Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011
BEBERAPA MODEL TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH SAYURAN PASAR SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF PADA TERNAK (KAMBING/DOMBA) DI PERKOTAAN (Processing Technologies for Utilization of Market Waste Vegetables for Small Ruminants Feed) ANDI SAENAB dan Y. RETNANI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta, Jl. Ragunan No. 30, Jakarta
ABSTRACT Livestock productivity is strongly influenced by the availability of feed, in quality and quantity. Pastural land converted to urban residential around the town in a lot of number, so need to look for alternative forages for feed. One alternative is market vegetable waste that very much number available in the market. The purpose of the processing of the vegetable waste into animal feed is the provision of forage for the dry season and to help government and local communities in addressing environmental problems, especially problems existing in waste such as in Jakarta region. With the technology of feed, vegetable waste can be processed into flour, silage, wafer and biscuit. Some research results indicate that the utilization of vegetable market waste as an alternative feed for smll ruminants can increase their body weight. Key Words: Technology, Utilization, Vegetable Market Waste, Feed Livestock ABSTRAK Produktivitas ternak sangat dipengaruhi oleh ketersediaan pakan, baik secara kualitas maupun kuantitas. Lahan padang rumput diperkotaan banyak dikonversi untuk perumahan, sehingga perlu dicarikan alternatif pengganti hijauan. Salah satu alternatif tersebut adalah limbah sayuran yang sangat banyak tersedia di pasar. Adapun tujuan dari pengolahan limbah sayuran pasar menjadi pakan ternak ini adalah untuk penyediaan hijauan pakan dimusim kemarau dan untuk membantu pemerintah dan masyarakat setempat dalam mengatasi masalah lingkungan terutama masalah sampah yang ada diwilayah DKI Jakarta. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan limbah sayuran pasar sebagai pakan alternatif dapat meningkatkan bobot badan ternak. Kata Kunci: Teknologi, Pengolahan, Limbah Sayuran, Pakan Ternak
PENDAHULUAN Ketersediaan hijauan pakan ternak merupakan permasalahan krusial di DKI Jakarta, tidak saja pada musim kemarau tetapi pada hampir sepanjang musim disebabkan faktor keterbatasan lahan. Di lain sisi, usaha peternakan ruminansia di DKI Jakarta tetap dilakukan oleh peternak yang pada umumnya merupakan usaha yang turun temurun dilakukan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan suatu inovasi untuk menghasilkan bahan pakan ternak dari bahanbahan yang tersedia di wilayah DKI Jakarta terutama bahan-bahan yang tidak bernilai
ekonomis dengan tujuan untuk menekan biaya usahatani ternak. Salah satu komoditas yang sesuai untuk diolah menjadi bahan pakan ternak dengan jumlah yang melimpah di DKI Jakarta yaitu limbah sayuran pasar. Kontribusi produksi kambing bagi konsumsi daging nasional, termasuk di kota DKI Jakarta, masih sangat kecil. Menurut BPS DKI JAKARTA (2009), total populasi kambing di Indonesia hanya mencapai 15.655.140 ekor, sedangkan populasi kambing di DKI Jakarta hanya mencapai sekitar 4.998 ekor. Populasi kambing tersebut meningkat dari tahun 2008 sebesar 4.501 ekor. Apabila potensi kambing dikelola dengan baik dan profesional, terutama
89
Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011
dalam hal pakan, maka sektor peternakan ini akan memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan peternak, khususnya peternak kambing di DKI Jakarta. Peternakan kambing sangat berpotensi untuk dikembangkan, produk utama dari peternakan tersebut adalah daging yang diharapkan dapat mecegah penurunan pasokan sumber protein hewani. Peternakan kambing sangat bergantung pada produktivitas hijauan pakan yang menentukan keberhasilan dari peternakan tersebut. Seperti diketahui bahwa produktivitas hijauan bersifat musiman, pada saat musim hujan hijauan pakan melimpah, tetapi pada musim kemarau hijaun pakan sangat sedikit bahkan tidak ada sehingga peternakan kambing dapat mengalami penurunan produktivitasnya. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan upaya pencarian pakan alternatif pengganti hijauan pakan pada musim kemarau. Limbah organik pasar di DKI Jakarta dapat mencapai 4.500 ton per hari, yang terdiri dari sayuran dan buah-buahan (WALHI, 2001). Banyaknya pasar-pasar tradisional di Jakarta memungkinkan ketersediaan limbah sayuran yang kontiniu. Limbah sayuran pasar apabila digunakan sebagai bahan baku memiliki beberapa keuntungan yaitu memiliki nilai ekonomis karena dapat menghasilkan berbagai produk pakan yang berguna dan harganya yang murah, mudah didapat dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. Selain itu dengan memanfaatkan limbah sayuran dapat mengurangi masalah pencemaran lingkungan akibat sampah. Selain kelebihan-kelebihan tersebut, limbah sayuran juga memiliki kelemahan- kelemahan diantaranya mudah busuk, voluminus (bulky) dan ketersediaannya berfluktuasi. Untuk itu, perlu teknologi pengolahan limbah sayuran untuk membuat bahan pakan menjadi awet, mudah disimpan dan mudah diberikan pada ternak. Adapun tujuan dari pengolahan limbah sayuran pasar menjadi pakan ternak ini adalah untuk penyediaan hijauan pakan dimusim kemarau dan untuk membantu pemerintah dan masyarakat setempat dalam mengatasi masalah lingkungan terutama masalah sampah yang ada di wilayah DKI Jakarta.
90
KEBUTUHAN DAGING KAMBING DAN DOMBA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13.700 /km2 pada tahun 2007, sehingga menjadikan Provinsi ini sebagai pasar yang potensial bagi berbagai produk pertanian maupun produk peternakan. Setiap harinya penerimaan sayuran di DKI Jakarta dari berbagai daerah melalui Pasar Induk Kramat Jati mencapai ratusan ton. Begitupun dengan kebutuhan daging DKI Jakarta mencapai 300 ton/hari dan dapat meningkat hingga 500 ton menjelang hari raya Idul Fitri. Kebutuhan ternak kambing melonjak menjelang Hari Raya Idul Adha yang dapat mencapai 12.000 ekor pada tahun 2009 dan diprediksi terus meningkat setiap tahunnya. Permintaan daging kambing di Jakarta cukup besar dan cenderung terus meningkat setiap tahun. Menurut catatan Dinas Kelautan dan Pertanian Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, kebutuhan kambing di wilayah DKI Jakarta sekitar 400 – 500 ekor per hari atau 12.000 – 15.000ekorperbulan. Kebutuhan kambing di Jakarta dipasok dari beberapa daerah yang merupakan sentra peternakan kambing. Daerah pemasok itu diantaranya daerah-daerah di Bogor, Lampung, Garut, dan Solo. Dengan demikian, para peternak di DKI Jakarta banyak yang menekuni usaha budidaya kambing, baik untuk memenuhi kebutuhan daging kambing harian maupun untuk keperluan hewan qurban DKI Jakarta. POTENSI LIMBAH SAYURAN PASAR Adapun potensi limbah sayuran pasar dapat dilihat pada Tabel 1. Ternak ruminansia kecil yang dipelihara di wilayah DKI Jakarta masih cukup banyak meskipun lahan untuk pemeliharaan semakin menyempit. Permasalahan spesifik di DKI Jakarta dalam pengembangan usahatani ternak terutama ruminansia adalah ketersediaan hijauan pakan ternak karena faktor keterbatasan lahan, sehingga diperlukan suatu inovasi untuk menghasilkan bahan pakan ternak dari bahanbahan yang tersedia di wilayah DKI Jakarta
Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011
terutama bahan-bahan yang tidak bernilai ekonomis dengan tujuan untuk menekan biaya usahatani ternak. Salah satu komoditas yang sesuai untuk diolah menjadi bahan pakan ternak dengan jumlah yang melimpah di DKI Jakarta yaitu limbah sayuran pasar. Limbah sayuran pasar merupakan vahan sisa, hasil penyiangan, maupun bagian dari sayuran ataupun buah-buahan yang tidak dimanfaatkan untuk konsumsi manusia. Limbah sayuran pasar di DKI Jakarta dapat mencapai 4.500 ton per hari, yang terdiri dari sayuran dan buahan. Dari 4.500 ton/hari limbah sayuran pasar tersebut bila dikeringkan untuk dijadikan tepung akan mengalami susut sekitar 40-50% tergantung jenis limbah sayuran tersebut. Dari jumlah tersebut akan susut lagi sekitar 2% pada proses pembuatan wafer dan silase. Pengolahan limbah sayuran untuk pakan alternatif ternak berpotensi untuk membantu menekan biaya pakan ternak yang umumnya dapat mencapai 70% dari seluruh biaya usahatani ternak, serta untuk membantu dalam penyediaan bahan pakan ternak dengan jumlah kebutuhan pakan ternak kambing/ domba per hari per ekor mencapai 4% dari bobot badan, sehingga untuk satu ekor kambing dan domba dengan bobot badan 20 – 30 kg membutuhkan 0,8 – 1 kg pakan.
BEBERAPA JENIS LIMBAH SAYURAN PASAR Ada beberapa jenis limbah sayuran pasar dapat digunakan sebagai pakan ternak ruminansia diantaranya adalah bayam, kangkung, kubis, kecamba kacang hijau, daun kembang kol, kulit jagung, klobot jagung dan daun singkong. Adapun komposisi limbah sayuran tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Limbah sayuran pasar yang dominan ada di pasar antara lain kol, caisim, daun kembang kol, kulit toge, serta sawi putih. Sedangkan kulit jagung sudah banyak dipergunakan sebagai pakan langsung (tanpa proses pengolahan) oleh beberapa peternak kambing maupun sapi di DKI Jakarta. Limbah sawi Jenis limbah sawi yang banyak di pasaran yaitu limbah sawi hijau/caisim dan sawi putih. Sawi memiliki kadar air yang cukup tinggi, mencapai lebih dari 95%, sehingga umumnya sawi cenderung lebih mudah untuk diolah menjadi asinan. Jika akan diolah menjadi silase, terlebih dahulu sawi harus dilayukan/dijemur atau dikering-anginkan
Tabel 1. Potensi limbah sayuran pasar Jumlah pasokan (ton/minggu)
Perkiraan penyusutan
Potensi limbah sayuran (ton/minggu)
757,50
20
151,5
29,50
25
5,90
Bawang merah
805,25
12
161,05
Bawang putih
216,25
4
43,25
Sawi
268,25
11
53,65
Buncis
9,75
3
1,95
Wortel
269,50
8
53,90
Tomat
574,50
10
114,90
Daun bawang
86,75
6
17,35
Daun seledri
38,25
6
7,65
Komoditas sayuran Kol bulat Kembang kol
Kelapa
133,25
8
26,65
Jagung
216,50
20
43,30
41,75
15
8,35
Toge
Sumber: BPS PROVINSI DKI J AKARTA (2009)
91
Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011
Tabel 2. Komposisi beberapa jenis limbah sayuran Jenis sayuran
Bahan Protein kering Kalori (g) (g)
Bayam2 Kangkung2
15,20 10,00
43 30
Kubis2
7,00
Sawi putih
Kecambah kacang hijau2 Daun kangkung2 Daun singkong1 Daun kembang kol Kulit jagung
2
Lemak (g)
Serat (g)
Kapur (mg)
Besi (mg)
Abu (%)
Karbohidrat (g)
Air (g)
5,20 2,70
tad tad
1,00 1,10
340 60
4,1 2,5
tad tad
6,5 tad
86,9 tad
22
1,60
tad
0,80
55
0,8
tad
tad
tad
5,80
17
1,70
tad
0,70
100
2,6
tad
tad
tad
tad
23
2,90
0,20
tad
tad
tad
tad
4,1
92,4
23,80
tad
8,93
1,03
3,19
tad
tad
1,82
tad
tad
tad
tad
tad
tad
tad
tad
tad
1,77
tad
tad
tad
3890
31,77
tad
13,77
tad
tad
19,93
tad
tad
tad
4351
1,94
tad
34,15
tad
tad
2,97
tad
tad
tad = tidak ada data Sumber: 1MANSY (2002); 2TRUBUS (1999)
untuk mengurangi kadar airnya. Nilai energi dan protein kedua jenis sawi ini setelah ditepungkan hampir sama, berada pada kisaran 3200 – 3400 kcal/kg dan 25 – 32 g/100g. Limbah kol Limbah kol yang didapatkan di pasar, merupakan bagian kol hasil penyiangan. Limbah kol di Pasar Induk Kramat Jati, dapat mencapai 17,2% dari total jumlah kol yang masuk setiap hari. Kol juga termasuk sayuran dengan kadar air tinggi (> 90%) sehingga mudah mengalami pembusukan/kerusakan. Limbah kulit kecambah taoge Kulit kecambah taoge pada umumnya menjadi limbah di pasar-pasar tradisional. Belum banyak orang yang memanfaatkan kulit kecambah taoge, hanya sebagian kecil orang yang memanfaatkan kulit kecambah taoge untuk campuran pakan itik. Dari berbagai jenis limbah organik pasar yang pernah digunakan dalam pengkajian tepung limbah organik pasar, kulit toge merupakan jenis limbah yang paling berpotensi untuk dibuat menjadi tepung limbah. Pengeringan dengan menggunakan
92
sinar matahari hanya membutuhkan waktu rata-rata 2 hari, dengan kadar air 65 – 70%. Dari hasil analisa, tepung kulit kecambah toge dapat menjadi salah satu pakan sumber energi, dengan kandungan energi metabolis sebesar 3737 kcal/kg. Limbah daun kembang kol Daun kembang kol merupakan bagian sayuran yang umumnya tidak dimanfaatkan untuk konsumsi manusia. Meski demikian, hasil analisa menunjukkan bahwa tepung daun kembang kol mempunyai kadar protein yang cukup tinggi, yaitu 25,18 g/100g dan kandungan energi metabolis sebesar 3523 kcal/kg. Limbah jagung Limbah pasar yang berasal dari jagung ada dua macam, kulit jagung dan tongkol jagung/janggel. Kulit jagung manis mempunyai kadar gula yang cukup tinggi, sehingga berpotensi untuk dijadikan silase. Sedangkan tongkol jagung/janggel merupakan bagian dari buah jagung setelah bijinya dipipil. Limbah jagung pada umumnya mempunyai
Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011
kelemahan kadar protein yang cenderung rendah serta serat kasar yang cenderung tinggi. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, limbah jagung sesuai untuk diolah menjadi silase. Kualitas tepung limbah sayuran pasar dibandingkan dengan kualitas beberapa jenis pakan hijauan ternak ruminansia, secara umum mempunyai nilai yang lebih tinggi. Komposisi kimia beberapa jenis hijauan pakan ternak ruminansia dapat dilihat pada Tabel 3. PENGOLAHAN LIMBAH SAYURAN PASAR Limbah sayuran di pasar umumnya terdiri dari sisa-sisa sayur-mayur yang tidak terjual dan potongan sayur yang tidak dimanfaatkan untuk konsumsi manusia. Limbah sayuran mempunyai kandungan gizi rendah, yang ditunjukkan dari kandungan serat kasar yang tinggi dengan kandungan air yang tinggi pula, walaupun dalam basis kering kandungan protein kasar sayuran cukup tinggi, yaitu berkisar antara 15 – 24%. Limbah sayuran akan bernilai guna jika dimanfaatkan sebagai pakan melalui pengolahan. Hal tersebut karena pemanfaatan limbah sayuran sebagai bahan pakan dalam ransum harus bebas dari efek anti-nutrisi, terlebih toksik yang dapat menghambat pertumbuhan ternak yang bersangkutan. Limbah sayuran mengandung anti nutrisi berupa alkaloid dan rentan oleh
pembusukan sehingga perlu dilakukan pengolahan ke dalam bentuk lain agar dapat dimanfaatkan secara optimal dalam susunan ransum ternak (RUSMANA, 2007). Limbah sayuran pasar berpotensi sebagai bahan pakan ternak, akan tetapi limbah tersebut sebagian besar mempunyai kecenderungan mudah mengalami pembusukan dan kerusakan, sehingga perlu dilakukan pengolahan untuk memperpanjang masa simpan serta untuk menekan efek anti nutrisi yang umumnya berupa alkaloid. Dengan teknologi pakan, limbah sayuran dapat diolah menjadi tepung dan silase dapat digunakan sebagai pakan ternak. Bahkan ada teknologi pakan yang lebih canggih lagi yaitu dalam bentuk wafer. Manfaat dari teknologi pakan antara lain dapat meningkatkan kualitas nutrisi limbah sebagai pakan, serta dapat disimpan dalam kurun waktu yang cukup lama sebagai cadangan pakan ternak saat kondisi sulit mendapatkan pakan hijauan. Tepung limbah sayuran pasar Pengolahan limbah sayuran menjadi tepung merupakan salah satu upaya untuk memperpanjang masa simpan, dimana kandungan kadar airnya rendah sehingga aktivitas air (Aw) yaitu jumlah air bebas yang dapat dimanfaatkan oleh mikroorganisme sedikit jumlahnya. Hampir semua jenis limbah sayuran dapat diolah menjadi tepung. Proses
Tabel 3. Komposisi kimia alang-alang, kolonjono, rumput Benggala, jerami padi, rumput lapang, dan rumput Gajah (%) Alang-alang
Kolonjono
Rumput Benggala
Jerami padi
Rumput lapang
Rumput Gajah
Bahan kering
93,00
91,60
92,20
90,26
94,29
91,48
Bahan organik
90,00
88,57
89,70
87,95
91,67
88,22
9,60
6,82
5,67
3,55
5,80
10,07
38,28
31,24
28,44
33,11
41,82
35,57
Komponen
Protein kasar Serat kasar Lemak kasar
1,80
1,63
2,82
1,49
1,26
3,55
Abu
11,90
16,13
14,77
21,18
7,36
18,84
BETN
38,54
44,19
48,30
40,67
43,74
31,97
Kalsium
0,38
0,35
0,48
0,37
2,01
1,12
Phosphor
0,43
0,87
0,81
0,76
0,92
0,45
Sumber: HARFIAH (2005)
93
Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011
pembuatan tepung limbah sayuran pasar untuk pakan ternak, dapat dilakukan dengan tahapan berikut: 1. Pemilahan, pemisahan, dan pembersihan limbah sayuran pasar. 2. Pencacahan dan pengepresan. 3. Limbah organik pasar terutama yang mempunyai kadar air tinggi (> 70%) seperti kol, caisim, dan sawi putih terlebih dahulu dicacah dan dipres dengan menggunakan mesin pencacah dan pengepres untuk membantu mengurangi kadar airnya, sehingga mempercepat proses pengeringan. Akan tetapi apabila proses pengeringan terhambat, limbah sayuran yang sudah melalui proses pencacahan dan pengepresan umumnya akan lebih mudah mengalami proses pembusukan. 4. Pengeringan. Pengeringan limbah sayuran dapat dilakukan dengan menggunakan sinar matahari, mesin pengering (dryer), maupun dengan menggunakan oven pada suhu 65C hingga kadar airnya menjadi 10%. Lama pengeringan limbah sayuran pasar dengan kadar air yang tinggi dapat mencapai 2 – 5 hari. 5. Penepungan. Limbah sayuran pasar yang sudah kering kemudian digiling menjadi tepung hingga lolos saringan 100 mesh, dan siap digunakan sebagai bahan pakan. Silase limbah sayuran pasar Pengolahan bahan pakan menjadi silase bertujuan untuk memperpanjang masa simpan pakan. Silase merupakan bahan pakan dari hijauan pakan ternak maupun limbah pertanian yang diawetkan melalui proses fermentasi anaerob dengan kandungan air 60 – 70%. Kadar air bahan yang akan diolah menjadi silase tidak boleh terlalu rendah maupun terlalu tinggi. Untuk bahan-bahan yang memiliki kadar air cukup tinggi (> 80%), perlu dilakukan pelayuan, penjemuran atau dikeringanginkan terlebih dahulu sebelum proses pembuatan silase dimulai untuk menurunkan kadar airnya. Proses pembuatan silase pada limbah sayuran pasar antara lain sebagai berikut: 1. Pemilahan, pemisahan, dan pembersihan limbah sayuran pasar, serta penjemuran beberapa waktu untuk bahan yang berkadar air tinggi.
94
2. Pencampuran bahan-bahan aditif berupa 0,625 kg dedak + 0,625 kg molases + 0,5 cc probiotik, dan diaduk sampai merata, untuk ditaburkan secara merata selapis demi selapis. Bahan aditif yang ditambahkan berfungsi untuk meningkatkan kadar protein atau karbohidrat pada material pakan. 3. Sebanyak 25 kg biomassa limbah organik pasar dicacah/dipotong-potong dengan ukuran 3 – 4 cm, dan dimasukkan ke dalam drum/silo yang telah dilapisi plastik sedikit demi sedikit diikuti dengan penaburan bahan campuran dan pemadatan (sambil diinjak-injak) agar tidak ada lagi udara diantara tumpukan bahan silase, lalu ditutup rapat. 4. Drum/silo ditempatkan di tempat yang sejuk untuk proses fermentasi selama 3 – 4 minggu. Setelah 3 – 4 minggu silase telah jadi dan dapat dikeluarkan dari drum/silo untuk diberikan pada ternak. Sebelum diberikan pada ternak perlu diangin-anginkan atau dibiarkan terlebih dahulu selama beberapa jam. Silase yang berkualitas baik memenuhi persyaratan antara lain mempunyai pH sekitar 4, kandungan air berkisar antara 60 – 70%, berbau segar dan tidak berbau busuk, warna hijau masih jelas pada bahan hijauan, tidak berlendir, serta tidak berbau tengik. Silase dapat disimpan untuk jangka waktu lama selama tidak ada udara yang masuk ke dalam silo. Hasil kajian (UMMING et al., 2010) memperlihatkan bahwa teknologi silase dengan formulasi yang tepat dan cara pembuatan yang benar dapat mempertahankan kadar protein semula dan menghasilkan silase yang berkualitas dengan kadar air 44,18%, kadar protein 16,32%, berat susut 456 g, pH 3,8 dan skor kualitas mencapai 90. Hasil penelitian YUMADI (2008) bahwa dengan memanfaatkan silase yang komposisinya berasal dari tiga jenis limbah sayuran (klobot jagung, ampas tahu, dan kulit kembang kol) menghasilkan pertambahan berat badan kambing sebesar sebesar 516,82 g/hari/. Hal ini membuktikan bahwa pakan silase limbah sayuran pasar dapat digunakan sebagai pakan alternatif pengganti hijuan di musim kemarau.
Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011
a. Bentuk fisik pencacahan limbah sayuran pasar
c. Bentuk fisik tepung limbah sayuran pasar (klobot jagung)
b. Bentuk fisik silase limbah sayuran pasar
d. Bentuk fisik tepung limbah sayuran pasar (daun kembang kol)
Gambar 1. Bentuk fisik tepung limbah sayuran pasar
Wafer pakan Wafer merupakan suatu bahan yang mempunyai dimensi (panjang, lebar, dan tinggi) dengan komposisi terdiri dari beberapa serat yang sama atau seragam (ASAE, 1994). Wafer pakan sumber serat yang berasal dari limbah sayuran pasar tradisional merupakan pakan alternatif untuk mengganti hijauan pakan pada saat musim kemarau. Bentuk pakan tersebut dibuat dengan memanfaatkan limbah sayuran pasar, sehingga harganya murah. Wafer pakan dibuat dengan menggunakan teknik pengepresan dengan mesin kempa dengan bantuan panas dan tekanan. Komposisi zat makanan dibuat menyerupai komposisi hijauan pakan sehingga diharapkan dapat disukai ternak (palatable) sehingga dapat diberikan dengan maksimal dan dapat mengatasi kelangkaan hijauan pada musim
kemarau. Bentuk, ukuran dan warna wafer limbah sayuran yang telah dibuat (Gambar 2). Hasil penelitian RETNANI et al. (2009) bahwa dengan memanfaatkan wafer yang komposisinya berasal dari tiga jenis limbah sayuran (klobot jagung, kulit ari kecamba toge, dan daun brokoli) menghasilkan pertambahan berat badan domba sebesar domba sebesar 137,30 g/hari/. Hal ini membuktikan bahwa pakan wafer berpengaruh baik terhadap performans ternak domba penggemukan. Oleh karena itu, maka perlu dilakukanlah pengkajian pemanfaatan wafer limbah sayuran pasar di DKI Jakarta dalam mengatasi kelangkahan hijauan pakan kambing. Wafer limbah sayuran pasar induk di DKI Jakarta dapat dijadikan sebagai pakan hijauan alternatif, karena potensi limbah sayuran ratarata sebesar 460 ton/minggu dari jumlah pasokan sayuran sebanyak 2300 ton/minggu.
95
Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011
Bila dijadikan sebagai pakan dasar ternak maka dapat dimanfaatkan oleh 13.143 ekor ternak kambing.
BPS PROVINSI DKI J AKARTA. 2009. Jakarta dalam Angka 2009. Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, Jakarta. HARFIAH. 2005. Penentuan nilai indek beberapa pakan hijauan ternak domba. J. Sains dan Teknologi 5(3): 114 – 125. MANSY. 2002. Pengaruh suhu dan tekanan pengempaan terhadap sifat fisik wafer ransum dari limbah pertanian sumber serat dan leguminose untuk ternak ruminansia. Media Peternakan 24(3): 76 – 81. RETNANI, Y., F.P. SYANANTA, W.WIDIARTI, L. HERAWATI dan A. SAENAB. 2010. Physical characteristic and palatability of market vegetable waste wafer for sheep. J. Anim. Prod. 12(1): 29 – 33.
Gambar 2. Bentuk fisik wafer limbah sayuran pasar
KESIMPULAN Adapun kesimpulan yaitu bahwa dengan pemanfaatkan limbah sayuran pasar sebagai pakan ternak, maka dapat menjamin ketersedian hijauan dimusim kemarau. Peternak tidak membutuhkan waktu dan tenaga untuk mencari rumput. Dapat membantu pemerintah dalam mengatasi masalah sampah. Dari 4.500 ton/hari limbah sayuran pasar tersebut bila dikeringkan untuk dijadikan tepung akan mengalami susut sekitar 40 – 50% tergantung jenis limbah sayuran tersebut. Dari jumlah tersebut akan susut lagi sekitar 2% pada proses pembuatan wafer dan silase DAFTAR PUSTAKA ASAE STANDARD. 1994. Wafers, pellet, and crumbels-definition and methods for determining specific weight, durability and moisture content. In: Feed Manufacturing Technology IV. MCELLHINEY, R.R. (Ed.). American Feed Indus IV.
96
RETNANI, Y., W. WIDIARTI, I. AMIROH, L. HERAWATI dan K.B. SATOTO. 2009. Daya simpan dan palatabilitas wafer ransum komplit pucuk dan ampas tebu untuk sapi pedet. Media Peternakan 2(2): 130 – 136. RUSMANA, D., ABUN dan D. SAEFULHADJAR. 2007. Pengaruh Pengolahan Limbah Sayuran secara Mekanis terhadap Kecernaan dan Efisiensi Penggunaan Protein pada Ayam Kampung Super. Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran, Bandung. UMMING, S., B. BAKRIE, D. ANDAYANI dan N. RISRIS. 2010. Kajian Pemanfaatan Limbah Pasar Sebagai Pakan Sapi Potong di DKI Jakarta. Laporan Akhir Tahun 2010. Jakarta WALHI. 2001. A long way to zero waste management. www.no-burn.org/regional/pdf/ country/indonesia.pdf. (1 Januari 2007). YUSMADI. 2008. Kajian Mutu dan Palatabilitas Silase dan Hay Ransum Komplit Berbasis Sampah Organik Primer pada Kambing Peranakan Etawah. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.