Dinamika Kebidanan
vol. 2 no.2 Agustus2012
HUBUNGAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF PADA BAYI SAAT USIA 0-6 BULAN DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI KOTA SEMARANG Tatik Indrawati Erny Rolys Aenti*) *)Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang Korespondensi:
[email protected]
ABSTRAK ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa cairan atau makanan padat apapun kecuali vitamin, mineral atau obat dalam bentuk tetes atau sirup sampai usia 6 bulan. Sangat disayangkan kebiasaan pemberian ASI eksklusif di Indonesia terutama di Jawa Tengah mengalami penurunan dimana pemberian ASI eksklusif hanya 37,44% dan kota Semarang hanya 20,06%. Penelitian ini termasuk kompetensi bidan dalam memberikan asuhan kebidanan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi baru lahir dan anak balita sehat dengan menggunakan rancangan cross sectional dan termasuk jenis penelitian historis.Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai bayi usia 712 bulan pada bulan Januari 2012 di BPM Kota Semarang yang berjumlah 65 orang, sedangkan sampel dalam penelitian ini berjumlah 40 dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer. Data diolah dengan langkah editing, scoring,coding, entry, tabulating dan analisis data. Pada analisis secara univariat variabel didistribusikan dengan masing-masing proporsi, sedangkan analisis secara bivariat digunakan uji fisher axact test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya yaitu sebanyak 27 (67,5%) responden dibandingkan yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 13(32,5%). Sebagian besar responden bekerja yaitu sebanyak 28(70%) responden dibandingkan yang tidak bekerja sebanyak 12 (30%) responden. Hubungan antara status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan secara statistik bermakna, dengan p value sebesar 0,000. Saran yang dapat diberikan kepada ibu menyusui baik yang bekerja maupun yang tidak bekerja hendaknya memberikan ASI eksklusif kepada bayinya mengingat begitu pentingnya pemberian ASI eksklusif . Kata Kunci
: status pekerjaan ibu, pemberian ASI eksklusif
PENDAHULUAN Dalam meningkatkan cakupan ASI ekslusif, World Health Organization (WHO) dan United Nations Childrens Fund (UNICEF) tahun 2002 merekomendasikan : inisiasi menyusu dini pada satu jam setelah kelahiran, memberikan secara eksklusif kolostrum kepada bayi, menghindari makanan atau minuman lain sebelum pemberian ASI pada masa awal kehidupan bayi, ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan bayi dan
1
Dinamika Kebidanan
vol. 2 no.2 Agustus2012
memberikan nutrisi makanan tambahan yang hygienis setelah umur 6 bulan. Sedangkan dukungan
politis
dari
pemerintah
antara
lain,
SK
menteri
Kesehatan
No.
450/MenKes/SK/IV/2004 mengenai pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan. Dan telah dicanangkannya GNPP-ASI (Gerakan Nasional Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu) pada tahun 1990. Bahkan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) dalam program APN (Asuhan Persalinan Normal) telah menetapkan 58 langkah yang mana Inisiasi Menyusu Dini masuk dalam urutan prosedur tetap seorang bidan dalam melakukan pertolongan persalinan (Aprllia, 2009). Menurut Human Development Report tahun 2010 Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia yaitu 31 per 1000 Kelahiran hidup, mengalami penurunan dibandingkan tahun 2009 sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup, tetapi angka ini masih tergolong tinggi dibandingkan AKB di Negara lain kawasan ASEAN (Fatmawati, 2010). AKB di Jawa Tengah tahun 2009 sebesar 10,25 per 1000 kelahiran hidup meningkat dibandingkan tahun 2008 sebesar 9,27 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB Kota Semarang tahun 2010 sebesar 16,82 per 1000 kelahiran hidup mengalami penurunan dibandingkan tahun 2009 sebesar 18.59 per 1000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, 2009) Apabila dibandingkan dengan target Indonesia Sehat 2010 AKB 40 per 1000 dan Millenium Development Goals (MDG’s) tahun 2015 yaitu 23 per 1000 kelahiran hidup maka AKB Provinsi Jawa Tengah dan kota Semarang sudah melampaui target. Tetapi AKB Kota Semarang masih lebih tinggi dibandingkan dengan AKB Jawa Tengah (Dinkes Kota Semarang, 2010). Di Jawa Tengah tahun 2007 dari 314.254 bayi yang diberi ASI eksklusif hanya 93.096 ( 27,35%) meningkat pada tahun 2008 dari 562.427 bayi yang diberi ASI eksklusif
1
Dinamika Kebidanan
vol. 2 no.2 Agustus2012
hanya 162.900 ( 28,96%) dan tahun 2009 dari 340.373 bayi yang diberi ASI eksklusif sebanyak 136.862 (40,21%), sedangkan pada tahun 2010 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu dari 484.165 bayi yang diberi ASI eksklusif hanya 181.247 (37,44%). Di Kota Semarang tahun 2009 cakupan ASI eksklusifnya sebesar 24,63% mengalami penurunan pada tahun 2010 yaitu 20,06%. Angka ini dirasakan masih sangat rendah dibandingkan dengan target pencapaian ASI eksklusif tahun 2010 sebesar 80% (Dinkes , 2009). Bekerja menuntut ibu untuk meninggalkan bayinya pada usia dini dalam jangka waktu yang cukup lama setiap harinya. Penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim (2000), menunjukkan bahwa lama waktu pisah dengan bayi memiliki pengaruh negatif terhadap kelangsungan pemberian ASI. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Irawan (1996) di Semarang, proporsi pemberian ASI eksklusif oleh ibu bekerja sebanyak 16,9%, dan ibu yang bekerja berisiko 4,62 kali untuk tidak memberikan ASI eksklusif dibandingkan ibu yang tidak bekerja. (Rahardjo, 2004). Di Pusksmas Bulu Lor cakupan pemberian ASI eksklusif pada tahun 2010 sebesar 24,48% meskipun lebih besar dari cakupan Kota Semarang , tetapi cakupan ini masih sangat rendah dibandingkan target 2010 yaitu 80%. BPM Ny.Etty Endrawati merupakan wilayah kerja Puskesmas Bulu Lor, dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan melalui wawancara terhadap 10 orang ibu yang mempunyai bayi berumur 7-12 bulan di BPM Ny. Etty Endrawati didapatkan 9 ibu bekerja di luar rumah tidak memberikan ASI eksklusif (90%), dan 1 ibu rumah tangga memberikan ASI eksklusif pada bayinya (10%).
1
Dinamika Kebidanan
vol. 2 no.2 Agustus2012
Dari latar belakang tersebut penulis ingin meneliti hubungan Status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi saat usia 0-6 bulan di BPM NY. Etty Endrawati. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional .Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai bayi usia 7-12 bulan pada bulan Januari 2012 di BPM Ny.Etty Endrawati yang berjumlah 65 orang. Sampel dari penelitian ini 40 bayi. Teknik Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pemberian ASI eksklusif Distribusi frekuensi responden berdasarkan Pemberian ASI eksklusif dapat dirangkum dalam tabel berikut ini. Tabel. 1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pemberian ASI eksklusif Pemberian Asi Ekslusif
Jumlah
%
Diberikan ASI Eksklusif
13
32,5
Tidak diberikan ASI Eksklusif
27
67,5
40
100
Total
Berdasarkan tabel di atas diperoleh informasi bahwa sebagian besar responden tidak memberikan ASI eksklusif yaitu sebanyak 27 (67,5%) dibandingkan yang memberikan ASI eksklusif hanya 13 (32,5%).
1
Dinamika Kebidanan
vol. 2 no.2 Agustus2012
2. Status Pekerjaan Ibu Distribusi frekuensi responden berdasarkan status pekerjaan ibu Tabel. 2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan status pekerjaan ibu Status Pekerjaan Ibu Jumlah % Bekerja 28 70 Tidak bekerja 12 30 Total 40 100 Berdasarkan tabel di atas diperoleh informasi bahwa sebagian besar responden bekerja yaitu 28 (70%) orang dibandingkan yang tidak bekerja 12(30%) orang. 3. Hubungan status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi saat usia 0-6 Bulan di BPM Ny. Etty Endrawati Jalan Surtikanti X No 1 Kota Semarang. Berdasarkan hasil tabulasi hubungan status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi saat usia 0-6 bulan di BPM Ny. Etty Endrawati Jalan Surtikanti X No 1 Kota Semarang diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel. 3 Hubungan status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi saat usia 0-6 bulan di BPM Ny. Etty Endrawati Jalan Surtikanti X No 1 Kota Semarang Pemberian ASI Eksklusif Status Pekerjaan Ibu
Diberikan
Total
Tidak Diberikan
N
%
N
%
N
%
Bekerja
4
14,3
24
85,7
28
70
Tidak bekerja
9
75
3
25
12
30
Total
13
32,5
27
67,5
40
100
p value = 0,000
expect count less than 5 = 25%
1
Dinamika Kebidanan
vol. 2 no.2 Agustus2012
Berdasarkan table 4.3 di atas menunjukkan bahwa dari 28 (70%) ibu bekerja, bayinya yang diberikan ASI eksklusif sebanyak 4 (14,3%) dan yang tidak diberikan ASI eksklusif sebanyak 24 (85,7%). Dan dari 12 (30%) ibu tidak bekerja, bayinya yang diberikan ASI eksklusif sebanyak 9 (75%) dan yang tidak diberikan ASI eksklusif sebanyak 3 (25%). Uji statistik Chi square tidak memenuhi syarat untuk digunakan menganalisis hubungan status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di BPM Ny. Etty Endrawati Kota Semarang karena terdapat ecpected value kurang dari 5 > 20% yaitu sebesar 25%, untuk itu digunakan uji fisher axact test dengan tingkat kepercayaan 90% didapatkan p value = 0,000. Karena nilai p value lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka Ha diterima dan H0 ditolak berarti ada hubungan antara status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di BPM Ny. Etty Endrawati Kota Semarang. B. Pembahasan 1.
Pemberian ASI eksklusif Proporsi pemberian ASI eksklusif pada penelitian ini adalah sebesar 32,5%, dan yang tidak diberikan ASI eksklusif sebesar 67,5%. Menurut Purwanti (2004), pemberian ASI eksklusif adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan. Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2009), pemberian ASI eksklusif sebesar 33,7%, dan yang tidak diberikan ASI eksklusif sebesar 66,3% hal ini dilkarenakan beberapa faktor yaitu pendidikan ibu, pengetahuan ibu, status pekerjaan ibu, tempat persalian, penolong persalinan,
1
Dinamika Kebidanan
vol. 2 no.2 Agustus2012
dukungan keluarga, pengaruh iklan dan sosial budaya yang memberikan makanan tambahan selain ASI kepada bayi baru lahir termasuk pemberian air putih. 2.
Status pekerjaan Ibu Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebagian besar responden bekerja yaitu sebanyak 28 (70%) dibandingkan yang tidak bekerja sebanyak 12 (30%). Ini sesuai dengan pendapat Anoraga (2009) bahwa kehadiran kaum wanita dalam dunia kerja besar manfaatnya dan perlu. Sebagai partner kaum pria, tidak hanya di rumah tapi juga dalam bekerja dengan menyalurkan potensi dan bakat-bakat mereka. Kemajuan dan peningkatan kaum wanita yang sangat pesat di dunia kerja, tetapi bagaimanapun mereka juga adalah ibu rumah tangga.
3.
Hubungan Status Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Saat Usia 0-6 Bulan. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi saat usia 0-6 bulan di BPM Ny. Etty Endrawati Jalan Surtikanti X No 1 Kota Semarang. Dapat dilihat pada tabel hasil penelitian bahwa dari 28 ibu bekerja hanya 4 (14.3%) yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya sedangkan 12 ibu yang tidak bekerja 9 (75%) memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nuryanto (2002) dalam Lestari menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif dan menunjukkan bahwa ibu yang bekerja mempunyai resiko 1,16 kali untuk menghentikan pemberian ASI eksklusif dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Marzuki (2004) dalam Lestari juga mengemukakan bahwa proporsi pemberian ASI eksklusif pada ibu tidak bekerja (28,4%) lebih besar dibandingkan ibu yang bekerja (20,0%).
1
Dinamika Kebidanan
vol. 2 no.2 Agustus2012
Bekerja menuntut ibu untuk meninggalkan bayinya pada usia dini dalam jangka waktu yang cukup lama setiap harinya, lama waktu pisah dengan bayi memiliki pengaruh negatif terhadap kelangsungan pemberian ASI. Kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja serta cuti yang kurang memadai bagi para ibu yang bekerja menyebabkan turunnya kesediaan menyusui dan lamanya menyusui.
SIMPULAN 1. Pemberian ASI eksklusif di BPM Ny. Etty Endrawati lebih banyak yang tidak memberikan ASI eksklusif sebesar 27 (67,5%) dan yangmemberikan ASI eksklusif hanya 13 (32,5%). 2. Status pekerjaan ibu di BPM Ny. Etty Endrawati sebagian besar bekerja yaitu sebesar 28 (70%) dan yang tidak bekerja sebesar 12(30%). 3. Ada hubungan antara status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di BPM Ny. Etty Endrawati Kota Semarang. Dengan nilai p value 0,000, dimana nilai p value lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05). KEPUSTAKAAN Afifah, 2008. Pengaruh Iklan Terhadap Pemberian Susu Formula (http://www.Susu formula. Co. id). 25 Oktober 20011. Ahira, Anne. Definisi Bayi Dalam Psikologi (http://www.anneahira.com/definisi-bayi.htm). 20 Oktober 2011. Anoraga, Panji. 2009. Psikologi Kerja. Jakarta : Rineka Cipta. Aprilia, Yesie. 2009. Analisis Sosialisasi Program Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif Kepada Bidan. Tesis Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Minat Manajemen Kesehatan Ibu dan Anak Universitas Diponogoro.
1
Dinamika Kebidanan
vol. 2 no.2 Agustus2012
Depkes, Hukor. Undang-Undang RI Tahun 2003 (www.hukor.dewpkes.go.id). 28 September 20111.
Tentang
Ketenagakerjaan.
Djamil, Syamsul. 2008. Kamus Terbaru Bahasa Indonesia. Surabaya : Reality Publisher Dinkes. 2009. Profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Semarang : Dinkes. Fatmawati, Yeni Angka Kematian Bayi di Indonesia Masih Tinggi (www.kabarbisnis.com). 21 Desember 2010. Fikawati, Sandra dan Syafiq, Ahmad.2010. Makara, Kesehatan. Kajian Implementasi dan Kebijakan Air Susu Ibu Eksklusif dan Inisiasi Menyusu Dini di Indonesia, 14 : 17-24. Fk.Undip/RS Dr.Kariadi. 2004. Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu dan masalah laktasi. Semarang : Fk.Undip/RS Dr.Kariadi. Hartato. 2009. Penelitian Historis (Sejarah) (http://www.penalaran-unm.org). 20 Oktober 2011 Hidayat, A. Aziz Alimul. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika. Hullyana, Melliana. 2003.Perawatan ibu pasca melahirkan. Jakarta : Puspa Swara. Lestari, Dian. 2009. Factor Ibu Bayi yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia Tahun 2007 ( Analisis Survey Demografi Kesehatan Indonesia 2007). Skripsi FKM UI. Lestari,Endah Puji. 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian ASI Eksklusif dengan Praktik Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi usia 7-12 Bulan. KTI Akbid Abdi Husada. Linkages. 2002. Pemberian ASI Eksklusif atau ASI saja : Satu-satunya Sumber Cairan yang dibutuhkan Bayi Usia Dini. (http://www.Linkagesproject.org). 14 Oktober 2011. Mansyur, Herawati. 2009. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika. Marimbi, Hanum. 2010. Tumbuh Kembang, Status gizi, dan Imunisasi Dasar Pada Balita. Yogyakarta : Nuha Medika Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. . 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Purwanti, Sri Hubertin. 2004. Konsep Penerapan ASI eksklusif. Jakarta : EGC. Rahardjo, Setiyowati dan Purnamasari, Dyah Umiyarni. 2004. Pemodelan Kuantitatif Untuk Analisis Factor Penentu Praktik Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Bekerja. Jurusan Kesehatan Masyarakat FKIK Universitas Jendral Soedirman Purwokerto. 1
Dinamika Kebidanan
vol. 2 no.2 Agustus2012
Roesli, Utami. 2005. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Trumbus Agriwidya Siregar, Arifin. 2004. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI oleh ibu Melahirkan. Skripsi Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara. Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Suradi, Ruliana. 2004. Manajaemen Laktasi. Jakarta : Program Manajemen Laktasi Perkumpulan Perinatalogi Indonesia.
1