KEJADIAN INSOMNIA PADA LANJUT USIA STUDI DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA JOMBANG Ika candra fibrianti,Ruliati,S.KM.M,Kes,Agus Muslim.,S.Kep.Ns Korespondensi Ika candra fibrianti
: : Prodi D III Keperawatan STIKes ICMe Jombang Jl. K.H.Hasyim Asyar 171 Mojosongo-Jombang Jawa Timur 61419 Telp.(0321) 854915
E-mail
:
[email protected]
ABSTRACT Impact that occurs when prolonged sleep deprivation lowers the body’s resistance to infection and increase levels of cortisol in the blood so prone raises stress. Based on the result of preliminary studies in the UPT done in the Department of Social Services Elderly Jombang there is a population of 70 elderly people with an age limit of 60-90 years and there were 10 respondents, who experienced insomnia at get as much as 4 respondents in because of healt status factors and 6 respondents experienced insomnia from stress factors psychologist. The aim is Knowing the incidence of insomnia in the elderly in the Departement of Social Service Unit Jombang elderly.This type of research is descriptive research. The population is all the elderly in Elderly Social Services Unit number 70. The sampling technique used was purposive sampling. The variable in this study was the incidence of insomnia in the elderly. Questionnaire measuring instrument using the instrument. Data was collected using Editing, Scoring, Coding, Tabulating and Percentage.Based on the results of research conducted in UPT Jombang Elderly Social Services on May 22, 2014 showe that most respondents get a lot of that going on insomnia.The conclusion of this study was the incidence of insomnia in elderly Elderly Social Services Unit Jombang in that most respondents get a lot of that going on insomnia.
Keywords : Insomnia, elderly
PENDAHULUAN Lanjut usia adalah proses alamiah yang berarti seorang telah melalui tiga tahap Kehidupannya, yaitu : masa anak,masa dewasa, dan masa tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis . Memasuki masatua berarti mengalami kemunduran secara fisik maupun psikis. Kumunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih,pnurunan pendengaran, penglihatan menurun, gerakan menjadi lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat, dan kurang gairah (R.Siti Maryam,2008) Insomnia adalah ketidakmampuan untuk tidur walaupun ada keinginan untuk melakukannya. Lansia rentan terhadap
insomnia karena adanya perubahan pola tidur. Biasanya menyerang tahap 4(tidur dalam). Keluhan insomnia mencangkup Ketidakmampuan untuk tertidursering terbangun, ketidakmampuan untuk kembali tidur dan terbangun pada dini hari. Karena insomnia merupakan gejala, maka perhatian harus di berikan pada faktor-faktor biologis, emosional, dan medis yang berperan, pada kebiasaan tidur yang buruk ( Mickey Stanley, 2006 ). Secara umum efek dari gangguan insomnia dapat di lihat dari hal berikut ini : sering bngun tidur waktu malam,perubahan suasana hati, sering bngun ketika tidur, sukar untuk tidur ,kantong mata hitam,mata memerah, merasa letih, badan lemas dan lelah sepanjang hari dan secara terus menerus mengalami kesulitan untuk
tidur atau selalu terbangun di tengah malam dan tidak dapat di tidur kembali Berdasarakan hasil studi pendahuluan yang di lakukan di UPT Pelayanan Dinas Sosial Lanjut Usia Jombang pada tanggal 22 Mei 2014 terdapat populasi 70 orang lanjut usia dengan batasan umur 60-90 tahun dan terdapat 10 responden, di dapatkan yang mengalami insomnia sebanyak 4 responden di karenakan faktor status kesehatan dan 6 responden mengalami insomnia dari faktor stres psikolog. Umumnya lansia banyak yang mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan tidur baik kualitas maupun kuantitasnya. Insomnia pada lansia disebabkan dari beberapa faktor yaitu dari faktor status kesehatan, penggunaan obat-obatan, kondisi lingkungan,stress psikolog,gaya hidup menyumbangkan insomnia pada usia lanjut. Dampak yang terjadi apabila kurang tidur yang berlangsung lama akan menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi, meningkatkan kadar gula darah, dan meningkatkan kadar kortisol dalam darah sehingga rawan memunculkam stress. Kebiasaan tidur kurang dari empat jam atau lebih dari sembilan jam dalam sehari semalam dikatakan meningkatkan resiko kematian (Primana,2007). Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka harapan hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Pada lansia yang terkena insomnia di berikan tidur seperlunya,tetapi tidak berlebihan, agar merasa segar dan sehat di hari berikutnya. pembatasan waktu tidur dapat memperkuat tidur ; berlebihannya waktu yang dihabiskan di temapt tidur tampaknya berkaitan
harinya dapat memperdalam tidur; namun, latihan yang hanya dilakukan kadangkadang tidak dapat memperbaiki tidur pada malam berikutnya ( Mickey Stanley,2007). Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah insomnia di antaranya: mandilah dengan air hangat 30 menit atau 1 jam sebelum tidur selain itu mnadi air hangat juga mengurangi keteganggangan tubuh, makanlah makanan ringan yangv mengandung sedikit karbohidrat menjelang tidur bila tersedia tambahkan dengan sgelas susu hangat, hentikan nonton TV atau membaca buku setidaknya 1 jam sebelum tidur, kurangi mengkonsumsi minuman yang bersifat stimulan atau yang membuat anda terjaga seperti the,kopi,alkohol dan rokok.minuman ini akan menyebabkan anda terjaga yang tentu saja tidak anda perlukan bila anda ingin tidur,hindari makan dan minum terlalu banyak menjelang tidur, gunakanlah tempat tidur anda khusus untuk tidur, lakukan aktifitas relaksasi secara rutin seperti melatih pernafasan, mendengarkan musik,meditasi dan lain lian,berolahraga secara teratur dapat membantu orang yang mengalami insomnia . Berdasarkan fenomena di atas maka peneliti tertarik memngambil judul penelitian dengan judul “Kejadian insomnia pada lansia di UPT Pelayanan Dinas Sosial Lanjut Usia Jombang” Rumusan masalah „‟Bagaimanakah kejadian insomnia pada lansia di UPT Pelayanan Dinas Sosial lanjut usia Jombang” Tujuan Penelitian “ Mengetahui kejadian insomnia pada lansia di UPT Pelayanan Dinas Sosial lanjut usia Jombang”
dengan tidur yang terputus-putus dan dangkal. Jumlah latihan yang stabil setiap BAHAN DAN METODE Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2014 sampai Juli 2014 Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di UPT Pelayanan Dinas Sosial Lanjut Usia Jombang.
Variabel
Definisi
Parameter
Alat
Operasional Kejadian insomnia pada lansia
ketidakmampuan
Skala
Kriteria
Ukur tipe-tipe
K U insomnia: untuk tidur walauE Sleep onset S pun ada keinginan insomnia I pada lansia yang dan Sleep O N maintenance berumur lebih dari E insomnia. R 65 tahun.
Pengolahan Data Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data melalui tahapan Editing, Scoring, Coding Dan Tabulating. Editing Adalah hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui kuesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu. Kalau ternyata masih ada data atau informasi yang tidak lengkap, dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang, maka kuesioner tersebut dikeluarkan (droup out) (Notoatmodjo,2012). Scoring Adalah penentuan jumlah skor, dalam penelitian ini menggunakan skala nominal oleh karena itu hasil kuesioner yang telah diisi diberi skor :
N O M I N A L
Ya
:
1
(Terjadi insomnia) Tidak
:
0
(Tidak terjadi insomnia).
Ya :1 Tidak :0 Penilian untuk kejadian di beri nilai : Tidak terjadi : ≤50 Terjadi : ≥50 Coding Adalah instrumen berupa kolom-kolom untuk merekam data secara manual. Lembaran atau kartu kode berisi nomor responden, dan nomor pertanyaan (Notoatmodjo,2012). Tabulating Tabulating adalah membuat table. Jawaban-jawaban yang telah di beri kode kemudian dimasukkan kedalam table (Saryono,2011).
HASIL a.Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Tabel 5. 1 : Karakteristik Responden bedasarkan Jenis kelamin di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jombang bulan Juli 2014.
No. Jenis kelamin 1. 2.
Laki-laki Perempuan
Frekuens i 17 53
Present ase (%) 24,3 75,7
Jumlah
70
100
Berdasarkan tabel 5.1 diatas menunjukkan sebagian besar dari responden perempuan sebanyak 53 responden (75,7%) a. Karakteristik reponden berdasarkan umur Tabel 5.2 : Karakteristik Responden berdasarkan Umur di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jombang bulan Juli 2014 No. Umur Frekuens Presentas i e(%) 1. 60-74 33 47,2 2. 75-90 21 30 3. >90 16 22,8 Jumlah 70 100 Berdasarkan tabel 5.2 hampir dari setengahnya responden berumur 60-74 tahun sejumlah 33 responden ( 47,2%) b. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan sebelum ke panti Tabel 5.3 : Karakteristik Responden berdasarkan pekerjaan sebelum di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jombang bulan Juli 2014
No . 1. 2. 3. 4.
5.
Pekerjaa n Tani Wiraswa sta Swasta Ibu rumah tangga Pension Jumlah
Frekuens i 10 5
Persentas e(%) 14,3 7,14
33 15
47,14 21,42
7 70
10 100
Berdasarkan tabel 5.3 di atas menunjukkan hampir dari setengahnya responden berprofesi sebagai Swasta sebanyak 33 responden (47,14%) c. Karakteristik Responden berdasarkan lama menghuni panti Tabel 5.4 : Karakteristik Responden berdasarkan lama menghuni di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jombang bulan Juli 2014 No. Lama Frekuensi Presentase (%) 1. 0-5 50 71,4 2. 6-10 14 20 3. >10 6 8,6
jumlah
70
100
Berdasarkan tabel 5.4 di atas menunjukkan sebagian besar yang lama menghuni panti 05 tahun sebanyak 50 responden (71,4%) d. Karakteristik Responden berdasarkan alasan masuki panti Tabel 5.5 : Karakteristik Responden berdasarkan alasan masuki di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jombang bulan Juli 2014 No. Alasan 1.
Keingi nan sendiri
Frekuens i 60
Presentase( %) 85,7
2.
Permin 10 14,3 taan anakny a Jumlah 70 100 Berdasarkan tabel 5.5 di atas menunjukkan hampir seluruhnya yang alasan masuki panti dengan keinginan sendiri sebanyak 60 responden (85,7%) a.Karakteristik responden berdasarkan kejadian insomnia Tabel 5.6 : Karakteristik Responden berdasarkan kejadian insomnia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jombang bulan Juli 2014 No. Kejadian 1.
Frekuens i 23
Presentase( %) 32,86
Tidak terjadi 2. Terjadi 47 67,14 Jumlah 70 100 Berdasarkan tabel 5.6 diatas dapat dilihat sebagian besar dari responden terbanyak terjadi sebanyak 47 responden (67,14%) sedangkan sebagian kecil dari responden tidak terjadi sebanyak 23 reponden (32.86%). PEMBAHASAN Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan dari 70 responden sebagian besar mengalami terjadi insomnia sebanyak 47 responden (67,14%). ketidakmampuan untuk kembali tidur dan terbangun pada dini hari. Karena insomnia merupakan gejala, maka perhatian harus di
berikan pada faktor-faktor biologis, emosional, dan medis yang berperan, pada kebiasaan tidur yang buruk (Mickey Stanley, 2006). Dalam hasil penelitian didapatkan lansia mengeluhkan bahwa hanya dapat tidur kurang dari 8-9 jam/perhari dan sering terbangun di tengah-tengah pada malam hari. Dampak yang terjadi apabila kurang tidur yang berlangsung lama akan menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi, meningkatkan kadar gula darah, dan meningkatkan kadar kortisol dalam darah sehingga memunculkan stress. Berdasarkan tabel 5.1 di dapatkan sebagian besar pada prempuan sejumlah 53 responden (75,7%). Menurut penelitian secara umum, serangan insomnia baru menjadi keluhan para wanita pada menjelang menopause (perimenopause). Namun, ternyata ada pemicu insomnia lain pada wanita, kurangnya zat besi dalam tubuh. Jenis kelamin adalah kelas atau kelompok yang terbentuk dalam suatu spesies sebagai sarana atau sebagai akibat digunakannya proses reproduksi seksual untuk mempertahankan keberlangsungan spesies itu. Terjadinya insomnia bedasarkan tabel 5.2 didapatkan data hampir dari setengahnya responden berusia 60-74 tahun sejumlah 33 responden (47,2%).. Menurut peneliti pada orang usia lanjut kadar melatonin ini seringkali berkurang sehingga menimbulkan insomnia dan kesulitan tidur. Selain itu kondisi fisik orang lanjut usia juga membuat dirinya menjadi sulit tidur, apalagi bila ditambah adanya kondisi medis yang sedang sakit. Secara umum pun kebutuhan tidur lansia mulai berkurang. Yang awalnya 8 jam sehari menjadi hanya 3-5 jam saja sehari. Lanjut usia adalah proses alamiah yang berarti seorang telah melalui tiga tahap Kehidupannya, yaitu : masa anak,masa dewasa, dan masa tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis . Memasuki masatua berarti mengalami kemunduran secara fisik maupun psikis. Kumunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih,pnurunan pendengaran, penglihatan menurun, gerakan menjadi lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital,
sensitivitas emosional meningkat, dan kurang gairah (R.Siti Maryam,2008) Umur atau usia adalah rentang kehidupan yang di ukur dengan tahun, dikatakan masa awal dewasa adalah usia 18 tahun sampai 40 tahun, dewasa madya adalah 41 sampai 60 tahun, dewasa lanjut >60 tahun, umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang di hitung sejak dilahirkan (Harlock,2004). Seorang dinyatakan sebagai orang jompo atau usia lanjut setelah yang bersangkutan mancapai usia 60 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendirin untuk keperluan hidupnya sehari-hari, dan menerima nafkah dari orang lain.” ( Nurul chayatin,2009) Ciri-ciri usia 60-74 tahun yaitu pupil mata berkurang sepertiga dari ukuran ketika berusia 20 tahun, postur tubuh lansia mulai berubag bengkok (bungkuk), kondisi kulit mulai kering dan keriput, daya ingat mulai menurun,pendengaran berkurang dan perubahan fungsi organ-organ reproduksi baik pria mauopun wanita (J.W.Santrock,2002). Dari tabel 5.3 menunjukan lansia pekerjaan sebelum di panti hampir dari setengahnya di swasta bedasarkan penelitian yaitu sebanyak 33 responden (47,14%). Menurut penelitian pekerjaan ini tidak mempengaruhi terjadinya insomnia tapi cukup ingin sekedar mengetahui pekerjaan sebelum masuk ke panti. Pekerjaan adalah serangkaian tugas atau kegiatan yang harus dilaksanakan atau di selesaikan oleh bseseorang sesuai dengan jabatan atau profesi masing-masing. Status pekerjaan yang rendah sering di pengaruhi motivasi seseorang (Notoadmojo,2003). Kejadian insomnia juga di pengaruhi oleh berapa lama mereka masuk kepanti dari tabel 5.4 menunjukkan sebagian besar lama berada di panti responden adalah 1-5 tahun berjumlah sebanyak 50 responden (71,4%) Menurut peneltian seseorang lansia yang teralalu lama di panti UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jombang mebuat mereka merasa jenuh dan gelisah sehingga menyebabkan banyak yang tidak bisa tidur, dan suasannya tidak medukung karena dari segi lingkungan juga dapat mempengaruhi kuantitas tidur. Waktu adalah seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung. Dalam hal in, skala waktu merupakan interval antara dua buah
keaadaan/kejadian, atau bisa merupakan lama berlangsungnya suatu kejadian (kinabipoetra,2012). Lansia yang masuk ke panti hampir seluruhnya dari kehendak diri sendiri bedasarkan tabel 5.5 di panti UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia adalah berjumlah 60 responden ( 85,7%) Menurut penelitian, mereka memikirkan nasib mereka selama belum tinggal di panti. Bahwa mereka kurang beruntung di bandingkan lansia lain yang tinggal di rumah berkumpul anak keluarganya. Mereka masuk ke panti UPT Pelayan Sosial Lanjut Usia Jombang karena diri sendiri. Sebagian besar tidak punya rumah dan keluarga tidak mampu merawat dirinya sendiri sehingga mereka memutuskan untuk tinggal di panti di tempat yang layak. Motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu yang ada dalam diri seseorang yang membangkitkan kita untuk bertindak, mendorong kita mencapai tujuan tertentu, dan membuat kita tetap tertarik dalam kegiatan tertentu ( Weiner,1990)
pada lansia dan factor-faktor yang mempengaruhi insomnia menambah referensi baik dari jurnal dan sampel sehingga hasil yang didapatkan lebih sempurna
SIMPULAN DAN SARAN
Lumbantobing Prof. Dr. Dr S.M .2004. Gangguan Tidur. Jakarta: EGC
Simpulan Kejadian insomnia pada lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jombang sebagian besar terjadi insomnia. Saran Bagi Responden Responden dilakukan aktifitas relaksasi secara rutin seperti melatih pernafasan, mendengarkan musik, meditasi dan lain-lain, berolahraga secara teratur dapat membantu orang yang mengalami insomnia agar bisa mencukupi kebutuhan tidur yang baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga penggunaan obat-obatan dapat dihindari dan selalu berdoa kepada Yang Maha Kuasa agar diberi kesahatan. Bagi Dinas Sosial dalam kasus insomnia pemenuhan kebutuhan pada lansia itu harus penting dalam memberikam informasi memenuhi kebutuhan tidurnya sehingga perlu pengawasan yang terjaga agar kebutuhan tidurnya normal dari 8-9 jam perhari dan tidak ada yang bangun sering pada tengah-tengah malam hari. Bagi penliti selanjutnya di harapkan dapat melanjutkan penelitian kejadian insomnia
KEPUSTAKAAN Arikunto,2010. Prosedur Jakarta: Rineka Cipta
Penelitian.
Carpenito Lynda Juall,2009. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarata: EGC Choyatin nurul,2009.Ilmu Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta:Selemba Medika Ghozt.2012.Cara Mengatasi Insomnia.http//www.starnurseblogspot.com.Akses 27Juni 2014 Green Weendy,2012. 50 Hal Yang Bisa Anda Lakukan Hari Ini Untuk Mengetasi Insomnia. Jakarta: Gramedia
Maryam, R Siti.2008.Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.Jakarta:Salemba Medika Muhtaram al.2012. Cara Mengatasi Insomnia.http//www.metriscommunity.com. Akses 27Juni2014 Nya Mulaya.2013. tips-cara-mengatasisusahtidur.http//www.neoaskep.blogspot.com.Aks es 27 Juni 2014 Notoatmodjo,2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo,2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nursalam,2008. Konsep Dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Pena Tautan.2014. Tanda dan Gejala dan Penyebab
Insomnia.http//www.blogspot.com.Akses 27 Juni 2014 Saryono.2011. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendikia. Stanley,Mickey.2006.Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta: EGC Turana,Y.2007. Gangguan Tidur atau Insomnia.http://www.paulusbayu.multiply.c om. Tanggal 22 november jam 13.27 wib