PERMASALAHAN SANITASI DALAM BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT TINGGI
Djoko Pratikto
Abstrak Keberhasilan karya seorang arsitek/perancang bangunan tidak hanya tergantung dari keindahan tampilan fisik secara estetika saja, namun lebih banyak disebabkan oleh faktor kenyamanan, faktor fungisional serta faktor kelengkapan bangunan didalam pelayanan terhadap gedung tersebut. Faktor kenyamanan serta kelengkapan bangunan dalam melayani penghuninya ini sering tidak sesuai dengan yang tidak diharapkan oleh penghuninya. Banyak sekali permasalahan yang timbul berkaitan dengan kenyamanan akibat kurang sempurnanya pemasangan kelengkapan/utility bangunan, salah satu diantaranya adalah permasalahan sanitasi bangunan gedung. Permasalahan sanitasi ini banyak sekali terjadi pada bangunan tingkat tinggi. Keluhan yang dirasakan oleh para penghuni bangunan tingkat tinggi antara lain berupa macetnya saluran air (bersih dan kotor), timbul polusi bau. Kedua problema tersebut memungkinkan penghuni gedung ini menjadi tidak betah untuk tinggal dalam gedung tesebut. Pada penelitian ini akan dicari penyebab dari permasalahan yang timbul (macet saluran dan bau tidak enak), melalui pendekatan permasalahan yang ada dan menarik ke belakang proses pembangunan gedung bertingkat tinggi, yaitu mulai dari perancangan proses perancangan, pelaksanaan pembangunan sampai gedung sudah berfungsi (ditempati). Dalam pembahasan mengacu pada tingkat tinggi yang tidak mengalami permasalahan sanitasi. Hasil penelitian berupa kesimpulan dari pemecahan masalah yang didapat anilitis yang telah dilakukan, yaitu berupa perancangan sistem sanitasi pada bangunan tinggi yang tepat dan benar sampai pada proses pemasangan, sehingga problema tersebut tidak akan terjadi. Kata kunci : Sanitasi – Bangunan tingkat tinggi.
I. 1.1.
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
Tugas seorang perancang bangunan (arsitek) tidak hanya mendesain sebuah bangunan agar tampil megah, indah penuh dengan ornamen estetika yang cantik sehingga orang melihat dari penampilan fisik bangunan tersebut menjadi kagum. Namun lebih yang justru lebih penting adalah bagaimana bangunan tersebut dapat
berfungsi untuk melayani penghuninya, sehingga dapat tinggal didalam dengan nyaman. Kenyamanan untuk tinggal didalam suatu bangunan gedung apabila bangunan ini memenuhi segala perlengkapan bangunan yang disebut dengan Utilitas Bangunan (Mechanical and Electrical Equipment for Building)
1
Salah satu kelengkapan bangunan tersebut adalah sistem sanitasi dalam bangunan. Yaitu suatu sistem jaringan/instalasi air baik air bersih maupun air yang kotor yang didalam bangunan tingkat tinggi disebut dengan sistem plumbing. Keluhan yang banyak timbul adalah berasal dari para penghuni bangunan tingkat tinggi, keluhan tersebt antara lain kemacetam saluran air bersih dan air kotor, pipa bocor serta polusi bau tidak enak dari sistem sanitasi tersebut. Pada dasarnya sistem yang diatur dalam tata cara perancangan, pelaksanaan pemasangan peralatan sanitasi, kualitas bahan yang dipakai harus didasarkan pada standar yang berlaku. Namun karena kesalahan, keteledoran serta karakter, manusia tidak peduli dengan pemakaian peralatan sanitaasi ini (human eror) baik dalam proses perancangan, pelaksanaan pembangunan sampai pada pemeliharaan, mengakibatkan, permasalahan tersebut timbul. Kajian dalam penelitian ini akan menelaah sebab musabab permaslahan sanitasi dalam bangunan terutama bangunan tingkat tinggi jalan pemecahan yang terbaik untuk mengatasi permasalahan. 1.2.
Rumusan Masalah Dari permasalahan tersebut diatan perumusan masalah yang dikaji antara lain :
1.
Proses perancangan sistem sanitasi pada bangunan tingkat tinggi.
2.
Proses pelaksanaan pembangunan terutama pemasangan peralatan sanitasi dalam bangunan tingkat tinggi.
3.
Sistem pemeliharaan peralatan sanitasi serta pemakaian sanitasi oleh para penghuninya.
1.3.
Batasan Permasalahan
Permasalahan dibatasi pada permasalahan sanitasi yang ditetapkan pada bangunan gedung bertingkat tinggiempat lantai. Sedang pembahasan dilakukan sebatas prinsip perancangan, pelaksanaan / pemasangan serta pemakaian dalam sistem sanitasi pada bangunan bertingkat tinggi. 1.4.
Tujuan & Sasaran Penelitian Tujuan
Mencari permasalahan, mengkaji analitis serta menyusun pemecahandalam kaitan dengan sanitasi pada bangunan gedung tinggi.
secara konsep sistem tingkat
Sasaran Sasaran penelitian adalah bangunanbangunan gedung tingkat tinggi baik dalam proses perancangan, proses pelaksanaan pembangunan maupun bangunan yang sudah berfungsi. Manfaat Penalitian Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi agar didapat sistem teknologi yang lebih canggih. Masukan bagi para perancang/arsitek, ahli teknik kesehatan, pelaksana pembangunan agar lebih berhati-hati dalam proses pembangunan. Mendidik para pengguna untuk lebih peduli terhadap pemelihara peralatan sanitasi dalam penggunaannya.
2
2. 2.1.
TINJAUAN PUSTAKA Bangunan Tingkat Tinggi
Bangunan tingkat tinggi adalah suatu bangunan gedung yang dibangun secara vertikal dengan jumlah lantai lebih dari 5 (lima) lantai sampai 100 (seratus) lantai lebih. Bangunan tinggi dibangun karena suatu kebutuhan, di atas tanah yang semakin kaya dan mahal terutama di kotakota besar diseluruh dunia diperlukan konsentrasi ruang-ruang kerja maupun tempat tinggal seperti kantor, flat, hotrl, sehingga umtuk memanfaatkan tanah yang sangat terbatas itu sebaik-baiknya, orang terpaksa membangun ke atas. Suatu proses perancangan yang rumit diperlukan untuk menentukan tinggi atau permasalahan sebuah bangunan. Di antara faktor yang harus dipertimbangkan adalah kebutuhan pemberi tugas terhadap ketersediaan tanah atau lokasi lahan tersebut dalam keterkaitan dengan segisegi konteks lingkungan, misalnya pelayanan yang diperlukan untuk menunjang bangunan dan para penghuninya (utility for building), atau dampak ekologi dari bangunan ataupun karakter landscape nya. 2.1.1. Bangunan Tinggi Dalam Konteks Kota Bangunan tinggi barkitan erat dengan suatu kota ; ini merupakan jawaban yang wajar terhadap konsentrasi penduduk yang padat, kelengkaan lahan dan harga lahan yang tinggi. Pembuatan masa bangunan yang tinggi timbul dari penafsiran seorang perancang terhadap konteks lingkungan dan jawaban terhadap maksud bangunan tersebut. Pengembangan bangunan tinggi secara ketat mengikuti pertumbuhn kota. Proses urbanisasi yang bermula dengan timbulnya dengan jaman indrustialisasi masih berlanjut di banyak bagian dunia. Di Amerika Serikat proses ini dimulai pada
abad ke-XIX (19), penduduk berimigrasi dari daerah pedesaan ke kota, sehingga meningkatkan jumlah kepadatan penduduk di kota. Begitu pula kota-kota lain di penjuru dunia termasuk di indonesia. Untuk mengatasi kepadatan penduduk yang memerlukan fasilitas pelayanan ini salah satu alternatif adalah menanmpung mereka pada suatu bangunan tingkat tinggi, dimana pada bangunan tinggi ini segala fasilitas pelayanan yang diperlukan orang terpenuhi. Fasilitas seperti tempat hiburan, pembelanjaan, perkantoran, kesehatan, olahraga dan rekreasi, transportasi, utilitas, pembuangan sampah, pengadaan air bersih, pembuangan air kotor, parkir dan lain-lain terpenuhi. Dengan demikiansuatu bangunan tingkat tinggi dapat disamakan dengan sebuah kota kecil. Rancangan sistem interaksi yang demikian rumit memerlukan memerlukan pemograman yang sistematis terhadap akibat-akibat sosial, ekologi, ekonomi, politik yng akan terjadi tidak hanya pada konteks kota diekelilingnya, tetapi juga pada lingkungan sendiri. 2.1.2 Bangunan Tinggi dan Struktur Penunjangnya Rancangan bangunan tinggi untuk penggunaan tunggal seperti apartemen, perkantoran, sekolahan, rumah sakitatau penggunaan ganda besekala besar, memerlukan pendekatantim antara disiplin ilmu perancangan, fabrikasi bahan, dan konstruksi bangunan. Arsitek akan memimpin upaya tim sehingga komponen bahan, pelayanan, dan kegiatan berlaku sebagai satu kesatuan. Seorang arsitek harus mendekati perancangan bangunan sebagai suatu sistem yang menyeluruh, dimana struktur struktr penunjang fisik sebagai bagian organk tumbuhan bersama rancangan bangunan tersebut, struktur tidak bisa lagi dipandang sebagai suatu tambahan terpisah yang tidak berhubungan, untuk kemudian dimuat di dalam ruang
3
fungisional oleh perancangnya. Walaupun pendekatan rancangan yang menyeluruh ini harus diterapkan pada semua bangunan arsitektu, hal ini sangat penting apabila kitakaitkan dengan skala bangunan tinggi yang memerlukan sistem penunjang struktur yang rumit dmana gaya fisik dan lingkungan merupakan suatu rancangan utama. Bangunan harus mampu menghadapi gaya vertikal, grafitasi dan gaya-gaya horisontal angin diatas tanah serta gaya-gaya gempa dibawah tanah. 2.1.3. Bangunan Tinggi dan Utilitas Penunjangnya Integrasi antara seni dan teknologi menjadi syarat mutlak dalam perancangan bangunan masa kini. Para arsitek harus bekerja sama dengan ahli-ahli dalam
bidang mecanical dan electrical, fisika bangunan, ahli sanitasi, disamping insiyur sipil. Sebagai koordinator team perancang bangunan maka arsitek harus mempunyai pengetahuan umum tentang utilitas. Bangunan yang dirancang oleh para arsitek akhirnya harus dapat dipaka, dihuni dan dinikmati oleh masyarakat luas. Jadi harus berfungsi dengan baik, tidak hanya indah dipandang sebagai suatu karya seni. Untuk itu bangunan harus dilengkapi dengan prasarana Utilitas (Building Utilities). Lebih-lebih dengan perkembangan teknologi masa kini, kenyamanan manusia dan keselamatan manusia dalam menghuni bangunan bertingkat banyak dan bangunan bentang panjang lebih dapat ditingkatkan .
4
Sistem utilitas bangunan ini meliputi, sistem transportasi, sistem sanitasi, sistem keamanan bangunan (penangkal petir, pemadam kebakaran), sistem pengkondisian udara, sistem listrik, sistem pemeliharaan bangunan, sistem penyelamatan. Dalam penelitian ini di fokuskan pada sistem sanitasi dalam bangunan tingkat tinggi.
2.2.
Sistem Sanitasi pada Bangunan Tingkat Tinggi
aktivitasnya di dalam gedung tersebut. Untuk dapat memenuhi tuntutan penghuni tersebut diperlukan suatu jaringan sanitasi yang tepat dan benar, dengan pemilihan peralatan sanitasi yang cocok dan berkuallitas baik. Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka sistem sanitasi dalam
bangunan berhubungan erat dengan pengadaan air bersih dan pembuangan air kotor yang lengkaap dengan pola jaringan instalasinya. 2.2.1 Pengadaan Air Bersih
Sistem sanitasi dalam bangunan tingkat tinggi merupakan salah satu sistem utilitas dalam bangunan yang mengatur tentang pengadaan air bersih dan pembuangan air kotor dalam suatu perancangan yang sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuuhann penghuni bangunan dalam melakukan
Air bersih dibutuhkan dalam suatu bangunan gedung bertingkat tinggi, karena untuk memenuhi kebutuhan penghuni di dalam melakukan aktivitasnya. Tanpa ada air bersih maka aktivitas dalam bangunan ini tidak dapat berjalan dengan lancar, dengan kata lain gedung ini tidak dapat
5
memenuhi fungsinya. Disamping memenuhi kebutuhan penghuninya air juga dibutuhkan untk kebutuhan lain seperti pemadam kebakaran, penggerak elevator dengan sistem hidrolik, sistem air conditioner (AC) dan lain-lain. Untuk itu diperlukan sistem perancangan yang tepat untuk menyusun suatu jaringan instalasi air bersih pada bangunan tingkat tinggi yang terkenal dengan sebutan sistem plumbing. Pendistribusian air bersih ini ada beberapa macam cara antara lain dengan sistem up feed distribution, up feed pumping distribution, down feed distribution. Diantara ketiga sistem tersebut yang paling tepat untuk bangunan bertingkat tinggi adalah sistem down feed distribution yaitu suatu sistem pengadaan air bersih / distribusi air bersih dengan cara memompakan air dari bak penampung air di bawah (dalam basement) keatas pada bak penampung air di atas atap (housetank), kemudian endistribusiannya secara gravitasi turun ke bawah ke ruangruang yang membuutuhkan. Kemacetan atau kebocoran akan terjadi apabila dalam perancangan sistem distribusi ini tidak memenuhi peraturan standart yang sudah ditentukan. Untuk lebih jelasnya sistem distribusi air dapat dilihat pada skema gambar dibawah ini : (GAMBAR)
Pada bangunan tingkat tinggi ada beberapa sistem pembuangan air kotor baik secara sederhana maupun dengan suatu peralatan yang cukup canggih. Untuk sistem sederhana cukup menggunakan sistem pemipaan yang diatur sedemikian rupa yaitu ada yang dengan pemisahan antara air kotoran padat dan cair dalam pipa yang berbeda, namun juga air kotor dibuang dalam satu pipa yang besar. Untuk air kotor yang berupa limbah yang cukup membahayakan lingkungan atau dengan teknologi yang cukup canggih (water treatmen). Agar pemasangan jaringan air kotor ini tidak menimbulkan permasalahan maka diperlukan perhatian yang khusu sejak bangunan ini dalam proses perancangan, proses pelaksanaan pembangunan sampai pemeliharaan pada saat bangunan ini sudah dihuni. Beberapa skema tentang pembuangan air kotor pada bangunan tingkat tinggi : (GAMBAR) 2.3 Peralatan Sanitasi Untuk menunjang pengaliran, penam[ungan, pengaturan sistem sanitasipada bangunan tingkat tinggi diperlukan beberpa peralatan yang menunjang, sehingga sistem sanitasi tersebut dapat berjalan dengan lancar. Peralatan tersebut adalah : 2.3.1 Jaringan Penimpaan
2.2.2. Pembuangan Air Kotor Air bersih yang telah digunakan akan berubah menjadi air kotor yang harus dibuang dari bangunan tersebut. Untuk itu, diperlukan suatu sistem pembuangan air kotor pada bangunan yang tepat sehingga air kotor tersebut dapat terbuang dengan cepat dan lancar dan lancar tanpa meninggalkan bekas atau bau tidak enak pada bangunan.
Pipa ini berfungsi sebagai penyalur air baik air kotor maupun air bersih. Prasarana yang dibutuhkan adalah pipa, cor, pipa hitam, pipa putih, pipa galvanis atau pipa PVC yang penting tidak mudah berkarat dan beraksi dengan cairan yang dialirkannya. Pipa ini dipasang sedemikian rupa dengan sistem penyambungan yang tepat tidak mudah bocor, tidak macet dan tidak mengganggu estetika bangunan. 2.3.2 Alat-alat Sanitasi
6
Peralatan pennjang selain pipa untuk membantu berfungisnya jaringan sanitasi tersebut antara lain meliputi : stop kran, wastafel, closet, urinoir, bathquipt, shiver, house tank, pompa air, hat water, septiktank & peresapan, water treatmen, ect., yang kesemuanya dipasang dalam bangunan sesuai dengan fungsinya masing-masing. III.
perancangan bangunan itu sendiri. Namun kadang-kadang banyak dari kita jumpai bahwa perancangan sistem sanitasi ini dilakukan pada akhir desain bahkan kadangkadang kita jumpai baru direncanakan pada saat bangunan ini sedang dibangun (dilaksanakan pembangunannya), sehingga terkesan tambal sulam.
PERMASALAHAN SANITASI DALAM BANGUNAN TINGKAT TINGGI
-
Permasalahan umum yang dihadapi dalam sistem sanitasi pada bangunan tingkat tinggi seperti yang banyak dikeluhkan oleh para penghuninya antara lain : Kebocoran pada jaringan pemipaan akibat pemasangan yang tidak sempurna dan kualitas kekuatan pipa yang tidak memadahi.
Perencanaan tidak memperhitungkan tentang dimensi pipa dengan debet air yang ada, sehingga air meluap karena daya tampung yang tidak sesuai dengan ini menyebabkan kebucoran
-
Tidak ada gambar perancangan yang jelas sampai detailnya tentang jaringan dan peralatan sanitasi yang akan dipasang.
-
Sering tidak adanya ventilasi/pipa udara pada bagian atas mengakibatkan saluran menjadi macet.
b.
Proses Pelaksanaan Pembangunan Gedung
-
Keteledoran pemasangan jaringan dan peralatan oleh kontraktor karena kurangnya pengawasan yang tepat Banyak campuran/spesi/beton yang dibiarkan oleh tukang/pelaksanaan masuk kedalam jaringan penimpaan dan membuat pipa tersebut Sistem pemasangan, penyambungan pengaturan jaringan yang tidak tepat sesuai aturan yang ada.
-
Kemacetan pada jaringan akibat tersumbat benda atau pemasangan yang salah.
-
Polusi bau tidak enak akibat kedua masalah tersebut di atas atau pemeliharaan sistem kebersihan yang tidak baik.
Dari kajian ketiga permasalahan tersebut (kebocoran, kemacetan dan polusi bau), diperoleh bahwa penyebab permasalahan terletak pada proses pembangunan sistem sanitasi sejak perencanaan/perancangan, pelaksanaan pembangunan sampai pada saat ini sudah berfungsi/pemeliharaan, yang menjadi permasalahan khusus yaitu : a.
Proses Perancangan Perencanaan
-
Perencanaan dan perancangan sistem sanitasi pada bangunan ini mustinya diproses bersamaan dneganproses perencanaan &
-
-
dan c.
Pada saat Berfungsi -
Bangunan
sudah
Pemasalahan sanitasi bangunan pada bangunan sudah berfungsi
7
ini lebih banyak menyakut dengan perilaku, karakter penghuni/pemakaian bangunan terhadap kepedulian mereka akan kebersihan, menjaga keawetan sanitasi, serta dalam menggunakan peralatan tersebut. - Membuang kotoran/benda di lavatori (closet), buang hajat tidak pada tempatnya, tidak dibersihkan (diguyur air) setelah buang hajat dan dan sebagaiannya mengakibatkan sanitasi pada bangunan (km/wc, urinoir, saluran air hujan) menjadi kotor, macet dan berbau. IV. Solusi Pemecahan/Hasil Penelitian Untuk mengatasi permasalahan kemacetan, keocoran dan bau tidak enak pada sistem sanitasi bangunan tingkat tinggi disarankan : 1.
2.
3.
Proses perancangan arsitektur bangunan harus dibarengi dengan proses perancangan sistem sanitasinya. Rencana sistem sanitasi pada bangunan gedung harus jelas, tepat dan benar baik di tinjau dari ukuran jaringan pemipannya, jenis peralatan sanitasi yang dipakai, kualitas bahanya, kemudahan pelaksanaan pemasangannya, kemudahan dalam perawatannya/ pemeliharaan. Pada proses pelaksanaan pembangunan perlu pengawasan yang lebih ketat terhadap tenaga kerja yang berkaitan dengan kebersihan jariangan pipa-pipa dari kotoran bangunan, penyambungan yang benar, pemansagan ayng kuat dan mudah di kontrol nantinya.
4.
5.
Perlu kesadaran dari penghuni/ pemakai bangunan terhadap kebersihan, penggunaan fasilitas sanitasi (lavatori, toilet) serta tidak membuang sampah/benda padat pada peralatan sanitasi. Adanya sistem pengontrolan secara berkala terhadap fasilitas sanitasi dalam bangunan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA -
-
-
-
-
-
-
-
-
Dirjen Cipta Karya, Pedoman Pelumbing indonesia, Dept.Pek.Umum Jakarta, 1979. Goldberger, Paul. W, Soeharso, Tanjung, Gedung Pencakar Langit (terjemahan) Erlangga, Jakarta, 1994. J. Meguines, William Mechanical and Electrical equitent for Buildin, Jhon Wiley and Sons Inc, New York, 1971. Noerbambang, Morimora, Perangan dan Pemeliharaan sistem plumbing, Pradnyaparamita, Jakarta, 1995 Poerbo, Hartono, Struktur dan Kontruksi Bangunan Tinggi Sistem Struktur dan Estetika, Djambatan, Jakarta, 1999 Poerbo, Hartono, Tekno Ekonomi Bangunan Bertingkat Banyak, Djambatan, Jakarta, 1998 R. Sutrisno, Bentuk Struktur Bangunan dalam Arsitektur Modern, PT.Gramedia, Jakarta, 1983. Synder, James C, Pegantar Asitektur, Erlangga, Jakarta, 1997. Schhuller, Wolfgang, Struktur Bangunan Tinggi (terjemahan), PT. Ersco, Jakarta, 1989.
8
-
Shahab, Hamid, Struktur Bangunan Tingkat Tinggi, Djambatan, Jakarta, 1996
BIODATA PENELITI Djoko Pratiko, lahir di Surakarta 31 Mei 1953 Lulus Sarjana (S1) Jurusan Asitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang (1982) Lulus Pasca Sarjana Program Megister Teknik, Universitas Atmajaya Yogyakarta (1999) Dosen Jurusan Arsitektur Fak. Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta.
9