Domestikasi Ayam, Sejarah, dan Hikmah Yusran A. Yahya, SPt, M.Si (Penyuluh Pertanian Muda, BP4K KAB. BONE)
Domestikasi adalah proses penjinakan hewan atau tumbuhan. Domestikasi
merupakan
pengadopsian
tumbuhan
dan
hewan
dari
kehidupan liar ke dalam lingkungan kehidupan sehari-hari manusia. Dalam arti yang sederhana, domestikasi merupakan proses “penjinakan” yang dilakukan terhadap hewan liar. Perbedaannya, apabila penjinakan lebih pada individu, domestikasi melibatkan populasi, seperti seleksi, pemuliaan (perbaikan keturunan), serta perubahan perilaku/sifat dari organisme yang menjadi objeknya. Domestikasi tumbuhan dan hewan, amat penting untuk dilakukan. Terutama domestikasi tumbuhan penghasil pangan dan hewan ternak yang sudah lama dilakukan di Indonesia. Domestikasi hewan ternak yang banyak dilakukan di Indonesia adalah domestikasi sapi, ayam, domba, kambing, dan babi. Domestikasi ternak diperkirakan dilakukan dalam kaitan dengan kepastian penyediaan sumber pangan, serta kebutuhan sandang. Yakni kulit dan rambutnya dijadikan bahan pakaian. Akhirnya domestikasi hewan ternak digunakan sebagai komoditi perdagangan. Sebagai hewan yang akan didomestikasi, harus memenuhi enam syarat. Hal itu menurut seorang ahli biologi, Jared Diamond. Yang pertama, pakannya mudah didapatkan. Kemudian hewan tersebut harus mau memakan makanan yang berada di luar piramida makanan manusia, maksudnya tidak memakan gandum atau jagung. Sebaliknya, pakan hewan tersebut tidak digunakan oleh manusia, lebih tepatnya tidak dikonsumsi oleh manusia, dan ekonomis untuk penyimpanan pakannya. Pertumbuhannya dengan cepat sehingga mempercepat proses perkembangbiakkan dan dimanfaatkan. Serta memungkinkan untuk dikembangbiakkan dalam penangkaran, tidak agresif, tidak mudah stres, dan memiliki hierarki sosial yang dapat dimodifikasi.
PERILAKU HEWAN DOMESTIKASI Perilaku adalah aktivitas suatu organisme akibat adanya suatu stimulus. Dalam mengamati perilaku, kita cenderung untuk menempatkan diri pada organisme yang kita amati, yakni dengan menganggap bahwa organisme tadi melihat dan merasakan seperti kita. Ini adalah antropomorfisme (Y: anthropos = manusia), yaitu interpretasi perilaku organisme lain seperti perilaku manusia. Semakin kita merasa mengenal suatu organisme, semakin kita menafsirkan perilaku tersebut secara antropomorfik (Bachtiar, 2011) DOMESTIKASI AYAM Tiga wilayah utama pusat domestikasi ayam di dunia ada di Indonesia; China (sungai Kuning, Henan) dan India (lembah Indus). Ayam termasuk klas aves, ordo galliformes, dan famili phasianidae. Ayam mempunyai jengger (comb) di atas kepala dan dua gelambir (wattles) dibawah dagu. Dalam bahasa
Latin, gallus artinya comb,
jadi
ayam
hasil
domestikasi
dinamakan Gallus gallus domesticus. Spesies lain yang masih hidup liar di hutan dari genus Gallus adalah Gallus gallus (Red jungle fowl) sebarannya meliputi China, India, dan Asia Tenggara. Untuk Gallus varius(Green jungle fowl) distribusinya meliputi Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, dan pulau kecil disekitarnya. Indonesia diyakini sebagai sebagai pusat domestikasi ayam di Asia. Hal itu membuat suatu keyakinan bahwa ayam-ayam domestikasi ini berasal dari satu nenek moyang. Yaitu ayam hutan merah atau Red Junglefowl, Gallus gallus. Domestikasi pertama kali diduga terjadi di Sungai Kuning, Henan China sekitar tahun 6000 SM. Domestikasi kemudian menyebar ke berbagai negara hingga di Indonesia. Domestikasi dilakukan dengan teknik aplikasi teknologi DNA. Ayam-ayam hasil domestikasi di Indonesia, digolongkan ke dalam suatu clade karena melalui proses D Loop DNA Mitokondria. Paling banyak, ayam di Indonesia masuk dalam kategori clade II. Ayam hasil domestikasi di Indonesia antara lain sebagai berikut : (1) Ayam Cemani; (2) Ayam Kedu
Hitam; (3) Ayam Kedu Putih; (4) Ayam Pelung; (5) Ayam Sentul; (6) Ayam Wareng; (7) Ayam Merawang; (8) Ayam Kapas; (9) Ayam Kate; (10) Ayam Arab Silver; (11) Ayam Arab Gold; (12) Ayam Gaok; (13) Ayam Nunukan; (14) Ayam Kalosi; (15) Ayam Kampung Tolaki. (Syarofina, 2012). Ayam-ayam hasil domestikasi tersebut, diyakini hanya berasal dari satu nenek moyang yaitu dari Ayam Hutan Merah atau Red Junglefowl, Gallus gallus. Beberapa contoh bentuk perilaku dari Gallus gallus domesticus (ayam peliharaan) adalah: 1. Perilaku Agonistik : Jika beberapa ayam betina yang tidak saling mengenal satu sama lain digabungkan bersama-sama, mereka akan merespon dengan berkelahi dan saling mematuk. Akhirnya kelompok itu akan membentuk suatu “urutan patukan” yang jelas- suatu hirarki dominansi yang kurang lebih linier. 2. Makan dan Minum : (a) Makan : Anak ayam baru menetas akan mematuk segala baru kemudian bisa memilih objek yang harus dipatuk setelah mengalami proses belajar < 30 jam setelah menetas : cerebellum. Setelah 30 jam, kemampuan mengingat menurun. Bila sering terjadi, akan berpengaruh terhadap produksi, hal ini biasa terjadi pada pemberian pakan yang berubah-ubah. Nafsu makan pada ayam akan meningkat apabila melihat temannya makan; (b) Minum : Anak ayam tidak belajar minum, tetapi belajar makan, mematuk. Mula-mula mematuk serpihan ringan (dedak) yang mengapung di atas air, dari pengalaman itu ayam belajar minum. Ayam sangat membutuhkan air. 3. Epimeletik (care giving) dan Et-epimeletik (care-soliciting). Tingkah laku keindukan/ keibuan : Epimeletik pada ayam yaitu dengan berkokok bila terpisah dari anaknya. 4. Perilaku Sex : Ayam adalah hewan poligami. a. Jantan: (1) Merendahkan sayap* Tarian WALTZ : Ada 3 macam tarian WALTZ diperlihatkan kepada betina: (a) Sebagai pinangan; (b) Yang sudah siap kawin; (c) Setelah selesai kawin; (2) Mendekati betina; (3) Melangkah ke samping betina hingga dekat sekali; (4) Bila pinangan
tidak ada tanggapan, jantan mematuk-matuk batu/mengais-ais sambil memanggil betina; (5) Jika tetap tidak ada tanggapan, jantan akan mengejar ayam betina. (a) Penegakkan bulu. Leher jantan ditinggikan, bulu ditegakkan, bulu seluruh badan bergetar
dan
sesudah kawin; (b) Gerakan Ekor. Ekor si jantan digerakkan dengan cepat dalam arah horizontal; (c) Gerakan Kepala. Kepala dimiringkan, kemudian
digerakkan
membuat
satu
lingkaran;
(d)
Penyisiran
Bulu. Menggosok-gosokkan kepala pada sayapnya; (e) Hentakan Kaki. Jantan
berlari
dengan
direndahkan,
sehingga
kaki
menyentuh
dibengkokkan, tanah,
leher
sayapnya
dipendekkan.
Biasanya dilakukan sebelum jantan mengejar betina; (f) Gerakan Abnormal : Jantan mengitari betina sambil mengawasinya dengan seksama. Jantan mendekati betina dari belakang lalu mematuk kepala/leher betina sambil mengepakkan sayapnya dengan cepat. b. Betina : (a) Menolak dikawini: lari; (b) Menerima: dada, ekor merapat ke tanah, sayap dikembangkan untuk menjaga keseimbangan. 5. Komunikasi : Komunikasi merupakan suatu hal yang paling penting pada hubungan anak ayam dengan induk, maupu hubungan antara ayam betina dan
jantan.
Komunikasi
pada
ayam
adalah
melalui
pendengaran.Sang induk dapat mengetahui keadaan anaknya melalui suaranya sekalipun letak induk dan anak berjauhan. Misalnya,
anak
ayam
akan
menciap,
karena
: (a)
Kesulitan/kesakitan/terjepit; (b) Tidak ada makanan; (c) Ketakutan: ada elang / tersesat; (d) Kegirangan karena mendapat cacing. Induk juga akan ”mengutruk” sebagai tanda : (a) Memanggil anaknya : ada makanan;
(b)
Memanggil
anaknya
:
untuk
mengikuti;
(c)
Memberitahu adanya bahaya; (d) Memberitahu posisi/keberadaannya. Suara (kokok) sebagai alat komunikasi antara induk dengan anak, atau betina memberi tanda pejantan.
MEMETIK HIKMAH SEJARAH DOMESTIKASI AYAM Mempelajari sejarah bukan hanya sekadar menghafal angka-angka, rentetan peristiwa dan sebagainya, tapi yang lebih penting adalah bagaimana kita mampu mengambil hikmah dari peristiwa tersebut. Kita bisa mengambil hikmah sejarah pada semua makhluk di alam semesta ini. Pada kesempatan kali ini, penulis mengajak pembaca untuk mengambil hikmah sejarah Domestikasi ayam. Sengaja topik ini penulis ajukan mengingat ayam sangat akrab dalam kehidupan manusia Indonesia, namun hikmah yang ada di dalamnya belum banyak digali. Domestikasi hewan merupakan salah satu penemuan yang besar dalam sejarah perkembangan manusia. Juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan pertanian dan masyarakat kota. Dari uraian sebelumya dapat dilihat bahwa terdapat tanda-tanda atau bekas-bekas yang dapat dijadikan pedoman oleh para ahli untuk menelusuri masa lampau. Namun dalam menelusuri sejarah masa lampau, hendaknya kita dapat mengambil pelajaran yang berguna buka saja untuk di dunia saja, tapi juga untuk di akhirat. Misalnya dengan memperhatikan hikmah yang terkandung dalam sejarah masa lampau dilihat dari kaca mata seorang muslim. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam surat Al Mu’minun ayat 82 yang artinya: ”Maka apakah mereka tiada mengadakan perjalanan di muka bumi lalu memperhatikan betapa kesudahan orang-orang yang sebelum mereka.” (Al Mu’minun: 82). Sengaja penulis mengemukakan ayat tersebut, sebab sejarah Domestikasi ayam dan hewan ternak lainnya ini berkaitan dengan sejarah manusia itu sendiri. Domestikasi hewan ternak sebagaimana yang telah disebutkan di atas
merupakan
unsur
penting
yang
membantu
secara
pesat
perkembangan peradaban manusia. Kemampuan manusia menjinakkan binatang itu sendiri sangat menarik. Marilah kita perhatikan firman Allah berikut ini.
”Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakan binatang ternak untuk mereka yaitu sebagian dari apa yang telah Kami
ciptakan dengan kekuasaan Kami sendiri, lalu mereka
menguasainya? Dan Kami tundukkan binatang-binatang itu untuk mereka, maka sebagian menjadi tunggangan mereka dan sebagiannya mereka makan.
Dan
mereka
memperoleh
padanya
manfaat-manfaat
dan
minuman. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur?” (QS Yaasin: 71-73). Dari ayat ini jelaslah bahwa Allah memberikan kemampuan kepada manusia untuk menjinakkan binatang. Suatu karunia yang tiada taranya yang patut kita syukuri. Jika manusia tidak diberi kemampuan ini dan jika apa-apa yang ada di bumi ini tidak ditundukkan oleh Allah untuk kepentingan manusia, maka perkembangan peradaban manusia akan tersendat dan bahkan dapat memusnahkan manusia itu di muka bumi ini. Kemampuan
menjinakkan
binatang
ini
membawa
manusia
ke
era
industrialisasi modern dalam penyediaan pangan serta produk-produk industri lainnya. Program pemuliaan ternak dan rekayasa gen yang andal, pengetahuan manajemen yang wahid, ilmu pakan ayang yang bermutu tinggi, da ilmu pasca panen dan kemasan yang jempolan tidak dapat diremehkan peranannya. Namun demikian, perkembangan yang sepesat ini belum mampu dan bahkan tidak akan mampu manusia mengungkapkan semua rahasia yang terdapat dalam diri ayam. Pengetahuan manusia tentang ayam jika dihimpun dari dulu sampai sekarang barangkali tidak lebih dari sebutir debu di padang pasir yang luas. Hanya Allah-lah yang mengetahui semuanya itu, karena Allah-lah yang menciptakan semuanya itu dari tidak ada menjadi ada. Allah berfirman: ”…Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya.” (QS 16:8). ”Yang mengetahui semua yang ghaib dan yang tampak; Yang Maha Besar lagi Maha Tinggi” (QS 13:9). Dari uraian diatas, Kesimpulan yang dapat diambil adalah : (1) Perilaku merupakan bentuk respons suatu organisme terhadap kondisi internal dan eksternalnya; (2) Hewan domestikasi merupakan hewan liar yang dijinakkan sesuai dengan keinginan yang diharapkan manusia itu sendiri; (3) Perilaku
setiap hewan berbeda–beda karena perilaku dihasilkan oleh gen dan factor- faktor lingkungan. Saran penulis bila ingin melakukan domestikasi yaitu : (1) kita sebaiknya lebih memperhatikan bagaimana perilaku hewan domestikasi
dilingkungan
awalnya
terlebih
dahulu,
agar
ketika
kita
mendomestikasi hewan tersebut, dan tidak terjadi stress terhadap hewan yang didomestikasi; (2) Dengan mengetahui perilaku hewan domestikasi kita juga dapat memelihara hewan tersebut dengan baik dan benar. Dan akhirnya penulis mengajak kepada diri sendiri dan pembaca, marilah kita memperhatikan tanda-tanda kekuasaan Allah baik yang ada di sekitar kita maupun yang ada dalam diri kita sebagai salah satu cara untuk meningkatkan ketaqwaan kita kepada Alla s.w.t. Di akhir tulisan ini, kami kemukakan firman Allah dalam QS 51:20-21. ”Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. Dan juga pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” Demikianlah tulisan saya, saya ambil berdasarkan pengalaman penulis sebagai mahasiswa peternakan, praktisi dan dan sekarang sebagai penyuluh pertanian di Kec. Bontocani Kab. Bone. Serta sedikit pustaka dari buku-buku, artikel internet dan tafsir Al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2014. “Etologi”. http://id.wikipedia.org/wiki/Etologi. Bachtiar,
Yusuf.
2011.
“Pengenalan
Perilaku
http://yusufpojokkampus.wordpress.com/
Hewan”.
materi/perilaku-
hewan/pengenalan-perilaku-hewan/. Syarofina P. 2012. “Domestikasi dan Terbentuknya Bangsa-Bangsa Ternak”. http://blog.ub.ac.id/.../domestikasi-dan-terbentuknya-bangsa-bangsaternak/.
Sumber : Buletin Peternakan Disnak Keswan Prov. Sul Sel, 2014