METODE PENYAMBUNGAN PADA STRUKTUR BETON BERTULANG St. Djoko Subari Abstract The magnitude of most concrete construction is such tahat interruption will inevitably accur to the placing of concrete. Whetherthe period of these interruptions be days, overnight, or merely 30 minutes, if it allows the concrete to stiffen to the extent that it cannot be worked, then a joint must be made. There will also be ocasions where for structural reasons it is considered necessary,to porposely break the continuity concrete placing and to construct a joint. Where construction joint to be made in structural member they should be located at a position where on either side of them can be nemed according in the type of movement they allow: contraction joint, dummy contraction or control joint, expansion joint, isolation joint. The positioning of joint and the type of joint may same time be governed be architectural as wel as structural reqttirementand in some structurea , the need for making watertight joint is primary cosideration. Keywords : Joint Construction, concrete.
1. PERMASALAHAN Pada pekerjaan struktur beton yang sangat besar volumenya,. atau. pelaksanaan pekerjaan struktur yang bertahap maka suatu yang sangat penting diperhatikan pada konstruksi beton bertulang adalah penghentian sementara yang kemungkinan akan terjadi dan tak dapat dihindari. Waktu penghentian sementara ini dapat terjadi selama sehari, semalam, atau hanya setengah jam saja. Bilamana penyambungan di-kuti proses pengerasan beton maka sambungan ini tak akan mendapatkan hasil yang baik, maka harus dibuat suatu konstruksi sambungan atau yang biasa disebut joint, Penyambungan acuan beton ini merupakan suatu hal yang dipandang perlu untuk maksud adanya penghentian sementara dalam kelangsungan pengecoran acuan beton yaitu dengan rnenempatkan suatu sistim sambungan. Adapun sistim penyambungan acuan antara beton lama dengan beton baru tergantung dari maksud penyambungan. Dengan sistim sambungan yang tepat akan menghasilkan sambungan yang cukup memadai. 2. PEMBAHASAN Dalam merencana sambungan antara beton lama yang telah mengeras atau dalam proses mengeras, dengan acuan beton baru yang mana sambungan ini tak akan menyatu maka di-usahakan suatu sambungan yang oleh peren-cana dipandang cukup dapat mengatasi
terjadinya retakan Sambungan beton dapat dikelompokkan dalan dua tipe. 1. Tidak mengijinkan adanya gerakan beton pada sisi lainnya. 2. Mengijinkan adanya gerakan beton pada sisi lainnya. Tipe sambungan beton (joint) yang disebut terdahulu bertujuan menyatukan beton baru terhadap beton lama yang telah mengalami proses mengeras, sehingga keseragaman penampakan beton menjadi kelihatan menyatu dan seragam sepanjang sambungan. Pada prakteknya hal ini sangat sukar mendapatkan penyatuan 100%. Dengan hasil : selalu ada perlemahan yang merata pada konstruksi sambungan. Maka dari itu, perlemahan ini sedapat mungkin harus dihindari. Peng-hentian pengecoran beton dilaksanakan pada tempat-tempat yang sesuai untuk membuat suatu konstruksi atau tipe joint, supaya dapat dikehen-daki suatu perlemahan yang merata. Beberapa macam tipe dari sambungan beton : 1. Sambungan kontraksi (Contraction joints). Memberikan kemungkinan adanya penyusutan beton pada permukaan sambungan yang membatasi pergerakan relatif dapat sisi permukaaan yang lain. 2. Sambungan pengontrol (Dummy Contraction atau Control Joint). Bekerjanya sama dengan sambungan kontraksi dan dibentuk dengan maksud memperlemah
28
tampang beton pada sambungan yang berarti dibuat sebagai celah. 3. Sambungan ekspansi (Expansion Joint) Pertemuan kedua permukaan beton cukup memberikan perluasan kearah permukaan sambungan. Tipe joint ini mengijinkan adanya pengerutan beton, akan tetapi dapat menahan gerakan relatif kearah lain. 4. Sambungan isolasi (Isolation Joint). Secara total memisahkan dua permukaan beton yang bertemu dan mengijinkan kebebasan penuh pergerakan relatif. Pandangan yang hati-hati perlu diberi-kan terhadap kebutuhan konstruksi sambungan untuk semua tipe struktur beton tersebut diatas. Penempatan dan tipe sambungan kemungkinan suatu saat dipengaruhi oleh segi arsitektural de-ngan struktural yang diinginkan dan kadang-ka-dang dibuat dengan maksud untuk penghadang air (watertight joint). Untuk menjamin konstruksi sambungan bekerja dengan baik perlu cara yang baik dan perhatian yang cukup hati-hati yang harus dilakukan untuk detail desain dan pelaksanaannya. 3. KONSTRUKSI SAMBUNGAN Konstruksi sambungan adalah suatu cara untuk menghubungkan permukaan beton lama dengan permukaan belon baru sehingga dapat melekat dengan baik dan dapat menahan gerakan yang berkaitan dengan adanya gaya melin-tang pada konstruksi sambungan. Suatu perhentian yang tak terencana pada saat pengecoran acuan beton membutuhkan konstruksi sambungan (construction joint). Beberapa perhentian pada saat pengecoran beton yang menerus dapat dilihat lebih dulu
sewaktu perencanaan atau diutamakan segera sewaktu permulaan pelaksanaan pengecoran, sehinggamemungkinkan penempatan beberapa sistim sambungan yang mana dapat direncanakan lebih dulu. Perencanaan yang baik akan menghasilkan perhentian pembetonan pada tempat-tempat yang tepat untuk mengatasi menyusutnya beton dan kemungkinan mengadakan pemilihan penggunaan tipe sambungan yang lain, sehingga dapat menghindari pembuatan konstruksi sambungan yang sukar. Bilamana tipe sambungan ini sukar dilaksanakan, maka konstruksi sambungan hams direncanakan untuk posisi pada struktur dimana keberadaan perlemahan dapat merata yang mana akan memberikar efek struk-tural yang kecil. Kesalahan pembuatan sambungan akan memperlemah struktur dan mengakibatkan perkolasi air yang akan memperburuk beton dengan penampakan berlumut yang dise-babkan karena lembab. 3.1. Lokasi Sambungan Konstruksi sambungan yang dibuat pada struktur harus diletakkan pada posisi dimana gaya geser adalah minimum. Sambungan harus mempunyai sudut yang baik terhadap sumbu sehingga gaya tekan aksial yang bekerja tegak lurus sambungan tidak cenderung menyebabkan pergeseran (sliding) sepanjang bidang yang lemah. Penyambungan beton untuk kolom harus diletakkan menerus dengan balok langsung diatas permukaan beton yang masih lunak atau sedang dalam proses pengerasan. Pada permukaan yang akan disambung, setelah dua jam pengecoran harus diberi suatu takikan sekeliling kolom (lihat gambar 1) sehingga ada sambungan kolom beton yang sempurna.
29
Sambungan arah horizontal tidak dilaku-kan pada plat lantai sedangkan berbagai joint vertikal diletakkan dekat pada pertengahan slab. Pada pekerjaan beton yang besar seperti dam tidak dilakukan pengecoran secara menerus dari bawah sarripai ke atas. Maka untuk alasan inilah pengecoran dilakukan perbagian atau perblok (luas tiap blok tidak lebih dari 50 ft persegi). Pengecoran tiap blok tidak lebih tinggi dari 5 ft. Setiap kenaikan dilakukan tiap lapis (tiap pengecoran adalah 4 lapis dengan tiap lapis adalah 15 inch) 3.2. Membuat Sambungan Vertikal Bilamana konstruksi sambungan dibuat pada balok atau slab, maka akhir acuan beton akan membentuk suatu lerengan secara alami, dan akan terbentuk suatu permukaan lunak dan terjadi sarang tawon pada permukaan lerengan. Pemberhentian pembetonan yang secara vertikal dilakukan dengan papan atau balok sehingga terbentuk sambungan vertikal. Untuk membantu pemindahan gaya lintang pada sambungan yang terjadi pada arah vertikal dipilih salah satu yaitu berupa pasak kayu atau penutup yang mana membantu kontak mekanis dapat diletakkan kira-kira ditengah celah slab. Scbagai ketentuan dianjurkan pada potongan sekilar kedalaman 6 inches. Tulangan baja tak boleh terpotong pada tempat konstruksi sambungan, juga papan penutup pernberhentian harus dibangun pada suatu segmen atau disisipkan pada tulangan yang sempit tetapi masih ada mortalnya. Perancah penutup dapat dibongkar setelah tiga hari pembetonan untuk memperlihatkan permukaan sambungannya. Setelah papan perancah penutup joint dibongkar maka dalam waktu empat jam permukaan beton harus dibersihkan dan material yang lepas dan dibuat kasar untuk menghilangkan permukaan yang halus. Bilamana umur permukaan beton sudah lebih dari empat jam dapat dipergunakan penghancur pasir sebagai pengganti sikat kawat untuk memperlihatkan agregat kasarnya. Semua material yang lepas harus dicuci secepatnya sebelum pengecoran beton baru, suatu lapisan tipis dari mortal disiramkan pada permukaan bidang yang akan disambung. Mortal harus mempunyai komposisi yang sama dengan kandungan betonnya yaitu pasir dan semen
dengan ratio yang sama tetapi tidak memakai agregat kasar. Beton baru harus dipadatkan dengan alat vibrasi sehingga mortal dapat melekat.
3.3. Membuat Sambungan Horizontal Setelah pengecoran acuan beton baru yang dipadatkan pada bagian atas arah horizontal pada permukaan beton terjadi suatu film dan suatu lapis porous. Material yang terdapat pada permukaan lunak ini harus segera dibuang sebelum suatu tipe sambungan dibuat. Bilamana permukaan yang akan disambung umurnya kurang dari empat jam saat pembuatan joint maka material lepas harus dibuang terlebih dahulu sesudah itu pengecoran beton baru dapat dilaksanakan. Carnpuran beton supaya dapat mengisi bagianbagian permukaan beton lama harus dipadatkan dengan memakai vibrator. Bilamana adonan beton baru terlalu kental maka tidak akan terjadi suatu penyatuan yang sempuma, sebaliknya bilamana terlalu cair akan terjadi pemisahan material dan membentuk suatu lapisan film yang tebal. Bilamana sambungan dibuat pada beton yang umumya lebih dari 4 jam, permukaannya harus dibersihkan terlebih dahulu. Bilamana umur beton kurang dari tiga hari pada umumnya relatif masih mudah dikerjakan, yaitu dengan disikat pakai sikat kawat. Dengan memakai ha-mer atau pemecah pasir dipakai untuk memperlihatkan material beton tanpa memotong beton. Sebelum pengecoran, permukaan beton dibersihkan dengan air untuk menghilangkan material lepas atau material yang menempel pada permukaan. Mortalplastic setebal 1/2" yang terdiri dari semen dan pasir dengan ukuran yang sesuai dengan mutu betonnya harus dilapiskan, kemudian diadakan pengecoran sambil dipadatkan. Untuk pekerjaan pengecoran beton dalam kapasitas besar sering terjadi pembuatan joint
30
lebih dari tiga hari. Maka dalam kasus ini perlu memakai alat betel tangan atau mesin hidrolis untuk membuat kasar permukaannya. Pada permukaan yang sangat luas maka perlu dipakai alat semprot air yang mempunyai sem-buran cukup tinggi untuk membersihkan permukaan yang akan dibuat sambungan. Kemudian segera diadakan pengecoran. Bilamana waktu pengecoran masih lama sejak pembersihan permukaan maka akan terjadi kontaminasi pada permukaan oleh kotoran-kotoran, misalnya debu, yang tak dapat dibersihkan dengan semburan air. Maka perlu penutupan permukaan dan dapat dibersihkan dengan semburan air. Segera sebelum diadakan pengecoran beton baru perlu permukaan disiram mortal dengan mutu sesuai dengan kompsisi beton baru, dan segera pula diadakan pengecoran beton baru dengan disertai pemadatan. Dimana mendekati construction joint dibuat sukar oleh perancah yang dalam atau kerapatan tulangan beton keda-laman maka perlu persiapan yang memadai untuk membentuk sambungan yang baik hanya dapat dicapai dengan cara yang baik dan peralat-an tambahan seperti tekanan air atau air berte-kanan tinggi. 3.4. Lapis Kedap Air Ini sangat diperlukan khusus untuk me-nahan air untuk maksud kedap air pada kon-struksi sambungan yang berhubungan dengan air. Khususnya berkaitan dengan tekanan hidro-lik. Untuk berbagai kondisi sambungan arah vertikal membutuhkan lapis efektif karena hal ini bertendensi dapat terbuka seperti halnya disebabkan penyusutan beton. Umumnya, konstruksi sambungan arah horizontal dalam dinding dimaksudkan sebagai seal bilamana kontak permukaan betul-betul rapat dan menjamin sambungan dapat rapat air. Penahan air (waterstop) yang dapat digunakan sebagai seal ada dua tipe: 1. Metal Waterbars. Ini biasanya lebarnya 9" dan bertambah lebar sesuai dengan kebutuhan dengan cara menyambung ke samping dan membentuk sekat.
2. Flexsible Waterstop. Dapat terdiri dari karet atau PVC yang pejal. Bersifat fleksibel dan dapat menahan gayagaya yang bekerja pada permukaan yang tidak rata. 4.
SAMBUNGAN KONTRAKSI (CONTRACTION JOINT) Adalah sambungan antara beton dengan beton dengan tujuan memberi kebebasan untuk menyusut pada permukaannya tetapi pergeseran relatif pada permukaan masih dilindungi. Sambungan kontraksi dibuat pada struktur beton untuk mermgankan gaya regangan yang dihasilkan iika teriadi oenvusutan beton. Bilamana hal ini tak dikerjakan, maka terjadi retakan pada saat pengeringan dan penyusutan beton. Regangan beton dapat diperbaiki dengan tulangan beton. Tulangan beton dapat menahan gerakan penyusutan dan menahan terjadinya retakan yang cukup besar. Sambungan kontraksi juga dipakai untuk menahan kontraksi yang terjadi, karena penurunan temperatur pada saat pengecoran. 4.1. Penempatan Sambungan Sambungan kontraksi harus diletakkan dimana konsentrasi gaya yang disebabkan adanya penyusutan beton. Penjelasan tentang lokasi joint sebagai berikut : 1. Dimana terjadi perubahan yang curam dari potongan melintang. 2. Pada permukaan yang tak teratur dari lantai atau slab, dimana struktur lembek pada pembukaan. 3. Pada struktur yang panjang seperti dinding, perkerasan jalan, yang mana tulangannya tak cukup menahan terbentuknya retak karena penyusutan. 4. Pada luas perkerasan yang besar, misal slab pada permukaan tanah. Jarak sambungan kontraksi pada umumnya ditunjukkan oleh perencana atau supervisi teknik, hal seperti di bawah ini dapat dipakai untuk petunjuk urutan pekerjaan.
31
Tabel No.l : Jarak maksimum sambungan untuk beton perkerasan jalan. Beton dengan permukaan yang luas harus dibagi-bagi mendekati bentuk persegi yang diartikan
adanya sambungan kontraksi kemudian ditentukan titik-titik yang sesuai dengan pemberhentian pengecoran yang direncanakan. Untuk pekerjaan yang dapat diselesaikan dalam satu hari tak boleh -berhenti di tengah-tengah tetapi harus sampai ke joint. Sambungan kontraksi hanya diperlukan pada struktur yang mendapat tekanan. Bilamana beton tak mendapat tekanan maka penyusutan tak akan menghasilkan retakan. Sedikit
sekali beton yang tak mendapat tekanan. Slab di atas tanah, perkerasan dan dinding penahan gaya gravitasi sedikit sekali ditahan tanah fondasinya. Dan selama tak bertulang atau bertulangan rendah perlu perhatian yang cukup pada sambungan kontraksinya. Jarak sambungan kontraksi pada berbagai ripe struktur harus benar-benar menutup untuk menahan retakan karena penyusutan.
Tabel 2: Lebar sambungan kontraksi untuk struktur kedap air
32
Sambungan kontraksi biasanya digu-nakan untuk mcmperkecil pengaruh penyusutan setelah pengecoran beton dan disebut "checkerboarding" 4.2. Kontraksi Sambungan Sambungan kontraksi dibuat dengan maksud menciptakan bidang vertikal yang lemah pada suatu slab atau dinding. Sambungan ini biasanya dibentuk sebagai sambungan pengunci untuk rnengontrol pergerakan vertikal namun demikian ujung pasak yang sebelah dilapisi penutup sehingga dapat dengan mudah disisipkan ke celah juga digunakan untuk mengontrol penambahangay geser. Penonjolan antara beton lama dengan beton baru harus dihilangkan dengan cara pemberiah pada bagian permuka-annya mamakai aspal emulsi. 4.3. Penahan Air Pada beberapa struktur seperti tandon air, tangki air sambungan kontraksi penahan air perlu sekali diperhatikan konstruksinya. Pada gambar 3 menunjukkan sambungan yang cukup baik, yang dibuat menggunakan salah satu plat pengisi, atau panahan air yang fleksibel untuk menahan rembesan air. 5. SAMBUNGAN PENGONTROL (CONTROL JOINT) Sambungan pengontrol (dummy contraction joint) adalah plat datar yang lunak yang dibuat untuk struktur yang berarti suatu celah. Sambungan ini berfungsi sebagai sambungan kontraksi, yang melayani untuk memu-satkan tekanan penyusutan pada suatu bagian yang lemah, dan akan melokalisir retakan di bawah celah. Pengisian secara mekanik pada retakan yang tak teratur menyediakan pemmdahan muatan melintang joint dan melindungi gerak relatif pada permukaan joint. 5.1. Letak Sambungan Selama sambungan ini sebagai alter-natif untuk berfungsi sebagai sambungan kontraksi maka lokasi dan penempatannya seperti sambungan kontraksi sebagai berikut: Sambungan pengontrol yang utama di-gunakan pada lapisan slab yang terlalu tipis yang mana dapat mudah dibentuk dengan peralatan pembuat celah. Untuk plat yang mempunyai ke-tebalan antara 2 sampai 3 inchi dan subgradenya kurang baik cenderung terjadi keretakan. Pada tipe perkerasan seperti ini control joint biasanya diletakkan pada interval antara 3 sampai 4 kaki.
5.2. Konstruksi Sambungan Sambungan pengontrol dapat dibuat dalam tijga macam cara, pada saat pengecoran .: 1. Sambungan pengontrol dapat dibuat di samping pada saat boton dicor dimasukkan plat pembuat celah. Material yang baik dibuat dari plat metal seperti pada pembuatan lantai teraso.Lebar dari celah dapat diambil l/8 atau dapat diperlebar menjadi l/4 atau l/3 kedalaman slab. 2. Setelah adukan beton dituang dan telah selesai maka sambungan dapat dibuat dengan memakai alat celah. 3. Setelah adukan beton mengeras sambungan pengontrol berbentuk gergaji dapat dibuat. Sambungan ini harus dibuat secepatnya terutama untuk menghindari adanya penyusutan, dan dipilih selama meningkatnya temperatur. Maka itu biasanya dikerjakan pada pagi hari setelah pengecoran beton. Alat pembuat sambungan berbentuk gergaji secara elektrik dapat digunakan untuk mendapatkan garis joint yang lurus. Pada pekerjaan yang besar. peralatan dengan sitem propeler yang dilayani tangan harus digunakan gariskapur sebagai petunjuk. Jika beton telah mengeras, pisau intan digunakan untuk menggores. Lebar dari sambungan ini biasanya diambil l/8 sampai l/4 inchi, dan kedalaman harus paling sedikit l/5 kedalaman slab dan tidak kurang dari ukuran agregat yang terbesar. Segera setelah penggoresan celah, sambungan harus di' semprot air untuk meng hilangkan kotoran-kotoran yang tertinggal. 6. SAMBUNGAN EKSPANSI (EXPANSION JOINT) Sambungan ekspasi menciptakan suatu celah antara dua bagian permukaan yang saling bertemu. Celah biasanya diisi dengan bahan pengisi yang dipadatkan. Dengan demikian maka semua gerakan pada permukaan joint dapat dieliminir. Pada pembuatan sambungan ekspansi memungkinkan dibutuhkan biaya mahal, maka seorang desainner harus berhati-hati dalam me-nentukan suatu struktur tentang digunakannya atau tidak penyambungan dengan sistem expansion joint, juga tentang jarak penyambungan. Sebagian besar tanda terjadinya pemuai-an selama bulan-bulan panas, yaitu jika suhu bertambah di atas tempertatur beton saat pengecoran. Suatu retakan yang terjadi pada Sambungan ekspansi selalu disebabkan oleh pertam-bahan suhu.
33
Retakan ini harus dilindungi dengan memakai sil pengisi yang baik dari masuknya serpihan krikil atau pecahan beton supaya dapat menutup celah tersebut. Seperti pada sambungan kontraksi, penulangan harus dihentikan pada di dekat sambungan ekspansi. 6.1. Perletakan Sambungan Kontraksi Banyak situasi yang akan mempengaruhi perencana untuk menggabungkan sambungan dalam struktur. Beberapa antara lain: 1. Struktur yang bertanggung jawab pada perkembangan, yang diberi tulangan dan tidak digabung dengan sambungan kontraksi. 2. Struktur terdiri dari sambungan kontraksi, tetapi penyusutan ditahan oleh keseluruhan tulangan. 3. Struktur dimaksudkan untuk menahan ke-naikan temperatur sebelum terjadi penyusutan. 4. Struktur dimaksudkan untuk tetap berada pada range temperatur, seperti temperatur pada panas kekentalan.
Sebagai contoh pada kondisi cuaca di Australia temperatur normal maksimum sepanjang tahun mendekati 70° F. Ini berarti gerakan termal pada sambungan tidak melebihi l/2" per 100 feet beton. Sehingga bilamana ditentukan untuk me-letakkan sambungan ekspansi pada interval 100 ft, harus mempunyai lebar l/2". Jika sambungan ini dibuat lebar 3/4" pada temperatur rata-rata, hurus diisi dengan material untuk sambungan ekspansi, yang dapat menahan ketebalan l/2 “ dan bertambah untuk ketebalan 1”. Jarak antara sambungan ekspansi direnca-nakan tipis, dan panjangnya jarang melampaui 100 ft, tanpa memasukkan salah satu yaitu ekspansi atau sambungan isolasi pada lantai, ko-lom dan balok. Pada bangunan gedung, untuk panjang lebih dari 300 ft tanpa sambungan ekspansi, pergeseran karena suhu akan terjadi yaitu pada kolom yang fleksibel. Sambungan ekspansi biasanya dipergunakan, dimana sudut-sudut yang terjadi pada bentuk L, T, U.dan H pada permukaan lantai.
Pada perkerasan jalan jarak antara sambungan ekspansi tergantung dan pembagian ke-tebalan perkerasan dan penulangannya, dan tergantung pada perencana. Tipe yang spesifik untuk jarak antara sambungan ekspansi ditunjukkan pada label di bawah ini.
34
sambungan ekspansi untuk bangunan gedung dapat dilihat pada gambar 6.
Gbr. 5 : Tipe sambungan pasak untuk mentranfer pada sambungan ekspani perkerasan jalan. Pada kenyataannya pada beberapa struk-tur bangunan, seperti atap bangunan, sambungan ekspansi sangat beralasan bila membutuhkan penutup, hal ini bilamana tidak dilakukan maka diperlukan perlengkapan khusus harus dibuat untuk mengisolasi struktur melawan perubahan temperatur yang besar. Konsekuensinya adalah gerak dorong karena perubahan temperatur pada atap bangunan, yang berhubungan dengan din-ding dapat akan menyebabkan terjadinya retak-an. Reduksi geser pada joint kadang-kadang dapat dibuat dengan memasukkan material yang sesuai pada permukaan yang saling bertemu antara atap dengan dinding penyangga. Pengu-rangan jarak sambungan akan memotong gerak-an yang dapat terjadi pada sembarang titik. 6.2. Konstruksi Sambungan Selama sambungan ekspansi seperti yang didefinisikan, hanya untuk sambungan ekspansi dan sambungan kontraksi pada beton, peralatan harus dibuat untuk melindungi gerakan dari permukaaan sambungan. Dengan demikian suatu maksud harus dilakukan untuk memin-dahkan muatan menyilang pada expantion joint. Hal ini dapat dilakukan dengan membentuk sambungan pengunci, sehingga pengunci ini akan mempersukar masuknya material kedalam joint. Beban biasa ditransfer melintang sambungan dengan alat semacan batang pasak. Setengah panjang setiap batang dipancang pada beton yang diletakkan pertama kali pada sambungan. Setengahnya lagi dimaksudkan sedemi-kian rupa untuk melindungi dari tertimbunrnya sambungan oleh campuran beton yang baru dituang. Perlakukan yang baik adalah melumasi setengah dari setiap batang, dengan mencelupkan ke dalam aspal atau membungkusnya dengan kertas. Ujung dari batang diberi topi untuk membuat suatu socket yang mana batang tulangan dapat bergerak bilamana terjadi ekspansi pada beton. Tipe sambungan ekspansi untuk slab jalan dapat dilihat pada gambar nomor. 5 tersebut di atas. Tipe
6.3. Penahan Air Karena sambungan ekspansi diren-canakan untuk membuka dan menutup dengan adanya perubahan temperatur, berbagai pena-han air digunakan untuk melindungi sambungan yang mana penahan air ini dapat menyesuaikan gerakan beton. Penahan air yang sesuai dapat dipilih salah satu yaitu sebuah strip penutup dengan lipatan tengah atau waterstop yang flek-sibel berbentuk tipe balon. 7. SAMBUNGAN ISOLASI Sambungan isolasi menyebabkan pemi-sahan antara permukaan beton yang sal ing berhubungan sedemikian rupa sehingga masing-masing permukaan bebas penuh dalam pergerak-annya. Pemisah biasanya diisi dengan pengisi yang liat. 7.1. Perletakan Sambungan Sambungan isolasi dibuat untuk struktur-struktur bangunan sehingga meng-iso-lasi struktur yang satu dengan yang lainnya. Plat beton dapat dipisahkan dari kolom, kaki atau dinding. Bekerjanya isolator ini dapat mengisolir sekehling plat lantai, sebagian rangka bangunan dapat diisolir dari rangka yang lainnya. Sambungan isolasi ini mengijinkan tidak hanya gerakan kembang dan susut, tetapi gerakan vertikal yang hasilkan dari perbedaan gerakan vertikal (setlement) dan gerakan karena gun-cangan yang disebabkan oleh gaya lateral. Struktur harus dikaji untuk melihat dimana perbedaan settlement diinginkan dan di-butuhkan penahanan, dan dimana dapat terjadi adanya retakan.
35
Gambar 7 : Cara mengisolasi lantai pada basement.
Pada suatu tempat diinginkan adanya perencanaan sambungan yang memadai. Dimana perbedaan gerakan vertikal dapat terjadi sebesar gerakan horizontal sebuah sambungan isolasi biasanya merupakan jawaban yang benar. 7.2. Konstruksi Sambungan Selama sambungan isolasi harus bebas penuh dari gerakan dan harus tak dihubungkan melintang memakai tulangan. Plat lantai basement harus diisolasi dari kolom persegi dengan suatu kotak yang dapat dilihat pada gambar 7. Kotak persegi erripat dile-takkan sedemikian sehingga titik-titik sudutnya terletak pada sambutigan kontraksi sepanjang kolom. Hal ini diinginkan karena mengeliminir takikan sudut plat yang mana dapat disebabkan adanya retakan pada arah diagonal, sambungan isolasi dapat dibuat di sekeliling kolom. Sambungan isolasi antara plat lantai dengan dinding dapat dibuat dengan mengikat-kan kertas fiber berlapiskan aspal, yang mana biasanya dengan ketebalan sekitar %" pada dinding sebelum pengecoran beton. Jalan yang baik untuk mengisolasi bagi-an struktur rangka dengan memakai dua balok dan kolom pada sambungan isolasi. Pada gam-bar 8. mamberikan bagaimana balok dan kolom dapat dibelah untuk mengikuti perbedaan gerakan dengan bagian^om/ pada struktur rangka. 7.3. Penahan Air Sambungan isolasi sering dibuat untuk penahan air, material waterstop digunakan untuk menahan rembesan air. Penahan air ini dapat menggunakan : strip penutup, pembungkus untuk menahan gerakan atau karet yang fleksibel atau waterstop dari PVC.
Waterstop yang fleksibel dapat menambah daya tahan terhadap korosi. 8. KESIMPULAN 1. Pada pelaksanaan struktur bangunan dengan volume pengecoran beton yang besar selalu diperlukan pemberhentian sementara pengecoran adukan material beton. 2. Untuk penyambungan beton lama dengan adukan beton baru tak akan pernah bersatu dengan sempurna. Maka perlu adanya suatu cara untuk menyatukan dua permukaan terse-but. 3. Dengan demikian perlu adanya konstruksi sambungan. 4. Pemakaian suatu sistem penyambungan tergantung dari tujuan penyambungan. 5. Perlu adanya pengawasan yang teliti dalam membuat sambungan. 9. DAFTAR PUSTAKA Control Of Cracking in Concrete Structures, dilaporkan oleh komite 224 ACI Publ. So20,ppl-17, 1968 Design Control And Characteristics Of Concrete, Cement And Concrete Association Of Australia, Australia, 1977. George Winter, Arthur H. Nilson, Perencanaan Struktur Beton Bertulang, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1993 L.A. Litz, Crack Control Factor Bundled Bars and for Bars of Different Sizes, J. ACI, vol 71, nol, paragraf 9-10 , 1974 Biodata penulis: St. Djoko Subari, lahir di Semarang, 22 September 1942. Lulus Sarjana Teknik (SI) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (1980). Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Tunas Pembangunan Surakarta.
36
37