Latar Belakang Tahun 2015 merupakan tahun pertama disusunnya Laporan Keuangan Pemerintah dengan menggunakan basis Akrual dari sebelumnya menggunakan basis kas Menuju Akrual (Cash Toward Accrual). Perbedaan mendasar antara Laporan Keuangan basis Akrual dengan basis Kas Menuju Akrual adalah dari Komponen Laporan Keuangan yang harus disajikan/dilaporkan sebagai berikut: No
Basis Kas Menuju Akrual
Basis Akrual
1
Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
2
Neraca
Neraca
3
Catatan atas Laporan Keuangan
Laporan Operasional (LO)
4
Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
5
Catatan atas Laporan Keuangan
Dengan basis akrual, maka keterkaitan antar Komponen Laporan Keuangan menjadi sangat erat. Hampir setiap transaksi melibatkan penyajian di LRA, Neraca, LO dan LPE. Jarang ditemukan transaksi yang hanya melibatkan satu komponen laporan keuangan saja. Dengan demikian diperlukan telaah antar komponen laporan keuangan untuk meyakini bahwa keterkaitan antar laporan tersebut telah disajikan sesuai ketentuan. Perubahan basis akuntansi perlu didukung oleh Kebijakan Akuntansi, Sistem Akuntansi dan Aplikasi yang memadai, oleh karena itu Kementerian Keuangan menerbitkan beberapa penyesuaian, baik dari sisi: -
Kebijakan Akuntansi, antara lain: -
diberlakukannya Peraturan Pemerintah No.71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) berbasis Akrual;
-
terbitnya Buletin Teknis SAP berbasis akrual mulai dari Bultek 15-Bultek 19 dan Interpretasi SAP 04;
-
terbitnya Pernyataan SAP No.13 tentang Penyajian Laporan Keuangan Badan Layanan Umum
1|Halaman
-
Sistem Akuntansi: -
-
Terbitnya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) terkait Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan basis akrual, Bagan Akun Standar Akrual, jurnal standar basis Akrual, pedoman penyusunan LKKL akrual, dll
Aplikasi: -
Terbitnya Aplikasi Persediaan, SIMAK-BMN dan SAIBA yang berbasis akrual
Dengan terbitnya peraturan-peraturan dan aplikasi basis akrual, mungkin ada sebagian yang belum dipahami secara baik. Terutama penggunaan menu-menu transaksi pada Aplikasi Persediaan dan SIMAK-BMN dan penggunaan Jurnal pada Aplikasi SAIBA. Kesalahan penggunaan menu transaksi dan pemilihan jurnal dapat mengakibatkan kesalahan dalam penyajian Laporan Keuangan. Apabila dilakukan telaah laporan keuangan, kemungkinan kesalahan tersebut dapat terdeteksi dan diperbaiki sebelum dikirim ke Unit Akuntansi level diatasnya. Sistem akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan basis akrual masih sama dengan basis kas menuju akrual, yaitu dengan sistem berjenjang dan adanya proses rekonsiliasi (baik internal maupun eksternal) di tiap jenjang pelaporan keuangan sebagai berikut:
2|Halaman
Jenjang penyusunan laporan keuangan dimulai dari level Satker (Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran – UAKPA) yang dikirim ke Unit Akuntansi level diatasnya (Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah – UAPPA-W). UAPPA-W pada prinsipnya menggabungkan seluruh laporan keuangan tingkat Satker dibawahnya, kemudian mengirimkannya ke level akuntansi diatasnya (Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon 1 – UAPPA-E1). UAPPA-E1 pada prinsipnya menggabungkan seluruh laporan keuangan tingkat Wilayah dibawahnya ditambah Satker Kantor Pusat dan Satker BLU, kemudian mengirimkannya ke level akuntansi diatasnya (Unit Akuntansi Pembantu Anggaran– UAPA). UAPA pada prinsipnya menggabungkan seluruh laporan keuangan tingkat Eselon 1 dibawahnya menjadi Laporan Keuangan Kementeran Negara/Lembaga (LKKL). LKKL ini dikirim ke Kementerian Keuangan. Oleh Kementerian Keuangan, seluruh LKKL ditambah Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara (LK-BUN) dikonsolidasi menjadi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP). Setelah LKPP diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan diserahkan ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai pertanggungjawaban Pemerintah atas APBN. Dari jenjang penyusunan laporan keuangan diatas, apabila terdapat kesalahan pada level Satker, maka kesalahan tersebut akan terbawa terus hingga level LKPP, atau dengan istilah lain Garbage In, Garbage Out ! Dengan hal-hal tersebut diatas, maka diperlukan adanya telaah laporan keuangan pada tiap level/jenjang pelaporan keuangan agar kesalahan di level bawah ditemukan sedini mungkin dan diperbaiki pada level serendah mungkin.
Hal diatas terbukti pada penyusunan LKKL akrual tahun 2015 unaudited yang masih ditemukan beberapa kesalahan seperti: -
Laporan keuangan disusun tidak dari seluruh satker (masih ada satker yang belum terkompilasi) Masih terdapat akun “belum diregister” pada neraca Tidak samanya Laporan Keuangan dengan Laporan BMN Terdapat setoran SSBP dengan menggunakan akun yang salah Terdapat akun-akun BLU padahal KL tersebut tidak memiliki Satker BLU Migrasi LKKL 2014 Audited ke Saldo Awal LKKL 2015 belum sempurna dll
3|Halaman
Apakah telaah laporan keuangan? Telaah Laporan Keuangan adalah suatu kegiatan memeriksa laporan keuangan oleh penyusun laporan keuangan untuk meyakini keandalan laporan keuangan yang disusunnya. Berbeda dengan reviu laporan keuangan yang dilakukan oleh Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) atau audit laporan keuangan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan, telaah laporan keuangan dilakukan oleh penyusun laporan keuangan. Telaah dilakukan untuk meyakini keandalan laporan keuangan yang disusunnya sebelum disampaikan ke jenjang/unit akuntansi diatasnya.
Siapa yang menelaah? Yang melakukan penelaahan terhadap laporan keuangan adalah seluruh penyusun laporan keuangan, mulai dari level UAKPA, UAPPA-W, UAPPA-E1, UAPA, hingga penyusun LKPP. Pereviu laporan keuangan (APIP) dapat juga menggunakan telaah laporan keuangan ini sebagai tambahan dalam melakukan reviu atas laporan keuangan.
Kapan dilakukan Telaah? Telaah laporan keuangan dilakukan setiap laporan keuangan akan disampaikan ke Pihak Lain (Unit Akuntansi diatasnya). Hal ini berarti telaah laporan keuangan dilakukan triwulanan, semesteran, tahunan unaudited dan tahunan audited.
Bagaimana menelaah Laporan Keuangan? Telaah laporan keuangan dilakukan terhadap laporan keuangan yang telah selesai disusun. Pada umumnya yang ditelaah adalah kewajaran nilai-nilai yang terdapat pada laporan keuangan dan kelengkapan laporan keuangan serta kecukupan pengungkapan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Secara garis besar telaah laporan keuangan dilakukan atas hal-hal sebagai berikut: 1. Kelengkapan laporan keuangan 2. Kesesuaian dengan persamaan dasar Akuntansi Pemerintah 3. Kesesuaian Migrasi Saldo Awal
4|Halaman
4. Telaah per komponen laporan keuangan a) b) c) d) e) f)
Neraca Percobaan Akrual Laporan Operasional Laporan Perubahan Ekuitas Neraca Laporan Realisasi Anggaran Catatan Atas Laporan Keuangan
5. Telaah antar Laporan Keuangan a) Keterkaitan transaksi akrual intra laporan keuangan b) Kesesuaian dengan Laporan Barang Milik Negara (L-BMN) Hasil dari telaah laporan keuangan dituangkan dalam Kertas Kerja Laporan Keuangan.
5|Halaman
KELENGKAPAN LAPORAN KEUANGAN Sesuai Peraturan Menteri Keuangan No.177/PMK.05/2015, Laporan Keuangan Kementeran Negara/Lembaga terdiri dari Laporan Keuangan Pokok (laporan yang disusun dan disajikan dalam rangka memenuhi tujuan laporan keuangan yang bertujuan umum) dan Lampiran Pendukung-Laporan Keuangan Pokok (berupa lampiran, daftar, atau dokumen tertentu yang berguna dalam penyusunan/kompilasi laporan keuangan dan/atau meningkatkan kualitas laporan). Untuk memenuhi ketentuan di atas, maka setiap penyusun laporan keuangan harus memeriksa kelengkapan (check-list) apakah komponen-komponen berikut telah dimasukkan ke dalam laporan keuangan yang telah disusunnya. Komponen Laporan Keuangan Pokok: 1.
Pernyataan Telah Direviu (hanya untuk tingkat LKKL)
2.
Pernyataan Tanggung Jawab
3.
Ringkasan Laporan Keuangan
4.
Laporan Realisasi Anggaran
5.
Neraca
6.
Laporan Opersional
7.
Laporan Perubahan Ekuitas
8.
Catatan atas Laporan Keuangan
Untuk laporan keuangan pokok di atas, pastikan yang disampaikan bukan hasil cetakan dari Aplikasi dan telah ditandatangani oleh yang seharusnya. Lampiran Pendukung Laporan Keuangan: 1.
Neraca Percobaan Akrual (Cetakan Aplikasi)
2.
Neraca Percobaan Kas (Cetakan Aplikasi)
3.
Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) dengan KPPN/Kanwil DJPB/Dit. APK
4.
Neraca Awal (Cetakan Aplikasi) 6|Halaman
5.
Laporan Realisasi Pendapatan dan Belanja (Cetakan Aplikasi)
6.
Laporan Pengguna Barang (Laporan Kuasa Pengguna/Laporan BMN) (Cetakan Aplikasi)
7.
Rencana dan Tindak Lanjut K/L atas temuan BPK (khusus tingkat LKKL)
Disamping lampiran pendukung diatas, dapat ditambahkan check-list lampiran pendukung lainnya yang diperlukan sesuai kharakteristik masing-masing KL.
Kelengkapan Kompilasi/Penggabungan Apakah LK disusun dari seluruh Satker di bawahnya? Laporan keuangan pada tiap level, harus disusun dari seluruh satker dibawahnya. Termasuk dari satker yang dilikuidasi namun belum selesai proses likuidasinya.
KESESUAIAN PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI Dengan diterapkannya basis akrual, maka terdapat keterkaitan antara LO, LPE dengan Neraca sebagai berikut:
Apabila disimpulkan, maka hubungan antara LO, LPE dan Neraca diatas sebagai berikut: 1.
Nilai "Surplus/(Defisit)-LO" = Nilai "Surplus/ (Defisit) - LO" di LPE
2.
Saldo Ekuitas Akhir di LPE = Saldo Ekuitas di Neraca
3.
Aset = Kewajiban + Ekuitas
7|Halaman
Apabila ditemukan pada laporan keuangan ada yang tidak sesuai dengan Persamaan Dasar Akuntansi diatas, kemungkinan Penyebabnya adalah: • • •
Belum menggunakan Aplikasi SIMAK-BMN akrual (masih menggunakan SIMAK-BMN versi 14.x.x) Belum Update Aplikasi dan/atau Referensi Aplikasi SAIBA baik ditingkat satker hingga tingkat KL; Terdapat Jurnal yang tidak ada pasangannya (pada SAIBA versi sebelum 2.7 mungkin terjadi)
Solusi yang dapat dilakukan adalah: • • • • • •
Lakukan Update SIMAK-BMN akrual; Update Aplikasi, terutama Referensi; Cek/cetak dari Aplikasi SAIBA: Transasksi-Jurnal Penyesuaian-cetak-per tanggal-isi 01-01-2015 sd 31-12-2015 Periksa, apakah ada yang tidak terisi pada kolom debet dan kreditnya Jika ada, perbaiki, dengan cara hapus, input ulang, posting ulang Lakukan untuk jenis transaksi lainnya: Jurnal Penyesuaian Neraca, Jurnal Koreksi dan Jurnal Umum
Apabila hal ini terjadi/diketahui pada level yang atas (level wilayah sd KL), maka harus ketahui dulu di Eselon 1 mana saja yang tidak sesuai, kemudian di wilayah mana saja yang tidak sesuai, kemudian dicari satker mana yang tidak sesuai. Karena perbaikan hanya dapat dilakukan di level satker. Lakukan perbaikan di level satker, kemudian lakukan kirim dan terima ulang di level atasnya. Sangat dianjurkan tiap-tiap level atas (Wilayah, Eselon 1 dan KL) memiliki pengawasan manual (dengan menggunakan Microsoft Excell misalnya) atas setiap komponen laporan keuangan Unit Akuntansi dibawahnya. Hal ini dilakukan agar apabila ada perubahan ADK kiriman dari level bawahnya dapat segera diketahui. Bahkan sangat dianjurkan pula agar tiap Eselon 1 memiliki back-up aplikasi tingkat satker dibawahnya
SALDO AWAL NERACA AKRUAL (MIGRASI) Salah satu hal yang perlu ditelaah adalah Saldo Awal neraca tahun berjalan harus sama dengan Saldo Akhir Neraca Tahun Anggaran Yang Lalu Audited. Kesamaan di atas berlaku untuk tiap jenjang pelaporan keuangan sebagai berikut:
8|Halaman
-
-
-
Neraca awal tahun berjalan tingkat KL harus sama dengan neraca Akhir tingkat KL Audited Tahun Anggaran yang lalu. Neraca awal tahun berjalan tingkat Eselon 1 harus sama dengan neraca akhir tingkat Eselon 1 Tahun Anggaran yang lalu dan juga harus sama dengan neraca akhir tingkat KL Audited Tahun Anggaran yang lalu. Apabila pada tingkat KL ditemukan adanya perbedaan saldo pada Laporan Neraca Audited tingkat Eselon I, maka Eselon I tersebut harus memperbaiki data Neraca Audited-nya mengikuti saldo Neraca Audited yang dimiliki oleh Tingkat KL. Neraca awal tahun berjalan tingkat Wilayah harus sama dengan neraca Akhir tingkat Wilayah Tahun Anggaran yang lalu dan sama dengan neraca Akhir tingkat Eselon 1 Tahun Anggaran yang lalu. Apabila pada Eselon I ditemukan adanya perbedaan saldo pada Laporan Neraca Audited tingkat wilayah, maka tingkat wilayah tersebut harus memperbaiki data Neraca Audited-nya mengikuti saldo Neraca Audited yang dimiliki oleh Tingkat Eselon I. Neraca awal tahun berjalan tingkat Satker harus sama dengan neraca Akhir tingkat Satker Tahun Anggaran yang lalu dan sama dengan neraca Akhir tingkat Wilayah/Eselon 1 Tahun Anggaran yang lalu. Apabila pada Tingkat Wilayah ditemukan adanya perbedaan saldo pada Laporan Neraca Audited tingkat satker, maka satker tersebut harus memperbaiki data Neraca Audited-nya mengikuti saldo Neraca Audited yang dimiliki oleh Tingkat Wilayah.
Hal yang sering menjadi penyebab terjadinya perbedaan saldo awal antara tingkat bawah dengan tingkat diatasnya adalah sebagai berikut: 1. Terdapat perubahan data pada level bawah, namun tidak disampaikan ke tingkat diatasnya. 2. Terdapat perubahan yang dilakukan oleh tingkat atas, namun tidak disampaikan ke tingkat yang dibawahnya. Apabila terjadi sebagaimana angka 1 diatas, maka laporan keuangan tingkat bawahnya harus mengubah laporan tahun lalu menjadi seperti sebelum ada perubahan. Dan perubahan yang dilakukan agar dilakukan kembali sebagai perubahan/koreksi tahun anggaran berjalan. Apabila terjadi sebagaimana angka 2 diatas, maka laporan keuangan level bawahnya harus mengubah laporan tahun anggaran lalu menjadi seperti perbaikan yang telah dilakukan level diatasnya.
9|Halaman
MIGRASI KE AKRUAL PERTAMA KALI (TAHUN 2015) Untuk tahun 2015, merupakan tahun pertama kali penerapan akuntansi berbasis akrual dari sebelumnya menggunakan basis akuntansi Kas Menuju Akrual (Cash Toward Accrual/CTA). Format Neraca Audited Tahun 2014 yang menggunakan basis CTA mengalami perubahan dalam penyusunan Laporan Keuangan tahun 2015 yang telah berbasis akrual. Dengan demikian KHUSUS tahun 2015 terjadi migrasi/mapping saldo akun-akun Neraca Audited 2014 menjadi saldo akun-akun Neraca awal tahun 2015 yang dapat diringkas sebagai berikut: -
-
Seluruh Aset Audited 2014 dimigrasi menjadi Saldo Awal Aset 2015 Seluruh Kewajiban Audited 2014 dimigrasi menjadi Saldo Awal Kewajiban 2015, Kecuali: o Pendapatan Ditangguhkan (kode akun 219611), dimigrasi menjadi Ekuitas Awal 2015 o Apabila dalam Pendapatan Ditangguhkan terdapat akun “Hibah yang belum disahkan” (kode akun 219671), akun ini dimigrasi tetap menjadi Kewajiban Awal 2015 Seluruh Ekuitas Dana Audited 2014 dimigrasi menjadi Saldo Ekuitas 2015
Apabila digambarkan sebagai berikut:
Proses migrasi diatas hanya berlaku pada tahun 2015 saja, mulai tahun 2016 tidak terdapat proses migrasi diatas, karena format neraca dan basis akuntansi antara tahun 2015 dengan tahun 2016 telah sama.
10 | H a l a m a n
Proses penyusunan laporan keuangan mengikuti kaidah akuntansi, yaitu:
Bila dilihat dari gambar diatas, terlihat bahwa laporan keuangan disusun berdasarkan Neraca Percobaan Akrual. Apabila ada akun-akun pada Neraca Percobaan yang salah, maka dapat dipastikan laporan keuangan yang disusun pun salah. Namun ada juga kesalahan pada akun-akun di Neraca Percobaan yang tidak mengakibatkan Laporan Keuangan Face menjadi salah. Karena Laporan face merupakan satu atau gabungan beberapa akun. Misalnya, Akun Barang konsumsi salah nilainya tertukar dengan akun persediaan lainnya. Kesalahan ini tidak akan mengakibatkan kesalahan pada laporan Keuangan Neraca face, karena kedua akun tersebut akan dijumlahkan menjadi akun Persediaan di Neraca face. Namun, apabila yang tertukar adalah akun Beban Persediaan Konsumsi dengan Akun Beban Persediaan Suku cadang, akan menimbulkan kesalahan pada Laporan Operasional, karena akun Beban Persediaan Konsumsi akan menjadi Beban Persediaan di LO, sedangkan akun Beban Persediaan Suku cadang akan menjadi Beban Pemeliharaan di LO Dengan demikian kebenaran akun-akun di Neraca Percobaan Akrual menjadi sangat penting.
Pengecekan Saldo-saldo pada Neraca Percobaan Akrual Pengecekan Saldo-saldo pada Neraca Percobaan adalah sebagai berikut: Pengecekan Saldo Tidak Normal 1.
Adakah akun dengan uraian "null" atau tidak ada uraiannya 11 | H a l a m a n
Uraian “null” dapat muncul pada tiap level laporan keuangan. Biasanya muncul apabila terdapat kode akun yang tidak dikenal oleh aplikasi. Hal ini dapat terjadi karena belum update referensi pada Aplikasi, baik aplikasi Persediaan, SIMAK-BMN maupun SAIBA pada semua level. Pengecekan posisi saldo normal (Debet atau Kredit) Tiap-tiap akun memiliki posisi normalnya, apakah di Debet atau di Kredit. Apabila suatu akun tidak berada pada posisi normalnya, belum tentu salah, namun kemungkinan besar salah. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan, atau apabila memang karena satu dan lain hal bersaldo di posisi yang tidak normal, agar dijelaskan lebih lanjut dalam catatan telaah laporan keuangan. Adapun posisi saldo normal masing-masing akun adalah sebagai berikut: 1.
Akun Aset (1xxxxx) bersaldo (D) (kec.Penyisihan dan Akumulasi)
2.
Akun Penyisihan Piutang (116xxx) bersaldo (K)
3.
Akun Akumulasi Penyusutan (137xxx dan 169xxx) bersaldo (K)
4.
Akun Kewajiban (2xxxxx) bersaldo (K)
5.
Akun Pendapatan (4xxxxx) bersaldo (K) (kec.Pengembalian Pendapatan)
6.
Akun Pengembalian Pendapatan (4xxxxxx) bersaldo (D)
7.
Akun Belanja/beban (5xxxxx) bersaldo (D) (kecuali Beban Penyisihan Piutang)
8.
Akun Pengembalian Belanja (5xxxxx) bersaldo (K)
Akun-akun yang tidak boleh ada: Sama halnya dengan posisi Saldo Normal diatas, akun-akun tersebut dibawah ini seharusnya tidak ada pada K/L. Apabila ada, dilakukan perbaikan, atau apabila memang karena satu dan lain hal bersaldo di posisi yang tidak normal, agar dijelaskan lebih lanjut dalam catatan telaah laporan keuangan. Adapun akun-akun yang tidak boleh ada adalah sebagai berikut: 1. Persediaan/Aset Tetap/Aset Lainnya“Belum Diregister” Akun “Belum Diregister” hanya boleh ada pada Laporan Keuangan Interim (Bulanan/Triwulanan/Semesteran). Pada Laporan Keuangan Tahunan tidak boleh ada. Resiko: Jika Satker menjurnal “sembarangan”, yang penting akun “Belum Diregister” hilang.
12 | H a l a m a n
2. Akun 391121 (Ekuitas Transaksi Lainnya) Akun ini hanya untuk RRI, TVRI dan POLRI 3. Akun 41 (Pendapatan Perpajakan) Akun ini hanya untuk BA.015.04 Ditjen Pajak, Kementerian Keuangan. Apabila akun ini muncul selain Satker Ditjen Pajak Kementerian Keuangan, misalnya: Akun 411122, kemungkinan karena salah jurnal saldo Kas Lainnya di Bendahara Pengeluaran yang merupakan potongan pajak. Jurnal yang benar adalah dengan akun lawan 219961 (utang pajak bendahara yang belum disetor) 4. Akun 423319 (Pendapatan Bunga Lainnya) Biasanya akun ini muncul karena salah memilih akun, seharusnya akun 423221 (Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan (Jasa Giro) tetapi ke akun 423319. 5. Akun 423956 (Penerimaan kembali belanja hibah TAYL) Akun ini merupakan pengembalian Belanja Hibah (akun 56xxxx) yang hanya untuk BA-BUN Pengelolaan Hibah (999.02) 6. Akun 423958 (Penerimaan kembali belanja lain-lain TAYL) Akun ini merupakan pengembalian Belanja Lain-lain (akun 58xxxx) yang hanya untuk BA-BUN Belanja Lain-lain (999.08) 7. Akun 43 (Pendapatan Hibah) Akun ini hanya untuk BA 999.02 8. Bila bukan Satker BLU/tidak terdapat Satker BLU, maka TIDAK BOLEH ADA: o akun 424xxx, 525xxx dan 527xxx o Akun diatas diperuntukkan khusus untuk Satker BLU. Berlaku kebalikannya, apabila merupakan Satker BLU, atau ada satkernya yang BLU, maka harus ada minimal salah satu dari akun 424xxx, 525xxx dan 527xxx. 9. Akun 219671 (Hibah Langsung Yang Belum Disahkan) Akun ini merupakan akun Kas Menuju Akrual. Sejak 2015 tidak digunakan lagi, diganti menjadi akun 218211 (Hibah Langsung Yang Belum Disahkan).
Bila terdapat Saldo akun-akun diatas, kemungkinan karena salah jurnal di SAIBA. Cek jurnal-jurnal yang melibatkan Akun-akun diatas.
13 | H a l a m a n
Telaah Hibah Langsung Hibah langsung secara perlakuan akuntansi terbagi 2, yaitu hibah berupa uang/kas dan hibah berupa barang/jasa. Sejak diberlakukannya basis Akrual, titik pengakuan hibah adalah pada saat diterima. Jika hibah berupa uang/kas, diakui pada saat uang diterima di rekening koran, jika hibah berupa barang/jasa, diakui pada saat BAST. Sesuai Surat S-545/PB/2016 tanggal 21 Januari 2016 hal Rilis Update Aplikasi Persediaan, SIMAK-BMN, dan SAIBA dalam Rangka Penyusunan LKKL Tahun 2015, pengesahan hibah langsung bentuk uang Tahun Anggaran 2015, pengakuan hibah berupa uang pada saat uang diterima dengan melakukan jurnal manual pada Aplikasi SAIBA sebagai berikut: (D) 111827(Kas Lainnya dari Hibah Yang Belum disahkan) (K) 218211 (Hibah Langsung Yang belum disahkan) Dengan demikian, jika ada Akun 111827 (Kas Lainnya dari Hibah Yang Belum disahkan) maka Harus ada akun 218211 (Hibah Langsung Yang belum disahkan). Nilai akun 111827 nilainya maksimal sama atau lebih kecil dibanding 218211. Kenapa bisa lebih kecil (tidak harus sama)? Karena Sesuai Surat Dirjen Perbendaharaan No.S-9678/PB/2015, pengakuan hibah barang/jasa pada saat BAST dengan melakukan jurnal manual pada aplikasi SAIBA sebagai berikut: (D) 13xxxx/166411/117911 (Aset tetap/Lainnya/Persediaan yang Belum Diregister) (K) 218211 (Hibah Langsung Yang belum disahkan) Dengan demikian Akun 111827 bisa lebih kecil dari akun 218211, namun tidak mungkin lebih besar dari akun 218211. Posisi saldo normal: Akun 218211 (Hibah Langsung Yang belum disahkan) harus bersaldo kredit Akun 111827 (kas Lainnya dari Hibah Langsung Yang belum Disahkan) harus bersaldo Debet. Jika terdapat akun 111827 bersaldo Kredit, kemungkinanya telah terbit SP2HL pengesahan hibah langsung berupa uang, namun belum melakukan Jurnal Pencatatan Kasnya. Akun “Hibah Langsung Belum Disahkan” seharusnya tidak ada pada Laporan Keuangan Tahunan–Namun TIDAK HARUS tidak ada Mengapa seharusnya tidak ada? karena seharusnya sudah dilakukan pengesahan. Dengan dilakukan pengesahan, maka akun-akun “yang belum disahkan” akan tidak ada lagi. “Kas Lainnya di KL dari Hibah yang belum disahkan” akan berubah 14 | H a l a m a n
menjadi “Kas lainnya di KL dari Hibah”, sedangkan akun “Hibah Langsung yang belum disahkan” akan berubah menjadi “Pengesahan Hibah Langsung”. Terkadang ada Satker “bandel” tidak berniat melaporkan/mengesahkan Hibah langsungnya. Saat Tripartied ditemukan oleh BPK, dan tidak sempat lagi disahkan. Biarkan tetap muncul akun ini. Tunggu kebijakan akuntansi atas perlakuan selanjutnya pada TA 2016. Resiko: •
Satker Menjurnal “sembarangan”, yang penting akun “Hibah Langsung Belum Diregister” hilang
Solusi: • •
Cetak Buku Besar Akrual atas Akun “Hibah Langsung Yang Belum Diregister” Cek pasangan jurnalnya, apakah dari SP2HL/MPHL-BJS? Bila tidak, berarti belum pernah ada pengesahannya! Hapus jurnal tsb. biarkan muncul akun “belum disahkan”
Telaah Transfer Keluar/Transfer Masuk Akun ini transfer keluar dan transfer masuk digunakan untuk: • •
Transfer keluar/transfer masuk Aset (Persediaan/Aset Tetap/Aset Lainnya) antar Satker di lingkungan Pemerintah Pusat. Transfer keluar/transfer masuk selain Aset (Kas/Piutang/Utang) antara Satker yang dilikuidasi ke Satker Penerima.
Resiko: Akun/Menu ini seharusnya tidak digunakan. Misal: •
•
Pembelian menggunakan transfer masuk, mengakibatkan: o Akun Beban barang dan Jasa pada Laporan Operasional terlalu tinggi (overstated) o Akun Transaksi Antar Entitas (transfer masuk) pada Laporan Perubahan Ekuitas terlalu tinggi (overstated). Pemakaian menggunakan transfer keluar, mengakibatkan: o Akun Beban Persediaan pada Laporan Operasional terlalu rendah (understated) o Akun Transaksi Antar Entitas (transfer keluar) pada Laporan Perubahan Ekuitas terlalu tinggi (overstated).
15 | H a l a m a n
Solusi: • • •
Cek Kebenaran penggunaan Akun/menu tersebut di Aplikasi Persediaan/SIMAK Bila ternyata jurnal di SAIBA, cek kebenarannya Telaah: o Mungkinkah di Satker/E1/KL ini terdapat Transfer Masuk/Transfer Keluar? o Bila ya, seharusnya lebih besar mana? Transfer Masuk atau Transfer Keluar? Atau seharusnya nilai keduanya sama? o Pastikan ada pengawasan Transfer Keluar dan Transfer masuk
Pengawasan Transfer Keluar dan transfer masuk terkait Jumlah dan harga
Analisa Akun 491429 (Pendapatan Perolehan Aset Lainnya) Sangat jarang terjadi “Perolehan Aset Lainnya”, sehingga apabila ada akun ini, agar dikonfirmasi kebenarannya, karena ada kemungkinan salah memilih menu transaksi pada Aplikasi Persediaan/SIMAK. Akun ini normalnya jurnal kiriman dari Persediaan/SIMAK BMN, yaitu saat memilih menu transaksi “perolehan lainnya”. Apabila berasal dari Jurnal SAIBA, mungkin saja benar, namun harus dikonfirmasi penyebab input jurnal pendapatan ini di SAIBA.
16 | H a l a m a n
Laporan Operasional adalah laporan yang menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya (PP 71 Tahun 2010). Laporan ini terbagi menjadi 3 (tiga) kegiatan utama, yaitu Kegiatan Operasional, Kegiatan Non Operasional dan Pos Luar Biasa. Akun-akun pada laporan Operasional merupakan gabungan satu/beberapa akun pada Neraca Percobaan. Hal-hal yang perlu ditelaah atas Laporan Operasional adalah sebagai berikut:
Yang Tidak Boleh Terisi dalam Laporan Operasional PENDAPATAN: •
Pendapatan Perpajakan (Didalamnya termasuk Cukai dan Bea Masuk/Keluar) Pendapatan perpajakan merupakan pendapatan untuk BA.15.04 (Ditjen Pajak Kementerian Keuangan) dan BA.15.05 (Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan)
•
Pendapatan Hibah Pendapatan hibah merupakan pendapatan untuk BA.999.02 (BUN Pengelola Hibah).
BEBAN: •
Beban Bunga
•
Beban Subsidi
•
Beban Hibah
•
Beban Transfer
•
Beban Lain-lain
Selain itu, pastikan TIDAK terdapat akun “Null.” Apabila terdapat akun “null” pada LO, kemungkinannya adalah belum melakukan update aplikasi dan/atau referensi di tiap jenjang aplikasi.
17 | H a l a m a n
Pengecekan Saldo Normal Seluruh Saldo pada LO (baik dari Kegiatan Operasional maupun Non Operasional) bersaldo Positif, termasuk pada Kegiatan Non Operasional Kecuali Beban Penyisihan Piutang. Berdasarkan PMK 270/2014 dan Perdirjen Perbendaharaan No.Per-43/PB/2015 dimungkinkan bersaldo negatif, namun perlu dikonfirmasi kebenaran penyebab saldo negatif tersebut.
Pengecekan kebenaran Beban Penyisihan Piutang Berdasarkan peraturan diatas, maka:
Misalnya (bila tidak ada penghapusan piutang): Saldo awal penyisihan piutang = (Rp.100,-) Saldo akhir penyisihan piutang = (Rp.170,-) Maka beban penyisihan piutang adalah (Rp.100,-) – (Rp.170,-) = Rp.70,-
Misalnya (bila ada penghapusan piutang): Saldo awal penyisihan piutang = (Rp.100,-) Saldo akhir penyisihan piutang = (Rp.170,-) Penghapusan Piutang = Rp.50,Maka beban penyisihan piutang adalah (Rp.100,-) – (Rp.170,-) + Rp.50,- = Rp.120,-
18 | H a l a m a n
Telaah Keterkaitan Antar Laporan – Beban Barang Diserahkan ke Masyarakat Beban barang diserahkan ke Masyarakat adalah penyerahan barang persediaan kepada masyarakat. Berbeda dengan bantuan sosial, yaitu penyerahan barang kepada pihak yang mengalami risiko sosial. Normalnya beban ini hanya dari kiriman Jurnal Aplikasi Persediaan. Pembelian “barang diserahkan kepada masyarakat” normalnya dibeli dengan akun 526xxx, sehingga apabila tidak ada Realisasi Belanja Akun 526xxx (Belanja barang diserahkan ke masyarakat), maka seharusnya beban barang diserahkan ke masyarakat tidak ada juga. Apabila tidak pernah ada realisasi 526xxx, namun ada “Beban Barang diserahkan ke Masyarakat”, kemungkinan penyebabnya adalah: Pembelian “barang diserahkan kepada masyarakat” akun 526xxx dilakukan pada tahun anggaran yang lalu, penyerahannya kepada masyarakat dilakukan pada tahun berjalan (sehingga di Tahun berjalan hanya ada Beban Barang diserahkan kepada Masyarakat, namun tidak ada realisasi Belanjanya) Ada pembelian Materai Pemilihan kode Materai di Aplikasi Persediaan otomatis menghasilkan persediaan barang diserahkan ke masyarakat, dan penggunaannya menjadi beban Barang diserahkan ke Masyarakat Solusi: kode barang materai diubah ke kode barang konsumsi, atau dilakukan jurnal koreksi dari beban barang diserahkan kepada masyarakat menjadi beban persediaan (beban barang konsumsi). Kesalahan memilih kode Barang pada Aplikasi persediaan misal: membeli persediaan konsumsi menggunakan kode barang diserahkan ke masyarakat. Apabila barang tersebut belum habis digunakan, akan muncul Saldo Persediaan Barang diserahkan ke masyarakat pada Neraca dan beban Barang diserahkan ke Masyarakat di Laporan Operasional. Solusi: lakukan perbaikan kode barang di Aplikasi Persediaan, kemudian kirim/terima ulang di aplikasi SIMAK dan SAIBA. Kesalahan melakukan Jurnal Kesalahan dalam melakukan jurnal di Aplikasi SAIBA. Mungkin maksudnya jurnal yang lain, namun dilakukan jurnal ke Beban barang diserahkan ke masyarakat. Solusi: cek jurnal-jurnal terkait beban barang diserahkan ke masyarakat, perbaiki, posting ulang. 19 | H a l a m a n
Telaah Keterkaitan Antar Laporan – Beban Bantuan Sosial Bantuan sosial diberikan kepada pihak yang mengalami risiko sosial. Bantuan sosial dapat diberikan berupa uang atau berupa barang dengan menggunakan akun 57xxxx. Akun-akun Bansos berupa uang adalah 57x111, sedangkan akun-akun Bansos berupa barang adalah 57x112. Apabila bansos berupa uang, maka pada saat penerbitan SPM/SP2D belanja Bansos, pada saat itu diakui adanya beban bansos di LO. Apabila bansos berupa barang, maka pengakuan beban bansos pada saat barang telah diserahkan kepada yang berhak. Sedangkan barang yang belum diserahkan kepada yang berhak akan dicatat sebagai persediaan (Persediaan barang bansos) pada Neraca. Dengan demikian, beban bansos dapat merupakan Jurnal dari SAIBA (untuk bansos berupa uang) dan Jurnal kiriman dari Aplikasi Persediaan (untuk bansos berupa barang). Untuk telaah beban bansos, apabila tidak ada Realisasi Belanja Akun 57xxxx, maka seharusnya beban bansos tidak ada juga. Apabila tidak pernah ada realisasi 57xxxx, namun ada “Beban Bansos”, kemungkinan penyebabnya adalah: Pembelian “barang bansos” akun 57x112 dilakukan pada tahun anggaran yang lalu, penyerahannya kepada yang berhak dilakukan pada tahun berjalan (sehingga di Tahun berjalan hanya ada Beban Bansos, namun tidak ada realisasi Belanjanya) Kesalahan memilih kode Barang pada Aplikasi persediaan misal: membeli persediaan konsumsi menggunakan kode barang bansos. Apabila barang tersebut belum habis digunakan, akan muncul Saldo Persediaan Bansos pada Neraca dan beban Bansos di LO. Solusi: lakukan perbaikan kode barang di Aplikasi Persediaan, kemudian kirim/terima ulang di aplikasi SIMAK dan SAIBA. Kesalahan melakukan Jurnal Kesalahan dalam melakukan jurnal di Aplikasi SAIBA. Mungkin maksudnya jurnal yang lain, namun dilakukan jurnal ke Beban Bansos. Solusi: cek jurnal-jurnal terkait beban bansos, perbaiki, posting ulang.
Sehubungan dengan telaah atas beban barang diserahkan ke masyarakat dan Beban bansos diatas, dibawah ini disajikan hubungan antara Pembelian Persediaan, Penyajian Di Neraca Dan Pembebanan Di LO sebagai berikut:
20 | H a l a m a n
•
Pembelian persediaan untuk konsumsi, berjaga-jaga, lainnya (akun 5218xx) Neraca: Persediaan Pemakaian: Beban Persediaan
•
Pembelian persediaan untuk pemeliharaan dan suku cadang (akun 523xxx) Neraca: Persediaan Pemakaian: Beban Pemeliharaan
•
Pembelian persediaan untuk diserahkan ke masyarakat (akun 526xxx) Neraca: Persediaan Penyerahan: Beban Barang diserahkan ke Masyarakat
•
Pembelian persediaan untuk Bansos (akun 57x112) Neraca: Persediaan Penyerahan: Beban Bansos
Aplikasi Persediaan membedakan suatu persediaan menjadi barang persediaan, barang pemeliharaan, barang diserahkan ke masyarakat ataupun barang bansos berdasarkan kode barang. Kode Kelompok Barang Diserahkan ke Masyarakat adalah 05, sedangkan kode barang bansos adalah 10. Sehingga kesalahan dalam mengisi kode barang persediaan mengakibatkan kesalahan dalam beban di LO.
Sebagai bahan referensi, terlampir tabel mapping Akun yang ada di Laporan operasional sebagai berikut: No Nama Akun di Laporan Operasional
Akun Pembentuk
1.
Pendapatan Perpajakan
41XXXX
2.
Pendapatan Sumber Daya Alam
421XXX
3.
Pendapatan Bagian Pemerintah atas 422XXX Laba
4.
Pendapatan Lainnya
5.
Beban Pegawai
51XXXX dan 525111.
6.
Beban Persediaan
5931XX dan 5932XX
7.
Beban Barang dan Jasa
521XXX, 522XXX, 525112, 525113, 525116, 525117, 525119, dan 595XXX
8.
Beban Pemeliharaan
5231XX, 593113 dan 593114
9.
Beban Perjalanan Dinas
524XXX dan 525115
10.
Beban Barang Untuk Kepada Masyarakat
11.
Beban Bantuan Sosial
Negara
Bukan
Pajak 423XXX, 424XXX, dan 491221
Diserahkan 526XXX dan 527XXX 57XXXX
21 | H a l a m a n
12.
Beban Penyusutan dan Amortisasi
591XXX dan 592XXX
13.
Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih
594XXX
14.
Pendapatan Pelepasan Aset Non Lancar 42312X dan 491411
15.
Beban Pelepasan Aset Non Lancar
16.
Pendapatan dari Kegiatan Operasional Lainnya
17.
Beban dari Kegiatan Non Operasional 521214, Lainnya 581611, 596211
596111 Non 42391X, 42392X, 42394X, 491111, 491311, 491421, 498XXX, 499XXX 581415, 596111,
581421, 596112,
42395X, 491429, 581422, 596121,
Mapping akun diatas dapat dilihat dari aplikasi SAIBA, pada menu tabel referensi daftar mapping akun
22 | H a l a m a n
Laporan Perubahan Ekuitas adalah laporan yang menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya sesuai dengan definisi di PP 71 Tahun 2010. Format LPE berdasarkan Surat Ditjen Perbendaharaan No.S-670/PB/2016 halaman 11 adalah sebagai berikut:
Akun-akun pada LPE merupakan gabungan satu/beberapa akun pada Neraca Percobaan. Hal-hal yang perlu ditelaah atas LPE adalah sebagai berikut:
Akun Ekuitas Awal Akun ini harus sama dengan Ekuitas Akhir tahun sebelumnya, baik yang terdapat pada Saldo Ekuitas Akhir di LPE Audited Tahun sebelumnya, maupun pada Akun Ekuitas di Neraca Audited tahun sebelumnya.
23 | H a l a m a n
Akun Surplus Defisit LO Akun ini harus sama dengan akun “Surplus/Defisit” pada Laporan Operasional.
Akun Penyesuaian Nilai Aset Akun Penyesuaian Nilai Aset sampai dengan buku telaah ini disusun baru digunakan untuk menyesuaikan nilai persediaan saja. Penyesuaian Nilai Persediaan yang masuk dalam akun ini adalah: •
Penyesuaian nilai persediaan yang disebabkan Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat menggunakan Metode Penilaian Persediaan “Harga Perolehan Terakhir”.
•
Mengkoreksi atas kesalahan Persediaan, yang terjadi pada Tahun Anggaran Berjalan dan diperbaiki pada TA Berjalan juga. Pada Aplikasi Persediaan apabila menggunakan menu Koreksi.
•
Mengeliminir akun “Persediaan belum diregister” karena pembulatan. Munculnya akun “ xxx Belum diregister” dapat dijelaskan sebagai berikut. – Pencatatan nilai barang persediaan didasarkan atas bukti kuitansi,BAST atau dokumen sesuai dengan transaksi persediaan yang terjadi. – Operator merekam nilai satuan persediaan berdasarkan perbandingan nilai uang yang direalisasikan dibagi dengan jumlah mutasi persediaan berdasarkan dokumen yang ada. – Nilai satuan persediaan berdasarkan perhitungan diatas kadang dalam bentuk desimal yang dapat dicatat di Aplikasi Persediaan. – Nilai di Aplikasi Persediaan ditransfer ke Aplikasi SIMAK sementara Aplikasi SAIBA mencatat berdasarkan nilai total dokumen/bukti. – Dengan demikian dimungkinkan muncul perbedaan antara Aplikasi Persediaan dan SIMAK karena pembulatan dalam bentuk akun “xxx Belum diregister”.
Akun ini normalnya ada selama pemerintah masih menggunakan metode “Harga Perolehan Terakhir” dalam menilai saldo persediaan di Neraca dan Beban Persediaan/Pemeliharaan/Barang Diserahkan ke Masyarakat/Bansos. Bila akun ini tidak ada, kemungkinannya adalah sebagai berikut: • •
belum Update Aplikasi persediaan Tidak memiliki saldo awal dan setiap pembelian persediaan dihabiskan sebelum membeli persediaan berikutnya, serta pembelian persediaan berikutnya tersebut dilakukan pada bulan yang berbeda dengan penghabisan persediaan sebelumnya. 24 | H a l a m a n
•
Hal diatas hanya mungkin terjadi pada level Satker yang pagu persediaannya kecil dan kegiatannya memang tidak banyak memerlukan persediaan, misalnya Satker Tugas Pembantuan.
Akun Penyesuaian Nilai Aset normalnya adalah kiriman Jurnal dari Aplikasi Persediaan. • Cek apabila bukan jurnal kiriman dari Aplikasi Persediaan. • Salah satu caranya adalah dari Aplikasi SAIBA cetak Laporan Buku Besar Basis Akrual isikan tanggal dan kode akun 391117. Lihat apakah pada kolom JNSDOK ada yang bukan JRNBMN. • Apabila ada, cek kebenarannya. Bila salah, perbaiki dan posting ulang. Akun penyesuaian nilai aset merupakan akun 391117 (penyesuaian Nilai persediaan) dalam Neraca Percobaan.
Ilustrasi Penyesuaian Nilai Persediaan Nilai penyesuaian Nilai Persediaan di LPE apabila terlalu besar, atau terdapat Jurnal Kiriman dari Aplikasi Persediaan yang nilainya besar pada bulan tertentu saja, agar ditelaah kebenarannya. Ada kemungkinan operator Persediaan pada bulan tersebut salah dalam input harga persediaan atau salah input jumlah persediaan, atau salah keduanya. Contohnya adalah sebagai berikut: Transaksi Yang Sebenarnya: Saldo awal = nol 05 Januari 2015: Pembelian Kertas 5 Rim @Rp.10.000,- = Rp.50.000, 15 Januari 2015: Pembelian Kertas 5 Rim @Rp.11.000,- = Rp.55.000, 25 Januari 2015: Pembelian Kertas 5 Rim @Rp.12.000,- = Rp.60.000, 29 Januari 2015: Pemakaian Kertas 12 Rim 31 Januari 2015: sisa kertas 3 Rim Jurnal yang terbentuk adalah sebagai berikut: Saldo Persediaan di Neraca: 3 Rim x Rp.12.000,- = Rp.36.000, Beban Persediaan di LO: 12 Rim x Rp.12.000,- = Rp.144.000, Penyesuaian Nilai Persediaan = Total Pembelian – Beban Persediaan – Saldo Persediaan = (Rp.50.000,- + Rp.55.000,- + Rp.60.000) – Rp.144.000 – Rp.36.000,= (Rp.15.000,-) jika minus berarti di Sisi Kredit Seandainya terjadi kesalahan pada pembelian kedua, seharusnya harga satuannya Rp.11.000,00 diinput Rp.1.100.000,- sebagai berikut:
25 | H a l a m a n
Saldo awal = nol 05 Januari 2015: Pembelian Kertas 5 Rim @Rp.10.000,- = Rp.50.000,15 Januari 2015: Pembelian Kertas 5 Rim @Rp.1.100.000,- = Rp.5.500.000,25 Januari 2015: Pembelian Kertas 5 Rim @Rp.12.000,- = Rp.60.000,29 Januari 2015: Pemakaian Kertas 12 Rim 31 Januari 2015: sisa kertas 3 Rim
Jurnal yang terbentuk adalah sebagai berikut: Saldo Persediaan di Neraca: 3 Rim x Rp.12.000,- = Rp.36.000, Beban Persediaan di LO: 12 Rim x Rp.12.000,- = Rp.144.000, Penyesuaian Nilai Persediaan = Total Pembelian – Beban Persediaan – Saldo Persediaan = (Rp.50.000,- + Rp.5.500.000,- + Rp.60.000) – Rp.144.000 – Rp.36.000,- = Rp.5.430.000 jika positif berarti di Sisi Debet Hasilnya adalah: Saldo Persediaan Sama Beban Persediaan Sama Penyesuaian Nilai Persediaan Salah, otomatis Ekuitas di Neraca juga Salah
Contoh lainnya adalah pada pembelian kedua seharusnya 5 Rim harga Rp.11.000,namun diinput dengan jumlah 1 Rim saja dengan harga Rp.55.000,- (input gelondongan) sebagai berikut:
Saldo awal = nol 05 Januari 2015: Pembelian Kertas 5 Rim @Rp.10.000,- = Rp.50.000,15 Januari 2015: Pembelian Kertas 1 Rim @Rp.55.0000,- = Rp.55.000,25 Januari 2015: Pembelian Kertas 5 Rim @Rp.12.000,- = Rp.60.000,29 Januari 2015: Pemakaian Kertas 8 Rim 31 Januari 2015: sisa kertas 3 Rim
Jurnal yang terbentuk adalah sebagai berikut: Saldo Persediaan di Neraca: 3 Rim x Rp.12.000,- = Rp.36.000, Beban Persediaan di LO: 8 Rim x Rp.12.000,- = Rp.96.000, Penyesuaian Nilai Persediaan = Total Pembelian – Beban Persediaan – Saldo Persediaan = (Rp.50.000,- + Rp.55.000,- + Rp.60.000) – Rp.96.000 – Rp.36.000,= Rp.33.000 jika positif berarti di Sisi Debet Hasilnya adalah: Saldo Persediaan sama Beban Persediaan Salah Penyesuaian Nilai Persediaan Salah, otomatis Ekuitas di Neraca juga Salah 26 | H a l a m a n
Akun Penyesuaian Nilai Kewajiban Akun ini digunakan untuk mengkoreksi atas kesalahan Kewajiban (Utang Jangka pendek maupun Jangka Panjang) yang terjadi pada Tahun Anggaran Berjalan dan diperbaiki pada TA Berjalan juga. Sampai dengan penyusunan buku telaah ini, akun ini belum dapat digunakan.
Akun Koreksi Nilai Persediaan Akun ini digunakan untuk mengkoreksi kesalahan nilai persediaan tahun anggaran yang lalu. Normalnya akun ini merupakan jurnal kiriman dari Aplikasi Persediaan, yaitu apabila menggunakan menu “Saldo awal”. • •
•
Cek apabila bukan jurnal kiriman dari Aplikasi Persediaan. Salah satu caranya adalah dari Aplikasi SAIBA cetak Laporan Buku Besar Basis Akrual isikan tanggal dan kode akun 391113. Lihat apakah pada kolom JNSDOK ada yang bukan JRNBMN. Apabila ada, cek kebenarannya. Bila salah, perbaiki dan posting ulang.
Akun Koreksi Nilai Persediaan merupakan akun 391113 (koreksi nilai persediaan) dalam Neraca Percobaan.
Akun Selisih Revaluasi Aset tetap Akun ini digunakan bila ada penyesuaian/koreksi nilai aset tetap karena adanya “Inventarisasi dan Penilaian (IP)” dari Tim Penertiban Aset Ditjen Kekayaan Negara Kementerian Keuangan. Bila akun ini terisi, konfirmasi apakah benar-benar ada “IP” tersebut. Normalnya akun ini merupakan jurnal kiriman dari Aplikasi SIMAK-BMN, yaitu apabila menggunakan menu “Perubahan Nilai Koreksi Tim Penertiban Aset”. • •
•
Cek apabila bukan jurnal kiriman dari Aplikasi SIMAK-BMN. Salah satu caranya adalah dari Aplikasi SAIBA cetak Laporan Buku Besar Basis Akrual isikan tanggal dan kode akun 391114. Lihat apakah pada kolom JNSDOK ada yang bukan JRNBMN. Apabila ada, cek kebenarannya. Bila salah, perbaiki dan posting ulang.
Akun Selisih Revaluasi Aset Tetap merupakan akun 391114 (Revaluasi Aset Tetap) dalam Neraca Percobaan.
27 | H a l a m a n
Akun Koreksi Nilai Aset Tetap Non Revaluasi Akun ini digunakan untuk mengkoreksi nilai aset tetap selain karena adanya IP dari DJKN Kementerian Keuangan. Normalnya akun ini merupakan jurnal kiriman dari Aplikasi SIMAK-BMN, yaitu apabila menggunakan menu Saldo Awal, Reklasifikasi, Pengurangan Nilai Aset, dan Koreksi. • •
•
Cek apabila bukan jurnal kiriman dari Aplikasi SIMAK-BMN. Salah satu caranya adalah dari Aplikasi SAIBA cetak Laporan Buku Besar Basis Akrual isikan tanggal dan kode akun 391116. Lihat apakah pada kolom JNSDOK ada yang bukan JRNBMN. Apabila ada, cek kebenarannya. Bila salah, perbaiki dan posting ulang.
Akun koreksi nilai aset tetap Non Revaluasi merupakan akun 391116 (koreksi nilai aset tetap Non Revaluasi) dalam Neraca Percobaan.
Akun Lain-lain Akun ini digunakan untuk mengkoreksi kesalahan pencatatan atas transaksi selain Aset (selain mengkoreksi Persediaan/Aset Tetap/Aset Lainnya), misalnya untuk mengkoreksi Kas, Koreksi Piutang dan Koreksi Utang. Akun ini terbentuk berdasarkan jurnal penyesuaian di Aplikasi SAIBA. Namun terkadang akun ini dipakai untuk yang lainnya, misalnya: • • •
Koreksi selain yang seharusnya (mengkoreksi aset, misalnya) Menghilangkan akun “belum diregister”/”Hibah Belum disahkan” Menyamakan saldo SAIBA dengan L-BMN
Cek kebenarannya lewat Buku Besar Akun Lain-lain berasal dari akun 391119 (Koreksi Lainnya) dan 391121 (Ekuitas Transaksi Lainnya) dalam Neraca Percobaan. Akun 391121 (Ekuitas transaksi Lainnya) khusus untuk Satker RRI, TVRI dan POLRI.
Akun Transaksi Antar Entitas Akun ini digunakan untuk mencatat transaksi antar entitas, baik antar KL (transfer masuk dan transfer keluar), maupun antara KL dengan BUN (ditagihkan ke entitas lain, Diterima dari Entitas lain dan Pengesahan Hibah Langsung).
28 | H a l a m a n
Dengan demikian, Akun Transaksi Antar Entitas berasal dari akun 313111 (ditagihkan ke Entitas lain), 313121 (diterima dari entitas lain), 313211 (Transfer Keluar), 313221 (Transfer Masuk), 391131 (Pengesahan Hibah Langsung) dan 391132 (Pengesahan Pengembalian Hibah Langsung) dalam Neraca Percobaan. •
Untuk akun 313111 pastikan berasal dari SPM/SP2D. Salah satu caranya adalah dari Aplikasi SAIBA cetak Laporan Buku Besar Basis Akrual isikan tanggal dan kode akun 313111. Lihat apakah pada kolom JNSDOK terisi SP2DPL atau SISPEN
•
Untuk akun 313121 pastikan berasal dari SSBP/SSPB/Potongan SPM. Salah satu caranya adalah dari Aplikasi SAIBA cetak Laporan Buku Besar Basis Akrual isikan tanggal dan kode akun 313121. Lihat apakah pada kolom JNSDOK terisi SISPEN atau SP2DPT.
•
Untuk akun 313211 dan 313221 pastikan berasal dari jurnal kiriman Aplikasi Persediaan atau SIMAK-BMN. Bila bukan, maka pastikan dalam rangka Likuidasi. Salah satu caranya adalah dari Aplikasi SAIBA cetak Laporan Buku Besar Basis Akrual isikan tanggal dan kode akun 313211 dan 313221. Lihat apakah pada kolom JNSDOK terisi JRNBMN.
•
Untuk akun 391131 dan 391132 pastikan bersal dari SP2HL/SP4HL/MPHL-BJS. Salah satu caranya adalah dari Aplikasi SAIBA cetak Laporan Buku Besar Basis Akrual isikan tanggal dan kode akun 391131 dan 391132. Lihat apakah pada kolom JNSDOK terisi SP2DPL atau SISPEN.
29 | H a l a m a n
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu. Akun-akun pada Neraca merupakan gabungan satu/beberapa akun pada Neraca Percobaan. Hal-hal yang perlu ditelaah atas Neraca adalah sebagai berikut:
Yang Harus Sama Akun “Kas di Bendahara Pengeluaran” HARUS SAMA dengan akun “Uang Muka dari KPPN”. Akun ini bisa dijurnal. Pastikan tidak ada jurnal yang menyebabkan perbedaan. Kesesuaian dengan Berita Acara Rekonsiliasi atas akun-akun sebagai berikut: • • •
Kas di Bendahara Pengeluaran Kas dan Bank BLU Kas Lainnya di KL dari Hibah
Yang Tidak Boleh Ada Akun “Pendapatan Yang Ditangguhkan” • • •
Bila ada, kemungkinan karena salah memilih kode akun, yaitu memilih akun: 2196XX Hibah yang Belum Disahkan Apabila ada, lakukan koreksi ke akun yang sebenarnya yaitu 218211 “Hibah Langsung yang belum disahkan” Koreksi dengan cara: jurnal dihapus, kemudian rekam ulang (tidak bisa dengan cara diubah)
Akun “Yang Belum Diregister” khusus untuk Laporan Keuangan Tahunan tidak boleh masih ada.
30 | H a l a m a n
Telaah Keterkaitan Akun Neraca dengan Laporan Lainnya Piutang •
Apabila ada akun Piutang di Neraca (baik Piutang PNBP/Piutang Tuntutan Perbendaharaan/Piutang Tuntutan Ganti Rugi) maka harus ada: o Penyisihan Piutang di Neraca (baik penyisihan Piutang PNBP/Penyisihan Piutang Bagian Lancar TP/TGR/Penyisihan Piutang Tuntutan Perbendaharaan/Penyisihan Piutang Tuntutan Ganti Rugi) o ada Beban Penyisihan Piutang di LO.
•
Bila tidak ada, kemungkinan belum melakukan penyisihan piutang di akhir periode.
•
Apabila ada akun Piutang Jangka Panjang (TP/TGR/Lainnya), maka o Ada Penyisihan Piutang Jangka Panjang o Ada Bagian Lancar Piutang Jangka Panjang o Ada Penyisihan Bagian Lancar Piutang Jangka Panjang
• •
Bila tidak ada, maka belum melakukan reklasifikasi “Piutang Jangka Panjang” ke “Bagian Lancar Piutang Jangka Panjang” Jika ada “Bagian Lancar Piutang Jangka Panjang” belum tentu ada “Piutang Jangka Panjang”.
Persediaan Jika ada Persediaan di Neraca, maka: •
Ada Beban Persediaan Kemungkinannya sangat kecil dalam satu periode tidak ada persediaan yang dipakai (beban persediaan). Atau hanya memiliki persediaan untuk pemeliharaan/diserahkan ke masyarakat/bansos saja.
•
Umumnya ada Penyesuaian Nilai Aset di LPE yang berasal dari Penyesuaian Nilai Persediaan Nilai Penyesuaian Nilai Persediaan di LPE apabila terlalu besar, atau terdapat jurnal kiriman dari Aplikasi Persediaan yang nilainya besar pada bulan ertentu saja, agar ditelaah kebenarannya.
Aset Tetap Jika ada Aset Tetap maka harus ada: •
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap di Neraca, 31 | H a l a m a n
•
Beban Penyusutan di LO (Kemungkinannya kecil suatu satker seluruh aset tetapnya telah habis disusutkan sehingga tidak ada beban penyusutannya)
Beban Penyusutan tidak selalu sama dengan Akumulasi Penyusutan akhir dikurangi saldo awal Akumulasi Penyusutan, karena adanya transaksi yang melibatkan Akumulasi Penyusutan namun tidak melibatkan Beban Penyusutan, seperti transfer masuk dan transfer keluar.
Aset Lainnya Aset lainnya ada yang merupakan: a. Reklasifikasi dari Aset Tetap: Aset Lainnya jenis ini dilakukan penyusutan, sehingga jika ada aset ini, maka ada:
Akumulasi Penyusutan Aset Lainnya di Neraca, Beban Penyusutan di LO (kecuali seluruh aset lainnya jenis ini telah habis disusutkan sehingga tidak ada beban penyusutannya) b. Aset Tidak Berwujud: Sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 251/PMK.06/2015 tentang Tata Cara Amortisasi Barang Milik Negara Berupa Aset Tak Berwujud pada Entitas Pemerintah Pusat, amortisasi dilakukan terhadap Aset Tak Berwujud yang memiliki Masa Manfaat terbatas. Aset Tidak Berwujud ada yang di amortisasi dan ada yang tidak diamortisasi. Sehingga jika ada aset ini, maka mungkin ada: • •
Akumulasi Amortisasi Aset Lainnya di Neraca, Beban Amortisasi di LO
Pengecekan Apakah Sudah Melakukan Jurnal Akrual Jurnal akrual terdiri dari : o o o o
Pendapatan Diterima Di Muka Pendapatan yang Masih harus Diterima Beban Dibayar Di Muka Beban yang Masih Harus Dibayar
Transaksi akrual yang umumnya ada di satker adalah: o o o o
Pendapatan Sewa Diterima Di Muka, Beban Sewa yang Masih Harus Dibayar Beban Listrik/Telepon/Air yang Masih Harus Dibayar Beban Pegawai yang Masih Harus Dibayar
32 | H a l a m a n
Karena pada umumnya adalah transaksi di atas, maka lakukan telaah sebagai berikut: o Apabila ada realisasi pendapatan sewa di Neraca Percobaan, maka mungkin ada Pendapatan Diterima Di Muka di Neraca o Apabila ada realisasi belanja sewa di Neraca Percobaan, maka mungkin ada Belanja Barang Dibayar Di Muka di Neraca o Apabila ada Realisasi Belanja listrik/telepon/air di Neraca Percobaan, maka mungkin ada Belanja Barang Yang Masih Harus Dibayar di Neraca Selain transaksi di atas masih ada kemungkinan transaksi lainnya. Perhatikan karakteristik pendapatan tiap-tiap satker, apakah ada kemungkinan terdapat transaksi akrual. Apabila ada, pastikan: o Apakah telah dilakukan perhitungan transaksi akrualnya o Apakah telah dilakukan jurnal akrualnya o Apakah sudah ada Juknis Kebijakan Akuntansinya Pastikan juga telah melakukan jurnal balik atas transaksi akrual tahun sebelumnya.
33 | H a l a m a n
Berdasarkan aplikasi penyusunan laporan keuangan, transaksi yang terjadi pada suatu Satker dapat dibagi ke dalam 2 (dua) kelompok transaksi, yakni: 1. Transaksi Keuangan Yaitu transaksi yang tidak terkait aset, antara lain transaksi terkait kas, piutang, utang, pendapatan berupa kas, beban langsung berupa kas, koreksi tidak terkait aset, penerbitan SPM/SP2D, dan pengesahan hibah langsung. Transaksi ini pada umumnya dilakukan di Aplikasi SAIBA. 2. Transaksi Aset Yaitu transaksi yang terkait aset, antara lain transaksi terkait persediaan, beban persediaan, aset tetap, aset lainnya, beban penyusutan dan amortisasi, pendapatan terkait perolehan aset, beban terkait pemakaian/penyerahan aset, koreksi terkait aset, dan transfer keluar/transfer masuk. Transaksi ini pada umumnya dilakukan di Aplikasi Persediaan dan SIMAKBMN. Karena transaksi terkait aset umumnya dilakukan oleh Aplikasi Persediaan dan Aplikasi SIMAK-BMN, maka perlu dilakukan pengecekan kesamaan saldo akunakun terkait Persediaan/Aset Tetap/Aset Lainnya yang disajikan dalam laporanlaporan yang dihasilkan oleh Aplikasi SAIBA dengan saldo akun-akun tersebut yang disajikan dalam Aplikasi Persediaan dan SIMAK-BMN.
Pengecekan/Telaah Kesamaan Saldo-Saldo Cek kesamaan saldo akun-akun terkait Persediaan/Aset Tetap/Aset Lainnya yang ada pada Aplikasi SAIBA dengan saldo akun-akun aset yang tersaji dalam laporan yang dihasilkan oleh Aplikasi Persediaan/SIMAK-BMN yang meliputi: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Saldo Persediaan Saldo Aset Tetap Saldo Akumulasi Penyusutan Aset Tetap Saldo Aset Lainnya Saldo Akumulasi Penyusutan Aset Lainnya Saldo Akumulasi Amortisasi Aset Lainnya
Cek setiap akun Persediaan/Aset Tetap/Aset Lainnya melalui Neraca Percobaan (aplikasi SAIBA) dan Laporan Aset di Neraca (Aplikasi SIMAK-BMN). 34 | H a l a m a n
Dalam hal terdapat selisih/perbedaan, salah satu cara penelusurannya dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. 2. 3.
4.
Bandingkan Saldo Awal Neraca Percobaan dengan Laporan Neraca pada Aplikasi SIMAK BMN/Persediaan per tanggal 01 Januari tahun bersangkutan; Telusuri terjadinya selisih dengan membandingkan Laporan Neraca yang ada di SIMAK BMN/Persediaan dengan Neraca Percobaan perbulan; Apabila selisih terjadi pada bulan tertentu, lakukan pengiriman ADK transaksi bulan tersebut pada Aplikasi SAIBA (apabila selisih terjadi pada akun persediaan, lakukan pengiriman bulan bersangkutan dari Aplikasi Persediaan ke Aplikasi SIMAK kemudian ke Aplikasi SAIBA yang sebelumnya telah dilakukan prosedur batal kirim-batal terima-posting); Apabila masih ditemukan selisih pada bulan tersebut, cek jurnal pengiriman Aplikasi SIMAK-BMN/Persediaan bulan bersangkutan dengan kesesuaian transaksi yang terjadi pada bulan tersebut.
Kesamaan Saldo Akumulasi dan Beban Penyusutan Perhitungan nilai Akumulasi Penyusutan dan Amortisasi untuk Aset Lainnya serta beban Penyusutan/Amortisasi dilakukan oleh Aplikasi SIMAK-BMN, dengan demikian harus dilakukan pengecekan antara Neraca Percobaan (SAIBA) dengan Laporan Penyusutan Barang Kuasa Pengguna INTRAKOMPTABEL (SIMAK) untuk: • •
Beban Penyusutan dan Amortisasi (akun 591xxx), dan Akumulasi Penyusutan dan Amortisasi (akun 137xxx dan 169xxx).
Telaah Penggunaan Menu di Aplikasi Persediaan/SIMAK Semenjak penerapan sistem akuntansi berbasis akrual, masing-masing menu transaksi baik di Aplikasi Persediaan maupun di Aplikasi SIMAK akan mengirimkan jurnal yang berbeda ke Aplikasi SAIBA. Untuk itu, perlu dilakukan pengecekan apakah pencatatan data input sudah menggunakan menu yang sesuai atau tidak. Salah satu cara yang digunakan untuk mendeteksi adalah dengan mencetak transaksi apa saja yang dilakukan terkait persediaan dan Aset Tetap/Aset Lainnya. Aplikasi Persediaan: Menu Laporan Daftar Transaksi Persediaan Aplikasi SIMAK-BMN: Menu Buku/Daftar Daftar Transaksi BMN Setelah diketahui transaksi-transaksi apa saja yang dilakukan pada satker tersebut, selanjutnya menelaah: • apakah transaksi-transaksi tersebut memang terjadi/mungkin terjadi, • apakah nilai-nilainya wajar (tidak terlalu besar atau terlalu kecil). 35 | H a l a m a n
Contoh penelaahan yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Terkait dengan transaksi Transfer Masuk dan Transfer Keluar, apabila pada sebuah satker seharusnya tidak terdapat transfer keluar namun terdapat laporan transaksi transfer keluar, atau apabila seharusnya terdapat tansfer masuk namun tidak terdapat transaksi transfer masuk atau nilainya terlalu kecil, agar dikonfirmasi kebenaran transaksi tersebut. b. Apabila terdapat input menggunakan menu saldo awal, agar dikonfirmasi kebenaran dan penyebabnya. c. Apabila terdapat input menggunakan menu koreksi, agar dikonfirmasi kebenaran dan penyebabnya. d. Apabila terdapat input menggunakan menu Reklasifikasi Keluar, agar dikonfirmasi kebenaran dan penyebabnya. Input Reklasifikasi Keluar pada umumnya berpasangan dengan input Reklasifikasi Masuk, telaah apakah menu e. Reklasifikasi Masuk-nya telah benar.
36 | H a l a m a n
LAPORAN REALISASI ANGGARAN Laporan Realisasi Anggaran adalah laporan yang menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya keuangan yang dikelola oleh pemerintah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan. Laporan ini menggunakan basis Kas. Unsur-unsur yang perlu ditelaah adalah: •
Memastikan bahwa seluruh dokumen sumber (SP2D, SSBP, dan SSPB) telah direkam dengan benar dan tepat jumlah.
•
Memastikan bahwa tidak terdapat pagu minus di semua kelompok akun hingga akun 6 digit, untuk semua jenis belanja termasuk Belanja Pegawai.
•
Memastikan bahwa semua rincian program, fungsi, subfungsi, jenis belanja telah memiliki uraian yang tepat sehingga tidak ada uraian “tidak ada”.
•
Memastikan bahwa hanya terdapat realisasi pendapatan akun 42xxxx, dan hanya terdapat realisasi belanja kelompok akun 51xxx, 52xxxx, 53xxxx, dan 57xxxx pada LRA.
Selain itu, telaah terhadap LRA juga dilakukan dalam rangka mengurangi suspen belanja dan pendapatan pada LKPP. Adapun unsusr-unsur yang perlu ditelaah untuk tujuan dimaksud adalah: •
Memeriksa Berita Acara Rekonsiliasi dengan KPPN/Kanwil/Dit.APK atas realisasi Pendapatan dan Belanja, dan segera menelusuri penyebab setiap selisih yang ditemukan.
•
Memastikan bahwa nilai-nilai pada LRA sama dengan nilai-nilai pada BAR sisi SAI.
37 | H a l a m a n
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) merupakan penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam LRA, LP, LPE dan Neraca. Termasuk pula dalam CaLK adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen lainnya.
Hal-hal yang perlu ditelaah pada CaLK adalah sebagai berikut: •
Memastikan angka-angka pada tabel/uraian penjelasan CaLK sama dengan angka-angka pada LRA, LO, LPE dan Neraca.
•
Memastikan CaLK telah menjelaskan angka-angka pada semua laporan keuangan.
•
Memastikan pengungkapan “Konstruksi dalam Pengerjaan - KDP” telah sesuai dengan PSAP 08 tentang KDP, meliputi: o Suatu entitas harus mengungkapkan informasi mengenai Konstruksi Dalam Pengerjaan pada akhir periode akuntansi: o Rincian kontrak konstruksi dalam pengerjaan berikut tingkat penyelesaian dan jangka waktu penyelesaiannya; o Nilai kontrak konstruksi dan sumber pendanaannya. o Jumlah biaya yang telah dikeluarkan dan yang masih harus dibayar; o Uang muka kerja yang diberikan; o Retensi.
•
Memastikan bahwa angka-angka bernilai besar/material pada LPE /material telah dijelaskan dengan rinci. Penjelasan rinci dimaksud dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut: o Cetak Buku Besar untuk akun terkait pada Aplikasi SAIBA o Apabila saldo akun terkait berasal dari kiriman Aplikasi SIMAK-BMN, maka: lakukan konfirmasi ke Petugas SIMAK-BMN mengenai jenis transaksi yang dilakukan Petugas BMN dapat mencetak “Daftar Transaksi BMN” pada menu “Buku/Daftar” untuk mengetahui detil transaksi o Apabila saldo akun terkait berasal dari jurnal manual yang direkam di Aplikasi SAIBA, maka lakukan konfirmasi penyebab direkamnya jurnal tersebut. 38 | H a l a m a n
•
Pengungkapan Penting Lainnya o Untuk KL Likuidasi: Apakah perubahan Manajemen dan struktur organisasi telah diungkapkan? o Adakah pengungkapan lainnya atas pekerjaan kontraktual yang tidak selesai, yang dilanjutkan selama 50 hari kalender dan dibebankan di DIPA tahun berikutnya? o Adakah pengungkapan lainnya atas kasus tuntutan kepada KL di Pengadilan? o Adakah Pengungkapan lainnya sesuai kharakteristik masing-masing KL (misalnya: pengungkapan adanya Barang Bukti, dll)
•
Memastikan angka-angka yang dijelaskan pada CaLK telah sama dengan angkaangka pada ADK Laporan Keuangan.
•
Memastikan bahwa ADK yang dikirim ke ekuitas akuntansi level atas/ KPPN/Kanwil/Dit.APK adalah ADK paling akhir.
•
Memastikan bahwa akun-akun “belum diregister” pada Neraca telah dijelaskan penyebabnya pada CaLK. Adapun akun-akun “belum diregister” ini hanya boleh ada pada laporan keuangan interim (triwulan I, II, III dan semester I), sedangkan laporan keuangan tahunan tidak diperbolehkan mengandung akun “belum deregister”.
39 | H a l a m a n
Untuk memudahkan dalam melakukan Telaah laporan Keuangan, dibuat Kertas Kerja Telaah Laporan Keuangan. Kertas kerja Laporan Keuangan terdiri dari: 1. Pokok, yaitu Kertas Kerja Telaah Laporan Keuangan 2. lampiran, yaitu antara lain a. perhitungan beban persediaan dari aplikasi persediaan, b. perhitungan perbandingan realisasi belanja modal dan penambahan Aset Tetap yang diperoleh dari pembelian, penyelesaian pekerjaan, pengembangan dan Konstruksi dalam Pengerjaan, c. Penjelasan apabila hasil telaah harus terisi di tempat yang tidak seharusnya Contoh Format Kertas Kerja Telaah Laporan Keuangan terlampir dalam buku ini. Format Kertas Kerja diatas dapat disesuaikan (ditambah dan dikurang) dengan kondisi dan karakteristik masing-masing Satker/Wilayah/Eselon-1/Kementerian Negara/Lembaga. Kertas Kerja disusun dengan memberi tanda centang pada kolom isian “sama/tidak sama” atau “ada/tidak ada”. Bila tidak terdapat datanya, diisi dengan N/A. Pada kertas Kerja juga dibuatkan kolom pengisian yang seharusnya. Karena Telaah Laporan Keuangan lebih berfungsi sebagai pencegahan terjadinya kesalahan. Apabila terisi pada kolom yang tidak seharusnya, merupakan indikasi kuat ada kesalahan namun belum tentu salah, lakukan: •
• •
Teliti apakah memang kesalahan? Jika ya, lakukan perbaikan pada sumber/satker yang salah, kirim/terima ulang perbaikannya, kemudian lakukan telaah laporan keuangan kembali. Apabila kesalahan tidak dapat diperbaiki, konsultasikan dengan unit akuntansi diatasnya untuk dicarikan solusinya. Apabila dirasa mau tidak mau harus terisi di tempat yang tidak seharusnya, jelaskan dalam Lampiran kertas Kerja dan konsultasikan dengan unit akuntansi diatasnya untuk dicarikan solusinya.
Telaah Laporan Keuangan adalah suatu kegiatan yang harus dilakukan untuk menjaga keandalan Laporan Keuangan. Jika perlu, agar Kertas Kerja telaah laporan keuangan dilampirkan dalam lampiran pendukung laporan keuangan di tiap jenjang laporan keuangan.
40 | H a l a m a n