!!
!
Disusun oleh Amiyarsi Mustika Yukti dan Kelompok Fungsional, 2013
PENGEMBANGAN / VALIDASI METODE YANG DILAKSANAKAN TAHUN 2011 :
1 1.
VERIFIKASI KEASLIAN VARIETAS DAN KEMURNIAN VARIETAS DALAM PRODUKSI PADI MELALUI PLOT KONTROL
2
UJI DAYA HANTAR LISTIK UNTUK PENDUGAAN DAYA KECAMBAH DAN DAYA TUMBUH BENIH PADI
3
PENGEMBANGAN UJI CEPAT VIABILITAS MENGGUNAKAN FeCl3 DAN INDOKSIL ASETAT PADA BEIH KEDELAI (Glycine max)
4
EVALUASI PENGUJIAN VIGOR UNTUK PENDUGAAN MASA EDAR PADA PELABELAN ULANG
5
APLIKASI PELAPISAN (COATING) DAN PEWARNAAN UNTUK MEMPERTAHANKAN MUTU BENIH PADI HIBRIDA SELAMA PENYIMPANAN
6
APLIKASI BERBAGAI KEMASAN PLASTIK BENIH KEDELAI
7
KAJIAN KERAGAMAN GENETIK VARIETAS KEDELAI MENGGUNAKAN METODE SIMPLE SEQUENCING REPEAT (SSR)
8
PENETAPAN KADAR AIR BENIH KEDELAI METODE OVEN SUHU 103° C SELAMA 17 JAM DENGAN METODE OVEN SUHU 130° C SELAMA 1 JAM
9
PENGGUNAAN PSD (Pure Seed Definition) 21 SEBAGAI PENGGANTI
DALAM PENYIMPANAN
PSD 11 PADA ANALISIS KEMURNIAN BENIH KACANG TANAH
1. VERIFIKASI KEASLIAN VARIETAS DAN KEMURNIAN VARIETAS DALAM PRODUKSI PADI MELALUI PLOT KONTROL Chabrinel, Agha Margapranata, Sri Rahayu Puji Lestari, Umi Sri Rezeki Sertifikasi benih adalah suatu sistem pengendalian mutu untuk memastikan bahwa benih yang dijual atau yang diedarkan memiliki mutu fisik, fisiologis, genetis dan patologis yang memadai. Mekanisme sertifikasi mengacu pada OECD Seed Scheme (Skema Benih OECD). Tujuan pengembangan metode ini yaitu untuk memverifikasi keaslian dan kemurnian varietas padi kelas BP (Benih Pokok) dengan metode plot control yaitu pre control sesuai OECD Seed Scheme dan yang seperti aturan Sertifikasi pada Surat Keputusan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan tahun 2009. Bahan yang digunakan adalah benih padi untuk kelas BP, benih padi otentik 2 varietas (IR 64 dan Inpari 13). Metode pengamatan dengan membandingkan metode sampling dan metode plot control. Verifikasi keaslian dan kemurnian varietas dengan sistem sampling dilakukan dengan pengamatan pada varietas yang diuji saja, sedangkan untuk sistem dengan plot control adalah dengan membandingkan hasil pengamatan varietas yang diuji dengan tanaman pada rumpun yang berasal dari benih otentik yang disemai dalam bentuk malai. Tanaman dari benih otentik berfungsi sebagai deskripsi hidup. Dari beberapa hasil pengamatan secara kuantitatif terdapat beberapa perbedaan pada varietas yang diuji, setelah dibandingkan dengan parameter pengamatan kualitatif hasilnya sama. Perbedaan ini merupakan variasi dalam satu malai. Metode plot control merupakan metode yang paling akurat dibandingkan metode sampling, karena bukan hanya memeriksa kemurnian suatu pertanaman tetapi dapat menentukan keaslian suatu varietas dengan adanya tanaman pembanding berupa deskripsi hidup yang merupakan benih otentik dari varietas yang ditanam. Kata Kunci: Keaslian, kemurnian varietas,sistem sampling sistem plot control, padi.
2. UJI DAYA HANTAR LISTIK UNTUK PENDUGAAN DAYA KECAMBAH DAN DAYA TUMBUH BENIH PADI Nike Fitria Wibawa, Dina Mariyanti, Endang Murwantini, dan Iyam Sesuai ISTA Rules, pengujian daya berkecambah untuk benih padi (Oryza sativa) adalah 14 hari. Beberapa metode uji yang dapat digunakan untuk mempercepat adalah uji Daya Hantar Listrik (DHL). Pada pengujian pendahuluan telah diperoleh kesimpulan bahwa korelasi antara nilai DHL dengan daya berkecambah (DB) menghasilkan koefisien korelasi negatif. Sedangkan korelasi antara nilai DHL dengan DT (Daya Tumbuh) menghasilkan koefisien korelasi positif. Tujuan pengembangan metode ini untuk menduga daya berkecambah dan daya tumbuh benih padi di lapang berdasarkan hasil uji DHL. Uji DHL dilakukan dengan menggunakan perlakuan waktu perendaman 42 jam dalam 100 ml air. Hasil uji korelasi antara perlakuan uji DHL dengan nilai DB, DT, Indek Vigor (IV) dan kecepatan tumbuh (Kct) memberikan hasil yang negatif yang menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai DHL maka nilai DB , DT, IV dan Kct semakin rendah. Model regresi yang diperoleh adalah y = -1,896x + 96,82 dimana x adalah nilai DHL dan y adalah nilai DB, dan y = -2,012x + 98,45 dimana x adalah nilai DHL dan y adalah nilai DT. Nilai tersebut belum menunjukkan korelasi yang signifikan antara uji DHL dengan DB maupun DT, sehingga pengembangan metode ini masih perlu dioptimasikan dengan melakukan pengujian lanjutan menggunakan metode yang telah diverifikasi berdasarkan literatur yang didapat. Kata kunci: daya hantar listrik, daya berkecambah, daya tumbuh, dan benih padi
3. PENGEMBANGAN UJI CEPAT VIABILITAS MENGGUNAKAN FeCl3 DAN INDOKSIL ASETAT PADA BEIH KEDELAI (Glycine max) Puspa Hartati, Nike Fitria Wibawa, Sri Rahayu Puji Lestari, dan Arumasih Prijatin Handayani ISTA menetapkan uji Tetrazolium (TZ) merupakan uji cepat viabilitas benih. Dalam pelaksanaan uji TZ diperlukan pengetahuan khusus yaitu pemahaman tentang anatomi benih dan bagian-bagian benih yang penting dalam perkecambahan. Selain uji TZ, terdapat pula beberapa uji cepat viabilitas benih yang belum direkomendasikan ISTA sebagai metode resmi. Metode tersebut adalah uji FeCl3, uji indoxyl asetat, uji Fast Green dan uji perendaman dalam klorok. Balai Besar PPMBTPH akan mencoba mengembangkan kembali uji FeCl3 dan uji indoxyl asetat untuk deteksi cepat viabilitas benih dalam rangka pelayanan cepat laboratorium benih. Tujuan pengembangan metode ini adalah untuk Verifikasi uji DB dengan uji FeCl3 dan uji indoksil asetat untuk mendapatkan hubungan antara uji DB, FeCl3 dan uji indoksil asetat tersebut. Pengujian dilakukan dilaboratorium meliputi pengujian daya berkecambah (DB), pengujian viabilitas dengan menggunakan Ferric chloride (FeCl3) dan Indoxyl asetat (IA). Pengujian dilakukan pada 8 (delapan) varietas benih kedelai yang terdiri atas varietas Kaba, Grobogan, Argomulyo, Burangrang, Anjasmoro, Tanggamus, Orba dan Rajabasa. Berdasarkan hasil kegiatan menunjukan pengujian viabilitas dengan FeCl3 dan IA hanya bisa mendeteksi kerusakan mekanis yang menyebabkan kecambah abnormal dan mati pada benih-benih baru panen. Hasil uji korelasi antara perlakuan uji Daya Berkecambah dengan nilai uji ferri klorida dan Indoksil Asetat memberikan hasil yang positif yang menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai daya berkecambah maka benih yang mengalami kerusakan mekanisnya semakin sedikit. Kata kunci : FeCl3, kedelai, uji tetrazolium, viabilitas
4. EVALUASI PENGUJIAN VIGOR UNTUK PENDUGAAN MASA EDAR PADA PELABELAN ULANG Sri Rahayu Puji Lestari, Rahayu Nurkartika, Siti Fadhilah dan Eros Rosita Vigor benih tidak hanya mengukur sifat tunggal, tetapi merupakan sejumlah sifat yang menggambarkan beberapa karakteristik yang berhubungan dengan penampilan suatu lot benih seperti (1) kecepatan dan keserempakan berkecambah dan pertumbuhan kecambah, (2) kemampuan munculnya titik tumbuh kecambah pada kondisi lingkungan yang tidak sesuai untuk pertumbuhan, dan (3) kemampuan benih untuk berkecambah setelah mengalami penyimpanan. Pada benih padi hibrida maupun non hibrida, masa berlaku label diberikan paling lama 6 bulan sejak tanggal selesai pengujian atau paling lama 9 bulan setelah tanggal panen. Masa berlaku label ulang paling lama setengah dari masa berlaku pengujian yang pertama dan bisa diperpanjang lagi selama masih memenuhi standar mutu untuk kelas benih yang bersangkutan. Tujuan dari pengujian ini yaitu diperolehnya metode uji vigor yang tepat untuk pelabelan ulang pada benih padi. Bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah benih padi 13 lot, plastik PE 0.8 mm sebagai kemasan, kertas filter, serta perlengkapan standar untuk pengujian benih. Pengujian vigor yang diaplikasikan adalah penghitungan indeks vigor, kecepatan tumbuh dan pengujian daya hantar listrik. Sedangkan sebagai pembanding digunakan penghitungan daya berkecambah, dan sebagai data pendukung dilakukan pengujian kadar air. Pengujian laboratoris ini dilakukan sampai dengan minggu ke 12 pada setiap 2 minggu. Pengujian vigor ini terlihat kurang efisien untuk pendugaan masa edar benih padi pada pelabelan ulang karena hasilnya tidak berbeda signifikan dengan pengujian daya berkecambah. Grafik yang dihasilkan oleh pengujian vigor seperti indeks vigor, kecepatan tumbuh dan daya hantar listrik cenderung landai, seperti pada grafik hasil pengujian daya berkecambah. Kata kunci: indeks vigor, kecepatan tumbuh, uji daya hantar listrik, label ulang, benih padi
5.
APLIKASI PELAPISAN (COATING) DAN PEWARNAAN UNTUK MEMPERTAHANKAN MUTU BENIH PADI HIBRIDA SELAMA PENYIMPANAN Dina, Puspa Hartati, Munawaroh Naimatun Dafikah dan Lisa Yuniar Untuk membedakan antara gabah beras untuk dikonsumsi dan gabah benih padi yang diberi perlakuan bahan kimia harus diberikan penciri khusus. Hal ini dilakukan dengan menggunakan teknis ‘coating’ atau pelapisan benih. Hasil pengembangan metode tahun 2009 menunjukkan pelapisan dan pewarnaan benih padi dapat digunakan untuk memperbaiki penampilan dan viabilitas benih. Perlu diobservasi daya simpan benih yang telah di’coating’.K egiatan ini bertujuan untuk (1) memberikan penciri benih padi hibrida, (2) menentukan pengaruh pelapisan dengan aplikasi fungisida dan bakterisida terhadap viabilitas dan vigor benih padi hibrida dan (3) mengetahui pengaruh pelapisan terhadap umur simpan benih padi hibrida. Benih padi hibrida yang digunakan adalah Hipa 8 dan Maro dari BB PADI, SL8, DG1, DG2 dan Boshima dari PT. SHS Sukamandi. Bahan yang digunakan gelatine, Na-alginat, polymer polycote, fungisida dengan bahan aktif benomil 50%, bakterisida dengan bahan aktif streptomycin sulfat 20%, pewarna jingga, biru dan ungu. Pelapisan dilakukan secara manual dan menggunakan mesin ‘coating’ serta pengering benih milik PT. EWSI. Pelapisan dengan gelatine dan Na-alginat tidak memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan karena benih tidak terlapisi dengan baik dan sukar dipisahkan sehingga benih tidak terwarnai dengan merata. Penggunaan polycote dengan mesin memberikan hasil yang memuaskan yaitu pewarnaan dan pelapisan merata di seluruh permukaan benih, benih tidak saling menempel dan polycote yang digunakan hanya sedikit (75 ml). Formulasi yang digunakan untuk 1,5 kg benih padi adalah 75 ml larutan polycote, 1,125 gram fungisida Benlox dan 1,125 bakterisida Agrep. Larutan polycote dibuat dengan mencampur polycote warna merah dengan akuades dalam perbandingan 10:20. Selanjutnya benih disimpan selama 9 bulan di suhu ruang tanpa AC dan diuji setiap bulan. Secara umum, hasil pengujian setiap bulan menunjukkan tidak ada perbedaan perubahan nilai kadar air antara benih yang di’coating’ dengan kontrol (tidak di’coating’). Penurunan nilai DB selama penyimpanan sangat dipengaruhi kondisi vigor dan viabilitas awal sebelum penyimpanan. SL8 dan DG1 dengan nilai DB awal 89 dan 93%, pada bulan ke-9 mengalami penurunan DB hanya 5 dan 2% menjadi 84 dan 91%, sedangkan Boshima mengalami penurunan dari 93 menjadi 67%. DG2 hanya bertahan selama 3 bulan karena DB awal hanya 56%, tetapi pada bulan ke-2 perlakuan ‘coating’ mampu meningkatkan DB hingga 70%. Secara fisik, ‘coating’ pada benih padi mampu meningkatkan penampilan fisik tetapi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan daya simpan benih. Kata kunci : pelapisan, coating, benih padi hibrida, penyimpanan
6.
APLIKASI BERBAGAI KEMASAN PLASTIK KEDELAI
DALAM PENYIMPANAN BENIH
Herni Susilowati, Munawaroh Naimatun Dafikah, dan Tendy Wijiastuti Ketersediaan benih kedelai unggul yang bersertifikat sangat diperlukan, mengingat benih kedelai unggul bersertifikat adalah komponen teknologi utama dalam upaya peningkatan kebutuhan kedelai dalam negeri. Namun untuk mencapai ketersediaan benih kedelai bermutu yang bersertifikat tidaklah mudah, karena banyak sekali kendala yang dihadapi, terutama kendala pada benih kedelai itu sendiri yang berkarakter mudah mengalami penurunan viabilitas. Upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi penurunan viabilitas secara cepat salah satunya dengan penggunaan kemasan benih yang tepat dan baik sehingga mampu mempertahankan mutu benih kedelai selama mungkin (lebih dari 6 bulan). Kemasan yang umumnya digunakan untuk mengemas benih kedelai adalah kemasan plastik, karena murah, mudah dan kedap air sehingga cukup baik dalam mempertahankan mutu benih kedelai dalam penyimpanan. Kemasan plastik yang diterapkan dalam pengembangan metode kali ini adalah polyethylene (PE) dan high density polyethylene (HDPE) ketebalan ± 0.08 mm (volume 1kg), serta ‘Kantong Semar’ (volume 1kg dan 40 kg) yang diduga dapat mempertahankan mutu benih selama 1 (satu) tahun. Selanjutnya bahan uji yang telah dihomogenkan diatur tingkat kadar airnya menjadi dua level yaitu rendah (±8,0%) dan tinggi (±12,0%) kemudian dikemas pada jenis kemasan tersebut dan disimpan pada suhu ruang. Pengujian mutu benih dilakukan setiap bulan untuk masing-masing perlakuan meliputi parameter kadar air, daya berkecambah, vigor (pada awal penyimpanan), cendawan serta virus terbawa benih. Berdasarkan hasil anaisis data dapat disimpulkan bahwa (1) jenis kemasan yang dapat mempertahankan mutu benih kedelai sesuai standar minimal yang ditetapkan s.d bulan simpan ke-7 (tujuh) pada suhu ruang, adalah kantong SEMAR volume 1 kg dan 40 kg dengan tingkat kadar air awal yang aman untuk penyimpanan ± 8,0%; (2) vigor awal bahan uji yang rendah dengan kisaran 46-52% (rata-rata 49,4%) akan berpengaruh terhadap umur simpan benih meskipun daya berkecambah benih tinggi berkisar 78-96% (rata-rata 85%); (3) Persentase infeksi cendawan terbawa benih cukup tinggi khususnya Cercospora kikucii 25,5%, Peronospora manshurica 21,5%, Corynespora cassiicola 40,0%, Botrydiplodia theobromae 25,0% dan Aspergillus sp. 62,8% terutama pada benih kedelai dengan kadar air awal ± 12% pada kemasan HDPE yang berakibat langsung terhadap penurunan mutu benih dan daya berkecambah. Adapun saran pada kegiatan pengembangan metode selanjutnya agar digunakan benih kedelai dengan berbagai varietas dominan yang beredar dengan tingkat vigor yang tinggi. Kata kunci: plastik kantong SEMAR, kadar air, daya berkecambah, vigor
7. KAJIAN KERAGAMAN GENETIK VARIETAS KEDELAI MENGGUNAKAN METODE SIMPLE SEQUENCING REPEAT (SSR) Sri Budiarti, Tendy Wijiastuti, Umi Sri Rezeki dan Alfin Widiastuti Strategi peningkatan produktivitas, efisiensi produksi dan kualitas produk diantaranya adalah penggunaan benih varietas unggul dalam mencapai luas areal tanam. Tindak lanjut strategi dengan Permentan Nomor 55/Permentan/SR.120/12/2009 tentang pedoman produksi benih, dalam rangka pemenuhan ketersediaan benih menuju swasembada kedelai tahun 2014. Pelaksanaan produksi benih kedelai yang masih menemui kendala dalam kegiatan pemurnian varietas, areal lapang yang tidak jelas benih sumbernya, pemeriksaan fase pertumbuhan terbatas (tertentu) sehingga terdapat komplain benih tidak seragam,dari para petani sebagai pengguna. Bentuk dukungan dari Balai Besar PPMBTPH menghadapi permasalahan benih kedelai direalisasikan dengan kegiatan pengembangan metode mengenai Kajian uji keragaman genetik varietas benih Kedelai menggunakan metode Simple Sequence Repeat (SSR). Metode SSR dikembangkan karena memiliki reprodusibiltas hasil uji tinggi dan waktu uji yang singkat sehingga sasaran kebijakan permentan untuk perbanyakan kedelai dapat diantisipasi dengan metode uji genetik di laboratorium yang aplikatif. Bahan uji benih kedelai berasal dari Yogyakarta, Cihea Jawa Barat dan BALITKABI Jawa Timur yang terdiri dari hitam varietas Mallika, Tanggamus, Argomulyo, Kaba, Anjasmoro, Grobogan, ORBA . Pengujian molekuler metode SSR yang dimodifikasi menggunakan primer (penanda) SSR spesifik untuk kedelai yaitu satt 009, satt 038, satt 114, satt 147 dan satt 177 (masing-masing terdiri forward dan reverse) sedangkan metode pembanding RAPD menggunakan primer polimorfik varietas kedelai (OPH 10 dan OPB 08). Interpretasi hasil uji dari visualisasi pita DNA yang dapat terbaca pada perlakuan optimasi 1) volume komposisi pereaksi PCR dan program PCR yang terdiri 45 siklus dan 35 siklus; 2) modifikasi tahap elektroforesis dengan agarose konsentrasi 1.5 % dan 3 %. Analisa kajian metode ini secara kualitas terhadap hasil visualisasi DNA yang jelas dan dapat terbaca pasang basanya, merupakan metode SSR yang aplikatif untuk pengujian keragaman varietas benih kedelai. Metode uji isolasi DNA benih kedelai pada jaringan tanaman menggunakan metode Doyle Doyle (1987). Berdasarkan visualisasi hasil PCR (proses denaturasi 35 siklus, pereaksi PCR 20 ul dengan konsentrasi DNA cetakan 50 ng/ul), menggunakan primer SATT 147 dan proses elektroforesis dengan voltage 80 volt selama hampir 2 jam pada konsentrasi agarose 3 %, menunjukkan keragaman varietas kedelai sebagai berikut, Kaba (200 bp), Argomulyo (225 bp), Mallika BR (210 bp), Mallika BD (210 bp) Anjasmoro (220 bp), Grobogan (220 bp), ORBA (220 bp). Dengan demikian metode SSR dapat diaplikasikan untuk uji keragaman genetik varietas benih kedelai serta untuk kelanjutan pengembangan metode ini perlu penggunaan penanda (primer) SSR yang beragam sebagai penanda spesifik varietas tertentu. Kata kunci : Simple Sequence Repeat (SSR), varietas, kedelai, agarose 3%
8. PENETAPAN KADAR AIR BENIH KEDELAI METODE OVEN SUH 103° C SELAMA 17 JAM DENGAN METODE OVEN SUHU 130° C SELAMA 1 JAM Amiyarsi Mustiks Yukti, Rahayu Nur Kartika, Siti Nurhaeni dan Ismiatun Metode pengujian kadar air benih kedelai yang terstandardisasi secara nasional. Validasi ini merupakan kerjasama Balai Besar PPMB-TPH dengan 24 BPSB. Balai Besar PPMB-TPH sebagai penyelenggara (penyiap bahan uji, pengirim contih uji, pengolah data dan penyusun laporan) sedangkan BPSB sebagai peserta (pelaksanaan validasi dan pengiriman laporan). Uji pendahuluan dilakukan oleh Tim Balai besar PPMB-TPH, untuk mengetahui perlakuan pengeringan suhu tinggi dalam oven yang memberikan tingkat kadar air yang toleran dengan pengeringan acuan, yaitu pengeringan dalam oven dengan suhu 103oC selama 17 jam. Uji pendahuluan dengan pengeringan suhu tinggi ini dilakukan pada suhu 130oC dengan tujuh lama waktu pengeringan, yaitu 1, 1.5, 2, 2.5, 3, 3.5 dan 4 jam. Perlakuan pengeringan yang memberikan toleransi paling baik digunakan sebagai metode pembanding yang akan divalidasi dengan metode acuan. Dari hasil uji pendahuluan didapat waktu 1 jam. Benih contoh uji yang disiapkan dibagi menjadi dua tingkat kadar air, yaitu benih dengan kadar air rendah dan benih dengan kadar air tinggi. Setiap tingkat dibagi kembali menjadi tiga variasi kadar air sehingga terdapat enam tingkat kadar air yang disertakan untuk validasi, yaitu: 1) Kadar air suhu rendah, terdiri dari 8.0 - 8.9%, 9.0- 9.9% dan 10.0- 10.9%. 2)Kadar air suhu tinggi, terdiri dari 11.0 – 11.9%, 12.0 – 12.9% dan 13.0 – 13.9%. Benih dikemas dengan aluminium foil, kemudian dikirimkan ke 24 BPSB untuk diuji kadar air dengan menggunakan pengeringan metode oven suhu tinggi seperti hasil yang diperoleh dari uji pendahulan. Data hasil penetapan kadar air yang dilakukan di BPSB kemudian dikirimkan kembali ke Balai Besar PPMB-TPH untuk diolah dan dianalisa. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan toleransi menurut ISTA Handbook on Moisture Determination . Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa dari 144 laboratorium (24 laboratotium x 6 tingkat kadar air) terdapat 108 laboratorium yang toleran. Sehingga persentase yang didapat 75 %. Berdasar ISTA Handbook on Moisture Determination Metode dapat diterima apabila yang toleran 75 % atau lebih. Sehingga dapat dikategorikan validasi metode ini toleran. Kesimpulan dari kegiatan ini adalah penetapan kadar air dengan metode oven suhu tinggi (130ºC, 1 jam )dapat menggantikan penetapan kadar air dengan metode oven suhu rendah (103ºC, 17 jam ) pada benih kedelai. Penetapan kadar air dengan metode oven suhu tinggi (130ºC, 1 jam ) dapat digunakan sebagai metode pengujian kadar air benih kedelai di Indonesia. Kata kunci : benih kedelai, penetapan kadar air, 1 jam
9. PENGGUNAAN PSD (Pure Seed Definition) 21 SEBAGAI PENGGANTI PSD 11 PADA ANALISIS KEMURNIAN BENIH KACANG TANAH (Arachis hypogaea) Amiyarsi Mustika Yukti, Dina, Rahayu Nur Kartika, dan Lisa Yuniar
Dalam perdagangan di Indonesia benih kacang tanah dalam bentuk polong, sedangkan di dunia international dalam bentuk biji yang sudah dikupas atau disebut dengan clean seed. ISTA Rules yang merupakan acuan international dalam analisis kemurnian merekomendasikan penggunaan PSD 11. Dengan menggunakan Pure Seed Definition 11 berarti analisis kemurnian pada benih yang masih berupa clean seed ini menyulitkan laboratorium benih Indonesia dalam melaksanakan pengujian.Untuk memudahkan analisis kemurnian kacang tanah perlu dicari PSD yang dalam aturannya dapat mengakomodir benih dalam bentuk polong. Salah satu PSD yang paling mendekati adalah PSD 21. Agar PSD 21 dapat dikategorikan metode yang valid maka harus divalidasi terlebih dahulu dengan PSD 11. Wacana penggunaan PSD 21 ini juga telah diusulkan oleh Balai Besar PPMB-TPH ke ISTA melalui publikasi dalam Seed Testing International No 141 April 2011 “ A proposal to revise the pure seed definition for Arachis hypogaea ”, pada publikasi tersebut bertujuan untuk mengganti metode analisis kemurnian dari PSD 11 ke PSD 21, serta ccontoh kerja yang digunakan yang awalnya dari polong atau benih 1000 gram menjadi polong dan benih 1000 gram. Balai Besar PPMB-TPH melaksanakan validasi dalam 2 tahap, tahap pertama adalah validasi antar analis di Balai Besar PPMB-TPH dan yang kedua adalah validasi bersama laboratorium benih BPSB. Tujuan dari validasi metode ini adalah untuk mendapatkan metode analisis kemurnian benih kacang tanah yang berbentuk polong yang terstandardisasi secara nasional. Kegiatan validasi metode dilaksanakan oleh Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (Balai Besar PPMB-TPH) bersama Laboratorium Benih Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB)Nyang berada di 17 provinsi. Bahan uji untuk kegiatan ini adalah contoh benih kacang tanah varietas Kelinci kelas BP untuk validasi antar analis dan kelas BR untuk validasi dengan Laboratorium BPSB. Tim Balai Besar PPMB-TPH menyiapkan contoh kerja kacang tanah @1000 gram dan menambahkan sejumlah kotoran benih. Analis atau laboratorium BPSB melaksanakan pengujian dengan tahapan yaitu: 1) melaksanakan analisis kemurnian menggunakan PSD 21 (polong) dan 2) melaksanakan analisis kemurnian menggunakan PSD 11 (Clean seed ). Dari hasil pengolahan data validasi antar analis dan dengan BPSB dapat diketahui bahwa standar deviasi pada PSD 21 pada kedua validasi hasilnya lebih kecil dari standar deviasi pada PSD 11, ini berarti bahwa standar deviasi PSD 21 lebih baik dari PSD 11. Demikian pula waktu yang digunakan untuk analisi juga lebih pendek atau lebih cepat. Kesimpulan validasi ini adalah Analisis kemurnian benih kacang tanah dengan PSD 21 (Polong) dapat menggantikan analisis kemurnian kacang tanah dengan PSD 11 (Clean Seed), sehingga analisis kemurnian benih kacang tanah dengan PSD 21 (Polong) dapat digunakan sebagai metode analisis kemurnian benih kacang tanah di Indonesia. Kata kunci : PSD 21, Arachis hypogaea, analisis kemurnian