Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
PERAN FARMER EMPOWERMENT THROUGH AGRICULTURAL TECHNOLOGY AND INFORMATION (FEATI) DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KAMBING-DOMBA DI JAWA TENGAH Dian Maharso Yuwono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah email :
[email protected]
ABSTRAK Program pembangunan pertanian yang berorientasi memberdayakan petani/peternak melalui fasilitasi untuk melakukan pembelajaran agribisnis, diantaranya agribisnis ternak kado, adalah Farmer Empowerment Through Agricultural Technology and Information (FEATI) yang dalam implementasinya memfasilitasi kegiatan penyuluhan pertanian yang dikelola oleh petani atau Farmer Managed Extention Activities (FMA). Tulisan ini bertujuan untuk menelaah peran FEATI dalam pemberdayaan petani untuk mendukung kedaulatan pangan khususnya pada komoditas kambing-domba (kado) di Jawa Tengah. Untuk itu telah dianalisa secara deskriptif data yang terkait dengan : 1. besarnya persentase pembelajaran agribisnis pada komoditas kado serta tujuan produksinya; 2. aspek penerapan teknologi, dan; 3. aspek kelembagaan, pemasaran, dan permodalan pada pembelajaran agribisnis kado di 4 kabupaten pelaksana FEATI, yakni Kabupaten Magelang, Temanggung, Batang, dan Brebes. Hasil kajian menunjukkan bahwa pembelajaran agribisnis pada ternak kado merupakan kegiatan yang dominan dibandingkan pembelajaran agribisnis komoditas lainnya pada pelaksanaan FEATI, dimana presentasenya untuk Kabupaten Megalang, Temanggung, dan Batang secara berurutan adalah 43,40%, 61,5%, dan 42,5% dari total pembelajaran yang ada. Adapun untuk Kabupaten Brebes pembelajaran agribisnis ternak kado presentasenya hanya 5,00%. Tujuan produksi untuk penggemukan lebih disenangi dibandingkan perbibitan. Teknologi yang menonjol diterapkan adalah fermentasi pakan, kandang panggung, pengolahan limbah untuk pupuk cair dan padat, dan pendekatan integrasi tanaman-ternak. Peran BPTP Jawa Tengah pada pengembangan agribisnis kado adalah melakukan pendampingan teknologi dalam bentuk narasumber pada berbagai pelatihan yang diselenggarakan oleh FMA, maupun menyediakan percontohan teknologi dalam bentuk di lapangan. Beberapa kelompok pembelajaran telah bermitra dengan swasta dalam pemasaran hasil, sedangkan pada aspek permodalan menunjukkan adanya peningkatan akses peternak terhadap skim kredit KKP-E dan bantuan sosial (bansos) PUAP. Upaya pengembangan ternak kado melalui peningkatan populasi dan kualitas ternak mendesak untuk dilakukan, mengingat kurangnya pasokan ternak bakalan untuk penggemukan. Kata kunci : FEATI, pemberdayaan, agribisnis, kambing/domba PENDAHULUAN Ternak kambing dan domba (kado) mempunyai peran yang strategis bagi kehidupan masyarakat di perdesaan karena adanya beberapa keunggulan dibandingkan ternak lainnya, yakni mudah menyesuaikan dengan berbagai macam kondisi lingkungan yang ekstrim seperti suhu udara dan mempunyai sifat toleransi tinggi terhadap Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
bermacam-macam pakan hijauan. Ternak kado sudah lama diketahui sebagai ternak yang diusahakan oleh petani miskin karena cocok dipelihara di daerah kering dengan kualitas tanah yang sangat marginal, dengan proporsi jumlah kambing : domba=2 : 1 (Badan Litbang Pertanian, 2005). Salah satu kantong ternak kado adalah Provinsi Jawa Tengah dimana populasi domba tahun 2011 mencapai 2.218.586 ekor, nomor 2 nasional setelah Jabar, sedangkan populasi kambing tertinggi di Indonesia dengan populasi mencapai 3.803.656 ekor (Ditjen Peternakan dan Keswan, 2011). Hasil penelitian menunjukkan dari sudut sosial ekonomi, di daerah tertentu ternak kado diusahakan hingga 90% petani, adapun sumbangan bagi total pendapatan petani sekitar 20%, jumlah tersebut meningkat apabila sumberdaya yang dimiliki petani, terutama lahan, kecil jumlahnya (Sabrani et al., 1982). Sebagian besar masyarakat perdesaan memandang pemeliharaan ternak kado sebagai tabungan hidup yang diperuntukkan apabila petani membutuhkan pengeluaran yang bersifat mendadak maupun yang sudah direncanakan dalam jumlah relatif besar. Dalam kondisi ini ternak dijual kurang memperhitungkan waktu penjualan yang didasarkan kriteria teknis maupun efisiensi ekonomi, karena masukan tenaga kerja dan pakan tidak diperhitungkan. Pemeliharaan secara ekstensif tersebut cenderung tidak menguntungkan karena tingkat kematiannya yang tinggi dan produktivitasnya rendah, sehingga disarankan agar dilakukan budidaya yang lebih intensif (Soepeno dan J. Manurung, 1996). Misniwaty (2004) melaporkan bahwa penggemukan kambing secara intensif yang disertai dengan teknologi pakan, kesehatan, dan perkandangan menguntungkan dan layak untuk dikembangkan. Peluang pasar terhadap daging kado sangat menjanjikan baik untuk memenuhi kebutuhan ternak kurban, akikah, serta untuk keperluan pasar ekspor, sehingga diperkirakan dalam 10 tahun ke depan sedikitnya ada tambahan permintaan sekitar 5 juta ekor ternak/tahun untuk berbagai keperluan (Badan Litbang Pertanian, 2005). Program pembangunan pertanian yang berorientasi memberdayakan petani/peternak melalui fasilitasi untuk melakukan pembelajaran agribisnis, diantaranya agribisnis ternak kado, adalah program FEATI. Farmer Empowerment Through Agricultural Technology and Information (FEATI) bertujuan untuk meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraan petani melalui pemberdayaan keluarga petani dan organisasi petani dalam mengakses informasi, teknologi, modal, dan sarana produksi untuk mengembangkan usaha agribisnis dan mengembangkan kemitraan dengan sektor swasta (Anonim, 2007). Dalam implementasinya, FEATI memfasilitasi kegiatan penyuluhan pertanian yang dikelola oleh petani atau Farmer Managed Extention Activities (FMA). Tulisan ini bertujuan untuk menelaah peran FEATI dalam pemberdayaan petani untuk mendukung kedaulatan pangan khususnya pada komoditas ternak kado di Jawa Tengah. METODE Penelitian ini dilaksanakan pada pada Maret-Mei 2012, mengambil studi kasus di 4 kabupaten pelaksana FEATI di Provinsi Jawa Tengah, yakni Kabupaten Magelang, Temanggung, Batang, dan Brebes. Ruang lingkup penelitian menyangkut : 1. sampai Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
seberapa besar persentase pembelajaran agribisnis pada komoditas kado serta tujuan produksinya; 2. aspek penerapan teknologi, dan; 3. aspek kelembagaan, pemasaran, dan permodalan pada pembelajaran agribisnis kado yang difasilitasi program FEATI di Provinsi Jawa Tengah. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mempelajari proposal pembelajaran yang diajukan oleh FMA Desa dan telah disetujui/diverifikasi oleh tim verifikator di bawah koordinasi badan yang membidangi penyuluhan di 4 kabupaten pelaksana FEATI. Selain itu, dilakukan wawancara dengan berbagai fihak yang terkait dengan pembelajaran agribisnis kado, seperti peternak, pengurus kelompok, pedagang ternak kado, petugas penyuluh pertanian lapangan tingkat kecamatan. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan Pembelajaran Agribisnis Kado dan Tujuan Produksi Metoda pengembangan kapasitas pelaku utama (petani/peternak) yang diterapkan FEATI adalah melalui kegiatan penyuluhan yang dikelola oleh pelaku utama itu sendiri (Farmer Managed Extension Activities/FMA). Petani/peternak difasilitasi melakukan pembelajaran partisipatif, menerapkan teknologi adaptif inovatif, serta berorientasi pada pasar sehingga berkembang pengembangan agribisnis berkelompok berbasis keunggulan wilayah (Pusat Penyuluhan Pertanian, 2009). Berdasarkan identifikasi yang dilakukan oleh kabupaten pada tahun awal pelaksanaan FEATI, yakni tahun 2007, telah ditetapkan jumlah FMA desa pelaksana FEATI di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 210 FMA untuk mendapatkan Bantuan Hibah Desa, yakni Kabupaten Magelang 90 FMA, Temanggung 40 FMA, Batang 40 FMA, dan Brebes 40 FMA. Masing-masing FMA tiap tahunnya mendapatkan bantuan Hibah Desa selama kurun waktu 2007-2012, diperuntukkan bagi kegiatan penyuluhan yang dikelola dari, oleh dan untuk petani/peternak dalam rangka peningkatan kapasitas produksi, pendapatan dan kesejahteraan. Mekanisme untuk mendapatkan fasilitasi kegiatan pembelajaran agribisnis adalah setiap tahun FMA mengajukan proposal untuk dinilai kelayakannya guna memperoleh persetujuan oleh tim verifikator di masing-masing kabupaten. Pada tahun 2010 telah disetujui proposal pembelajaran, yakni Kabupaten Magelang sejumlah 106 proposal, Kabupaten Temanggung sejumlah 42 proposal, Kabupaten Batang sejumlah 40 proposal, dan Kabupaten Brebes sejumlah 40 proposal FMA Desa. Hasil pengelompokan (mapping) menunjukkan bahwa pembelajaran agribisnis pada ternak kado merupakan kegiatan yang dominan dibandingkan pembelajaran agribisnis komoditas, dimana presentasenya untuk Kabupaten Megalang, Temanggung, dan Batang secara berurutan adalah 43,40%, 61,5%, dan 42,5% dari total pembelajaran yang ada di masing-masing kabupaten (Tabel 1). Adapun untuk Kabupaten Brebes pembelajaran agribisnis kambing-domba presentasenya hanya 5,00%. Tabel 1. Jumlah Pembelajaran Agribisnis Kado Pada Pelaksanaan FEATI di Jawa Tengah tahun 2010 No
Kabupaten
1.
Magelang
Jumlah pembelajaran 106
Jumlah pembelajaran kado Desa % 46 43,40
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
2. 3. 4.
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Temanggung Batang Brebes Jumlah
40 40 40 236
26 17 2 91
61,90 42,50 5,00 40,27
Terdapat kecenderungan topik pembelajaran bergeser dari komoditas kambing ke komoditas domba. Sebagai gambaran, di Kabupaten Magelang pada tahun 2010 imbangan pembelajaran domba 48% sedangkan kambing 52%, namun tahun 2012 menjadi domba 70% dan kambing 30%. Hal ini antara lain didasarkan pertimbangan bahwa pengadaan pakan domba yang berupa rumput-rumputan dipandang lebih mudah memperolehnya dibanding mengadakan pakan kambing yang berupa dedaunan (bahasa Jawa : rambanan). Peternak lebih banyak memilih tujuan produksi untuk penggemukan dibanding perbibitan, dengan alasan usaha penggemukan lebih menguntungkan dan lebih cepat memperoleh hasilnya dibanding usaha perbibitan. Banyaknya FMA yang mengusahakan agribisnis penggemukan kado menyebabkan tingginya kebutuhan ternak bakalan. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bawa peternak kesulitan mendapatkan bakalan untuk periode penggemukan berikutnya setelah ternak dijual terutama pada saat hari raya kurban. Tingginya permintaan pasar terhadap ternak kado mendorong banyaknya pemotongan betina produktif. Berdasarkan keterangan dari seorang pedagang ternak kado di Temanggung menunjukkan adanya betina produktif yang terserap untuk memenuhi permintaan daging kado dengan harga dari pedagang sate kambing ”kiloan”. Sate kambing ”kiloan” adalah sate yang harganya ditentukan berdasarkan penimbangan bahan/daging terlebih dahulu sebelum dimasak (Anonim, 2008). Kondisi tersebut tentunya memprihatinkan, sehingga perlu mendapatkan perhatian serius terkait dengan upaya untuk meningkatkan populasi ternak kado. Tujuan produksi yang mengarah pada perbibitan secara intensif pada implementasi FEATI di Provinsi Jawa Tengah belum mendapat perhatian yang banyak. Kalaupun ada yang mengusahakan perbibitan ternak kado hanya dilakukan dalam skala yang kecil, yakni berkisar 2-3 ekor/peternak. Selain itu penguasaan teknologi perbibitan masih rendah, diindikasikan jumlah kelahiran masih belum optimal serta belum dilakukan seleksi untuk mengembangkan ternak kado yang mempunyai sifat prolifik. Badan Litbang Pertanian (2005) menetapkan arah pengembangan ternak kado dapat dilakukan melalui peningkatan populasi dan kualitas ternak, antara lain dengan memanfaatkan ternak lokal yang prolifik secara optimal, mengurangi pemotongan ternak produktif, dan mendorong perkembangan usaha pembibitan. Banyaknya jumlah anak sekelahiran secara ekonomis menguntungkan dibandingkan dengan induk yang menghasilkan satu ekor anak saja setiap kali beranak (Bradford, 1985; Loka Penelitian Kambing Potong, 2009). Suatu populasi ternak kado dapat dikatakan prolifik bila mempunyai rataan jumlah anak lahir ≥ 1,75 ekor/kelahiran (Inounu et al., 1997). Sedangkan skala usaha yang direkomendasikan pada perbibitan ternak kado adalah 1 pejantan 8 induk (skala 1:8). Implementasi skala usaha 1:8 dengan pengaturan secara ketat perkawinan pada bulan yang berurutan antar induk, diharapkan peternak setiap bulan dapat menjual ternak hingga umur induk sekitar 5-6 tahun Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
(Anonim, 1989a; Soedjana dan Priyanti, A., dalam Anonim, 1989b). Yuwono (2009) menyatakan bahwa usaha perbibitan kado skala 1:8 secara ekonomis layak dilaksanakan karena dicapai R/C ratio sebesar 1,30. Penerapan Teknologi pada Pembelajaran Agribisnis Kado Prasyarat dari kegiatan pembelajaran agribisnis oleh FMA adalah menerapkan inovasi teknologi tepat guna sesuai kebutuhan dalam rangka meningkatkan kualitas & kuantitas produksi/skala usaha guna memenuhi kebutuhan pasar. Teknologi yang banyak diterapkan pada pembelajaran agribisnis kado yang difasilitasi FEATI adalah teknologi fermentasi untuk membuat pakan komplit (complete feed) dengan menggunakan bahan pakan potensial di lokasi, seperti ampas tahu, kulit kopi, dedak padi, jerami padi-jagung. Berkembangnya teknologi fermentasi pakan tidak terlepas dipenuhinya beberapa persyaratan, diantaranya memberikan keuntungan secara, dapat mengatasi faktor-faktor pembatas, dapat mendayagunakan sumberdaya lokal, (Bunch, R., 2001), mudah diterapkan oleh peternak (Soekartawi, 1988). Penggemukan domba secara intensif dengan pemberian pakan penguat dengan bahan dari berbagai sumberdaya lokal potensial seperti ampas tahu, ubi kayu, daun ubikayu, dan dedak padi dapat menghasilkan pertambahan bobot badan yang sangat nyata lebih tinggi dibandingkan pola tradisional yang hanya mengandalkan hijauan pakan (Rusdiana dan Priyanto, 2008). Penggunaan limbah tanaman pangan banyak direkomendasikan berbagai fihak untuk menekan biaya produksi. Untuk menggantikan rumput segar, jerami padi dapat digunakan sampai sekitar 10%, tetapi apabila digunakan bersamaan dengan konsentrat, jerami padi dapat menggantikan rumput sampai sekitar 30% untuk kambing dan domba (Martawidjaja, M., 2003). Limbah pertanian, seperti jerami, memiliki kandungan nutrisi dan daya cerna yang rendah, sehingga perlu penerapan teknologi seperti halnya dengan melakukan fermentasi, seperti yang banyak diterapkan pada pembelajaran agribisnis kado yang difasilitasi FEATI. Haryanto (2003) melaporkan bahwa melalui fermentasi jerami dapat meningkatkan kandungan protein dari 3,5 menjadi 7%, dan meningkatkan daya cerna dari 28−30% menjadi 50−55%. Implementasi pakan komplit secara nyata dapat menekan curahan tenaga kerja untuk budidaya ternak kado. Sebagai gambaran, pada beberapa rumah tangga peternak di Kabupaten Magelang dan Temanggung mampu mengelola penggemukan domba dalam jumlah sekitar 50-100 ekor tanpa memerlukan tambahan tenaga luar keluarga. Hal ini dimungkinkan karena peternak memiliki persediaan pakan komplit dalam jumlah relatif banyak untuk kebutuhan beberapa minggu, tanpa harus mencari pakan setiap hari. Teknologi yang diterapkan dan telah berkembang pada aspek perkandangan adalah digunakannya kandang panggung. Kandang panggung direkomendasikan karena kotoran, air kencing dan sisa pakan jatuh ke kolong sehingga lebih bersih, disamping itu kandang menjadi kering sehingga penyakit dapat ditekan pengembangannya (Anonim, 1989a). Pada aspek pengolahan limbah ternak kado, beberapa KUB telah menghasilkan produk berupa pupuk cair, pupuk padat, dan pestisida hayati berbasis limbah ternak kado. Produk pupuk organic selain menunjang pertanian organik di lokasi juga telah Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
memberikan pendapatan tambahan karena telah dipasarkan ke berbagai daerah. Potensi ternak kado menghasilkan limbah berupa urin berkisar 0,6-2,5 l/ekor/hari dan faeses 4 kg/6,32 ekor/hari (Balitnak, 2003). Pemanfaatan limbah pertanian yang potensial di lokasi sebagai bahan untuk membuat pakan komplit maupun pemanfaatan limbah kado untuk pupuk organik, baik cair maupun padat, menunjukkan telah adanya integrasi antara tanaman dengan ternak. Sistem integrasi tanaman padi-sapi potong yang disertai dengan sentuhan teknologi merupakan implementasi dari Low-External-Input and Sustainable Agriculture (LEISA), yakni bentuk pertanian yang mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal yang ada dengan mengkombinasikan berbagai macam komponen sistem usahatani, yaitu tanaman, ternak, tanah, air, iklim, dan manusia sehingga saling melengkapi dan memberikan efek sinergi yang paling besar (Reijntjes et al., 1999). Pola integrasi antara ternak dan tanaman merupakan komponen dalam mendukung perbaikan lahan pertanian (Haryanto et al., 2002). Peran Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah pada pengembangan agribisnis kado pada implementasi program FEATI adalah melakukan pendampingan teknologi dalam bentuk narasumber pada berbagai pelatihan budidaya ternak kado yang diselenggarakan oleh FMA, melakukan percontohan teknologi dalam bentuk demplot di lapangan. Keterbatasan sumberdaya yang dimiliki BPTP Jawa Tengah terbatas, disisi lain diharapkan BPTP Jawa Tengah dapat mendampingi sebanyak mungkin kegiatan pembelajaran agribisnis kado yang dilaksanakan FMA. Sehubungan hal tersebut BPTP Jawa Tengah melaksanakan workshop agar percontohan teknologi dapat diakses seluas-luasnya, dengan mengundang kelompok ternak kado baik dari lokasi FEATI maupun non FEATI untuk melihat keunggulan teknologi yang dipercontohkan. Kelembagaan, Permodalan, dan Pemasaran pada Pembelajaran Agribisnis Kado Pembelajaran agribisnis kado yang difasilitasi FEATI mendorong tumbuhnya kelembagaan ekonomi di beberapa FMA dalam bentuk Kelompok Usaha Bersama (KUB). Syahyuti (2009) menyatakan bahwa kelembagaan merupakan suatu sistem sosial, termasuk didalamnya kelompok, lembaga, organisasi, dan asosiasi, yang didalamnya komponen aspek kelembagaan dan aspek keorganiasian. Adapun KUB merupakan wadah dan sarana untuk meningkatkan kegiatan dan sebagai wahana dalam penyerapan teknologi dan informasi yang bermanfaat bagi anggotanya. menjadi motor penggerak tumbuhnya jiwa kewirausahaan (enterpreunership) bagi anggotanya (Direktorat Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan, 2011). Penguatan kelembagaan penting dalam rangka pembinaan anggota sehingga dapat meningkatkan produksi dan produktifitasnya serta mengatasi permasalahan klasik yang dialami peternak kado, seperti masalah pemasaran dalam mengakses modal (Djafar Makka. 2004). Permasalahan permodalan yang banyak muncul di lapangan adalah pada saat peternak akan mengadopsi/mengembangkan hasil pembelajaran, sehingga unsur pemberdayaan pada FEATI juga mencakup upaya meningkatkan akses peternak terhadap modal. Pakpahan, A. et al. (1995) menyatakan bahwa penyediaan infrastruktur Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
yang memadai dan prosedur bantuan permodalan yang terjangkau (kredit lunak) merupakan salah satu upaya yang dapat dikembangkan terhadap para petani untuk menolong dirinya sendiri dan mendorong mereka agar mampu mandiri. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) adalah salah satu skim kredit yang diakses oleh beberapa KUB untuk mengembangkan agribisnis kado. Sebagai contoh, KUB Desa Kranggan, Kecamatan Kranggan, Kabupaten Magelang mendapat kredit KKP-E sebanyak Rp. 600.000.000,- untuk pengembangan agribisnis kambing PE. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) ditujukan untuk membantu permodalan petani dan peternak dengan suku bunga bersubsidi sehingga mereka dapat menerapkan teknologi rekomendasi budidaya (Direktorat Pembiayaan Pertanian, 2012). Terkait dengan ketahanan pangan khususnya pada sub sektor peternakan, KKP-E diantaranya diperuntukkan bagi peningkatan populasi dan optimalisasi produksi ternak kambing/domba (Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79/PMK.05/2007). Sumber permodalan lainnya yang digunakan peternak untuk mengembangkan agribisnis kado adalah Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Program PUAP diluncurkan dalam rangka mengatasi keterbatasan akses petani terhadap permodalan, lemahnya kapasitas kelembagaan petani, dan terbatasnya infrastruktur pertanian, maka sebagian anggaran Kementerian Pertanian dialokasikan dalam bentuk bantuan sosial untuk pemberdayaan sosial, perlindungan sosial, penanggulangan kemiskinan dan penanganan bencana di bidang pertanian (Permentan No. 02 tahun 2012). Pengembangan agribisnis kado di lokasi FEATI sudah berorientasi ekonomi, dicirikan pada aspek pemasaran sudah mempertimbangankan kriteria teknis maupun efisiensi ekonomi. Kelompok Usaha Bersama (KUB) telah bermitra dengan pedagang dalam pemasaran hasil penggemukan domba, seperti yang dilakukan oleh KUB Praja Mandiri-Desa Purwodadi-Kecamatan Tembarak-Kabupaten Temanggung yang telah bermitra dengan pedagang domba dan CV. Mitra Agrinusa. Melalui fasilitasi dari FEATI Kabupaten Temanggung, KUB Praja Mandiri juga telah membangun pasar ternak domba, untuk memfasilitasi pemasaran ternak dari desa setempat maupun desa disekitarnya. Perkembangan dalam hal pemasaran ini merupakan langkah positif dari sistem pemasaran ternak kado yang selama ini ada, dimana ditandai dengan rantai pemasaran yang panjang sehingga merupakan salah satu penyebab tingginya kehilangan bobot badan yang berakibat merugikan peternak sebagai produsen maupun konsumen yang terpaksa membayar harga yang lebih tinggi (Badan Litbang Pertanian, 2005). KESIMPULAN DAN SARAN Pembelajaran agribisnis ternak kado merupakan kegiatan yang dominan dibandingkan pembelajaran agribisnis komoditas lainnya pada pelaksanaan FEATI di Provinsi Jawa Tengah, khususnya di Kabupaten Magelang, Temanggung, dan Batang. Terdapat kecenderungan topik pembelajaran bergeser dari komoditas kambing ke komoditas domba. Peternak cenderung memilih penggemukan dibanding perbibitan, dengan alasan lebih menguntungkan dan lebih cepat memperoleh hasilnya, sehingga menyebabkan tingginya kebutuhan ternak bakalan. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
bawa peternak kesulitan mendapatkan bakalan untuk periode penggemukan berikutnya setelah ternak dijual terutama pada saat hari raya kurban. Pembelajaran agribisnis mendorong perkembangan dari arah tradisional ke arah intensif dengan penerapan teknologi fermentasi pakan, kandang panggung, pengolahan limbah untuk pupuk cair dan padat, dan pendekatan integrasi tanamanternak. Peran BPTP Jawa Tengah pada pengembangan agribisnis kado adalah melakukan pendampingan teknologi dalam bentuk narasumber pada berbagai pelatihan yang diselenggarakan oleh FMA, maupun menyelenggarakan percontohan teknologi dalam bentuk demplot di lapangan. Pembelajaran agribisnis kado yang difasilitasi FEATI mendorong tumbuhnya kelembagaan ekonomi di beberapa FMA dalam bentuk KUB yang telah melakukan berbagai tindakan konsolidasi, seperti pada penerapan teknologi, mengakses pasar dan permodalan, maupun menetapkan berbagai aturan yang harus ditaati anggota. Dukungan permodalan dalam pengembangan agribisnis ternak kado adalah dari skim kredit KKP-E dan bantuan sosial dalam bentuk PUAP. Upaya pengembangan ternak kado melalui peningkatan populasi dan kualitas ternak mendesak untuk dilakukan, mengingat kurangnya pasokan ternak bakalan untuk penggemukan. Untuk itu dibutuhkan pendampingan teknologi perbibitan yang intensif, seperti implementasi skala usaha 1:8 dengan pengaturan secara ketat perkawinan serta pengembangan ternak kado yang mempunyai sifat prolifik. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1989a. Pedoman Praktis Beternak Kambing-Domba Sebagai Ternak Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor. Anonim. 1989b. Kumpulan Peragaan dalam Rangka Penelitian Ternak Kambing dan Domba di Pedesaan. SR-CRSP, Balai Penelitian Ternak, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor. Anonim. 2007. Peraturan Menteri Pertanian No: 29/Permentan/ OT.140/3/2007. Anonim. 2008. Makan sate kambing ‘kiloan’. http://godreell.multiply.com/journal/item/71/ Godreell_MAKAN_SATE_KAMBING_KILOAN&show_interstitial=1&u=%2 Fjournal%2Fitem Badan Litbang Pertanian. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis KambingDomba. Badan Litbang Pertanian-Departemen Pertanian. Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian. 2007. Pedoman Pengelolaan Program P3TIP/FEATI. Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia PertanianDepartemen Pertanian. Balitnak. 2003. Kotoran Kambing-Domba pun Bisa Bernilai Ekonomis. Balitnak-Badn Litbang Pertanian. Bogor Bradford, G.E. 1985. Selektion for litter size In: Genetic of Reproduction in Sheep. R.B. Land and D.W. Robinson (Eds). Butterworths, London.
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
Bunch, Roland. 2001. Tongkol Jagung : Pedoman Pengembangan Pertanian Berpangkal pada Rakyat. Edisi ke Dua. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Direktorat pengembangan Usaha Penangkapan Ikan. 2011. Administrasi keuangan KUB penerima BLM PUMP perikanan tangkap tahun 2011. Direktorat pengembangan Usaha Penangkapan Ikan-Kementerian Kelautan dan Perikanan. http://inspirasitabloid.wordpress.com/2010/07/27/kube-kelompok-usahabersama-sebagai-model-untuk-pengembangan-pemberdayaan-masyarakat. Djafar Makka. 2004. Tantangan dan peluang pengembangan agribsinis kambing ditinjau dari aspek pewilayahan sentra produksi ternak. Prosiding Lokakarya Nasional Kambing Potong. Puslitbang Peternakan. Bogor. Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2011. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2011. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan HewanKementerian Pertanian. Direktorat Pembiayaan Pertanian. 2012. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE): Skim Kredit Bersubsidi untuk Petani/Peternak. Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian-Kementerian Pertanian. Haryanto, B, I. Inounu, B. Arsana dan K. Diwyanto. 2002. Panduan Teknis. Sistem Integrasi Padi-Ternak. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. Haryanto, B. 2003. Jerami padi fermentasi sebagai ransum dasar ruminansia. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 25 (3): 1–2. Inounu, I., B. Tiesnamurti, Subandriyo, dan H. Martojo. 1997. Laju ovulasi dan daya hidup embrio pada domba prolifik. Media Veteriner 4(3): 25-38. Loka Penelitian Kambing Potong. 2009. Pedoman Teknis Pemeliharaan Induk Dan Anak Kambing Masa Pra-Sapih. Loka Penelitian Kambing Potong Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Martawidjaja, M. 2003. Pemanfaatan jerami padi sebagai pengganti rumput untuk ternak ruminansia kecil. Wartazoa Vol. 13 No. 3. Misniwaty, A. 2004. Analisa usaha penggemukkan kambing potong ditinjau dari sosialekonomi. Prosiding Lokakarya Nasional Kambing Potong. Puslitbang Peternakan. Bogor. Pakpahan, A., et al. 1995. Prosiding Kemiskinan di Pedesaan. PSE. Bogor. PeraturanMenteri Keuangan Tahun 2007 Nomor 79/PMK.05/2007 tentang Kredit Ketahanan Pangan Dan Energi. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 02/Permentan/Ot.140/1/2012 tentang Pedoman Pengelolaan Bantuan Sosial Kementerian Pertanian. Kementerian Pertanian. Pusat Penyuluhan Pertanian. 2009. Kegiatan Penyuluhan yang Dikelola oleh Petani. Pusat Penyuluhan Pertanian-Badan Pengembangan SDM Pertanian. Jakarta. Reijntjes, C, Bertus Haverkort, dan Ann Waters-Bayer. 1999. Pertanian Masa Depan : Pengantar untuk Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah. The Macmillan Press. Ltd., London and Basingstoke, England.
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Rusdiana dan Priyanto., D. 2008. Analisis penggemukan ternak domba jantan berbasis berbasis tanaman ubi kayu di perdesaan. Prosiding Seminar Nasional Dinamika Pembangunan Pertanian dan Perdesaan. PSEKP-Departemen Pertanian. Bogor. Sabrani, M., Sitorus, P., Rangkuti, M., Subandriyo, Mathius, I. W., Soedjana, T. D., dan Semali, A. 1982. Laporan Survay Basline Ternak Kambing dan Domba. SRCRSP, Balai Penelitian Ternak, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor. Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar : Komunikasi Pertanian. UI Press. Jakarta. Soepeno dan J. Manurung. 1996. Beberapa kendala dalam pemeliharaan ternak domba/kambing dengan sistem ekstensif di Jawa. Wartazoa Vol. 5 No. 1. Syahyuti. 2009. Tinjauan sosiologis terhadap konsep kelembagaan dan upaya membangun rumusan yang lebih operasional. http://kelembagaandas.wordpress.com/pengertian-kelembagaan/syahyuti/ Yuwono, D.M., 2009. Tinjauan Kelayakan Usaha Perbibitan Kambing-Domba Sistem Intensif. Prosiding Seminar Nasional Kebangkitan. Program Magister Ilmu Ternak Pascasarjana Fakultas Peternakan UNDIP. Semarang.
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012