PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI ARSITEK (Sebuah Tanggapan akan diberlakukannya Pendidikan Profesi Arsitek, sebagai pendidikan tambahan bagi lulusan program Strata 1 Arsitektur untuk berprofesi sebagai ARSITEK) Djoko Pratikto Abstract To work professionally a graduate of the .scholar SI Architecture still could not be carried out or was not yet acknowledged by the world community of the practice of architecture, except for this graduate has been experienced for 3 years in architeceure, or beforehand had wrought/the apprentice in the Consultant's company Architecture or through professional education architecture that was held by the educational agency or the organisation of the profession. This reality could be seen in the condition to memilki the professional certificate of the architect's expertise that was issued by the organisation of the Association of the Indonesian Architect (IAI) and the Development Agency of the Construction Service that is the Architect's certificate request "Pratama "(the Architect the Beginner) had the minimal experience 3 years in the planning field/architecture planning. This condition was not possible to be valid for graduate just/the scholar of strata architecture 1 that was not yet experienced anything.To become the professional architect must be waiting 3 years and had the experience in the architecture field The association of the Indonesian Architect (IAI) the organisation of the architect's entitled profession gave to the acknowledgment formally (certification) co-operated with Directorate General Might Education Departemen of National Education planned the Professional educational Program the Architect as additional education for I (one) the year after strata education 1 to become the solution to this problem above. That became the necessary question the additional program of this architecture education. The study was supervised this was the response from being planned by a Program of Education of the Architect's Profession by IAI and DIKTI. Key Words: education - the architect's profession. 1. PENDAHULUAN Untuk mendapatkan profesi sebagai Notaris dan Advokasi diperlukan pendidikan setelah lulus dari program strata satu di Fakultas Hukum, untuk menjadi Apoteker harus menempuh lagi pendidikan Apoteker selama 1 tahun di Fakultas Farmasi, dan lulusan sarjana Kedokteran (Drs.Medical) di Fakultas Kedokteran supaya diakui sebagai dokter harus praktek di rumah sakit selama 2 semester, untuk berprofesi sebagai
Akuntan publik seorang sarjana ekonomi akuntansi juga melalui pendidikan akuntansi. Bagaimana dengan sebutan Arsitek ? Seorang bisa disebut "ARSITEK" setelah yang bersangkutan sudah melalui pendidikan formal arsitektur dan telah menghasilkan karya arsitektur. Namun pada sampai saat ini belum ada pendidikan formal yang mencetak ARSITEK pada semua pendidikan tinggi yang ada di Indonesia. Dengan demikian, untuk dapat disebut
1
sebagai Arsitek seseorang yang telah lulus dari Pendidikan Tinggi/Universitas pada tingkat strata satu, harus berpraktek dulu sebagai arsitek dan menghasilkan karya arsitektur. Untuk dapat menghasilkan karya arsitektur, mau tidak mau harus mengerjakan proyek arsitektur (perencanaan dan perancangan), baik sebagai arsitek mandiri/perorangan atau sebagai tenaga ahli pada suatu perusahaan konsultan, dan ini tentunya melalui proses waktu tertentu.. Hat di atas menunjukkan progam pendidikan arsitektur yang dilakukan oleh Perguruan Tinggi sekarang ini tidak menyiapkan lulusannya untuk menjadi ARSITEK, dalam kata popular sarjana tidak siap pakai. Fenomena ini menimbulkan gagasan para sarjana yang sudah menjadi ARSITEK terutama mereka yang tergabung dalam organisasi profesi Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) untuk merencanakan sebuah pendidikan tambahan bagi program pendidikan arsitektur strata satu dengan sebutan PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI ARSITEK selama 2 semester atau satu tahun, yang saat ini menjadi pembicaraan antara IAI dan pihak Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi DEPDIKNAS. Benarkah bahwa sarjana Arsitek Strata satu belum siap untuk berkarya sebagai Arsitek Profesional ? Tulisan ini akan membahas lebih jauh tentang sistem pendidikan Arsitektur Strata satu dan gambaran tentang rencana Program Pendidikan Profesi Arsitek, sehingga akan dapat menjawab perlukah Program Pendidikan Profesi Arsitek ini diperlukan sebagai pendidikan tambahan bagi lulusan sarjana arsitektur strata satu.
2. TINJAUAN TEORI 2.1. Pendidikan Tinggi.di Indonesia Tujuan Pendidikan Tinggi di Indonesia adalah,(pasal 2 ayat 1 Bab II PP 60/’'99) Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memilki kemampuan akademik dan / atau professional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenlan. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian serta mengupayakan penggunaanya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan Nasional. Penyelenggaraan Pend idikan Tinggi (pasal 4 ayat 1,3,4, pasal 5 ayat 1,2,3 PP no 60/ ‘ 1999) Pendidikan Tinggi terdiri atas : Pendidikan akademik, yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada pada penguasaan ilmu pengetahuan dalam bentuk pendidikan Program Sarjana dan Pasca Sarjana (program Magister dan program Doktor). Pendidikan Profesional, yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada kesiapan penerapan keahlian tertentu, dalam bentuk Program Diploma I dan Diploma 2 2.2. Program Studi Arsitektur Program studi arsitektur adalah sebuah program pendidikan tinggi bidang ilmu arsitektur yang keberadaannya sudah diakui dan termasuk bidang studi yang terdaftar dalam daftar program studi yang ada di Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Penyelenggaraan pendidikan program
2
studi arsitektur ini dilakukan di Perguruan Tinggi baik pada pendidikan akademik maupun pendidikan professional. Program pendidikan akademik jurusan arsitektur berada pada program pendidikan strata 1 (satu) sebagai bagian atau prodi di Fakultas Teknik lembaga Universitas atau Institut Teknologi ataupun Sekolah Tinggi Teknik. Program pendidikan professional berada pada program diploma (D3) yang lebih mengutamakan peserta didiknya untuk menjadi arsitek praktisi. 2.3. Beban SKS dan Masa Studi, Kurikulum Jurusan Arsitektur Program Strata l(satu) Mengacu pada KEPMENDIKNAS No 232 tahun 2000, beban studi sarjana strata l(satu) sekurang-kurangnya 144 (seratus empat puluh empat) SKS dan sebanyak-banyaknya 160 (seratus enam puluh ) SKS dengan masa studi sebanyak 8 (delapan) semester atau 4 tahun. Begitu pula untuk jurusan arsitektur umumnya Perguruan Tinggi di Indonesia mengambil jumlah 145 (seratus empat puiuh lima) SKS dengan masa studi 8 (delapan) semester / 4 (empat) tahun. Kurikulum di jurusan arsitektur juga mengacu pada peraturan Menteri tersebut diatas yang terdiri dari: Kurikulum Inti, yaitu merupakan kelompok bahan kajian dan pelajaran yang harus dicakup dalam suatu program yang dirumuskan dalam kurikulum yang berlaku secara nasional. Kurikulum Institusional, merupakan sejumlah bahan kajian dan pelajaran yang merupakan bagian dari kurikulum pendidkan tinggi, terdiri atas tambahan dari kelompok ilmu dalam kurikulum inti yang disusun dengan memperhatikan
keadaan dan kebutuhan lingkungan serta ciri khas perguruan tinggi yang bersangkutan. Ketiga kurikulum tersebut masih harus dijabarkan lagi dalam bentuk kurikulum yang lebih spesifik yang terkait dalam program studi Arsitektur sebagai berikut berdasar tinjauan kurikulum pada Jurusan Arsitektur FT UTP Surakarta: 1. Mata kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) yang meliputi: - Pendidikan Agama. - Pendidikan Pancasila. - Pendidikan Kewarganegaraan /Kewiraan. - Bahasa Inggris. 2. Mata Kuliah Keilmuan dan Ketrampilan (MKK). - Pengantar Arsitektur. - Matematika. - Estetika Bentuk. - Gambar Bentuk Arsitektur. - Mekanika Teknik. - Gambar Teknik. - Sejarah Arsitektur. - Fisika Bangunan. - Arsitektur & Lingkungan. - Utilitas Bangunan. - Bahan Bangunan Arsitektur. - Teori Arsitektur. - Mtde Perenc & Peranc.Ars. - Metodologi Riset - Falsafah Are. - Lanskap. - Komputer Are. - Pngt.Ars.Kota. - Perenc.Kota. - Perenc.Pemukiman. - Aksesibilitas 3. Mata Kuliah Keahlian dan Berkarya (MKB). - Perencanaan dan Perancangan Tapak. - Studio Arsitektur I s/d VI - Teknologi Bangunan I s/d V - Komunikasi Arsitektur
3
- Tata Ruang Dalam - Tugas Akhir. 4. Mata KuIiah Prilaku dan Berkarya (MPB) - Manajemen Konstruksi - Kewirausahaan Etika dan Profesi Arsitektur 5. Mata Kuliah Berkehidupan Bersama (MBB) - Pranata Pembangunan - Praktek Kerja Nyata (PK.N) Seminar Arsitektur - KKN / PMM - Praktek Laboratorium Arsitektur 3. PENDIDIKAN PROFESI ARSITEK 3.1.Gagasan Ide atau gagasan akan perlunya pendidikan profesi bagi arsitek lulusan strata 1 (SI) dilakukan oleh organisasi profesi Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) sejak tahun 1996. Gagasan ini diwujudkan dalam suatu konsep pendidikan profesi yang mereka susun dan disampaikan kepada Ditjen Dikti Depdikbud (saat itu). Gagasan ini dilontarkan bahwa : - Peraturan Pemerintah no 60 th 1999 tidak memuat lagi pendidikan professional untuk jalur akademik /strata 1. - Undang Undang Rl nomor 18 tentang Jasa Konstruksi menetapkan persyaratan "Ahli yang Profesional untuk perencana, pelaksana dan pengawasan dalam bidang jasa konstruksi. (pemiiikan sertfikasi keahlian bagi Arsitek Profesional) - Mengacu pada konvensi tentang Standar Kompetensi Arsitek Profesional (Depnaker RI Oktober 1998) Ikatan Arsitek
Indonesia menetapkan prasyarat pendidikan tmggi 5 (lima) tahun dan magang 2 (dua) tahun bagi seseorang untuk dapat menempuh ujian profesi memperoleh sertifikasi keahlian tersebut. - Saat ini pendidikan Strata 1 (satu) Jurusan Arsitektur pada pendidikan tinggi di Indonesia ditentukan beban studi 144 sks dalam 8 semester ditempuh selama 4 (empat) tahun. Untuk itulah Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) menganggap perlu menyusun konsep Pendidikan Profesi Arsitek selama 2 (dua) semester setelah pendidikan SI. Sefanjutnya IAI memprakarsai pelaksanaanya dengan bekerjasama dengan perguruan tinggi agar dapat diterima di dunia pendidikan arsitektur dan profesi arsitek di Indonesia. Dalam RAKERNAS Ikatan Arsitek Indonesia di Sanur Bali, 22-24 April 2005 telah ditetapkan ketentuan tentang pendidikan Profesi Arsitek sebagai berikut: 1. Penyelenggara Pendidikan Diselenggarakan oleh perguruan tinggi (universitas / institute / sekolah tinggi) negeri maupun swasta yang telah menyelenggarakan pendidikan Arsitektur atau Teknik Arsitektur strata satu (S1) dan memperoleh akreditasi nasional (BAN) dengan peringkat minimum B. Pendidikan Profesi Arsitek diselenggarakan sebagai program yang berdiri sendiri atau sebagai bagian program studi magister arsitektur pada jurusan, departemen atau fakultas. Perguruan Tinggi yang bersangkutan harus mengajukan ijin penyelenggaran kepada Ditjen Dikti Depdiknas dengan rekomendasi dari IAI Nasional.
4
3.2.Kurikulum Pembelajaran
dan
Subtansi
Pendidikan Profesi Arsitek mempunyai beban studi 20 sks - 24 sks dan dijadwalkan untuk 2 (dua) semester. Kurikulum disusun untuk dapat memenuhi 37 butir kriteria lulusan pendidikan yang dipersyaratkan oleh IAI. Pendidikan dilaksanakan dengan kegiatan perkuliahan yang mencakup : 1. Studio Proyek / perancangan arsitektur yang diwujudkan sebagai simulasi praktek merancang arsitektur yang nyata, sebagai mata kuliah pokok yang harus diadakan tiap semester (sepanjang 2 semester) dengan beban studi masing-masing minimum 6 (enam) sks dan maksimum 8 (delapan) sks sehingga perkuliahan merancang arsitektur pada pendidikan SI (Arsitektur) dan Pendidikan Profesi mempunyai bobot 48 sks. 2. Perkuliahan lain sebagai pelengkap untuk memperkaya wawasan teoritik tentang arsitektur / lingkungan dan praktek arsitektur dengan bobot masing-masing minimum 2 sks termasuk Etika & Praktek Arsitektur yang mungkin belum masuk dalam kurikulum SI. 3.3.Peserta Pendidikan Persyaratan yang harus dipenuhi: 1. Sarjana (S1:144 sks) di bidang arsitektur atau teknik arsitektur dari perguruan tinggi dalam negeri yang telah diakreditasi atau dari perguruan tinggi luar negeri yang diakui setara S1 oleh Depdiknas. 2. Memiliki kemampuan yang disyaratkan oleh perguruan tinggi
penyelenggara Pendidikan Profesi Arsitek dengan melalui seleksi yang diadakan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan. Calon peserta dapat menempuh Pendidikan Profesi Arsitek: 1. Sebelum menempuh magang 2 (dua) tahun. 2. Setelah menempuh magang selama 1 (satu) tahun 3. Setelah menyelesaikan magang selama 2 (dua) tahun. Peserta didik disebut mahasiswa. 3.4.Tenaga Pengajar / Dosen Tenaga kependidikan yang berdasarkan pendidikan dan keahliannya diangkat oleh suatu perguruan tinggi untuk mengajar pada Pendidikan Profesi Arsitek yang diselenggarakannya sebagai: Dosen penanggung jawab mata kuliah Asisten dosen / instruktur suatu mata kuliah/studio, Dosen penanggung jawab dan asisten / instruktur studio proyek / perancangan arsitektur harus memiliki sertifikat keahlian (arsitek). Latar belakang dosen : - Akademik, dengan jabatan fungsional yang memenuhi persyaratan yang berlaku untuk mengajar pada pendidikan pasca sarjana. - Profesi (arsitek praktisi) bersertifikat arsitek utama atau madya dengan pengalaman minimal 15 tahun untuk penanggungjawab dan 5 tahun untuk asisten / instruktur studio. Penugasan dosen dengan latar belakang profesi maupun akademik harus memperoleh rekomendasi dari IAI.
5
Status dosen dapat berupa dosen tetap, luar biasa ataupun dosen tamu.
Pada prinsipnya prasarana dan saran yang diperlukan atau digunakan oleh pergruan tinggi pada progam strata satu maupun program pasca sarjana yang dimilikinya seperti: r kantor, r kuliah, laboratorium/bengkel/worfc shop, studio dan kelengkapan lain yang diperlukan.
Untuk mahasiswa yang telah menyelesaikan pendidikannya (memenuhi minimum 20 sks) perguruan tinggi penyelenggara bersama dengan IAI menerbitkan Tanda Lulus Kandidat Arsitek, disertai daftar nilai (tiap mata kuliah dengan nama dosen pengampu) dan IPK (Insdeks Prestasi Komulatif). Lulusan pendidikan profesi berhak menggunakan sebutan Kandidad Arsitek disingkat (KA) dan terdaftar sebagai anggota IAI
3.6.Biaya Pendidikan
3.8.Evaluasi dan Akreditasi
Pembiayaan dilakukan secara swadana yang besarnya ditetapkan oleh perguruan tinggi penyelenggara berdasarkan kepantasan yang umum berlaku untuk suatu pendidikan profesi.
Untuk tetap menjamin mutu pendidikan profesi arsitektur perlu diadakan akreditasi secara berkala yang menyangkut aspek akadernjk dan administratif. Peninjauan kpmbali atas rekomendasi penyelenggara pendidikan dilakukan setiap 3 (tiga) tahun. Penilaian dilakukan oleh suatu tim penilai yang dibentuk oleh Ikatan Arsitek Indonesia (Nasional) dengan mengikut sertakan unsur-unsur lain yang dipandang perlu. Penilaian dilaksanakan dengan cara evaluasi dengan kunjungan terencana maupun mendadak. (Criteria penilaian terhadap lulusan yang menjadi tolok ukur berpatokan pada standar yang disesuaikan dengan tuntutan profesi dengan memperhatikan 37 kriteria pengetahuan dasar pendidikan arsitektur yang ditetapkan oleh IAI.
3.5.Prasarana dan Sarana
3.7.Penilaian hasil Sebutan Lulusan.
belajar
dan
Penilaian merupakan tanggungjawab Dosen pengampu mata kuliah bersangkutan. Untuk setiap matakuliah mahasiswa memperoleh Nilai Akhir (NA) melalui penilaian hasil belajar dengan komponen-komponen ujian (Ujian Tengah Semester / UTS dan Ujian Akhir Semester /UAS, tugas-tugas kuliah dan pengamatan umum sefama proses perkuliahan). Khusus mata kuliah studio proyek / perancangan arsitektur, ujian akhir (UAS) dilaksanakan dalam bentuk siding ujian lisan dengan minimum 3 (tiga) orang penguji (salah seorang diantaranya adalah praktisi profesional yang memperoleh rekomendasi dari IAI). Mahasiswa dapat dinyatakan gagal menempuh ujian, dan diperkenankan mengulang / memperbaiki. Waktu tempuh pendidikan maksimum 4 (empat) semester.
4. KEBUTUHAN AKAN PENDIDIKAN PROFESI ARSITEK Beberapa pertanyaan yang dengan masalah Pendidikan Arsitek antara lain: 1. Perlukah pendidikan arsitek diberlakukan bagi
terkait Profesi profesi lulusan
6
sarjana SI arsitektur sebagai pendidikan tambahan ? 2. Betulkah bahwa lulusan pendidikan arsitektur pada tingkatan strata 1 belum dapat disebut "arsitek" profesional ? Untuk menjawab pertanyaan tersebut di atas perlu mengkaji apa yang telah dijelaskan di atas yaitu berkaitan dengan : 1. Jenis Program Pendidikan Arsitektur. 2. Kurikulum yang berlaku pada pendidikan arsitektur strata satu. 3. Persyaratan untuk menjadi "Arsitek Profesional yang Bersertifikat". Bahwa Pendidikan Profesi Arsitek ini adalah sebagai pendidikan tambahan untuk lulusan sarjana strata satu jurusan arsitektur, maka yang perlu dikaji untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut di atas adalah Program Pendidikan Arsitektur Strata satu. Dari jenis program yang diberlakukan dalam pendidikan arsitektur strata satu adalah program pendidikan yang dlarahkan pada pengembangan ilmu pengetahuan bidang arsitektur bukan penekanan bidang profesionalnya. Untuk menjadi arsitek yang professional diperlukan pendidikan khusus, atau berpraktek sebagai arsitek dengan pengalaman minimal 3 th dengan telah melahirkan karya arsitekturnya; baik sebagai arsitek perorangan ataupun sebagai ahli yang bekerja di Biro Kon sultan/Arsitek. Dari kurikulum yang berlaku pada program studi arsitektur terutama pada Mata Kuliah Keahlian dan Berkarya (MKB) penekanan pada materi secara teoritis atau praktek yang tidak menangani proyek arsitektur yang sesungguhnya. Pada mata kuliah berkehidupan bersama (MBB) ada jenis
mata kuliah berupa Praktek Kerja Nyata, namun nampaknya mata kuliah ini mempunyai bobot profesional yang kecil bila ditinjau dari waktu dan besarnya proyek dimana mereka berpraktek. Dari dunia profesi arsitek persyaratan untuk menjadi Arsitek Profesional yang Bersertifikat diperlukan minimal berpengalaman 3th, mempunyai karya desain yang sudah dilaksanakan atau sudah bekerja di Biro Konsultan/Arsitek. Dari ketiga hal yang dijelaskan di atas bahwa untuk menjadi Arsitek yang Profesional belum cukup hanya melalui pendidikan arsitek pada tingkat sarjana strata satu saja namun diperlukan tembahan pendidikan, yaitu Pendidikan Arsitek Profesional. 5. KESIMPULAN 1. Pendidikan Arsitektur Program Strata satu/ Program Magister dan Program Doktor merupakan pendidikan jalur akademik yang lebih mengutamakan pengembangan ilmu pengetahuan bidang Arsitektur. 2. Untuk menjadi Arsitek Profesional diperlukan waktu/pengalaman, hasil karya desain atau pendidikan khusus profesional. 3. Kebutuhan akan Pendidikan Profesi Arsitek diperlukan sebagai pendidikan tambahan bag! lulusan sarjana arsitek strata satu yang menginginkan bekerja sebagai arsitek professional. 6. DAFTAR PUSTAKA Budiono. Antonius. 2006, Mempersiapkan Sarjana Arsltektur sebagai Sarjana Profesional, Makalah Seminar Nasional Jurusan Arsitektur FT Unibraw,MaIang.
7
Fanani, Achmad. 2006, Pendidikan Arsitektur dan Perubahan, Makalah Seminar Nasional Jurusan Arsitektur FT Unibraw, Malang. Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), 2005, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Profesi Arsitek. Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), 2006, Kode Etik dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek. Jo Santosa, 2006, Mempersiapkan Sarjana Arsitektur sebagai Profesional dari Perspektif Pengguna Jasa (Stakeholder) Swasta, Makalah Seminar Nasional JurusanArsitektur FT Unibraw, Malang. Keputusan Mendiknas RI No : 232//U/2000, tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa._ Peraturan Pemerintah RI No : 60/1999, tentang Pendidikan Siregar, Sandi Aminudin, 2006, Mempersiapkan Sarjana_/4f5/jfeAffir sebagai Profesional Dari Perspektif Asosiasi Profesi (Ikatan Arsitek Indonesia^ Makalah Seminar Nasional Jurusan Arsitektur FT Unibraw, Malang. Undang - Undang Rl, No : 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan NasionaL_ Umar Lubis, Basauli, 2006, Pendidikan Arsitektur sebagai Proses Pembentukan Sarjana Arsitektur Profesional. Makalah Seminar Nasional Jurusan Arsitektur FT Unibraw, Malang.
Pasca Sarjana (S2) Program Magister Teknik Program Studi Manajemen Konstruksi Universitas Atmajaya Yogjakarta (1999). Dosen PNS Dpk Jurusan ARS FT UTP Surakarta. Saat ini menjabat Ketua IAI Cabang Surakarta.
BIO DATA PENULIS : Djoko Pratikto. Alumni SI Jurusan Arsitektur UNDIP Semarang (1983).
8