RESPON MAHASISWI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIFHIDAYATULLAHJAKARTATERHADAP PENGGUNAAN JILBAB SEBAGAI PAKAIAN KAMPUS (Studi Komparasi Autara Fakultas Syariah Dan Hukum Dengan Fakultas Sains Dan Teknologi)
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos. I)
Disusun Oleh ;
LOLA RIZKILA NUR NIM: 103051028625
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428. HI 2007. M
RESPON MAHASISWI UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN) SYARIFHIDAYATULLAHTERHADAPPENGGUNAAN JILBAB SEBAGAI PAKAIAN KAMPUS (Studi Ko~parasi Antara Fakultas Syariah dan Hukum dengan Fakultas Sains dan Teknologi) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos. I)
Oleh: Lola Rizkila Nur NIM.103051028625
Dibawah bimbingan :
Dr. Umaimah Wahid, M. Si NIP. 150 293 225
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 H/2007 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul "RESPON MAHASISWI UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI
(UIN)
SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
TERHADAP PENGGUNAAN JILBAB SEBAGAI P AKAIAN KAMPUS (Studi Komparasi Autara Fakultas Syariah Dan Hukum Dengan Fakultas Sains Dan Teknologi)'', telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, pada hari Senin tanggal 17 September 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana program strata satu (S-1) pada jurusan Komunikasi Dan Penyiaran Islam. Jakarta, 17 september 2007 Sidang Munaqasah Ketua Merangkap Anggota
Sekretaris Merangkap Anggota
!"'\
~mi~~MA)
(Drs. Arie Subhan, M.A) NIP. 150262442
NIP:l50281980
Anggota •
(Dra. Hj.
Jamil, M. Hum)
NIP: 150244766
(Rubiya ah, M. A) NIP:l50286373
(Dr. Umaimah Wahid, M. Si) NIP: 150293225
LEMBARPERNYATAAN ·· Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini mernpakan hasil karya asli, saya ajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (SI) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau mernpakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakaiia. Ciputat, 15 Agustus 2007
(Lola Rizkila Nur)
ABSTRAK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta adalah sebuah universitas yang lebih mengutamakan nilai-nilai keislaman. Hal ini ditandai dengan cara berpakaian para mahasiswanya khususnya mahasiswinya. Dalam kode etik mahasiswa universitas islam negeri syarif hidayatullah Jakarta yang tertuang dalam bah IV tentang pelaksanaan tindakan disiplin pasal 6 mengenai busana mahasiswa point d yaitu mahasiswi hams mengenakan busana muslimah (jilbab) tanpa membedakan latar belakang pendidikannya baik itu dari Sekolah Menengah Umum (SMU) maupun dari Madrasah Aliyah (MA) dan Pesantren. Dengan demikian ketika kebijakan itu diberlakukan, muncul pandangan kritis terhadap aturan normatif tersebut dari sebagian mahasiswinya. Maka berbagai responpun akan muncul. Dari pembatasan masalah tersebut dapat dirumuskan meajadi "Bagaimana respon mahasiswi Univesitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta terhadap penggunaanjilbab sebagai pakaian kampus". Disini penulis melakukan studi komparasi antara Fakultas Syariah Dan Hukum dengan Fakultas Sains Dan Teknologi. Tujuannya adalah untuk mengetahui perbedaan respon mahasiswi antara Fakultas Syariah Dan Hukum dengan Fakultas Sains Dan Teknologi. Metode yang penulis gunakan adalah kuantitatif komparasi yaitu dengan cara mengolah data penelitian komparasi (perbandingan). Dalam penulisan ini, penulis berpedoman kepada penjelasan Aswarni Sudjud bahwa di dalam penelitian komparasi akan menemukan persamaan dan perbedaan tentang respon dan pandangan dan lain-lain. Dalam menentukan populasi dan sampel, penulis berpedoman kepada penjelasan Subarsimi Arikunto yaitu ''.iika populasinya lebih dari 100 maka sampelnya dapat diambil 10 %-15% atau lebih" Berdasarkan teori komparasi yang penulis gunakan yaitu dengan membandingkan respon antara mahasiswi Fakultas Syariah Dan Hukum dengan Fakultas Sains Dan Teknologi, maka dapat disimpulkan ternyata terdapat perbedaan respon tentang hukum mengenakan jilbab dikalangan mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Fakultas Sains Dan Teknologi ha! ini disebabkan karena sebagian mahasiswinya berlatar belakang dari Sekolah Menengah Umum (SMU) yang memang pengetahuan agamanya relatif kurang dibandingkan dengan Fakultas Syariah Dan Hukum, yang sebagian dari mahasiswinya berasal dari Madrasah Aliyah (MA) dan Pesantren. Kemudian masih banyak mahasiswi yang kadang-kadang menggunakan jilbab di luar kampus bahkan masih ada mahasiswi yang tidak mengenakan jilbab di luar kampus, ha! ini dikarenakan mereka hanya menggunakan jilbab sebatas peraturan kampus dan di luar lingkungan kampus mereka mempunyai hak untuk tidak mengenakan jilbab. Namun dibalik itu semua ada satu ha! yang masih mengganjal penulis, yaitu walaupun hampir semua mahasiswi tahu tentang hukum mengenakan jilbab adalah wajib baik dari Fakultas Syariah Dan Hukum maupun dari Fakultas Sains Dan Teknologi, tapi tetap saja di luar sana masih ada mahasiswi yang tidak mengenakan jilbab. Padahal mereka sudah sangat tahu akan aajuran memakai jilbab itu wajib kepada setiap muslimah. Hal ini dikarenakan tingkat keimanan dan ketakwaan serta pengetahuan agama para mahasiswinya masih kurang.
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji penulis panjatkan kehadlirat Allah SWT, Tuhan semesta Alam, yang telah melimpahkan Rahmat, Taufiq serta Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang sederhana ini. Shalawat serta salam, semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW., yang telah merubah peradaban dari peradaban yang penuh kesesatan menaju masyarakat yang berperadaban, yang penuh keimanan dan ketaqwaan (masyarakat Madani). Skripsi yang berjudul "RESPON MAHASISWI UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI
(UIN)
SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
TERHADAP PENGGUNAAN JILBAB SEBAGAI PAKAIAN KAMPUS (Studi Komparasi Antara Fakultas Syariah dan Hokum Dengan Fakultas Sains Dan Teknologi)" Alhamdulillah, telah dapat penulis selesaikan penulisannya berkat bantuan dari berbagai pihak, baik materil maupun moril, terutama adalah atas berkat Taufiq dan lnayah Allah SWT. Karena itu, penulis merasa sangat bersyukur kepada Allah SWT., dan berterimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan serta kemudahan kepada penulis, baik pada saat penulis menyelesaikan studi maupun saat penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini. Begitu banyak ucapan terima kasih yang ingin penulis ucapkan karena tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak skripsi ini tidak akan selesai, ucapan terima kasih yang begitu besar dihaturkan kepada:
I. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. DR. Komaruddin Hidayat beserta para pembantu rektor. Walaupun tidak saling mengenal satu sama Iain, tetapi tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih. 2. Dekan Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Bapak DR. Murodi, M.A., beserta pembantu dekan. Terima kasih karena telah memberikan yang terbaik untuk penulis. Bapak Ors. Wahidin Saputra, M.A., dan Thu Umi Musyarafah, M.A., sebagai Ketua Dan Sekretaris Jurusan Komunikasi Dan Penyiaran Islam, yang telah banyak memberikan masukan dan motivasi kepada penulis.. 3. Ibu Dr. Umaimah Wahid, M. Si., selaku pembimbing skripsi sekaligus merangkap menjadi
pembimbing akademik yang selalu memberikan
bimbingan dan dorongan serta menyempatkan waktu untuk mengoreksi halhal yang salah ditengah kesibukan "Thank You So Much Mom". Dan semua dosen yang telah mengajarkan penulis banyak hal sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 4. Ayahanda tercinta Bapak Nurul Fajri dan lbunda tercinta !bu Sadiyah, yang telah sepenuh hati memberikan bantuan, baik moril maupun materil, serta dukungan maupun dorongan kepada penulis untuk dapat belajar terus tanpa batas. Se!Iloga Allah SWT, senantiasa memberikan ampunan serta pahala yang berlipat ganda kepada beliau. Kakak-kakakku tercinta, Deni Permana Nur dan Lulu Hanifah Nur beserta suami M. Irfan Yasin yang terus menerus memberikan energi kasih sayang yang menjadikan semua itu kekuatan untuk penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini serta keponakanku Azillah Sauqi Qolbi yang terus
memberikan senyuman disaat penulis sedang rapuh, semoga menjadi anak yang cerdas spiritual dan emosionalnya. 5. "Sahabatku Kekasihku Zulham Paris" Terima kasih atas cinta yang kau berikan setahun yang Ialu, walaupun hanya sebentar tetapi kenangan yang pernah dilewati bersama adalah sebuah kenangan terindah untuk penulis yang sampai saat ini masih selalu dijaganya. "Cayoo Zuam .... Tetep semangat untuk mengejar suatu harapan, selalu ada do' a di hati ini untukmu" 5. Sahabat-sahabatku tercinta "Gank Lemez", mamah komala, ayah untung, ade si bibir seksi, panjul si kepala silau, iti si cadel, teuteunk si gokil, Ayik. S. Papi si sastrawan, yang telah banyak membantu penulis baik suka maupun duka. "Semoga apa yang pernah terjadi diantara kita takkan pernah terlupa, selalu senantiasa hangat dalam ingatan. 6. MY BELOVED CLASS KPI E (Agung, Aini, Annisa, Danang, Edi, Enny, Erika, Firman, Husna, !is, Imam, !wan, Arna, Moko, Fanny, Mba Sus, Yosep) yang sampai saat ini selalu menjaga indahnya persahabatan, walaupun kita tak lagi bersama namun do'a-do'a ku selalu menyertai kalian "Semoga Allah AlJami' menghimpun hati kita untuk selalu bersama. 7. Teman-temanku alumnus SMUN I Ciputat (PunkLima 27) khususnya "DjoLay Team" (Lilik, Ema, Nana, Jelita, Vina, Windri, Ajay, Nia, Upen, Lela, Vivi, PE, Dewa, Metal, Okem, Mercu, Survi, Juve, Bimo, Dimas, Rudank, Djho, Coro, Shiro dan semua teman-temanku yang tak bias penulis sebutkan namanya satu-persatu) walaupun kita berbeda Universitas, namun SMS dan telephone kalian selalu mensuport penulis.
8. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama (PU) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, dan Perpustakaan Umum Islam Imam Jama', yang telah membantu
pen~lis
dalam menyediakan referensi yang penulis butuhkan. 9. Untuk semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu namun tak mengurangi rasa hormat penulis. Semoga Allah SWT. yang Maha Pengasih dan Penyayang, berkenan membalas semua amal kebaikan mereka, amin.
Jakarta, 20 Agustus 2007 Penulis,
DAFTARISI KATA PENGANTAR.................................................................................
i
DAFTARISI...............................................................................................
iv
DAFTAR TABEL.......................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................
viii
ABSTRAK .................................................................................................
ix
BAB I
: PENDAHULUAN .....................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ......... ..............................................
l
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................
10
D. Metodologi Penelitian...........................................................
11
E. Sistematika Penulisan .................................. .........................
19
BAB II : LANDASAN TEORITIS .........................................................
20
A. Pengertian Respon ... .. ... .... .... .. .. .. .. .. .... .. ... .... .. ... ... .. .. ..... ...... ..
20
B. Pengertian Jilbab ..................................................................
22
C. Jilbab Menurut Konsep Budaya.................... .............. ..........
28
D. Jilbab Menurut Syariat Islam................................................
30
E. Fungsi Busana Dalam Islam.................................................
42
F. Jilbab Dan Dinamika Mode.................................................
44
BAB ill : GAMBARAN UMUM ..............................................................
48
·A. Universitas Islam Negeri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta.
48
1. Sejarah ......................................................................
48
a. Periode Perintisan ................................................
48
b. Periode ADIA ................. .... .................................
49
c. Periode IAIN AI-Jami' ah.....................................
50
d. Peride IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta...............
50
e. Periode IAIN ke UIN ........ ... ................................
52
£ Periode UIN Syarif Hidayatullah Jakarta..............
54
2. Visi dan Misi UIN .....................................................
56
B. Fak:ultas Syari'ah dan Hukum ...............................................
59
l. Sejarah ...... ............. ............................ ................ ......
59
2. Visi dan Misi.............................................................
62
3. Tujuan.......................................................................
63
C. Fakultas Sains dan Teknologi................................................
63
1. Sejarah ................ ...... ............................... ......... .. ... ...
63
2. Visi dan Misi ........ .....................................................
65
3. Tujuan.......................................................................
65
BABIV: ANALISISDATA.....................................................................
66
A. Data Respon Mahasiswi...................................... ...... ............
66
l.
Identitas Responden .....................................................
67
B. Analisis Data........................................................................
91
BAB V : PENUTUP. ... .... ...... ..... ... .. ........... ........... .... .... .... .................. ..... A.~
95
Kesimpulan :... :.....................................................................
95
B. Saran-saran...........................................................................
97
AKA..................................................................................
98
DAFTAR PUST
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 01: Pendidikan Terakhir Responden Sebelum Kuliah ................................... 67 Tabel 02: Pengetahuan Islam Menanjurkan Berjilbab Terhadap Muslimah ............ 69 Tabel 03: Pengetahuan Agama Tentang Hukum Berjilbab .................................... 70 Table 04: Masa Yang Telah Dilalui Dengan Memakai Jilbab ................................. 72 Table 05: Kenyamanan (Tidak Merasa Risih) Dalam Mengenakan Jilbab .............. 74 Table 06: Kebetahan (Tidak Merasa Gerah) Dalam Mengenakan Jilbab................. 76 Tabel 07: Perasaan Responden Ketika Memakai Jilbab Di Jalan ............................ 77 Table 08: Keindahan Dalam Memakai Jilbab ......................................................... 78 Table 09: Tujuan Memakai Jilbab Di Kampus ....................................................... 79 Table 10: Kesadaran Dalam Memakai Jilbab ........................................................ 80 Table 11: Jilbab Sebagai Gaya Atau Kewajiban ..................................................... 82 Table 12: Memakai Jilbab Di Luar Lingkungan Kampus ....................................... 83 Table 13: Komentar Responden Mengenai Diwajibkannya Jilbab Di Kampus ....... 85 Table 14: Yang Menetapkan Jilbab Sebagai Pakaian Kampus ................................ 86 Table 15: Peran Dewan Dosen Dalam Mendukung Pelaksanaan Wajib Berjilbab... 88 Table 16: Sikap Dewan Dosen Dalam Menilai Kerapihan Memakai Jilbab........... 89
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I
: Surat permohonan bimbingan skripsi dari Fakultas Dakwah Dan Komunikasi untuk Ibu Dr. Umaimah Wahid M. Si
Lampiran 2
: Surat riset I wawancara dari Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk Fakultas Syariah Dan Hukum dengan Fakultas Sains Dan Teknologi
Lampiran 3
: Kode etik mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 4
: Angket pertanyaan
Lampiran 5
: Surat keterangan penelitian dari Fakultas Syariah Dan Hukum Dan Fakultas Sains Dan Teknologi.
Lampiran 6
: Contoh model-model jilbab.
BABI PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Allah SWT menganugerahi manusia dengan berbagai nikmat dan kamnia yang tidak terhingga nilainya, salah satu nikmatnya itu adalah Dia telah mengajarkan manusia tentang pengetahuan untuk berpakaian. Sebagai seorang hamba yang menyadari kekurangan dan kelemahannya akan pandailah ia bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan pengetahuan yang amat penting itu. Rasa syukur kepada Allah SWT ini akan diungkapkan dengan jalan melaksanakan cara berpakaian yang sesuai dengan dikehendakinya.' Dalam ajaran agama islam, busana bukan semata-mata masalah kultur, namun lebih dari itu mempakan tindakan ritual dan sakral yang dijanjikan pahala sebagai imbalannya dari Allah SWT. Oleh sebab itu dalam ha! pakaian, Islam telah menetapkan batas-batas tertentu untuk aura! laki-laki dan perempuan. Dalam syariat, aurat adalah bagian anggota tubuh yang wajib ditutup. Islam telah menetapkan aura! laki-laki antara pusat sampai lutut, sedangkan batas-batas aura! wanita lebih luas ketimbang aurat laki-laki. Setiap wanita diwajibkan menutup selumh tubuhnya, kecuali muka dan kedua telapak tangan." Pada badan wanita, Allah telah memberikan kekhususan-kekhususan yang membedakannya dari lakilaki dan meletakkan pada setiap tempat dari badannya fitnah yang khas. Setiap bagian-bagian badan wanita mempunyai keindahannya yang khas, godaannya yang khusus dan pengamhnya yang khusus pula. Umuk iru is1am menga1ar<::cc 1
Nina Surtiretna, Anggun Beljilbab. (Bandung: Mizan, 1995). Cet Ke-2. Hal 27 Husein Shahab, Jilbab Menurut Al-Qur'an Dan As-Sunnah, (Bandung: Mizan, 2002), Cet. Ke-19, h. 43 2
2
agar wanita muslimah mengenakan pakaian yang menutup aurat Oilbab) sehingga tidak menimbulkan fitnah dan kejahatan.' Khusus untuk busana muslimah Oilbab), ia memiliki karakteristik yang lebih luas dan bersifat universal, dalam arti dapat dipakai perempuan Islam dimanapun ia berada tanpa membedakan suku atau bangsa maupun Jetak geografisnya. Dengan demikian busana muslimah Oilbab) merupakan pakaian abadi yang akan tetap hadir ditengah-tengah revolusi dan perubahan mode busana perempuan. Dewasa ini pemakaian busana muslimah Oilbab) di tanah air dari hari ke hari semakin semarak saja. Bisa dilihat dari universitas-universitas yang ada di Jakarta, mahasiswanya sudah banyak yang mengenakan jilbab pada saat pergi ke kampus tanpa rasa keterpaksan. Demikian juga pada Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang memiliki aturan khusus kepada setiap mahasiswinya yang tertuang pada Kode Etik Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Bab IV Tentang Pelaksanaan Tindakan Disiplin Pasal 6 Bagian Busana Mahasiswa, lihat pada lampiran, yaitu mewajibkan untuk mengenakan busana muslimah Oilbab). Sampai hari ini secara ekstrim pandangan terhadap busana muslimah Oilbab) terbagi dalam dua kelompok yaitu kelompok pertama, yang tampaknya merupakan kelompok mayoritas adalah kelompok perempuan Islam yang senantiasa mengikuti perkembangan mode tanpa memperdulikan ketentuanketentuan syariat Islam dalam ha! menutup aurat. Mereka beranggapan bahwa busana muslimah Oilbab) itu kuno, out of date, ketinggalan zaman, norak dan sebutan-sebutan Jain yang kurang simpatik. Kelompok kedua, diisi oleh 3
Abu Syuqqah, Susana Dan Perhiasan Wanita Menumt Al-Qur'an Dan Hadist,
(Baudung: Mizan, 1998), cet. Kc-3, h. 21
3
perempuan-perempuan yang mengenakan busana muslimah (jilbab) secara kaku tanpa memperdulikan, bahkan menafikkan pentingnya mode busana. Sementara itu menurut pandangan Al-Asymawi jilbab itu bukanlah suatu kewajiban dan tidak dijadikan landasan Hukum tetap. Bahkan tradisi berjilbab ini hanya dipakai dikalangan para sahabat dan tabi' in dan lebih merupakan keharusan budaya daripada keharusan agama: Ini terkait dengan pandangan kontrovensi seputar jilbab, satu sisi dipandang sebagai simbol keterkungkungan dan domestifikasi perempuan dan pada sisi yang lain menjadi simbol identitas sebuah gerakan suatu komunitas. Disamping itu terdapat ada pula pandangan bahwa orang yang berjilbab itu kebanyakan hanya memandang jilbab sebagai batas adat istiadat yang diwarisi oleh orang tua mereka yang menyuruhnya. Hanya sekedar paksaan belaka yang apabila tidak dipergunakan mereka akan dimarahi. Adapula yang memakai jilbab karena alasan untuk mematuhi peraturan kampus, yaitu para mahasiswi diwajibkan untuk mengenakan jilbab dikampusnya, tetapi apabila mereka sudah berada di luar lingkungan kampus maupun sudah berada di rumah, mereka tidak lagi mengenakan "mencopot" j ilbabnya dengan alasan-alasan seperti terbebas dari rasa kegerahan. Kemudian mereka mengenakan pakaian yang sedang trend dan modis saat ini untuk bergaul di kalangan anak muda. Perkembangan
peradaban
manusia
membuktikan
bahwa
pakaian
merupakan ha! yang dianggap penting, mengingat fungsi-fungsinya yang esensial yaitu sebagai penutup tubuh (aural), sebagai pelindung tubuh dari cuaca panas dan dingin serta agar tampil bagus (good looking). Namun demikian, diatas 4
Muhammad Said Al-Asymawi, Kritik Alas Ji/bah, (Jakarta: PT. Jaringan Islam Liberal dan The Asia Foundation, 2003), h. 1
4
pertimbangan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya. Allah SWT menggariskan bahwa untuk orang yang beriman ada satu hal yang harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh, yaitu fungsi berpakaian yang ditetapkan dalam
~1-Qur'an
Surat Al-'Araf ayat 26.5 Semua fungsi pakaian itu haruslah diterapkan bukan saja dipandang sehat, indah dan baik namun juga harus berlandaskan tuntutan yang benar sesuai dengan petunjuk Allah adalah busana muslimah lengkap dengan jilbabnya. Busana muslimah Gilbab) adalah satu langkah awal membentuk pribadi yang luhur bagi kaum wanita, satu langkah untuk kesempumaan akhlaknya. Akhlak secara bahasa berarti perangai atau tabiat. Sedangkan secara istilah, berarti hal-hal yang berkaitan dengan sikap, perilaku dan sifat-sifat manusia dalam berinteraksi dengan dirinya sendiri dengan sesama, maupun dengan mahlukmahluk lain dan terutama dengan tuhannya. Sementara itu, ada pandangan kalau tidak ada jaminan orang yang memakaijilbab itu memiliki akhlak dan budi pekerti yang baik (sempuma). Tetapi dengan jilbab merupakan salah satu usaha untuk menuju kesempumaan dan menciptakan akhlak yang luhur. Islam selalu menekankan umatnya untuk membina diri dan jiwanya dalam hal kesiapan untuk melakukan perbuatan baik. Seorang muslim harus siap untuk melakukan perbuatan-perbautan baik yang telah ditentukan oleh ajaran. Karena itu, ajaran-ajaran Islam harus diaktualisasikan dan disosialisasikan dalam kehidupan nyata sehari-hari di alam dunia ini. Oleh karena itu sebagai wanita muslimah seharusnya bisa mempersepsi dan mengapresiasikan jilbab secara kaffah, mulai dari esensi hingga fungsi jilbab 5
Al-Qur'an Dan Terjemahannya, Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur'an, Departemen Agama Republik Indonesia, Pelita II Tahun I 977/ 1978, PT. Bumi Restu, h. 224
5
dalam keseharian sebagai salah satu media perwujudan dan penampilan jati diri. Jilbab berbeda dengan busana-busana lainnya, Ia bukan hanya layak untuk dipakai di mana saja dan dalam kesempatan .serta suasana apa saja, namun juga sekaligus menjadi pakaian ibadah. Selain itu juga, bagi mereka yang telah menyadari kewajiban berbusana muslimah dan ingin mengikuti mode, tidak perlu risih karena ajaran Islam pada prinsipnya tidak menentukan mode pakaian muslimah secara kaku. Islam hanya memberi paguan (standard) mengenai bagian tubuh mana yang hams ditutupi secara baik. Ukuran, dan bentuk modenya terpulang kepada kita untuk menatanya sebaik mungkin. Ditengah-tengah situasi seperti ini terdapat Universitas seperti Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang mewajibkan mahasiswinya mengenakan busana muslimah (jilbab) sebagai pakaian wajib di kampus. Busana juga dapat mempengaruhi terbitnya kesadaran dan ketakwaan seseorang kepada Allah SWT, sebagaimana Firman Allah SWT:
2-Ll~ ,,..
, :~11 ,
er
'-5 ~ <..I' •,,.J
G,-.J ,J •r--~ <-7r, I', L..tJ. ·<-·I:: <$.J,.. fl r--~ ,.,. ,., r ,... (26 : Jl_r'l'I)
r
ci'.'i ~ -;1' Y i ~
·'tS 15"1 - ,,.. -
.0)_}-'~ Gj;j ,,JJ1 ,,c::..>\il~ ~ 2-[J~ ~ ,,.. .,,,.
Adam6,
Hai anak Sesungguhnya kami Telah menurunkan kepadamu Pakaian untuk menutup aura/mu dan Pakaian indah untuk perhiasan. dan Pakaian takwd'. Itulah yang paling baik. yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka selalu ingat. 8
Ayat diatas menjelaskan dua fungsi pakaian yaitu: I. Sebagai penutup aurat
6 7
8
Maksud anak adam adalah umat manusia Pa/wian takwa maksudnya selalu bertaqwa kepada Allah SWT
Al-Qur'an Dan Terjemahannya, Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur'an, Departemen Agama Republik Indonesia, Pelita II 1977/1978, PT. Bumi Restu, Surat Al-'Araf Ayat 26, h. 224
6
2. Sebagai perhiasan untuk memperindah penampilan dihadapan allah SWT dan sesama manusia.9 Dikaitkannya fungsi busana dalam ayat ini dengan busana takwa
(Libaasut-Taqwa) menunjukkan bahwa antara keduanya (busana dan ketakwaan) merupakan dua ha! yang tidak dapat dipisahkan, yang satu menunjukkan yang lainnya. Jika seseorang telah bertaqwa kepada Allah SWT, maka akan memiliki rasa malu untuk membuka aurat jasmaninya. Sebaliknya, orang yang tidak bertaqwa sama sekali tidak merasa malu dan risih dalam memperlihatkan aurat jasmaninya itu. Sesungguhnya rasa malu itu sebagian dari iman. '"
Universitas atau lembaga pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan dan menghasilkan tenaga untuk mengisi formasi-formasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Hal ini berarti bahwa tamatan suatu Universitas diharapkan dapat menjadi manusia Indonesia yang memiliki kualifikasi ahli baik secara akademis maupun professional. Pendidikan Islam sebagai usaha untuk mempersiapkan mahasiswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam. Dan merupakan suatu proses pengembangan potensi kreativitas mahasiswa untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, cerdas, terampil, memiliki etos kerja yang tinggi, mandiri, dan bertanggung jawab terhadap dirinya, bangsa, dan agama.
9
M. Quraish Shihah, Wawasan Al-Qur'an Tqfsir Maudhu'i Atas Pe/bagai Persoalan Umat. IBandung: Mizan. 1996\. cet-1 19 Drs. K. H. Didin Hafidhuddin., M. Sc., Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema lnsani Press, 1998),Cet.Ke-1,h.175-176
7
Mahasiswa sebagai salah satu komponen yang menentukan proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), merupakan individu yang sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. Dalam rangka pembinaan mahasiswa maka kalangan mahasiswi sebagai pengguna jilbab tentunya merupakan suatu komunitas yang juga mempunyai respon terhadap penggunaan jilbab itu, apalagi mereka berada dibawah aturan Universitas yang mewajibkan penggunaan jilbab sebagai kode etik mahasiswa tersebut seperti Universitas Islam Negeri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta. Tujuan diberlakukannya jilbab sebagai pakaian wajib di Universitas Islam Negeri (UNIN) Syarif Hidayatullah Jakarta adalah untuk terpeliharanya harkat dan martabat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai Universitas Islam, menjadikan sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai sarjana muslim yang berakhlak mulia.'' Selain itu diberlakukannya jilbab sebagai kode etik mahasiswa di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini dianggap sebagai suatu usaha untuk mencoba mengatur dan menanamkan kesopanan kepada mahasiswinya dan menjaga dirinya dari kehinaan.'" Kemudian melalui jilbab, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ingin menegakkan akhlak mulia kepada setiap mahasiswinya melalui sistem dan cara yang preventif dalam mencegah timbulnya akhlak dan moral yang rusak.' 0 Namun ada kecenderungan bahwa temyata respon mahasiswi terhadap penggunaan jilbab sebagai pakaian wajib di kampus. Walaupun di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta terdapat banyak 11
Kode Etik Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarla,
·····-co•>r u i3 A 2002. Bab II Pasal 3 12 Drs. K. H. Didin Hafidhuddin., M. Sc., Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema lnsani Press, 1998). Cel Ke-I. h. 179 13 Ibid, h. 180
8
Fakultas agama dan fakultas umum namun untuk mempermudah penulisan, penulis memilih Fakultas Syariah Dan Hukum Dengan Fakultas Sains Dan Teknologi selain alasannya anjuran dari Bapak Wahidin Saputra dalam seminar judul, penulis juga mempunyai banyak teman di fakultas tersebut. Respon mahasiswi dari Fakultas Syariah dan Hukum tentunya berbeda dengan Fakultas Sains Dan Teknologi. Respon mereka itu sangat berpengaruh terhadap perilaku mereka dalam menggunakan jilbab, selain itu persoalan respon mereka, terutama bagi pendidik yang menginginkan mahasiswinya berjilbab secara baik dan benar. Hal ini diperlukan sebagai masukan untuk bahan kajian, pertimbangan dan evaluasi sebagai usaha agar mahasiswi muslimah dapat dibina lebih baik. Jika hal ini berjalan dengan baik, maka dakwah Islam tentang berpakaian bagi mereka dapat pula berjalan dengan baik pula. Respon mahasiswi Universitas Islam Negeri di Fakultas Syariah Dan Hukum dengan respon mahasiswi Universitas Islam Negeri di Fakultas Sains Dan Teknologi yang penulis teliti sebagai pengguna jilbab secara langsung sangatlah menentukan dalam penelitian ini. Pada satu sisi, mereka berada pada wilayah aturan kampus, yang menjadikan jilbab sebagai pakaian formal kampus. Pada satu sisi lain mereka berada pada wilayah di luar aturan kampus, yang menjadikan jilbab bukan lagi pakaian formal namun ada juga sebagian dari mereka masih menggunakan jilbab di luar kampus. Dari sudut pandang dakwah, kenyataan ini memerlukan tindakan follow
up, agar kewajiban berjilbab melalui peraturan kampus itu tidak sebatas pelaksanaan aturan kampus saja, tetapi mampu menjadi bagian kepribadian
9
mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk menuju kearah itu, banyak hal yang harus direncanakan antara lain: respon mahasiswi itu sendiri terhadap jilbab. Oleh kari:na itu dipandang perlu dan menarik untuk meneliti penggunaan jilbab sebagai pakaian kampus pada Fakultas Syariah Dan Hukum dengan Fakultas Sains Dan Teknologi. Melihat gambaran diatas, maka penulis mengambil judul penelitian skripsi ini yaitu "RESPON
MAHASISWI
UNIVERSITAS
ISLAM
NEGERI
(UIN)
SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA TERHADAP PENGGUNAAN JILBAB SEBAGAI PAKAIAN KAMPUS" (Studi Komparasi Autara Fakultas Syariah dan Hukum Dengan Faknltas Sains dan Teknologi).
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Sebagai sebuah Universitas, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang memiliki banyak peraturan yang harus dipatuhi oleh setiap mahasiswanya, salah satu peraturan yang harus dipatuhi yaitu pemakaian jilbab yang diberlakukan kepada setiap mahasiswinya. Persoalan penggunaan jilbab sebagai pakaian kampus sebetulnya terkait dengan banyak ha!. Namun demikian bagi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang berlatar belakang Islam, jilbab itu termasuk Jangkah dan kebijakan yang normatif. Kebijakan itu dilaksanakan, terutama kepada setiap mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tanpa membedakan Jatar belakang pendidikannya baik itu dari Sekolah Menengah Umum (SMU) maupun dari Madrasah Aliyah (MA) dan Pesantren. Kebijakan itu diberlakukan untuk semua mahasiswiNya. Dengan demikian ketika kebijakan ini dilaksanakan muncul
JO
pandangan kritis terhadap aturan normatif (kewajiban memakai jilbab) dari sebagian mahasiswi maka berbagai respon pun pasti akan muncul. Sejalan _dengan latar belakang di atas, maka masalah dalam skripsi ini dibatasi pada respon mahasiswinya saja. Selanjutnya, berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka pokok persoalan dalam skripsi ini dapat dirumuskan menjadi, "Bagaimana respon
Mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatu//ah Jakarta di Fakultas Syariah dan Hukum Dan Faku/tas Sains Dan Tekno/ogi tentang penggunaan ji/bab sebagai pakaian kampus".
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini yang ingin dicapai oleh penulis adalah: l. Untuk mengetahui respon mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN)
terhadap pemakaian jilbab sebagai pakaian kampus, yang meliputi: a. Pemahaman jilbab yang melekat dihati para mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) baik di Fakultas Syariah dan Hukum maupun Fakultas Sains dan Teknologi b. Persamaan dan perbedaan dalam respon mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) tentang penggunaan jilbab sebagai pakaian kampus di Fakultas Syariah dan Hukum dengan Fakultas Sains dan Teknologi
11
2. Manfaat yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis antara lain: a. Manfaat Akademis Dapat dijadikan tambahan referensi dan sebagai studi perbandingan studi·studi selanjutnya serta menambah informasi tentang kajian masalah jilbab di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada khususnya. b. Manfaat Praktis Hasil dari penelitian ini dapat diharapkan dapat menarik peneliti yang lain, khususnya dikalangan mahasiswa untuk mengembangkan penelitian ini selanjutnya tentang masalah yang serupa. Dan dapat mengambil langkah-langkah yang mudah dalam melakukan kegiatan dakwah melalui peraturan kampus ataupun busana muslimah.
D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Metodologi penelitian'" skripsi ini menggunakan metode kuantitatif komparatif dengan cara rnengolah data penelitian kornparasi, sebagaimana penjelasan Aswami Sudjud'·3, bahwa di dalam penelitian kornparasi akan rnenemukan persamaan dan perbedaan tentang benda-benda, tentang orang, tentang ide-ide, tentang pandangan, tentang respon, tentang kritik dan lain14
Metodologi penelitian adalah salah satu fol.'tor yang sangat penting dalam setiap 1imiah. Karena dengan metode diharapkan dapat berbuat lebih eermat dan teratur dalarn bekerja, sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai dengan baik. Metode berarti prosedur pencarian data meliputi penentuan populasi, sampling, penjelasan konsep dan pengukurannya, cara-cara pengumpulan data, dan teknik analisisnya . ., Aswarni Sudjud, dan DR. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta: Rineka Cipta, 1993) Cet. Ke-9. Hal 211 -.~grntan
12
lain. Sedangkan pendapat Van Delen'" tentang penelitian komparatif yaitu ingin membandingkan dua atau tiga kejadian dengan melihat penyebabpenyebabnya. Dalam penulisan ini, penulis menggunakan penelitian komparasi berdasarkan penjelesan Aswami Sudjud yang menjelaskan dalam penelitian komparasi ini akan menemukan perbedaan tentang respon atau tentang pandangan, dimana subjeknya adalah Mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum dengan Mahasiswi Fakultas Sains dan Teknologi yang memiliki karakteristik yang dipandang perlu untuk dikaji lebih mendalam. Adapun objeknya adalah Respon Mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum dengan Mahasiswi Fakultas Sains dan Teknologi. Dalam penulisan ini, penulis membandingkan (komparasi) respon mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tentang penggunaan jilbab sebagai pakaian kampus antara Fakultas Syariah Dan Hukum dengan Fakultas Sains Dan Teknologi. 2. Teknik Pengumpulan Data Alat yang akan digunakan untuk mengumpulkan data dari Fakultas Syariah dan Hukum dan Fakultas Sains dan Teknologi, yang berhubungan dengan respon mahasiswinya adalah:
a.
Populasi Dan Sampel Populasi adalah sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi objek penelitian (respon mahasiswi). Sedangkan sampel adalah sebagian atau
16
Suharsimi Arikunto, Ibid, hal. 112
13
wakil populasi yang diteliti. Dengan berpedoman kepada pendapat Suharsimi Arikunto yaitu:;; Menurut Suharsimi Arikunto, "Apabila subjek kurang oan 1vu orru•!'· lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau lebih, tergantung setidaknya dari segi waktu, tenaga, dan dana". Berdasarkan pendapat tersebut dalam penelitian ini diambil sampel sebesar I 0% dari jumlah populasi 700 orang dari Fakultas Syariah dan Huknm, jadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 70 responden, dan angket yang terkumpul dari Fakultas Syariah Dan Hukum sebanyak 70 responden. Sedangkan dari Fakultas Sains dan Teknologi sebesar I 0% dari jumlah populasi 500 orang, jadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 responden, namun angket yang terkumpul hanya sebanyak 36 responden. Hal ini dikarenakan angket yang disebarkan ada yang error seperti angket hilang, responden tidak menjawab dengan sungguh-sungguh, responden hanya meajawab beberapa dari pertanyaan saja dan adapula responden yang meninggalkan angket begitu saja tanpa mengisi jawaban satupun. Walaupun di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta terdapat banyak Fakultas Agama dan Fakultas Non Agama (Umum) namun untuk mempenuudah penelitian, penulis memilih Fakultas Syariah Dan Hukum Dengan Fakultas Sains Dan Teknologi dengan alasan sebagai berikut
17
Suharsimi Arikunto, Prosedur Pene/itian Suatu Pendekatan Praktis, (Bina Aksara;
1985), h.104
14
I. Fakultas Tarbiyah adalah sebuah fakultas keguruan yang lulusannya akan menjadi seorang guru. Secara otomatis guru adalah cerminan muridnya. Maka Fakultas Tarbiyah sudah tentu tahu akan etika berpakaian seorang guru. 2. Penulis tidak tertarik untuk meneliti Fakultas Adah Dan Humaniora
3. Fakultas Dakwah Dan Komunikasi adalah fakultas penulis. Dalam penelitian komparasi penulis dilarang untuk membandingkan fakultasnya sendiri. 4.
Fakultas Ekonomi bila dilihat dengan kasat mata sudah banyak yang mengenakan jilbab secara benar.
5. Fakultas Kedokteran saat ini masih sedikit jumlah mahasiswinya dalam penelitian kuantitatif yang peneliti gunakan haruslah jumlah populasinya lebih dari 100 orang. b.
Angket Karena penelitian ini bersifat kuantitatif, maka penulis menggunakan angket sebagai alat untuk mengumpulkan data yang diberikan kepada responden dengan menggunakan teknik acak sederhana (Simple
Random Sampling). Teknik acak sederhana adalah teknik penarikan sampel yang paling mudah dilakukan. Teknik ini dapat dipakai jika populasi dari suatu penetitian homogen dan tidak terlalu banyak jumlahnya.' 3 Dalam teknik ini penulis menyebarkan angket secara acak yaitu disebarkan kepada sampel tidak berdasarkan tingkat 18
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah., Metode Penelitian KuantitatifTeori Dan Aplikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), Edisi 1-2, h. 123
15
semester maupun jurusan dengan catatan sampel yang diambil adalah mahasiswi yang berasal dari fakultas yang penulis teliti yaitu Fakultas Syariah Dan Hukum Dengan Fakultas Sains Dan Teknologi. Angket adalah alat pengumpul data dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang harus diisi dan dijawab responden, yaitu Mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN} Syarif Hidayatullah Jakarta Faknltas Syariah Dan Hukum dan Fakultas Sains Dan Teknologi. Ciri khas angket terletak pada pengumpulan data melalui daftar pertanyaan tertulis yang disusun dan disebarkan untuk mendapatkan informasi atau keterangan dari sumber data yang berupa orang. i> Bentuk angket yang penulis gunakan adalah angket tertutup yaitu altematif jawaban yang telah disediakan oleh penulis, karena dengan angket tertutup lebih mudah diambil kesimpulan dan dihitung prosentasinya dibandingkan dengan angket terbuka. c.
Observasi Untuk memperoleh informasi mengenai respon mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Syariah dan Hukum dengan respon mahasiswi Universitas Islam Negeri Fakultas Sains dan Teknologi yaitu penulis melakukan pengamatan langsung untuk memperoleh data yang diperlukan.20
19
Faisal. S., Dasar Dan Tehknik Penyusunan Angket, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981)
20
Winarno Surahmad, Dasar-Dasar Tehknik Pene/itian, (Bandung: CV. Tarsita, 1989)
oal. 2 hal. 162
17
a. Edit, yaitu memeriksa jawaban-:jawaban responden dari Fakultas Syariah Dan Hukum Dengan Fakultas Sains Dan Teknologi untuk diteliti, ditelaah untuk memperoleh data yang benar-benar sempuma. b. Tabulasi, yaitu memindahkan jawaban-jawaban responden yang diperoleh dari angket ke dalam bentuk tabel yang berdasarkan tematema di bah IV, kemudian dicari frekuensi dan prosentasenya untuk dianalisa. c. Analisa yaitu menjelaskan data-data kuantitatif dari tabel tersebut yang telah dihitung prosentasenya ke dalam bentuk verbal (kata-kata) sehingga prosentasenya lebih dapat dimengerti.
3. Analisis Data Data yang telah dikumpulkan di analisis menggunakan analisis data kuantitatif komparasi, yaitu cara mengolah data dengan menjabarkan, menerangkan, memberikan gambaran dan mengklasifikasikan serta menginterpretasikan data yang terkumpul apa adanya terlebih dahulu dari kedua objek yang diteliti,
kemudian membandingkan dari data yang
terkumpul tentang bagaimana respon mahasiswi Universitas Islam Negeri (VIN) di Fakultas Syariah dan Hukum dengan Fakultas Sains dan
Teknologi,
setelah dibandingkan tahap terakhir adalah
menarik
kesimpulan atas permasalahan yang berkaitan dengan hal tersebut dengan menggunakan angka-angka basil perhitungan atau pengurangan dapat
18
diproses beberapa cara, antara lain dengan prosentasi yaitu dengan rumus.23
_, =.::__"I 00% N
Keterangan: P: Prosentase F: Frekuensi N: Jumlah Responden Penulis menjelaskan perbandingan respon mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta di Fakultas Syariah dan Hukum dengan respon mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta di
Fakultas Sains dan Teknologi tentang
penggunaan jilbab sebagai pakaian kampus dengan menggunakan hipotesis komparatif .24 Rumusan hipotesisnya adalah HO
= Terdapat perbedaan respon antara mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum dengan mahasiswi Fakultas Sains dan Teknologi terhadap penggunaan jilbab sebagai pakaian kampus.
HI
=
Tidak terdapat perbedaan respon antara mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum dengan Fakultas Sains dan Teknologi terhadap penggunaanjilbab sebagai pakaian kampus.25
Dalam penelitian ini menggunakan diantaranya ada dua variabel yaitu ··'ariabel Terikat (x) antara lain mengenai : Respon mahasiswi tersebut 23
Bambang Setiawan Dan Ahmad Muntaha, Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2004), cet. Ke-I, h. 7-12 24 Hipotesis Komparatif adalah pernyataan yang menunjukkan dugaan nilai sementara dalam satu variabel atau lcbih pada sampel yang berbeda. 25 Prof. DR. Sugiyono, Statistika Untuk Pene/itian, (Bandung: CV. Alfabeta, 2005), cet. Ke-8, h. 85
19
baik pengetahuan agamanya, kenyamanan dalam berjilbab, keindahan serta life style. Dan Variabel Bebas (y) antara lain mengenai : Sosialisasi d~ri
pihak kampus serta sikap para dewan dosen di kampusnya.
E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN, penulis mengemukakan tentang latar belakang permasalahan dari penulisan skripsi ini. Selain itu, juga dikemukakan pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORITIS, dalam bab ini akan diuraikan tentang Pengertian Respon, Pengertian Jilbab, Syarat-Syarat Jilbab Dan Dalil-Dalil AlQur'an Tentang Jilbab, Dan Konsep Jilbab Menurut Syariat Islam Serta BatasBatas Aurat Laki-Laki Dan Perempuan. BAB ill GAMBARAN UMUM, dalam bab ini akan dibahas tentag
Sejarah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Visi dan Misi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Sejarah Fakultas Syariah dan Hukum, Visi Dan Misi Fakultas Syariah Dan Hukum, Tujuan Fakultas Syariah Dan Hukum, Sejarah Fakultas Sains dan Tekuologi, Visi Dan Misi Fakultas Sains dan Tekuologi, Tujuan Fakultas Sains Dan Teknologi. BAB IV ANALISIS DATA, dalam bab ini akan dibahas tentang data Respon Mahasiswi Universitas Islam Negeri Fakultas Syariah dan Hukum dengan data Respon Mahasiswi Universitas Islam Negeri Fakultas Sains dan Teknologi, serta Analisis Data Yang Bersifat Kuantitatif Komparasi.
20
BAB V PENUTUP, dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saransaran dari penelitian ini.
BAB II LANDASAN TEORITIS A.
Pengertian Respon Dalam kamus besar Ilmu Pengetahuan disebutkan bahwa "respon adalah
reaksi psikologis-metabolik terhadap tibanya suatu rangsang; ada yang bersifat otonomis seperti refleks dari reaksi emosional langsung, adapula yang bersifat terkendali." 1 Dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa "respon adalah tanggapan, reaksi, jawaban, terhadap suatu gejala atau peristiwa yang terjadi! Dalam kamus Bahasa Indonesia Kontemporer disebutkan bahwa respon adalah tanggapan atau; reaksL' Menurut Poerwadinata, respon diartikan sebagai tanggapan reaksi dan jawaban.4 Respon akan muncul dari penerimaan pesan setelah sebelumnya terjadi serangkaian komunikasi. Sedangkan menurut Ahmad Subandi, mengemukakan respon dengan istilah umpan balik (feed back) yang memiliki peranan atau pengaruh yang besar dalam menentukan baik atau tidaknya suatu komunikasi.5 Dengan adanya respon yang disampaikan oleh objek dakwah (jamaah) kepada subjek dakwah (da'i) atau dari komunikan kepada komunikator, akan meminimalisir kesalahan penafsiran dalam sebuah proses berdakwah atau proses komunikasi.
1
Save D. Dagun, Kan1us Besar i!mu Pengetahuan, (Jakarta: Lembaga Pengkajian Dan Kebudayaan Nusan!ara, 1997), Cet. Ke-I, h. 964 2 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), cdisi kc-2. h.838 3 Peter Salim dan Ycnny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: English Modern Press, 1991), h. 1268 4 Poerwadinata, Psiko/ogi Komunikasi, (Jakarta: UT, 1999), Cct. Jll, h.43 'Ahmad Subandi, I/mu Dakwah Kearah Metodologi (Bandung: Yayasan Syahida, 1995), h. 122
21
Dalam pembahasan teori respon tidak lepas dari pembahasan proses teori komunikasi,
karena
respon
merupakan
timbal
batik
dari
apa
yang
dikomunikasikan terhadap orang-orang yang terlibat proses komunikasi. Komunikasi menampakkan jalinan sistem utuh yang signifikan, sehingga proses komunikasinya akan berjalan secara efektif clan efisien apabila unsur-unsur di dalamnya terdapat keteraturan. 6 Dalam komunikasi massa, ada beberapa model atau teori diantaranya teori respon. Respon merupakan modal dasar atau sangat sederhana dari komunikasi yang menunjukkan komunikasi sebagai proses aksi dan reaksi. Teori ini dipengaruhi oleh disiplin psikologi aliran behavioristik yang menggambarkan hubungan stimulus-respon-asumsi. Dari teori bahwa stimulus yang berupa katakata verbal, isyarat, non verbal, gambar, tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respon-respon dengan cara-cara tertentu, proses pemindahan atau pertukaran infonnasi ini bersifat timbal batik dan mempunyai banyak efek. 7 Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Steven. M. Chaffe, respon dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu: I. Kognitif, yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan keterampilan dan infonnasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap yang dipahami atau dipersepsi oleh khalayak. 2. Afektif yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap, dan menilai seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul bila ada perubahan pada apa yang disenangi khalayak ternaoap sesuaTu " Onong Uchana Effendi, I/mu Komunikasi : Teori Dan Praktek, (Bandung: PT. Rosdakarya, 1999), cet. Ke-12, h. 18 7 Winanni, Komunikasi Massa, (Malang: UMM. Press, 2003), Cet. Ke-1, h. 58
22
3. Konatif, yaitu respon yang berhubungan dengan perilaku nyata, yang meliputi tindakan atau kebiasaan. 8
Jadi antara respon, tanggapan ataupun jawaban muncul disebabkan oleh karena adanya suatu gejala atau peristiwa yang mendahuluinya. Sehubungan dengan adanya stimulus, khususnya terhadap khalayak tentu akan muncul sebagai respon atau tanggapan terhadap apa yang dilihat, dengar, atau rasakan. Secara umum tanggapan dapat diartikan sebagai hasil atau kesan yang didapat dari pengamatan. Jadi pengertian tanggapan adalah gambaran ingatan dari pengamatan. Sejalan dengan pengertian tadi, Abu Ahmadi menjelaskan arti tanggapan sebagai berikut: tanggapan sebagai salah satu fi.mgsi jiwa yang pokok, dapat diartikan sebagai gambaran ingatan dari pengamatan dalam mana objek yang telah diamati tidak lagi berada dalam ruang waktu pengamatan. Jadi jika proses pengamatan sudah berhenti hanya kesannya saja, peristiwa tersebut sebagai tanggapan.9
B. Pengertian Jilbab Dalam bahasa inggris, istilah Veil (sebagaimana varian Eropa lain-nya, misalnya Voile dalam bahasa Prancis) biasa dipakai untuk merujuk pada penutup tradisional kepala, wajah, (mata, hidung, atau mulut), atau tubuh wanita Timur Tengah Dan Asia Selatan. 10 Sebagai kata benda, Veil berasal dari kata latin Vela, bentuk jamak dari Velum. Makna leksikal yang dikandung kata ini adalah 8
Jalaluddin Rakhmat, Psiko/ogi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999),
''.. l!8 9
Abu Ahmadi, Psiko/ogi Be/ajar, (Jakarta: reneka Cipta, 1992), cet III, h. 64 '" Fadwa El Guindi, JILBAB Antara Kesa/ehan, Kesopanan, Dan Per/awanan, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta 2003) Cet ke-1, hal 29
23
"penutup", dalam arti "menutupi" atau "menyembunyikan atau menyamarkan". Sebagai kata benda, kata ini digunakan untuk empat ungkapan: (l) Kain panjang yang dipakai wanita untuk menutup kepala, bahu, dan kadang-
kadang muka; (2) Rajutan panjang yang ditempelkan pada topi atau tutup kepala wanita, yang dipakai untuk memperindah atau melindungi kepala dan wajah; (3) a. Bagian tutup kepala biarawati yang melingkari wajah terns ke bawah sampai menutupi bahu, b. Kehidupan atau sumpah biarawati; dan (4) Secarik tekstil tipis yang digantung untuk memisahkan atau menyembunyikan sesuatu yang ada dibaliknya; sebuah gorden. 1' Secara ringkas, beragam makna yang diterapkan dalam berbagai referensi umum untuk istilah Veil meliputi empat dimensi: material, ruang, komunikatif, dan religius. Dimensi material berisi pakaian dan omamen-omamen seperti jilbab dalam arti bagian dari pakaian yang menutupi kepala, bahu dan wajah; atau dalam arti hiasan yang menutup topi dan menggantung di depan mata. Dalam penggunaan ini, Veil tidak saja menutupi, tapi terns memanjang sampai kepala dan bahu. Dimensi ruang mengartikan Veil sebagai layar yang membagi ruang secara fisik, sedangkan dimensi komunikatif menekankan makna penyembunyian dan ketidaktampakkan. Kata Veil dalam dimensi religius bermakna pengasingan diri dari kehidupan dunia dan kebutuhan seksual (tidak kawin), sebagaimana kehidupan atau sumpah para biarawati.
11
Fadwa El Guindi, Ibid, h. 30
24
Secara etimologis, kata jilbab berasal dari bahasa arab yang jamaknya Jalaabib (~) artinya pakaian yang lapang atau luas. Yang tercantum dalam Al-
Qur'an Surat Al Ahzab Ayat 59. 12
Artinya: Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang. Para ulama telah merumuskan ruang lingkup dan batasan-batasan tentang makna jilbab tersebut.
Sehingga
terdapatlah
beraneka
wama
definisi.
Pengertiannya adalah pakaian yang lapang dan dapat menutup aurat wanita kecuali muka dan kedua telapak tangan sampai pergelangan tangan saja yang ditampakan. 13 Kitab Almunjid mengartikan jilbab sebagai baju atau pakaian yang lebar. Dalam kitab Al-Mufradat, karya Faghib Isfahani, disebutkan bahwa jilbab adalah baju dan kerudung. Kitab Al-Qamus menyatakan jilbab sebagai pakaian luar yang lebar, sekaligus kerudung yang biasa dipakai kaum wanita untuk menutupi pakaian (dalam) mereka. Kitab Lisanul Arab menjelaskan jilbab sebagai jenis pakaian yang lebih besar ketimbang sekedar kerudung dan lebih kecil ketimbang selendang besar (rida') yang biasa dipakai kaum wanita untuk menutup kepala dan dada mereka. 14
12
AI-Qur'an Dan Terjemahannya, Proyek Pengadaan Kitab Suci AI-Qur'an, Departemen Agama Republik Indonesia, Pelita II 1977/1978, PT. Bumi Restu, h. 678 13 Mulhandy Ibn. Haj. Kusuma. Yadi dan Amir Taufik, 61 TatTya Jawab Tentang Ji/bah (Yogyakarta: Penerbit Semesta. 2003), cet ke I-Vil, ha! 5 14 Husein Shahab, Ji/bab Menunit Al-Qur'an Dan As-S1mnah, (Bandung: Mizan, 1988), Cet ke-1
25
Jilbab pengertiannya adalah baju wanita yang berukuran panjang. Oleh Ibnu Mas'ud dan orang yang sejalan dengan pendapatnya, menyebut pakaian itu sebagai Ar'rida (mantel atau jubah). Oleh kaum awam pakaian itu disebut A!-Izar, yaitu jenis busana longgar yang menutup seluruh tubuh dari ujung kepala hingga semua badan. 15 Ada dua jenis penutup kepala yang biasa dikenakan kaum wanita pada masa turunnya Al-Qur'an. Pertama, penutup kepala yang berukuran kecil biasanya disebut kemdung dan dipakai di dalam mmah, kemdung adalah bahasa Indonesia yang bahasa arabnya khimaar (,1.>-) jamaknya khumur yang berarti tutup atau tudung yang menutup kepala, Leher sampai dada wanita. ' 6 Kedua, jenis penutup kepala yang bemkuran lebih besar sehingga juga menutupi bagian-bagian tubuh lainnya, biasa dipakai ketika keluar rumah Hijab berasal dari bahasa arab (yk-) artinya sama dengan tabir atau dinding atau penutup. Pengertian yang dimaksud dari hijab atau tabir disini adalah tirai penutup atau sesuatu yang memisahkan atau membatasi baik bempa tembok, korden, kain. Bisa dilihat, para ahli tafsir tidak sepakat dalam semua ha! mengenai arti perkataan jilbab ini. Tapi yang pasti mereka semua sepakat bahwa jilbab mempunyai arti pakaian yang longgar, dan luas dan menutupi kepala dan dada.
15
Syaikh lbnu Taimiyah dkk, Ji/bab Dan Cadar Dalam Al-Qur'an Dan As-Sunnah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1994), cet. ke-1. h. " 16 Kcrudung lain dengan jilbab. Jilbab itu mempunyai arti yang lebih luas. Jilbab dapat diartikan sebagai busana muslimah yang menjadi suatu corak, yaitu busana yang menutup selurub tubuhnya mulai dari atas kepala sampai kedua telapak kakinya yang mcnjadi satu (menyatu) tanpa kerudung lagi. Sedangkan khimar itu (kerudung) pengertiannya hanya tudung yang menutupi kepala hingga dada saja.
26
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dinamakan jilbab itu pakaian panjang dan longgar yang terdiri atas baju panjang dan kerudung yang menutup badan kecuali muka dan telapak tangan. Apabila telah memakai jilbab maka kewajiban berkerudung telah terpenuhi, karena jilbab itu sudah cukup memenuhi syarat tertutupnya aurat wanita. Namun demikian bukan berarti kewajiban itu menghilangkan kewajiban berkerudung (ber-khimaar), melainkan menutup kewajiban berkerudung. Kalau jilbab sudah dipakai maka di dalarnnya sudah mencangkup kewajiban berkerudung tetapi bukan sebaliknya. Akhimya perlu dikemukakan bahwa hukum wajib menutup aurat {mengenakan jilbab)
in~
berlaku bagi wanita yang rnasih muda, yakni yang telah tiba masa haidnya, hingga masa terhentinya haid. Wanita yang telah melampaui rnasa ini, mendapatkan keringanan hukum, ' 7 sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nur ayat 60. 18 Adapun mengenai maksud jilbab sebagai pakaian kampus ini pada hakekatnya jilbab tersebut sebagai penutup kepala sekaligus penutup tubuh (aurat), dan pada Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini sudah menerapkan dalam berpakaian muslimah contohnya untuk mahasiswi mengenakan blus lengan panjang, rok panjang, celana panjang (baik jeans maupun bahan), kaos kaki, manset, serta berbagai jenis jilbab yang disesuaikan dengan wama pakaiannya dan dipakainya pun setiap hari tanpa terkecuali dan jilbab tersebut memang sudah menjadi peraturan yang harus ditaati oleh setiap mahasiswi.
17
Husein Shahab, Ji/bah Menurut Al-Qur 'an Dan As-Sunnah, (Bandung: Mizan, 1988),
cet Ke-• "Al-Qur'an Dan Terjernahannya, Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur'an, Departemen Agama Republik Indonesia, Pelita II 1977/1978, PT. Bumi Restu, h. 555
28
C. Jilbab Menurut Konsep Budaya Ada lima pola tardisi kultural yang berbeda di mana jilbab dan perliku jilbab mempunyai fungsi dan maknanya masing-masing. 1' Pola-pola tersebut adalah (I). Komplementer, sebagaimana di Sumeria
(2). Eksklusif, sebagaimana di Persia-Mesopotamia (3 ). Egalitarian, sebagaimana di Mesir (4). Hierarkis, sebagaimana dalam kebudayaan Hellenis (5). Seklusionaris, sebagaimana dalam kebudayaan Bizantium. Banyak umat Islam yang berpendapat bahwa apapun justifikasi terhadap purdah (cadar) di masa lalu, hal itu tidak mempunyai relevansi sama sekali dengan zaman modern. Kalangan umat Islam ortodoks, khususnya ulama, di sisi yang lain menganggap cadar bagi perempuan sebagai kebutuhan yang absolut, dan menjalankannya dengan semua kekuatan yang bisa dilakukan. Dengan demikian, bila dilihat di negara-negara seperti Arab Saudi, perempuan jika pergi tanpa cadar dapat diberi hukuman yang berat. Di Iran, perempuan juga harus memakai chador, yakni pakaian yang panjang dan longgar untuk menutupi kepala dan ambin yang memotong bagian tubuh atas, atau paling tidak selendang yang dipakai untuk menutupi kepala.20 Di beberapa negara Arab yang lain, berbagai tipe cadar dipakai oleh perempuan. Sebagian menutupi seluruh wajah bersama kepala, dan yang terbuka hanyalah mata mereka (dipakai oleh perempuan Arab tradisional) dan membiarkan beberapa bagian dari wajah dan mata mereka terbuka. Mesk1pur, 19
Fadwa El Guindi, JILBAB Antara Kesalehan. Kesopanan, Dan Perlawanan, (Jakarta: Serambi llmu Semesta 2003) Cet ke·l, h. 42 20 Asghar Ali Engineer, Pembebasan Perempuan, (Yogyakarta: LKJS, 1999), cet· l, h. 83
29
begitu tidak ada praktik yang sama dalam masalah cadar di negara-negara Arab. Misalnya, di negara-negara seperti Aljazair, Mesir, Tunisia, Maroko, Dan Irak, orang akan menemukan pemakaian cadar yang ketat di kalangan perempuan desa yang tradisional, bersama dengan perempuan kota yang berpakaian sangat modem. Di Pakistan orang juga akan menemukan perempuan yang telah terbaratkan bersama perempuan yang memakai kain burqa tradisional. Di India juga tidak banyak berbeda. Dalam sebuah negara sekular, memakai cadar tidak bisa dipaksakan. Ini adalah tindakan yang mumi sukarela sebagai bagian dari perempuan muslim. 2 ' Di negara-negara Islam Asia Tenggara, keadaannya sangat berbeda. Secara tradisional, tidak ada sama sekali pemakaian cadar Islam di kalangan mereka. Hanya setelah revolusi Iran, sebagian perempuan mulai memakai chadar. Dengan demikian orang akan sulit melihat seperti burqa atau hijab di Indonesia dan Malaysia sebagaimana yang ditemukan di negara-negara atau masyarakat islam lainnya. Hanya sedikit perempuan sekarang yang dapat dilihat memakai chador di wilayah urban. Oleh karena itu, akan terlihat pemakaian cadar lebih merupakan sebuah praktik sosio kultural daripada mumi keagamaan. Sekalipun begitu, alasan keagamaan yang berpihak kepada pemakaian cadar terus berlangsung secara dahsyat. Oleh karena itu sama pentingnya untuk mengetahui posisi Al-Qur'an. Kalangan muslim tradisional selalu beralasan bahwa memakai cadar adalah perintah Al-Qur'an dan perempuan yang tidak memakai cadar bersalah karena
21
Asghar Ali Engineer, ibid, h. 84
30
melakukan pelanggaran yang serius terhadap hukum islam.2:. Selanjutnya lihat konsep jilbab menurut syariat islam yang tertuang dalam surat An-nur ayat 31.
D. Konsep Jilbab Menurut Syariat Islam Sejak awal dikenal, busana berfungsi untuk menutupi tubuh (aurat). Dalam surat Al 'Araf ayat 26 dijelaskan bahwa busana tidak hanya berfimgsi sebagai penutup tubuh akan tetapi busana yang dapat menutupi aurat. Aurat dalam istilah syariat diartikan sebagai bagian tubuh yang wajib ditutup. Islam telah menetapkan batas-batas aurat laki-laki dan batas-batas aurat perempuan yaitu:
I. Batas-Batas Aurat Laki-Laki Islam telah menetapkan aurat laki-laki antara pusat sampai lutut. Mereka diperintahkan untuk tidak membuka aurat dihadapan orang lain. 2. Batas-Batas Aurat Wanita. Batas-batas aurat wanita lebih luas ketimbang aurat laki-laki. Setiap wanita diwajibkan menutup seluruh tubuhnya kecuali muka dan kedua telapak tangannya dari pandangan lelaki bukan muhrim2 '. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh tubuhnya kecuali muka dan kedua telapak tangannya adalah aurat yang wajib ditutupi. Mereka dilarang menampakkan auratnya tersebut. Kecuali didalam lingkungan orangorang tertentu. Sebagaimana tercantum dalam surat An-Nur ayat 31.24
22
Ibid, h. 85 -' !-!usein Shahab, JILBAB Menun11 Al-Qur'an dan As-Sunnah, (Bandung: Mizan, 1988) eel ke-1, ha! "AI-Qur'an Dan Terjemahannya, Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur'an, Departemen Agama Republik Indonesia, Pelita II 1977/1978, PT. Bumi Restu, h. 555
31
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau Saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita is/am, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang be/um mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (An-Nur : 31)
Ciri-Ciri Penutup Tubuh Wanita Mennrut Al-Qnr'anul Karim
Ciri-ciri penutup tubuh wanita disebutkan di dalam al-qur'an dalam dua surat, yaitu surat al-ahzab dan surat an-nur. 1. Ciri pertama (menurnt surat Al-Abzab): Kekhnsnsan hijab untuk istri-istri Nabi saw.
Hijab yang disebutkan di dalam Al-Qur'an Surat Al-Ahzab Ayat 53 yaitu, memiliki dua bentuk. Bentuk asli di dalam rumah, yaitu berbicara dengan lakilaki lain dari belakang tirai, dan bentuk cabang di luar rumah, yaitu menutup wajah beserta tubuh.
32
2. Ciri kedua (menurut surat Al-Ahzab) Kewajibau membedakan penutup tubuh wanita merdeka dari wanita budak. Ada beberapa penjelasan dari beberapa kitab tafsir mengenai surat Al-Ahzab Ayat 59 mengenai penutup tubuh wanita merdeka dan penutup tubuh wanita budak, yaitu:
a. Jami'ul Bayau Oleh Ath-Thabari Para ahli takwil berbeda pendapat mengenai sifat idna' (mengulurkan jilbab) yang diperintahkan Allah kepada para muslimah. Sebagian mengatakan bahwa hendaklah mereka menutup wajah dan kepala mereka, dan tidak menampakkannya kecuali satu mata. Dan yang lain lagi mengatakan bahwa mereka diperintahkan untuk mengikatkan jilbab mereka pada dahi.
b. Al-Wajiiz Tafsiril Qur'anil 'Aziz Oleh Wahidi. " ......... mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka .......", artinya melabuhkan selendang mereka dan selimut mereka agar diketahui bahwa mereka adalah wanita-wanita merdeka.
c. Al-Kasysyaf Oleh Az-Zamakhsyari. Jilbab adalah pakaian yang lebih luas daripada kerudung tetapi lebih sempit daripada selendang. Jilbab dililitkan di kepala wanita dan dibiarkannya apa yang diulurkannya ke dadanya.
d. Al-Muharrirul-Wajiiz Oleh Ibnu 'Athiyyah
33
Jilbab adalah pakaian yang lebih besar daripada kerudung. Diriwiyatkan dari Ibnu Abbas r.a.dan Ibnu Mas'ud r.a. bahwa jilbab adalah rida' (selendang).
e. Zadul Maser Oleh Ibnul Jauzi Ibnu Qutaibah berkata mereka mengenakan selendang dan yang lain mengatakan mereka menutup kepala dan wajah mereka. f. Al-Bahrul Muhith Oleh lbnu Hayyan
Mereka menutupi dengan selendang yang meliputi mereka. Yang dimaksud di sini ialah mengulurkan. g. As-Sirajul Munir Oleh Al-Khathib Asy-Syarbini
Al-Khalil berkata, segala sesuatu yang dipergunakan untuk menutupi, baik yang berupa pakaian luar, pakaian dalam, dan pakaian yang digunakan untuk menutupi adalahjilbab, dan semua itu sah saja dimaksudkan disini. Jika yang dimaksud adalah qamis (baju paajang) maka menutup tubuh dan kedua kaki. Apabila yang ditutupi kepala maka menutup wajah dan leher. Jika dimaksud selimut atau kerudung maka yang ditutup adalah wajah dan kedua tangan.
h. Fathul Qadir Oleh Asy-Syaukani Dari pendapat-pendapat para ahli tafsir dapat disimpulkan bahwa mengulurkan jilbab
itu
mengandung
banyak keadaan.
Pertama,
mengulurkannya ke wajah dan menampakkan satu mata. Kedua, mengulurkannya hingga kening. Ketiga, mengulurkannya ke wajah dan menampakkan kedua mata. Keempat, mengulurkan selendang dan selimut. Ke/Ima, memakai jilbab atau menghias diri dengan sebagian jilbab yang
34
mereka miliki. Keenam, menutup kepala dengan selimut mereka yang meliputi tubuh mereka. Ketujuh, jilbab itu qamis (baju panjang) maka menutup tubuh hingga kedua kakinya. Kedelapan, jilbab itu _sesuatu yang menutup kepala maka mengulurkannya menutup wajah dan lehemya.
Kesembilan,
jilbab
itu
sesuatu
yang
menutup
pakaian
maka
memanjangkan dan meluaskannya yang sekira menutup tubuhnya dan pakaiannya. Kesepuluh, jilbab itu lebih kecil daripada selimut, maka mengulurkannya ialah menutup wajah dan kedua tangan.25 3. Ciri ketiga (dari surat An-Nuur): Batasan ukuran perhiasan yang boleh ditampakkan wauita kepada lakilaki yang hnkan mahram. "kecuali apa yang biasa tampak daripadanya" (An-Nuur 31) Dalam hal ini terdapat tujuh macam pendapat. Pertama, bahwa perhiasan luar (yang boleh ditampakkan) itu adalah pakaian. Dengan demikian diriwayatkan oleh Abu! Ahwash dari Ibnu Mas'ud, dan dalam lafal lain Ibnu Mas'ud berkata, ''yaitu selendang''. Kedua, yaitu telapak tangan, cincin dan wajah.
Ketiga, celak dan cincin. Keduanya (pendapat kedua dan ketiga) diriwayatkan oleh Sa'id Bin Jubair dari Ibnu Abbas. Keempat, yaitu gelang, cincin, dan celak. Demikian pendapat Al-Miswar bin Makhramah. Kelima, yaitu celak, cincin dan pewama, demikian pendapat Mujahid. Keenam, cincin dan gelang demikian pendapat Al-Hasan. Ketujuh, wajah dan kedua telapak tangan demikian pendapat Adh-Dhahhak. 4. Ciri keempat (dari surat An-Nuur):
"Abdul Halim Abu Syuqqah, Kebebasan Wanita Ji/id 4, (Jakarta: Gema lnsani Press, 1997), h. 43-47
35
Wanita diperintahkan menntnp leher dan dada dengan njung kerudung. Seluruh perhiasan biasanya tampak dengan menutup badannya dengan kerudung dan baju wanita ya~g sempuma. Kemudian turun firman Allah,"dan hendaklah mereka menutupkan kerudung mereka ke dada mereka", agar si wanita menutupkan kerudungnya ke telinga, kuduk, dan leher, sehingga dengan demikian sempitlah lapangan perhiasan lahir, dan penampakkannya hanya terbatas pada apa yang ada pada wajah dan kedua tangan saja, disamping pakaian, tidak lebih dari itu. 5. Ciri kelima (dari surat An-Nuur) Kepada siapakah wanita menampakkan perhiasan batinnya? Surat An-Nuur ayat 31 menjelaskan bahwa perhiasan batin wanita selain wajah dan kedua telapak tangan dengan perhiasannya, tidak boleh ditampakkan kecuali kepada orang-orang tertentu saja. 6. Ciri keenam (dari surat An-Nunr) Menyembunyikan perhiasan kedua betis. "Ummu Salamah, Istri Nabi saw, berkata kepada Rasulullah saw, ketika beliau menyebut izar (sarong), "Maka bagaimana dengan wanita, wahai Rasulullah?" beliau menjawab, "Mengulurkannya sejengkal." Ummu Salamah berkata, "Kalau begitu, terbukalah auratnya. "Beliau bersabda, "Maka sehasta, tidak lebih dari itu." (HR. Abu Daud).26
26
Shahih Sunan Abu Daucl, hadits nomor 3467. Hadits ini mempunyai empat riwayat, yang
satu dalam Shahih Sunan Abi Daud, yang dua buah dalam Shahih Sunan Nasai, hadits nomor 4930 dan 4932. dan satu hadits dalam Shahih Sunan Ibnu Majah, hadits nomor 2881.
36
Hadits ini menunjukkan dilarangnya menampakkan betis atau aurat, dan tidak menyebutkan kedua tumit, seakan-akan tidak dilarang menampakkannya; dan seandainya kedua tumit itu aurat maka keduanya lebih utama untuk disebutkan, karena keduanya merupakan aurat yang pertama kali tampak apabila pakaiannya pendek, bahkan kadang-kadang hanya kedua tumit itu saja yang tampak sedang yang di atasnya lagi tidak tampak. Hukum Menutup Wajah Dan Kedua Telapak Tangan Bagi Wanita Muslimah.
Pertama: Pendapat Para Sahabat 1. Pendapat 'Aisyah ra Telah berkata 'Aisyah ra tentang wanita yang ihram, "hendaklah mereka menguraikan kain yang menutupi wajahnya"
2. Pendapat Ibn 'Abbas ra lbn 'Abbas berkata, "hendaklah wanita menutup wajah dan kepalanya, dan yang tampak hanyalah mata.
3. Pendapat Jbn Mas 'ud ra Ath-Thabari Dan lbn Katsir meriwayatkan dari Ibn Mas'ud, ia berkata "janganlah mereka memperlihatkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) tampak dari padanya. Ibn mas 'ud menafsirkan ayat tersebut dengan pakaian, kain penutup danjilbab. 27
4. Pendapat Al-Faruk 'Umar Bin Khaththab ra
27
Jilbab ialah sejenis baju kurung yang lapang dan dapat menutup kepala, muka dan dada
37
Umar berpendapat, bukanlah dianggap seorang "wanita berani" yang sering keluar masuk rumah, akan tetapi dipandang berani biala ia dalam keadaan melindungi wajah dengan telapak tangannya karena malu.26
Kedua: Pendapat Imam-Imam Cendekiawan Para ulama dalam persoalan mengenai membuka wajah dan kedua telapak tangan terobagi pada dua kelompok, satu kelompok ada yang membolebkannya dalam rangka menghindari terjadinya fitnah, dan kelompok yang lain melarang kecuali dalam keadaan terpaksa (darurat). Kelompok pertama diwakili oleh
I. Mazhab Imam Abu Hanifah Menurut mazhab ini dibolehkannya bagi wanita muslimah membuka wajah dan kedua telapak tangannya untuk menghindari terjadinya fitnah. Pada dasamya mazhab imam abu hanifah membolehkan wanita membuka wajah dalam kondisi yang umum yaitu adanya masyarakat muslim terdiri dari laki-laki dan wanita yang taat dan patuh melindungi kesucian diri mereka. Sedangkan bila kondisi umum tersebut telah berubah dan tidak terjamin dari datangnya fitnah, maka diwajibkan bagi wanita menutup wajah dan kedua telapak tangannya sebagai upaya untuk menutup peluang terjadinya perbuatan yang dilarang Allah dan mencegah terjadinya fitnah. 29 Sedangkan kelompok kedua diwakili oleh
2. Mazhab Imam Malik Bin Anas Di dalam kitab rub al ma'ani dinyatakan: tidak dibolehkan sedikitpun memandang bagian dari tubuh wanita baik wajah, maupun kedua telapak 28
Al·Baghawy, Ash Sharim Al-Masyhur, h. 101-102; Darwisy Mushthafa, Fasl Al·Khihab,
h.47 29
Al-Qalmuni, Fa Firru Ila Allah, h. 172
38
tangan atau bagian yang lainnya. Dan tidak dibolehkan pula bagi wanita menampakkan wajah dan kedua telapak tangannya kepada orang lain. Sesungguhnya setiap anggota tubuh wanita yang merdeka tidak dihalalkan kecuali kepada suaminya. Dan dilarang melihat sesuatu yang diharamkan kecuali dalam keadaan terpaksa seperti pengobatan dan kesaksian.
3. Mazhab Imam Syafi 'i Ulama mazhab syafi'I berpendapat tidak dibolehkan sedikit pun memandang bagian anggota tubuh wanita baik wajah maupun kedua telapak tangan kecuali dalam keadaan terpaksa (darurat). Imam an-nawawi berpendapat diharamkan juga bagi laki-laki baligh melihat aurat wanita asing yang merdeka seperti wajah atau kedua telapak tangannya, baik di kala khawatir terjadinya fitnah ataupun di kala kondisi aman menurut pendapat yang kuat. 3 ~
4. Mazhab Imam Hanbali Dalam kitab Ghayah Al Muntaha, yang menggabungkan dua kitab yaitu Al-
lqna' Dan Al-Muntaha, Imam Ahmad Bin Hanbal menyatakan, "kuku wanita termasuk aurat, janganlah ia menampakkannya sedikit pun bila hendak keluar rumah. Begitu pula kedua kaus kakinya karena ia menggambarkan bentuk kaki. Dan aku lebih menyukai apabila pada lengan bajunya terdapat kancing pada telapak tangannya." Dalam kitab Al-lqna' dinyatakan, "sekiranya seorang laki-laki memandang wanita dengan syahwat dan bertujuan mencari kenikmatan darinya, meskipun tidak terjadi fitnah perbuatan itu tetap diharamkan secara pasti."
'
0
Darwisy Mushthafa, Fash! Al-Khithab, h. 53; Al-Qalmuni, Fa Firru Ila Allah, h. 172
39
Sementara dalam kitab Al-Fiqh Al-lslami Wa Adil-Latuh dinyatakan, "ulama hanabilah mengharamkan seorang laki-laki memandang wanita asing tanpa ada suatu keperluan.
3
'
Persyaratan Lain Busana Wanita Menurut Syariat Islam Yaitu: a.
Meliputi seluruh badan, selain yang dikecualikan. Bagian tubuh yang boleh kelihatan hanya wajah dan telapak tangan (sampai pergelangan). Terdapat dalam surat An-Nuur ayat 31, yang sudah dijelaskan di atas.
b. Jilbab Bukan berfungsi sebagai perhiasan kecantikan yang dapat menarik perhatian kaum laki-laki. Berdasarkan surat an-nuur ayat 31 pakaian biasa jika dihiasi dengan sesuatu yang menyebabkan kaum laki-laki melirikkan pandangan kepadanya. Hal ini tercantum pada firm an Allah SWT dalam surat Al-Ahzab ayat 33.32
Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bair3 dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (Al-Ahzab : 33)
c. Tebal, tidak tipis. Tekstil yang dijadikan bahan busana harus tebal dan tidak tipis atau transparant (tembus pandang) karena kain yang demikian akan
31
Ahmad Mahmud Ad·Dieb, Wanita !tu Aural De bat Hangat Seputar Hijab Dan Cadar, (Jakarta:CV. Cendekia Sentra Muslim, 2002), cet. Ke-1,h. 96. 32 Al·Qur'an Dan Terjemahannya, Proyek Pengadaan Kitab Suci Al·Qur'an, Departemen Agama Republik Indonesia, Pelita II 1977/1978, PT. Bumi Restu, h. 672 33 "Ah/u/ Bait" disini, yaitu keluarga rumah tangga Rasulullah SAW
40
memperlihatkan bayangan kulit secara remang-remang dan hanya akan memancing fitnah (godaan) dan berarti menampakkan perhiasan. d. Longgar, tidak sempit atau tidak ketat. Modelnya tidak ketat, sehingga tidak dapat menggambarkan sesuatu dari tubuhnya karena model yang ketat akan menampakan bentuk tubuh terutama payudara, paha, pinggang dan pinggul. Hendaknya menggunakan potongan yang longgar agar lebih sehat untuk memberi keleluasaan bagi otot yang bergerak. Islam mengharamkan perempuan memakai pakaian yang terlihat lekuk tubuh dan tipis sehingga nampak
kulitnya.
Termasuk diantaranya
ialah
pakaian yang dapat
mempertajam bagian-bagian tubuh khususnya tempat-tempat yang membawa fitnah. Jika pakaian itu ketat, meskipun dapat menutupi warna kulit maka tetap dapat menggambarkan bentuk atau lekuk tubuhnya. Rasulullah saw bersabda :34
rJ '~!-:fli u1:G-! JP ,~1 J}:~ti 0
,,..
,,. ,,..
ol J.)) 1:.\J..,,,. '. \d~'•.... ep 1" '1j-! • ..:.r4 6 ,,..•.l~I,,.. JW ..... ,,. ,,.. ,,.. Q
~~
J._;.; ~- :~ ~ ;;. ,,..
0
,,..
0
f cf'-' :J u·1-:.,\.1,,. . . ,,.. Jo'
,,.
.J.
1'.I '.<~ '-ti-' 0""1-
(<.S}><JI Artinya:
Berkata Hafehoh binti Siri, "Saya pernah bertanya kepada nabi, ya Rasululallah, apakah kita berdosa apabila salah satu diantar kita (para perempuan) tidak ikut pergi ke tanah lapan di hari raya lantaran tidak mempunyai banu plll!iang dan onggar? "Rasulullah menjawab, "hendaklah temannya memilifamkan kepada dia bajunya yang longgar itu ". (HR. Bukhori). e. Tidak diberi parfum atau minyak wangi. Karena dengan wangi-wangian itu akan membangkitkan nafsu birahi laki-laki.
34
Jbnu Hajar Al-Asfalani, Fath Al-Bani, (Beirut: Darul Ma'arif), h. 469
41
f. Jangan menyerupai pakaian laki-laki. Bila untuk baju dan pakaian bawah bennodel celana panjang (pantalon), sebaiknya blus tersebut menurun atau panjang sehingga menutup bagian pinggul dan setengah paha. Rasulullah saw berdabda :
Artinya: Dikutuk laki-laki yang memakai pakaian peremfuan dan perempuan yang memakai pakaian laki-laki. (H. R. An-Nasai/
g. Jangan menyerupai pakaian wanita-wanita kafir. h. Bukan pakaian untuk mencari popularitas (bukan libas syuhrah). Bahannya juga sebaiknya untuk model tidak terlalu mewah dan berlebihan atau menyolok mata dengan warna yang aneh sehingga menarik perhatian orang apalagi jika menimbulkan rasa angkuh dan sombong. Libas syuhrah adalah setiap pakaian yang dipakai dengan tujuan meraih popularitas (gengsi) di tengah-tengah orang banyak. Baik pakaian tersebut mahal, yang dipakai oleh seseorang untuk berbangga dengan gaun dan perhiasannya, maupun pakaian yang bernilai rendah yang dipakai oleh seseorang untuk menampakkan kezuhuddannya dan dengan tujuan riya. Sebagaimana rasulullah bersabda:
(~ o\J.J) a..L,AJ\ r.Ji.
' .Yl Alli~ t ~~\ 0-4
Dari Jbnu Umar ra, ia berkata : "Te/ah bersabda Rasulullah saw, "Barang siapa yang beljalan menyeret kainnya sebagai tanda kebanggan
35 Ibrahim Muhammad Al-Jamal, Fiqih Muslimah, lbadat Mu'amala~ (Jakarta: Pustaka Amani, 1999), cet. ke-III, h. 89
42
(kesombongan niscaya Allah tidak akan menen1wknva iretatc amar1 K1um..._.. (HR. Muslim)»"
E. Fungsi Busana Dalam Islam Dari sekian banyak ayat al-qur' an yang berbicara tentang pakaian dapat ditemukan paling tidak ada empat fungsi pakaian, yaitu: 1. Penutup Sau'at (Aurat)
Sau'at terambil dari kata sa'a yasu'u yang berarti buruk, tidak menyenangkan. Kata ini sama maknanya dengan aurat yang terambil dari kata ar' yang berarti onar, aib, tercela. Tidak satupun dari bagian tubuh yang buruk karena semuanya baik dan bermanfaat, termasuk aurat. Tetapi bila dilihat orang maka "keterlihatan" itulah yang buruk. Dalam fungsinya sebagai penutup tentunya pakaian dapat menutupi segala yang enggan diperlihatakan oleh pemakai sekalipun seluruh badannya;'.
2. Perhiasan Perhiasan adalah sesuatu yang dipakai untuk memperelok. Dalam fungsi pakaian sebagai perhiasan perlu digaris bawahi bahwa salah satu yang harus dihindari dalam berhias adalah timbulnya rangsangan birahi dari yang melihatnya (kecuali suami dan istri) atau sikap tidak sopan dari siapapun. Hal-ha! tersebut dapat muncul dari cara berpakaian, berhias, berjalan, berucap, dan sebagainya.
36
Adib Bisri Mustofa, Terjemahan Shohih Muslim, (Semarang: CV. Asy-Syifa', 1993). H.
37 Dr. M. Quraish Shihab, "WAWASAN Al-Qur'an, Tefsir Maudhu'i Atas Pelbagai Persoalan Umat". (Bandung: Mizan, 1996) CetKe-, hal 161
43
3. Perlindnngan (fakwa) Pakaian dapat melindungi seseorang dari sengatan panas dan dingin. Fungsi perlindungan bagi pakaian dapat juga diangkat ~ntuk pakaian dapat juga diangkat untuk pakaian ruhani, libas at-taqwa. Setiap orang dituntut untuk merajut sendiri pakaian ini. Benang atau seratnya adalah taubat, sabar, syukur, qana'ah, ridha dan sebagianya.
4. Petunjuk Identltas Seorang muslim diharapkan mengenakan pakaian ruhani dan jasmani yang menggambarkan identitasnya. Disadari sepenuhnya bahwa Islamtidak datang menentukan mode pakaian tertentu, sehingga setiap masyarakat dan periode bisa saja menetukan mode yang sesuai dengan seleranya. Namun demikian agaknya tidak berlebihan j ika diharapkan agar dalam berpakaian tercermin pula identitasnya. Tidak diragukan lagi bahwa jilbab bagi kaum wanita adalah gambaran identitas seorang muslimah, sebagaimana yang disebutkan dalam AlQur'an. Disamping jilbab itu harus menutup aurat, beberapa hadist Nabi menjelaskan bahwa jilbab itu jangan terlalu ketat sehingga membentuk lekuk-Jekuk tubuh secara nyata (HR. Imam Muslim dari Abu Hurairah). Adapun mode jilbab, manusia diberi kebebasan untuk mengembangkannya secara kreatif, selama masih memenuhi persyaratan yang telah dikatakan al'qur'an dan hadist, dan disesuaikan dengan keadaan daerah dan pekerjan yang dihadapi oleh pemakai sehingga dimungkinkan untuk bekerja di
44
kantor, untuk mengajar, untuk sekolah, untuk kuliah, dan lain sebagainya.58
F. Jilbab dan Dinamika Mode Secara individual pola pikir dan kepribadian manusia dapat dilihat dari pemilihan pakaiannya. Melalui busana yang dikenakan dapat memberi kesan tingkat ekonomi dan status sosial pemakainya. Selain itu juga dapat dinilai citra estetika, kepribadian dan kualitas moralnya. Peringkat sosial ekonomi tercermin dari merk yang menempel pada pakaian dan aksesoris-aksesoris lain yang dipakainya. Citra estetika terlihat dari mode yang dikenakan, apakah asri, serasi, anggun, bersih, kotor, atau lainnya. Sedangkan kualitas moral tampak jelas pada ukuran busana yang dipakainya, apakah pakaian itu menonjolkan lekuk-lekuk bentuk tubuh yang seronok dan merangsang atau apakah pakaian itu mencitrakan kesombongan, keangkuhan dan lain sebagainya. Seiring dengan lajunya perkembangan zaman, ukuran busana wanita terus meningkat dari taraf yang paling sederhana hingga ketingkat yang paling sempuma. Masyarakat primitif dulu atau masyarakat yang masih terasing menggunakan pakaian yang minim sekali. Dari pakaian yang minim tersebut kemudian berkembang menjadi pakaian yang lebih lebar dan agak menutup, hingga akhimya pada abad ke-7, Islam menetapkan ukuran pakaian yang maksimal untuk seorang wanita adalah yang menutup seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan. Dengan kerudung, penutup kepala, busana muslimah menjadi jauh lebih sempuma ketimbang dengan busana bangsa manapun di dunia. 38
Drs. K. H. Didin Hafidhuddin., M. Sc., Dakwah Aktua/ (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), Cet I, h. 177-178
45
Karena itu, mode pakaian yang ukurannya kurang dari ketentuan yang ditetapkan islam, sebenamya bukan berarti modem. Dengan demikian kita harus bisa memilih bentuk dan mode busana yang sesuai dengan prinsip islam, namun memiliki nilai estetika (keindahan) yang tinggi. Karena sebagai mana kita ketahui dalam masalah pakaian, islam hanya menetapkan batas-batas yang harus ditutupi saja, sedangkan dalam masalah modenya diperintahkan kepada kita untuk menata dan memperindahnya sesuai dengan selera tempo dan tempat. Masalah model pakaian tidak termasuk urusan Ta'abbudi Dan Taufiqi tetap termasuk dalam masalah muamalat yang dikendalikan oleh maksud-maksud syariat. Apapun model yang didapat mewujudkan penutupan diri dengan syaratsyarat yang syar'i dan sesuai dengan iklim atau adat kebiasaan yang berlaku dan dapat diterima oleh kaum muslim. 39 Supaya orang tidak beranggapan bahwa busana muslimah Gilbab) itu kuno dan konservatif, maka umat islam dituntut untuk menunjukkan kemampuan intelektual, keterampialn, dan keahliannya dibidang busana, supaya busana muslimah Gilbab) senantiasa enak disandang, dan nyaman dipandang, sehingga kita berkenan memakainya dengan penuh keimanan dan ketaqwaan. Dengan hanya ditentukan batas-batas aurat yang harus ditutupi (dan tidak dengan modelnya), maka busana muslimah memiliki kemungkinan munculnya rekayasa-rekayasa baru setiap saat, disesuaikan dengan selera tempo dan tempat. Seperti yang telah diuraikan pada pembahasan diatas, bahwa sentuhan modelling pada busana itu sah-sah saja, terutama bila dilakukan dengan pertimbangan
39
Nasaruddin Umar, Antropo/ogi Ji/bah, Ulumul qur'an, VI, s, (1996), h. 39
46
sebagai berikut disamping tidak melupakan konsep busana muslimah Gilbab} itu sendiri. Pertimbangan tersebut adalah: 1. . Sesuai dengan kepribadian khas pemakainya. Pakaian yang dipakainya sangat baik dan sempurna jika meneguhkan citra diri pemakainya. Pakaian tidak hanya menunjukkan identitas gender, tetapi identitas personalitas. 2. Sesuai dengan usia pemakainya. Pakaian untuk anak-anak tentu berbeda dengan pakaian untuk remaja dan pakaian remaja juga berbeda dengan pakaian wanita bersuami. Wanita muda bersuamipun perlu memilih pakaian yang berbeda dengan pakaian wanita yang lanjut usia dan sebagainya. 3. Sesuai dengan profesi, iklim, situasi, dan kondisi sosial budaya di negeri yang amat dingin dan di negeri yang amatpanas, tentu jenis kain, warna, ketebalan kain, motif dan model pakaiannya berbeda. Pakaian pada situasi berkabung akan berbeda dengan pakaian pada saat gembira, pada saat menikah, ketika berbelanja atau kuliah. 4. Model dan warna tidak mencolok (Tabaruj) Kata at-tabarruj
artinya membuka sebagian anggota
badan dan
menampakkannya, sehingga dapat dilihat orang Iain (khususnya kaum laki-laki).4 " Pada hakekatnya, kata at-tabarruj berarti menampakkan apa yang seharusnya ditutupi dan disembunyikan.41 Islam melarang kaum muslimah untuk tabaruj (pamer/ menarik perhatian). Model pakaian, pemilihan warna bahkan dalam memakai wangi-wangian pun dan cara
40
Ahmad Mahmud Ad-Dieb, Wanita !tu Aural Debat Hangat Seputar Hijab Dan Cadar, ')akarta:CV. Cendekia Sentra Muslim, 2002), cet. Ke-I, h. 42 41 Khali Ramadhan Hasan, Sebab-Sebab Keselamatan dan Kebinasaan Wanita, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2003), cet. ke-1, h. 34
47
berdandan,
wanita
muslimah
tidak
boleh
melakukannya
secara
mencolok.42
Untuk meluruskan keberadaan (kepribadian) seorang wanita, maka seharusnya pakaian ini harus berkhidmat kepada suatu esensi yang menyeluruh yaitu:
1. Pakaian yang sempuma itu, lebih untuk pemeliharaan dan penjagaan diri, dapat membantu mendewasakan pikiran wanita, dan mengembangkannya kemudian mengaktifkan dan mengkreatifkannya. 2. Pakaian yang sempuma itu membantu untuk memelihara harga diri dan kemuliaan wanita dimanapun ia berada. 3. Pakaian yang sempuma itu, menjaga dan memelihara hak wanita sehingga selalu sadar dan gemar pada kebaikan. 4. Terakhir, pakaian yang sempuma itu membantu wanita melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, mulai dari mengurus rumah tangga hingga terlibat dan berperan serta dalam membangun umatnya.43
42
88
43
Ni'mat Shidqy, Pamer Aural At-Tabaruj, (Jakarta: Granada Nadia, 1994), cet. Ke-I, h.
Abdul Halim Abu Syuqqah, Kebebasan Wanita Ji/id 4, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), hat. 34
BABill GAMBARAN UMUM
A. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1. Sejarah a. Periode Perintisan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta adalah hasil perubahan dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta perubahan tersebut ditetapkan dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 031 Tahun 2002. Menurut catatan sejarah, berdirinya IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu didasarkan pada gagasan dan hasrat um at is lam, yang merupakan mayoritas bangsa Indonesia untuk mencetak kader pemimpin islam yang diperlukan bagi perjuangan dan pembangunan Bangsa Indonesia. Gagasan tersebut sebenarnya sudah muncul sejak zaman penjajahan Belanda, yaitu ketika Dr. Satiman Wirjosandjojo berusaha mendirikan pesantren luhur sebagai lembaga pendidikan tinggi agama. Usaha itu tidak berhasil karena adanya hambatan dari pihak Belanda. Selanjutnya pada tahun 1940 Persatuan Guru Agama Islam (PGAI) di Padang mendirikan Sekolah Tinggi Islam (ST!). Namun, ST! ini hanya berjalan hingga tahun 1942 karena pendudukan Jepang di Indonesia. 1 1
Pedoman AKADEMIK Tahun 2003/2004 UNIVERSITAS ISLAM NEGER! (UJN) SYARIF H!DAYATULLAH JAKARTA, h. I
49
Selanjutnya pada tanggal 8 Juli 1945 bertepatan dengan 27 Rajab 1364 H., yayasan tersebut mendirikan Sekolah Tinggi Islam (ST!) yang berkedudukan di Jakarta dan dipimpin oleh Abdul Kahar Mudzakkir. Akibat kepindahan pusat Pemerintahan RI dari Jakarta ke Yogyakarta pada tahun 1946, ST! pun ikut pindah dan berganti nama menjadi Universitas Islam Indonesia (UII) terhitung mulai 22 Maret 1948, dengan diadakan penambahan fakultas-fakultas barn (fakultas agama, fakultas hukum, fakultas ekonomi, fakultas pendidikan)
b.
Periode ADIA ADIA (Akademi Dinas Ilmu Agama) berdiri pada tanggal 1 Juni 1957 dengan tujuan mendidik dan mem-persiapkan pegawai negeri guna mencapai ijazah pendidikan akademi dan semi akademi untuk menjadi ahli didik agama pada Sekolah Menengah Umum, Sekolah Kejuruan dan Sekolah Agama. Lama belajar 5 tahun yang terdiri dari tingkat semi akademi 3 tahun dan tingkat akademi 2 tahun. 2 ADIA mempunyai tiga jurusan yaitu Jurusan Pendidikan Agama, Jurusan Bahasa Arab dan Jurusan Khusus untuk Imam Tentara. Sesuai dengan fungsinya sebagai akademi dinas, maka mahasiswa yang mengikuti kuliah pada akademi itu terbatas pada mahasiswa tugas belajar yang terdiri atas pegawai/guru agama di lingkungan Depmiemen Agama dari
berbagai
daerah seluruh
Indonesia yang masuk berdasarkan seleksi. Pimpinan ADIA adalah
2
.Pedoman AKADEMIK, ibid, h. 2
51
1963. IAIN yang berpusat di Yogyakarta menjadi IAIN Sunan Kalijaga dan IAIN yang berpusat di Jakarta menjadi IAIN Syarif Hidayatullah. Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada saat itu dijabat oleh Prof. Drs. H. Soenardjo dan mempunyai empat fakultas, yaitu Fakultas Tarbiyah, Adab, dan Ushuluddin di Jakarta, dan Fakultas
Syari'ah
di
Serang,
Banten.
Di
samping
itu juga
mengkoordinasikan Fakultas Tarbiyah dan Syari'ah di Banda Aceh dan Palembang. Dalam masa dua tahun sampai tahun 1965 dibuka pula fakultas-fakultas baru, yaitu Fakultas Tarbiyah di Serang, Cirebon, Padang dan Pekanbaru, serta Fakultas Syari'ah di Jambi. Cabangcabang IAIN Jakarta ini kemudian satu per satu berdiri sendiri menjadi IAIN maupun STAIN. Sejak diterbitkannya Keputusan Menteri Agama RI No. 15 Tahun 1988, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta terdiri dari fakultas-fakultas Tarbiyah, Adab, Ushuluddin, Syari'ah, dan Dakwah di Jakarta dan Fakultas Tarbiyah di Pontianak. Selanjutnya, berdasarkan Keputusan Presiden RI No.! I tahun 1997 tentang Perubahan Status Fakultas Daerah menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), maim Fakultas Tarbiyah Pontianak berdiri sendiri sebagai STAIN Pontianak. Pada masa kepemimpinan Prof. Dr. Harun Nasution (1973-1984), IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dikenal luas sebagai 'Kampus Pembaharu', karena beliau banyak mengadakan pembaharuan-pembaharuan
dalam pemikiran Islam
dengan menekankan Islam rasional. Untuk itu, Prof. Harun Nasution mengadakan perubahan kurikulum IAIN, salah satunya dengan
52
memasukkan mata kuliah filsafat dan menyelenggarakan Program Pascasarjana (PPs). PPs IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan PPs pertama di lingkungan IAIN di seh1ruh Indonesia. PPs ini mengawali kuliah perdananya pada 1 September 1982, setelah sebelumnya
(tanggal
30
Agustus
1982)
diadakan
peresmian
pembukaannya. Pembukaan PPs (ketika itu bernama Fakultas Pascasarjana) dilandasi SK Direktur Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Depmiemen Agama, H.A. Timur Djaelani, MA Nomor KEP/E/422/'81 tanggal 13 Agustus 1981. Dalam SK tersebut dinyatakan bahwa IAIN Jakarta telah memenuhi persyaratan untuk menyelengga-rakan PPs. SK Dirjen tersebut dikuatkan oleh SK Menteri Agama Nomor 78 Tahun 1982 yang berisi ketetapan tentang pengangkatan Prof. Dr. Harun Nasution sebagai direkturnya.
e. Periode IAIN ke UIN (Periode IAIN with Wider Mandate) IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu IAIN tertua di Indonesia, yang bertempat di ibukota Jakarta, menempati posisi unik dan strategis, tidak hanya sebagai 'Jendela Islam di Indonesia', tetapi juga simbol bagi kemajuan pembangunan nasional, khususnya di bidang pembangunan sosial-keagamaan. Sebagai upaya untuk mengintegrasikan ilmu umum dan ilmu agama, lembaga ini mulai mengembangkan diri dengan konsep IAIN dengan mandat yang lebih luas (IAIN With Wider Mandate) menuju terbentuknya Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
53
Langkah
konversi
ini
mulai
diintensifkan
pada
masa
kepemimpinan Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA dengan dibukanya J urusan P.sikologi dan Pendidikan Matematika pada Fakultas Tarbiyah,
serta jurusan Ekonomi dan Perbankan Islam pada Fakultas Syari'ah pada tahun akademik 199811999. Untuk lebih memantap-kan langkah konversi ini, pada tahun 2000 dibuka Program Studi Agribisnis dan Teknik Infmmatika bekerjasama dengan IPB dan BPPT, Manajemen, dan Akuntansi. Pada tahun 200 I diresmikan Fakultas Psikologi dan Fakultas Dirasat Islamiyah bekerjasama dengan Universitas Al-Azhar Mesir. Selain itu dilakukan juga upaya kerjasama dengan IDB (Islamic Development Bank) sebagai penyandang dana pembangunan kampus yang modern; McGill University (CIDA); Leiden University (INIS); Universitas Al-Azhar (Kairo); King Saud University (Riyadh); Universitas
Indonesia;
Institut
Pertanian
Bogor;
Universitas
Muhammadiyah Jakarta; Ohio University; LIA; Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT); Bank BNI; Bank Mu'a-malat Indonesia (BMI); dan universitas-universitas serta lembaga-lembaga lainnya. Langkah perubahan bentuk IAIN menjadi UIN mendapat rekomendasi dengan ditandatanganinya Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 4/U/KB/2001 dan Menteri Agama RI Nomor 500/2001 tanggal 21 Nopember 2001, dan di samping itu 12 (dua belas) program studi ilmu sosial dan eksakta (Teknik Jnformatika, Sistem Informasi, Akuntansi, Manajemen, Sosial
54
Ekonomi Pertanian/Agribisnis, Psikologi, Bahasa dan Sastra Inggris, Ilmu Perpustakaan, Matematika, Kimia, Fisika dan Biologi) mendapat rekomendasi/izin operasional dari Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas RI dalam surat nomor 088796/MPN/2001tanggal22 Nopember 2001. Lebih lanjut, rancangan Keppres tentang Perubahan Bentuk IAIN menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga telah mendapat rekomendasi dan pertimbangan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara RI dan Dirjen Anggaran Departemen Keuangan RI Nomor 02/M-PAN/1/2002 tanggal 9 Januari 2002 dan Nomor S-490/MK2/2002 tanggal 14 Februari 2002. Rekomendasi ini merupakan dasar bagi kelurnya Keputusan Presiden No 031 tanggal 20 Mei 2002 tentang Perubahan IAIN Jakarta menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
f. Periode UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (mulai 20 Mei 2002) IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta resmi berubah menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan terbitnya Keputusan Presiden RI Nomor 31 Tahun 2002 tanggal 20 Mei 2002. Peresmiannya dilakukan oleh Wald! Presiden H. Hamzah Haz tanggal 8 Juni 2002 bersamaan dengan upacara Dies Natalis ke-45 dan Lustrum ke-9 serta pemancangan tiang pertama pembangunan Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melalui dana Islamic Development Bank (IDB). Sebagai upaya awal untuk menghilangkan dikotomi ilmu, UIN Syarif Hidayatullah Jakmta mulai tahun akademik 2002/2003 menetapkan nama-nama fakultas sebagai berikut:
55
!) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan;
2) Fakultas Adab dan Humaniora; 3) Fakultas Ushuluddin dan Filsafat; 4) Fakultas Syari'ah dan Hukum; 5) Fakultas Dakwah dan Komunikasi; 6) Fakultas Dirasat Islamiyah; 7) Fakultas Psikologi; 8) Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial; 9) Fakultas Sains dan Teknologi serta Program Pascasarjana (S2 dan S3). 10). Program PascaSarjana Hingga tahun 2003 ini, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta telah menghasilkan alumni sebanyak 26.164 orang, terdiri atas 12.532 sarjana Strata-I, 833 Magister (S2), dan 290 Doktor (S30 serta 5.479 saijana muda, 1800 Diploma tiga dan 4.947 Diploma Dua. Universitas Islam Negeri (VIN) Syarif Hidayatullah Jakarta terus berupaya menyiapkan peserta didiknya menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan professional yang dapat menerapkan, mengembangkan, dan atau menciptakan ilmu pengetahuan keagamaan dan ilmu-ilmu terkait lainnya dalam arti yang seluas-luasnya.
56
2. Visi dan Misi VIN Syarif Hidayatnllah Jakarta
Meski nama dan pembangunan berubah total, namun visi Universitas Islam Negeri tidaklah berubah, yakni menjadikan Universitas Isl.am Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai lembaga pendidikan tinggi yang terkemuka dalam mengintegrasikan aspek keilmuan, keislaman, dan keindonesiaan. Begitu pula misinya, tidak berubah. Pada prinsipnya, misi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sejalan dengan tugas Tridharma Perguruan Tinggi, yaitu menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka ikut serta membentuk masyarakat Indonesia yang bermoral Islami dan berkepribadian Indonesia, serta mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kepentingan bangsa Indonesia khususnya dan kemaslahatan umat manusia umumnya. Berangkat dari prinsip tersebut, maka Misi UIN SyarifHidayatullah Jakarta adalah sebagai berikut: a.
Melakukan reintegrasi epistimologi keilmuan, sehingga tidak ada lagi dikotomi antara ilmu-ilmu umum dan ilmu-ilmu agama.
b.
Memberikan landasan moral terhadap pengembangan IPTEK dan melakukan pencerahan dalam pembinaan IMTAQ, sehingga IPTEK dan IMTAQ dapat sejalan;
c.
Mengartikulasikan ajaran Islam secara profesional ke dalam konteks kehidupan masyarakat, sehingga tidak ada lagi jarak antara norma agama dan sofistifikasi masyarakat;
57
d.
Mempertahankan nilai-nilai lama yang positif dan mengambil nilainilai baru yang lebih positif;
e.
Mengembangkan rise! 4an penelitian, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif, sehingga tidak ada lagi kesan deduktifikasi ilmuilmu keislaman;
f.
Memberikan masyarakat
kontribusi melalui
terhadap
peningkatan
pola pengabdian
kualitas
masyarakat
yang
hidup lebih
profesional; g.
Memberikan landasan moral dan spritual terhadap pembangunan nasional, sehingga konsep pembangunan manusia seutuhnya dapat tercapai;
h.
Memberikan kontribusi dalam mewujudkan perdamaian dunia dan kesejahteran uamt manusia;
i.
Menjadikan faktor yang menentukan dalam memelihara hubungan harmonis antara agama, negara dan masyarakat.
Di lingkungan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakartajuga terdapat lembaga-lembaga: 1). Lembaga Struktural,
Yaitu unit pelaksana di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang keberadaannya secara tegas terdapat dalam struktur organisasi. Yang termasuk lembaga struktural adalah: Lembaga Penelitian (Lemlit), Lembaga Pengabdian pada Masyarakat (LPM), Pusat Komputer (Puskom), dan Perpustakaan.
58
2). Lembaga Non-Struktural,
Yaitu unit kerja di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang keberadaannya secara fungsional mendapat pengakuan resmi dari Rektor, tetapi secara struktural berada di luar struktur formal UIN Jakarta. Yang termasuk lembaga non-struktural UIN adalah: Kopertais Wilayah I, Yayasan Syahid, Yayasan Triguna Jaya, Koperasi Pegawai Negeri, BUPERDA, Klinik Syarif Hidayatullah, Madrasah Pembangunan, UIN Jakarta Press, Taman Kanak-kanak Ketilang, Lembaga Kemahasiswaan dan Alumni, Pusat Bahasa dan Budaya (PBB), Pusat Studi Wanita (PSW), Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM), Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia (PPSDM), Pusat Konsultasi Hukum dan HAM (PuskumHAM),
Pusat
Studi
Pengembangan
Manajemen
Lingkungan (PPM),
Hidup
Pusat
(PSLH),
Pengembangan
Pusat dan
Pembelajaran, Pusat Kajian Filsafat, Pusat Pengembangan Sains dan Teknologi
(Pusbangsitek),
Lembaga Konsultan
Psikologi Terapan
(LPKT), Center for Enterpreneurship and Economics Development (CEED), Indonesian Center for Civic Education (ICCE), Pusat Studi Turas (Research Center for Islamic Heritage), Lembaga Penyiaran Radio Syahid, dan Project Implementing Committee (PIC) yang sekaligus merupakan Center for International Cooperation (CIC). 3). Lembaga Kemahasiswaan
Adalah lembaga-lembaga organisasi intra yang mengatur dan melaksanakan kegiatan-kegiatan mahasiswa di bidang ekstra kurikuler,
60
pada saat itulah ADIA pun diubah menjadi IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Berdasarkan keputusan menteri agama RI No. 94 tahun 1963, tanggal 25 februari 1963 diadakanlah pembagian tugas pembinaan antara IAIN Y ogyakarta dengan IAIN Jakarta, dimana IAIN Jakarta bertugas untuk mengkoordinir fakultas-fakultas agama islam yang ada di lingkungan Jakarta raya, jawa barat dan Sumatera. Peresmian pembagian wilayah pembinaan tersebut dilaksanakan pada tanggal 18 mare! 1963, sekaligus dilakukan serah terima jabatan rektor dari Pro£ H.A. Soenarjo, SH kepada Pro£ Ors. Sunardjo. Pada saat dilakukukan serah terima jabatan tersebut IAIN Jakarta mempunyia empat fakultas, yaitu fakultas tarbiyah, fakultas adab, fakultas ushuluddin di Jakarta serta fakultas syariah di serang. Pada akhir tahun 1966 muncullah pemikiran untuk membuka fakultas syariah di Jakarta. Untuk itu dilakukan persiapan-persiapan yang langsung dipimpin oleh rektor. Karena sarana dan prasarananya beelum siap dan belum memadai, maka fakultas syariah Jakarta baru menerima mahasiswa mulai pada tahun ajaran 1968. untuk tahap awal pimpinan fakultas dirangkap oleh rektor/ prof. Ors. Sunardjo dan pelaksana hariannya diserahkan kepada Ors. H. Peunoh Daly, merangkap sebagai ketua jurusan ilmu agama di fakultas tarbiyah. Kemudian baru rektor mengangkat KHM Syukri Ghazali sebagai pimpinan fakultas syariah pertama. Semenjak itu resmilah fakultas syariah Jakarta sebagai salah satu
61
fakultas di lingkungan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta berdasarkan SK Menteri agama nomor: 159 tahun 1967.5 Fakultas Syariah Dan Hukum merup.akan fakultas dengan program studi terbanyak di UIN Jakarta. Fakultas ini memiliki fokus kajian di bidang hukum Islam. Sejalan dengan perkembangan masalah-masalah dan spesialisasi dalam keahlian hukum Islam, maka Fakultas Syari'ah dan Hukum menawarkan berbagai program studi yang siap mengantisipasi kebutuhan masyarakat akan berbagai profesi baru yang terkait dengan hukum Islam, seperti ahli perbankan syariah, ahli asuransi syariah, dan sebagainya. Beberapa tahun terakhir ini antusiasme calon mahasiswa untuk memasuki Fakultas Syari'ah dan Hukum cukup tinggi. Hal ini bisa diindikasikan dengan jumlah mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum yang menduduki peringkat kedua terbanyak setelah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Fakultas Syari'ah dan Hukum bertajuan menyiapkan lulusan yang ahli dan profesional dalam bidang hukum Islam. Fakultas Syari'ah mengemban tugas mengembangkan ilmu hukum Islam dan hukum umum. Kini Fakultas Syari'ah dan Hukum sedang mengembangkan program sn1di-program studi dalam lingkungan jurusan-jurusan yang telah ada, seperti
Program
Studi
Kepaniteraan
Kepengacaraan,
Administrasi
Perkawinan, dan Manajemen Wakaf dan Zakat (dalam Jurusan Al-Ahwal Al-Syakh-siyah), Program Studi Pidana Islam, Tata Negara (dalam Jurusan Jinayah/Siyasah), Program Studi Perbandingan Mazhab Fiqh,
5
•
Ibid, h.5
64
Jakarta sesuai dengan keputusan presiden RI Nomor 31 tahun 2002 tanggal 20 mei 2002. 7 Sejalan dengan kondisi yang berkembang dan selaras dengan tujuan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta mengacu pada visi fakultas sains dan teknologi merupakan salah satu jawaban yang merupakan necessity condition untuk memenuhi kebutuhan SDM di bidang teknologi informasi dan sistem informasi khususnya pasar tenaga kerja dan menjadi salah satu program pendidikan tinggi pilihan dalam seggi kualitas, waktu dan biaya bagi masyarakat. Fakultas Sains dan Teknologi bertugas mengembangkan ilmu-ilmu eksakta dan teknologi yang diformulasikan dengan nilai-nilai keislaman. Selain menyelenggarakan Program S l, UIN Syarif Hidayatullah juga menyelenggarakan Program Pendidikan Magister (S2), Doktor (S3), dan Doctor by Research. Program Pascasarjana UIN bertujuan menghasilkan lulusan yang bersikap terbuka, tanggap terhadap kemajuan iptek dan perubahan
atau
persoalan
sosial
yang
ditimbulkannya,
mampu
menggerakkan pendidikan agama, dan mengembangkan penelitian dalam ilmu-ilmu agama Islam di perguruan tinggi. Lulusan fakultas ini diharapkan mampu mengintegrasikan antara ilmu eksakta dan teknologi dengan ilmu-ilmu keislaman yang pada gilirannya akan mampu menjawab tantangan abad ke-21 dan bersaing dalam era globalisasi melalui teknologi informasi. Fakultas Sains dan Teknologi pada tahun akademik 2003/2004 menawarkan program studi. 8 7 8
Brosur Penerimaan MahasiS\Va Baru Fakultas Sains Dan Teknologi Tahun 2007 http://fst.uinjkt.ac.id
65
2. Visi Dan Misi Visi Fakultas Sains Dan Teknologi menjadi Jembaga pendidikan tinggi terkemuka secara rasional dan internasional dal!!m membangun sains
dan teknologi yang terintegrasi pada nilai keislaman dan
kelndonesiaan. Misi Fakultas Sains Dan Teknologi a. Menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan sarjana yang professional di bidang sains dan teknologi yang memiliki keunggulan kompetitif dalam persaingan global. b. Memberikan landasan moral terhadap pengembangan sains dan teknologi dan melakukan pencerahan dalam pembinaan iman dan takwa. c. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang sains dan teknologi serta memberikan kontribusi dalam penerapan sains dan teknologi terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat. 9
3. Tujuan Pendirian Fakultas Sains Dan Teknologi bertujuan untuk mendorong usaha reintegrasi keilmuan yang pada gilirannya menghilangkan dikotomi antara ilmu-ilmu umum dan ilmu-ilmu agama. Hal ini penting dalam rangka memberikan landasan moral islam terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan sekaligus mengartikulasikan ajaran islam secara professional didalam kehidupan masyarakat.
9
Ibid
BABIV ANALISIS DATA
A. DATA RESPON MAHASISWI Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum sebanyak 70 orang dengan Mahasiswi Fakultas Sains dan Teknologi sebanyak 50 orang. Adapun objek penelitiannya adalah Respon Mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum dengan Mahasiswi Fakultas Sains dan Teknologi. Berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto, diambil sampel sebesar 10% dari jumlah populasi 700 orang dari Fakultas Syariah dan Hukum, jadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 70 responden, dan angket yang terkumpul dari Fakultas Syariah Dan Hukum sebanyak 70 responden. Sedangkan dari Fakultas Sains Dan Teknologi sebesar 10% dari jumlah populasi 500 orang, jadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 rersponden, namun angket yang terkumpul hanya sebanyak 36 responden. Hal ini dikarenakan angket yang disebarkan ada yang error seperti angket hilang, responden tidak menjawab dengan sungguhsungguh, responden hanya menjawab beberapa dari pertanyaan saja. Dalam penelitian ini, pengumpulan dan penacarian data memakai angket yang disebarkan semuanya berjumlah 120 angket, dengan perincian sebagai berikut : Fakultas Syariah Dan Hukum, masing-masing 70 angket yang diedarkan terkumpul 70 yaitu 100%, Fakultas Sains Dan Teknologi dari 50 angket yang diedarkan hanya terkumpul 36 angket yaitu hanya 76%. Lengkapnya akan terlihat pada tabel-tabel berikut ini.
67
Sebelum menuju kepada analisis data, diantaranya ada dua variabel yaitu Variabel Terikat (x) antara lain mengenai : Respon mahasiswi tersebut baik pengetahuan agamanya, kenyamanan dalam berjilbab, keindahan serta life style. Dan Variabel Bebas (y) antara lain mengenai : Sosialisasi dari pihak kampus serta sikap para dewan dosen di kampusnya.
1. Identitas Responden Rincian tentang identitas responden yang terlibat dalam penelitian ini, dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel I Pendidikan Terakhir Responden Sebelum Kuliah Distribusi Jawaban No
I F. Syari'ah dan Hukum I
F. Sains dan
n=70
Teknologi
F
-xl00% n
n =50 F
%
F
%
1
SMAJSMU
32
45,7
40
80
2
MA
26
37,I
6
12
3
PESANTREN
12
17,2
1
2
4
Tidak Menjawab
0
0
3
6
Jumlah
70
100
50
100
Bila dilihat dari pendistribusian jawaban diatas, maka dapat dilihat perbedaan yang signifikan mengenai latar belakang pendidikan antara Fakultas Syariah dan Hukum dengan Fakultas Sains dan Teknologi. Pada Fakultas Sains dan Teknologi yang latar belakang pendidikannya sebelum kuliah adalah Sekolah Menengah Umum (SMU) sebanyak 80% responden, dan latar belakang pendidikannya Madrasah Aliyah (MA) yaitu 12%
68
responden dan yang Pesantren sebanyak 2% responden dan yang tidak menjawab sebanyak 6%. Berbeda dengan Fakultas Sains dan Teknologi yang mayoritas latar belakang pendidikannya sebelum kuliah adalah Sekolah Menengah Umum (SMU). Pada Fakultas Syariah dan Hukum yang latar belakang pendidikannya Sekolah Menengah Umum (SMU) sebanyak 45,7% responden, dan latar belakang pendidikannya Madrasah Aliyah (MA) dan pesantren masing-masing 37,1% responden dan 17,2% rersponden. Bila dilihat dari prosentase diatas, maka bisa dilihat dari kedua Fakultas memiliki persamaan yaitu kedua Fakultas memiliki lulusan terbanyak mayoritas Sekolah Menengah Umum (SMU), namun prosentase terbesar berasal dari Fakultas Sains dan Teknologi, ini sangat berpengaruh sekali terhadap cara berpakaian lulusan Sekolah Menengah Umum (SMU). Kemudian penulis menyimpulkan karena latar belakang pendidikannya mayoritas Sekolah Menengah Umum (SMU) maka cara berpakaianpun berbeda antara Fakultas Syariah dan Hukum dengan Fakultas Sains dan Teknologi. Di Fakultas Sains Dan Teknologi banyak mahasiswinya yang menggunakan celana jeans yang ketat pada bagian paha dengan kaos lengan panjang (busananya menutup tubuh walaupun sedikit membentuk bagian paha), berbeda dengan Fakultas Syariah Dan Hukum yang mahasiswinya sudah banyak yang menggunakan rok bahan kalaupun ada mahasiswi yang menggunakan celana jeans itu dipadupadankan dengan dengan blus panjang sampai pangkal paha. Jilbab menurut sebagian mahasiswi adalah busana yang dapat menutup tubuh tetapi tidak berarti tidak mengikuti mode. Pada tabel 2, 3, 4 masuk kedalam kategori pengetahuan agama, mahasiswi menjawab menjawab apa yang mereka ketahui baik tentang jilbab, Hukum mengenakanjilbab dan masa yang mereka lalui dalam memakaijilbab.
69
Tabel 2 Pengetahuan Islam Dalam Menganjurkan Berjilbab Terhadap Muslimah Distribusi Jawaban No
F. Syari'ah dan Hukum
F. Sains dan
n=70
Teknologi
F
-xl00% n
..
n=50 F
%
F
%
1
Sangat tahu
67
95,7
40
80
2
Tahu
2
2,9
3
6
3
Tidak Tahu
1
1,4
3
6
4
Tidak Menjawab
0
0
4
8
Jumlah
70
100
50
100
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui jumlah prosentase mahasiswi Fakultas Syariah Dan Hukum dengan Fakultas Sains Dan Teknologi di Universitas Islam Negeri (VIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang mengetahui bahwa Islam mengajurkanjilbab kepada setiap muslimah adalah 95.7% responden dari Fakultas Syariah Dan Hukum dan 80% responden dari Fakultas Sains Dan Teknologi sedangkan prosentase mahasiswi yang secara tidak tahu mengenai anjuran Islam tentang pemakaian jilbab kepada setiap muslimah antara Fakultas Syariah Dan Hukum dengan Fakultas Sains Dan Teknologi adalah sebanyak 1,4% responden dan 6% responden dan prosentase mahasiswi yang tidak menjawab hanya sebanyak 8% responden yang berasal dari Fakultas Sains Dan Teknologi. Dari tabel diatas, bahwa pengetahuan tentang pemakaian jilbab masing-masing Fakultas sudah sangat tahu akan anjuran tersebut. Namun prosentase terbesar dimiliki oleh Fakultas Syariah dan Hukum dibandingkan dengan Fakultas Sains dan Teknologi. Ini bisa disebabkan karena Fakultas
70
Syariah dan Hukum adalah Fakultas agama yang mahasiswinya banyak yang berasal dari Madrasah Aliyah (MA) dibandingkan dengan Fakultas Sains dan Teknologi yang memang bisa dilihat dl!-ri cara berpakaian lulusan Sekolah Menengah Umum (SMU). Dari pemyatan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa seluruh responden baik mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum maupun mahasiswi Fakultas Sains dan Teknologi telah mengetahui bahwa Islam menganjurkan kepada setiap muslimah untuk mengenakanjilbab. Tabel 3 Pengetahuan Agama Tentang Hukum Mengenakan Jilbab Distribusi Jawaban No
F. Syari'ah dan Hukum
F. Sains dan
I
Teknologi
n =70
F n
-xl00%
4
I
n=50 F
%
F
%
I
Wajib
55
78,6
42
84
2
Sunnah
13
18,6
5
10
3
Tidak tahu
2
2,8
I
2
Tidak Menjawab
0
0
2
4
Jumlah
70
IOO
50
100
Secara umum telah dapat diketahui bahwa para mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum dengan Fakultas Sains dan Teknologi di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta telah mengetahui wajibnya berjilbab yang ditunjukkan dengan jumlah prosentase 78,6% responden dari Fakultas Syariah dan Hukum dan 84% responden dari Fakultas Sains dan Teknologi, sedangkan jumlah prosentase dari Fakultas Syariah dan Hukum dengan Fakultas Sains dan Teknologi yang menganggap bahwa mengenakanjilbab itu Hukumnya
71
sunnah adalah 18,6% responden dan I 0% responden, akan tetapi semuanya telah mengetahui Hukumnya berjilbab. Dan yang menjawab tidak tahu Hukum mengenakan jilbab masing-masing 2,8% dan 2% responden baik dari Fakultas Syariah Dan Hukum maupun dari Fakultas Sains Dan Teknologi, sedangkan yang tidak menjawab ada 4% yang berasal dari Fakultas Sains Dan Teknologi. Namun ada perbedaan pandangan antara Fakultas Syariah dan Hukum dengan Fakultas Sains dan Teknologi, ini ditandai dengan prosentase yang mengatakan menggunakan jilbab itu Hukumnya wajib dari Fakultas Sains dan Teknologi itu lebih besar dibandingkan dengan Fakultas Syariah dan Hukum, padahal jika dilihat dari latar belakang pendidikan Fakultas Syariah dan Hukum yang berasal dari Madrasah Aliyah (MA) dan Pesantren itu lebih banyak dibandingkan dengan Fakultas Sains dan Teknologi. Hal ini disebabkan karena beberapa responden dari Fakultas Syariah dan Hukum ada yang menjawab bahwa Hukum mengenakanjilbab itu sunnah. Berdasarkan data tersebut di atas, dapat diasumsikan bahwa mayoritas responden baik dari Fakultas Syariah dan Hukum maupun Fakultas Sains dan Teknologi telah memiliki pengetahuan yang memadai tentang Hukum berjilbab.
72
Tabel4 Masa Yang Telah Dilalui Dengan Memakai Jilbab
No
Distribusi Jawaban
F. Syari'ah dan Hukum
F. Sains dan
F -xl00% n
n=70
Teknologi n=50
F
%
F
%
1
;,, 2tahun
53
75,7
35
70
2
1-2 Tahun
7
10
6
12
3
,;; ltahun
7
10
4
8
4
Tidak Menjawab
0
0
5
10
67
95,7
50
100
Jumlah
Data diatas menunjukkan berapa lama responden memakai jilbab, ternyata yang memakai jilbab lebih dari 2 tahun dari Fakultas Syariah dan Hukum menjawab 75,7% responden dan dari Fakultas Sains dan Teknologi menjawab 70% responden sedangkan responden yang menjawab 1-2 tahun masing-masing 10% responden dan 12% responden. Sementara responden yang menjawab kurang dari l tahun adalah l 0% dan 8% responden dari Fakultas Syariah dan Hukum dengan Fakultas Sains dan Teknologi. Sedangkan jumlah yang tidak menjawab cukup besar sebanyak l 0% responden. Maka dapat disimpulkan bahwa para mahasiswi baik dari Faknltas Syariah dan Hukum maupun dari Fakultas Sains dan Teknologi sebagian besar telah memakai jilbab selama lebih dari 2 tahun, apalagi mahasiswi yang berasal dari lulusan Pesantren dan Madrasah Aliyah (MA). Ini ditandai dengan prosentase yang terbesar berasal dari Fakultas Syariah dan Hukum dibandingkan dengan Fakultas Sains dan Teknologi ini dikarenakan di Fakultas Syariah dan Hukum,
74
Madrasah aliyah (MA) yang setiap kali pertemuan se!alu diselipkan pengetahuan agama atau hampir setiap hari belajar agama. Mahasiswi Fakultas Sains dan Teknologi yan1;1 pada awalnya knrang mengetahui anjuran Islam untuk berjilbab namun sekarang sudah mulai terbuka pengetahuannya mengenai jilbab, walaupun sebatas hanya mematuhi peraturan kampus saja. Untuk variabel selanjutnya pada tabel 5 sampai 7 yaitu tentang kenyamanan dalam pemakaian j ilbab antara lain: kenyamanan (tidak merasa risih) dalam memakai jilbab, kebetahan (tidak merasa gerah) dalam mengenakan jilbab, dan yang terakhir perasaan responden ketika berjalan memakai jilbab, tentu akan kita lihat beragam respon: Tabel5 Kenyamanan (tidak merasa risih) Dalam Mengenakan Jilbab No
I
Distribusi Jawaban
I
F. Syari'ah dan Hukum
I
F. Sains dan
n=70
F -xl00% n
Teknologi n=50
F
%
F
%
1
Nyam an
48
68,6
32
64
2
Biasa saja
20
28,6
15
30
3
Tidak
2
2,8
2
4
4
Tidak Menjawab
0
0
1
2
70
100
50
100
Jumlah
I
Melihat tabel diatas, jawaban yang diberikan oleh 68,6% responden dari Fakultas Syariah dan Hukum dan 64% responden dari Fakultas Sains dan Teknologi yang menyatakan dengan memakai jilbab mereka merasa nyaman-
75
nyaman saja. Ternyata dari kedua Fakultas tersebut tidak ada perbedaan, rata-rata mahasiswi sudah nyaman mengenakan jilbab. Namun tetap saja yang memiliki prosentase terbesar
y~itu
Fakultas Syariah dan Hukum, ini dikarenakan sebelum
kuliah mereka sudah terbiasa menggunakan jilbab pada saat sekolah dan pesantren secara otomatis jilbab buat mereka menjadi suatu kebiasaan sehingga tanpa jilbab mereka menjadi tidak nyaman lain halnya dengan Fakultas Sains dan Teknologi. Sedangkan jumlah yang menjawab biasa saja setengahnya dari responden yang menjawab nyaman masing-masing 28,6% responden dari Fakultas Syariah dan Hukum dan 30% responden dari Fakultas Sains dan Teknologi disini terlihat jelas bahwa mahasiswi yang berasal dari Fakultas Sains dan Teknologi merasa memakai jilbab itu biasa saja karena sebagian dari mereka memandang jilbab itu hanya sebagai peraturan kampus clan tidak berpengaruh terhadap dirinya. Kemudian responden yang menyatakan tidak nyaman atau tidak menjawab jumlahnya cukup kecil yaitu 2,8% responden dari Fakultas Syariah Dan Hukum dan 4% responden dari Fakultas Sains dan Teknologi, tetapi dibandingkan dengan Fakultas Syariah dan Hukum, mahasiswi Fakultas Sains dan Teknologi lebih banyak yang merasa tidak nyaman mengenakan jilbab. Mungkin hal ini dikarenakan sebagian dari mereka menganggap bahwa jilbab itu tidak modis (kuno/ norak) sehh:igga mereka merasa kalau jilbab bukan pakaian dari kalangan anakmuda.
77
Tabel 7 Perasaan responden ketika memakai jilbab di jalan Distribusi Jawaban
F. Syari'ah dan Hukum
F. Sains dan
F -xl00% n
n=70
Teknologi
No
n=50 F
%
F
%
1
Terlindungi
53
75,7
30
60
2
Biasa saja
17
24,3
10
20
3
Tidak
0
0
5
10
4
Tidak Menjawab
0
0
5
10
Jumlah
70
100
50
100
Berdasarkan tabel 7 diatas, responden yang menjawab merasa terlindungi dengan memakai jilbab ketika sedang berjalan di jalan adalah sama besar masing-masing dari kedua Fakultas meajawab 75, 7% dan 60% responden merasa terlindungi, dan yang merasa biasa sajapun sama besar yaitu masingmasing 20% responden dan 24,3% responden, sedangkan ada responden yang menjawab tidak terlindungi dan tidak meajawab yaitu masing-masing sebanyak I 0% responden berasal dari Fakultas Sains Dan Teknologi, secara prosentase menunjukkan para responden merasakan adanya kenyamanan dalam mengenakan j ilbab ketika sedang berjalan di luar rum ah. Melihat data dari tabel 5, 6, 7 mengenai variabel kenyamanan yaitu: nyaman (tidak merasa risih), tidak merasa gerah, serta perasaan terlindungi rersponden ketika mengenakan jilbab temyata mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta kebanyakan menjawab biasa saja dan kadang-kadang. Dengan demikian penulis mengambil kesimpulan bahwa mereka
79
tidak ada sama sekali dari semua responden tetapi ada responden yang tidak menjawab
yaitu
sebanyak
2%
responden.
Dengan
demikian
penulis
menyimpulkan bahwa responden .kebanyakan sudah percaya diri dalam mengenakan jilbab baik yang sudah terbiasa mengenakan jilbab maupun yang sedang belajar mengenakanjilbab. Hal ini dikarenakan mereka (khususnya mahasiswi Fakultas Sains Dan Teknologi) yang mengenakan jilbab dipadupadankan dengan busana yang sedang trend di zaman sekarang. Mereka beranggapan bahwa dengan memakai jilbabpun, mereka masih bisa dikatakan gaul atau modis dengan memakai pakaian yang tidak ketinggalan zaman. Tabet 9 Tujuan Memakai Jilbab Di Kampus Distribusi Jawaban No
F. Syari'ah dan Hukum
F. Sains dan Teknologi
n =70
n=50
F
-x!OO% n
F
%
F
%
l
Menutup aurat
61
87,1
34
68
2
Peraturan kampus
8
11,4
14
28
3
Bergaya
I
1,5
I
2
4
Tidak Menjawab
0
0
1
2
70
100
50
100
Jumlah
Dari basil data diatas menunjukkan bahwa sebagian besar atau 87, l % responden dari Fakultas Syariah dan Hukum dan 68% responden dari Fakultas Sains dan Teknologi telah mengetahui secara jelas tujuan memakai jilbab yaitu untuk menutup aurat Sedangkan 11,4% responden dari Fakultas Syariah dan Hukum dan 28% responden dari Fakultas Sains dan Teknologi memakai jilbab
80
hanya sekedar mematuhi peraturan kampus tanpa tujuan untuk bergaya. Hal ini dapat dilihat dari hanya 1,5% responden dan 2% responden (masing-masing 1 Ol\lng) yang menjawab memakai jilbab semata-mata untuk bergaya. Dan ada yang tidak menjawab dari ketiga-tiganya sebesar 2% juga. Dari data diatas temyata masih banyak mahasiswi dari Fakultas Sains Dan Teknologi yang memandang jilbab itu hanya peraturan kampus, walaupun sebagian dari mereka sudah mengetahui fungsi jilbab sebagai penutup aurat tetapi tetap saja di luar lingkungan kampus mereka tidak lagi mengenakan jilbab. Alasannya masih normatif yaitu hanya mengikuti atau menaati peraturan kampus saja. Di luar lingkungan kampus atau di rumah, mereka mempunyai kebebasan (hak) untuk tidak mengenakan jilbab. Tabel 10 Kesadaran Dalam Pemakaian Jilbab
No
Distribusi Jawaban
F. Syari'ah dan Hukum
F -xl00% n
n=70
I
F. Sains dan
I
Teknologi n =50
F
%
F
%
1
Diri sendiri
61
87,1
36
72
2
Orangtua
6
8,6
8
16
3
Kam pus
3
4,2
5
10
4
Tidak Menjawab
0
0
1
2
Jumlah
70
100
50
100
Pada tabel 14 diatas, terlihat bahwa dalam kesadaran memakai jilbab atas kehendak diri sendiri sebanyak 87, I %responden dari Fakultas Syariah dan Hukum dan 72% responden dari Fakultas Sains dan Teknologi. Sedangkan suruhan dari
81
orang tua adalah sebanyak 8,6% responden dan 16% responden. Dan yang menjawab karena kampus yang menerapkan wajib jilbab hanya sedikit yaitu sebanyak 4,2% responden dan l 0% responden dari setiap Fakultas. Dan yang tidak menjawab ada 2% responden. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam memakai jilbab harus berasal dari kesadaran diri sendiri dan bukan paksaan dari orang lain dan kampus bahkan dari orang tua sekalipun, namun tidak bisa dipungkiri lingkungan banyak memberi pengaruh. Dan lingkungan kampus itupun menjadi salah satu pengaruh yang mendorong para mahasiswinya untuk mengenakan jilbab, walaupun secara terpaksa tapi lambat laun mereka akan terbiasa juga memakai jilbab sebagai pakaian yang diwajibkan dikampus. Hasil kesimpulan dari data mengenai keindahan temyata membentuk suatu keterkaitan, dimana responden yang sebagian besar menjawab bahwa berjilbab tidak terlalu memberi keindahan (biasa saja) akan memberikan efek yang sedikit terhadap perubahan sikap (perilaku) dan perbuatannya. Keterkaitan antara tujuan dengan kesadaran memakai jilbab, menggambarkan bahwa arti penting atau tujuan dari berjilbab membentuk kesadaran para responden untuk memakainya dan pengaruh lingkungan baik dari orang tua maupun kampus ikut mendukung kesadaran responden untuk memakai jilbab. Kesadaran akan pentingnya memakai jilbab yang teguh dari diri sendiri akan menimbulkan rasa kepercayaan diri yang cukup tinggi dan mempengaruhi berbagai aspek dari dirinya sendiri.
82
Selanjutnya yang terakhir dari variabel terikat mengenai life style yaitu pada tabel 11 dan 12, disini kita akan mengetahui apakah jilbab dinyatakan sebagai gaya hidup saja atau tidak. Tabet 11 Jilbab Sebagai Gaya Atau Kewajiban Distribusi Jawaban No
F. Syari'ah dan Hukum
F. Sains dan
n=70
Teknologi
F
-xl00% n
n=50 F
%
F
%
1
Gaya
31
44,3
23
46
2
Kewajiban
28
40
8
16
3
Kewajiban dan gaya
11
15,7
17
34
4
Tidak Menjawab
0
0
2
4
Jumlah
70
100
50
100
Dari data pada tabel diatas menunjukkan bahwa para mahasiswi memakai jilbab mengacu pada perkembangan model jilbab dewasa ini dengan menjawab 44,3% responden dari Fakultas Syariah dan Hukum dan 46% responden dari Fakultas Sains dan Teknologi, sedangkan 40% responden dan 16% responden menganggap jilbab
itu
sebagai
suatu
kewajiban tanpa memperhatikan
perkembangan model saat ini. Dan ada pula yang menjawab kedua-keduanya yaitu melaksanakan kewajiban tetapi tidak mau ketinggalan zaman model jilbab yaitu sebanyak 15,7% responden dan 34% responden. Mereka yang mertjawab ini beranggapan bahwa memakai jilbab tidak perlu takut dikatakan ketinggalan zaman (norak), dengan memakai jilbabpun mereka masih bisa bergaya atau
83
mengikuti trend mode pada zaman sekarang tanpa harus meninggalkan kewajiban berjilbab sebagai seorang muslimah. Temyata dari kedua Fakultas perbedaannya sangat mencolok kalau dilihat dari prosentasenya, kebanyakan mahasiswi yang berasal dari Fakultas Sains dan Teknologi lebih mementingkan gaya dan mode agar selalu kelihatan stylis sebagai mahasiswa, sedangkan mahasiswi dari Fakultas Syariah dan Hukum sama besar baik dari gaya maupun melaksanakan kewajiban. Tabel 12 Memakai Jilbab Di Luar Lingkungan Kampus Distribusi Jawaban
F. Syari'ah dan Hukum
F -xl00% n
n=70
No
I
F. Sains dan
I
Teknologi n=50
F
%
F
%
1
Ya
48
68,6
8
16
2
Kadang-kadang
18
25,7
14
28
3
Tidak
4
5,7
26
52
4
Tidak Menjawab
0
0
2
4
Jumlah
70
100
50
100
Melihat tabel diatas, responden yang memakai jilbab diluar lingkungan kampus sebanyak 68,6% responden dari Fakultas Syariah dan Hukum dan 16% rersponden dari Fakultas Sains dan Teknologi, yang kadang-kadang memakai jilbab 25, 7% responden dari Fakultas Syariah dan Hukum dan 28% responden dari Fakultas Sains dan Teknologi, sedangkan yang tidak memakai jilbab di luar lingkungan kampus sebanyak 5,7% responden dari Fakultas Syariah dan Hukum dan 52% responden dari Fakultas Sains dan Teknologi. Dengan demikian dapat
disimpulkan sebagian besar mahasiswi Universitas Islam Negeri :CUlN) S'ya'rif Hidayatullah Jakarta ·memakai jil6ab hanya · menaati peraturan kampus saja. Mereka berangg!lpan bahwa di luar lingkurigan kampus atau di ruinah, mereka inempunyai kebebasan (hak) untuk tidak mengenakan jilbab. Temyata mahasiswi yang tidak mengenakan jilbab pada saat di luar lingkungan kampus atau di rumah, prosentasenya lebih besar (sangat mencolok) ada di Fakultas Sains Dan Teknologi, dibandingkan dengan jumlah yang ada di Fakultas Syariah Dan Hukum. Berdasarkan tabel 11 dan 12 mengenai variabel life style mencakup gaya jilbab dan memakai jilbab di luar lingkungan kampus, temyata para responden memang memakai jilbab mengikuti trend mode zaman sekarang sedangkan yang tidak mereka beranggapan bahwa jilbab tersebut busana kuno (ketinggalan zaman) dan merupakan kewajiban semata sebagai seorang muslimah. Dan untuk pemakaian jilbab di luar lingkungan kampus pada umunya menjawab kadang-kadang. Ini berarti mahasiswi tersebut antara di kampus dan di rumah kadang-kadang dipakai atau dilepas, dan untuk yang menjawab ya, yaitu mereka memang menerapkan antara di kampus dan di rumah sama saja (tidak ada perbedaan) dan untuk yang menjawab tidak yaitu mereka yang memakai jilbab hanya di kampus saja (sebagai formalitas karena mematuhi peraturan kampus) bukan di rumah. Untuk selanjutnya memasuki variabel bebas tentang sosialisasi untuk pihak kampus terhadap jilbab dimulai dari dari tabel 13 dan tabel 14. Apakah pihak dari kampus berhasil dalam membuat peraturan dalam memakai jilbab atau tidak?
85
Tabel 13 Komentar Responden Mengenai Diwajibkannya Jilbab Di Kampus Distribusi Jawaban
F. Syari'ah dan Hukum
F. Sains dan
F -xl00%
n=70
Teknologi
No
n
n=50 F
%
F
%
1
Setuju
59
84,3
27
54
2
Terserah
9
12,9
5
10
3
Tidak sama sekali
2
2,8
4
8
4
Tidak Menjawab
0
0
14
28
Jumlah
70
100
50
100
Berdasarkan Dari data diatas mengenai diwajibkannya jilbab di kampus temyata responden hampir semua yang menjawab setuju yaitu sebanyak 84,3% responden dari Fakultas Syariah dan Hukum dan 54% responden dari Fakultas Sains dan Teknologi dan yang menjawab terserah 12,9% dan 10% responden. Sedangkan responden yang menjawab tidak setuju sama sekali 2,8% dan 8% responden, sedangkan ada responden yang tidak menjawab sama sekali dan jumlahnya cukup besar yaitu sebanyak 28% responden dan responden tersebut berasal dari Fakultas Sains Dan Teknologi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa para responden sudah cukup setuju atas diwajibkannya jilbab sebagai pakaian kampus sehingga peraturan yang mewajibkan jilbab di kampus Universitas Islam negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini dinyatakan berhasil oleh pihak kampus, sekalipun ada yang masih tidak setuju sama sekali tentang peraturan ini.
87
Dan yang menjawab tidak tahu sebanyak 15,7% dan 18% responden dan yang tidak menjawab sebanyak 4% responden yang berasal dari Fakultas Sains Dan Teknologi. Berdasarkan tabel 14 dan tabel 15 mengenai variabel bebas tentang sosialisasi dari pihak kampus mencakup komentar para mahasiswi mengenai jilbab sebagai pakaian kampus serta yang menetapkan jilbab sebagai pakaian kampus, ternyata para mahasiswi setuju dan yang menjawab terserah lebih sedikit dikarenakan mereka tidak peduli dan yang menetapkan j ilbab sebagai pakaian kampus memang sudah ada peraturan dari kampusnya itu ditandai dengan masingmasing fakultas memiliki prosentase yang cukup besar namun jika dibandingkan dengan Fakultas Syariah Dan Hukum, mahasiswi yang tidak tahu akan ketetapan ini lebih banyak di Fakultas Sains Dan Teknologi, bisa diindikasikan mereka memakai jilbab selain peraturan kampus, mereka ikut-ikutan. Namun dibalik itu semua, mereka mempunyai pandangan sebagai mahasiswi yang teladan harus menaati peraturan kampus. Mereka menyadari bahwa sewajarnyalah kalau Universitas Islam itu ditandai dengan busana muslimah yang dipakai setiap mahasiswinya. Namun dibalik itu semua tetap saja ada yang beranggapan bahwa tidak selamanya jilbab menjadi standarisasi sebagai seorang muslimah.
88
Tabel 15 Peran Dewan Dosen Dalam Mendukung Pelaksanaan Wajib Berjilbab
No
Distribusi Jawaban
f. Syari'ah dan Hukum
F. Sains dan Teknologi
F -x!OO% n
n=70
n=50
F
%
F
%
1
Mendukung
64
91,4
30
60
2
Tidak
2
2,9
5
10
3
Tidak peduli
4
5,7
7
14
4
Tidak Menjawab
0
0
8
16
70
100
50
100
Jumlah
Dari data diatas menunjukkan bahwa para mahasiswi baik dari Fakultas Syariah Dan Hukum maupun Fakultas Sains Dan Teknologi mengatakan bahwa, dewan dosen sangat mendukung dalam pelaksanaan wajib berjilbab di kampus Universitas Islam Negeri (VIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini. Dan yang mendukung mencapai 91,4% responden dari Fakultas Syariah dan Hukum dan 60% responden dari Fakultas Sains dan Teknologi. Dan yang tidak hanya sedikit yaitu 2,9% responden dan 10% responden. Sedangkan yang tidak peduli cukup besar ada yang 5, 7% responden dan 14% responden dan yang tidak menjawab jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan responden yang menjawab tidak peduli yaitu sebanyak 16% responden dari Fakultas Sains dan Teknologi. Jika dilihat dari data tersebut, perbedaannya sangat jelas. Di fakultas syariah dan Hukum hampir seluruh dewan dosen mendukung pelaksanan wajib berjilbab, walaupun masing-masing fakultas memiliki prosentase yang cukup besar, namun di fakultas sains dan teknologi masih saja ada dewan dosen yang tidak peduli dengan pelaksanaan wajib berjilbab walaupun di Fakultas Syariah
89
Dan Hukum ada dewan dosen yang tidak peduli akan pelaksanan wajib berjilbab, tetap saja prosentase yang terbesar dimiliki oleh Fakultas Sains Dan Teknologi. Melalui data ini, maka dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar dewan dosen mendukung dengan peraturan wajib berjilbab, namun demikian masih ada dosen di Fakultas Sains dan Teknologi yang tidak peduli dengan pelaksaan wajib berjilbab. Tabel 16 Sikap Dewan Dosen Dalam Menilai Kerapihan Memakai Jilbab
I I Distribusi Jawaban I No I F I I -xl00%
F. Svari'ah dan Hukum
F. Sains dan
n=70
1eKno10g1
n
n = 50 F
%
F
%
1
Selalu ada perhatian
25
35,7
12
24
2
Kadang-kadang
40
57,l
17
34
3
Tidak sama sekali
5
7,2
13
26
4
Tidak Menjawab
0
0
8
16
Jumlah
70
100
50
100
Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa St
90
Dari kedua data tersebut, jawaban kadang-kadang memiliki prosentase yang cukup besar dari masing-masing fakultas. Dewan dosen memperhatikan kerapihan berpakaian mahasiswinya ketika dewan dosen sempat saja, tetapi jika dewan dosen tidak sempat atau sedang sibuk dengan pekerjaannya, mereka tidak diperhatikan. Karena dewan dosen beranggapan bahwa setiap mahasiswi sudah dewasa, mereka tahu mana yang seharusnya dipatuhi dan mana yang seharusnya mereka tinggalkan, tidak perlu setiap saat mahasiswinya harus ditegur. Melalui data ini dapat diambil kesimpulan bahwa masih banyak dewan dosen Fakultas Sains dan Teknologi yang masih tidak peduli dalam pelaksanaan wajib berjilbab dan kerapihan dalam berjilbab dibandingkan dengan dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang selalu mendukung wajib berjilbab dan selalu
memberikan
mahasiswinya.
perhatian
akan
kerapihan
dalam
berjilbab
kepada
91
B. ANALISIS DATA Setelah melihat beberapa respon mahasiswi antara Fakultas Syariah dan Hukum dengan Fakultas Sains dan Teknologi antara variabel_ terikat dan variabel bebas ternyata saling mempengaruhi satu sama lain, yaitu antara mahasiswi, pihak kampus, dan para dewan dosen, mempunyai peranan penting dalam mendukung pemakaian jilbab baik di lingkungan kampus, rumah maupun di luar lingkungan kampus. Pada dasarnya apabila dikaji dari data lapangan lebih dalam lagi antara pengetahuan mahasiswi (tabel 1-3) mengenai memakai jilbab yang tahu sangat besar yaitu mencapai 89, 16% responden sedangkan yang tidak tahu dan yang tidak menjawab
sebesar 3,33% responden.
Dan
yang
mengatakan wajib 80,83 % responden dan sunnah 15 % responden. Disinilah yang sebetulnya (kurang paham) dalam mengartikan Hukum mengenakan jilbab. Walaupun mahasiswi Fakultas Syariah Dan Hukum berasal dari MA (Madrasah Aliyah) dan Pesantren yang bisa dikatakan pengetahuan agamanya lebih tahu dibandingkan dengan Fakultas Sains Dan Teknologi yang pada umumnya berasal dari sekolah umum namun tetap saja ada beberapa responden dari Fakultas Syariah dan Hukum yang mengatakan bahwa Hukum mengenakan jilbab itu sunnah. Selanjutnya, bila dihubungkan dengan responden yang memakai jilbab baik di dalam lingkungan kampus maupun di luar lingkungan kampus (tabel 12) hanya menjawab 46,66% responden, hat ini sudah menunjukkan bahwa peraturan yang mewajibkan memakai jilbab di kampus dinyatakan belum cukup berhasil. Namun dibalik itu semua ada kecenderungan bahwa
93
2. Tujuannya memakai jilbab hanya sekedar gaya dan menaati peraturan kampus, karena di dalam dirinya belum bisa menerapkan bahwa jilbab merupakan suatu kewajiban sebagai seorang muslimah. Selanjutnya faktor ekstemal antara lain:
t. Peran dewan dosen dalam pelaksanaan wajib jilbab, ternyata ada responden yang mengatakan bahwa terdapat dewan dosen yang tidak peduli akan pelaksanaan tersebut. 2. Sikap dewan dosen dalam menilai kerapihan memakai jilbab hanya 30,83% responden, ini disebabkan karena ada dewan dosen yang masih kadang-kadang memperhatikan jilbab para mahasiswinya dan adapula dosen yang masih tidak sama sekali memperhatikan ha! tersebut.
Setelah melihat dari semua data diatas bahwa HO= temyata terdapat perbedaan respon mahasiswi antara Fakultas Syariah Dan Hukum dengan Fakultas Sains Dan Teknologi, yaitu ditandai dengan adanya jumlah respon mahasiswi yang tidak memakai jilbab di luar lingkungan kampus adalah sebanyak 52% responden dari Fakultas Sains Dan Teknologi berbeda dengan Fakultas Syariah Dan Hukum jumlah mahasiswa yang tidak memakai jilbab di luar lingkungan kampus lebih kecil yaitu hanya 5, 71 % responden. Terlihat bahwa respon mahasiswi Fakultas Syariah Dan Hukum dalam mengenakan jilbab di luar lingkungan kampus lebih besar dibandingkan dengan respon mahasiswi Fakultas Sains Dan Teknologi, yang hanya memakai jilbab tidak lain karena mematuhi peraturan kampus.
94
Hal ini bisa dinyatakan karena sebagaian besar mahasiswi di Fakultas Sains Dan Teknologi berlatar belakang pendidikannya yaitu Sekolah Menengah Umum (SMU) sehingga wajar jika mereka belum terbiasa memakaijilbab di luar lingkungan kampus, berbeda dengan Fakultas Syariah Dan Hukum, walaupun ada jumlah mahasiswi yang berlatar belakang Sekolah Menengah Umum (SMU) cukup besar namun prosentase mahasiswi yang berlatar belakang Madrasah Aliyah (MA) dan Pesantren juga cukup besar jika dibandingkan dengan Fakultas Sains Dan Teknologi. Wajar jika mahasiswi yang berasal dari Fakultas Syariah Dan Hukum sudah terbiasa memakai jilbab baik di lingkungan kampus maupun di luar lingkungan kampus. Karena mereka sudah terbiasa memakaijilbab pada saat mereka berada di Pesantren atau Madrasah Aliyah (MA).
96
agamanya relatif kurang dibandingkan dengan Fakultas Syariah Dan Hukum yang memang sebagian dari mahasiswinya berlatar belakang MA dan Pesantren. Banyak mahasiswi yang
kadang-k~dang
menggunakan
jilbab di luar lingkungan kampus bahkan masih ada mahasiswi yang tidak mengenakan jilbab di luar lingkungan kampus khususnya mahasiswi yang berasal dari Fakultas Sains Dan Teknologi. Hal ini dikarenakan karena sebagian mahasiswi beranggapan bahwa mereka memakai jilbab hanya sebatas peraturan kampus saja dan di luar kampus mereka mempunyai hak untuk tidak mengenakanjilbab. 2.
namun dibalik itu semua, ada satu hal yang paling tepat disimpulkan dalam ha! ini yaitu walaupun hampir semua mahasiswi baik dari fakultas syariah dan hukum maupun fakultas sains dan teknologi, sudah sangat tahu akan anjuran agama islam tentang hukum mengenakan jilbab itu wajib bagi seorang muslimah. Tapi tetap saja di luar lingkungan kampus masih ada mahasiswi yang tidak mengenakan jilbab, hal ini disebabkan karena tingkat keimanan dan ketakwaan serta pengetahuan agama para mahasiswinya masih relatif kurang.
97
B. Saran-saran Mengenai saran-saran diantaranya sebagai berikut: 1. Mengenai pera!uran memakai jilbab di Universitas Islam Negri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta seharusnya lebih ditegaskan kembali kepada setiap mahasiswinya khususnya mahasiswi yang berlatar belakang pendidikannya SMU (Sekolah Menengah Umum) sebelum kuliah. 2. Untuk dewan dosen agar lebih peduli dalam memberikan perhatian terhadap mahasiswinya tentang penggunaan j ilbab dan kerapihannya di kampus ini. 3. Untuk pemakaian jilbab serta pakaiannya harus lebih dikontrol lagi dan ditingkatkan kembali agar mahasiswi-mahasiswinya bisa berpakaian lebih rapi dan sopan sesuai dengan kode etik yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Ad. Dieb, Ahmad. Mahmud, Wanita !tu Aurat: Debat Hangat Seputar Hijab Dan Cadar, Jakarta:CV. Cendekia Sentra Muslim, 2002 Ahmadi, Abu, Psikologi Be/ajar, Jakarta: Rineka Cipta, 1992 Al-Asymawi, Muhammad. Said, Kritik Atas Jilbab, Jakarta: PT. Jaringan Islam Liberal dan The Asia Foundation, 2003 Al-Jamal, Ibrahim. Muhammad, Fiqih lvfuslimah: Ibadat- iV!u'amalat, Jakarta: Pustaka Amani, 1999. Al-Qur' an Dan Te1jernahannya, Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur'an, Departemen Agama Republik Indonesia, Pelita II 197711978, PT. Bumi Restu Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Bina Aksara: 1985 Brosur Penerimaan Mahasiswa Barn Fakultas Sains Dan Teknologi Talmn 2007 Dagun, Save. D, Kamus Besar Jlmu Pengetahuan, Jakarta: Lembaga Pengkajian Dan Kebudayaan Nusantara, 1997 Effendi, Onong. Uchana, I/mu Komunikasi : Teori Dan Praktek, Bandung: PT. Rosdakarya, 1999 Engineer, Asghar. Ali, Pembebasan Perempuan, Yogyakarta: LKIS, 1999 Faisal. S., Dasar Dan Tehknik Penyusunan Angket, Surabaya: Usaha Nasional, 1981 Guincli, Faclwa El, JILBAB Antara Kesalehan, Kesopanan, Dan Perlawanan, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta 2003 Gulo, W., 1\1etodologi Pene/itian, Jakarta: Grasinclo, 2002 Hadi Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 1989 Hafidhuddin Didin .Drs. K.H., M.Sc., Dakwah Aktual, Jakarta: Gema Insani Press, 1998
88
Hasan, Khali. Ramadhan, Sebab-Sebab Keselamatan dan Kebinasaan Wanita, Jakaiia: Pustaka Al-Kautsar, 2003 http://fst.uinjkt.ac.id Masuroh, "Respon Jamaah lvlajelis Taklim At-Taubah Kelurahan Rangkepan Jaya Pancoran Mas Depok Terhadap Penggunaan Humor Dalam Ceramah Ustadz Zen Rafiq Fachruddin". Skripsi SI Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta, 2006 Musto fa, Adib. Bisri, Te1jemahan Shohih lvfuslim, Semaraug: CV. Asy-Syifa', 1993. Pedoman AKADEMIK, Tahun 2003/2004 UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA _ _ _ _ _ _ _ _ _ , Fakultas Syariah Dan Hukum, Tahun Akademik 2005/2006, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Poerwadinata, Psikologi Komunikasi, Jakai·ta: Universitas Terbuka, 1999 Prasetyo, Bambang dan Jannah, Lina. Miftalrnl., lvletode Penelitian Kuantitatif Teori Dan Aplikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006 Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999 Salim, Peter dan Salim, Yenny, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: English Modern Press, 1991 Setiawan, Bambang Dan Muntaha, Ahmad, Metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: Universitas Terbuka, 2004 Shahab, Husein, Jilbab 1Vfenurut Al-Qur'cm Dan As-Sunnah, Bandung: Mizan, 1988 Shidqy, Ni'mat Pamer Aurat At-Tabaruj, Jakarta: Granada Nadia, 1994 Shihab, M. Quraish, Dr WAWASAN Al-Qur 'an, Tafsir 1Vfaudhu 'i Atas Pelbagai Persoalan Umat. Bandung: Mizan, 1996 Subandi, Ahmad, Ilmu Dakwah Kearah 1Vfetodologi Bandung: Yayasan Syahida, 1995 Sucljud, Aswarni, dan Arikunto, Dr. Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 1993 89
Sugiyono, Prof. DR, Statistika UntukPenelitian, Bandung: CV. Alfabeta, 2005 Surahmad, Winarno, Dasar-Dasar Tehknik Penelitian, Bandung: CV. "Tarsita, 1989 Surtiretna, Nina, Anggun Berjilbab. Bandung: Mizan, 1995 Syuqqah, Abdul. Halim. Abu, Busana Dan Perhiasan Wanita Menurut AlQur 'an Dan Hadist, Bandung: Mizan, 1998
- - - - - - - - - - - ' Kebebasan Wanita Jilid 4, Jakarta: Gema Insani Press, 1997. Taimiyah, Syaikh. Ibnu dkk., Jilbab Dan Cadar Dalam Al-Qur 'an Dan AsSunnah, Jakarta: Pedoman Ilmu J aya, 1994 Umar, Nasaruddin, Antropologi Jilbab, Ulumul Qur'an, VI, s, 1996 Winarmi, Komunikasi lviassa, Malang: UMM. Press, 2003 Yadi, Mulhandy Ibn. Haj. Kusuma dan Taufik, Amir, 61 Tanya Jawab Tentang Jilbab Yogyakarta: Penerbit Semesta. 2003
90
KODE ETIK MAHASISWA KEPUTUSAN REKTOR UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA NOM.OR: 073 A. TAHUN 2002 TENTANG KODE ETIK MAHASISWA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA REKTOR UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Menimbang: I. Bahwa untuk memberikan dasar, arah dan bimbingan bagi sikap dan perilaku Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta agar sesuai dengan spirit ajaran Islam dan budaya Indonesia, dipandang perlu mengatur kode etik mahasiswa; 2. Bahwa untuk menerbitkan ketentuan dimaksud perlu dilakukan melalui keputusan Rektor Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional 2. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 Tentang Pendidikan Tinggi 3. Keputusan Menteri Agama RI Nomor 386 Tahun 1993 Tentang Organisasi dan Tata Ke1ja IAIN Jakarta 4. Keputusan Menteri Agama RI Nomor 400 Tahun 1993 Tentang Statute IAIN SyarifHidayatullah Jakarta Memperhatikan : Hasil keputusan rapat Sena! UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tanggal 30 Mei 2002
MEMUTUSKAN Menetapkan: KEPUTUSAN REKTOR UIN SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA TENTANG KODE ETIK MAHASISWA UIN SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA Pertama: Mencabut keputusan Rektor VIN syarif hidayatullah Jakarta nomor 20 tahun 1980 tentang tertib pakaian mahasiswa UIN SyarifHidayatullah Jakarta Kedua: Menetapkan ketentuan kode etik mahasiswa UIN Syarif hidayatullah Jakarta sebagaimana terdapat lampiran keputusan ini, dan sekaligus mengganti keputusan Rektor dimaksud dictum pertama. Ketiga: Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan segala sesuatu akan diubah dan diperbaiki sebagaimana mestinya apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini. KEPUTUSAN REKTOR UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA NOMOR 073 A TAHUN 2002 TENTANG KODE ETIK MAHASISWA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA BABI KETENTUAN UMUM Pasal I Dalam kode etik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini, yang dimaksud dengan:
a. Kode etik adalah aturan yang mengatur sikap, perkataan, perbuatan dan pakaian mahasiswa UIN SyarifHidayatullah Jakarta b. Mahasiswa UIN Syarif Hidayatultah Jakarta adalah anggota masyarakat yang terdaftar sebagai peserta didik dan sedang mengikuti proses pendidikan di UIN Syarif Hidayatultah Jakarta c. Rektor adalah pimpinan tertinggi UIN SyarifHidayatultah Jakarta d. Pimpinan UIN Syarif Hidayatultah Jakarta terdiri dari Rektor, Pembantu Rektor I, Pembantu Rektor II, Pembantu Rektor III, dan Pembantu Rektor IV e. Pimpinan fakultas adalah pimpinan tertinggi di fakultas yang terdiri dari Dekan, Pembantu Dekan I, Pembantu Dekan II, dan Pembantu Dekan Ill. f.
Pelanggaran kode etik adalah setiap sikap, perkataan, perbuatan, dan pakaian yang bertentangan dengan kode etik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang diketahui pada saat atau setelah melakukan berdasarkan taporan dan atau pengaduan keluarga besar UIN Syarif Hidayatultah Jakarta atau masyarakat.
g. Proses pemeriksaan adalah usaha yang dilakukan dalam rangka mencari dan menemukan bukti-bukti, keterangan dan informasi tentang ada atau tidaknya pelanggaran terhadap kode etik mahasiswa UIN SyarifHidayatullah Jakarta. h. Tindakan disiplin adalah tindakan yang dikenakan kepada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dilakukan oleh kepala dan satuan pengaman, dosen atau karyawan terkait.
i.
Sanksi adalah suatu konsekuensi yang mempunyai fungsi agar kode etik ditaati dan atau sebagai akibat hukum atas pelanggaran kode etik yang ditakukan oleh mahasiswa.
J.
Pembelaan adalah upaya mahasiswa untuk mengajukan alasan-alasan dan atau sanksi-sanksi yang meringankan dan atau membebaskannya dari sanksi, karena dinyatakan melakukan pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan yang berlaku di lingkungan UIN SyarifHidayatullah Jakarta
k. Keberatan adalah upaya terakhir terhadap keputusan sanksi yang dikenakan oleh Dekan atau Rektor. I.
Rehabilitasi adalah pemulihan nama baik mahasiswa yang terkena tuduhan melanggar peraturan kode etik ini atau telah dijatuhi hukuman/ sanksi, tetapi dalam pembelaan ternyata yang bersangkutan terbukti tidak bersalah I melanggar. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2
Maksud diadakannyia kode etik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah untuk: a. Menegakkan dan menjunjung tinggi ajaran isl am b. Menanamkan sikap akhlak mulia dalam kehidupan mahasiswa c. Memberikan Iandasan dan arahan kepada mahasiswa dalam bersikap, berkata, dan berbuat selama studi U!N SyarifHidayatullah. Pasal 3
Tujuan diadakannya kode etik mahasiswa UIN SyarifHidayatullah Jakarta adalah a. Terciptanya suasana yang kondusif bagi berlangsungnya proses belajar mengajar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
b. Terpeliharanya harkat dan martabat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai perguruan tinggi islam c. Menjadikan sarjana UIN Syarif Hidayatullah
Jakart~
sebagai sarjana muslim
yang berakhlak mulia. BAB III JENIS TINDAKAN DISIPLIN DAN SANKSI PASAL4
Jenis tindakan yang dapat diterapkan pada setiap pelanggaran kode etik terdiri atas: a. Tidak boleh mengikuti kegiatan akademik b. Tidak berhak memperoleh/ mendapatkan pelayanan administrasi akademik Pasal 5
Jenis sanksi yang dapat diterapkan dalam kode etik ini terdiri atas: a. Membayar ganti rugi untuk sebagian atau seluruhnya terhadap akibat yang ditimbulkan dari pelanggaran kode etik ini. b. Larangan mengikuti semua kegiatan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk jangka waktu tertentu/ skorsing c. Diberhentikannya dengan hormat sebagai mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta d. Diberhentikannya dengan tidak hormat sebagai mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BABIV
PELAKSANAAN TINDAKAN DISIPLIN Pasal 6 Busana Mahasiswa Busana perkuliahan, acara-acara resmi dan masuk kantor bagi mahasiswa UIN SyarifHidayatullah Jakarta adalah sebagai berikut: a. Berpakaian sopan dan rapi tidak diperkenankan memakai kaos oblong, celana atau baju yang sobek. b. Bersepatu c. Mahasiswa tidak dibenarkan berambut panjang (rambut harus rapi) dan tidak boleh memakai assesoris perempuan, seperti kalung atau anting-anting d. Mahasiswi hams mengenakan busana muslimah e. Untuk acara-acara resmi mengenakan jaket almamater
Pasal 7 Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tidak dibenarkan melakukan perbuatan yang dapat mengganggu proses belajar mengajar dan ketertiban kampus.
Pasal 8 1. Mahasiswa/ I yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sesuai dengan bunyi pasal 6 dan atau pasal 7 di alas dikenakan tindakan disiplin sebagaimana yang diatur dalam pasal 4 2. Pemberian tindakan disiplin dilakukan oleh kepala atau anggota satuan pengaman, dosen atau karyawan terkait.
BABY JENIS PELANGGARAN Pasal 9
Setiap mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tidak dibenarkan melakukan perbuatan sebagaimana disebut dibawah ini baik di lingkungan maupun di luar lingkungan kampus: a. Berkata dan/ atau berbuat yang amoral b. Berkelahi c. Melakukan perusakan d. Beijudi e. Membawa dan menggunakan senjata dengan tujuan mengancam jiwa orang lain. f.
Memiliki, membawa, menyimpan, menyebarkan, memperdagangkan dan atau mempergunakan NAZA atau obat-obatan terlarang lainnya untuk diri sendiri atau orang di luar tujuan pengobatan
g. Melakukan penipuan h. Memalsukan sesuatu untuk memperoleh keuntungan, misalnya memalsukan tanda tangan, nilai, plagiat, dan sejenisnya.
i.
Melakukan pencurian.
j.
Membawa atau menggunakan bahan peledak
k. Melakukan zina
I.
Membunuh
m. Mengganggu ketentraman dan ketertiban umum
n. Perbuatan-perbuatan pidana yang lain yang dilarang oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dan terbukti dilakukan dengan putusan pengadilan.
BAB VI BENTUK-BENTUK SANKSI Pasal 10 Sanksi Terhadap Pelanggaran Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 9 akan dikenakan sanksi sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan, dengan rincian sebagaimana diatur dalam pasal-pasal selanjutnya.
Pasal 11 Berkata Dan Berbuat Amoral Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 9 huruf a dikenakan sanksi berupa teguran secara lisan dan atau tertulis.
Pasal 12 Berkelahi Pelanggaran terhadap pasal 9 huruf b dikenakan sanksi sebagaimana ketentuan pasal 5 hurufb selamajangka waktu maksimal satu (I) semester
Pasal 13 Melakukan Perusakan Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 9 huruf c dikenakan sanksi sebagaimana ketentuan pasal 5 huruf a
Pasal 14 Berjudi I. Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 9 huruf d dikenakan sanksi sepagaimana ketentuan pasal 5 hurufb selamajangka waktu maksimal satu (I) semester 2. Perbuatan yang dimaksud dalam ketentuan pasal 9 huruf d akan ditangani setelah ada laporan dan atau aduan dari pihak yang berwajib dan atau pihak manapun yang disampaikan kepada pimpinan UIN atau fakultas terkait. Pasal 15 Membawa Dan Atau Menggunakan Senjata Dengan Tujnan Mengancam. Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 9 huruf e dikenakan sanksi sesuai ketentuan pasal 5 hurufb maksimal satu (I) semester Pasal 16 NAZA Dan Atau Ob at Terlarang I. Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 9 huruf f dikenakan sanksi sebagi berikut: a. Pemakai dikenakan sanksi skorsing maksimal 2 semester b. Pengedar dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan pasal 5 huruf d 3. Pimpinan fakultas yang bersangkutan mengajukan usulan pemberian sanksi kepada Rektor terhadap mahasiswa yang melakukan perbuatan sesuai dengan ketentuan pasal 9 huruf f
Pasal 17 Melakukau Peuipuau I. Pelanggaran terhadap ketentual). pasal 9 huruf g dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan pasal 5 butir b maksimal dua semester dan atau membayar ganti rugi sebagai akibat kerugian yang ditibulkan. 2. Perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf n akan ditangani apabila ada laporan dan atau aduan dari pihak berwajib dan atau pihak manapun yang disampaikan kepada pimpinan UIN atau fakultas terkait Pasal 18 Pemalsuan Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 9 huruf h dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan pasal 5 hurufb maksimal dua (2) semester Pasal 19 Meucuri Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 9 huruf I dikenakan sanksi sesuai dengan pasal 5 hurufb maksimal dua (2) semester Pasal 20 Bahan Peledak Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 9 huruf j dikenakan sanksi sesuai dengan pasal 5 hurufb maksimal dua (2) Pasal 21 Melakukan Zina I . Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 9 huruf k dikenakan sanksi sesuai dengan pasal 5 huruf d
b. Dilakukannya serangkaian pengujian terhadap bukti-bukti atau sanksisanksi yang diajukan c. Kepada mahasiswa bersangkutan
diberi
hak
untuk
membela diri
sebagaimana diatur tersendiri dalam bab pembelaan. d. Sanksi baru dapat dijatuhkan apabila mahasiswa bersangkutan tidak mampu mengajukan alasan-alasan, bukti-bukti dan atau sanksi-sanksi yang kuat dalam pembelaannya. Sanksi dijatuhkan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan jenis dan tingkat pelanggaran yang dilakukan. 2.
Penjatuhan sanksi dapat diterbitkan oleh Dekan atau Rektor setelah memperhatikan rekomendasi dari tim khusus pelanggaran yang dimaksud.
BABVTII PEMBELAAN Pasal 25
I. Mahasiswa yang diduga melanggar kode etik ini dapat mengajukan pembelaan dengan alasan-alasan, bukti-bukti, dan atau sanksi-sanksi yang meringankan atau membebaskannya dari sanksi. 2. Di dalam pembelaannya, mahasiswa yang bersangkutan dapat meminta bantuan hukum dari pihak manapun dan atau pembelaan dari badan perwakilan mahasiswa dari fakultas yang terkait.
BABIX KEBERATAN Pasal 26
I. Mahasiswa yang terkena sanksi sebagaimana yang tercantum dalam pasal 5 butir b dapat mengajukan keberatan kepada pimpinan fakultas melalui pembantu Dekan III, bidang kemahasiswaan. 2. Mahasiswa yang terkena sanksi sebagaimana yang tercatum dalam pasal 5 butir c dan d dapat mengajukan keberatan kepada Rektor melalui pembantu Rektor III, bidang kemahasiswaan. 3. Keberatan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (!) dan (2) harus diajukan secara tertulis oleh mahasiswa yang bersangkutan dalam jangka waktu I 0 (sepuluh) hari kerja diterimanya surat keputusan. 4. Dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja sejak menerima keberatan seperti yang dimaksud dalam ayat (!) dan (2) di atas Rektor/ Dekan harus memberikan jawaban tertulis kepada mahasiswa yang bersangkutan. 5. Apabila dalam jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam ayat (4) tidak memperoleh jawaban dari Rektor/ Dekan, maka pengajuan keberatan dianggap tidak dikabulkan. 6. Apabila ditemukan bukti-bukti setelah jawaban keberatan Rektor, dapat diajukan peninjauan kembali terhadap sanksi yang dijatuhkan.
BABX REHABILITASI
Pasal 27 Rehabilitasi atau pemulihan nama baik diberikan apabila: I. Mahasiswa yang terkena tuduhan melanggar peraturan kode etik ini namun dalam proses pemeriksaan temyata terbukti tidak bersalah atau tidak melanggar, seperti yang dituduhkan. 2. Mahasiswa yang terkena tuduhan melanggar peraturan kode etik ini namun dalam proses pembelaannya di depan pimpinan, temyata tidak bersalah atau tidak melanggar seperti yang dituduhkan. 3. Mahasiswa yang telah dijatuhi hukuman/ sanksi namun dikemudian hari ditemukan bukti-bukti yang sah dan atau sanksi-sanksi yang kuat yang menyatakan bahwa yang bersangkutan tidak bersalah atau tidak melanggar seperti yang dituduhkan; BAB XI
PENUTUP Pasal 28 Dengan berlakunya keputusan Rektor ini, maka semua ketentuan yang berkaitan dengan pedoman sikap, perilaku dan perbuatan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dianggap tidak berlaku lagi.
DEPARTEMEN AGAMA RI UNIVERSITAS ' ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS SYARl'AH DAN HUKUM .Juanda No.95
Cip_~~tat
Tclp. (62-21) 74711537 Fax. (62-21) 7491821 Website: \V\V\v.uinjkt.ac.id. Ernail: syar
[email protected]
.Jakarty1 15412
SURAT I<ETERANGAN No.Ft.43/KM.00.02/ 29r'f / 2007 Yang bertanda tangan dibawah ini Dekan Fakultas Syari'ah & Hukum UIN Syarif layatullah Jakakarta, menerangkan bahwa :' : Lola Rizkia Nur 11pa t /Tgl Lahir Induk
: Tangerang, 13 Januari 1985 :103051028625
1ester
: VIII
tsun/ Konsentrasi
: Kornunikasi Penyiaran Islam ( KPI )
mat
: JI. Hidup Baru Rt.07 /001 No.8 Ciputat 15414
)/Hp
: 021 - 74635348, 085210797865
~ranga11
: Bonar yang bersangkutan tclah rnelaksanakan penelitian di Fakultas Syari'ah dan Hukurn U!N Jakarta pada Bulan AprilJuni 2007 untuk bahan penulisan skripsi berjudul: Respon Mahasiswa UJN Terhadap Penggunaan Jilbab Sebagai Pakaian Karnpus ( Studi Komparasi Mahasiswa Fakultas Syari'ah dan Hukurn dengan Fakultas Sains dan Teknologi ).
)ernikianlah keterangan rgunakan dirnana perlu.
ini
karni
buat dengan sesungguhnya
Jakarta, 16 Agusus 2007
agar
dapat
~ ~
DEP ARTEMEN A GAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS DAKV\IAH DAN KOMUNIKASI
Jin. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412
Telepon : 7432728
Nomor: Ft 51/KM.04/ 2.1;1 /IV/2007 1 ( satu) bundel lamp Hal Bimbingan Skripsi
Jakarta,
JI.
April 2007
Ke pad a Yth. Dr. Umaimah Wahid, M.Si Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Bersama ini kami kirimkan kepada lbu sebuah Out line skripsi yang diajukan oleh mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai berikut, Nama Nomor Pokok Jurusan /Semester Program Judul Skripsi
Lola Rizkila Nur 103051028625 Kcmunik:'lsi Penyiaran Islam ( KPI ) I VIII S1 Respon Mahasiswa UIN tentang Jilbab sebagai Pakaian Kampus (Studi Komparasi Mahasiswa Fakultas Syari'ah & Hukum dan Fakultas Sains dan Teknologi.
Penuh harapan kami kiranya lbu bersedia untuk membimbing mahasiswa tersebut dalam penyusunan dan penyelesaian skripsinya dalam waktu yang tidak terlalu lama. Alas perhatian dan kesediaan lbu kami sampaikan terima kasih. Wassalamu'a/aikum Wr. Wb.
Tembusan : 1. Pembantu Dekan Bidang Akademk 2. Ketua Jurusan KPI Fakultas Dakwah dan Komunikasi
DEP ARTE1\1EN AG AMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SY ARIF HIDA YATULLAH JAKARTA. FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI . Ir. H. Juanda No. 95Ciputat15412
Telepon : 7432728
nor : Ft 51/KM 04/ Jt:Z. N/2007 ip 1 (satu bundel) Penelitian/Wawancara
Jakarta, JO Mei 2007
Kepada Yth.
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Def:an Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menerangkan bahwa mahasiswa di bawah ini, Nama Nomor Pokok Jurusan /Semester Program
Lola Rizkila Nur 103051028625 Komunikasi Penyiaran Islam ( KPI) I VIII S1
bermaksud melaksanakan penelitian untuk bahan penulisan skripsi yang berjudul Respon Mahasiswa UIN terhadap Penggunaan Jilbab sebagai Pakaian Kampus (Studi Komparasi Mahasiswa Fakultas Syari'ah dan Hukum dengan Fakultas Sains dan Teknologi). Untuk melengkapi data yang berkaitan dengan judul skripsi di alas, karni memohon kepada Bapak/lbu/Saudara kiranya dapat menerima/membantu mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan penelitian/wawancara. Alas perhatian, · terima kasih.
perkenan dan kerjasama Bapak/lbu/Sudara kami ucapkan
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
iusan : rnbantu Dekan I tua Jurusan KPI ltas Dakwah dan Komunikasi
I. Petunjuk Pengisian Instrnmen: l. Sebelum saudari menjawab, pahami terlebih dahulu pertanyaan dengan
baik dan benar. 2. Dimohon untuk menjawab dengan sejujur-jujumya.
3. Kategori responden adalah Mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Syariah dan Hukum dengan Fakultas Sains dan Teknologi.
II. Data Responden: 1. Nama Lengkap: ......................................................................................... .
2. Umur: ....................................................................................................... . 3. Fak/ Jur/ Smstr: ......................................................................................... .
DAFTAR PERTANYAAN A. DATA MAHASISWI
I. Berapa lama Anda kuliah di UIN? ........... hari/minggu/bulan/tahun (coret yang tidak perlu) 2. Dari mana Anda mengetahui adanya UIN? a. Keluarga
b. Teman
c. Saudara
d. Media Massa (Televisi, Radio, Koran, Majalah) e. Iklan
f. Pamflet
h. Lainnya, ....................
3. Apakah Anda merasa puas kuliah di U1N dengan Peraturan harus mengenakan jilbab? a. Puas dan senang sekali, alasannya .......................................... ..
································································································· b. Puas dan senang, alasannya ..................................................... .
································································································· c. Biasa, a]asannya ...................................................................... .
································································································· d. Tidak Puas dan Ku rang Senang, alasannya .............................. . ............................................................................................... u
e. Tidak Puas Sekali dan Tidak Senang Sekali, alasannya ............ .
·································································································
4. Menurut Anda apa kelebihan dari UIN? •.....................•........•....•..........
............................................................................................................ 5. Menurut Anda apa kekurangan dari UIN? ....•................•.....................
............................................................................................................. 6. Puas dan senangkah Anda dengan adanya peraturan
di UIN, semua
mahasiswi harus mengenakanjilbab? a. Pu as dan senang sekali, alasannya ............................................... .
b. Puas dan senang, alasannya ......................................................... .
c. Biasa, alasannya ...........................................................................
d. Tidak Puas dan Kurang Senang, alasannya ................................... e. Tidak Puas SekaIi dan Tidak Senang SekaIi, alasannya ................ . 7. Apakah anda setuju dengan adanya peraturan di UIN ini yaitu semua mahasiswi harus (wajib) mengenakanjilbab? a.
Setuju dan senang sekali, alasannya ......................................... .
b.
Setuju, alasannya ......................................................................
................................................................................................. c.
Biasa, alasannya ...................................................................... .
................................................................................................. d.
Tidak Setuju dan Kurang Senang, alasannya ............................ .
e.
Tidak Setuju Sekali dan Tidak Senang Sekali, alasannya ......... .
·································································································
Angket Pertanyaan
"RESPON MAHASISWI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIFIIlDAYATULLAHJAKARTATENTANGPENGGUNAAN JILBAB SEBAGAI PAKAIAN KAMPUS" (Studi Komparasi Antara Fakultas Syariah Dan Hukum Deugan Faknltas Sains Dan Teknologi) Petunjuk Pengisian Angket •
Berikut ini adalah sejumlah pertanyaan untuk anda jawab
•
Saya mengharap anda untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan sebenarbenarnya karena kejujuran anda dapat membantu kami dalam mengumpulkan data yang sebenarnya dalam penelitian ini.
•
Anda cukup memberi tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang telah kami sediakan sesuai dengan kenyataan yang anda rasakan !
•
Angket ini hanya untuk kepentingan ilmiah dan jawaban responden akan saya jamin kerahasiaannya dengan sebaik-baiknya.
•
Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih banyak atas kesediaan anda dalam mengisi angket ini.
Nama Semester Lama menjadi mahasiswi di kampus ini Fakultas dan Jurusan
I. Apa latar belakang pendidikan saudari sebelum kuliah?
A.SMA
B.MAN
C. Pesantren
2. Apakah anda tahu bahwa Islam menganjurkan perempuan untuk berjilbab? A. Sangat Tahu
B. Tahu
C. Tidak Tahu
. 3.. Apakah menurut anda hukum mem!lkaijilbab itu? A. Wajib
B. Sunnah
C. Tidak tahu
4. Sudah berapa lama anda memakaijilbab? A. ?:2 Tahun
B. 1-2 Tahun
C. $1 Tahun
5. Apakah and a merasa nyaman (tidak merasa risih) pada saat memakai jilbab? A.Nyaman
B. Biasa Saja
C. Risih
6. Apakah anda merasa nyaman (tidak merasa gerah) pada saat memakaijilbab? A. Ya
B. Kadang-Kadang
C. Gerah
7. Apa perasaan anda ketika berjalan memakaijilbab? A. Terlindungi
B. Biasa Saja
C. Tidak
8. Apa anda merasa lebih cantik ketika memakai jilbab? A. Cantik
B. Biasa saja
C. Jelek
9. Apa tujuan anda memakaijilbab? A. Menutup aurat
B. Peraturan Kampus
C. Bergaya
I 0. Siapa yang menyuruh memakai jilbab? A. Diri Sendiri
B. Orang Tua
C. Kampus
11. Apakah anda memakai j ilbab karena mengikuti gaya j ilbab sekarang? A. Gaya
B.Kewajiban
C. Gaya&Kewajiban
12. Apakah anda diluar lingkungan kampus juga (tetap) memakai jilbab? A. Ya
B. Tidak
C. Kadang-Kadang
13. Apakah anda setujujikajilbab diwajibkan di kampus? A. Setuju
B. Terserah
C. Tidak sama sekali
14. Siapa yang mewajibkan berjilbab sebagai pakaian wajib kampus? A. Sudah Peraturan
B. Rektor
C. Tidak tahu
15. Bagaimana sikap dewan dosen dalam menilai kerapihan memakai jilbab? A. Selalu Ada Perhatian
B. Kadang-Kadang
C. Tidak Sama Sekali
16. Apakah dewan dosen ikut mendukung dalam pelaksanaan wajib berjilbab? A. Mendukung
B. Tidak
C. Tidak peduli
Nggal< selamanya kemeja dipakai buat atasan, bisa juga diikat di pinggang sebagai pemanis
'•:$
''-~
(,:.'
...;__.
:;j/
;~
tu )
I
ny k
y
nggak ya? Bisa banget, yang penting kita tahu khusus untuk selalu tampil beda dengan baju ig sama. Biar penampilan kita dengan baju itu tk selalu sama di setiap kesempatan, makanya harus kreatif menampilkan gaya yang sesuai
1
LJnt! Jk
h~il I {,-it,.,_ ;,.....:
Asyik juga jika dipadukan blazer warna senada
\
i
11;2. - -.1~i.Nl·.S e1 ·ryp·r,..:, - f'('!l11r.~ ... ,,i,,. l.lY•~ le- Y"chmal:. '>,1'F'.'\E"' "'I fYi•F" - \•:.Lia·· ...,,,,,.-.n ~.,,i1h .... r Yad1n.ak
Western style, nggak selamany; harus ala koboi kan?
·f'l
Kombinasikan dengan tanktop sebagai dalaman
Kemeja digulung sampai siku, pasti seru!
Jilbab bisa juga jadi aksen pemanis kemeja yang sobat kenakan
1
•Model: Diana• Susana: Jolie, Ji. Bangka Raya No. 103 (021) 719 6313.
:
~~ CfJoti
-· ~
:¢' •-:
,'
Ada banyak cara untuk bisa tampil Jirly nan kasual, baju ber-frill dengan aksen pita ala baby doll bisa dijadikan alternatif.
;
.i