2. Untuk mengetahuidan menganalisis pengaruh kelompok referensi terhadap keputusan pembelian Tupperwaredi Kompleks perumahan Universitas Sumatera UtaraJl.Dr.Mansyur ? 3. Untuk mengetahuidan menganalisis pengaruh brand image dan kelompok referensi
secara bersama-sama terhadap
keputusan
pembelianTuppewaredi Kompleks perumahan Universitas Sumatera UtaraJl.Dr.Mansyur ? 1.4
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Penulis Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti disamping memberikan kontribusi pemikiran dalam bidang pemasaran, khususnya berkaitan dengan brand image dan kelompok referensi terhadap keputusan pembelian produk Tupperware. 2. Bagi PT.Tupperware Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam penyusunan perencanaan aktivitas-aktivitas dan kebijakan perusahaan “Tupperware, Khususnya untuk produk tupperware dan kelompok referensi di masa yang akan datang. 3. Bagi Pihak Lain Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan dan informasi yang nantinya dapat memberi perbandingan dalam mengadakan penelitian yang lebih lanjut khususnya mengenai kelompok refernsi. BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1 Merek 19
Menurut Keller dalam buku Sadat (2009:18) menyatakan bahwa istilah brand berasal dari kata brand yang berarti “to brand”, yaitu aktivitas yang sering dilakukan para peternak sapi di Amerika dengan member tanda pada ternak-ternak mereka untuk memudahkan identifikasi kepemilikan sebelum dijual kepasar. Sedangkan menurut Afiff dalam buku Sadat (2009:18) menyatakan bahwa kata merek yang digunakan sebagai terjemahan kata brand
berasal dari bahasa
Belanda yang diadopsi dan digunakan secara luas dalam bahasa pemasaran. Dalam perkembangannya merek memiliki banyak defenisi. Menurut Keagan dalam buku Sadat (2009:18) mendefinisikan bahwa merek sebagai kumpulan citra dan pengalaman kompleks dalam benak pelanggan, yang mengkomunikasikan harapan mengenai manfaat yang akan diperoleh dari suatu produk yang diproduksi oleh perusahaan tertentu. Menurut Keegan et al. dalam Ferrinadewi (2008:137) berpendapat bahwa merek adalah sejumlah citra dan pengalaman dalam benak konsumen yang mengkomunikasikan manfaat yang dijanjikan produk yang diproduksi oleh perusahaan tertentu. Menurut Kotler dan Keller (2009:258) menyatakan bahwa merek adalah produk atau jasa yang dimensinya mendiferensiasikan merek tersebut dengan beberapa cara dari produk atau jasa lainnya yang dirancang untuk memuaskan kebutuhan yang sama. Menurut Kotler dan Keller (2009:259) merek mengidentifikasi sumber atau pembuat produk dan memungkinkan konsumen, atau organisasi untuk menuntut tanggung jawab atas kinerjanya kepada pabrikan atau distributor tertentu. Konsumen dapa mengevaluasi produk yang sama secara berbeda tergantung pada bagaimana pemerekan produk tersebut. Mereka belajar tentang
20
merek melalui pengalaman masa lalu dengan produk tersebut dan program pemasarannya, menemukan merek mana yang memuaskan kebutuhan mereka dan mana yang tidak. 2.1.1.1 Manfaat Merek Menurut Sadat (2009:21) merek-merek yang kuat akan memberikan jaminan kualitas dan nilai yang tinggi kepada pelanggan, yang akhirnya juga berdampak luas terhadap perusahaan. Perusahaan yang mampu membangun mereknya dengan baik akan mampu menangkal setiap serangan pesaing sehingga dapat terus mempertahankan pelanggannya. Melalui merek, perusahaan dapat memberikan berbagai sentuhan emosional atau eksperensial yang tidak dapat diberikan oleh produk. Berikut ini terdapat beberapa manfaat merek yang dapat diperoleh pelanggan dan perusahaan:
Tabel 2.1 Manfaat Merek bagi Pelanggan dan Perusahaan Pelanggan a. b. c. d. e. f.
Merek sebagai sinyal kualitas Mempermudah proses/memandu pembelian Alat mengidentifikasi produk Mengurangi risiko Memberi nilai psikologis Dapat mewakili kepribadian
Perusahaan a. b. c. d. e. f. g. h.
Magnet pelanggan Alat proteksi dari para imitator Memiliki segmen pelanggan yang loyal Membedakan produk pesaing Mengurangi perbandingan harga sehingga dapat dijual premium Memudahkan penawaran produk baru Bernilai financial tinggi Senjata dalam kompetisi
Sumber: Sadat, (2009:21) 2.1.1.2 Elemen Merek
21
Kotler dan Keller (2009:269) menyatakan elemen merek adalah alat pemberi nama dagang yang mengidentifikasikan dan mendiferensiasikan merek. Menurut Sadat (2009:49) menyatakan bahwa elemen dari identitas suatu merek terdiri dari nama, logo, warna, desain dan kemasan, slogan dan tagline, endorser merek, karakter, situs web dan URL. Kotler dan Keller (2009:269) menyatakan dalam memilih elemen merek, ada enam kriteria utama, yaitu : a. Dapat diingat Yaitu seberapa mudah elemen merek itu diingat dan dikenali. Nama-nama pendek adalah elemen merek yang mudah diingat. b. Berarti Yaitu elemen merek kredibel dan mengindikasikan kategori yang berhubungan dengannya. Elemen merek menyiratkan sesuatu tentang bahan produk atau tipe orang yang mungkin menggunakan merek. c. Dapat disukai Yaitu berkaitan dengan seberapa menarik estetika elemen merek. Dan elemen merek dapat disukai secara visual, verbal dan cara lain. d. Dapat ditransfer Yaitu elemen merek dapat digunakan untuk memperkenalkan produk baru dalam kategori yang sama atau berbeda. Elemen merek menambah ekuitas merek melintasi batas geografis dan segmen pasar. e. Dapat disesuaikan Yaitu kemudahan elemen merek disesuaikan dan diperbarui. f. Dapat dilindungi Yaitu kemudahan elemen merek untuk dapa dilindungi secara hukum dan secara kompetitif 2.1.2 Citra Merek Menurut Keller dalam Ferrinadewi (2008:165) menyatakan bahwa citra merek atau brand image adalah persepsi tentang merek yang merupakan refleksi memori konsumen akan asosiasinya pada merek tersebut. Rangkuti (2004:244) menyatakan citra merek adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dan melekat dibenak konsumen. Konsumen yang terbiasa menggunakan merek tertentu cenderung memiliki konsistensi terhada citra merek. Citra merek atau brand image adalah konsep yang diciptakan konsumen karena alasan subyektif dan emosi pribadi. Oleh karena itu dalam konsep ini persepsi konsumen menjadi
22
lebih penting dari pada keadaan sesungguhnya, menurut Dobni dan Zinkhan dalam Ferrinadewi (2008:166). Menurut Susanto dalam Nugroho (2011:11) citra merek adalah apa yang dipersepsikan oleh konsumen mengenai sebuah merek. Pembangunan sebuah citra merek, terutama citra yang positif menjadi salah satu hal yang penting. Sebab tanpa citra kuat dan positif, sangatlah sulit bagi perusahaan untuk menarik pelanggan baru dan mempertahankan yang sudah ada, dan pada saat yang sama meminta mereka membayar harga yang tinggi. Simamora dalam Sulistian (2011:33) mengatakan citra adalah persepsi yang relatif konsisten dalam jangka waktu panjang. Sehingga tidak mudah untuk membentuk citra, citra sekali terbentuk akan sulit untuk mengubahnya. Citra yang dibentuk harus jelas dan memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan pesaingnya, saat perbedaan dan keunggulan merek dihadapkan dengan merek lain. Menurut Keller dalam Ariadi ( 2010:42) bahwa pengukuran citra merek dapat dilakukan pada aspek sebuah merek, yaitu : strength, uniqueness, dan favourable. a. Strength Mengarah pada berbagai keunggulan-keunggulan yang dimiliki merek bersangkutan yang bersifat fisik, dan tidak ditemukan pada merek lainnya. Keunggulan merek ini mengacu pada atribut-atribut fisik atas merek bersangkutan sehingga bisa dianggang sebagai sebuah kelebihan dibandingkkan merek lainnya.
23
b. Uniqueness Yaitu kemampuan untuk membedakan sebuah merek diantara merekmerek lainnya. Kesan ini muncul dari atribut produk, kesan unik berarti terdapat diferensiasi antara produk satu dengan produk lainnya. Termasuk dalam kelompok unik ini antara lain: variasi layanan, dan harga serta differensiasi. c. Favourable Mengarah pada kemampuan merek tersebut untuk mudah diingat oleh pelanggan. Termasuk dalam kelompok favourable ini antara lain : kemudahan merek untuk diucapkan, kemampuan mereka untuk tetap diingat pelanggan, maupun kesesuaian antara kesan mereka dibenak pelanggan dengan citra yang diinginkan perusahaan atas merek bersangkutan. Schiffman dan Kanuk dalam Sulistian (2011:33) menyebutkan faktor faktor pembentuk citra merek sebagai berikut: 1. Kualitas atau mutu, berkaitan dengan kualitas produk barang atau jasa yang ditawarkan oleh produsen dengan merek tertentu. 2. Dapat dipercaya atau diandalkan, berkaitan dengan pendapat atau kesepakatan yang dibentuk oleh masyarakat tentang suatu produk yang dikonsumsi.
24
3. Kegunaan atau manfaat, yang terkait dengan fungsi dari suatu produk barang atau jasa yang bisa dimanfaatkan oleh konsumen. 4. Pelayanan, yang berkaitan dengan tugas produsen dalam melayani. 5. Resiko, berkaitan dengan besar-kecilnya akibat atau untung-rugi yang mungkin dialami oleh konsumen. 6. Harga, yang dalam hal ini berkaitan dengan tinggi-rendahnya atau banyaksedikitnya jumlah uang yang dikeluarkan konsumen untuk mempengaruhi suatu produk, juga dapat mempengaruhi citra jangka panjang. 7. Citra yang dimiliki oleh merek itu sendiri, yaitu berupa pandangan, kesepakatan, dan informasi yang berkaitan dengan suatu merek dari produk tertentu. Menurut Timmerman
dalam Ratri (2007:50), citra merek sering
terkonseptualisasi sebagai sebuah koleksi dari semua asosiasi yang berhubungan dengan sebuah merek yang terdiri dari: 1. Faktor fisik, karakteristik fisik dari merek tersebut, seperti desain kemasan, logo, nama merek, fungsi, dan kegunaan produk dari merek itu. 2. Faktor psikologis, dibentuk oleh emosi, kepercayaan, nilai, kepribadian yang dianggap oleh konsumen menggambarkan produk dari merek tersebut. Citra merek sangat erat kaitannya dengan apa yang orang pikirkan, rasakan terhadap suatu merek tertentu, sehingga dalam citra merek faktor psikologis lebih banyak berperan dibandingkan faktor fisik dari merek tersebut. 2.1.2 Kelompok Referensi 25
Kelompok
referensi
disebut
juga
kelompok
acuan.
Menurut
Sumawarman(2004:250), kelompok referensi (reference group) adalah seorang individu atausekelompok orang yang secara nyata mempengaruhi perilaku seseorang. Dalamperspektif pemasaran, kelompok referensi adalah kelompok yang berfungsisebagai referensi bagi seseorang dalam keputusan pembelian dan konsumsi. Menurut Setiadi (2003:266), kelompok referensi merupakan pengaruh sosialdalam suatu perilaku konsumen. Kelompok referensi adalah aspek lingkungan sosialmikro bagi konsumen. Kelompok referensi juga melibatkan satu atau lebih orangyang dijadikan sebagai dasar pembanding atau titik referensi dalam membentuktanggapan afeksi dan kognisi serta menyatakan perilaku seseorang. Menurut Kotler dan Keller (2009:170), “kelompok referensi adalah semuakelompok yang mempunyai pengaruh langsung atau tidak langsung terhadapsikap atau perilaku orang tersebut”.Kelompok yang mempunyai pengaruhlangsung disebut kelompok keanggotaan.Beberapa dari kelompok ini merupakankelompok primer, dengan siapa seseorang berinteraksi dengan apa adanya secaraterus menerus dan tidak resmi, seperti keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja.Masyarakat juga menjadi kelompok sekunder, seperti agama, profesional, dankelompok persatuan perdagangan, yang cenderung lebih resmi dan memerlukaninteraksi yang kurang berkelanjutan.
26
Kelompok referensi mempengaruhi anggotasetidaknya dengan tiga cara. Mereka memperkenalkan perilaku dan gaya hidupbaru kepada seseorang, mereka mempengaruhi sikap dan konsep diri, dan merekamenciptakan tekanan kenyamanan yang dapat mempengaruhi pilihan produk danmerek.Orang juga dipengaruhi oleh kelompok diluar kelompoknya. Kelompokaspirasional adalah kelompok yang ingin diikuti oleh orang itu, kelompokdisosiatif adalah kelompok yang nilai dan perilakunya ditolak oleh orang lain.Jikapengaruh kelompok referensi kuat, pemasaran harus menentukan caramenjangkau dan mempengaruhi pemimpin opini kelompok.Pemimpin opini adalah orang yang menawarkan nasihat atau infomasi informal tentang produkatau kategori produk tertentu, misalnya mana yang terbaik dari beberapa merekatau bagaimana produk tertentu, misalnya mana yang terbaik dari beberapa merek atau bagaimana produk tertentu dapat digunakan, pemimpin opini seringkali memiliki kepercayaan diri yang tinggi, aktif secara sosial, dan terlibat dalamkategori produk.Pemasaran berusaha menjangkau para pemimpin opini denganmengindentifikasi
karakteristik
demografis
dan
psikografis,
mengidentifikasimedia yang mereka baca dan mengarahkan pesan kepada mereka. Menurut
Supranto
dan
Limakrisna
(2011:58),
suatu
kelompok
referensimeliputi satu orang atau lebih yang dipergunakan oleh seseorang sebagai basisatau dasar untuk perbandingan atau titik referensi didalam membentuk responafektif, kognitif dan pembentukan perilaku. Kelompok referensi dapat dikatakanbanyaknya (dari satu orang sampai ratusan orang) dan mungkin bisa
27
terwujud(tangible) seperti orang sebenarnya (actual people) atau tak terwujud (intangible)atau simbolik (kesuksesan pengusaha/pebisnis). Isu yang penting untuk pemasaran berkenaan dengan pengaruh kelompokreferensi meliputi hal-hal berikut: 1. Pengaruh jenis apa yang bisa ditimbulkan oleh kelompok referensi terhadapindividu (perorangan). 2. Bagaimana pengaruh kelompok referensi bisa berbeda lintas produk danmerek. 3. Bagaimana pemasar dapat menggunakan konsep kelompok referensi untukmengembangkan strategi pemasaran yang efektif. Menurut Setiadi (2003:229) sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 1. Pengaruh Keluarga Keluarga mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam keputusanpembelian. Dengan mengabaikan kecenderungan anak usia belasan tahunyang sering memberontak pada orang tua, sebenarnya terdapat hubunganyang kuat antara sikap orang tua dan sikap anaknya. Dari data yang adaterbukti bahwa sekitar kurang lebih 58% keputusan pembelian dipengaruhioleh anak-anak. 2. Pengaruh Kelompok Kawan Sebaya Banyak studi yang memperlihatkan bahwa kawan sebaya mampumempengaruhi dalam perilaku pembelian. Kazt dan Lazarsfeld yang dikutipAssel dalam Setiadi (2003:229) menemukan bahwa pengaruh kelompokkawan sebaya lebih memungkinkan mempengaruhi sikap dan perilakupembelian dari pada iklan. Anak-anak usia belasan tahun sering melakukanpembelian terhadap suatu produk karena teman sekolahnya telah membeliproduk itu. 3. Pengalaman 28
Pengalaman masa lalu mempengaruhi sikap terhadap merek. Pengalamanpenggunaan suatu merek produk pada masa lalu akan memberikan evaluasiatas merek produk tersebut, bergantung apakah pengalaman itumenyenangkan atau tidak. Jika pengalaman masa lalu itu menyenangkanmaka sikap konsumen dimasa mendatang akan positif, tetapi jika pengalamanpada masa lalu itu tidak menyenangkan maka sikap konsumen di masamendatang pun akan negatif. 4. Kepribadian Kepribadian konsumen mempengaruhi sikap. Sifat-sifat seperti sukamenyerang, terbuka, kepatuhan atau otoritarianisme mungkin mempengaruhisikap terhadap merek dan produk. Individu yang agresif mungkin lebihmungkin terlibat dalam persaingan olah raga dan akan membeli peralatanyang paling mahal dalam usahanya untuk mengungguli lawannya. 2.1.2.1 Jenis Pengaruh Kelompok Referensi Sebagian besar orang menjadi anggota beberapa kelompok informal primerdan keanggotaan kelompok yang sedikit formal. Sebagai tambahan, orang sadartentang banyak kelompok sekunder lainnya, keduanya formal dan informal. Padadasarnya orang mengenali dan mengafiliasi dengan kelompok referensi tertentuuntuk alasan, yaitu : 1. Mendapatkan pengetahuan yang berguna 2. Mendapatkan ganjaran (rewards) atau menghindari hukuman 3. Memperoleh
makna
untuk
membentuk,
memodifikasi
atau
mempertahankankonsep diri mereka 2.1.3
Keputusan Pembelian Menurut Kotler dan Armstrong (2008:158), konsumen membuat banyak
keputusan pembelian setiap hari. Kebanyakan perusahaan besar meneliti keputusan pembelian konsumen secara sangat rinci untuk menjawab pertanyaan
29
tentang apa yang dibeli konsumen, dimana mereka membeli, dan mengapa mereka membeli. Menurut Kotler dan Armstrong (2008:181), keputusan pembelian (purchase decision) konsumen adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor bisa berada antara niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain, dan faktor kedua adalah faktor situasional yang tidak diharapkan. Oleh karena itu, preferensi dan niat pembelian tidak selalu menghasilkan pembelian yang aktual. Menurut Morissan (2010:111), keputusan pembelian (purchase decision) adalah tahap selanjutnya setelah adanya niat atau keinginan membeli, namun keputusan pembelian adalah tidak sama dengan pembelian sebenarnya (actual purchase).Ketika konsumen memilih untuk membeli suatu merek,ia masih harus melaksanakan keputusan dan melakukan pembelian yang sebenarnya. Menurut Nugroho (2010:331), mendefinisikan suatu keputusan (decision) melibatkan pilihan diantara dua atau lebih alternatif tindakan atau perilaku. Keputusan selalu mensyaratkan pilihan diantara beberapa perilaku yang berbeda. Inti dari pengambilan keputusan konsumen (cunsumer decision making) adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua alternatif, dan memilih satu diantaranya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keputusan pembelian merupakan kegiatan pemecahan masalah yang dilakukan individu dalam pemilihan alternatif perilaku yang sesuai dari dua alternatif perilaku atau lebih dan
30
dianggap sebagai tindakan yang paling tepat dalam membeli dengan terlebih dahulu melalui tahapan proses pengambilan keputusan. 2.1.3.1 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Menurut Kotler dan Armstrong (2008:179), proses keputusan pembelian terdiri dari lima tahap : pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, perilaku pascapembelian. Adapun penjelasan dari tahapan tersebut adalah sebagai berikut : Pengenalan Kebutuhan
Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatif
Keputusan Pembelian
Perilaku Pasca pembelian
Gambar 2.2 : Proses Keputusan Pembelian Sumber : Kotler dan Armstrong (2008:179)
Keterangan : 1. Pengenalan kebutuhan (need recognition) yaitu tahap pertama proses keputusan pembeli, dimana konsumen menyadari suatu masalah atau kebutuhan. Kebutuhan dapat dipicu oleh rangsangan internal dan rangsangan eksternal. 2. Pencarian informasi (information search) yaitu tahap proses keputusan pembeli dimana konsumen ingin mencari informasi lebih banyak, konsumen mungkin hanya memperbesar perhatian atau melakukan pencarian informasi secara aktif. 3. Evaluasi alternatif (alternative evaluation) yaitu tahap proses keputusan pembeli dimana konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek alternatif dalam sekelompok pilihan.
31
4. Keputusan pembelian (purchase decision) yaitu keputusan pembeli tentang merek mana yang dibeli. 5. Perilaku pasca pembelian (postpurchase behavior) yaitu tahap proses keputusan selanjutnya
pembeli setelah
dimana
konsumen
pembelian,
mengambil
berdasarkan
tindakan
kepuasan
atau
ketidakpuasan mereka. 2.1.3.2 Jenis-Jenis Perilaku Keputusan Pembelian Menurut Kotler dan Armstrong (2008: 177), perilaku pembelian sangat berbeda untuk berbagai produk.Keputusan yang lebih kompleks biasanya melibatkan peserta pembelian dan pertimbangan pembeli yang lebih banyak. Tabel 2.3 akan menunjukkan empat tipe perilaku pembelian.
Tabel 2.3 Empat Tipe Perilaku Pembelian Keterlibatan Tinggi Keterlibatan Rendah Perilaku pembelian Perilaku pembelian yang Banyak Perbedaan kompleks mencari keberagaman Antar Merek Perilaku pembelian Perilaku pembelian Sedikit Perbedaan pengurangan disonansi kebiasaan Antar Merek Sumber : Kotler dan Armstrong (2008: 177)
1. Perilaku Pembelian Kompleks Konsumen melakukan perilaku pembelian kompleks (complex buying behavior) ketika mereka sangat terlibat dalam pembelian dan merasa ada perbedaan yang signifikan antarmerek. Konsumen mungkin sangat terlibat ketika produk itu mahal, berisiko, jarang dibeli, dan sangat memperlihatkan ekspresi diri. 2. Perilaku Pembelian Pengurangan Disonansi
32
Perilaku pembelian pengurangan disonansi (dissonance-reducing buying behavior) terjadi ketika konsumen sangat terlibat dalam pembelian yang mahal, jarang dilakukan, atau berisiko, tetapi hanya melihat sedikit perbedaan antar merek. 3. Perilaku Pembelian Kebiasaan Perilaku pembelian kebiasaan (habitual buying behavior) terjadi dalam keadaan keterlibatan konsumen yang rendah dan sedikit perbedaan merek. Konsumen memiliki keterlibatan rendah dengan sebagian besar produk murah yang sering dibeli. 4. Perilaku Pembelian Mencari Keberagaman Konsumen melakukan perilaku pembelian mencari keberagaman (varietyseeking buying behavior) dalam situasi yang mempunyai karakter keterlibatan konsumen rendah tetapi anggapan perbedaan merek yang signifikan.
33
2.2 Penilitian Terdahulu Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu Penulis Tahun Winda Sembiring (2011)
Frena Azany (2014)
Lusia Oktaviani (2014)
Bagas Airlangga Dwiyanda (2015)
Judul Penelitian Pengaruh Ekuitas Merek Tupperware Terhadap Keputusan Konsumen Membayar Harga Premium (Studi Kasus Pada Orangtua Murid SD St. Yoseph Jl. Pemuda Medan)
Analisis Pengaruh Desain Produk, Motivasi Konsumen dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Sepatu Bellagio (Studi Pada Konsumen Toko Sepatu Bellagio Java Supermall Semarang) Analisis Pengaruh Brand Image (Citra Merek), Kualitas Produk, Dan Harga Terhadap Minat Beli Produk Mie Instan Supermi ( Studi Kasus Pada Konsumen Mie Instan Supermie di Kota Semarang ) Pengaruh Gaya Hidup, Merek, Dan Kelompok Referensi Terhadap Keputusan Pembelian dan Loyalitas Produk Ipad Pada Mahasiswa/I Di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera utara
Teknik Analisis Regresi Linear Berganda
Regresi Linier Berganda
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan variabel kesadaran merek (brand awareness), persepsi kualitas (perceived quality), asosiasi merek (brand association) dan loyalitas merek (brand loyalty) berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan konsumen membayar harga premium. Hasil penelitian menunjukkan variabel Desain Produk, Motivasi Konsumen Dan Citra Merek mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian
Regresi Linear Berganda
Hasil penelitian menunjukkan variabel Brand Image (Citra Merek), Kualitas Produk, Dan Harga mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Minat Beli
Regresi Linear Berganda
Hasil penelitian menunjukkan variabel Gaya Hidup, Merek, Dan Kelompok Referensi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian dan Loyalitas
34
2.3 Kerangka Konseptual Adanya persepsi pelanggan terhadap kualitas mencerminkan perasaan pelanggan terhadap produk. Persepsi terhadap kualitas keseluruhan dari suatu produk atau jasa dapat menentukan citra dari produk atau jasa tersebut. Citra yang dibangun haruslah kuat tertanam di benak konsumen karena keputusan konsumen sering sekali didasari oleh kesan dari citra merek yang meliputi manfaat yang ditawarkan produk dan kualitas tersirat yang diungkapkan melalui merek. Saat Persepsi Pelanggan terhadap Merek sudah tertanam dengan baik, maka kemungkinan pelanggan melakukan pembelian akan semakin tinggi. Kelompok Referensi adalahseorang individu atau sekelompok orang yang secara nyata mempengaruhi perilaku seseorang. Dalam perspektif pemasaran, kelompok referensi adalah kelompok yang berfungsi sebagai referensi bagi seseorang dalam keputusan pembelian dan konsumsi (Sumawarman, 2004:250). Beberapa kelompok keanggotaan adalah kelompok primer, seperti keluarga, teman, tetangga dan rekan kerja yang berinteraksi dengan seseorang secara terus menerus dan informal. Orang juga menjadi anggota kelompok sekunder, seperti kelompok keagamaan, profesional, dan asosiasi perdagangan,yang cenderung lebih formal dan membutuhkan interaksi yang tidak begitu rutin. Kelompok Referensi adalah salah satu faktor pendorong Keputusan Pembelian yang sangat efektif bagi calon pelanggan. Keputusan Pembelianadalah suatu proses dimana seseorang rela menukarkan uang atau alat pembayaran lainnya untuk sebuah barang ataupun jasauntuk dapat memuaskan kebutuhannya. Keputusan pembelian dalam penelitian ini dapat dijelaskan dan dipengaruhi oleh dua variabel bebas yaitu Citra Merek,dan Kelompok Referensi Kerangka konseptual dalam penulisan ini dapat digambarkan secarasistematis, sebagai berikut:
Brand Image (X1)
Keputusan Pembelian (Y)
Kelompok Referensi(X2) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.4 Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
35
1. Brand Imageberpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian tupperwaredi Kompleks perumahan Universitas Sumatera Utara Jl.Dr.Mansyur. 2. Kelompok Referensi berpengaruh dan signifikan terhadap keputusan pembelian tupperware di Kompleks perumahan Universitas Sumatera Utara Jl.Dr.Mansyur. 3. Brand image dan kelompok referensi berpengaruh secara bersamasama terhadap keputusan pembelian Tupperwaredi Kompleks perumahan Universitas Sumatera Utara Jl.Dr.Mansyur.
36