Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
ABSTRAK
Telah dilakukan survey tentang pemasaran industri pakaian jadi remaja di Kota Madya Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam masalah-masalah yang dihadapi oleh perusahaan konveksi pakaian jadi remaja terutama masalah pemasaran. Untuk penelitian ini telah terpilih 3 (tiga) Kecamatan yang dianggap bisa mewakili, terdiri dari : Kecamatan Medan Kota, Kecamatan Medan Denai dan Kecamatan Medan Baru. Dari tiap-tiap Kecamatan yang dipilih tersebut, dipilih lagi 3 (tiga) desa yang banyak mempunyai perusahaan konveksi, yaitu Desa Kota Maksum, Desa Sukaramai dan Desa Aur. Hasil penelitian menggambarkan, bahwa para pengusaha industri pakaian jadi remaja pada umumnya golongan pengusaha ekonomi lemah yang memerlukan bantuan dalam bidang permodalan. Akibat keterikatan pihak pemberi modal dengan para pengusaha pakaian jadi remaja, mereka tidak bisa menentukan harga jual yang sesuai dengan yang diinginkan, karena harga telah ditetapkan oleh si pemberi modal tersebut. Dan apabila mereka tidak mengikuti situasi demikian itu, para pengusaha pakaian jadi remaja ini tidak mendapat order lagi, dimana hasil produksi mereka tidak ada yang menampung. Karena pemasaran pakaian jadi remaja ini dipegang oleh golongan ekonomi kuat. Para pengusaha pakaian jadi remaja ini tidak berani mengambil resiko untuk menentang situasi yang demikian itu.
i Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
Disamping itu produk pakaian jadi remaja yang diproduksi para pengusaha ini kurang mengikuti mode, kurang memperhatikan kualitas, sehingga tidak dapat bersaing dengan produk pakaian jadi remaja dari luar Kota Madya Medan terutama dari Pulau Jawa. Pada umumnya mesin-mesin yang dimiliki oleh para pengusaha pakaian jadi remaja sebahagian besar adalah mesin-mesin model lama dan para tenaga kerja yang terampil, yang berdisiplin susah diperoleh, juga tidak adanya keterikatan antara produsen dengan para tenaga kerja yang mengakibatkan para tenaga kerja seenaknya ke luar masuk. Hal-hal yang demikian ini sangat mempengaruhi produktivitas perusahaan.
ii Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ................................................................................................................. i KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii DAFTAR ISI ........................... .................................. ......................................... iv DAFTAR TABEL ...................................................................................................... v DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ vi
BAB
I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1 1.2. Permasalahan ....................................................................................... 3 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4 1.4. Manfaat Hasil Penelitian ...................................................................... 4 1.5. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................... 5
BAB
II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN ............................................................. 10 2.1. Pengertian Pemasaran dan Segmentasi Pasar ..................................... 10 2.2. Mengukur Potensi Pasar ..................................................................... 12 2.3. Hal-hal yang Mempengaruhi Jumlah Penjualan ................................. 13
BAB
III. METODE PENELITIAN ..................................................................... 17 3.1. Penetapan Lokasi Sample Penelitian .................................................. 17 3.2. Jenis dan Jumlah Sample .................................................................... 17 3.3. Sumber dan Tehnik PengumpulanData .............................................. 18
BAB
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ................................... 19 4.1. Gambaran Umum Perusahaan Konveksi Yang Diteliti di Kota Madya Medan ............................................................................... 19 4.2. Potensi Permintaan terhadap Pakaian Jadi Remaja di Kota Madya Medan ............................................................................... 30 4.3. Potensi Perusahaan Konveksi Untuk Memenuhi Permintaan ....................................................................................................... 33 4.4. Masalah Yang Dihadapi di Dalam Pemasaran.....................................34
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 44 5.1. Kesimpulan ....................................................................................................... 44 5.2. Saran-saran ....................................................................................................... 47 DAFTAR KEPUSTAKAAN.................................................................................... 48
iv Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman 1. Komposisi penduduk Kota Madya Medan menurut kelompok umur tahun 1988 .............................................................................................................. 3 2. Perincian pertumbuhan penduduk semenjak tahun 1978 s/d tahun 1989 ................................................................................................................. 6 3. Perincian penduduk per wilayah/kecamatan tahun 1980 ........................................ 6 4. Perincian penduduk menurut umur dan jenis kelamin (1978) .
7
5. Pendapatan rumah tangga per bulan ....................................................................... 9 6. Umur, keluarga pengusaha dan tenaga kerja ......................................................... 19 7. Tahun mulai berusaha, pengalaman dalam usaha konveksi .................................. 20 8. Jenis material dan jumlah produsen yang menggunakan material .......................................................................................................................... 22 9. Harga bahan-bahan per meter ................................................................................ 23 10. Jangka waktu barang siap dikerjakan per hari ..................................................... 24 11. Harga jual produk per potong .............................................................................. 25 12. Upah langsung dan upah tidak langsung ............................................................. 26 13. Daerah penjualan dalam Kota Madya Medan ..................................................... 28 14. Daerah penjualan luar Kota Madya Medan ......................................................... 29 15. Produk yang terjual per minggu .......................................................................... 30 16. Kebutuhan celana panjang dan kemeja remaja wanita (tingkat umur 15 - 24 tahun) dalam satu tahun (1989) .................................................... 31 17. Kebutuhan celana panjang dan kemeja remaja pria (tingkat umur 15 - 24 tahun) ............................................................................................ 32 18. Masalah yang dihadapi konsumen menentukan tempat berbelanja ......................................................................................................................... 41 19. Persentase kualitas, mode dan harga.....................................................................43
v Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR :
Halaman
1. Pemasaran produksi secara langsung ...............................................................39 2. Pemasaran produksi secara tidak langsung........................................................39
vi Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
BABI P END A H U L U A N
1.1. Latar Belakang.
Tujuan pengembangan perdagangan dalam Pelita V, sebagaimana ditetapkan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara adalah meningkatkan effisiensi perdagangan dalam dan luar negeri dalam rangka memperlancar arus barang dan jasa sehingga tercipta keadaan dan perkembangan harga yang layak dan dapat bersaing, dalam rangka menunjang usaha peningkatan produksi, perluasan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat serta pemantapan stabilitas ekonomi. Kegiatan perdagangan dalam Pelita V memainkan peranan penting dalam kehidupan nasional, untuk menjamin kelancaran dan kemantapan pengadaan barang dan jasa, mendorong dan mengarahkan sektor produksi sehingga dapat berkembang dengan wajar, sehingga perdagangan merupakan jembatan kegiatan produksi dan pemasaran. Untuk mencapai tujuan tersebut dalam kaitannya dengan usaha, peningkatan produksi, kegiatan perdagangan perlu dikembangkan melalui berbagai kebijakan antara lain dengan menyempurnakan lembaga perdagangan dan pemasaran. Sehingga dapat mendorong supaya pendapatan produsen meningkat sekaligus menguntungkan konsumen, memperluas kesempatan kerja dan memeratakan kesempatan berusaha. Dengan bertambah banyaknya industri konveksi di Kota Madya Medan yang menghasilkan pakaian jadi untuk anak-anak remaja dan dewasa, maka produksi pakaian jadi pun bertambah pula dan dapat menghasilkan berbagai ragam jenis barang, mutu, mode, serta ukuran
1 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
yang dapat memenuhi kebutuhan segala lapisan masyarakat sebagai konsumen. Dengan semakin bertambahnya penduduk di Indonesia pada umumnya dan Kota Madya Medan pada khususnya, maka kebutuhan akan pakaian jadi semakin meningkat. Pada umumnya orang terutama anak-anak remaja lebih cenderung untuk membeli pakaian jadi daripada harus menjahitkannya ke tukang jahit. Hal ini disebabkan pertimbangan ekonomis, karena harga pakaian jadi relatif lebih murah daripada kalau dibeli bahan pakaian kemudian dijahitkan ke tukang jahit. Harga bahan ditambah ongkos jahit lebih mahal daripada pakaian itu dibeli siap (dengan bahan yang sama). Selain daripada itu mode dari pakaian jadi juga cepat berubah, sesuai dengan selera kaum remaja. Kota Madya Medan yang berpenduduk + 1,8 juta jiwa, 23,60 % di antaranya adalah kaum remaja (kelompok umur 15 - 24 tahun). Hal ini dapat dilihat pada tabel 1 di halaman berikut. Di sini kelompok remaja putri dan remaja putra tidak dipisah karena yang ingin diteliti adalah pakaian jadi remaja yang menjadi kegemaran, baik oleh remaja putri maupun remaja putra seperti celana jeans (celana panjang) dan kemeja.
2 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
Tabel 1. Komposisi penduduk Kota Madya Medan menurut kelompok umur tahun 1988
Umur
Jumlah
%
0
- 4
237.057
13,12
5
- 9
228.676
12,65
10
- 14
223.364
12,36
15
- 24
426.552
23,60
25
- 49
522.416
28,90
50
- ke atas
169.401
9,37
Jum1ah
1.807.466
100,00
Surber : Kantor Statistik (BPS).
1.2. Permasalahan.
Oleh karena kebutuhan akan konveksi dipenuhi selain yang berasal dari Kota Madya Medan sendiri juga berasal dari luar daerah, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, bahkan juga dari luar negeri dimana kwalitas, desainnya lebih baik. Ini berarti perusahaan konveksi di Kota Madya Medan ini harus mampu bersaing. Kemampuan bersaing perusahaan konveksi terutama untuk pakaian jadi remaja di daerah ini masih lemah. Kelemahan ini diduga karena kurang terampil serta kurangnya keahlian dalam mengikuti perkembangan mode. Selain daripada mode, kwalitas dan harga ada faktor lain yang menjadi masalah, yakni :
3 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
a. Segmentasi pasar, dengan mengelompokkan menurut penduduk, umur, dan pendapatan. b. Mengukur potensi pasar.
1.3. Tujuan Penelitian.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi oleh perusahaan konveksi yang menghasilkan celana panjang dan kemeja dalam memasarkan produknya. Juga masalah yang dihadapi oleh pedagang eceran yang mengambil barang dari perusahaan konveksi yang bersangkutan. Selanjutnya penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui tanggapan konsumen tentang pakaian jadi remaja yang dihasilkan oleh perusahaan konveksi yang ada di Kota Madya Medan. Berdasarkan hasil analisa data/informasi yang dikumpulkan akan diberikan saran-saran untuk mengatasi permasalahan tersebut.
1.4. Manfaat Hasil Penelitian.
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi police maker khususnya di Kota Madya Medan untuk mengembangkan sub sektor industri kecil di bidang konveksi pakaian jadi remaja. Juga bagi peneliti untuk menambah pengetahuan dan pengalaman.
4 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
1.5. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. 1.5.1. Geografi.
Luas daerah Kota Madya Medan + 26.510 ha, terbagi atas 11 Kecamatan dan 116 Kelurahan. Adapun batas-batas Kota Madya Medan adalah sebagai berikut : - Sebelah Utara
: Selat Sumatera.
- Sebelah Selatan
: Kecamatan Deli Tua dan Pancur Batu/Kabupaten Deli Serdang.
- Sebelah Barat
: Kecamatan Sunggal/Kabupaten Deli Serdang.
- Sebelah Timur
: Kecamatan Percut Sei. Tuan dan Tanjung Morawa/Kabupaten Deli Serdang.
1.5.2. Demografi. 1.5.2.1. Jumlah penduduk dan laju pertumbuhannya.
Kota Madya Medan sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara dapat dikatakan mengalami pertumbuhan penduduk yang relatip tinggi, hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan penduduk semenjak tahun 1978 s/d tahun 1989 adalah seperti terlihat pada tabel 2 di halaman berikut. Penyebab utama daripada laju pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi tersebut antara lain disebabkan terbukanya lapangan kerja bagi penduduk desa, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar Propinsi Sumatera Utara (urbanisasi) teristimewa di bidang
5 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
industri. Penyebab lainnya ialah tingginya angka kelahiran yang secara keseluruhannya mencapai angka pertumbuhan rata-rata sebesar 3,58 % per tahun, sejak tahun 1979 s/d tahun 1983.
Tabel 2. Perincian pertumbuhan penduduk semenjak tahun 1978 s/d tahun 1989.
Tahun
Jumlah penduduk
1978 1.205.529 jiwa 1979 1.278.529 jiwa 1980 1.373.747 jiwa 1981 1.425.386 jiwa 1982 1.476.414 jiwa 1983 1.529.279 jiwa Sumber : Buku tahunan 1984 Propinsi Sumatera Utara.
Kepastian penduduk per km 4.215 jiwa 4.470 jiwa 4.803 jiwa 4.984 jiwa 5.162 jiwa 5.752 jiwa
Tabel 3. Perincian penduduk per wilayah/Kecamatan tahun 1980.
No.
Kecamatan
Luas area Jumlah (km) penduduk 1. Medan Kota 11,26 230.609 2. Medan Timur 12,45 200.356 3. Medan Denai 17,81 158.473 4. Medan Barat 10,62 134.967 5. Medan Baru 18,12 147.789 6. Medan Sunggal 30,18 147.769 7. Medan Kota Belawan 20,50 81.169 8. Medan Deli 26,01 79.507 9. Medan Johor 32,28 73.759 10. Medan Labuhan 71,08 71.929 11. Medan Tuntungan 35,97 27.332 Jum1ah 286,28 1.353.659 Sumber : Buku tahun 1984 Propinsi Sumatera Utara.
Kepadatan penduduk (jiwa) 20.480 16.093 8.898 14.592 8.161 4.896 3.959 3.057 2.285 1.012 760 84.193
6 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
Tabel 4. Perincian penduduk menurut umur dari jenis kelamin (1978).
Golongan umur
Lelaki (%)
Perempuan (%)
Tabel
0 -4
13,2
11,7
12,4
5 -9
13,7
16,2
15,0
10 - 14
15,5
14,4
14,8
15 - 19
12,7
12,9
12,8
20 - 24
10,4
11,3
7,3
25 - 29
7,3
10,5
10,6
30 - 39
10,7
10,5
10,6
40 - 49
7,9
8,4
8,1
50 +
8,8
7,3
8,1
Sumber : Buku tahunan 1984 Propinsi Sumatera Utara.
1.5.2.2. Komposisi penduduk menurut agama.
- Islam
: 64 %.
- Kristen
: 18 %.
- Hindu/Budha
: 9 %.
- Lain-lain
: 9 %.
1.5.2.3. Perekonomian.
Kota Madya Medan sebagai pusat pertumbuhan wilayah pembangunan Sumatera Utara harus mampu melayani kebutuhan daerah belakangnya terutama dalam menunjang proses pertumbuhannya dalam bidang perekonomian, teknologi dan lain-lain.
7 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
Sehubungan dengan hal ini, maka dasar perekonomian (ekonomic base) Kota Madya Medan adalah sektor industri dan sektor perdagangan. Hal ini tercermin dari struktur lapangan kerja tahun 1980/ 1981 sebagai berikut :
- Sektor industri
: 51,14 %.
- Sektor jasa
: 33,34 %.
- Sektor perdagangan
: 12,84 %.
- Sektor pertanian
: 2,68 %.
Faktor-faktor yang mendukung pertumbuhan ekonomi Kota Madya Medan antara lain :
- Letak geofrafis. - Adanya pelabuhan Belawan dan pelabuhan udara Polonia. - Jaringan jalan raya dan kereta api yang memadai. - Permodalan (modal swasta dan perkreditan dari pemerintah). - Tingkat teknologi (adanya fasilitas pendidikan tinggi kejuruan, pusat latihan dan tenaga ahli yang terlatih. - Struktur sosialogis yang dinamis. - Sarana komunikasi, perkantoran, informasi. - Pergudangan dan alat angkutan. - Kestabilan sosial politik dan keamanan yang baik
Laju pertumbuhan ekonomi Kota Madya Medan belum dapat diukur dengan pasti, tapi jika ditinjau dari segi fungsi Kota Madya Medan dan kegiatan pembangunan prasarana dan sarana selama ini dan
8 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
jika dibandingkan dengan pertumbuhan daerah belakangnya, maka laju pertumbuhan ekonomi Kota Madya Medan akan lebih besar dari laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara.
Tabel 5. Pendapatan Rumah Tangga per bulan.
Pendapatan per bulan
rumahtangga
Kurang dari 20.000
Presentase
6.043
3,1
20.000
-
30.000
19.885
10,2
30.000
-
40.000
27.683
14,2
40.000
-
50.000
25.733
13,2
50.000
-
60.000
23.589
12,1
60.000
-
70.000
22.029
11,3
70.000
-
85.000
19.495
10,0
85.000
- 100.000
14.816
7,6
100.000
- 120.000
12.672
6,5
120.000
- 140.000
8.383
4,3
140.000
- 200.000
7.993
3,4
200.000
+
416.629
4,1
Jum1ah
194.950
100,0
Sumber : Buku tahunan 1984 Propinsi Sumatera Utara.
9 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Pengertian Pemasaran dan Segmentasi Pasar.
Pemasaran meliputi kegiatan-kegiatan menyelidiki dan mengetahui apa yang diinginkan konsumen, merencanakan dan mengembangkan sebuah produk atau jasa yang memenuhi keinginan tersebut dan kemudian memutuskan cara terbaik untuk menentukan harga mempromosikan dan mendistribusikannya. Pengertian itu mengungkapkan pengakuan yang mendalam dari pihak-pihak perusahaan tentang pentingnya kedudukan konsumen. Perusahaan harus menghasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen yang dituju. Dalam hal ini konsumen adalah raja. Penentuan apa yang diproduksi bukan terletak pada perusahaan tetapi pada konsumen. Perusahaan yang memperhatikan dan menghasilkan produk sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen dikatakan perusahaan tersebut menganut konsep pemasaran. Kita ketahui bahwa kebutuhan dan keinginan konsumen sangat beragam. Perusahaan tak akan mungkin memenuhi semua kebutuhan dan keinginan tersebut karena adanya keterbatasan-keterbatasan, seperti terbatasnya modal sumber daya, energi, keahlian dan sebagainya. Oleh sebab itu perusahaan harus dapat mensegmentasikan pasarnya, artinya pasar yang beragam-ragam itu dikelompok-kelompokkan menjadi kelompok-kelompok yang homogen. Dalam kelompok yang homogen itu konsumen cenderung mempunyai kebutuhan dan keinginan yang sama.
10 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
Diantara kelompok-kelompok yang homogen itu ditentukan pasar mana yang lebih menarik untuk dimasuki secara efektif. Suatu cara segmentasi pasar yang paling umum adalah berdasarkan demografis, yaitu berdasarkan jumlah penduduk, tingkat usia, pendapatan, pendidikan dan sebagainya. Jumlah penduduk, tingkat usia, pendapatan dan pendidikan yang berbeda akan menyebabkan kebutuhan dan keinginan yang berbeda sehingga program pemasarannya juga harus berbeda. Pasar untuk konveksi pakaian jadi dapat pula dikelompokkan atas segmen-segmen, misalnya pakaian untuk anak-anak, remaja dan dewasa. Untuk anak-anak bisa dikelompokkan lagi menjadi; untuk anak bayi (yang baru lahir s/d 1 tahun) baik anak lelaki maupun perempuan, anak kelompok anak-anak balita (bawah lima tahun) dan sebagainya. Demikian
juga
dengan
pakaian
remaja
dan
dewasa
dapat
di-
kelompok-kelompokkan. Setelah dikelompokkan demikian, maka ditentukan pasar mana yang menjadi sasaran (target market). Pemilihan dan kelompok pasar tersebut sebagai target market memerlukan pendekatan pemasaran yang berbeda. Karena sangat beragamnya target market dari konveksi ini seperti yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini akan difokuskan pada perusahaan konveksi yang menghasilkan pakaian jadi remaja.
11 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
2.2.
Mengukur Potensi Pasar.
Potensi pasar seluruhnya adalah jumlah maksimum daripada penjualan, baik dalam unit yang dijual maupun dalam rupiah yang dapat diperoleh oleh setiap perusahaan dalam suatu periode tertentu dalam tingkatan pasar industri tertentu dan dalam kondisi lingkungan tertentu. Cara yang umum untuk mengukur potensi pasar ini adalah dengan menggunakan rumus : Q=nxqxp
dimana : Q = potensi pasar. n = jumlah pembeli produk. q = kuantitas rata-rata yang dibeli oleh pembeli. p = harga rata-rata satu unit.
Misalnya kita ingin mengukur potensi pasar untuk pakaian jadi remaja. Diperkirakan ada 100.000 pembeli setahunnya, dimana masing-masing orang membeli 5 helai pakaian, sedangkan harga rata-rata sehelai Rp.15.000,--, maka potensi pasar seluruhnya : Q=nxqxp = 100.000 x 5 x Rp.15.000,= Rp.7.500.000.000,--.
Dalam hal ini yang paling sulit adalah untuk membuat suatu perkiraan n yaitu menentukan jumlah pembeli dan mengklasifikasikan golongan remaja ini. Berapa usia yang dapat dikelompokkan ke dalam
12 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
kelompok remaja, apakah 10 - 20 tahun, 13 - 24 tahun dan sebagainya. Begitu taksiran mengenai potensi pasar dibuat, ia harus dibandingkan dengan volume pasar yang sedang berlaku. Volume pasar yang sedang berlaku itu adalah volume yang aktual (dihitung dalam unit) yang pada waktu ini dibeli. Volume pasar yang sedang berlaku itu senantiasa lebih kecil daripada potensi pasar seluruhnya. Hal ini penting untuk membuat taksiran mengenai besarnya persentase volume pasar yang sedang berlaku dari potensi pasar seluruhnya.
2.3. Hal-hal yang mempengaruhi jumlah penjualan.
Jumlah penjualan hasil produksi dari waktu ke waktu biasanya mengalami pasang surut. Gelombang turun naiknya penjualan tersebut dapat kecil dapat pula besar. Kenyataan ini mengundang pengusaha untuk berpikir, faktor-faktor apa yang dapat mempengaruhi perkembangan penjualan hasil produksinya. Di dalam menyusun perkiraan penjualan hasil produksi, pengusaha yang bersangkutan tidak hanya perlu memikirkan faktor apa yang mempengaruhi turun naiknya penjualan hasil produksi di masa lampau melainkan juga faktor-faktor apa yang diperkirakan dapat mempengaruhi kelancaran penjualan hasil produksi dimasa mendatang. Lebih-lebih untuk hasil produksi baru, dimana perusahaan yang bersangkutan belum mempunyai data atau pengalaman masa lampau, menentukan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penjualan hasil produksi tidaklah mudah. Dari pengusaha yang bersangkutan
13 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
ketelitian, kejujuran dan daya analisis yang tinggi. Ada 2 hal yang dapat mempengaruhi perkembangan penjualan hasil produksi, yakni :
1. Hal-hal yang datang dari luar perusahaan. 2. Hal-hal yang datang dari dalam perusahaan.
2.3.1. Pengaruh dari luar perusahaan.
Berbagai macam hal di luar perusahaan dapat mempengaruhi perkembangan penjualan hasil produksi seperti kebijakan pemerintah, perkembangan ekonomi dunia, perkembangan sosial ekonomis masyarakat terutama para pembeli sasaran dan situasi persaingan. Kebijakan pemerintah, terutama dalam bidang ekonomi, moneter dan perdagangan dapat mempengaruhi situasi penawaran dan permintaan barang dan jasa. Akibat selanjutnya ialah sudah barang tentu akan mempengaruhi penjualan hasil produksi banyak perusahaan. Sebagai contoh kebijakan pemerintah di bidang moneter pada tanggal 15 November 1978 yang kemudian terkenal dengan KENOP 15 banyak pengaruhnya terhadap kehidupan ekonomi dan perdagangan dalam negeri Perkembangan ekonomi dunia seperti perkembangan harga minyak internasional misalnya, besar sekali pengaruhnya pada situasi pemasaran berbagai macam barang dan jasa di tanah air. Perkembangan sosial ekonomis masyarakat seringkali membawa perubahan pola konsumsi masyarakat. Sudah barang tentu hal ini akan menyebabkan perubahan pola permintaan mereka atas berbagai macam barang dan jasa.
14 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
Situasi persaingan di pasar juga akan mempengaruhi kedudukan barang atau jasa di masing-masing perusahaan yang bersaing. Misalnya perubahan kebijakan promosi sabun mandi Lux, sedikit atau banyak akan mempengaruhi kedudukan sabun mandi merk lain seperti Camay, Palmolive dan Margot di pasar. Oleh karena perkembangan situasi persaingan di pasar mempunyai pengaruh atas kedudukan persaingan maupun permintaan barang dan jasa, maka di dalam menyusun perkiraan jumlah penjualan hasil produksi perlu kiranya pengusaha memperhitungkan hal-hal tadi.
2.3.2. Pengaruh dari dalam perusahaan.
Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi jumlah penjualan, yaitu : 1. Kapasitas produksi dan pengadaan dana modal kerja. 2. Kesan pembeli terhadap hasil produksi. 3. Kebijakan harga jual yang dianut.
Kapasitas produksi dan pengadaan dana modal kerja.
Kapasitas produksi yang dimiliki oleh setiap perusahaan akan membatasi kemampuan mereka dalam memproduksi barang atau jasa sampai jumlah tertentu. Sudah barang tentu kemampuan ini akan membatasi kemampuan jual mereka. Keterbatasan kemampuan produksi dan penjualan tersebut tidak hanya dalam jumlah, melainkan dalam jenis barang atau jasa yang dihasilkan.
15 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
Oleh karena dari segi keuangan kemampuan memproduksi ditentukan juga oleh tersedianya dana modal kerja, maka dalam memperhitungkan kapasitas produksi sebagai salah satu dasar perkiraan jumlah penjualan hasil produksi perlu pula setiap pengusaha memperhitungkan kemampuan mereka dalam pengadaan dana modal kerja yang dibutuhkan.
- Kesan pembeli terhadap hasil produksi.
Kesan pembeli terhadap barang dan jasa serta layanan yang mengiringinya sangat besar pengaruhnya terhadap kelancaran penjualan di masa yang akan datang. Kesan baik pembeli tidak saja menimbulkan harapan mereka untuk membeli kembali di masa yang akan datang, melainkan juga besar kemungkinannya mereka akan menganjurkan sanak saudara atau kawan-kawan mereka supaya membeli barang atau jasa yang bersangkutan disaat mereka membutuhkannya.
- Kebijakan harga jual.
Harga jual hasil produksi dapat menentukan kedudukan perusahaan dalam persaingan. Kemampuan perusahaan untuk bersaing akan mempengaruhi besar kecilnya jumlah penjualan. Hasil produksi dengan harga bersaing, banyak menarik para pedagang untuk memperdagangkannya.
16 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
B A B III METODE PENELITIAN
3.1. Penetapan Lokasi Sample Penelitian.
Lokasi penelitian dilaksanakan di Kota Madya Medan yang meliputi 3 Kecamatan, yang dianggap bisa mewakili yaitu terdiri dari Kecamatan Medan Kota, Medan Denai dan Medan Baru. Dari tiap Kecamatan yang dipilih tersebut dipilih 3 Desa yang banyak mempunyai perusahaan konveksi, yaitu : - Desa Kota Maksum. Desa Sukaramai. - Desa Aur. Tiap-tiap Desa dipilih 4 sample industri konveksi untuk remaja.
3.2. Jenis dan jumlah sample.
Sample terdiri dari 3 kelompok : 1. Pengusaha konveksi yang menghasilkan pakaian jadi remaja. 2. Pedagang eceran yang memasarkan pakaian jadi tersebut. Yaitu: - Pasar Petisah. - Pasar Ramai. - Pusat Pasar. - Olimpia Plaza. 3. Konsumen yaitu para remaja (terdiri dari 20 orang remaja).
17 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
3.3. Sumber dan Tehnik Pengumpulan Data.
a. Dengan melihat data-data yang terdapat pada : - Kantor Statistik Propinsi Sumatera Utara. - Kantor Perindustrian Kota Madya Medan. - Kantor Perdagangan Kota Madya Medan. - Kantor Kecamatan Medan Baru, Medan Denai dan Medan Kota. Hal ini dilaksanakan guna memperoleh data skunder. b. Mengadakan wawancara dengan pejabat Kecamatan, dimana penelitian dilaksanakan. c. Mengadakan wawancara dari pengamatan langsung kepada responden dengan membawa daftar pertanyaan untuk memperoleh data primer. d. Mengadakan catatan lapangan, untuk mencatat kesan-kesan yang diperoleh selama bertugas di lapangan.
18 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
B A B IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan Konveksi-Yang Diteliti di Kota Madya Medan.
Diteliti 20 perusahaan konveksi, dari 44 perusahaan konveksi yang ada di Kota Madya Medan. Pada penelitian terhadap 20 responden ternyata yang memenuhi syarat sebagai sample penelitian adalah 17 responden, sedang sisanya tidak diikut sertakan dalam penelitian ini oleh karena pengusaha konveksi tersebut tidak memproduksi kemeja dan celana panjang. Seterusnya akan disajikan tabel yang memuat daftar umur kepala keluarga, jumlah keluarga dan jumlah tenaga kerja.
Tabel 6. Umur, keluarga pengusaha dan tenaga kerja. No.
Umur K.K (Tahun)
1. 51 2. 40 3. 45 4. 55 5. 47 6. 54 7. 34 8. 58 9. 55 10. 45 11. 60 12. 52 13. 39 14. 56 15. 43 16. 41 17. 33 18. 36 Rata-rata 46,9 Sumber : Data primer.
Jlh. Anggota Keluarga (jiwa) 7 8 5 11 10 6 7 6 13 9 7 7 7 6 8 13 3 4 7,61
Jumlah Tanggungan 7 5 11 10 3 6 7 6 13 6 7 6 4 12 6 10 6 6,9
Jumlah Pekerja 20 5 56 13 30 8 7 15 5 10 16 8 25 18 32 8 10 13 16,61
19 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
Data dari tabel 6 dapat dilihat, bahwa rata-rata umur kepala keluarga adalah 47 tahun (dibulatkan). Jumlah keluarga (yang terdiri dari; anak, ayah dan ibu) 8 orang dan rata-rata tanggungan 7 orang, rata-rata jumlah pekerja 17 orang.
Tabel 7. Tahun mulai berusaha, pengalaman dalam usaha konveksi.
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 1c. 13. 14. 15. 16. 17. 18. Rata-rata Sumber : Data primer.
Tahun mulai berusaha 1981 1982 1982 1980 1982 1983 1986 1980 1983 1984 1985 1982 1986 1969 1971 1982 1984 1986
Pengalaman dalam berusaha (thn) 8 7 7 9 7 6 3 9 6 5 4 7 3 20 18 7 5 3 7,4
Dari tabel 7 ini dapat dilihat, bahwa rata-rata pengalaman berusaha para responden adalah 7,4 tahun. Selanjutnya dari hasil penelitian, dapat dilihat produk yang dihasilkan adalah kemeja dan celana panjang. Ada perusahaan yang menghasilkan kedua jenis produk yaitu kemeja dan celana panjang dan sebahagian lagi hanya menghasilkan salah satu dari kedua jenis produk.
20 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
Jumlah perusahaan yang menghasilkan kemeja saja ada 8 perusahaan, celana panjang 8 perusahaan, sedangkan celana panjang dan kemeja 2 perusahaan. Jumlah produk yang dihasilkan menurut catatan Dinas Perindustrian Kota Madya Medan untuk seluruh perusahaan konveksi di Kota Madya Medan (44 perusahaan).
Jumlah perusahaan
: 44 perusahaan.
Jumlah produksi/tahun
: 151.117 lusin = 1.813.404 potong.
Dengan perincian
:
- Celana
: 61.425 lusin = 737.100 potong.
- Kemeja
: 89.692 lusin = 1.076.304 potong.
Jumlah
: 151.117 lusin = 1.813.404 potong.
Sedangkan rata-rata jumlah produk yang diteliti untuk 18 perusahaan adalah sebagai berikut:
Jumlah perusahaan
: 18 perusahaan.
Jumlah produksi/tahun
: 60.494 lusin = 725.920 potong.
Dengan perincian
:
- Celana
: 25.567 lusin = 306.800 potong.
- Kemeja
: 34.927 lusin = 419.120 potong.
Material (bahan baku).
Dari hasil penelitian diketahui, bahwa material yang digunakan untuk pakaian jadi remaja ini bervariasi, mulai dari tetoron, katun, strecth, cordoray, blue jeans, keper Amerika, gabardin, keper
21 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
Jepang, krinkil Siwessy dan lain-lain. Tiap-tiap produsen memakai material ini sesuai dengan produk apa yang akan diproduksi. Pada tabel berikut ini disajikan material apa yang paling banyak dipakai oleh produsen pakaian jadi remaja.
Tabel 8. Jenis material dan jumlah produsen yang menggunakan material. No. Jenis material
Prod usen Kemeja
Celana anjang
%
1.
Tetoron
4
28,57
2.
Katun
6
42, 86 5
3.
Strecth
1
6,67
4.
Cordoray
2
13,33
5.
Blue jeans
3
20,-
6.
Keper Amerika
2
13,33
7.
Gabardin
1
6,67
8.
Keper Jepang
1
6,67
9.
Krinkil
3
21,43
Siwessy
1
7,14
Jumlah
14
10.
100
33, 33
-
15
100
Sumber : Data primer.
Dari tabel 8 di atas dapat dilihat, bahwa bahan katun yang paling banyak dipakai oleh para produsen pakaian jadi remaja ini baik untuk kemeja maupun celana panjang. Dimana dilihat dari sample produsen yang diteliti 42,86 % produsen pakaian jadi remaja jenis kemeja memakai bahan katun dan 33,33 % produsen pakaian jadi remaja jenis celana panjang juga memakai bahan katun untuk produksinya. Sedang untuk blue jeans dipergunakan oleh 20 % produsen untuk celana
22 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
panjang. Di samping bahan katun, bahan tetoron juga disukai untuk pembuatan kemeja (28,57 %) dan bahan krinkil (21,43 %), sisanya (7,14 %) adalah Siwessy. Untuk celana panjang bahan-bahan lainnya selain dari katun dan blue jeans, kelihatan relatip sedikit dipakai, karena bahan-bahan tersebut digunakan untuk model celana sopan, sedangkan model remaja sekarang adalah celana beiggy. Untuk produksi kemeja dan celana panjang ini harga bahan-bahan yang digunakan bervariasi, tergantung dari jenis apa bahan yang dipilih. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 9. Harga bahan-bahan per meter. No. Sample 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. Tota1 Rata-rata
Kemeja (Rp) 1.750,-3.055,-2.575,-2.100,-2.200,-2.100,-2.400,-2.100,-2.500,-2.500,-23.280,-2.328,--
Celana panjang (Rp) 5.750,-6.750,-5.850,-6.675,-5.500,-7.500,-6.000,-5.300,-6.500,-55.825,-6.202,80
Sumber : Data primer.
23 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
Data dari tabel 9 dapat dilihat, bahwa rata-rata harga bahan baku yang digunakan untuk sepotong kemeja Rp.2.328,-- dan untuk sepotong celana Rp.6.202,80. Ini di luar bahan-bahan yang lain, yaitu bahan pembantu seperti kain kantong untuk celana, kain krag, benang jahit, kancing dan resleting. Selanjutnya jangka waktu barang siap dikerjakan per hari untuk kemeja dan celana panjang dapat dilihat dari tabel berikut ini.
Tabel 10. Jangka waktu barang siap dikerjakan per hari. No. Sample 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. Sumber : Data primer.
Kemeja (potong) 240 450 156 300 80 200 160 120 150 200
Celana Panjang (potong) 50 260 30 150 150 200 100 300 25 -
Dari tabel 10, dilihat bahwa rata-rata kemeja siap dikerjakan 206 potong per hari (dibulatkan) dan celana panjang siap dikerjakan sebanyak 141 potong per hari. Jadi pengerjaan sepotong celana panjang lebih lama waktunya daripada sepotong kemeja.
24 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
Selanjutnya untuk harga jual produk per potong bervariasi, tergantung dari jenis bahan yang digunakan serta harga dari bahan-bahan tersebut. Harga jual rata-rata produk-produk tersebut dapat dilihat dari tabel berikut ini.
Tabel 11. Harga jual produk per po-tong. No. sample 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. Tota1 Rata-rata Sumber : Data primer.
Kemeja (Rp)
Celana panjang (Rp)
3.250,-6.000,-4.750,-4.250,--
8.250,-8.750,-7.750,-9000,-7.000,-10.500,-9.250,-7.500,-11.250,-79.250,-8.805,50
4.925,-4.500,-5.000,-4.750,-5.500,-6.500,-49.425,-4.942,50
Dari tabel 11 di atas dapat dilihat, bahwa harga jual produk rata-rata untuk kemeja Rp.4.942,50 dan celana panjang Rp.8.805,50 per potong. Harga-harga ini sudah termasuk biaya langsung, biaya tidak langsung.
25 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
Yang termasuk biaya langsung, yaitu upah tukang jahit dan upah potong baju. Sedang biaya tidak langsung, yaitu upah gosok, upah listrik, upah jahit pinggir dan lain-lain. Rincian ini nanti akan disajikan pada waktu menghitung harga pokok produksi per potong. Selanjutnya tabel yang disajikan adalah mengenai upah rata-rata per potong, sudah termasuk di dalamnya biaya langsung dan biaya tidak langsung.
Tabel 12. Upah langsung dan upah tidak langsung. No. sample 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. Tota1 Rata-rata Sumber : Data primer.
Kemeja (Rp)
Celana panjang (Rp)
685,-1.600,-1.350,-685,-560,-585,-585,-685,-685,-685,-8.105,-810,50
810,-910,-910,-885,-850,-1.000,-1.020,-785,-1.000,-8.170,-908,--
Dari tabel 12 di atas, nampak bahwa upah rata-rata yang diterima tenaga kerja untuk satu potong kemeja Rp.810,50 dan untuk satu potong celana Rp.908,--.
26 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
Sedang rincian harga pokok produksi per potong baju untuk harga 1 kayu = Rp.114.000,-- (60 yard) adalah sebagai berikut. Contoh harga pokok produksi per potong baju untuk harga 1 kayu = Rp.114.000,-- (60 yard).
Material (bahan baku) terdiri dari : a. Kain dengan harga 1 kayu = Rp.114.000 b. Kancing c. Benang d. Benang pinggir e. Kain kerah f. Kain busa g. Merek h. Nomor Labor (upah langsung) : a. Upah tukang jahit b. Upah potong baju Over head (biaya tidak langsung) : a. Menggosok b. Listrik c. Plastik d. Upah jahit pasang kancing/lubang kancing e. Upah menjahit pinggir f. Biaya penjualan g. Transport lain h. Reperasi mesin i. Minyak mesin j. Upah potong kain kerah dan busa k. Upah melipat dan masukkan ke plastik 1. Sewa mesin m. Dan lain-lain Total harga pokok per potong
Rp.2.400,-Rp. 30,-Rp. 25,-Rp. 50,-Rp. 75,-Rp. 25,-Rp. 50,-Rp. 10,-Rp. 400,-Rp. 50,-Rp. 25,-Rp. 10,-Rp. 15,-Rp. 75,-Rp. 15,-Rp. 25,-Rp. 15,-Rp. 10,-Rp. 10,-Rp. 10,-Rp. 5,-Rp. 10,-Rp. 10,-Rp. 3.350,--
Catatan :
Acc. Dep. Mesin sengaja tidak dimasukkan dan Accumularis Depreciation lainnya. Biaya pembelian dibebankan ke dalam harga bahan baku.
27 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
Sedang untuk harga pokok produksi per potong celana panjang pada prinsipnya sama saja, hanya berbeda pada upah tukang jahit serta upah kain kerah, hanya pada celana panjang diganti dengan upah kain kantong serta upah untuk pasang kantong. Tabel berikutnya yaitu daerah penjualan hasil produk pakaian jadi tersebut. Daerah penjualan dibagi atas 2 bagian, yaitu daerah penjualan untuk dalam Kota Madya Medan dan untuk luar Kota Madya Medan.
Tabel 13. Daerah penjualan dalam Kota Madya Medan.
Nama pasar Pusat Pasar Pasar Petisah Pasar Ramai Pasar Pulo Brayan Olympia Plaza Deli Plaza Kesawan Toko Sibolangit JumIah Sumber : Data primer.
Jumlah pengusaha 12 9 8 4 2 3 1 1 40
% 30 22,5 20 10 5 7,5 2,5 2,5 100
Dari tabel 13 di atas terlihat, bahwa daerah penjualan yang paling disukai adalah Pusat Pasar (30 %), selanjutnya Pasar Petisah (22,5 %), baru menyusul Pasar Ramai (20 %) dan Pasar Pulo Brayan (10 %). Selain itu kita lihat dari tabel 13, bahwa tempat-tempat penjualan yang lainnya, yaitu Olympia Plaza, Deli Plaza, Kesawan dan Toko Sibolangit menerima hasil produksi lebih kecil daripada
28 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
pasar-pasar tersebut di atas. Ini disebabkan karena pasar penjualan tersebut adalah pasar dari hasil-hasil produksi dari luar Kota Madya Medan, yaitu dari Pulau Jawa dan bahkan produk dari luar negeri (Singapura, Taiwan, Jepang dan lain-lain).
Tabel 14. Daerah Penjualan luar Kota Madya Medan. Nama pasar
Jumlah pengusaha
%
Binjei
5
33,33
Brastagi
1
6,67
Aceh
3
20,00
Padang
3
20,00
Palembang
2
13,33
Jawa
1
6,67
15
100,00
Jum1ah Sumber : Data primer.
Dari tabel 14 di atas terlihat, bahwa pasar luar Kota Madya Medan yang paling besar adalah Binjei (33,33 %), selanjutnya Aceh (20 %), Padang (20 %) dan Palembang (13,33%). Selain dari itu, Berastagi dan Pulau Jawa masing-masing 6,67 %. Dari hasil penelitian pakaian jadi remaja ini, nampak bahwa pasar bukan hanya di pulau Sumatera saja, bahkan sudah mampu memasuki pasaran pulau Jawa. Berikut ini disajikan tabel jumlah produk yang terjual setiap minggu tanpa memperhatikan apakah kemeja atau celana panjang.
29 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
Tabel 15. Produk yang terjual per minggu. No. sample 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. To t a 1 Rata-rata Surbeer : Data primer.
Jumlah produk (potong) 1.250 150 4.900 600 500 200 270 800 275 1.150 900 300 1.500 300 500 270 1.000 1.000 15.865 881,39
Dari tabel 15 di atas, nampak bahwa produk rata-rata yang terjual per minggu 882 potong (dibulatkan). Tetapi angka ini tidak bisa menjadi patokan, karena penelitian dilakukan sesudah lebaran, dimana pada masa tersebut penjualan sangat sepi.
4.2. Potensi permintaan terhadap pakaian jadi remaja di Kota Madya Medan.
Penduduk Kota Madya Medan berdasarkan BPS (Biro Pusat Statistik) berjumlah lebih kurang 1,8 juta jiwa (1988) dan lebih kurang 426.552 (23,60 %) jiwa di antaranya adalah kaum remaja (berumur 15 - 24 tahun).
30 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
Berdasarkan hasil wawancara dengan sample kaum remaja (yang berjumlah 40 orang) mereka membutuhkan pakaian jadi berupa celana panjang dan kemeja seperti tercantum pada tabel di bawah ini.
Tabel 16. Kebutuhan celana panjang dan kemeja remaja wanita (tingkat umur 15-24 tahun) dalam satu tahun (1989) No. sample 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. Surber : Data primer.
Kemeja
celana
10 6 5 5 8 6 9 10 8 7 5 4 4 5 6 7 8 9 5 5
3 1 3 2 4 5 1 2 3 1 2 2 3 1 1 3 4 2 2 3
X kemeja = 6,60. X celana = 2,4.
Rata-rata kemeja yang diperlukan dalam satu tahun adalah 7 helai (dibulatkan) dan celana 2 helai.
31 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
Tabel 17.
Kebutuhan celana panjang dan kemeja remaja pria (tingkat Umur 15-24 tahun) .
No. sample 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Kemeja
celana
2 1 3 2 2 2 3 4 5 1 2 3 3 3 4 1 2 3 3 2
2 3 3 4 5 5 6 6 7 4 5 2 1 3 4 5 5 3 4 5
Sumber : Data primer. X = kemeja yang dibutuhkan : 2,5 helai. X = celana yang dibutuhkan : 4,2 helai.
Jadi rata-rata remaja membutuhkan kemeja dalam satu tahun adalah 5 helai dan celana 3 helai. Berdasarkan data ini dapatlah ditentukan potensi permintaan terhadap celana panjang dan kemeja di Kota Madya Medan, yaitu: - Untuk celana : 426.552 x 3 = 1.279.656 helai. - Untuk kemeja : 426.552 x 5= 2.132.760 helai.
32 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
4.3. Potensi perusahaan konveksi untuk memenuhi permintaan.
Berdasarkan tabel 17 jumlah produk yang dihasilkan untuk jenis kemeja berjumlah 8.060 helai per minggu. Berarti jumlah rata-rata produk kemeja yang dapat dihasilkan dalam satu tahun adalah 8.060 x 52 = 419.120 helai, sedangkan kebutuhan rata-rata dalam 1 tahun adalah 2.132.760 helai. Berarti perusahaan konveksi yang menghasilkan kemeja hanya dapat memenuhi permintaan pasar sebesar 19,65 % saja dari seluruh permintaan. Untuk celana panjang berdasarkan tabel 17 hasil produksi rata-rata per minggu adalah 5.900 helai. Jadi rata-rata hasil produksi dalam satu tahun adalah 5.900 x 52 = 306.000 helai. Kebutuhan rata-rata setahun = 1.279.656 helai. Ini berarti perusahaan konveksi yang menghasilkan celana panjang dapat memenuhi permintaan pasar sebesar 24 % dari seluruh permintaan di Kota Madya Medan. Kekurangan kebutuhan tersebut tentu saja dipenuhi dari luar Kota Madya Medan seperti dari Jakarta, Bandung, Surabaya bahkan juga dari luar negeri.
33 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
4.4. Masalah Yang Dihadapi di Dalam Pemasaran. 4.4.1. Masalah yang dihadapi produsen. 4.4.1.1. Material (bahan-bahan) dan assesories.
Dari hasil penelitian diketahui, bahwa dalam penyediaan bahan-bahan untuk pakaian jadi remaja ini umumnya tidak begitu ada masalah. Karena bahan-bahan yang dipakai adalah produksi dalam negeri dan cukup banyak tersedia di pasar. Masalahnya hanya dalam pemilihan corak, warna dan kwalitas. Kalau si produsen tidak jeli memilih corak dan warna yang sedang “in” akibatnya para konsumen remaja tidak tertarik untuk membeli hasil produksi tersebut. Demikian juga untuk kwalitasnya harus berhati-hati jangan sampai memakai bahan yang luntur. Karena sekali hasil produk yang ditawarkan jelek, akan berakibat konsumen jera untuk membeli lagi. Hanya bahan baku tidak begitu menjadi masalah karena harganya relatip sama untuk jenis bahan yang serupa. Asserories yaitu bahan pembantu yang digunakan untuk membuat bahan kemeja dan celana panjang, misalnya kancing baju, renda, dan lain-lain. Dalam hal assesories pengusaha sering kewalahan karena kadang-kadang kancing yang dibutuhkan tidak ada lagi di pasar dan sudah berganti model yang lain.
4.4.1.2. Mesin-mesin.
Dalam memproduksi pakaian jadi remaja, alat utama yang dipakai adalah mesin-mesin. Pada produsen yang bermodal besar (kuat) jenis mesin-mesin yang dipakai bermacam-macam seperti yang tertera berikut ini:
34 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
- Mesin jarum untuk menjahit celana yang bahannya keras (jeans). - Mesin obrass untuk menjahit pinggir. - Mesin pinggang untuk menjahit ban pinggang celana. - Mesin giling untuk menjahit gulungan kain yang kecil, untuk tempat tali pinggang. - Mesin bartik untuk menjahit lobang kancing. - Mesin potong untuk memo-tong bahan. - Mesin kancing untuk memasang kancing. - Mesin gosok untuk menggosok bahan dan baju yang sudah selesai. - Mesin biasa untuk menjahit baju. - Mesin hight speed. - Mesin sopan. - Mesin jahit rante untuk menjahit bahan jeans. - Mesin zig-zag untuk membuat hiasan-hiasan pada baju. - Mesin jahit kantong untuk menjahit kantong celana.
Pada umumnya produsen-produsen yang bermodal besar, hampir semua jenis-jenis mesin ini dipakai dalam memproduksi. Tapi produsen yang bermodal kecil tidak sanggup membeli mesin-mesin modern ini. Mereka hanya memakai mesin jahit lama yang dipasang dinamo ditambah mesin potong, mesin lubang kancing dan mesin jahit pinggir. Dari hasil penelitian sebahagian besar produsen yang dijumpai di lapangan adalah produsen yang bermodal kecil ini. Hanya masalahnya pada produsen yang kecil-kecil ini adalah tenaga listrik yang sering padam, sedangkan mereka tidak mempunyai mesin generator listrik. Dan ini sangat mengganggu jalannya proses produksi. Disamping itu karena
35 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
kebanyakan dari mereka memakai mesin-mesin lama sering terjadi kerusakan.
4.4.1.3. Permodalan.
Modal adalah salah satu faktor produksi yang penting guna meningkatkan dan memperlancar proses produksi pakaian jadi. Jika terjadi masalah dalam pengadaan permodalan ini dapat berakibat kurang lancarnya proses produksi pakaian jadi tersebut. Permodalan yang dihadapi para produsen pakaian jadi ini, sesuai dengan hasil penelitian terdiri dari : - Modal sendiri. - Pinjaman dari Bank. - Pembelian material dengan kredit. - Modal dari grossir. Beberapa pengusaha di samping mempergunakan modal sendiri, juga meminjam dari Bank dan mendapat modal dari grossir. Tapi sebagian besar bergerak dengan modal sendiri. Dan ada juga yang bergerak hanya dengan modal luar (pinjaman dari Bank). Pada waktu wawancara kami mengatakan mengapa tidak, meminjam dari Bank untuk perluasan usaha ? Pada umumnya mereka tidak berani, karena terbentur dalam hal pemasaran produksi nantinya. Dimana pemasaran dipegang oleh golongan ekonomi kuat. Jadi mereka takut tidak sanggup untuk mengembalikan pinjaman tepat pada waktunya serta membayar bunga pinjaman tersebut.
36 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
Hal yang sama dihadapi pula oleh pedagang-pedagang kecil, sehingga untuk stock perputaran usahanya selalu terhambat. Ini mengakibatkan pedagang-pedagang tersebut tidak melaksanakan pembayaran tepat pada waktunya pada produsen. Apalagi pada musim-musim sepi, dimana stock barang bertumpuk di toko (gudang).
4.4.1.4. Tenaga kerja. Masalah yang dihadapi pada tenaga kerja : - Menghadapi tenaga kerja yang tidak disiplin, waktu mulai bekerja tidak menentu, sehingga mempengaruhi hasil produksi. - Sulit mencari tenaga kerja yang terampil dengan cepat. Bila ada upahnya pun tinggi. - Sulit menghadapi tenaga kerja yang sebentar-sebentar ingin berhenti bekerja tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Apalagi pada musim-musim lebaran tiba, dimana pesanan banyak. Ini terjadi karena tidak adanya ikatan kerja antara tenaga kerja dengan pengusaha. Pada umumnya hal-hal inilah yang paling banyak dihadapi oleh pengusaha konveksi pakaian jadi tersebut.
4.4.1.5. Persaingan.
Para pengusaha pakaian jadi di daerah penelitian menghadapi saingan terutama dari pengusaha-pengusaha konveksi yang sejenis yang berada di dalam Kota Madya Medan. Dimana dalam persaingan ini ada pengusaha yang menjual hasil produksinya dengan harga yang lebih rendah.
37 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
Hal ini terjadi karena pengusaha tersebut mempunyai modal yang besar, sehingga harga produk per unit menjadi lebih rendah daripada produk pengusaha yang lainnya. Selanjutnya persaingan terjadi dengan pengusaha konveksi sejenis yang mempunyai modal besar dan dapat memberikan kredit dalam jangka waktu lama. Disamping itu pengusaha konveksi ini harus bersaing dengan pengusaha konveksi sejenis dari luar Kota Madya Medan, yaitu dari Binjei, Sumatera Barat dan Pulau Jawa. Dimana konveksi-konveksi asal Sumatera Barat dan Pulau Jawa biasanya mempunyai corak yang beragam, mutunya lebih baik serta modelnya yang up to date (tidak ketinggalan jaman) serta mengikuti selera konsumen. Dan saingan yang paling berat dirasakan para pengusaha ini ialah produk-produk dari bahan kaos. Dimana kita lihat remaja sekarang sedang gandrung memakai baju kaos, bahkan orang tua serta anak-anakpun tidak mau ketinggalan.
4.4.1.6. Saluran distribusi dan promosi.
Pemilihan saluran distribusi dan promosi, juga akan mempengaruhi jumlah penjualan. Pemilihan saluran distribusi yang tepat berarti barang/jasa cepat sampai ke konsumen. Cepatnya barang/jasa sampai ke konsumen akan dapat meningkatkan penjualan. Pemilihan saluran distribusi yang tidak tepat akan memperlambat barang/jasa sampai ke konsumen dan hal ini dapat menurunkan penjualan. Demikian juga dengan pemilihan alat promosi. Alat promosi yang tepat akan dapat menyentuh dan menarik perhatian dari calon pembeli serta menggiringnya untuk melakukan pembelian. Hal ini tentu akan menaikkan jumlah penjualan, demikian sebaliknya.
38 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
Dalam penyampaian barang dari produsen kepada konsumen pakaian jadi remaja, peneliti temukan dua tipe saluran pemasaran, yaitu pemasaran produksi secara langsung dan pemasaran yang melalui perantara.
Gambar 1. Pemasaran produksi secara langsung.
PRODUSEN
KONSUMEN
Gambar 2. Pemasaran produksi secara tidak langsung.
2.1.
PRODUSEN
RETAILER
KONSUMEN
2.2.
PRODUSEN
GROSSIR
RETAILER
KONSUMEN
39 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
4.4.2. Masalah Yang Dihadapi Pedagang. 4.4.2.1. Produk.
Apabila stock yang tersedia terlalu banyak dapat menyebabkan tertumpuk modal.
Bila habis masa lebaran, biasanya 1 - 2 bulan setelah lebaran, pembeli sunyi, sehingga pedagang termakan modalnya sendiri.
Bila stock yang tersedia masih banyak, sedangkan mode yang baru sudah muncul, akibatnya pedagang harus menjual barang dengan obral (istilahnya cuci gudang).
2.2. Saingan.
Menghadapi saingan dari pedagang pakaian sejenis, kadang-kadang memberi potongan harga.
Penentuan harga jual di antara sesama pedagang pakaian jadi yang sejenis mengakibatkan orang lebih suka membeli di departement store dengan harga-harga yang pasti dan pilihan yang banyak, bebas memilih barang, tidak seperti di toko eceran kecil-kecil kebebasan terasa dibatasi. Dengan adanya A.C konsumen nyaman berbelanja.
Menghadapi retailer besar seperti Matahari Departement Store dan yang lain-lain sejenisnya, yang mempunyai modal yang sangat besar (kuat). Sehingga Matahari dapat menjual produk dengan harga yang lebih murah, disebabkan Matahari memproduksi secara besar-besaran, menyebabkan harga pokok produksi per unit menjadi kecil. Disamping itu produk yang ada di Matahari model dan coraknya bervariasi (banyak pilihan)
40 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
dan tetap up to date, sehingga pedagang-pedagang lainnya (umumnya yang bermodal kecil) tidak mendapat kesempatan untuk menikmati pembelian dari pembeli-pembeli potensial.
4.4.2.3. Promosi.
Biaya promosi yang sangat besar membuat pedagang-pedagang kecil tidak sanggup mempromosikan barangnya, apalagi adanya promosi besar-besaran yang dilakukan oleh Retail business seperti Matahari group yang mempromosikan produknya secara besar-besaran dengan membuat potongan harga yang besar dari 10 - 20 % dan juga adanya discount pada jam-jam tertentu, ini mengakibatkan pedagang-pedagang dengan bermodal lemah terancam punah.
4.4.3. Masalah yang dihadapi konsumen.
Tabel 18. Masalah yang dihadapi konsumen menentukan tempat berbelanja. No.
A1asan
Pusat Pasar
1. Bebas memilih kwalitas yang diperlukan 48,65% 2. Lebih dekat dengan rumah 28,83% 3. Karena semua kebutuhan relatif tersedia/barang lengkap 4. Harga lebih murah dibandingkan dengan tenpat lain 14,41% 5. Harga lebih pasti 6. Kwalitas terjamin 7. Bebas amilih sendiri 8. Lebih aman 5,41% 9. Lain-lain 2,7% Sumber : Data primer.
Pasar Pasar Pasar Ramai Petisah
Medan Plaza
Deli Plaza
28,29% 25,80% 40,50% 30%
35,30%
20,15%
15,35%
10,5%
26,40%
14,70%
7,86% 8%
19,20% 6,70% 7,8%
10,10% 10,15% 17,31% 8,29% 2,6%
20,52% 16,86% 17,42% 7,87% 2,8%
41 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
6. Di dalam hal kebebasan untuk memilih sendiri produk yang dibeli ialah di Deli Plaza, Medan Plaza, karena setiap produk sudah ada harga yang tertera. 7. Mengenai keamanan, untuk berbelanja yang paling aman ialah Medan Plaza, Deli Plaza dan Pasar Ramai.
4.4.3.1.
Masalah yang dihadapi oleh konsumen (remaja) dalam menggunakan produk konveksi Kota Madya Medan.
Tabel 19. Persentase kualitas, mode dan harga. No.
Uraian
Jumlah responden
%
1.
Kualitas
5
25
2.
Mode
9
45
3.
Harga
6
30
Jumlah
20
100
Sumber :Data primer.
Dari tabel 19 di atas dapatlah ditarik kesimpulan, bahwa remaja Kota Madya Medan dalam menggunakan pakaian jadi remaja lebih mementingkan mode (45 %) daripada harga (30 %) dan kwalitas (25 %).
43 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan.
Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Ditinjau Dari Aspek Produsen.
5.1.1.
Industri pakaian jadi remaja di Kota Madya Medan pada umumnya dipegang oleh produsen yang bermodal kecil (lemah). Sebahagian modal diperoleh dari :
- Modal sendiri. - Pinjaman dari Bank. - Pembelian materiil dengan kredit. - Modal dari grosir. 5.1.2.
Bahan-bahan yang dipergunakan untuk membuat celana dan kemeja adalah bahan dari dalam negeri. Jadi tidak begitu sulit untuk mendapatkannya, tetapi bahan pembantu yang digunakan seperti kancing dan lain-lain, kadang-kadang tidak ada lagi di pasaran karena sudah berganti model.
5.1.3.
Bagi produsen yang bermodal kecil tidak sanggup untuk membeli mesin modern, sehingga mereka hanya memakai mesin yang ada saja, akibatnya produksi juga sedikit.
5.1.4.
Ketergantungan kepada PLN, menyebabkan produksi sering terhenti karena seringnya mati lampu, karena mesin kebanyakan memakai mesin listrik.
44 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
5.1:5 .
Kurangnya tenaga kerja yang terampil dan tenaga kerja yang tidak disiplin sewaktu mulai bekerja, dan juga menghadapi tenaga kerja yang berhenti tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, hal ini disebabkan karena tidak adanya ikatan kerja antara pekerja dengan pengusaha.
5.1.6.
Adanya persaingan antara produsen yang bermodal kecil dengan yang bermodal besar yang dapat memberikan kredit dalam jangka waktu yang lama. Adanya persaingan antara pengusaha konveksi sejenis dari luar Kota Madya Medan, seperti Binjei, Medan, Pulau Jawa.
5.1.7.
Sepinya permintaan pada musim-musim sehabis lebaran, sehingga mengakibatkan macatnya proses produksi. Ini terjadi sampai + 3 bulan sesudah lebaran.
5.1.8.
Pedagang (retailer) sering membatalkan order yang sudah disepakati, sehingga mengakibatkan kerugian pada pengusaha-pengusaha konveksi remaja.
5.1.9.
Kurang informasi dan koordinasi antara produsen dengan pengecer, sehingga sering terjadi ketidak cocokan pesanan (order) dengan apa yang diinginkan oleh retailer.
5.1.10.
Karena sebagian besar produsen tidak mempunyai modal sendiri, sering terjepit posisinya. Dimana dalam memasarkan barang tidak bisa menentukan harga, karena pedagang menawar terlalu rendah dan pengusaha konveksi ini tidak bisa menentukan harga jual sendiri (sistem ijon).
5.1.11.
Grafik perkembangan usaha konveksi pakaian jadi remaja tidak jelas, karena sebagian besar pengusaha belum membuat catatan pembukuan yang baik.
45 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
Ditinjau Dari Aspek Konsumen.
5.1.12.
Dalam hal pemlihan pakaian jadi, para konsumen lebih cenderung memilih mode daripada kualitas dan harga.
5.1.13.
Banyaknya pakaian jadi remaja yang datang dari luar daerah, terutama dari pulau Jawa dengan mode yang up to date dan kualitas yang lebih baik daripada produk Kota Madya Medan sendiri, akibatnya remaja tersebut lebih suka membeli pakaian jadi buatan luar tersebut.
5.1.14.
Disamping kemeja dan celana panjang, remaja Kota Madya Medan juga senang memakai kaos (T. Shirt) dengan harga yang , bervariasi dari yang berkualitas rendah sampai yang berkualitas tinggi. Produk kaos tersebut biasanya dari luar Kota Madya Medan (seperti Hammer, Country Fiesta, Giardano).
Ditinjau Dari Aspek Pedagang.
5.1.15.
Pakaian jadi remaja mempunyai mode yang setiap saat berubah, sehingga pedagang harus dapat menyesuaikan dagangannya kepada situasi dan kondisi.
5.1.16.
Pedagang dihadapkan pada saingan pedagang sejenis maupun pedagang-pedagang besar seperti Matahari Group yang menjual produk secara besar-besaran dan mempromosikan secara besar-besaran pula.
5.1.17.
Produk pakaian jadi Kota Madya Medan kini sangat tergantung dari pasar. Hanya pada musim-musim lebaran saja omzet yang meningkat, sedang pada Tahun Baru omzet tidak banyak mengalami kenaikan, sedang pada musim tahun pelajaran baru biasanya yang laku adalah pakaian anak sekolah.
46 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
5.2. Saran-saran.
5.2.1. Produsen yang bermodal kecil (lemah) ini hendtklah dibina, dan diberikan penyuluhan dalam bidang :
- Pembukuan perusahaan. - Design (mode) yang sesuai dengan perkembangan zaman. - Tenaga kerja yang trampil dan terdidik, sehingga kualitas lebih meningkat. - Kewiraswastaan pemasaran. 5.2.2.
Hendaknya pihak perbankan dapat memberi bantuan modal untuk menambah investasi dalam bentuk mesin-mesin modern maupun modal dan terus menerus mengadakan pembinaan, sehingga mereka betul-betul dapat perusahaannya.
5.2.3.
Hendaknya para pengusaha pakaian jadi remaja di Kota Madya Medan dapat menarik minat konsumen remaja untuk mencintai produk kota sendiri dengan meningkatkan mutu dan mode yang up to date.
5.2.4.
Para pengusaha pakaian jadi remaja harus tanggap terhadap perubahan mode sesuai dengan selera konsumen.
47 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Drucker F Peter ;
Pengusaha kecil dalam dunia penuh dengan perubahan. Penerbit Management dan Usahawan Indonesia, Edisi 25 tahun, 1979.
Kotler, PP
; Marketing Management Analysis Planning and Control, 4 th ed Prentil Hall, 1980.
Panglaykim
;Pemasaran dan Bisnis, Pendekatan dari Perspektif Indonesia, Penerbit Andi Offset Yogjakarta, Edisi pertama, 1983.
Nitisemito
; Marketing diuraikan secara teoritis dan praktis, disesuaikan dengan situasi dan kondisi di Indonesia serta kemungkinan penerapannya, Penerbit Ghalia Indonesia, cetakan ke- 4 tahun 1983.
Stanton, W.J
; Fundamental of marketing, 7th ed. Mc Graw -Hill, 1984.
48 Husnani: Masalah Pemasaran Industri Pakaian Jadi Remaja di Kotamadya Medan , 1989
USU Repository©2006