LAPORAN AKHIR FARMASETIKA DASAR ‘EMULSI’
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK V KELAS C FARMASI 2013
FAUZIAH INDAH SARI
(821413100)
I GUSTI AYU ARI INDAH YANI
(821413)
MOH. RIVALDI MAPPA
(821413088)
PIKRI GOBEL
(821413084)
RISKIAH NURFATHIN
(821413096)
ASISTEN : DIAN SUKMAWATI DALU
LABORATORIUM FARMASETIKA JURUSAN FARMASI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan ‘Laporan Akhir Praktikum Sediaan Emulsi’ yang disusun sebagai tugas akhir dari Praktikum Farmasetika Dasar. Penulis menyadari bahwa terselesainya penyusunan laporan akhir ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dukungan, doa, serta saran dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu. Akhirnya, kami menyadari dalam penulisan laporan ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami menerima kritik dan saran yang membangun agar penyusunan laporan selanjutnya menjadi lebih baik dan kiranya semoga tugas ini dapat membawa manfaat bagi kami khususnya dan umumnya bagi teman-teman sekalian.
Gorontalo, 20 April 2014
Kelompok V
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN I.1
Latar Belakang .................................................................................. 1
I.2
Maksud Percobaan ............................................................................ 2
I.3
Tujuan Percobaan.............................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Teori Umum ..................................................................................... 3 II.2 Resep .............................................................................................. 5 II.3 Narasi Resep ..................................................................................... 5 II.4 Farmakologi ...................................................................................... 6 II.5 Uraian Bahan .................................................................................... 7 BAB III METODE KERJA III.1 Alat-alat yang digunakan................................................................... 10 III.2 Bahan-bahan yang digunakan ............................................................ 10 III.3 Cara Kerja ......................................................................................... 10 3.3.1 Kalibrasi Botol ......................................................................... 10 3.3.2 Sirup Simplex.......................................................................... 11 3.3.3 Pembuatan Emulsi................................................................... 11 BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN BAHAN IV.1 HasilPengamatan............................................................................... 13 IV.2 Perhitungan Bahan ........................................................................... 13 IV.3 Perhitngan Dosis ................................................................................ 14 BAB V PEMBAHASAN V.1 Pembahasan....................................................................................... 15 BAB VI PENUTUP VI.1 Kesimpulan ....................................................................................... 16 VI.2 Saran ................................................................................................. 16 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Farmasi adalah suatu ilmu yang mempelajari cara bagaimana mencampur
obat,
meracik
formula,
identifikasi,
kombinasi
serta
menganalisis mengenai obat serta pengobatan. Didalam ilmu farmasi, diajarkan juga tentang ilmu farmasetika. Farmasetika sendiri adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat meliputi pengumpulan, pengenalan, pengawetan, dan pembakuan bahan obat-obatan, seni peracikan obat, serta pembuatan sediaan farmasi menjadi bentuk tertentu hingga siap digunakan sebagai obat, serta perkembangan obat yang meliputi ilmu dan teknologi pembuatan obat dalam bentuk sediaan yang dapat digunakan dan diberikan kepada pasien. Seiring dengan semakin berkembangnya sains dan tekhnologi, perkembangan di dunia farmasi pun tak ketinggalan. Semakin hari semakin banyak jenis dan ragam penyakit yang muncul. Perkembangan pengobatan pun terus di kembangkan. Ahli farmasi mengembangkan obat untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, yang bertujuan untuk memberikan efek terapi obat, dosis yang sesuai untuk di konsumsi oleh masyarakat. Bentuk sediaan dalam bidang farmasi juga semakin bervariasi. Sediaan obat tersebut antara lain sediaan padat seperti serbuk, tablet, kapsul. Sediaan setengah padat seperti salep, cream, pasta, suppositoria dan gel, serta bentuk sediaan cair yaitu suspensi, larutan, dan emulsi. Dengan adanya bentuk sediaan tersebut diharapkan dapat memberikan kenyamanan dan keamanan bagi konsumen. Salah satu contoh sediaan farmasi yang beredar di pasaran, Apotek, Instalasi kesehatan, maupun toko obat adalah sediaan cair (liquid). Sediaan liquid merupakan sediaan dengan wujud cair, mengandung satu atau lebih zat aktif yang terlarut atau terdispersi stabil dalam medium yang homogen pada saat diaplikasikan. Sediaan cair atau sediaan liquid lebih banyak diminati oleh kalangan anak-anak dan usia lansia, sehingga satu
keunggulan sediaan liquid dibandingkan dengan sediaan-sediaan lain adalah dari segi rasa dan bentuk sediaan. Salah satu sediaan liquid yang beredar dipasaran adalah sediaan bentuk emulsi. Sediaan emulsi ini didesain dalam dunia kefarmasian untuk memfasilitasi penghantaran zat aktif yang berupa minyak, atau zat aktif yang larut minyak. Jika hanya diberikan dalam bentuk minyak saja, maka tingkat penerimaan pasien akan cenderung rendah. Sediaan emulsi selain dikenal sebagai sediaan cair, juga dapat berupa sediaan setengah padat. Penggunaan sediaan ini, pada saat ini makin populer karena dapat digunakan untuk pemakaian dalam maupun untuk pemakaian luar. Emulsi merupakan dispersi koloid dimana zat terdispersi dan medium pendispersi merupakan cairan yang tidak saling bercampur. Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang disebut emulgator. Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan emulsi menggunakan 1 resep. Pada resep ini digunakan zat aktif berupa paraffin liquidum. Sediaan emulsi yang mengandung paraffin cair yang beredar di pasaran digunakan sebagai obat oral/dalam dan biasanya untuk melunakkan feses sehingga mudah dikeluarkan, pengobatan eczema dan kulit kering yang terkelupas. I.2 Maksud Percobaan Maksud dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui bagaimana pembuatan emulsi serta mampu menghitung dosis obat dalam bentuk sediaan emulsi. I.3 Tujuan Percobaan Tujuan pembuatan emulsi yaitu : 1. Mahasiswa mengetahui apa yang dimaksud dengan emulsi. 2. Mahasiswa mengetahui tipe-tipe emulsi. 3. Mahasiswa mengetahui komponen-komponen emulsi. 4. Mahasiswa mengetahui cara membedakan tipe-tipe emulsi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Teori Umum Menurut Farmakope Edisi IV, emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil (DIRJEN POM, 1995). Emulsi adalah suatu dispersi di mana fase terdispers terdiri dari bulatanbulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur. Dalam batasan emulsi, fase terdispers dianggap sebagai fase dalam dan medium dispersi sebagai fase luar. Emulsi yang mempunyai fase dalam minyak dan fase luar air disebut emulsi minyak-dalam-air dan biasanya diberi tanda sebagai emulsi “m/a”. sebaliknya emulsi yang mempunyai fase dalam air dan fase luar minyak disebut emulsi air-dalamminyak dan dikenal sebagai emulsi “a/m” (Howard, 2008). Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang disebut emulgator (emulsifying agent) yang dapat mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah (Syamsuni, 2007). Emulsi berasal dari kata “emulgeo” yang artinya menyerupai susu, dan warna emulsi memang putih seperti susu. Pada pertengahan abad XVII hanya dikenal emulsi dari biji-bijian yang mengandung lemak, protein, dan air. Pada pertengahan abad XVIII, seorang ahli farmasi dari prancis memperkenalkan pembuatan emulsi dari Oleum Olivarum, Oleum Anisi, dan Eugenol Oil dengan menggunakan penambahan Gom arab, tragakan, dan kuning telur sebagai emulgator (Syamsuni, 2007). Komponen emulsi dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu (Syamsuni, 2007): 1. Komponen dasar, yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat di dalam emulsi, terdiri atas:
a. Fase dispers/ fase internal, fase diskontinu/ fase terdispersi/ fase dalam, yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam zat cair lain. b. Fase eksternal/ fase kontinu/ fase pendispersi/ fase luar, yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (bahan pendukung) emulsi tersebut. c. Emulgator, adalah
bagian
dari emulsi yang berfungsi untuk
menstabilkan emulsi. 2. Komponen tambahan, adalah bahan tambahan yang sering ditambahkan kedalam emulsi untuk memperoleh hasil yang baik. Misalnya corrigen saporis, odoris, colouris, pengawet (preservative), dan anti oksidan. Secara farmasetik, proses emulsifikasi memungkinkan ahli farmasi dapat membuat satu preperat yang stabil dan rata dari campuran dua cairan yang saling tidak bisa bercampur. Dalam hal ini obat diberikan dalam bentuk bolabola kecil bukan dalam bulk. Untuk emulsi yang diberikan secara oral, tipe emulsi minyak-dalam-air memungkinkan pemberian obat yang harus dimakan tersebut mempunyai rasa yang lebih enak walaupun yang diberikan sebenarnya minyak yang tidak enak rasanya, dengan memberi pemanis dan pemberi rasa pada pembawa airnya, sehingga mudah dimakan dan ditelan sampai ke lambung. Ukuran partikel yang diperkecil dapat mempertahankan minyak tersebut agar lebih dapat dicernakan dan lebih mudah diabsopsi (Howard, 2008). Dikenal beberapa cara membedakan tipe emulsi, yaitu (Syamsuni, 2007): 1. Dengan pengenceran fase, setiap emulsi dapat diencerkan dengan fase eksternalnya. Emulsi tipe o/w dapat diencerkan dengan air dan emulsi tipe w/o dapat diencerkan dengan minyak. 2. Dengan pengecetan atau pewarnaan, zat warna akan tersebar merata dalam emulsi jika zat tersebut larut dalam fase eksternal emulsi tersebut. 3. Dengan kertas saring atau kertas tisu, jika emulsi diteteskan pada kertas saring tersebut terjadi noda minyak, berarti emulsi tersebut tipe o/w tetapi jika terjadi basa merata berarti emulsi tersebut tipe w/o.
4. Dengan konduktivitas listrik, alat yang digunakan adalah kawat, stop kontak dan neon lampu. Neon lampu akan menyala jika elektroda dicelupkan dalam cairan emulsi tipe o/w dan akan mati jika dicelupkan pada emulsi tepe w/o. II.2 Resep Dr. Kristanto, Sp.PD SIK : 228/FM/GTO/84 Jl. Agus Salim No.30 Telp. 0435-875492 Gorontalo, 07-02-2012 R/
Paraffidum Liquidum Gummi Arabicum Sirup Simplex Aethanolum 90% Jasmine Oil Aqua Destilata ad
5 ml 2.5 15 ml 6 ml q.s 50 ml
Nama dokter Nomor izin kerja dokter Alamat praktek dokter Nomor telepon dokter Tanggal resep
Nama obat dan Komposisi bahan
Petunjuk pembuatan Aturan pemakaian obat
m.f Emuls da in Fl No. 1 S b.dd II C a.c Pro : Vyra Umur : 27 tahun
Nama pasien Umur pasien
II.3 Narasi Resep a. 2.5
:
duabus quinque
: dua koma lima
5
:
quinque
: lima
6
:
sex
: enam
15
:
quindecim
: lima belas
50
:
quinquaginta
: lima puluh
II C
:
duo cochlear
: dua sendok makan
a.c
:
ante coenam
: sebelum makan
a.d
:
ad
: sampai
b.dd
:
bis de die
: dua kali sehari
det.
:
dettur
: sudah diberikan
da in
:
da in
: masukkan ke dalam
Emuls
:
emulsa
: emulsi
Fl
:
flacon
: botol
g
:
gramma
: gram
m.f
:
misce fac
: campur dan buatlah
ml
:
milligramma
: miligram
No 1
:
numero uno
: sebanyak satu
p.c.c
:
pro copy conform
: berikan sesuai aslinya
Pro
:
pro
: untuk
q.s
:
quantum satis
: secukupnya
R/
:
recipe
: ambillah
S.
:
signa
: tandai
b. Narasi resep dalam bahasa latin Recipe paraffidum liquidum 5 ml, gummi arabicum 2.5 g, sirup simplex 15 ml, aethanolum 90% 6 ml, jasmine oil quantum satis, aqua destilata ad 50 ml. Misce fac emulsa da in flacon numero uno. Signa bis de die duo cochlear ante coenam. c. Narasi resep dalam bahasa Indonesia Ambillah paraffinum liquidum 5 ml, gummi arabicum 2.5 g, sirup simplex 15 ml, aethanol 90% 6 ml, jasmine oil secukupnya, aqua destilata sampai 50 ml. Campur dan buatlah emulsi. Masukkan kedalam botol sebanyak satu. Tandai dua kali sehari dua sendok makan sebelum makan. II.4 Farmakologi Sifatnya yang mengurangi penyerapan oleh tubuh dari zat-zat gizi, anatara lain vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E, dan K). bila diinhalasi (tersedak), zat ini dapat mengakibatkan sejenis radang paru-paru berbahaya (pneumonia lipoid). Penggunaanya selama kehamilan tidak dianjurkan (Tan dan Kirana, 2013). Kebiasaan menggunakan paraffin cair akan mengganggu absorpsi zat larut lemak misalnya absorpsi karoten menurun 50%, juga adsorpsi vitamin K menurun dengan akibat hipoprotombinema dan juga dilaporkan terjadi pneumonia lipid. Obat ini menyebabkan pruritus ani atau menyulitkan
penyembuhan pascabedah daerah anorektal dan menyebabkan perdarahan (Gunawan, 2007).
II.5 Uraian Bahan a. Paraffin Liquidum (DIRJEN POM, 1979) Nama resmi
: Paraffinum Liquidum
Nama lain
: Parafin cair
Bobot molekul
: 76110
Rumus molekul : C3H8O2 Rumus struktur : CH3 – CH (OH) – CH2OH Pemerian
: Cairan kental, transparan, tidak berflouresensi, tidak berwarna,
hampir
tidak
berbau,
hampir
tidak
mempunyai rasa. Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P. larut dalam kloroform P. dan dalam eter P.
Khasiat
: Sebagai laksativum
Kegunaan
: Sebagai zat aktif
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
b. Gummi Arabicum (DIRJEN POM, 1979) Nama resmi
: Gummi Acaciae
Nama lain
: Gom akasia/Gom arab
Pemerian
: Hampir tidak berbau, rasa tawar seperti lendir
Kelarutan
: Mudah larut dalam air, menghasilkan larutan yang kental dan tembus cahaya praktis larut dalam etanol (95%) P.
Khasiat
: Zat tambahan
Kegunaan
: Sebagai emulgator
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik.
c. Aethanolum 90% (DIRJEN POM, 1979) Nama resmi
: Aethanol
Nama lain
: Alkohol
Bobot molekul
: 46.1
Rumus molekul : C2H6O
Rumus struktur :
H
Pemerian
H
H
C
C
H
H
OH
: Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak.
Kelarutan
: Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P. dan eter P.
Khasiat
: Zat tambahan
Kegunaan
: Sebagai pengental atau penstabil emulsi
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik.
d. Aqua Destilata (DIRJEN POM, 1979) Nama resmi
: Aqua Destilata
Nama lain
: Air suling
Bobot molekul
: 18.2
Rumus molekul : H2O Rumus struktur : H Pemerian
O
H
: Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
Kegunaan
: Sebagai pendispersi
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik.
e. Sirup Simplex (DIRJEN POM, 1979) Nama resmi
: Sirup Simplex
Nama lain
: Sirup gula
Pemerian
: Cairan jernih tidak berwarna
Khasiat
: Sebagai pemanis
Kegunaan
: Sebagai zat tambahan
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk.
f. Jasmine Oil (DIRJEN POM, 1979) Nama resmi
: Jasmine oil
Nama lain
: Minyak atsiri
Pemerian
: Cairan jernih, bau seperti bau bagian tanaman asli
Kelarutan
: mudah larut dalam kloroform P. dan dalam eter P.
Khasiat
: Pemberi aroma (pewangi)
Kegunaan
: Sebagai zat tambahan
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat, terisi penuh, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk.
BAB III METODE KERJA
III.1 Alat-alat yang Digunakan 1. Alu 2. Batang pengaduk 3. Gelas kimia 4. Gelas ukur 5. Lap halus 6. Lap kasar 7. Lumpang 8. Kaca arloji 9. Neraca analitik 10. Pipet tetes 11. Sudip 12. Water bath III.2 Bahan-bahan yang Digunakan 1. Aethanolum 90% 2. Alkohol 70% 3. Aquades 4. Botol 60 ml 5. Copy Resep 6. Etiket 7. Gula (sakarosa) 8. Gom arab 9. Jasmine oil 10. Metil paraben 11. Paraffin liquidum 12. Tissue
III.3 Cara Kerja 3.3.1 Kalibrasi Botol 1. Botol obat dicuci bersih 2. Dibilas dengan alkohol 70% 3. Diukur air sebanyak 50 ml digelas ukur 4. Dimasukkan kedalam botol dan diberi tanda 5. Dikeluarkan air dari dalam botol 3.3.2 Sirup simplex 1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. Dibersihkan alat dengan alkohol 70% 3. Ditimbang sakarosa 65 gr 4. Ditimbang metil paraben 0.25 gr 5. Diukur air sebanyak 35 ml 6. Dipanaskan air dengan gelas kimia menggunakan water bath 7. Setelah panas, dimasukkan metil paraben 8. Aduk hingga larut 9. Tambahkan sakarosa dan diaduk hingga larut 3.3.3 Emulsi 1. Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam percobaan. 2. Dibersihkan alat yang akan digunakan dengan alkohol 70%. 3. Ditimbang gom arab 2.5 g dengan menggunakan neraca analitik. 4. Diukur paraffin 5 ml dengan menggunakan gelas ukur. 5. Diukur aqua destilata sebanyak 3.75 ml digelas ukur. 6. Diukur etanol 90% sebanyak 6 ml dengan gelas ukur. 7. Diukur sirup simplex sebanyak 15 ml digelas ukur. 8. Dimasukkan gom arab kedalam lumpang, kemudian digerus hingga halus. 9. Dimasukkan paraffin cair, digerus hingga bercampur rata. 10. Dimasukkan air untuk korpus, digerus hingga bercampur rata sampai menghasilkan bunyi yang spesifik.
11. Dimasukkan sirup simplex dan gerus hingga bercampur rata. 12. Dimasukkan etanol 90%, digerus hingga bercampur rata (etanol 90% berfungsi sebagai pengental dan penstabil emulsi). 13. Ditambahkan jasmine oil sebanyak 2 tetes dan gerus hingga bercampur rata. 14. Dimasukkan kedalam botol (botol yang digunakan harus yang gelap umumnya coklat) untuk emulsi yang peka terhadap cahaya hal ini dilakukan untuk menjaga kestabilan emulsi. 15. Ditambahkan aqua destilata hingga batas kalibrasi. 16. Di tutup rapat, kemudiaan dikocok. 17. Berikan etiket dan copy resep.
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN BAHAN IV.1 Hasil Pengamatan Berdasarkan resep, sediaan emulsi yang dibuat adalah emulsi tipe O/W atau emulsi minyak-dalam-air karena fase minyak terdispersi dalam fase air. Emulsi tipe O/W adalah emulsi yang terdiri atas butiran minyak yang tersebar atau terdispersi kedalam air dimana minyak sebagai fase internal dan air sebagai fase eksternal (Syamsuni, 2007). Pada perhitungan dosis sediaan emulsi ini tidak terjadi over dosis. Tetapi, setelah dihitung hanya 40% dari pengaruh obat yang bekerja dalam tubuh. Ini memungkinkan efek terapi dari obat tersebut tidak bekerja dengan baik dalam tubuh. Sediaan emulsi ini di simpan dalam botol 60 ml. Botol yang digunakan harus yang gelap karena untuk emulsi yang peka terhadap cahaya hal ini dilakukan untuk menjaga kestabilan emulsi (Howard, 2008). Obat ini di minum dua kali sehari dan sebelum makan. Karena apabila obat di minum sesudah makan maka daya kerja zat aktif obat kurang efektif dimana absorpsinya dalam lambung dihambat oleh makanan (Tan dan Kirana, 2013). Obat ini tersedia sebanyak 50 ml dalam 1 botol, dalam sehari diminum dua kali tiap 12 jam. Untuk sekali minum dua sendok makan. Ukuran satu sendok makan yaitu 15 ml. Jadi, sekali minum 30 ml dan dalam sehari diminum sebanyak 60 ml. Sehingga, sediaan emulsi ini akan habis dalam waktu satu hari. Tapi, jika efek terapinya sudah dicapai, maka pasien boleh menghentikan pengkonsumsian obat ini walaupun obat ini belum habis. IV.2 Perhitungan Bahan Paraffinum liquidum = 5 ml Gom arab 5 gr
= ½ x Jumlah paraffin = ½ x 5 ml = 2.5 ml
Sirup simplex
= 15 ml
Aethanolum 90%
= 6 ml
Jasmine oil
= q.s
Aqua destilata
= 50 ml – (5 ml + 2.5 ml + 15 ml + 6 ml) = 50 ml – 28.5 ml = 21.5 ml
Air untuk korpus
= 1 ½ x Gom arab = 1 ½ x 2.5 ml = 3.75 ml
IV.3 Perhitungan Dosis Paraffinum liquidum : DL = -/15-45 1 sendok makan
= 15 ml = 15/50 x 5 ml = 1.5 ml
Untuk 1 kali, II C
= 2 x 1.5 = 3 ml
Untuk 1 hari
= 2 x 2 sendok makan = 2 x 3 ml/15 = 0.4 ml
Persentase 1 hari
= 0.4 x 100% = 40% (Tidak Over dosis)
BAB V PEMBAHASAN Didalam sediaan emulsi ini yang digunakan sebagai zat aktif yaitu paraffinum liquidum dimana paraffin di indikasikan untuk melunakkan feses sehingga mudah dikeluarkan (Tan dan Kirana, 2013). Dalam percobaan ini tipe emulsi yang dibuat adalah tipe emulsi O/W atau emulsi minyak dalam air karena fase minyak terdispersi dalam fase air. Emulsi tipe O/W adalah emulsi yang terdiri atas butiran minyak yang tersebar atau terdispersi kedalam air. Minyak sebagai fase internal dan air sebagai fase eksternal. Metode yang dipakai dalam pembuatan sediaan emulsi ini adalah metode Gom Kering dimana dalam metode ini, zat pengemulsi (Gom Arab) dicampur dengan minyak terlebih dulu kemudiaan ditambahkan air untuk membentuk korpus emulsi, baru diencerkan dengan sisa air yang tersedia (Syamsuni, 2007). Pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Setelah itu alat dibersihkan dengan menggunakan alkohol 70% sebagai antiseptikum untuk mensterilkan alat. Dalam resep ini bahan-bahannya yaitu paraffinum liquidum 5 ml, gummi arabicum 2.5 ml, sirup simplex 15 ml, aethanolum 90% 6 ml, jasmine oil secukupnya, dan aqua destilata sampai 50 ml. Pertama dimasukkan gom arab dalam lumpang kemudian digerus satu arah menggunakan alu. Lalu dimasukkan paraffin cair dan digerus hingga bercampur rata. Dimasukkan aqua destilata, digerus hingga bercampur rata. Kemudian, di masukkan sirup simplex. Langkah selanjutnya dimasukkan etanol 90% sebagai pengental dan penstabil emulsi (Howard, 2008), dan penggerusan tetap dilakukan. Setelah itu, dimasukkan jasmine oil sebanyak 2 tetes, digerus hingga semua bahan bercampur rata. Semua bahan yang telah bercampur rata tadi dimasukkan kedalam botol 60 ml. Lalu, ditambahkan aqua destilata hingga batas kalibrasi. Terakhir, botol ditutup rapat kemudiaan dikocok serta pengemasnya dilengkapi etiket berwarna putih, sebagai tanda 0bat oral/dalam (Syamsuni, 2005).
BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Berdasarkan percobaan yang dilakukan, kami dapat menyimpulkan : 1. Emulsi adalah suatu dispersi di mana fase terdispers terdiri dari bulatanbulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur. 2. Secara umum, tipe emulsi terbagi dua yaitu tipe emulsi minyak-dalam-air atau emulsi “m/a”, dan tipe emulsi air-dalam-minyak atau emulsi “a/m”. 3. Komponen emulsi terbagi atas dua yaitu komponen dasar dan komponen tambahan. 4. Cara membedakan tipe emulsi yaitu dengan pengenceran fase, pengecatan atau pewarnaan, kertas saring atau kertas tisu dan konduktivitas listrik. VI.2 Saran 1. Kepada Penanggung jawab Laboratorium Farmasetika Dasar, diharapkan agar supaya melengkapi alat dan bahan yang ada pada laboratorium agar praktikum terlaksana dengan lebih maksimal lagi. 2. Kepada Asisten Laboratorium Farmasetika Dasar, diharapakan kepada seluruh asisten untuk konsisten dalam pembuatan format jurnal agar kami selaku praktikan tidak kebingungan dalam membuat jurnal. Dan hendaknya asisten lebih lagi memperhatikan praktikan agar tidak terjadi diskomunikasi anatara praktikan dan asisiten dalam laboratorium, sehingga dapat memberikan hasil yang lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C., 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: University Indonesia Press Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta: DEPKES RI Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta: DEPKES RI Sulistia, G.G., 2007. Farmakologi dan Terapi edisi kelima. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. Syamsuni, A., 2007. Ilmu Resep. Jakarta: EGC Syamsuni, A., 2005. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta: EGC Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 2013. Obat-Obat Penting edisi keenam. Jakarta: PT. Alex Media Komputindo.
LAMPIRAN
1. Foto sediaan
2. Copy resep APOTEK OREO Apoteker : Indah Ayu, S.Farm., Apt SIK : 666/FM/TDR Jl. Malam No. 07 Kota Tidur Telp. (0435) 823318 No Tgl Nama Dokter Nama Pasien Umur
: 01 : 07-02-2012 : Dr. Kristanto, Sp.PD : Vyra : 27 tahun Copy Resep
R/ Paraffidum Liquidum Gummi Arabicum Sirup Simplex
5 ml 2.5 15 ml
Aethanolum 90%
6
Jasmine Oil
q.s
Aqua Destilata
ad
ml
50 ml
m.f Emuls da in Fl No. 1 S b.dd II C a.c det
Cap Apotek P.C.C
3. Etiket APOTEK OREO Apoteker : Indah Ayu, S.Farm., Apt SIK : 666/FM/TDR Jl. Malam No. 94 Kota Tidur Telp. (0435)823318 No : 01 Nama pasien : Vyra
Tgl. 07 – 02 – 2012
Aturan Pakai 2 x sehari
Sendok Teh 2 Sendok Makan
Sebelum Makan/Sesudah Makan Kocok dahulu