POLA GAYA BAHASA DALAM TEKS PIDATO SISWA KELAS X SMA MAARIF LAWANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Dianti Setia Dharma1 Sumadi2 Titik Harsiati3 Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang E-mail:
[email protected] ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pola gaya bahasa dalam teks pidato siswa kelas X SMA Maarif Lawang. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dan jenis kualitatif. Data penelitian ini berupa teks pidato siswa kelas X SMA Maarif Lawang. Analisis data dilakukan dengan kegiatan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola gaya bahasa berdasarkan pilihan kata, nada, struktur kalimat, dan langsung tidaknya makna digunakan dalam teks pidato siswa. Kata kunci: gaya bahasa, teks pidato siswa ABSTRACT: This research aims to describe style language pattern in speech text tenth graders SMA Maarif Lawang. This research uses descriptive qualitative research design. Data of this research form speech text tenth graders SMA Maarif Lawang. Data analysis was performed with data reduction, data presentation, and take conclusion accordance with the formulation of the problem. The results showed that style language pattern by word selection, intonation, sentence structure, and meaning delivers uses in student speech text. Keywords: style language, student speech text
Manusia menggunakan bahasa untuk mengungkapkan pikiran kepada orang lain dalam konteks komunikasi. Setiap orang menggunakan bahasa dengan cara dan kekhasannya masing-masing. Bentuk khas pola bahasa oleh penggunanya disebut gaya bahasa. Gaya bahasa yang digunakan oleh seseorang bisa berupa pemilihan kata, penekanan rasa lewat nada, penataan pola kepentingan kata, dan pengungkapan makna. Bahasa dapat dinyatakan dalam bentuk lisan maupun tulisan, demikian pula dengan gaya bahasa. Kegiatan menulis adalah kegiatan menyatakan bahasa dalam bentuk tulisan. Kegiatan menulis dalam pembelajaran dilakukan untuk mengasah kemampuan siswa dalam menemukan ide, mencari informasi, memadukan gagasan dan informasi, serta menyampaikannya dalam tatanan bahasa yang sesuai dengan sasaran baca. Salah satu kompetensi dasar keterampilan menulis yang harus dikuasai oleh siswa SMA adalah menulis teks pidato. Gaya bahasa digunakan oleh setiap penulis, seperti halnya dalam menulis pidato. Gaya bahasa digunakan oleh pengarang atau
1
Dianti Setia Dharma adalah mahasiswa jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang. Artikel ini diangkat dari skripsi Program Sarjana Pendidikan. 2 Sumadi adalah dosen jurusan Sastra Indonesia Universitas NegeriMalang. 3 Titik Harsiati adalah dosen jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang.
1
2
pembicara secara sadar sebagai teknik dan alat untuk mencapai tujuan dan juga sebagai perwujudan dari keterampilan berbahasa secara khusus. Gaya adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (Keraf, 2004:113). Ahmadi (1990:169) menyatakan bahwa gaya bahasa merupakan ekspresi yang paling personal. Personal artinya adalah bersifat perseorangan. Dilihat dari sudut bahasa atau unsur-unsur bahasa yang digunakan, maka gaya bahasa dapat dibedakan berdasarkan titik tolak unsur bahasa yang digunakan, yaitu: (1) gaya bahasa berdasarkan pilihan kata, (2) gaya bahasa berdasarkan pilihan nada yang terkandung dalam wacana, (3) gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat, dan (4) gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna (Keraf, 2004:118—120). Pola gaya bahasa dalam pidato merupakan salah satu hal yang turut menentukan keberhasilan dari pidato. Pola gaya bahasa yang tepat dan sesuai akan mampu menarik perhatian dan memengaruhi pikiran pendengar. Keraf (2004:113—115) menjelaskan bahwa pola gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur yakni kejujuran, sopan santun, dan menarik. Peningkatan pola gaya bahasa akan turut memperkaya kosakata pemakainya (Tarigan, 1986:5). Ahmadi (1990:171) menyatakan gaya bahasa digunakan oleh pengarang atau pembicara secara sadar sebagai teknik dan alat untuk mencapai tujuan dan juga sebagai perwujudan dari keterampilan berbahasa secara khusus. Pidato adalah alat untuk menyampaikan isi hati, perasaan, ide, program, pesan dan sebagainya oleh seseorang kepada sejumlah orang (Siregar, 2006:87). Pidato merupakan salah satu bagian dari retorika. Retorika adalah seni kemampuan menyatakan pendapat, mengemukakan gagasan, menyampaikan informasi kepada orang lain secara efektif dengan menggunakan bahasa sebagai alatnya baik lisan maupun tulisan (Syafe’ie, 1998:1). Bormann dan Bormann (1989:23) menyatakan ada tiga unsur pokok dalam pidato yakni pembicara (speaker), pendengar (audiens), dan waktu atau kesempatan (occasion). Rakhmad (2011:89—134) menyebutkan tiga tujuan pidato, yaitu pidato informatif, pidato persuasif, dan pidato rekreatif. Siregar (2006:55) menyatakan bahwa sistematika pidato meliputi: (1) salam pembuka, (2) pendahuluan, (3) materi (isi) pidato, (4) kesimpulan, (5) himbauan (harapan), dan (6) penutup. Pada penelitian sebelumnya telah dibahas tentang gaya bahasa dalam pidato Presiden Soeharto oleh Agustin (2008) dengan judul Diksi dan Gaya Bahasa dalam Pidato Presiden Suharto. Berdasarkan penelitian tersebut, maka judul yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pola Gaya Bahasa dalam Teks Pidato Siswa Kelas X SMA Maarif Lawang Tahun Pelajaran 2012/2013. Pada penelitian sebelumnya subjek penelitian yang dikaji adalah teks pidato Presiden Soeharto. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini mengkaji teks pidato siswa sebagai subjek penelitian. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan (1) pola gaya bahasa berdasarkan pilihan kata, (2) pola gaya bahasa berdasarkan nada, (3) pola gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat, dan (4) pola gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna dalam teks pidato siswa kelas X SMA Maarif Lawang.
3
METODE Penelitian tentang pola gaya bahasa dalam teks pidato siswa kelas X SMA Maarif Lawang ini bertujuan untuk mendeskripsikan pola gaya bahasa dalam teks pidato siswa. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan deskriptif dan merupakan jenis penelitian kualitatif. Rancangan penelitian ini dipilih karena tujuan penelitian deskriptif ini adalah menggambarkan secara sistematik, akurat, dan faktual pola gaya bahasa dalam teks pidato siswa kelas X SMA Maarif Lawang. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-2 SMA Maarif Lawang tahun pelajaran 2012/2013. Siswa kelas X-2 ditunjuk sebagai sumber data karena memiliki tingkat kemampuan berbahasa bervariasi sehingga dianggap representatif terhadap penelitian ini. Instrumen penelitian ini yaitu instrumen kunci dan alat bantu penelitian. Instrumen kunci dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, sedangkan alat bantu yang digunakan peneliti adalah panduan kodifikasi data dan panduan analisis. Panduan kodifikasi data dan panduan analisis dalam penelitian ini digunakan untuk mempermudah memberikan kode data dan analisis data. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik observasi partisipan dan dokumentasi. Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dengan menjadi pengamat, partisipan, dan mengumpulkan dokumen hasil menulis teks pidato siswa kelas X-2 SMA Maarif Lawang tahun pelajaran 2012/2013. Hal tersebut dimaksudkan agar peneliti mengetahui secara faktual kondisi kelas saat pembelajaran menulis teks pidato. Wujud data dalam penelitian ini adalah data verbal berupa teks pidato siswa yang menggambarkan pola gaya bahasa. Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model alir yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1992:16—18). Analisis data kualitatif terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersama, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Pertama, reduksi data dilakukan dengan kegiatan mengidentifikasi pola gaya bahasa berdasarkan jenis yang terdapat pada rumusan masalah. Setelah pola gaya bahasa diidentifikasi, pola gaya bahasa diklasifikasikan berdasarkan hasil identifikasi data kemudian setiap pola gaya bahasa yang telah diklasifikasikan diberi kode menurut nama siswa, urutan teks, urutan kalimat dalam teks pidato, dan jenis gaya bahasa. Kedua, tahap penyajian, yakni menyajikan pola gaya bahasa yang telah dianalisis sejalan dengan rumusan masalah. Ketiga, penarikan simpulan yakni menarik kesimpulan sementara dari hasil analisis dan penyajian pola gaya bahasa, kemudian dilakukan pengecekan data temuan dengan teori yang mendasari analisis data, dan terakhir dilakukan penarikan simpulan akhir sesuai dengan rumusan masalah. Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan triangulasi. Triangulasi yang dipilih adalah triangulasi ahli/pakar, yakni pengecekan data dengan melakukan konsultasi kepada dosen pembimbing. Perbaikan, modifikasi, atau perubahan yang dilakukan berdasarkan opini pakar, memberikan keabsahan penelitian dan peningkatan derajat kepercayaan. Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan penelitian: (1) tahap persiapan, yakni peneliti menyusun rancangan penelitian, melakukan pendalaman studi kepustakaan, dan menentukan metode penelitian, (2) tahap pelaksanaan,
4
yakni peneliti mengumpulkan data dan sumber data, identifikasi dan klasifikasi data, analisis data, dan penyimpulan, dan (3) tahap penyelesaian, yakni peneliti menulis laporan penelitian, merevisi laporan penelitian, dan menggandakan laporan penelitian. HASIL Pada bagian ini dipaparkan data dan temuan penelitian meliputi (1) pola gaya bahasa berdasarkan pilihan kata, (2) pola gaya bahasa berdasarkan nada yang terkandung dalam wacana, (3) pola gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat, dan (4) pola gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna. Pola gaya bahasa berdasarkan pilihan kata. Pola gaya bahasa berdasarkan pilihan kata yang digunakan dalam teks pidato siswa kelas X SMA Maarif Lawang terdiri atas pola gaya bahasa resmi, pola gaya bahasa tak resmi, dan pola gaya bahasa percakapan. Ciri-ciri pola gaya bahasa resmi adalah menggunakan kata yang baku, penulisan tingkat tertinggi, efek yang luhur, dan terkesan kurang komunikatif. Pada seluruh teks pidato yang berjumlah 30 teks, semua siswa memang menggunakan pola gaya bahasa resmi. Akan tetapi, pola gaya bahasa resmi hanya digunakan dalam bagian salam dan sapaan saja. Ciri-ciri pola gaya bahasa tak resmi adalah menggunakan bahasa standar, lebih komunikatif daripada bahasa resmi, efek kurang luhur, namun masih menunjukkan keterpelajaran penggunanya. Pola gaya bahasa tak resmi paling banyak digunakan siswa dalam teks pidatonya. Pola gaya bahasa tak resmi dominan pada bagian isi pidato. Ciri-ciri pola gaya bahasa percakapan adalah menggunakan kata populer, bersifat komunikatif, efek damai dan menyenangkan, serta lebih mengarah pada bahasa lisan. Pola gaya bahasa percakapan cukup banyak digunakan dalam teks pidato siswa. Pola gaya bahasa berdasarkan nada. Pola gaya bahasa berdasarkan nada yang digunakan dalam teks pidato siswa kelas X SMA Maarif Lawang terdiri atas pola gaya sederhana, pola gaya mulia dan bertenaga, dan pola gaya menengah. Pola gaya mulia dan bertenaga ditandai dengan adanya kata yang memiliki efek tegas, semangat, bertujuan untuk menyentuh hati, menggerakkan emosi, menyadarkan, dan biasanya menyangkut keagamaan, perjuangan atau nasionalisme. Pola gaya mulia dan bertenaga cenderung digunakan oleh siswa dalam teks pidatonya. Pada beberapa teks pidato, dominasi pola gaya mulia dan bertenaga adalah pada bagian salam dan sapaan, sedangkan sebagian yang lain juga menggunakan pola gaya mulia dan bertenaga pada bagian isi. Pola gaya menengah ditandai dengan menggunakan kata yang memiliki efek menyenangkan dan mengandung humor, bertujuan menghibur dan memberi rasa damai. Pola gaya menengah digunakan pada 28 teks pidato siswa. Pola gaya menengah tersebut didominasi pada bagian isi dan penutup. Pola gaya sederhana ditandai dengan pemberian perintah atau penjelasan. Gaya sederhana digunakan dalam 28 teks pidato siswa. Pola gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat. Pola gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat yang digunakan dalam teks pidato siswa kelas X SMA Maarif Lawang terdiri atas pola gaya bahasa repetisi, gaya bahasa
5
paralelisme, gaya bahasa klimaks, dan gaya bahasa antitesis. Pola gaya bahasa repetisi ditandai dengan perulangan bunyi, suku kata, atau kata. Pola gaya bahasa repetisi cenderung digunakan oleh siswa dalam teks pidatonya. Pola gaya bahasa repetisi digunakan pada 8 teks pidato siswa. Pola gaya bahasa paralelisme ditandai dengan munculnya urutan-urutan pikiran yang menduduki fungsi yang sama atau sejajar. Pola gaya bahasa paralelisme digunakan pada 3 teks pidato siswa. Pola gaya bahasa antitesis ditandai dengan adanya kata atau kelompok kata yang bertentangan. Pola gaya bahasa antitesis digunakan pada 4 teks pidato siswa. Pola gaya bahasa klimaks ditandai dengan munculnya urutan-urutan pikiran yang setiap kali akan semakin meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumnya. Pola gaya bahasa klimaks digunakan pada 2 teks pidato siswa. Pola gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna. Pola gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna yang digunakan siswa dalam teks pidato siswa kelas X SMA Maarif Lawang terdiri atas pola gaya bahasa retoris dan pola gaya bahasa kiasan. Pola gaya bahasa retoris ditandai dengan adanya konstruksi bahasa yang bertujuan untuk mencapai efek tertentu. Pola gaya bahasa retoris digunakan pada 22 teks pidato siswa dengan rincian, yaitu 2 teks menggunakan gaya bahasa retoris aliterasi, 2 teks menggunakan gaya bahasa retoris apostrof, 5 teks menggunakan gaya bahasa retoris polisindenton, 7 teks menggunakan gaya bahasa retoris, 2 teks menggunakan gaya bahasa retoris eufimisme, 2 teks menggunakan gaya bahasa retoris litotes, 5 teks menggunakan gaya bahasa retoris prolipsis, 4 teks menggunakan gaya bahasa retoris erotesis, 8 teks menggunakan gaya bahasa retoris hiperbol, dan 9 teks menggunakan gaya bahasa retoris oksimoron. Selain gaya bahasa retoris, juga digunakan pola gaya bahasa kiasan. Pola gaya bahasa kiasan ditandai dengan adanya perbandingan atau persamaan suatu hal. Pola gaya bahasa kiasan dalam 5 teks pidato siswa dengan rincian, yaitu 2 teks menggunakan gaya bahasa kiasan simile, 2 teks menggunakan gaya bahasa kiasan personifikasi, dan 1 teks menggunakan gaya bahasa kiasan sinekdoke. PEMBAHASAN Pada bagian pembahasan dipaparkan (1) pola gaya bahasa berdasarkan pilihan kata, (2) pola gaya bahasa berdasarkan nada, (3) pola gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat, dan (4) pola gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna. Pola Gaya Bahasa Berdasarkan Pilihan Kata Pola gaya bahasa resmi merupakan gaya bahasa berdasarkan pilihan kata yang paling sedikit digunakan siswa. Pola gaya bahasa resmi memang digunakan dalam seluruh teks pidato. Akan tetapi, pola gaya bahasa resmi hanya digunakan pada bagian pembuka berupa salam dan sapaan saja. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor pengetahuan siswa akan pola gaya bahasa resmi serta pengalaman siswa dalam menggunakan pola gaya bahasa resmi. Siswa hanya mengetahui pola gaya bahasa resmi dalam salam dan sapaan yang sering muncul dalam pembelajaran menulis ilmiah. Temuan penelitian ini membuktikan bahwa dalam menulis pidato, penentuan pola bahasa dipengaruhi oleh wawasan informasi dan pengalaman yang dimiliki siswa. Temuan penelitian ini sesuai dengan pernyataan
6
yang dikemukakan oleh Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan (1988:3) bahwa pengalaman dan wawasan informasi mempegaruhi penentuan bahan dalam menulis. Arsjad dan Mukti (1991:29) juga menyatakan bahwa bahan penulisan diperoleh dari dua sumber yakni inferensi dan pengalaman. Inferensi adalah nilai dari pengalaman, sedangkan pengalaman adalah semua pengetahuan yang diperoleh dari persepsi indrawi. Pola gaya bahasa resmi yang digunakan oleh siswa mencerminkan unsur kejujuran berbahasa, yakni bahasa digunakan sesuai dengan kaidah bahasa yang baik dan benar. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Keraf (2004:113) bahwa pola gaya bahasa yang baik harus mengandung unsur kejujuran. Pola gaya bahasa tak resmi merupakan gaya bahasa berdasarkan pilihan kata yang paling banyak digunakan siswa dalam teks pidatonya. Hal tersebut disebabkan karena dalam kegiatan menulis, pola gaya bahasa yang digunakan oleh siswa dipengaruhi oleh wawasan dan pengalaman siswa mengenai pola gaya bahasa pada proses pembelajaran. Temuan penelitian ini membuktikan bahwa adanya pengaruh lingkungan, khususnya lingkungan belajar terhadap wawasan siswa yang digunakan sebagai dasar dalam kegiatan menulis pidato. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Ahmadi dan Tarigan. Ahmadi (1990:62) menyatakan bahwa setiap siswa memiliki kemampuan untuk mengamati lingkungannya. Lingkungan selalu memberi pengaruh terhadap informasi dan wawasan yang tak habis-habisnya. Tarigan (2011:35) mengemukakan bahwa sekolah mempunyai peran penting dalam pertumbuhan semantik anak bersamaan dengan bertambahnya pengalaman. Pola gaya bahasa percakapan merupakan gaya bahasa berdasarkan pilihan kata yang cukup banyak digunakan oleh siswa. Hal tersebut dikarenakan pengaruh kebiasaan dan intensitas penggunaan gaya bahasa percakapan dalam komunikasi lisan, baik dalam proses pembelajaran maupun di luar pembelajaran. Temuan penelitian ini membuktikan bahwa gaya lisan berpengaruh terhadap kegiatan menulis siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nurchasanah dan Widodo (1993:7) bahwa tulisan merupakan transkripsi dari bahasa lisan. Bahasa lisan selalu berpengaruh pada bahasa tulis walaupun tata bahasa lisan dan bahasa tulis berbeda. Tarigan (1985:152—155) juga menyatakan bahwa ucapan berhubungan erat dengan ejaan. Jika seorang siswa sudah biasa salah mengucapkan kata maka ada kecenderungan baginya salah mengeja kata. Selain itu, pola gaya percakapan digunakan oleh siswa karena sifat gaya percakapan yang menarik dengan menggunakan pilihan kata yang dianggap modern dan populer. Hal tersebut sesuai yang dinyatakan oleh Keraf (2004:115) bahwa gaya bahasa yang baik harus mengandung unsur menarik, yakni variatif dan tidak kaku (monoton). Pola Gaya Bahasa Berdasarkan Nada Pola gaya sederhana merupakan gaya berdasarkan nada yang paling sedikit digunakan dalam teks pidato siswa. Pola gaya sederhana umumnya digunakan dalam teks pidato siswa pada bagian penutup. Hal tersebut disebabkan karena siswa hanya memberikan instruksi yang lebih bersifat ajakan pada bagian penutup. Hal ini sesuai dengan pendapat Bormann dan Bormann (1989:210) yang menyatakan bahwa orang yang berpidato persuasif menampilkan pesan yang bersifat membujuk untuk mencapai tujuan. Pada beberapa teks pidato siswa
7
memang ditemukan pola gaya sederhana, namun bukan bersifat instruktif. Pola gaya sederhana pada bagian isi pidato diwujudkan dalam bentuk penjelasan yang bersifat informatif. Temuan tersebut sesuai dengan pendapat Keraf (1989:322) yang mengartikan bahwa pidato yang bertujuan untuk memberitahukan (informatif) apabila pembicara menyampaikan sesuatu pada pendengar agar mereka mengerti atau memperluas pengetahuan mereka. Pola gaya mulia dan bertenaga merupakan gaya bahasa berdasarkan nada yang paling banyak digunakan oleh siswa dalam teks pidatonya. Pola gaya mulia dan bertenaga digunakan siswa dalam menulis pidato karena siswa menganggap bahwa tujuan pidato adalah untuk menggerakkan, menyadarkan atau mempengaruhi pendengar. Temuan tersebut sesuai dengan pernyataan Bormann dan Bormann (1989:179—224) yang menyebutkan tiga tujuan pidato, yaitu pidato informatif, pidato argumentatif, dan pidato persuasif. Pola gaya menengah merupakan gaya bahasa berdasarkan nada yang cukup banyak digunakan oleh siswa. Pola gaya menengah digunakan karena siswa menganggap bahwa pidato yang bisa menarik perhatian dari pendengar adalah pidato yang diselingi humor atau tidak terlalu serius daripada pidato yang bersifat terlalu kaku dan monoton. Hal ini sesuai yang dijelaskan oleh Keraf (2004:124) bahwa gaya menengah adalah gaya yang bertujuan untuk menimbulkan suasana tenang dan damai dengan memunculkan nada bersifat lembut, penuh kasih sayang, dan humor. Ahmadi (1990:35) juga menyampaikan jika suatu karangan bervariasi kalimatnya dan menghindari gaya tunggal (monoton) maka pembaca atau pendengar akan merasa senang. Pola Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat Pola gaya bahasa repetisi merupakan pola gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat yang paling banyak digunakan dalam teks pidato siswa. Pola gaya bahasa repetisi cenderung digunakan siswa karena pengetahuan siswa untuk memberikan penekanan gagasan salah satunya dengan menggunakan perulangan. Pola gaya repetisi juga dapat memunculkan keindahan pada kalimat. Pola gaya bahasa repetisi digunakan untuk memenuhi unsur kemenarikan berbahasa. Pola gaya bahasa paralelisme merupakan pola gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat yang digunakan dalam teks pidato siswa. Pola gaya paralelisme tidak banyak digunakan karena siswa belum memahami fungsi pola paralelisme dalam menulis pidato. Pola gaya bahasa paralelisme digunakan untuk memenuhi unsur sopan santun dalam berbahasa. Pola gaya bahasa antitesis merupakan pola gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat yang digunakan dalam teks pidato siswa. Pola gaya antitesis tidak banyak digunakan karena siswa belum memahami fungsi pola gaya bahasa antitesis dalam menulis pidato. Pola gaya bahasa antitesis digunakan oleh siswa dengan tujuan untuk memberi efek sopan dan merendah. Pola gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat yang paling sedikit digunakan dalam teks pidato siswa adalah pola gaya bahasa klimaks. Pola gaya bahasa klimaks digunakan oleh siswa untuk meningkatkan efek kalimat sesuai dengan tujuan pidatonya. Pola gaya bahasa klimaks digunakan oleh siswa dengan tujuan untuk memenuhi unsur menarik, yakni dengan meningkatkan efek pidato. Pola gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat jarang digunakan dalam teks pidato siswa. Pada umumnya dalam satu kalimat siswa hanya menuliskan
8
satu gagasan. Hal tersebut disebabkan karena siswa kurang memahami fungsi dari pola struktur kalimat. Siswa lebih memahami pemilihan kata daripada pola struktur kalimat untuk mencapai tujuan pidatonya. Temuan ini membuktikan bahwa pemahaman siswa terhadap fungsi pola gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat serta pemahaman akan tujuan dari pidato yang ditulisnya berpengaruh terhadap seleksi bahan dalam pengembangan teks pidatonya. Hal ini sesuai dengan pendapat Ahmadi (1990:53) bahwa pengembangan rasional (kesadaran akan kebutuhan) perlu dilakukan berkaitan dengan masalah seleksi dan pengembangan teks. Siswa menggunakan pola gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat untuk menyatakan unsur sopan santun dan unsur menarik dalam berbahasa. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Keraf (2004:114—115) bahwa bahasa yang baik mengandung unsur sopan santun dan menarik, yakni memberikan penghargaan terhadap lawan bicara dan membuat lawan bicara tertarik dan berminat terhadap pembicaraan yang berlangsung. Pola Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna Pola gaya bahasa retoris merupakan pola gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna yang paling banyak digunakan siswa dalam teks pidatonya. Terdapat 9 pola gaya bahasa retoris yang digunakan siswa , yaitu aliterasi, apostrof, asindenton, polisindenton, eufimismus, litotes, prolipsis, eroteris, hiperbol, dan aksimoron. Pola gaya bahasa retoris hiperbol paling banyak digunakan oleh siswa karena faktor pengetahuan dan intensitas penglaman dalam menggunakan pola gaya bahasa hiperbola dalam pembelajaran menulis. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan (1988:3) bahwa pengalaman dan wawasan informasi mempegaruhi penentuan bahan dalam menulis. Arsjad dan Mukti (1991:29) juga menyatakan bahwa bahan penulisan diperoleh dari dua sumber yakni inferensi dan pengalaman. Inferensi adalah nilai dari pengalaman, sedangkan pengalaman adalah semua pengetahuan yang diperoleh dari persepsi indrawi. Gaya bahasa kiasan juga digunakan dalam teks pidato siswa. Pada teks pidato siswa ditemukan 3 jenis gaya bahasa kiasan, yaitu simile, personifikasi, dan sinekdoke. Gaya bahasa kiasan tidak banyak digunakan oleh siswa dalam teks pidatonya dikarenakan faktor kebiasaan dan pengutamaan dalam keefektivan daripada kemenarikan berbahasa. Pada teks pidato siswa tidak ditemukan beberapa pola gaya bahasa. Pola gaya bahasa retoris yang tidak ditemukan dalam teks pidato siswa adalah aliterasi, apostrof, asindenton, polisindenton, eufimismus, litotes, prolipsis, eroteris, hiperbol, dan aksimoron. Pola gaya bahasa kiasan yang tidak ditemukan dalam teks pidato siswa meliputi metafora, alegori, alusi, eponim, epitet, metonimia, antonomia, hipalase, ironi, satire, innuendo, antifrasis, dan paronomasia. Gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan tidak banyak digunakan dalam teks pidato siswa. Hal tersebut disebabkan karena pengetahuan siswa yang masih kurang tentang jenis gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan. Selain itu, siswa menganggap bahwa gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan biasa digunakan pada teks sastra, bukan pada teks nonsastra. Temuan penelitian ini membuktikan bahwa pemahaman dan kebiasaan mempengaruhi siswa dalam menggunakan pilihan bahan untuk menulis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ahmadi (1990:4) bahwa dalam pengembangan teksnya,
9
penulis memilih kata yang sesuai dengan tingkat budaya, kebiasaan, atau pola berpikir pembaca. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan paparan pola gaya bahasa dalam teks pidato siswa kelas X SMA Maarif Lawang tahun pelajaran 2012/2013 dapat dikemukakan simpulan penelitian sebagai berikut. Pertama, Pola gaya bahasa berdasarkan pilihan kata yang digunakan dalam teks pidato siswa kelas X SMA Maarif Lawang terdiri atas pola gaya bahasa resmi, pola gaya bahasa tak resmi, dan pola gaya bahasa percakapan. Pola gaya bahasa tak resmi paling banyak digunakan daripada pola gaya bahasa resmi dan pola gaya bahasa percakapan. Kedua, Pola gaya bahasa berdasarkan nada yang digunakan dalam teks pidato siswa kelas X SMA Maarif Lawang terdiri atas pola gaya sederhana, pola gaya mulia dan bertenaga, dan pola gaya menengah. Pola gaya mulia dan bertenaga paling banyak digunakan siswa daripada pola gaya bahasa sederhana dan pola gaya bahasa menengah. Ketiga, Pola gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat yang digunakan dalam teks pidato siswa kelas X SMA Maarif Lawang terdiri atas pola gaya bahasa klimaks, pola gaya bahasa paralelisme, pola gaya bahasa repetisi, dan pola gaya bahasa antitesis. Pola gaya bahasa repetisi lebih banyak digunakan dibandingkan dengan ketiga pola gaya bahasa lainnya. Keempat, Pola gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna yang digunakan dalam teks pidato siswa kelas X SMA Maarif Lawang terdiri atas pola gaya bahasa retoris dan pola gaya bahasa kiasan. Pola gaya bahasa retoris lebih banyak digunakan oleh siswa daripada pola gaya bahasa kiasan. Pola gaya bahasa retoris yang digunakan siswa terdiri dari aliterasi, apostrof, asindenton, polisindenton, eufimismus, litotes, prolipsis, eroteris, hiperbol, dan aksimoron. Pola gaya bahasa kiasan yang digunakan siswa terdiri dari simile, personifikasi, dan sinekdoke Saran Berdasarkan hasil penelitian, terdapat saran yang ditujukan kepada guru dan peneliti lanjutan. Pertama, guru diharapkan untuk memberikan contoh pola gaya bahasa yang lebih variatif dalam pembelajaran menulis. Selain itu, guru diharapkan untuk memberikan instruksi yang jelas dalam pemberian tugas dan memberikan penjelasan tujuan dari penugasan menulis pidato sehingga siswa dapat menggunakan pola gaya bahasa dan bahan yang sesuai dengan tujuan pidato. Kedua, peneliti lanjutan disarankan untuk meneliti hal lain mengenai pembelajaran menulis pidato yang tidak menjadi fokus dalam penelitian ini, yaitu mengenai pola penugasan dalam pembelajaran menulis teks pidato. DAFTAR RUJUKAN Akhadiah, S., Arsjad, M.G., dan Ridwan, S.H. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
10
Agustin, D.N. 2008. Diksi dan Gaya Bahasa dalam Pidato Presiden Suharto. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Sastra Jurusan Sastra Indonesia. Ahmadi, M. 1990. Dasar-dasar Komposisi Bahasa Indonesia. Malang: Yayasan Asah Asih Asuh. Arsjad, M.G. dan Mukti, U.S. 1991. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Bormann, E.G. dan Bormann, N.C. 1989. Retorika: Suatu Pendekatan Terpadu. Jakarta: Erlangga. Keraf, G. 1989. Komposisi. Flores: Nusa Indah. Keraf, G. 2004. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Miles, M.B. dan Huberman, A.M. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press. Nurchasanah dan Widodo Hs. 1993. Keterampilan Menulis dan Pengajarannya. Malang: Departemen Pendidikan Nasional Universitas Negeri Malang Fakultas Sastra Jurusan Sastra Indonesia. Rakhmad, J. 2011. Retorika Modern: Suatu Pendekatan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Siregar, E.M. 2006. Teknik Berpidato dan Menguasai Massa. Jakarta: Yayasan Mari Belajar. Syafi’ie, I. 1998. Retorika dalam Menulis. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Tarigan, H.G.1985. Pengajaran Kosakata. Bandung: Penerbit Angkasa. Tarigan, H.G.1986. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Penerbit Angkasa. Tarigan, H.G. 2011. Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung: Penerbit Angkasa.
.