eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2016, 4 (1) 117-128 ISSN 2477-2623, ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id © Copyright 2016
DINAMIKA HUBUNGAN DIPLOMATIK ANTARA KANADA-IRAN Patmawati Ariani1 Nim. 1002045175 Abstract Diplomatic relations between Canada and Iran is a mechanism that made Canada and Iran agree on how to interact with each establishing diplomatic missions and sending diplomatic representatives. Diplomatic relations were established between the two countries since 1955, in practice, full of dynamics in each period. It is closely related to difference in perspective between the two countries, which then create the atmosphere of diplomatic relations deteriorated then hostile. By applying diplomatic relations concept, this research will discuss in more detail how diplomatic relations between Canada and Iran during the reign of Mohammad Khatami-Paul Martin and Mahmoud Ahmadinejad-Stephen Harper. Keywords : Dynamics of diplomatic relations, Canada-Iran, Khatami-Paul Martin, Ahmadinejad-Stephen Harper. Pendahuluan Telah menjadi sesuatu hal yang wajar apabila menjalin sebuah hubungan akan mengalami dinamika hubungan baik yang semakin menunjukkan sebuah peningkatan, penurunan atau bahkan pasang surut. Dalam hal ini, hubungan yang berjalan tidak lancar seringkali terjadi pada hubungan diplomatik yang dijalin antara dua negara yang berbeda sudut pandang seperti, Kanada dan Iran. Untuk tetap eksis dalam dunia internasional dan menjalankan sebuah kepentingan nasional maka, Kanada dan Iran menjalin sebuah hubungan diplomatik pada tahun 1955. Iran mendirikan misi diplomatik di Ottawa pada tahun 1956 dan Kanada membangun misi diplomatik di Teheran pada tahun 1959. Dilanjutkan kembali hubungan pendekatan antara kedua negara seperti, kunjungan Syah ke Kanada pada tahun 1965 dan 1967 serta kunjungan Roland Michener, Gubernur Jenderal Kanada ke Iran pada tahun 1971. Hingga tahun-tahun berikutnya, kedua negara melakukan pengembangan hubungan komersial dengan hampir seribu pekerja Kanada dan kontraktor di Iran (Government of Canada, 30 November 2013).
1
Mahasiswa Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email:
[email protected]
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 4, Nomor 1, 2016:117-128
Seiring dengan pengembangan hubungan yang cukup terbilang baik, pada tahun 1979 terjadi Revolusi Islam Iran dengan memunculkan figur bernama Ayatulloh Ruhollah Khomeini yang berhasil menggeser kedudukan Syah dan menjatuhkan dinasti Pahlevi yang penuh budaya Barat akibat persekutuannya dengan AS. Pasca revolusi tersebut, hubungan Iran dengan sekutu Barat menjadi tegang dan mempengaruhi pula hubungan diplomatik antara Kanada-Iran yang menjadi tidak stabil. Hingga terjadinya peristiwa Canadian Caper, hubungan tidak stabil tersebut akhirnya memburuk dengan ditandainya aksi penutupan kantor Kedubes Kanada di Teheran pada tahun 1980 (Tempo, 23 Februari 2013). Pada tahun 1988, Kanada dan Iran menormalisasi hubungan diplomatik yang sempat putus. Kanada membuka kembali kantor Kedubesnya yang berada di Teheran dan pada tahun 1996, sepakat untuk saling bertukar duta atau diplomat. Selanjutnya, keduanya menjalin hubungan kerjasama di berbagai macam sektor seperti, politik, ekonomi, perbankan, industri, kesehatan dan lain-lain akan tetapi, untuk mengatur hubungan politik dan ekonomi Kanada dalam hubungan diplomatiknya dengan Iran, Kanada menerapkan Controlled Engagement Policy (CEP). Meskipun hubungan Kanada-Iran sempat merenggang, sepanjang tahun 1990-an Iran terbukti mampu sebagai mitra perdagangan utama paling penting bagi Kanada di kawasan Timur Tengah (The Global Review, 23 Februari 2013). Memasuki era modern, terjadi peralihan kekuasaan di Iran maupun Kanada. Peralihan masa pemerintahan Mohammad Khatami ke Mahmoud Ahmadinejad sebagai Presiden Iran serta peralihan masa pemerintahan Paul Martin ke Stephen Harper sebagai PM Kanada ternyata, justru mempengaruhi hubungan diplomatik antara Kanada dan Iran yang mulai membaik. Ditambah lagi dengan program nuklir Iran yang terus dijalankan serta tindak pelanggaran HAM Iran yang semakin meningkat mengakibatkan hubungan diantara keduanya menjadi memburuk. Hingga tepat pada tanggal 7 September 2012, Stephen Harper akhirnya memberi keputusan terhadap pemerintah Ahmadinejad untuk memutuskan hubungan diplomatik Kanada terhadap Iran. Melihat hubungan diplomatik yang dijalin antara Kanada dan Iran seringkali mengalami kerumitan, penelitian ini selanjutnya akan membahas bagaimana dinamika hubungan diplomatik Kanada-Iran pada masa pemerintahan Mohammad Khatami-Paul Martin dan Mahmoud Ahmadinejad-Stephen Harper pada periode 2003-2012. Kerangka Dasar Teori dan Konsep Hubungan Diplomatik Menurut Sumaryo Suryokusumo, diplomasi adalah kegiatan politik dan merupakan bagian dari kegiatan internasional yang saling berpengaruh dan kompleks dengan melibatkan pemerintah dan organisasi internasional untuk mencapai tujuan-tujuannya, melalui perwakilan diplomatik atau organ-organ lainnya (Sumaryo Suryokusumo, 2004 : 54).
118
Dinamika Hubungan Diplomatik Kanada - Iran (Patmawati Ariani)
Dalam : “Konvensi Wina 1961 mengenai Hubungan Diplomatik”, para diplomat dianggap sebagai corong dari pemerintahannya dan saluran resmi komunikasi antara negara pengirim dan penerima. Menurut Konvensi Wina 1961 tersebut, pembukaan hubungan diplomatik antar negara-negara dilakukan harus dengan persetujuan negara yang akan menjalin hubungan diplomatik, setelah persetujuan diplomatik disetujui, kemudian dibuka perwakilan tetap diplomatik kedua negara. Menurut Columbus dan Wolfe, suasana dalam hubungan diplomatik dapat mempengaruhi penentuan sikap sebuah negara : (Soeprapto, R. 1997 : 206) 1. Suasana Hubungan Diplomatik Baik Kokohnya hubungan antara kedua pemerintah dan rakyat menunjukkan bahwa hubungan diplomatik antar kedua negara berada dalam keadaan baik. Dalam keadaan ini biasanya terjadi saling memberi imbalan berupa bantuan di bidang ekonomi dan militer, pemberian dana, peminjaman dana, pertukaran pelajar dan hubungan positif lainnya. 2. Suasana Hubungan Diplomatik Memburuk Dengan memburuknya hubungan diplomatik, pertukaran diplomatik menjadi kurang lancar dan tindakan-tindakan diplomatik mencerminkan adanya kekecewaan propaganda kecurigaan yang dirancang untuk mempengaruhi rakyat dan kelompok oposisi pemerintahan tuan rumah dengan maksud memisahkan pemerintah yang tidak disenangi oleh rakyat. Pemerintah yang tidak menyukai pemerintah negara lainnya kemungkinan akan melakukan sanksi-sanksi seperti sanksi ekonomi atau embargo dan boikot perdagangan. 3. Suasana Hubungan Diplomatik Bermusuhan Dengan adanya permusuhan antara kedua negara, para diplomat akan mengganti gaya kooperatifnya dengan melancarkan propaganda-propaganda. Jika hal ini terus berlanjut, maka kedua negara akan mengurangi bahkan menarik misi diplomatik mereka dan tidak menutup kemungkinan akan terjadi perang diantara kedua negara tersebut. Dalam suasana perang ini nantinya akan ada negosiasi secara langsung atau ada pihak ketiga yang bersifat netral untuk mendamaikan kedua negara yang terlibat perang. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang memaparkan secara jelas mengenai dinamika hubungan diplomatik antara Kanada-Iran pada masa pemerintahan Mohammad Khatami-Paul Martin dan Mahmoud AhmadinejadStephen Harper. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dengan menggunakan literatur buku-buku dan sumber dari internet. Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis data kualitatif.
119
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 4, Nomor 1, 2016:117-128
Hasil Penelitian Kanada dan Iran merupakan kedua negara yang menjalin hubungan diplomatik dengan menjadikan pemilihan umum sebagai sarana dalam terwujudnya sebuah peralihan masa pemerintahan. Akan tetapi, peralihan masa pemerintahan di Kanada pada era baru berbeda dengan peralihan masa pemerintahan di Iran. Tepatnya pada tahun 2003, peralihan masa pemerintahan di Kanada dari Perdana Menteri Kanada sebelumnya, Jean Chretien ke masa pemerintahan Paul Martin terjadi tanpa melalui penyelenggaraan pemilu. Paul Martin secara resmi ditunjuk sebagai PM Kanada selanjutnya atas pengunduran diri dari Jean Chretien pada tanggal 12 Desember 2003. Kedua negara masing-masing juga memiliki politik luar negeri yang berbeda dalam kebijakan luar negerinya. Secara historis, kebijakan luar negeri Kanada selalu terfokus pada keamanan manusia, perdamaian, dan multilateralisme. Hingga pada masa pemerintahan Perdana Menteri Paul Martin dan Stephen Harper, kebijakankebijakan pemerintah Kanada tidak lepas dari ketiga konsep permasalahan tersebut. Seperti kebijakan luar negeri Paul Martin yang telah konsisten untuk menyuarakan dukungannya terhadap peningkatan peran Kanada dalam upaya kemanusiaan di seluruh dunia khususnya dalam melindungi warga negara dari pelanggaran hak asasi manusia terutama di negeri para Mullah, Iran. Pada masa pemerintahan Stephen Harper, kemanusiaan, kebebasan dan demokrasi arah Human Security lebih difokuskan pula kepada keamanan manusia di Republik Islam Iran. Dalam pidatonya di Majelis Umum PBB pada tanggal 27 September 2012, Stephen Harper menyatakan bahwa ideologi yang dianut Republik Islam Iran merupakan ideologi berbahaya yang mengancaman demokrasi dan kebebasan. Ia juga menuding pemerintah Iran telah melanggar hak-hak warga negara dan menilai keberadaan Iran sebagai ancaman keamanan di dunia. Hal ini diperjelas lagi oleh pihak Amnesty International yang menyatakan bahwa, Iran tercatat sebagai salah satu negara di dunia dengan presentasi tingkat tindakan pelanggaran HAM tertinggi disetiap tahunnya (VOA, 8 Juni 2015). Sementara di Iran, sejak terjadinya Revolusi Islam Iran, politik luar negeri yang diperkenalkan Ayatulloh Ruhollah Khomeini silam diartikan sebagai langkah awal dalam menghadapi maraknya serangan hegemoni Barat di Iran. Hal ini menjadikan politik luar negeri yang dijalankan oleh Presiden Mohammad Khatami dan Presiden Mahmoud Ahmadinejad selanjutnya juga terfokus kepada keinginan untuk menghadapi imperialisme asing lainnya pada masa itu yaitu, Kanada. Pasalnya pasca terjadinya revolusi, Kanada merupakan salah satu negara sekutu terdekat AS yang seringkali mengintervensi Iran ditengah isu nuklirnya. Pada awal masa pemerintahan Khatami, arah politik luar negeri Iran berubah menjadi konsiliasi. Khatami ingin berusaha mempertemukan pihak yang berselisih dengan mencapai persetujuan dan menyelesaikan perselisihan bersama dibandingkan harus berbenturan dengan negara lain yang cukup memiliki peran serta pengaruh di dunia. Khatami semata-mata mencoba untuk mengurangi ketegangan hubungan antara Iran dengan negara Barat terutama terhadap pemerintah Kanada yang selama ini cenderung tidak stabil. Untuk mengurangi ketegangan yang terjadi, Khatami
120
Dinamika Hubungan Diplomatik Kanada - Iran (Patmawati Ariani)
merencanakan untuk memperbaiki hubungan internasionalnya terlebih dahulu melalui pendekatan politik luar negeri Iran berdasarkan pendekatan reformis yang dianutnya yaitu, dengan mereformasi politik dalam urusan internal dan pengurangan pengambilan kebijakan luar negeri. Berbeda halnya pada masa pemerintahan Presiden Mahmoud Ahmadinejad. Dengan aliran Konservatif, kebijakan luar negerinya cenderung terhadap pengembalian nilai revolusi dan nilai Keislaman yang hilang. Kebijakan luar negerinya sama sekali tidak mengandung unsur konsiliasi khususnya terhadap negara-negara sekutu Barat. Bahkan pemikirannya terhadap kebijakan politik Iran bersifat radikal dan tanpa kompromi terutama mengenai kebijakan program nuklir Iran. Menurutnya, cara untuk mengakhiri dominasi dan hegemoni Barat di Iran, umat Islam harus mengejar berbagai ketertinggalannya di segala bidang terutama di bidang teknologi nuklir. Ia ingin menciptakan Iran sebagai model pemerintahan yang maju, modern, dan Islami dengan pengupayaan agar Iran dapat menjadi kebangkitan Islam berdasarkan kepada kebudayaan Islam yang murni. Adapun hal pendukung lainnya yang ikut mempengaruhi suasana hubungan diplomatik antara Kanada dan Iran selama ini dan untuk selanjutnya ialah sejumlah peristiwa penting sebelum masa pemerintahan masa pemerintahan Khatami-Paul Martin dan Ahmadinejad-Stephen Harper yaitu, Revolusi Islam Iran dan Canadian Caper. Pada tanggal 11 Februari 1979, terjadi sebuah Revolusi Islam Iran dengan berdirinya Republik Islam Iran dan berakhirnya kekuasaan monarki absolut Dinasti Pahlevi. Dengan menggerakkan kekuatan rakyatnya, dinasti tersebut berhasil diruntuhkan dan posisi Syah digantikan oleh seorang pemimpin spiritual tertinggi di Iran yaitu Ayatulloh Ruhollah Khomeini. Khomeini diharapkan dapat membawa perubahanperubahan dalam negeri Iran yang sebelumnya Iran sangat kental dengan sekularisasi dan westernisasi yang dilakukan oleh Syah (Noor Arif Maulana, 2003 : 3). Peristiwa ini kemudian membuat Iran anti terhadap Barat terutama hubungan diplomatiknya dengan Kanada yang menjadi tidak stabil. Sementara peristiwa Canadian Caper adalah Penyelamatan rahasia yang dilakukan pemerintah Kanada terhadap enam diplomat AS yang berhasil melarikan diri dari sanderaan para demonstran Iran di kantor Kedutaan Besar AS di Teheran. Tepatnya pada tanggal 4 November 1979, duta besar Kanada, Ken Taylor bersama staf lainnya berkoordinasi dengan CIA memberi bantuan berupa pemalsuan paspor terhadap Iran agar keenam diplomat tersebut dapat pergi meninggalkan Iran. Atas perstiwa tersebut, pada tahun 1980 bukan hanya kantor Kedubes AS yang tutup akan tetapi, kantor Kedubes Kanada di Teheran juga ikut ditutup sebagai aksi protes pemerintah Kanada terhadap pemerintah Iran. Hal ini mengakibatkan hubungan diplomatik antara Kanada dan Iran menjadi memburuk. Berikut secara garis besar dinamika hubungan diplomatik Kanada dan Iran pada dua periodisasi kebijakan pemerintah Kanada dan Iran periode 2003-2012.
121
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 4, Nomor 1, 2016:117-128
Dinamika Hubungan Diplomatik antara Kanada-Iran Pada Masa Pemerintahan Mohammad Khatami-Paul Martin Menurut Columbis dan Wolfe, suasana dalam hubungan diplomatik dapat mempengaruhi penentuan sikap suatu negara. Hal ini sama halnya dengan hubungan diplomatik yang dijalain antara Kanada dan Iran yang masing-masing sikapnya tersebut bisa dalam keadaan suasana hubungan diplomatik baik, suasana hubungan diplomatik memburuk dan suasana hubungan diplomatik bermusuhan. 1. Suasana Hubungan Diplomatik Memburuk Iran yang merupakan salah satu negara Timur Tengah yang telah lama memiliki dan mengembangkan program nuklir sebagai salah satu kebijakan dalam negerinya seringkali mendapat kecaman pelarangan dari para sekutu Barat khususnya, Kanada. Adanya perbedaan persepsi antara Kanada-Iran mengenai kebijakan tersebut mengakibatkan hubungan diplomatik antara kedua negara kerapkali mengalami pasang surut dari tahun ke tahun. Pada masa rezim Syah, program nuklir Iran sangat didukung oleh AS akan tetapi seiring dengan perkembangannya, energi nuklir yang awalnya dinilai berpotensi sebagai sumber energi nuklir, ternyata berpotensi pula sebagai alat yang dapat disalahgunakan menjadi senjata pemusnah massal dan hal inilah yang kemudian menjadi penyebab AS merasa khawatir atas keberadaan program nuklir Iran yang terus dilanjutkan hingga masa pemerintahan Khatami. Dalam perkembangannya, kekhawairan ini kemudian dirasakan pula oleh sekutu Barat lainnya seperti, Kanada dan Israel. Pada bulan Februari 2003, melalui siaran televisi, Khatami mengumumkan mengenai keberadaan fasilitas nuklir Natanz dan lainnya. Sejak saat itu, program dan aktifitas nuklir Iran sontak menjadi pusat perhatian dunia internasional yang lebih intens. Atas kerjasamanya dengan International Atomic Energy Agency (IAEA) dan sesuai dengan perjanjian Non-Proliferation Treaty (NPT) pada tanggal 1 Juli 1968 mengenai perjanjian tujuan pengembangan teknologi nuklir Iran ialah bertujuan damai maka, IAEA secara resmi kemudian melakukan kunjungan inspeksi ke fasilitas-fasilitas nuklir Iran dan membuat protokol tambahan untuk Iran yang ternyata justru ditolak. Ketidaksediaan pemerintah Khatami dan tetap bersikukuh melanjutkan program nuklir Iran dengan berdalih untuk kepentingan sipil sesuai dengan perjanjian tersebut kemudian disambut dengan tekanan-tekanan dari para sekutu Barat terutama, AS. Sejak Revolusi Islam, sekutu Barat seringkali menekan Iran untuk menghentikan program nuklirnya dengan penerapan sanksi unilateral dan membawa isu nuklir Iran ke Dewan Keamanan PBB. Sementara Kanada dibawah pemerintahan Paul Martin pada saat itu, belum menjadi negara yang secara aktif ikut andil dalam penerapan sanksi terhadap Iran atas program nuklirnya tersebut. Akan tetapi, melihat perkembangan nuklir Iran yang terus berlanjut hingga pemerintahan Presiden Khatami dan mengingat insiden penyaderaan diplomat AS di Teheran pada tahun 1979, yang membuat Kanada melakukan protes terhadap Iran dengan menutup Kedubesnya di Teheran, menjadi salah satu penyebab Kanada dan negara-negara Barat lainnya masih enggan untuk memberikan dukungannya terhadap program pengembangan nuklir Iran selama ini.
122
Dinamika Hubungan Diplomatik Kanada - Iran (Patmawati Ariani)
Segala tindakan propaganda kecurigaan dari para sekutu Barat terhadap program pengembangan nuklir Iran yang semakin berkembang seiring dengan pemerintahan Khatami tersebut, mengakibatkan hubungan diplomatik antara Kanada-Iran pada masa pemerintahan Khatami dan Paul Martin yang dijalin selama ini senyatanya berubah memburuk. Ketika hubungan kedua negara menjadi kurang lancar dan terdapat tindakan-tindakan yang mencerminkan adanya kekecewaan propaganda kecurigaan, seperti halnya pemerintah Paul Martin terhadap pemerintah Khatami yang seringkali mengatasnamakan isu nuklir Iran sebagai sesuatu hal yang patut ditakuti dunia internasional atas dugaan tujuan nuklirnya yang sebagai senjata pemusnah massal, sudah sepatutnya ditentang sebagaimana upaya pemerintah Paul Martin selama ini terhadap proses penolakan pengembangan nuklir Iran tersebut dapat dikatakan bahwa, Kanada-Iran berada dalam suasana hubungan diplomatik memburuk. 2. Suasana Hubungan Diplomatik Bermusuhan Mengingat pasca Revolusi Islam Iran, peristiwa-peristiwa penting yang seringkali diperankan oleh Iran seperti, penyaderaan 50 orang diplomat AS di Kedubes mereka di Teheran, perang Iran-Irak yang berlangsung 8 tahun (1980-1988), serta pengeluaran fatwa mati kepada Salman Rushdie oleh imam Khomeini atas novel kontroversialnya yang berisi hujatan kepada agama Islam mengakibatkan Iran dalam posisi “musuh bebuyutan” bagi negara-negara Barat khususnya, Kanada dan sekutu terdekatnya AS yang menilai Iran sebagai bagian dari poros kejahatan. Selain mengenai program nuklir Iran yang terus ditentang oleh pemerintah Kanada dan sekutu lainnya, memburuknya hubungan antara Kanada-Iran diperparah lagi oleh tindakan pelanggaran HAM Iran dalam kasus kematian Zahra Kazemi, seorang jurnalis Kanada yang meninggal akibat menerima siksaan di dalam tahanan Evin di Teheran pada tanggal 10 Juli 2003 (Liputan6, 10 September 2014). Hal ini tentu memancing amarah pemerintah Paul Martin atas tindakan pelanggaran HAM Iran terhadap warga negara asingnya yang sepatutnya harus dilindungi. Sebagai bentuk keprihatinan Kanada terhadap Iran atas segala pertentangan Iran dalam pengembangan program nuklirnya, buruknya hak asasi di Iran mengakibatkan pada tahun 2003, Kanada memperketat kebijakan CEP yang sebelumnya pernah diterapkannya pada tahun 1996 silam. Dengan mengatasnamakan isu HAM sebagai sarana Kanada mengecam pemerintah Iran yang seringkali melakukan pelanggaran HAM, situasi Kanada sebagai pihak yang merasa sangat dirugikan membuat Paul Martin menjadi lebih aktif dalam memberikan sebuah kebijakan luar negeri terhadap pemerintah Iran seperti, menarik duta besar Kanada di Teheran, menurunkan hubungan diplomatiknya terhadap Iran, membatasi kontak diplomatik terhadap Iran dan tidak diperkenankannya bagi Iran mengirim duta ke Kanada (CBC News, 10 September 2014).
123
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 4, Nomor 1, 2016:117-128
Keputusan Paul Martin melalui kebijakan luar negerinya terhadap pemerintah Khatami tersebut kemudian mempengaruhi penentuan sikap dan suasana hubungan diplomatik kedua negara. Iran selaku negara demokrasi ternyata telah gagal dalam melaksanakan kemerdekaan setiap hak asasi manusia di negaranya dan tercacat sebagai negara dengan tingkat pelanggaran HAM yang cukup tinggi di dunia. Dalam hal ini, pemerintah Kanada akan terus mengambil tindakan tegas seperti halnya melakukan pengurangan hubungan bahkan menarik masing-masing misi diplomatiknya yang sekaligus menandakan bahwa, hubungan diplomatik antara pemerintah M. Khatami dan Paul Martin berada dalam suasana bermusuhan. Dinamika Hubungan Diplomatik antara Kanada-Iran Pada Masa Pemerintahan Mahmoud Ahmadinejad dan Stephen Harper Melihat sejarah hubungan antara Kanada-Iran pada masa pemerintahan sebelumnya yang pernah memburuk dan bermusuhan, terpilihnya Ahmadinejad pada tahun 2005 sebagai Presiden Iran dan Stephen Harper sebagai PM Kanada pada tahun 2006 juga membuat suasana hubungan diplomatik antara Kanada dan Iran jauh dari kata “baik”. 1. Suasana Hubungan Diplomatik Memburuk Dari masa kepemimpinan mantan Presiden M. Khatami dan PM Paul Martin, hubungan diplomatik Kanada-Iran memang sudah terbilang cukup rumit dan tampak mengalami fluktuatif yang berujung pada suasana hubungan yang bermusuhan ketika dihadapkan pada peristiwa pelanggaran HAM Iran terhadap warga asing asal Kanada. Hal tersebut menjadi pusat perhatian pula oleh pemerintah Stephen Harper yang sangat menjunjung tinggi nilai Hak Asasi Manusia. Atas kasus tersebut, akan sulit bagi pemerintah Kanada untuk percaya terhadap pemerintah Iran khususnya, dalam hal perlindungan warga negara maupun asing. Hal ini pula yang menyebabkan pemerintah Kanada sulit percaya dan menduga bahwa, tujuan pengembangan program nuklir Iran tersebut ialah sebagai senjata pemusnah massal yang akan mengancam Kanada dan dunia internasional. Disamping itu, semenjak program pengembangan nuklir dibawah pemerintahan Ahmadinejad, Iran seolah-olah berubah menjadi sorotan dunia internasional yang lebih intens dari masa sebelumnya, M.Khatami. Menurut Ahmadinejad, teknologi nuklir merupakan hak legal bangsa Iran yang sudah menjadi tuntutan hampir semua rakyat Iran untuk kemajuan Iran dimasa mendatang (David, 2007 : 188). Ahmadinejad juga menegaskan bahwa, program nuklirnya tersebut adalah untuk tujuan damai bukan seperti yang ditakutkan oleh para sekutu Barat selama ini. Terbukti pasca revolusi, tekonologi nuklir Iran harus tetap dalam pengawasan IAEA untuk memastikan kebenaran program nuklir yang bertujuan damai seperti yang selama ini pemerintah Iran ungkapkan.
124
Dinamika Hubungan Diplomatik Kanada - Iran (Patmawati Ariani)
Isu program nuklir Iran semakin memuncak menjadi krisis internasional pada tahun 2005, setelah mengetahui laporan Direktur IAEA kepada Dewan Gubernur yang mengkorfirmasikan niat Iran melanjutkan aktifitas uraniumnya serta temuan-temuan terbaru yang diduga sebagai bahan untuk menciptakan bom atom, membuat pemerintah Kanada semakin memandang Iran sebagai suatu ancaman besar terhadap keamanan dan perdamaian dunia. Isu pengembangan nuklir Iran terus berkelanjutan hingga Januari 2006. Dalam hal ini, Iran tentunya dianggap telah melanggar terhadap aturan-aturan yang telah disepakati sebelumnya. IAEA kemudian memutuskan untuk melaporkan Iran ke Dewan Keamanan PBB. Pada tanggal 11 Juli 2006, DK PBB akhirnya menuntut Iran untuk menghentikan program pengayaan uranium tersebut dan pada 31 Juli 2006, DK PBB menerbitkan Resolusi 1696 yang meminta agar Iran menghentikan semua aktifitas pengayaan uraniumnya dengan memberi kelonggaran waktu hingga tanggal 31 Agustus 2006 dan mengecam akan menjatuhkan sanksi apabila Iran melewati waktu yang telah ditentukan. Presiden Ahmadinejad senyatanya tidak menanggapi Resolusi DK PBB tersebut dengan serius. DK PBB kembali mengeluarkan empat resolusi yaitu, resolusi 1737 tahun 2006, resolusi 1747 tahun 2007, resolusi 1803 tahun 2008, dan resolusi 1829 tahun 2010 yang berisi agar Iran menghentikan proses pengayaan uraniumnya. Senyatanya Ahmadijenad terus saja bersikukuh melanjutkan program nuklirnya demi tujuan damai yang sesuai dengan kesepakatan NPT. Pembangkangan Iran terhadap resolusi yang diberikan memicu Kanada dan sekutu untuk memberikan sanksi tegas pada tanggal 21 November 2011, yang mengajukan penerapan resolusi kembali dibawah Undang-Undang Tindakan Ekonomi Khusus. Sanksi anti-Iran tersebut berupa pelarangan ekspor, investasi dan penahanan warga Iran untuk rekening aset. Sanksi ini diberlakukan setelah IAEA mengeluarkan resolusi prihatin pada 8 November 2011 atas adanya bukti “kredibel” bahwa Iran berusaha untuk membangun senjata nuklir (VOA Indonesia, 18 September 2014) Di samping itu, Kanada menyoroti pula peristiwa aksi penyerangan dan perusakan kantor Kedutaan Inggris di Teheran yang dilakukan oleh ratusan demonstran Iran pada tanggal 29 November 2011. Peristiwa tersebut mendapat kecaman dari kalangan internasional karena Iran dianggap mengabaikan keamanan para diplomat asing di negaranya. Berlanjut pula kepada permasalahan kebenaran holocaust dari Ahmadinejad yang sontak menimbulkan reaksi keras dari pemerintah Israel dan sekutu Barat. Sebagai sekutu terdekat Israel, Kanada menganggap ini sebagai retorika Iran terhadap Israel. Reaksi ini memperkuat persepsi buruk para pengambil keputusan Kanada, AS dan negara-negara Eropa terhadap Presiden Ahmadinejad. Dalam hal ini, nampak suasana hubungan diplomatik yang dijalin antara Kanada-Iran pada masa pemerintahan Mahmoud Ahmadinejad dan Stephen Harper mengalami suasana memburuk. Meskipun seringkali bertolak belakang di dalam proses menjalin hubungan diplomatik akan tetapi, hubungan tersebut tetap dipertahankan keduanya meski tidak pada tingkat yang tinggi.
125
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 4, Nomor 1, 2016:117-128
2. Suasana Hubungan Diplomatik Bermusuhan Pelanggaran Iran selama ini terhadap keamanan internasional, warga negara tetangga atau asing, dan bahkan warga negaranya sendiri mengakibatkan hubungan diplomatik Kanada-Iran yang berada pada suasana memburuk menjadi bermusuhan. Pemerintah Kanada harus terus mengambil tindakan tegas terhadap pemerintah Iran melalui kebijakan luar negerinya yang dikeluarkan oleh Stephen Harper selaku PM Kanada. Tepat pada Jumat, 7 September 2012, dalam acara KTT APEC di Rusia, pemerintah Kanada yang dipimipin oleh PM Partai Konservatif, Stephen Harper dan Menteri Luar Negeri Kanada, John Baird mengumumkan secara sepihak bahwa, Kanada memutuskan hubungan diplomatiknya terhadap Iran. Kebijakan ini merupakan hasil akhir dari beberapa alternatif yang dibuat oleh pemerintah Kanada dengan melihat situasi-situasi hubungan yang semakin krisis dan tidak bisa lagi ditoleransi oleh Kanada. Kecurigaan Kanada pada masa pemerintahan Stephen Harper terhadap salah satu kebijakan pemerintahan Ahmadinejad mengenai program nuklirnya merupakan serangkaian kebijakan luar negeri Kanada yang dikarenakan ideologi politik yang dianut oleh Kanada di bawah Partai Konservatif yang selama ini mengangkat isu perdamaian dan keamanan sebagai dasar kebijakan luar negeri yang dibangun oleh pemerintah yang berkuasa tersebut. Terlihat dari sikap dan tindakan Kanada terhadap Iran yang berubah sejak PM, Stephen Harper dari Partai Konservatif menjabat pada tahun 2006. Orientasi kebijakan luar negeri Kanada selanjutnya menjadi sangat agresif dalam mendukung kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh sekutu terdekatnya, seperti AS dan Israel. Sementara Politik luar negeri Iran pada masa pemerintahan Ahmadinejad cenderung revolusioner dibandingkan pada masa pemerintahan Khatami. Pemimpin Konservatif ini lebih keras dan konfrontatif terhadap sekutu Barat apabila menyangkut permasalahan nuklir Iran yang terus dijalankan. Presiden Ahmadinejad kerapkali bersikukuh untuk memberi perlawanan keras dalam melanjutkan perundingan soal nuklir yang bertujuan damai tersebut. Jika dikaitkan oleh kebijakan luar negeri Kanada dibawah kepemimpinan Stephen Harper yang menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan tujuan kebijakan luar negeri dalam memutuskan hubungan diplomatiknya terhadap Iran, ialah untuk menjamin keamanan dan kelangsungan hidup warga negara dan pemerintah Kanada. Kanada yang memandang pemerintah Iran sebagai ancaman yang paling signifikan bagi perdamaian global dan keamanan di seluruh dunia saat ini, sudah sepatutnya diberi keputusan yang terbaik dengan kebijakan Stephen Harper terhadap pemerintah Ahmadinejad yaitu, pemutuskan hubungan diplomatik Kanada terhadap Iran.
126
Dinamika Hubungan Diplomatik Kanada - Iran (Patmawati Ariani)
Kesimpulan Secara garis besar, dinamika hubungan diplomatik yang fluktuatif antara Kanada-Iran dapat terlihat dari dua periodisasi kebijakan pada masa pemerintahan Mohammad Khatami-Paul Martin dan Mahmoud Ahmadinejad-Stephen Harper. Pada masa pemerintahan Khatami dan Paul Martin, kasus kematian seorang jurnalis Kanada bernama Zahra Kazemi dan penyiaran fasilitas nuklir Natanz oleh Khatami mengakibatkan hubungan diplomatik antara Kanada-Iran yang awalnya telah memburuk berubah menjadi bermusuhan. Kondisi hubungan diplomatik ini pula yang kemudian dialami pada masa pemerintahan Ahmadinejad dan Stephen Harper. Selain permasalahan nuklir Iran yang dianggap mengancam dunia internasional, kekhawatiran pemerintah Kanada juga terfokuskan kepada penolakan pemerintah Iran terhadap hubungannya dengan AS dan retorika Iran terhadap Israel hingga menyangkal tentang kebenaran peristiwa holocaust yang pada akhirnya mempengaruhi Stephen Harper untuk mengambil kebijakan luar negeri yaitu, memutuskan hubungan diplomatik Kanada terhadap Iran. Daftar Pustaka Buku David. 2007. Ahmadinejad. Cilandak Barat, Jakarta Selatan: PT Mizan Publika Maulana, Noor Arif. 2003. Revolusi Islam Iran. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Soeprapto, R. 1997. Hubungan Internasional Sistem, Interaksi dan Perilaku. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada Suryokusumo, Sumaryo. 2004. Praktik Diplomasi. Bandung: BP.IBLAM. Skripsi/Jurnal Wicaksono, Bayu Rama. 2007. Fluktuasi Hubungan Diplomatik Iran-Inggris atas Kasus Salman Rusdhie Tahun 1989-2007. Samarinda: FISIPOL Universitas Mulawarman. Media Internet CBC News, “Zahra Kazemi’s son wins bid to appeal Iran lawsuit case” , http://www.cbc.ca/news/canada/zahra-kazemi-s-son-wins-bid-to-appeal-iranlawsuit-case-1.1314312, diakes pada 10 September 2014 Government of Canada, “Canada-Iran Relation”, http://www.canadainternational.gc.ca/iran/bilateral_relation_bilaterals/canada -iran, diakses 30 November 2013 Liputan 6, “Pengadilan Kasus Kazemi Memperburuk hubungan Iran-Kanada”, http://news.liputan6.com/read/82202/pengadilan-kasus-kazemimemperburuk-hubungan-iran-kanada, diakses pada 10 Sepetember 2014
127
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 4, Nomor 1, 2016:117-128
Tempo.Co, “Kanada Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Iran”, http://www.tempo.co/read/news/2012/09/08/116428165/Kanada-PutuskanHubungan-Diplomatik-dengan-Iran, diakses pada 23 Februari 2013 The Global Review, “Kanada lakukan pemutusan hubungan diplomatik dengan Iran”,http://www.theglobalreview.com/content_detail.php?lang=id&id=9361 &type=15#.USrQx1JGFyx, diakses pada tanggal 23 Februari 2013 VOA, “Amnesty: Angka Hukuman Mati capai Titik Tertinggi dalam 25 Tahun”, http://m.voaindonesia.com/a/amnesty-eksekusi-oleh-negara-capai-tingkattertinggi-dalam-25-tahun/3271382.html, diakses pada tanggal 8 Juni 2015 VOA
128
Indonesia, “PBB: Iran Musnahkan Materi Nuklir http://m.voaindonesia.com/a/pbb-iran-musnahkan-materi-nuklirsensitif/1961695.html, diakses pada 18 September 2014
Sensitif”,