Diperbanyak untuk kalangan sendiri sebagai bahan pengetahuan dan manasik dalam ibadah umrah berombongan
2014
PENGANTAR Assalamu’alaikum wr.wb. Alhamdulillah bahwa dengan terbitnya buku penuntun atau panduan Umrah ini berarti telah ada pedoman tertulis yang dapat dijadikan rujukan mereka yang memerlukannya, baik untuk pelaksanaan ibadah tersebut atau sebagai tambahan pengetahuan. Sengaja buku ini ditulis secara ringkas dan hanya pada prinsip-prinsipnya saja agar supaya memudahkan pemahaman pembaca budiman sebelum pelaksanaannya di lapangan (tanah Haram-Mekah). Dibandingkan dengan buku manasik yang banyak ditulis oleh berbagai kalangan (Depag atau penyelenggara haji dan umrah) pada umumnya maka buku ini sangat sederhana karena tidak menekankan pada doa-doa yang menurut hemat penulis sangat memberatkan pembaca dan tidak ada dasar sunah rasulnya. Demikian pula mengenai rangkaian ziarah baik di Mekah dan Medinah tidak dikemukakan dalam buku ini karena hal tersebut di luar dari kegiatan Umrah itu sendiri dan hanya menjadi bagian ibadah sosial lainnya. Buku ini ditulis sebagai pedoman khusus bagi jama‟ah Kajian Islam & Sains “Bhima Sakti” Malang yang akan melakukan ibadah umrah secara berombongan, dengan pelaksaan secara periodik secara terus-menerus. Dengan buku inilah pembimbing umrah (muthawif) akan mengejewatahkan (mempraktekkannya) di lapangan bersama jama‟ah dari pengetahuan yang bersifat verbal (bunyi) menjadi pengetahuan perilaku, sehingga diharapkan dapat dicatat Allah sebagai amal-shaleh. Ahirnya penulis merasa perlu menyampaikan rasa terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu baik langsung maupun tak langsung dalam penerbitan dan pendistribusian buku ini semoga menjadi amal shaleh kita bersama. Khususnya kepada jama‟ah kajian “Bhima Sakti”, penulis memberikan penghargaan setingginya atas kesabaran dan ketekunannya dalam kajian Islam (al-qur‟an dan sunah rasul) secara saintifik, sehingga dapat mewujudkan ritual Umrah ini yang akan tetap dikaji secara ilmiah di lapangan. Tidak lupa penulis senantiasa menantikan kritik dan saran pembaca budiman apabila ada kesalahan atau kekurangan dalam tulisan ini untuk disempurnakan lagi. Wassalam Malang, awal 2014 Hormat penulis
i
Informasi: Pusat Kajian Islam & Sains “Bhima Sakti” Malang Beralamat di Jl. Bhima Sakti, 9. Tlogomas-Malang. Tilp. (0341) 582047. HP. 081233949992 Menyelenggarakan kajian sejak tahun 2001 hingga sekarang setiap hari: Minggu pagi jam 7 s/d jam 9 di Malang, Sidoarjo dan Surabaya Bersifat terbuka untuk umum (dapat diakses melalui: ikarochdjatun.wordpress.com) Di bawah bimbingan: Prof.Dr.Ir. Ika Rochdjatun Sastrahidayat (Guru Besar Universitas Brawijaya)
ii
PANDUAN UMRAH Mukadimah Ahir-ahir ini ibadah umrah telah menjadi trend yang menarik bagi bangsa Indonesia yang mayoritas umat Islam, hal ini disebabkan berbagai alasan, seperti: (1) untuk kepentingan ibadah semata; (2) wisata rohani; (3) status sosial; (4) sekedar mampir dari kunjungan kerja luar negeri; (5) dan alasan lainnya. Disinilah Islam memberikan bimbingan tentang pentingnya suatu niat (nawaitu) sebelum suatu pekerjaan di lakukan sebagaimana dikemukakan dalam hadist berikut: “Dari Umar bin al Khaththab, beliau berkata, Rasulullah s.a.w. bersabda, “Sesungguhnya perbuatan-perbuatan itu dengan niat, dan sesungguhnya setiap orang bergantung dengan apa yang ia niatkan. Barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrahnya untuk dunia yang ingin ia perolehnya, atau untuk wanita yang ingin ia nikahinya, maka hijrahnya kepada apa yang ia berhijrah kepadanya” [HR al Bukhari (1/3 no. 1), Muslim (3/1515 no. 1907), dan lain-lain. Dan ini lafazh Shahih Muslim]. Apapun alasannya, setiap muslim yang melaksanakan ritual tersebut harus mengikuti tatacara pelaksanaan yang sudah baku (terstandar) berdasarkan tuntunan rasulullah (Muhammad s.a.w.). Persyaratan formal yang menyangkut rukun dan wajib menjadi syarat yang harus dipahami dengan benar agar supaya ibadah tersebut dikatakan “syah” atau valid menurut aturan syariat Allah. Pengertian umrah Menurut bahasa: berarti ziarah atau berkunjung. Sedang dalam kontek ibadah berarti mengunjungi baitullah (Ka‟bah) untuk mengerjakan ritual umrah dengan niat dan syarat-syarat yang tertentu. 1. Status umrah Sebagian besar ulama berpendapat bahwa umrah merupakan ibadah yang bersifat wajib dilakukan bagi setiap muslim sekali saja dalam seumur hidup sebagaimana ibadah haji, perintah kewajiban tersebut tertuang dalam AlQur‟an (2: 196):
ِ ْح َّج َوالْعُ ْم َرةَ لِلَّ ِه َ َوأَت ُّموا ال
(dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah)
Hanya dalam pelaksanaannya seringkali kedua jenis ibadah tersebut (haji dan umrah) dilakukan secara bersamaan, namun hal ini tidaklah menutup 1
tentang wajibnya umrah. Perintah keduanya jelas terlihat dalam bentuk jenis haji sebagai berikut: Haji Ifrad, maknanya "tidak bersamaan" jadi haji ifrad itu ialah mengerjakan haji dan umrah secara terpisah, yaitu dikerjakan haji dahulu hingga selesai dan kemudian barulah dikerjakan umrah atau dikerjakan umrah sebelum menjelang bulan-bulan haji setelah itu barulah dikerjakan haji. Haji Tamattu', artinya bersenang-senang; ialah mengerjakan umrah dahulu dalam bulan-bulan haji, setelah selesai mengerjakan umrah lalu bersenang-senang atau bebas dengan pantangan atau larangan ihram. Kemudian setelah sampai waktu haji berihram kembali di Mekkah untuk mengerjakan haji. Haji jenis ini dikenakan DAM mengikut syaratsyaratnya. Mayoritas bangsa Indonesia mengikuti haji jenis ini. Haji Qiran, artinya bersamaan; jadi ibadah haji dan umrah dilakukan dengan serentak, yaitu dengan satu tawaf, satu sa'ie dan satu tahalul (bergunting/cukur), dengan demikian pelaksanaan umrah tersebut dimasukkan dalam pelaksanaan haji. Haji cara ini juga wajib melaksanakan DAM. Dalilnya adalah hadist sebagai berikut: Dari Ibnu Umar r.a. bahwa Rasulullah s.a.w bersabda: "Barang siapa mengerjakan haji bersama umrah (yaitu Qiran) maka sahlah dia kerjakan satu tawaf dan satu sai'e saja untuk keduanya haji dan umrah itu" (Riwayat Turmizi). 2. Keutamaa umrah Bila ditelusuri mengenai keutamaan umrah berdasarkan al-hadist, maka kita mendapatkan banyak informasi, yang antara lain adalah: o Rasulullah s.a.w. bersabda: (Dari) umrah ke umrah adalah penghapus (dosa-dosa) diantara keduanya). Dan haji mabrur tidak ada baginya balasan selain surga. (HR. Bukhari dan Muslim). o Rasulullah s.a.w. bersabda: Ikutilah antara haji dan umrah (perbanyaklah haji dan umrah), karena keduanya menghapuskan kefakiran dan dosa sebagaimana bara api menghilangkan kotoran besi, emas dan perak. (HR. An-Nasa‟i, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Imam Ahmad dan lainlain dengan sanad sahih). o Dari Aisyah r.a. berkata: Aku bertanya, wahai Rasulullah apakah bagi wanita ada kewajiban berjihad? Rasulullah s.a.w. bersabda: Ya, bagi mereka ada jihad tanpa peperangan, yaitu haji dan umrah. (HR. Imam Ahmad dan lain-lain dengan sanad sahih). o Rasulullah s.a.w. bersabda: Utusan Allah ada tiga: Orang yang berperang (fi sabilillah), orang yang berhaji dan orang yang umrah. (HR. An-Nasa‟i dll dengan sanad sahih) o Rasulullah s.a.w. bersabda: Orang yang berperang (fi sabilillah), orang yang berhaji dan orang yang umrah adalah utusan Allah. Allah memanggil 2
o
o o
mereka lalu mereka memenuhi panggilannya dan mereka meminta kepadaNya lalu Dia memenuhi permintaan mereka. (HR. Ibnu Majah dll dengan sanad sahih) Rasulullah s.a.w. bersabda: Jihadnya orang tua, anak kecil, orang lemah dan wanita adalah haji dan umrah. (HR. An-Nasa‟i dan lain-lain dengan sanad hasan) Rasulullah s.a.w. bersabda: Sesungguhnya umrah pada bulan Ramadhan adalah seperti haji bersamaku. (HR. Bukhari dan Muslim) Dan masih banyak lagi keutamaan-keutamaan lain,
3. Persyaratan atau aturan dalam melakukan umrah Sebagaimana ibadah lainnya, maka umrah juga mempunyai aturan atau persyaratan yang perlu dipahami benar bagi mereka yang berniat melakukan ritual tersebut agar tidak menjadi batal karena permasalahan hal-hal sederhana atau jatuh pada bid‟ah dan syirik yang menyebabkan ibadah tersebut tertolak Allah. Adapun aturannya secara ringkas dikemukakan sebagai berikut: 3.1.
Rukun Umrah Rukun dalam haji/umrah artinya adalah amalan yang HARUS dilaksanakan dan jika ditinggalkan ibadahnya tidak sah dan tidak dapat di ganti Dam. Adapun rincian dan urutannya adalah sebagai berikut: o Berpakaian ihram o Tawaf umrah o Sa‟i o Bercukur atau memotong rambut (tahallul) o Dikerjakan secara tertib (runtut).
3.2.
Wajib Umrah Wajib dalam ibadah haji/umrah artinya: adalah amalan yang harus dilakukan, dan apabila ditinggalkan ibadahnya tetap sah akan tetapi harus membayar Dam. Adapun wajib umrah adalah: o Niat umrah dari miqat. o Tidak berbuat hal-hal yang haram atau membatalkan niat.
3.3.
Beberapa larangan selama dalam keadaan berihram.
Memakai pakaian berjahit, menutupi kepala, menggunting kuku, mencabut, memotong rambut atau bulu badan. Bila kuku pecah/rusak boleh dicabut Memakai cadar atau masker bagi wanita dan melakukan aqad nikah. Memakai wewangian sesudah ihram kecuali sisa wangi yang dipakai sebelum ihram. Menghindari bersolek bagi wanita sangat dianjukan, 3
perbuatan tidak senonoh, maksiat, mengunjing, berdebat dan membunuh binatang darat yang liar dan halal dimakan. Dam atau Denda Jika ada larangan di atas yang dilanggar maka ia harus membayar dam (denda), yakni dari mulai memberi makan fakir-miskin sampai menyembelih seekor kambing. Ketentuan mengenai ini dapat di tanyakan kepada pembimbing atau muthawif atau dalam buku referensi yang ada tentang besarnya dam yang harus dikeluarkan, jika anda merasa melanggar larangan di atas. Dam yang harus dikeluarkan dalam umrah adalah: Meninggalkan tawaf wada. Mencukur, memotong atau mencabut rambut, memakai wewangian,
memakai pakaian yang berjahit, memotong kuku, menutup muka dengan sengaja, memakai sarung tangan bagi wanita, wajib membayar dam dengan memilih salah satu: o Menyembelih seekor kambing atau yang seharga dengannya. o o
Bersedekah kepada 6 (enam) orang miskin dan setiap orang kurang lebih 1.5 kg beras atau makanan yang mengenyangkan. Berpuasa 3 (tiga) hari di tanah suci.
Walaupun diharuskan membayar dam, namun umrahnya tetap sah. Memakai wewangian atau pakaian berjahit karena tidak tahu atau lupa, tidak mengapa dan tidak ada dam atasnya. Akad nikah dalam ihram tidak sah, tetapi tidak diharuskan membayar dam dan ihramnya tidak batal. Melakukan Rafats, Fusuq dan Jidal ibadah tetap sah, tetapi gugur pahalanya namun tidak diharuskan membayar dam. 4. Pelaksanaan umrah 4.1.
Persiapan umrah (rukun pertama). Setelah tiba di miqat (masjid bir ali, posisi miqat dapat dilihat pada Lampiran Gambar 1), maka dilakukan persiapan sebagai berikut: 1. Mandi sunnah, dengan niat untuk ihram. 2. Berwudhu untuk shalat sunah ihram 3. Kenakan kain ihram 4. Shalat sunnah ihram 2 rakaat. Rakaat pertama dianjurkan membaca surat al kaafirun dan rakaat ke dua membaca surat al ikhlas. 5. Niat umrah:
ك عُ ْمَرة َ لَبَّ ْي
(labbaika umratan artinya: Kusambut panggilanMu untuk melaksanakan umrah). 4
6. Kemudian membaca talbiah sampai ke makkah/mesjid haram, disunahkan laki-laki dengan suara nyaring (bukan teriak) dan wanitanya lirih, sengan lafadz sebagai berikut:.
َّ ، ك ِّع َمةَ لَك َ يك لَك لَبَّ ْي َ ك ََل َش ِر َ لَبَّ ْي، ك َ ك اللَّ ُه َّم لَبَّ ْي َ لَبَّ ْي ْ ْح ْم َد َوالن َ إن ال يك لَك َ ْك ََل َش ِر َ َوال ُْمل Labbaika allahuma labbaika, labbaika laa syariikalaka labbaika, innal hamda wan ni'mata laka wal mulka laa syariika laka". ("Ku sambut panggilan-Mu untuk melaksanakan Umrah. Ku sambut panggilan-Mu ya Ilahi, Ku sambut panggilanMu, Ku sambut pangggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, Ku sambut panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, ni'mat dan kerajaan adalah milk-Mu, tiada sekutu bagi-Mu").
Catatan tentang pakaian ihram: Pelaksanaan Ihram Ihram dalam bahasa arab berasal dari kata:
َح َرَم يُ ْح ِرُم إِ ْح َر ًاما ْ أyang maksudnya
menjadikan ia haram, misalnya dalam shalat apabila seseorang memulai takbiratul ihram maka ia seolah-olah dengan rela hati mengharamkan apa-apa yang sebelum takbiratul ihram itu halal. Contohnya seperti makan dan minum halal. Tetapi kalau seseorang memulai takbiratul ihram, maka seolah-olah dia dengan rela hati mengharamkan atas dirinya padahal sebelum takbiratul ihram halal baginya. Pakaian Ihram o Pakaian Ihram Pria Pakaian ihram pria terdiri dari 2 helai kain berwarna putih. Satu helai kain melilit tubuh mulai dari pinggang hingga dibawah lutut di atas mata kaki. Sehelai lainnya untuk menutup tubuh bagian atas. Pria tidak boleh menggunakan pakaian yang berjahit, bertenun, celana (polos), kemeja, tutup kepala. Catatan Penting: Memakai kain ihram harus menutup kedua belah pundak. Membuka pundak sebelah kanan hanya disunnahkan ketika Thawaf pertama kali datang di Mekkah o Pakaian Ihram Wanita Semua jenis pakaian untuk wanita boleh dipakaian, yang penting adalah menutup aurat kecuali muka dan telapak tangan. Memakai kaos kaki, karena ada yang berpaham kaki merupakan bagian dari aurat wanita. 5
Gambar berpakaian ihram di miqat masjid Bir Ali untuk laki-laki (jamaah kajian Islam & Sains “Bhima Sakti”)
Gambar berpakaian ihram di miqat masjid Bir Ali untuk wanita (jamaah kajian Islam & Sains “Bhima Sakti”)
4.2. Pelaksanaan Umrah (rukun ke II sampai dengan IV) Dari miqat bir ali, jamaah umrah akan dibawa ke Mekah dengan bus untuk melaksanakan rukun umrah lainnya yakni: tawaf, sa‟i dan tahalul. Selama dalam perjalanan tersebut maka semua larangan dalam ihram tetap berlaku sehingga harus benar-benar mendapatkan perhatian. Setelah sampai di Mekah biasanya jama‟ah akan dibawa ke pemondokan (hotel) untuk menurunkan barang bawaan 6
dan keperluan lainnya. Harap diperhatikan dengan sungguh-sungguh bahwa apapun yang diatur oleh panitia seperti menyangkut kamar hotel, makan dan minum, serta akomodasi serta transportasi lainnya harap diterima dengan ikhlas agar tidak terjadi perdebatan (jidal) atau permusuhan yang akan membatalkan ibadah umrah tersebut. Tawaf (rukun kedua) Ketika anda masuk ke masjidil haram untuk bertawaf dan dalam keadaan suci dahulukan kaki kanan dengan membaca: Allahumaftah lî abwâba rohmatika (“Ya Allah bukakan bagiku semua pintu RahmatMu.”). Kemudian berjalan dengan tenang dan khusuk sambil membaca talbiyah. Ketika melihat Kabah berdoalah sejenak dengan membaca: Allahumma zid hâdzal baita tasyrîfan wa ta’dzîman wa takrîman wa mahabatan wa zid man syarrafahu wa karamahu mimman hajjahu wa’tamarahu tasyrîfan wa ta’dzîman wa takrîman wa birran (“Ya Allah tambahlah kehormatan, kebesaran, kemuliaan dan kemegahan rumah ini. Tambahkan pula kehormatan, kebesaran, kemuliaan dan kebaikan bagi yang telah menghormati dan memuliakan rumahMu dari orang yang berhaji dan umrah.”) (HR. Syafi‟i dan lainnya). Setelah itu berdoalah menurut keinginan anda. Setelah dekat dengan ka‟bah untuk bertawaf jangan lupa untuk menyelempangkan pakaian atas di bawah ketiak kanan, sedang yang kiri tetap diatas pundak kiri (Berittiba’). Carilah posisi di depan hajar aswad untuk memulai thawaf. Bila dekat dengan hajar aswad maka kecuplah, namun bila jauh cukup dengan menghadaplah ke arah hajar aswad dan beri isyarat dengan tangan kemudian kecuplah (semacam cium jauh) seraya membaca takbir:
ِ بِس ِم اهلل اَهللُ أَ ْكبَر ْ “Bismillaahi Allahu Akbar (“Dengan menyebut nama Allah, Allah Yang Maha Besar”). Setelah itu menghadap ke kanan sehingga Ka‟bah berada di sebelah kiri kita, dan mulailah thawaf mengelilingi Ka‟bah sebanyak 7 kali. Pada tiga putaran pertama disunahkan berlari kecil (ramal). Ketika mengelilingi kabah, tidak ada doa yang wajib dibaca. Namun, anda dapat membaca tahmid, hamdalah, tahlil, dan takbir sebagai berikut:
7
ِ ْح ْم ُد لِلَّ ِه َوَلَ إِلَهَ إَِلَّ اهللُ َواهللُ أَ ْكبَ ُر َ ُس ْب َحا َن اهلل َوال Subhaanallaah, Walhamdulillaah, Wa Laa Ilaaha Illallaah, Wallaahu Akbar (“Maha Suci Allah, Segala Puji Bagi Allah, Tiada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar”). Lakukanlah istilam (sentuh) Hajar Aswad setiap ahir putaran kemudian mengecupnya. Jika tidak mampu, cukup dengan isyarat tangan dari jauh sambil menyebut:
ِ بِس ِم اهلل اَهللُ أَ ْكبَر ْ kemudian kecup tapak tangan tanpa membunyikan suara kecupan tersebut. Begitu juga sunat istilam (sentuh) rukun Yamani tetapi tidak dengan mengecupnya. Jika tak mampu, disunatkan isyarat dengan tangan dari jauh tanpa kecup tapak tangan tersebut, sambil menyebut:
ِ بِس ِم اهلل اَهللُ أَ ْكبَر ْ Dari Hajar Aswad ke Hajar Aswad terhitung 1 putaran (Lampiran Gambar 2 dan Gambar 3). Disunnahkan pada putaran 1 hingga 3 untuk berthawaf sambil berlari-lari kecil (ramal) bagi laki-laki dan berjalan cepat bagi wanita. Pada saat berada di antara 2 rukun yakni Yamani dan Hajar Aswad disunahkan untuk membaca:
ِ ِ ِ اب النَّا ِر َ َربَّنَا آتنَا ِِف الدُّنْيَا َح َسنَة َو ِِف اآلخَرةِ َح َسنَة َو قنَا َع َذ
(“Ya Allah limpahkanlah kepada kami kebaikan di dunia dan juga kebaikan di akhirat, serta jagalah kami dari adzab api neraka”).
*Catatan: Jamaah disarankan hanya melakukan isyarat dengan tangan pada kedua tempat tersebut (hajar aswad dan rukun yamani). Jika mahu mengecup hajarul aswad, dapat dilakukan di luar waktu tawaf rukun tersebut. Tawaflah dengan tawaduk dan khusyuk.
8
Gambar tawaf di ka’bah dimulai dari hajar aswad 7 kali (jamaah kajian Islam & Sains “Bhima Sakti” Malang) Selesai tawaf kemudian menuju maqam Ibrahim untuk melakukan shalat sunah. Lakukan shalat dua raka'at di belakang makam Ibrahim atau agak jauh dari tempat tersebut jika hal itu mungkin. Apabila tidak mungkin karena untuk jalannya orang tawaf, maka lakukanlah di tempat lain di dalam Masjid. Pakaian yang tadinya idhthiba dilepas dan selimutkan ke badan kemudian shalat sunnat dua raka‟at. Rakaat pertama membaca alFatihah dan al-Kafirun, rakaat kedua membaca al-Fatihah dan al-Ikhlas. Sesudah shalat berdo‟alah menurut keinginan anda. Sebagai catatan: Do’a di depan pintu ka’bah termasuk tempat yang multazam, jadi mintalah dengan berendah diri dan sungguh-sungguh kepada-Nya (bukan ke ka’bahnya).
Gambar shalat dan berdoa di maqam Ibrahim menghadap pintu ka’bah. 9
Selesai shalat, disunahkan pula untuk minum air zam-zam secukupnya, tariklah nafas tiga kali untuk merasakan kenikmatan Allah dan berkahnya, kemudian usaplah kepala, muka dan dada, bacalah dengan menghadap ke ka‟bah:
ِ َ ُاَللَّه َّم إِنِّي أَسأَل ِ ِ ِ اء ِم ْن ُك ِّل َداء ْ ُ ً ك علْماً ناَفعاً َوِرْزقاً َواسعاً َوش َف Allahumma innii as-aluka „ilman naafi‟an wa rizqon waasi‟an wa syifaa-an min kulli daain (Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepadaMu ilmu yang bermanfaat, rejeki yang luas dan kesembuhan dari setiap penyakit). (HR. Al-Haakim).
Tempat minum air zam-zam sebelum sa’i
Sa’i (rukun ketiga) Kemudian keluarlah menuju Safa, naik ke bukit shafa dengan niatan untuk melakukan sya‟i sesuai dengan firman-Nya (2:158): “Sesungguhnya Safa dan Marwah adalah sebahagian dari syi`ar Allah. Maka barang siapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-`umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sai antara keduanya. Dan barang siapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui”. Perlu dicatat bahwa ayat ini bukan merupakan do‟a untuk sya‟i. Dalam melakukan sya‟i tidak ada do‟a khusus kecuali niat saja akan sya‟i.
10
Gambar perjalanan sa’i dari Safa ke Marwa pp. 7 kali (jamaah kajian Islam & Sains “Bhima Sakti” Malang) Naiklah ke atas bukit safa‟ kemudian menghadaplah ke Ka'bah, bacalah tahmid serta takbir tiga kali sambil mengangkat kedua tangan, dan bacalah do'a serta ulangilah setiap do'a tiga kali dan ucapkanlah:
ُ َللَاُ أَ ْك َبر- ُ َللَاُ أَ ْك َبر- َُللَاُ أَ ْك َبر ْك لَه َ الَ إِل َه إِالَّ للَاُ َوحْ دَ هُ الَ َش ِري . ٌْئ َق ِديْر ُ لَه ْالم ُْل َ ك َولَه ْا ٍ لح ْم ُد َوه َُو َعلى ُك ِّل َشي آلاِل َه إِالَّ للَا ُ َوحْ دَ هُ أَ ْن َج َز َوعْ دَه .اب َوحْ دَه َ ص َر َعبْدَه َو َه َز َم ْاألَحْ َز َ و َن Allahu Akbar (3x). Laa Ilaaha Illallahu Wahdahu Laa Syariikalah, Lahul Mulku Walahul Hamdu Wahuwa ‟Alaa Kulli Syai‟in Qodiir. Laa Ilaaha Illallahu Wahdah, Anjaza Wa‟dah, Wanashoro ‟Abdah, Wahazamal Ahzaaba Wahdah (“Allah maha Besar (3x). Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya, milikNya segala kekuasaan, segala puji bagiNya, Dialah Yang Maha Kuasa atas segalanya, Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, Dia memenuhi janjiNya, Dia yang menolong hambaNya, Dia sendiri yang mengalahkan musuhNya”. *Kemudian boleh dilanjutkan dengan doa apa saja yang diinginkan. 11
Kemudian turunlah dan lakukanlah Sa'i Umrah sebanyak tujuh kali putaran (Lampiran Gambar 4) dengan berjalan cepat diantara tanda hijau, dan berjalan biasa sebelum dan sesudah tanda tersebut, kemudian naiklah anda ke atas Marwah, dan bacalah tahmid dan takbir tiga kali apabila mungkin, sebagaimana yang anda lakukan di Safa. Dalam Tawaf atau Sa'i, tidak ada bacaan dzikir wajib yang khsusus untuk itu. Akan tetapi dibolehkan bagi yang melakukan Tawaf atau Sa'i untuk membaca dzikir dan do'a atau bacaan Al-Qur'an yang mudah baginya, dengan mengutamakan bacaan-bacaan dzikir dan do'a yang bersumber dari tuntunan Rasul s.a.w.
Do’a pada setiap naik bukit Safa dan Marwa menghadap Ka’bah (jamaah kajian Islam & Sains “Bhima Sakti” Malang) Tahalul (Rukun keempat) Bila anda telah selesai melakukan Sa'i, maka cukurlah dengan bersih atau pendekkan rambut kepala anda (tahalul); sedangkan bagi wanita hanya mengunting beberapa helai rambut sepanjang ruas jari saja. Ketika mencukur rambut mulailah mencukurnya pada bagian sebelah kanan kepala dan berdoa: Allâhummaghfir lil muhalliqîna wa lil muqoshirîn “Ya Allah, ampunilah orang yang bercukur (gundul) dan yang bergunting.” 12
Dan setelahnya dapatlah ditutup dengan permohonan berikut:
Artinya: "Ya Allah jadikanlah untuk setiap helai rambut (yang aku gunting) cahaya pada hari kiamat." Mencukur rambut boleh dilakukan oleh siapa saja, anak kecil ke orang tua atau sebaliknya, istri kepada suaminya atau sebaliknya. Hendaknya wanita dipotong oleh muhrimnya. Untuk laki-laki disekitar masjidil Haram terdapat tukang cukur profesional dan anda dapat membayarnya sekitar 10 Riyal hingga bersih (dikenal dengan istilah Plontos). Anjuran cukur bersih atau gundul tersebut sesuai dengan hadist nabi sbb: Ibnu Umar ra Meriwayatkan Bahwasannya Rasulullah Saw Usai Tahallul Dengan Bercukur Berdoa, "Ya Allah Rahmati Orang Yang Mencukur Gundul Kepalanya…!" Beliau Saw Mengulanginya Hingga Tiga Kali. Lalu Ada Seorang Sahabat Yang Bertanya, "Bagaimana Dengan Orang Yang Hanya Memangkas Rambutnya Saja?" Maka Rasulullah Saw Berdoa, "Ya Allah Juga (Rahmati) Orang Yang Memangkas Rambutnya." Hadits Muttafaq Alaihi.
Gambar tahalul sebagai penutup rukun umrah diutamakan untuk memotong bersih rambut (gundul-plontos) atas dasar hadist nabi (jamaah kajian Islam & Sains “Bhima Sakti” Malang)
13
Penutup Dengan demikian selesailah Umrah anda dan selanjutnya anda diperbolehkan melakukan hal hal yang tadinya menjadi larangan. Pergunakan waktu anda bukan hanya untuk ibadah mahdah saja (seperti shalat) namun juga manfaatkan untuk ibadah ghairi mahdah seperti berkenalan dengan bangsa lain, shoping untuk melihat keragaman produk komoditas bangsa lain, rekreasi ketempat bersejarah untuk menghormati jasa perjuangan pendahulu kita, mengenal peradaban bangsa Arab seperti cara berkebun kurma, peternakan, keluarga; dan masih banyak kajian lain yang perlu disimak dengan benar. Perlu dicatat bahwa dari waktu shalat ke shalat berjamaah di masjid, baik Nabawi maupun Masjidil Haram waktunya tertentu, maka gunakan untuk menambah pengetahuan agama dengan diskusi antara sesama yang dibimbing oleh mutawif Pusat Kajian Islam & Sains “Bhima Sakti” (lihat Gambar).
Studi ke Islaman di kebun kurma agar mengenal pengetahuan lain.
14
Diskusi pengetahuan di hotel tempat tinggal (jamaah kajian Islam & Sains “Bhima Sakti” Malang)
Studi tempat wukuf di Arafah dengan sentralnya di jabal Rahmah
15
Foto bersama di hotel Zam-zam tower tempat menginap (jamaah kajian Islam & Sains “Bhima Sakti” Malang)
Shoping bagi jamaah merupakan rangkaian ibadah bermasyarakat (jamaah kajian Islam & Sains “Bhima Sakti” Malang) 16
Lampiran Gambar
Gambar 1. Lokasi miqat untuk ibadah haji dan umrah
Gambar 2. Cara putaran dalam tawaf
17
Gambar 3. Keterangan bagian ka‟bah. Ket.: 1. Hajar aswad, 2. Pintu ka‟bah, 3. Pancuran emas, 4. Syazarawan, 5. Hijir ismail, 6. Multazam, 7. Maqam ibrahim, 8. Rukun hajar aswad, 9. Rukun yamani, 10. Rukun syami, 11. Rukun iraqi, 12. Kelambu ka‟bah (kiswah), 13. batas permulaan tawaf (berwarna cokelat).
Gambar 4. Cara putaran dalam sya‟i
18