DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014 Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr
TANGGUNG JAWAB HUKUM BADAN PENYELENGGARA PENDAFTARAN TANAH DALAM SENGKETA PERTANAHAN DI WILAYAH JAKARTA BARAT (Studi : Penerbitan Sertipikat Di Atas Tanah Berstatus Sengketa) Tisna Ayu Oktavianty1, Ana Silviana2, Sri Sudaryatmi3
Abstrak Undang-Undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 di dalam Pasal 19 disebutkan bahwa dalam rangka menjamin kepastian hukum dan kepastian hak atas tanah telah menggariskan adanya keharusan untuk melaksanakan pendaftaran tanah di seluruh Indonesia, hasil dari pendaftaran tanah tersebut adalah berupa sertipikat yang dikeluarkan oleh Kantor Pertanahan. Sertipikat ini berfungsi sebagai alat pembuktian yang kuat bagi pemegang hak atas tanah, artinya dapat dirubah apabila ada kekeliruan yang dapat di buktikan sebaliknya oleh pengadilan. Pendaftaran tanah yang bertujuan menjamin kepastian hukum tetapi dalam kenyataannya berbeda, hal ini disebabkan oleh beberapa hal seperti Kantor Pertanahan yang tidak memperhatikan segi administrasi data dan status tanah yang di daftarkan dalam proses penerbitan sertipikat, terbukti dari adanya kasus penerbitan sertipikat di atas tanah berstatus sengketa oleh Kantor Pertanahan Jakarta Barat terhadap tanah-tanah warga di Meruya Selatan. Berdasarkan kasus tersebut penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan yaitu tentang tanggung jawab Kantor Pertanahan dalam penerbitan sertipikat di atas tanah yang berstatus sengketa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui latar belakang terjadinya penerbitan sertipikat di atas tanah berstatus sengketa, mengetahui tanggung jawab Kantor Pertanahan dalam penerbitan sertipikat tersebut, serta upaya penyelesaian sengketa pertanahan tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis empiris, dengan data yang dipergunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer bersumber pada studi lapangan dengan teknik observasi dan wawancara, sedangkan data sekunder bersumber pada penelitian kepustakaan atau studi dokumen. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa : 1) Latar belakang terjadinya sengketa tanah Meruya Selatan terjadi karena adanya rencana eksekusi berdasarkan Putusan Mahkamah Agung No. 570/K/Pdt/1999 tanggal 31 Maret 2000 yang memicu reaksi masyarakat yang ingin mempertahankan haknya, reaksi tersebut berupa perlawanan dengan diajukannya gugatan oleh warga Ke Pengadilan Negeri Jakarta Barat 2) Tanggung jawab Kantor 1
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Dosen Fakultas Hukum Universitas Diponegoro 3 Dosen Fakultas Hukum Universitas Diponegoro 2
i
DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014 Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr
Pertanahan dalam sengketa ini adalah tetap mensahkan sertipikat yang dimiliki oleh warga di Meruya Selatan. 3) Upaya penyelesaian kasus sengketa tanah di Meruya diselesaikan dengan jalur pengadilan (litigasi) dilanjutkan dengan mediasi antara PT. Portanigra dengan warga Meruya Selatan. Kesimpulan dari hasil penelitian adalah bahwa munculnya sengketa antara PT. Portanigra dengan warga Meruya Selatan disebabkan oleh rencana eksekusi tanah Meruya Selatan, dengan adanya rencana eksekusi ini Kantor Pertanahan memberikan perlindungan dengan mensahkan sertipikat yang dimiliki warga, sedangkan upaya penyelesaian kasus ini dengan jalur litigasi. Kata Kunci : Tanggung Jawab Kantor Pertanahan, Sengketa Meruya
Abstract Basic Agrarian Law number 5 of 1960 in article 19 mentioned that in order to ensure legal certainty and the certainty of land rights has set out the necessity to carry out the registration of land across Indonesia, a result of the land register is a certificate issued by the Office of the Land. This certificate serves as a strong evidentiary tool for holders of land rights, meaning that it can be changed if there is a fallacy that can be proved otherwise by the Court. Land registry aimed at ensuring legal certainty but in reality is different, this is caused by a few things such as the Land Office not to pay attention to administrative data and the status of the land register in the certificate issuance process, as evidenced by the case of the issuance of the certificate upon the land is disputed by the West Jakarta Office of the Land against the lands South Meruya residents. Based on the cases of the authors are interested in reviewing quagmire that is about responsibilities of the Office of the Land in the issuance of the certificate upon the land's status dispute. The purpose of this research is to know the background of the occurrence of the issuance of the certificate upon the land's status dispute, knowing the Land Office's responsibility in publishing the certificate, as well as the land dispute resolution efforts. The methods used in this study is an empirical juridical, with data being used is the primary data and secondary data. Primary Data is sourced to the study of the field with the observation and interview techniques, whereas secondary sourced data on research or study document libraries. Based on the results of the study revealed that: 1) the background of the dispute of land South Meruya occurs due to an execution plan based on the ruling of the Supreme Court No. 570/K/Pdt/1999 dated 31 March 2000 that triggers the reaction people who want to defend their rights, the reaction in the form of a lawsuit filed by the resistance by the people to the West Jakarta District Court 2) responsibility of the Office of the Land in dispute is still confirms the certificate that is owned by residents in Meruya Selatan. 3 settlement Efforts) in case of dispute is resolved by the Court in Meruya (litigation) proceed with mediation between PT. Portanigra with South Meruya citizens.
ii
DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014 Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr
The conclusions of the study results is that the emergence of a dispute between PT. Portanigra with South Meruya citizens caused by the execution plan of land South Meruya, due to this execution plan provides protection with Land Office confirms the certificate owned by the residents, whereas this case resolution efforts with litigation. Key Words: Responsibility Of The Office Of The Land Dispute, Meruya
iii
DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014 Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr
kuat mengenai data fisik dan
I. PENDAHULUAN
data yuridis yang termuat di
A. Latar Belakang
dalamnya sepanjang data fisik
Tanggal 24 Sepetember 1960
disahkan
dan
Undang-
Peraturan
dikenal
tanah
Agraria,
undang-undang
ini
dengan
Agraria.
rangka
Dalam
adanya
melaksanakan
Pendaftaran tanah yang bertujuan menjamin kepastian
untuk
hukum dan kepastian hak bagi pemegang hak atas tanahnya
tanah di seluruh Indonesia,
pada
diamanatkan
Sertipikat
sertipikat.
ini
berfungsi
(dua) atau lebih sertipikat tanah di atas sebidang tanah yang sama atau penerbitan
sebagai alat pembuktian yang
sertipikat
kuat bagi pemegang hak atas
berstatus
tanah. Dalam pasal 32 ayat (1)
di
atas
tanah
sengketa,
seperti
pada kasus sengketa tanah
Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun
dalam
jarang telah terjadi terbit 2
dari pendaftaran tanah itu berupa
kenyataannya
praktek sekarang ini tidak
Pasal 19 UUPA, dimana hasil
adalah
adalah
Kantor Pertanahan.
pendaftaran
sebagaimana
tanah
yang tugasnya dilakukan oleh
menggariskan
keharusan
bertugas
Badan Pertanahan Nasional
kepastian hukum atas tanah, telah
yang
pendaftaran
menjamin kepastian hak dan
UUPA
bersangkutan.
menyelenggarakan
sebutan Pokok
yang
Instansi
lebih
Undang-Undang
tersebut
dalam surat ukur dan buku
Dasar
Pokok-Pokok
yuridis
sesuai dengan data yang ada
Undang No. 5 tahun 1960 tentang
data
antara PT.Portanigra dengan
1997 dinyatakan
warga Meruya Selatan. Dalam
bahwa sertifikat merupakan
hal
tanda bukti hak yang berlaku
ini
sertipikat
sebagai alat pembuktian yang
1
terjadi di
penerbitan atas
tanah
DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014 Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr
berstatus sengketa oleh Kantor
milik PT.Portanigra, karena
Pertanahan Jakarta Barat.
kekurangan
pihak
maka
Berawal di tahun 1972, di
gugatan PT. Portanigra kandas
mana Haji Djuhri bin Haji
di pengadilan Negeri dalam
Geni, Yahya bin Haji Geni,
putusannya
dan
April
Muhammad
Tugono
tertanggal
24
1997
No.
melakukan transaksi jual beli
161/Pdt/G/1996/PN.Jkt-Brt
tanah dengan PT. Portanigra
menyatakan bahwa gugatan
dalam
surat
penggugat
girik.
diterima, sita jaminan pun
Ketiga orang tersebut kembali
dicabut, karena kekurangan
melakukan transaksi dengan
pihak
pihak
Portanigra
bentuk
kepemilikan
berupa
lain
memalsukan
dengan girik
yang
tidak
ini
pula kandas
tingkat
dapat
gugatan lagi
banding.
di
Dalam
sebelumnya telah dijual ke PT.
pengadilan tingkat banding,
Portanigra. Kasus tersebut di
putusan
meja hijaukan, pada 1986,
oleh
Djuhri
Jakarta,
divonis
hukuman
setahun
penjara
oleh
Pengadilan
Negeri
Jakarta
dikuatkan
Pengadilan
Tinggi
dengan
putusan
tanggal 29 Oktober 1997 NO. 598/Pdt/1997/PT.DKI.
Barat. Tetapi putusan itu tidak mengembalikan
tersebut
Penggugat
kepemilikan
mengajuan
kemudian permohonan
tanah PT. Portanigra. Lalu PT.
kasasi.
Portanigra
permohonan kasasi itu dan
peradilan
menempuh perdata
MA
menerima
dengan
menimbang bahwa putusan
menggugat tiga orang itu pada
PN dan Pengadilan Tinggi
tahun
itu,
(judex facti) tidak cermat dan
Jakarta
tidak teliti, serta pihak ketiga
Barat meletakkan sita jaminan
dapat mengajukan bantahan
terhadap tanah seluas lebih-
apabila memiliki tanda bukti
kurang 44 hektar yang diklaim
hak
1996.
Pengadilan
Ketika
Negeri
2
atas
tanahnya.
DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014 Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr
Berdasarkan
pertimbangan-
PT.Portanigra
sebagai
pertimbangan tersebut, MA
penggugat. Masyarakat tentu
membatalkan putusan PN dan
tidak terima dengan putusan
putusan
ini,
Pengadilan
Tinggi
menguatkan,
MA
mereka telah memiliki alat
memutuskan untuk mengadili
bukti berupa sertipikat, dan
sendiri perkara itu. Putusan
menguasai
MA, sebagaimana telah kita
Mereka
ketahui,
mempertahankan
yang
akhirnya
memenangkan Putusan
penggugat.
Kasasi
karena
secara
nyata
secara
fisik. berusaha
dengan
haknya mengadakan
No.
perlawananya itu mengajukan
No.
gugatan ke Pengadilan Negeri.
161/Pdt.G/1996/PN.JKT.BAR
Kantor Pertanahan Jakarta
, Mahkamah Agung menerima
juga disebut-sebut punya andil
kasasi PT. Portanigra.
dalam membuat masalah ini,
570/K/Pdt/1999
jo
Tahun demi tahun kasus ini
berjalan
belum
karena semestinya dokumen
juga
tanah berupa hak girik yang
menemukan titik terang dan
dipegang oleh PT.Portanigra
kepastian
lahan
dan tanah tersebut berstatus
tersebut harus dikosongkan
sengketa, seharusnya ribuan
atau
warga
apakah
dikembalikan
pihak
tergugat
kepada
atau
tetap
sertipikat
menjadi milik warga Meruya Selatan
yang
sertipikat
asli
bisa
memiliki
diatas
tanah
berstatus sengketa tersebut.
memiliki atas
tak
B. Rumusan Masalah
tanah
Uraian diatas dapat ditarik
tersebut. Sampai pada tingkat
permasalahan
Kasasi
disusun sebagai berikut:
telah lahan
Mahkamah memerintahkan tersebut
dikosongkan dikembalikan
Agung agar
yang
dapat
1. Mengapa sengketa antara
segera
PT.
dan
Portanigra
dengan
warga dapat terjadi pada
kepada
3
DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014 Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr
objek tanah di Meruya
pendekatan yang meneliti data
Selatan?
primer terlebih dahulu dengan
2. Bagaimana
tanggung
teknik
observasi
dan
jawabKantor
wawancara,
kemudian
Pertanahansebagai instansi
dilanjutkan
dengan
yang
mengadakan penelitian data
menerbitkan
sertipikat tanah tersebut? 3. Bagaimana
sekunder
upaya
Spesifikasi penelitian yang
sengketa tanah tersebut?
digunakan dalam penelitian ini adalah
C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui latar
antara
deskriptif
yaitu
terjadinya
sengketa
studi
kepustakaan.
penyelesaiankasus
belakang
dengan
analitis,
memaparkan,
menggambarkan
atau
PT.
mengungkapkan obyek yang
Portanigra dengan warga
diteliti secara analitis dengan
Meruya Selatan.
menghubungkan
2. Untuk
mengetahui
teori-teori
dan atau peraturan perundang-
tanggung jawab Kantor
undangan
Pertanahan selaku instansi
dengan obyek tertentu atau
yang
menyangkut
menerbitkan
berkaitan
permasalahan.
Penelitian.2 Metode analisis
sertipikat. 3. Untuk mengetahui upaya penyelesaian
data
sengketa
antara
PT.
dengan
warga
Portanigra
penelitian
ini
pendekatan
kualitatif.
Meruya
III. Hasil Pembahasan A. Penyebab
II. Metode Penelitian
Terjadinya
Sengketa Tanah Antara PT.
Metode pendekatan yang
Portanigra Dengan Warga
digunakan dalam penelitian ini metode
dalam
menggunakan
Selatan.
adalah
yang
Meruya Selatan
pendekatan
Kasus yang bermula dari
yuridis empiris, yaitu suatu
rencana eksekusi oleh pemilik
4
DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014 Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr
hak atas tanah yaitu PT
tanah mereka, yang luasnya 44
Portanigra,
membeli
Hektar
tanah tersebut seluas 44 Ha
Namun
sekitar tahun 1972 yang lalu
ditolak karena kurang pihak
dari
dan
yang
Juhri
cs
sebagai
pada
tahun
gugatan
1996. tersebut
Meruya
Selatan
koordinator penjualan tanah
dinyatakan padat bangunan
Rencana eksekusi yang akan
sebagaimana
dilakukan oleh PT Portanigra
dalam
mendapatkan
161/Pdt.G/PN.Jkt.Bar, begitu
reaksi
dari
putusannya
masyarakat yang menempati
juga
tanah
diajukan
tersebut.
Pada
1986,PT.Portanigra mempidanakan
upaya
Djuhri
cs.
Tinggi
Pengadilan
dengan
putusannya
memutusbahwa
ketiganya
dan ternyata
menguatkan
maka
oleh
tinggi,
Djuhri cs telah bertentangan hukum
yang
ditolak
Pengadilan
tindakan
No.
banding
pengadilan
Atas dasar bahwa
pengadilan
disebutkan
putusan Negeri
dalam No.
598/1997/PT.DKI.
bersalah
Merasa keberatan dengan
berdasarkan putusan pidana
kedua putusan peradilan yang
No.102/Pid/biasa/1984/PN.Jkt
memeriksa judex factieatau
.Bar tertanggal 1 November
fakta-fakta
1985. Selanjutnya,
maka
yuridisnya PT.
PT.Portanigra
dengan
mengajukan
berbekal
putusan
pidana
Mahkamah
terhadap
ketiga
mandor
tadikemudian secara
kasasi
ke Agung.
Mahkamah Agung sebaliknya
menggugat
membatalkan
putusan
Pengadilan
Negeri
dan
untuk mengembalikan tanah-
Pengadilan
Tinggi
dan
tanah
mengabulkan
tersebut
Djuhri
Portanigra
cs,
meminta
perdata
saja,
sekaligus
pengadilan
untuk
permohonan
Kasasi dari PT. Portanigra
meletakkan sita jaminan atas
serta
5
memutuskan
untuk
DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014 Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr
mengadili
sendiri.
UUPA
jo
Peraturan
Berdasarkan putusan Kasasi
Pemerintah No. 38 Tahun
No.570/K/Pdt/1999
1963
dan
tentang
penunjukkan
memenangkan PT. Portanigra
badan-badan
serta
memerintahkan
dapat mempunyai hak milik
pengosongan tanah di wilayah
atas tanah, oleh karena itu,
Meruya Selatan.
seharusnya perjanjian jual beli
Putusan Agung
yang
Mahkamah
antara PT. Portanigra dengan
mendapat
ketiga mandor tersebut adalah
ini
perlawanan dari masyarakat
batal demi hukum.
yang ingin mempertahankan
B. Tanggung
Jawab
haknya. Mereka secara nyata
Pertanahan
telah menguasai fisik dan
Penerbitan
memiliki sertipikat atas tanah.
Atas
Mahkamah
Sengketa
memutus
hukum
Agung menurut
dalam
Kantor Dalam
Sertipikat
Tanah
Di
Berstatus
penulis
Kantor Pertanahan dalam
tidak memperhatikan judex
kasus Meruya Selatan menurut
factie di lapangan, karena
penulis
ternyata
Meruya
Selatan
tugasnya sesuai dengan tugas
memang
padat
bangunan.
pokok dan fungsinya sesuai
Selainitu, Mahkamah Agung
yang di atur dalam peraturan
juga
perundang-undangan
tidak
kelengkapan
memperhatikan surat
yang
telah
menjalankan
yang
berlaku. Artinya dalam hal ini
dimiliki oleh PT. Portanigra,
tanggung
ditambah dengan status PT.
Pertanahan
Portanigra sendiri yang tidak
menerbitkan
sertipikat
memenuhi
atas
atau
syarat
sebagai
jawab
tanah
Kantor
hanya
sebatas hak
tanggung
subjek hukum yang berhak
jawab administrasi sedangkan
memiliki
dalam
sebagaimana
hak
milik disebutkan
dalam Pasal 21 ayat
sengketanya
Kantor
(2)
dilibatkan.
6
Pertanahan
sendiri tidak
DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014 Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr
Kantor Pertanahan dalam
Sidang demi siding diikuti
hal kekuatan hukum alat bukti
oleh warga Meruya Selatan.
kepemilikan hak atas tanah
Dalam
bagi warga Meruya Selatan
dianggap tidak menghasilkan,
akan
maka
tetap
produk
mengesahkan
sertifikat
warga
proses
pengacara
meminta
bidang
Meruya
bermediasi
Selatan dan melayani warga
Portanigra.
yang
akan
di
warga
Meruya Selatan pada saat itu
sebanyak 7.823 sertipikat atas tanah
persidangan
warga
untuk
dengan
PT.
mengkonversi
Proses persidangan yang
status atas tanah di kelurahan
dianggap oleh sebagian warga
itu.
hanya akan memakanwaktu
C. Upaya
yang lama mendorong warga
Penyelesaian
Sengketa Tanah antara PT.
untuk
bermediasi.
Alasan
Portanigra dengan Warga
bermediasi ini dipilih dengan
Meruya Selatan
alasan, karena perdamaiaan
Upaya penyelesaian kasus
(dading) yang dilakukanoleh
antara Meruya Selatan dengan
1200 warga Meruya Selatan
PT. Portanigra dimulai dengan
adalah
jalur
(litigasi).
menyangkut aspek hukumnya
Pada tanggal 14 Mei 2007
langsung berkekuatan hukum
setelah
pengadilan
mengetahui
adanya
tetaptidak
terhadap
putusan
kasasi
eksekusi Mahkamah
Agung
yang
terbaik
bisa
dibanding,
maupun
peninjauan
kembali.
memenangkan PT. Portanigra,
IV. KESIMPULAN
warga Meruya Selatan dalam rangka
pilihan
mempertahankan
1. Latar
belakang
terjadinya
kasus
sengketa
tanah
di
haknya mencoba mengajukan
Meruya Selatan terjadi karena
gugatan
adanya
untuk
melawan
rencana
eksekusi
PT.Portanigra ke Pengadilan
berdasarkan
Negeri Jakarta Barat.
Mahkamah Agung No. 570
7
Putusan
DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014 Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr
K/Pdt/1999 Maret
tertanggal 2000
31
Daftar Pustaka
yang
Undang-Undang nomor 5 tahun 1960,
memenangkan PT. Portanigra.
tentang Peraturan Dasar Pokok-
Putusan ini mendapat reaksi
Pokok Agraria
dari masyarakat yang ingin mempertahankan
hak
Peraturan
atas
Kantor
Pertanahan
PutusanMahkamahAgungNomor570/
hukum
K/Pdt/1999
dalam
kasus sengketa tanah Meruya Selatan
ialah
memberikan
perlindungan kepada warga Meruya
Selatan
dan
mensahkan sertipikat tersebut serta tetap melayani warga Meruya Selatan yang akan tetap mengkonversi hak atas tanahnya. 3. Upaya
penyelesaian
24
Tanah
tanda bukti berupa sertipikat. jawab
Nomor
Tahun 1997 Tentang Pendaftaran
tanahnya dengan dilengkapi
2. Tanggung
Pemerintah
kasus
sengketa tanah di Meruya Selatan diselesaikan melalui jalur pengadilan (litigasi) yaitu dengan diajukannya gugatan ke Pengadilan Negeri Jakarta Barat dan dilanjutkan dengan mediasi dengan pihak PT. Portanigra.
8
DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014 Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr
4