitanan,
30
Akhlak manusia terhadap lingkungan ini meliputi akhlak terhadap alam dengan foroa dan faunanya serta akhlak terhadap masyarakat atau kelompok sosial. Akhlak terhadap lingkungan ini dapat dilaksanakn dengan cara menjaga, memelihara dan mengolah lingkungan dengan baik dan seimbang. Sedangkan akhlak terhadap masyarakat misalnya dapat dilaksanakan dengan berlaku adil, bijaksana dan amar ma'ruf nahi mungkar. 3. Manfaat Akhlak Mulia Al-Qur‟an dan Hadits banyak sekali memberi informasi tentang manfaat akhlak yang mulia. Di antaranya firman Allah SWT dalam al-Qur‟an Surat anNahl ayat 97:
)٧٩ : (النحل
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan” (Q.S. an-Nahl: 97).31 Kemudian dalam Surat al-Mu‟min ayat 40:
: (املؤمن
)٠٤ 31
Departemen Agama RI, Al Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta: Depag RI, 1982), hlm. 417.
31
“Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, Maka dia tidak akan dibalasi melainkan sebanding dengan kejahatan itu. dan barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, Maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya tanpa hisab” (Q.S. al-Mu‟min: 40)32 Ayat-ayat tersebut di atas dengan jelas menggambarkan keuntungan atau manfaat dari akhlak mulia, yang dalam hal ini beriman dan beramal shaleh. Orang yang berakhlak mulia (beramal shaleh) akan memperoleh kehidupan yang baik, mendapatkan rezeki yang berlimpah ruah, mendapatkan pahala yang berlipat ganda di akhirat dengan dimasukkan ke dalam surga. Demikian itu
menggambarkan
bahwa
manfaat
dari
akhlak
mulia
itu
adalah
keberuntungan hidup di dunia dan akhirat. Menurut Abudin Nata dalam bukunya Akhlak Tasawuf menjelaskan bahwa di antara keuntungan akhlak mulia adalah 1) memperkuat dan menyempurnakan agama, 2) mempermudah perhitungan amal di akhirat, 3) menghilangkan kesulitan dan 4) selamat hidup di dunia dan akhirat.33 Uraian tersebut baru menjelaskan sebagaian kecil dari manfaat atau keberuntungan yang dihasilkan sebagai akibat dari akhlak mulia yang dilakukan. Tentunya masih banyak lagi keuntungan dari akhlak mulia itu yang tidak disebutkan di sini. Namun dengan menyebutkan beberapa hal di atas rasanya sudah dapat menjawab pertanyaan tentang manfaat dari akhak mulia dan bahwa akhlak mulia akan membawa keberuntungan. Dengan demikian dapat dipahami bahwa manfaat dari akhlak mulia adalah banyak sekali macamnya, namun pada intinya yaitu akan mendapatkan 32
Ibid., hlm. 765.
33
Abudin Nata, op.cit., hlm. 172-174.
32
pahala dan anugerah dari sisi Allah SWT dengan pahala surga serta mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat serta dicintai masyarakatnya. 4. Bentuk-bentuk Pembinaan Akhlak Mulia Di dalam melakukan pembinaan akhlak anak dalam keluarga terdapat banyak cara dan bentuk yang bisa dilakukan. Adapun di antara bentuk-bentuk upaya pembinaan akhlak yang dapat dilakukan oleh guru kepada siswa di antaranya yaitu: a. Keteladanan Upaya pembinaan akhlak anak dengan keteladanan berarti dengan memberi contoh, baik berupa tingkah laku, sifat, cara berpikir dan sebagainya.34 Banyak ahli pendidikan yang berpendapat bahwa pendidikan dengan keteladanan merupakan metode yang paling berhasil guna. Hal itu karena dalam belajar orang pada umumnya lebih mudah menangkap yang konkrit ketimbang yang abstrak. Di dalam al-Quran terdapat banyak ayat yang menunjukkan pentingnya penggunaan keteladanan dalam pendidikan. Di antaranya dalam Surat al-Ahzab ayat 21:
)١٢ : (األحزاب "Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah". (Q.S. AlAhzab: 21)35
34
Hery Noer Ali, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 179.
35
Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 670.
33
Dengan demikian upaya pembinaan akhlak siswa dengan bentuk keteladanan berarti dengan cara memberikan contoh yang baik, baik dalam berbicara, bersikap, berperilaku maupun cara berpikir dan lainnya. Oleh karena itu kita sering mendengar ungkapan “kalau guru kencing berdiri, maka murid kencing berlari”. b. Pembiasaan Pembiasan merupakan proses penanaman kebiasaan. Yang dimaksud dengan kebiasan adalah "cara-cara bertindak hampir-hampir otomatis (hampir-hampir tidak disadari oleh pelakunya)".36 Pembiasaan merupakan salah satu metode pendidikan yang sangat penting, terutama bagi anak-anak. Mereka belum menginsafi apa yang disebut baik dan buruk dalam arti susila. Demikian pula mereka belum mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dikerjakan seperti pada orang dewasa. Ingatan mereka belum kuat. Mereka lekas melupakan apa yang sudah dan baru terjadi. Di samping itu, perhatian mereka lekas dan mudah beralih kepada hal-hal yang baru dan disukainya. Dalam kondisi ini mereka perlu dibiasakan dengan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan dan pola pikir tertentu. Menanamkan kebiasaan itu sulit dan kadang-kadang memerlukan waktu yang lama. Kesulitan itu disebabkan pada mulanya seseorang atau anak belum mengenal secara praktis sesuatu yang hendak dibiasakannya. Apalagi kalau yang dibiasakan itu dirasa kurang menyenangkan. Oleh sebab itu dalam menanamkan kebiasaan diperlukan pengawasan. Bahkan dalam hal ini sebagaimana disarankan oleh Abdullah Nasih Ulwan—dikutip dari Hery 36
Ibid., hlm. 185.
34
Noer Aly—pendidik bisa menggunakan motivasi dengan kata-kata yang baik, bisa memberi hadiah, hingga menggunakan hukuman apabila dipandang perlu dalam meluruskan penyimpangan.37 Dengan demikian upaya pembinaan akhlak anak melalui pembiasaan hendaknya disertai dengan usaha membangkitkan kesadaran atau pengertian terus menerus akan maksud dari tingkah laku yang dibiasakan. Sebab, pembiasaan digunakan bukan untuk memaksa siswa agar melakukan sesuatu secara otomatis seperti robot, melainkan agar ia dapat melaksanakan segala kebaikan dengan mudah tanpa merasa susah atau berhati-hati. c. Pengawasan Anak-anak yang masih kecil sangat memerlukan pengawasan. Hery menjelaskan bahwa pengawasan hendaknya dilakukan terus-menerus, artinya pendidik hendaknya konsekuen, bersikap tegas dan tetap teguh pada pendirian yang telah diambilnya. Segala aturan, baik perintah maupun larangan, hendaknya dijaga agar selalu dilaksanakan dan tidak dilanggar.38 Dengan pengawasan pendidik dapat mengevaluasi apakah anaknya (siswa) telah mempunyai kebiasaan tentang sesuatu yang ditanamkan kepadanya? Apakah untuk menguatkan kebiasaan itu diperlukan ganjaran ataukah hukuman? Apakah kebiasaan itu melahirkan kepuasan pada anak? Evaluasi semacam ini akan berguna bagi orang tua dalam proses pembiasaan. Di samping itu dengan pengawasan, pendidik dapat menghindarkan bahaya-
37
Hery Noer Aly, op.cit., hlm. 189.
38
Ibid., hlm.190.
35
bahaya yang dapat merugikan perkembangan anak, baik jasmani maupun rohani. d. Persuasi Metode persuasi adalah meyakinkan anak tentang suatu ajaran dengan kekuatan akal. Metode ini dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah uslub al-iqna wa al-iqtina`. Penggunaan metode persuasi didasarkan atas pandangan bahwa manusia adalah makhluk yang berakal.39 Al-Qur`an sarat dengan contoh serta memerintahkan kepada manusia untuk menggunakan akal dalam membedakan antara yang benar dan yang salah serta antar yang baik dan yang buruk. Seruan Allah kepada Rasul-Nya agar mengajak manusia dengan cara yang bijaksana, memberi pengajaran yang baik dan berargumentasi secara baik. Firman Allah dalam al-Qur`an:
)٥٢١ :(النحل "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orangorang yang mendapat petunjuk (Q.S. an-Nahl: 125).40 Salah satu teknik yang dapat pendidik untuk meyakinkan anak didik dalam persoalan keagamaan, terutama persoalan ghaib ialah menjelaskan kepada mereka tentang adanya bermacam-macam pengetahuan, seperti 39
Ibid., hlm. 203. Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 421.
40
36
pengetahuan mistis dan pengetahuan tradisional dari pendahulu. Ambillah contoh gelombang suara dan gelombang cahaya. Ada wujud yang sangat kecil dan tidak dapat dilihat melalui mata telanjang dan ada suara-suara sangat halus, seperti merayapnya semut yang tidak mungkin didengar melalui telinga biasa. Semua itu ada dan kebenarannya tidak pernah diketahui oleh manusia di masa lalu. e. Memberi Nasihat Kata nasihat berasal dari bahasa Arab yang berakar dari kata nashaha yang berarti bersih dari noda dan tipuan. 41 Dengan demikian, pendidik yang memberi nasihat hendaknya menghindarkan diri dari segala bentuk sifat riya dan pamrih agar tidak menodai keihlasannya sehingga kewibawaan edukatifnya dan pengaruhnya terhadap jiwa siswa menjadi hilang. Memberi nasihat merupakan salah satu metode penting dalam pembinaan akhlak. Dengan metode ini pendidik dapat menanamkan pengaruh yang baik ke dalam jiwa bila menggunakan cara yang tepat dan dapat mengetuk relung jiwa. Bahkan, dengan metode ini pendidik mempunyai kesempatan yang luas untuk mengarahkan siswa kepada berbagai kebaikan dan kemashlahatan serta kemajuan masyarakat dan umat. Cara yang dimaksud ialah hendaknya nasihat lahir dari hati yang tulus. Artinya pendidik berusaha menimbulkan kesan bagi siswanya bahwa ia adalah orang yang mempunyai niat baik dan sangat peduli terhadap kebaikan
41
Hery Noer Aly, op.cit., hlm. 191.
37
siswa. Hal inilah yang membuat nasihat mendapat penerimaan yang baik dari orang yang diberi nasihat.42 Nasihat dapat pula disampaikan dengan menggunakan perumpamaan. al-Qur`an telah banyak menyajikan perumpamaan yang dapat dipergunakan sebagai model dalam menyampaikan nasihat. Umpamanya, nasihat untuk beriman dan tidak kafir:
)٦٧ : (النحل "Dan Allah membuat (pula) perumpamaan: dua orang lelaki yang seorang bisu, tidak dapat berbuat sesuatupun dan dia menjadi beban atas penanggungnya, ke mana saja dia disuruh oleh penanggungnya itu, dia tidak dapat mendatangkan suatu kebajikanpun. samakah orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan, dan dia berada pula di atas jalan yang lurus? (Q.S. an-Nahl: 76).43 Ayat di atas mengumpamakan orang mukmin dengan orang yang mampu berjalan di atas jalan yang lurus, dan mengumpamakan orang kafir dengan orang yang tidak mampu mengejakan apapun, malah hanya menjadi beban bagi orang yang lain. Dengan demikian penggunaan metode nasihat berarti memberikan penjelasan tentang kebenaran dan kemashlahatan kepada anak dengan tujuan menghindarkan anak dari bahaya serta menunjukkannya ke jalan yang mendatangkan kebahagiaan dan manfaat.
42
Ibid., hlm. 192
43
Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 413.
38
f. Bercerita atau Berkisah Bagi anak-anak cerita merupakan sesuatu yang menarik perhatiannya dan juga mudah dicerna dalam pikirannya, namun tentunya hal itu tergantung dari materi yang diceritakan atau gaya berceritanya. Jika gaya berceritanya menarik,
atau
materinya
menarik
maka
anak
akan
antusias
mendengarkannya. Cerita atau kisah bisa bermuatan ajaran moral dan nilainilai edukatif. Cerita-cerita yang disajikan dalam al-Qur`an sarat dengan ajaran dan nilai yang demikan. Allah SWT telah berfirman dalam al-Qur`an:
)٢٢٢ :(يوسف
"Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman". (Q.S. Yusuf: 111).44 Menurut Abudin Nata sebagaimana dikutip oleh Amirulloh bahwa metode bercerita merupakan salah satu metode yang mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan anak. Islam menyadari sifat alamiah manusia untuk menyenangi cerita yang pengaruhnya besar terhadap perasaan.45 Tujuan metode bercerita adalah agar pendengar (siswa) dapat membedakan perbuatan yang baik dan buruk, sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bercerita guru dapat menanamkan 44
Ibid., hlm. 366. Amirulloh Syarbini, op.cit., hlm. 96.
45
39
nilai-nilai akhlak mulia pada siswa seperti menunjukkan perbedaan perbuatan baik dan buruk serta ganjaran dari setiap perbuatan. Penggunaan cerita atau kisah-kisah untuk memberikan pelajaran kepada siswa dengan membahasnya secara panjang lebar dan meninjaunya dari berbagai aspek, selaras dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Di samping itu dapat pula menggunakan pelajaran sejarah untuk menyampaikan ajaran. Banyak umat yang jatuh karena akhlaknya rusak, tidak sedikit kebudayaan yang hancur karena masyarakat pendukung kebudayaan itu terpecah belah, begitu pula banyak orang yang binasa karena kesombongan dan kekufurannya. g. Motivasi dan Intimidasi Metode motivasi dan intimidasi telah digunakan masyarakat secara luas, orang tua terhadap anak, pendidik terhadap muridnya, bahkan masyarakat luas dalam interaksi antar sesamanya.46 Dalam bahasa Arab, metode ini disebut uslub al-targhib wa al tarhib. Metode ini sesuai dengan tabiat manusia, di manapun dan apapun jenis warna kulit atau ideologinya. Manusia menurut tabiatnya bertingkah laku sesuai dengan kadar pengetahuannya tentang akibat yang mungkin lahir dari tingkah laku dan perbuatannya, apakah akibat itu membahayakan ataukah bermanfaat dan apakah menyenangkan ataukah menyengsarakan.47 Penggunaan metode motivasi sejalan dengan apa yang di dalam psikologi belajar disebut law of happines, prinsip yang mengutamakan 46
Hery Noer Aly, op.cit., hlm. 196. Ibid.
47
40
suasana menyenangkan dalam belajar. Dalam pelaksanaan prinsip ini hendaknya pendidik atau orang tua tanggap akan adanya berbagai iklim dan kondisi yang dihayati siswa selama proses belajar mengajar.48 Dalam
pelaksanaan
pembinaan
akhlak
mulia
kepada
siswa,
penggunaan metode motivasi harus lebih diutamakan daripada metode intimidasi. Guru dapat menggunakan metode intimidasi dan hukuman apabila metode-metode lain seperti pemberian nasihat, petunjuk dan bimbingan tidak berhasil unuk mewujudkan tujuan. h. Penghargaan dan Hukuman Islam sebagai agama yang mengajarkan kebaikan dan kemashlahatan pada umat manusia menyarankan penggunaan metode penghargaan dan hukuman sebagai alternatif dalam mendidik anak. Amirulloh menjelaskan bahwa al-Qur‟an dan hadits sebagai sumber ajaran Islam menggunakan beberapa istilah yang berkaitan dengan reward (ganjaran) dan punishment (hukuman). Kata yang berkaitan dengan reward misalnya targhib dan tsawab. Kata ini banyak ditemukan dalam al-Qur‟an, khususnya ketika membicarakan tentang apa yang diterima oleh seseorang, baik di dunia dan di akhirat dari amal perbuatannya. Sedangkan punishment (hukuman) misalnya dikenal kata „iqab.49 Kata tsawab adalah pemberian ganjaran yang baik terhadap perilaku baik dari anak. Sedangkan punishment (hukuman) diistilahkan dengan „iqab.
48
Abdul Fattah Jalal, Azas-azas Pendidikan Islam, terj. Hery Noer Aly dari Min al-Ushul alTarbawiyah fi al-Islam, (Bandung: CV. Diponegoro, 1989), hlm. 182-183. 49
Amirulloh Syarbini, op.cit., hlm. 105.
41
Di dalam al-Qur‟an pemakaian kata „iqab disebutkan sebanyak 20 kali dalam 11 surat. Penggunaan kata „iqab ini mayoritas didahului oleh kata syadiid (yang paling, amat dan sangat) yang semuanya menunjukkan arti keburukan dan azab yang menyedihkan. Seperti firman Allah:
“(keadaan mereka) adalah sebagai keadaan kaum Fir'aun dan orangorang yang sebelumnya; mereka mendustakan ayat-ayat Kami; Karena itu Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosa mereka. dan Allah sangat keras siksa-Nya (QS. Ali Imran: 11).50 Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa kata ‘iqab ditujukan kepada balasan dosa sebagai akibat dari perbuatan jahat manusia. Sehiangga dalam kaitannya dengan metode pembinaan keagamaan kepada anak, „iqab dapat diartikan sebagai alat refresif yang paling tidak menyenangkan dan balasan dari perbuatan yang tidak baik. Berbagai teknik penggunaan reward (penghargaan) yang dianjurkan menurut Amirulloh yaitu dengan ungkapan kata (pujian), memberikan materi atau barang-barang tertentu sebagai hadiah, memberikan senyuman atau tepukan, mendoakan, menunjukkan kebaikan anak, menganggap diri kita bagian dari anak.51 Selanjutnya pelaksanaan hukuman merupakan jalan terakhir dalam pendidikan, tetapi dalam kondisi tertentu harus digunakan. Hukuman baru digunakan apabila metode lain, seperti nasihat dan peringatan tidak berhasil 50
Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 76.. Amirulloh Syarbini, op.cit., hlm. 107-111.
51
42
guna dalam memperbaiki siswa. Oleh karena itu sebelum menjatuhkan hukuman, harus memperhatikan tahapan-tahapan tertentu. Tahapan-tahapan tersebut
yaitu
mengingatkannya
akan
kesalahan
dengan
memberi
pengarahan, membujuk, memberi isyarat, mencela, mengucilkan, memukul dan hukuman yang mengandung pendidikan bagi orang lain. Dalam alQur`an, prinsip kebertahapan dalam memberikan hukuman terlihat pada Surat an-Nisa' ayat 24:
: (النساء )٤٠ "Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar". (Q.S. an-Nisa`: 34).52 Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh pendidik ketika mau menjatuhkan hukuman kepada anak didik, di antaranya yaitu: 1). Tujuan hukuman ialah untuk memperbaiki kesalahan anak, bukan untuk balas dendam. Oleh sebab itu hendaknya tidak menjatuhkan hukuman dalam keadaan marah. 2). Hukuman yang dijatuhkan hendaknya dapat dimengerti oleh anak, sehingga ia sadar akan kesalahannya dan tidak mengulanginya.. 3). Di dalam menjatuhkan hukuman hendaknya diperhatikan prinsip logis, yaitu hukuman disesuaikan dengan jenis kesalahan. 4). Hukuman psikhis lebih baik ketimbang hukuman fisik. Umpamanya, anak terlalu banyak bermain sehingga tidak mempunyai perhatian untuk belajar. Bagi anak ini hukuman tidak boleh bermain lebih baik ketimbang pukulan.53
52
Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 123. Hery Noer Ali, op.cit., hlm. 200-202.
53
43
Athiyah al-Abrasyi mengemukakan 3 syarat apabila seorang pendidik ingin menghukum anak dengan hukuman badan (jasmani), ketiga syarat ini adalah: 1). Sebelum berumur 10 tahun anak-anak tidak boleh dipukul 2). Pukulan tidak boleh lebih dari 3 kali. Yang dimaksud dengan pukulan di sini ialah lidi atau tongkat kecil bukanlah tongkat besar. 3). Diberikan kesempatan kepada anak-anak untuk tobat dari apa yang ia lakukandan memperbaiki kesalahannya tanpa perlu menggunakan pukulan atau merusak nama baiknya.54
Dengan demikian guru dapat menggunakan hukuman kepada siswa bila sudah digunakan metode-metode lain, namun tidak mempan. Namun, di dalam memberikan hukuman kepada siswa, guru harus memperhatikan tujuan hukuman itu sendiri yaitu agar anak jera untuk mengulangi kesalahannya, tetapi bukan untuk menyakiti si anak secara fisik. Oleh karena itu penggunaan hukuman yang didahulukan adalah hukuman psikis. 5. Tujuan Pembinaan Akhlak Mulia bagi Siswa Sebelum diuraikan lebih jauh tentang tujuan pendidikan akhlak anak, perlu dijelaskan bahwa di sini penulis berpendapat bahwa merupakan sesuatu yang dapat dibina atau dibentuk. Sebagaimana dikatakan oleh Abudin Nata bahwa akhlak adalah "hasil dari pendidikan, latihan, pembinaan dan perjuangan keras dan sunguh-sungguh".55 Sebab ada pula pendapat dari sebagian ahli bahwa akhlak tidak perlu dibina atau dibentuk, karena akhlak
54
Nur Uhbiyati, op.cit., hlm. 135. Abudin Nata, op.cit., hlm. 154.
55
44
adalah instinct (gairah) yang dibawa manusia sejak lahir sehingga tidak dapat dirubah. Di antara kelompok yang mendukung pendapat yang pertama (akhlak dapat dibina) umumnya datang dari ulama-ulama Islam yang cenderung pada akhlak, seperti Ibnu Maskawih, Ibnu Sina, Al-Ghazali dan lain-lain termasuk kelompok kepada kelompok yang mengatakan bahwa akhlak adalah hasil usaha (muktasabah). Imam al-Ghazali misalnya mengatakan:
ِ َ اع ِ ت الْوصايا والْمو ِ ِ ات َولِ َما ُ َظ َوالتَّأْديْر َ َ َ َ َ َلَْو َكانَت األَ ْيالَ ُق الَ تَ ْقرَ ُل التَّغَيُّ َ لَرَطَل 56 ِ صلَّى اهللُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم َح ِّسنُ ْوا اَ ْيالَقَ ُك ْم َ َق َ ِال َر ُس ْول اهلل (Seandainya akhlak itu tidak dapat menerima perubahan, maka batallah fungsi wasiat, nasihat dan pendidikan dan tidak ada pula fungsinya hadits nabi yang mengatakan "perbaikilah akhlak kamu sekalian). Pada kenyataan di lapangan, usaha-usaha pendidikan akhlak kepada anak melalui berbagai lembaga pendidikan dan melalui berbagai macam metode terus dikembangkan. Ini menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina, dan pembinaan ini ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadipribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan Rasulnya, hormat kepada orang tua (ibu bapak), sayang kepada sesama makhluk Allah dan seterusnya. Sebaliknya keadaan sebaliknya juga menunjukkan bahwa anakanak yang tidak dibina akhlaknya, atau dibiarkan tanpa bimbingan, arahan dan pendidikan ternyata menjadi anak-anak yang nakal, mengganggu masyarakat, melakukan berbagai perbuatan tercela dan seterusnya.Semua ini menunjukkan
56
Imam al-Ghazali, Ihya' Ulum al-Din, Juz III (Beirut: Dar al-Fikr, tt.) hlm. 54.
45
bahwa akhlak anak memang perlu dibina, terutama oleh orang tuanya sendiri di dalam keluarga, karena pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak. Jadi pendidikan akhlak kepada anak mempunyai tujuan yang sangat penting terhadap kepribadan anak. Menurut Ali Hasan (1988) sebagaimana dikutip oleh Chabib Thoha tujuan tersebut adalah agar setiap orang dapat berbudi pekerti (berakhlak), bertingkah laku (tabiat), berperangai atau beradat istiadat yang baik/yang sesuai dengan ajaran Islam57 Tujuan pendidikan akhlak menurut Mahmud Yunus adalah: "Mendidik anak-anak supaya menjadi seorang muslim sejati, beramal sholeh dan berbudi pekerti yang baik, sehingga ia dapat menjadi salah seorang anggota masyarakat yang sanggup berdiri di atas kaki sendiri, mengabdi kepada Allah dan berbakti kepada bangsa dan tanah airnya bahkan umat manusia".58 Dengan demikian tujuan pembinaan anak dalam keluarga tidak lain adalah agar anak mengerti baik buruknya suatu perbuatan, agar dapat berperilaku yang benar sesuai dengan ajaran Islam dan undang-undang negara. 6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Akhlak Siswa Faktor-faktor
yang
dapat
mempengaruhi
akhlak
siswa
dapat
dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu: faktor internal dan faktor eksternal. a. Faktor Internal Faktor internal yang mempengaruhi akhlak siswa adalah faktor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal dan lain-lain. Semua itu berasal dari keturunan atau hereditas. 57
Chabib Thoha dkk., Metodologi Pengajaran Agama, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Wali Songo, 2002), hlm. 135. 58 Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: Al-Hikmah, 1975), hlm. 19.
46
Zakiah Daradjat menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan keturunan (hereditas) adalah “ciri dan sifat yang diwarisi dari orang tua atau dari kakek-nenek dengan kadar yang berlainan. Umumnya, sebagian diwarisi dari sifat-sifat bapak, seperempat dari datuk tingkat pertama dan seperenam belas dari datuk tingkat ketiga dan seterusnya”.59 Faktor bawaan ini merupakan faktor yang cukup besar membentuk akhlak siswa. Walaupun demikian faktor bawaan ini dapat dirubah dengan pendidikan, pembinaan dan pelatihan yang diberikan. b. Faktor Eksternal Faktor ekternal yang mempengaruhi pembentukan akhlak siswa di antaranya adalah pendidikan atau pembinaan dan lingkungan (millieu); Pertama, Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat membentuk dan sekaligus mempengaruhi akhlak siswa kepada guru. Sebab pada dasarnya manusia menurut Zakiah Daradjat adalah makhluk paedagogik, yaitu makhluk Allah yang dilahirkan membawa potensi dapat didik dan dapat mendidik.60 Sedangkan tujuan akhir pendidikan itu sendiri adalah untuk menjadikan manusia menjadi makhluk yang baik. Sebagaimana pendapat Chabib Thoha bahwa tujuan akhir pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi kreatif siswa agar menjadi manusia yang baik, menurut pandangan manusia dan Allah SWT.61 Di dalam alQur‟an Surat an-Nahl ayat 78 Allah telah berfirman: 59
Departemen Agama RI., op.cit., hlm. 56.
60
Zakiah Daradjat, op.cit., hlm. 16. HM. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 59. 61
47
)٦٧ : (النحل “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur” (QS. an-Nahl: 78).62 Dengan demikian pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi akhlak, karena anak didik akan mendapatkan banyak pengetahuan dan pengajaran bagaimana seharusnya berakhlak kepada sesamanya dan diamalkan dalam kehidupannya. Kedua, lingkungan dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan dan lingkungan masyarakat. 1) Lingkungan Keluarga Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial.
63
Keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, akhlak dan pendidikan kepada anak. Menurut Purwanto, dalam perkembangan kepribadiannya, si anak biasanya mengandalkan ukuran baik dan buruk, salah dan benar kepada orang tua serta anggota keluarga. Keterkaitan anak dan orang tua sebagai tokoh moral sangat diperhatikan sekali oleh anak. Sehingga apa yang dianggap baik oleh orang tua baik pula oleh anak, begitu pula sebaliknya.64
62
Departemen Agama RI., op.cit., hlm. 413. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998), hlm. 79. 64 Ibid., hlm. 85. 63
48
Dari kecil anak dipelihara dan dibesarkan oleh dan dalam keluarga. Segala sesuatu yang ada dalam keluarga, baik berupa bendabenda dan orang-orang serta peraturan-peraturan dan adat istiadat yang berlaku dalam keluarga itu sangat berpengaruh dan menentukan corak perkembangan anak-anak. Bagaimana cara mendidik yang berlaku dalam keluarga itu, demikianlah cara anak itu mereaksi terhadap lingkungannya. 2) Lingkungan Pendidikan Pembentukan akhlak, pembinaan moral dan pribadi anak umumnya terjadi melalui pengalaman sejak kecil. Sikap si anak terdapat agama dibentuk pertama kali dirumah melalui pengalaman yang didapatnya dengan orang tuanya. Kemudian diperbaiki oleh para guru di sekolah, terutama guru yang disayanginya. Dasar-dasar kepribadian dan pola-pola sikap anak yang diperoleh melalui perkembangan dan pertumbuhan akan mengalami secara lebih luas apabila anak memasuki bangku sekolah, karena si anak lebih banyak melakukan hubungan atau pergaulan selain dengan orang tua di rumah juga dengan teman-teman dan guru. Fungsi
pendidikan
sekolah
dalam
kaitannya
dengan
pembentukan akhlak pada anak antara lain sebagai pelanjut pendidikan agama di lingkungan keluarga, atau membentuk jiwa keagamaan pada diri anak yang tidak menerima pendidikan agama dalam keluarga.65 Dalam konteks ini kemampuan guru agama dan materi pendidikan 65
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008) hlm. 270.
49
agama yang diberikan akan masuk dalam pengetahuan anak sehingga sedikit banyak berpengaruh terhadap sikap dan perilaku anak. Lingkungan
pendidikan
menjadi
lingkungan
kedua
bagi
pertumbuhan anak. Anak-anak mulai mengenal guru, teman-teman sepermainan dan berinteraksi dengan anggota anak yang lain. Dalam hal ini anak akan mempunyai figur lain selain orang tua misalnya guru atau teman-teman sepermainannya. 3) Lingkungan masyarakat Setiap manusia selalu berada dan hidup dalam masyarakat. Manusia yang baik adalah apabila dirinya dapat hidup bersama-sama dalam masyarakat secara damai, tentram dan sejahtera. Menurut Jalaludin masyarakat merupakan lapangan pendidikan ketiga yang dapat mempengaruhi perkembangan anak yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.66 Lingkungan masyarakat mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan anak, begitu juga terhadap akhlak dan perilakunya. Lingkungan masyarakat yang Islami yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama, akan membantu dan mendorong anak untuk berperilaku Islami dan berakhlak mulia, sebaliknya lingkungan masyarakat yang rusak akan mempengaruhi anak berperilaku jelek atau mempunyai akhlak yang rendah.
66
Ibid,. hlm. 271-272.
50
C. Upaya Guru dalam Membina Akhlak Mulia Siswa Guru madrasah merupakan sosok yang selain mempunyai tanggungjawab profesional dan moral dalam pendidikan, juga merupakan panutan di masyarakatnya karena menjadi tokoh agama yang dihormati oleh masyarakat. Para guru madrasah banyak dijadikan figur di daerahnya masing-masing. Oleh karena itu peran dan usahanya dalam membina akhlak para siswa di sekolah merupakan salah satu tanggungjawab sekaligus tugas mulia. Usaha-usaha pembinaan akhlak di berbagai lembaga pendidikan dengan berbagai macam metode terus dikembangkan. Ini menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina, dan pembinaan itu tujuannya tidak lain supaya dapat membentuk pribadi-pribadi siswa yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan rasulnya, hormat kepada ibu bapak, sayang kepada sesama makhluk Allah dan seterusnya. Sebaliknya, keadaan anak yang tidak dibina akhlaknya atau dibiarkan tanpa bimbingan, arahan dan pendidikan, ternyata menjadi anak-anak yang nakal, menggangu masyarakat, melakukan berbagai perbuatan tercela dan seterusnya. Dasar pemikiran ini berangkat dari landasan bahwa akhlak adalah hasil pendidikan, latihan, pembinaan dan perjuangan keras dan sungguh-sungguh (sebagaimana pendapat dari para ulama Islam Ibnu Maskawaih, Ibnu Sina, alGhazali). Berbeda pendapat dengan orang yang berpendapat bahwa akhlak tidak perlu dibentuk, karena akhlak adalah instinct yang dibawa manusia sejak lahir.67 Dengan demikian akhlak siswa dapat dipengaruhi oleh pendidikan dan lingkungan yang ada di sekitarnya. Proses pembentukan akhlak diawali dari cara menanamkan
67
Abudin Nata, op.cit., hlm. 154.
51
nilai-nilai moral dasar keagamaan sebagai dasar pijakan berperilaku yang berlandasan atas kesadaran. Salah satu teori ilmuan dari Barat Gordon W. Allport sebagaimana dikutip oleh Crapps menjelaskan bahwa pembentukan kepribadian seseorang berhubungan dengan interaksi orang lain. Manusia mengenali diri lewat hubungan dengan keberadaan bersama, dengan hal-hal yang dimilikinya dan kelompok, khusunya kelompok sendiri. Sehingga, jadinya pribadi itu adalah makhluk yang bergerak dan berubah. Tiap hari berubah sementara tetap sama.68 Dalam dunia pendidikan, tugas guru tidak hanya sekedar menyampaikan materi tetapi juga mendorong dan membimbing siswa untuk mengaplikasikan atau menerapkan pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan.Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan, dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan ketrampilan-ketrampilan pada siswa.69 Tugas utama sebagai pendidik adalah membantu mendewasakan anak., dewasa secara psikologis, sosial dan moral. Dewasa secara moral berarti sudah bisa berdiri sendiri tidak bergantung kepada orang lain, juga telah mampu bertanggung jawab atas segala perbuatannya, mampu bersikap objektif. Dewasa secara sosial berarti telah mampu menjalin hubungan sosial dengan orang dewasa lainnya dan mampu melaksanakan peran-peran sosial. Dewasa secara moral berarti
68
Robert W. Crapps op.cit., hlm. 175. Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 4 69
52
telah memiliki seperangkat nilai yang ia akui kebenarannya, ia pegang teguh dan mampu berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang menjadi pegangannya. Untuk melatih anak agar mempunyai akhlak terpuji dan menjauhi akhlak yang tercela adalah: 1). Mendidik akidah yang benar secara sederhana dan menurut kemampuan akal mereka. 2). Mengajari ibadah yang benar. 3). Mengajari akhlak yang bersih, yaitu dengan menanamkan benih-benih akhlak mulia dan mengenalkan mereka akhlak terpuji, sebagai ciri khas orang muslim dari orang non-muslim.70 Jadi usaha-usaha pembinaan akhlak para siswa di madrasah merupakan salah satu tugas dan tanggung jawab para guru. Apa saja yang dilakukan oleh guru madrasah dalam membina akhlak siswa cukup menarik untuk diamati yang selanjutnya diketahui apa saja yang menjadi penghambatnya dan kemudian dicarikan alternatif solusinya. Apakah itu berupa pemberian teladan, pembiasaan, nasehat yang diberikan sampai dengan hukuman, bentuk-bentuk inilah yang kemudian akan diketahui secara jelas dalam penelitian skripsi ini.
70
Adil Fathi Abdullah, Membentuk Pribadi Muslimah Yang Taat, (Jakarta: Cendekia Sentra Muslim, 2004), h. 147-149.
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Kajian Obyek Penelitian 1. Letak Geografis MTs Mathaliul Falah Tulakan MTs Mathaliul Falah Tulakan terletak di Dukuh Dunggayam RT 01 RW 03 Desa Tulakan Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara sekitar 40 kilo meter dari pusat kota Kabupaten Jepara. Secara geografis Desa Tulakan Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara berbatasan dengan: 1. Sebelah Timur
: Desa Blingoh Donorojo Jepara
2. Sebelah Selatan : Terminal Sambongoyot Desa Kelet Donorojo Jepara 3. Sebelah Barat
: Desa Jlegong Donorojo Jepara
4. Sebelah Utara
: Desa Banyumanis Donorojo Jepara
MTs Mathaliul Falah Tulakan Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara berdiri di atas tanah seluas tanah 1.530 m2 dengan perincian: luas bangunan 1200 M2 luas halaman 300 M2. Tanah ini merupakan wakaf dari para penduduk Desa Tulakan. Lokasi sekolah berada di pinggir jalan raya dan berada di lokasi yang sangat strategis berada di tengah-tengah desa dan mudah dijangkau dari dusundusun di Desa Tulakan dan desa-desa di sekitarnya. Berada satu kompleks dengan madrasah ibtidaiyah dan dan madrasah aliyah. Keadaan yang demikian menciptakan suasana yang akademis, semarak dengan suasana pendidikan dan mendukung semangat belajar siswa karena berada di tengah-tengah lingkungan pendidikan.
53
54
2. Sejarah Singkat Berdirinya MTs Mathaliul Falah Tulakan MTs Mathaliul Falah Tulakan didirikan pada tahun 1984 oleh Kyai Kasturi, seorang tokoh Agama dan tokoh Masyarakat di lingkungan Desa Tulakan Kecamatan Keling Kabupaten Jepara. MTs Mathaliul Falah Tulakan Donorojo Jepara, merupakan gambaran tentang perkembangan Lembaga Pendidikan Islam di wilayah Desa Tulakan Donorojo Jepara. Meskipun pada awalnya hanya jenjang Taman Kanakkanak/Tarbiyaul Athfal (TK/TA), kemudian pada tahun 1974 dikembangkan dengan berdirinya Madrasah Ibtidaiyah (MI), tahun 1984 didirikan Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan pada tahun 2001 didirikan pula Madrasah Aliyah (MA) Mathali’ul Falah. Dalam perjalanan perkembangan MTs Mathaliul Falah Tulakan telah mengalami banyak peningkatan, baik dari segi kuantitas siswa maupun kualitas sumber daya manusianya. Begitu juga dalam hal sarana dan prasarana telah banyak mencapai kemajuan. Kalau pada awal pendiriannya MTs Mathali’ul Falah Tulakan menempati bangunan semi permanen bahkan sempat menempati rumah-rumah penduduk sebagai tempat kegiatan belajar mengajar, tetapi sekarang Madrasah Mathaliul Falah sudah memiliki fasilitas Gedung yang representatif. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, MTs Mathaliul Falah Tulakan dituntut untuk bisa menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang ada. Untuk itu MTs Mathaliul Falah Tulakan dalam melaksanakan proses pendidikannya memodifikasikan kurikulum pemerintah
55
(Kurikulum
Departemen
Agama)
dengan
Kurikulum
lokal
yang
menitikberatkan pada mata pelajaran kitab-kitab salaf atau dikenal dengan Madrasah Salafiyah yang mengimplementasikan kurikulum muatan lokal berbasis pesantren.
3. Visi dan Misi MTs Mathaliul Falah Tulakan 1. Visi Berilmu, berprestasi, berahklaqul karimah dan berbudaya. 2. Misi Menyelenggarakan pendidikan formal yang berciri khas
Islam
ala
ahlussunnah waljama’ah dan terjangkau oleh segala lapisan masyarakat dalam rangka mewujudkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, berprestasi di bidang akademik maupun nonakademik serta selalu mengedepankan akhlakul karimah.
4. Struktur Organisasi MTs Mathaliul Falah Tulakan Sebagai lembaga pendidikan swasta, MTs Mathaliul Falah Tulakan Donorojo dikelola oleh sebuah Yayasan Pendidikan Islam Desa Tulakan di bawah lembaga pendidikan Ma'arif. Yayasan tersebut mengangkat kepala sekolah yang secara administratif bertugas sebagai penyelenggara kegiatan dan usaha, yang sesuai dengan kebijakan yang ditentukan oleh Yayasan. Untuk lebih jelasnya tentang struktur organisasi MTs Mathaliul Falah Tulakan Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara sebagaimana di bawah ini:
56
Bagan I Struktur MTs Mathaliul Falah Tulakan Periode Tahun Pelajaran 2015/2016
Dinas P & K
Yayasan
Depag
Kepala Madrasah
Tim Pengembang
Waka Kesiswaan
Tata Usaha
Waka Kurikulum
Wali Kelas
Waka Sar Pras
Guru
Waka Humas
BP / BK
Siswa
5. Keadaan Guru/Karyawan dan Siswa a. Keadaan Guru/Karyawan Jumlah guru/karyawan yang mengajar di MTs Mathaliul Falah Tulakan Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara berjumlah 25 orang, terdiri dari : 1). Guru/karyawan tetap yayasan yaitu guru/karyawan yang diangkat secara tetap oleh yayasan 2). Guru/karyawan tidak tetap Lebih jelasnya, nama-nama guru akan penulis sajikan pada tabel di bawah ini:
57
Tabel 1 Daftar Guru dan Karyawan MTs Mathaliul Falah Tulakan Donorojo Tahun Pelajaran 2015/2016 No
Tempat, Tgl. Lahir
Nama
Jabatan
Pddk
1
Abdul Hamid, S.Pd.I
Jepara
05/06/1980
Kepala
S1
2
Edi Riyanta, S.Pd.I
Jepara
23/05/1976
S1
3
Muchlisin, S.Pd.I
Jepara
12/10/1979
BP/BK Waka Kurikulum
4
Syukri
Jepara
07/02/1955
PGA
5
Nurul Inayah, S.E
Jepara
26/09/1984
Guru Bendahara Madrasah
6
Siti Rosidah, S.Th.I
Pati
17/10/1985
7
Syahrir Efendi, S.Pd.I
Jepara
21/02/1984
8
Kanisih
Jepara
9
Sukahar, S.Pd.I
10
Ahmad Chambali, S.Ag, S.Pd
S1
S1
Wali Kelas 9 B Waka Kesiswaan
S1
02/01/1964
Wali Kelas 8 B
SMA
Jepara
01/10/1969
Wali Kelas 8 A
S1
Brebes
19/11/1972
Wali Kelas 9 A
S1
11
Ahmad Sulistiyono, S.Ag Jepara
29/10/1970
Guru
S1
12
Fitrotin Nimah, S.Pd
Jepara
24/05/1990
Wali Kelas 7 A
S1
13
Ahmad Syaiful
Jepara
08/04/1978
Ka. TU
MA
14
M. Adib luthfi hakim, S.ST.Ars.
Jepara
06/07/1993
Staf TU
S1
15
Siti Solikah, S.Pd
Jepara
20/04/1982
BP/BK
S1
16
Bagus Aribowo, S.Pd
Jepara
28/07/1986
Guru
S1
S1
b. Keadaan Siswa Pada tahun pelajaran 2015/2016 siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara berjumlah 210 siswa terdiri dari 6 lokal. Masing-masing kelas ada 2 ruangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada daftar di bawah ini:
58
Tabel 2 Keadaan Siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan Donorojo Tahun Pelajaran 2015/2016 No
Kelas
Putra
Putri
Jumlah
1.
VII
42
29
71
2.
VIII
37
35
72
3.
IX
37
30
67
116
94
210
Jumlah 6. Keadaan Sarana Prasarana
Adapun mengenai sarana prasarana/inventaris MTs Mathaliul Falah Tulakan Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara dapat penulis jabarkan sebagai berikut : Tabel 3 Keadaan Sarana Pendidikan MTs Mathaliul Falah Tulakan Donorojo Tahun Pelajaran 2015/2016 No
Jenis Ruangan
Jumlah
Kondisi
1.
Ruang Kelas
6
Baik
2.
Ruang Tamu
1
Baik
3.
Ruang Perpustakaan
1
Baik
4.
Ruang Kepala
1
Baik
5.
Ruang Guru
1
Baik
6.
Ruang Tata Usaha
1
Baik
7.
Ruang UKS
1
Baik
8.
Ruang Laboratorium Komputer
1
Baik
9.
Ruang Laboratorium bahasa
1
Baik
10.
Ruang OSIS
1
Baik
11.
Kamar Mandi/WC guru
1
Baik
12.
Kamar Mandi/WC siswa
4
Baik
13.
Gudang
1
Baik
59
Tabel 5 Alat Peraga dan Penunjang Pendidikan MTs Mathaliul Falah Tulakan Tahun Pelajaran 2015/2016 No
Jenis Peralatan
Jumlah
Kondisi
1.
Komputer Kantor
3
Baik
2.
Komputer Lab./Praktik Siswa
14
Baik
3.
Bola Volly
5
Baik
4.
Bola Sepak
5
Baik
5.
Almari
6
Baik
6.
Rak Buku
2
Baik
7.
Net Volly
2
Baik
8.
Bola Basket
1
Baik
9.
Bola Takraw
2
Baik
10.
Tolak Peluru
2
Baik
11.
Lempar Cakram
2
Baik
12.
Tenda Pramuka
4
Baik
13.
Meja Tenis
1
Baik
7. Kegiatan Belajar Mengajar a. Waktu Pembelajaran Proses Kegiatan Belajar Mengajar yang berlangsung di MTs Mathaliul Falah Tulakan Donorojo Jepara dilaksanakan pada pagi hari. Sedangkan mengenai waktu jam pelajaran di MTs Mathaliul Falah Tulakan Donorojo Jepara adalah 45 menit, sedang jumlah mata pelajaran setiap harinya 8 (delapan ) mata pelajaran. Proses Kegiatan Belajar Mengajar dimulai dari pukul 07.00 WIB s/d 13.30 WIB.
60
b. Kurikulum Kurikulum MTs Mathaliul Falah Tulakan terdiri dari kurikulum yang berlaku secara nasional dan kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan, serta kebutuhan lingkungan. Dengan demikian, berarti kurikulum yang berlaku secara nasional adalah kurikulum yang harus diberikan kepada anak didik. Sedangkan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan lingkungan merupakan pengembangan madrasah sepenuhnya dalam mengembangkan, menjabarkan, bahkan menambah bahan kajian atau mata pelajaran sesuai dengan kebutuhan. Tabel 6 Susunan Program Pembelajaran MTs Mathaliul Falah Tulakan7 No. 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9
10 11
Mata Pelajaran Pendidikan Agama a. Al Qur’an Hadist b. Akidah Akhlak c. Fiqih d. SKI Bahasa Arab Bahasa Indonesia PKn Matematika IPA IPS Bahasa Inggris Muatan Lokal a. Bahasa Jawa b. Ke-NU-an c. Ta’lim Muta’alim d. Washoya e. Tafsir f. TIK Penjaskes Seni Budaya
Alokasi Waktu 2 jam 2 jam 2 jam 2 jam 2 jam 4 jam 2 jam 4 jam 4 jam 2 jam 4 jam 2 jam 2 jam 2 jam 2 jam 2 Jam 2 jam 2 jam 2 jam
61
c. Ekstra Kurikuler Adapun kegiatan ekstra kurikuler yang dilaksanakan oleh MTs Mathaliul Falah Tulakan adalah: 1) Ketrampilan komputer dilaksanakan pada setiap hari sabtu dan kamis pukul 13.30 – 16.30 WIB. 2) Kepramukaan dilaksanakan pada hari Ahad pukul 14.00 – 16.00 WIB 3) Marching band dilaksanakan setiap hari Jumat pukul 14.00 – 16.00 WIB. d. Tata Tertib Siswa dalam Pembelajaran Untuk menciptakan suasana yang kondusif bagi berlangsungnya proses belajar mengajar yang baik, maka diatur sebagai berikut : 1) Siswa sudah harus di dalam kelas setelah tanda masuk dibunyikan 2) Sebelum guru masuk kelas atau pada saat jam pelajaran kosong, siswa harus tetap berada di dalam kelas dengan tenang sementara ketua kelas atau petugas piket melapor kepada guru piket atau wakil kepala madrasah. 3) Sebagai awal memulai PBM siswa wajib membaca do’a dan sholawat nariyah dan dilanjutkan dengan salim (berjabat tangan) kepada guru mata pelajaran terkait. 4) Kegiatan tersebut juga wajib dilaksanakan setelah jam PBM usai. 5) Siswa yang tidak masuk sekolah karena sakit atau alasan lain, orang tua/wali harus meminta izin tertulis kepada wali kelas/BK/Guru di kelas
62
selambat-lambatnya pada hari siswa bersangkutan mulai tidak masuk sekolah 6) Siswa yang meninggalkan kelas selama PMB berlangsung wajib meminta ijin kepada guru terkait atau guru piket pada hari yang terkait. 7) Siswa yang tidak masuk sekolah tanpa keterangan dapat dikenakan sanksi sebagaimana diatur di dalam ketentuan tata tertib dan sanksi sekolah. B. Data Khusus Penelitian tentang Upaya Guru dalam Membina Akhlak Mulia Para Siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan Donorojo Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016 Sebelum penulis paparkan mengenai bentuk-bentuk upaya guru dalam membina akhlak siswa di MTs Mathaliul Falah Tulakan, terlebih dahulu akan penulis deskripsikan mengenai keadaan secara umum akhlak siswa di MTs Mathaliul Falah Tulakan berdasarkan hasil wawancara dsengan para responden dan pengamatan secara langsung serta catatan-catatan sekolah. Secara umum keadaan akhlak siswa adalah baik. Sebagaimana dikemukakan oleh kepala madrasah (Abdul Hamid, S.Pd.I): “Secara umum akhlak siswa sudah baik. Walaupun memang masih banyak yang perlu dilakukan peningkatan dan pembinaan kepada siswa, karena tidak dipungkiri masih ada beberapa anak yang kadang melakukan kesalahan-kesalahan melanggar aturan sekolah dan perbuatan-perbuatan yang dianggap kurang terpuji”.1 Pendapat yang senada disampaikan oleh wakil kepala madrasah bidang kesiswaan (Syahrir Efendi, S.Pd.I): “Menurut saya wajar-wajar saja, baik. karena 1
Wawancara dengan Abdul Hamid, S.Pd.I (kepala madrasah) pada tanggal 19 Agustus 2015.
63
setahu saya sampai saat ini masih terkendali. Kalaupun ada penyimpangan perilaku, masih sebatas kenakalan remaja yang lumrah dan bisa dibina”.2 Guru aqidah akhlak yang sekaligus sebagai wali kelas 8 A (Sukahar, S.Pd.I) saat ditanya tentang keadaan akhlak siswa MTs Mathaliul Falah menyampaikan bahwa secara umum dalam keadaan baik. Sebagaimana penuturannya: “secara umum dapat dikatakan baik. Walaupun juga tentu tidak sempurna, pasti ada kekurangannya. Tapi kekurangan itu masih wajar untuk kekurangannya belum sampai yang membahayakan. Masih sangat wajar pada diri remaja seumuran MTs”.3 Kemudian salah satu guru lainnya Fitrotin Nimah, S.Pd. juga menuturkan: bahwa akhlak siswa secara umum berkategori baik “Keadaan akhlak siswa di sini saya rasa baik walaupun belum baik banget. Sebatas wajar, ya dengan gurunya sopan, dengan teman-temannya baik, bisa dibina”.4 Di samping jawaban para responden yang dipaparkan di atas semua responden lainnya juga memberikan jawaban pada umumnya keadaan akhlak siswa di MTs Mathaliul Falah Tulakan bisa dikatakan baik secara wajar untuk kategori remaja yang masih dalam tahap pembinaan dan pendidikan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa akhlak siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan secara umum sudah baik, walaupun masih perlu dikembangkan dan dibina lebih baik, seperti sikap mereka pada saat mengikuti pengajian, masih banyak anak yang memiliki perhatian kurang terhadap pelajaran atau banyak bermain sendiri.
2
Wawancara dengan Syahrir Efendi, S.Pd.I (wakil kepala madrasah bidang kesiswaan) pada tanggal 22 Agustus 2015. 3 Wawancara dengan Sukahar, S.Pd.I pada tanggal 25 Agustus 2015. 4 Wawancara dengan Fitrotin Nimah, S.Pd. pada tanggal 29 Agustus 2015.
64
1. Bentuk-Bentuk Upaya Guru dalam Membina Akhlak Mulia Siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan Donorojo Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016 Sebagai pendidik, tiap guru mempunyai cara berbeda dalam hal membina akhlak kepada para siswanya. Di bawah ini akan penulis paparkan hasil wawancara peneliti dengan para guru MTs Mathaliul Falah Tulakan berkaitan tentang bentuk-bentuk upaya yang dilakukan masing-masing guru dalam membina akhlak siswa. Abdul Hamid, S.Pd.I (Kepala madrasah) menerangkan bahwa bentuk upaya yang dilakukannya dalam membina akhlak mulia siswa di antaranya adalah membiasakan bersalaman kepada guru, berbicara dengan sopan dan pembinaan langsung pada saat pembelajaran. Sebagaimana dituturkannya: Setiap bertemu guru siswa-siswi diwajibkan bersalaman kepada guru, terutama ketika masuk kelas dan akan pulang. Berbicara dengan guru harus dengan bahasa sopan (boso kromo dalam bahasa Jawa). Pembinaan secara langsung di dalam kelas pada setiap pelajaran terutama aqidah akhlak.5 Lebih lanjut kepala madrasah menjelaskan bahwa di antara program khusus yang dicanangkan oleh sekolah dalam membina akhlak mulia siswa di MTs Mathaliul Falah Tulakan adalah melalui program sholat dhuha bersama, shalat berjamaah dhuhur dan peringatan hari-hari besar Islam yang didalamnya diisi ceramah-ceramah agama. Sebagaimana dipaparkannya: “ada program sholat dhuha dan sholat jamaah diharapkan dapat membentuk karakter siswa dalam beribadah, kemudian juga dengan mengadakan peringatan kegiatan keagamaan yang di dalamnya ada pembinaan akhlak siswa”.6
5 6
Wawancara dengan Abdul Hamid, S.Pd.I (kepala madrasah) pada tanggal 19 Agustus 2015 Wawancara dengan Abdul Hamid, S.Pd.I (kepala madrasah) pada tanggal 19 Agustus 2015
65
Upaya lainnya sebagaimana disampaikan oleh wakil kepala madrasah bidang kesiswaan yaitu dengan cara memberikan nasehat, sindiran. Sebagaimana penjelasannya: Usaha-usaha yang telah saya lakukan selama ini yaitu memberikan nasehat, sindiran secara langsung maupun tidak langsung melalui contoh-contoh kasus yang sedang terjadi di masyarakat, agar dapat dipikirkan siswa. Untuk kemudian dihindari bila itu kasus tercela dan ditiru bila itu perilaku baik. Ini biasanya saya lakukan pada awal-awal pelajaran. Selain itu juga dengan membiasakan anak bersikap disiplin, baik dalam berpakain, disiplin dalam waktu dan tugas.7 Selain upaya-upaya yang dijelaskan di atas, secara khusus guru Aqidah Akhlak dalam membina akhlak mulia siswa menjelaskan: Yang saya upayakan di antaranya karena saya yang mengajar mapel Aqidah Akhlak, yaitu tentu mengajarkan materi tentang akhlak sebagaimana di kurikulum. Selain itu juga kontinyu saya berikan nasehat-nasehat yang baik, agar mereka dapat memiliki agar yang mulia, baik dengan gurunya, orang tuanya, kepada orang dewasa atau dengan teman-teman dan pergaulannya. Kalau ada anak yang bandel, biasanya saya perhatikan secara khusus, saya lakukan penyelidikan, saya panggil secara pribadi, saya nasehati supaya dapat memperbaiki diri. Dan yang terakhir juga melalui penilaian. Kalau anaknya pintar tapi akhlaknya kurang baik, mestinya juga nilainya tidak saya beri baik, misalnya cukupan. Ini tujuannya biar anak menjaga perilakunya. Bentuk konkritnya ya mengajarkan ilmu-ilmu akhlak, karena saya guru akhlak. Kemudian juga memberikan penilaian akhlak siswa untuk dijadikan perhatian siswa.8 Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa upaya khusus dari guru aqidah akhlak dalam membina akhlak siswa adalah dengan mengajarkan materi akhlak sebagaimana yang terdapat dalam kurikulum pelajaran aqidah akhlak. Kemudian juga melalui pemberian nasehat serta penilaian sikap dan perilaku siswa yang berhubungan dengan keadaan akhlaknya.
7
Wawancara dengan Syahrir Efendi, S.Pd.I (wakil kepala madrasah bidang kesiswaan) pada tanggal 22 Agustus 2015 8 Wawancara dengan Sukahar, S.Pd.I pada tanggal 25 Agustus 2015
66
Lain halnya penjelasan guru BP/BK (bimbingan dan penyuluhan) Edi Riyanta, S.Pd.I bahwa dalam melakukan upaya pembinaan akhlak mulia siswa dirinya mengaku dengan cara mengajarkan sopan santun kepada siswa terhadap orang tua, guru, sesama teman serta memberikan pembinaan secara langsung kepada para siswa yang melakukan perbuatan yang kurang terpuji atau melanggar aturan sekolah. Sebagaimana penjelasannya: Usaha saya di antaranya dengan mengajarkan sopan santun kepada para siswa pada saat di sela-sela mengajar. Bagaimana seharusnya bersopan santun kepada orang tua di rumah maupun kepada orang yang sudah tua, termasuk juga kepada guru. Secara kongkrit karena saya BP/BK melakukan bimbingan dan penyuluhan, baik secara umum dalam kelas atau pertemuan-pertemuan umum, ataupun secara khusus melakukan pembinaan kepada siswa-siswa yang perlu dibina karena berbuat sesuatu yang tidak terpuji atau melanggar tata tertib sekolah.9
Bentuk upaya lainnya yang dilakukan oleh wakil kepala madrasah bidang kurikulum (Muhclisin, S.Pd.I) adalah dengan melakukan pengawasan terhadap perilaku siswa, terutama ketika di sekolah serta dengan memberika hukuman sebagai efek jera. “Di antara usaha saya yaitu mengajarkan sopan santun kepada guru, kepada orang tua, kepada teman. Selain itu kita juga mengawasi perilaku anak sehari-hari, kalau ada hal yang menyimpang segera kita beri nasihat, bahkan juga hukuman agar anak jera melakukan kesalahan”.10 Dengan demikian dari jawaban para responden sebagaimana dipaparkan di atas serta jawaban lain yang tidak dituliskan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa bentuk-bentuk upaya guru dalam membina akhlak mulia 9
Wawancara dnegan Edi Riyanta, S.Pd.I pada tanggal 25 Agustus 2015 Wawancara dengan Muchlisin, S.Pd.I (wakil kepala bidang kurikulum) pada tanggal 24 Agustus 2015. 10
67
para siswa di MTs Mathaliul Falah Tulakan dapat dikelompokkan dalam beberapa upaya sebagai berikut: a. Mengajarkan sopan santun (tata krama) kepada siswa b. Mengajarkan pelajaran aqidah akhlaq kepada siswa c. Memberikan nasehat dan sindiran d. Melakukan pengawasan terhadap perilaku siswa e. Membiasakan Siswa Melakukan Shalat Dhuha bersama-sama dan Shalat Dhuhur Berjamaah f. Membiasakan siswa mengucapkan salam dan bersalaman kepada guru di saat akan masuk dan akan pulang g. Membiasakan siswa bersikap disiplin melalui teguran dan hukuman kepada siswa yang berbuat kurang terpuji atau melanggar aturan sekolah h. Memberikan bumbingan dan penyuluhan kepada siswa yang bermasalah i. Melaksanakan kegiatan keagamaan pada hari-hari besar Islam 2. Hasil Upaya Guru dalam Membina Akhlak Mulia Siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan Donorojo Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016 Untuk mengetahui hasil upaya para guru dalam membina akhlak mulia para siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan Donorojo Jepara, penulis melakukan penyelidikan melalui wawancara dan pengamatan secara langsung. Dari hasil wawancara penulis dengan para guru, dapat diketahui bahwa hasil yang telah dicapai di antaranya sebagaimana dikatakan oleh kepala madrasah yaitu: “siswa terbiasa bersalaman setiap bertemu guru, siswa mentaati perintah guru dan tata
68
tertib sekolah, siswa berdisiplin mengikuti program sholat dhuha dan jamaah dhuhur” jawab kepala madrasah.11 Syahrir Efendi, S.Pd.I (wakil kepala madrasah bidang kesiswaan) menjelaskan bahwa dari upaya pembinaan akhlak yang selama ini telah dilakukan para siswa telah mengalami banyak perubahan ke arah positif, walaupun perubahannya sedikit demi sedikit, sebagaimana dikemukakannya: “Hasilnya selama ini saya rasakan sudah banyak yang berhasil merubah sikap siswa yang dulunya sulit diatur menjadi berubah, walaupun perubahan itu sedikit demi sedikit”.12 Guru aqidah akhlak menjelaskan bahwa hasil upaya pembinaan yang selama ini telah dilakukan sudah menggembirakan bagi para guru dan madrasah. Ukurannya dilihat dari semenjak ketika baru masuk di MTs Mathaliul Falah Tulakan dan setelah mengalami pendidikan di lembaga tersebut. Sebagaimana dikatakannya: “Hasilnya sudah terasa menyenangkan bagi kami para guru. Selam aini anak sudah dapat terbiasa bersikap sopan dan lebih dewasa. Dibandingkan ketika barua masuk kelas 7 saya kira sudah ada kemajuan dalam hal pemahaman dan sopan santun kepada orang lain yang menjadi bagian dari akhlak mulia. Sedikit demi sedikit juga mulai kesadaran menjalankan shalat 5 waktu sudah banyak yang meningkat”.13 Penjelasan lainnya sebagaimana disampikan oleh guru bimbingan dan konseling menyatakan hasil yang dicapai selam ini adalah siswa telah terbiasa hormat kepada guru dan malu kepada guru dan teman ketika berbuat salah. Sebagaimana ditutrkannya: “saya rasa cukup berhasil. Walaupun memang
11
Wawancara dengan Abdul Hamid, S.Pd.I (kepala madrasah) pada tanggal 19 Agustus 2015 Wawancara dengan Abdul Hamid, S.Pd.I (kepala madrasah) pada tanggal 19 Agustus 2015 13 Wawancara dengan Sukahar, S.Pd.I pada tanggal 25 Agustus 2015 12
69
masih perlu banyak peningkatan dan perbaikan. Para siswa kebanyakan memiliki rasa hormat yang besar kepada guru, mempunyai rasa malu jika berbuat salah dan lain sebagainya”.14 Salah satu guru Fitrotin Nimah, S.Pd.I menyatakan bahwa hasil dari upaya pembinaan akhlak yang selama ini dilakukan adalah adanya peningkatan dalam pergaulan di sekolah. Sebagaimana dikatakannya: “Hasilnya walaupun belum maksimal tapi juga pastinya ada. Misalnya sebelumnya anak yang sering bertengkar dengan temannya kemudian kita bimbing, kita nasehati lalu kita suruh minta maaf akhirnya berbaikan kembali”.15 Selain melakukan wawancara, penulis juga melaksanakan pengamatan langsung terhadap akhlak siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan Donorojo Jepara selama kurang lebih 3 minggu, yaitu pada bulan Agustus 2015. Walaupun diakui bahwa pengamatan yang penulis lakukan memang tidak dapat secara detail dan menyeluruh. Pengamatan peneliti sebatas ketika waktu sebelum masuk sekolah, ketika istirahat, ketika sholat berjamaah, ketika pembelajaran di kelas dan ketika akan pulang sekolah. Peneliti menfokuskan pengamatan terhadap akhlak siswa kepada guru dan sesama temannya, baik dalam hal tutur kata maupun tingkah lakunya. Hasilnya, peneliti menemukan bahwa secara umum para siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan sudah cukup sopan dengan para gurunya. Di antara indikator yang diperoleh adalah ketika berbicara dengan guru menggunakan bahasa halus (Jawa: krama inggil), mencium tangan guru ketika akan pulang sekolah, selama
14
Wawancara dengan Edi Riyanta, S.Pd.I pada tanggal 25 Agustus 2015 Wawancara dengan Fitrotin Nimah, S.Pd. pada tanggal 29 Agustus 2015.
15
70
pengamatan peneliti tidak menemukan adanya penyimpangan perilaku dari siswa yang berat. Perilaku yang masih wajar misalnya siswa terlambat datang, berlaku jahil kepada teman sehingga kejar-kejaran atau saling mengolok-olok. Di dalam kelas misalnya masih ada juga siswa yang mengantuk dan ribut di saat pembelajaran. Sedangkan ketika mengamati pelaksanaan sholat berjamaah di masjid, juga terlihat berjalan dengan baik, walaupun beberapa siswa sering diingatkan oleh guru untuk tertib dan tidak ribut di dalam masjid. Namun ketika sholat para siswa dapat tertib berjamaah. Dengan demikian dapat diketahui bahwa hasil upaya pembinaan akhlak mulia kepada siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan selama ini secara umum sudah baik, sudah ada peningkatan dan perbaikan pada diri siswa diukur dari awal masuk sekolah dan setelah mendapatkan pendidikan di sekolah ini. walaupun masih perlu dikembangkan dan dibina lebih baik. Adapun di antara hasil upaya guru tersebut terlihat dalam bentuk: a. Setiap hari para siswa teratur melakukan sholat dhuha bersama dan sholat dhuhur berjamaah b. Para siswa terbiasa bersalaman kepada guru ketika akan mulai masuk kelas dan ketika akan pulang. c. Para siswa terbiasa mengucapkan salam ketika bertemu guru, ruang guru, ruang kelas dan kantor. d. Para siswa terbiasa menggunakan bahasa yang sopan (Jawa: kromo Inggil) ketika berbicara dengan guru e. Para siswa sangat hormat kepada para guru
71
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Upaya Guru MTs Mathaliul Falah Tulakan Donorojo Jepara dalam Membina Akhlak Mulia Siswa pada Tahun Pelajaran 2015/2016 Membina dan mendidik akhlak siswa di sekolah tidak selamanya berjalan mulus tanpa halangan dan rintangan bahkan sering terjadi berbagai masalah dan yang mempengaruhi proses pembinaan akhlak siswa di sekolah. Dalam pembinaan Akhlak siswa ada faktor penghambat dan pendukung yang sangat berpengaruh dalam pembinaan akhlak siswa. Untuk lebih jelasnya faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: a. Faktor Pendukung Selain faktor-faktor penghambat sebagaimana dijelaskan di atas, pelaksanaan pembinaan akhlak siswa di MTs Mathaliul Falah Tulakan juga didukung oleh beberapa hal yang sangat membantu keberhasilan dari usaha tersebut. Di antaranya sebagaimana dikatakan oleh kepala madrasah bahwa faktor yang mendukungnya adalah program sekolah atau tata tertib sekolah yang menekankan pembiasaan kepada siswa untuk berakhlaqul karimah serta kerja keras dari para guru, sebagaimana dijelaskannya: “Faktor pendukungnya adalah program sekolah yang memang menekankan pada pembentukan akhlaqul karimah para siswanya. Kemudian juga kerja keras para guru dalam melakukan pembinaan para siswa”.16 Wakil kepala madrasah bidang kurikulum menjelaskan: “Faktor pendukungnya di antaranya kerjasama para guru, masih banyak pelajaran
16
Wawancara dengan Abdul Hamid, S.Pd.I (kepala madrasah) pada tanggal 19 Agustus 2015
72
agama yang diberikan di sekolah dan sarana pendidikan yang cukup”.17 Jawaban hampir sama juga diutarakan oleh wakil kepala madrasah bidang kesiswaan: “Pendukungnya adanya kerjasama para guru dan para siswa untuk melaksanakan aturan-aturan sekolah yang bertujuan membentuk akhlaqul karimah. Kemudian juga adanya pelajaran-pelajaran ke-Islaman serta muatan lokal yang banyak mengajarkan ilmu-ilmu akhlak”.18 Sedangkan menurut pengakuan guru aqidah akhlak, selain kerjasama para guru faktor pendukung pembinaan akhlak mulia siswa di MTs Mathaliul Falah Tulakan adalah keberadaan tata tertib sekolah yang juga membiasakan siswa memiliki kepribadian yang mulia atau akhlaqul karimah, sebagaimana penjelasannya: “Dukungan dan kerjasama para guru lain terasa sangat penting. Selain itu juga tata tertib sekolah yang dapat berjalan dengan baik, adanya hukuman dan pembinaan kepada siswa, sehingga para siswa terbiasa berkepribadian sesuai dengan aturan sekolah. Sedangkan kalau di luar sekolah terus terang saya kurang paham.19 Pendapat yang berbeda disampaikan oleh guru bimbingan konseling, menurutnya yang sangat membantu pembinaan akhlak adalah masih diajarkannya ilmu-ilmu akhlak, baik yang tercakup dalam kurikulum nasional maupun muatan lokal seperti pengajaran kitab-kitab keagaaman.: “Pendukungnya adanya pelajaran-pelajaran tentang pembinaan akhlak mulia masih diajarkan, baik itu yang kurikulum nasional seperti aqidah akhlak ataupun yang muatan lokal dari kitab-kitab salaf”.20
17
Wawancara dengan Muchlisin, S.Pd.I (wakil kepala bidang kurikulum) pada tanggal 24 Agustus 2015. 18 Wawancara dengan Syahrir Efendi, S.Pd. pada tanggal 22 Agustus 2015 19 Wawancara dengan Sukahar, S.Pd.I pada tanggal 25 Agustus 2015 20 Wawancara dengan Edi Riyanta, S.Pd.I pada tanggal 24 Agustus 2015
73
Dengan demikian dari penjelasan para responden dan hasil pengamatan peneliti selama kurang lebih satu bulan dilokasi penelitian dapat penulis simpulkan bahwa di antara faktor pendukung upaya guru dalam membina akhlak mulia siswa di MTs Mathaliul Falah Tulakan adalah: 1) Kerjasama dari para guru 2) Adanya tata tertib sekolah yang dilaksanakan secara konsisten 3) Adanya
pelajaran-pelajaran
kitab
salaf
(muatan
lokal)
yang
berhubungan dengan pendidikan akhlak b. Faktor Penghambat Dari pengakuan para guru MTs Mathaliul Falah Tulakan, bahwa faktor-faktor yang menghambat upaya pembinaan akhlak mulia kepada para siswa, di antaranya dikemukakan oleh kepala sekolah yaitu belum adanya ponpok pesantren yang terintegrasi dengan madrasah. Di mana dengan adanya pesantren akan banyak menunjang pembentukan akhlak siswa. Selain itu faktor penghambatnya yaitu masih belum baiknya keteladanan dari orang tua. Sebagaimana dikatakannya: “Siswa MTs kami kebanyakan dari kalangan masyarakat desa yang minim akhlaq mulianya. Tidak/belum ada ponpes madrasah yang dapat membantu pembentukan karakter mulia setiap harinya. Minimnya keteladanan yang diberikan orang tua siswa di dalam keluarga”.21 Berbeda dengan pendapat kepala madrasah, wakil kepala madrasah bidang kesiswaan ketika menjawab pertanyaan peneliti tentang faktor 21
Wawancara dengan Abdul Hamid, S.Pd.I (kepala madrasah) pada tanggal 19 Agustus 2015
74
penghambat upaya guru dalam membina akahlak siswa menyatakan: Penghambatnya atau kendalanya lebih pada faktor lingkungan, baik itu pergaulan siswa, atau keluarga siswa yang kadang tidak sejalan dengan program dari sekolah. Contoh misalnya di sekolah siswa dinasehati supaya mengaji al-Qur’an kalau malam hari, tetapi karena di rumah orang tuanya kurang perhatian, maka anak tidak mau mengaji. Malah biasanya dibiarkan begadang dengan teman-temannya menonton hiburan dandut atau lainnya sampai tengah malam. Akhirnya ketika sekolah mengantuk dan tidak konsentrasi.22 Penjelasan hampir sama juga disampaikan oleh wakil kepala madrasah bidang kurikulum: Pertama saya kira faktor keluarga peserta didik, karena banyak anak yang kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya, seperti dibiarkan begitu saja untuk pendidikannya. Jadi guru yang repot. Kemudian juga tentu pergaulan siswa di luar sekolah, ini banyak menjadi kendala, apalagi saat ini karena kemajuan teknologi, seperti HP atau internet itu negatifnya banyak yang disalahgunakan anakanak. Kalau gurunya di sekolah sudah berusaha memperbaiki akhlak siswa, tetapi di luar sekolah orang tuanya kurang mengawasi dan anak salah pergaulan dengan temannya pasti akibatnya tidak baik.23 Dari pendapat wakil kepala madrasah bidang kesiswaan dan kurikulum di atas menekankan pada masalah kurangnya perhatian orang tua kepada anak serta masih belum baiknya pengawasan orang tua kepada anak ketika di luar sekolah dalam pergaulan sehari-hari. Sedangkan menurut guru aqidah akhlak faktor penghambat upaya guru dalam membina akhlak siswa yaitu sebagaimana dituturkannya: Penghambatnya banyak sekali, apalagi saat ini era globalisasi, di mana informasi dan komunikasi sangat mudah didapat. Maraknya HP dan internet di sisi lain juga menjadi kendala, pergaulan yang kurang baik, karena lingkungan masyarakat yang semakin hari semakin jauh dari nilai-nilai agama. Kemudian kurang perhatian orang tuanya, karena 22
Wawancara dengan Syahrir Efendi, S.Pd.I, (kepala madrasah) pada tanggal 22 Agustus 2015 Wawancara dengan Muchlisin, S.Pd.I (wakil kepala bidang kurikulum) pada tanggal 24 Agustus 2015. 23
75
ditinggal bekerja atau memang dibiarkan begitu saja. Jelas semua itu menjadi kendala upaya kami para guru untuk membina akhlak siswa.24 Selain karena pergaulan di luar sekolah dan kemajuan tekonologi komunikasi yang sering disalahgunakan, menurut pengakuan guru BP, salah satu faktor yang menghambat juga karena terbatasnya pengawasan guru kepada siswa, terbatas hanya ketika di lingkungan sekolah. Pengawasan yang dilakukan oleh para guru hanya bisa maksimal ketika para siswa berada di lingkungan sekolah. Ketika para siswa keluar dari lingkungan sekolah, pengawasan terhadap akhlak siswa tidak bisa berjalan maksimal. Hal inilah yang menjadi salah satu penghambat dari upaya guru dalam membina akhlak siswa. Sebagaimana dikatakan oleh Edi Riyanta, S.Pd.I: Kendala yang paling terasa mungkin karena faktor pergaulan siswa. Karena nasehat, himbauan serta program sekolah tidak dilakukan oleh siswa gara-gara mereka salah pergaulan. Terutama pada siswa lakilaki, misalnya masalah kesopanan dalam hal penampilan potong rambut, celana dan lainnya. Apalagi sekarang zamannya internet, yang bisa diakses lewat HP. Padahal di sekolah siswa sudah dilarang bawa HP. Tapi ternyata di rumah mereka masih leluasa diberikan HP yang bisa internet. Kebanyakan bukan untuk belajar tapi untuk hal-hal yang negatif. Selain itu juga karena kami para guru tidak bisa terus menerus mengawasi siswa. Pengawasan hanya ketika di sekolah, sedangkan di luar sudah banyak yang tidak kita ketahui.25 Berdasarkan penjelasan dari para responden di atas dapat penulis simpulkan bahwa yang menjadi faktor penghambat upaya guru dalam membina akhlak mulia siswa di MTs Mathaliul Falah Tulakan adalah sebagai berikut:
24
Wawancara dengan Sukahar, S.Pd.I pada tanggal 25 Agustus 2015 Wawancara dengan Edi Riyanta, S.Pd.I pada tanggal 25 Agustus 2015
25
76
1) Masih banyak orang tua yang belum bersungguh-sungguh dalam memperhatikan akhlak anaknya 2) Lingkungan pergaulan siswa di luar sekolah 3) Maraknya dunia hiburan dan pornografi yang sangat mudah di akses di internet dan Hand Phone 4) Terbatasnya pengawasan guru 5) Belum adanya pesantren yang terintegrasi dengan sekolah
BAB IV ANALISIS PENELITIAN TENTANG UPAYA GURU DALAM MEMBINA AKHLAK MULIA SISWA DI MTs MATHALIUL FALAH TULAKAN
A. Analisis terhadap Bentuk-bentuk Upaya Guru dalam Membina Akhlak Mulia Siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan Donorojo Jepara pada Tahun Pelajaran 2015/2016 Sekolah merupakan lembaga yang baik bagi pertumbuhan dan pembinaan akhlak anak. Di samping sebagai tempat pemberian pengetahuan dan ketrampilan, sekolah juga menjadi tempat pembentukan kepribadian anak. Oleh karena itu pendidikan akhlak di sekolah perlu dilakukan secara intensif agar ilmu dan amal dapat dirasakan oleh anak didik. Karena, apabila agama dan akhlak kurang diperhatikan oleh sekolah, maka pendidikan agama dan akhlak yang diterimanya di rumah tidak berkembang. Pembinaan akhlak di sekolah harus dilakukan secara teratur dan terarah agar siswa dapat mengembangkan dan mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari, deimikian juga di MTs Mathaliul Falah Tulakan. Untuk mencapai tujuan itu tentu tidak terlepas dari beberapa faktor penunjang yang tersedia dan terlaksana dengan baik, seperti tenaga pengajar yang baik serta faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap proses dari pembinaan akhlak secara keseluruhan. Hal ini sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan dalam undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 yaitu: ―Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
77
78
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demografis serta bertanggung jawab‖.1 Selama ini dalam hal membina akhlak para siswa, banyak sekali upaya yang telah dilakukan oleh para guru di madrasah. Sebagaimana hasil penelitian yang dipaparkan pada bab III bentuk-bentuk upaya guru dalam membina akhlak mulia para siswa di MTs Mathaliul Falah Tulakan dapat dikelompokkan menjadi beberapa bentuk sebagai berikut: (1) Mengajarkan sopan santun (tata krama) kepada siswa (2) Mengajarkan pelajaran tentang akhlaq dan
ilmu-ilmu yang
berkaitan (3) Memberikan nasehat dan sindiran (4) Melakukan pengawasan terhadap perilaku siswa (5) Membiasakan Siswa Melakukan Shalat Dhuha bersama-sama
dan
Shalat
Dhuhur
berjamaah
(6)
Membiasakan
siswa
mengucapkan salam dan bersalaman kepada guru di saat akan masuk dan akan pulang (7) Membiasakan siswa bersikap disiplin melalui teguran dan hukuman kepada siswa yang berbuat kurang terpuji atau melanggar aturan sekolah (8) Memberikan bumbingan dan penyuluhan kepada siswa yang bermasalah (9) Melaksanakan kegiatan keagamaan pada hari-hari besar Islam. Di bawah ini masing-masing bentuk upaya para guru di atas akan penulis analisis satu-persatu dengan mendeskripsikan manfaat, kelemahan dan kelebihan yang ada dari bentuk-bentuk upaya tersebut. 1. Mengajarkan Sopan Santun (Tata Krama) kepada Siswa Upaya mengajarkan sopan santun kepada siswa yang dilaksanakan oleh para guru di MTs Mathaliul Falah Tulakan bentuknya adalah melalui pendidikan langsung, di mana guru mengajarkan secara langsung di saat 1
Undang-undang No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Cipta Jaya, 2003), hlm. 9
79
kegiatan belajar mengajar, ataupun melalui peraturan-peraturan yang dibuat kepada siswa. seperti mengucapkan salam ketika masuk kelas, masuk ruang guru, masuk kantor dan bila bertemu guru di luar sekolah. Demikian juga anak diharuskan menggunakan bahasa yang sopan (Jawa: krama ingggil) ketika berbicara dengan guru. Setiap akan pulang siswa dibiasakan bersalaman mencium tangan guru. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Kepala MTs Mathaliul Falah Tulakan: ―setiap bertemu guru siswa-siswi diwajibkan bersalaman terutama ketika masuk kelas dan akan pulang. Berbicara dengan guru harus sopan. Pembinaan langsung di dalam kelas pada setiap pelajaran terutama aqidah akhlak‖.2 Pengajaran sopan santun atau tata krama kepada siswa dalam sekolah memang harus menjadi program utama yang selalu ditekankan.Apalagi lembaga seperti madrasah yang nota bene dikenal sebagai lembaga pendidikan agama,
pengajaran
sopan
santun
haruslah
menjadi
program
utama
pendidikannya. Sebagaimana menurut An-Nahlawi—sebagaimana di kutip oleh Hery Noer Aly—bahwa tugas pokok guru dalam pendidikan Islam, adalah tugas pensucian, yaitu mengembangkan dan membersihkan jiwa siswa agar dapat mendekatkan diri kepada Allah, menjauhkannya dari keburukan dan menjaganya agar tetap berada pada fitrahnya. Selian itu tugas pengajaran, yaitu menyampaikan berbagai pengetahuan dan pengalaman kepada siswa untuk diterjemahkan dalam tingkah laku dan kehidupannya.3
2
Wawancara dengan Abdul Hamid, S.Pd.I (kepala madrasah) pada tanggal 19 Agustus 2015 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1998), hlm. 96.
3
80
Jadi mengajarkan sopan santun tata krama kepada anak merupakan kewajiban para orang tua dan para pendidik, yang sangat penting untuk kebaikan akhlak anak didik. Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an surat At-Taubah ayat 71:
"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana" (Q.S. At-Taubah: 71)4 Kedua ayat di atas hanyalah di antara dalil-dalil yang disebutkan dalam al-Qur’an tentang pentingnya mengajarkan sopan santun kepada anak. Dengan demikian dapat dipahami bahwa upaya guru dalam membina akhlak mulia siswa dengan cara mengajarkan kesopanan dalam berperilaku dan bertutur kata kepada para siswa, yaitu melalui pengajaran langsung, pembiasaan dan nasehat ini sudah sesuai dalam Islam memang sangatlah dianjurkan. Upaya tersebut bertujuan agar para siswa memiliki pengetahuan sekaligus tabiat yang mulia, baik kepada para gurunya maupun kepada teman-temannya di sekolah, serta terhadap orang tuanya sedniri di rumah serta orang lain yang lebih tua.
4
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Depag RI, Jakarta, 1982, hlm. 291.
81
2.
Mengajarkan Pelajaran tentang Akhlaq dan Ilmu-ilmu yang Berkaitan Materi pelajaran yang berkaitan langsung dengan pembinaan akhlak yang diajarkan di MTs Mathaliul Falah Tulakan adalah pelajaran Aqidah Akhlak, juga pelajaran-pelajaran lain yang masuk dalam rumpun pendidikan agama Islam. Selain itu dengan dimasukkannya pelajaran muatan lokal Kitab Ta’lim al-Muta’allim dan Washoya yang berisi tentang pendidikan akhlak. Di mana kitab ini adalah semacam kode etik bagi siswa, baik ketika ia masih menuntut ilmu, maupun kelak setelah selesai belajar, yaitu bagaimana ia harus bersikap terhadap ilmu, terhadap kitab, terhadap guru, mengamalkan ilmu dan lainlainnya. Kenyataannya manfaat kitab ini cukup besar. Walaupun banyak pula orang yang mengatakan ada juga kenegatifannya. Di dalam Kitab Ta`lim alMuta`allim, selain memuat adab belajar ada pula disisipkan suatu norma hukum, yaitu hukum belajar.5 Jadi mengajarkan kitab Ta’lim al-Muta’allim dalam kurikulum madrasah merupakan upaya yang sangat baik dan tepat untuk menumbuhkembangkan akhlak mulia siswa. Di mana materinya banyak berisi tentang tata krama siswa kepada guru, teman dan juga tata krama kepada orang tua. Upaya guru mengajarkan materi akhlak (baik secara langsung maupun tidak langsung) inilah yang pada saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah maupun disarankan oleh para pakar pendidikan dengan isitilah pendidikan karakter. Padahal jauh sebelumnya madrasah sudah terlebih dahulu melaksanakan pendidikan karakter ini dengan memberikan pelajaran-pelajaran
5
Moh. Tolchah Mansoer, "Kata Pengantar" dalam Buku Ali As'ad, Terjemah Ta`limul Muta`allim, (Kudus: Menara Kudus, tt), hlm. i
82
tentang materi akhlak dan melakukan pembinaan secara intensif terhadap akhlak siswa. Di mana madrasah sendiri merupakan lembaga pendidikan formal, tetapi tetap bercirikan Islam dan menjunjung tinggi nilai-nilai relegius, etika dan kebudayaan. Jadi dengan mengajarkan pelajaran-pelajaran yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan masalah akhlak ini, bertujuan agar akhlak para siswa akan menjadi baik dan dapat dibina oleh para guru-guru serta baik pula budi pekertinya baik ketika berada di sekolah, di rumah maupun di masyarakat. Bahkan jika perlu menurut pendapat penulis madrasah dapat menambahkan pelajaran muatan lokalnya atau pelajaran tambahan seperti akhlaq lil banin, washoya, ataupun buku-buku khusus yang mengajarkan anak bersopan santun kepada orang lain dan hal-hal yang harus dilaksanakan dan ditinggalkan sebagaimana tugas seorang pelajar. 3. Memberikan Nasehat dan Sindiran Upaya ini sangat baik dilakukan para guru supaya para siswa tersentuh hatinya atau terbuka wawasannya agar tidak meniru perbuatan-perbuatan yang buruk serta berusaha untuk menjauhinya. Memberi nasihat merupakan salah satu metode penting dalam mendidik akhlak anak. Sebagaimana dijelaskan oleh Noer Aly bahwa dengan metode nasehat pendidik dapat menanamkan pengaruh yang baik ke dalam jiwa apabila digunakan dengan cara yang dapat mengetuk relung jiwa melalui pintunya yang tepat. Bahkan, pendidik mempunyai kesempatan yang luas untuk mengarahkan siswa kepada berbagai
83
kebaikan dan kemashlahatan serta kemajuan masyarakat dan umat.6 Hendaknya ketika memberikan nasihat harus lahir dari hati yang tulus. Artinya pendidik berusaha menimbulkan kesan bagi siswanya bahwa ia adalah orang yang mempunyai niat baik dan sangat peduli terhadap kebaikan siswa. Hal inilah yang membuat nasihat mendapat penerimaan yang baik dari orang yang diberi nasihat. Nasihat dapat pula disampaikan dengan menggunakan perumpamaan ataupun sindiran. Al-Qur`an telah banyak menyajikan perumpamaan yang dapat dipergunakan sebagai model dalam menyampaikan nasihat. Umpamanya, nasihat untuk beriman dan tidak kafir:
)٦٧ : (النحل "Dan Allah membuat (pula) perumpamaan: dua orang lelaki yang seorang bisu, tidak dapat berbuat sesuatupun dan dia menjadi beban atas penanggungnya, ke mana saja dia disuruh oleh penanggungnya itu, dia tidak dapat mendatangkan suatu kebajikanpun. samakah orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan, dan dia berada pula di atas jalan yang lurus? (Q.S. An-Nahl: 76).7 Ayat di atas mengumpamakan orang mukmin dengan orang yang mampu berjalan di atas jalan yang lurus, dan mengumpamakan orang kafir dengan orang yang tidak mampu mengejakan apapun, malah hanya menjadi beban bagi orang yang lain. Jadi penggunaan metode nasihat dalam pembinaan akhlak mulia siswa di
6 7
Hery Noer Aly, op.cit., hlm. 192. Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 413.
84
MTs Mathaliul Falah Tulakan merupakan metode yang sangat baik dalam rangka memberikan penjelasan tentang kebenaran dan kemashlahatan kepada siswa dengan tujuan menghindarkan siswa dari bahaya serta menunjukkannya ke jalan yang mendatangkan kebahagiaan dan manfaat. 4. Melakukan Pengawasan terhadap Perilaku Siswa Bentuk pengawasan yang telah dilakukan oleh para guru MTs Mathaliul Falah Tulakan dalam rangka membina akhlak mulia siswa merupakan suatu usaha yang baik dan memang sangat perlu dilaksanakan. Walupun pengawasan guru lebih terfokus di saat berada di sekolah, sedangkan di luar sekolah kurang diperhatikan. Unsur pengawasan adalah unsur yang sangat penting dalam praktik pendidikan. Tanpa adanya pengawasan yang baik, akan sia-sialah pendidikan yang diberikan di sekolah atau oleh para pendidik dan lembaga pendidikan secara umum. Dengan pengawasan yang dilaksanakan, guru dapat mengetahui apakah usaha yang dilakukan sudah cukup berhasil atau masih jalan di tempat bahkan tidak berhasil. Tujuan pengawasan ini agar ketika anak melakukan penyimpangan atau perbuatan-perbuatan tercela akan dapat diketahui untuk selanjutnya diberikan sanksi dan pembinaan agar menjadi lebih baik. Namun demikian seharusnya ketika melakukan pengawasan para guru di MTs Mathaliul Falah harus tegas dan konsisten dalam memberikan sanksi dan hukuman agar siswa mempunyai rasa takut bila diawasi guru. Sebagaimana menurut Noer Aly bahwa ―pengawasan hendaknya dilakukan terus-menerus, artinya pendidik hendaknya konsekuen, bersikap tegas dan tetap teguh pada
85
pendirian yang telah diambilnya. Segala aturan, baik perintah maupun larangan, hendaknya dijaga agar selalu dilaksanakan dan tidak dilanggar‖.8 Dengan demikian pengawasan terhadap perilaku siswa, baik ketika berada di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah oleh para guru di MTs Mathaliul Falah Tulakan hendaknya dapat ditingkatkan lagi supaya lebih konsisten dan tegas dalam menegakkan aturan kepada siswa.
5. Membiasakan Siswa Melakukan Shalat Dhuha bersama-sama dan Shalat Dhuhur Berjamaah Program sholat berjmaah dhuhur yang dilaksanakan di MTs Mathaliul Falah Tulakan merupakan upaya yang sangat baik dan harus dilaksanakan secara konsisten dan kontinyu. Karena shalat lima waktu yang dilaksanakan secara berjamaah adalah ibadah yang sangat mulia dan utama. Imam al-Ghazali mengatakan bahwa ―kepribadian manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha pembentukan melalui pembiasaan. Jika manusia membiasakan berbuat jahat, maka ia akan menjadi orang jahat‖. Untuk ini al-Ghazali menganjurkan agar akhlak diajarkan yaitu dengan cara melatih jiwa pada pekerjaan atau tingkah laku yang mulia. Jika seseorang menghendaki agar ia menjadi pemurah, maka ia harus dibiasakan dirinya melakukan pekerjaan yang bersifat pemurah, hingga murah hati dan murah tangan itu menjadi tabi’atnya yang mendarah daging.9
8
Hery Noer Aly, op.cit., hlm., hlm.190. Imam al-Ghazali, Kitab al-Arbain fi Ushul al-Din, (Kairo, Maktabah al Hindi, tt), hlm. 190191. Lihat pula Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta, Raja Grafindo, 1996), hlm. 162-163. 9
86
Quraish Shihab dalam bukunya Tafsir al-Misbah sebagaimana dikutip oleh Anwar Sutoyo menjelaskan bahwa shalat adalah amal ibadah yang pelaksanaannya membuahkan sifat keruhanian dalam diri manusia yang menjadikannya tercegah dari perbuatan keji dan mungkar. Dengan demikian hati orang yang shalat menjadi suci dari kekejian dan kemungkaran serta bersih dari kotoran dosa dan pelanggaran. Shalat adalah cara untuk memperoleh potensi keterhindaran dari keburukan. Jika ada individu yang mengerjakan shalat tidak terdapat dampak potensi itu bisa jadi ada hambatan bagi kemunculannya, seperti kelengahan dalam melaksanakan shalat dan tidak menghayati dzikirnya.10 Jadi bila individu melaksanakan shalat dengan sempurna, khusyu’ dan ikhlas, maka dampak pencegahan itu semakin sempurna, sebaliknya jika kurang sempurna maka kurang sempurna dampak itu. Pemahaman ini mengandung makna bahwa jika individu melaksanakan shalat sesuai dengan ketentuan Allah maka niscaya ada dampak pencegahan terhadap perilaku yang keji dan melanggar norma masyarakat. Jadi upaya membiasakan para siswa untuk senantiasa rajin menjalankan ibadah sholat di MTs Mathaliul Falah Tulakan adalah upaya yang sangat baik dan harus ditiru oleh sekolah-sekolah lain dalam mendidik akhlak siswa. Jika siswa sudah terbiasa melakukan sholat dhuha dan sholat dhuhur berjamaah, kebiasaan ini akan membekas pada diri siswa sampai dirinya menjadi dewasa.
10
Anwar Sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islami, Teori dan Praktek, (Semarang: Widya Karya, 2007), hlm. 166-167.
87
6. Membiasakan siswa mengucapkan salam dan bersalaman dengan guru ketika akan masuk dan pulang Adanya kebiasaan para siswa di MTs Mathaliul Falah Tulakan mengucapan salam dan bersalaman dengan guru, tersirat suatu pengajaran dan pendidikan tentang bagaimana seharusnya bersikap dan bergaul dengan orang lain, sopan dan menghormati orang lain, terutama kepada para gurunya. Sehingga para siswa nantinya dapat menjadi manusia yang mempunyai kepribadian yang baik sesuai dengan ajaran Islam. Dalam ajaran Islam, mengucapkan salam kepada sesama mukmin yang ditemui
sangatlah
dianjurkan.
Dalam
haditsnya,
Rasulullah
SAW
memerintahkan tentang penggunaan salam. Sebagaimana sabdanya:
ِ ِ ِ عن عب ِد اهللِ ب ِن عمر ب ِن الْع صلَّى َْ ْ َ َ اص َرض َي اهللُ َعْن ُه َما اَ َّن َر ُجالً َسأ ََل َر ُس ْوَل اهلل َ ْ َْ ْ السالَ َم َعلَى َم ْن َ َاإلسالَِم َخْي ٌر؟ ق ُّ َاهللِ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ا َّ ُال تُطْعِ ُم الطّ َع َام َوتَ ْقَرأ ْ ي 11 . متفق عليو.ف ْ ت َوَم ْن ََلْ تَ ْع ِر َ َْعَرف
"Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. bahwa sesungguhnya seorang lakilaki telah bertanya kepada Rasulullah saw.: Seperti apa Islam yang baik itu? Rasulullah menjawab: kamu memberi makan (kepada sesamamu) dan kamu membaca salam kepada orang yang kamu kenal dan kepada orang yang tidak kamu kenal (HR. Bukhari dan Muslim)".
Jadi membiasakan para siswa mengucapkan salam kepada guru merupakan bentuk upaya pembentukan akhlak siswa yang sangat baik, sehingga para siswa dapat terbiasa melaksanakan tradisi dan budaya Islam yang telah diajarkan oleh Islam.
11
Abi Zakaria Yahya bin Syarif An-Nawawi, Riyadlushshalihin, (T.tp., Nur Asia, tt.), hlm. 386.
88
7. Membiasakan siswa bersikap disiplin, melalui teguran dan hukuman kepada siswa yang berbuat kurang terpuji atau melanggar aturan sekolah Upaya guru di MTs Mathaliul Falah Tulakan dnegan membiasakan siswa bersikap disiplin dalam berpakaian, disiplin waktu ketika masuk maupun pulang sekolah serta disiplin dalam tugas adalah upaya yang harus terus menerus ditingkatkan dan dijaga konsistensinya. Seperti dikatakan wakil kepala madrasah bdang kesiswaan: ―... dengan membiasakan anak bersikap disiplin, baik dalam berpakaian, disiplin dalam waktu dan tugas‖.12 Tujuan pembiasaan kedisiplinan kepada para siswa ini agar disiplin menjadi tabiat dan kebiasaan siswa hingga nantinya mereka dewasa, dan hal ini adalah bagian dari pendidikan akhlak mulia. Sebagaimana tujuan umum pendisiplin adi sekolah berdasarkan tipe kegiatan pendisiplinan, ada tiga tipe disiplin yaitu : 1). Disiplin preventif, yaitu kegiatan untuk mendorong seseorang agar mengikuti berbagai standar aturan sehingga penyelewenganpenyelewengan dapat dicegah. 2). Disiplin korektif, yaitu kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran terhadap aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut. 3). Disiplin progesif, yaitu memberikan hukuman yang lebih berat terhadap pelanggaran-pelanggaran yang berulang. 13 Dari pengamatan peneliti selama berada di MTs Mathaliul Falah Tulakan, pembiasaan perilaku disiplin di sekolah sudah berjalan cukup baik. Semua siswa datang ke sekolah sebelum pelajaran di mulai, rata-rata anak pukul 06.45 WIB sudah datang ke sekolah dan tepat pukul 07.00 WIB sudah 12
Wawancara dengan Syahrir Efendi, S.Pd.I pada tanggal 10 Agustus 2015. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas RI., Manajemen Sekolah, (Jakarta: Depdiknas, 2000), hlm. 115. 13
89
dilaksanakan kegiatan pembelajaran. Namun dalam segi lainnya justru yang masih perlu ditingkatkan adalah kedisiplinan guru ketika mengajar yaitu masih ada kekosongan pada jam mengajar. Jadi upaya guru membina akhlak siswa melalui kedisiplinan yang dibiasakan dan diterapkan kepada siswa merupakan suatu bentuk usaha yang harus terus menerus ditingkatkan, selain dari para siswa, perilaku disiplin juga dilaksanakn oleh guru sebagai teladan bagi siswa. Dengan bersikap disiplin siswa akan berlatih menaati peraturan dan berlatih untuk menjauhi perbuatanperbuatan yang dilarang oleh sekolah, agama maupun bertentangan dengan akhlaq mulia. 8. Memberikan
Bumbingan
dan
Penyuluhan
kepada
Siswa
yang
Bermasalah Upaya guru dalam membina akhlak siswa dengan cara melakukan bimbingan dan penyuluhan (BP) bagi para siswa yang melakukan perilaku kurang terpuji, khususnya oleh guru BP merupakan salah satu bentuk pembinaan yang harus terus diintensifkan. Jika siswa yang melakukan perilaku menyimpang diibaratkan sebagai orang sakit, maka guru yang melakukan bimbingan dan penyuluhan adalah dokternya yang memberikan obat untuk menyembuhkan penyakit siswa. Bimbingan dan penyuluhan yang dilaksanakn di MTs Mathaliul Falah Tulakan bertujuan agar masalah-masalah yang terjadi pada diri siswa dapat diketahui penyebabnya, misalnya anak yang nakal, anak yang bodoh dan anak yang malas. Kemudian setelah mengetahui penyebabnya, guru memberikan
90
pengarahan dan bimbingan agar anak tersebut dapat memiliki kesadaran atas kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi pada akhirnya akan memiliki akhlak mulia. Hal ini sejalan dengan tujuan dari bimbingan dan konseling Islami sebagaimana disampaikan oleh Anwar Sutoyo bahwa tujuan konseling Islami adalah ―meningkatkan iman, Islam dan ikhsan individu yang dibimbing hingga menjadi pribadi yang utuh. Pada akhirnya diharapkan mereka bisa hidup bahagia di dunia dan akhirat‖.14 Lebih lanjut Anwar Sutoyo menjelaskan bahwa setelah melakukan bimbingan dan konseling, konselor (para guru) hendaklah melakukan tindak lanjut
yang
bersifat
pencegahan,
pemeliharaan,
penyembuhan
dan
pengembangan. Tindakan pencegahan dan pemeliharaan dimaksudkan agar perkembangan iman, Islam dan ikhsan yang telah dicapai individu tidak kembali ke posisi sebelumnya; tindakan penyembuhan dimaksudkan untuk menghilangkan pengaruh negatif yang dapat merusak keimanan, ke-Islaman dan keikhsanan; tindakan pengembangan dimaksudkan agar iman, Islam dan ikhsan yang ada pada individu bisa semakin tumbuh subur mendekati sempurna dan seklaigus terhindar dari kerusakan.15 Jadi pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan oleh para guru kepada siswa di MTs Mathaliul Falah Tulakan haruslah diarahkan sesuai ajaran Islam, yaitu untuk perbaikan siswa, bukan untuk mencemooh atau menghina si anak. Bimbingan dan konseling harus terus diberikan kepada para siswa yang berperilaku menyimpang dengan tujuan untuk mendorong dan membantu 14
Anwar Sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islami, Teori dan Praktek, (Semarang: Widya Karya, 2009) hlm. 205. 15 Ibid., hlm. 218.
91
siswa memahami dan mengamalkan ajaran Islam dengan benar dalam kehidupan sehari-hari, yang di dalamnya termasuk ajaran tentang pengamalan akhlak mulia. 9. Melaksanakan Kegiatan Keagamaan pada Hari Besar Islam Bentuk program kegiatan keagamaan di MTs Matahliul Falah Tulakan seperti pengajian dan kegiatan sosial memang dapat menjadi salah satu upaya yang terus dilaksanakan oleh sekolah. Karena dengan kegiatan ini para siswa dapat memperoleh pengetahuan sekaligus siraman rohani sehingga tumbuh kesadaran untuk senang beribadah atau melakukan perbuatan-perbuatan baik lainnya. Selain itu ceramah-ceramah kegamaan juga dapat memupuk keimanan dan melatih siswa untuk dapat memaknai dari setiap kegaitan yang dilaksanakan. Dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa agar hidup manusia tidak berada dalam kerugian maka dirinya harus beriman kepada Allah, berperilaku baik dan slaing menasehati dalam hal kebenaran dan kesabaran. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Ashr:
―1). Demi masa. 2). Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, 3). Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran‖. (Q.S. Al-Ashr: 1-3)16 Jadi adanya pengajian atau ceramah keagamaan pada tiap hari besar
16
Departemen Agama RI, op.cit., hlm.
92
Islam yang diselenggarakan di MTs Mathaliul Falah Tulakan merupakan program yang sangat baik untuk meningkatkan pengetahuan serta wawasan para siswa tentang ajaran agama. Sedangkan kegiatan sosial dengan memberikan santunan kepada fakir miskin di sekitar madrasah, bertakziyah dan lain sebagainya merupakan pendidikan secara langsung tentang akhlak mulia kepada para siswa. Oleh karena itu pada tahun-tahun berikutnya kegatan-kegiatan seperti ini harus tetap dilaksanakan oleh madrasah. B. Analisis terhadap Hasil Upaya Guru dalam Membina Akhlak Siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan Donorojo Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016 Secara umum hasil upaya pembinaan akhlak di MTs Mathaliul Falah Tulakan terlihat sudah berjalan baik. Sebagaimana hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 5 (lima) hal utama yang terlihat begitu jelas dan menjadi kebiasaan siswa di sekolah. Masing-masing akan penulis analisis seperti di bawah ini: 1. Setiap hari para siswa teratur melakukan sholat dhuha bersama dan sholat dhuhur berjamaah Hasil upaya guru dalam membina akhlak para siswa di MTs Mathaliul Falah Tulakan di antaranya dapat dilihat dari pelaksanaan sholat dhuha bersama dan sholat dhuhur berjamaah. Kegiatan ini menunjukkan adanya akhlak mulia para siswa khususnya berhubungan dengan akhlak kepada Allah. Namun demikian dalam pengamatan peneliti, ketika pelaksanaan sholat dhuha bersama dan sholat berjamaah dhuhur masih ada siswa yang kurang khusyuk dalam melaksanakan sholat, ada yang menjahili temannya, tertawa, atau bersenda gurau dengan temannya. Oleh karena itu hal ini perlu segera
93
dicarikan solusi atau perbaikan agar pelaksanaan sholat berjamaah di masjid dapat berjalan dengan tertib dan khusyuk. 2. Para siswa terbiasa bersalaman kepada guru ketika akan masuk kelas dan ketika akan pulang Sebagaimana dijelaskan di bab 3 sebelumnya bahwa di MTs Mathaliul Falah Tulakan dibudayakan adanya kegiatan bersalaman antara siswa dan guru, yaitu ketika akan masuk kelas di awal pelajaran dan ketika akan pulang di akhir pelajaran. Kegiatan ini sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan setiap hari. Jelas sekali bahwa perilaku ini sangat baik untuk dibiasakan kepada para siswa, karena bersalaman dengan guru apalagi sambil mencium tangan guru merupakan bentuk penghormatan kepada guru sekaligus menunjukkan ketawadhuan siswa kepada guru. 3. Para siswa terbiasa mengucapkan salam ketika bertemu guru, ruang guru, ruang kelas dan kantor Adanya kebiasaan para siswa mengucapan salam, di sini tersirat suatu pengajaran dan pendidikan tentang bagaimana seharusnya bersikap dan bergaul dengan orang lain, sopan dan menghormati orang lain, sehingga para siswa nantinya dapat menjadi manusia yang mempunyai kepribadian yang baik sesuai dengan ajaran Islam. Dalam ajaran Islam, mengucapkan salam kepada sesama mukmin yang ditemui atau ketika masuk rumah orang lain dan lain sebagainya sangatlah dianjurkan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam AlQur'an Surat An-Nuur ayat 61:
94
"… Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah- rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayatayatnya(Nya) bagimu, agar kamu memahaminya." (Q.S. an-Nuur: 61).17 Dengan demikian adanya kebiasaan para mengucapkan salam ketika masuk kantor, ruang guru dan bertemu guru menunjukkan adanya akhlak yang mulia yang merupakan bentuk perilaku yang dianjurkan dalam ajaran Islam. Oleh karena itu kebiasaan ini harus terus dijaga dan dibudayakan dalam pendidikan madrasah. Budaya inilah yang merupakan salah satu ciri pendidikan madrasah dari pendidikan sekolah umum. 4. Para siswa terbiasa menggunakan bahasa yang sopan (Jawa: kromo Inggil) ketika berbicara dengan guru Salah satu ciri-ciri akhlak mulia seseorang adalah bila berbicara dengan orang lain dirinya menggunakan bahsa yang sopan dan halus. Dalam budaya Jawa, seorang anak dikatakan memiliki kesopanan kepada orang tua, bila dirinya berbicara dnegan orang yang dewasa, dirinya menggunakan ―krama Inggil‖ atau jenis bahasa Jawa yang halus. Jadi dari pengamatan peneliti terlihat bahwa ketika para siswa berkomunikasi dengan guru menggunakan bahasa Jawa, para siswa sudah menggunakan bahasa ―Krama Inggil‖ ketika berbicara dnegan para guru, walupun usia gurunya masih muda.
17
Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 543.
95
Perilaku ini menunjukkan adanya akhlak mulia dari para siswa kepada gurunya. Menurut Imam Az-Zarnujy termasuk arti menghormati guru, yaitu tidak memulai mengajak bicara kecuali atas perkenan dirinya, berbicara macam-macam di depannya, dan menanyakan hal-hal yang membosankannya. Pada pokoknya, adalah melakukan hal-hal yang membuatnya rela, menjauhkan amarahnya dan menjunjung tinggi perintahnya yang tidak bertentangan dengan agama, sebab orang tidak boleh taat kepada sesama mahkluk dalam melakukan perbuatan durhaka kepada Allah Maha Pencipta).18 Selain itu termasuk akhlak siswa kepada guru adalah saat berbicara dengan guru adalah siswa berbicara dengan sopan menggunakan bahasa yang sopan dengan sikap tegak dan mata memandang ke muka. Tidak boleh berbicara dengan guru sambil menoleh ke kanan atau ke kiri tanpa menghiraukan omongannya. 5. Para siswa sangat hormat kepada para guru Seorang siswa memang sudah semestinya ta'dhim dan tawadu terhadap gurunya, karena lantaran bimbingan, motivasi gurunya ruh dan akal mereka dapat dimasuki ilmu pengetahuan yang semula mereka tidak tahu menjadi tahu, yang semula belum mereka lakukan, kemudian mereka mampu melakukan, serta mereka dapat merasakan fase ilmiah. Di samping itu gurulah yang mendidik mereka untuk bisa membaca, menulis berhitung dan segala ilmu yangberguna bagi kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat. Syaikh Azzarnujy mengatakan:
18
Ali As`ad, Terjemah Ta`limul Muta`allim, (Kudus: Menara Kudus, tt), hlm. 23.
96
19
.ًفَ َم ْن تَأَذَّى ِمْنوُ اُ ْستَاذُهُ ُُْيَرُم بََرَكةُ الْعِْل ِم َوالَ يَْنتَ ِف ُع بِِو اِالَّ قَلِْيال
(Barang siapa melukai hati gurunya, berkah ilmunya tertutup dan hanya sedikit kemanfaatannya) Jadi dari pengamatan peneliti, akhlak siswa kepada guru terlihat sangat sopan. Mereka sangat tawadhu dengan guru dan masih menghormati para gurunya, baik dalam bentuk sikap dan perilaku. Perilaku-perilaku siswa atas menunjukkan adanya kebiasaan yang baik pada diri siswa yang mencerminkan akhlak yang baik. Walaupun tentunya masih ada kekurangan-kekurangan yang perlu dibenahi dan diperbaiki. Misalnya dari pengamatan peneliti, terutama cara berpakaian para siswa, masih terlihat para siswa laki-laki yang memakai celana ketat atau songkok yang kurang enak dipandang mata.
C. Analisis terhadap Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Upaya Guru dalam Membina Akhlak Siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan Donorojo Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016 1. Faktor Pendukung Sebagaimana telah dipaparkan sebalumnya pada hasil penelitian, bahwa faktor yang mendukung pelaksanaan pembinana akhlak mulia para siswa di MTs Mathaliul Falah yaitu (1) adanya kerjasama yang baik dari para guru (2) adanya tata tertib sekolah (3) adanya pelajaran-pelajaran tentang akhlak. Masing-masing akna penulis bahas sebagaimana di bawah ini.
19
Ibid., hlm. 70.
97
a. Adanya kerjasama yang baik dari para guru Di antara para guru di MTs Mathaliul Falah Tulakan sudah terjalin kerjasama yang baik dalam hal pembinaan akhlak siswa. Dalam pengamatan peneliti para guru semuanya saling menjunjung tinggi dan menegakkan tata tertib sekolah serta mempunyai keingginan yang kuat agar para siswa mereka mempunyai akhlak yang mulia. Hampir semua guru yang dalam pengamatan peneliti ketika menemukan atau menyaksikan siswa melakukan hal-hal yang kurang baik, mereka segera menegur secara langsung dan memberikan nasehat. Karena adanya kekompakan dari para guru inilah yang menjadi faktor pendukung pelaksanaan pembinaan akhlak mulia bagi siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan. b. Adanya tata tertib sekolah yang dilaksanakan secara konsisten Adanya tata tertib merupakan sesuatu untuk mengatur akhlak atau perilaku yang diharapkan terjadi pada diri siswa, sehingga siswa memiliki pribadi yang baik. Tanpa adanya tata tertib otomatis pembinaan Akhlak siswa tidak akan mungkin bisa terwujud, sebaliknya dengan melaksanakan tata tertib yang ada, maka dengan sendirinya akan membentuk pribadi siswa yang berakhlak. Selama melaksanakan pengamatan di MTs Mathaliul Falah Tulakan, peneliti menyaksikan bahwa para siswa dan guru sangat konsisten dalam melaksanakan tata tertib sekolah. Di mana jika ada siswa yang melanggar aturan, guru yang menyaksikan langsung menegurnya. Jika pelanggaran tersebut dirasa cukup berat, maka langsung diberikan sanksi atau hukuman. Adapun di antara hukuman yang diberikan (selama terlihat oleh
98
pengamatan peneliti) adalah menyapu halaman, mengepel dan menyapu ruangan yang ditunjukkan oleh guru piket/wakil kepala sekolah bidang kesiswaan. Jadi dengan adanya tata tertib yang dilaksanakan secara konsisten oleh civitas akademika di MTs Matahliul Falah Tulakan tersebut pada dasarnya merupakan bagian dari bentuk upaya pembinaan akhlak mulia para siswa yang menjadi program dan misi madrasah. c. Adanya
pelajaran-pelajaran
kitab
salaf
(muatan
lokal)
yang
dikurikulum
MTs
berhubungan dengan pendidikan akhlak Pelajaran-pelajaran kitab salaf sebagaimana
Mathaliul Falah Tulakan adalah Kitab Ta’lim al-Muta’allim dan Washoya. Kedua pelajaran ini sarat makna akan pendidikan akhlak. Di mana kitab Ta`lim al-Muta`allim adalah kitab karangan syaikh az-Zarnuji yang judul aslinya
adalah
Ta`lim
al-Muta`allim
Thariqat
at-Ta`allum,
kalau
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti "tuntunan (pelajaran) bagi penuntut ilmu, jalan-jalan menuntut ilmu".20 Kitab ini menjadi semacam kode etik bagi santri, baik ketika ia masih menuntut ilmu, maupun kelak setelah selesai belajar, yaitu bagaimana ia harus bersikap terhadap ilmu, terhadap kitab, terhadap guru, mengamalkan ilmu dan lain-lainnya. Kenyataannya manfaat kitab ini cukup besar. Walaupun banyak pula orang yang mengatakan ada juga kenegatifannya. Di dalam Kitab Ta`lim al-
20
Ali As`ad, Terjemah Ta`limul Muta`allim, (Kudus: Menara Kudus, tt), hlm. 2.
99
Muta`allim, selain memuat adab belajar ada pula disisipkan suatu norma hukum, yaitu hukum belajar.21 Jadi pantas saja dengan adanya pelajaran-pelajaran kitab-kitab salaf yang berhubungan dengan pendidikan akhlak ini menjadi faktor yang sangat mendudkung upaya guru dalam membina akhlak mulia di MTs Mathaliul Falah Tulakan. 2. Faktor Penghambat Sebagaimana telah disampaikan pada bab 3 sebelumnya bahwa darai hasil wawancara dan pengamatan diketahui bahwa di antara faktor–faktor penghambat upaya guru dalam membina akhlak siswa di MTs Mathaliul Falah Tulakan adalah (1) Masih banyak orang tua yang belum bersungguh-sungguh dalam memperhatikan akhlak anaknya, (2) Lingkungan pergaulan siswa di luar sekolah, (3) Maraknya dunia hiburan dan pornografi yang sangat mudah di akses di internet dan Hand Phone, (4) Terbatasnya pengawasan guru. a. Masih banyak orang tua yang belum bersungguh-sungguh dalam memperhatikan akhlak anaknya Usaha pembinaan akhlak yang dilakukan oleh para guru hanya bisa maksimal ketika para siswa berada di sekolah. Setelah siswa pulang atau berada di luar sekolah, pembinaan terhadap akhlak anak sangat erat dengan pendidikan orang tua dalam keluarga. Oleh karena itu keberhasilan pembinaan akhlak para siswa di sekolah sangat erat hubungannya dengan pembinaan yang dilakukan oleh para orang tua dalam keluarga. Banyak orang tua yang hanya menggantungkan pendidikan anaknya 21
Moh. Tolchah Mansoer, "Kata Pengantar" dalam Buku Ali As'ad, Ibid., hlm. i
100
kepada para guru di sekolah. Padahal, pendidikan akhlak di sekolah akan mengalami banyak hambatan bila orang tuanya sendiri tidak ikut membina secara optimal terhadap perkembangan akhlak anak-anaknya. Bahkan ironisnya, saat ini orang tua terlalu memanjakan anak, semua kemauan anak dituruti, padahal sebenarnya kurang baik untuk pembentukan akhlak mulianya. Misalnya ketika anak main game atau nonton hiburan pada malam hari yang ada di sekitar rumah. Jelas contoh di atas dapat menjadi faktorfaktor yang menghambat perkembangan akhlak mulia anak. Semakin hari orang tua juga banyak yang kurang peduli dengan pendidikan anak-anaknya. Banyak dari mereka yang hanya pasrah pada sekolah, padahal tentunya pendidikan di sekolah akan kurang maksimal bila tanpa dukungan dari orang tua. Sebab waktu anak di rumah tentu lebih banyak daripada di sekolah, sehingga diperlukan peran yang besar dari orang tua. Berdasarkan tanya jawab dan pengamatan peneliti teerhadap beberapa siswa yang dianggap sering melakukan perilaku menyimpang oleh pihak guru, ternyata hampir sebagian siswa tersebut berasal dari keluarga yang tidak harmonis, kondisi keluarganya ada masalah karena broken home atau perantauan
serta kurang peduli dengan anak. Hal inilah yang menjadi
kendala dari upaya pembinaan akhlak yang dilakukan oleh para guru di sekolah. Seringkali anak di sekolah diajarkan dengan berbagai pengetahuan, tata nilai, akhlak maupun perilaku-perilaku positif, tetapi di rumahnya para orang tua kurang mengimbangi dengan perhatian dan pembinaan maka anak akan sulit tidak dibina dan dididik secara maksimal.
101
Karena alasan kesibukan pekerjaan atau alasan lainnya, memang banyak saat ini orang tua yang hanya menggantungkan pendidikan anaknya kepada para guru di sekolah. Padahal, pendidikan akhlak di sekolah akan menjadi kurang berarti bila orang tuanya sendiri atau keluarganya tidak ikut membina secara optimal terhadap perkembangan akhlak anak-anaknya. Bahkan ironisnya, ada juga orang tua yang tidak terima anaknya diberikan hukuman, walaupun anak tersebut berbuat salah. Dengan masih banyaknya orang tua siswa yang belum bersungguhsungguh dalam memperhatikan akhlak anaknya menjadi kendala atau faktor penghambat dari upaya para guru dalam membina akahlak siswa di sekolah. Orang tua harus berperan serta mendidik dan membina akhlak anak-anaknya secara optimal dan meemberikan contoh yang baik di dalam keluarga. Apalagi waktu pendidikan di sekolah setiap harinya kurang lebih hanya sampai siang hari, sedangkan yang lainnya banyak dihabiskan di rumah. Seorang anak jika tidak dididik dan dibina dengan pendidikan akhlak yang baik, bisa menjadi musuh dan fitnah bagi orang tuanya. Maksud dari anak menjadi musuh orang tua yaitu seorang anak yang sejak kecil dirawat oleh orang tuanya, ternyata setelah besar ia menjadi musuh bagi orang tuanya. Misalnya saja saat ini banyak sekali anak yang memperkarakan orang tuanya karena perebutan harta bahkan yang lebih tragis lagi seorang anak sampai tega membunuh orang tuanya. Ayat yang menerangkan bahwa anak dan istri itu dapat sebagai musuh terdapat dalam surat At-Taghabun ayat 14:
102
)٤١ :(التغابون ―Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya diantara istri-istri dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang‖ (QS.At-Taghabun: 14).22 Sedangkan, maksud dari anak sebagai fitnah bagi orang tuanya yaitu seorang anak melakukan perbuatan-perbuatan yang tercela dan memalukan, baik itu ditinjau secara hukum maupun agama. Hal ini, sesuai dengan firman Allah yang terdapat dalam surat al-Anfal ayat 28 yang berbunyi:
)٨٢ :(االنفال ―Dan ketahuilah, hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan/fitnah dan sesungguhnya disisi Allah-lah pahala yang besar‖ (Q.S. Al-Anfaal: 28).23 Dari kedua ayat di atas dapatlah dimengerti bahwa menurut ajaran Islam pembinaan akhlak sangatlah penting, oleh karena itu harus dibiasakan sejak kecil. Dalam hal ini orang tualah yang dapat memberikan pendidikan sejak kecil tersebut. Sekolah dan pendidikan yang lain hanya melanjutkan pendidikan dari apa yang telah diberikan orang tua. Orang tua yang lalai akan pendidikan anaknya atau memberikan pendidikan yang tidak benar, maka Allah akan memberikan adzab yang lebih besar kepadanya. 22 23
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Jakarta: Depag RI, 1982), hlm. 942. Ibid., hlm. 264.
103
b. Pergaulan Siswa di Luar Sekolah Kegiatan pendidikan di sekolah hanya terbatas pada pagi hari saja, sedangkan keberadaan siswa lebih banyak di luar sekolah. Pergaulan siswa di luar sekolah akan banyak mempengaruhi perilaku dan sikap anak. Misalnya teman bermainnya di waktu sore hari dan malam hari, temanteman nongkrong dan lain sebagainya. Lingkungan mempunyai peranan yang sangat besar dalam proses pendidikan, termasuk pembinaan akhlak siswa. Para siswa di MTs adalah remaja yang sangat suka meniru atau mudah terbawa oleh arus pergaulan di dalam lingkungannya. Kebanyakan anak sekarang memiliki kecenderungan untuk mengikuti trend atau mode yang baru popular di masyarakat, seperti dandanan, perilaku, gaya bicara dan lain sebagainya. Jika salah pergaulan, anak cenderung berperilaku liar ―nakal‖ dan sulit diatur oleh orang tua ataupun guru di sekolahnya. Kalau anak sudah seperti itu, akibatnya dia sudah tidak mempedulikan pelajaran atau pendidikannya, tapi lebih mementingkan pergaulan dengan teman-temannya. Kalaupun mereka datang ke sekolah seringkali hanya main-main, tidak bersungguh-sungguh dalam mengikuti pelajaran. Di samping itu juga malas untuk belajar, bahkan sudah tidak ada minat untuk menguasai pelajaran. Terutama perilaku seperti itu kelihatan sekali bila anak sudah akan memasuki usia remaja. Oleh karena itu, jika lingkungannya kurang baik, maka hal itu dapat menghambat pelaksanaan pembinaan akhlak yang dilakukan oleh guru di sekolah.
104
c. Maraknya dunia hiburan dan pornografi yang sangat mudah di akses di internet dan Hand Phone Kemajuan teknologi dan informasi di samping berdampak pada hal-hal positif, juga mempunyai dampak negatif yang cukup besar. Misalnya; filmfilm dewasa, sinetron yang tidak mendidik, gambar-gambar porno, budaya mabuk-mabukan, hedonisme, narkotika dan sebagainya yang ada di masyarakat sangat menghambat dan menggangu kepribadian siswa. Hal ini juga terjadi pada siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan, masalah-masalah di atas sangat terasa berpengaruh pada akhlak siswa. Oleh karena itu untuk meminimalisir efek negatif dari tayangan-tayangan hiburan dan alat komunikasi, orang tua perlu menyelamatkan anaknya dari media yang menyesatkan yaitu dengan cara mengawasi dan mengarahkan penggunaan media pada anak-anaknya. Misalnya tayangan-tayangan televisi yang boleh ditonton, membatasi penggunaan handp phone yang berinternet, melarang anak keluar rumah di malam hari dan sebagainya. Dengan maraknya tayangan-tayangan yang bernilai negatif di berbagai media elektronik seperti internet, tevisi, HP dan lain sebagainya menjadi salah satu faktor penghambat dari upaya guru dalam membina akahlak mulia para siswa di MTs Mathaliul Falah Tulakan. d. Terbatasnya pengawasan guru Para guru tidak bisa selalu memantau atau mengawasi perilaku siswa di luar sekolah. Selain itu para guru tidak mengetahui baik buruk lingkungan tempat tinggal siswa terutama sekali orang tua/keluarga yang sangat memegang peranan penting dalam pembinaan akhlak siswa dalam keluarga.
105
Karean terbatasnya pengawasan guru terhadap perilaku siswa ini menyebabkan banyak perilaku, sikap dan kebiasaan siswa yang tidak diketahui oleh guru. Sehingga hal ini menghambat dari upaya para guru dalam membina akahlak siswa. Oleh karena itu mungkin keterbatasan pengawasan guru ini akan dapat diminimalisir bila ada pondok pesantren yang terintegrasi dengan madrasah, di mana sebagian besar siswa berdomisil pesantren tersebut, maka pembinaan akhlak siswa akan dapat lebih intensif dan menjadi lebih baik.
106
107
D. Alternatif Strategi Pengembangan Usaha-usaha Guru MTs Mathaliul Falah Tulakan Donorojo Jepara dalam Membina Akhlak Mulia Siswa pada Tahun Pelajaran 2015/2016 Setelah memaparkan berbagai kendala dari usaha guru dalam membina akhlak mulia para siswa, maka penulis akan mencoba memberikan saran dan masukan sebagai alternatif peningkatan usaha tersebut: 1.
Menjalin kerjasama dengan orang tua siswa Program ini dilakukan dengan jalan menjalin kerjasama yang erat antara sekolah dengan orang tua siswa, misalnya orang tua diberikan tanggungjawab tentang kedisiplinan absen siswa agar memonitor langsung keberangkatan siswa ke sekolah. Selain itu jika siswa melakukan kesalahan di sekolah maupun di luar sekolah yang diketahui oleh pihak sekolah, maka orang tua dapat langsung diundang di sekolah dan diberikan informasi tentang keadaan anaknya. Bahkan orang tua boleh meminta informasi dari sekolah—walau tidak bermasalah—tentang keadaan anaknya.
2.
Mengadakan kegiatan ekstra kurikuler yang berhubungan dengan keagamaan, seperti latihan qiroah dan khitobah. Dengan kegiatan seperti latihan qiroah atau latihan khitobah anak akan bertambah pengetahuan dan pengalaman tentang ajaran-ajaran agama sehingga memupuk kepribadian yang mulia.
3.
Melaksanakan silaturrahmi ke orang tua yang dilakukan oleh perwakilan guru
108
atau wali kelas bagi siswa yang bermasalah. Dengan cara ini para wali murid merasa ada ikatan dengan guru. Sehingga diharapkan perhatian orang tua kepada anak semakin meningkat. Dan pada akhirnya perilaku-perilaku anak yang kurang baik akan segera berubah menjadi baik. 4.
Mengoptimalkan pemantauan perilaku anak di luar sekolah Program ini dilaksanakan oleh semua dewan guru MTs Mathaliul Falah Tulakan. Apabila dijumpai dan diketahui ada siswa yang melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar norma agama dan sosial, baik di dalam maupun di luar sekolah, seperti mabuk-mabukan, berjudi, mencuri atau yang lainnya, maka ke pihak sekolah akan langsung memberikan sanksi dan pembinaan kepada siswa, bahkan apabila pelanggarannya dianggap cukup fatal, siswa tersebut bisa dikeluarkan dari sekolah. Masalah ini di MTs Mathaliul Falah Tulakan sangat diperhatikan. Tujuannya agar para siswa baik di dalam maupun di luar sekolah pun selalu menjaga perilakunya dan berakhlak mulia.
106
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah penulis paparkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan pokok yang menjadi jawaban dari rumusan masalah penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Upaya guru dalam membina akhlak mulia siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan Donorojo Jepara tahun pelajaran 2015/2016 adalah: (a) Mengajarkan sopan santun (tata krama) kepada siswa (b) Mengajarkan pelajaran tentang akhlaq dan ilmu-ilmu yang berkaitan (c) Memberikan nasehat dan sindiran (d) Melakukan pengawasan terhadap perilaku siswa (e) Membiasakan Siswa Melakukan Shalat Dhuha bersama-sama dan Shalat Dhuhur berjamaah (f) Membiasakan siswa mengucapkan salam dan bersalaman kepada guru di saat akan masuk dan akan pulang (g) Membiasakan siswa bersikap disiplin melalui teguran dan hukuman kepada siswa yang berbuat kurang terpuji atau melanggar aturan sekolah (h) Memberikan bumbingan dan penyuluhan kepada siswa yang bermasalah (i) Melaksanakan kegiatan keagamaan pada hari-hari besar Islam 2. Hasil upaya guru dalam membina akhlak mulia siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara tahun pelajaran 2015/2016 yang tampak di antaranya adalah: (a) setiap hari para siswa teratur melakukan sholat dhuha bersama dan sholat dhuhur berjamaah (b) Para siswa terbiasa bersalaman kepada guru ketika akan mulai masuk kelas dan ketika akan pulang (c) para siswa terbiasa mengucapkan salam ketika bertemu guru, ruang guru,
107
ruang kelas dan kantor (d) para siswa terbiasa menggunakan bahasa yang sopan (Jawa: kromo Inggil) ketika berbicara dengan guru (e) para siswa sangat hormat kepada para guru 3. Faktor yang menjadi penghambat dan pendukung upaya guru dalam membina akhlak mulia siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan Kecamatan Donorojo Kabupaten
Jepara
tahun
pelajaran
2015/2016
adalah
untuk
faktor
penghambatnya yaitu: (a) masih banyak orang tua yang belum bersungguhsungguh dalam memperhatikan akhlak anaknya (b) lingkungan pergaulan siswa di luar sekolah (c) maraknya dunia hiburan dan pornografi yang sangat mudah di akses di internet dan hand phone (d) terbatasnya pengawasan guru (e) belum adanya pesantren yang terintegrasi dengan sekolah. Sedangkan untuk faktor pendukungnya yaitu: (a) adanya kerjasama yang baik dari para guru (b) adanya tata tertib sekolah (c) adanya pelajaran-pelajaran tentang akhlak, baik yang menjadi kurikulum nasional maupun lokal (kitab salaf) B. Saran-saran Setelah mengetahui hasil penelitian dan melakukan analisis, di mana masih ditemukan perilaku para siswa yang belum sesuai dengan harapan program dari MTs Mathaliul Falah Tulakan, maka ada beberapa hal yang perlu penulis sarankan sebagai berikut: 1. Kepada para guru hendaknya tidak patah semangat untuk selalu melakukan pembinaan akhlak kepada para siswa, yaitu melalui keteladanan dan nasehat serta teguran, bahkan kalau diperlukan dnegan cara memberikan efek jera (hukuman) tentunya yang bersifat mendidik dan non fisik. Kegiatan-kegiatan
108
madrasah yang berhubungan dengan pembinaan akhlak perlu ditingkatkan lagi, misalnya tiap pagi sebelum pelajaran dimulai siswa dapat diajak membaca alQur’an bersama-sama atau mendengarkan ceramah-ceramah agama dari para dai yang diputarkan dari speaker sekolah, tujuannya agar siswa banyak mendapatkan pencerahan dan siraman rohani yang dapat menyejukkan hati mereka. Jika perlu ketika sholat berjamaah dhuhur perlu diisi ceramah singkat dari guru ataupun siswa secara bergiliran yang bertujuan untuk melatih siswa berpidato juga bermanfaat bagi siswa lainnya yang mendengarkan. 2. Kepada para siswa hendaknya selalu melaksanakan akhlak mulia (akhlaq alkarimah) kepada guru, sesama teman maupun kepada sesama manusia lainnya. Ketika bicara dan menghadap guru hendaknya lebih sopan dan menggunakan bahasa yang halus, menghormati guru (baik ketika di sekolah maupun di luar sekolah). Dengan sesama teman jangan sering bertengkar ataupun saling ejek. Perilaku-perilaku seperti bercanda yang terlalu atau mengolok-olok teman juga tidak baik. Di samping itu ketika melaksanakan sholat berjamaah di sekolah hendaklah lebih dijaga kesopanan dan kekhusyukan dalam sholat. Jangan sampai ketika sholat berjamaah ada yang saling bercanda, tertawa ataupun melakukan kegiatn di luar tata cara sholat, karena semua itu dapat membatalkan sholat, sehingga sholat yang dilaksanakan tidak akan dapat mendekatkan diri kita kepada Allah, bahkan menjadi sia-sia belaka. 3. Kepada para orang tua siswa di MTs Matahliul Falah Tulakan, karena akhlak siswa masih perlu pembinaan dan bimbingan dari orang tua dan guru, maka hendaklah kepada para orang tua supaya lebih memperhatikan akhlak anak-
109
anaknya, sebab para siswa lebih banyak berada di rumah. Oleh karena itu orang tua harus memberikan pendidikan, pembiasaan, keteladanan yang baik dalam bersikap dan bertutur kata yang sopan serta mengawasi pergaulan anak di luar rumah, jangan sampai anak terjerumus pada pergaulan yang buruk yang mengakibatkan kerusakan moralnya. Jika orang tua dan sekolah sama-sama melakukan pembinaan akhlak siswa secara intensif pasti akan banyak mempengaruhi tumbuhnya akhlak mulia pada diri anak.. C. Kata Penutup Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas dalam penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah SAW yang telah memberikan pelajaran kepada kita semua bagaimana menjadi orang yang baik dan diridloi Allah SWT, semoga kita semua selalu mengikuti jejaknya. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, banyak kekurangannya baik dalam teknik penulisan maupun kedangkalan materinya. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif agar skripsi ini lebih baik dan sempurna. Akhirnya, dengan berbagai kekurangan dan keterbatasan yang ada, penulis tetap berharap semoga skripsi yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi diri penulis pribadi, bagi tempat penelitian serta bagi siapa saja yang sudi membacanya. Amien.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mudzakkir. Ilmu Pendidikan Islam, Semarang: PKPI2 Universitas Wahid Hasyim, 2009. Ali, Zainuddin. Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2007. Aly, Hery Noer, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: logos, 1999. An-Nawawi, Abi Zakaria Yahya bin Syarif, Riyadhus Shalihin, ttp.: Nur Asia, tt. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2004. As'ad, Aly. Terjemah Ta'lim Al-Muta'allim, Bimbingan bagi Penuntut Ilmu, Kudus: Menara Kudus, 1978. Barnadib, Sutari Imam. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, Yogyakarta: Andi Offset, 1993. Crapps, Robert W., Dialog Psikologi dan Agama, Yogyakarta, Kanisius,1993. Daradjat, Zakiah, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1984. Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Jakarta: Departemen Agama RI, 1982. Dirjen Binbaga Agama Islam Depag RI, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Depag RI, 2002. Jalal, Abdul Fattah, Azas-azas Pendidikan Islam, terj. Hery Noer Aly dari Min alUshul al-Tarbawiyyah fi al-Islam, Bandung: Diponegoro, 1988. Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008. Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, Jakarta: Logos, 1999. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007. Mu’in, Fatchul, Pendidikan Karakter, Konstruksi Teoritik dan Praktik, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011. Muhaimin, et.al., Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001. Muslim, Imam, Shahih Muslim, Beirut: Dar al-Fikr, T.t. Nashori, Fuad. Profil Orang Tua Anak-anak Berprestasi, Yogyakarta: Insania Cita,
Nata, Abudin. Akhlak Tasawuf, Jakarta: Rajawali Pers, 1996. Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007. Purwanto, M. Ngalim Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1998. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Kuantitatif, Kualitatif, R & D, Bandung: Alfabeta, 2006. Surakhmad, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung: Tarsito, 2004. Syam, Yunus Hanis, Cara mendidik Generasi Islam, Sistem dan Pola Asuh yang Qur'ani. Yogyakarta: Media Genius Lokal, 2004. Syarbini, Amirulloh. Pendidikan Karakter, Jakarta: Asaprima, 2012. Thoha, Chabib. Metodologi Pengajaran Agama, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo & Pustaka Pelajar, 2004. Undang-undang No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Cipta Jaya, 2003 Utoyo, Anwar. Bimbingan dan Konseling Islami, Teori dan Praktik (Semarang: Widya Karya, 2009. Wahid, Marzuki dkk. (peny.), Pesantren Masa Depan, Bandung: Pustaka Hidayah, 1999 Yunus, Mahmud. Metodik Khusus Pendidikan Agama, Jakarta: Al-Hikmah, 1975 Zeeno, Muhammad Jameel, Resep Menjadi Pendidik Sukses berdasarkan Petunjuk Al-Qur’an dan Teladan Nabi Muhammad, terj. Syarif hade Masyah Bandung: Mizan Media Utama, 2005. Zuriah, Nurul, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan, Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
DAFTAR RESPONDEN PENELITIAN
No
Nama
Jabatan
Tanggal Wawancara
1.
Abdul Hamid, S.Pd.I
Kepala Madrasah
19 Agustus 2015
2.
Syahrir Efendi, S.Pd.I
Wakaur. Kesiswaan
22 Agustus 2015
3.
Muhclisin, S.Pd.I
Wakaur. Kurikulum
24 Agustus 2015
4.
Sukahar, S.Pd.I
Guru Aqidah Akhlak
25 Agustus 2015
5.
Edi Riyanta, S.Pd.I
Guru BP
25 Agustus 2015
6.
Fitrotin Nimah, S.Pd.
Guru
29 Agustus 2015
7.
Muhammad Syahrul Aldi
Siswa kelas IX
29 Agustus 2015
8.
Silfi Nur Mayzura
Siswa kelas IX
29 Agustus 2015
LEMBAR OBSERVASI UPAYA PARA GURU DALAM MEMBINA AKHLAK SISWA Hari, Tanggal : ________________________ Waktu
: ________________________
No 1.
Uraian Kegiatan Keadaan akhlak siswa di Mathaliul Falah Tulakan
2.
Bentuk upaya para guru dalam membina akhlak mulia siswa MTs Mathaliul Falah Tulakan
3.
Hasil dari upaya para guru dalam membina akhlak mulia siswa di MTs Mathaliul Falah Tulakan Kegiatan yang berhubungan dengan pembinaan akhlak mulia siswa di MTs Mathaliul Falah Tulakan
4.
Hasil Pengamatan MTs
5.
Faktor pendukung upaya para guru dalam membina akhlak mulia siswa di MTs Mathaliul Falah Tulakan
6.
Faktor penghambat upaya para guru dalam membina akhlak mulia siswa di MTs Mathaliul Falah Tulakan
TRANSKRIP WAWANCARA Nama Responden
: Muhclisin, S.Pd.I
Jabatan
: Waka. Kurikulum
Tanggal wawancara : 12 Agustus 2015 Pertanyaan Jawaban 1. Bagaimanakah keadaan akhlak Menurut pendapat saya sudah baik, tidak ada masalah yang serius. Para siswa bisa dibina siswa di MTs Mathaliul Falah dengan baik. Walaupun masih ada yang nakal itu masih wajar sebagai anak-anak dan tingkat Tulakan? kenakalannya masih lumrah sebagai anak-anak remaja yang lagi puber, pacaran atau cari-cari perhatian.. 2. Apa usaha-usaha anda dalam Di antara usaha saya yaitu mengajarkan sopan santun kepada guru, kepada orang tua, kepada membina akhlak mulia siswa di teman. Selain itu kita juga mengawasi perilaku anak sehari-hari, kalau ada hal yang MTs Mathaliul Falah Tulakan? menyimpang segera kita beri nasihat, bahkan juga hukuman agar anak jera melakukan kesalahan. 3. Bentuk usaha anda yang Konkritnya mengajarkan sopan santun dan mengawasi perilaku siswa di sekolah, kongkrit misalnya seperti apa? penampilannya misalnya kita lihat, cara berdandan, rambutnya jika panjang aau bersemir kita tegur, pakaiannya jika tidak sopan dan lainnya. 4. Bagaimanakah hasil dari usaha Menurut saya pribadi, hasilnya ya baik. Anak timbul perubahan dari akhlaknya yang dulu tidak yang anda lakukan dalam baik berubah sedikit-demi sedikit manjadi anak membina akhlak mulia siswa di yang baik. Siswa juga semakin disiplin bila merasa diawasi oleh guru dan tkut berbuat MTs Mathaliul Falah Tulakan? kesalahan, baik ketika di skeolah atau di luar sekolah. 5. Apa saja faktor penghambat Pertama saya kira faktor keluarga peserta didik, karena banyak anak yang kurang mendapatkan yang anda rasakan dalam perhatian dari orang tuanya, seperti dibiarkan membina akhlak mulia siswa di begitu saja untuk pendidikannya. Jadi guru yang repot. Kemudian juga tentu pergaulan siswa di MTs Mathaliul Falah Tulakan? luar sekolah, ini banyak menjadi kendala, apalagi saat ini karena kemajuan teknologi, seperti HP atau internet itu negatifnya banyak yang disalahgunakan anak-anak. Kalau gurunya di sekolah sudah berusaha memperbaiki akhlak siswa, tetapi di luar sekolah orang tuanya kurang mengawasi dan anak salah pergaulan dnegan temannya pasti akibatnya tidak baik.
6. Apa saja strategi yang telah Strategi saya berusaha menyadarkan anak, menasehati agar begini begitu supaya berakhlak anda lakukan selama ini untuk mulia kepada semua orang, jangan bergaul mengatasi berbagai dengan anak-anak yang nakal di luar sekolah, tidak boleh melakukan perbautan yang dilarang penghambat/kendala tersebut? agama. Saya kira itu strategi yang saya lakukan ditambah misalnya kita jalin komunikasi juga kepada orang tuanya. Pas ketika bertemu misalnya kita tanyakan kondisi anak, kita berikan informasi dan sebagainya 7. Apa saja faktor pendukung yang Faktor pendukungnya di antaranya kerjasama para guru, masih banyak pelajaran agama yang anda rasakan dalam membina diberikan di sekolah dan sarana pendidikan yang akhlak mulia siswa di MTs cukup. Mathaliul Falah Tulakan?
TRANSKRIP WAWANCARA Nama Responden
: Sukahar, S.Pd.I
Jabatan
: Guru Aqidah Akhlak
Tanggal wawancara : 13 Agustus 2015 Pertanyaan 1. Bagaimanakah keadaan
akhlak
siswa di MTs Mathaliul Falah Tulakan?
2. Apa upaya anda dalam membina akhlak
mulia
siswa
di
MTs
Mathaliul Falah Tulakan?
3. Bentuk upaya anda yang kongkrit misalnya seperti apa? 4. Bagaimanakah hasil dari upaya yang anda lakukan dalam membina akhlak
mulia
siswa
di
MTs
Mathaliul Falah Tulakan?
5. Apa saja faktor penghambat yang
Jawaban Secara umum dapat dikatakan baik. Walaupun juga tentu tidak sempurna, pasti ada kekurangannya. Tapi kekurangan itu masih wajar untuk kekurangannya belum sampai yang membahayakan. Masih sangat wajar pada diri remaja seumuran MTs. Yang saya upayakan di antaranya karena saya yang mengajar mapel Aqidah Akhlak, yaitu tentu mengajarkan materi tentang akhlak sebagaimana di kurikulum. Sel;ain itu juga kontinyu saya berikan nasehat-nasehat yang baik, agar mereka dapat memiliki agar yang mulia, baik dengan gurunya, orang tuanya, kepada orang dewasa atau dengan temanteman dan pergaulannya. Kalau ada anak yang bandel, biasanya saya perhatikan secara khusus, saya lakukan penyelidikan, saya panggil secara pribadi, saya nasehati supaya dapat memperbaiki diri. Dan yang terakhir juga melalui penilaian. Kalau anaknya pintar tapi akhlaknya kurang baik, mestinya juga nilainya tidak saya beri baik, misalnya cukupan. Ini tujuannya biar anak menjaga perilakunya. Bentuk konkritnya ya mengajarkan ilmu-ilmu akhlak, karena saya guru akhlak. Kemudian juga memberikan penilaian akhlak siswa untuk dijadikan perhatian siswa. Hasilnya sudah terasa menyenangkan bagi kami para guru. Selam aini anak sudah dapat terbiasa bersikap sopan dan lebih dewasa. Dibandingkan ketika barua masuk kelas 7 saya kira sudah ada kemajuan dalam hal pemahaman dan sopan santun kepada orang lain yang menjadi bagian dari akhlak mulia. Sedikit demi sedikit juga mulai kesadaran menjalankan shalat 5 waktu sudah banyak yang meningkat. Penghambatnya banyak sekali, apalagi saat ini era globalisasi, di mana informasi dan
upaya komunikasi sangat mudah didapat. Maraknya HP dan internet di sisi lain juga menjadi membina akhlak mulia para siswa kendala, pergaulan yang kurang baik, karena lingkungan masyarakat yang semakin hari di MTs Mathaliul Falah Tulakan? semakin jauh dari nilai-nilai agama. Kemudian kurang perhatian orang tuanya, karena ditinggal bekerja atau memang dibiarkan begitu saja. Jelas semua itu menjadi kendala upaya kami para guru untuk membina akhlak siswa. 6. Apa saja strategi yang telah anda sebelum pelajaran dimulai saya selalu memberikan nasehat-nasehat atau cerita-cerita lakukan selama ini untuk yang dapat memberikan pengetahuan anak mengatasi berbagai kendala tentang pentingnya akhlak mulia. Misalnya bahaya narkoba, pergaulan bebas, tersebut? perkelahian, korupsi dan lain-lain. 7. Apa saja faktor pendukung yang Dukungan dan kerjasama para guru lain terasa sangat penting. Selain itu juga tata tertib anda rasakan dalam upaya sekolah yang dapat berjalan dengan baik, membina akhlak mulia para siswa adanya hukuman dan pembinaan kepada siswa, sehingga para siswa terbiasa di MTs Mathaliul Falah Tulakan? berkepribadian sesuai dnegan aturan sekolah. Sedangkan kalau di luar sekolah terus terang saya kurang paham. anda
rasakan
dalam
OUT LINE WAWANCARA DENGAN PARA GURU Nama Responden
: Edi Riyanta, S.Pd.I
Jabatan
: Bimbingan dan penyuluhan
Tanggal wawancara : 12 Agustus 2015 Pertanyaan
Jawaban
1. Bagaimanakah keadaan akhlak Kalau dinilai secara umum ya saya kira baik. siswa di MTs Mathaliul Falah Khususnya jika berada di sekolah. Karena di sekolah para siswa sudah terlihat baik. Kalau di luar sekolah Tulakan? saya kurang begitu paham, karena di luar pengamatan saya. 2. Apa usaha-usaha anda dalam usaha saya di antaranya dengan mengajarkan sopan membina akhlak mulia siswa di santun kepada para siswa pada saat di sela-sela mengajar. Bagaimana seharusnya bersopan santun MTs Mathaliul Falah Tulakan? kepada orang tua di rumah maupun kepada orang yang sudah tua, termasuk juga kepada guru. 3. Bentuk
usaha
anda
yang Secara kongkrit karena saya BP/BK melakukan bimbingan dan penyuluhan, baik secara umum dalam kongkrit misalnya seperti apa? kelas atau pertemuan-pertemuan umum, ataupun secara khusus melakukan pembinaan kepada siswasiswa yang perlu dibina karena berbuat sesuatu yang tidak terpuji atau melanggar tata tertib sekolah.
4. Bagaimanakah hasil dari usaha Saya rasa cukup berhasil. Walaupun memang masih yang anda lakukan dalam perlu banyak peningkatan dan perbaikan. Para siswa kebanyakan memiliki rasa hormat yang besar kepada membina akhlak mulia siswa di guru, mempunyai rasa malu jika berbuat salah dan MTs Mathaliul Falah Tulakan? lain sebagainya. 5. Apa saja faktor penghambat Kendala yang paling terasa mungkin karena faktor yang anda rasakan dalam upaya pergaulan siswa. Karena nasehat, himbauan serta program sekolah tidak dilakukan oleh siswa garamembina akhlak mulia para gara mereka salah pergaulan. Terutama pada siswa siswa MTs Mathaliul Falah laki-laki, misalnya masalah kesopanan dalam hal penampilan potong rambut, celana dan lainnya. Tulakan? Apalgi sekarang zamannya internet, yang bisa diakses lewat HP. Padahal di sekoalh siswa sudah diularang bawa HP. Tapi ternyata di rumah mereka masih leluasa diberikan HP yang bisa internet. Kebanyakan bukan untuk belajar tapi untuk hal-hal yang negatif. Selain itu juga karena kami para guru
tidak bisa terus menerus mengawasi siswa. Pengawasan hanya ketika di sekolah, sedangkan di luar sudah banyak yang tidak kita ketahui 6. Apa saja strategi yang telah anda Strategi yang saya lakukan selama ini selalu lakukan selama ini untuk mendekati siswa-siswa yang menurut pandangan saya perlu dibina akhlaknya saya dekati supaya mengatasi berbagai kendala mereka merasa saya perhatikan. Jadi ketika saya tersebut? ingin menegur atau memberi nasehat, saya lebih enak menyampaikannya. Selain itu juga mereka akan merasa malu sendiri jika akan berbuat salah atau kurang terpuji bila ketahuan saya. 7. Apa saja faktor pendukung yang Pendukungnya adanya pelajaran-pelajaran tentang anda rasakan dalam upaya pembinaan akhlak mulia masih diajarkan, baik itu yang kurikulum nasional seperti aqidah akhlak membina akhlak mulia para ataupun yang muatan lokal dari kitab-kitab salaf. siswa di MTs Mathaliul Falah Tulakan?
TRANSKRIP WAWANCARA Nama Responden
: Abdul Hamid, S.Pd.I
Jabatan
: Kepala Sekolah
Tanggal wawancara : 19 Agustus 2015 Pertanyaan Jawaban 1. Bagaimanakah keadaan akhlak Secara umum akhlak siswa sudah baik. siswa di MTs Mathaliul Falah Walaupun memang masih banyak yang perlu Tulakan? dilakukan peningkatan dan pembinaan kepada siswa, karena tidak dipungkiri masih ada beberapa anak yang kadang melakukan kesalahan-kesalahan melanggar aturan sekolah dan perbuatan-perbuatan yang dianggap kurang terpuji 2. Apa saja upaya yang telah Setiap bertemu guru siswa-siswi diwajibkan dilakukan oleh para guru dalam bersalaman terutama ketika masuk kelas dan membina akhlak mulia siswa akan pulang. Berbicara dnegan guru harus sopan MTs Mathaliul Falah Tulakan? (boso kromo dalam bahasa Jawa). Pembinaan Bentuknya seperti apa saja? alangsung di dalam kelas pada setiap pelajaran terutama aqidah akhlak. 3. Apakah ada suatu kegiatan atau Ada program sholat dhuha dan sholat jamaah program khusus yang diharapkan dapat membentuk karakter siswa dicanangkan oleh sekolah dalam dalam beribadah, kemudian juga dengan membina akhlak mulia siswa di mengadakan peringatan kegiatan keagamaan MTs Mathaliul Falah Tulakan? yang didalamnya ada pembinaan akhlak siswa. 4. Bagaimanakah hasil dari upaya Siswa terbiasa bersalaman setiap bertemu guru guru dalam membina akhlak Siswa mentatati perintah guru dan tata tertib mulia siswa di MTs Mathaliul sekolah Falah Tulakan? Siswa berdisiplin mengikuti program sholat dhuha dan jamaah dhuhur. 5. Apa saja faktor penghambat Siswa MTs kami kebanyakan dari kalangan upaya para guru dalam membina masyarakat desa yang minim akhlaq mulianya. akhlak mulia siswa di MTs Tidak/belum ada ponpes madrasah yang dapat Mathaliul Falah Tulakan? membantu pembentukan karakter mulia setiap harinya. Minimnya keteladanan yang diberikan orang tua siswa di dalam keluarga. 6. Apa saja strategi yang telah Bekerjasama dnegan orang tua siswa untuk dilakukan selama ini untuk membina akhlak putra putrinya di rumah
mengatasi berbagai faktor penghambat tersebut? 7. Apa saja faktor pendukung upaya para guru dalam membina akhlak mulia siswa di MTs Mathaliul Falah Tulakan?
Mewajibkan untuk ikut mengaji di TPQ, Madin di desa masing-masing. Faktor pendukungnya adalah program sekolah yang memang menekankan pada pembentukan akhlaqul karimah para siswnya. Kemudian juga kerja keras para guru dalam melakukan pembinaan para siswa.
OUT LINE WAWANCARA DENGAN PARA GURU Nama Responden
: Syahrir Efendi, S.Pd.I
Jabatan
: Waka. Kesiswaan
Tanggal wawancara
: 22 Agustus 2015
Pertanyaan
Jawaban
1. Bagaimanakah keadaan akhlak Menurut saya wajar-wajar saja, baik. karena setahu siswa di MTs Mathaliul Falah saya sampai saat ini masih terkendali. Kalaupun ada penyimpangan perilaku, masih sebatas kenakalan Tulakan? remaja yang lumrah dan bisa dibina. 2. Apa usaha-usaha anda dalam Usaha-usaha yang telah saya lakukan selama ini yaitu membina akhlak mulia siswa di memberikan nasehat, sindiran secara langsung maupun tidak langsung melalui contoh-contoh kasus MTs Mathaliul Falah Tulakan? yang sedang terjadi di masyarakat, agar dapat dipikirkan siswa. Untuk kemudian dihindari bila itu kasus tercela dan ditiru bila itu perilaku baik. Ini biasanya saya lakukan pada awal-awal pelajaran. Selain itu juga dengan membiasakan anak bersikap disiplin, baik dalam berpakain, disiplin dalam waktu dan tugas. 3. Bentuk
usaha
anda
yang Usaha yang konkrit, nasehat dan teguran langsung kongkrit misalnya seperti apa? ketika ada siswa yang saya ketahui berbuat kurang baik. Kemudian juga hukuman yang sifatnya mendidik, ketika ada siswa yang melanggar aturan.
4. Bagaimanakah hasil dari usaha Hasilnya selama ini saya rasakan sudah banyak yang yang anda lakukan dalam berhasil merubah sikap siswa yang dulunya sulit diatur menjadi berubah, walupun perubahan itu membina akhlak mulia siswa di sedikit demi sedikit. MTs Mathaliul Falah Tulakan? 5. Apa saja faktor penghambat Penghambatnya atau kendalanya lebih pada faktor yang anda rasakan dalam lingkungan, baik itu pergaulan siswa, atau keluarga siswa yang kadang tidak sejalan dengan program dari membina akhlak mulia siswa di sekolah. Contoh misalnya di sekolah siswa dinasehati MTs Mathaliul Falah Tulakan? supaya mengaji al-Qur’an kalau malam hari, tetapi karena di rumah orang tuanya kurang perhatian, maka anak tidak mau mengaji. Malah biasanya dibiarkan begadang dengan teman-temannya menonton hiburan dandut atau lainnya sampai tengah malam. Akhirnya ketika sekolah mengantuk dan tidak konsentrasi.
Hal ini biasanya terjadi pada keluarga yang broken home, atau tidak harmonis. Sehingga di sekolah, anak tersebut cenderung sulit di atur. 6. Apa saja strategi yang telah Strategi saya selama ini, saya melakukan anda lakukan selama ini untuk penyelidikan terhadap permasalahan siswa yang akhlaknya perlu dibina, baik melalui teman dekatnya, mengatasi berbagai tetangga atau keluarganya. Setelah tahu latar penghambat/kendala tersebut? belakang keluarganya, saya akan pilih cara yang terbaik untuk mengatasi masalah siswa tersebut. Selian itu juga mellaui diskusi dengan teman-teman guru lainnya untuk menentukan langkah yang terbaik untuk melakukan pembinaan. 7. Apa saja faktor pendukung Pendukungnya adanya kerjasama para guru dan para yang anda rasakan dalam siswa untuk melaksanakan aturan-aturan sekolah yang bertujuan membentuk akhlaqul karimah. membina akhlak mulia siswa di Kemudian juga adanya pelajaran-pelajaran keMTs Mathaliul Falah Tulakan? Islaman serta muatan lokal yang banyak mengajarkan ilmu-ilmu akhlak.
TRANSKRIP WAWANCARA Nama Responden
: Fitrotin Nimah, S.Pd.
Jabatan
: Guru
Tanggal wawancara : 19 Agustus 2015 Pertanyaan Jawaban 1. Bagaimanakah keadaan akhlak Keadaan akhlak siswa di sini saya rasa baik walaupun belum baik banget. Sebatas wajar, siswa di MTs Mathaliul Falah ya dengan gurunya sopan, dengan temantemannya baik, bisa dibina. Tulakan? 2. Apa usaha-usaha anda dalam Usaha-usaha yang saya lakukan bentuknya mengajarkan sopan santun dan akhlak mulia membina akhlak mulia siswa di ketika belajar, bagaimana seharusnya bersikap sopan santun kepada orang tua, kepada guru MTs Mathaliul Falah Tulakan? dan kepada orang lain, kepada teman di sekolah. Kemudian juga melakukan bimbingan kepada siswa yang saya melihat melakukan akhlak yang kurang baik, kita panggil kemudian kita berikan nasehat secara halus. Kemudian juga tentu pastinya juga menjadi teladan di sekolah maupun di masyarakat. 3. Bentuk usaha anda yang Konkritnya ya menegur siswa yang melanggar aturan sekolah dan menasehatinya kongkrit misalnya seperti apa? secara halus. 4. Bagaimanakah hasil dari usaha Hasilnya walaupun belum maksimal tapi juga pastinya ada. Misalnya sebelumnya anak yang yang anda lakukan dalam sering bertengkar dengan temannya kemudian membina akhlak mulia siswa di kita bimbing, kita nasehati lalu kita suruh minta maaf akhirnya berbaikan kembali. MTs Mathaliul Falah Tulakan? Begitu juga adanya peningkatan sopan santun kepada guru dan orang lain, yang dulunya belum bisa boso sekarang sedikit demi sedikit sudah mulai boso dengan guru 5. Apa saja faktor penghambat Kendala yang paling kita rasakan adalah masih banyak wali murid yang kurang yang anda rasakan dalam perhatian kepada anak-anaknya. Di sekolah membina akhlak mulia siswa di para guru membina akhlaknya tapi karena di keluarganya anak hanya dibiarkan pasti akan MTs Mathaliul Falah Tulakan? menghambat pendidikan di sekolah. Selain itu juga yang menghambat karena pergaulan yang kurang baik di lingkungan sehingga mempengaruhi anak dan perilakunya akhirnya ikut-ikutan tidak baik. 6. Apa saja strategi yang telah Strategi yang saya lakukan adalah mendekati
anda lakukan selama ini untuk siswa, dnegan itu saya bisa tahu informasi dari mereka tentang berbagai masalah yang mengatasi berbagai dihadapinya. Kemudian ketika mengajar kita berikan penjelasan-penjelasan serta nasehatpenghambat/kendala tersebut? nasehat agar meningkatkan kesopanan, menjaga perbuatan yang dilarang dan bahayanya melakukannya. 7. Apa saja faktor pendukung yang Faktor pendukungnya adanya tata tertib sekolah yang konsisten dikan bersama antara anda rasakan dalam membina guru dan siswa, juga karena adanya akhlak mulia siswa di MTs kebersamaan para guru dalam mengawal peraturan tersebut Mathaliul Falah Tulakan?