I b M PEMBERDAYAAN KELOMPOK USAHA MASYARAKAT DESA KARANGWUNI RONGKOP GUNUNGKIDUL MELALUI KEGIATAN PENINGKATAN MUTU PRODUKSI DAN MANAJEMEN PROMOSI BERBASIS TIK Setia Wardani1), Ratna Purnama Sari2), Wibawa3) Teknik Universitas PGRI Yogyakarta 2)Fakultas Ekonomi Universitas PGRI Yogyakarta
[email protected]),
[email protected]),
[email protected]) 1, 3)Fakultas
ABSTRAK Karangwuni adalah desa yang terletak di pinggiran Kota Wonosari Gunungkidul yang merupakan wilayah paling timur Daerah Istimewa Yogyakarta yang berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dengan jumlah penduduk kurang lebih tiga ribu jiwa dan mayoritas warganya bermata pencaharian sebagai petani.Untuk mengatasi melimpahnya hasil pertanian sekitar empat tahun lalu pemerintah mendirikan kelompok usaha yang produknya menyesuaikan dengan hasil utama dari dusun tersebut. Kelompok Usaha Murni dan Kelompok Usaha Srikandi adalah kelompok usaha bentukan dari pemerintah yang beberapa saat telah mampu memproduksi berbagai jenis makanan lokal. Produk dari Kelompok Usaha Murni yaitu wingko sedangkan produk dari Kelompok Usaha Srikandi adalah aneka keripik daun, keripik singkong dan kacang bawang. Kedua kelompok usaha ini keberadaanya sangat membantu petani selain itu mampu membuka lapangan kerja baru, namun dikarenakan berbagai permasalahan diantaranya kurangnya pengetahuan tentang mutu produksi, pengemasan dan promosi, kedua kelompok usaha ini tidak mampu bersaing dengan usaha sejenis dengan mutu yang lebih bagus. Tujuan dari kegiatan I b M ini adalah agar kedua kelompok usaha memiliki ketrampilan pengemasan produk sesuai standar, terwujudnya jaringan kemitraan (mitra pemasaran produk), memperoleh pengetahuan tentang perolehan ijin dari Dinas Kesehatan, memiliki ketrampilan untuk pemasaran berbasis TIK. Metode yang digunakan dalam kegiatan I b M ini meliputi penyuluhan mengenai mutu produksi dan manajemen promosi berbasis TIK. Mutu produksi mencakup didalamnya bagaimana menghasilkan produk sesuai dengan standar kualitas pangan dan pengemasannya, sedangkan manajemen promosi berbasis TIK mencakup bagaimana membangun jejaring mitra dan memasarkan produk secara online. Hasil yang diperoleh dari kegiatan I b M ini adalah keterampilan dasar kedua kelompok usaha mengenai peningkatan mutu produksi, yakni menyajikan produk aneka keripik daun dengan kadar minyak rendah untuk Kelompok Usaha Srikandi serta pengemasan wingko yang lebih layak jual bagi Kelompok Usaha Murni, kedua kelompok usaha terampil dalam menggunakan web promosi untuk memperluas pangsa pasar. Target rencana kegiatan pendampingan pencarian ijin dinas kesehatan serta pendampingan jaringan mitra pemasaran. Kata Kunci : mutu produksi, web promosi, TIK, Gunungkidul 1. PENDAHULUAN Karangwuni adalah desa yang terletak di pinggiran Kota Wonosari Gunungkidul, merupakan wilayah paling timur Daerah Istimewa Yogyakarta yang berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah. Karangwuni berjarak kurang lebih 35 km dari pusat Kota Wonosari dan 66 km dari KotaYogyakarta, dengan jumlah penduduk kurang lebih tiga ribu jiwa yang mayoritas warganya bermata
pencaharian sebagai petani. Wilayah Desa Karangwuni terbagi menjadi 10 Dusun, yaitu Dusun Duwet, Dusun Saban, Dusun Karangwuni, Dusun Kerdonmiri, Dusun Suruh, Dusun Pampang, Dusun Sriten, Dusun Tirisan, Dusun Ngerong, dan Dusun Ngejring. Dusun Saban merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah dan dilalui jalan utama penghubung
173
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016
ISBN 978-602-73690-6-1
Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Jawa Tengah. Sehingga jalur ini merupakan salah satu akses utama menuju tempat-tempat wisata di Gunungkidul. Dusun Saban memiliki daerah dengan jenis tanah kering dan didominasi pegunungan, oleh karena itu sistem pertanian yang diterapkan adalah sistem tadah hujan. Hasil utama dari sektor pertanian yaitu padi, singkong, jagung dan kacang. Sebagai upaya peningkatan pendapatan dan perekonomian masyarakat selain mengandalkan dari hasil pertanian dan memanfaatkan hasil pertanian (hasil bumi) warga yang semakin melimpah, di Dusun Saban dibentuk beberapa Kelompok Usaha yang memproduksi hasil pertanian dari warga. Salah satu Kelompok Usaha tersebut benama Kelompok Usaha Murni, kelompok ini berdiri sekitar 4 tahun yang diketuai oleh Ibu Sudaryati, produk dari Kelompok Usaha Murni adalah Wingko Babat. Selain Kelompok Usaha Murni terdapat Kelompok Usaha lain dengan nama Kelompok Usaha Srikandi yang diketuai oleh Ibu Sukartini. Produk dari kelompok usaha ini adalah macam keripik seperti keripik singkong, keripik daun singkong, keripik daun bayam, keripik daun pepaya dan kacang bawang. Pada saat ini kedua kelompok usaha yang terletak di Dusun Saban Desa Karangwuni belum berproduksi setiap hari, berproduksi hanya jika ada pesanan atau event tertentu. Pemasaran wingko babat yang merupakan produk dari Kelompok Usaha Murni adalah Pasar Pracimantoro sedangkan produk dari Kelompok Usaha Srikandi yang berupa aneka keripik daun dititipkan di warungwarung sekitar (dikarenakan kondisi produk yang masih sangat sederhana). Proses produksi, pengemasan dan manajemen promosi yang masih sederhana sangat memungkinkan lama-kelamaan produksi di kedua kelompok usaha semakin berkurang bahkan tersingkirkan dengan produk dari
kelompok usaha lain yang berinovasi serta mengikuti perkembangan jaman. Berdasarkan observasi awal tersebut, tim pengabdi melalui program Pengabdian pada Masyarakat oleh DRPM Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti) pada Hibah Ipteks bagi memberikan Masyarakat (HI b M) pendampingan yang terdapat pada kedua kelompok usaha di Desa Karangwuni dengan inovasi baru dari segi peningkatan mutu produksi dan manajemen pemasaran berbasis Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) agar produk yang dihasilkan berkualitas dan dapat menjangkau pangsa pasar yang lebih luas. 2.METODE PELAKSANAAN Berdasar hasil observasi diperoleh kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari usaha yang dikelola. Kekuatan (Strength): a) Melimpahnya bahan baku produksi dari kedua kelompok usaha. b) Bahan baku yang mudah didapat mampu menekan harga jual produk ke pasaran. c) Produk yang dihasilkan lebih sehat karena tidak menggunakan bahan pengawet. d) Telah terbentuk struktur organisasi yang baik diantara kedua kelompok usaha. Kelemahan (Weakness): a) Alat produksi yang digunakan masih sangat sederhana. b) Kurangnya pengetahuan anggota kelompok usaha tentang mutu produksi, pengemasan produk dan manajemen promosi. c) Pengemasan produk masih sangat sederhana bahkan untuk produk dari Kelompok Usaha Murni produk belum dikemas, penjualan masih dalam bentuk cetakan wingko babat ukuran besar.
174
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016
ISBN 978-602-73690-6-1
d) Belum adanya mitra yang menggandeng untuk memasarkan produk dari kedua kelompok usaha. e) Pemasaran produk dari kedua kelompok usaha masih bersifat lokal. Peluang (Opportunity): a) Wilayah Dusun Karangwuni yang merupakan akses wisata ke Kabupaten Gunungkidul berpotensi menjadi sentra industri makanan khususnya oleh-oleh khas Gunungkidul. b) Banyaknya lokasi wisata baru di wilayah Kabupaten Gunungkidul menjadi modal utama untuk berkembangnya industri makanan lokal. c) Menciptakan lapangan kerja baru bagi penduduk Desa Karangwuni d) Mampu membantu pemasaran dan pemanfaatan hasil dari petani di luar Desa Karangwuni. e) Mampu menjadi industri makanan lokal.
Tantangan (Threat): a) Mutu produk dari pabrik lebih baik serta tahan lama. b) Persaingan harga untuk produk sejenis dari kompetitor lain. Berdasarkan analisa SWOT, kegiatan I b M bagi Kelompok Usaha Murni dan Kelompok Usaha Srikandi difokuskan pada: a) Penyuluhan peningkatan kualitas pengolahan hasil/produksi. b) Penyuluhan manajemen promosi hasil produksi berbasis TIK. Prosedur kerja kegiatan ini tergambar dalam gambar dibawah ini :
175
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016
ISBN 978-602-73690-6-1
Perangkat Dusun Saban
Observasi Awal
1. Kelompok Usaha Srikandi 2. Kelompok Usaha Murni
Identifikasi Masalah pada kedua mitra : 1) Pengetahuan tentang kualitas produksi masih sangat rendah. 2) Program dari pemerintah untuk meningkatkan pendapatan keluarga tidak dibarengi dengan pelatihan dan pendampingan. 3) Penggunaan alat produksi yang masih sederhana. 4) Kurangnya pengetahuan tentang inovasi produk, menjadikan produk yang dihasilkan oleh kelompok usaha masyarakat Desa Karangwuni hampir sama dengan produk kelompok usaha masyarakat lain. 5) Kurangnya pengetahuan tentang pengemasan produk. 6) Kurangnya pengetahuan tentang ijin dari Dinas Kesehatan. 7) Manajemen usaha masih cenderung konvensional belum dikelola dengan baik dan belum adanya pemasaran produk yang terencana dan memanfaatkan TIK. 8) Belum memiliki mitra untuk memasarkan produk dari kedua kelompok usaha tersebut.
Perijinan : 1) LPPM UPY 2) Perangkat Dusun Saban
Kegiatan Penyuluhan : 1) Penyuluhan tentang pentingnya mutu produksi/inovasi (teknik pengemasan). 2) Penyuluhan manajemen pemasaran berbasis TIK. S O L S I
Kegiatan Pelatihan : 1) Pendampingan pengemasan produk agar lebih awet/tahan lama serta menarik pembeli. 2) Pendampingan manajemen pemasaran produk dan berbasis TIK. Kegiatan Pendampingan : 1) Pendampingan perncarian ijin dinas kesehatan. 2) Pendampingan pencarian jaringan mitra baik permodalan dan pemasaran.
176
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016
ISBN 978-602-73690-6-1
Target dan Luaran : a) Jasa Memiliki ketrampilan produksi sesuai standar, ketrampilan pengemasan produk sesuai standar, terwujudnya jaringan kemitraan, memperoleh pengetahuan tentang memperoleh ijin dari Dinas Kesehatan, ketrampilan pemasaran berbasis TIK. b) Produk Kelompok Usaha Murni: wingko babat sedangkan Kelompok Usaha Srikandi:aneka kripik daun, kemasan produk yang lebih meanarik mendapatkan ijin dari dinas kesehatan, web promosi yang menjual aneka produk dari kedua kelompok usaha. Gambar 1. Prosedur Kerja
177
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016
ISBN 978-602-73690-6-1
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kegiatan Penyuluhan Kegiatan pengabdian dilaksanakan setiap hari Sabtu, hal ini sesuai dengan kesepakatan kedua kelompok usaha agar tidak mengganggu proses kegiatan mereka yang lain. Kegiatan 1 : Sosialisasi I b M dan Permasalahan Mitra Kegiatan pertama dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 14 Mei 2016 pukul 10.00 WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB. Selain berkenalan dengan semua anggota dari kedua kelompok usaha, sosialisasi kegiatan I b M, kegiatan pertama difokuskan pada identifikasi kembali permasalahan yang ada pada kedua kelompok usaha serta membahas tentang kewirausahaan. Pada kegiatan ini anggota kedua kelompok usaha banyak bertanya seputar I b M, karena bagi mereka kegiatan ini sangat membantu mereka untuk memberikan solusi bagi permasalahan yang ada pada kedua kelompok usaha selama ini. Setelah kegiatan sosialisasi selesai, tim pengabdi melakukan pengecekan pada tempat produksi. Kegiatan 2 : Penyuluhan Mutu Produk Kegiatan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 21 Mei 2016 pukul 10.00 WIB sampai pukul 13.00 WIB. Pada kegiatan kedua ini membahas tentang mutu produk meliputi bagaimana meng-inovasi produk, menciptakan produk yang lebih sehat serta mempercantik produk dengan kemasan. Pada kegiatan ini tim pengabdi juga memberikan beberapa contoh produk serupa dari UPPKS atau kelompok usaha lain, hal ini bertujuan agar anggota kedua kelompok mampu membandingkan produk kelompok lain dengan produk mereka. Kesimpulan dari kegiatan ini adalah dengan produk yang hampir sama, produk kelompok lain mampu memiliki harga yang cukup tinggi serta dikenal oleh masyarakat, hal dikarenakan oleh brand dan kemasan yang meyakinkan.
Kegiatan 3 : Penyuluhan Manajemen Promosi Berbasis TIK Kegiatan ketiga dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 04 Juni 2016 dimulai pada pukul 09.30 WIB sampai 13.00 WIB. Pada kegiatan ini tim pengabdi memberikan penyuluhan tentang strategi pemasaran dengan memperhatikan apa yang sebenarnya dicari oleh calon pembeli dan mensinkronkan dengan apa yang dimiliki oleh penjual. Setelah ilmu dasar tentang strategi pemasaran dikuasai, kedua kelompok usaha diberikan pengetahuan mengenai penggunaan website sebagai media pemasaran berbasis TIK. Kedua kelompok usaha diberikan contoh web penjualan yang mendukung pemasaran produknya hingga ke luar wilayah. Hal tersebut menjadi perhatian dari tim pengabdi karena pemasaran yang selama ini dilakukan oleh Kelompok Usaha Murni yang memiliki produk wingko babat adalah di Pasar Pracimantoro serta pesanan dari masyarakat jika memiliki hajatan, sedangkan Kelompok Usaha Srikandi adalah dititipkan ke warung-warung sekitar. Kedua alasan tersebut membuat harga produk dari kedua kelompok sangat murah. Jika produk-produk dari kedua kelompok usaha sudah diberikan sentuhan teknologi serta mampu dipasarkan secara online, maka mungkin sekali harga jual produk keduanya akan meningkat sebanding dengan mutu produk yang dihasilkan sehingga pendapatan keduanya juga akan meningkat. Pembahasan Menurut Kotler dan Amstrong (2001) produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Apabila wirausahawan ingin mempertahankan keunggulan kompetitifnya dalam pasar,
178
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016
ISBN 978-602-73690-6-1
maka ia harus mengerti aspek dimensi apa saja yang digunakan oleh calon pembeli untuk membedakan produk yang dijual dengan produk pesaing dengan melihat dimensi mutuproduknya (Orville, et al., 2005). Dimensi mutu produk tersebut yakni : 1. Performance/ kinerja, berhubungan dengan karakteristik operasi dasar dari sebuah produk 2. Durability/ ketahanan, berhubungan dengan daya tahan suatu produk/ keawetan setelah digunakan 3. Conformance to specifications/ kesesuaian dengan spesifikasi, yakni sejauh mana produk memenuhi spesifikasi nya dan tidak ditemui kecacatan dalam produk tersebut 4. Features /fitur, fitur unik/kegunaan yang dimiliki oleh produk 5. Aesthetics/estetika, keindahan tampilan produk termasuk didalamnya bentuk, kemasan, rasa Untuk kelompok usaha Murni, permasalahan yang terkait dengan mutu produk adalah meningktkan nilai jual produk wingko. Tim pengabdi memberikan solusi berupa membentuk produk wingko yang dihasilkan ke dalam ukuran yang lebih kecil dan mudah untuk dikemas. Gambaran bentuk wingko dalam ukuran yang lebih kecil menjadi seperti gambar dibawah ini : Dengan ukuran wingko yang lebih kecil, maka harapannya wingko kelompok usaha Murni siap untuk dikemas dan dipasarkan ke wilayah yang lebih luas lagi.
Untuk kelompok usaha Srikandi, permasalahan yang terkait dengan mutu produk adalah bagaimana mengurangi kadar minyak yang ada dari produk gorengan yang dihasilkan, yakni keripik dan kacang bawang. Tim pengabdi memberikan solusi dengan memberikan alat spinner/peniris minyak berkapasitas 10 kg seperti di bawah ini : Dengan menggunakan alat spinner diatas, permasalahan pada kelompok usaha Srikandi akan dapat teratasi. Selain mutu produk, fokus tim pengabdi selanjutnya adalah manajemen promosi produk dengan memanfaatkan TIK. Pada tahap penyuluhan ini, kedua kelompok usaha dikenalkan dengan contoh website penjualan sehingga memiliki gambaran website sendiri ke depannya untuk memasarkan hasil produknya. 4. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat ditarik dari kegiatan I b M ini adalah : 1. Kedua kelompok usaha memiliki ketrampilan tentang mutu produk, baik dari segi inovasi maupun pengemasan. 2. Kedua kelompok usaha memiliki ketrampilan tentang manajemen promosi secara online. 5. DAFTAR PUSTAKA Kotler, Phillip dan Garry Amstrong. 2001. Prinsip-prinsip Pemasaran Edisi Keduabelas. Jakarta : Erlangga. Orville, Mullins., Lareche dan Boyd. 2005. Marketing Management : A Strategic Decision Making Approach 6th edition. New York : Mc
179