RESUME MATERI “MEMFORMULASIKAN KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS”
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Matematika Dosen Pengampu: Dr. Heri Retnowati, S.Pd., M.Pd.
Oleh: Nur Azizah (NIM. 16709251017)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016
RESUME MATERI “MEMFORMULASIKAN KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS” A. Kerangka Berfikir Pada suatu penelitian, variabel-variabel yang digunakan tidak berdiri sendiri. Akan tetapi berkaitan satu dengan yang lainnya. Hubungan-hubungan tersebut digambarkan dalam hubungan antar variabel atau sering kita kenal dengan kerangka berfikir. Kerangka pikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti disamping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel, juga argumentasi terhadap variasi besaran variabel yang diteliti (Haryoko dalam Wagiran, 2015). B. Hipotesis 1. Hakikat Hipotesis dalam Penelitian Penelitian merupakan suatu prosedur ilmiah yang dilakukan untuk menjawab
suatu
permasalahan
yang
penting.
Ada berbagai jenis
penelitian yang dapat di lakukan, dua induk besarnya adalah penelitian kualitatif
dan
penelitian
kuantitatif.
Dalam
penelitian
kuantitatif
barangkali kita sudah akrab dengan hipotesis yang biasanya dituliskan peneliti pada akhir Bab II setelah melakukan kajian pustaka dan membentuk kerangka penelitian. Hipotesis sejatinya berasal dari dua kata, yaitu “hypo” yang berarti “di bawah” dan “thesa” yang berarti “kebenaran” (Arikunto, 2013). Diperluas dari makna kedua kata tersebut, menurut Arikunto (2013) hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Sejalan dengan pendapat tersebut, Ruseffendi (1994) menerangkan bahwa hipotesis adalah penjelasan tentatif (sementara) tentang tingkah laku, fenomena (gejala), atau kejadian yang akan terjadi; bisa juga mengenai kejadian yang sedang berjalan. Lebih spesifik lagi
terkait hipotesis, menurut Creswell (2015) yang menyatakan bahwa hipotesis adalah pernyataan dalam penelitian kuantitatif yang penelitinya membuat prediksi atau dugaan tentang hasil hubungan di antara atribut atau ciri khusus. Setelah mengetahui hakikat definisi, secara sederhana kita dapat memahami bahwa hipotesis adalah dugaan sementara peneliti mengenai hasil penelitian atau jawaban teoritis peneliti dari rumusan masalah yang dibuat. Kendati demikian, hal yang sangat perlu diperhatikan oleh peneliti adalah bahwa peneliti tidak boleh mempunyai keinginan kuat agar hipotesisnya terbukti dengan cara mengumpulkan data yang hanya bisa
membantu
memenuhi
keinginannya,
atau
memanipulasi
data
sedemikian rupa sehingga mengarah keterbuktian hipotesis (Arikunto, 2013). Lalu bagaimana cara mengetahui kedudukan suatu hipotesis? Menurut Arikunto (2013) apabila ketiga hal berikut dapat dibuktikan, maka hipotesis yang dirumuskan mempunyai kedudukan yang kuat dalam penelitian. a. Perlu diuji apakah ada data yang menunjuk hubungan antara variabel penyebab dan variabel akibat? b. Adanya data yang menunjukkan bahwa akibat yang ada, memang ditimbulkan oleh penyebab itu. c. Adanya data yang menunjukkan bahwa tidak ada penyebab lain yang bisa menimbulkan akibat tersebut. Dalam pelaksanaan penelitian, ada dua pendapat terkait selalu ada tidaknya hipotesis penelitian. Pendapat pertama mengatakan bahwa hipotesis harus ada karena jawaban peneliltian juga harus ada, dan butirbutirnya sedah disebut ddalam problematika maupun tujuan penelitian. Sedangkan pendapat kedua mengatakan bahwa hipotesis hanya dibuat jika yang dipermasalahkan menunjukkan hubungan antara dua variabel atau lebih. Jawaban untuk satu variabel yang sifatnya deskriptif, tidak perlu dihipotesiskan. Penelitian eksploratif yang jawabannya masih dicari
dan sukar diduga, tentu sukar ditebak apa saja, atau bahkan tidak mungkin dihipotesiskan (Arikunto, 2013). Beberapa inter relationship studies yang termasuk penelitian hipotesis menurut Deobold Van Dalen (dalam Arikunto, 2013) antara lain adalah; a. Case study b. Causal comparative studies c. Correlational Studies Meskipun
banyak
membuat hipotesis,
penelitian
mengharuskan
peneliti
untuk
nyatanya tidak semua orang mampu membuat
hipotesis. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat pembuatan hipotesis, berikut adalah beberapa ciri hipotesis yang baik menurut beberapa ahli. Ary, D, dkk (dalam Wagiran, 2015) mengemukakan ciri hipotesis yang baik: a. Hipotesis harus memiliki daya penjelas. Suatu hipotesis harus merupakan
penjelasan
yang
mungkin
mengenai
apa
yang
seharusnya diterangkan. b. Hipotesis harus merupakan hubungan yang diharapkan diantara variabelvariabel. Suatu hipotesis harus menerka atau menduga hubungan antara dua atau lebih variabel. c. Hipotesis harus dapat diuji. Suatu hipotesis yang dapat diuji (testability) berarti dapat ditahkikkan (verifiable) artinya deduksi, kesimpulan, dan perkiraan dapat ditarik dari hipotesis tersebut sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan pengamatan empiris yang akan mendukung atau tidak mendukung hipotesis tersebut. Hipotesis yang dapat diuji memungkinkan peneliti menetapkan berdasarkan pengalaman,
apakah akibat yang tersirat secara
deduktif itu benarbenar terjadi atau tidak. d. Hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada. Hipotesis hendaknya tidak betentangan dengan hipotesis, teori, dan hukum-hukum yang sebelumnya sudah mapan.
e. Hipotesis hendaknya dinyatakan sesederhana mungkin. Hal ini bukan hanya memudahkan pengujian hipotesis, melainkan menjadi dasar bagi penyusunan laporan yang jelas dan mudah dimengerti pada akhir penyelidikan. 2. Jenis – Jenis Hipotesis Terdapat beberapa jenis hipotesis tergantung bagaimana dia di klasifikasikan.
Menurut
Russefendi
(1994)
berdasarkan
bagaimana
hipotesis itu diperoleh ada dua macam hipotesis sebagimana berikut: a. Hipotesis Induktif Hipotesis
induktif adalah
hipotesis
yang
dibuat
berdasarkan
observasi; generalisasi hasil observasi. b. Hipotesis Deduktif Hipotesis
deduktif
adalah
hipotesis
yang
dijabarkan
dengan
menyiapkan bukti sebagai pendukung untuk memperluas atau menentang teori yang sudah ada. Selain itu, menurut Kerlinger (1986) hipotesis dalam penelitian terbagi kedalam dua macam sebagai berikut: a. Hipotesis Substansi Hipotesis substansi adalah tipe hipotesis yang biasa seperti dibiarakan dalam bab 2. Hipotesis semacam itu mengandung pernyataan rabaan mengenai relasi antara dua variabel atau lebih. Contoh:
“Makin
besar
kerekatan
kelompok,
makin
kuatlah
pengaruhnya terhadap anggota-anggota kelompok itu.” Hipotesis substansi itu sendiri tidak dapat diuji. Agar dapat diuji, hipotesis substansi harus lebih dulu diterjemahkan menjadi term-term yang operasional. Salah satu cara yang paling bermanfaat untuk menguji hipotesis substansi adalah melalui hipotesis statistik. b. Hipotesis Statistik Hipotesis statistik adalah suatu pernyataan rabaan dalam term-term statistik mengenai relasi statistikal yang dijabarkan dari relasi-relasi
yang terungkap dalam hipotesis substansi. Suatu hipotesis statistik mengungkapkan suatu segi dari hipotesis substansi yang semula (yang asli), dalam bahasa kuantitatif dan statistik. Sebagai contoh, Ma > Mb; mean A lebih besar dari mean B. Dalam penelitian, kita tidak
dapat menguji secara langsung proporsi statistik. Kita
mengujinya melalui proporsi alternatifnya. Alternatif yang dipilih biasanya adalah hipotesis nol yang diciptakan oleh Sir Ronald Fisher.
Hipotesis
nol
adalah
suatu
proporsi
statistik
yang
menyatakan bahwa tidak ada relasi antara variabel-variabel (dalam masalah). Menurut tingkat eksplanasi hipotesis yang akan diuji, menurut Sugiyono (2010) rumusan hipotesis dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu: a. Hipotesis Deskriptif Hipotesis deskriptif adalah dugaan tentang nilai suatu variabel mandiri, tidak membuat perbandingan atau hubungan. Contoh berikut ini akan memandu kita memahami maksud dari hipotesis deskriptif. Rumusan Masalah: Berapa lama daya tahan lampu merk A? Hipotesis Penelitian/Substansi: Daya tahan lampu merk A = 450 jam. Hipotesis Statistik: H0
: µ = 450 jam
H1
: µ ≠ 450 jam
b. Hipotesis Komparatif Hipotesis komparaif adalah pertanyaan yang menunjukkan dugaan nilai dalam satu variabel atau lebih pada sampel yang berbeda. Contoh berikut ini akan memandu kita memahami maksud dari hipotesis komparatif.
Rumusan Masalah: 1) Apakah ada perbedaan daya tahan lampu antara lampu merk A dan B? Hipotesis Penelitian/Substansi: 1) Tidak ada perbedaan daya tahan lampu antara lampu merk A dan B. 2) Daya tahan lampu merk B lebih kecil sama dengan lampu merk A. 3) Daya tahan lampu merk B lebih besar sama dengan lampu merk A. Hipotesis Statistik: 1) Untuk
hipotesis
penelitian
pertama,
pengujian
statistik
pengujian
statistik
pengujian
statistik
merupakan uji hipotesis dua pihak. H0 : µ1 = µ2 H1 : µ1 ≠ µ2 2) Untuk
hipotesis
penelitian
kedua,
merupakan uji hipotesis satu pihak. H0 : µ1 ≥ µ2 H1 : µ1 < µ2 3) Untuk
hipotesis
penelitian
ketiga,
merupakan uji hipotesis satu pihak. H0 : µ1 ≤ µ2 H1 : µ1 > µ2 c. Hipotesis Hubungan Hipotesis asosiatif adalah suatu pernyataan yang menunjukkan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. Untuk lebih memahami, contoh berikut ini akan memandu kita lebih dalam.
Rumusan Masalah: Apakah
ada
hubungan
antara
gaya
kepemimpinan
dengan
efektivitas kerja? Hipotesis Penelitian/Substansi: Tidak ada hubungan antara gaya kepemimpinan dengan efektivitas kerja. Hipotesis Statistik: H0
:ρ=0
H1
:ρ≠0
3. Cara Menguji Hipotesis Setelah
merumuskan
hipotesis
penelitian,
seorang
peneliti
merumuskan hipotesis statistik untuk selanjutnya diuji apakah hipotesis disokong oleh data yang telah dikumpulkan atau tidak. Menguji hipotesis adalah kegiatan menaksir parameter populasi berdasarkan data sampel. Terdapat dua cara menaksir yaitu a point estimate dan interval estimate atau sering disebut confidence interval. A point estimate (titik taksiran) adalah suatu taksiran parameter populasi berdasarkan satu nilai data sampel. Sedangkan interval estimate (taksiran interval) adalah suatu taksiran parameter populasi berdasarkan nilai interval data sampel (Sugiyono,
2010).
Menurut
Sugiyono
(2010) Menaksir parameter
populasi yang menggunakan nilai tunggal (point estimmate) akan mempunyai resiko kesalahan yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan interval estimate. Makin besar interval taksirannya maka akan semakin kecil kesalahannya. Kesalahan taksiran untuk selanjutnya dinyatakan dalam bentuk peluang yang berbentuk prosentase. Biasanya dalam penelitian kesalahan taksiran ditetapkan terlebih dulu, yang biasanya digunakan dalam penelitian pendidikan adalah 5% dan 1%.
Gambar berikut ini akan memandu kita memahami lebih lanjut terkait dengan taksiran dan kesalahannya.
4. Kekeliruan yang Terjadi dalam Pengujian Hipotesis Dalam pembuatan hipotesis, seorang peneliti pasti sudah berusaha merumuskan dengan sangat berhati-hati. Akan tetapi untuk beberapa kasus, bisa jadi hipotesis yang telah dirumuskan tidak di sokong oleh data. Benar atau tidak bergantung pada diterima atau tidaknya hipotesis tersebut (Arikunto, 2013). Bisa jadi peneliti membuat hipotesis yang benar akan tetapi tidak didukung data sehingga hipotesis itu tidak diterima, akan tetapi bisa jadi juga peneliti membuat hipotesis salah akan tetapi terjadi kesalahan dalam pengambilan sampel sehingga hipotesis diterima.
Kekeliruan
dalam
membuat
kesimpulan
tentang
hipotesis
menurut Arikunto (2013) tergambar dalam tabel berikut ini: Kesimpulan dan Keputusan Terima Hipotesis Tolak Hipotesis
Keadaan Sebenarnya Hipotesis Benar Hipotesis Salah Tidak membuat kekeliruan Kekeliruan macam II Kekeliruan macam I
Tidak membuat kekeliruan
Selanjutnya ditentukan bahwa probabilitas melakukan kekeliruan macam I dinyatakan dengan α (alpha), sedangkan melakukan kekeliruan macam II dinyatakan dengan β (beta). Nama-nama ini akhirnya digunakan untuk
menentukan jenis kesalahan. Kesalahan tipe I disebut taraf
signifikan
pengetesan,
artinya
kesediaan
yang
berwujud
besarnya
probabilitas jika hasil penelitian terhadap sampel akan diterapkan pada populasi (Arikunto, 2013). Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Creswell, John. (2015). Riset Pendidikan Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Riset Kualitatif dan Kuantitatif. (Terjemahan Drs. Helly Prajitno Soetjipto, M.A. dan Dra. Sri Mulyantini Soetjipto). New York: Pearson Educatioan, Inc. .(Buku asli diterbitkan tahun 2015) Kerlinger, Fred. N. (2006). Asas-Asas Penelitian Behavioral. (Terjemahan Landung R. Simatupang). New York: Holt, Rinehart and Winston Inc.(Buku asli diterbitkan tahun 1986) Ruseffendi, E.T. (1994). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang NonEksakta Lainnya. Semarang: IKIP Semarang Press. Sugiyono. (2010).Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Wagiran. (2015). Metodologi Penelitian Pendidikan (Teori dan Implementasi). Yogyakarta: Deepublish Publisher.