Divisi Buku Perguruan Tinggi PT RajaGrafindo Persada JAKARTA
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Suriansyah, Ahmad Profesi Kependidikan: “Perspektif Guru Profesional”/Ahmad Suriansyah, Aslamiah Ahmad, dan Sulistiyana —Ed. 1—Cet. 1.—Jakarta: Rajawali Pers, 2015. viii, 212 hlm., 24 cm Bibliografi: hlm. 203 ISBN 978-979-769-914-7 1. Guru. I. Judul. II. Aslamiah Ahmad, Hajjah. 371.1 III. Sulistiyana.
Hak cipta 2015, pada Penulis Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apa pun, termasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2015.1532 RAJ Drs. Ahmad Suriansyah, M.Pd., Ph.D. Dr. Hj. Aslamiah Ahmad, M.Pd., Ph.D Sulistiyana, S.Pd., M.Pd. Profesi Kependidikan: “Perspektif Guru Profesional” Cetakan ke-1, Desember 2015 Hak penerbitan pada PT RajaGrafindo Persada, Jakarta Desain cover oleh
[email protected] Dicetak di Kharisma Putra Utama Offset PT RajaGrafindo PersadA Kantor Pusat: Jl. Raya Leuwinanggung, No.112, Kel. Leuwinanggung, Kec. Tapos, Kota Depok 16956 Tel/Fax : (021) 84311162 – (021) 84311163 E-mail :
[email protected] http: // www.rajagrafindo.co.id Perwakilan: Jakarta-14240 Jl. Pelepah Asri I Blok QJ 2 No. 4, Kelapa Gading Permai, Jakarta Utara, Telp. (021) 4527823. Bandung-40243 Jl. H. Kurdi Timur No. 8 Komplek Kurdi Telp. (022) 5206202. Yogyakarta-Pondok Soragan Indah Blok A-1, Jl. Soragan, Ngestiharjo, Kasihan Bantul, Telp. (0274) 625093. Surabaya-60118, Jl. Rungkut Harapan Blok. A No. 9, Telp. (031) 8700819. Palembang-30137, Jl. Kumbang III No. 10/4459 Rt. 78, Kel. Demang Lebar Daun Telp. (0711) 445062. Pekanbaru-28294, Perum. De’Diandra Land Blok. C1/01 Jl. Kartama, Marpoyan Damai, Telp. (0761) 65807. Medan-20144, Jl. Eka Rasmi Gg. Eka Rossa No. 3 A Komplek Johor Residence Kec. Medan Johor, Telp. (061) 7871546. Makassar-90221, Jl. ST. Alauddin Blok A 14/3, Komp. Perum Bumi Permata Hijau, Telp. (0411) 861618. Banjarmasin-70114, Jl. Bali No. 31 Rt. 17/05, Telp. (0511) 3352060. Bali, Jl. Imam Bonjol g. 100/V No. 5B, Denpasar, Bali, Telp. (0361) 8607995
KATA PENGANTAR
Y
M
M U
Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui proses pendidikan merupakan prioritas kebijakan dalam dunia pendidikan. Kebijakan ini diimplementasikan dalam berbagai program pembangunan pendidikan, salah satunya adalah peningkatan kualitas guru. Guru merupakan unsur penting dalam dunia pendidikan sebab, pendidikan bermutu salah satunya ditentukan oleh profesionalisme tenaga pendidik dan tenaga kependidikan lainnya. Oleh sebab itu, apabila kita menghendaki pendidikan yang bermutu, maka mau tidak mau kita wajib meningkatkan profesionalisme guru.
D
Pemerintah telah berusaha dengan berbagai program untuk meningkatkan profesionalisme guru, bahkan sampai dengan pemberian tunjangan profesi guru dengan besaran satu kali gaji pokok. Tetapi realitanya masih banyak keluhan bahwa pendidikan masih belum mampu mencapai kualitas yang diinginkan. Guru yang profesional tidak akan dapat dicapai hanya melalui pemberian tunjangan profesi tanpa dipersiapkan secara matang sebelum mereka menjadi guru dan dilanjutkan dengan pembinaan yang optimal pada saat mereka bertugas sebagai guru secara terus-menerus. Sehubungan dengan hal tersebut, maka sudah selayaknya bagi calon guru dan guru untuk mengkaji dan mendalami apa yang dipaparkan dalam buku ini
Profesi Kependidikan/Keguruan
v
sebagai refleksi bagi guru-guru dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagai guru menuju guru yang profesional. Menyikapi adanya kesenjangan antara harapan pemerintah terhadap profesionalisme dengan memberikan berbagai penghargaan dengan kenyataan bahwa profesionalisme guru masih jauh dari harapan yang diinginkan, maka buku ini mencoba untuk mengungkap berbagai kajian tentang apa dan bagaimana guru yang profesional dilihat dari berbagai perspektif. Di samping itu juga kajian tentang guru dalam administrasi sekolah, bimbingan konseling, supervisi pendidikan dan manajemen berbasis sekolah.
Y
Oleh sebab itu, buku ini dapat menjadi bahan kajian bagi calon guru yang sedang memperdalam ilmu di lingkungan Perguruan Tinggi Kependidikan (LPTK) maupun bagi guru-guru dan kepala sekolah yang sedang bertugas, karena buku ini tidak hanya memberikan penjelasan dan kajian yang bersifat teoretik semata tetapi juga membuat kajian-kajian yang aplikatif dan dapat dilakukan dalam kegiatan sehari-hari di sekolah, baik oleh guru maupun kepala sekolah.
M
M U
Di samping itu, buku ini juga dapat dimanfaatkan bagi kalangan pengawas sekolah sebagai bahan referensi dalam rangka melakukan pembinaan kepada sekolah-sekolah tentang profesionalisme guru dan pembinaannya. Meskipun demikian penulis masih memerlukan penyempurnaan buku ini secara terus-menerus sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta berbasiskan hasil-hasil penelitian mutakhir. Untuk semua itu, penulis sangat berterima kasih dan berbangga hati apabila ada masukanmasukan perbaikan dari semua pembaca.
D
Semoga bahan bacaan ini dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan mutu pendidikan secara umum.
vi
Profesi Kependidikan
Penulis
DAFTAR ISI
M
M U
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
Y
D
v vii
BAB 1 HAKIKAT Profesi Guru
1
1
A. Profesi Guru dan Syarat Menjadi Guru
B. Apakah Jabatan Guru Dapat Dikatakan Sebagai Profesi
11
C. Syarat Apa yang Harus Dipenuhi Sebagai Seorang Guru
14
D. Tugas dan Fungsi Guru Serta Indikator Guru yang Profesional 20
E. Organisasi Guru dan Kode Etik Guru Indonesia
41
BAB 2 Bimbingan dan Konseling
53
54
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling
B. Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan di Sekolah 59
C. Prinsip Bimbingan dan Konseling
71
D. Asas Bimbingan Konseling
76
E. Landasan Bimbingan dan Konseling
79
Profesi Kependidikan/Keguruan
vii
F. Bidang Bimbingan Belajar, Sosial, Pribadi dan Karier
86
G. Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah 88
H. Orientasi Bimbingan dan Konseling
92
I. Ruang Lingkup Pelayanan Bimbingan dan Konseling
95
J. Kode Etik Bimbingan Konseling
98
K. Peranan Guru dalam Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah 99
Y
BAB 3 Administrasi Sekolah
107
A. Pengertian Administrasi Pendidikan di Sekolah
B. Fungsi Administrasi
C. Kegiatan-kegiatan Administrasi Guru di Sekolah
BAB 4 Supervisi Pendidikan
M
M U
108
114
124
145
A. Perlunya Pembinaan Guru
145
B. Pengertian dan Fungsi Pokok Supervisi
149
C. Tanggung Jawab Pembinaan Profesionlisme Guru
153
D. Pendekatan Supervisi Pendidikan
159
BAB 5 Manajemen Berbasis Sekolah
179
179
A. Latar Belakang
D
B. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Manajeman Berbasis Sekolah 182
C. Prinsip Dasar Manajeman Berbasis Sekolah
185
D. Konsep Dasar Manajeman Berbasis Sekolah dalam Perspektif Teoretik 186
E. Kondisi yang Mendukung Implementasi di Sekolah
194
DAFTAR PUSTAKA
203
TENTANG PENULIS
211
viii
Profesi Kependidikan
BAB
Hakikat PROFESI GURU
1
Y
M
M U
A. Profesi Guru dan Syarat Menjadi Guru 1. Guru
D
Setiap hari kita selalu mendengar sebuah kata yang sangat sering baik di lingkungan keluarga, masyarakat apalagi dalam lingkungan pendidikan khususnya sekolah yaitu kata “GURU”. Siapa sebenarnya yang disebut guru itu…? Jawaban yang kita temukan selalu menyatakan guru adalah seseorang yang memberikan ilmu pengetahuan di sekolah maupun di luar sekolah. Sehingga di masyarakat ada seseorang yang tugasnya mengajarkan membaca Al-Qur’an disebut guru ngaji dan sebagainya. Sementara guru dalam pemahaman umum adalah mereka yang mengajarkan ilmu pengetahuan di sekolah. Sering pula kita dengan istilah guru dikaitkan dengan istilah seseorang yang dapat digugu (GU) dan ditiru (RU). Istilah digugu dan ditiru ini mengindikasikan guru adalah seorang yang memiliki kesempurnaan dalam aspek moral. Sehingga seorang guru haruslah seorang yang sikap dan perilakunya dapat ditiru dan digugu oleh siswa bahkan oleh masyarakat. Dua penjelasan tersebut menggambarkan guru dalam dua perspektif, yaitu pertama perspektif melihat guru sebagai seorang ilmuwan yang berkewajiban memberikan ilmu pengetahuan kepada siswanya.
Bab 1 | Hakikat Profesi Guru
1
Sedangkan perspektif kedua melihat guru sebagai seorang yang memiliki kesempurnaan moral. Apakah itu yang dimaksudkan dengan istilah guru? Guru atau tenaga pendidik menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional Pasal 39, ayat 2 tentang Tenaga Kependidikan dinyatakan bahwa “pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil belajar, melakukan bimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat”. Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dinyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Y
M
Dari dua undang-undang tersebut sangat jelas bahwa guru memegang peranan yang sangat sentral dan strategis dalam proses pembelajaran di sekolah. Mengingat peran pentingnya tersebut sehingga peran guru sebagai pendidik tak akan pernah tergantikan oleh peran apa pun. Guru yang awalnya dikenal dengan istilah pendidik dalam sejarahnya sampai sekarang tidak pernah dapat tergantikan oleh apa pun termasuk oleh teknologi seperti sekarang yang sedang tumbuh dan berkembang pesat dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Setinggi dan secepat apa pun perkembangan teknologi peranan guru tidak akan pernah bisa tergantikan oleh kemajuan teknologi, karena guru bukan hanya sebagai pengajar yang tugasnya mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi kepada peserta didik, tetapi yang terpenting justru tugasnya sebagai pendidik. Tugas sebagai pendidik adalah mendidik anak menjadi manusia dewasa dalam pengertian yang sebenarnya.
M U
D
Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa guru memainkan peranan yang strategis dalam peningkatan mutu hasil belajar siswa. Karena itu dapat dikatakan guru memainkan peranan dalam pendidikan masa kini dan masa depan anggota masyarakat melalui sekolahnya masing-masing, atau dengan kata lain masa kini dan masa depan masyarakat khususnya generasi muda sangat tergantung pada kualitas guru (pemahaman guru dalam hal ini adalah mulai dari PAUD/TK sampai Perguruan Tinggi) dalam melaksanakan pembelajaran. Ini berarti bahwa masa depan bangsa sangat tergantung pada sampai sejauhmana peranan guru dapat melaksanakan proses pembelajaran. Dalam kaitan ini sesuai dengan kebutuhan masa depan bangsa Indonesia, maka peranan guru dalam melaksanakan pembelajaran yang berkualitas dan berkarakter menjadi harapan semua orang. Sebab, dari generasi yang cerdas dan berkarakterlah bangsa ini dapat mencapai tujuannya mensejahterakan kehidupan masyarakat. Banyak kasus yang kita hadapi sekarang dengan sejumlah orang cerdas, namun masih
2
Profesi Kependidikan
belum mampu membawa masyarakat Indonesai ke arah kesejahteraan, malah sebaliknya kita masih dihadapkan pada problem besarnya angka kemiskinan bahkan bayi lahir dengan kondisi gizi buruk. Mengingat pentingnya peran guru tersebut dalam perubahan dan pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju dan sejahtera, khususnya menuju efektivitas pembelajaran yang berkualitas, Fullan seperti di kutip oleh Rizali, Sidi dan Dharma (2009) menyatakan bahwa: efektivitas pembelajaran baru akan tercapai apabila kita:
Y
a. Merekrut orang-orang yang terbaik untuk menjadi guru.
b. Lingkungan kerja dibuat nyaman dan kondusif untuk bekerja dan mendorong guru berkarya agar mereka tidak mencari pekerjaan lain.
M
Merekrut orang terbaik menjadi guru, harus dimulai dari rekrutmen calon guru oleh lembaga penghasil guru, yaitu LPTK (FKIP dan FIP). Ini memerlukan komitmen LPTK untuk melakukan rekrutmen mahasiswa secara profesional. Sementara lingkungan kerja yang kondusif dan mendorong tumbuhnya karya inovatif memerlukan kepemimpinan di berbagai jenjang institusi yang berwenang dalam pembinaan guru seperti dinas pendidikan, pengawas dan kepala sekolah. Hal itu sangat beralasan, sebab bagaimanapun baiknya kurikulum dengan segala perubahan yang dilakukan ujungnya untuk implementasi kurikulum yang baik tersebut memerlukan guru yang baik, atau dengan kata lain guru yang profesional. Apakah pekerjaan sebagai guru sudah menjadi profesi atau masih pekerjaan sampingan, serta apa dan bagaimana guru profesional akan dibahas secara khusus pada bagian lain dalam buku ini.
M U
D
Sebagai guru dalam melaksanakan tugasnya diharapkan mampu mengelola kelasnya menjadi suatu lingkungan pendidikan yang sarat (penuh) nilai. Dengan demikian guru akan dapat mempersiapkan peserta didiknya bukan hanya sebagai individual yang mandiri, tetapi juga menolong peserta didiknya mencapai tingkat kemanusiaannya secara sempurna (manusia unggul), yaitu manusia yang dapat eksis secara fungsional di tengah-tengah masyarakat, bangsa dan negaranya, dan bahkan masyarakat dunia. Hal tersebut hanya dapat diwujudkan melalui dampak pengajaran dan keteladanan dalam lingkungan pendidikan yang sarat nilai dan ilmu pengetahuan/science serta teknologi dengan berlandaskan kepribadian yang relegius. Adanya tuntutan terhadap mutu pendidikan yang tinggi itu pada gilirannya memerlukan guru yang bermutu dan profesional dalam bidangnya. Hal tersebut sejalan dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang mempersyaratkan pendidikan minimal bagi seorang guru mulai dari TK sampai dengan SMTA adalah Strata 1 serta Peraturan
Bab 1 | Hakikat Profesi Guru
3
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, yang secara tegas menyatakan seorang guru yang layak mengajar adalah mereka yang memiliki kompetensi pedagogis, profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Hal ini menuntut setiap orang yang merasa sebagai guru atau tenaga pendidik untuk selalu berupaya menyesuaikan tuntutan kualifikasi dan kualitas kompetensi guru dengan peraturan perundang-undangan tersebut di atas.
Y
2. Apakah Kriteria Profesi Itu
Kata profesi, merupakan kata yang sangat akrab bagi kita bahkan bagi masyarakat umum. Kita sering bertanya pada seseorang kawan apa profesi anda, atau kita juga sering mendengar seseorang menyatakan bahwa profesinya sekarang sebagai dokter, sebagai penasihat hukum, atau sebagai pemain bola dan sebagai petinju profesional. Pernyataan tersebut sering kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari.
M
Coba kita membayangkan, apa yang dilakukan oleh orang-orang yang kita temui tersebut dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya masingmasing. Sebagai dokter misalnya apa yang harus dan telah dipersiapkannya sebelum dia dilantik menjadi dokter, penasihat hukum, pemain bola dan sebagainya. Apa yang dikerjakannya setelah menjadi dokter, kepada siapa dia bertanggung jawab, siapa yang membela atau menghukum dia kalau terjadi kesalahan dalam melaksanakan tugasnya bahkan bagaimana dampaknya terhadap penghasilannya.
M U
D
4
Profesi Kependidikan
Seorang dokter dan penasihat hukum sebelum menjalani profesinya harus melalui proses pendidikan khusus kedokteran yang diteruskan dengan pendidikan profesi dokter dengan cara bertugas di rumah sakit tiga sampai empat semester. Pada proses pendidikan dengan mempelajari bidang ilmu yang mendasari teknik dan prosedur kerja yang terkadang memakan waktu lama (5 sampai 7 tahun). Seorang petinju harus melakukan latihan yang panjang sebelum sampai menjadi petinju profesional. Demikian pula dengan pemain bola bahkan sekarang ada sekolah sepak bola. Karena itu, pekerjaan sebagai dokter, sebagai penasihat hukum, sebagai petinju atau bahkan sebagai pemain bola tidak dapat dilakukan secara baik oleh semua orang terkecuali mereka yang telah melalui pendidikan khusus (dipersiapkan khusus untuk itu). Seorang dokter harus melalui pendidikan kedokteran yang setelah lulus ditambah dengan pendidikan profesi dokter, seorang notaris setelah dididik menjadi sarjana hukum melanjutkan pendidikan kenotariatan dan seterusnya juga berlaku dengan profesi lainnya.
Y
M
M U
Apa yang dapat kita simpulkan dari pengamatan kita terhadap berbagai kenyataan tersebut di atas...? Ternyata sebelum seseorang memegang jabatan tersebut seseorang harus melalui proses pendidikan khusus dan/atau latihan serta ujian khusus.
Jadi, syarat pertama untuk dapat dikatakan suatu pekerjaan/jabatan sebagai suatu profesi adalah adanya bidang ilmu yang mendasari teknik, prosedur kerja dan lain-lain yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan khusus yang dipersiapkan untuk itu.
D
Yang sering menjadi pertanyaan adalah, apakah seorang profesional dapat melakukan kesalahan dalam melaksanakan tugasnya..? Bagaimana kalau seorang dokter melakukan kesalahan dalam praktik pengobatan terhadap pasien (mal praktik) ..?, bagaimana perilaku dia dalam menghadapi pasien yang berbeda strata sosial ekonomi, ras, suku dan sebagainya...? Ternyata sikap, tindakan, perilaku mereka telah diatur dan diarahkan oleh aturan-aturan yang menjadi panduan dalam setiap tindakannya. Bahkan mereka punya standar nilai dan standar perilaku yang harus dilakukan dalam melayani pasiennya. Demikian pula halnya dengan penasihat hukum, petinju dan pemain sepak bola. Misalnya seorang petinju tidak boleh sembarang bertinju. Aturan-aturan ini sudah mereka sepakati bersama. Inilah yang disebut dan dikenal dengan istilah Kode Etik Jabatan/Kode Etik Profesi. Kalau begitu mana yang dapat kita simpulkan sebagai kriteria kedua dari jabatan profesi. Ternyata jabatan profesi harus memiliki kode etik profesi yang harus dipatuhi dan ditaati oleh semua anggotanya. Jadi, syarat kedua untuk dapat dikatakan suatau pekerjaan/jabatan sebagai suatu profesi adalah adanya kode etik jabatan/kode etik profesi yang disepakati bersama, yang mengatur tingkah laku, sikap dan cara kerja pemangku profesi itu.
Bab 1 | Hakikat Profesi Guru
5
Dengan persyaratan pendidikan khusus dan latihan khusus serta aturan etika yang berlaku, menurut Anda dapatkan pekerjaan dokter diganti oleh orang lain yang bukan ahlinya...? apa yang akan terjadi kalau suatu pekerjaan dilakukan oleh orang yang bukan ahlinya dan tidak bekerja sesuai dengan aturan nilai etika. Masyarakat tentu akan menilai bahaya yang akan dihadapinya, dan mereka tidak akan berobat/diobati oleh yang bukan ahlinya tersebut, bahkan orang sering ditangkap sebagai dokter palsu.
Y
Demikian pula halnya dengan seorang yang bukan ahli hukum menjadi penasihat hukum, tentunya masyarakat tidak akan pernah mau meminta bantuan hukum kepadanya. Seorang yang tidak pernah latihan atau dilatih sepak bola, ingin menjadi pemain bola profesional, tentu masyarakat tidak mau mengakuinya. Kalau begitu apa yang dapat kita simpulkan, ternyata jabatan dapat menjadi profesi kalau dia mendapat pengakuan dari masyarakat. Dalam pengertian pengakuan masyarakat dapat pula berasal dari pengakuan melalui formal legalistik oleh pemerintah melalui surat keputusan, undang-undang dan aturan lainnya.
M
M U
Dengan demikian syarat ketiga untuk dapat dikatakan suatu pekerjaan/jabatan sebagai suatu profesi adalah adanya layanan unik yang memperoleh pengakuan dari masyarakat atau pemerintah. Cukupkah ketiga syarat di atas sebagai kriteria/ciri suatu jabatan dapat dikatakan sebagai profesi.....?
D
Kalau kita mengamati kenyataan yang ada di tengah-tangah masyarakat yang berkaitan dengan pekerjaan seorang profesional, kita akan menyaksikan banyak hal termasuk di antaranya mereka sering membuat kelompok tertentu sesama profesi. Dokter berkumpul dalam organisasi sesama dokter, penasihat hukum berkumpul sesama penasihat hukum dan seterusnya. Pengamatan fenomena yang ada di lapangan ternyata profesi dokter memiliki organisasi sendiri yang disebut Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Advokat memiliki Ikatan Advokat Indonesia (IAI) demikian pula dengan profesi lain termasuk profesi petinju dengan KTI-nya. Kita sering melihat organisasi ini melakukan berbagai kegiatan baik untuk peningkatan kualitas anggotanya, kesejahteraan maupun sosial kemasyarakatan. Pernahkah Anda melihat seminar yang dilaksanakan oleh IDI, sunatan massal dan sebagainya, atau bantuan hukum gratis oleh LKBH. Ternyata organisasi ini sangat berperan dalam meningkatkan kualitas anggotanya bahkan kesejahteraan, keamanan dalam melaksanakan tugas profesi bagi anggotanya. Di samping itu, organisasi ini berfungsi pula untuk melindungi masyarakat pengguna jasa profesi dari layanan yang tidak semestinya. Banyak kita saksikan organisasi profesi membentuk dewan kehormatan profesi yang akan menilai anggota organisasi profesi apabila
6
Profesi Kependidikan
melanggar ketentuan profesi atau mal praktik. Hal inilah yang memberikan jaminan bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang bermutu dari profesi. Ini berarti keberadaan organisasi profesi menjadi salah satu syarat bagi jabatan profesi. Dengan demikian syarat keempat untuk dapat dikatakan suatu pekerjaan/ jabatan sebagai suatu profesi adalah adanya organisasi profesi yang mengayomi anggotanya, mampu memberikan rasa aman anggotanya dalam bekerja, mampu meningkatkan kualitas anggota organisasi agar layanan yang diberikan lebih bermutu dan mampu meningkatkan kesejahteraan anggota sehingga bisa fokus dalam memberikan layanan berkualitas. Di samping itu organisasi profesi juga berfungsi untuk memberikan perlindungan bagi masyarakat agar mereka mendapatkan layanan yang berkualitas dan terhindar dari layanan yang tidak semestinya mereka terima dan dapat merugikan masyakarat.
Y
M
Sebelum kita sampai pada kesimpulan apa sebenarnya kriteria suatu pekerjaan sehingga dapat dikatakan sebagai suatu profesi, coba isi tabel berikut ini berdasarkan uraian yang telah dibahas secara rinci pada uraian di atas. Coba berikan tAnda cek pada kolom samping kanan apabila organisasi profesi yang tercantum di sebelah kirinya telah memenuhi syarat atau memiliki apa yang ada dalam tabel kolom 3 sampai dengan kolom 6. Jenis profesi dapat Anda tambahkan dengan pekerjaan lainnya yang ada di masyarakat. No.
M U
D Jenis Profesi
1.
Dokter
2.
Penasihat Hukum
3.
Guru
4.
Pembimbing/konselor
5.
Psikolog
6.
Arsitektur
7.
Sosiolog
6.
Dsb/dll
Pendidikan/ Latihan Khusus
Pengakuan Masyarakat Pemerintah
Kode Etik Profesi
Organisasi Profesi
Berdasarkan uraian dan daftar cek yang Anda buat seperti tabel di atas, kita dapat membuat kesimpulan bahwa suatu jabatan/pekerjaan dapat disebut sebagai suatu profesi apabila memenuhi 4 (empat) kriteria yaitu: a. Dipersiapkan melalui pendidikan khusus untuk menguasai bidang ilmu yang mendasari pendekatan, strategi, teknik dan prosedur kerja. b. Adanya layanan unik dan pengakuan masyarakat.
Bab 1 | Hakikat Profesi Guru
7
c. Memiliki kode etik profesi. d. Memiliki organisasi profesi. Untuk memperkuat hasil diskusi kita di atas, kita bandingkan beberapa pendapat ahli tentang kriteria suatu jabatan/pekerjaan untuk dapat dikatakan sebagai suatu profesi. Menurut Webtby-Gibson (1965) seperti dikutip oleh Suriansyah (2010) ciri-ciri keprofesian adalah sebagai berikut: 1) diakui oleh masyarakat, 2) dimilikinya sekumpulan bidang ilmu yang menjadi landasan sejumlah teknik serta prosedur kerja. (profesi kedokteran misalnya ada sejumlah ilmu yang mendasarinya seperti anatomi, bakteriologi, biokimia, patologi, farmakologi dan sebagainya, bagaimana dengan profesi guru......?), 3) mempersyaratkan pendidikan pra-jabatan yang sistematis yang berlangsung lama, 4) dimilikinya mekanisme untuk melakukan penyaringan secara efektif, sehingga hanya mereka yang dianggap kompeten yang diperbolehkan bekerja memberikan layanan ahli tersebut. Dalam bidang ini merupakan kelemahan pokok bagi profesi keguruan di negara kita, 5) dimilikinya organisasi profesi yang melindungi kepentingan anggotanya dari saingan yang berasal dari luar kelompok serta berfungsi pula untuk meyakinkan agar anggotanya menyelenggarakan layanan terbaik yang dapat diberikan demi kepuasan para pemakai layanan profesi tersebut.
Y
M
M U
Pendapat lain tentang ciri profesi dikemukakan oleh Ohles seperti dikutip oleh Suriansyah (2008) yang menyebutkan beberapa kriteria umum yang menentukan apakah suatu pekerjaan disebut profesi atau tidak, yaitu:
D
a. pekerjaan itu melakukan pelayanan umum dan vital, b. pekerjaan itu memiliki pendidikan khusus, c.
anggotanya harus mengontrol pemasukannya ke dalam kelompok terpilih,
d. mereka harus setia mematuhi kode etik yang pelaksanaannya diamati oleh semua anggota kelompok profesi. Secara formal, surat Keputusan Mendikbud Tanggal 22 Juni 1983 Nomor 0319/ U/1983 mengatur tentang profesi guru di Indonesia. Dalam hal ini ditegaskan bahwa profesi guru bukan sekadar pekerjaan khusus, tetapi pekerjaan yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Expertise (Keahlian) Seorang akan mempunyai keahlian dalam suatu bidang ilmu tertentu kalau dia dipersiapkan secara khusus melalui pendidikan yang dilakukan secara matang dan dalam kurun waktu yang relatif lama. Oleh sebab itu, suatu
8
Profesi Kependidikan
profesi harus dipersiapkan dalam suatu pendidikan pra jabatan dengan standar tertentu baik pada proses pendidikan maupun standar kompetensinya bagi penyelenggaraan penyaringan. Dengan demikian, dapat dipersiapkan tenaga yang profesional dalam melaksanakan tugasnya. Dalam melaksanakan tugasnya, guru sebagai suatu profesi harus dilandasi oleh filosofis akademik dan prosedur kerja ilmiah, jujur, kritis, kreatif, terbuka dan sederhana. Sikap ini menghendaki seorang guru untuk senantiasa melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya dan selalu berusaha berinovasi dalam melaksanakan tugas keguruan yang diembannya.
b. Responsibility (Tanggung Jawab)
Y
M
Tanggung jawab tenaga kependidikan sebenarnya mencakup rentang waktu masa kini dan masa yang akan datang, dalam arti masa kini guru wajib bertanggung jawab membantu anak-anak bangsa mengembangkan diri sesuai dengan potensinya sehingga dia mampu mandiri dalam kondisi lingkungannya. Sementara dalam perspektif masa depan tanggung jawab tenaga guru (pendidik) sangat menentukan masa depan bangsa. Karena hasil dari pendidikan berkualitaslah yang mampu membangun masa depan bangsa yang hebat. Oleh sebab itu, apa dan bagaimana masa depan bangsa sangat ditentukan oleh generasi yang sekarang sedang dididik atau sedang menempuh pendidikan di berbagai lembaga pendidikan dan berbagai jenjang pendidikan. Di sini mereka dididik dan disiapkan oleh tenaga guru.
M U
D
Modal pokok dari tenaga pendidik dan kependidikan untuk dapat bertanggung jawab dalam mempersiapkan generasi muda yang mampu membangun dirinya dan bangsanya di masa depan adalah mereka yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Kasih sayang kepada anak didik, serta mengutamakan kemaslahatannya. 2) Kepribadian terbuka, jujur, tidak berpura-pura dengan didasari oleh integritas yang tinggi, adanya keseimbangan antara kompetensi intelektual, emosional dan keterampilan psikomotorik. 3) Suka memelihara, menyimpan, dan bahkan mancipta alat-alat pendidikan untuk kepentingan tugas profesinya. Atau dengan kata lain memiliki jiwa inovatif dan kreatif, tidak berpuas diri dengan apa yang dicapai sekarang. 4) Senantiasa mawas diri. 5) Memandang kedudukan bukan sebagai hak istimewa dan menganggap imbalan materi sebagai sarana meningkatkan kualitas karier.
Bab 1 | Hakikat Profesi Guru
9
Di samping hal tersebut dalam rangka bertanggung jawab ini diperlukan penyikapan tugas dengan berdasarkan sikap-sikap pribadi sebagai seorang profesional sebagai berikut: 1) Kehati-hatian. Penuh pertimbangan dan perhitungan dalam mengambil keputusan untuk kepentingan perkembangan perserta didik. Tidak ada keputusan yang diambil hanya dengan mempertimbangkan keuntungan pribadi.
Y
2) Kesabaran. Hal ini sangat penting mengingat karakteristik kepribadian setiap peserta didik selalu ada perbedaan, yang menyebabkan tugas guru menjadi tugas yang syarat dengan masalah, baik itu masalah yang ditimbulkan oleh perserta didik maupun masalah yang terkait langsung dengan kegiatan pembelajaran. Semua masalah ini hanya mungkin dapat diatasi apabila guru memiliki kesabaran dalam bertindak, dengan pertimbangan yang matang dan rasional.
M
M U
3) Disiplin. Merupakan modal utama yang harus dimiliki seorang profesional. Tanpa adanya kedisiplinan, maka seorang profesional akan sulit melaksanakan tugasnya dengan hasil maksimal. Disiplin di sini bukan berarti disiplin mati yang tidak memberikan kesempatan kepada seorang profesional untuk berkreasi. 4) Kreativitas. Hal ini merupakan salah satu tuntutan yang harus dimiliki oleh seorang yang menanamkan dirinya sebagai seorang profesional. Ini berarti guru sebagai suatu profesi dituntut untuk selalu kreatif menumbuhkan gagasan-gagasan baru dalam melaksanakan tugasnya.
D
5) Kerendahan hati. Rendah hati di sini bukan berarti rendah diri, tetapi suatu sikap yang tidak mau menyombongkan diri di hadapan peserta didik dan teman sejawat.
c. Corporation (Kesejawatan) Tenaga kependidikan yang profesional tidak dapat menutup diri dari teman sejawat sesama profesi, tetapi dituntut untuk selalu berkomunikasi dan berkerja sama untuk saling mengisi dan tukar informasi guna menyempurnakan pelaksanaan tugas profesinya. Berdasarkan ciri-ciri profesi seperti diuraikan di atas, coba Anda renungkan pada diri Anda sendiri apakah Anda telah melaksanakan kriteria tanggung jawab di atas. Kemudian diskusikan bersama-sama dengan teman Anda apakah pekerjaan guru di Indonesia sudah merupakan suatu profesi? Banyak ragam tanggapan orang tentang guru, ada yang beranggapan guru merupakan jabatan profesi dengan sejumlah alasan yang dikemukakannya.
10
Profesi Kependidikan
Tetapi banyak pula yang menyatakan guru belum dapat dikatakan sepenuhnya sebagai jabatan profesi, yang juga didasarkan pada rasional yang tidak kalah kuatnya. Untuk dapat menjawab hal tersebut diperlukan mencermati pemahaman tentang profesi dan mendalami apa dan bagaimana guru dalam melaksanakan pekerjaannya.
B. Apakah Jabatan Guru Dapat Dikatakan Sebagai Profesi
Y
Setelah kita memperoleh kejelasan tentang kriteria jabatan untuk dapat dikatakan sebagai suatu profesi, mari kita kaji lebih lanjut tentang diri kita, apakah jabatan kita sebagai guru dapat dikategorikan sebagai suatu profesi...? Dalam kenyataan sehari-hari, kita sering mendengar bahwa jabatan guru adalah profesi, benarkah demikian? Untuk menjawab pertanyaan tersebut mari kita merenungkan apakah setiap kriteria di atas sudah dimiliki oleh guru.
1. Pendidikan Khusus
M
M U
Mari kita amati dan renungkan kembali apakah guru dipersiapkan melalui pendidikan khusus guru, sudahkah mereka yang menjadi guru semua lulusan pendidikan guru...? Apakah ada teman Anda sebagai guru SD hanya lulusan SMU, atau kalaupun lulusan S1 sebagaimana yang dipersyaratkan UUGD Nomor 14 Tahun 2005? Secara jujur terhadap semua pertanyaan tersebut kita masih dihadapkan pada suatu masalah, yaitu tidak semua guru berpendidikan guru, atau berlatar belakang pendidikan S1 pendidikan dan/atau Akta IV pendidikan, lebih-lebih di daerah terpencil. Dengan demikian, apakah jabatan guru belum dapat dikatakan profesi? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kita lihat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional Pasal 39, ayat 2 tentang tenaga kependidikan dinyatakan bahwa “pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil belajar, melakukan bimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat”. Hal tersebut akan semakin kuat apabila kita amati setiap penerimaan guru baru selalu dipersyaratkan adanya latar belakang pendidikan guru dan sertifikat akta mengajar yang berasal dari Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK-FKIP, STKIP, dan IKIP dahulu). Dengan penjelasan tersebut apa yang dapat Anda simpulkan, sudahkan guru memenuhi syarat pertama dari kriteria profesi yaitu pendidikan khusus.
D
Dari gambaran tersebut di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa secara yuridis formal, guru memang merupakan jabatan profesi karena guru dilihat dan sisi pendidikan, maka seorang guru atau calon guru harus melalui
Bab 1 | Hakikat Profesi Guru
11
pendidikan di LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) seperti FKIP, STKIP atau universitas yang mendapat perluasan mandat untuk menghasilkan tenaga pendidik dan non tenaga pendidik seperti di Universitas Negeri Malang (UM Malang), Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Negeri Makassar (UNM), Universitas Negeri Medan (UNIMED) dan lain-lainnya.
Y
2. Pengakuan Masyarakat
Bagaimana pengakuan masyarakat terhadap guru-guru kita, apakah mereka sudah memberikan pengakuan bahwa guru adalah pekerjaan yang memerlukan kekhususan dalam berbagai hal terkait kemampuan, dan apakah mereka sudah memberikan pengakuan bahwa guru-guru kita sudah melaksanakan tugas yang dapat memberikan kepuasan kepada mereka yang menitipkan putra-putrinya di sekolah...?
M
Mari kita amati dalam kenyataan yang ada di lapangan atau di tengahtengah masyarakat, apakah pengakuan masyarakat terhadap layanan unik yang diberikan oleh jabatan guru sebagai profesi sudah kuat dan sudahkah masyarakat menghargai bahwa guru merupakan tugas yang tidak dapat digantikan oleh orang lain selain mereka yang berpendidikan guru. Memang kita tidak melihat dampak yang sangat berbahaya dalam waktu singkat, kalau tugas guru di sekolah dilaksanakan oleh orang yang bukan berpendidikan guru. Tetapi takutkah masyarakat kalau anak-anaknya dididik oleh orang yang bukan berpendidikan guru, kita juga masih belum dapat melihat sikap sebagian masyarakat yang marasa khawatir akan hal itu. Sejumlah pertanyaan tersebut tampaknya sulit kita jawab dengan pasti.
M U
D
Pada sebagian masyarakat, pengakuan terhadap pentingnya guru dijabat oleh yang berasal dari pendidikan guru sudah terasa, namun sebagian lainnya masih semu. Tetapi secara yuridis, pengakuan bahwa jabatan guru sebagai jabatan profesi sudah tampak dari berbagai aturan yang mensyaratkan sertifikasi pendidik dan lain-lain seperti disebutkan di atas, yang pada intinya menyebut profesi guru. Dengan penjelasan tersebut apa yang dapat Anda simpulkan, sudahkan guru memenuhi syarat kedua dari kriteria profesi, yaitu pengakuan masyarakat dan pemerintah. Tampaknya dari berbagai aturan yang ada seperti yang kita sebutkan tersebut di atas, secara eksplisit dan implisit pemerintah mengakui bahwa guru adalah suatu profesi. Artinya, secara legalistik/yuridis jabatan guru merupakan jabatan yang dapat dikategorikan sebagai profesi.
12
Profesi Kependidikan
Meskipun demikian secara de facto masyarakat belum sepenuhnya mengakui hal tersebut. Mengapa demikian…? Ada beberapa alasan yang menjadi penyebab belum kuatnya pengakuan msyarakat akan profesi guru yaitu: a. Masyarakat belum mampu melihat dampak dari layanan unik sebagai hasil kerja guru dalam waktu singkat, misalnya kalau dokter salah melakukan pengobatan, maka pasien akan meninggal, seorang pemain sepak bola salah dalam menjaga daerahnya akan kebobolan dan kalah dalam permainan. Tetapi proses pendidikan memerlukan waktu yang lama untuk melihat dampaknya. Kesalahan dalam proses pendidikan akan terlihat dalam kurun waktu 20 sampai 25 tahun kemudian. Oleh sebab itu, sebenarnya bahaya yang ditimbulkan oleh kesalahan guru dalam proses pendidikan akan lebih besar dari bahaya kesalahan seorang dokter. Dokter salah hanya membuat meninggal 1 orang pasien, tetapi guru salah akan membuat 40 bahkan ratusan orang yang gagal, tidak berkualitas dan menjadi beban sosial bagi masyarakat dikemudian hari. Bahkan masalah akan sampai pada bangsa dan negara.
Y
M
M U
b. Di kalangan guru sendiri belum mampu menunjukkan komitmen dan dedikasi sebagai guru yang menghayati dan mengimplementasikan tuntutan profesi secara optimal. Akibatnya, setiap orang yang merasa tahu sesuatu, mengaku mampu menjadi guru. Dalam hal ini terjadi pengkerdilan pengertian hakikat guru yang dianggap hanya sekadar menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa. Padahal guru juga sebagai pendidik, pembimbing bahkan pelatih. Di sisi lain masih banyak guru yang belum menunjukkan sikap dan kepribadian sebagai guru, sehingga guru belum mampu menjadi contoh teladan bagi semua orang. Kondisi ini turut memperburuk mengapa jabatan guru belum diakui sepenuhnya oleh masyarakat sebagai suatu profesi yang kuat, kokoh dan agung.
D
c. Rendahnya syarat yang dipenuhi oleh calon guru menyebabkan kualitas guru masih rendah, hal ini merupakan salah satu faktor yang turut memengaruhi belum mantapnya pengakuan masyarakat terhadap profesi guru itu sendiri.
3. Pengakuan Pemerintah Pemerintah secara khusus menyatakan profesi guru sebagai pekerjaan profesional yang dituangkan dalam Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD) Nomor 14 Tahun 2005, Pasal 1 ayat 1 dinyatakan guru adalah pendidik profesional…..selanjutnya pada Pasal 6 disebutkan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan
Bab 1 | Hakikat Profesi Guru
13
yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Hal tersebut di perkuat lagi dengan Pasal 7 bahwa profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip….yang dilanjutkan dengan Pasal 2 dinyatakan bawa pemberdayaan profesi guru diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa dan kode etik profesi.
Y
Dari beberapa kutipan pasal-pasal dalam UUGD tersebut jelas bahwa dari perspektif pengakuan pemerintah yang tertuang dalam sejumlah peraturan turunan dari UUGD tersebut guru merupakan pekerjaan profesi yang mempersyaratkan profesionalisme.
M
4. Kode Etik Profesi
Pernahkah Anda membaca kode etik profesi guru di Indonesia...? Kalau sudah, apakah Anda sudah menghayati makna kode etik profesi dalam implementasinya sebagai guru di sekolah? Kenyataan yang kita temui seharihari, kode etik guru belum terlalu akrab dengan kehidupan guru itu sendiri. Akibatnya, banyak guru yang belum kenal dengan kode etik guru. Kalau begitu sudahkan guru memiliki kode etik...? Kita dapat menjawab dengan pasti bahwa guru telah memiliki kode etik profesi guru. Yang dimaksud dengan kode etik jabatan ialah ketentuan-ketentuan yang mengatur tingkah laku seseorang yang berhubungan dengan profesinya seperti yang diharapkan oleh masyarakat dan negara. Seperti diuraikan di atas, bahwa jabatan guru adalah jabatan profesi yang memiliki kode etik jabatan yang menjadi pedoman dan ditaati oleh segenap anggota profesi tersebut. Pembahasan lebih lanjut tentang apa yang diatur dalam kode etik guru akan kita pelajari pada kegiatan belajar III.
M U
D
C. Syarat Apa yang Harus Dipenuhi Sebagai Seorang Guru Apa sebenarnya syarat yang harus dipenuhi untuk dapat menjadi seorang guru? Sebelum kita menjawab pertanyaan tersebut, mari kita membayangkan pada saat kita menjadi siswa, bagaimana sosok seorang guru yang kita harapkan, tampan/cantik, pintar, supel/luwes dalam pergaulan, jujur, adil, sopan, rapi dan sebagainya. Pada saat sekarang, kita sebagai guru sudahkah harapan tersebut dapat diwujudkan dari sosok seorang guru. Untuk itu coba lengkapi daftar di bawah ini dengan apa yang seharusnya ada pada seorang guru dilihat dari aspek fisik, non fisik, kepribadian, kemampuan akademik.
14
Profesi Kependidikan
No.
Fisik Guru
1.
Tidak cacat
2. 3. 4. 5. 6.
…….? …….? …….? …….? …….?
Mental/Psikis
Kepribadian
Kemampuan Akademis
Adil, penyayang, Sopan dan rapi, jujur…. Meguasai bahan ajar suka pada anak dan lain-lain Menguasai pendekatan, model & strategi pembelajaran …….? …….? …….? …….? …….? …….? …….? …….? …….? …….? …….? …….? …….? …….? …….?
Y
Lengkapi daftar tersebut, semakin banyak akan semakin bagus untuk memperdalam penguasaan Anda tentang profesi guru. Dengan demikian, akan dapat dipersiapkan diri kita masing-masing apa dan bagaimana harusnya seorang guru dalam menggeluti profesinya.
M
Pada kenyataannya ada guru yang hampir memenuhi harapan kita, namun tidak sedikit pula mereka yang hanya memenuhi sebagian dari apa yang kita harapkan ada pada sosok seorang guru. Secara ideal syarat seorang yang dapat menjadi guru tersebut dapat kita klasifikasikan sebagai berikut:
M U
1. Syarat pribadi
Dilihat dari syarat pribadi seseorang dapat menjadi guru apabila memenuhi beberapa kriteria yaitu: a. Fisik, harus memiliki kesehatan fisik yang baik, dalam arti tidak memiliki cacat yang dapat mengganggunya pada saat melaksanakan tugas sebagai guru. Dapatkan Anda membayangkan apa yang akan terjadi baik terhadap guru maupun terhadap siswa yang dididiknya apabila kondisi fisiknya tidak sempurna atau mengalami cacat yang mengganggunya dalam melaksanakan tugasnya. Bagaimana kewibawaannya di depan kelas....?. Bagaimana reaksi siswanya.....? apakah ini dapat mengganggu konsentrasi belajar siswanya……? Coba Anda diskusikan bersama dengan teman sejawat anda.
D
b. Psikis, yaitu kesehatan rohani yang optimal dari seorang calon guru. Keseimbangan dan kematangan emosional dan sosial sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas, karena guru lebiih banyak berinteraksi dengan siswa yang memiliki keberagaman sikap dan perilaku. Oleh sebab itu, seorang ahli psikologi menyatakan bahwa keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh kemampuan IQ saja, tetapi juga ditentukan oleh kematangan emosi (EQ) dan SQ. Oleh sebab itu, idealnya seorang guru harus memiliki kemampuan yang baik dalam tiga hal tersebut, yaitu IQ, EQ dan SQ (IQ dan ESQ). Pernahkan Anda melihat
Bab 1 | Hakikat Profesi Guru
15
guru yang cerdas, bijaksana, dan memiliki ketakwaan yang tinggi, kalau Anda pernah bagaimana reaksi Anda dengan guru tersebut, senang....? Bagaimana motivasi belajar Anda dengan guru tersebut? Jawaban Anda akan memperkuat pendapat bahwa ketiga hal tersebut mutlak harus dimiliki oleh seorang yang ingin menjadi guru. c. Watak, yaitu sikap yang baik terhadap profesi, berdedikasi dan bertanggung jawab terhadap tugasnya. Kita sering melihat guru yang datang ke sekolah hanya kalau ada jam mengajar, atau datang ke sekolah setelah jam 9.00 dan pulang sebelum jam 12.00 atau pulang sebelum jam pelajaran berakhir sudah keluar kelas. Bagaimana reaksi Anda melihat hal yang demikian, dapatkan dia membelajarkan siswa secara baik….? Tentunya kita sepakat bahwa hal yang demikian bukanlah tipe guru yang baik atau dengan kata lain belum memenuhi syarat sebagai guru.
M
Mengingat besarnya peranan dan tanggung jawab guru dalam proses pendidikan anak dan penyiapan masa depan bangsa, maka tugas guru harus dilandasi oleh sikap motivasi yang besar dan diwujudkan dalam bentuk penyikapan terhadap tugas secara profesional. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah bagaimana refleksi perilaku tugas yang menggambarkan sikap profesional dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai guru.
2. Syarat akademis,
Y
M U
D
Syarat akademis seorang guru merupakan sejumlah pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas mengajar dan mendidik. Secara singkat tugas mengajar dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) aspek yaitu: a. Merencanakan pembelajaran, mencakup kemampuan akademis yang berkaitan dengan: 1) Merumuskan tujuan pembelajaran 2) Merumuskan alat evaluasi 3) Menentukan materi bahan ajar yang mendukung pencapaian tujuan 4) Merumuskan strategi pembelajaran dan menentukan kegiatan belajar mengajar, media dan sumber belajar 5) Melaksanakan evaluasi formatif dan sumatif 6) Melakukan tindakan umpan balik
16
Profesi Kependidikan
b. Melaksanakan pembelajaran, mencakup pengetahuan dan keterampilan melaksanakan proses pembelajaran yang efektif, yang mencakup: 1) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran 2) Memilih dan mengorganisasikan bahan ajar 3) Keterampilan memilih dan menggunakan pendekatan, model dan strategi pembelajaran dengan metode, media dan sumber belajar yang tepat.
Y
4) Keterampilan melaksanakan pengelolaan kelas dan pendekatan terhadap siswa.
M
5) dan seterusnya.
c. Melakukan dan memberikan bimbingan kepada siswa yang menghadapi masalah dalam belajar. Tugas ini merupakan bagian dari tugas guru sebagai pembimbing sebagaimana juga diamanatkan oleh UUGD, dalam istilah lain disebut teacher as counselor.
M U
d. Melakukan evaluasi pembelajaran, yang mencakup pengetahuan dan keterampilan dalam: 1) Memilih prosedur dan teknik evaluasi
2) Membuat instrumen evaluasi yang baik 3) Melakukan evaluasi dan analisis hasilnya
D
4) Melakukan tindak lanjut terhadap hasil evaluasi berupa pembelajaran remedial atau pengayaan/pendalaman. Ada sejumlah pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang calon sebelum menjadi guru, hal tersebut dapat dilakukan melalui belajar baik formal maupun mandiri. Untuk memperdalam dan memperluas pemahaman Anda tentang kemampuan yang harus dikuasai oleh seorang guru, mari kita simak beberapa pendapat para ahli berikut ini: Menurut Tilaar (1999), profil guru dalam era global pada abad ke-21 ini harus memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut: 1. Kepribadian yang matang dan berkembang (mature and developing personality), sebab guru harus membimbing peserta didik ke arah kedewasaan melalui interaksi yang harmonis dengan siswanya. lnteraksi yang efektif hanya akan terjadi apabila guru memiliki kepribadian yang matang dan selalu berkembang.
Bab 1 | Hakikat Profesi Guru
17
2. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni (IPTEKS) yang kuat, karena guru akan membawa siswanya ke alam ilmu pengetahuan yang perkembangannya sangat cepat dan pesat. 3. Kemampuan mengembangkan minat dan motivasi siswanya melalui penguasaan keterampilan dan penguasaan metodologis pembelajaran. Oleh sebab itu, penguasaan terhadap psikologis anak didik (psikologi perkembangan, psikologi belajar dan psikologi mengajar, serta psikologi yang mendasari teknik motivasi), penguasaan pengetahuan metode dan pendekatan pembelajaran serta evaluasi menjadi sangat penting bagi seorang guru.
Y
4. Pengembangan profesi yang berkesinambungan. Tanpa kemauan dan kemampuan untuk berkembang secara berkesinambungan, maka seorang guru akan sulit mengikuti perkembangan IPTEKS yang cepat. Apabila hal ini terjadi maka siswa akan menjadi selalu tertinggal dari perkembangan zaman dan tidak dapat bersaing dalam era global. Untuk dapat berkembang secara berkesinambungan, maka seorang guru dituntut kemauan dan kemampuan untuk selalu belajar (membaca), mencari, mengolah dan memanfaatkan segala informasi dan pengetahuan untuk kepentingan proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah.
M
M U
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (2002), merumuskan standar kompetensi (kemampuan) yang harus dimiliki oleh seorang guru SD-MI mencakup 4 (empat) aspek yaitu:
D
1. Penguasaan bidang studi. Dalam hal ini mencakup 2 (dua) aspek pokok penguasaan yaitu: a. Penguasaan substansi disiplin ilmu yang berkaitan dengan substansi dan metodologis dasar keilmuan bidang studi di SD. Artinya guru harus menguasai sosok utuh ilmu yang menjadi sumber bidang studi yang diajarkan di SD-Ml. b. Penguasaan kurikulum yang berhubungan dengan pemilihan, penataan, pengemasan dan representasi materi bidang studi. 2. Pemahaman tentang peserta didik, baik tahap perkembangannya sekarang maupun arah dan tujuan perkembangannya selanjutnya. Hal ini sangat penting mengingat layanan pembelajaran yang diberikan guru kepada siswa yang tepat, efektif dan berkualitas hanya akan dapat dilakukan apabila guru mampu menyesuaikan proses pembelajaran dengan karakteristik peserta didik. Oleh sebab itu, pengetahuan tentang peserta didik seperti perkembangan peserta didik, psikologi pembelajaran, teori belajar, minat dan perhatian harus dikuasai secara mantap oleh seorang guru.
18
Profesi Kependidikan
3. Penguasaan pembelajaran yang mendidik. Pembelajaran yang mendidik ini adalah pembelajaran yang bukan hanya bertujuan untuk mencapai TIK yang ditetapkan, tetapi juga bertujuan mencapai yang lebih umum melalui dampak pengiring dari hasil proses pembelajaran (nurturant effect). Hal ini tercermin dari perilaku merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi serta memanfaatkan hasil evaluasi untuk pengembangan peserta didik. 4. Pengembangan kepribadian dan keprofesionalan. Hal ini tercermin dari sikap dan kemauan guru untuk selalu memutakhirkan kompetensi profesi dan penguasaan ilmu pengetahuan yang dimilikinya sesuai dengan perkembangan terakhir.
Y
M
Secara operasional, Tim Pengembang SPTK-21 merumuskan beberapa profil guru yang menggambarkan kualitas yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu:
1. Memiliki kepribadian yang baik, matang. Takwa, berakhlak, jujur, sabar dan arif, disiplin inovatif dan kreatif, gemar membaca, demokratis, terbuka, kasih sayang dan sebagainya).
M U
2. Memiliki pengetahuan dan pemahaman profesi kependidikan, khususnya tentang: peserta didik, teori pembelajaran, kurikulum dan perencanaan pengajaran, budaya masyarakat sekitar, filsafat pendidikan, evaluasi, teknik dasar dalam mengembangkan pembelajaran, teknologi dan pemanfaatannya dalam pendidikan, penelitian dan moral, etika dan kaidah profesi.
D
3. Pengetahuan dan pemahaman tentang bidang spesialisasi yang mencakup: cara berpikir disiplin ilmu spesialisasinya, cara mengembangkan bahan ajar dan penelitian dalam disiplin ilmu. Bagi guru SD, masih bersifat guru kelas maka semua bidang ilmu yang diajarkan di SD menjadi kewajibannya untuk dikuasai, sedangkan penelitian disiplin ilmu bagi guru SD diharapkan menguasai penelitian tindakan kelas. 4. Kemampuan dan keterampilan profesi yang mencakup: mengembangkan pembelajaran, menggunakan metode, teknik, teori dan prinsip pembelajaran, mengelola kelas, memotivasi, menilai dan tindak lanjut penilaian, membantu siswa dalam belajar (bimbingan), memanfaatkan media dan teknologi pembelajaran, melaksanakan administrasi sekolah. Secara yuridis UUSPN tahun 2003 dan UUGD tahun 2005 telah secara tegas menyebutkan beberapa kompetensi akademik dan sosial yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah: kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi personal dan kompetensi sosial.
Bab 1 | Hakikat Profesi Guru
19
Dari berbagai uraian dan pendapat para ahli dan undang-undang tersebut di atas, kita menarik kesimpulan bahwa: ternyata semua pendapat ahli tersebut tidak memliki perbedaan yang prinsip, karena semuanya sepakat bahwa kemampuan yang harus dimiliki seorang guru mencakup: penguasaan peserta didik dan mendidik, penguasaan bidang studi/materi bahan ajar yang menjadi tanggung jawabnya, penguasaan metodologis pembelajaran, penguasaan psikologi yang mendasari perilaku siswa dalam belajar, penguasaan IPTEKS dan kemauan untuk selalu berkembang dalam profesinya sebagai guru. Kemampuan tersebut sangat diperlukan oleh seorang guru untuk dapat berperan sebagai seorang guru yang profesional.
Y
M
D. Tugas dan Fungsi Guru Serta Indikator Guru yang Profesional
Kalau kita amati kondisi sekarang ini, masyarakat banyak berharap bahkan kadang terkesan berlebih harapan kepada guru dalam mendidik putraputrinya. Semua aspek perkembangan anak seakan dibebankan pada guru di sekolah. Akibatnya guru sering dijustifikasi sebagai pendidik yang gagal oleh masyarakat/orangtua apabila putra-putri mereka tidak berhasil di sekolah sesuai harapan mereka. Apakah memang semua hal terkait keberhasilan dan kegagalan peserta didik di sekolah menjadi tanggung jawab guru saja…? Apa sebenarnya tugas guru di sekolah, dan apa yang dapat dijadikan ukuran (indikator) untuk melihat guru yang profesional dalam menjalankan tugasnya di sekolah.
M U
D
Sebagaimana telah diuraikan pada bagian terdahulu guru memegang peranan yang sangat sentral dalam proses pendidikan dan bahkan perannya tidak dapat tergantikan oleh kemajuan peralatan elektronika apa pun. Mengapa guru tidak dapat tergantikan oleh peralatan teknologi modern sekalipun, karena guru berhadapan dengan manusia yang belum dewasa yang memiliki perbedaan individu dalam berbagai aspek dan memerlukan pendekatan, pembimbingan dan pembinaan secara khusus pula sesuai dengan keunekannya masing-masing. Keunekan kepribadian peserta didik inilah yang menyebabkan mengapa profesi guru memerlukan pendidikan khusus dan persiapan khusus sebelum dapat memangku pekerjaannya sebagai guru dan pendidik.
1. Tugas dan Fungsi Guru Sebelum kita mendiskusikan lebih lanjut tentang tugas dan fungsi guru, coba renungkan apakah pengalaman kita selama ini pada saat kita bersekolah di sekolah dasar hingga sekolah menengah atas apa saja tugas-tugas guru
20
Profesi Kependidikan
yang mereka lakukan sehari-hari di kelas dan di luar kelas dalam memberikan pendidikan kepada kita semua. Apa yang kita renungkan dan kita amati tentang aktivitas apa yang dilakukan oleh seorang guru dalam menjalankan tugasnya sebagai guru di sekolah; kita tentu akan sepakat bahwa yang paling banyak kita saksikan adalah guru menjelaskan materi pelajaran di kelasnya (di ruang kelas), memberikan tugas-tugas pekerjaan rumah, bahkan sebagian ada yang hanya mendiktekan bahan pelajaran atau mencatat di papan tulis. Itukah sebenarnya tugas guru yang hakiki. Tentunya tidak, karena guru bertugas mendewasakan peserta didik melalui berbagai cara dalam proses belajar mengajar (pembelajaran) baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Y
M
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang utama. Guru merupakan suatu profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai profesi. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang tanpa memiliki keahlian dan atau pendidikan secara khusus/dipersiapkan sebagai guru. Orang yang pandai berbicara sekalipun belum tentu dapat disebut guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang profesional.
M U
Mengajar (dalam tulisan ini selanjutnya disebut dengan istilah pembelajaran) pada dasarnya merupakan perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral yang cukup besar, sebab keberhasilan belajar sangat tergantung pada pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya. Untuk itu guru dituntut dapat berperan sebagai organisator kegiatan belajar dan pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai sumber dan lingkungan guna menunjang keberhasilannya dalam melaksanakan usaha pembelajaran. Karena itulah W.H. Burton menyebut bahwa teaching is the guidance learning activities.
D
Pemahaman akan pengertian dan pandangan pembelajaran akan banyak memengaruhi peranan dan aktivitas guru dalam mengajar. Sebaliknya aktivitas guru dalam pembelajaran akan menentukan bentuk aktivitas siswa dalam belajar. Semakin bagus aktivitas guru dalam pembelajaran semakin tinggi aktivitas siswa dalam belajar, dan semakin tinggi pula hasil belajar siswa. Peristiwa belajar dan pembelajaran banyak berakar pada berbagai pandangan sebagaimana telah diungkapkan dan perkembangan pandangan tentang belajar dan pembelajaran tersebut banyak mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini terbukti dengan adanya pembaruan-pembaruan dalam bidang pendidikan. Semua ini menimbulkan tantangan bagi guru untuk senantiasa meningkatkan tugas, peranan dan kompetensinya.
Bab 1 | Hakikat Profesi Guru
21
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik,mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterammpilan pada siswa. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa guru bertugas untuk:
Y
1) Merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran 2) Menilai hasil pembelajaran 3) Melakukan pembimbingan dan pelatihan
M
4) Melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat
Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut, maka guru/tenaga kependidikan menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 berkewajiban untuk:
1) Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis.
M U
2) Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan. 3) Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Tilaar (1999), mengemukakan beberapa fungsi guru dalam konteks era globalisasi yang memiliki ciri persaingan yang sangat ketat tidak hanya persaingan regional, tetapi juga persaingan nasional dan global. Fungsi tersebut adalah sebagai berikut:
D
1) Guru sebagai agen perubahan
Dalam era transformasi yang begitu cepat tidak ada sosok masyarakat lain selain guru yang dapat berfungsi secara efektif sebagai agen perubahan, sebab guru berhadapan langsung dengan generasi muda bahkan di dalam masyarakat pada umumnya. Guru yang intelektual dan berdedikasi merupakan unsur terdepan dan strategis dalam membawa masyarakat ke dalam nilai-nilai modern.
2) Guru sebagai seorang pengembang sikap toleran dan saling pengertian
22
Dalam era global saling pengertian dan toleran sangat diperlukan. Hal ini dapat terjadi apabila dimulai dari lingkungan yang terkecil yaitu keluarga, yang diteruskan ke lingkungan sekolah sehingga dapat menjadi kristalisasi untuk diwujudkan dalam lingkungan masyarakat. Dalam kaitan ini fungsi guru dalam mewujudkan sikap tersebut sangat besar, dan bahkan
Profesi Kependidikan
menentukan, lebih-lebih di sekolah dasar para siswa sangat menghormati dan mengikuti apa yang diminta dan dicontohkan oleh guru-guru. 3) Guru sebagai pendidik yang profesional
Dalam era teknologi informasi yang sangat canggih sekarang ini pengalaman belajar siswa dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti buku, maupun media elektronik lainnya. Namun demikian, sekolah khususnya guru sebagai pendidik tak tergantikan oleh media elektronik tersebut seberapa pun canggihnya. Yang diperlukan sekarang adalah bagaimana guru mampu memanfaatkan media elektronik yang berkembang pesat tersebut sebagai alat yang menunjang proses pembelajaran sehingga dapat mempercepat peningkatan mutu hasil belajar.
Y
M
2. Tugas Guru
Para ahli pendidikan, khususnya yang tergabung dalam tim perumus Pengembangan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan Abad ke-21 (SPTK21) pada tahun 2002, merumuskan beberapa tugas operasional konkret guru sebagai berikut:
M U
1. Menjabarkan kebijakan dan landasan pendidikan dalam wujud perencanaan pembelajaran di kelas dan luar kelas. 2. Mengaplikasikan komponen-komponen pembelajaran sebagai suatu sistem dalam proses pembelajaran.
D
3. Melakukan komunikasi dalam komunitas profesi, sosial dan memfasilitasi pembelajaran masyarakat. 4. Mengelola kelas dengan pendekatan dan prosedur yang tepat dan relevan dengan karakteristik peserta didik. 5. Meneliti, mengembangkan, berinovasi di bidang pendidikan dan pembelajaran dan mampu memanfaatkan hasilnya untuk pengembangan profesi. 6. Melaksanakan fungsinya sebagai pendidik untuk menghasilkan lulusan yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika, kesatuan dan nilai luhur bangsa, masyarakat dan agama. 7. Melaksanakan fungsi dan program bimbingan dan konseling dan administrasi pendidikan. 8. Mengembangkan diri dalam wawasan, sikap dan keterampilan profesi. Memanfaatkan teknologi, lingkungan, budaya dan sosial serta lingkungan alam dalam mengembangkan proses pembelajaran.
Bab 1 | Hakikat Profesi Guru
23
Apabila kita tarik benang merah dari apa yang dirumuskan oleh Tim SPTK-21 ini, pada dasamya tidak berbeda dengan apa yang diungkapkan oleh para pakar terdahulu seperti yang telah kita uraikan di atas, demikian pula apa yang diungkapkan dalam UUSP Nomor 20 Tahun 2003 pada dasarnya tidak berbeda dengan rumusan ini.
3. Tipe Guru
Y
Apabila kita memerhatikan secara seksama dalam keseharian guru-guru kita di sekolah, terlihat macam-macam bentuk atau tipe guru. Ada guru yang datang ke sekolah selalu terlambat dan pulang lebih awal dari guru yang lain, ada pula guru yang disiplin dalam mengajar tetapi pada saat mengajar tampak tidak menguasai bahan sehingga guru cenderung meminta siswa mencatat atau kalaupun menjelaskan materi sering tidak fokus pada apa yang dibicarakan atau menyimpang dari materi yang dipelajari. Di samping itu, ada pula guru yang menguasai materi bahan ajar, menjelaskan dengan baik sekali tetapi sering tidak disiplin dengan berbagai alasan bahkan dia sering mengkritisi tentang sekolah, tetapi beliau sendiri tidak mampu melakukakan apa yang dikritisi tersebut atau sering disebut sebagai komentator. Di samping tipe seperti itu kita juga sering melihat guru yang sangat disiplin dengan tugas, hubungan dengan siswa baik dan mendidik, penguasaan materi ajar sangat baik dan diikuti dengan cara menyampaikan materi secara baik pula, guru semacam inilah guru idaman siswa dan juga diidamkan oleh masyarakat dan bangsa Indonesia.
M
M U
D
Di samping itu kita juga sering mendengar apa yang dinyatakan oleh masyarakat tentang guru yaitu guru yang efektif atau juga bahkan ada guru yang sering disebut guru tidak efektif. Muijs dan Reynold (2005) menyimpulkan bahwa guru efektif ditandai dengan perilaku dan kemampuan sebagai berikut: 1. Have a positive attitude (Memiliki sikap positif). Guru semacam ini adalah guru yang memiliki sikap positif terhadap pekerjaan/profesinya sebagai guru, positif terhadap siswanya, sekolahnya bahkan terhadap lingkungan sekolahnya. 2. Develop a pleasant social/psychological climate in the classroom (Mengembangkan iklim sosial/psikologis yang menyenangkan di kelas). Guru dalam kategori ini adalah guru yang mampu mengembangkan iklim yang nyaman, aman dan bersahabat di dalam lingkungan kelas maupun lingkungan sekolahnya. Sehingga pembelajaran yang diciptakannya adalah pembelajaran yang bebas dari tekanan dan ketakutan siswa.
24
Profesi Kependidikan
3. Have high expectation of what pupils can achieve (Memiliki harapan yang tinggi dari apa yang siswa dapat mencapai). Guru semacam ini adalah guru yang memiliki optimisme terhadap siswanya akan mampu mendapatkan hasil yang tinggi daripada apa yang mereka capai sekarang. Optimisme itu dibuktikannya dengan berupaya selalu meningkatkan kepercayaan diri siswa untuk dapat berprestasi lebih tinggi lagi. 4. Communicate lesson clarity (Berkomunikasi secara jelas dalam pelajaran). Guru dalam indikator ini menunjukkan kemampuan berkomunikasi dengan baik, memiliki kemampuan berbahasa yang baik sehingga apa yang disampaikannya di hadapan siswa saat pembelajaran dilakukan dapat dipahami secara jelas oleh seluruh siswa. Guru memiliki kemampuan menyesuaikan bahasa yang digunakan dengan kemampuan berbahasa siswanya.
Y
M
5. Practice effective time management (mempraktikkan manajemen waktu yang efektif). Guru yang efektif adalah guru yang memiliki kemampuan untuk mengatur waktu secara baik, mana waktu prioritas dan mana kegiatan yang memiliki tingkat prioritas kurang. Mengelola waktu ini berkaitan dengan mengelola waktu mengajar, waktu membimbing, melatih dan mengevaluasi siswa serta memberikan upaya perbaikan sebagai tindak lanjut dari hasil evaluasi yang dilakukannya.
M U
6. Employ strong lesson structuring. Maksudnya dalam konteks ini adalah bagaimana guru memiliki kemampuan untuk bekerja secara keras dalam menstruktur pembelajaran secara sekuensis, sebab dengan demikian anak akan mudah dalam mengikuti kegiatan pembelajaran karena dimulai dari tingkat struktur yang rendah sampai dengan tingkat kesulitan yang tinggi secara berjenjang.
D
7. Use a variety of teaching methods (menggunakan metode pembelajaran yang variatif). Guru efektif adalah guru yang memiliki kemampuan tinggi untuk selalu kreatif menggunakan berbagai model, strategi dan metode pembelajaran yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa, tujuan pembelajaran, sarana dan prasarana pendukung pembelajaran dan kemampuan guru itu sendiri. Di samping itu, rancangan pembelajaran yang dibuatnya dapat fleksibel dan mungkin berubah dalam pendekatan, model dan atau metode sesuai dengan situasi dan kondisi pembelajaran berlangsung. 8. Use and incorporate pupil ideas. Guru dengan indikator ini adalah mereka yang mau dan mampu menggunakan dan menggabungkan gagasan murid untuk kebutuhan pembelajaran berlangsung, sehingga pembelajaran yang
Bab 1 | Hakikat Profesi Guru
25
dilakukan sesuai dengan kebutuhan siswa. Sangat sering ditemukan guru memaksakan kehendaknya sementara gagasan murid “selalu dianggap salah” sehingga tidak menjadi bahan pertimbangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran. 9. Use appropriate and varied questioning. Guru efektif dengan indikator ini adalah guru yang menggunakan pertanyaan secara tepat dan bervariasi. Sering kita menemukan siswa tidak mampu menjawab pertanyaan guru bukan akibat ketidakmampuan mereka atau ketidakpahaman siswa terhadap substansi, tetapi akibat dari ketidakpahaman terhadap pertanyaan yang diajukan guru. Variasi pertanyaan juga dilakukan guru berdasarkan tingkat tujuan pembelajaran, mulai dari pertanyaan yang hanya menggali hafalan, pemahaman sampai pada pertanyaan yang sifatnya analisis dan evaluasi.
Y
M
Wragg et.al (2000), menemukan sejumlah indikator yang menunjukkan perilaku dan kompetensi sebagai guru yang tidak efektif yaitu:
M U
1. Inability to control the class. Guru yang termasuk dalam kategori ini adalah guru yang menunjukkan indikator ketidakmampuan dalam mengendalikan kelas, sehingga dalam pembelajaran kelas tampak tidak terorganisir, masing-masing siswa memiliki kegiatan sendiri-sendiri yang tidak terfokus pada pembelajaran. Sementara proses pembelajaran berlangsung guru tidak mampu mengendalikan kegiatan siswa untuk fokus pada pembelajaran yang sedang berlangsung.
D
2. Poor planning and preparation. Guru yang termasuk dalam kategori ini adalah guru yang menunjukkan perilaku buruk dalam perencanaan mengajar dan atau persiapan mengajar. Meskipun ada perencanaan hanya sekadarnya tanpa mengikuti perencanaan yang utuh dan lengkap. Bahkan banyak di antara mereka kalau ditanya kenapa tidak membuat perencanaan dan persiapan selalu menjawab bahwa perencanaan dan persiapan tersebut sudah ada dalam otak. 3. Poor subject knowledge. Guru yang termasuk dalam kriteria ini adalah mereka yang menunjukkan buruknya penguasaan bahan ajar/pengetahuan yang akan diajarkan. Guru tidak mampu menjelaskan secara luas dan mendalam apa yang seharusnya dikuasai oleh siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Pada saat mengajar guru tidak menguasai bahan ajar yang ditunjukkan mereka selalu memegang buku dan membaca apa yang ada dalam buku tanpa dapat menjelaskan apalagi memperluas dan memperdalam materi yang sedang diajarkan apalagi menghubungkan
26
Profesi Kependidikan
antara satu materi dengan materi lain atau satu bidang ilmu dengan bidang ilmu lainnya. 4. Poor teaching. Guru yang termasuk dalam kategori poor teaching adalah mereka yang terlihat buruk dalam menggunakan model, pendekatan dan atau strategi pembelajaran secara baik, inovatif dan kreatif. Biasanya guru ini dalam pembelajaran menggunakan metode-metode pembelajaran yang konvensional/tradisional tanpa dapat memvariasi atau menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Y
5. Low expectations of pupils. Guru yang memiliki harapan yang rendah terhadap siswa adalah guru yang merasa tidak punya keyakinan terhadap siswanya untuk berprestasi tinggi. Akibatnya semua kegiatan pembelajaran yang dilakukannya cenderung berkadar kualitas yang rendah. Apa pun yang dia lakukan termasuk dalam membuat pertanyaan atau permasalahan hanya berkisar pada kognitif tingkat pertama seperti kemampuan menghafal, atau paling tinggi pemahaman saja tanpa berani membuat pertanyaan sampai pada tahap analisis, sintesis apalagi tingkat evaluasi.
M
M U
6. Poor relationships with pupils. Guru yang tergolong dalam kategori buruk dalam berkomunikasi/berhubungan dengan para siswa, adalah mereka yang tidak dapat membangun komunikasi dengan siswanya secara baik. Dia tidak dapat memperlakukan siswanya sebagai teman, anak, peserta didik dan sebagainya. Akibatnya siswa juga tidak dapat membangun keterbukaan kepada gurunya saat dia menghadapi masalah, padahal guru dalam fungsinya sebagai pembimbing memerlukan keterbukaan siswa dalam masalah-masalah yang dihadapi dalam belajar agar bantuan bimbingan yang diberikan tepat dan sesuai dengan kebutuhan siswa dalam memecahkan masalah.
D
Dalam kenyataannya sering juga ditemukan istilah guru yang berkinerja di bawah standar. Sehubungan dengan kinerja di bawah ini Jones Jenkin, dan Lord (2006), menyatakan bahwa guru yang memiliki performansi atau kinerja rendah ini masih terdiri dari beberapa tingkatan yaitu: ineffective teachers, struggling teachers, under-performing teachers, sinking teachers, stuck teachers. Penjelasan masing-masing kategori guru menurut Jones dkk tersebut dapat dirinci masing-masing indikator sebagai berikut: 1) Ineffective teachers (Guru tidak Efektif). Guru yang tidak efektif ini memiliki beberapa indikator, sebagai berikut:
Bab 1 | Hakikat Profesi Guru
27
a. Have poor pedagogic practices and/or poor relationship with pupils
Guru yang masuk dalam indikator ini adalah mereka yang memiliki praktik pedagogik yang buruk dan /atau hubungan yang buruk dengan murid. Kemampuan mendidik peserta didik guru ini buruk, dengan demikian dia tidak dapat mengemas pembelajaran yang mendidik. Padahal sekarang guru dituntut untuk mengintegrasikan pendidikan karakter dalam setiap mata pelajaran. Kemampuan mengemas mata pelajaran dalam pembelajaran sebagai satu kesatuan utuh dalam pendidikan keilmuan dan karakter memerlukan kemampuan pedagogik yang baik.
Y
b. Are unaware of the contribution they personally must make to improving their practice and approach with pupils and tend to blame external factors (the pupils, the parents, the school’s manager, etc) for their difficulties. Guru yang termasuk dalam indikator ini adalah mereka yang tidak menyadari kontribusi mereka secara pribadi untuk meningkatkan praktik dan pendekatan dengan murid dan cenderung menyalahkan faktor eksternal seperti: siswa, orang tua, manajer sekolah, dan lain-lain apabila dia menghadapi kesulitan dan tidak mampu menghadapi kesulitan tersebut. Atau dengan kata lain mereka adalah guru yang selalu mencari “kambing hitam” pada saat kegagalan yang dihadapinya, sehingga dia selalu merasa benar dalam tindakan pembelajaran yang dilakukannya meskipun hasil pembelajaran yang dia lakukan rendah.
M
M U
D
2) Struggling teachers (guru yang pejuang). Guru yang termasuk dalam kriteria ini memiliki beberapa indikator, sebagai berikut: a. Have many of the poor practices of the ineffective teacher but are trying find ways of improving their practice. Guru yang termasuk dalam indikator ini menunjukkan mereka melakukan banyak praktik-praktik yang buruk dari guru yang tidak efektif seperti dikemukakan pada kriteria di atas (guru tidak efektif), tetapi guru ini berusaha untuk menemukan cara-cara meningkatkan praktik mereka. Artinya ada upaya untuk memperbaiki diri dengan perjuangan sendiri. b. May be spasmodic or misguided in their attempts but there is a spark of selfreflection in their approach. Guru yang termasuk dalam indikator ini menunjukkan kemungkinan hebat tetapi mungkin juga dia atau salah arah dalam usaha mereka, tetapi ada refleksi sendiri yang dia lakukan terhadap pendekatan atau strategi pembelajaran yang dilakukannya.
28
Profesi Kependidikan
c. Are likely to be NQTs or teachers new to a particular post or particular school who are struggling to develop the range of skill and approaches they need for their new role. Guru yang termasuk indikator ini adalah seperti guru baru untuk bagian tertentu atau sekolah tertentu yang berjuang untuk mengembangkan berbagai keterampilan dan pendekatan yang mereka butuhkan untuk peran/tugas atau tanggung jawab yang baru mereka. Guru ini menunjukkan usaha yang keras untuk membangun kemampuannya agar sesuai dengan tugas atau peran baru yang diembannya.
Y
3) Under-performing teachers (guru dengan performansi di bawah standar). Guru yang termasuk dalam kriteria ini memiliki beberapa indikator, sebagai berikut:
M
a. Have the ability but do not push themselves to the limits of their capacity. Guru yang termasuk dalam indikator ini adalah guru yang sebenarnya memiliki kemampuan dalam berbagai hal baik penguasaan bahan ajar maupun kemampuan dalam menyampaikan bahan ajar dengan menggunakan berbagai strategi pembelajaran, tetapi mereka tidak mau atau tidak memiliki kemauan (awareness) dan komitmen diri dan atau tidak mau memaksakan dirinya untuk mencapai batas kapasitas yang seharusnya mereka miliki. Dengan kata lain guru ini sebenarnya memiliki kemampuan yang baik tetapi tidak berkinerja sesuai dengan kemampuannya, karena itu mereka disebut guru yang berkinerja di bawah standar kinerja dirinya apabila dibandingkan dengan kompetensi yang dia miliki.
M U
D
b. Are likely to be adequate in most classroom situations but contribute nothing to the wider life of the school. Guru yang termasuk dalam indikator ini adalah mereka yang sebenarnya memiliki kemampuan cukup memadai dalam melaksanakan pembelajaran di situasi dan kondisi banyak kelas, tetapi guru ini tidak memberikan kontribusi apa-apa untuk kehidupan sekolah yang lebih luas sekolah. Dengan kata lain guru ini hanya komitmen terhadap pekerjaannya sebagai guru dan hanya mengajar saja yang menjadi perhatian utamanya sebagai guru, sementara tugastugas lain yang terkait dengan kemajuan sekolah secara keseluruhan dia merasa bukan kewajibannya sebagai guru, akibatnya dia acuh terhadap kemajuan sekolah dalam arti luas. c. Are in danger or be coming ‘stuck’ teachers as they do nothing to update their skills and approaches. Guru yang tergolong dalam indikator sebagai guru terjebak ini adalah mereka yang sebenarnya berada dalam kondisi “bahaya” akan tertinggal dari guru lain bahkan mungkin tertinggal
Bab 1 | Hakikat Profesi Guru
29
kemampuannya dari siswa. Di samping itu, guru dalam indikator ini adalah mereka yang sebenarnya “terjebak” dalam kondisi status qou, dan memahami akan keterjebakannya dan atau ketertinggalan mereka, tetapi mereka tidak melakukan apa-apa untuk memperbarui dan meningkatkan keterampilan dan pendekatan mereka sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini. 4) Sinking teachers (guru terpuruk). Guru yang termasuk dalam kriteria ini memiliki beberapa indikator, sebagai berikut:
Y
a. Are those who were (probably) once satisfactory teachers who have lost their way. Guru dalam indikator ini adalah mereka yang kehilangan cara-cara kerja mereka yang efektif. Atau dengan kata lain kinerja mereka dalam bekerja mundur dari kinerja yang sebelumnya pernah mereka lakukan. Untuk guru semacam ini perlu ada orang lain yang dapat membangunkan motivasi dan kepuasan kerjanya agar tumbuh kembali kepada cara-cara efektif yang pernah mereka lakukan.
M
M U
b. May be suffering from ‘burn out’ have external life problems which are deflecting their energies and commitment away from teaching, or have medical or psychological difficulties. Guru yang termasuk dalam kelompok ini sebenarnya adalah guru yang dulunya memiliki kinerja baik tetapi mungkin memiliki masalah kehidupan eksternal sehingga dia membelokkan atau mengalihkan energi dan komitmen mereka ke arah lain (sesuai masalah yang mereka hadapi yang biasanya masalah bersifat pribadi, keluarga atau lainnya). Masalah tersebut sebenarnya jauh dari hal-hal yang terkait dengan mengajar. Masalah eksternal dapat pula bersumber dari masalah medis atau psikologis yang dialami oleh guru yang menyebabkan dia mengalihkan energi dan power dalam dirinya untuk mengatasi masalah tersebut yang berakibat kegiatan pembelajaran yang dia lakukan menjadi berkinerja yang terpuruk.
D
c. Are often long-service teachers who have worked in one institution for many years. Guru terpuruk dalam kinerja yang dimaksudkan dalam indikator ini adalah mereka yang telah lama telah bekerja di satu sekolah tertentu atau selama bertahun-tahun bahkan sepanjang tugas menjadi guru tidak pernah beralih ke sekolah lain yang menyebabkan ada kebosanan atau kejenuhan dalam bekerja pada tempat yang sama dalam waktu lama. Kondisi tersebutlah sebenarnya yang menyebabkan guru menjadi kurang termotivasi, kurang tantangan dan menyebabkan dia menjadi terpuruk dalam kinerjanya sebagai guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
30
Profesi Kependidikan
d. Usually have discipline problems, but are increasingly resistant to new approaches. Guru terpuruk dapat pula disebabkan karena guru memiliki masalah disiplin, tetapi semakin resisten terhadap pendekatan baru. Akibatnya dia tidak dapat berkinerja baik karena bermasalah dalam disiplin, namun di sisi lain guru-guru ini sangat resisten terhadap berbagai perubahan kebijaan yang dilahirkan di sekolahnya. e. May have the potential to be reflective practitioners but increasingly have less inclination to be. Guru terpuruk sebenarnya juga mungkin guru tersebut memiliki potensi untuk melakukan reflektif terhadap pelaksanaan tugas mengajarnya, tetapi semakin cenderung melakukan tugas yang semakin menurun, tetapi guru ini tidak memiliki kemauan dan motivasi untuk melakukan refleksi terhadap tugasnya, dia hanya melakukan rutinitas seperti apa yang pernah mereka lakukan. Akibatnya pelaksanaan tugas mengajarnya tidak pernah berkembang sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang pada gilirannya dapat menurunkan prestasi belajar siswa dan mutu sekolah secara keseluruhan.
Y
M
M U
5) Stuck teachers (guru terjebak). Guru yang termasuk dalam kriteria ini memiliki beberapa indikator, sebagai berikut: a. Are teachers who have moved on and adapted to the changing demands of teaching. Guru terjebak dapat disebabkan oleh faktor yaitu guru yang telah pindah dan disesuaikan dengan tuntutan perubahan pengajaran, sementara guru tersebut belum bisa menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Akibatnya dia dapat menjadi guru yang tidak efektif dan berkinerja buruk.
D
b. Employ pedagogic practices that are located in a time warp (e.g. dictated note, copying from the board, rote learning). Dalam konteks ini dimaksudkan adalah guru yang melakukan praktik pedagogik yang membelok dari praktik pedagogik sebenarnya dalam pembelajaran seperti misalnya mengajar dengan mendikte catatan, menyalin dari papan tulis atau anak diminta belajar menghafal materi bahan ajar. c. View teachers-pupil relationships as ones based upon automatic respect for the teacher and show a lack of emphaty with the view point of the pupil. Guru terjebak yang mengakibatkan dia tidak berkinerja baik disebabkan oleh karena guru melihat hubungan guru-murid didasarkan pada penghormatan otomatis untuk guru dan menunjukkan kurangnya empati dengan sudut pandang murid. Akibatnya hubungan guru dan murid tidak berlangsung secara baik dan membangun motivasi murid untuk berprestasi. Padahal
Bab 1 | Hakikat Profesi Guru
31
pembelajaran pada hakikatnya adalah interaksi antara murid dan guru secara timbal balik. Tanpa keharmonisan hubungan seperti itu maka hasil belajar tidak akan optimal. d. Often have discipline problems brought about by their teaching style and level of expectation. Guru terjebak yang tidak berkinerja baik sering memiliki masalah dalam disiplin yang ditimbulkan oleh gaya mengajar mereka dan tingkat harapan mereka terhadap pembelajaran dan hasil belajar siswanya. Biasanya mereka mempunyai disiplin yang rendah, akibatnya juga harapan prestasi kepada siswa juga rendah.
Y
Ahli lain dalam perspektif lain menggolong beberapa tipe guru. Glickman (2002) menggolongkan ketegori guru yang didasarkan pada perspektif paradigma kategori guru yang didasarkan pada tinggi rendahnya level of commitment (tingkat komitmen guru) dan level of abstraction thinking (tingkat berpikir abstrak guru).
M
M U
Suriansyah, A (1992), mengelaborasi beberapa kegiatan dan indikator yang menunjukkan aktivitas guru dalam aspek komitmen guru dan kemampuan berpikir abstrak guru sehingga dapat terukur dalam menentukan dan menggolongkan kategori guru. Indikator-indikator tersebut adalah sebagai berikut:
1) Komitmen. Aspek komitmen ini mencakup indikator-indikator sebagai berikut: a) Komitmen guru dalam penggunaan waktu mengajar (disiplin), waktu datang dan waktu selesai mengajar.
D
b) Perhatian guru terhadap siswa yang ditunjukkan dalam bentuk berkomunikasi secara intern dengan siswa dalam membantu belajar, mendorong dan menggalakkan keterlibatan siswa dalam belajar. c) Menghabiskan banyak waktu untuk aktivitas sekolah guna kemajuan sekolah dan mutu sekolahnya. d) Menunjukkan minat dan perhatian yang besar terhadap berbagai kegiatan pengembangan siswa dalam kegiatan non akademik. 2) Kemampuan berpikir abstrak. Kemampuan ini mencakup beberapa indikator-indikator sebagai berikut: a) Kemampuan guru dalam membuat perencanaan dan persiapan pembelajaran secara berkualitas. b) Kemampuan dalam melaksanakan proses pembelajaran yang mencakup penggunaan pendekatan, model dan strategi pembelajaran yang variatif, ketepatan prosedur dalam menggunakan media pendukung pembelajaran dan melakukan tes (harian, bulanan atau
32
Profesi Kependidikan
semester serta kemampuan memberikan umpan balik dan tindak lanjut hasil evaluasi kepada siswa untuk perbaikan. c) Fleksibilitas dalam melaksanakan pembelajaran sesuai dengan situasi dan kondisi kelas saat pembelajaran berlangsung, memiliki daya adaptasi dan mampu menggunakan berbagai pendekatan, model dan strategi pembelajaran yang tepat.
Y
d) Kemampuan guru dalam mengidentifikasi masalah, yang ditunjukkan dengan kemampuan mengidentifikasi masalah belajar siswa, masalah dalam mengajar serta menganalisisnya secara mandiri. e) Kemampuan guru dalam membuat alternatif pemecahan masalah siswa atau masalah pembelajaran yang dihadapi dalam kelas.
M
Dari dua hal tersebut diperoleh beberapa kategori guru yaitu:
1) Guru profesional (professional teacher), yaitu guru yang memiliki tingkat komitmen guru tergolong tinggi dan tingkat kemampuan berpikir abstraksi juga tinggi. Guru yang memenuhi dua hal yang tergolong tinggi tersebut bercirikan:
M U
a) Guru ini tergolong guru yang berdisiplin tinggi
b) Energik, antusias dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya. c) Continue dan konsisten dalam mengembangkan dirinya, siswanya bahkan memiliki kesediaan membantu teman guru yang lain tanpa pamrih.
D
d) Memikirkan tugas secara konsisten bahkan saat dia berada di luar sekolah. e) Mempertimbangkan alternatif pemecahan masalah dan membuat pilihan yang rasional dalam pemecahan masalah. f) Mengembangkan rencana pengembangan pembelajaran selanjutnya dengan melakukan refleksi setiap akhir pembelajaran yang dilakukannya. 2) Guru analis dan pengamat (analytical observer teacher), yaitu guru yang rendah komitmennya terhadap tugas, tetapi tinggi kemampuan berpikir abstraknya. Indikator guru ini dapat diidentifikasi dari perilaku sebagai berikut: a) Guru ini inteligen (cerdas). b) Mampu memberikan gagasan yang baik tentang apa yang dapat dilakukan dalam kelas atau gagasan untuk perbaikan sekolah secara keseluruhan dalam menuju sekolah yang baik/unggul.
Bab 1 | Hakikat Profesi Guru
33
c) Memiliki kemauan yang rendah (tidak mau) juga tidak mampu melakukan gagasan-gagasan yang diberikannya dalam bekerja. d) Hanya pintar memberikan gagasan tapi tidak mampu melakukan apabila diberi kepercayaan. e) Hebat dalam memberikan kritik tetapi dia tidak mampu melakukan perbaikan sesuai dengan apa yang dia pikirkan.
Y
3) Guru tidak terfokus (unfocus teacher). Guru yang tergolong dalam kategori ini adalah guru yang memiliki tingkat komitmen yang tinggi, tetapi memiliki tingkat abstraksi yang rendah. Guru dalam kategori ini dapat dilihat dari ciri perilaku di sekolah atau perilaku dalam pembelajaran sebagai berikut:
M
a) Antusias dan energik dalam bekerja.
b) Perhatian yang baik dan merupakan guru pekerja keras.
c) Tidak mampu mengenali masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran yang dilakukannya, baik masalah guru dalam mengajar maupun masalah siswa dalam belajar.
M U
d) Tampak kebingungan dalam menghadapi masalah, sehingga dia tidak mampu merumuskan alternatif pemecahan masalah, apalagi memecahkan masalah yang dihadapinya. e) Selalu tergantung pada orang lain, khususnya kepala sekolah dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.
D
f) Dalam melaksanakan pembelajaran dia tidak dapat memberikan penjelasan yang terfokus pada substansi bahan ajar, tetapi sering menyimpang dari substansi bahan/materi ajar kepada hal lain yang tidak ada kaitannya dengan apa yang sedang diajarkan. 4) Guru dropout (teacher dropout). Guru yang termasuk dalam kategori ini adalah guru yang memiliki komitmen terhadap tugas rendah, juga tingkat abstraksinya rendah. Guru ini dapat dikenali dari ciri-ciri sebagai berikut: a) Tidak disiplin dalam melaksanakan segala tugas yang menjadi tanggung jawabnya. b) Selalu terlambat datang ke sekolah tetapi pulang lebih cepat c) Tampak kurang energi (loyo) dalam mengajar seperti ngantuk, bahkan dapat tertidur saat pembelajaran berlangsung atau pertemuan guru berlangsung. d) Mengajar hanya sekadar mengajar.
34
Profesi Kependidikan
e) Mengajar tanpa perencanaan, tanpa persiapan serta dalam pelaksanaannya dia hanya bisa menggunakan strategi pembelajaran tradisional tanpa mau dan tidak dapat menyesuaikan dengan kebutuhan anak, serta kebutuhan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. f) Tidak pernah melakukan refleksi pembelajaran apalagi umpan balik dan remedial.
Y
g) Apabila menghadapi masalah dia bingung dan pasrah dengan keadaan tanpa ada usaha untuk mengatasinya. h) Tidak mau memikirkan masalah siswa dan kemajuan siswa, karena dia menganggap tugas tersebut adalah tugas orangtua bukan tugasnya sebagai guru.
M
4. Guru yang Profesional
M U
McNergney dan Carol A. Carrier (1981) menyatakan ada dua tugas dan perilaku guru yang merupakan refleksi profesional dalam tugas, yaitu mempunyai komitmen yang tinggi terhadap siswa (commitment to the student) dan mempunyai komitmen yang tinggi terhadap profesi itu sendiri (commitment to the profession).
Komitmen pada dasarnya adalah kesediaan seseorang untuk selalu mengikat diri dan mempertahankan diri dan atau mengeluarkan segala tenaga dan pikirannya untuk selalu berfokus kepada tugas-tugas organisasi (sekolah) dan sikap positif yang sangat kuat dan terus-menerus terjaga dari seseorang terhadap tugas-tugas yang diembankan kepadanya. Seorang yang mempunyai komitmen yang tinggi akan memperlihatkan perilaku: 1). Keinginan yang kuat untuk tetap pada pekerjaannya, 2). Kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin/ optimal dalam melaksanakan tugasnya demi kepentingan tempat kerjanya dan 3). Kepercayaan dan penerimaan yang kuat terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi. Dari tiga indikator ini tampak bahwa komitmen yang tinggi dari seseorang tidak hanya dalam bentuk perilaku displin dalam melaksanakan tugas-tugas yang diembankan kepada seseorang tetapi jauh lebih dari itu kesediaan untuk berkerja semaksimal mungkin dengan tanggung jawab moral yang tinggi terhadap keberhasilan melaksanakan tugas-tugas organisasi dan selalu konsisten dengan misi dan tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi. Ada dua komitmen yang harus dibangun dan dimiliki oleh seseorang yang ingin menjadi guru yang profesional, yaitu komitmen terhadap siswa dan komitmen terhadap profesi itu sendiri.
D
Bab 1 | Hakikat Profesi Guru
35
Seorang guru yang mempunyai komitmen yang tinggi terhadap siswa dapat diamati dari perilaku-perilaku yang muncul dalam pelaksanaan tugas sehari-hari sebagai berikut: a. Membantu dan mendorong siswa untuk merealisasikan potensinya dalam mencapai tujuan belajar, sehingga siswa dapat mewujudkan semua potensi yang ada pada dirinya.
Y
b. Mendorong semangat siswa-siswanya untuk mau dan mampu melakukan penelitian, memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang mendalam tentang ilmu pengetahuan dan teknologi secara mandiri dan atau secara berkelompok.
M
c. Mengajar siswa-siswanya dengan tujuan yang tepat serta mempunyai harapan yang tinggi terhadap siswa-siswanya “Dalam hal ini dia selalu berharap bahwa siswa-siswanya akan mendapatkan hasil yang maksimal dalam belajar”. Konsekuensi dari harapan tersebut guru selalu berusaha mengadakan diagnosis terhadap kesulitan belajar yang dialami siswa-siswanya yang selanjutnya berusaha memberikan bimbingan dan bahkan melakukan pengajaran remedial/perbaikan terhadap siswa-siswanya.
M U
d. Perhatian yang tinggi terhadap siswa-siswanya yang ditunjukkan dalam bentuk selalu berkomunikasi secara harmonis dengan siswa-siswanya untuk melakukan monitoring kemajuan belajar.
D
e. Selalu menggalakkan keterlibatan siswa dalam belajar. Dalam hal ini berarti ia selalu berusaha agar para siswa aktif terlibat dalam setiap langkah proses pembelajaran yang dia lakukan. Dengan demikian ia berusaha untuk membuat siswa belajar sendiri, mencari sendiri secara aktif konsep, teori, prinsip dan bahan-bahan lain yang akan dipelajarinya, sehingga guru hanya merupakan fasilitator yang mengonsistensikan dan mengoordinasikan terjadinya proses belajar.
Komitmen Terhadap Profesi Komitmen terhadap profesi mencakup kegiatan yang berkaitan dengan kualitas dan kuantitas Iayanan yang diberikan kepada siswa-siswanya. Dalam hal ini ada beberapa indikator yang dapat dilihat untuk mengetahui sejauhmana kualitas dan kuantitas layanan guru (guru mempunyai komitmen terhadap profesi) yaitu: a. Sedikit waktu terbuang dalam memulai dan mengakhiri kegiatan pelajaran. Artinya bahwa guru yang demikian datang tepat waktunya dan menggunakan semua waktu bahkan setiap detik waktu yang tersedia
36
Profesi Kependidikan
dalam proses belajar mengajar hanya digunakan untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. b. Ketepatan menyeleksi dan memilih materi dan metode yang cocok/ tepat dengan mempertimbangkan beberapa hal seperti tujuan, materi, siswa dan sebagainya. Dalam hal ini juga termasuk kemampuan guru dalam menggunakan metode mengajar yang variatif dalam usahanya untuk mencapai keberhasilan belajar secara tuntas.
Y
c. Selalu berusaha untuk mengembangkan wawasan pengetahuan dan peningkatan dirinya dan profesinya secara kontinu. Oleh sebab itu, guru yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap profesi mempunyai kebiasaan selalu belajar dan terus belajar untuk menambah wawasan keilmuannya, dengan demikian ia selalu bertumbuh dalam profesinya (professional growth).
M
d. Melalukan evaluasi belajar secara tepat dalam arti teknik dan prosedur yang dilakukan.
M U
e. Selalu berusaha mengidentifikasi dan menganalisis masalah-masalah yang dihadapi siswanya dalam belajar serta masalah-masalah yang dihadapinya dalam pengajaran serta berusaha mencari alternatif pemecahannya. Tetapi apabila masih belum dapat terpecahkan juga maka dia dengan suka rela mau meminta bantuan orang lain (kepala sekolah dan atau guru lain) untuk memecahkan masalah yang dia hadapi. Dengan kata lain ia selalu terbuka untuk menerima pendapat orang lain dalam usaha memajukan proses belajar mengajar yang dia lakukan.
D
Dalam perspektif lain, tetapi masih dalam arah konsep yang senada Glickman (1987), mengungkapkan dua indikator yang dapat menggambarkan refleksi sikap dan perilaku profesionalisme guru dalam melaksanakan tugas profesi keguruannya. Kedua indikator tersebut adalah : 1) Teacher commitment dan 2) Teacher’s ability to think abstractly. Secara lebih terperinci sikap dan perilaku profesional pada dua indikator tersebut adalah:
Teacher commitment Seorang guru dapat dikatakan memiliki komitmen yang baik dalam profesinya sebagai guru apabila dia mampu menunjukkan perilaku dan sikap berikut ini dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, yaitu: a. Disiplin dalam penggunaan waktu mengajar, waktu datang dan pulang. Artinya tidak banyak, bahkan tidak ada waktu yang terbuang untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat non edukatif, seperti ngobrol, ngerumpi dan sebagainya. Tetapi semua waktu yang ada di sekolah (saat mengajar dan saat istirahat) semua dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran siswa.
Bab 1 | Hakikat Profesi Guru
37
b. Disiplin, energik dan antusias dalam melaksanakan tugas-tugas yang diembannya kepadanya (tidak tampak loyo atau terpaksa). c. Disiplin dalam meningkatkan pertumbuhan profesinya (professional growth), dalam arti guru selalu dan akan terus berusaha meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam melaksanakan tugas. Sikap dan perilaku ini ditunjukkan dengan aktivitasnya untuk selalu belajar, membaca dan berdiskusi/dialog tentang profesinya dengan kawan seprofesi atau dengan orang lain yang mempunyai keahlian (expert). Dengan kata lain dia selalu berusaha mencari, menemukan dan menganalisis informasi serta memanfaatkan informasi bagi kemajuan dan pertumbuhan profesinya sebagai guru.
Y
M
d. Perhatian yang tinggi terhadap siswa yang ditunjukkan dalam bentuk berkomunikasi secara intensif dengan siswa, membantu siswa dalam belajar, mendorong dan menggalakkan keterlibatan siswa dalam belajar. Dengan istilah lain Fontana (1981) menyatakan bahwa guru banyak menghabiskan waktu yang dimilikinya untuk aktivitas sekolah dengan mengarahkan sebagian besar minat dan perhatiannya terhadap siswa dalam arti selalu berusaha mencurahkan segenap perhatiannya hanya untuk kemajuan dan pertumbuhan siswa-siswanya.
M U
Teacher’s Ability to Think Abstracly (kemampuan guru berpikir abstrak)
D
Seorang guru dapat dikatakan memiliki kemampuan berpikir abstrak yang baik apabila dia mempunyai kemampuan dan dapat menunjukkan sikap dan perilaku dalam melaksanakan tugas profesinya (melaksanakan pembelajaran) sebagai berikut: a. Guru memiliki kemampuan dalam melaksanakan proses pembelajaran secara baik (tepat menggunakan metode, media, strategi dan evaluasi belajar beserta tindak lanjutnya dan sebagainya). b. Guru memiliki kemampuan mengidentifikasi masalah belajar siswa, masalah-masalah dalam pembelajaran serta mampu menganalisis masalah-masalah tersebut. c. Guru memiliki kemampuan membuat alternatif pemecahan masalah baik masalah pembelajaran yang dia lakukan. Seorang guru yang mampu mengidentifikasi, menganalisis dan membuat alternatif pemecahan masalah berarti guru tersebut mempunyai kemampuan berpikir ilmiah dalam arti berpikir sesuai dengan prosedur dan langkah-langkah ilmiah. Kemampuan ini memberikan indikasi bahwa seorang guru sudah
38
Profesi Kependidikan
seharusnya dapat melakukan kegiatan-kegiatan penelitian praktis dan sederhana di dalam kelasnya guna menunjang keberhasilan proses pembelajaran yang dia lakukan. Hunt dan Joce (1967) menambahkan bahwa guru yang memiliki abstraksi tinggi ini adalah guru yang menunjukkan sikap dan perilaku sebagai berikut: a. Dalam mengajar ia selalu berperilaku fleksibel, artinya tidak kaku dalam komunikasinya dengan siswa dan staf lainnya.
Y
b. Jarang mengalami stres dan mempunyai hubungan yang lebih positif dengan rekan sejawat, artinya perilaku sehari-hari selalu gembira, bergairah dan rileks.
M
Sementara Glasberg (1979) melengkapi lagi ciri-ciri tersebut di atas dengan:
a. Guru memiliki daya adaptasi gaya mengajar yang fleksibel dan lebih supel serta mampu menggunakan berbagai model mengajar. lni berarti guru selalu tampil dengan variasi metode, pendekatan dan strategi belajar mengajar, sehingga dapat mendorong aktivitas yang tinggi bagi siswa dalam belajar.
M U
b. Guru dapat melihat berbagai kemungkinan dan mampu menggunakan berbagai cara dalam mencari alternatif model mengajar serta lebih konsekuen dan efektif dalam menghadapi murid-muridnya.
D
Dari uraian di atas jelaslah bahwa seorang guru yang profesional harus dapat merefleksikan dirinya sebagai seorang profesional yang ditunjukkan dalam bentuk komitmen terhadap profesi dan kemampuan berpikir abstrak. Untuk itulah peranan pendidikan baik sebelum menjadi guru (pre service) maupun setelah menjadi guru (inservice) memegang peranan yang sangat penting dan strategis dalam usaha membentuk guru yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap profesi dan abstraksi yang tinggi. Upaya ini sejalan dengan arah kebijaksanaan sekarang di mana pemerintah berusaha selalu akan terus berusaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia (pada hakikatnya adalah peningkatan ability to think abstractly). Dalam dunia pendidikan konsistensi upaya pemerintah meningkatkan kualitas sumber daya tenaga kependidikan (termasuk guru) ditunjukkan dengan peningkatan jenjang pendidikan guru, yaitu D2/Akta II untuk guru SD (dulu hanya lulusan SPG), D3/Akta III untuk SLTP dan S1 /Akta IV untuk SLTA. Peningkatan ini dilakukan melalui pendidikan pra jabatan (pre service) maupun melalui jalur penyetaraan, yaitu guru yang sudah mengajar/lama bekerja sekalipun diminta untuk menempuh pendidikan/kuliah pada jenjang tertentu (inservice education).
Bab 1 | Hakikat Profesi Guru
39
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Pendidik serta Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Pendidik. Landasan yuridis tersebut di atas sangat jelas memberikan posisi kepada guru sebagai unsur pendidik yang merupakan tenaga profesional dengan kewenangannya sebagai pendidik, yang harus dibuktikan dengan kualifikasi akademik dan sertifikasi.
Y
Sertifikasi guru adalah upaya untuk mengevaluasi kinerja guru dalam rangka menuju guru yang profesional, karena itu bentuk penghargaan yang diberikan kepada pemegang kompetensi profesional adalah reward dalam bentuk tunjangan 1 kali gaji pokok. Glickman (2002) menyatakan bahwa: guru yang profesional tersebut paling tidak diindikasikan oleh beberapa faktor seperti: Level of abstraction thinking, Level of commitment. Oleh Carier (dalam Suriansyah, 2000) level of commitment ini dibagi dalam dua aspek, yaitu komitmen kepada profesi (commitment for profession) dan komitmen untuk siswa (commitment for student).
M
M U
Tingkat kemampuan berpikir abstrak ditunjukkan pada kemampuan guru menganalisis proses belajar mengajar, merumuskan alternatif pemecahan masalah pembelajaran dan memilih alternatif terbaik dalam memecahkan masalah pembelajaran secara mandiri. Di samping itu, perilaku berpikir abstrak ini juga mencakup kemampuan guru untuk melakukan hal-hal inovatif dan kreatif dalam melaksanakan tugas profesinya sebagai guru (Glickman, 2002). Salah satu unsur kreativitas yang harus ditunjukkan guru dalam pembelajaran adalah melakukan penelitian tindakan kelas atau PTK sebab dalam PTK kemampuan guru untuk berpikir abstrak terimplementasikan pada semua langkah yang harus dilakukan oleh guru, mulai dari identifikasi masalah pembelajaran, merumuskan masalah pembelajaran, menyusun alternatif rencana pemecahan masalah, membuat skenario pemecahan masalah serta menemukan alternatif pemecahan terbaik. Di samping itu, pada saat PTK dilakukan, dituntut kreativitas guru dalam memilih strategi pemecahan, memperbaiki bahkan memodifikasi strategi yang dipakai apabila dirasakan strategi utama yang dipilih belum mencapai tujuan yang diinginkan, atau dalam PTK disebut belum mencapai indikator keberhasilan.
D
Sementara Surya, Hasyim dan Suwarno, (2010) menyatakan bahwa indikator guru profesional dengan tiga pilar yaitu: excellent, professionalism dan ethical. Excellent mencakup commitment, opening your gift atau ability, bieng the first
40
Profesi Kependidikan
and the best you can be dan continuous improvement. Sedangkan profesionalisme mencakup: passion of knowledge (semangat, keinginan), passion for business (melaksanakan tugas sesuai misi secara sempurna), passion for service dan passion for people. Sedangkan ethical mencakup: karakter yang sesuai dengan norma, nilai dan budaya yang berlaku. Sesuai dengan kebijakan Kementerian Dikbud karakter minimal yang harus dimiliki sekarang adalah: kejujuran (truthworthiness), tanggung jawab (responsibility), saling menghormati (respect), konsisten (fairness), kepedulian (care) dan citizenship.
Y
Sementara itu Margaret (1989), jauh sebelumnya telah menyatakan bahwa salah satu indikator guru yang efektif (effective teachers) adalah: using innovative curricula and teaching method, continually expanding one’s repertoire of teaching method and using teacher group planning to create alternatif teaching method.
M
Semua indikator guru profesional, guru berkualitas atau guru yang efektif menurut Davis di atas menggambarkan bagaimana pentingnya indikator guru yang inovatif, guru yang kreatif dan guru yang mampu memecahkan permasalahan secara mandiri (level of abstraction thinking yang tinggi).
M U
Dari uraian tersebut, dapatkah kita memiliki calon guru yang memenuhi syarat tersebut...? Kita memiliki keyakinan akan dapat dipenuhi sejauh pengakuan terhadap profesi guru mampu diwujudkan oleh masyarakat dan pemerintah.
D
Untuk lebih memperjelas dapat dilihat pada ilustrasi berikut ini yang menggambarkan sehat fisik.
E. Organisasi Guru dan Kode Etik Guru Indonesia Guru sebagai salah satu pilar pelaksana pembangunan khusus pembangunan manusia Indonesia melalui proses pendidikan dituntut untuk memiliki integritas dan kemampuan profesional yang tinggi sehingga dapat berperan aktif serta efektif dalam menghasilkan manusia Indonesia yang dapat membangun bangsa dan negara menjadi bangsa yang sejahtera dan berkarakter. Untuk itu maka guru harus memiliki integritas dan karakter yang baik sehingga dapat menjadi contoh teladan bagi murid-muridnya. Karakter ini diwujudkan etika yang harusnya menjadi kepribadian sehari-hari oleh para guru. Bagi tenaga guru di Indonesia etika tersebut dirumuskan dalam bentuk kode etik yang menjadi pedoman bagi guru Indonesia dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru.
Bab 1 | Hakikat Profesi Guru
41
1. Kode Etik Guru Adapun kode etik jabatan guru adalah sebagai berikut: 1) Guru sebagai manusia Pancasilais hendaknya senantiasa menjunjung tinggi dan mewujudkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. 2) Guru selaku Pendidik hendaknya bertekad untuk menciptakan anak-anak dan jabatannya, serta selalu menjadikan dirinya suri teladan bagi anak didiknya.
Y
3) Setiap guru berkewajiban selalu menyelaraskan pengetahuan dan meningkatkan kecakapan profesinya dengan perkembangan ilmu pengetahuan tersebut.
M
4) Setiap guru diharapkan selalu memperhitungkan masyarakat sekitarnya, sebab pada hakikatnya pendidikan itu merupakan tugas pembangunan dan tugas kemanusiaan.
5) Setiap guru berkewajiban meningkatkan kesehatan dan keselarasan jasmaniahnya, sehingga berwujud penampilan pribadi yang sebaik- baiknya, agar dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.
M U
6) Di dalam hal berpakaian dan berhias, seorang guru hendaknya memerhatikan norma-norma estetika dan sopan santun. 7) Guru hendaknya bersikap terbuka dan demokratis dalam hubungan dengan atasan dan sanggup menempatkan dirinya sesuai dengan hierarki kepegawaian.
D
8) Jalinan hubungan antara seorang guru dengan atasannya hendaknya selalu diarahkan untuk meningkatkan mutu dan pelayanan pendidikan yang menjadi tanggung jawab bersama. 9) Setiap guru berkewajiban untuk selalu memelihara semangat korps dan meningkatkan rasa kekeluargaan dengan sesama guru dan pegawai lainnya. 10) Setiap guru hendaknya bersikap toleran dalam menyelenggarakan setiap persoalan yang timbul atas dasar musyawarah dan mufakat demi kepentingan bersama. 11) Setiap guru dalam pergaulan dengan murid-muridnya tidak dibenarkan mengaitkan persoalan politik dan ideologi yang dianutnya, baik secara langsung maupun tidak langsung. 12) Setiap guru hendaknya mengadakan hubungan yang baik dengan instansi, organisasi atau perseorangan dalam menyukseskan kerjanya. 13) Setiap guru berkewajiban untuk berpartisipasi secara dalam melaksanakan program dan kegiatan sekolah.
42
Profesi Kependidikan
14) Setiap guru berkewajiban memakai peraturan-peraturan dan menekankan adat istiadat setempat secara fleksibel. Selanjutnya Persatuan Guru Republik Indonesia dalam Kongres PGRI XVI tahun 1989, telah merumuskan KODE ETIK GURU INDONESIA yang pada dasarnya merupakan penyempurnaan dari kode etik jabatan guru di atas.
Kode Etik Guru Republik Indonesia
Y
Guru Indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, bangsa dan negara serta kemanusiaan pada umumnya. Guru Republik Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia pada Undang -Undang Dasar 1945, turut bertanggung jawab atas terwujudnya citacita proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945.
M
Kode etik guru bersumber dari nilai-nilai agama dan Pancasila, nilai-nilai kompetensi pedagogik, nilai kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Di samping itu, kode etik juga bersumber dari nilainilai jati diri, harkat dan martabat manusia yang meliputi perkembangan kesehatan jasmaniah, emosional, intelektual, sosial dan spiritual.
M U
Oleh sebab itu, guru Republik Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan memedomani dasar-dasar kode etik guru Indonesia. Berdasarkan hasil Kongres XX PGRI di Palembang tahun 2008, ditetapkan kode etik guru Indonesia sebagai berikut:
D
1) Hubungan guru dengan peserta didik
a) Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran. b) Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan hak-hak dan kewajibannya sebagai individu, warga sekolah dan anggota masyarakat. c) Guru mengakui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik secara individual dan masing-masing berhak atas layanan pembelajaran. d) Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan menggunakannya untuk kepentingan proses kependidikan. e) Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-menerus berusaha menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana sekolah yang menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang efektif dan efisien bagi peserta didik.
Bab 1 | Hakikat Profesi Guru
43
f) Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih sayang dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang di luar batas kaidah pendidikan. g) Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan yang dapat memengaruhi perkembangan negatif bagi peserta didik. h) Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan keseluruhan kepribadiannya, termasuk kemampuannya untuk berkarya.
Y
i) Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas dan tidak sekali-kali merendahkan martabat peserta didiknya. j)
M
Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didik secara adil.
k) Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi kebutuhan dan hak-hak peserta didiknya.
M U
l) Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan penuh perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya. m) Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta didiknya dari kondisi-kondisi yang menghambat proses belajar, menimbulkan gangguan kesehatan dan keamanan.
n) Guru tidak membuka rahasia pribadi peserta didiknya untuk alasanalasan yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan pendidikan, hukum, kesehatan dan kemanusiaan.
D
o) Guru tidak menggunakan hubungan dan profesionalnya kepada peserta didik dengan cara-cara yang melanggar norma sosial, kebudayaan, moral dan agama. p) Guru tidak menggunakan hubungan dan tindakan profesionalnya dengan peserta didiknya untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi. 2) Hubungan guru dengan orangtua/wali murid a) Guru berusaha membina hubungan kerja sama yang efektif dan efisien dengan orangtua/wali siswa dalam melaksanakan proses pendidikan. b) Guru memberikan informasi kepada orangtua/wali secara jujur dan objektif mengenai perkembangan peserta didik. c) Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain yang bukan orangtua/wali siswanya.
44
Profesi Kependidikan
d) Guru memotivasi orangtua/wali siswa untuk beradaptasi dan berpartisipasi dalam memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan. e) Guru berkomunikasi secara baik dengan orangtua/wali siswa mengenai kondisi dan kemajuan peserta didik dan proses kependidikan pada umumnya.
Y
f) Guru menjunjung tinggi hak orangtua/wali siswa untuk berkonsultasi dengannya berkaitan dengan kesejahteraan, kemajuan dan cita-cita anak atau anak-anak akan pendidikan.
g) Guru tidak melakukan hubungan dan tindakan profesional dengan orangtua/wali murid untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.
M
3) Hubungan guru dengan masyarakat
a) Guru menjalin komunikasi dan kerja sama yang harmonis, efektif, dan efisien dengan masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan.
M U
b) Guru mengakomodasi aspirasi masyarakat dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran. c) Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat. d) Guru bekerja sama secara arif dengan masyarakat untuk meningkatkan prestise dan martabat profesinya.
D
e) Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama-sama dengan masyarakat berperan aktif dalam pendidikan dan meningkatkan kesejahteraan peserta didiknya. f) Guru memberikan pendapat profesional, menjunjung tinggi nilai-nilai agama, hukum, moral dan kemanusiaan dalam hubungan dengan masyarakat. g) Guru tidak membocorkan rahasia sejawat dan peserta didiknya kepada masyarakat. h) Guru tidak menampilkan diri secara eksklusif dalam kehidupan bermasyarakat. 4) Hubungan guru dengan sekolah dan rekan sejawat a) Guru memelihara dan meningkatkan kinerja, prestasi, dan reputasi sekolah. b) Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreaif dalam melaksanakan proses pendidikan.
Bab 1 | Hakikat Profesi Guru
45
c) Guru menciptakan suasana sekolah yang kondusif. d) Guru menciptakan suasana kekeluargaan di dalam dan luar sekolah. e) Guru menghormati rekan sejawat. f) Guru saling membimbing antarsesama rekan sejawat. g) Guru menjunjung tinggi martabat profesionalismenya dan hubungan kesejawatan dengan standar dan kearifan profesional.
Y
h) Gutu dengan berbagai cara harus membantu rekan-rekan juniornya untuk tumbuh secara profesioal dan memilih jenis pelatihan yang relevan dengan tuntutan profesionalitasnya.
i) Guru menerima otoritas kolega seniornya untuk mengekspresikan pendapat-pendapat profesional berkaitan dengan tugas-tugas pendidikan dan pembelajaran.
M
j) Guru membasiskan diri pada nilai-nilai agama, moral dan kemanusiaan dalam setiap tindakan profesional dengan sejawat.
M U
k) Guru memiliki beban moral untuk bersama-sama dengan sejawat meningkatkan keefektifan pribadi sebagai guru dalam menjalankan tugas-tugas profesional pendidikan dan pembelajaran. l) Guru mengoreksi tindakan-tindakan sejawat yang menyimpang dari kaidah-kaidah agama, moral, kemanusiaan dan martabat profesionalnya.
D
m) Guru tidak mengeluarkan pernyataan keliru berkaitan dengan kualifikasi dan kompetensi sejawat atau calon sejawat. n) Guru tidak melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan merendahkan martabat pribadi dan profesionalisme sejawat. o) Guru tidak mengoreksi tindakan-tindakan profesional sejawat atas dasar pendapat siswa atau masyarakat yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. p) Guru tidak membuka rahasia pribadi sejawat kecuali untuk pertimbangan yang dapat dilegalkan secara hukum. q) Guru tidak menciptakan kondisi atau bertindak yang langsung atau tidak langsung memunculkan konflik dengan sejawat. 5) Hubungan guru dengan profesi a) Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi. b) Guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu pendidikan dan mata pelajaran yang diajarkan. c) Guru terus-menerus meningkatkan kompetensinya.
46
Profesi Kependidikan
d) Guru menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam menjalankan tugas-tugas profesional dan bertanggung jawab atas konsekuensinya. e) Guru menerima tugas-tugas sebagai suatu bentuk tanggung jawab, inisiatif individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan profesional lainnya.
Y
f) Guru tidak melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan merendahkan martabat profesionalnya. g) Guru tidak menerima janji, pemberian, dan pujian yang dapat memengaruhi keputusan atau tindakan-tindakan profesionalnya.
M
h) Guru tidak mengeluarkan pendapat dengan maksud menghindari tugas-tugas dan tanggung jawab yang muncul akibat kebijakan baru di bidang pendidikan dan pembelajaran. 6) Hubungan guru dengan organisasi profesi
M U
a) Guru menjadi anggota organisasi profesi dan berperan serta secara aktif dalam melaksanakan program-program organisasi bagi kepentingan kependidikan. b) Guru memantapkan dan memajukan organisasi guru yang memberikan manfaat bagi kepentingan kependidikan. c) Guru aktif mengembangkan organisasi profesi agar menjadi pusat informasi dan komunikasi pendidikan untuk kepentingan guru dan masyarakat.
D
d) Guru menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam menjalankan tugas-tugas organisasi profesi dan bertanggung jawab atas konsekuensinya. e) Guru menerima tugas-tugas organisasi profesi sebagai suatu bentuk tanggung jawab, inisiatif individual, dan integritas dalam tindakantindakan profesional lainnya. f) Guru tidak melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang dapat merendahkan martabat dan eksistensi organisasi profesi. g) Guru tidak mengeluarkan pendapat dan bersaksi palsu untuk memperoleh keuntungan pribadi dari organisasi profesinya h) Guru tidak menyatakan keluar dari keanggotaan organisasi profesi tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Bab 1 | Hakikat Profesi Guru
47
7) Hubungan guru dengan pemerintah a) Guru memiliki komitmen kuat untuk melaksanakan program pembangunan bidang pendidikan sebagaimana ditetapkan dalam UUD 1945, UU tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU tentang Guru dan Dosen dan ketentuan-ketentuan lainnya. b) Guru membantu program pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan yang berbudaya.
Y
c) Guru berusaha menciptakan, memelihara dan meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
M
d) Guru tidak menghindari kewajiban yang dibebabkan oleh pemerintah atau satuan pendidikan untuk kemajuan pendidikan dan pembelajaran.
e) Guru tidak melakukan tindakan pribadi atau kedinasan yang berakibat pada kerugian negara.
M U
Dari uraian tersebut di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa jabatan guru telah memenuhi secara legal kriteria jabatan profesi, tetapi secara de facto masih memerlukan perjuangan dari guru itu sendiri.
2. Organisasi Profesi
D
Di Indonesia telah dikenal berbagai organisasi profesi yang telah kuat dan mapan sebagai organisasi profesi. Beberapa organisas profesi tersebut seperti organisasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Ikatan Advokat Indonesia (IAI), Ikatan Pembimbing Indonesia (IPBI) dan lain- lain. Untuk organisasi guru telah kita kenal lama adalah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Setelah era reformasi bertumbuhan organisasi profesi guru yang baru seperti Ikatan Guru Indonesia (IGI) juga ada Sarikat Guru Indonesia (SGI) dan mungkin akan tumbuh lagi sejumlah organisasi profesi lainnya. Tetapi sudahkah organisasi profesi guru itu melindungi hal-hak guru, melindungi guru dari gangguan dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru. Tampaknya masih banyak kasus yang terjadi di mana guru belum terlindungi secara kuat hak-haknya oleh organisasinya sendiri. Meskipun demikian PGRI sebagai organisasi guru memiliki visi dan misi melindungi guru, meningkatkan kualitas guru, meningkatkan kesejahteraan dan rasa aman guru. Di Indonesia ada dua organisai profesi yang terkait dengan profesi keguruan/kependidikan yang sudah lama hadir adalah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dan Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPO).
48
Profesi Kependidikan
1) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
Organisasi profesi guru ini didirikan pada tanggal 25 November 1945 melalui Kongres Guru Indonesia di Surakarta.
Sifat organisasi ini sebagai organisasi perjuangan dan organisasi profesi yang berasaskan Pancasila dengan tujuan: a. Mempertahankan, mengamankan dan mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Y
b. Mewujudkan cita-cita proklamasi Negara Kesatuan Republik Indo nesia sebagaimana terkandung dalam pembukaan UUD 1945.
c. Turut berperan aktif mensukseskan pembangunan nasional, khususnya bidang pendidikan dan kebudayaan dengan jalan memberikan pemikiran dan penunjang pelaksanaan program yang menjadi garis kebijaksanaan pemerintah.
M
d. Mempertinggi kesadaran, sikap dan mutu kemampuan profesi guru serta meningkatkan kesejahteraan Guru/Anggota PGRI.
M U
Sebagai organisasi profesi dan organisasi perjuangan Persatuan Guru Republik Indonesia bertugas untuk: a. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. b. Membela, mempertahankan, mengamankan dan mengamalkan Pancasila sebagai sikap dan tingkah laku manusia, dasar negara dan pandangan hidup bagi sikap dan tingkah laku manusia, dasar negara dan pandangan hidup bangsa serta satu-satunya asas dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
D
c. Mempertahankan dan melestarikan Negara Kesatuan RI. d. Berusaha secara terus-menerus meningkatkan integritas bangsa serta menjaga tetap terjaminnya dan terpeliharanya keutuhan, kesatuan dan persatuan bangsa dalam rangka perwujudan wawasan nusantara. e. Lembaga pendidikan guna meningkatkan pengabdian dan peran serta di dalam pembangunan nasional. f. Mengadakan hubungan kerja sama dengan lembaga-lembaga pendidikan atau kemasyarakatan umumnya dalam rangka peningkatan mutu pendidikan dan kebudayaan. g. Turut aktif melaksanakan dan mengamankan sistem pendidikan nasional berdasarkan Pancasila.
Bab 1 | Hakikat Profesi Guru
49
h. Memelihara, membina dan mengembangkan kebudayaan nasional serta memelihara kebudayaan daerah dalam rangka memperkaya kebudayaan nasional. i.
Menyelenggarakan dan membina anak lembaga PGRI.
j.
Memelihara dan mempertinggi kesadaran guru akan profesinya untuk meningkatkan mutu, keahlian, kemampuan, pengabdian, prestasi dan kerja sama.
Y
k. Memelihara, membina dan meningkatkan mutu kader organisasi sekaligus sebagai kader Pancasila, kader pembangunan dan kader bangsa.
M
l. Membina usaha kesejahteraan guru dalam arti yang luas dan membantu upaya pemerintah dalam memberikan pelayanan hak-hak kepegawaian. m. Menegakkan kedudukan, wibawa dan martabat guru.
M U
n. Membina dan meningkatkan hubungan kerja sama dengan organisasi guru luar negeri sesuai dengan politik luar negeri Indones ia, mengabdi pada kepentingan nasional. 2) Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)
Untuk mencerdaskan kehidupan Bangsa dalam rangka mencapai tujuan nasional mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, Maka Sarjana Pendidikan Indonesia merasa terpanggil dan bertanggung jawab untuk lebih banyak memberikan sumbangan tenaga dan pemikiran. Agar sumbangan tenaga dan pemikiran tersebut dapat terarah dan sesuai dengan apa yang diinginkan, maka para sarjana pendidikan Indonesia membentuk wadah organisasi yang disebut dengan Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (Ispi).
Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia didirikan pada tanggal 17 Mei 1960, dan berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia. ISPI merupakan organisasi yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Organisasi ini bersifat profesional dan ilmiah dalam bidang kependidikan. Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia ini bertujuan untuk:
D
a. Menghimpun para sarjana pendidikan dari berbagai spesialisasi di seluruh Indonesia. b. Meningkatkan sikap dan kemampuan profesional para anggota. c.
50
Membina serta mengembangkan ilmu, seni dan teknologi pendidikan dalam rangka membantu pemerintah mensukseskan pembangunan bangsa dan negara.
Profesi Kependidikan
d. Mengembangkan dan menyebarkan gagasan-gagasan baru dalam bidang ilmu, seni, dan teknologi pendidikan. e. Melindungi dan memperjuangkan kepentingan profesional para anggota. f. Meningkatkan komunikasi para anggota dari berbagai spesialisasi pendidikan.
Y
g. Menyelenggarakan komunikasi antar organisasi-organisasi profesi.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka sarjana pendidikan Indonesia melakukan usaha-usaha antara lain:
a. Menyelenggarakan pertemuan ilmiah dan penelitian mengenai ilmu dan seni serta teknologi.
M
b. Mengadakan kerja sama yang saling menguntungkan dengan lembagalembaga pemerintah dan swasta serta organisasi profesi baik di dalam maupun di luar negeri. c.
M U
Menertibkan media komunikasi ilmu, seni dan teknologi pendidikan.
d. Melindungi kepentingan profesional para anggota dan mengembangkan profesi pendidikan. e. Melindungi kepentingan masyarakat dari praktik profesional kependidikan yang merugikan.
D
Bab 1 | Hakikat Profesi Guru
51
M
Y
M U
D 52
Profesi Kependidikan
[Halaman ini sengaja dikosongkan]
BAB
BIMBINGAN DAN KONSELING
2
Y
M
M U
Pendidikan pada saat ini dihadapkan pada berbagai permasalahan, akibatnya harapan masyarakat akan pendidikan yang berkualitas dan menghasilkan putra-putri mereka yang cerdas dan berkarakter masih belum dapat dipenuhi oleh penyelenggara pendidikan. Hal ini akibat pendidikan hanya dipandang sebagai proses pembelajaran semata. Padahal dalam dunia pendidikan ada tiga bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dalam setiap penyelenggaraan pendidikan khususnya penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
D
Pertama, yaitu pelaksanaan proses pembelajaran di dalam kelas, terkait dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru dalam rangka membentuk intelektualitas anak. Oleh sebab itu, pembelajaran bertujuan untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan pengembangan sikap yang merupakan tanggung jawab dan tugas utama seorang guru. Kedua, bimbingan konseling, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh seorang konselor atau guru pembimbing atau guru biasa yang melaksanakan tugas sebagai pembimbing di kelas (teachers as counselor) untuk memberikan bantuan kepada siswa dalam mengatasi berbagai permasalahan yang terkait belajar atau masalah lain yang turut memengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini diperlukan karena setiap pelaksanaan proses pembelajaran pasti menemukan hambatan ataupun permasalahan, baik yang berkaitan dengan proses pembelajaran
Bab 2 | Bimbingan dan Konseling
53
ataupun peserta didik yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, program pemberian layanan bantuan kepada peserta didik (siswa) merupakan upaya membantu siswa untuk mencapai perkembangannya secara optimal, melalui interaksi yang sehat dengan lingkungannya. Hal inilah yang menjadi sangat urgen tugas bimbingan konseling yang menjadi tanggung jawab seorang konselor bahkan juga guru dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling.
Y
Ketiga, administrasi pendidikan, yaitu kegiatan pengelolaan semua aktivitas program pendidikan di sekolah dengan tujuan semua program sekolah akan berjalan secara lancar, efisien, dan efektif. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah paling tidak terdapat sejumlah pengelolaan yang harus dilakukan yaitu: pengelolaan kurikulum, ketenagaan, kesiswaan, keuangan, sarana dan prasarana, media dan sumber belajar serta pengelolaan kemitraan sekolah dengan masyarakat. Di samping administrasi sekolah, dalam penyelenggaraan sekolah juga terdapat aspek lain yang tidak bisa dipisahkan yaitu kegiatan supervisi pendidikan. Kegiatan supervisi pada dasarnya adalah kegiatan memberikan layanan bantuan perbaikan proses pembelajaran kepada guru termasuk guru bimbingan konseling agar proses pembelajaran dan proses bimbingan berjalan dengan lancar yang dampaknya adalah peningkatan kualitas hasil belajar. Bagian ini akan dibahas tersendiri dalam buku ini.
M
M U
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling
D
Bimbingan konseling merupakan dua kata yaitu “bimbingan” dan kata “konseling”, kedua kata tersebut merupakan kata majemuk yang dirangkaikan untuk memberikan makna yang kuat bahwa proses bimbingan tidak akan dapat berjalan dengan baik dan berhasil maksimal tanpa dibarengi dengan konseling. Sangat banyak pendapat para ahli yang mengemukakan tentang pengertian bimbingan dan konseling, meskipun berbagai pendapat yang dikemukakan oleh para ahli terkadang seakan-akan terdapat perbedaan sesuai dengan sudut pandangnya masing-masing, tetapi umumnya memiliki titik persamaan yang mempertemukan antara satu pengertian dengan pengertian lainnya. Secara etimologis, bimbingan dan konseling terdiri atas dua kata yaitu “Bimbingan” (Guidance) dan “Konseling” (Counseling). Meskipun demikian sebenarnya dalam pelaksanaannya di sekolah, bimbingan dan konseling merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena keduanya merupakan bagian integral yang saling berkaitan. Maka demikian? Hal ini disebabkan karena inti dari kegiatan bimbingan itu sebenarnya adalah proses konseling, oleh sebab itu ada beberapa ahli menyebut bahwa konseling adalah jantungnya proses bimbingan.
54
Profesi Kependidikan
1. Pengertian Bimbingan Sebagaimana yang telah diuraikan pada bagian terdahulu secara singkat telah dijelaskan bahwa, secara harfiah istilah “guidance” (bimbingan) dari akar kata “guide” yang berarti (1) mengarahkan (to direct), (2) memandu (to pilot), (3) mengelola (to manage), (4) menyetir (to steer), (5) menunjukkan jalan (showing the way), (6) memimpin (leading), (7) memberikan petunjuk (giving instruction), (8) mengatur (regulating), (9) dan memberi nasihat (giving advice) (winkel, 1991).
Y
Sedangkan istilah kedua yaitu counseling dalam bahasa Indonesia disebut konseling mempunyai makna membantu seseorang untuk menemukan jalan terbaik dalam mengatasi permasalahan yang dihadapinya. Menurut Jones (1963), Guidances is the help given by one person to another in making choice and adjustments and in solving problems. Pengertian yang dikemukakan oleh ahli tersebut memberi makna bahwa tugas pembimbing hanyalah membantu agar individu yang dibimbing mampu membantu dirinya sendiri, sedangkan keputusan terakhir tergantung kepada individu yang dibimbing (klien). Pada pengertian ini individu yang dibantu memiliki otoritas untuk menentukan cara terbaik baginya dalam mengatasi masalahnya dari berbagai alternatif pilihan jalan yang mungkin diberikan oleh seorang konselor.
M
M U
Para ahli lain seperti Bernard & Fullmer (1985), memberikan pengertian “Bimbingan merupakan kegiatan yang bertujuan meningkatkan realisasi pribadi setiap individu”. Pengertian ini merujuk kepada upaya konselor membantu kliennya agar dapat meningkatkan pewujudan diri individu atau dalam bahasa lain sering disebut sebagai upaya membantu individu untuk mengaktualisasikan potensi dirinya secara nyata dalam kehidupan di lingkungannya.
D
Sementara ahli lain Mathewson (1969), mengemukakan bahwa bimbingan sebagai pendidikan dan pengembangan yang menekankan proses belajar yang sistematik. Pengertian yang dikemukakan oleh Mathewson melihat bimbingan sebagai proses pendidikan dan pengembangan. Proses pendidikan dan pengembangan sebenarnya sangat luas, tetapi Mathewson melihatnya dalam perspektif bimbingan proses pendidikan yang menekankan pada proses belajar. Dengan demikian, maka pengertian ini menekankan sebagai bentuk pendidikan dan pengembangan diri, tujuan yang diinginkan diperoleh melalui proses belajar yaitu terjadinya proses perubahan perilaku. Artinya bimbingan yang diberikan dapat diharapkan untuk mengubah perilaku klien ke arah yang lebih baik, atau dengan kata lain bisa mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapinya dan mampu mengaktualisasikan potensi
Bab 2 | Bimbingan dan Konseling
55
dirinya untuk dapat berkembang secara optimal dalam lingkungannya. Pendapat yang pada dasarnya memiliki makna yang sama juga dikemukakan oleh Rochman Natawidjaja (1978) yang mengemukakan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian, dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti. Ini senada dengan Peters dan Shertzer (Sofyan S. Willis, 2004) yang mendefinisikan bimbingan sebagai: the process of helping the individual to understand himself and his world so that he can utilize his potentialities. Hal ini tidak jauh berbeda juga terdapat pada rumusan pengertian yang dikemukakan oleh para ahli, Walgito (1982) mengemukakan bahwa bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individuindividu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.
Y
M
M U
Dari beberapa pengertian bimbingan di atas dapat dikatakan bahwa ada beberapa indikator sebuah kegiatan dapat dikatakan sebagai proses bimbingan yang dilakukan oleh seorang guru pembimbing atau juga oleh konselor sebagai berikut: a. suatu proses yang berkelanjutan (berkesinambungan),
D
b. suatu proses membantu individu atau sekelompok individu, c.
bantuan yang diberikan itu dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan kemampuan atau potensinya,
d. kegiatan yang bertujuan utama memberikan bantuan agar individu dapat memahami keadaan dirinya dan mampu menyesuaikan dengan lingkungannya, dan e. bantuan yang diberikan tidak memberikan satu keputusan pemecahan masalah akan tetapi mengarah kepada pemahaman individu pada masalah yang dihadapinya, sehingga individu dapat mengambil keputusan sesuai dengan kemampuannya sendiri dan mampu menanggung risiko yang akan dihadapinya kelak. Atau dapat dikatakan bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara terus-menerus (berkelanjutan), sistematis, dan bertahap, yang dilakukan oleh seorang ”ahli”, ini dimaksudkan agar individu dapat memahami dirinya, lingkungannya serta dapat mengarahkan
56
Profesi Kependidikan
diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan secara wajar untuk dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat. Pengertian di atas mempersyaratkan bahwa untuk melakukan bimbingan apalagi konseling diperlukan petugas yang telah memiliki keahlian dan pengalaman khusus dalam bidang bimbingan dan konseling. Dalam pelayanan bimbingan ini seorang pembimbing harus memerhatikan perubahanperubahan yang terjadi pada klien sehingga mudah untuk memantapkan pribadi mereka. Pembimbing selayaknya tidak memaksakan keinginan kepada klien, karena klien mempunyai hak dan kewajiban untuk menentukan sendiri pilihannya. Proses bimbingan tidak menekankan kepada peranan pihak pembimbing. Namun klien lah yang justru dianggap lebih memiliki peranan penting dan aktif dalam proses pengambilan keputusan serta bertanggung jawab sepenuhnya terhadap keputusan yang diambilnya.
M
M U
2. Pengertian Konseling
Y
Di sekolah dan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari kita sering mendengar istilah bimbingan teknis dan istilah penyuluhan yang dimaknai sebagai kegiatan memberikan latihan kepada seseorang untuk dapat melaksanakan tugas teknis secara baik. Sementara istilah penyuluhan digunakan untuk menjelaskan kepada khalayak ramai tentang suatu kegiatan atau kebijakan. Apakah itu yang dimaksudkan dalam istilah bimbingan dan konseling di sekolah?. Istilah konseling (counseling) tidak dapat diartikan begitu saja apalagi disamakan dengan penyuluhan. Istilah penyuluhan sangat tidak tepat kalau dimaknai seperti pendapat umum tersebut, karena kegiatan konseling bersifat lebih khusus, tidak sama dengan kegiatan-kegiatan penyuluhan lain misalnya seperti penyuluhan dalam bidang pertanian. Karena dalam penyuluhan hanya merupakan arahan yang bersifat insidentil, sedangkan konseling bersifat kesinambungan. Untuk menekankan kekhususannya itu maka dipakai istilah Bimbingan dan Konseling. Mengingat kegiatan konseling merupakan kegiatan yang sangat khusus (bukan sekadar penyuluhan) maka kegiatan pelayanan konseling menuntut keahlian khusus, sehingga tidak semua orang yang dapat memberikan bimbingan mampu memberikan jenis layanan konseling ini ( Winkel, 1978 ).
D
James P. Adam yang dikutip oleh Depdikbud (1976), memberikan makna konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu di mana yang seorang (konselor) membantu yang lain (konseli) supaya dia dapat lebih baik memahami dirinya dalam hubungannya dengan masalah hidup yang
Bab 2 | Bimbingan dan Konseling
57
dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang. Hal senada juga dinyatakan oleh Walgito (1982) yang mengemukakan bahwa konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara, dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya. Berdasarkan pengertian-pengertian seperti yang dikemukakan di atas dapat dikatakan bahwa kegiatan konseling itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
Y
a. Pada umumnya dilaksanakan secara individual.
b. Umumnya dilakukan dalam suatu perjumpaan tatap muka atau face to face. c.
M
Merupakan sarana yang tepat dalam keseluruhan program bimbingan dan alat utama dalam kegiatan bimbingannya adalah wawancara.
d. Pelaksanaan konseling dibutuhkan orang yang ahli. Secara profesional artinya dilakukan oleh orang yang berkompeten di dalam bidangnya yaitu konseling.
M U
e. Tujuan pembicaraan dalam proses konseling ini diarahkan untuk memecahkan masalah yang dihadapi klien. f.
Individu yang menerima layanan ( klien ) akhirnya mampu memecahkan masalahnya dengan kemampuannya sendiri. Pengambilan keputusan menjadi tanggung jawab klien.
D
Konseling sebagai salah satu teknik dalam memberikan pelayanan bimbingan kepada klien dapat dilakukan melalui wawancara pada saat dilakukan pertemuan langsung dan tatap muka antara guru/konselor dengan klien. Dengan demikian akan dapat diperoleh pemahaman yang baik, rinci dan nyata oleh konselor tentang kliennya. Di sisi lain klien melalui pelayanan wawancara ini juga memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu mengarahkan dirinya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki ke arah perkembangan yang optimal, sehingga ia dapat mencapai kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial. Secara singkat bimbingan dan konseling dapat dikatakan sebagai sebuah pelayanan dan pemberian bantuan kepada peserta didik baik individu/ kelompok agar tumbuh kemandirian dan perkembangan hubungan pribadi, sosial, belajar, karier dapat secara optimal. Kegiatan bimbingan dan konseling tersebut berbeda dengan kegiatan mengajar. Perbedaan itu antara lain:
58
Profesi Kependidikan
a. Pada kegiatan proses pembelajaran seorang guru merumuskan tujuan yang ingin dicapai pada kegiatan mengajar terlebih dahulu dan target pencapaian tujuan tersebut sama untuk seluruh siswa dalam satu kelas atau satu tingkat sebelum kegiatan pembelajaran dilakukan. Sementara dalam kegiatan bimbingan dan konseling target pencapaian tujuan lebih bersifat individual atau kelompok. b. Pembicaraan dalam kegiatan pembelajaran lebih banyak diarahkan pada pemberian informasi, atau pembuktian dalam suatu masalah, sedangkan pembicaraan dalam kegiatan bimbingan dan konseling lebih ditujukan untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi klien. Jadi titik fokusnya berbeda yaitu pembelajaran lebih bersifat informasi sedangkan konseling pada pemecahan masalah.
Y
M
c. Dalam kegiatan mengajar, para siswanya belum tentu mempunyai masalah yang berkaitan dengan materi yang diajarkan, sedangkan dalam kegiatan bimbingan dan konseling pada umumnya klien telah atau sedang menghadapi masalah.
M U
d. Untuk melaksanakan bimbingan dan konseling, bagi konselor dituntut suatu keterampilan khusus dan berbeda dengan tuntutan bagi seorang guru atau pengajar.
B. Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan di Sekolah
D
Tujuan pendidikan pada akhirnya adalah pembentukan manusia yang utuh dan mandiri, maka proses pendidikan harus dapat membantu siswa mencapai kematangan emosional dan sosial, sebagai individu dan anggota masyarakat selain mengembangkan kemampuan inteleknya. Bimbingan dan konseling menangani masalah-masalah atau hal-hal di luar bidang garapan pengajaran, tetapi secara tidak langsung menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah itu. Kegiatan ini dilakukan melalui layanan secara khusus terhadap semua siswa agar dapat mengembangkan dan memanfaatkan kemampuannya secara penuh (Mortensen & Schemuller, 1969). Bimbingan dan konseling semakin hari semakin dirasakan perlu keberadaannya di setiap sekolah. Hal ini didukung oleh berbagai macam faktor, seperti dikemukakan oleh Koestoer Partowisastro (1982), sebagai berikut: 1. Sekolah merupakan lingkungan hidup kedua setelah rumah, di mana anak dalam waktu sekian jam ( ±6 jam ) hidupnya berada di sekolah.
Bab 2 | Bimbingan dan Konseling
59
2. Para siswa yang usianya relatif lebih muda sangat membutuhkan bimbingan baik dalam memahami dirinya, mengarahkan dirinya, maupun dalam mengatasi berbagai macam kesulitan. Kehadiran konselor di sekolah dapat meringankan tugas guru (Lundquist dan Chelmy yang dikutip oleh Belkin, 1981). Mereka menyatakan bahwa konselor ternyata sangat membantu guru dalam hal:
Y
1. Mengembangkan dan memperluas pandangan guru tentang masalah afektif yang mempunyai kaitan erat dengan profesinya sebagai guru.
2. Mengembangkan wawasan guru bahwa keadaan emosionalnya akan memengaruhi proses belajar mengajar.
M
3. Mengembangkan sikap yang lebih positif agar proses belajar siswa lebih efektif.
4. Mengatasi masalah-masalah yang ditemui guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
M U
Konselor dan guru merupakan suatu tim yang sangat penting dalam kegiatan pendidikan, keduanya sebenarnya tidak dapat dipisahkan dalam proses pendidikan karena keduanya berupaya untuk membantu peserta didik mencapai hasil belajar yang optimal. Keduanya dapat saling menunjang terjadinya proses pembelajaran yang efektif, karena pembelajaran yang sifatnya pemberian informasi dilakukan oleh guru, sementara permasalahan siswa dalam belajar dapat dibantu pemecahannya oleh konselor. Dengan demikian siswa akan menjadi lebih mudah dalam belajar dan tentunya akan dapat mengarahkan semua potensinya untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Oleh karena itu, kegiatan bimbingan dan konseling, tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan pembelajaran dan kegiatan sekolah.
D
Peran bimbingan dan konseling di dalam meningkatkan mutu pendidikan terletak pada bagaimana bimbingan dan konseling itu membangun manusia yang seutuhnya dari berbagai aspek yang ada di dalam diri peserta didik. Pendidikan yang bermutu bukanlah pendidikan yang hanya mentransformasikan ilmu pengetahuan dan teknologi saja, teori-teori, ataupun hal-hal yang bersifat kognitif saja tetapi juga harus didukung oleh peningkatan profesionalitas dan sistem manajemen tenaga pendidikan serta pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong dirinya sendiri dalam memilih dan mengambil keputusan untuk pencapaian cita-cita dan harapan yang dimilikinya, di mana kesemuanya itu tidak hanya menyangkut aspek akademik saja tetapi juga aspek pribadi, sosial, kematangan intelektual, dan sistem nilai peserta didik. Dengan adanya bimbingan dan konseling maka integrasi dari seluruh potensi di dalam diri peserta didik itu dapat dimunculkan, ditumbuhkembangkan dan 60
Profesi Kependidikan
diberdayakan secara optimal dalam mencapai hasil yang diinginkan, bukan hanya aspek kognitif atau akademis saja tetapi juga seluruh komponen dirinya baik itu kepribadian, hubungan sosial serta memiliki nilai-nilai yang dapat dijadikan pegangan yang dapat mengontrol dirinya, sehingga menjadi manusia seutuhnya. Peran BK dalam keempat aspek inilah yang menjadikan bimbingan konseling ikut berperan dalam peningkatan mutu pendidikan.
Y
1. Peranan BK dalam Proses Pembelajaran di Sekolah
Guru bimbingan konseling berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pengembangan diri yang bersifat rutin, insidental dan keteladanan, seperti tertera dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 4 ayat (4) bahwa pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran, dan Pasal 12 Ayat (1b) yang menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. Pelaksanaan kegiatan pelayanan bimbingan: di dalam jam pembelajaran sekolah/tatap muka dan di luar jam pembelajaran sekolah berupa layanan orientasi, konseling perorangan, bimbingan kelompok, dan mediasi (layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antarmereka), serta kegiatan lainnya yang dapat dilaksanakan di luar kelas.
M
M U
D
Kita sering melihat siswa menunjukkan sikap yang berbeda satu dengan yang lainnya, padahal kita dapat mengenali secara pasti mana siswa yang sedang bermasalah dan mana siswa yang tidak sedang bermasalah dalam pembelajaran. Indikator siswa mengalami kesulitan dalam belajar dapat diketahui dari berbagai jenis gejalanya sepertinya dikemukakan Ahmadi (1977) sebagai berikut: a. Hasil belajarnya rendah, di bawah rata-rata kelas. b. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukannya. c. Menunjukkan sikap yang kurang wajar, suka menentang, dusta, tidak mau menyelesaikan tugas-tugas dan sebagainya. Apabila peserta didik berada dalam indikator tersebut di atas, maka bimbingan dan konseling dapat memberikan layanan dalam: a. Bimbingan belajar, b. Bimbingan sosial c. Bimbingan dalam mengatasi masalah-masalah pribadi.
Bab 2 | Bimbingan dan Konseling
61
Dalam hal apa dan bagaimanakah bimbingan konseling bisa berperan dalam peningkatan mutu pendidikan? Jawabannya harus dimulai dari tiga hal yang bisa menjadi indikator dari kesuksesan pendidikan itu sendiri, yakni administrasi sekolah, pengajaran dan pembelajaran yang dilakukan, dan tentu saja hasil yang diperoleh oleh siswa. Pertama, kaitan antara bimbingan konseling dengan administrasi sekolah, di mana yang dimaksud dengan administrasi sekolah bukanlah aspek tata usaha, melainkan lebih pada aspek manajerial dan kepemimpinan sekolah. Secara khusus bimbingan konseling dan administrasi sekolah mempunyai hubungan yang bersifat mutualistik. Administrasi sekolah membutuhkan bimbingan konseling dalam hal masukan, saran-saran, dam laporan-laporan yang terutama berkaitan dengan kebutuhan siswa, tujuannya adalah supaya terjadi peningkatan mutu dan layanan yang diberikan pihak sekolah terhadap siswa (Winkel, 2005).
Y
M
Kedua, kaitan antara bimbingan konseling dengan aspek pengajaran dan pembelajaran di sekolah. Aspek pengajaran dan pembelajaran di sekolah identik dengan kurikulum yang ada, di mana kemudian tujuannya adalah menyediakan pengalaman belajar bagi siswa. Sedangkan bimbingan konseling membantu siswa untuk meresapi pengalaman belajar tersebut. Dengan kata lain, bidang pengajaran menyajikan pengalaman belajar, sedangkan bimbingan konseling mengajak siswa untuk merefleksikan pengalaman belajar itu dalam konteks personal dan sosialnya (Winkel, 2005). Artinya dengan masukan dari bimbingan konseling, kurikulum bisa menjadi lebih personal bagi siswa. Bimbingan konseling juga dapat membantu peningkatan aspek pengajaran dan pembelajaran dalam hal pengembangan kurikulum (agar sesuai dengan kebutuhan dan kapabilitas siswa) dan juga dalam penentuan penjurusan siswa, terutama agar penjurusan siswa tidak hanya didasarkan pada hasil tes IQ semata, tetapi juga memperhitungkan aspek minat, bakat, psikologis, dan kompetensi siswa.
M U
D
Ketiga, keterkaitan antara bimbingan konseling dengan siswa. Di mana sesungguhnya, bimbingan konseling punya peran besar dalam meningkatkan kualitas siswa. Hal ini sejalan dengan tujuan utama dari bimbingan dan konseling di sekolah yakni untuk membantu individu (siswa) mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya (seperti: kemampuan dasar dan bakat-bakatnya), berbagai latar belakang yang ada (seperti: latar belakang keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi) serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya. Dalam kaitan ini bimbingan dan konseling membantu individu untuk menjadi insan yang berguna dalam hidupnya yang memiliki wawasan, pandangan, interpretasi,
62
Profesi Kependidikan
pilihan, penyesuaian dan keterampilan yang tepat berkenaan dengan diri sendiri dan lingkungannya (Prayitno, 2004). Bimbingan konseling bertugas untuk membantu siswa dalam hal perkembangan belajar di sekolah (perkembangan akademis), mengenal diri sendiri dan mengerti kemungkinan-kemungkinan yang terbuka bagi mereka, sekarang maupun kelak, menentukan cita-cita dan tujuan dalam hidupnya, serta menyusun rencana yang tepat untuk mencapai tujuan-tujuan itu, serta mengatasi masalah pribadi yang mengganggu belajar di sekolah atau hubungan dengan orang lain, atau yang mengaburkan cita-cita hidup (Kartono, 2007).
2. Tujuan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Y
M
Layanan bimbingan sangat dibutuhkan agar siswa-siswa yang mempunyai masalah dapat terbantu, sehingga mereka dapat belajar lebih baik. Dalam kurikulum SMA tahun 1975 Buku III C dinyatakan bahwa tujuan bimbingan di sekolah adalah membantu siswa:
M U
a. Mengatasi kesulitan dalam belajarnya, sehingga memperoleh prestasi belajar yang tinggi. b. Mengatasi terjadinya kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang dilakukannya pada saat proses belajar mengajar berlangsung dan dalam hubungan sosial. c. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan kesehatan jasmani.
D
d. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan kelanjutan studi. e. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan perencanaan dan pemilihan jenis pekerjaan setelah mereka tamat. f.
Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan masalah sosialemosional di sekolah yang bersumber dari sikap murid yang bersangkutan terhadap dirinya sendiri, terhadap lingkungan sekolah, keluarga, dan lingkungan yang lebih luas.
Downing (1968), juga mengemukakan bahwa tujuan layanan bimbingan di sekolah sebenarnya sama dengan pendidikan terhadap diri sendiri, yaitu membantu siswa agar dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial psikologis mereka, merealisasikan keinginannya, serta mengembangkan kemampuan dan potensinya. Tujuan umum bimbingan terhadap siswa agar dapat membantu memandirikan peserta didik dan mengembangkan potensi-potensi mereka secara optimal. Selain itu agar siswa dapat (1) memahami diri dan lingkungan;
Bab 2 | Bimbingan dan Konseling
63
(2) mengarahkan diri; (3) menyesuaikan diri dengan lingkungan dan (4) mengembangkan diri. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik (belajar) adalah: a. Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.
Y
b. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan.
M
c. Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
d. Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku, mengggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.
M U
Secara umum dapat dikemukakan bahwa tujuan layanan bimbingan terhadap siswa di sekolah adalah membantu mengatasi berbagai macam kesulitan yang dihadapi siswa sehingga terjadi proses belajar mengajar yang efektif dan efisien.
3. Fungsi Bimbingan dan Konseling
D
Pelayan bimbingan dan konseling memiliki beberapa fungsi, yaitu (1) fungsi pencegahan (preventif), (2) pemahaman, (3) pengentasan, (4) pemeliharaan,(5) penyaluran, (6) penyesuaian, (7) pengembangan dan (8) perbaikan (kuratif), serta (9) advokasi. a. Fungsi Pencegahan
64
Sesuai dengan fungsi sebagai pencegahan maka pelayanan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada klien adalah dimaksudkan untuk mencegah timbulnya masalah pada diri siswa sehingga mereka terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat perkembangannya. Berdasarkan fungsi ini, maka pada hakikatnya pelayanan bimbingan dan konseling adalah pelayanan yang terus-menerus dilakukan, atau pelayanan harus tetap diberikan kepada setiap siswa sepanjang masa sebagai usaha untuk mencegah timbulnya masalah. Fungsi ini dapat diwujudkan oleh guru pembimbing atau konselor dengan merumuskan program bimbingan yang sistematis, sehingga hal-hal yang dapat menghambat perkembangan
Profesi Kependidikan
siswa seperti kesulitan belajar, kekurangan informasi, masalah sosial, dan lain sebagainya dapat dihindari. b. Fungsi Pemahaman
Sesuai dengan nama fungsi yaitu pemahaman, maka layanan konseling yang diberikan adalah pelayanan bimbingan dan konseling yang ditujukan dengan maksud untuk memberikan pemahaman tentang diri klien atau siswa beserta permasalahannya dan juga lingkungannya oleh klien itu sendiri dan oleh pihak-pihak yang membantunya (pembimbing).
Y
1) Pemahaman terhadap klien
Pemahaman tentang klien merupakan titik tolak upaya pemberian bantuan. Sebelum pembimbing atau konselor ataupun pihak-pihak lain dapat memberikan layanan tertentu kepada klien dalam rangka pemberian bantuan (bimbingan) maka perlu terlebih dahulu memahami individu (siswa) yang akan dibantunya secara detail, rinci dan komprehensif. Pemahaman tentang diri klien harus secara komprehensif tersebut terutama hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang pribadi, kekuatan dan kelemahannya, serta kondisi lingkungannya.
Pemahaman tentang klien secara komprehensif yang mencakup aspekaspek di atas meliputi: 1) identitas individu (klien), (2) latar belakang pendidikan, (3) status sosial ekonomi orangtua, (4) kemampuan yang mencakup inteligensi, bakat, minat dan hobi, (5) kesehatan, (6) kecenderungan sikap dan kebiasaan, (7) cita-cita pendidikan dan pekerjaan, (8) keadaan lingkungan tempat tinggal, (9) kedudukan dan prestasi yang pernah dicapainya, (10) kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan, (11) jurusan atau program studi yang diikuti, (12) mata pelajaran yang diambil, (13)nilai atau prestasi yang menonjol yang pernah dicapai,(14) kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti,(15) sikap dan kebiasaan belajar(16)hubungan dengan teman sebaya, dan lain-lain.
M
M U
D
Seperti kita ketahui setiap manusia memiliki perbedaan, dan tidak ada manusia yang sama persis meskipun dia dilahirkan kembar siam sekalipun. Tiap-tiap individu diciptakan dan dibekali dengan potensi-potensi tertentu yang sangat mungkin berbeda satu dengan lainnya. Idealnya setiap individu harus bisa menggali dan memahami potensi-potensi diri sendiri, kekuatan dan kelemahan tentang dirinya yang dapat dikembangkan. Tetapi sebagian terbesar anak atau peserta didik tidak mengetahui apa kekuatan dan kelemahannya atau
Bab 2 | Bimbingan dan Konseling
65
potensi apa yang sangat besar ada pada dirinya untuk dikembangkan. Akibatnya, individu-individu yang bersangkutan tidak berusaha semaksimal mungkin mengembangkan potensi dan kekuatan yang ada dalam dirinya di satu sisi dan di sisi lain tidak pula berusaha meminimalisasikan kelemahan-kelemahannya atau masalah-masalah yang dihadapinya.
Selain klien itu sendiri yang harus memahami tentang dirinya, pembimbing (konselor) harus memahami tentang klien yang dibantunya. Bagi pembimbing (konselor) pemahaman tentang klien merupakan suatu keharusan dalam upaya memberikan bantuan. Semakin tepat pemahamannya tentang klien semakin tepat alternatif layanan konseling yang akan diberikannya. Oleh karena itu, pemahaman klien oleh pembimbing (konselor) juga bisa menjadi bahan acuan terutama dalam rangka kerja sama dengan pihak-pihak lain untuk membantu klien (siswa). Selain pembimbing (konselor), guru pun harus memahami tentang siswa agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien. Guru yang memahami siswa secara baik akan senantiasa melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa sehingga siswa dapat mengikuti pelajaran secara efektif dan efisien.
Y
M
M U
Menurut Prayitno dan Amti (1999), pemahaman terhadap siswa di sekolah harus mendahului pengajaran dan konseling. Oleh karena itu, sebelum kegiatan pengajaran (pembelajaran) dan konseling di sekolah dilakukan harus terlebih dahulu memahami siswa didik secara baik. Selanjutnya mengutip pendapat Mortensen & Chumuller, seperti dijelaskan oleh Prayitno dan Amti (1999) menyatakan bahwa kesalahan-kesalahan pengajaran dan praktik-praktik bimbingan dan konseling di sekolah di masa lalu, sering kali diakibatkan oleh kurang mendalam dan meluasnya pemahaman terhadap siswa.
D
2) Pemahaman tentang masalah klien
66
Layanan konseling pada dasarnya adalah layanan yang diberikan oleh konseling atau guru konselor kepada siswa untuk dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh siswa (klien). Karena itu pemahaman masalah oleh konselor atau guru konselor merupakan langkah awal yang wajib mereka lakukan. Dalam upaya membantu memecahkan masalah klien (siswa) melalui pelayan bimbingan dan konseling maka pemahaman terhadap masalah klien atau siswa oleh pembimbing merupakan suatu keharusan. Tanpa pemahaman terhadap masalah klien, tidak mungkin pemecahan terhadap masalah
Profesi Kependidikan
yang dialami klien dapat dilakukan. Tidak ada masalah yang dapat dipecahkan secara tuntas tanpa memahami permasalahan secara utuh dan komprehensif.
Pemahaman terhadap masalah klien menyangkut jenis masalahnya, intensitas, sangkut pautnya dengan masalah lain, sebab-sebabnya, dan kemungkinan-kemungkinan dampaknya apabila tidak segera dipecahkan.
Banyak siswa di sekolah yang tidak memahami dirinya memiliki masalah. Mereka mengira bahwa dirinya baik-baik saja, padahal sesungguhnya ada masalah yang cukup berarti. Tidak ada individu yang tidak memiliki masalah. Demikian juga tidak akan ada siswa di sekolah yang tidak memiliki masalah, tetapi kebanyakan siswa bahkan orang dewasa sekalipun tidak sadar bahwa dia sedang berada dalam masalah yang berat. Sangat sering orang memahami masalah bukan pada sumber dan akar masalah, tetapi yang mereka pahami adalah dampak masalah yang tampak. Padahal sebenarnya hal itu bukan masalah tetapi sumber masalah. Akibat ketidakpahaman ini maka masalah biasanya tidak dapat diatasi secara permanen.
M
M U
3) Pemahaman terhadap lingkungan
Y
Lingkungan sebenarnya adalah segala sesuatu yang berada di luar diri individu atau segala sesuatu yang ada di sekitar individu dan secara langsung maupun tidak langsung dapat memengaruhi individu dalam berpikir, bersikap dan bertindak. Kondisi di luar individu atau di sekitar individu tersebut seperti keadaan rumah tempat tinggal, keadaan sosio ekonomi dan sosio emosional keluarga, keadaan hubungan antartetangga, teman sebaya, masyarakat sekitar dan lain sebagainya.
Bagi siswa di sekolah, melalui fungsi ini pelayanan bimbingan dan konseling diberikan agar mereka memahami lingkungannya secara tepat, akurat, komprehensif dan baik. Lingkungan sekolah yang perlu dipahami secara baik oleh setiap siswa meliputi lingkungan fisik, berbagai hak dan tanggung jawab siswa terhadap sekolah, disiplin yang harus dipatuhi oleh siswa, aturan-aturan yang menyangkut kurikulum, pembelajaran, penilaian, kenaikan kelas, hubungan dengan guru dan sesama siswa, kesempatan-kesempatan yang diberikan oleh sekolah dan lain sebagainya.
Selain itu, para siswa pun harus diberi kesempatan untuk memahami berbagai informasi yang berguna berkenaan dengan pendidikan
D
Bab 2 | Bimbingan dan Konseling
67
yang sedang dijalaninya, pendidikan lanjutannya dan dengan kemungkinan pekerjaan yang dapat dikembangkannya kelak setelah dia menyelesaikan studinya. Bahan-bahan tersebut sering disebut informasi pendidikan dan jabatan atau pekerjaan. Melalui berbagai informasi tersebut, para siswa dimungkinkan menjangkau dunia luar sekolah, serta sudah mulai memperkirakan masa depan mereka. Pembimbing atau konselor perlu menyusun program yang lebih luas untuk membantu klien memahami lingkungannya. Kerja sama antara konselor dengan pihak- pihak lain; seperti guru, wali kelas, pejabat ketenagakerjaan, dan lain-lain sangat diperlukan.
Y
Untuk mewujudkan fungsi ini dalam pelayanan bimbingan dan konseling harus dilakukan pengumpulan data setiap saat dan terusmenerus di up date. Dengan demikian, akan diperoleh data tentang siswa secara komprehensif, sehingga bisa diperoleh pemahaman tentang siswa pada aspek-aspek yang diperlukan untuk memberikan layanan informasi yang tepat, akurat dan up to date.
M
M U
c. Fungsi Pengentasan
Kehadiran atau kedatangan seorang siswa kepada konselor atau guru pembimbing pada dasarnya karena dia menyadari bahwa dia mengalami suatu permasalahan dan ia tidak dapat memecahkan permasalahannya sendiri. Karena itu kehadiran klien kepada konselor pada dasarnya yang diharapkan oleh siswa yang bersangkutan adalah teratasinya masalah yang dihadapinya. Siswa yang mengalami masalah dianggap berada dalam suatu kondisi atau keadaan yang tidak mengenakkan, sehingga perlu diangkat atau dikeluarkan dari kondisi atau keadaan tersebut. Masalah yang dialami siswa juga merupakan suatu keadaan yang tidak disukainya. Oleh sebab itu, ia harus dibantu untuk keluar dari keadaan yang tidak disukainya, atau tidak mengenakkan tersebut.
Dengan demikian, dapat dikatakan fungsi pengentasan dalam layanan konseling adalah upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan melalui pelayanan bimbingan dan konseling secara tuntas sampai pada akar masalah. Dengan demikian, masalah akan terpecahkan secara permanen dan tidak kembali bermasalah lagi pada masalah yang sama atau dengan kata lain masalahnya dapat tertuntaskan pemecahannya.
D
d. Fungsi Pemeliharaan
68
Menurut Prayitno dan Amti (1999), fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala sesuatu yang baik (positif) yang ada pada diri individu (siswa), baik hal itu merupakan pembawaan maupun hasil-hasil
Profesi Kependidikan
perkembangan yang telah dicapai selama ini. Inteligensi yang tinggi, bakat yang istimewa, minat yang menonjol untuk hal-hal yang positif dan produktif, sikap dan kebiasaan yang telah terbina dalam bertindak dan bertingkah laku sehari-hari, cita-cita yang tinggi dan cukup realistik, kesehatan dan kebugaran jasmani, hubungan sosial yang harmonis dan dinamis, dan berbagai aspek positif lainnya termasuk akhlak yang baik, dari individu perlu dipertahankan dan dipelihara. Bahkan lingkungan yang baik pun, baik lingkungan fisik, sosial dan budaya, perlu dipelihara dan sebesar-besarnya dimanfaatkan untuk kepentingan individu (siswa).
Y
Selanjutnya Prayitno dan Amti (1999), menyatakan bahwa fungsi pemeliharaan di sini bukan sekadar mempertahankan agar hal-hal yang telah disebutkan di atas tetap utuh, tidak rusak, dan tetap dalam keadaan semula, melainkan juga mengusahakan agar hal-hal tersebut bertambah lebih baik dan berkembang. Implementasi fungsi ini dalam bimbingan dan konseling dapat dilakukan melalui berbagai pengaturan, kegiatan, dan program. Misalnya kegiatan kelompok belajar di sekolah dijaga kelangsungannya dan dikembangkan sebagai salah satu arah kegiatan belajar siswa di luar kelas. Contoh adalah penempatan dan penjurusan siswa pada program-program akademik tertentu dan kegiatan kurikuler serta ekstrakurikuler disesuaikan dengan kemampuan, bakat, dan minat siswa.
M
M U
e. Fungsi Penyaluran
D
Setiap siswa memiliki hak untuk memperoleh kesempatan dalam mengembangkan diri sesuai dengan keadaan pribadinya masing-masing yang meliputi bakat, minat, kecakapan, cita-cita dan lain sebagainya. Kesempatan mengembangkan diri sesuai potensi ini merupakan kebutuhan bagi setiap manusia bukan hanya siswa. Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang dapat mendorong seseorang untuk lebih berprestasi lagi.
Melalui fungsi ini pelayanan bimbingan dan konseling berupaya mengenali masing-masing siswa secara perorangan, selanjutnya memberikan bantuan menyalurkan ke arah kegiatan atau program yang dapat menunjang tercapainya perkembangan yang optimal.
f.
Fungsi Penyesuaian
Salah satu masalah yang sering dihadapi seseorang termasuk siswa di sekolah adalah kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, kondisi tertentu atau orang-orang di sekitarnya. Apabila kesulitan penyesuaian diri ini tidak teratasi maka berpotensi menjadi masalah bagi
Bab 2 | Bimbingan dan Konseling
69
siswa. Oleh karena itu, bimbingan dan konseling juga memiliki fungsi bantuan layanan penyesuaian. Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling membantu terciptanya penyesuaian antara siswa dan lingkungannya. Sehingga membantu siswa memperoleh penyesuaian diri dengan baik dengan lingkungannya terutama lingkungan sekolah bagi siswa.
Fungsi penyesuaian mempunyai dua arah, Pertama, bantuan kepada siswa untuk dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Sekolah memiliki tata sosial budaya tersendiri dengan segala tuntutan dan normanormanya, sementara siswa memiliki norma dan tata aturan serta budaya dan kebiasaan sendiri yang berasal dari rumah atau masyarakatnya. Tata aturan dan norma serta nilai dan budaya itu mungkin saja berbeda satu lingkungan dengan lingkungan lainnya. untuk itu siswa harus mampu menyesuaikan dirinya. Hal inilah diperlukan bantuan layanan oleh konselor agar siswa dapat menyesuaikan diri dengan berbagai lingkungan yang berbeda tersebut secara cepat dan tepat.
Y
M
M U
Kedua, bantuan dalam mengembangkan program pendidikan yang sesuai dengan keadaan masing-masing individu (siswa). Pada arah kedua ini, lingkungan yang disesuaikan dengan siswa dalam pengertian program pendidikan yang akan diberikan kepada siswa di desain secara individual untuk diikuti oleh siswa agar bakat dan potensinya dapat berkembang optimal melalui kegiatan program tertentu tersebut. Antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya berbeda dalam aspek kepribadian, kemampuan, bakat, minat, dan aspek-aspek lainnya. Ada pula siswa yang sangat berminat terhadap kegiatan tertentu di sekolah, ada juga yang tidak berminat sama sekali.
D
g. Fungsi Pengembangan
70
Siswa di sekolah merupakan individu yang sedang dalam proses perkembangan. Misalnya murid SD/MI adalah sosok individu yang sedang berkembang menuju usia SMP/MTs, siswa SMP/MTs adalah sosok individu yang sedang berkembang menuju usia SMA/MA dan seterusnya. Mereka memiliki potensi tertentu untuk dikembangkan. Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling diberikan kepada para siswa untuk membantu para siswa dalam mengembangkan keseluruhan potensinya secara lebih terarah sehingga mereka dapat berkembang sesuai dengan potensinya masing-masing. Dalam fungsi ini hal-hal yang sudah baik, dimantapkan, dijaga dan dikembangkan. Misalnya sikap dan kebiasaan baik yang telah terbina dalam bertindak dan bertingkah laku sehari-hari tetap dipelihara dan terus diupayakan untuk dikembangkan.
Profesi Kependidikan
h. Fungsi Perbaikan
Tiap-tiap individu pasti memiliki masalah, tidak ada individu atau siswa di sekolah yang tidak memiliki masalah. Namun yang menjadi pembeda antara individu (siswa) yang satu dan yang lain adalah tingkat kompleksitas permasalahan yang dihadapi serta tingkat kematangan seorang individu dalam menyikap permasalahan yang dihadapinya. Ada siswa yang memiliki kemampuan tinggi menghadapi masalah dan mampu memecahkannya atau keluar dari masalah, sebaliknya banyak siswa justru bergelut dalam masalah tersebut tanpa dapat keluar dari masalah. Akibatnya menjadi masalah lingkaran setan yang makin lama masalahnya akan terus menjadi besar.
Walaupun pelayanan bimbingan dan konseling melalui fungsi pencegahan, penyaluran dan penyesuaian telah diberikan, tetapi masih mungkin individu (siswa) memiliki masalah-masalah tertentu sehingga fungsi perbaikan diperlukan. Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa untuk membantu mereka memecahkan masalahmasalah yang dihadapinya. Bantuan yang diberikan konselor sangat tergantung kepada masalah yang dihadapi siswa. Dalam fungsi perbaikan, siswa yang memiliki masalah yang mendapatkan prioritas untuk diberikan bantuan, sehingga dengan demikian diharapkan masalah yang dihadapi oleh siswa tidak terjadi lagi pada masa yang akan datang.
i.
Fungsi Advokasi
Layanan bimbingan dan konseling untuk aspek fungsi advokasi ini bertujuan memberikan bantuan kepada para siswa untuk memperoleh pembelaan atas hak dan atau kepentingannya yang kurang mendapat perhatian. Seperti diketahui para siswa sebagai peserta didik mempunyai hak dan kewajiban sendiri yang sudah semestinya juga mendapat perhatian oleh semua pendidik termasuk para petugas bimbingan konseling di sekolah. Terkadang hak-hak siswa sering terabaikan oleh para pendidik di sekolah.
Y
M
M U
D
C. Prinsip Bimbingan dan Konseling 1. Prinsip-prinsip BK Keberhasilan sesuatu pekerjaan salah satunya ditentukan oleh seberapa besar proses pekerjaan itu dilakukan oleh seseorang sesuai dengan prinsip kerja. Sehingga prinsip kerja ini memberikan arah dan pedoman bagi seseorang dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan bimbingan dan konseling
Bab 2 | Bimbingan dan Konseling
71
kepada siswa. Sangat sering kita jumpai seseorang bekerja berdasarkan apa yang menjadi kehendaknya atau hanya berdasarkan pemikirannya saja, akibatnya hasil kerja tidak optimal dan bahkan bertentangan dengan lingkungan kerjanya. Demikian pula halnya dengan pelayanan bimbingan konseling diperlukan prinsip kerja yang kuat, sebagai panduan dalam memberikan layanan konseling. Bimbingan konseling membutuhkan suatu prinsip atau aturan main dalam menjalankan program pelayanan bimbingan. Menurut Prayitno dan Amti (1994) prinsip bimbingan konseling yaitu rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan dan proses penanganan masalah, program pelayanan dan penyelenggaraan pelayanan.
Y
M
Adapun rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling mencakup prinsip sasaran layanan, prinsip permasalahan individu, prinsip program pelayanan dan yang terakhir prinsip tujuan dan pelaksanaan pelayanan. Apabila keempat prinsip tersebut dilaksanakan secara utuh maka layanan bimbingan dan konseling akan tercapai sesuai keinginan konselor dan klien.
M U
a. Prinsip Umum
Seperti dijelaskan pada bagian awal bahwa kegiatan bimbingan konseling pada dasarnya adalah kegiatan yang ditujukan untuk membantu para siswa untuk mengatasi berbagai permasalah dalam belajar, sehingga dia dapat menyesuaikan diri dengan berbagai keadaan. Dengan demikian, dia akan dapat belajar dengan baik dan pada gilirannya dapat mencapai hasil yang optimal.
D
Kegiatan bimbingan dan konseling ini akan dapat mencapai hasil yang optimal apabila dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling itu sendiri. Di bawah ini akan diuraikan beberapa prinsip bimbingan konseling, baik prinsip yang sifatnya umum maupun yang sifatnya khusus. 1) Bimbingan harus berpusat pada individu yang dibimbingnya. 2) Bimbingan diberikan kepada memberikan bantuan agar individu yang dibimbing mampu mengarahkan dirinya dan menghadapi kesulitankesulitan dalam hidupnya. 3) Pemberian bantuan disesuaikan dengan kebutuhan individu yang dibimbing. 4) Bimbingan berkenaan dengan sikap dan tingkah laku individu. 5) Pelaksanaan bimbingan dan konseling dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan yang dirasakan individu yang dibimbing. 6) Upaya pemberian bantuan harus dilakukan secara fleksibel.
72
Profesi Kependidikan
7) Program bimbingan dan konseling harus dirumuskan sesuai dengan program pendidikan dan pembelajaran di sekolah yang bersangkutan. 8) Implementasi program bimbingan dan konseling harus dipimpin oleh orang yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan dan konseling dan pelaksanaannya harus bekerja sama dengan berbagai pihak yang terkait, seperti dokter psikiater, serta pihak-pihak yang terkait lainnya.
Y
9) Untuk mengetahui hasil yang diperoleh dari upaya pelayanan bimbingan dan konseling, harus diadakan penilaian atau ekuivalensi secara teratur dan berkesinambungan.
b. Prinsip-prinsip Khusus yang Berhubungan dengan Siswa
M
1) Pelayanan BK harus diberikan kepada semua siswa.
2) Harus ada kriteria untuk mengatur prioritas pelayanan bimbingan dan konseling kepada individu atau siswa.
M U
3) Program pemberian bimbingan dan konseling harus berpusat pada siswa. 4) Pelayanan dan bimbingan konseling di sekolah dan madrasah harus dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu yang bersangkutan beragam dan luas. 5) Keputusan akhir dalam proses BK dibentuk oleh siswa sendiri.
6) Siswa yang telah memperoleh bimbingan, harus secara berangsur-angsur dapat menolong dirinya sendiri.
D
c. Prinsip Khusus yang Berhubungan dengan Pembimbing 1) Konselor harus melakukan tugas sesuai dengan kemampuannya masingmasing. 2) Konselor di sekolah dipilih atas dasar kualifikasi kepribadian, pendidikan pengalaman, dan kemampuan. 3) Sebagai tuntutan profesi, pembimbing atau konselor harus senantiasa berusaha mengembangkan dirinya dan keahliannya melalui berbagai kegiatan. 4) Konselor hendaknya selalu mempergunakan berbagai informasi yang tersedia tentang siswa yang dibimbing beserta lingkungannya sebagai bahan yang membantu individu yang bersangkutan ke arah penyesuaian diri yang lebih baik. 5) Konselor harus menghormati, menjaga kerahasiaan informasi tentang siswa yang dibimbingnya.
Bab 2 | Bimbingan dan Konseling
73
6) Konselor harus melaksanakan tugasnya hendaknya mempergunakan berbagai metode yang sama.
d. Prinsip yang Berhubungan dengan Organisasi dan Administrasi (Manajemen) Pelayanan Bimbingan Konseling 1) Bimbingan dan konseling harus dilaksanakan secara sistematis dan berkelanjutan.
Y
2) Pelaksanaan bimbingan dan konseling ada di kartu pribadi (commulative record) bagi setiap siswa. 3) Program pelayanan bimbingan dan konseling harus disusun sesuai dengan kebutuhan sekolah atau madrasah yang bersangkutan.
M
4) Harus ada pembagian waktu antar pembimbing, sehingga masing-masing pembimbing mendapat kesempatan yang sama dalam memberikan bimbingan dan konseling.
M U
5) Bimbingan dan konseling dilaksanakan dalam situasi individu atau kelompok sesuai dengan masalah yang dipecahkan dan metode yang dipergunakan dalam memecahkan masalah terkait.
6) Dalam menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling, sekolah dan madrasah harus bekerja sama dengan berbagai pihak. 7) Kepala sekolah atau madrasah merupakan penanggung jawab utama dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah.
D
Prayitno dan Amti (1999) mengklasifikasikan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling ke dalam empat bagian, yaitu: 1. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran pelayanan 2. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan individu 3. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program pelayanan 4. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan Selanjutnya oleh Prayitno dan Amti (1999), keempat prinsip tersebut dirinci dengan rumusan masing-masing sebagai berikut: a. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan 1) Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, agama dan status sosial ekonomi. 2) Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis. 3) Bimbingan dan konseling memerhatikan sepenuhnya tahap-tahap berbagai aspek perkembangan individu.
74
Profesi Kependidikan
4) Bimbingan dan konseling memberikan perhatian utama kepada perbedaan individual yang menjadi orientasi pokok pelayanan.
e. Prinsip yang Berkenaan dengan Pemasalahan Individu 1) Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental/fisik individu terhadap penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah, serta dalam kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan dan sebaliknya pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu.
Y
2) Kesenjangan sosial, ekonomi, dan kebudayaan merupakan faktor timbulnya masalah pada individu yang semuanya menjadi perhatian utama pelayanan bimbingan dan konseling.
M
f. Prinsip yang Berkenaan dengan Program Layanan
1) Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari upaya pendidikan dan pengembangan individu; oleh karena itu, program bimbingan dan konseling harus diselaraskan dan dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta didik.
M U
2) Program bimbingan dan konseling harus fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan individu, masyarakat, dan kondisi lembaga. 3) Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidikan terendah sampai tertinggi.
D
g. Prinsip-prinsip yang Berkenaan dengan Tujuan dan Pelaksanaan Pelayanan 1) Bimbingan dan konseling harus mengarahkan individu mampu menyelesaikan permasalahan pribadi. 2) Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan akan dilakukan oleh individu harusnya atas kemauan individu sendiri, bukan karena desakan atau kemauan orang lain. 3) Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dan bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi. 4) Kerja sama antara pembimbing dengan guru lain dan orangtua menentukan hasil pelayanan pembimbingan. 5) Pengembangan program layanan bimbingan dan konseling ditempuh melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu yang telibat dalam proses pelayanan dan program bimbingan dan konseling itu sendiri.
Bab 2 | Bimbingan dan Konseling
75
D. Asas Bimbingan dan Konseling Dalam setiap kegiatan yang akan dilaksanakan seharusnya ada suatu dasar atau landasan yang menjadi pertimbangan atau yang mendasari mengapa suatu kegiatan dilakukan. Demikian pula dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseling, ada asas yang dijadikan dasar pertimbangan dalam kegiatan itu. Terdapat dua belas asas yang harus menjadi dasar pertimbangan dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling itu adalah sebagai berikut.
Y
1. Asas Kerahasiaan
Kerahasiaan dalam sebuah bimbingan dan konseling sangatlah ditekankan bahkan menjadi kunci mendasar yang harus atau wajib ditaati oleh pemberi layanan dalam penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling. Seorang konselor harus mengetahui secara detail akan masalah pribadi klien sampai ke hal-hal yang sangat rahasia. Oleh karena itu, konselor harus menjaga kerahasiaan data yang diperoleh dari kliennya. Kerahasiaan data perlu dihargai dengan baik dan diyakini secara pasti oleh klien, karena layanan dalam bimbingan dan konseling hanya dapat berlangsung dengan baik jika data atau informasi yang dipercayakan pada konselor dapat dijamin kerahasiaannya oleh klien, tanpa keyakinan dan kepercayaan dari klien maka proses layanan tidak akan mencapai hasil yang optimal. Sebagaimana firman Allah Swt. bahwa memelihara amanah dan menepati janji merupakan salah satu karakteristik orang yang beruntung. Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Mu’minuun/23:8 Artinya;… Dan orang-orang yang memelihara amanatamanat (yang dipikulnya) dan janji-janjinya.
M
M U
D
2. Asas Kesukarelaan
Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa bimbingan dan konseling merupakan proses membantu individu. Pengertian membantu di sini yaitu bimbingan bukan suatu paksaan. Sebab layanan yang diberikan secara paksaan tidak akan mampu membuat klien untuk terbuka semua hal yang melatarbelakangi masalah yang dihadapinya. Oleh karena itu, dalam kegiatan bimbingan dan konseling perlu adanya kerja sama yang demokratis antara konselor dan kliennya. Kerja sama akan terjalin apabila klien dapat dengan penuh kesadaran diri dan secara suka rela serta dengan tanggung jawab mau menceritakan serta menjelaskan masalah yang dialaminya pada konselor.
76
Profesi Kependidikan
3. Asas Keterbukaan Asas keterbukaan merupakan asas penting bagi konselor, karena hubungan tatap muka antara klien dengan konselor merupakan pertemuan batin. Kesadaran diri seorang klien akan ditindaklanjutinya dengan kesadaran tanpa paksaan untuk mengungkapkan segala isi hatinya kepada konselor. Hal itu berarti diperlukan adanya keterbukaan klien dalam mengungkapkan apa pun yang berkaitan dengan masalah yang dihadapinya. Dengan adanya keterbukaan klien pada konselor dapat lebih membuka dirinya, unuk membuka kedok hidupnya yang menjadi penghambat perkembangannya. Dengan cara ini konselor akan dapat memberikan berbagai alternatif pemecahan masalah dengan memanfaatkan potensi yang ada pada masing-masing klien.
Y
M
4. Asas Kekinian
Pada umumnya pelayanan bimbingan dan konseling bertitik tolak dari masalah yang dirasakan klien saat sekarang, namun pada dasarnya pelayanan bimbingan dan konseling itu sendiri menjangkau dimensi waktu yang lebih luas. Dalam hal ini diharapkan konselor dapat mengarahkan klien untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapinya sekarang. Sebagaimana firman Allah Swt., yang artinya:
M U
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengajarkan amal saleh dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati menetapi kesabaran.”(QS. Al-Ashar/103:1-3)
D
5. Asas Kemandirian
Sebagaimana diuraikan pada bagian terdahulu konseling diberikan untuk dapat mengembangkan dan lebih memberdayakan potensi yang ada pada klien untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Oleh karena itu, salah satu tujuan diberikannya bimbingan dam konseling adalah agar konselor dapat menghidupkan kemandirian di dalam diri klien. Pada tahap awal proses konseling, biasanya klien menampakkan sikap yang lebih tergantung dibandingkan pada tahap akhir bimbingan dan konseling. Sebenarnya sikap ketergantungan klien terhadap konselor ditentukan oleh respons-respons yang diberikan konselor pada kliennya. Oleh karena itu, konselor dan klien harus berusaha untuk menumbuhkan sikap kemandirian itu di dalam diri klien dengan cara memberikan respons yang cermat. Sebagaimana firman Allah Swt., yang artinya:
Bab 2 | Bimbingan dan Konseling
77
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa ( dari kejahatannya ) yang dikerjakannya….”(QS. Al-Baqarah/2:286)
6. Asas Kegiatan Asas kegiatan yang dimaksudkan dalam layanan bimbingan konseling ini pada dasarnya adalah asas yang menghendaki layanan bimbingan dan konseling yang menghendaki agar klien berpartisipasi secara aktif di dalam proses penyelenggaraan bimbingan. Dalam hal ini konselor perlu mendorong klien untuk aktif dalam setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang diperuntukkan baginya. Pada saat kegiatan layanan dilakukan, konselor berupaya mendorong siswa untuk lebih aktif dalam mengemukakan masalah, aktif dalam mencari solusi masalah bersama-sama konselor dan akhirnya aktif mencari atau memilih cara terbaik dalam memecahkan masalah setelah mendapatkan pencerahan dari konselor.
M
M U
7. Asas Kedinamisan
Y
Keberhasilan usaha pelayanan bimbingan dan konseling ditandai dengan terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku klien ke arah yang baik. Untuk mewujudkan terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku itu membutuhkan proses dan waktu yang sesuai dengan kedalaman dan kerumitan masalah yang dihadapi klien. Konselor dan klien serta pihak-pihak lain diminta untuk bekerja sama sepenuhnya agar pelayanan bimbingan dan konseling yang diberikan dapat dengan cepat menimbulkan perubahan sikap dan tingkah laku baik pada klien. Sebagaimana firman Allah Swt., yang artinya:
D
…”sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah dirinya sendiri.”(QS. Ar Ra’du/13:11)
8. Asas Keterpaduan Asas ini yang menghendaki agar berbagai proses pelayanan bimbingan dan konseling terjalin kerja sama yang baik antara konselor dengan pihak lain yang dapat membantu penanggulangan masalah yang dihadapi klien. Kerja sama ini tidak hanya antara klien dan konselor tetapi juga kerja sama dengan semua pihak yang membantu kegiatan layanan bimbingan konseling.
9. Asas Kenormatifan Pelayanan bimbingan dan konseling yang dilakukan hendaknya tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat dan
78
Profesi Kependidikan
lingkungannya. Konselor harus dapat membicarakan secara terbuka dan terus terang segala sesuatu yang menyangkut norma dari mulai bagaimana berkembangnya, bagaimana penerimaan masyarakat, apa dan bagaimana akibatnya bila norma-norma itu terus dianut dan lain sebagainya. Sehingga klien dapat menentukan dan memilih norma-norma yang akan dianutnya.
10. Asas Keahlian
Y
Untuk menjamin keberhasilan usaha bimbingan dan konseling, para konselor harus mendapatkan pendidikan dan latihan yang memadai. Tidak semua orang dapat menjadi konselor untuk memberikan layanan bimbingan konseling, karena konseling adalah layanan ahli maka semua petugas dalam hal ini konselor harus dilakukan oleh orang yang mendapat pendidikan khusus untuk itu. Pada saat ini bahkan konselor sudah merupakan profesi, dan karenanya konselor dihasilkan oleh pendidikan konselor sama seperti dokter harus melalui pendidikan profesi dokter setelah mendapatkan sarjana kedokteran (S.Ked). Demikian pula dengan konselor wajib mendapatkan pendidikan profesi konselor. Pentingnya keahlian ini sebagaimana firman Allah Swt., yang artinya:
M
M U
“Maka disebabkan oleh rahmat Allah, kami berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai mereka yang bertakwa kepada-Nya.”(QS. Al-Imran 3: 159)
D
11. Asas Alih Tangan
Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang menangani masalah-masalah yang cukup sulit. Dengan keterbatasan konselor dalam membantu dan menyelesaikan masalah klien sedangkan dalam bimbingan dan konseling pelayanannya harus tuntas jangan sampai terkatung-katung sehingga klien menjadi semakin susah dalam menyelesaikan masalahnya.
E. Landasan Bimbingan dan Konseling Membicarakan tentang landasan dalam bimbingan dan konseling pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan landasan-landasan yang biasa diterapkan dalam pendidikan, seperti landasan dalam pengembangan kurikulum, landasan pendidikan non formal ataupun landasan pendidikan secara umum.
Bab 2 | Bimbingan dan Konseling
79
Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakikatnya merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku pelaksana utama dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Ibarat sebuah bangunan, untuk dapat berdiri tegak dan kokoh tentu membutuhkan fondasi yang kuat dan tahan lama. Apabila bangunan tersebut tidak memiliki fondasi yang kokoh, maka bangunan itu akan mudah goyah atau bahkan ambruk. Demikian pula, dengan layanan bimbingan dan konseling, apabila tidak didasari oleh fondasi atau landasan yang kokoh akan mengakibatkan kehancuran terhadap layanan bimbingan dan konseling itu sendiri dan yang menjadi taruhannya adalah individu yang dilayaninya (klien). Secara teoretik, berdasarkan hasil studi dari beberapa sumber, secara umum terdapat enam aspek pokok yang mendasari pengembangan layanan bimbingan dan konseling, yaitu landasan filosofis, religius, psikologis, sosial-budaya, pedagogis, dan ilmu pengetahuan (ilmiah) dan teknologi. Selanjutnya, di bawah ini akan dideskripsikan dari masing-masing landasan bimbingan dan konseling tersebut:
M
M U
1. Landasan Filosofis
Y
Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis, etis maupun estetis. Landasan filosofis dalam bimbingan dan konseling terutama berkenaan dengan usaha mencari jawaban yang hakiki atas pertanyaan filosofis.
D
Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para penulis Barat (Victor Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson & Rudolph, dalam Prayitno, 2003) telah mendeskripsikan tentang hakikat manusia sebagai berikut: a. Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berpikir dan mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya. b. Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya. c. Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri khususnya melalui pendidikan. d. Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan.
80
Profesi Kependidikan
e. Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara mendalam. f. Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri. g. Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri.
Y
h. Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat pilihan-pilihan yang menyangkut prikehidupannya sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu dan akan menjadi apa manusia itu. i.
M
Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana apa pun, manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu.
Dengan memahami hakikat manusia tersebut maka setiap upaya bimbingan dan konseling diharapkan tidak menyimpang dari hakikat tentang manusia itu sendiri. Seorang konselor dalam berinteraksi dengan kliennya harus mampu melihat dan memperlakukan kliennya sebagai sosok utuh manusia dengan berbagai dimensinya.
M U
2. Landasan Religius
D
Dimensi spiritual pada manusia menunjukkan bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk religius. Keyakinan bahwa manusia adalah makhluk Tuhan, mengisyaratkan pada ketinggian derajat dan keindahan makhluk manusia serta peranannya sebagai khalifah di bumi. Landasan religius bagi layanan BK setidaknya ditekankan pada tiga hal pokok, yaitu: a. Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam semesta adalah makhluk Allah Swt. b. Sikap yang mendorong perkembangan dan prikehidupan manusia berjalan ke arah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama. c. Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkan secara optimal suasana dan perangkat budaya serta masyarakat yang sesuai dan meneguhkan kehidupan beragama untuk membantu perkembangan dan pemecahan masalah individu.
Bab 2 | Bimbingan dan Konseling
81
3. Landasan Psikologis Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang: (a) motif dan motivasi, (b) pembawaan dan lingkungan, (c) perkembangan individu, (d) belajar, dan (e) kepribadian.
Y
a. Motif dan Motivasi
Setiap orang dalam hal ini siswa dalam berperilaku atau bertindak selalu didasari oleh suatu motif tertentu, dan motif berperilaku ini selalu berbeda antara satu orang dengan yang lainnya. Oleh sebab itu, motif dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang menggerakkan seseorang berperilaku baik motif primer yaitu motif yang didasari oleh kebutuhan asli yang dimiliki oleh individu semenjak dia lahir, seperti: rasa lapar, bernapas dan sejenisnya maupun motif sekunder yang terbentuk dari hasil belajar, seperti rekreasi, memperoleh pengetahuan atau keterampilan tertentu dan sejenisnya. Selanjutnya motif-motif tersebut diaktifkan dan digerakkan, dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).
M
M U
b. Pembawaan dan Lingkungan
Setiap anak lahir membawa pembawaannya masing-masing, dia lahir dengan sejumlah potensi yang akan optimal apabila dikembangkan secara tepat. Di sisi lain anak berada pada lingkungan tertentu yang memiliki potensi untuk memengaruhinya dalam berperilaku dan bertindak. Dengan demikian, maka pembawaan dan lingkungan berkenaan dengan faktorfaktor yang membentuk dan memengaruhi perilaku individu. Pembawaan yaitu segala sesuatu yang dibawa sejak lahir dan merupakan hasil dari keturunan, yang mencakup aspek psiko-fisik, seperti struktur otot, warna kulit, golongan darah, bakat, kecerdasan, atau ciri-ciri kepribadian tertentu. Pembawaan pada dasarnya bersifat potensial yang perlu dikembangkan dan untuk mengoptimalkan serta mewujudkannya bergantung pada lingkungan di mana individu itu berada. Pembawaan dan lingkungan setiap individu akan berbeda-beda yang tentunya akan menentukan tindakan layanan bimbingan dan konseling yang diberikan.
D
c. Perkembangan Individu Perkembangan individu berkenaan dengan proses tumbuh dan berkembangnya individu yang merentang sejak masa konsepsi (pra natal/
82
Profesi Kependidikan
bayi/fetus) hingga akhir hayatnya, di antaranya meliputi aspek fisik dan psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral dan sosial. Dalam menjalankan tugas-tugasnya, konselor harus memahami berbagai aspek perkembangan individu yang dilayaninya sekaligus dapat melihat arah perkembangan individu itu di masa depan, serta keterkaitannya dengan faktor pembawaan dan lingkungan.
Y
d. Belajar
Setiap manusia disadari atau tidak disadari dalam interaksinya dengan lingkungan selalu menemukan hal baru yang belum tentu dikuasainya dan mampu melakukan hal baru tersebut. Pada saat seperti itulah pada diri manusia tanpa sadar dia belajar dari lingkungannya atau orang di sekitarnya.
M
Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari psikologi. Manusia belajar untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapat mempertahankan dan mengembangkan dirinya, dan dengan belajar manusia mampu berbudaya dan mengembangkan harkat kemanusiaannya. Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri individu. Penguasaan yang baru itulah tujuan belajar dan pencapaian sesuatu yang baru itulah tanda-tAnda perkembangan, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor/ keterampilan.
M U
D
e. Kepribadian
Hingga saat ini para ahli tampaknya masih belum menemukan rumusan tentang kepribadian secara bulat dan komprehensif. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005) menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa “kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya”. Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah Penyesuaian Diri. Sementara itu Syamsuddin (2003), mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang mencakup: 1) Karakter; yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsisten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
Bab 2 | Bimbingan dan Konseling
83
2) Temperamen; yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan. 3) Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen. 4) Stabilitas emosi; yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, sedih, atau putus asa.
Y
5) Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima risiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima risiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari risiko yang dihadapi.
M
6) Sosiabilitas; yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti: sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
4. Landasan Sosial-Budaya
M U
Manusia adalah makhluk sosial dan makhluk yang berbudaya. Dia hidup dalam lingkungan sosial dan lingkungan budaya. Manusia punya makna karena dia berada dalam lingkungan sosial dan lingkungan budaya yang ada di sekelilingnya. Setiap lingkungan memiliki kebiasaan dan budaya yang berbeda satu dengan yang lainnya. Karena itu dalam konteks layanan bimbingan dan konseling aspek sosial budaya merupakan hal yang sangat penting untuk menjadi pertimbangan dalam memberikan layanan.
D
Landasan sosial budaya merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang memengaruhi terhadap perilaku individu. Lingkungan sosial-budaya yang melatarbelakangi dan melingkupi individu berbeda-beda sehingga menyebabkan perbedaan pula dalam proses pembentukan perilaku dan kepribadian individu yang bersangkutan. Dalam proses konseling akan terjadi komunikasi interpersonal antara konselor dengan klien, yang mungkin antara konselor dan klien memiliki latar sosial dan budaya yang berbeda. Pederson dalam Prayitno (2003), mengemukakan lima macam sumber hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi sosial dan penyesuaian diri antarbudaya, yaitu: a. Perbedaan bahasa
84
Kurangnya penguasaan bahasa yang digunakan oleh pihak-pihak yang berkomunikasi dapat menimbulkan kesalahpahaman.
Profesi Kependidikan
b. Komunikasi non-verbal
Bahasa non-verbal pun sering kali memiliki makna yang berbeda-beda dan mungkin bertolak belakang.
c. Stereotipe
Stereotipe cenderung menyamaratakan sifat-sifat individu atau golongan tertentu berdasarkan prasangka subjektif (social prejudice) yang biasanya tidak tepat.
Y
d. Kecenderungan menilai
Penilaian terhadap orang lain di samping dapat menghasilkan penilaian positif tetapi tidak sedikit pula menimbulkan reaksi-reaksi negatif.
M
e. Kecemasan.
Kecemasan muncul ketika seorang individu memasuki lingkungan budaya lain yang unsur-unsurnya dirasakan asing. Kecemasan yang berlebihan dalam kaitannya dengan suasana antarbudaya dapat menuju ke culture shock, yang menyebabkan dia tidak tahu sama sekali apa, di mana dan kapan harus berbuat sesuatu. Agar komunikasi sosial antara konselor dengan klien dapat terjalin harmonis, maka kelima hambatan komunikasi tersebut perlu diantisipasi.
M U
Terkait dengan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia, Surya (2006) mengetengahkan tentang kecenderungan bimbingan dan konseling multikultural, bahwa bimbingan dan konseling dengan pendekatan multikultural sangat tepat untuk lingkungan berbudaya plural seperti Indonesia.
D
5. Landasan Pedagogis
Landasan pedagogis pelayanan BK setidaknya berkaitan dengan: (1) pendidikan sebagai upaya pengembangan manusia dan bimbingan merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan, (2) pendidikan sebagai inti proses bimbingan dan konseling, (3) pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan bimbingan dan konseling.
6. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori maupun praktiknya. Pengetahuan tentang bimbingan dan konseling disusun secara logis dan sistematis dengan menggunakan berbagai metode, seperti: pengamatan, wawancara, analisis dokumen, serta prosedur tes.
Bab 2 | Bimbingan dan Konseling
85
Surya (2006), mengemukakan bahwa sejalan dengan perkembangan teknologi komputer interaksi antara konselor dengan individu yang dilayaninya (klien) tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka (face to face) tetapi dapat juga dilakukan melalui hubungan secara virtual (maya) melalui internet, dalam bentuk “cyber counseling”. Dikemukakan pula, bahwa perkembangan dalam bidang teknologi komunikasi menuntut kesiapan dan adaptasi konselor dalam penguasaan teknologi dalam melaksanakan bimbingan dan konseling.
Y
Dengan adanya landasan ilmiah dan teknologi ini, maka peran konselor di dalamnya mencakup pula sebagai ilmuwan sebagaimana dikemukakan oleh McDaniel (Prayitno, 2003) bahwa konselor adalah seorang ilmuwan. Sebagai ilmuwan, konselor harus mampu mengembangkan pengetahuan dan teori tentang bimbingan dan konseling, baik berdasarkan hasil pemikiran kritisnya maupun melalui berbagai bentuk kegiatan penelitian.
M
F. Bidang Bimbingan Belajar, Sosial, Pribadi dan Karier
M U
Seperti diuraikan pada bagian terdahulu bahwa bimbingan konseling sangat berperan dalam membantu siswa untuk mencapai hasil yang optimal dalam proses pembelajaran. Bahkan bimbingan konseling merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Secara khusus peran bimbingan konseling dalam bidang bimbingan belajar, sosial, karier dan pribadi adalah sebagai berikut:
D
1. Bimbingan Belajar
Bimbingan ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah. Bimbingan ini antara lain meliputi: a. Cara belajar, baik belajar secara kelompok ataupun individual. b. Cara bagaimana merencanakan waktu dan kegiatan belajar. c. Efisiensi dalam menggunakan buku-buku pelajaran. d. Cara mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan mata pelajaran tertentu. e. Cara, proses, dan prosedur tentang mengikuti pelajaran. Di samping itu, Winkel (1978) mengatakan bahwa layanan bimbingan dan konseling mempunyai peranan penting untuk membantu siswa antara lain dalam hal:
86
Profesi Kependidikan
1) Mengenal diri sendiri dan mengerti kemungkinan-kemungkinan yang terbuka bagi mereka, baik sekarang ataupun akan datang. 2) Mengatasi masalah pribadi yang mengganggu belajarnya.
2. Bimbingan dalam Mengatasi Masalah-masalah Pribadi Seperti telah diuraikan pada bagian terdahulu tidak ada siswa yang tidak bermasalah dan tidak ada siswa yang tidak pernah mengalami masalah. Demikian juga siswa tidak semua yang mengalami masalah mampu mengatasi masalahnya sendiri, tetapi juga terdapat siswa yang mampu mengatasi masalahnya sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, diperlukan layanan bimbingan tentang bagaimana cara mengatasi masalah.
Y
M
Bimbingan yang berkaitan dengan masalah pribadi ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam mengatasi masalah-masalah pribadi, yang dapat mengganggu kegiatan belajarnya. Hal ini sangat penting karena apabila seorang siswa yang mempunyai masalah dan belum dapat diatasi maka hal tersebut cenderung terganggu konsentrasi dalam belajarnya, akibatnya prestasi belajar yang dicapai rendah.
M U
Selain masalah belajar, biasanya masalah-masalah pribadi ini juga sering ditimbulkan sebagai akibat hubungan atau pergaulan remaja sesama siswa, karena itu bimbingan masalah pribadi menjadi sangat urgen dan berkontribusi untuk peningkatan prestasi belajar siswa. Sehubungan dengan hal tersebut Downing (1968), menyatakan bahwa layanan bimbingan di sekolah sangat bermanfaat terutama dalam membantu:
D
a. Menciptakan suasana hubungan sosial yang menyenangkan. b. Menstimulasi siswa agar mereka meningkatkan partisipasinya dalam kegiatan belajar-mengajar. c.
Menciptakan atau mewujudkan pengalaman belajar yang lebih bermakna.
d. Meningkatkan motivasi belajar siswa. e. Menciptakan dan menstimulasi tumbuhnya minat belajar.
3. Bimbingan Sosial Sekolah pada dasarnya adalah sistem sosial di mana siswa hidup dalam sistem sosial sekolah. Sistem sosial di sekolah pada dasarnya adalah sistem sosial kemasyarakatan dalam bentuk mini. Di sekolah dan kelas siswa hidup berkelompok dengan tata aturan tertentu. Dalam kehidupan kelompok perlu adanya toleransi/tenggang rasa, saling memberi dan menerima, tidak mau menang sendiri, atau kalau mempunyai pendapat harus diterima dalam mengambil keputusan. Bab 2 | Bimbingan dan Konseling
87
Bimbingan sosial ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan masalah sosial, sehingga terciptalah suasana belajar-mengajar yang kondusif. Menurut Ahmad (1977), bimbingan sosial ini dimaksudkan untuk: a) Memperoleh kelompok belajar dan bermain yang sesuai. b) Membantu memperoleh persahabatan yang sesuai.
Y
c) Membantu mendapatkan kelompok sosial untuk memecahkan masalah tertentu. Di samping itu, bimbingan sosial juga dimaksudkan agar siswa dapat melakukan penyesuaian diri terhadap teman sebayanya baik di sekolah maupun di luar sekolah (Downing, 1978).
M
4. Bimbingan Karier
Setiap orang termasuk siswa apalagi di tingkat SMA sudah mulai berpikir tentang pekerjaan yang nantinya akan digelutinya di masa yang akan datang. Makin tepat pemilihan profesi atau karier yang direncanakan makin baik bagi individu yang bersangkutan. Dalam kaitan inilah sebenarnya diperlukan informasi karier dan bimbingan karier secara akurat.
M U
Bimbingan karier merupakan layanan bantuan kepada peserta didik dalam mempertimbangkan pilihan kerja atau mempertimbangkan untuk bekerja atau tidak; dan (jika perlu segera bekerja, baik part-time maupun full-time). Memilih lapangan kerja yang cocok dengan ciri-ciri pribadi individu, menentukan lapangan pekerjaan dan memasukinya, serta mengadakan penyesuaian kerja secara baik. Dalam konteks ini siswa memiliki keterbatasan informasi tentang karier, dan mereka sangat memerlukan informasi yang tepat. Untuk itu maka bimbingan karier menjadi sangat urgen.
D
Masalah-masalah jabatan atau karier, pada pokoknya bersangkutan dengan: masalah pemahaman individu peserta didik mengenai kebutuhankebutuhan, kecakapan keterampilan, sikap, minat, dan ciri-ciri pribadi lain pada dirinya, masalah pemahaman peserta didik terhadap harapan-harapan, citacita, minat, aspirasi-aspirasi, serta nilai-nilai yang dipunyai oleh orangtuanya tentang jabatan kerja; pemahaman terhadap jenis, tingkat, dan tuntutantuntutan dunia kerja.
G. Struktur Organisasi Bimbingan Konseling di Sekolah Setiap sekolah memiliki perbedaan dalam volume kerja, jumlah SDM, beban kerja dan mekanisme kerja serta school size. Oleh sebab itu, setiap
88
Profesi Kependidikan
sekolah memiliki perbedaan dalam struktur organisasi sekolah. Perbedaan struktur organisasi sekolah ini menyebabkan pula perbedaan struktur organsasi pelayanan bimbingan dan konseling. Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam penyusunan struktur organisasi pada setiap satuan pendidikan, sebagai berikut: 1. Menyeluruh, yaitu mencakup unsur-unsur penting yang terlibat di dalam sebuah satuan pendidikan yang ditujukan bagi optimalnya bimbingan dan konseling.
Y
2. Sederhana, maksudnya dalam pengambilan keputusan/kebijaksanaan jarak antara pengambil kebijakan dengan pelaksananya tidak terlampau panjang. Keputusan dapat dengan cepat diambil tetapi dengan pertimbangan yang cermat, dan pelaksanaan layanan/ kegiatan bimbingan dan konseling terhindar dari urusan birokrasi yang tidak perlu.
M
3. Luwes dan terbuka, sehingga mudah menerima masukan dan upaya pengembangan yang berguna bagi pelaksanaan dan tugas-tugas organisasi, yang semuanya itu bermuara pada kepentingan seluruh peserta didik.
M U
4. Menjamin berlangsungnya kerja sama, sehingga semua unsur dapat saling menunjang dan semua upaya serta sumber dapat dikoordinasikan demi kelancaran dan keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling untuk kepentingan peserta didik. 5. Menjamin terlaksananya pengawasan, penilaian dan upaya tindak lanjut, sehingga perencanaan pelaksanaan dan penilaian program bimbingan dan konseling yang berkualitas dapat terus dilakukan. Pengawasan dan penilaian hendaknya dapat berlangsung secara vertikal (dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas), dan secara horizontal (penilaian sejawat).
D
Dalam rangka pencapaian tujuan yang optimal dalam pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah, maka diperlukan pengorganisasian kegiatan layanan yang baik. Organisasi layanan bimbingan meliputi segenap unsur yang ada kaitan dan memiliki peran dalam bimbingan dan penyuluhan di sekolah, personel yang berperan dalam pelayanan bimbingan dan konseling terentang secara vertikal dan horizontal. Unsur-unsur yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Personel pada Kantor Dinas Pendidikan yang bertugas melakukan pengawasan (penyeliaan) dan pembinaan terhadap penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling di satuan pendidikan. 2. Kepala sekolah adalah penanggung jawab program pendidikan secara menyeluruh termasuk pelaksanaan teknis bimbingan dan konseling di sekolah. Bab 2 | Bimbingan dan Konseling
89
3. Tata usaha adalah pembantu kepala sekolah dalam menyelenggarakan administrasi tata usaha sekolah dan pelaksanaan administrasi bimbingan dan konseling. 4. Koordinator BK atau guru pembimbing adalah pelaksana utama yang mengoordinasi semua kegiatan yang terkait dengan pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah.
Y
5. Guru mata pelajaran atau guru praktik adalah pelaksana pengajaran dan pelatihan serta bertanggung jawab memberikan informasi tentang siswa untuk kepentingan bimbingan dan konseling. 6. Wali kelas atau guru pembina adalah guru yang diberikan tugas khusus untuk mengelola satu kelas siswa tertentu dan bertanggung jawab membantu kegiatan bimbingan dan konseling di sekolahnya.
M
7. BP3 atau POMG adalah organisasi orangtua siswa yang berkewajiban membatu penyelenggaraan pendidikan termasuk pelaksanaan bimbingan dan konseling.
M U
8. Ahli-ahli lain, dalam bidang non bimbingan dan nonpelajaran/latihan (seperti dokter, psikolog, psikiater) sebagai subjek alih tangan kasus. 9. Siswa adalah peserta didik yang berhak menerima pengajaran, latihan dan pelayanan bimbingan dan konseling. Untuk setiap personel yang diidentifikasikan itu telah ditetapkan, tugas, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing yang terkait langsung secara keseluruhan dalam organisasi pelayanan bimbingan dan konseling. Tugas, wewenang dan tanggung jawab guru pembimbing sebagai tenaga inti pelayanan bimbingan dan konseling dikaitkan dengan rasio antara seorang guru pembimbing dan jumlah peserta didik yang menjadi tanggung jawab langsungnya. Guru kelas sebagai tenaga pembimbing bertanggung jawab atas pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap seluruh peserta didik di kelasnya.
D
Menurut PP No. 28/1990 tentang Pendidikan Dasar Bab X Bimbingan Pasal 25 ayat (1) Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan pada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan, ayat (2) Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing, ayat (3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (2) di atas oleh menteri. PP No. 29/1990 tentang Pendidikan Menengah Bab X Bimbingan Pasal 27 ayat (1) Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan pada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan. Ayat (2) Bimbingan diberikan
90
Profesi Kependidikan
oleh guru pembimbing. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan pada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan, kalimat tersebut telah secara langsung memuat pengertian dan tujuan pokok bimbingan dan konseling di sekolah. Pelaksanaan bimbingan dan konseling tentunya tidak lepas dari tugas dan peran guru bidang studi dan wali kelas. Adapun tugas guru bidang studi dan wali kelas yaitu:
Y
1) Guru bidang studi
a. Membantu memasyarakatkan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa,
M
b. Melakukan kerja sama dengan guru pembimbing dalam mengidentifikasi siswa yang melakukan layanan bimbingan dan konseling, c.
Mengalihtangankan siswa yang memerlukan bimbingan kepada guru pembimbing,
M U
d. Mengadakan upaya tindak lanjut layanan bimbingan,
e. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh layanan bimbingan dan konseling dari guru pembimbing, f.
Membantu mengumpulkan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian layanan bimbingan dan konseling,
D
g. Ikut serta dalam program layanan bimbingan, h. Berpartisipasi dalam kegiatan pendukung seperti konferensi kasus, i.
Berpartisipasi dalam upaya pencegahan munculnya masalah siswa dalam pengembangan potensi.
2) Wali kelas
a. Membantu guru pembimbing melaksanakan layanan yang menjadi tanggung jawabnya, b. Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya untuk mengikuti layanan bimbingan, c.
Memberikan informasi tentang siswa di kelas yang menjadi tanggung jawabnya untuk memperoleh layanan bimbingan,
d. Menginformasikan kepada guru mata pelajaran tentang siswa yang perlu diberi perhatian khusus, e. Ikut serta dalam konferensi kasus.
Bab 2 | Bimbingan dan Konseling
91
Ada beberapa peran yang dapat dilakukan oleh guru ketika dia diminta mengambil bagian dalam penyelenggaraan program bimbingan dan konseling di sekolah, yaitu guru sebagai informator, guru sebagai fasilitator, guru sebagai mediator, guru sebagai motivator dan guru sebagai kolaborator. Adapun bagan mengenai organisasi bimbingan dan konseling di sekolah ini adalah sebagai berikut:
Y
STRUKTUR ORGANISASI BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH Personel kantor dinas pendidikan
M
Kepala sekolah
Tata usaha
M U
Guru mata pelajaran/pelatih
Wali kelas/Guru pembina
Guru pembimbing
D
Tenaga ahli
BP 3
Siswa
H. Orientasi Bimbingan dan Konseling Layanan bimbingan konseling juga dilakukan dengan mempertimbangkan orientasi atau pusat perhatian atau arah yang menjadi focus dalam layanan yang akan diberikan kepada konseli. Yang dimaksudkan orientasi dalam layanan bimbingan konseling di sini adalah “pusat perhatian” atau “titik berat pandangan”. Ada beberapa orientasi dalam layanan bimbingan dan konseling yaitu: orientasi perorangan,orientasi perkembangan, dan orientasi permasalahan.
92
Profesi Kependidikan
1. Orientasi Perorangan Orientasi perorangan pada bimbingan dan konseling yaitu orientasi yang menghendaki konselor menitikberatkan pandangan pada siswa secara individual. Artinya seorang konselor harus menjadikan perhatian pada siswa secara individual, yaitu satu persatu siswa perlu mendapat perhatian. Untuk itu maka pemahaman seorang konselor yang utuh terhadap keseluruhan siswa sebagai individu dan kelompok dalam kelas menjadi sangat penting. Meskipun demikian dalam orientasi ini arah pelayanan dan kegiatan bimbingan tetap ditujukan kepada masing-masing siswa secara individual.
Y
Individu perlu mendapat perhatian utama dan kelompok dianggap sebagai lingkungan yang memberikan pengaruh besar terhadap individu.
M
Ada beberapa prinsip dasar yang perlu mendapat perhatian dalam rangka orientasi perorangan dalam layanan bimbingan dan konseling yaitu sebagai berikut:
M U
a. Semua kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling diarahkan bagi peningkatan perwujudan diri sendiri setiap individu yang menjadi sasaran layanan.
b. Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi kegiatan berkenaan dengan individu untuk memahami kebutuhan-kebutuhannya, serta untuk membantu individu agar dapat menghargai kebutuhan, motivasi, dan potensinya ke arah pengembangannya yang optimal dan pemanfaatan yang sebesar-besarnya bagi diri dan lingkungannya.
D
c. Setiap klien harus diterima sebagai individu dan harus ditangani secara individual. d. Adalah menjadi tanggung jawab konselor untuk memahami minat, kemampuan, dan perasaan klien serta untuk menyesuaikan programprogram pelayanan dengan kebutuhan klien setepat mungkin. Dalam hal itu penyelenggaraan program yang sistematis untuk mempelajari individu nerupakan dasar yang tak terelakkan bagi berfungsinya program bimbingan.
2. Orientasi Perkembangan Orientasi perkembangan dalam bimbingan dan konseling lebih menekankan lagi pentingnya peranan perkembangan yang terjadi dan hendaknya diterjadikan pada diri individu. Bimbingan dan konseling memusatkan perhatiannya pada keseluruhan proses perkembangan itu.
Bab 2 | Bimbingan dan Konseling
93
Menurut Myrick (dalam Mayers, 1992) perkembangan individu secara tradisional dari dulu sampai sekarang menjadi inti dari pelayanan bimbingan. Dalam hal itu peranan bimbingan dan konseling adalah memberikan kemudahan bagi gerak individu menjalani alur perkembangannya. Pelayanan bimbingan dan konseling berlangsung dan dipusatkan untuk menunjang kemampuan inheren individu bergerak menuju kematangan dalam perkembangannya. Ivey dan Rigazio Digilio (dalam Mayers, 1992) menekankan bahwa orientasi perkembangan justru merupakan ciri khas yang menjadi inti gerakan bimbingan. Secara khusus, Thompson dan Rudolph (1983) melihat perkembangan individu dari sudut perkembangan kognisi. Dalam perkembangannya anak-anak berkemungkinan mengalami hambatan perkembangan kognisi dalam empat bentuk, yaitu;
Y
M
a. Hambatan egosentrisme: ketidakmampuan melihat kemungkinan lain di luar apa yang dipahaminya.
M U
b. Hambatan konsentrasi: ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian pada lebih dari satu aspek tentang suatu hal. c.
Hambatan reversibilitas: ketidakmampuan menelusuri alur yang terbalik dari alur yang dipahami semula.
d. Hambatan transformasi: ketidakmampuan meletakkan sesuatu pada susunan urutan yang ditetapkan. Thompson dan Rudolph menekankan bahwa tugas bimbingan dan konseling adalah menangani hambatan-hambatan perkembangan itu.
D
3. Orientasi Permasalahan
Seperti kita ketahui bahwa fungsi-fungsi bimbingan dan konseling, maka orientasi masalah secara langsung terkait dengan fungsi pencegahan dan fungsi pengentasan. Fungsi pencegahan menghendaki agar individu dapat terhindar dari masalah-masalah yang mugkin membebani dirinya, sedangkan fungsi pengentasan menginginkan agar individu yang sudah terlanjur mengalami masalah dapat terentaskan masalahnya. Fungsi-fungsi lain dari layanan bimbingan konseling yaitu fungsi pemahaman masalah sehingga memungkinkan individu memahami berbagai informasi sumber masalah yang bersumber dari berbagai aspek seperti aspek lingkungan yang dapat berguna untuk mencegah timbulnya masalah pada diri klien.
94
Profesi Kependidikan
I. Ruang Lingkup Pelayanan Bimbingan dan Konseling Pelayanan bimbingan dan konseling memiliki peranan penting bagi individu yang berada dalam lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat pada umumnya. Berikut peranan bimbingan dan konseling dalam masingmasing ruang lingkup kerja:
1. Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Y
Sekolah merupakan lembaga formal yang secara khusus dibentuk untuk menyelenggarakan pendidikan bagi warga masyarakat.
a. Keterkaitan antara Bidang Pelayanan Bimbingan Konseling dan Bidang-bidang Lainnya.
M
Dalam proses pendidikan, khususnya di sekolah, Mortensen dan Schmuller (1976) mengemukakan adanya bidang-bidang tugas atau pelayanan yang saling terkait. Bidang-bidang tersebut hendaknya secara lengkap ada apabila diinginkan agar pendidikan di sekolah dapat berjalan dengan sebaikbaiknya untuk memenuhi secara optimal kebutuhan peserta didik dalam proses perkembangannya. Terdapat tiga bidang pelayanan pendidikan yaitu bidang kurikulum dan pengajaran, bidang administrasi dan kepemimpinan dan kesiswaan:
M U
1. Bidang kurikulum dan pengajaran meliputi semua bentuk pengembangan kurikulum dan pelaksanaan pengajaran, yaitu penyampaian dan pengembangan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kemampuan berkomunikasi peserta didik.
D
2. Bidang administrasi atau kepemimpinan, yaitu bidang yang meliputi berbagai fungsi berkenaan dengan tanggung jawab dan pengambilan kebijaksanaan, serta bentuk-bentuk kegiatan pengelolaan dan administrasi sekolah, seperti perencanaan, pembiayaan, pengadaan, dan pengembangan staf, prasarana dan sarana fisik, dan pengawasan. 3. Bidang kesiswaan, yaitu bidang yang meliputi berbagai fungsi dan kegiatan yang mengacu kepada pelayanan kesiswaan secara individual agar masingmasing peserta didik itu dapat berkembang sesuai dengan bakat, potensi, dan minat-minatnya, serta tahap-tahap perkembangannya. Ketiga bidang tersebut tampaknya terpisah antara satu dengan yang lain, namun semuanya memiliki arah yang sama, yaitu memberikan kemudahan bagi pencapaian perkembangan yang optimal terhadap peserta didik. Pelayanan bimbingan dan konseling dapat memberikan sumbangan yang berarti terhadap pengajaran. Misalnya, proses belajar mengajar akan dapat berjalan dengan
Bab 2 | Bimbingan dan Konseling
95
efektif apabila siswa terbebas dari masalah–masalah yang mengganggu proses belajarnya. Lebih jauh, materi layanan bimbingan dan konseling dapat dimanfaatkan oleh guru untuk penyesuaian pengajaran dengan individualitas siswa. b. Tanggung Jawab Konselor Sekolah Kegiatan layanan bimbingan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang tetapi harus dilakukan oleh seorang yang telah memperoleh pendidikan khusus dalam bimbingan konseling atau dengan kata lain harus dilakukan oleh tenaga ahli. Tenaga inti (dan ahli) dalam bidang pelayanan bimbingan dan konseling ialah konselor. Konselor inilah yang mengendalikan dan sekaligus melaksanakan berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling yang menjadi tanggung jawabnya. Dalam melaksanakan tugas–tugas dan tanggung jawabnya itu konselor menjadi ”pelayan” bagi pencapaian tujuan pendidikan secara menyeluruh, khususnya bagi terpenuhinya kebutuhan dan tercapainya tujuan–tujuan perkembangan masing–masing peserta didik sebagaimana telah disebutkan. Dalam kaitannya dengan tujuan yang luas, konselor tidak hanya berhubungan dengan peserta didik atau siswa saja (sebagai sasaran utama layanan), melainkan juga dengan berbagai pihak yang dapat secara bersama– sama menunjang pencapaian tujuan itu, yaitu sejawat (sesama konselor, guru, dan personel sekolah lainnya), orangtua, dan masyarakat pada umumnya.
Y
M
M U
1. Tanggung jawab konselor kepada siswa, yaitu bahwa konselor:
D
a. memiliki kewajiban dan kesetiaan utama dan terutama kepada siswa yang harus diperlakukan sebagai individu yang unik; b. memerhatikan sepenuhnya segenap kebutuhan siswa (kebutuhan yang menyangkut pendidikan, jabatan/pekerjaan, pribadi dan sosial) dan mendorong pertumbuhan dan perkembangan yang optimal bagi setiap siswa; c. memberi tahu siswa tentang tujuan dan teknik layanan bimbingan dan konseling, serta aturan ataupun prosedur yang harus dilalui apabila ia menghendaki bantuan bimbingan dan konseling; d. tidak mendesakkan kepada siswa nilai-nilai tertentu yang sebenarnya hanya sekadar apa yang dianggap baik oleh konselor saja; e. menjaga kerahasiaan data tentang siswa; f. memberi tahu pihak yang berwenang apabila ada petunjuk kuat sesuatu yang berbahaya akan terjadi; g. menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan profesional.
96
Profesi Kependidikan
2. Tanggung jawab kepada orangtua, yaitu bahwa konselor: a. menghormati hak dan tanggung jawab orangtua terhadap anaknya dan berusaha sekuat tenaga membangun hubungan yang erat dengan orangtua demi perkembangan siswa; b. memberi tahu orangtua tentang peranan konselor dengan asas kerahasiaan yang dijaga secara utuh;
Y
c. menyediakan untuk orangtua berbagai informasi yang berguna dan menyampaikan dengan cara yang sebaik-baiknya untuk kepentingan perkembangan siswa;
d. menyampaikan informasi (tentang siswa dan orangtua) hanya kepada pihak-pihak yang berhak mengetahui informasi tersebut tanpa merugikan siswa dan orangtuanya.
M
3. Tanggung jawab kepada sejawat, yaitu bahwa konselor:
a. memperlakukan sejawat dengan penuh kehormatan, keadilan, keobjektifan, dan kesetiakawanan;
M U
b. membangun kesadaran tentang perlunya asas kerahasiaan, perbedaan antara data umum dan data pribadi, serta pentingnya konsultasi sejawat; c. menyediakan informasi yang tepat, objektif, luas dan berguna bagi sejawat untuk membantu menangani masalah siswa;
D
4. Tanggung jawab kepada sekolah dan masyarakat, bahwa konselor: a. mendukung dan melindungi program sekolah terhadap penyimpanganpenyimpangan yang merugikan siswa; b. mengembangkan dan meningkatkan peranan dan fungsi bimbingan dan konseling untuk memenuhi kebutuhan segenap unsur-unsur sekolah dan masyarakat; c. bekerja sama dengan lembaga, organisasi, dan perorangan baik di sekolah maupun di masyarakat demi pemenuhan kebutuhan siswa, sekolah dan masyarakat, tanpa pamrih. 5. Tanggung jawab kepada diri sendiri, bahwa konselor: a. berfungsi (dalam layanan bimbingan dan konseling) secara profesional dalam batas-batas kemampuannya serta menerima tanggung jawab dan konsekuensi dari pelaksanaan fungsi tersebut; b. menyadari kemungkinan pengaruh diri pribadi terhadap pelayanan yang diberikan kepada klien;
Bab 2 | Bimbingan dan Konseling
97
c.
memonitor bagaimana diri sendiri berfungsi, dan bagaimana tingkat keefektifan pelayanan serta menahan segala sesuatu kemungkinan merugikan klien.
6. Tanggung jawab kepada profesi, yaitu bahwa konselor: a. bertindak sedemikian rupa sehingga menguntungkan diri sendiri sebagai konselor dan profesi;
Y
b. melakukan penelitian dan melaporkan penemuannya sehingga memperkaya khasanah dunia bimbingan dan konseling;
c. menjalankan dan mempertahankan standar profesi dan konseling serta kebijaksanaan yang berlaku berkenaan dengan pelayanan bimbingan dan konseling.
M
J. Kode Etik Bimbingan Konseling
Menurut Winkel (1992): “kode etik jabatan ialah pola ketentuan/aturan/ cara yang menjadi pedoman dalam menjalankan tugas dan aktivitas suatu profesi”.
M U
Bimo Walgito (1980) mengemukakan beberapa butir rumusan kode etik bimbingan dan konseling sebagai berikut: 1. Pembimbing atau pejabat lain yang memegang jabatan dalam bidang bimbingan dan penyuluhan harus memegang teguh prinsip-prinsip bimbingan dan konseling.
D
2. Pembimbing harus berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya, dengan membatasi diri pada keahliannya atau wewenangnya. Karena itu, pembimbing jangan sampai mencampuri wewenang serta tanggung jawabnya. 3. Oleh karena pekerjaan pembimbing langsung berkaitan dengan kehidupan pribadi orang, maka seorang pembimbing harus: a. Dapat memegang atau menyimpan rahasia klien dengan sebaikbaiknya. b. Menunjukkan sikap hormat kepada klien. c. Menunjukkan penghargaan yang sama kepada bermacam-macam klien. d. Pembimbing tidak diperkenankan: 1) Menggunakan tenaga-tenaga pembantu yang tidak ahli atau tidak terlatih.
98
Profesi Kependidikan
2) Menggunakan alat-alat yang kurang dapat dipertanggungjawabkan. 3) Mengambil tindakan yang mungkin menimbulkan hal-hal yang tidak baik bagi klien. 4) Mengalihkan klien kepada konselor lain tanpa persetujuan klien tersebut. e. Meminta bantuan ahli dalam bidang lain di luar kemampuan atau keahliannya ataupun di luar keahlian stafnya yang diperlukan dalam melaksanakan bimbingan dan konseling. f.
Y
Pembimbing harus selalu menyadari akan tanggung jawabnya yang berat yang memerlukan pengabdian penuh.
M
Rumusan kode etik bimbingan dan konseling dirumuskan oleh Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) yang dikutip oleh Syahril dan Ahmad (1986),yaitu:
M U
a. Pembimbing/konselor menghormati harkat pribadi, integritas, dan keyakinan klien. b. Pembimbing/konselor menempatkan kepentingan klien di atas kepentingan pribadi pembimbing/konselor itu sendiri. c. Pembimbing/konselor tidak membedakan klien atas dasar suku bangsa, warna kulit, kepercayaan atau status sosial ekonominya.
d. Pembimbing/konselor mempunyai serta memperlihatkan sifat-sifat rendah hati, sederhana, sabar, tertib, dan percaya pada paham hidup sehat.
D
e. Pembimbing/konselor memiliki sifat tanggung jawab, baik terhadap lembaga dan orang-orang yang dilayani maupun terhadap profesinya. f.
Pembimbing/konselor mengusahakan mutu kerjanya setinggi mungkin.
g. Sesuatu tes hanya boleh diberikan oleh petugas yang berwenang menggunakan dan menafsirkan hasilnya. h. Konselor memberikan orientasi yang tepat kepada klien mengenai alasan digunakannya tes psikologi dan hubungannya dengan masalah yang dihadapi klien.
K. Peranan Guru dalam Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah Guru bukan hanya sekadar penyampai pelajaran, bukan pula sebagai penerap metode mengajar, melainkan guru adalah pribadinya, yaitu keseluruhan penampilan serta perwujudan dirinya dalam berinteraksi dengan siswa. Bernard (1961:127-128) menyatakan bahwa pribadi guru lebih dari
Bab 2 | Bimbingan dan Konseling
99
apa yang diucapkan dan metode yang digunakannya yang menentukan kadar dan arah pertumbuhan siswa. Beliau juga mengemukakan bahwa banyak penelitian yang menyatakan adanya akibat langsung pribadi guru terhadap tingkah laku siswa. Dalam keseluruhan pendidikan, guru merupakan faktor utama. Dalam tugasnya sebagai pendidik, guru banyak sekali memegang berbagi jenis peranan yang harus dilaksanakan. Peranan adalah suatu pola tingkah laku tertentu yang merupakan ciri-ciri khas semua petugas dari suatu pekerjaan atau jabatan tertentu. Setiap jabatan atau tugas tertentu akan menuntut pola tingkah laku tertentu pula dan tingkah laku mana akan merupakan ciri khas dari tugas atau jabatan tadi. Peranan guru adalah setiap pola tingkah laku yang merupakan ciri-ciri jabatan guru yang harus dilakukan guru dalam tugasnya. Peranan ini meliputi berbagai jenis pola tingkah laku, baik dalam kegiatannya di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Guru yang dianggap baik ialah mereka yang berhasil dalam memerankan peranan-peranan itu dengan sebaik-baiknya, artinya dapat menunjukkan suatu pola tingkah laku yang sesuai dengan jabatannya dan dapat diterima oleh lingkungan dan masyarakat.
M
M U
1. Guru Sebagai Mediator Kebudayaan
Y
Guru merupakan seorang perantara di dalam suatu proses pewarisan kebudayaan. Beberapa keterampilan dan kecakapan yang merupakan aspek kebudayaan seperti: bahasa, ilmu pengetahuan, keterampilan sosial, sikap dan sebagainya diterima oleh anak dengan perantaraan guru. Dalam peranannya sebagai seorang mediator kebudayaan maka seorang guru harus sanggup memberikan, mengajarkan dan membimbing berbagai ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap kepada peserta didiknya. Seorang guru harus mampu membimbing peserta didiknya dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan kebudayaannya. Perkembangan kebudayaan itu sendiri sering kali menimbulkan masalah-masalah bagi murid-murid, terutama masalah penyesuaian diri dan masalah pemilihan. Untuk itu hendaknya guru mampu memberikan bantuan kepada peserta didiknya dalam melakukan penyesuaian diri kepada unsur-unsur kebudayaan.
D
2. Guru Sebagai Mediator dalam Belajar Guru bertindak sebagai perantara dalam proses pembelajaran secara keseluruhan. Guru lah yang menyelenggarakan pembelajaran peserta didik dan guru harus bertanggung jawab akan hasil pembelajaran itu, melalui proses interaksi belajar-mengajar. Guru merupakan faktor penting yang memengaruhi berhasil tidaknya proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus menguasai
100
Profesi Kependidikan
prinsip-prinsip belajar, di samping menguasai materi yang akan diajarkan dan guru juga harus mampu menciptakan suasana belajar yang sebaik-baiknya.
3. Guru Sebagai Pembimbing Dalam tugasnya yang pokok yaitu mendidik, guru harus membantu agar anak mencapai kedewasaan secara optimal, artinya kedewasaan yang sempurna sesuai dengan norma dan sesuai pula dengan kodrat yang dimiliknya. Dalam peranan ini guru harus memerhatikan aspek-aspek pribadi peserta didik, antara lain aspek kematangan, bakat, kebutuhan, kemampuan, sikap dan sebagainya, supaya kepada mereka ini dapat diberikan bantuan dalam mencapai tingkat kedewasaan optimal. Hal ini mengandung arti bahwa guru pun turut bertanggung jawab dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling.
Y
M
Sebagai seorang petugas bimbingan, guru merupakan tangan pertama dalam usaha membantu memecahkan kesulitan murid-murid yang menjadi peserta didiknya. Guru harus paling banyak dan sering berhubungan dengan murid-muridnya, terutama dalam kegiatan-kegiatan kurikuler. Jadi, tugas guru tidak hanya terbatas dalam memberikan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada murid-muridnya, tetapi guru juga bertanggung jawab untuk membantu dan mengawasi peserta didiknya. Sehubungan dengan peranannya sebagai pembimbing, maka seorang guru harus:
M U
a. Mengumpulkan data tentang murid
D
b. Mengamati tingkah laku murid dalam situasi sehari-hari c. Mengenal murid-murid yang memerlukan bantuan khusus d. Mengadakan interaksi dengan orangtua murid, baik secara individual maupun secara kelompok untuk memperoleh saling pengertian dalam pandidikan anak e. Bekerja sama dengan masyarakat dan lembaga-lembaga lainnya untuk membantu memecahkan masalah murid f.
Membuat catatan pribadi murid serta menyiapkannya dengan baik
g. Menyelenggarakan bimbingan kelompok maupun individual h. Bekerja sama dengan petugas-petugas bimbingan lainnya untuk membantu memecahkan masalah murid i. Bersama-sama dengan petugas bimbingan lainnya menyusun program bimbingan sekolah j.
Meneliti kemajuan murid baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Bab 2 | Bimbingan dan Konseling
101
4. Guru Sebagai Mediator antara Sekolah dan Masyarakat Ini berarti bahwa kelancaran hubungan antara sekolah dan masyarakat merupakan tugas dan tanggung jawab guru. Lancar tidaknya hubungan tersebut tergantung pada tingkat kemampuan guru dalam memainkan peranan ini. Dalam peranan itu, guru seharusnya mampu: a. Memberikan penjelasan-penjelasan kepada masyarakat tentang kebijaksanaan pendidikan yang sedang berlangsung atau yang akan ditempuh
Y
b. Menerima usul-usul atau pertanyaan dari pihak masyarakat tentang pendidikan c.
M
Menyelenggarakan pertemuan-pertemuan antara sekolah dan masyarakat khususnya dengan orangtua murid
d. Bekerja sama dengan berbagai pihak di masyarakat dalam memecahkan masalah-masalah pendidikan
M U
e. Menyelenggarakan hubungan yang sebaik-baiknya antara sekolah dengan lembaga-lembaga yang berhubungan dengan pendidikan f.
Guru merupakan suara sekolah di masyarakat dan suara masyarakat di sekolah.
5. Guru Sebagai Penegak Disiplin
D
Dalam peranan ini guru harus menegakkan disiplin baik di dalam maupun di luar kelas. Guru harus menjadi teladan bagi terlaksananya suatu disiplin. Guru harus membimbing murid agar menjadi warga sekolah dan masyarakat yang berdisiplin. Guru harus menyiapkan murid-muridnya sebagai calon anggota masyarakat yang sadar akan hak dan kewajibannya sebagai masyarakat. Dalam peranan inilah seorang guru harus mencerminkan suatu tingkah laku sebagai anggota masyarakat yang dapat “digugu dan ditiru” oleh segenap peserta didik dengan penuh kesadaran.
6. Guru Sebagai Administrator dan Manager Kelas Sebagai administrator, tugas seorang guru harus dapat menyelenggarakan program pendidikan dengan sebaik-baiknya. Berbagai aspek yang menyangkut kelancaran jalannya pendidikan merupakan tanggung jawab guru. Guru harus mengambil bagian dalam hal perencanaan kegiatan pendidikan (planning), mengatur dan menyusun berbagai aspek dalam pendidikan (organizing), mengarahkan kegiatan-kegiatan dalam pendidikan (directing), melaksanakan segala rencana dan kebijakan pendidikan (actuating), merencanakan dan
102
Profesi Kependidikan
menyusun biaya (budgeting), dan mengawasi serta menilai kegiatan-kegiatan pendidikan (controlling dan evaluating). Sebagai manager, khususnya sebagai manager kelas, guru merupakan penguasa utama dan bertanggung jawab terhadap kelancaran program pendidikan dan pengajaran. Dalam management kelas, guru berfungsi sebagai pemimpin yang harus memimpin murid-muridnya dalam kegiatan pembelajaran. Kepemimpinan guru di sekolah menentukan keberhasilan sekolah itu secara keseluruhan. Guru harus mengatur dan mengoordinir jalannya program pendidikan agar memperoleh hasil yang sebaik-baiknya.
7. Guru Sebagai Anggota Suatu Profesi
Y
M
Suatu profesi adalah jabatan yang mempunyai kualifikasi tertentu. Pekerjaan guru sebagai suatu profesi berarti bahwa guru merupakan seorang yang ahli. Keahlian tersebut tidak dapat dilakukan oleh ahli-ahli atau pejabatpejabat lain yang tidak memperoleh dasar pendidikan keahlian tersebut. Sebagai anggota suatu profesi, maka guru harus memiliki pengetahuan, kecakapan dan keterampilan tertentu yaitu keterampilan keguruan. Kemampuan untuk membimbing murid, merupakan salah satu aspek keterampilan profesi keguruan. Di samping itu, seorang guru harus menunjukkan, mempertahankan serta mengembangkan keahlian itu.
M U
Peranan guru tidak hanya terbatas dalam kegiatan dalam kelas atau pengajaran saja, akan tetapi lebih luas dari itu. Guru memiliki peranan yang besar dalam mendewasakan murid-muridnya dengan berbagai cara. Salah satu di antaranya melalui partisipasi dalam program bimbingan dan konseling di sekolah. Implementasi kegiatan BK dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi sangat menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar. Oleh karena itu, peranan guru kelas dalam pelaksanaan kegiatan BK sangat penting dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
D
Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam kegiatan BK, yaitu: a. Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum. b. Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran dan lain-lain. c. Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan
Bab 2 | Bimbingan dan Konseling
103
swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar. d. Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan. e. Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar. f. Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan pengetahuan.
Y
g. Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar. h. Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa. i.
M
Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.
M U
Fungsi dan Peran Guru Sebagai Pembimbing
Menurut Ngalimun, sebagai guru kelas yang mengajarkan mata pelajaran, guru sekolah dasar pada dasarnya mempunyai peran sebagai pembimbing. Dalam SK Menpan No. 83/1993 ditegaskan bahwa selain tugas utama mengajar, guru sekolah dasar ditambah dengan melaksanakan program bimbingan di kelas menjadi tanggung jawabnya. Bahkan Murno dan Kottman (1995:69), menempatkan posisi guru sebagai unsur yang sangat kritis dalam inplementasi program bimbingan perkembangan: “Without teacher involvement, developmental guidance is simply one more good, bud unworkable, concept”. Guru merupakan pelindung terdepan dalam mengidentifikasi kebutuhan siswa, penasihat utama bagi siswa, dan perekayasa nuansa belajar, dan bekerja sama dengan orangtua untuk keberhasilan siswa.
D
Peran guru sebagai guru pembimbing, sesungguhnya akan tumbuh subur jika guru menguasai rumpun model mengajar pribadi. Rumpun mengajar pribadi terdiri atas model mengajar yang berorientasi kepada perkembangan diri siswa. Penekanannya lebih diutamakan kepada proses yang membantu individu dalam membentuk dan mengorganisasikan realita yang unik, dan lebih banyak memerhatikan kehidupan emosional siswa. Model mengajar yang termasuk rumpun ini adalah model pengajaran non-direktif, dan pemerkayaan harga diri (enbancing self esthem). Model mengajar untuk mengembangkan kebersamaan adalah belajar kelompok, sedangkan model mengajar untuk memecahkan masalah sosial adalah bermain peran (Joyce dan Well, 1996).
104
Profesi Kependidikan
L. Kerja Sama Guru dan Konselor Sekolah dalam Layanan Bimbingan dan Konseling Dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan adanya kerja sama antara guru dan guru pembimbing demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Pelaksanaan tugas pokok guru dalam proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari kegiatan bimbingan, sebaliknya, layanan bimbingan di sekolah memerlukan dukungan atau bantuan guru. Dukungan atau bantuan tersebut terutama dari guru mata pelajaran dan wali kelas. Ada beberapa pertimbangan mengapa guru juga harus melaksanakan kegiatan bimbingan dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, Natawidjaya dan Surya (1985) mengutip pendapat Millen yang mengatakan:
Y
M
a. Proses belajar menjadi sangat efektif, jika bahan yang dipelajari dikaitkan langsung dengan tujuan pribadi siswa. Guru dituntut memahami harapanharapan dan kesulitan-kesulitan siswa, selanjutnya siswa dapat belajar dengan baik.
M U
b. Guru yang memahami siswa dan masalah-masalah yang dihadapinya, lebih peka terhadap hal-hal yang dapat memperlancar dan mengganggu kelancaran kegiatan kelas. Guru berkesempatan luas untuk mengadakan pengamatan terhadap siswa yang diperkirakan memiliki masalah. Dengan demikian, masalah itu dapat diantisipasi sedini mungkin sehingga siswa dapat belajar dengan baik tanpa dibebani suatu masalah.
D
c. Guru dapat memerhatikan perkembangan masalah atau kesulitan secara lebih nyata. Guru memiliki kesempatan terjadwal untuk bertatap muka dengan para siswa, maka ia akan memperoleh informasi yang lebih banyak tentang keadaan siswa maupun kelebihan dan kekurangannya. Layanan bimbingan di sekolah akan lebih efektif jika guru dapat bekerja sama dengan pembimbing sekolah dalam proses pembelajaran. Adanya keterbatasan-keterbatasan dari kedua pihak (guru pembimbing) menuntut adanya kerja sama itu. Di dalam menangani kasus-kasus tertentu, guru pembimbing perlu menghadirkan guru atau pihak-pihak terkait guna membicarakan pemecahan masalah yang dihadapi siswa. Kegiatan semacam ini disebut konferensi kasus (case conference). Kegiatan-kegiatan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan di sekolah, dikoordinasikan oleh guru pembimbing. Pelaksanaan kegiatan bimbingan oleh para guru tidak lepas begitu saja, tetapi dipantau oleh guru pembimbing.
Bab 2 | Bimbingan dan Konseling
105
Kerja sama guru pembimbing dengan wali kelas sebagai pengelola kelas tentu sangat erat dan besar sekali. Terutama membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya, untuk mengikuti/menjalani layanan dan atau kegiatan bimbingan dan konseling. Dengan kata lain, wali kelas membantu guru pembimbing melaksanakan tugas-tugasnya dalam pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Y
Dalam buku Bimbingan Konseling di SD/MI menurut Ngalimun (2002;158), hubungan konselor (guru pembimbing) dengan peserta didik di sekolah, berada dalam koridor hubungan yang membantu. Artinya konselor menciptakan dan mengembangkan interaksi yang membantu peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi secara optimal, mengembangkan pribadi yang utuh dan sehat, serta menampilkan perilaku efektif, kreatif, produktif, dan adjusted. Kualitas hubungan dalam proses bimbingan dan konseling sangat dipengaruhi oleh kualitas pribadi konselor (guru pembimbing). Kepribadian konselor menurut Rogers (1962), merupakan teknik atau intervensi utama, karena seseorang tidak akan dapat memberikan bantuan tanpa memiliki kepribadian membantu.
M
M U
Kepribadian utama yang harus dimiliki oleh seorang konselor (guru pembimbing) adalah terpercaya, sehingga menjadi agen yang membawa pengaruh positif pada pertumbuhan dan perkembangan helper (individu). Kepribadian terpercaya akan teraktualisasikan dalam sikap: mampu menjaga rahasia, terbuka, jujur, tulus, autentik dalam bertindak, memandang dan menerima individu apa adanya, perhatian, percaya diri, dan hangat.
D
106
Profesi Kependidikan
BAB
ADMINISTRASI SEKOLAH
3
Y
M
M U
Salah satu tugas seorang pendidikan dan tenaga kependidikan lainnya di sekolah adalah tugas-tugas yang terkait dengan administrasi sekolah. Administrasi sekolah merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan sekolah dalam mencapai efektivitas penyelenggaraan pembelajaran yang berkualitas. Berikut ini akan dicoba untuk menjelaskan tentang “Tugastugas Administratif Guru di Sekolah”. Di bawah ini akan menguraikan dan mendiskusikan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan tugas guru dalam administrasi sekolah di sekolah, yang mencakup uraian tentang: Pengertian administrasi pendidikan, lingkup dan fungsi administrasi pendidikan, tugastugas administrasi dalam tataran kelas, tugas-tugas administrasi dalam tataran sekolah serta pengelolaan sumber belajar.
D
Apabila tugas-tugas administrasi di sekolah yang terkait dengan tugas sebagai guru dikuasai secara tuntas, maka guru akan lebih menghayati profesionalismenya terutama bagaimana dapat berperan secara aktif dalam pengelolaan sekolah yang mencakup pengelolaan berbagai aspek manusia (murid dan sebagainya) serta pengelolaan fisik termasuk pengelolaan lingkungan yang sangat berperan penting dalam menunjang terciptanya proses pembelajaran yang berkualitas. Hal ini menjadi sangat urgen (penting) di tengah-tengah era globalisasi dan era informasi yang ditandai oleh persaingan yang sangat ketat dalam berbagai aspek kehidupan termasuk persaingan dalam
Bab 3 | Administrasi Sekolah
107
pelayanan. Pelayanan yang berkualitas harus dimulai dari manajemen dan administrasi yang baik. Di samping itu, penguasaan pengetahuan tentang administrasi sekolah ini secara mantap merupakan bekal yang sangat penting bagi seorang guru untuk dapat berperan sebagai pemimpin sekolah (kepala sekolah) di kemudian hari.
A. Pengertian Administrasi Pendidikan di Sekolah
Y
1. Pengertian Administrasi Pendidikan
Pernahkah Anda mendengar kata administrasi dalam kehidupan seharihari. Tentunya Anda sudah sering mendengar, karena dalam setiap lembaga, organisasi dan bahkan pengumuman-pengumuman yang berhubungan dengan penerimaan calon pegawai termasuk penerimaan guru selalu ada istilah persyaratan administrasi. Tetapi tahukah Anda apa makna administrasi itu. Kita sering mendengar kata administrasi selalu dihubungkan dengan surat menyurat, perlengkapan persyaratan kepegawaian dan lain-lain. Apakah demikian makna sebenarnya dari administrasi itu?
M
M U
Makna administrasi yang sebenarnya jauh lebih luas dari apa yang pernah kita dengar atau kita persepsi selama ini. Untuk melihat pemahaman yang mendalam tentang makna administrasi tersebut mari kita diskusikan beberapa pendapat para ahli tentang makna pentingnya administrasi di suatu lembaga dan apa sebenarnya administrasi itu. Dengan demikian, kita dapat menguji pemahaman kita selama ini, sudah tepat atau malah salah kaprah tentang administrasi.
D
Dalam setiap organisasi, apa pun bentuk dan jenisnya, administrasi dan manajemen menempati kedudukan sentral dan menentukan dalam pembinaan dan pengembangan serta keberhasilan kegiatan kerja sama. Oleh karena itulah, administrasi telah dan selalu akan dikaji secara ilmiah. Administrasi sebagai disiplin ilmu telah dikaji secara mendalam dan intensif secara teoretis maupun praktis tentang rangkaian perilaku berkaitan dengan kegiatan pengendalian, pengelolaan dan usaha kerja sama dalam mencapai suatu tujuan. Kecenderungan berkelompok merupakan hakikat manusia sebagai makhluk sosial, yang mendorong mereka untuk selalu hidup berkelompok sehingga terbentuklah berbagai kelompok dalam kegiatan manusia. Ilmu administrasi sebagai ilmu, berusaha mengkaji berbagai usahausaha manusia dalam mencapai dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja di dalam suatu kelompok. Sebagai disiplin ilmu, administrasi mengkaji dan mencari metode serta alat kerja yang tepat, juga menaruh perhatian
108
Profesi Kependidikan
terhadap pengaturan tenaga-tenaga manusia sehingga diperoleh kelompok yang produktif dalam pelaksanaan kerjanya. Perhatian ini terutama ditujukan kepada usaha untuk mendayagunakan dan memberdayakan serta meningkatkan sumber daya manusia agar dapat mencapai hasil kerja yang maksimal tanpa mengorbankan hakikatnya sebagai manusia. Meskipun demikian ilmu administrasi tetap memerhatikan unsur-unsur psikologis manusia, karena itu administrasi berusaha mengkaji bagaimana cara memanfaatkan sumber daya manusia agar menjadi produktif dalam kerjanya yang diiringi dengan perasaan puas bagi yang bersangkutan. Hal inilah yang mendorong mengapa teori manajemen modern seperti Human Resource Management (HRM) selalu diadopsi oleh teori administrasi pendidikan.
Y
M
Lembaga pendidikan formal (sekolah) sebagai salah satu bentuk fenomena pengelompokan manusia yang keberadaannya tidak dapat melepaskan diri dari kecenderungan kegiatan administrasi. Hal ini dapat kita lihat bahwa di sekolah terdapat sejumlah orang (siswa, guru, tata usaha, pesuruh, kepala sekolah, bahkan masyarakat) yang terlibat bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pada institusi ini dalam melaksanakan tugasnya masing-masing, mereka tidak cukup kalau hanya dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan mengenai teori kependidikan saja, akan tetapi harus pula dilengkapi dengan kemampuan untuk bekerja sama, menciptakan kerja sama dan membina kerja sama untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan. Hal ini mutlak diperlukan karena setiap personel pendidikan tidak hanya terlibat dalam kegiatan kependidikan (edukatif) tetapi juga terlibat dalam kegiatan administrasi yang menuntut mereka untuk menguasai dan memiliki knowledge, skill dan expertness dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, koordinasi, pengendalian dan pengawasan.
M U
D
Kemampuan tersebut di atas diperlukan agar dalam pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan pendidikan di sekolah berjalan secara efektif dan efisien. Lebih-lebih dalam era globalisasi dari abad informasi yang selalu menuntut kemampuan mencari, mengolah, menganalisis, memanfaatkan serta mengkomunikasikan informasi menuntut adanya sikap kreatif dan inovatif dan petugas pendidikan, tanpa sikap tersebut akan berdampak pada kegagalan dalam mencapai hasil pendidikan yang optimal. Sehubungan dengan hal ini Edgar Faure (Unesco, 1972) menyatakan bahwa kebangkrutan sistem pendidikan disebabkan karena cara penyelenggaraan pendidikan, terutama masa lampau akibat perencanaan yang lemah serta koordinasi dan komunikasi yang sangat kurang efektif. Sistem sekolah tampak dijalankan hanya melalui surat keputusan dan instruksi dan kantor pusat, tanpa mempertimbangkan apakah sekolah beserta aparatnya di daerah siap dan mampu melaksanakan
Bab 3 | Administrasi Sekolah
109
apa yang diinginkan oleh pusat (terlalu sentralisasi). Dengan kata lain sering terjadi konsepsi-konsepsi pendidikan yang hanya baik di atas kertas dan atau untuk satu daerah/lokasi tertentu, tetapi tidak cocok untuk daerah/lokasi lain, artinya sering terjadi kebijakan pendidikan yang tidak melihat situasi atau kondisi daerah. Dengan demikian, maka tampak kelemahan penyelenggaraan pendidikan sering bukan diakibatkan oleh sistem dan gurunya, tetapi lebih diakibatkan oleh Manajemen Sekolah dan Manajemen Pendidikan yang tidak baik. Oleh karena itu, para perancang pembangunan pendidikan di Negara-negara Asia 1965-1980 (the Karachi Plan) memperingatkan bahwa “reorganisasi dan penguatan administrasi hendaknya mendahului tahap suatu rencana dijalankan” Hal ini diperkuat oleh pernyataan Philip H. Coombs seorang ahli perencanaan pendidikan yang terkemuka yang menyarankan bahwa: revolusi dalam pendidikan harus dimulai dengan Manajemen Pendidikan.
Y
M
Dari uraian di atas apa yang dapat Anda simpulkan? Mari kita cermati kembali apa yang telah kita diskusikan di atas, ternyata kemampuan administrasi dan atau Manajemen Pendidikan pada gilirannya akan menempatkan para petugas pendidikan bertanggung jawab terhadap pengelolaan pendidikan dalam unit kerjanya masing-masing, baik dalam posisinya sebagai pemimpin pendidikan, supervisor pendidikan maupun pelaksana proses pembelajaran di kelas (guru).
M U
Di samping itu, administrasi pendidikan yang baik akan memberikan dampak yang sangat besar bagi lembaga pendidikan untuk meningkatkan kualitas kinerja lembaganya. Hal ini berarti administrasi/manajemen yang baik akan dapat membawa pada peningkatan mutu hasil lulusan bagi lembaga pendidikan seperti sekolah.
D
2. Pengertian Administrasi dan Administrasi Pendidikan Mari kita mencoba mengkaji lebih dalam pengertian administrasi yang sebenarnya, kemudian kita mencoba merefleksi apakah pengertian kita tentang adminsitrasi sudah sesuai dengan pengertian yang hakiki, hal ini penting untuk menjaga agar kita tidak salah kaprah dalam memberi makna tentang administrasi. Uraian berikut ini akan memberikan Anda pada pemahaman dan wawasan tentang administrasi. Administrasi menurut asal katanya berasal dari bahasa Latin yang terdiri dari AD+MINISTRARE yang berarti melayani, membantu dan memenuhi. Dari perkataan itu terbentuk kata benda ADMINISTRATIO dan kata sifat ADMINISTRATIVUS yang kemudian dikenal dalam bahasa lnggris
110
Profesi Kependidikan
ADMINISTRATION. Perkataan ini selanjutnya diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi Administrasi. Di Indonesia selain istilah yang berasal dan bahasa lnggris tersebut juga dikenal yang berasal dan bahasa BelAnda yaitu Administrate yang mengandung arti hanya sebagian dari pengertian administrasi yaitu hanya diartikan dengan ketatausahaan (Clerical work). Ketatausahaan mengandung arti kegiatan penyusunan keterangan-keterangan secara sistematik dan pencatatan-pencatatan secara tertulis semua keterangan yang diperlukan, dengan maksud memperoleh suatu ikhtisar mengenai keterangan-keterangan itu dalam keseluruhannya dan dalam hubungannya satu sama lainnya. Fungsi dari kegiatan ketatausahaan itu adalah: melakukan pencatatan tentang segala sesuatu yang terjadi di dalam organisasi untuk digunakan sebagai bahan informasi bagi pimpinan. Pengertian administrasi sebagai kegiatan ketatausahaan ini adalah pengertian administrasi dalam arti sempit.
Y
M
Kalau demikian apa yang dapat kita simpulkan tentang administrasi dalam arti sempit, seperti yang selama ini kita hayati sebagai pengertian administrasi. Administrasi dalam arti sempit dapat diartikan sebagai kegiatan ketatausahaan yang mencakup kegiatan:
M U
1. Melayani pelaksanaan kegiatan operasional dan suatu unit kerja seharihari. 2. Menyediakan berbagai informasi, data dan keterangan yang diperlukan oleh pimpinan guna pengambilan keputusan atau kebijakan organisasi.
D
3. Membantu kelancaran tugas sehari-hari dan suatu unit kerja. Pengertian itu administrasi tidak lebih dari kegiatan atau pekerjaan tulis menulis, catat mencatat, mengirim dan menyimpan data keterangan (agenda) yang dilakukan oleh sejumlah personel. Biasanya di dalam suatu ruangan yang penuh dengan meja, kursi, mesin tik, komputer dan berkasberkas yang memuat berbagai data lain-lain. Dengan kata lain administrasi dalam pengertian tersebut dihubungkan dengan kegiatan perkantoran yang merupakan salah satu aspek saja dan kegiatan administrasi dalam makna yang sebenarnya. Untuk mendapatkan pemahaman tentang pengertian administrasi dan beberapa orang ahli sebagai berikut: Leonard D. White (1982) menyebutkan administrasi adalah Process to all group effort, public or private. Ordway Tead menyatakan: Administration is conceived as the necessary activities of individuals (executives)in an organization who charged with ordering,
Bab 3 | Administrasi Sekolah
111
forwarding, and facilitation the associate effort of group of individuals brought together to realize certain defined purposes. Herbart K Simon menyatakan administration as the activities of groups cooperating to accomplish common goals. Wiliam H. Newman menyatakan administration has been defined as the guidance, leadership and controlle of the effort a group of individual toward some goals.
Y
Sementara Siagian menyatakan bahwa administrasi adalah proses kerja sama antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
M
Coba Anda bandingkan dan sejumlah pengertian tersebut di atas, komponen apa yang memiliki kesamaan dan dikemukakan oleh semua ahli tersebut di atas.
Kalau kita cermati berbagai kutipan di atas, tampak ada beberapa persamaan khusus yang dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai berikut:
M U
a) Merupakan kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang
b) Bahwa kelompok orang tersebut berada dalam suatu kelompok kerja sama. c) Kerja sama yang dilakukan diarahkan kepada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Agar kegiatan tidak menjadi tumpang tindih, maka dalam kerja sama ada yang berperan sebagai pemimpin untuk mengarahkan, mengajak, membimbing, memengaruhi, memberi nasihat dan lain-lain. Dengan demikian maka orang-orang yang berada dalam kelompok akan bekerja untuk mencapai tujuan.
D
d) Kegiatan yang dilakukan merupakan suatu proses, keseluruhan. Artinya masing-masing orang dan kelompok dalam kegiatan administrasi saling mengisi dan melengkapi. Dalam proses kerja sama sekelompok orang untuk mencapai tujuan tersebut ada dua sasaran penting yang perlu diperhatikan sebagai kegiatan administrasi yaitu: a) Kualitas orang-orang yang terlihat di dalam menghadapi pekerjaan yang dipercayakan kepadanya (performance quality). b) Kualitas efisiensi (efficiency quality). Keduanya menjadi syarat untuk tercapainya tujuan organisasi dengan sebaik-baiknya. Sukar dibayangkan tujuan yang telah ditetapkan dengan memperhitungkan berbagai faktor dapat tercapai secara efektif apabila orang-
112
Profesi Kependidikan
orang yang melakukan pekerjaan hanya bekerja semaunya, dan bekerja tanpa didasari oleh kemampuan dan pengetahuan tentang apa yang dipekerjakan. Ini berarti dalam administrasi dituntut adanya kesesuaian antara kemampuan/ keahlian dengan jenis dan bidang yang dikerjakan. Pengertian di atas juga tampak merujuk kepada pengertian administrasi sebagai pekerjaan (doing), yang pada akhir-akhir ini sudah mulai bergeser menjadi proses memutuskan (deciding), seperti yang dilihat oleh para ahli seperti Chester Bernard dan Daniel Griffiths. Bagi mereka administrasi itu tidak lain dari seni dan ilmu pengambilan keputusan. Menurut analisis mereka, proses pengambilan keputusan dalam administrasi menyangkut berbagai aspek seperti perencanaan, pengorganisasian, pengoordinasian, pengarahan dan pengawasan.
Y
M
Dari berbagai pengertian administrasi di atas akan timbul pertanyaan, apakah yang dimaksud dengan administrasi pendidikan?
M U
Administrasi pendidikan pada dasarnya adalah penerapan administrasi umum dalam pendidikan. lnikah hakikat sebenarnya administrasi pendidikan? untuk menjawab hal berikut akan dikemukakan beberapa kutipan pengertian administrasi pendidikan menurut beberapa ahli:
Wartel s Monroe mengemukakan bahwa: educational administration is the direction, control of management of all matter pertaining to school affairs, including business administration since aspect of school affairs may be considered as carried on for educational end.
D
Albert H. Shuster dan Wilson F. Wetzler mendefinisikan administration of school may be defined as the art and science of creatively integrating ideas, materials and person in to an organic, harmonious working unit for the achievement of desired goal. Lebih lanjut Albert dkk menyatakan bahwa fungsi administratif di sekolah mencakup memimpin staf personel, menyediakan materiil pengajaran, dan mengarahkan penyelenggaraan pendidikan. Selanjutnya Oteng Sutisna menyatakan bahwa administrasi di mana pun sama, apakah dalam pemerintahan, perusahaan, maupun pendidikan. Sehubungan dengan hal itu ia merumuskan administrasi pendidikan sebagai suatu keseluruhan proses membuat sumber-sumber personel maupun materiil yang tersedia dan efektif bagi pencapaian tujuan-tujuan suatu kerja sama. Dari berbagai definisi tersebut di atas, apabila kita coba untuk menarik kesimpulan berdasarkan komponen pengertian administrasi yang terdapat pada masing-masing pengertian yang dikemukakan oleh para ahli dapat dikatakan bahwa administrasi pendidikan adalah keseluruhan proses pengelolaan dan pengendalian usaha kerja sama sejumlah orang pada lembaga pendidikan
Bab 3 | Administrasi Sekolah
113
yaitu kepala sekolah, guru, murid, karyawan bahkan orangtua murid dengan mendayagunakan berbagai sumber dan metode serta alat tertentu untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Pengertian administrasi pendidikan tersebut jelas membedakan antara kegiatan administrasi pendidikan dengan kegiatan operasional pendidikan. Sebab kegiatan administrasi pendidikan pada dasarnya adalah administrasi dalam pendidikan yang merupakan rangkaian pengendalian dan pengelolaan kegiatan kependidikan yang terarah pada pencapaian tujuan pendidikan. Dengan pengendalian dan pengelolaan ini maka kegiatan kependidikan akan berlangsung secara efektif dan efisien.
Y
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa suatu kegiatan bersama/ usaha kerja sama baru dapat dikatakan kegiatan administrasi apabila telah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
M
1. Adanya proses kegiatan kerja sama.
M U
2. Dilakukan oleh dua orang atau lebih (sekelompok orang).
3. Adanya sumber daya (manusia dan non manusia) untuk didayagunakan dan ditata atau diatur. 4. Adanya penataan atau pengaturan kegiatan dalam kerja sama dengan menggunakan metode, alat dan teknik tertentu dalam rangka efektivitas dan efisiensi kegiatan (siapa melakukan apa dan bagaimana melakukannya) 5. Adanya tujuan yang akan dicapai dari kerja sama tersebut.
D
Kelima kriteria di atas harus ada dalam administrasi, apabila salah satu hilang tidak dapat dikatakan lagi sebagai kegiatan administrasi.
B. Fungsi Administrasi
Secara umum dan banyak dikemukakan oleh beberapa ahli bahwa administrasi pendidikan memiliki ruang lingkup yang luas. Tetapi sebelum membahas ruang lingkup tersebut terlebih dahulu akan diuraikan tinjauan administrasi sebagai proses kegiatan, yang di dalamnya menerapkan fungsifungsi manajemen (ada ahli yang menyebutkan dengan fungsi organik). Sedangkan John Stephen Knezevich menyebutnya dengan istilah administrasi pendidikan dilihat sebagai proses manajemen. Tugas pengelolaan (khususnya dalam dunia perusahaan) sering berada pada manajer. Meskipun demikian sering pula tugas pengelolaan itu dilakukan sendiri oleh pimpinan tertinggi. Sebagai manajer ia perlu menggunakan fungsi-fungsi manajemen dalam pelaksanaan tugasnya. Ada berbagai macam
114
Profesi Kependidikan
fungsi manajemen yang dikemukakan oleh para ahli, menurut cara pandang dan latar belakang filosofis mereka masing-masing. 1. Fayol : Planning, organizing, commanding, coordinating and controlling. 2. GulHck : Planning, organizing, staffing, directing, coordinating, reporting and budgetting 3. Newman: Planning, organizing, assembling resource, directing and controlling.
Y
4. Sears
: Planning, organizing, allocating, coordinating and evaluating.
5. Assa
: Planning, allocating, stimulating, coordinating, and evaluating.
6. Gregg: Decision making, planning, organizing, communication, influencing, coordinating and evaluating.
M
7. Campbell: Decision making, programming, coordinating, and appraising.
Dalam diskusi kita pada bagian ini, tidak menguraikan seluruh fungsifungsi di atas, tetapi hanya beberapa fungsi yang memang mutlak ada dalam setiap kegiatan proses manajemen yaitu planning, organizing, directing, coordinating, controlling dan communicating.
M U
1. Planning (Perencanaan)
Pernahkah Anda membayangkan bagaimana suatu kegiatan dilakukan tanpa perencanaan? Bahkan kita sering memberikan kritik kepada seseorang atau lembaga tertentu dengan kata-kata tajam kurang perencanaan, atau perencanaan tidak matang apabila kita melihat kegiatan tidak dilakukan secara baik. Tetapi apa dan bagaimana perencanaan itu sebenarnya? Sudahkah kita menghayatinya secara benar. Untuk memantapkan pemahaman kita tentang perencanaan mari kita simak uraian-uraian berikut ini.
D
Perencanaan adalah proses pemikiran tentang bagaimana kegiatan yang akan dilakukan dimasa yang akan datang dengan sebaik-baiknya sehingga tujuan yang ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Ini berarti dalam perencanaan adalah persiapan menyusun suatu keputusan, berupa langkahlangkah penyelesaian suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah kepada pencapaian tujuan tertentu. Perencanaan merupakan suatu keharusan yang mutlak dipersiapkan terlebih dahulu sebelum orang melaksanakan kegiatan. Apabila pekerjaan tersebut sudah merupakan pekerjaan yang besar dan kompleks, perencanaan yang matang mutlak diperlukan. Apa yang harus dipikirkan dan diputuskan dalam kegiatan perencanaan adalah jawaban dan pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
Bab 3 | Administrasi Sekolah
115
a. Apa yang harus dikerjakan (What), hal ini berarti mencakup penentuan tujuan kegiatan yang ingin dicapai serta jenis kegiatan yang akan dilakukan. Memikirkan tentang apa yang akan dilakukan harus diingat dan diperhatikan adalah apa yang menjadi visi dan misi organisasi atau kalau organisasi sekolah maka visi dan misi sekolah harus menjadi dasar untuk menentukan apa yang akan dilakukan di masa yang akan datang. b. Mengapa hal tersebut dikerjakan (Why). Hal ini berarti menyangkut rasional suatu kegiatan dilakukan, atau dengan kata lain latar belakang dan alasan suatu kegiatan perlu dilakukan. Dalam membuat kegiatan di sekolah, maka latar belakang ini perlu disusun alasan rasional (akademik), landasan empirik dan landasan yuridis sehingga kegiatan tersebut perlu dilakukan yang dituangkan dalam perencanaan. c.
Y
M
Siapa yang mengerjakan (Who). Ini berarti menyangkut personel yang akan melaksanakan kegiatan yang akan dilakukan. Untuk itu pilihan penempatan seseorang sesuai dengan keahlian dan kemauan merupakan pertimbangan yang harus diperhatikan. Sudah bukan lagi zamannya pada saat sekarang menentukan siapa yang akan melakukan kegiatan didasarkan pada suka dan tidak suka (like and dislike). Jadi dalam menentukan siapa yang akan mengerjakan harus didasarkan pada kriteria yang jelas dan tegas.
M U
d. Di mana kegiatan akan dilaksanakan (Where). Ini berarti menyangkut tempat pelaksanaan kegiatan. Tidak semua tempat cocok untuk semua kegiatan. Setiap kegiatan memiliki karakteristik tersendiri, oleh sebab itu, dalam menentukan tempat kegiatan harus mempertimbangkan kesesuaian karakteristik kegiatan dengan tempat kegiatan yang akan digunakan. Ketidaksesuaian karakteristik tempat dengan karakteristik kegiatan akan menentukan keberhasilan kegiatan mencapai tujuan yang diinginkan.
D
e. Kapan kegiatan tersebut akan dilakukan dan kapan akan berakhir (When). Ini berarti menyangkut waktu pelaksanaan, periodisasi tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan. Untuk itu maka penyusunan jadwal kegiatan secara rinci dengan mempertimbangkan berbagai aspek perlu diperhatikan. f. Bagaimana kegiatan tersebut akan dikerjakan (How). Ini berarti menyangkut tata kerja, metode dan prosedur atau mekanisme kerja perlu diatur secara matang agar kegiatan dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Bagian ini menjadi sangat penting karena berkaitan dengan strategi implementasi.
116
Profesi Kependidikan
Perencanaan dapat berfungsi sebagai pengarah semua kegiatan yang dilakukan dalam pencapaian tujuan. Di samping itu, ia berfungsi juga sebagai alat kontrol terhadap pekerjaan yang sedang dilakukan. Oleh sebab itu, perencanaan yang baik akan sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan pekerjaan. Bagaimana perencanaan yang baik, di samping harus mempertimbangkan beberapa karakteristik sebagai berikut: 1) Tujuan, harus jelas dalam arti tidak menimbulkan makna gAnda bagi para pelaksana pekerjaan, serta tujuan tersebut mudah diukur.
Y
2) Perencanaan sederhana dan fleksibel, sederhana dalam arti tidak mulukmuluk dan bombastis, tetapi kemungkinan pencapaian tujuan lebih besar sesuai dengan kondisi dan potensi organisasi yang bersangkutan.
M
3) Tersedianya sumber daya, dalam arti tersedia sumber daya yang memadai baik dilihat dan segi kuantitas (jumlah pelaksana) maupun dilihat dari segi kualitas tenaga yang tersedia. Semakin lengkap tenaga yang tersedia dan berkualitas tinggi, maka semakin besar kemungkinan pencapaian tujuan sesuai dengan yang direncanakan dapat berhasil secara optimal.
M U
4) Segala kendala sudah diperhitungkan secara matang, dalam arti apa hambatan yang akan mungkin muncul pada saat pelaksanaan pekerjaan sudah diperhitungkan secara matang dan diantisipasi kemungkinan mengatasinya. Coba Anda buat kesimpulan bersama kawan-kawan, apa sebenarnya yang dimaksudkan dengan perencanaan itu, dan apa kaitannya dengan keberhasilan pelakasnaan program di masa depan.
D
2. Organizing (Pengorganisasian)
Kalau kita berada di suatu unit organisasi termasuk di sekolah, kita akan menyaksikan gambar struktur organisasi sekolah mulai dari kepala sekolah sebagai pucuk pimpinan sampai pada tingkat yang paling bawah apakah itu yang disebut dengan pengorganisasian? Pengorganisasian diartikan sebagai pengaturan penyelesaian kegiatan berdasarkan aturan yang berlaku. Pengorganisasian dapat diartikan sebagai kegiatan menyusun struktur dan membentuk hubungan-hubungan agar diperoleh kesesuaian dalam usaha mencapai tujuan bersama. Dengan demikian pengorganisasian ini diwujudkan dengan menetapkan bidang-bidang atau fungsi-fungsi yang termasuk ruang lingkup kegiatan yang akan dilaksanakan oleh sekelompok orang, kegiatan ini sekaligus merupakan pembagian kerja beserta deskripsi kerjanya, juga dilengkapi dengan mekanisme kerja dalam bentuk struktur organisasi.
Bab 3 | Administrasi Sekolah
117
Melalui struktur organisasi akan tampak pembagian kerja dan mekanisme hubungan serta pertanggungjawaban dalam pekerjaan tersebut. Struktur organisasi sebagai salah satu bentuk pengorganisasian merupakan kerangka yang terdiri dan satuan-satuan kerja atau fungsi-fungsi yang memiliki wewenang dan tanggung jawab secara hierarkis. Di sana tergambar mekanisme hubungan pertanggungjawaban sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing personel. Namun demikian dalam struktur organisasi hendaknya juga dikembangkan hubungan informal yang dapat meningkatkan produktivitas, efektivitas dan efisiensi kerja antarpersonel.
Y
Pembagian kerja pada dasarnya merupakan pembagian tugas dan jenisjenis kegiatan yang menjadi wewenang dan tanggung jawab masing-masing personel, namun perlu dihindari pembagian kerja yang menjadikan pengotakan antarpersonel dan antarunit sehingga seolah-olah terpisah antara satu unit dengan unit yang lain.
M
Dalam pengelompokan kerja harus dipertimbangkan beban tugas, sifat pekerjaan dan spesialisasi yang diperlukan untuk melaksanakan tugas yang dibebankan kepada personel.
M U
Pengorganisasian sebagai salah satu fungsi manajemen, harus disusun secara pasti oleh manajer pendidikan, sehingga dalam praktik kegiatannya dapat diperoleh/ditemukan keteraturan dalam pelaksanaan tugas berdasarkan tanggung jawab setiap personel. Agar pengorganisasian ini jelas maka, harus dibuat skema/bagan struktur organisasi, baik skema jabatan (memuat jabatanjabatan dalam organisasi), skema nama (memuat nama-nama pejabatnya), skema tugas (memuat tugas-tugas yang harus dilakukan oleh pejabat maupun skema foto yang memuat foto pejabat. Di samping itu dapat pula skema atau struktur tersebut gabungan dan bermacam-macam bentuk skema.
D
Dari berbagai uraian tersebut di atas, mari kita mencoba menarik kesimpulan bersama pengorganisasian tidak hanya sebatas menyusun struktur organisasi, tetapi jauh lebih luas yaitu: pembagian kerja, pengaturan kerja, penetapan pola hubungan kerja yang disertai dengan pemberian tugas, tanggung jawab dan kewenangan dalam suatu organisasi.
3. Directing (Pengarahan) Pernahkah Anda mendengar istilah pengarahan? Atau pernahkan Anda diundang untuk menghadiri pertemuan yang katanya untuk mendengarkan pengarahan? Rasanya semua orang pernah mendengar istilah pengarahan, bahkan sering ikut dalam kegiatan pengarahan mulai dari perkumpulan di tingkat RT/RW sampai dengan pengarahan dari lurah, camat, bupati/walikota
118
Profesi Kependidikan
dan sebagainya. Apakah kita semua sudah mengetahui apa makna sebenarnya tentang pengaharan? Untuk mempertajam pemahaman dan pengertian kita apa makna pengarahan mari kita simak bersama uraian-uraian berikut ini. Apabila kegiatan sudah dimulai dan setiap personel mulai berfungsi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing dalam organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan? Apakah mereka sudah memahami secara jelas apa dan bagaimana mereka melakukan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya masing-masing? Sejumlah pertanyaan lain dapat diajukan untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan yang mantap, pada saat itulah kegiatan pengarahan (ada ahli yang menyebutnya dengan istilah bimbingan) sangat diperlukan agar seluruh kegiatan selalu terarah kepada pencapaian tujuan yang ditetapkan.
Y
M
Pengarahan dapat diartikan sebagai proses kegiatan memberi petunjuk secara operasional kepada semua anggota staf yang berhubungan dengan tujuan yang akan dicapai, tugas dan tanggung jawab masing-masing, waktu yang tersedia untuk melakukan kegiatan (target waktu) serta memberikan gambaran umum tentang pelaksanaan kegiatan secara keseluruhan.
M U
Pengarahan dapat pula diartikan sebagai kegiatan untuk memelihara, menjaga dan memajukan organisasi melalui setiap personel, baik secara struktural maupun fungsional agar setiap kegiatannya tidak terlepas dari usaha pencapaian tujuan. Kegiatan nyata dalam rangka pemeliharaan tersebut diwujudkan oleh pimpinan dengan melakukan berbagai hal sebagai berikut:
D
a. Memberi dan menjelaskan perintah.
b. Memberi petunjuk melaksanakan suatu kegiatan. c. Memberi kesempatan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan keahlian agar lebih efektif dalam melaksanakan berbagai tugas yang dipercayakan organisasi kepada personel yang bersangkutan. d. Memberi kesempatan ikut serta menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk memajukan organisasi berdasarkan inisiatif dan kreativitas masingmasing. e. Memberikan koreksi agar setiap personel memahami serta mampu melaksanakan tugas sehari-hari secara efektif dan efisien. Apabila kita cermati secara mendalam apa yang diuraikan di atas, dapat kita tarik suatu kesimpulan bahwa pengarahan pada dasarnya adalah upaya yang harus dilakukan oleh seseorang (kepala sekolah atau orang lain yang ditunjuk) untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan. Pengarahan ini dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti pemberian
Bab 3 | Administrasi Sekolah
119
petunjuk, bimbingan, penjelasan tentang proses dan prosedur kerja kepada semua staf.
4. Coordinating (Pengoordinasian) lstilah koordinasi merupakan istilah yang sangat akrab bagi kita semua. Kita sering mendengar rapat koordinasi, kecaman tentang kurang koordinasi, harus berkoordinasi dan lain-lain istilah yang diungkapkan orang dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi apakah Anda memahami apa makna sebenarnya istilah koordinasi? Pengoordinasian dapat diartikan sebagai kegiatan membawa orang-orang, mempersatukan sumbangan masing-masing orang atau unit, mempersatukan metode, bahan dan sumber lain ke arah hubungan kerja yang harmonis, saling melengkapi dan saling menunjang sehingga semua pekerjaan yang sedang dilakukan semua terarah kepada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Y
M
Pengoordinasian sebagai fungsi manajemen memegang peranan penting dan merupakan kegiatan yang mutlak dilakukan oleh seorang manajer. Koordinasi yang sistematik akan menjamin terhindarnya saling tumpang tindih atau konflik antar berbagai kegiatan. Kegiatan ini memegang peranan yang sangat besar lebih-lebih pada organisasi yang unit kerjanya besar.
M U
Pembentukan unit kerja dalam organisasi pada dasarnya adalah untuk efisiensi pekerjaan. Oleh sebab itu, hendaknya hal tersebut bukan menyebabkan pengotakan pekerjaan, sehingga satu unit kerja merasa lebih penting daripada unit kerja lain, tetapi semua unit kerja merupakan satu kesatuan yang secara bersama-sama memikul tanggung jawab untuk mencapai tujuan bersama. Untuk itulah kegiatan koordinasi sangat diperlukan.
D
Dalam suatu organisasi, tidak hanya sekadar antar unit kerja akan tetapi juga antarpersonel di dalam suatu unit kerja yang berlainan harus dilakukan koordinasi yang efektif. Pekerjaan yang sangat besar artinya akan memberikan sumbangan bagi pencapaian tujuan apabila personel dan masing-masing unit kerja, bekerja dan bergerak sebagai suatu kesatuan integral dalam satu langkah dan satu bahasa (meskipun bervariasi dan berbeda jenis pekerjaan) untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk itulah diperlukan masing-masing unit kerja diberikan job description yang tegas dan jelas. Dalam usaha pengoordinasian ini manajer dituntut kecermatannya dalam memonitor berbagai kegiatan. Untuk itu ia dituntut memiliki pengetahuan kepemimpinan dengan sejumlah keterampilannya. Dalam hal ini Kimball mengemukakan paling tidak menyangkut keterampilan tentang personnel administration, group process, human relation, dan evaluation. Pemimpin harus
120
Profesi Kependidikan
mampu memberikan dorongan, motivasi, membimbing, menumbuhkan kepuasan (satisfaction) dan membangun iklim kerja yang positif dalam lingkungan kerja. Dengan cara ini pemimpin akan mampu menumbuhkan sence of belonging dan sence of participation bagi pekerja. Perasaan ini sangat menunjang bagi keberhasilan pencapaian tujuan organisasi. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa: koordinasi pada dasarnya merupakan upaya untuk menyatukan, menyamakan persepsi dan tindakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi sehingga semua kegiatan organisasi yang berbeda dalam unit, staf dan jenis kegiatan dapat mengarah pada satu tujuan yang sama yaitu tujuan organisasi.
Y
M
5. Controlling (Pengawasan)
Pengawasan berarti kegiatan memonitor, mengobservasi dan melihat untuk membandingkan apakah kegiatan yang sedang dilakukan sesuai dengan apa yang seharusnya dilakukan. Dengan arti lain pengawasan juga berarti mengukur tingkat efektivitas kerja personel dan tingkat efisiensi penggunaan metode dan alat dalam usaha mencapai tujuan.
M U
Mengukur efektivitas berarti menilai apakah kegiatan yang dilakukan telah menghasilkan sesuatu seperti apa yang telah direncanakan, paling tidak kegiatan yang sedang berjalan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dalam perencanaan. Sedangkan mengamati efisiensi berarti menilai kegiatan yang dilakukan apakah metode yang dilakukan merupakan cara yang paling tepat dan terbaik untuk mencapai hasil yang sebesar-besarnya dengan tingkat kerugian yang paling kecil.
D
Dengan kegiatan pengawasan maka akan dapat diketahui sampai sejauhmana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai, juga dapat diketahui hambatan-hambatan, masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas. Dengan demikian dapat dilakukan tindakan perbaikan dan penyempurnaannya. Dari uraian di atas jelas keterkaitan antara kegiatan pengawasan dengan kegiatan evaluasi, dengan kata lain kegiatan pengawasan harus memungkinkan dilakukannya kegiatan evaluasi terhadap bidang-bidang yang sedang dikontrol. Kegiatan pengawasan ini dapat dilakukan antara lain dengan pemeriksaaan, penyampaian pertanggungjawaban, pengecekan dan pengumpulan informasi (dari berbagai sumber) untuk diolah dan diinterpretasikan berdasarkan perbandingan dengan tujuan yang hendak dicapai sebagai standar keberhasilan. Jadi pengawasan dan penilaian ini tidak hanya menyangkut kuantitas tetapi juga hendaknya menyangkut kualitas.
Bab 3 | Administrasi Sekolah
121
Kesimpulan yang dapat kita tarik bersama dari uraian tentang pengawasan dan evaluasi ini adalah bahwa pengawasan dan evaluasi tidak boleh dipergunakan sebagai alat untuk memberikan hukuman yang tidak wajar dengan maksud menjatuhkan atau merugikan personel yang tidak disenangi secara pribadi (hindarkan perasaan like and dislike atau anak emas dalam organisasi). Oleh sebab itu, pengawasan dan evaluasi harus objektif (menilai apa adanya tanpa pandang bulu), komprehensif (memberikan penilaian kepada seluruh aspek, bukan hanya pada aspek tertentu saja) dan kontinuitas dalam pelaksanaannya.
6. Communicating (Pengomunikasian)
Y
M
Mari kita membayangkan bersama, apakah seseorang dapat hidup dengan sempurna tanpa berkomunikasi dengan orang lain atau tanpa berkomunikasi dengan lingkungan? Dapatkah seorang guru berhasil mengajar tanpa melakukan komunikasi? Dapatkah seorang kepala sekolah berhasil memimpin sekolahnya tanpa komunikasi dengan lingkungannya di sekolah dan di luar sekolah? Tentu kita akan menjawab pertanyaan tersebut serentak TIDAK. Kenapa kita menjawab serentak seperti itu, ikuti uraian berikut ini untuk mendalami berbagai argumen pentingnya komunikasi dan bagaimana cara berkomunikasi.
M U
Komunikasi sering diartikan sebagai proses penyempurnaan informasi, ide, gagasan, pendapat dan saran-saran bahkan kritik secara timbal balik dalam rangka melancarkan proses kerja sama untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
D
Komunikasi sebagai salah satu fungsi manajemen mutlak dilakukan oleh seorang manajer (dalam pendidikan berarti kepala sekolah, di dalam kelas berarti guru) dalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan. Dalam setiap organisasi (termasuk organisasi pendidikan di sekolah) komunikasi juga berarti untuk menyampaikan informasi, perintah memengaruhi, membujuk atau persuasi serta mengadakan integrasi (Koontz, 1981), bahkan Kallaus dan Kelling (1987) menambahkan fungsi komunikasi juga berarti untuk mengevaluasi dan memenuhi kebutuhan kemanusiaan dan budaya. Karena menurut Kallaus dkk komunikasi merupakan kebutuhan dasar (basic needs) manusia dalam kodratnya sebagai makhluk sosial. Ditinjau dan segi teori kebutuhan, maka Adler & Rodman, (1982) menyatakan bahwa komunikasi merupakan salah satu kebutuhan hidup yaitu kebutuhan fisik berupa kerja sama, sehingga manusia tidak akan menjadi manusiawi tanpa berkomunikasi dengan manusia lainnya. Hal ini menuntut kemampuan berkomunikasi. Tanpa kemampuan komunikasi ini dalam rangka
122
Profesi Kependidikan
bertukar pesan secara efektif manusia mungkin tidak bakal bertahan sebagai spesies demikian ungkapan Maslow dan Schultz. Komunikasi sebagai sarana hubungan antar orang-orang di dalam organisasi untuk mencapai tujuan, oleh sebab itu tanpa hal ini tidak mungkin ada aktivitas kelompok. Dalam kehidupan organisasi anggota organisasi tidak dapat dan memang tidak mungkin terisolasi dari pimpinan. Strategi, rencana, program kerja yang hendak direalisasikan membutuhkan komunikasi baik antarindividu maupun satuan kerja. Dengan kata lain komunikasi merupakan bagian integral dari seluruh proses manajemen. Komunikasi dengan segala seginya merupakan hal yang sangat penting untuk mendapatkan perhatian dari seluruh anggota organisasi, baik tingkat pelaksana apalagi tingkat pimpinan. Sebab melalui komunikasi yang efektiflah kerja sama yang harmonis dan sinergis dapat ditumbuhkembangkan dan dipelihara serta ditingkatkan.
Y
M
M U
Siagian (1983) menyatakan ada empat alasan utama mengapa komunikasi harus dilakukan yaitu: a. adanya kebutuhan untuk mengurangi ketidakpastian b. memperoleh informasi
c. menggunakan keyakinan tentang jalan yang ditempuh organisasi d. menggunaan wewenang fungsional.
D
Brume Da Sheats melihat komunikasi kelompok dalam dua perspektif yaitu perilaku tugas dan perilaku pemeliharaan. Dalam perspektif perilaku tugas, melalui komunikasi ini bawahan dapat mengambil inisiatif, memberi dan mencari informasi, memberi dan mencari pendapat, mengelaborasi dan menjelaskan serta mengembangkan konsensus. Hal ini sangat penting dan bermakna bagi pengambilan kebijakan dalam rangka penyempurnaan pelaksanaan tugas. Dengan demikian, efektivitas dapat ditingkatkan. Sedangkan dalam perspektif pemeliharaan, komunikasi bermanfaat untuk mengharmoniskan kelompok seperti mengurangi ketegangan, menghindarkan pertentangan serta mempermudah interaksi di antara anggota dalam rangka menumbuhkan komunikasi interpersonal. Agar komunikasi dapat berjaan lancar, perlu diperhatikan beberapa hal yaitu: a) Clearity (kejelasan), yaitu informasi yang akan disampaikan harus jelas dan tidak menimbulkan tafsiran yang salah dari penerima (artinya bahasa yang digunakan harus sesuai dengan tingkat pemahaman orang-orang yang diajak berkomunikasi).
Bab 3 | Administrasi Sekolah
123
b) Consistency (kesesuaian), yaitu informasi yang disampaikan jangan sampai bertentangan antara yang satu dengan yang lain/bagian sehingga dapat menimbulkan kebingungan. c) Adequacy (kecukupan), yaitu informasi yang disampaikan cukup memadai dalam arti tidak terlalu berlebihan (overload), tetapi informasi tersebut harus lengkap.
Y
d) Timelesness (tepat waktu), yaitu informasi harus up to date dan disampaikan pada saat yang tepat.
e) Distribution (penyebaran), yaitu informasi yang disebarkan harus mencapai orang yang menjadi sasaran informasi.
M
f) Uniformity (keseragaman), yaitu informasi yang bersifat umum harus disampaikan dalam bentuk yang sama atau seragam. g) Interet atau acceptance (menarik), yaitu informasi dan cara menyampaikannya harus menarik bagi penerimanya.
M U
Dari uraian di atas jelas bahwa komunikasi sangat besar pengaruhnya bagi keberhasilan organisasi (sekolah) dalam mencapai tujuannya. Oleh karena itu, komunikasi yang efektif harus terus-menerus dikembangkan dan diwujudkan dengan tercapainya tujuan bersama yang sudah dirumuskan sebelumnya. Apabila fungsi-fungsi manajemen mulai dari perencanaan sampai komunikasi. Fungsi-fungsi tersebut harus diwujudkan secara terpadu, akan berdaya guna secara optimal bagi keseluruhan proses manajemen di sekolah. Keterpaduan itu akan terwujud apabila pimpinan berusaha mendayagunakan dan memberikan peran serta pada setiap personel sesuai posisi dan kedudukannya masing-masing. Peran serta yang diberikan ini pada gilirannya akan menumbuhkan dan mengembangkan perasaan memiliki terhadap organisasi.
D
Apabila keadaan tersebut tumbuh maka akan menumbuhkan perasaan bertanggung jawab (sence of responsibility) yang tinggi, sehingga akan memungkinkan seluruh volume kerja dan beban kerja dilaksanakan secara baik sehingga tujuan akan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
C. Kegiatan-kegiatan Administratif Guru di Sekolah Pada bagian ini akan diuraikan secara singkat tentang beberapa aspek yang tergolong dalam kegiatan pengelolaan dalam administrasi pendidikan, khususnya dalam bidang garapan administrasi sekolah yang mencakup: “Pengelolaan pengajaran, pengelolaan kepegawaian, pengelolaan kesiswaan, pengelolaan keuangan, pengelolaan alat pengajaran, pengelolaan perlengkapan
124
Profesi Kependidikan
dan pengelolaan hubungan sekolah dengan masyarakat”. Hal ini penting untuk diketahui dan dipahami oleh setiap aparat pendidikan termasuk guru (dan calon guru), karena bidang-bidang garapan tersebut terkait langsung dengan tugas sehari-hari sebagai guru atau sebagai pimpinan pendidikan. Di samping itu, semua fungsi-fungsi manajemen yang telah diuraikan pada bagian terdahulu aplikasinya adalah pada proses pengelolaan bidang tersebut.
Y
1. Pengelolaan Pengajaran
Guru dalam tugasnya sehari-hari selalu berada dalam konteks pengelolaan pengajaran di sekolah dan di dalam kelas.
M
Pernahkah Anda membayangkan apa sebenarnya yang dikerjakan guru dalam pengelolaan pengajaran. Sudahkah guru melakukan berbagai kegiatan yang terkait dalam pengelolaan pengajaran secara baik. Untuk memperdalam wawasan kita tentang pengelolaan pengajaran mari kita berdiskusi tentang hal tersebut lebih lanjut dengan mengikuti uraian berikut ini.
M U
Pengelolaan pengajaran dalam istilah John S. Knezevich disebut instructional leadership, pada hakikatnya adalah penataan seluruh kegiatan yang berhubungan dengan pengajaran, mulai dari perencanaan kurikulum sampai dengan pengembangan dan evaluasi kurikulum. Dalam uraian ini tidak dibahas secara luas, tetapi hanya dibatasi pada masalah-masalah yang terkait langsung dengan pengelolaan pengajaran di sekolah. Sehubungan dengan hal ini ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan oleh sekolah dalam rangka pengelolaan pengajaran sehingga proses belajar dan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:
D
1) Pembagian Tugas
Aspek ini menyangkut kemampuan pengorganisasian berdasarkan volume dan beban kerja yang terdapat di dalam kurikulum. Untuk itu harus dipertimbangkan adalah: a. Menghitung apakah terdapat cukup guru untuk melaksanakan bidang studi yang ada dalam kurikulum, baik dilihat dari segi jumlah maupun keahlian (sesuai dengan bidang studinya masing-masing). Di sekolah dasar sampai saat ini sebagian besar tugas guru adalah guru kelas, maka pertimbangannya adalah seberapa cukup jumlah guru menurut jumlah kelas, ditambah dengan guru agama dan guru olahraga. b. Beban kerja yang telah dipercayakan kepada guru, baik dalam kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler maupun tugas-tugas administratif lainnya.
Bab 3 | Administrasi Sekolah
125
Sehubungan dengan pembagian tugas ini menurut Surat Edaran Mendikbud (1990) dan permendiknas tentang sertifikasi guru juga ditegaskan bahwa dalam penjabaran tugas harus diupayakan guru memperoleh jam mengajar 24 jam pelajaran dalam seminggu dan tidak diberi tugas melebihi 36 jam pelajaran. Apabila hal ini tidak terpenuhi maka guru yang bersangkutan diserahi tugas mata pelajaran lain sesuai dengan spesialisasi dan atau pelatihan/penataran yang pernah diikutinya atau diserahi tugas-tugas lain yang berkaitan dengan proses belajar mengajar, seperti pengelola perpustakaan, pengelola laboratorium dan lain-lain.
2) Menyusun Program Kerja
Y
M
Selama ini kita berpikir bahwa yang membuat program kerja adalah tugas para pimpinan birokrasi saja. Bagaimana dengan di sekolah dasar dan sekolah menengah, apakah Anda pernah melihat program kerja sekolah atau sebagai guru pernahkan Anda membuat program kerja. Sebagian mungkin akan menjawab sudah ada, tetapi pertanyaan kita lebih lanjut adalah sudah komprehensifkah program-program yang kita buat. Untuk dapat merefleksikan hal tersebut maka kita berdiskusi tentang hal tersebut dengan menyimak beberapa uraian berikut ini.
Program kerja yang harus dibuat dapat berupa program kerja tahunan, semester atau catur wulan sesuai dengan kebutuhan sekolah. Dalam program kerja hendaknya memuat baik program kerja yang berhubungan dengan masalah-masalah administratif maupun masalah edukatif. Program yang berkaitan dengan masalah administratif seperti kapan pelaksanaan semester, UTS, UAS, UN, pembagian raport, awal tahun ajaran (pembukaan tahun ajaran) dan akhir tahun ajaran, sampai pada masalah kapan pelepasan siswa, rapat sekolah dengan orangtua murid dan lain-lain. Sedangkan yang menyangkut teknis edukatif seperti pelaksanaan supervisi terhadap masing-masing guru (kapan observasi kelas, individual conference, teacher meeting dan lain-lain). Di samping itu, juga program-program yang berkaitan dengan peningkatan kompetensi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah program kerja yang terkait pengembangan sarana dan prasarana pendidikan serta lingkungan.
M U
D
3) Menyusun Kalender Sekolah
126
Kalender sekolah menyangkut ketentuan hari sekolah yang efektif dalam satu tahun ajaran, juga termasuk hari-hari libur nasional, keagamaan dan hari libur lainnya seperti libur karena upacara adat dan lain sebagainya.
Profesi Kependidikan
4) Pengaturan Jadwal Pelajaran
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun jadwal pelajaran (khususnya dengan sistem paket seperti di sekolah-sekolah) yaitu: a. keseimbangan antara tuntutan dan kebutuhan guru dengan kebutuhan dan kepentingan sekolah.
Y
b. bidang studi yang memerlukan pemikiran yang berat sebaiknya diberikan pada waktu siswa masih dalam keadaan segar. c.
pelajaran yang lebih banyak memberikan keterampilan dan atau yang memberikan kesenangan diberikan pada saat siswa mulai jenuh dalam berkonsentrasi (biasanya pada siang hari kalau mereka sekolah pagi).
M
d. hindarkan saling mengganggu antara kelas yang satu dengan kelas yang lain terutama yang berdekatan, misalnya kelas yang satu belajar musik sedangkan kelas lain disampingnya yang berdekatan sedang belajar kimia/matematika dan lain-lain, atau dihari-hari terakhir dalam satu minggu (hari sabtu misalnya).
M U
e. hindarkan satu bidang studi/pelajaran diberikan selama 4 jam berturut-turut, tanpa diselingi jam istirahat.
Ada juga cara penyusunan jadwal pelajaran berdasarkan pilihan kelas siswa, kalau cara ini yang diterapkan, maka setiap siswa memasukkan mata pelajaran yang dipilihnya. Atas dasar pilihan tersebut sekolah menyusun jadwal pelajaran. Dengan melalui guru penasihat (Dosen Penasihat bagi mahasiswa) siswa dapat memilih berapa jam yang akan diikutinya. Cara ini memberikan keuntungan siswa bebas memilih program yang diinginkan sesuai dengan minat dan kebutuhannya, namun bisa berakibat tabrakan jadwal yang sulit dihindarkan. Di samping itu sekolah memerlukan sarana dan prasarana yang sangat banyak. Hal inilah yang menjadi problem bagi sekolah.
D
5) Menyusun Rencana Pembelajaran (RPP)
Dalam hal ini mengatur agar semua guru membuat RPP sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar dikelas. Untuk itu model prosedur pengembangan RPP perlu ditanamkan kepada semua guru/tenaga edukatif. Untuk memperdalam pemahaman Anda tentang hal ini akan dijelaskan dalam bentuk modul tersendiri pada mata kuliah perencanaan pengajaran dan strategi belajar mengajar. Sebagai pengetahuan awal sebaiknya Anda melihat beberapa contoh RPP yang telah dibuat oleh guru di sekolah.
Bab 3 | Administrasi Sekolah
127
6) Mengelola Evaluasi Belajar (UTS, UAS & UN)
Kita sering melakukan kegiatan evaluasi, bahkan tidak jarang guru dilibatkan sebagai panitia pada pelaksanaan ujian/evaluasi belajar, baik evaluasi semester, evaluasi akhir dan sebagainya. Kegiatan evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa merupakan kegiatan yang tidak dapat dilepaskan dari kegiatan belajar mengajar sebagai suatu proses secara keseluruhan.
Untuk itu diperlukan pengelolaan-pengelolaan yang intensif dan cermat serta matang dan berdaya guna/berhasil guna bagi sekolah secara keseluruhan. Dalam rangka pengelolaan evaluasi belajar ini langkahlangkah kegiatan yang perlu mendapat perhatian adalah:
Y
M
a. Perencanaan, apa dan bagaimana melakukan perencanaan yang baik dapat dilihat kembali pada uraian terdahulu tentang fungsi manajemen. (Ingat apa yang harus dilaksanakan adalah menjawab pertanyaan yang singkat dengan 5 W + 1 H).
M U
b. Pelaksanaan, setelah persiapan berupa penyusunan alat tes, menggandakan, mengatur tempat duduk ( jumlah dan jarak tempat duduk yang baik), pengaturan ruangan, menentukan pengawas ujian pada masing-masing ruangan, mengumumkan waktu pelaksanaan (dibuat dengan jadwal khusus sehingga dapat menggambarkan jam pelaksanaan, ruangan beserta nama pengawasnya) serta pembuatan tata tertib ulangan/ujian. Dalam pelaksanaan ulangan/ujian diperlukan tempat duduk yang dapat menghindarkan siswa dari dorongan untuk berkerja sama, menyontek dan lain-lain. Untuk itu diperlukan sejumlah pengawas. ldealnya satu orang pengawas hanya mengawasi 10 orang peserta ujian, maksimal 20 orang peserta ujian. Di samping itu dalam pelaksanaan ujian perlu pula diperhatikan kenyamanan dan keamanan, tenang dan terhindar dari suara dari luar ruangan yang dapat mengganggu konsentrasi para peserta ujian.
D
c. Pengolahan hasil evaluasi, pekerjaan siswa setelah dikoreksi dan diolah harus dicatat, baik untuk menentukan keberhasilan siswa maupun untuk bahan laporan kepada atasan sekolah yang bersangkutan. Pengolahan hasil evaluasi ini mencakup kegiatankegiatan sebagai berikut: 1) Nilai seluruh siswa untuk setiap bidang studi lengkap dengan nilai rata-rata kelas, rata-rata bidang studi dan indeks prestasi masing-masing siswa.
128
Profesi Kependidikan
2) Presentasi siswa yang tergolong baik, sedang dan kurang (di bawah standar). 3) Pengolahan yang dapat rnenggambarkan daya serap siswa dan atau target penguasaan siswa terhadap kurikulum sekolah.
Apabila pengolahan hasil evaluasi menggunakan LJK (Lembar Jawaban Komputer), maka segala persiapan peralatan harus sudah disiapkan sejak awal.
Y
7) Membuat Laporan Kemajuan
Setiap guru diwajibkan membuat laporan kemajuan pelajaran masingmasing. Berdasarkan laporan tersebut pimpinan sekolah dapat membuat laporan kemajuan sekolah secara keseluruhan. Dengan demikian akan diperoleh gambaran tingkat target kurikulum yang dilaksanakan dalam satu semester, catur wulan atau bahkan tiap bulan. Di samping itu, dapat pula diketahui pokok bahasan apa, bidang studi apa yang belum dapat dicapai sesuai dengan target yang dicantumkan dalam GBPP kurikulum bidang studi yang bersangkutan.
M
M U
8) Melakukan Pembinaan Terhadap Guru
Guru sebagai pengajar akan selalu berhadapan dengan sejumlah permasalahan, baik masalah yang menyangkut pribadi maupun masalah pengajaran dan atau masalah profesi guru. Ada guru yang mampu mengatasi sendiri masalah yang dihadapinya, tetapi tidak sedikit bahkan sebagian besar guru tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapinya sendiri. Jangankan mengatasi masalah, melihat dan merasa mempunyai masalah saja terkadang mereka tidak tahu, kalau kondisinya demikian apa yang harus dilakukan oleh seorang guru. Mereka harus mendapatkan bantuan untuk mengatasi masalahnya. Orang yang paling dekat untuk membantu guru tersebut adalah kepala sekolah. Di samping itu guru sudah semestinya untuk selalu berkonsultasi dengan kepala sekolah apabila mendapatkan atau menghadapi masalah. Dengan demikian, kepala sekolah akan dapat mencari solusi dan permasalahan yang dihadapi.
D
Banyak cara yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam melakukan pembinaan kepada guru-guru untuk mengatasi masalah/membina guru seperti individual conference (percakapan pribadi antara guru dengan kepala sekolah), classroom observation, demonstration teaching, teachers meeting (rapat pembinaan), directed reading dan sebagainya. Tetapi teknik itu tidak akan membawa hasil apabila tidak didasarkan pada karakteristik guru yang bersangkutan.
Bab 3 | Administrasi Sekolah
129
Untuk memperluas dan memperdalam pemahaman serta keterampilan kita tentang pengelolaan pengajaran, mari kita lihat format-format administrasi ketatausahaan di sekolah yang harus kita kuasai. Untuk itu coba Anda berlatih mengisi format-format berikut sebagai latihan. Apabila Anda masih bingung dalam mengisi format tersebut coba berdiskusi dengan guru-guru di sekolah atau kepala sekolah di lingkungan Anda.
Y
2. Pengelolaan Kesiswaan
Di lingkungan sekolah pengelolaan kesiswaan memerlukan kegiatan perencanan, pengorganisasian, koordinasi, pengarahan dan kontrol. Perencanaan kesiswaan menyangkut rencana jumlah siswa (student body) di sekolah, baik untuk satu tahun maupun jangka panjang dengan mengingat daya tampung dan kemungkinan pengembangan sekolah selanjutnya.
M
M U
Pengorganisasian siswa menyangkut pengaturan dan penempatan siswa di kelas dan pencatatannya sehingga dapat memenuhi keseimbangan baik antarkelas maupun keseimbangan jumlah pria dan wanita dalam satu kelas, serta keseimbangan siswa berprestasi (anak cerdas dan tidak) dalam satu kelas, status sosial ekonomi bahkan keseimbangan agama dan keyakinan. Dengan demikian, dapat menghindarkan adanya kelas eksklusif dan kelas yang dianggap buangan. Dengan pengaturan yang demikian akan dihindarkan adanya konflik antarkelas, antarindividu dalam kelas dan akan membuat kelas menjadi dinamis. Pengorganisasian ini juga menyangkut pengelompokan belajar, olahraga, kesenian, pengurus OSIS dan berbagai panitia siswa.
D
Agar dalam pengelompokan dapat menghasilkan kelompok yang harmonis dan produktif maka selanjutnya tugas membimbing dan membina diserahkan kepada guru, perlu dilakukan pengarahan dan koordinasi oleh kepala sekolah dan atau guru yang ditugaskan khusus untuk itu. Dengan demikian, kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing dapat menyatu, baik tindakan maupun arah kegiatan. Selanjutnya kegiatan tersebut selalu dimonitor secara kontinu untuk menghindarkan penyimpangan yang mungkin terjadi dan mencari alternatif untuk mengatasi penyimpangan dan masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan. Adapun kegiatan konkret dalam pengelolaan kesiswaan ini dapat diuraikan secara ringkas sebagai berikut: a. Penerimaan Siswa Baru
130
Pernahkah Anda ditunjuk sebagai panitia dalam penerimaan siswa baru di sekolah. Kalau pernah apa yang menjadi kewajiban Anda sebagai panitia.
Profesi Kependidikan
Untuk mencermati hal tersebut mari kita ikuti penjelasan sebagai berikut:
Dalam kegiatan penerimaan siswa baru, sebaiknya didahului dengan pembentukan panitia penerimaan siswa baru dengan surat keputusan kepala sekolah. Panitia ini sebaiknya terdiri dari guru-guru dan tenaga administratif. Panitia berkewajiban untuk melaksanakan tugas-tugas sebagai berikut:
Y
1) Membuat pengumuman penerimaan siswa baru (apa yang perlu ada dalam surat pengumuman penerimaan siswa baru coba Anda diskusikan bersama teman untuk selanjutnya buat pengumuman tersebut). Lengkap dengan kriteria dan persyaratannya
M
2) Melakukan pencatatan pendaftaran,
3) Membuat/mempersiapkan segala formulir yang diperlukan.
4) Melaksanakan seleksi, menentukan kelulusan (sebaiknya dalam rapat Lengkap).
M U
5) Membuat pengumuman kelulusan.
6) Membuat laporan kepada kepala sekolah tentang siswa yang diterima, cadangan dan yang ditolak dengan dilengkapi alasan dan data yang lengkap. b. Melakukan Pengelompokan Siswa dalam Kelas
Sering setelah siswa diterima pada awal tahun ajaran terjadi problem yang dihadapi oleh guru dalam mengelompokkan siswa di suatu kelas. Bagaimana cara Anda membagi siswa dalam kelas kalau Anda menjadi guru kelas di kelas satu SD. Untuk menjawab pertanyaan tersebut ada beberapa pertimbangan yang seharusnya diperhatikan dalam membagi siswa menjadi kelompok-kelompok tertentu. Dalam membagi siswa kepada sejumlah kelas, perlu memerhatikan rasio kelas dan keseimbangan baik jenis kelamin, tingkat kecerdasan, status sosial ekonomi dan lainlain.
D
c. Melakukan Pencatatan Kehadiran/Ketidakhadiran Siswa
Kehadiran dan ketidakhadiran dianggap sebagai masalah penting bagi sekolah, sebab hal ini sangat berkaitan dengan prestasi belajar anak dan prestasi sekolah, sehingga tidak salah kirangan adanya pengaturan tentang batas minimum kehadiran siswa (misalnya 80% dari hari belajar efektif atau paling banyak 30 hari tidak hadir) dianggap tidak dapat mengikuti UTS, UAS atau UN. Karena itu guru perlu memiliki daftar hadir sendiri untuk siswanya baik untuk kelas maupun untuk masing-masing mata pelajaran. Di samping itu untuk sekolah akan lebih baik pada masing-
Bab 3 | Administrasi Sekolah
131
masing kelas dibuat papan daftar yang memuat siswa yang tidak hadir dan ditempatkan di dinding agar dapat diketahui pada hari itu siapa yang tidak hadir dan apa alasan ketidakhadirannya. d. Pembinaan Disiplin Siswa
Masalah displin siswa merupakan masalah penting yang dihadapi sekolah dewasa ini. Bahkan sering disiplin siswa di sekolah menjadi barometer pengukur sejauhmana kemampuan kepala sekolah dan guru dalam mengelola Sekolahnya.
Disiplin sekolah harus dimulai dari disiplin kelas, sehingga dengan demikian sedikit demi sedikit akan terbentuk disiplin individu siswa, dalam pembinaan disiplin kelas, dikenal beberapa teknik seperti:
Y
M
1) External control technique, yaitu pengendalian dari luar berupa bimbingan dan penyuluhan dalam arti pengawasan yang diperketat untuk menghindarkan adanya pelanggaran disiplin.
M U
2) Inner control technique, yaitu tumbuhnya kesadaran dari dalam diri siswa sendiri (self discipline) dengan inner control ini siswa diharapkan dapat mengendalikan diri sendiri ‘self control, ke arah pembinaan dan perwujudan diri sendiri (self realization). 3) Cooperative control/technique, yautu teknik pengendalian yang merupakan kerja sama antara siswa, guru, kepala sekolah dan bahkan dengan orangtua murid dalam mengendalikan perilaku siswa yang berdisiplin.
D
e. Pengelolaan Mutasi Siswa
Keluar masuknya siswa perlu dilakukan pendokumentasian, dalam hal ini tentunya perlu diperhatikan secara teliti segala aturan dan persyaratan untuk dapat masuk atau pindah, misalnya SPP, raport terdahulu, kesediaan sekolah baru untuk menerima pindahan siswa dan persyaratan lainnya.
Pindah/keluar bisa juga berarti siswa lulus/tamat dari sekolah. Dalam hal ini perlu dicatat dan diberikan bukti-bukti bahwa siswa yang bersangkutan telah lulus dan sekolah secara sah seperti ijazah/STTB dan surat keterangan lainnya. Pengelolaan dan pencatatan ini sangat penting untuk menghindari penyalahgunaan di kemudian hari. Kita banyak menyaksikan dalam pemberitaan tentang pemalsuan ijazah asli tapi palsu yang berasal dari tidak baiknya proses pencatatan dan pengelolaan mutasi siswa.
f.
Pembinaan Osis
Dalam pembinaan siswa juga termasuk pembinaan keorganisasian siswa (OSIS/IKOSIS). Organisasi siswa sebagai wadah bagi siswa dalam melatih
132
Profesi Kependidikan
berorganisasi dan kemampuan memimpin dengan demikian ía dapat tumbuh menjadi warga negara yang baik kelak di masyarakat sebagai warga dan organisasi masyarakat. Pembinaan kesiswaan ini juga mencakup pembentukan karakter siswa, bahkan memberikan bekal dalam pembentukan jiwa kepemimpinan siswa dikemudian hari melalui pembinaan kegiatan kesiswaan yang baik akan terbentuk karakter yang tangguh bagi siswa.
Y
3. Pengelolaan Personalia/Kepegawaian
Agar pegawai dapat bekerja secara efektif dan produktif, diperlukan personel-personel yang cerdas, terampil dan mempunyai moral (semangat kerja) yang tinggi. Untuk memperoleh personel yang demikian maka pengelolaan kepegawaian merupakan hal yang teramat penting untuk dilaksanakan secara cermat, sistematis dan mantap. Dalam pengelolaan kepegawaian ini ada beberapa kegiatan yang perlu mendapat perhatian yaitu:
M
M U
a. Perencanaan Pegawai
Dalam perencanaan pegawai perlu dilihat kebutuhan pegawai. Untuk itu perlu dianalisis terutama menyangkut jumlah dan jenis pegawai yang telah ada, beban dan volume kerja dari unit-unit yang ada dalam organisasi serta kapasitas kerja pegawai.
Dalam rangka perencanaan pegawai di sekolah menyangkut pegawai administratif dan edukatif. Untuk personal edukatif maka perencanaan pengembangan perlu mempertimbangkan jumlah guru berdasarkan bidang studi yang masih memerlukan atau dengan kata lain Harris (1977) menyebutkan bahwa dalam rangka reassigment di sekolah perlu dilakukan analisis profil kemampuan guru. Untuk itu maka operasional demand (tuntutan operasional berupa kebutuhan pemeliharaan dan kebutuhan perbaikan (improvement needs dan maintenance needs) perlu dipertimbangkan dalam keputusan penambahan personel.
Sistem Pengadaan Kepegawaian di Indonesia tidak memungkinkan kepala sekolah mengangkat sendiri pegawai yang dibutuhkannya, tetapi melalui dinas pendidikan (Pemda) masing-masing.
Dalam rangka promosi dan mutasi, maka sekolah perlu melakukan berbagai kegiatan, terutama memproses usul-usul baik mengenai kenaikan gaji berkala, usul kenaikan pangkat, mutasi dan cuti. Disamping itu, kepala sekolah juga bertanggung jawab untuk mempertimbangkan dan mengusulkan seorang pegawai untuk promosi pada jabatan yang lebih tinggi.
D
Bab 3 | Administrasi Sekolah
133
Agar kegiatan promosi ini dapat merupakan dorongan untuk berprestasi bagi guru lain yang belum dipromosikan, maka Kepala Sekolah harus mempertimbangkan berbagai aspek, seperti prestasi kerja, disiplin kerja, integritas dan dedikasi dan lain-lain secara objektif. Sejauh mungkin dihindari perasaan like and dislike dalam mempromosikan seorang personal.
b. Pengembangan Pegawai
Y
Pengembangan pegawai ialah usaha untuk memajukan dan meningkatkan mutu, keahlian, keterampilan, pengetahuan dan moral serta disiplin pegawai sehingga diperoleh personel yang memiliki profesionalisme dalam pelaksanaan tugasnya.
M
Ada beberapa alasan mengapa pengembangan pegawai sangat perlu mendapatkan perhatian bagi pemimpin pendidikan yaitu:
1) Perkembangan ilmu pengetahuan teknologi yang cepat dalam era globalisasi dan abad informasi ini menumbuhkan penemuan-penemuan baru yang dapat berpengaruh bahkan mengubah sistem kerja dan prosedur kerja baru. Keadaan ini menuntut pengetahuan dan keterampilan baru dari guru, yang pada gilirannya menuntut pengembangan pegawai agar mereka dapat menyesuaikan dirinya dengan tata kerja baru tersebut.
M U
2) Menutupi kelemahan-kelemahan dari hasil seleksi rekrutmen pegawai yang telah ditetapkan. 3) Menumbuhkan ikatan batin, sebab dengan pengembangan dan kesempatan yang diberikan oleh organisasi/lembaga untuk meningkatkan karier dan pendidikan akan menyebabkan pegawai merasa diperhatikan oleh lembaganya yang pada gilirannya menumbuhkan perasaan memiliki yang dapat mendorong semangat kerja dan produktivitas kerjanya.
D
Dubrin A.J. (1981) menyarankan beberapa hal yang mendorong perlunya dilakukan pengembangan pegawai melalui pendidikan dan latihan yaitu: 1) Meningkatkan berbagai aspek job performance secara kualitas maupun kuantitas 2) Mengatasi kekurangan yang dimiliki calon dalam job performance 3) Memberikan cara-cara baru tentang bagaimana bertindak dalam pekerjaan/ jabatannya 4) Membantu pegawai beradaptasi pada perubahan teknologi 5) Memungkinkan untuk mengintegrasikan tujuan individu dengan tujuan organisasi.
134
Profesi Kependidikan
Memang salah satu cara pengembangan pegawai pada saat ini adalah melalui pendidikan dan atau latihan, sebab latihan adalah salah satu wahana yang efektif dalam pengembangan sumber daya insani (Straus & Sayles, 1981). Agar pendidikan dan latihan ini dapat mencapai sasaran yang diinginkan Dubrin menyarankan framework (kerangka kerja) sebagai berikut: 1) Lakukan identifikasi keterampilan yang diperlukan (identify skill need) yang diperlukan dalam unit kerja. Untuk mengidentifikasi ini dapat dilakukan melalui job deskripsi dan job analisis atau melakukan interview dengan semua unit yang representatif, selanjutnya dianalisis dalam hubungannya dengan organisasi secara keseluruhan.
Y
M
2) Menggolongkan keterampilan (classify skill), dari hasil analisis kebutuhan dalam langkah pertama dilanjutkan dengan mengklasifikasi jenis keterampilan (motorik skill, cognitif skill atau interpersonal skill). Dari jenis keterampilan yang ditetapkan dapat dipilih metode yang sesuai dengan untuk menunjang optimalisasi pencapaian tujuan yang diinginkan.
M U
3) Seleksi dan implementasi program yang tepat (select and implementation appropriate programme). Dalam hal ini memilih sumber latihan yang tepat baik dari dalam maupun dari luar, termasuk dalam hal ini tenaga pelatih yang paling tepat sesuai dengan kebutuhan dengan acuan jenis keterampilan yang ingin ditingkatkan. 4) Mengevaluasi hasil program latihan (evaluate outcame of program), dalam hal ini yang dievaluasi adalah produktivitas, moral dan kepuasan, pengaruh sistem dan keefektifan biaya. Hasil evaluasi dijadikan feed back untuk memperbaiki pola latihan berikutnya, khususnya pada aspek tertentu yang dalam penyelenggaraannya kurang memberikan hasil yang baik.
D
Di samping melalui pendidikan dan latihan, pengembangan pegawai juga dapat dilakukan melalui bimbingan yang diberikan kepada pegawai setiap saat ada kesempatan, mengikutkan konferensi, seminar, workshop, lokakarya dan lain-lain yang berguna untuk menambah wawasan pengetahuan pegawai. Untuk memperluas dan memperdalam pemahaman serta keterampilan kita tentang kegiatan pengelolaan kepegawaian di sekolah, mari kita lihat format-format administrasi ketatausahaan kepegawaian di sekolah yang harus kita kuasai. Untuk itu coba Anda berlatih mengisi format-format berikut sebagai latihan. Apabila Anda masih bingung dalam mengisi format tersebut coba berdiskusi dengan guru-guru di sekolah atau kepala sekolah di lingkungan Anda.
Bab 3 | Administrasi Sekolah
135
4. Pengelolaan Alat Pelajaran Beberapa hal pokok yang perlu mendapatkan perhatian dari kepala sekolah dalam pengelolaan alat pelajaran ini adalah sebagai berikut: a. Perencanaan jenis dan jumlah alat
Jumlah dan jenis alat yang diperlukan tergantung pada kebutuhan masingmasing bidang studi. Untuk itu kepala sekolah dapat meminta kepada guru-guru berupa daftar alat pelajaran yang diperlukan oleh bidang studinya masing-masing. Daftar tersebut hendaknya dibuat dengan menetapkan prioritasnya, sehingga dapat diketahui alat mana yang perlu dan harus diadakan dengan segera dan mana yang dapat ditunda.
Y
M
b. Pengadaan alat pelajaran
Sesuai dengan tingkat prioritas yang telah ditentukan kepala sekolah dapat melakukan pengadaan alat pelajaran yang diperlukan dan tergolong prioritas utama. Dalam pengadaan alat harus dipertimbangkan kemampuan sekolah, kemampuan guru untuk menggunakan alat tersebut dan kesesuaian dengan tingkat kemampuan siswa.
Pengadaan alat pelajaran dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain:
M U
1) Melalui pembelian, yang dananya bisa diperoleh dari uang sekolah, uang sumbangan BP3 dan lain-lain.
D
2) Melalui membuat sendiri, dalam hal ini guru-guru diajak bersama siswa untuk membuat alat sendiri yang mungkin dapat dibuat dengan memanfaatkan bahan-bahan bekas, misalnya membuat globe, peta dan sebagainya, sehingga tidak perlu dibeli. 3) Melalui bantuan, baik bantuan dari masyarakat sekitar, pengusaha, hibah luar negeri dan sebagainya atau bantuan sebagai akibat dari kerja sama dengan pihak luar sekolah. c. Penyimpanan dan penggunaan alat pelajaran.
Barang/alat pelajaran yang dimiliki sekolah setelah diinventaris (mungkin menggunakan kode-kode tertentu dalam daftar barang) harus disimpan dan dipelihara dengan baik dan penuh tanggung jawab, agar setiap kali diperlukan dapat dipergunakan secara berdaya guna dan berhasil guna.
Sehubungan dengan penyimpanan ini ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan yaitu: 1) Penyimpanan alat harus di tempat yang aman, bersih dan teratur. Misalnya penyimpanan alat pelajaran berupa lensa memerlukan tempat
136
Profesi Kependidikan
penyimpanan yang berbeda dengan alat peraga yang lain seperti globe dengan demikian alat tersebut dapat berdaya guna dalam kurun waktu yang relatif lebih lama. 2) Mudah dicari dan mudah diambil sewaktu-waktu akan digunakan. 3) Tidak mengganggu kelas lain, saat diambil dan digunakan untuk kepentingan belajar mengajar.
Y
4) Penyimpanan dapat dilakukan dalam gudang khusus tersendiri. Untuk pemeliharaannya perlu ditunjuk seorang guru dan atau seorang karyawan yang bertanggung jawab terhadap pemeliharaan semua alat tersebut.
5) Satu hal yang perlu diperhatikan juga adalah peminjaman alat peraga dan alat pelajaran lainnya di sekolah adalah jangan sampai peminjaman alat untuk dibawa pulang yang tidak ada kaitannya dengan pelajaran di sekolah.
M
5. Pengelolaan Gedung Beserta Perlengkapannya
M U
Beberapa kegiatan yang harus dilakukan dalam rangka pengelolaan gedung dan perlengkapannya adalah:
a. Melakukan pemeliharaan dan pengaturan terhadap gedung sekolah secara keseluruhannya baik kebersihan, keindahan, kenyamanan, keasrian dan keserasiannya. Disamping itu juga perlu pengelolaan dan pemeliharaan halaman sekolah agar bersih, menarik, teduh dan nyaman. Untuk itu kalau perlu dapat diatur taman bunga yang dapat memberikan kesejukan dalam belajar. Yang sangat penting dalam pengaturan ini adalah penataan ruang belajar, seperti meja, kursi, papan tulis dan sebagainya, sebab hal ini sangat mendukung bagi terciptanya suasana yang kondusif bagi proses belajar mengajar yang efektif. Apabila Anda ingin memperdalam teori tentang bagaimana mengatur kelas yang baik Anda dapat membaca bukubuku manajemen kelas. Satu hal yang juga penting untuk mendapatkan perhatian kepala sekolah dalam pengaturan ini adalah kelengkapan kamar kecil/WC untuk siswa maupun guru.
D
b. Melakukan pencatatan dan inventarisasi terhadap semua perabot sekolah, baik perabot untuk kegiatan belajar mengajar (meja kursi, papan tulis, dan sebagainya) maupun perabot untuk keperluan administrasi ketatausahaan seperti mesin tik, mesin hitung, komputer dan sebagainya. c. Melakukan monitoring dan atau pengecekan terhadap keadaan barang perlengkapan sekolah, sehingga dapat diketahui dengan jelas keadaan masing-masing barang, mana yang perlu diperbaiki, atau malah dihapuskan. Keadaan ini sangat berguna dalam rangka perencanaan dan pengadaan barang selanjutnya.
Bab 3 | Administrasi Sekolah
137
Monitoring dan pengecekan ini baik menyangkut kuantitas maupun kualitas barang yang masih ada di sekolah. Disamping itu, juga hasil pengecekan ini menjadi bahan laporan kepada atasan sekolah yang bersangkutan. Salah satu kegiatan dalam pengelolaan alat pelajaran maupun perlengkapan sekolah adalah penghapusan dan pelaporan barang. Karena mekanisme penghapusan tersebut pada dasarnya sama, maka kedua pengelolaan tersebut di atas pembahasan tentang penghapusannya dalam buku tersendiri.
Y
6. Pengelolaan Keuangan
Kegiatan pengaturan keuangan di sekolah meliputi: kegiatan perencanaan sumber keuangan, pengalokasian/penganggaran, pemanfaatan dan pembukuan, penyimpanan, pengawasan, pertanggungjawaban dan pelaporan keuangan sekolah. Dalam era otonomi sekolah yang didasarkan pada Paradigma Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), sekolah memiliki kewenangan dan atau kewajiban untuk menyusun perencanaan anggaran sekolah yang dituangkan dalam bentuk RAPBS (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah).
M
M U
Prinsip dasar yang harus diperhatikan dan tidak boleh diabaikan masa sekarang dalam pengelolaan keuangan adalah transparansi dan akuntabilitas. Sebab dalam era keterbukaan sekarang apabila tidak dilakukan transparansi maka akan menimbulkan kecurigaan masyarakat yang berujung pada hal-hal yang tidak diinginkan.
D
7. Pengelolaan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat Keberhasilan pendidikan tidak hanya ditentukan oleh proses pendidikan di sekolah, pendidik, tersedianya sarana dan prasarana saja, tetapi juga ditentukan oleh lingkungan keluarga dan atau masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah (sekolah), keluarga dan masyarakat, sebagaimana telah lama dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantoro yaitu tri pusat pendidikan (keluarga, sekolah dan masyarakat). Ini berarti mengisyaratkan bahwa orangtua murid dan masyarakat mempunyai tanggung jawab untuk berpartisipasi, turut memikirkan dan memberikan bantuan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Turner., Chandler dan Heffer seperti dikutip oleh Suriansyah (2014), menyatakan bahwa perilaku orangtua dalam mendidik anak dapat memengaruhi motivasi berprestasi siswa, self eficasy dan prestasi belajar siswa. Artinya bagaimana bentuk pengasuhan orangtua di rumah merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Beberapa bentuk pengasuhan tersebut seperti orangtua otoriter,
138
Profesi Kependidikan
orangtua yang permissive atau orangtua yang sangat demokratis merupakan bentuk perilaku pengasuhan yang nantinya akan memengaruhi kebiasaan anak, perilaku anak dan akhirnya prestasi belajar anak. Sejumlah penelitian yang dilakukan para ahli telah menemukan pengaruh keterlibatan keluarga/orangtua murid mulai dari jenjang pendidikan anak usia dini hingga sekolah menengah atas. Hendarson dan Mapp seperti dikutip oleh Suriansyah (2014) telah mereview ratusan kajian menyimpulkan bahwa tingginya kualitas keterlibatan keluarga dalam program meningkatkan dan mendukung prestasi belajar siswa. Secara khusus Grant dan Ray (2010) juga menyatakan bahwa siswa yang keluarganya terlibat dalam pendidikannya, maka anak akan mendapatkan keuntungan yaitu: 1) Earn higher grades and test scores, 2) Are less likely to be retained in a grade, 3) Are more apt to have an accurate diagnosis for educational placement in classes, 4) Attend school regularly, 5) Like school and adapt well to it, 6) Have better social skills, 7) Have fewer negative behavior report, and, 8) Graduate and go on to post secondary education.
Y
M
M U
Heath dan McLaughlin seperti dikutip oleh Suriansyah (2014) menyatakan bahwa keterlibatan orangtua murid dan masyarakat di sekolah sangat penting sebab problem pencapaian prestasi/mutu pendidikan dan keberhasilan akademik menuntut sumber-sumber yang sangat besar yang sering berada di luar kemampuan sekolah bahkan juga di luar kemampuan orangtua. Mereka mengidentifikasi bahwa perubahan demografi orangtua murid dan keluarga bervariasinya perkembangan di antara siswa merupakan alasan bahwa sekolah dan keluarga secara sendiri tidak dapat menyediakan sumber yang cukup untuk meyakini bahwa semua anak mendapatkan pengalaman dan dukungan dalam mencapai kesuksesan di sekolah dan masyarakat.
D
Banyak masalah-masalah pendidikan di sekolah yang tidak dapat diatasi oleh sekolah tanpa kerja sama dengan orangtua murid/masyarakat. Oleh karna itulah kepala sekolah harus melakukan pengelolaan hubungan sekolah masyarakat ini secara intensif. Elsbree & McNally menyatakan bahwa hubungan sekolah dengan masyarakat pada dasarnya bertujuan untuk: 1) To improve the quality of children’s learning and growing. 2). To raise community goals and improve the quality of community living, 3). To Develop understanding, antusiasme and support for the community programme of public education. Hubungan sekolah dengan masyarakat ini sangat penting dalam rangka mendapatkan bantuan dan masyarakat, sebab melalui kegiatan ini dapat diberikan penjelasan kepada masyarakat tentang program yang ingin dilakukan
Bab 3 | Administrasi Sekolah
139
oleh sekolah sehingga mereka mengerti dan mau membantu. Sehubungan dengan ini Clifford Lee Brownell mengemukakan: Knowledge of the programme is essential to understanding, understanding is basic to appreciation, and appreciation is basic to support. Bertolak dari pendapat di atas berarti bahwa sekolah harus memberikan penjelasan kepada orangtua murid atau masyarakat tentang program sekolah yang akan dilaksanakan, serta tujuan apa yang ingin dicapai melalui program tersebut.
Y
Untuk mengelola program ini ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan hubungan masyarakat, yaitu:
M
a. Integrity, Integrity maksudnya semua fakta-fakta informasi yang disajikan kepada orangtua murid/masyarakat hendaknya didasarkan pada kegiatan yang terpadu antara kegiatan akademik dan kegiatan non akademik, jangan ada hal-hal yang disembunyikan dari segala kegiatan yang telah dan sedang dilakukan oleh sekolah.
M U
b. Continuity, Prinsip ini menghendaki adanya keteraturan dan kemantapan program hubungan sekolah dengan masyarakat dilakukan secara kesinambungan, dalam arti jangan hanya pada ingin minta bantuan uang kepada orangtua murid/masyarakat baru sekolah mengadakan hubungan. c. Coverage, Prinsip ini berarti bahwa hubungan sekolah dengan masyarakat dalam memberikan informasi hendaknya mencakup keseluruhan aspek kegiatan sekolah secara lengkap. Misalnya mulai dari kegiatan belajar mengajar sampai kepada kegiatan ekstrakurikuler, semuanya perlu diinformasikan kepada masyarakat agar mereka mengetahui secara jelas keberhasilan dan kegagalan yang dihadapi sekolah. Dengan demikian mereka akan dapat merenungkan pada bagian mana mereka dapat membantu sekolah meningkatkan aktivitasnya.
D
d. Simplicity, Prinsip ini menghendaki penggunaan kata-kata yang sederhana, mudah dimengerti, jelas dan disukai oleh masyarakat/orangtua murid. e. Constructiveness, Prinsip ini menghendaki informasi yang diberikan bersifat konstruktif, dalam arti sekolah dapat mengungkapkan problem yang dihadapi sekolah dan masyarakat diminta merespons bagaimana usaha mereka membantu sekolah mengatasi masalah tersebut. f.
140
Adaptability, Prinsip ini menghendaki pelaksanaan hubungan sekolah dengan masyarakat disesuaikan dengan keadaan, kondisi dan situasi masyarakat lingkungan.
Profesi Kependidikan
g. Flexibility, Prinsip ini menghendaki pelaksanaan hubungan sekolah dengan masyarakat bersifat fleksibel dalam rangka mengantisipasi perubahanperubahan kebutuhan dan kondisi dalam masyarakat lingkungan sekolah. Leonard V. Koes seperti dikutip oleh Suriansyah (2014) mengemukakan cara atau teknik yang dapat digunakan untuk melaksanakan hubungan sekolah dengan masyarakat adalah sebagai berikut: 1) Surat Kabar Sekolah, 2) Pengumuman atau Surat Edaran, 3) Radio dan Televisi Pendidikan, 4) Pertemuan Orangtua Murid, 5) Pameran Sekolah, 6) Pesta Sekolah, 7) Upacara Pagelaran 8) Kunjungan ke Rumah Orangtua Murid, 9) Partisipasi Sekolah dalam Kegiatan Masyarakat, 10) Commencement (di Indonesia semacam upacara pelepasan siswa/pengukuhan siswa yang baru lulus atau wisuda sarjana di Perguruan Tinggi), 11) Hubungan Langsung Secara Personal Melalui Telepon atau Surat Pribadi.
Y
M
Dalam mengelola hubungan sekolah dengan masyarakat ini kepala sekolah harus melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
M U
1. Memberikan pengertian tentang pelaksanaan sekolah dengan masyarakat/ orangtua murid dengan seluruh staf. 2. Memberikan bimbingan kepada seluruh staf sekolah tentang bagaimana peran mereka masing-masing dalam hubungan sekolah dan masyarakat. 3. Mengadakan hubungan langsung baik terhadap seluruh staf sekolah maupun terhadap orangtua.
D
4. Menciptakan staf harmonis dan suasana kerja yang menyenangkan. Sehingga seluruh staf merasa bertanggung jawab atas segala beban kegiatan yang dilaksanakan. 5. Memberikan penjelasan kepada orangtua murid/masyarakat tentang: a. Program kerja yang akan dilakukan dan telah dilakukan termasuk tujuan yang diinginkan. b. Kegiatan proses belajar mengajar di sekolah. c.
Hasil dan prestasi sekolah baik dalam bidang akademik maupun non akademik.
d. Permasalahan yang dihadapi sekolah misalnya kenakalan remaja, kekurangan fasilitas belajar dan sebagainya. Dalam melakukan kegiatan komunikasi dengan masyarakat keberhasilannya akan sangat ditentukan oleh kemampuan orang yang melakukan kegiatan komunikasi. Sehubungan dengan hal tersebut John L. Beckly seperti dikutip oleh Suriansyah (2014) menyarankan beberapa hal agar seseorang berhasil
Bab 3 | Administrasi Sekolah
141
dalam komunikasi. Untuk itu dia mengungkapkan beberapa prinsip sebagai berikut: 1. Practice self control, yaitu seseorang lebih dahulu hendaknya mampu koreksi diri sendiri sebelum memberikan petunjuk dan atau bimbingan kepada orang lain. Artinya dia harus mampu lebih dahulu menunjukkan apa yang akan dilakukan kepada orang lain.
Y
2. Appraised and where deserve, maksudnya dalam komunikasi seseorang jangan ragu memberikan penghargaan kepada orang lain kalau memang patut dihargai. Tapi harus diingat bahwa penghargaan tidak selalu dalam bentuk hadiah. Penghargaan bisa diberikan dalam bentuk sentuhan, anggukan, ucapan dengan kata baik, bagus dan sebagainya.
M
3. Criticize tactfully, yaitu memberikan kritik secara bijaksana, dalam arti jangan menjatuhkan orang lain di depan orang banyak. Kalau mau memberikan kritik tentang kesalahan orng lain berikan dalam bentuk bahasa yang halus, dan kalau mungkin kritik yang diberikan hanya didengar oleh orang yang bersangkutan tanpa orang lain yang tahu/ mendengar.
M U
4. Always listen, maksudnya adalah usahakan untuk selalu mendengar pembicaraan orang lain, dalam arti jangan memborong pembicaraan sendirian tanpa memberikan kesempatan kepada mereka mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran dan perasaan mereka.
D
5. Explain Thoroughly, maksudnya adalah dalam memberikan informasi, berikan sejelas-jelasnya, hindarkan informasi yang justru membingungkan atau malah menimbulkan pertanyaan besar bagi pendengarnya. 6. Stress rewards, yaitu mengutamakan ganjaran, maksudnya dalam komunikasi apabila lawan bicara mau memberikan gagasan, pemikiran dan lain-lain, patut diberikan ganjaran berupa ucapan terima kasih, bagus dan lain-lain. 7. Considier the person interest, maksudnya adalah perhatian minat dari setiap individu atau orang yang diajak bicara, apakah mereka menaruh minat yang besar terhadap isi pembicaraan kita. Kalau belum usahakan mengubah cara memulai pembicaraan dengan materi yang cukup menarik minat mereka selanjutnya diarahkan kepada permasalahan yang ingin kita diskusikan dengan mereka. Untuk memperluas dan memperdalam pemahaman serta keterampilan kita tentang hubungan sekolah dengan masyarakat, ada beberapa catatan yang perlu dilakukan sebagai kegiatan administrasi ketatausahaan sekolah. Mari
142
Profesi Kependidikan
kita lihat format-format administrasi ketatausahaan di sekolah yang harus kita kuasai. Untuk itu coba Anda berlatih mengisi format-format berikut sebagai latihan. Apabila Anda masih bingung dalam mengisi format tersebut coba berdiskusi dengan guru-guru di sekolah atau kepala sekolah di lingkungan Anda.
Y
M
M U
D
Bab 3 | Administrasi Sekolah
143
[Halaman ini sengaja dikosongkan]
BAB
SUPERVISI PENDIDIKAN
Y
M
M U
A. Perlunya Pembinaan Guru
4
Pembangunan pendidikan yang semakin cepat sekarang ini dihadapkan kepada berbagai permasalahan, yang sangat krusial, di antara permasalahan yang sekarang menjadi sorotan tajam dari berbagai lapisan masyarakat adalah masih rendahnya mutu pendidikan di sekolah. Konsekuensi dari permasalahan ini diperlukan upaya peningkatan keseluruhan komponen sistem pendidikan, baik yang bersifat human resources maupun materiil resources dari segi kuantitas maupun kualitasnya.
D
Disadari sepenuhnya bahwa peningkatan kualitas komponen sistem pendidikan yang terbukti lebih berpengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan adalah komponen human resource yaitu guru dan tenaga kependidikan lainnya yang secara langsung maupun tidak langsung memengaruhi proses pembelajaran di sekolah. Sebab komponen materiil seperti alat pelajaran, alat peraga, laboratorium dan sebagainya tidak akan bermanfaat tanpa adanya manusia yang mampu menggunakannya secara tepat dalam proses belajar mengajar. Dalam beberapa tahun terakhir ini upaya peningkatan sumber daya manusia (guru dan tenaga kependidikan lainnya) sudah dilakukan secara besar-besaran dan menyeluruh bahkan mendapat perhatian yang cukup besar
Bab 4 | Supervisi Pendidikan
145
oleh pemerintah. Upaya tersebut mulai dari yang berbentuk pelatihan sampai pada upaya melalui peningkatan kualifikasi pendidikan guru (D1, D2, D3 ke S1, bahkan guru yang sudah S1 diberikan kesempatan ke S2). Demikian pula untuk para kepala sekolah dan pengawas. Dominannya perhatian pemerintah terhadap upaya peningkatan mutu tenaga kependidikan ini didasarkan atas anggapan bahwa di tangan guru mutu pendidikan tidak ada gurunya atau kekurangan guru. Guru dipandang sebagai faktor kunci, karena ia berinteraksi secara langsung dengan siswasiswa dalam proses pembelajaran pada saat ini. Konsekuensi dari anggapan ini, maka kualitas guru dipandang sebagai penyebab kualitas hasil belajar atau kualitas pendidikan secara keseluruhan.
Y
M
Strategisnya peranan guru sekarang ini dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dapat dipahami dari hakikat guru yang selama ini dijadikan asumsi programmatic pendidikan guru yaitu:
M U
1. Guru merupakan agen pembaruan.
2. Guru berperan sebagai fasilitator yang memungkinkan terciptanya kondisi yang baik bagi subjek didik untuk belajar (memudahkan terjadinya proses belajar). 3. Guru bertanggung jawab atas terciptanya hasil belajar subjek didik, rendah atau tingginya hasil belajar siswa tidak terlepas dari tanggung jawab guru. 4. Guru merupakan contoh teladan bagi peserta didik.
D
5. Guru bertanggung jawab secara profesional untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar di kelas baik secara individual maupun yang dilakukan secara berkelompok. 6. Guru harus menjunjung tinggi kode etik profesinya. Sebagai seorang yang bertugas mengajar dan sekaligus mendidik, akan melakukan berbagai macam kegiatan secara bersamaan demi tercapainya tujuan yang telah dirumuskan dalam setiap pembelajaran di kelas. Untuk itu guru harus memainkan peranan atau fungsi sebagai: 1. Pembimbing 2. Pembaharu model (inovator) 3. Konselor 4. Pelatih 5. Dan lain-lain fungsi yang tidak ringan Kemampuan mengajar memerlukan seperangkan pengetahuan dan keterampilan tertentu agar dapat melaksanakan tugasnya dengan optimal
146
Profesi Kependidikan
dan hasil yang maksimal. Kemampuan mengajar tersebut tidak dapat hanya dibentuk melalui lembaga penghasil guru (LPTK), tetapi perlu dilanjutkan pembinaannya oleh lembaga di mana tenaga tersebut bertugas. Demikian besar dan beratnya tugas, tanggung jawab, fungsi dan peranan guru tersebut sehingga dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari ia sering dihadapkan kepada berbagai permasalahan, mulai dari masalah pribadi sampai pada masalah yang terkait dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru. Di antara guru-guru tersebut ada yang memiliki kemampuan untuk mengatasi masalahnya, namun tidak sedikit yang tidak mampu mengatasi masalahnya sendiri. Kondisi inilah sebenarnya yang membutuhkan ada orang lain yang siap membantu mereka setiap saat, atau dengan kata lain mereka membutuhkan pembinaan dari seorang kepala sekolah, pengawas atau pejabat berwenang lainnya.
Y
M
Sungguhpun guru sebelum bertugas sebagai guru dipersiapkan secara optimal di perguruan tinggi (LPTK: FKIP, STKIP, IKIP, AKTA IV Mengajar) tetapi kenyataan menunjukkan tidak semua guru di sekolah betul-betul profesional dalam melaksanakan tugasnya, dalam kaitan ini Jacobson menyatakan bahwa di sekolah/lembaga pendidikan ternyata tidak semua guru tergolong well trained (terlatih baik) dan well qualified (berkualitas/kualifikasi baik). Kenyataan tersebut dapat diamati dari:
M U
1. Seringnya guru mengeluhkan kurikulum yang sering berubah
D
2. Seringnya guru mengeluhkan kurikulum yang terlalu sarat beban 3. Seringnya siswa mengeluhkan gurunya mengajar dengan gaya yang sangat tidak menarik, sehingga mereka merasa malas untuk belajar 4. Masih rendahnya mutu hasil belajar yang dibuktikan dengan hasil ujian akhir yang masih belum memuaskan semua orang, apalagi kalau kita membandingkan dengan prestasi anak-anak di berbagai negara. Apa yang dikemukan oleh Jacobson tersebut juga diakui oleh Elsbree dan McNally bahwa perkembangan sains dan teknologi yang demikian cepat akan menjadi sebab perlu pemutakhiran kemampuan guru agar mereka tidak ketinggalan zaman. Hal senada juga diakui oleh berbagai penelitian seperti: beberapa studi yang dilakukan dari Mohamad Nur (1994) sejak lama telah menyimpulkan beberapa kelemahan guru sekolah menengah yaitu: kurang terlatih melakukan praktik pengajaran yang mengarah pada keterampilan proses, sangat dominan (teacher centered), penggunaan metode mengajar yang berkisar pada ceramah, tugas atau ekspositori, serta kebanyakan guru tidak mengajar
Bab 4 | Supervisi Pendidikan
147
dengan memerhatikan kemampuan berpikir siswa atau tidak mengajar secara bermakna. Kondisi tersebut ternyata masih saja terjadi pada saat ini. Hal ini berakibat pada hasil belajar yang belum dapat dicapai secara optimal. Kondisi lain kita dapat melihat bagaimana berbagai kecemasan ketika menjelang ujian nasional (UN), terjadi berbagai usaha untuk mengejar target lulus ujian bahkan kadang dengan cara-cara yang tidak benar sekalipun. Permasalahan di atas tampaknya terkait pula dengan kenyataan pembelajaran di berbagai pelatihan dan pembinaan lainnya seperti yang disinyalir bahwa: kecenderungan dalam penyelenggaraan pengajaran yang lebih banyak mengandalkan pemberian informasi satu arah, kurang bervariasi dan kurang berinovasi. Hal ini membentuk kebiasaan mereka sebagai penerima informasi dan kebiasaan mereka pada saat mengajar sebagai guru. Oleh karena itu, harus:
Y
M
1. Memanifestasikan kompetensinya sebagai orang yang sedang belajar
M U
2. Menunjukkan minat yang besar menjadi guru
3. Berdasarkan kenyataan itulah maka guru-guru masih diperlukan pembinaan profesionalnya sebab every man owes of his time to the advancement of his profession (De Roche, 1985), selanjutnya dikemukakan bahwa pengembangan staf termasuk guru diperlukan karena beberapa alasan berikut ini: a. Kekuatan sosial ekonomi
D
b. Kekuatan pendidikan
c. Kekuatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di samping itu, pengembangan staf juga berkaitan dengan terdapatnya kesenjangan kemampuan dan kecakapan di satu pihak, dan adanya tuntutan efektivitas dan efisiensi di lain pihak. Dari beberapa uraian tersebut di atas, dapat ditarik benang merah perlunya pembinaan guru pada saat dia sudah bertugas sebagai guru secara nyata di lapangan pendidikan (sekolahsekolah) yaitu sebagai berikut: guru (lebih-lebih bagi mereka yang baru bertugas) masih memiliki kemampuan yang terbatas untuk mengendalikan dan menganalisis tingkah laku siswanya dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar adalah sesuatu yang kompleks dan rumit sehingga guru sulit memisahkan, merefleksikan dan menyadari tingkah lakunya pada saat dia sedang melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar. Karena itu adanya bantuan dari kepala sekolah/supervisor atau pengawas sekolah sangat membantu mereka untuk dapat mengobservasi, merefleksi dan menganalisis tingkah laku mengajarnya tersebut.
148
Profesi Kependidikan
B. Pengertian dan Fungsi Pokok Supervisi 1. Pengertian dan Fungsi Supervisi Sebelum membahas tentang fungsi supervisi dalam kegiatan pendidikan, terlebih dahulu perlu ditambahkan kutipan yang berkenaan dengan batasan supervisi yang dikemukakan oleh ahli–ahli yang sudah lama berkecimpung dalam dunia supervisi kemudian dilanjutkan dengan batasan yang lebih baru. Dalam Carter Good’s Dictionary of Education seperti dikutip oleh Oteng Sutisna (1983), supervisi didefinisikan sebagai: Segala sesuatu dari para pejabat sekolah yang diangkat yang diarahkan kepada penyediaan kepemimpinan bagi para guru dan tenaga pendidikan lain dalam perbaikan pengajaran, melihat stimulasi pertumbuhan profesional dan perkembangan dari para guru, seleksi dan revisi tujuan-tujuan pendidikan bahan pengajaran, dan metode-metode mengajar, dan evaluasi pengajaran.
Y
M
Istilah supervisi yang berasal dari bahasa Inggris terdiri dari dua kata, yaitu: super yang artinya di atas dan vision mempunyai arti melihat, maka secara keseluruhan supervisi diartikan sebagai ‘’melihat dari atas’’. Dengan pengertian itulah maka supervisi diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh pengawas dan kepala sekolah -- sebagai pejabat yang berkedudukan di atas -- atau lebih tinggi dari guru – untuk melihat atau mengawasi pekerjaan guru. Dalam pengertian lain, supervisi merupakan peningkatan makna dari inspeksi yang berkonotasi mencari-cari kesalahan. Jelaslah bahwa kesan seperti itu sangat kurang tepat dan tidak sesuai lagi dengan zaman reformasi seperti sekarang ini. Supervisi adalah kegiatan mengamati, mengidenfikasi mana hal-hal yang sudah benar, mana yang belum benar, dan mana pula yang tidak benar, dengan maksud agar tepat dengan tujuan memberikan pembinaan.
M U
D
Kegiatan pokok supervisi adalah melakukan pembinaan kepada sekolah pada umumnya dan guru pada khususnya agar kualitas pembelajarannya meningkat. Sebagai dampak meningkatnya kualitas pembelajaran,tentu dapat meningkat pula prestasi belajar siswa, dan itu sudah tertuju pada keberhasilan siswa dalam memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan di sekolah, berarti bahwa supervisi tersebut sudah sesuai dengan tujuannya. Oleh karena siswalah yang menjadi pusat perhatian dari segala upaya pendidikan, berarti supervisi sudah mengarah pada subjeknya. Sebetulnya apabila dicermati secara rinci, kegiatan supervisi sesuai dengan konsep pengertiannya, dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) Supervisi akademik, dan(2) Supervisi administrasi. a. Supervisi akademik adalah supervisi menitikberatkan pengamatan pada masalah akademik, yaitu langsung berada dalam lingkup kegiatan
Bab 4 | Supervisi Pendidikan
149
pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk membantu siswa ketika sedang dalam proses belajar. b. Supervisi administrasi yang menitikberatkan pengamatan pada aspek– aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung terlaksananya pembelajaran. Kepala sekolah setiap hari selalu berada di sekolah dan sangat memahami kehidupan sekolah setiap hari, sehingga sudah selayaknya kepala sekolah selalu mengarahkan perhatiannya pada supervisi akademik, sedangkan pengawas yang relatif lebih jarang datang ke sekolah karena jumlah sekolah yang menjadi pembinaannya cukup banyak biasanya lebih cenderung mengarahkan perhatiannya pada supervisi administrasi. Hal ini sebenarnya yang menjadi permasalahan, sebab baik kepala sekolah maupun pengawas sekolah harusnya kedua-duanya memberikan perhatian pada pembinaan aspek akademik meskipun tidak meninggalkan pembinaan aspek administratif, tetapi porsi yang lebih besar diberikan pada pembinaan aspek akademik.
M
Y
M U
Batasan supervisi sering kabur dan agak membingungkan pembaca karena mengandung beberapa konsep. Kimball Wiles sebagaimana dikutip Suriansyah (2010), menyatakan bahwa Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi belajar–mengajar agar memperoleh kondisi yang lebih baik’. Meskipun tujuan akhirnya tertuju pada hasil belajar siswa, namun yang diutamakan dalam supervisi adalah bantuan kepada guru untuk memperbaiki proses pembelajaran yang dilakukannya. Perbaikan proses pembelajaran inilah yang akhirnya berdampak pada hasil belajar siswa. Kerangka berpikir ini mengindikasikan bahwa guru memegang peran yang sangat strategis dan urgen dalam pembelajaran siswa. Meskipun demikian tidak dipungkiri bahwa masih banyak variabel lain yang juga berpengaruh pada prestasi belajar siswa, baik langsung maupun tidak langsung. Hal ini akan dapat ditelusuri dengan baik apabila kegiatan supervisi dapat dilakukan secara terus-menerus, intensif, baik dan cermat. Supervisi yang intensif kepada guru, secara tidak langsung siswa akan kena dampaknya yaitu ikut terangkat prestasi belajarnya. Dalam kutipan tersebut dijelaskan bahwa supervisi bertujuan untuk membantu guru dalam memahami tujuan pendidikan dan apa peran sekolah dalam mencapai tujuan tersebut. Selain itu juga supervisi juga membantu guru dalam melihat secara lebih jelas dalam memahami keadaan dan kebutuhan siswanya. Hal ini penting karena guru memang harus mampu sejauh mungkin memenuhi kebutuhan siswa. Demikian juga bantuan tersebut diberikan kepada guru agar mampu mengidenfikasi kesulitan individual siswa sehingga dapat merencanakan pembelajaran secara lebih tepat, melalui analisis kebutuhan dan kondisi yang dimiliki oleh siswa.
D
150
Profesi Kependidikan
Selain apa yang telah disebutkan di atas pada hakikatnya supervisi juga membantu guru agar memiliki kemampuan dalam mengembangkan kecakapan pribadi. Supervisi juga bertujuan membentuk moral kelompok yang kuat dan mempersatukan guru dalam satu tim yang efektif, bekerja sama secara akrab dan bersahabat serta saling menghargai satu sama lain. Perkembangan mutakhir tentang supervisi dikemukakan oleh Sergiovanni (1980) yang menyatakan bahwa supervisi bukan hanya dilakukan oleh pejabat yang sudah ditunjuk tetapi oleh seluruh personel yang ada di sekolah (by the centre school staffs). Tujuan utama kegiatan supervisi adalah meningkatkan kualitas pembelajaran, harapan akhirnya juga pada prestasi belajar siswa.Tentu saja peningkatan tersebut tidak dapat hanya mengenai satu aspek saja, tetapi semua unsur yang terkait dengan proses pembelajaran, antara lain siswa itu sendiri, guru dan personel lain, peralatan, pengelolaan, maupun lingkungan tempat belajar.
Y
M
Berpijak pada batasan pengertian tersebut maka sedikitnya ada tiga fungsi supervisi, yaitu: (1) sebagai kegiatan meningkatkan mutu pembelajaran (2) sebagai pemicu atau penggerak terjadinya perubahan pada unsur-unsur yang terkait dengan pembelajaran, dan (3) sebagai kegiatan memimpin dan membimbing.
M U
a. Fungsi Meningkatkan Mutu Pembelajaran
Supervisi yang berfungsi meningkatkan mutu pembelajaran merupakan supervisi dengan ruang lingkup yang sempit, tertuju pada aspek akademik, khususnya yang terjadi di ruang kelas ketika guru sedang memberikan bantuan dan arahan kepada siswa. Perhatian utama supervisor adalah bagaimana guru dan perilaku siswa yang belajar, dengan bantuan atau tanpa bantuan guru secara langsung. Seberapa tinggi keberhasilan siswa kepada belajar, itulah fokus supervisi sebenarnya. Artinya perbaikan proses pembelajaran menuju pembelajaran yang berkualitas, dalam rangka mewujudkan perbaikan belajar siswa menuju kepada kemampuan siswa belajar secara mandiri. Dengan demikian, kehadiran guru dalam pembelajaran lebih kepada sebagai fasilitator, motivator dan konselor dalam pembelajaran. Kemandirian belajar inilah yang saat ini masih jauh dari harapan kita, yang dampaknya adalah prestasi belajar menjadi sangat lamban peningkatannya. Berbagai kajian dan pendapat para ahli secara umum menyatakan bahwa hasil belajar siswa merupakan dampak dari proses pembelajaran yang berkualitas. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan prestasi siswa harus dimulai dengan pelaksanaan pembelajaran yang berkualitas. Pembelajaran berkualitas akan terwujud apabila guru memiliki kompetensi yang utuh dan profesionalisme yang tinggi.
D
Bab 4 | Supervisi Pendidikan
151
b. Fungsi Memicu Unsur yang Terkait dengan Pembelajaran Seperti kita ketahui proses pembelajaran di kelas dan proses pendidikan di sekolah tidak terlepas dari kegiatan administrasi, sehingga dikenal ada administrasi sekolah dan juga administrasi guru. Di sisi lain ada kegiatan supervisi, sehingga antara keduanya tidak dapat dipisahkan, yaitu administrasi dan supervisi. Supervisi yang berfungsi memicu atau penggerak terjadinya perubahan tertuju pada unsur-unsur yang terkait dengan, atau bahkan yang merupakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pembelajaran. Faktor yang sangat kuat mendukung dan memberi pengaruh terhadap kelancaran pelaksanaan pembelajaran adalah administrasi. Sebab proses administrasi sifatnya melayani atau mendukung kegiatan pembelajaran, maka para pelaksana administrasi termasuk guru perlu juga diberikan bantuan tentang administrasi yang baik. Supervisi ini dikenal dengan istilah supervisi administrasi. Tetapi yang harus diperhatikan adalah bahwa kegiatan supervisi akademik harus mendapat porsi yang lebih besar dibandingkan supervisi administratif. Selama ini banyak kegiatan supervisi terlalu memberikan porsi terlalu besar pada kegiatan administratif dibandingkan kegiatan akademik.
M U
M
c. Fungsi Membina dan Memimpin
Y
Sebagaimana diuraikan pada bagian di atas bahwa supervisi adalah kegiatan yang diarahkan kepada penyediaan bantuan kepada guru-guru atau tenaga kependidikan lainnya agar mereka dapat menjalankan tugas secara efektif. Di samping itu juga pada hakikatnya supervisi diberikan untuk membantu tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dapat mengoptimalkan peran dan fungsinya sehingga dapat berperan sebagai pemimpin di bidang tugasnya masing-masing. Oleh sebab itulah sering disebut supervisi mempunyai fungsi memimpin yang dilakukan oleh pejabat yang diserahi tugas memimpin sekolah, yaitu kepala sekolah, diarahkan kepada guru dan tenaga tata usaha, atau memimpin bagi guru-guru kepada siswanya saat berada di dalam kelas bahkan juga di luar kelas. Yang berkewajiban memimpin dan membimbing guru dan staf tata usaha di sekolah adalah kepala sekolah dan guru. Sebetulnya kedua pengertian tersebut maknanya hampir sama, namun dipakai keduanya untuk sekadar memperkuat konsep yang dibahas. Seorang supervisor memang tugas utamanya adalah membina guru agar dapat menjalankan tugas dan kewajibannya secara optimal. Sebenarnya membina dalam pengertian di sini tidak hanya sekadar membuat guru agar mereka dapat optimal mengajar atau melaksanakan tugas-tugas lainnya saja, tetapi juga membina mereka untuk dapat melaksanakan dan mengaktualisasikan potensi dirinya secara optimal termasuk dalam hal ini adalah potensi diri orang-orang yang dibina
D
152
Profesi Kependidikan
untuk mampu menjadi pemimpin dikemudian hari. Pembinaan dalam rangka pengembangan dan aktualisasi potensi diri secara optimal inilah sebenarnya yang menjadi hakiki dan tujuan pembinaan oleh supervisor.
C. Tanggung Jawab Pembinaan Profesionalisme Guru Uraian di atas mengindikasikan bahwa guru perlu mendapat pembinaan yang intensif, terprogram dan terus-menerus dari pengawas sekolah atau kepala sekolah. Dalam melaksanakan pembinaan kepada guru, perhatian yang dominan harus fokus tertuju kepada aspek-aspek profesional, dengan mereduksikan aspek-aspek yang bersifat administratif, dalam istilah manajemen umum hal ini dikenal dengan istilah staff development, career development, staff improvement dan lain-lain istilah.
Y
M
Pelaksanaan pembinaan guru menjadi tanggung jawab kepala sekolah dan pengawas sekolah, tetapi mengingat setiap hari guru berada di sekolah, maka pimpinan langsungnya sehari-hari adalah kepala sekolah, oleh sebab itu maka kepala sekolah bertanggung jawab untuk membina guru-guru di sekolahnya agar dapat berperan secara profesional dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru.
M U
Sentralnya peranan kepala sekolah dalam melaksanakan pembinaan guru ini juga dikemukakan berbagai ahli pendidikan antara lain Lipham (1983), De Roche (1985), Mateheru (1987, 1989), dan para ahli lainnya menyatakan hal yang sama bahwa kepala sekolah merupakan sentral dalam pengembangan staf di sekolah, sebab kepala sekolah berperan selain sebagai administrator juga berperan sebagai supervisor serta staff development (Lipham).
D
Kepala sekolah memegang peranan kunci dalam pembinaan guru dan atau pengembangan staf pendidikan lainnya dalam lingkup sekolahnya masingmasing. Hal ini dikemukakan oleh De Roche bahwa: “New school practice programs and innovations are succesfull indirect proportion to interest, enthusiasm, and support shown by school principal”. Baik buruknya sebuah sekolah lebih banyak ditentukan oleh kemampuan profesionalnya sebagai kepala sekolah sekaligus pengelola sekolah. Oleh karena itu kepala sekolah setidaknya harus menguasai bekal kemampuan untuk: menyusun program kegiatan sekolah, menetapkan prosedur mekanisme kerja, melaksanakan monitoring, evaluasi, supervisi dan membuat laporan kegiatan sekolah, meningkatkan dan memantapkan disiplin, komitmen dan motivasi kerja guru dan siswa serta staf sekolah lainnya. Kemampuan tersebut di atas minimal dimiliki kepala sekolah sehingga idealnya kepala sekolah diangkat
Bab 4 | Supervisi Pendidikan
153
dari guru yang mempunyai prestasi tinggi, bukan hanya didasarkan dari masa kerja apalagi atas dasar like and dislike. Selain itu dalam menghadapi era globalisasi yang penuh dengan tantangan dan kompetitif peran kepala sekolah harus diberdayakan secara optimal dalam pengelolaan sekolah secara otonom sebagai tenaga profesional sehingga kepala sekolah dituntut untuk mampu berkreasi, inovasi dan lebih produktif.
Y
Dalam kaitan ini diperlukan reformasi cultural peran kepala sekolah, yaitu: kepala sekolah harus berfungsi sebagaimana seharusnya sebagai manajer sekolah. Sebagai manajer maka kepala sekolah harus berperan sebagai pemikir dan pengembang. Sebab kepala sekolah yang mempunyai tugas utama memikirkan kemajuan sekolahnya. Apabila kepala sekolah tidak dapat memfungsikan diri sebagai manajer, maka sulit diharapkan sekolahnya akan menjadi sekolah yang unggul. Sebagai manajer sekolah, kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan untuk melaksanakan tujuh kegiatan sebagai berikut:
M
M U
1. Melakukan prediksi, yaitu membuat perkiraan-perkiraan tentang masa yang akan datang. Misalnya tentang kualitas yang dituntut oleh masyarakat berdasarkan fakta dan perubahan yang terjadi. 2. Melakukan inovasi. Dari hasil prediksi tersebut, kepala sekolah dituntut untuk melakukan inovasi terhadap proses yang dilakukan sekolahnya. 3. Menciptakan strategi atau kebijakan untuk mensukseskan pikiran-pikiran inovatifnya
D
4. Menyusun perencanaan
5. Menemukan sumber-sumber pendidikan 6. Menyediakan fasilitas pendidikan
7. Melakukan pengendalian atau kontrol (Sutrisno, 2000). Menurut penulis, selain 7 (tujuh) hal tersebut masih diperlukan kemampuan lainnya, bahkan kemampuan ini sangat sentral dalam menunjang keberhasilan pembinaan staf pendidik maupun staf kependidikan. Kemampuan tersebut adalah kemampuan komunikasi (communication skill) dan kemampuan penjaminan mutu (quality assurance skill). Kemampuan komunikasi merupakan kompetensi sentral dari kompetensi lainnya, sebagaimana dinyatakan oleh para ahli pendidikan “skill in communication is a key to succesfull team effort” sementara ahli lainnya menyatakan “communication is blood in organization”. Dengan komunikais yang baik kepala sekolah dapat membangun komitmen dan kemitraan dengan berbagai pihak,
154
Profesi Kependidikan
dengan komunikasi pula kepala sekolah dapat meyakinkan semua orang dan semua sumber untuk bekerja dan membantu pencapaian visi dan misi sekolah. Selain itu sebagai manajer kepala sekolah harus dapat menentukan dan memilih staf pembantunya dalam pengelolaan sekolah (ingat paling sedikit ada 6 (enam) macam pengelolaan sekolah yaitu: pengelolaan pengajaran, kesiswaan, kepegawaian, alat pelajaran, sarana pendidikan dan pengelolaan hubungan sekolah dengan masyarakat). Staf tersebut harus mereka yang memiliki loyalitas dan komitmen terhadap tugas dan komitmen terhadap prestasi. Satu ungkapan tentang manajer yang baik adalah “a good manager is doing the thins by other people”, memang seorang manajer tidak akan dapat bekerja tanpa bantuan orang lain.
Y
M
Di samping kepala sekolah, sebagai orang yang langsung berhadapan dengan guru-guru, maka pengawas juga merupakan salah satu komponen yang bertanggung jawab terhadap peningkatan kualitas sumber daya guru. Pengawas dalam pendidikan memiliki fungsi pengontrol dan pembina terhadap keberhasilan pendidikan. Peran pengawas amat menentukan terhadap tercapainya target kurikulum yang ditentukan sekolah. Untuk itu idealnya seorang pengawas harus mempunyai kemampuan untuk:
M U
1. Membuat rencana kerja yang bersifat rasional, tetapi aplikatif untuk situasi dan kondisi di lingkungan sekolah dan guru-guru yang menjadi binaannya.
D
2. Memonitor kerja guru dan kepala sekolah serta hasilnya. 3. Mengorganisir pertemuan-pertemuan kepala sekolah, untuk membicarakan masalah-masalah yang muncul pada saat pembinaan guru oleh kepala sekolah, untuk selanjutnya didiskusikan bersama bagaimana cara pemecahannya. 4. Bersama dengan kepala sekolah mengorganisir pertemuan guru. Dalam pertemuan ini perlu dimintakan komentar guru tentang permasalahan yang dihadapinya dalam melaksanakan pengajaran, kemudian didiskusikan bersama antara kepala sekolah, pengawas dan guru untuk mencari solusinya. Apabila kepala sekolah dan pengawas dapat berperan sebagaimana seharusnya dia berperan sebagai pemimpin pendidikan di sekolah, maka dapat diharapkan dia akan mampu menjadikan sekolahnya sebagai sekolah yang efektif. Untuk memberikan gambaran tentang sekolah yang dikemukakan beberapa hasil penelitian tentang sekolah yang efektif. Mortimore dkk (1988)
Bab 4 | Supervisi Pendidikan
155
melakukan survei pada 50 SD kawasan miskin di Kota London menyimpulkan ada dua belas faktor kunci sekolah efektif yaitu: Kepemimpinan kepala sekolah, keterlibatan wakil-wakil kepala sekolah, keterlibatan guru-guru, konsistensi guru-guru, sesi-sesi kelas yang terstruktur, pengajaran yang menantang intelektual, lingkungan yang berorientasi kerja, fokus yang terbatas dan jelas dalam sesi-sesi kelas, komunikasi yang tinggi antara guru dan murid, pencatatan yang rapi, keterlibatan orangtua, iklim yang positif.
Y
Sementara Purkey dan Smith (1985) menyimpulkan dari 20 hasil penelitian tentang sekolah efektif menyimpulkan karakteristik sekolah yang efektif adalah sebagai berikut: Variabel organisasi dan struktur, yang mencakup karakteristik sebagai berikut:
M
1. Manajemen berbasis sekolah dan pengambilan keputusan yang demokratis. 2. Kepemimpinan yang kuat, artinya pemimpin yang didukung oleh staf secara konsisten sehingga memiliki kestabilan dan kesinambungan.
M U
3. Artikulasi dan organisasi kurikulum yang baik, dalam arti pengembangan dan pelaksanaan kurikulum yang direncanakan dan dengan tujuan yang jelas bagi semua guru, sehingga akan memberikan makna yang tinggi bagi proses pembelajaran di kelas oleh guru. 4. Stabilitas staf.
5. Pengembangan staf yang luas di tingkat sekolah, pengembangan ini harus didasarkan pada kebutuhan nyata pada staf (guru) oleh sebab itu apa yang harus dikembangkan harus didasarkan pada needs assissment dan analisis profil kompetensi guru di tingkat sekolah.
D
6. Keterlibatan dan dukungan orangtua yang tinggi, karena itu informasi tentang pendidikan di sekolah secara terus-menerus merupakan hal pokok yang tidak boleh ditinggalkan dalam pengelolaan sekolah oleh kepala sekolah yang menginginkan sekolahnya efektif. 7. Pengakuan keberhasilan akademis yang luas di tingkat sekolah, mengakui keberhasilan akademis guru secara terbuka, misalnya penghargaan diberikan kepala sekolah pada saat upacara dapat mendorong guru lain bahkan siswa untuk berprestasi. 8. Memaksimalkan waktu belajar siswa. 9. Dukungan kantor pendidikan (khususnya dinas pendidikan TK II/district), baik yang menyangkut perubahan, inovasi dan lain-lain kegiatan sekolah. Variabel proses, yang berkaitan dengan budaya dan iklim sekolah menyangkut beberapa indikator sebagai berikut:
156
Profesi Kependidikan
1. Perencanaan yang bersifat kerja sama dan hubungan yang bersifat kemitraan, yaitu kerja sama guru, kepala sekolah, murid dan orangtua murid dalam perencanaan pengembangan prestasi sekolah, dengan menggunakan pendekatan kemitraan bukan atasan bawahan. 2. Rasa komunitas, yaitu perasaan diakui sebagai anggota komunitas oleh guru dan staf administrasi dapat mengurangi rasa terasing dan meningkatkan prestasi akademik, hal ini dapat dilakukan melalui cara seremonial, simbol-simbol, aturan (seragam sekolah, seragam dinas, dan lain-lain).
Y
3. Tujuan yang jelas dan harapan yang tinggi yang ditentukan bersama. Tujuan yang jelas akan mempermudah semua orang dalam merumuskan kegiatan yang harus dilakukan serta mengarahkan sumber daya manusia yang dimiliki oleh sekolah. Demikian juga sekolah yang memiliki harapan yang tinggi, tapi realistis terhadap prestasi belajar siswanya akan dapat memacu motivasi dan kinerja guru untuk mencapainya. Apabila hal ini dapat tercipta, maka akan tumbuh pula perasaan yang sama di kalangan siswa-siswa untuk berprestasi secara optimal.
M
M U
4. Teratur dan disiplin, yang didasarkan pada aturan-aturan yang jelas dan masuk akal serta adil yang diberlakukan secara konsisten akan membantu mengomunikasikan rasa sungguh-sungguh dan memiliki tujuan yang dengannya sekolah melakukan tugasnya. Selain itu teratur dan disiplin dapat mengurangi penyimpangan perilaku yang mengganggu proses belajar dan memungkinkan peningkatan rasa bangga dan bertanggung jawab dalam komunitas sekolah.
D
Indikator-indikator sekolah yang efektif masih banyak dikemukakan oleh beberapa ahli lain dalam analisis hasil penelitiannya, tetapi secara umum, indikator tersebut tampaknya memiliki kesamaan dengan apa yang telah dikemukakan tersebut. Indikator-indikator tersebut sebenarnya kalau kita memiliki kemauan yang kuat untuk mengaplikasikan dengan sedikit modifikasi di sekolah-sekolah kita diyakini hal tersebut bukan masalah yang berat. Guru yang profesional tidak dapat dilahirkan hanya oleh satu institusi saja, tetapi memerlukan keterpaduan oleh barbagai pihak yang terkait dan bertanggung jawab. Dalam kaitan ini maka pembinaan dan pengembangan kompetensi profesionalisme guru perlu dilakukan dengan integrasi segitiga emas (gold trianggle) yaitu: LPTK penghasil guru, sekolah pemakai guru dan Dinas Pendidikan sebagai institusi pembina guru.
Bab 4 | Supervisi Pendidikan
157
LPTK Mengutip pendapat Rake Joni (2009) dinyatakan bahwa LPTK yang mampu menghasilkan guru profesional adalah LPTK yang memiliki keutuhan sumber daya manusia dan non manusia, yang dikelola dengan manajemen yang modern. Tampaknya SDM yang profesional di LPTK memberikan kontribuasi dalam menghasilkan guru yang profesional. Kompf dan Denicolo (2005) menyatakan hanya dari institusi pendidikan tinggi yang memiliki penelitian yang besar dan berkualitas lah yang dapat menghasilkan guru yang juga profesional dan kompetensi tinggi dalam penelitian. Lebih lanjut dinyatakan bahwa guru yang memiliki daya berpikir tinggi akan mampu melakukan kegiatan inovatif. Hal tersebut akan mampu membawa guru dalam melakukan penelitian yang kreatif dan inovatif dalam kelasnya. Tim OECD (2008), menyatakan bahwa inovasi pembelajaran hanya lahir dari guru yang inovatif. Hal senada juga dikemukakan oleh Sue, B (2005) bahwa inovasi guru akan lahir dan menjadi budaya apabila dilakukan pembentukan karakter inovasi sejak mereka dibentuk menjadi guru (calon guru). Pentingnya peranan LPTK dalam menghasilkan guru yang berkualitas ini dinyatakan juga oleh Mantja (2007) yang dinyatakannya bahwa adalah tugas LPTK mempersiapkan calon guru dengan baik melalui rancangan dan pendekatan yang baik pula. Kelemahan dan kekurangmampuan guru dalam melaksanakan tugasnya terkait dengan lembaga penghasilnya. Kualitas guru yang rendah menyebabkan mutu pendidikan yang rendah pula, walaupun komponen pengaruh terhadap mutu itu banyak sekali, pada gilirannya rendahnya mutu guru berbalik pada LPTK yang menyiapkannya.
Y
M
M U
D
Gambaran berbagai studi tersebut mengingatkan kepada kita di LPTK untuk selalu menampilkan pembelajaran yang inovatif dan kreatif sehingga mampu menghasilkan kemandirian mahasiswa. Di samping itu juga diperlukan manajemen yang profesional, karena kajian-kajian manajemen membuktikan bahwa keberhasilan institusi pendidikan 80% ditentukan oleh manajemen institusi tersebut (lihat kajian Deming, Juran, Crosby, Ishikawa, Arcaro dalam TQN in Education).
Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah Kepala sekolah memegang peranan yang sangat penting dan strategis dalam pembinaan dan pengembangan profesionalisme guru. Hal ini secara tegas dinyatakan oleh Glickman (2002), Bafaddal (2009) yang menyatakan bahwa tidak ada sekolah yang baik (termasuk guru yang baik) tanpa kepala sekolah yang baik. Kualitas sekolah sangat ditentukan oleh kepala sekolah. Hal senada juga dinyatakan oleh Guthrie dan Schuerman (2011) bahwa
158
Profesi Kependidikan
kepemimpinan kepala sekolah menentukan performansi sekolah yang tinggi dalam budaya kerja berkualitas. Oleh sebab itulah Permen Diknas Nomor 12 dan 13 Tahun 2007 antara lain menyatakan bahwa kompetensi kepala sekolah dan pengawas sekolah harus memiliki kompetensi untuk melakukan pembinaan kepada guru-guru dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas dan karya ilmiah lainnya. Kepala sekolah adalah pembina, pembimbing, fasilitator, motivator dan mitra kerja bagi guru-guru dalam meningkatkan kompetensi dan profesionalismenya. Dalam berbagai kajian kepemimpinan sekolah, kepala sekolah memiliki fungsi EMASLIM dalam rangka menjalankan sekolah menuju sekolah yang unggul. Dalam konteks pembinaan guru dalam keterampilan penelitian inilah maka kepala sekolah harus memiliki kemampuan dan keterampilan penelitian tindakan sekolah (school action research).
Y
M
Dinas Pendidikan
Institusi yang berkepentingan dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan menurut peraturan pemerintah dalam era otonomi adalah dinas pendidikan. Oleh sebab itu, institusi ini memegang peranan penting dalam pembinaan dan pengembangan kualitas tenaga pendidik dan tenaga kependidikan lainnya. Diperlukan manajemen ketenagaan yang baik dan efektif. Tanpa hal tersebut maka kualitas tenaga pendidik dan kependidikan tidak akan berkembang.
M U
D
D. Pendekatan Supervisi Pendidikan
Pendekatan supervisi sering dikelompokkan menjadi dua pendekatan, yaitu: pendekatan langsung (direct contact) dan pendekatan tidak langsung (indirect contact). Pendekatan pertama dapat disebut dengan pendekatan tatap muka dan kedua pendekatan menggunakan perantara, seperti melalui surat menyurat, media massa, media elektronik, radio, kaset, internet dan yang sejenis. Sementara dikenal juga pendekatan kolaboratif, yaitu pendekatan yang menggabungkan kedua pendekatan itu (Aqib, Zainal dan Rohmanto, Elham, 2007). Meskipun ahli lainnya ada yang menggolongkan dalam tiga pendekatan. Hal ini akan diuraikan secara tersendiri pada bagian lain buku ini. Pendekatan supervisi pada dasarnya adalah pendekatan dalam proses pembinaan guru yang berkaitan dengan bagaimana seorang pembina berinteraksi dengan orang-orang yang dibina agar proses pembinaan dapat mencapai hasil yang optimal. Karena itu pendekatan selalu terkait dengan aspek psikologis orang yang dibina dan psikologis pembina itu sendiri. Kegagalan pembinaan sering disebabkan karena interaksi antara pembina dan
Bab 4 | Supervisi Pendidikan
159
orang yang dibina tidak terdapat kesesuaian secara psikologis atau dengan kata lain pembina menggunakan pendekatan yang tidak tepat dengan karakter psikologis orang yang dibina. Pendekatan yang digunakan dalam menerapkan supervisi modern didasarkan pada prinsip-prinsip psikologis, sebab pendekatan yang efektif adalah pendekatan yang sesuai dengan tipe, karakter atau prototipe orangorang yang menjadi sasaran pembinaan. Suatu pendekatan atau teknik pemberian supervisi, sangat bergantung kepada prototipe guru.
Y
1. Pendekatan Langsung (Direktif)
Pendekatan direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan langsung, dalam pendekatan ini pengaruh perilaku supervisor lebih dominan. Pendekatan direktif ini berdasarkan pada pemahaman terhadap psikologis behaviouristis. Prinsip behaviorisme ialah bahwa segala perbuatan berasal dari refleks, yaitu respons terhadap rangsangan/stimulus. Oleh karena guru memiliki kekurangan, maka perlu diberikan rangsangan agar ia bisa bereaksi lebih baik. Supervisor dapat menggunakan penguatan (reinforcement) atau hukuman (punishment). Pendekatan ini diperlihatkan melalui perilaku supervisor: Menjelaskan, Menyajikan, Mengarahkan, Memberi contoh, Menerapkan tolok ukur, dan Menguatkan.
Masing-masing perilaku tetrsebut akan diuraikan pada bagian tersendiri dalam buku ini.
M
M U
D
2. Pendekatan Tidak Langsung (Non-Direktif)
160
Pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia terlebih dulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan oleh guru. Ia memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada guru untuk mengemukakan permasalahan yang mereka alami. Pendekatan non direktif ini berdasarkan pada pemahaman psikologis humanistik. Psikologi humanistik sangat menghargai orang yang akan dibantu. Oleh karena pribadi guru yang dibina begitu dihormati, maka ia lebih banyak mendengarkan permasalahan yang dihadapi guru-guru. Guru mengemukakan masalahnya. Supervisor mencoba mendengarkan dan memahami apa yang dialami. Perilaku supervisor dalam pendekatan non-direktif ditunjukkan dengan perilaku: Mendengarkan, Memberi penguatan, Menjelaskan, Menyajikan, dan Memecahkan masalah.
Profesi Kependidikan
3. Pendekatan Kolaboratif a. Pengertian
Pendekatan kolaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non direktif menjadi suatu pendekatan baru. Pada pendekatan ini, baik supervisor maupun guru bersama-sama bersepakat untuk menetapkan struktur proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan tentang masalah yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran. Pendekatan ini didasarkan pada psikologi kognitif. Psikologi kognitif beranggapan bahwa belajar adalah perpaduan antara kegiatan individu dengan lingkungan yang pada gilirannya akan berpengaruh dalam pembentukan aktivitas individu. Dengan demikian, pendekatan dalam supervisi berhubungan pada dua arah; yaitu dari supervisor kepada guru sebagai orang yang dibina dan dari guru kepada supervisor secara timbal balik.
M
M U
b. Karakteristik Pendekatan Kolaboratif
Y
Sebagaimana telah diketahui bahwa supervisi adalah bentuk pelayanan yang diberikan kepada guru dengan tujuan utamanya mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama proses belajar dan pembelajaran yang dilakukan dengan harapan tercipta proses pembelajaran yang berkualitas. Oleh sebab itu, kegiatan supervisi diarahkan untuk membantu kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya agar dapat mencapai target yang diinginkan. Untuk itulah diperlukan pendekatan supervisi yang tepat. Salah satu pendekatan yang dapat dipertimbangkan dalam pelaksanaan supervisi adalah pendekatan kolaboratif. Pendekatan kolaboratif memiliki karakteristik sebagai berikut:
D
1. Supervisor bertindak sebagai mitra atau rekan kerja. 2. Kedua belah pihak berbagi kepakaran. 3. Pendekatan yang digunakan merupakan pendekatan inkuiri yakni, saya memcoba memahami apa yang dilakukan oleh orang yang saya amati. 4. Diskusi sebagai langkah lanjut dari pengalaman bersifat terbuka atau fleksibel dan tujuannya jelas. 5. Tujuan supervisi ialah membantu guru dan kepala sekolah berkembang menjadi tenaga-tenaga profesional melalui kegiatan reflektif.
Bab 4 | Supervisi Pendidikan
161
Apabila kita dapat memahami karakteristik pendekatan kolaboratif di atas dapat dimengerti bahwa dengan pendekatan kolaboratif, maka kegiatan supervisi yang dilakukan akan mampu meredam rasa takut, tegang bahkan sikap menghindar dari supervisi yang dilakukan oleh pengawas dan kepala sekolah akan tidak terjadi. Hal ini disebabkan karena dengan pendekatan ini supervisor menempatkan dirinya sebagai mitra bagi guru yang disupervisi bukan sebagai inspektor yang mencari kesalahan guru. Di samping itu, pendekatan ini tidak menonjolkan superioritas kekuasaan, ancaman, dan tidak menonjolkan hubungan atasan bawahan, tetapi hubungan kemitraan dan kesamaan serta partnership.
Disamping itu, supervisi kolaboratif memberikan kesempatan yang luas kepada guru untuk menyampaikan ide ataupun masalah-masalah yang muncul dalam proses pembelajaran. Sehingga dari diskusi yang dilakukan akan muncul ide-ide baru yang merupakan strategi problem solving terhadap permasalahan yang ditemukan dalam proses pembelajaran.
Y
M
M U
c. Pembinaan Guru dengan Pendekatan Kolaboratif
Nur Uhbiyati sebagaimana dikutip As’aril Muhajir menyebutkan bahwa guru/pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah, khalifah di muka bumi, sebagai makhluk sosial dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri. Pendidik memiliki tugas dalam rangka membentuk pribadi peserta didik dan mempersiapkan mereka dalam menghadapi segala bentuk tantangan dimasa yang akan datang. Mengingat beratnya tanggung jawab guru dalam mempersiapkan generasi muda sebagai kader bangsa, negara, dan agama, maka guru harus mendapatkan perhatian khusus. Perhatian ini dimaksudkan agar guru mampu melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Dalam rangka inilah, guru harus mendapatkan pembinaan khusus agar ia memiliki kompetensi dan profesionalisme yang tinggi dalam menjalankan tugasnya. Salah satu cara pembinaan guru adalah dengan menggunakan pendekatan kolaboratif.
D
Supervisor yang menggunakan pendekatan ini, supervisor bertindak sebagai mitra bagi guru-guru. Ia siap untuk mendengar segala bentuk pengaduan guru tentang keluhan, keresahan, masalah atau apa pun yang
162
Profesi Kependidikan
terkait dengan tugas-tugasnya sebagai pendidik. Ia juga memberikan keleluasaan bagi seorang guru untuk menyampaikan ide, gagasan, serta pikiran yang dimilikinya. Hal ini akan menimbulkan kesan bahwa seorang supervisor dengan pendekatan ini akan menjadi bagian dari diri guru yang tidak terpisahkan. Suasana akrab menjadi ciri khas yang mendukung terhadap kinerja supervisor dalam memahami guru yang ia hadapi. Di sisi lain supervisor harus siap memberikan solusi terhadap persoalanpersoalan yang muncul dari guru. Supervisor harus memiliki kepekaan yang tinggi dalam merespons setiap gejala yang muncul beserta permasalahannya dari guru-guru. Dengan memahami keadaan guru secara mendalam, diharapkan supervisor mampu memberikan problem solving yang tepat. Dengan pendekatan kolaboratif supervisor lebih mudah untuk mendapatkan datadata yang valid dan reliable yang menjadi titik tolak untuk melakukan follow up dalam rangka meningkatkan kualitas serta kompetensi guru, sehingga ia mampu melaksanakan tugasnya secara maksimal. Pendekatan ini memberikan warna tersendiri bagi guru, sehingga guru tidak merasa tertekan, namun ia merasa memiliki seorang mitra yang bisa diajak teman “curhat”.
M
M U
Orientasi Perilaku Supervisi Pengajaran
Y
Bagaimana harusnya seorang supervisor berperilaku pada saat melakukan proses supervisi, khususnya pada saat berhadapan dengan orang yang disupervisi lebih-lebih dengan menggunakan pendekatan kolaboratif dan supervisi klinis, sangat ditentukan oleh pengenalan terhadap apa, siapa dan bagaimana karakteristik (karakteristik guru) yang disupervisi. Dalam kaitan ini ada beberapa ahli mengelompokkan karakter guru dalam tiga bagian, yang menggambarkan sejauhmana efektivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran. Kelompok tersebut adalah sebagai berikut:
D
1. Guru yang tidak efektf dalam melaksanakan pembelajaran menurut pertimbangan/penilaian supervisor, tapi menurut guru itu sendiri dia efektif. Dengan kata lain guru ini disebut dengan istilah guru yang tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu. Guru yang tergolong dalam kategori semacam ini dapat diidentifikasi oleh supervisor melalui indikator sebagai berikut: Kemajuan siswa yang rendah/prestasi belajar siswa yang diajarnya rendah. Guru tidak mempunyai hubungan yang baik/tidak akrab dengan siswanya.
Bab 4 | Supervisi Pendidikan
163
Guru yang kurang keterampilannya dalam menyajikan bahan pelajaran.
Guru yang memiliki wawasan yang sempit dalam menyajikan bahan dan atau tidak menguasai bahan.
Guru yang sangat rendah kontrolnya terhadap kelas di mana dia mengajar.
Y
Dalam menghadapi guru semacam ini, supervisor perlu mengadakan hubungan/bantuan secara individual dan melakukan inventory (penelitian) tentang kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness) guru. Dengan mengetahui secara pasti apa kekuatan guru/kemampuan yang menonjol dari guru serta kelemahan apa yang sangat tampak dari guru akan memudahkan supervisor untuk merencanakan bantuan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan guru-guru. Ini berarti menuntut supervisor untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan penelitian secara baik.
M
M U
2. Guru yang menurut pertimbangan supervisor tidak efektif, tetapi menurut kepala sekolah dan teman sejawatnya (kolega sesama guru) guru yang bersangkutan dikatakan sebagai guru yang efektif.
Dalam hal ini mereka hanya melihat kebaikan guru pada satu sisi saja. Misalnya hanya melihat guru yang patuh pada kebijakan disiplin yang tinggi, atau guru yang mampu membuat siswanya menjadi sangat disiplin dalam proses pembelajaran. Sehingga mereka menekankan pada kedisiplinan semua siswa meskipun sebenarnya siswa berada di bawah tekanan. Mereka meyakini bahwa bahan pelajaran adalah segala-galanya dan siswa dapat menyesuaikan diri pada bahan pembelajaran yang diberikan guru apabila mereka berdisiplin. Bahkan mereka menganggap cara-cara lama dalam mengajar lebih baik daripada cara-cara baru (mereka menganggap berorientasi pada subject matter lebih baik daripada berorientasi kepada siswa/learner centered). Apabila keadaan tersebut yang terjadi, maka supervisor perlu memberikan pemahaman yang mendalam kepada guru tersebut tentang motivasi belajar dan teori belajar yang berdasar kepada prinsip psikologi pembelajaran (instructional psychology). Dengan pemahaman ini diharapkan guru tersebut menyadari bahwa penekanan kepada disiplin yang tinggi di bawah tekanan tidak akan mampu membawa siswa kepada hasil yang maksimal.
D
3. Kategori ketiga adalah guru yang tidak efektif menurut penilaian supervisor, kepala sekolah dan koleganya. Bahkan guru itu sendiri juga merasa bahwa dirinya kurang efektif dalam mengajar. Dengan kata lain guru ini adalah guru yang tahu bahwa dirinya tidak tahu.
164
Profesi Kependidikan
Pada tipe guru yang semacam ini untuk mengembangkannya tidak dapat dilakukan secara drastis, tapi perlu dilakukan dengan langkah-langkah yang tepat. Guru semacam ini sering bertahan dengan cara pengajarannya dan menolak untuk minta bantuan supervisor serta kurang berpartisipasi dalam kelompok kerja guru, karena merasa kurang mampu mengimbangi teman-teman lain. Akibatnya dia sering menekan siswa untuk tunduk pada aturan yang dia buat, atau mereka beralasan bahwa mereka ditempatkan pada kelas yang salah, bidang studi yang tidak cocok dengan dia atau pada sekolah yang salah.
Y
Untuk itu supervisor perlu mulai mengembangkan sikap terbuka dan mau berkomunikasi dengan guru-guru lain secara lebih meluas serta membantu dengan cara menunjukkan berbagai keberhasilan teman-temannya baik keberhasilan dalam melaksanakan pengajaran maupun keberhasilan dalam karier (pengalaman dirinya sendiri atau pengalaman guru lain sebagai hasil pembinaan diri) serta memberikan gagasan-gagasan baru tentang pengajaran dan pembelajaran (presenting ideas menurut konsep Glickman).
M
M U
Problem lain yang perlu mendapatkan prioritas dalam pelayanan supervisi pengajaran adalah yang berkaitan dengan masalah layanan edukatif atau administratif. Jawaban terhadap masalah ini jelas bahwa sebaiknya yang menjadi prioritas bagi supervisor adalah pengembangan dan peningkatan bidang edukatif dalam rangka pelaksanaan proses belajar mengajar yang profesional. Meskipun demikian bukan berarti teknis administratif seperti perencanaan mengajar dan lain-lain tidak penting. Kedua masalah tersebut penting menjadi perhatian, tetapi prioritas pertama harus mengarah kepada peningkatan proses pembelajaran (supervisi akademik).
D
Hal tersebut di atas penting dilakukan sebab hakikat supervisi pengajaran pada dasarnya adalah upaya membantu guru agar lebih efektif dalam melak sanakan proses belajar mengajar. Penekanan pada bidang tertentu (teknis edukatif ini sudah dipertegas oleh berbagai kajian tentang supervisi pendidikan oleh banyak ahli. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa supervisi yang lebih ditekankan pada pelayanan teknis edukatif kepada guru-guru mampu meningkatkan kompetensi guru dan kualitas belajar mengajar. Oleh sebab itu sangat kurang tepat kalau supervisor dalam melaksanakan supervisinya hanya melihat daftar hadir guru, satuan pelajaran atau administrasi kelas lainnya yang bersifat teknis administratif, tanpa dilanjutkan dengan pembinaan proses belajar mengajar, dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat sesuai dengan karakteristik guru yang disupervisi. Bagaimana pendekatan/orientasi supervisi pengajaran yang tepat dan kriteria memilih pendekatan yang tepat sesuai dengan karakteristik guru yang disupervisi akan diuraikan pada bagian tersendiri.
Bab 4 | Supervisi Pendidikan
165
Pemilihan Pendekatan/Orientasi Supervisi Pengajaran yang Digunakan dalam Pembinaan Guru Salah satu problem dalam kegiatan supervisi pengajaran yang langsung menyentuh dan sangat menentukan keberhasilan supervisi pengajaran adalah memilih pendekatan yang digunakan. Hal ini disadari karena selama ini diakui dalam kenyataan praktik penyelenggaraan sekolah, supervisi pengajaran sudah sangat dikenal dan bahkan sudah sering dilakukan di sekolah-sekolah, tetapi belum menampakkan hasil yang optimal. Hal ini sangat mungkin disebabkan oleh karena pelaksanaannya sendiri belum didasarkan oleh suatu konsep dasar dan pendekatan/orientasi yang tepat. Dengan kata lain pelaksanaan supervisi pengajaran yang sering dilakukan belum memperhitungkan situasi, kondisi dan tipe/karakteristik guru yang disupervisi, sehingga sering terjadi semua guru disupervisi dengan cara yang sama. Padahal seharusnya cara dan orientasi supervisi pengajaran harus didasarkan pada karakteristik orang yang disupervisi, sebab dalam dunia ini tidak akan ada dua orang yang sama meskipun mereka saudara kembar (individual deferences). Keadaan ini menumbuhkan pertanyaan seperti: Apakah seorang supervisor harus menggunakan pendekatan direktif, kolaboratif atau pendekatan non direktif dalam melakukan pembinaan terhadap guru.
Y
M
M U
Untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan tersebut berikut ini akan diuraikan macam pendekatan, perilaku supervisor dalam masing-masing pendekatan dan bagaimana memilih pendekatan yang paling cocok sesuai dengan karakteristik guru.
D
Menurut Glickman (l98l), perilaku supervisor dalam proses supervisi pengajaran pada dasarnya digolongkan ke dalam 10 perilaku yaitu: listening, clarifying, encouraging, presenting, problem solving, negotiating, demonstrating, standardization, dan reinforcing. Ke sepuluh perilaku supervisor tersebut akan dijelaskan masing-masing di bawah ini. 1. Mendengarkan (Listening), berarti supervisor mendengarkan segala apa yang diungkapkan oleh guru, baik masalah, kendala, kekuatan maupun kelemahan guru menurut penilaian mereka sendiri dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Untuk itu supervisor harus memiliki kemampuan untuk menyimak semua pembicaraan guru dan membuat rekaman tentang apa yang disampaikan guru tentang dirinya. Dalam hal ini supervisor jangan menginterupsi pembicaraan guru.
166
Supervisor memberikan kebebasan kepada guru untuk mengungkapkan segala sesuatu tentang dirinya dengan segala permasalahan yang dihadapinya khususnya permasalahan yang memengaruhi kinerjanya
Profesi Kependidikan
sebagai guru. Bahkan apabila guru tidak dapat mengungkapkan tentang dirinya, supervisor harus dapat mendorong dan mengarahkan agar guru memiliki keberanian banyak bercerita menurut bahasa dan persepsinya sendiri secara bebas tanpa tekanan apalagi paksaan. Dengan demikian guru akan bercerita apa yang sebenarnya tentang dirinya.
Di sini diperlukan kemampuan supervisor dalam menggali informasi dan memicu munculnya informasi dari guru.
Y
2. Mengklarifikasi (Clarifying), berarti supervisor mempertegas apa yang dikemukakan oleh guru tentang masalah yang dihadapinya dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Mempertegas kembali dalam hal ini adalah merumuskan apa sebenarnya masalah utama/pokok yang dihadapi guru, sebab ada kemungkinan guru tidak tahu atau tidak mengerti apa sebenarnya masalah pokok yang dihadapinya dalam melaksanakan proses belajar mengajar di kelas, misalnya dengan mengajukan pertanyaan “ Apa yang kamu maksudkan dengan sulit memotivasi siswa dalam belajar……?” atau apakah yang bapak/ibu maksudkan dengan kurang perhatian anak dalam belajar itu siswa banyak bicara dengan teman membuat keributan sendiri atau apa....?
M
M U
3. Mendorong (Encouraging), berarti supervisor mendorong guru agar bersedia kembali mengemukakan masalahnya apabila dirasa tidak jelas. Dalam hal ini supervisor dapat mengemukakan dalam bentuk pertanyaanpertanyaan yang bertujuan agar guru mengungkapkan masalahnya secara terbuka. Guru sering mengungkapkan permasalahan yang sifatnya hanya kulit luar dari permasalahan, sehingga bukan masalah sebenarnya. Untuk itu diperlukan kemampuan teknik bertanya dari seorang supervisor.
D
4. Mempresentasikan (Presenting), berarti supervisor menyajikan atau menyampaikan dan mengemukakan pemikiran-pemikirannya tentang strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah atau upaya yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di kelasnya, sehingga dapat meningkatkan mutu hasil belajar siswa.
Dalam kaitan ini diperlukan kemampuan supervisor menyajikan gagasan secara menarik, mudah dipahami, mudah dicerna dan menumbuhkan motivasi bagi guru untuk mengetahui lebih dalam.
5. Memecahkan masalah (Problem Solving), berarti supervisor berupaya memecahkan masalah yang dihadapi oleh guru bersama-sama dengan guru. Peran supervisor lebih diutamakan sebagai pemancing lahirnya alternatif-alternatif pola pemecahan masalah oleh guru sendiri.
Bab 4 | Supervisi Pendidikan
167
Dalam perilaku ini supervisor dituntut untuk dapat bekerja bersama guru merumuskan alternatif-alternatif pemecahan masalah yang strategis dalam mengatasi masalah proses pembelajaran di dalam kelas. Meskipun demikian supervisor tidak boleh memaksakan salah satu alternatif untuk wajib digunakan guru, tetapi semua diserahkan kepada guru untuk memilih strategi alternatif terbaik menurut kemampuan dirinya. Oleh karena itu, guru dan supervisor sebenarnya adalah team work dalam memperbaiki kualitas pembelajaran di sekolah.
Y
6. Bernegosiasi (Negotiating), berarti supervisor membuat kesepakatan pembagian tugas bersama guru, tentang apa dan bagaimana upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah. Kemampuan bernegosiasi memerlukan kemampuan seorang supervisor dalam berbagi peran dalam menjalankan alternatif yang telah disepakati sebelumnya. Dengan demikian, akan jelas apa yang harus dilakukan guru dan apa yang harus dilakukan supervisor dalam memperbaiki proses pembelajaran.
M
M U
7. Mendemonstrasikan (demonstrating), berarti supervisor mendemon strasikan/menunjukkan atau memberi contoh tentang performansi tertentu yang seharusnya dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Banyak guru yang paham tentang prosedur mengajar yang baik, tetapi sering pada saat melaksanakannya menjadi masalah. Oleh sebab itu supervisor harus mampu memberi contoh langsung tentang bagaimana melakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan, model, strategi atau metode yang kreatif dan inovatif. Di sini menuntut kemampuan dan keterampilan guru memberikan contoh mengajar yang baik dengan berbagai strategi pembelajarannya.
D
8. Mengarahkan (Directing), berarti supervisor memberikan arah secara pasti tentang apa dan bagaimana seharusnya guru. Sebagai tindak lanjut dari contoh langsung selanjutnya supervisor dapat meminta guru untuk melakukan seperti yang dicontohkan oleh supervsior, sementara supervisor melakukan pengamatan dan memberi arahan untuk menyempurnakan penampilan guru yang mencoba melakukan sebagaimana dicontohkan oleh supervisor. 9. Membuat standar (Standardization), berarti supervisor membuat standar tertentu yang sebaiknya dilakukan dalam proses belajar mengajar atau mengadakan penyesuaian bentuk pengajaran bersama-sama guru. Misalnya sesuai kesepakatan kita hari ini, maka minggu depan saya ingin
168
Profesi Kependidikan
melihat bapak/ibu dalam mengajar minimal menggunakan alat bantu pengajaran yang dibuat oleh guru dari barang bekas. Atau supervisor minta kepada guru minggu depan saya ingin melihat bapak/ibu mengajar menggunakan 3 (tiga) model gabungan pendekatan kolaboratif yang dapat memicu kreativitas dan inovasi siswa. 10. Memberi penguatan (Reinforcing) kepada orang yang disupervisi. Ini berarti supervisor menggambarkan kondisi-kondisi yang menguntungkan bagi guru kalau dia dapat melaksanakan proses pembelajaran secara baik, atau memberikan pujian-pujian, harapan promosi dan sebagainya. Supervisor dalam memberikan penguatan harus berdasarkan kenyataan, bukan sesuatu yang dibuat-buat untuk menyenangkan hati guru.
Y
M
Kesepuluh perilaku tersebut selanjutnya digolong-golongkan sehingga diperoleh 3 (tiga) macam orientasi perilaku/pendekatan dalam supervisi pengajaran, yaitu:
M U
1. Orientasi/Pendekatan Directive
Dalam orientasi ini seorang supervisor apabila melihat guru menghadapi masalah, maka dia langsung memberikan arahan kepada permasalahan yang dihadapi oleh guru. Beberapa supervisor merasa dan menganggap peranannya sebagai pemberi arahan secara jelas dan konkret tentang materi, isi dan teknik serta strategi belajar mengajar kepada guru-guru tanpa membedakan karakter guru dan kematangannya. Supervisor yang demikian beranggapan bahwa guru adalah orang yang belajar dan dalam proses pertumbuhan profesinya. Dengan demikian, guru memerlukan berbagai informasi, pengetahuan dan lain-lain tentang tugasnya dalam melaksanakan proses belajar mengajar dari orang lain (dalam hal ini supervisor). Asumsi ini mendasari keyakinan supervisor bahwa guru tidak akan berkembang dan tumbuh pengetahuannya apabila tidak diberi secara langsung informasi yang terkait dengan tugasnya (asumsi ini mirip dengan teori X yang menyatakan bahwa manusia pada dasarnya malas, karena itu harus dipacu langsung untuk dapat bertumbuh. Dengan asumsi inilah maka perilaku supervisor menggunakan pendekatan direktif, ditunjukkan dengan indikator perlaku yang ditunjukkannya dalam supervisi adalah: klarifikasi (menjelaskan), menyajikan (presenting), mengarahkan (directing), mendemonstrasikan (demonstrating), menstandardisasi dan penguatan (reinforcing).
D
Apabila supervisor menggunakan orientasi ini dalam melaksanakan supervisi pengajaran, maka aplikasinya adalah sebagai berikut:
Bab 4 | Supervisi Pendidikan
169
a. Pada saat pertemuan awal supervisor mengklarifikasi masalahmasalah yang dihadapi guru sambil bertanya kepada guru untuk mengonfirmasi dan revisi. Di samping itu, supervisor mempresentasikan gagasannya serta pemikirannya tentang permasalahan. b. Supervisor mengadakan pengamatan untuk mengetahui kondisi sebenarnya dan untuk memperoleh data-data. c.
Y
Setelah data terkumpul dan dianalisis, supervisor mendemonstrasikan perilaku pengajaran yang tepat. Pada saat ini juga supervisor menetapkan standar pencapaian serta penguatan baik dalam bentuk insentif maupun sosial.
M
2. Orientasi Collaborative
Seperti diuraikan pada bagian terdahulu bahwa pendekatan kolaboratif merupakan pendekatan moderat yang berada di tengah-tengah perilaku direktif dengan pendekatan non direktif. Asumsi yang mendasari pendekatan ini adalah keyakinan bahwa guru dan supervisor memiliki peran penting dalam memecahkan masalah dan guru pada dasarnya memiliki potensi untuk memecahkan masalahnya secara mandiri apabila dibantu bersama-sama dengan orang lain dalam hal ini supervisor.
Seorang supervisor yang menggunakan pendekatan ini dapat dilihat dari perilakunya sebagai berikut: mendengarkan (listening), mempresentasikan (presenti ng), pemecahan masalah (problem solving) dan negos iasi (negotiating).
Hasil akhir dari proses supervisi dalam pendekatan ini adalah kontrak kerja antara supervisor dengan guru (orang yang disupervisi).
Dalam aplikasinya orientasi ini tampak sekali bahwa peranan supervisor dan guru sama kuat. Setidaknya ada empat perilaku yang menonjol:
M U
D
a. Supervisor mendengarkan masalah-masalah yang dikemukakan oleh guru, sehingga dapat dipahami secara utuh semua permasalahan beserta aspek-aspek masalahnya oleh supervisor. b. Supervisor mempresentasikan alternatif-alternatif pemecahan masalah untuk dipadukan dengan alternatif-alternatif pemecahan masalah menurut perspektif guru itu sendiri. c. Guru dan supervisor memecahkan masalah secara bersama-sama. Dalam hal ini supervisor dan guru membahas bersama alternatif pemecahan masalah dan menentukan alternatif yang terbaik.
170
Profesi Kependidikan
d. Supervisor bersama-sama guru bernegosiasi untuk bagi tugas dalam rangka mengimplimentasikan alternatif pemecahan masalah yang terpilih. 3. Orientasi Non Directive
Asumsi yang mendasari orientasi ini adalah psikologi humanistik, yaitu belajar itu merupakan keinginan individu untuk menemukan rasionalitas. Oleh sebab itu, guru-guru diasumsikan mampu menganalisis dan memecahkan masalahnya sendiri dalam proses belajar mengajar. Peran supervisor di sini hanya sebagai fasilitator dengan sedikit memberikan pengarahan kepada guru-guru. Oleh karena itu, supervisor harus tahu kedudukannya secara informal. Ia harus mengurangi cara-cara yang bersifat struktural dan birokratis. Supervisor dalam hal ini berasumsi bahwa peranannya sebagai pelayan dan pembantu guru untuk mengajar lebih efektif beranggapan bahwa guru-guru lebih dewasa dan mampu menganalisis segala permasalahan yang dihadapinya dalam proses belajar mengajar. Supervisor dalam sisi ini mempunyai asumsi bahwa:
Y
M
M U
a. Pengawasan terhadap situasi tergantung pada tuntutan dari problem. b. Keahlian adalah fungsi dari pengetahuan dan pengalaman bukan karena kedudukan/posisi dalam organisasi. c. Produk dari pekerjaan guru dapat dievaluasi secara baik dengan menggunakan alat pengukuran performansi.
D
d. Seorang dapat belajar dengan baik apabila dihadapkan dengan situasi tertentu dan dengan bantuan seperlunya, mereka menemukan sendiri pemecahannya. e. Guru sangat memerlukan perasaan untuk didengarkan dan dipahami pendapat dan perasaan, serta masalah dan keluhannya. f. Pengajaran adalah proses yang kompleks dan pekerjaan yang baik untuk seseorang belum tentu baik bagi yang lain, oleh sebab itu diperlukan gambaran sendiri oleh guru tentang problem dan solusinya. (Oliva, 1984). Hal tersebut di atas tidak berarti supervisor harus pasif dan guru mempunyai hak yang tanpa batas dalam melaksanakan proses pembelajaran, tetapi supervisor juga memiliki peran penting dalam membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi guru. Keaktifan supervisor tampak dari perilakuperilaku sebagai berikut:
Bab 4 | Supervisi Pendidikan
171
1. Supervisor mendengarkan problema yang dihadapi guru dan menunjukkan empati kepada guru melalui senyuman, anggukan kepala, pernyataan yang mendukung dan lain-lain. 2. Supervisor mendorong (encourages) dan memberanikan guru-guru untuk menganalisis problema-problemanya. Misalnya dengan kata-kata silakan, apalagi, teruskan ceritanya, bagus, oh ya dan sebagainya.
Y
3. Supervisor menjelaskan (clarifies) problem guru tersebut melalui uraian bagian-bagian dan pertanyaan, misalnya: Menurut pendapat Anda apakah rendahnya hasil belajar murid disebabkan mereka bosan dalam belajar?, atau karena motivasi belajar rendah atau kurang gizi dan lain pertanyaan yang bertujuan untuk memperjelas apa sebenarnya akar permasalahan yang dihadapi guru, berdasarkan ungkapan-ungkapan guru.
M
4. Bila guru bertanya tentang alternatif maka supervisor memberikan saran dengan alternatif. Ini berarti supervisor menyajikan gagasan pemikirannya (presenting).
M U
5. Supervisor menanyakan kepada guru tentang rencana yang perlu dilakukan untuk mengatasi problemanya dalam proses belajar mengajar, misalnya: Apa yang akan Anda lakukan untuk mengatasi masalah yang Anda hadapi….? Apa yang dapat saya laksanakan untuk membantu anda?. Atau apa yang dapat saya bantu untuk mengatasi masalah anda?
D
Demikian beberapa orientasi/pendekatan dan perilaku supervisor pada masing-masing pendekatan. Pertanyaan yang muncul setelah kita mempelajari dan menghayati masing-masing pendekatan tersebut adalah: pendekatan/ orientasi mana yang paling tepat digunakan dalam proses supervisi pengajaran. Untuk menjawab hal ini berikut ini akan dikemukakan beberapa kriteria dalam memilih pendekatan yang tepat.
Kriteria Memilih Pendekatan Supervisi Pengajaran Sebenarnya apabila semua guru sama (karakter dan kemampuannya) tentu akan mudah untuk menentukan pendekatan supervisi pengajaran yang efektif. Namun kenyataannya, beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi guru-guru dan perilaku guru apalagi karakter dan sikap guru adalah tidak sama. Blumberg (1974) menemukan ada sekelompok guru yang memiliki persepsi yang positif terhadap orientasi supervisi kolaboratif, tetapi kelompok guru yang lain justru sangat positif terhadap orientasi yang non direktif. Sementara Harris (l975) menemukan guru-guru merespons secara
172
Profesi Kependidikan
positif terhadap orientasi yang direktif. Zin (1977) menemukan bahwa 35% guru memilih cara klinis, 46% guru memilih cara perilaku dan 19% memilih model kesehatan mental. Sementara Mantja menemukan bahwa guru lebih menyukai terbukanya kesempatan mengungkapkan gagasan dan menanggapi balikan. Guru tidak menyukai apabila hanya menerima balikan begitu saja. Ini berarti supervisi kolaboratif dan non direktif lebih disukai oleh guru-guru. Sebenarnya tidak ada satupun orientasi perilaku supervisi yang paling efektif untuk semua guru. hal ini sangat tergantung oleh karakteristik guru, seperti tingkat kemampuan, kebutuhan, kematangan profesional dan karakteristik personal lainnya. Sementara itu Glickman (l98l) menyebutkan ada dua aspek yang perlu dipertimbangkan oleh seorang supervisor dalam menentukan orientasi/pendekatan yang akan digunakan yaitu tinggi rendahnya tingkat: komitmen kerja guru (teacher’s commitment) dan kemampuan berpikir abstrak (level of abtracting thinking)
Y
M
Adapun ciri-ciri guru yang memiliki komitmen yang tinggi atau rendah dapat diidentifikasi dari perilaku yang ditunjukkan oleh guru sebagai berikut:
M U
Tingkat Komitmen (level of commitment) Rendah
Tinggi
Sedikit perhatian terhadap murid Tinggi perhatian terhadap murid Sedikit waktu dan tenaga yang dikeluarkan Banyak waktu dan tenaga yang dikeluarkan Perhatian utama adalah mempertahankan Bekerja sebanyak mungkin untuk orang lain/staf apa yang ada
D
Sedangkan ciri guru-guru yang mempunyai abstraksi yang tinggi atau rendah dapat diidentifikasi dari ciri-ciri perilaku sebagai berikut: Abstraksi (level of abstraction thinking) Rendah
Tinggi
Bingung menghadapi masalah
Bisa memikirkan masalah dari berbagai segi/ perspektif
Tidak tahu apa yang dapat dilakukan
Dapat membuat banyak alternatif perencanaan
Selalu tampak tidak mampu, dengan berkata Bisa memilih satu alternatif dan memikirkan seperti tolonglah saya… langkah-langkahnya secara tepat Hanya mempunyai satu respons terhadap Biasa terhadap masalah, karena selalu memiliki masalah solusi terbaik
Berdasarkan ciri-ciri tersebut maka guru dapat digolongkan dalam 4 (empat) kategori sebagai berikut:
Bab 4 | Supervisi Pendidikan
173
ABSTRAKSI TINGGI Kuadran III Analytical Observer RENDAH
Kuadran IV Profesional KOMITMEN
Kuadran I Droup Out Teachers
TINGGI
Y
Kuadran II Unfocused Teachers
M
ABSTRAKSI RENDAH
Tipe guru yang berada pada kuadran 1 (drop out teachers) adalah mereka yang mempunyai komitmen rendah dan abstraksi rendah. Ia termasuk guru yang tidak bermutu karena hanya melakukan tugas rutin tanpa tanggung jawab dan perhatiannya hanya sekadar untuk mempertahankan pekerjaannya yang ada. Hal itu dia lakukan sekadar untuk mempertahankan pekerjaan agar tidak diberhentikan.
M U
Dia memiliki sedikit sekali motivasi untuk meningkatkan kompetensinya. Ia tidak tertarik untuk memikirkan perubahan yang perlu dibuat dan hanya puas dengan melaksanakan tugas rutin, meskipun orang sedang melakukan perubahan besar-besaran dalam dunia pendidikan dan pembelajaran, guru droup out ini hanya mengerjakan apa yang telah dia lakukan selama ini tanpa ada upaya perbaikan apalagi pembaruan. Dia tidak merasa perlu adanya perkembangan atau usaha peningkatan personal maupun profesional.
D
Tipe guru yang berada pada kuadran 2 (unfocused teachers) adalah guru yang mempunyai komitmen yang tinggi, tapi rendah abstraksinya. Dia merupakan guru yang antusias dan penuh perhatian dan bekerja keras, berdisiplin dalam bekerja serta semangat yang tinggi. Tetapi dia merupakan guru yang tidak memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapai dalam proses pembelajaran apalagi untuk memecahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan tugasnya, baik masalah yang dihadapi siswanya dalam belajar maupun yang dihadapinya sendiri dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Kalau ada masalah yang dihadapinya dalam melaksanakan pembelajaran, guru semacam ini akan kebingungan bagaimana menyelesaikannya dan harus berbuat apa. Untuk itu dia cenderung mencari orang lain untuk membantu menyelesaikan masalahnya. Akibatnya
174
Profesi Kependidikan
guru semacam ini jarang sekali menyelesaikan suatu tugas dan usaha peningka tan belajar mengajar secara tuntas. Tipe guru yang berada pada kuadran 3 (analytical observers) yaitu guru yang memiliki komitmen rendah terhadap tugas, tetapi guru ini memiliki abstraksi tinggi. Dia merupakan guru yang inteligen (pintar, cerdas) mampu memberikan gagasan, pemikiran dan ide-idenya yang baik, yang dapat dilakukan dalam kelas atau sekolah secara keseluruhan untuk keberhasilan sekolah. Tetapi dia tidak memiliki kemauan dan tidak memiliki kemampuan untuk melakukan atau mengaplikasikan gagasannya dalam proses pembelajaran yang dia lakukan sendiri. Dia tahu apa yang seharusnya ia kerjakan untuk peningkatan proses belajar mengajar, tetapi tidak bersedia mengorbankan waktunya, energi dan perhatiannya khusus untuk melakukan tugasnya tersebut. Tipe guru yang tergolong analytical observer ini sering memberikan kritik yang tajam terhadap apa kebijakan kepala sekolah tentang sekolah atau tentang proses pembelajaran secara kritis dan sering secara terbuka. Di samping itu juga dia sering memberikan analisis dan kritik yang tajam kepada guru lain dalam melaksanakan proses pembelajaran yang menurut dia belum baik dan mungkin strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru lain tidak akan meningkatkan hasil belajar secara optimal. Tetapi dia hanya pintar memberikan analisis dan kritik saja, pada bidang tugasnya sendiri hal tersebut tidak dapat dia lakukan seperti apa yang dia katakan tersebut. Dengan kata lain dia hanya pintar mengkritik tetapi tidak mampu bekerja. Guru semacam ini sangat sering kita jumpai dalam kehidupan sekolah sehari-hari.
Y
M
M U
D
Guru pada kategori ini juga termasuk guru yang gagal dalam melaksanakan pembelajaran, meskipun dia mampu memberikan analisis yang tajam dan kritis serta mampu melihat kesalahan orang lain dalam melaksanakan proses pembelajaran, tetapi kalau dia diminta untuk melakukan pembelajaran seperti yang dia katakan ternyata dia juga gagal. Tipe guru yang berada pada kuadran 4 (profesional teachers) yaitu guru yang mempunyai komitmen yang tinggi dan abstraksi yang tinggi. Guru tipe ini disiplin, energik, antusias dalam melaksanakan tugas. Dia aktif secara kontinu meningkatkan dirinya, siswanya bahkan membantu orang lain. Disamping itu dia juga dapat memikirkan tentang tugas, mengidentifikasi masalah dalam pembelajaran, menganalisis masalah serta mempertimbangkan alternatif, membuat pilihan yang rasional dalam menyelesaikan masalah pembelajaran yang dihadapinya. Hal lain yang juga tampak dari guru profesional ini adalah kemampuan yang tinggi dalam mengembangkan rencana tindakannya dalam proses pembelajaran dengan mempertimbangkan berbagai hal sehingga dapat menghasilkan siswa yang berprestasi.
Bab 4 | Supervisi Pendidikan
175
Guru pada tipe kuadran 4 ini selalu berusaha mengajak siswanya maupun teman sejawatnya untuk menunaikan tugas kewajibannya dalam merencanakan berbagai alternatif, membuat program yang rasional serta melaksanakan kegiatan secara efektif. Dia tidak hanya mampu mencetuskan ide-ide, aktivitas maupun sarana penunjang, tetapi ia juga terlihat secara aktif dalam melaksanakan suatu rencana sampai selesai. Guru yang masuk dalam tipe kategri IV (profesional) ini pada dasarnya adalah seorang guru pemikir dan sekaligus sebagai pelaksana (he is thinker and doer).
Y
Dari penjelasan tentang kriteria untuk menentukan pendekatan yang tepat tersebut di atas, kita akan dapat menjawab pertanyaan tentang pendekatan mana yang paling baik dalam supervisi pengajaran. Sebab mencocokkan pendekatan yang tepat adalah berdasarkan kategori guru sebagaimana yang diuraikan pada bagian di atas. Pendekatan supervisi yang cocok bagi supervisor berdasarkan kategori guru di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
M
1. Untuk guru yang berada pada tipe kuadran 1 yaitu guru yang memiliki komitmen rendah dan rendah abstraksi (teacher’s drop out) maka pendekatan yang paling disarankan untuk digunakan oleh supervisor dalam membina guru semacam ini adalah pendekatan direktif. Dalam menerapkan pendekatan direktif maka perilaku supervisor ditunjukkan dengan 5 (lima) macam perilaku yaitu:
M U
Mengklarifikasi masalah-masalah yang dihadapi guru baik melalui pertemuan awal maupun melalui observasi kelas.
D
Mempresentasikan, menyajikan atau mengemukakan pemikiranpemikiran, persepsi atau pendapat supervisor tentang ide-ide pemecahan masalah yang dihadapi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Mendemonstrasikan atau memberikan contoh dengan praktik langsung di hadapan guru-guru bagaimana cara melakukan pembelajaran yang baik untuk pemecahan masalah yang harus dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru yang profesional. Menetapkan standar pelaksanaan tugas dan pemecahan masalah. Supervisor harus sudah memiliki standar untuk disampaikan kepada guru-guru yang dibinanya. Memberikan reinforcement kepada guru agar ia melaksanakan tugas yang diberikan dengan baik dan benar. 2. Untuk guru yang berada pada tipe kuadran 2 yaitu: guru yang abstraksinya rendah, tetapi komitmennya tinggi (Unfocused worker) pendekatan yang
176
Profesi Kependidikan
paling disarankan untuk digunakan oleh supervisor pada saat membina guru dalam kategori unfocused worker adalah kolaboratif dengan penekanan pada penyajian gagasan dari supervisor (Collaboratif orientation with emphasis on presenting supervisor ideas). Mengapa hal ini perlu dilakukan karena pada kategori ini guru sudah komitmen tetapi abstraksinya yang rendah, sehingga mereka perlu diberikan wawasan dan pengetahuan yang luas tentang apa dan bagaimana kegiatan pembelajaran yang efektif di dalam kelas.
Y
3. Untuk tipe guru yang berada pada kuadran 3, yaitu guru yang memiliki abstraksi tinggi tetapi memiliki komitmen yang rendah (analytical observer). Untuk guru yang termasuk dalam kategori ini maka kepada supervisor yang membinanya disarankan untuk menggunakan pendekatan/orientasi kolaboratif dengan penekanan pada negosiasi (collaboratif orientation with emphasis on negotiating). Mengapa hal ini dilakukan karena kita ketahui guru dalam kategori ini memiliki kecerdasan yang bagus, banyak gagasan yang dia miliki dan dia kritis dalam menganalisis perilaku pembelajaran di dalam kelas. Yang dibutuhkan bagi guru semacam ini adalah negosiasi supervisor dengan guru untuk membuat keputusan bersama apa dan bagaimana melakukan perbaikan dalam pembelajaran.
M
M U
Pada kelompok guru yang berada pada kuadran 2 dan kuadran 3, tampak sama-sama menggunakan pendekatan kolaboratif, yang berbeda hanya pada penekanan perilaku tertentu. Dalam menerapkan pendakatan Kolaboratif ini, maka perilaku supervisor tergambar dalam 4 (empat) macam perilaku pokok yaitu:
D
Mendengarkan masalah-masalah yang dikemukakan oleh guru, sehingga bisa dipahami secara utuh, lengkap dan akurat. Mempresentasikan, menyajikan atau mengemukakan pemikiranpemikiran, persepsi atau pendapat supervisor tentang ide-ide pemecahan masalah yang dihadapi guru dari supervisor selanjutnya dipadukan dengan ide-ide, gagasan dan alternatif pemecahan masalah yang diungkapkan oleh guru. Memecahkan masalah, dalam hal ini supervisor bersama-sama guru membahas alternatif-alternatif pemecahan masalah dan menentukan alternatif terbaik untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dalam melaksanakan proses belajar mengajar di kelas. Negotiating, yaitu supervisor bersama guru mengadakan negosiasi untuk membagi tugas dalam rangka mengimplementasikan alternatif pemecahan masalah yang terpilih pada perilaku pemecahan masalah.
Bab 4 | Supervisi Pendidikan
177
4. Untuk guru yang berada pada kuadran 4 yaitu guru yang memiliki komitmen dan abstraksi tinggi (professionals), maka orientasi/pendekatan yang paling tepat adalah non-direktif.
Dalam menerapkan pendekatan non-direktif ini, maka perilaku supervisor hanya mengarahkan guru untuk memahami dan memecahkan masalahnya sendiri. Dalam pendekatan ini guru bertindak sebagai penentu tentang tindakan-tindakan yang akan dilakukan pada pembelajaran yang akan dilaksanakannya di masa yang akan datang. Gurulah yang harus merencanakan segala sesuatunya yang berhubungan dengan apa yang akan dilakukannya. Secara aplikatif beberapa perilaku supervisor dalam pendekatan ini adalah sebagai berikut:
Y
M
1) Supervisor mendengarkan dan mendiskusikan aspek-aspek pengajaran yang menjadi perhatian guru.
2) Supervisor mendorong guru agar mengemukakan permasalahannya
M U
3) Supervisor mengklarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaanpertanyaan kepada guru.
4) Apabila guru bertanya tentang pemecahannya, maka supervisor mempresentasikan gagasannya tentang pemecahan masalah belajar dan pembelajaran. 5) Supervisor bertanya kepada guru mengenai pemecahan yang akan dilakukan oleh guru.
D
Perlu ditekankan di sini bahwa tidak ada satu pendekatan, orientasi perilaku supervisor yang paling baik dan paling cocok untuk semua guru. Baik tidaknya, cocok tidaknya perilaku yang dipilih supervisor dalam membina guru melalui supervisi sangat ditentukan oleh karakteristik guru yang dihadapi oleh supervisor. Karakteristik tersebut seperti diuraikan pada bagian terdahulu adalah sesuai dengan kuadran guru, dengan kata lain pada beberapa referensi pendekatan supervisi yang paling tepat adalah pendekatan yang sesuai dengan tingkat kematangan guru yang disupervisi.
178
Profesi Kependidikan
BAB
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
Y
M
M U
A. Latar Belakang
5
Pendidikan mempunyai peranan strategis dan memberikan kontribusi yang sangat besar dalam mengembangkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Melalui proses pendidikan yang tepat dan berkualitas, maka suatu bangsa akan mempunyai sumber daya manusia yang memiliki keahlian, terampil, kreatif, inovatif dan produktif yang didasari oleh keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kualitas manusia yang demikian sangat diperlukan dalam era global dan era desentralisasi sekarang sehingga SDM suatu daerah dapat membangun daerahnya sendiri dan bersaing secara nasional dan global.
D
Pada era globalisasi dan era informasi dengan tingkat persaingan yang sangat ketat ini maka pembangunan bidang pendidikan, mutlak harus terusmenerus ditingkatkan dan disempurnakan baik kualitas tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana serta lebih-lebih penyempurnaan yang berkaitan dengan sistem penyelenggaraan pendidikannya, khususnya manajemen dan penyelenggaraan proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Dengan demikian diharapkan program pendidikan dan program pembelajaran di tingkat sekolah senantiasa dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan pembangunan manusia Indonesia.
Bab 5 | Manajemen Berbasis Sekolah
179
Berbagai upaya peningkatan dan perbaikan sistem dan peningkatan mutu telah banyak dilakukan oleh pemerintah termasuk peningkatan anggaran pendidikan baik APBN maupun APBD dengan kewajiban mengalokasikan anggaran sebesar 20%. Tetapi apabila kita amati kondisi pendidikan kita pendidikan masih dihadapkan kepada berbagai permasalahan antara lain yang paling krusial adalah rendahnya mutu pendidikan dan hasil belajar siswa, sehingga menimbulkan pertanyaan apa yang salah dalam penyelenggaraan pendidikan?. Dari berbagai kajian tentang hal tersebut, paling tidak ditemukan beberapa faktor penyebab yaitu:
Y
1. Lembaga pendidikan lebih cenderung menganut pendekatan produksi. Pendidikan nasional masih mengarah pada pendekatan produksi bukan proses. Akibatnya yang menjadi perhatian utama adalah aspek-aspek yang membuat produk berkualitas tanpa melihat proses yang terjadi untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Padahal di sadari tidak ada produk berkualitas tanpa proses yang berkualitas. Proses berkualitas dalam dunia pendidikan berbeda dengan proses dalam dunia usaha.
M
M U
2. Penyelenggaraan pendidikan lebih cenderung diselenggarakan secara birokratis sentralistik, meskipun sudah berada dalam era otonomi daerah. Ada kecenderungan di daerah sampai tgingkat sekolah selalu menunggu arahan pusat atau kebijakan pusat, tanpa dipahami sesuai atau tidak sesuai dengan kebutuhan sekolah pada saat itu. Akibatnya sering kebijakan yang seragam secara nasional tidak dapat dilaksanakan di tingkat daerah lebih-lebih di tingkat sekolah. Hal tersebut sering terjadi seperti bantuan untuk sekolah justru tidak tepat dengan kebutuhan sekolah.
D
3. Minimnya peran serta masyarakat sekolah seperti guru, orangtua murid dan masyarakat lainnya dalam menentukan kebijakan sekolah, akibatnya mereka kurang merasa memiliki dan tanggung jawab dalam membina serta memelihara sekolah, meskipun disana terdapat anaknya sedang mengikuti proses pendidikan. Sikap masyarakat yang menyerahkan sepenuhnya putra-putri mereka ke sekolah secara mutlak menjadi salah satu faktor yang turut berpengaruh terhadap mutu pendidikan. Dari kenyataan tersebut tampak bahwa terdapat beberapa komponen yang terkait dalam penyelenggaraan pendidikan dan perlu penyempurnaan sistem sebagai upaya untuk meningkatkan mutu lulusan suatu sekolah antara lain adalah adanya manajemen sekolah yang baik (pengembangan sekolah dengan otonomi yang tinggi, serta program yang sesuai dengan kebutuhan), sarana pra sarana yang memadai, peserta didik dan tenaga pendidik yang profesional
180
Profesi Kependidikan
berdedikasi tinggi serta memiliki keterampilan yang baik dalam melakukan pengelolaan proses pembelajaran di kelas. Salah satu kebijakan nasional dan kebijakan daerah dalam penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan sebagai upaya perbaikan penyelenggaraan pendidikan adalah perbaikan manajemen yaitu manajemen peningkatan mutu yang berbasis pada pemerintah pusat, menjadi kebijakan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah yang selanjutnya dikenal dengan manajemen berbasis sekolah (MBS). Manajemen berbasis sekolah sebagai kebijakan memiliki landasan yuridis yang sangat kuat, karena kewajiban mengimplementasikan MBS di tingkat satuan pendidikan adalah amanat Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 51 ayat 1 yang berbunyi “pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar layanan minimal dengan prinsip Manajemen Berbasis Sekolah”.
Y
M
Manajemen berbasis sekolah pada dasarnya adalah suatu model penyelenggaraan pendidikan yang memberikan otonomi luas kepada sekolah untuk mengembangkan program pengembangan sekolah (School Development) berdasarkan kebutuhan nyata sekolah, serta memberdayakan sekolah secara lebih optimal sesuai dengan potensi sekolah masing-masing, sehingga diharapkan sekolah akan lebih cepat dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolahnya masing-masing.
M U
Keberhasilan Manajemen berbasis Sekolah dalam meningkatkan mutu lulusannya, pada dasarnya masih ditentukan oleh berbagai faktor baik faktor struktural maupun non struktural. Faktor struktural mencakup: komitmen politik pemerintah daerah dan peran pemerintah kabupaten dan kota (Dinas Pendidikan) dalam penataan dan pembinaan kelembagaan, peraturan pemerintah daerah tentang pendidikan, kemampuan pemerintah daerah dalam mengakomodasi aspirasi masyarakat daerah akan pendidikan, kurikulum dan keuangan sekolah (anggaran belanja yang tersedia untuk pendidikan). Faktor struktural ini pada dasarnya adalah kemauan politik pimpinan daerah terhadap pendidikan, semakin tinggi komitmen politik pemerintah daerah terhadap pendidikan semakin besar kemungkinan MBS memberikan kontribusi bagi perbaikan dan peningkatan mutu.
D
Sedangkan faktor non strukural mencakup: tersedianya anggaran sekolah, sarana dan pra sarana sekolah, kelembagaan sekolah, manajemen sekolah dan manajemen kepala sekolah, SDM sekolah yang tersedia (termasuk kualitas SDM yang ada), partisipasi orangtua siswa dan masyarakat lingkungan sekolah, pelaksanaan proses pembelajaran serta kultur masyarakat lingkungan sekolah.
Bab 5 | Manajemen Berbasis Sekolah
181
Sejalan dengan hal tersebut, maka bagaimana kapasitas sekolah dalam melaksanakan peningkatan mutu dengan manajemen berbasis sekolah harus terus-menerus mendapatkan pembinaan dari berbagai pihak yang terkait. Tetapi disadari manajemen berbasis sekolah sebagai pendekatan yang masih baru belum mendapat persepsi yang sama dari semua sekolah dan komponen sekolah lainnya. Untuk itu diperlukan upaya sosialisasi yang intensif kepada semua pihak yang terkait dan penyelenggara sekolah. Salah satu upaya sosialisasi yang harus dilakukan adalah memberikan panduan tentang apa dan bagaimana mengimplementasikan manajemen berbasis sekolah kepada semua sekolah.
Y
Dengan demikian diharapkan semua komponen yang terkait dengan penyelenggaraan manajemen berbasis sekolah akan memiliki persepsi, bahasa dan tindakan yang sama tentang penyelenggaraan manajemen berbasis sekolah di tingkat sekolah.
M U
M
B. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah Pengertian
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada dasarnya merupakan strategi untuk mencapai sekolah yang efektif, karena itu MBS bukanlah tujuan akhir tetapi merupakan sarana dan strategi untuk mencapai tujuan.
D
MBS adalah suatu konsep di mana kekuasaan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pendidikan diletakkan pada tempat yang paling dekat dengan terjadinya proses pembelajaran, dalam hal ini berarti sekolah. Jadi MBS pada hakikatnya adalah kewenangan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan sekolah diberikan kepada sekolah itu sendiri. Hal ini sangat penting karena yang paling memahami dan paling mengerti secara detail dan komprehensif tentang sekolah adalah sekolah itu sendiri. Oleh sebab itu, apa yang harus dikembangkan oleh sekolah dan aspek apa yang harus diperkuat untuk meningkatkan mutu sekolah adalah sekolah itu sendiri. Manajemen berbasis sekolah merupakan bentuk alternatif pengelolaan sekolah dalam rangka desentralisasi pendidikan yang ditandai adanya kewenangan pengambilan keputusan yang lebih luas di tingkat sekolah, serta partisipasi masyarakat yang relatif tinggi dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Kondisi ini menuntut sekolah harus memiliki kepekaan dan kecermatan dalam mengidientifikasi tentang berbagai hal yang menjadi kekuatan dan kelemahan sekolah serta berbagai aspek yang perlu peningkatan.
182
Profesi Kependidikan
Dalam konteks sekolah maka Manajemen Berbasis Sekolah pada dasarnya mengembangkan manajemen sekolah secara menyeluruh dengan penekanan pada komponen-komponen tertentu. Manajemen berbasis sekolah yang sudah diimplementasikan sejak tahun 1999 diprioritaskan pada tiga (3) pilar yaitu Manajemen, PAKEM, dan Peran Serta Masyarakat. Sejalan dengan Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, maka pelaksanaan MBS dikembangkan menjadi tujuh (7) komponen, yaitu: (1)kurikulum dan kegiatan pembelajaran, (2) peserta didik, (3) pendidik dan tenaga kependidikan serta pengembangannya, (4) sarana dan prasarana, (5) keuangan dan pembiayaan, (6) hubungan sekolah dan masyarakat, dan (7) budaya dan lingkungan sekolah.
Y
M
Tujuan dan Manfaat
Implementasi manajemen berbasis sekolah, pada dasarnya bertujuan untuk memberdayakan sekolah secara optimal dalam pengelolaan dan pengembangan sekolah. Secara khusus penerapan Manajemen Berbasis Sekolah ini bertujuan untuk:
M U
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia, baik sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya. Sekolah tentunya sangat paham dengan situasi, kondisi serta potensi yang dia miliki secara pasti. Oleh sebab itu, dalam pengembangan sekolah maka sekolah akan memiliki kemampuan untuk mendayagunakan berbagai sumber yang dimilikinya secara optimal. Apabila hal ini dapat dilakukan oleh sekolah maka sekolah akan dapat meningkatkan mutu sekolah.
D
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama semua warga sekolah.
Sekolah yang mengimplementasikan manajemen berbasis sekolah sudah menjadi kewajiban baginya untuk melibatkan semua warga sekolah dalam berbagai aktivitas hingga kegiatan yang menyangkut pengambilan keputusan sekolah. Dengan keterlibatan semua warga sekolah dalam ikut serta mengambil keputusan tentang berbagai hal untuk kemajuan sekolah, maka mereka akan merasa bertanggung jawab terhadap pelaksanaan keputusan tersebut. Hal ini akan mengurangi kegelisahan bahkan protes atau penolakan mereka terhadap kebijakan sekolah.
3. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orangtua murid, masyarakat, pemerintah dan unsur lainnya tentang mutu pelayanan di sekolah serta mutu sekolah itu sendiri. Bab 5 | Manajemen Berbasis Sekolah
183
4. Meningkatkan suasana kompetisi yang sehat dan positif antarsekolah tentang penyelenggaraan sekolah yang bermutu dan mutu sekolah yang dapat dicapai oleh masing-masing sekolah. Sedangkan manfaat yang akan diperoleh oleh lembaga pendidikan/sekolah dengan diimplementasikannya pendekatan manajemen berbasis sekolah adalah sebagai berikut:
Y
1. Keleluasaan pengambilan keputusan pada tingkat sekolah dimaksudkan agar sekolah dapat mengoptimalkan pengelolaan sumber daya dengan mengalokasikannya sesuai prioritas program serta kebutuhan sekolahnya masing-masing.
M
2. Manajemen berbasis sekolah mengupayakan penyelenggaraan sekolah, khususnya pelayanan pembelajaran yang lebih baik dan bermutu bagi siswa. 3. Memberikan kesempatan bagi sekolah meningkatkan kinerja staf secara optimal dan fleksibel.
M U
4. Meningkatkan pemahaman masyarakat secara lebih mendalam dan komprehensif karena mereka terlibat langsung dalam setiap kebijakan yang diambil sekolah secara bersama-sama. 5. Dengan adanya kewenangan pengelolaan sumber daya, sekolah dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan kesejahteraan guru sehingga mereka dapat berkonsentrasi penuh dalam pelaksanaan tugas mengajarnya.
D
6. Dengan diberikan kesempatan kepada sekolah mengembangkan kurikulum secara luas, guru didorong berinovasi dengan melakukan berbagai pembaruan cara dan metode pembelajaran, sehingga dapat mempercepat peningkatan mutu hasil belajar. MBS menjamin partisipasi staf, orangtua murid, siswa dan masyarakat luas, hal ini dapat meningkatkan komitmen dan kebersamaan dalam penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Di lihat dari tujuan dan manfaat implementasi MBS dalam pengelolaan sekolah jelas bahwa sebenarnya apabila sekolah dapat mengimplementasikan MBS secara baik, maka sudah dapat dipastikan peningkatan mutu sekolah akan dapat dicapai. Hal itu sangat rasional karena semua masalah dan kelemahan sekolah beserta potensi yang dimilikinya teridentifikasi secara akurat. Apabila implementasi MBS di sekolah belum mampu memberi manfaat bagi sekolah dalam percepatan peningkatan mutu, maka ada kemungkinan terjadi kesalahan dalam mengimplementasikannya baik dilihat dari prinsip MBS maupun pilar MBS itu sendiri.
184
Profesi Kependidikan
C. Prinsip Dasar Manajemen Berbasis Sekolah Ada beberapa prinsip manajemen berbasis sekolah yang perlu mendapatkan perhatian seorang kepala sekolah atau lembaga yang terkait dengan pembinaan sekolah, agar implementasi MBS dapat lebih optimal. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: 1. Keterbukaan, artinya segala sesuatu kegiatan yang akan dilaksanakan di sekolah, dilakukan secara terbuka dengan semua sumber daya yang ada di sekolah, mulai dari kepala sekolah, guru, staf tata usaha, komite sekolah, orangtua murid, dan siswa. Tidak ada satu warga sekolah pun yang tidak paham apalagi tidak tentang berbagai kegiatan yang dilaksanakan atau akan dilaksanakan oleh sekolah. Keterbukaan ini akan memberikan peluang bagi semua warga sekolah untuk ikut berpartisipasi dan mendukung semua kegiatan sekolah.
Y
M
2. Kebersamaan, artinya dalam mengimplementasikan manajemen berbasis sekolah, maka harus dilakukan secara bersama-sama oleh semua komponen sekolah, dengan demikian maka segala sesuatunya akan menjadi tanggung jawab bersama pula. Kebersamaan ini juga bermakna mendayagunakan dan memberikan kesempatan kepada semua warga sekolah untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan.
M U
3. Berkelanjutan, artinya manajemen berbasis sekolah dilaksanakan secara berkelanjutan tanpa dipengaruhi oleh pergantian pimpinan sekolah. Segala prinsip keterbukaan dan kebersamaan harus dilakukan secara terusmenerus, bukan hanya bersifat insedental sewaktu-waktu. Sekolah harus terus-menerus melakukan berbagai usaha dan mendorong keterlibatan semua warga untuk menjamin terselenggaranya berbagai program sekolah menuju sekolah yang bermutu.
D
4. Menyeluruh, artinya aktivitas yang perlu dilakukan dalam implementasi manajemen berbasis sekolah adalah mencakup semua kegiatan yang mempunyai kontribusi bagi keberhasilan pencapaian tujuan sekolah. Semua kegiatan sekolah paling tidak ada 6 (enam) kegiatan sekolah yang harus dilaksanakan dalam manajemen sekolah yaitu: manajemen peserta didik, manajemen kurikulum dan pembelajaran, manajemen ketenagaan, manajemen keuangan, manajemen sarana dan prasanaran serta manajemen hubungan sekolah dan masyarakat. Kesemua kegiatan manajemen sekolah tersebut harus didasari oleh prinsip manajemen berbasis sekolah. 5. Pertanggungjawaban, artinya manajemen berbasis sekolah harus dapat dipertanggungjawabkan tidak hanya pada atasan sekolah, tetapi harus
Bab 5 | Manajemen Berbasis Sekolah
185
dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Pertanggungjawaban vertikal dan horizontal ini merupakan prinsip yang memberikan kemungkinan kontrol sosial dari seluruh lapisan masyarakat terhadap kinerja sekolah. 6. Demokratis, artinya semua keputusan dan kebijakan yang diambil sekolah, baik menyangkut aspek administratif atau edukatif merupakan hasil musyawarah semua komponen sekolah. Hal ini mendorong komitmen bersama untuk menjalankan keputusan atau kebijakan yang diambil.
Y
7. Kemandirian sekolah, artinya sekolah harus memulai sedikit demi sedikit untuk tumbuh dan berkembang secara mandiri atas dasar kemampuan dan potensinya, tidak menggantungkan diri pada orang atau lembaga lain dalam memajukan sekolah. Untuk itu sekolah harus menumbuhkan prakarsa, inisiatif dan jiwa inovatif dalam rangka mencapai tujuan sekolah.
M
8. Berorientasi pada mutu, artinya apa pun jenis kegiatan yang akan dilakukan, yang menjadi dasar pertimbangan adalah sejauhmana kegiatan tersebut menunjang pada percepatan peningkatan mutu sekolah. Oleh sebab itu budaya mutu dalam setiap aspek kegiatan di sekolah harus tertanam pada semua komponen sekolah.
M U
9. Pencapaian standar minimal, artinya sekolah mempunyai standar minimal yang harus dicapai untuk selanjutnya secara bertahap dapat mencapai standar yang lebih tinggi. Standar minimal ini selanjutnya dikekmbangkan menjadi Standar Operasional Prosedur (SOP). Paling tidak terdapat SOP untuk kurikulum dan implementasinya, SOP tenaga pendidik dan kependidikan, SOP kesiswaan, SOP sarana dan prasarana, SOP tentang keuangan dan pembiayaan, SOP tentang kemitraan dengan stakeholders dan hubungan sekolah dan masyarakat, serta SOP tentang budaya dan lingkungan sekolah.
D
10. Pendidikan untuk semua artinya semua anak memiliki hak yang sama memeroleh pendidikan. Dalam konteks sekolah maka semua siswa memiliki hak yang sama untuk memperoleh pelayanan pendidikan yang bermutu. Prinsip ini menggambarkan bahwa tidak ada perbedaan anak miskin dan kaya, anak buruh, petani dan pejabat dalam mendapatkan pelayanan pembelajaran dan kegiatan lainnya di sekolah.
D. Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah dalam Perspektif Teoretik Konsep manajemen berbasis sekolah sebenarnya didasarkan pada self determination theory. Teori ini menyatakan bahwa apabila seseorang atau
186
Profesi Kependidikan
kelompok orang memiliki kekuasaan untuk mengambil keputusan sendiri, maka orang atau kelompok tersebut akan memiliki tanggung jawab yang besar untuk melaksanakan apa yang telah diputuskan dan melibatkan diri dan kelompoknya. Hal ini dapat terjadi sebagai akibat tumbuhnya rasa memiliki (self belongness) seseorang atau kelompok orang terhadap apa yang mereka putuskan. Karena itu dalam MBS pemberdayaan semua warga sekolah dan peningkatan partisipasi dan kepedulian mereka terhadap sekolah merupakan hal yang sangat strategis untuk ditumbuhkembangkan. Dengan demikian semua orang akan peduli dan merasa memiliki sekolah sebagai bagian dari kehidupan mereka.
Y
Manajemen berbasis sekolah bergerak ke arah keseimbangan (rebalancing) struktur kekuasaan, penciptaan birokrasi yang kecil dan efektif, transfer pengambilan keputusan dan sumber daya dari kontrol pemerintah ke institusi di mana proses pendidikan tersebut dilaksanakan.
M
Di negara-negara maju reformasi pendidikan khususnya reformasi manajemen pendidikan selama 40 tahun terakhir terus berporos pada model desentralisasi, seperti di Amerika yang sudah mulai sejak tahun 1960-an gerakan reformasi manajemen pendidikan.
M U
Konsep manajemen berbasis sekolah apabila kita cermati dari referensi tampak berawal dari referensi tentang desentralisasi seperti: 1. The New Progressive Era (tahun 1960) yang diungkapkan oleh para ahli manajemen pendidikan seperti Neale, Fullman, McLaughlin, Bruce Joyce.
D
2. School Effectiveness Studies (tahun 1970-an), yang dikembangkan oleh beberapa ahli seperti: Edmunds, Brookover, Cohen, Cuban dan Austin 3. National Report (tahun 1980-an) seperti diungkap oleh Bell, Wood dan Sizer yang menekankan pemberdayaan sekolah. 4. Public School by Choice, sebagai produk dari para pakar dari Universitas Minnesota dan Iowa. Dari uraian tersebut di atas, tampak bahwa manajemen berbasis sekolah telah menjadi pendekatan baru dalam restrukturisasi dan reformasi sistem pendidikan di banyak negara meskipun istilah yang digunakan sangat bervariasi. Kecenderungan penggunaan pendekatan manajemen berbasis sekolah dengan variasi istilah tersebut dapat dilihat dari kasus beberapa negara sebagai berikut: 1. Kanada menggunakan istilah School-site Decision Making, untuk menggambarkan pendekatan manajemen berbasis sekolah 2. Inggris menggunakan istilah Local Management of School dan GrantMaintained School sebagai konsep manajemen berbasis sekolah
Bab 5 | Manajemen Berbasis Sekolah
187
3. Victoria Australia menggunakan istilah The Schools of the Future dan Better School 4. Australia Barat menyebutnya dengan penggunaan istilah Better School sebagai gambaran apa dan bagaimana manajemen berbasis sekolah 5. Selandia Baru memberikan nama Tomorrow’s School 6. Amerika Serikat lebih banyak lagi istilah yang mereka gunakan yaitu: Site-Based Management, School-Based Leadership, Administrative Decentralization dan Local Control
Y
7. Sedangkan Hongkong memberi nama School Management Initiative sebagai istilah untuk manajemen berbasis sekolah.
M
Sejalan dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi dan Daerah Otonom serta Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 yang mengatur tentang Kewenangan Daerah dan Provinsi dalam Bidang Pendidikan, maka otonomi penyelenggaraan pendidikan mulai diterapkan dalam penyelenggaraan pendidikan.
M U
Seiring dengan konsep desentralisasi pendidikan ini, telah dilakukan uji coba pemberdayaan sampai pada tingkat sekolah, yaitu melalui manajemen berbasis sekolah/sekolah inovasi. Pendekatan ini pada dasarnya memberikan otonomi yang luas kepada sekolah untuk mengembangkan program pengembangan sekolah (School Development) berdasarkan kebutuhan nyata sekolah, memberdayakan sekolah secara lebih optimal sesuai dengan potensi sekolah masing-masing, sehingga diharapkan sekolah akan lebih cepat dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolahnya masing-masing.
D
Keberhasilan manajemen berbasis sekolah dalam meningkatkan mutu lulusannya, pada dasarnya masih ditentukan oleh berbagai faktor baik faktor struktural maupun non struktural. Faktor struktural mencakup: komitmen politik pemerintah daerah dan peran pemerintah daerah dan kota (Dinas Pendidikan) dalam penataan dan pembinaan kelembagaan, peraturan pemerintah daerah tentang pendidikan, kemampuan pemerintah daerah dalam mengakomodasi aspirasi masyarakat daerah akan pendidikan, kurikulum dan keuangan sekolah (anggaran belanja yang tersedia untuk pendidikan). Sedangkan faktor non strukural mencakup: tersedianya anggaran sekolah, sarana dan pra sarana sekolah, kelembagaan sekolah, manajemen sekolah dan manajemen kepala sekolah, SDM sekolah yang tersedia (termasuk kualitas SDM yang ada), partisipasi orangtua siswa dan
188
Profesi Kependidikan
masyarakat lingkungan sekolah, pelaksanaan proses pembelajaran serta kultur masyarakat lingkungan sekolah. Manajemen berbasis sekolah, pada dasarnya memberikan kewajiban bagi sekolah untuk melaksanakan berbagai kegiatan sebagai berikut: 1. Berusaha meningkatkan kemampuan dibidang manajemen dan kepemimpinan sekolah;
Y
2. Berusaha mengembangkan kemampuan profesionalisme guru dan memberdayakan mereka dalam setiap kegiatan sekolah;
3. Melakukan inovasi pembelajaran secara terus-menerus. Untuk itu semua guru harus dipacu dan dipicu untuk menggunakan pendekatan, model, strategi, dan metode pembelajaran yang dapat merangsang tingkat kreativitas dan inovasi siswa;
M
4. Bersikap terbuka terhadap berbagai pembaruan bagi kemajuan dan peningkatan mutu sekolah;
M U
5. Melakukan konsultasi kepada para ahli (berbagai pihak yang berkompeten) dalam rangka memajukan dan meningkatkan mutu sekolah;
6. Membangun kemitraan yang sinergis dengan berbagai pihak untuk memajukan dan kemajuan sekolah. Dari uraian tugas dan tanggung jawab manajemen berbasis sekolah tersebut di atas, tampak bahwa pada dasarnya MBS, memberikan kepada sekolah otonomi penuh untuk merencanakan, memikirkan, dan mengaplikasikan pengembangan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Ini berarti sekolah yang mengaplikasikan pendekatan majanemen berbasis sekolah (MBS) diberikan otonomi luas pada institusi sekolah dalam pemberdayaan sekolah secara lebih optimal, meskipun demikian bukan berarti kebebasan bagi sekolah berbuat sekehendaknya tanpa mengindahkan aturan-aturan dan standar kualitas yang ditetapkan baik oleh kabupaten/kota maupun provinsi dan pusat.
D
Manajemen berbasis sekolah merupakan bentuk alternatif sekolah dalam rangka desentralisasi pendidikan yang ditandai oleh adanya otonomi luas di tingkat sekolah, partisipasi masyarakat yang tinggi, tetapi masih dalam kerangka kebijakan pendidikan yang ditetapkan oleh daerah dan nasional. Otonomi diberikan agar sekolah dapat lebih leluasa mengelola semua sumber daya dengan mengalokasikan sesuai dengan prioritas kebutuhan nyata sekolahnya. Dengan demikian, sekolah akan memiliki kepekaan dan tanggap terhadap berbagai kebutuhan sekolah dan kebutuhan masyarakatnya. Di sisi lain masyarakat diharapkan memiliki kepekaan terhadap kebutuhan
Bab 5 | Manajemen Berbasis Sekolah
189
sekolah, sehingga mereka dapat berpartisipasi secara penuh dalam membantu dan mengontrol proses pengelolaan sekolah. Dengan demikian, sebagai pelaksanaan MBS, maka sekolah akan memiliki accountability baik terhadap masyarakat maupun kepada pemerintah. MBS menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi para siswa. Adanya otonomi dalam pengelolaan sekolah merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja para staf, menawarkan partisipasi langsung pada masyarakat dan meningkatkan pemahaman mereka terhadap kebutuhan pendidikan.
Y
Secara umum memberikan otonomi kepada sekolah memberi banyak manfaat bagi sekolah sesuai dengan pendapat Cranston (1993) dan Rizvi (1994) seperti yang dilaporkan oleh Wayan Koster (2000) bahwa MBS dengan otonomi sekolah dapat meningkatkan manajemen sekolah untuk membebaskan pengalokasian sumber daya dari kepentingan yang bersifat administratif kepada kepentingan yang bersifat edukatif. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah dengan otonomi sekolah akan menyelesaikan semua persoalan yang melilit pendidikan sekarang ? Koster menyatakan Tidak, bahkan dapat menimbulkan masalah baru sepanjang kriteria yang ditetapkan tidak dilakukan sebagaimana mestinya.
M
M U
Hasil evaluasi pada tahun 2000, 2002, 2005 oleh Kemendikbud menunjukkan bahwa program pembinaan MBS memberikan dampak positif, antara lain: (1) peningkatan manajemen sekolah yang lebih transparan, partisipatif, demokratis dan akuntabel; (2) peningkatan mutu pendidikan; (3) menurunnya tingkat putus sekolah; (4) peningkatan implementasi pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan strategi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM); dan (5) peningkatan peran serta masyarakat terhadap pendidikan di sekolah dasar.
D
Pada tahun 2010 program Creating Learning Communities for Children (CLCC) mengadakan monitoring dan evaluasi implementasi MBS di Indonesia. Hasil monitoring dan evaluasi tersebut antara lain:(1) Tim MBS ditiap-tiap daerah bervariasi (latar belakang personelnya, kepemilikan program kerja, dan kesolidan dalam bekerja sama); (2) partisipasi daerah dalam memberikan dana untuk implementasi MBS beragam, yang rentangannya mulai miliaran rupiah sampai dengan tidak mengalokasikan sama sekali; (3)gugus sekolah memiliki struktur organisasi yang jelas, tugas dan fungsi direncanakan dengan baik, dan melaksanakan program kerja secara rutin; (4) MBS di sekolah yang dijadikan pilot project, diimplementasikan 95% untuk tingkat sekolah, 91% kepala sekolah, 80% guru dan 35% anggota komite sekolah; (5) terkait dengan manajemen sekolah, mayoritas sekolah memiliki rumusan visi dan misi yang
190
Profesi Kependidikan
bisa dimengerti anggota komite sekolah, memiliki perencanaan sekolah dan memiliki persentase yang tinggi dalam melaksanakan rencana tersebut, dan memiliki rencana program semester, silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk tiap standar kompotensi dan kompetensi dasar (SKKD); (6) dalam implementasi PAKEM, guru-guru kurang memahami cara mengimplementasikan PAKEM, melakukan pertemuan kerja kelompok untuk mendiskusikan bermacam-macam model, strategi dan metode pembelajaran, penggunaan media pembelajaran, perencanaan pembelajaran dan manajemen kelas; keterampilan guru dalam mengevaluasi proses belajar kurang baik, pengorganisasian siswa kurang baik, buku-buku sumber belajar banyak yang tidak berkualitas, pembelajaran individual kadang-kadang kurang diminati siswa; dan (7) terkait partisipasi masyarakat, prinsip kerja sama telah diimplementasikan mayoritas sekolah, sekolah rata-rata tidak memiliki penyediaan air bersih, dan toilet yang baik, Komite Sekolah memiliki kinerja yang baik dan dapat berperan sebagai advisor, supporter, controller and supervisor, partisipasi orangtua memiliki kontribusi terhadap pembelajaran siswa, dan orangtua yang memiliki tingkat sosial ekonomi rendah umumnya masih salah interpretasi terhadap sekolah gratis.
Y
M
M U
Berdasarkan monitoring dan evaluasi tentang implementasi MBS di SD, maka dapat dinyatakan bahwa SD di Indonesia bervariasi dalam implementasi MBS, baik kuantitas maupun kualitasnya, serta terdapat berbagai masalah dan kendala implementasi MBS. Oleh karena itu, program MBS di Indonesia yang telah berjalan perlu dilanjutkan dan dimantapkan.
D
Faktor penting yang perlu diperhatikan dalam aplikasi MBS di sekolah adalah kesiapan sekolah yang sangat ditentukan oleh para pelaku yang ada di sekolah seperti: Kepala sekolah, guru-guru, siswa, orangtua murid/masyarakat/ BP3 serta staf pendukung sekolah lainnya. Faktor kunci keberhasilan sekolah dalam menerapkan MBS adalah kesiapan kepala sekolah untuk menjadi kepala sekolah yang efektif di sekolahnya. Bagaimana kepala sekolah dapat dikatakan sebagai kepala sekolah yang efektif tersebut dapat dilihat dan disimak dari uraian-uraian berikut ini: Kepala sekolah dalam suasana apa pun adalah individu yang sangat penting dan berpengaruh di sekolahnya. Kunci sukses suatu sekolah sangat terletak pada kepala sekolah, bahkan seorang ahli menyatakan tidak ada sekolah yang baik tanpa kepala sekolah yang baik (De Roche, 1987). Kepemimpinannya dalam kelompok guru-guru merupakan kunci, apakah sekolahnya akan menjadi sekolah unggul, favorit, bermutu, atau bahkan menjadi sekolah yang menduduki urutan terakhir dalam mutu. Hal ini dikarenakan pada kepala sekolah yang baik akan muncul guru-guru yang profesional, karena
Bab 5 | Manajemen Berbasis Sekolah
191
kepala sekolah yang baik akan selalu memikirkan bagaimana meningkatkan profesionalisme guru-guru serta staf sekolahnya. Profesionalisme guru merupakan salah satu modal dasar dalam menghasilkan lulusan sekolah yang bermutu dan unggul. Stop menyatakan bahwa kepala sekolah adalah eksekutif profesional yang bekerja dengan orang-orang dewasa untuk mendidik anak-anak peserta didik (A principle is a professionals executive who work with people to educate children). Oleh sebab itu, kepala sekolah tidak boleh kehilangan arah dalam pelakasanaan tugasnya sebagai kepala sekolah, yaitu mengembangkan program-program pembelajaran di sekolahnya untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas. Ini berarti tugas pokok dan inti dari seorang kepala sekolah adalah memikirkan apa dan bagaimana program-program pengajaran harus dikembangkan untuk mencapai tujuan sekolah.
Y
M
Kepala sekolah yang sukses bukanlah kepala sekolah yang dilahirkan, tetapi ia dapat menjadi kepala sekolah berdasarkan pembentukan secara terencana dan matang (pendidikan khusus atau pengalaman bekerja sebagai guru dan kepala sekolah). Pengalaman memang menjadi guru yang baik, sebab melalui pengalaman kepala sekolah akan terbentuk kemampuan untuk mengantisipasi berbagai problem dalam pelaksanaan tugasnya.
M U
Ada empat peranan dan tanggung jawab kepala sekolah menurut DuFour dan Eaker seperti dikutip oleh Suriansyah (2012), yaitu:
D
1. values promoter and protector (kepala sekolah di samping sebagai orang yang bertanggung jawab dalam mempromosikan/meningkatkan pemahaman dan pengamalan nilai-nilai luhur yang berlaku di sekolah, ia juga sebagai pelindung yang bertanggung jawab dalam menjaga punahnya nilai-nilai luhur (terutama nilai etika, produktif, kretaif dan inovatif) di sekolahnya. 2. teacher empowerer, yaitu kepala sekolah bertanggung jawab untuk memberdayakan guru-guru di sekolahnya. Memberdayakan berarti menggunakan sesuai kemampuan dan keahlian serta minat dan kemauan guru dan staf, juga berarti meningkatkan kemampuan guru sehingga dia dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari. 3. instructional leader, sebagai pemimpin pengajaran (lihat uraian terinci pada bagian lain). 4. climate manager, seorang manajer yang bertanggung jawab dalam mengembangkan iklim sekolah yang menyenangkan, produktif, inovatif dan iklim yang menunjang terjadinya kreativitas di antara guru-guru.
192
Profesi Kependidikan
Untuk itu iklim yang menyenangkan di sekolah merupakan tanggung jawab kepala sekolah untuk menciptakannya. Dari ungkapan di atas tampak bahwa kepala sekolah merupakan tokoh kunci di sekolah untuk mengomunikasikan value kepada guru-guru. Di sisi lain kepala sekolah merupakan orang yang harus memikirkan dan merencanakan untuk memberdayakan guru-guru secara optimal tanpa mengabaikan kepuasan kerja para guru-guru tersebut.
Y
Sebagai pemimpin pengajaran, tentunya kepala sekolah harus sepenuhnya berpikir bagaimana meningkatkan kualitas pengajaran yang dilakukan oleh guru-guru. Untuk itu kepala sekolah harus melihat bahwa pengajaran sebagai suatu sistem (berpikir holistik bukan berpikir parsialistik). Dalam hubungan ini suasana dan iklim yang sehat perlu diciptakan oleh kepala sekolah dalam fungsinya sebagai manager suatu organisasi sekolah.
M
Organisasi sekolah sebagai suatu sistem terdiri dari subsistem lainnya yang saling terkait dan saling memengaruhi satu sama lainnya, di samping itu sebagai organisasi, sekolah tidak terlepas dari keterkaitannya dengan sistemsistem kehidupan lainnya. Karena itu maka seorang kepala sekolah harus dalam proses kepemimpinannya di sekolah harus didasari oleh kemampuan berpikir sistem, holistik dan parosialistik (Slamet PH, 2000).
M U
Kepala sekolah yanag baik, akan selalu berupaya mencari strategi untuk mencapai suatu metode pengelolaan sekolah yang efektif. Pengelolaan sekolah yang efektif akan tercapai apabila sekolah dapat dijadikan sebagai sekolah belajar (Slamet PH, 2000) yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
D
1. memberdayakan sumber daya manusianya seoptimal mungkin 2. memfasilitasi warganya untuk belajar terus dan belajar kembali 3. mendorong kemandirian setiap warganya
4. memberikan tanggung jawab kepada warganya 5. mendorong setiap warganya untuk mempertanggunggugatkan terhadap hasil kerjanya 6. mendorong adanya teamwork yang kompak dan cerdas serta shared-value bagi setiap warganya 7. menanggapi dengan cepat terhadap pasar (pelanggan) 8. mengajak warganya untuk menjadikan sekolahnya customer focused 9. mengajak warganya untuk siap menghadapi perubahan 10. mendorong warganya berpikir sistem dalam setiap kegiatan di sekolah 11. mengajak warganya untuk komitmen terhadap keunggulan kualitas
Bab 5 | Manajemen Berbasis Sekolah
193
12. mengajak warganya untuk melakukan perbaikan secara terus-menerus 13. melibatkan warganya secara total dalam penyelenggaraan sekolah. Sekolah sebagai sistem harus menekankan proses belajar mengajar sebagai pemberdayaan siswa, yang dilakukan melalui interaksi perilaku pengajar dan perilaku mengajar, baik di dalam kelas maupun di luar kelas, proses pemberdayaan siswa dalam belajar, bukan hanya berarti terjadinya transper ilmu dari guru kepada siswa dan siswa mampu menjawab soal-soal yang diberikan guru secara tepat, tetapi jauh dari itu pemberdayaan siswa dalam belajar mencakup pula pembelajaran yang dapat menumbuhkan daya kreativitas, rasionalitas (nalar) dan jiwa ilmuwan, yaitu selalu ingin tahu, mencoba dan menemukan sesuatu. Hal ini perlu ditumbuhkembangkan.
Y
M
E. Kondisi yang Mendukung Implementasi MBS di Sekolah
Agar pelaksanaan manajemen berbasis sekolah dapat dilaksanakan secara optimal, harus didukung oleh berbagai cara, yaitu:
M U
1. Adanya dukungan dari pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap sekolah seperti: masyarakat dan orangtua murid, pemerintah daerah kabupaten/kota dan bahkan dunia usaha serta LSM yang peduli terhadap kemajuan pendidikan di sekolah. Kondisi ini perlu dipersiapkan dan ditumbuhkembangkan oleh sekolah secara terus-menerus. Salah satu cara untuk menumbuhkan dukungan masyarakat ini perlu juga diingat kembali apa yang dinyatakan oleh pakar pendidikan (dalam Suriansyah, 2014) yaitu: knowledge of the programmed is essential to understanding, understanding is basic to appreciation and appreciation is basic to support”.
D
2. Lembaga pendidikan mempunyai kemampuan dalam inovasi atau pembaruan, sehingga segala aktivitasnya akan selalu dapat menyesuaikan dengan tuntutan perkembangan masyarakat. Hal ini merupakan modal awal untuk memperoleh perhatian, penghargaan dan dukungan masyarakat. Dalam era global maka cara-cara kerja tradsional sudah tidak dapat lagi dipertahankan, tetapi cara-cara inovasi merupakan keharusan. Lebih-lebih dalam proses pembelajaran di sekolah. 3. Pendidikan di sekolah mampu memberi nilai tambah bagi masyarakat, artinya masyarakat memperoleh sesuatu yang berharga dengan keterlibatannya pada aktivitas sekolah, berharga bagi dirinya, anaknya atau bagi kehidupan masyarakat secara umum. Keterlibatan mereka terhadap pengelolaan di sekolah akan membawa keuntungan bagi sekolah baik dilihat dari sisi ekonomi maupun akademik. Banyak hal yang dapat
194
Profesi Kependidikan
dibantu oleh orangtua dan masyarakat kepada sekolah dengan potensi yang mereka miliki, di sisi lain banyak keterbatasan sekolah dalam menyelenggarakan sekolah yang berkualitas. Sinergisitas dan simbiosis mutualisme antara sekolah dan masyarakat menjadi sangat urgen untuk akselerasi peningkatan mutu sekolah. 4. Pelayanan pendidikan dapat mengembangkan potensi anak secara maksimal dengan memerhatikan perbedaan individu. Ini berarti sekolah harus memerhatikan prinsip individual defferences dalam proses pembelajaran anak di sekolah.
Y
5. Lingkungan sosial sekolah mendukung pencapaian visinya, artinya visi sekolah mendapat dukungan dari lingkungan sosial, dengan demikian sekolah pada saat merumuskan visi, misi dan strategi perlu melibatkan berbagai pihak agar dapat merumuskan visi yang sesuai dengan kebutuhan sekolah dan masyarakat.
M
M U
6. Potensi sumber daya sekolah dan masyarakat mendukung tercapainya target yang ditetapkan. Sekolah dan masyarakat masing-masing memiliki potensi dan kemampuannya yang mungkin berbeda satu dengan lainnya. Apabila kedua institusi ini diintegrasikan kekuatan dan potensinya, maka akan memberikan pengaruh besar bagi perkembangan dan kemajuan sekolah secara keseluruhan.
Indikator Keberhasilan Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah
D
Keberhasilan implementasi manajemen berbasis sekolah, pada dasarnya dapat dilihat dari sejauhmana sekolah mampu tumbuh dan berkembang dari sekolah oleh sekolah dan untuk sekolah bersama-sama masyarakatnya yang diindikasikan oleh adanya prestasi sekolah baik prestasi akademik maupun prestasi non-akademik. Meskipun demikian ada beberapa indikator khusus yang dapat dilihat untuk menentukan keberhasilan atau ketidakberhasilan sekolah dalam implementasi MBS sebelum melihat pada aspek produk sekolah (mutu lulusan). Untuk menilai keberhasilan pelaksanaan MPMBS di sekolah, maka pendekatan sistem merupakan cara yang tepat sebagai pemandu. Dalam pendekatan sistem yaitu melihat dari sisi input, proses dan out-put. a. Input
Dari sisi input, yang diharapkan maka indikator keberhasilan implementasi manajemen berbasis sekolah mencakup aspek:
Bab 5 | Manajemen Berbasis Sekolah
195
1) Prestasi akademik (Academic achievement) seperti: nilai hasil ujian akhir sekolah, lomba karya ilmiah, lomba bidang studi, berpikir kritis, kreatif, rasional, ilmiah, dan penalaran yang baik. 2) Prestasi Non akademik (non academic achievement) seperti: ketakwaan, keingintahuan yang tinggi, kejujuran, kerja sama yang baik, solidaritas yang tinggi, kedisiplinan, kerajinan, olahraga, kesenian, kepramukaan dan sebagainya.
Y
b. Proses
Dari sisi proses. Sekolah yang berhasil mengaplikasikan manajemen berbasis sekolah dari sisi proses dapat dilihat dari berbagai indikasi sebagai berikut:
M
1) Pelaksanaan proses belajar mengajar yang memiliki efektivitas yang tinggi yang ditandai oleh: a) Pemberdayaan peserta didik yang tinggi dalam proses pembelajaran
M U
b) Pembelajaran yang menekankan pada internalisasi tentang apa yang diajarkan c) Pembelajaran yang menekankan pada keinginan mengetahui bukan menghafal (learning to know) d) Pembelajaran yang melibatkan semua aspek potensi dari diri siswa seperti mental, sosial dan fisik (learning to do).
D
e) Pembelajaran yang menanamkan kebersamaan sebagai bekal untuk hidup bersama di tengah masyarakat (learning to live together), f) Pembelajaran yang menekankan siswa untuk menjadi dirinya sendiri (learning to be)
2) Kepemimpinan sekolah yang tangguh (kuat), dalam arti kepemimpinan yang kuat dalam mengoordinasikan, menggerakkan sumber daya sekolah serta menyerasikan semua sumber daya sekolah yang ada pada satu tujuan yang sama yaitu peningkatan mutu pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Kemampuan kepala sekolah yang kuat ini ditandai dengan kepala sekolah yang memiliki: charismatic power, expert power, communication power dan negotiating power. Dengan empat kemampuan tersebut maka semua warga sekolah akan secara ikhlas bekerja dan membawa sekolahnya menuju sekolah yang unggul dan bermutu.
196
Profesi Kependidikan
3) Lingkungan yang aman dan tertib, hal ini dapat diamati secara nyata pada kondisi sekolah yaitu yang mencakup keadaan sebagai berikut: a) Kebersihan ruangan kelas, sehingga mendukung kenyamanan belajar siswa dan kenyamanan guru dalam mengajar. b) Kebersihan lingkungan sekolah, termasuk kamar mandi dan WC baik WC guru maupun WC siswa.
Y
c) Suasana yang teduh dan asri yang dapat diupayakan dengan pemeliharaan kebun dan pohon di halaman sekolah. d) Adanya ketertiban yang ditunjang oleh aturan dan tata tertib sekolah yang berfungsi secara optimal.
M
e) Keamanan dalam mengajar bagi guru dan belajar dari siswa, oleh sebab itu berfungsinya penjaga sekolah (Satpam kalau ada) secara optimal merupakan petunjuk dalam kriteria ini.
f) Berkembangnya budaya akademik yang tinggi di lingkungan sekolah yang ditunjukkan adanya kemauan yang kuat dari para siswanya untuk selalu belajar di lingkungan sekolah.
M U
4) Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif. Dalam indikator ini mencakup beberapa hal pokok yang dapat diamati yaitu: a) Merencanakan kebutuhan dan pendayagunaan tenaga di sekolah sesuai dengan kompetensinya masing-masing.
D
b) Mengembangkan profesionalisasi tenaga secara terus-menerus secara berkelanjutan dan terprogram melalui berbagai kegiatan baik di skeolah maupun di luar sekolah. c) Adanya penilaian dan profil kinerja tenaga di sekolah yang dilakukan secara objektif dan terjadwal. d) Adanya sistem penghargaan bagi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah yang dapat mendorong mereka termotivasi untuk berprestasi. e) Pembinaan yang intensif dan berkelanjutan. f) Hubungan kerja yang harmonis. g) Deskripsi tugas dan tanggung jawab masing-masing personel jelas dan dipahami oleh semua warga sekolah. h) Administrasi kepegawaian yang lengkap, baik dan akurat (pendataan) berbasis sistem informasi. 5) Sekolah memiliki budaya mutu: hal yang dapat diamati sebagai indikator keberhasilan MBS dalam aspek ini adalah, adanya kebiasaan
Bab 5 | Manajemen Berbasis Sekolah
197
yang berkembang di lingkungan sekolah dalam pelaksanaan aktivitas yang selalu mendasarkan pada pemberian pelayanan yang bermutu, budaya profesionalisme dengan iklim kondusif akademis (academic culture). 6) Kerja sama yang kompak dan cerdas serta dinamis, yang ditandai oleh:
Y
a) Komunikasi yang baik dan harmonis semua warga sekolah
b) Kerja sama yang didasari oleh saling pengertian dan kesediaan menerima perbedaan pendapat c) Iklim kerja yang memberikan kepuasan kepada semua warga sekolah.
M
7) Kemandirian, dalam aspek ini keberhasilan sekolah dalam mengaplikasikan manajemen berbasis sekolah dapat dilihat sejauhmana sekolah memiliki kemampuan untuk:
M U
a) Tidak selalu meminta petunjuk kepada atasan dalam berkreasi mengembangkan sekolah menuju sekolah yang bermutu dalam memberikan pelayanan kepada peserta didik. b) Menggalang dan mengusahakan kebutuhan dana bagi penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. c) Mengembangkan sekolah baik sarana maupun prasarana berdasarkan upaya sekolah
D
8) Partisipasi yang tinggi warga sekolah dan masyarakat. Dalam hal ini dapat diamati dari: a) Keikutsertaan masyarakat, orangtua murid, stakeholders, tokoh masyarakat dalam berbagai aktivitas sekolah seperti rapat, pesta sekolah, pembagian raport dan sebagainya. Partisipasi masyarakat ini terukur dari frekuensi dan tingkat kehadiran mereka pada berbagai kegiatan yang diselenggarakan di sekolah dan bentuk bantuan yang mereka berikan untuk kemajuan sekolah. b) Semakin besarnya dukungan dana yang diberikan masyarakat dalam membantu penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas. Besaran dana sebagai bentuk partisipasi masyarakat ini bukan berarti memberatkan masyarakat yang tidak mampu. Prinsip utama semua anak berhak mendapatkan layanan berkualitas tanpa membedakan status dan strata orangtuanya menjadi koridor kebijakan yang tidak bisa di langgar.
198
Profesi Kependidikan
c) Semakin bertanggungjawabnya masyarakat dalam menjalankan fungsi dan peranannya dalam komite sekolah/dewan sekolah. Kita dapat melihat di sekolah tersebut seberapa besar komite sekolah atau dewan pendidikan berkontribusi menjalankan fungsinya sebagai advisor, supporting, mediator dan controlle untuk kemajuan sekolah. Dalam kenyataannya kita sering melihat komite sekolah belum dapat berfungsi optimal karena tidak jarang mereka dalam pengambilan kebijakan sekolah termasuk penetapan sumbangan hanya sekadar ikut menstempel saja.
Y
d) Komitmen yang tinggi dari masyarakat menjalankan kebijakan sekolah yang telah diputuskan bersama antara masyarakat, komite sekolah atau dewan sekolah dan warga sekolah secara bersama-sama.
M
9) Keterbukaan manajemen. Indikator ini dapat diamati dari beberapa hal yang ditunjukkan oleh warga sekolah seperti:
M U
a) Semua warga sekolah mengetahui apa dan bagaimana kebijakan pengembangan sekolah yang akan dijalankan. b) Warga sekolah mengetahui dari mana dan berapa sumber dana yang digunakan untuk pengembangan sekolah. 10) Memiliki kemauan dan kemampuan untuk selalu berubah. Kondisi yang dapat diamati dari indikator ini sejauhmana sekolah telah merancang dan melaksanakan berbagai inovasi baik inovasi yang menyangkut kegiatan pembelajaran di kelas maupun inovasi dalam sistem dan manajemen sekolah.
D
11) Evaluasi yang berkelanjutan. Hal ini dapat diamati dari indikator ada atau tidaknya: a) Evaluasi terhadap progres semua kegiatan sekolah secara berkala, misalnya setiap bukan, semester atau tahunan. b) Evaluasi terhadap kinerja sekolah secara berkala misalnya setiap bukan, semester atau tahunan. c) Profil kinerja sekoalah baik yang menyangkut profil kompetensi guru, staf maupun profil pencapaian target akademik dan non akademik misalnya setiap bukan, semester atau tahunan. 12) Akuntabilitas yang mantap. Indikator ini dapat diamati dari sejauhmana sekolah telah menyiapkan berbagai laporan yang dapat dipertanggungjawabkan secara horizontal (kepada guru-guru,
Bab 5 | Manajemen Berbasis Sekolah
199
orangtua murid/masyarakat) dan laporan secara vertikal (atasan langsung) lengkap, akurat dan tepat waktu. 13) Sustainabilitas yang terjamin, indikator keberhasilan pelaksanaan manajemen berbasis sekolah dari aspek ini merupakan jaminan bahwa kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan dan dilaksanakan akan terus dapat dilaksanakan secara berkelanjutan tanpa diganggu oleh terjadinya pergantian kepemimpinan sekolah, kepemimpinan komite/dewan sekolah dan sebagainya.
Y
c. Input Pendidikan
Dari segi input pendidikan, sekolah yang berhasil dalam mengimplementasikan manajemen berbasis sekolah dapat dilihat dari beberapa indikator-indikator sebagai berikut:
M
1. Memiliki visi, misi, kebijakan, tujuan dan sasaran mutu yang jelas. Hal ini ditunjukkan oleh sekolah dalam bentuk visi dan misi yang jelas dan punya indikator serta target pencapaian beserta langkahlangkahnya, kebijakan sekolah, tujuan dan sasaran mutu apa, berapa yang akan dicapai oleh sekolah dalam kurun waktu tertentu. Sasaran tersebut disosialisasikan kepada masyarakat/orangtua murid dan komite/dewan sekolah serta atasan langsung kepala sekolah.
M U
2. Sumber daya tersedia dan siap. Sumber daya sangat strategis bagi keberhasilan pelaksanaan manajemen berbasis sekolah, sejauhmana kesiapan sumber daya baik sumber daya manusia (yang mencakup, jumlah dan kualitas) maupun sumber daya selebihnya seperti keuangan, peralatan, perlengkapan dan sebagainya.
D
3. Staf yang kompeten dan komitmen tinggi. Staf yang kompeten merupakan pra syarat mutlak dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah. Kompetensi ini dan komitmen ini dapat ditunjukkan sejauhmana: a) Kesesuaian tingkat dan latar belakang pendidikan dengan tugas yang diembannya. b) Kemampuan melaksanakan tugas secara baik dan berkualitas. c) Kedisiplinan dalam melaksanakan tugas. d) Motivasi yang tinggi untuk berkembang dalam profesi sesuai dengan tugas dan fungsinya di sekolah. 4. Harapan prestasi yang tinggi. Harapan yang tinggi dalam prestasi (high expectation) merupakan faktor pendorong bagi seseorang untuk mencapai prestasi yang optimal. Oleh sebab itu, indikator ini dapat
200
Profesi Kependidikan
dilihat dari sejauhmana tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah memiliki standar prestasi minimal dari output hasil kerjanya. Misalnya guru sudah atau belum menetapkan standar prestasi minimal yang harus dicapai oleh siswa setelah mengikuti pembelajarann dari guru yang bersangkutan, staf tata usaha sudah atau belum membuat standar minimal pelayanan misalnya berapa hari dia harus menyelesaikan surat-surat yang masuk dan memerlukan jawaban.
Y
5. Fokus pada pelanggan. Artinya apa yang dilakukan dan bagaimana melakukan kegiatan semua difokuskan pada kepuasan pelanggan, dalam hal ini siswa dan orangtua siswa atau masyarakat sebagai pelanggan sekolah.
M
M U
D
Bab 5 | Manajemen Berbasis Sekolah
201
[Halaman ini sengaja dikosongkan]
DAFTAR PUSTAKA
Y
M
M U
Adler, R.B., & Rodman, G. (1992). Understanding Human Communication. Fort Worth,, TX: Holt Rinehart and Wiston. Ahmadi, A. (1977). Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Semarang: Toha Putra.
D
Amti, Erman dan Prayitno. (2008). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Rineka Cipta. Arismunandar. (2007). Rencana Strategis Sekolah. Makalah disajikan pada Pendidikan dan pelatihan Kemitraan Kepala Sekolah yang diselenggarakan oleh Direktorat Tenaga Kependikan, Ditjen PMPTK, Depdiknas di Jakarta, Juli 2007. Bafadal, I. (2002). Peluang dan Tantangan Manajemen Berbasis Sekolah, (Makalah dalam Konferensi Manajemen Pendidikan). Jakarta: UNJ dan HISAPIN. Bernard, H.W. & Fullmer, W. (1985). Principles of Guidance. New York: Harper & Row. Bilkin, G.S. (1981). Practical Counseling in The School. Dubuque, lowa: Wm. C. Brown. Blumberg, A. (1980). Supervisors and Teachers. Berkeley California: McCutchan. Brodjonegoro, S.S. (2003). Higher Education Long Term Strategy 2003-2010. Directorat General of Higher Education, Ministry of National Education Republic of Indonesia.
Daftar Pustaka
203
Bryson, J. M. (1995). Strategic Planning For Public and Nonprofit Organizations. San Francisco: Jossey-Bass Publishers. Budiamin, A. (2009). Bimbingan Konseling. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Depag RI. Canavan, N. & Monahan, L. (2000). School Culture and Ethos: Releasing the Potential. A resource pack to enable schools to access articulate and apply ethos values. Dublin: Marino Institute of Education.
Y
Chandler, M., Turner, E.A.,Heffer, R.W. (2009). The influence of parenting styles, achievement motivation, and self-aficacy on academic performance in college student. Project Muse to day’s research tomorrow’s inspiration. John Hopkins University Press.
M
Collins U. (1996). Developing a School Plan: A Step by Step Approach. Dublin: Marino Institute of Education.
Colman H.& Waddington D. (1996). Synergy. Australia: Catholic Education Office.
M U
Daft, Richard L. (1988). Management. Chicago: The Dryden Press.
Danim, S. (2002). Inovasi Pendidikan, Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia. Denocolo, Pam M., Kompf, Michael. (2005). Teacher Thinking and Profesional Action. London and New York: Routledge Taylor & Francis Group.
D
Depdikbud. (1979). Kurikulum Sekolah Menengah Atas 1975, Buku IIIC. Jakarta: Balai Pustaka. Depdiknas (2000). Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan September 2000 Nomor: 025. Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional. ,(2002). Pedoman Administrasi Sekolah Dasar. Direktorat Pendidikan Pendidikan TK dan SD, Dirjen Dikdasmen, Depdiknas. , (2002). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat SLTP. DeRoche, E.F. (1985). How School Administrator Solve Problems. New Jersey: Printice Hall, Inc. Directorat General of Higher Education. (2003). Technological and Professional Skills Development Sector Project (TPSDP) Batch III: Guidelines for Sub-Project Proposal Submission. Jakarta: Directorat General of Higher Education, Ministery of National Education.
204
Profesi Kependidikan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. (2006). Panduan Penyusunan Proposal Program Hibah Kompetisi. Jakarta: Ditjen Dikti, Depdiknas. Dirjen Dikti. (2002). Pengembangan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan abad ke-21 (SPTK - 21). Jakarta: Depdiknas. Dirjen Dikti. (2002). Standar Kompetensi Guru Kelas SD-MI. Jakarta: Depdiknas, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Y
Downing, L.N. (1986). Guidance and Counseling Services An Introduction. New York: Mc Graw-Hill Book Company. Dubrin. A.J. (1995). Leadership: Funding and Skills. Boston: Haugton Mifflin.Co.
Duhou, I.A. (1003). School Based Management. Jakarta: Proyek Perluasan dan Peningkatan Mutu SMU Jakarta.
M
Duke, Daniel L. & Canady, Robert L. (1991). School Policy. New York: MacGrawHill, Inc.
Dwyer, B. (1986). Catholic Schools at the Crossroads.Victoria: Dove Communications.
M U
Edward, B. Fiske. (1996). Decentralization of Education Politic and Consensus. Washington DC: The Word Bank. Eko. (2008). Pengertian Bimbingan. http://www.eko13.wordpress.com. (On Line). 27 Februari 2009. Fauz, L.S. (2008). Peran BK dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. http://www. luthfis.wordpress.com. ( On Line ). 27 Februari 2009.
D
Fontana, D. (1981). Psychological For Teachers. London: The British Psychological Society and The McMillan Pres. Frymier, J., Cornbleth,C., Donmoyer, R., Gansneder, B.M., Jan T.Jeter, M.Frances Klein, Schwab,M., Alexander.W.M. (1984). One Hundred Good Schools. Indiana: Kappa Delta Pi. Furlong, C. & Monahan L. (2000). School Culture and Ethos. Dublin: Marino Institute of Education. Gaffar, M.F. (ketua Tim)., (2002). Pengembangan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan Abad 21. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Glickman, C, D. (1981). Develompental Supervision. Alternatif Practice for Helping Teachers Improve Instruction. Alexandria, Virginia: ASCD. Glickman, C.D. (2002). Developmental Supervision. Alexandria Virginia: Assosiation Supervisor for Curriculum Development. Gorton, R (1977). School Administration Challenge and Opportunity for Leadership. IOWA: W.C. Brown Company Publishers.
Daftar Pustaka
205
Gorton, Richard A. & Schneider, Gail T. (1991). School-Based Leadership: Callenges and Opportunities. Dubuque, IA: Wm. C. Brown Publishers Government of Ireland. (1999). School Development Planning – An Introduction for Second Level Schools. Dublin: Department of Education & Science. Grant, K.B., dan Ray, Julie, A. (2010). Home, School, and Community Collaboration. Culturally Responsive Family Involvement. California: Sage Publication, Inc.
Y
Guthrie, James W. (2011). Leading School to Success. Los Angeles, London, Washington DC, Singapore: Sage. Hallen. (2005). Bimbingan & Konseling. Jakarta: Quantum Teaching.
Hargreaves, A. & Hopkins, D. (1991) The Empowered School: the Management and Practice of Developmental Planning. London: Cassell.
M
Hargreaves, D. and Hopkins, D. (1993). School Effectiveness, School Improvement and Development Planning, in Margaret Preedy (ed.) Managing the Effective School, London: Paul Chapman Publishing.
M U
Harris, B.M., McIntyre, K.E., Littleton, V.C., & Long, D.F. (1979). Personnel Administration in Education Leadership For Instructional Improvement. Boston: Allyn and Bacon Inc. Heath, S.B., & McLaughlin, M.W. (1987). A child resource policy: Moving beyond dependence on school and family. Phi Delta Kappan, 68, pg 576-580. Hope A., Timmel S. (1999). Training for Transformation. London: The Intermediate Technology Group.
D
Jones, J., Jenkin, M., & Lord, Sue. (2006). Developping Effective Teacher Performance. London: Paul Chapman Publishing. Kepmen Nomor 44/U/2002, tentang Pembentukan Dewan Pendidikan. Kepmendikbud RI, Nomor: 01319/U/1993 Tentang Jabatan Fungsional Guru. Khaereoji. (2009). Efektivitas Layanan Bimbingan dan Konseling Dalam Mengatasi Masalah Kesulitan Pemilihan Karier Siswa di Sekolah Menengah Atas. http://www.one.indoskripsi.com. ( On Line ). 27 Februari 2009. Koontz, H. (1984). Management. New York: Mc Grow-Hall Book Company Koestoer, P. (1982). Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah-sekolah. Jakarta: Erlangga. Lerner, A.L. (1999). A Strategic Planning Primer for Higher Education. Northridge. California: College of Business Administration and Economics, California State University. Lipham, M. & Hoeh, J.A. (1987). The Principalship: Foundation and Funsction. New York: Harver and Row Publisher.
206
Profesi Kependidikan
Lyddon, J. W. (1999). Strategic Planning In Smaller Nonprofit Organizations: A Practical Guide for the Process. Michigan: W.K. Kellogg Foundation Youth Initiative Partnerships (in Website: http://www.wmich.edu/ nonprofit/ Resource/index.html). Mantja, Willem. (2007). Profesionalisme Tenaga Kependidikan: Manajemen Pendidikan dan Supervisi Pengajaran. Malang: Elang Mas.
Y
McNergney, R.F., Carrier, C.A. (1981). Teacher Development. New York, London: Mc Milian Publishing Co. Inc and Collier Macmillan Publisher. Mintzberg, H. (1994). The Rise and Fall of Strategic Planning. New York, NY: The Free Press.
M
Mortenson, D, G., Schumuller, A.M. (1969). Guidance in To Day’s School. New York: John Wiley & Sons Inc. Nur, M. (2000). Kompetensi Minimal Lulusan Program S1 Kependidikan dan Program Penyelenggaraannya. Jakarta: Dit SLTP, PPM-SLTP Jakarta.
M U
Mohrman, S.A., and Wohlstetter, P. (Ed.). (1994). School Based Management: Organizing High Performance. San Francisco: Jossey-Bass Publisher Morrison, James L., Renfro, William L., and Boucher, Wayne I. 1984. Futures Research And The Strategic Planning Process: Implications for Higher Education. ASHE-ERIC Higher Education Research Reports. Mortimore, P., Macbeath. J., (ed). (2001). Improving School Effectiveness. Buckingham: Open University Press.
D
Muhammad. (2008). Pengertian Bimbingan dan Konseling dan Hubungannya dengan Pendidikan. http://www.zanikhan.multiply.com. (On Line ). 27 Februari 2009. Muijs, D., and Reynold, D. (2005). Effective Teaching: Evidence and Practice. London: Paul Chapam Publishing. Natawidjaja, R. (1978). Penyuluhan di Sekolah. Medan: Hasmar. Nickols, K. and Thirunamachandran, R. (2000). Strategic Planning in Higher Education: A Guide for Heads of Institutions, Senior Managers and Members of Governing Bodies. In Website: www.hefce.ac.uk. Ningsih, K. (2009). Bimbingan dan Konseling. http://www.oc.upi.edu. (On Line). 27 Februari 2009. OECD (2008). Innovating to Learn, Learning to Innovate. Centre for Education Research and Innovation. Oliva. P. F. (1984). Supervision For To Day School. Second Edition. New York, London: Longman.
Daftar Pustaka
207
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007. Tentang Standar Kepala Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999. Tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi dan Daerah Otonom. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000. Tentang Kewenangan Daerah dan Provinsi Dalam Bidang Pendidikan.
Y
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005. Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Sekretariat Jenderal Departeman Pendidikan Nasional.
M
PGRI, (2008). Kopendum Kumpulan Peraturan Organisasi, bagian I. Jakarta: Sekretariat Jenderal Persatuan Guru Republik Indonesia.
Prabu. (2007). Bimbingan Konseling. http://www.thejargon.multiply.com. 27 Februari 2009.
M U
Prayitno dan Amti,E. (2008). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT Rineka Cipta. Prayogo, J. (2007). Rencana Strategis. Makalah Disajikan pada Pendidikan dan Pelatihan Kemitaraan Kepala Sekolah yang diselenggarakan oleh Direktorat Tenaga Kependikan, Ditjen PMPTK, Depdiknas di Jakarta, Juli 2007. Rizali, A., Jati, I., Dharma, S. (2009). Dari Guru Konvesional Menuju Guru Profesional. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
D
Rowley, D. J., Lujan, H. D., & Dolence, M.G. (1997). Strategic Change in Colleges and Universities. San Francisco, CA: Jossey-Bass Publishers. Sayles, L.R., & Strauss, G. (1981). Human Behavior in Organizatios. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall. Scheetrens , J. & Bosker, R. (1997). The Foundation of Educational Efectiveness. USA, Japan: Pargamon. School Development Planning Initiative. (1999). School Development Planning: Draft Guidelines for Second Level Schools. Dublin: SDPI. Sergiovanni, Thomas J. and Robert J. Starraft, (1983). Supervision, Human Perspectives. New York: Mc Graw Hill Book Co. Sergiovanni, Thomas, J. (2006). The Principlapship, A Reflective Practice Perspective. Fifth Edition, Boston, New York, San Fransisco, Montreal, London, Paris, Hongkong, Singapore, Tokyo, Cape Town dan Sydney: Pearson. Siagian, S.P. (1983). Organisasi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Gunung Agung. 208
Profesi Kependidikan
Slamet PH (2000) Kepala Sekolah yang Tangguh, Dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional. Soetjipto dan Kosasi. R. (2004). Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta. Sudrajat, A. 2008. Tujuan Bimbingan dan Konseling. Error! Hyperlink reference not valid.. ( On Line ). 27 Februari 2009.
Y
Sue, B., Solomon P., (2005). Innovations in Rehabilitation Sciences Education. Germany: Springer.
Suriansyah, A. (1992). Kontribusi Komunikasi Penugasan Terhadap Efektivitas Kerja Guru pada SMP Negeri di Kodya Banjarmasin. Tesis tidak dipublikasikan. Malang: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang, Program Pascasarjana.
M
. (2001). Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sebagai Antisipasi Era Globalisasi. Makalah kuliah Perdana FKIP Unlam.
M U
. (2002). Panduan Manajemen Berbasis Sekolah. Banjarmasin: Proyek Peningkatan Mutu SLTP Kalimantan Selatan, Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Selatan.
. (2008). Budaya Kerja berkualitas. Penelitian, tidak dipublikasikan (Program Magister Manajemen Pendidikan Unlam). . (2010). Model Of Quality Work Culture: Case Study in Lambung Mangkurat University. Desertasi tidak dipublikasikan. Malaysia: UUM.
D
Suriansyah, A & Aslamiah. (2012). Menuju Kepala Sekolah Efektif, dari Teoretis ke Praktis. Solo: Rumah Pengetahuan. Sutisna, O. (1985). Administrasi Pendidikan, Dasar Teoretis untuk Praktik Profesional. Bandung: Angkasa. Surya, M., Hasim, A., Suwarno, RB. (2010). Landasan Pendidikan: Menjadi Guru yang Baik. Bogor: Ghalia Indonesia. Margaret, T.A. (1989). Effective School and Effective Teachers. Boston, London, Sydney: Allyn and bacon. Tilaar (1999). Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional, Dalam Perspektif Abad 21. Magelang: Indonesia Terra. Tohirin. (2007). Bimbingan dan Konseling Sekolah dan Madrasah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. . (2011). Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis Integrasi. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Tuohy, D. (1997). School Leadership and Strategic Planning. Dublin: A.S.T.I
Daftar Pustaka
209
Umaedi. (1999). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah: Sebuah Pendekatan Baru Dalam Pengelolaan Sekolah Untuk Peningkatan Mutu. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Dan Menengah, Depdiknas. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.
Y
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional.
M
Walgito, B. (1982). Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Willis, S. (2004). Konseling Individual, Teori dan Praktik. Bandung: Alpabeta.
M U
Winkel. (2011). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Gramedia
Wragg, E.C., Hayness, G.S., Wragg, C.M., & Chaamberlin, R.P. (2000). Failing Teachers? London: Routledge. Yusuf LN, Syamsu & Nurihsan, Juntika. (2010). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Zen, E.F. (2008). Bimbingan Konseling, Apa Pula Itu?. Error! Hyperlink reference not valid.. ( On Line ). 27 Februari 2009.
D
210
Profesi Kependidikan
tentang penulis
Y
M
M U
Drs. Ahmad Suriansyah, M.Pd., Ph.D. memperoleh gelar Ph.D bidang manajemen pendidikan di Universiti Utara Malaysia pada tahun 2010, gelar Magister dalam bidang manajemen pendidikan diperoleh di Universitas Negeri Malang (dh. IKIP Malang), sedangkan gelar Drs. diperoleh di Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin tahun 1985. Berbagai jabatan yang pernah dipegang oleh yang bersangkutan adalah: Sekretaris Jurusan dan Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Unlam, Pembantu Dekan I FKIP Unlam, PR I Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Buku yang sudah dihasilkan penulis dalam dua tahun terakhir adalah: 1). Strategi Pembelajaran, 2) Strategi Pembelajaran di Taman Kanak-kanak, 3) Menuju Kepala Efektif dari teori ke Praktis, 4) Manajemen Hubungan Sekolah Masyarakat dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat dan 5) Landasan Pendidikan. Pada saat ini penulis sedang aktif sebagai Ketua Badan Akreditasi Sekolah/Madrasah Provinsi Kalimantan Selatan, Ketua Program Magister Manajemen Pendidikan Unlam Banjarmasin, anggota dewan penasihat Lembaga Pedidikan Islam Sabilal Muhtadin Banjarmasin, Ketua Program PG-PSD. Di samping itu penulis juga aktif menulis dalam majalah pendidikan di Kalsel, jurnal ilmiah nasional dan internasional, konsultan pendidikan dan sebagai narasumber berbagai seminar baik nasional maupun internasional.
D
Tentang Penulis
211
Dr. Hj. Aslamiah Ahmad, M.Pd., Ph.D, menyelesaikan pendidikan Sarjana di Universitas Lambung Mangkurat tahun 1985, Magister tahun 2005 di Uninus Bandung, Ph.D bidang manajemen pendidikan di Universiti Utara Malaysia tahun 2014 dan Doktor bidang manajemen pendidikan di Universitas Negeri Malang tahun 2015. Berbagai jabatan telah dipegang oleh penulis selama berkarier di Unlam antara lain Ketua Program PGSD/PGPAUD, Anggota Badan Akreditasi Sekolah dan Madrasah Provinsi Kalimantan Selatan, dan pada saat ini sedang menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan. Buku yang sudah ditulis dan diterbitkan oleh penulis adalah: Strategi Pembelajaran di Taman Kanak-kanak, Strategi Pembelajaran dan Menuju Kepala Efektif dari Teori ke Praktis. Di samping itu penulis juga aktif dalam berbagai seminar sebagai pemakalah dan penulis jurnal ilmiah.
M
Y
M U
Sulistiyana, S.Pd., M.Pd lahir pada tanggal 01 Maret 1985 di Simpur, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), Kalimantan Selatan. Sekolah Dasar di SD Sungai Raya Tengah Tamat tahun 1997, melanjutkan ke SMP Negeri 1 Kandangan Kabupaten HSS tamat tahun 2000 dan SMA Negeri 1 Kandangan Kabupaten HSS tamat tahun 2003. Pada tahun 2003 melanjutkan studi S1 pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, Jurusan Ilmu Pendidikan Program Studi Bimbingan Konseling tamat tahun 2007. Pada Tahun 2008 diangkat menjadi dosen (PNS ) pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin Program Studi Bimbingan Konseling, Pada tahun 2011 melanjutkan studi ke jenjang S2 di Universitas Lambung Mangkurat Program Magister Manajemen Pendidikan tamat tahun 2013. Pada saat ini penulis sedang melanjutkan S2 (kedua) pada program Magister Pendidikan Anak Usia Dini. Selain sebagai dosen penulis sebagai kepala Laboraturium PAUD FKIP Unlam, Asesor pada Badan Akreditasi Provinsi Kalimantan Selatan, juga aktif dalam berbagai kegiatan seperti tim Pembina Provinsi Kalsel untuk kegiatan Peran Serta Masyarakat di Sekolah Dasar.
D
212
Profesi Kependidikan