Bambang Indriyanto, Dimensi Pembangunan Karakter dan Strategi Pendidikan
DIMENSI PEMBANGUNAN KARAKTER DAN STRATEGI PENDIDIKAN*) THE DIMENTION OF CHARACTER BUILDING AND EDUCATIONAL STRATEGIES Bambang Indriyanto Pusat Penelitian Kebijakan Balitbang, Kemdikbud Jl. Jenderal Sudirman - Senayan Email:
[email protected] Abstract: The objective of this paper is to identify an educational strategy which promotes character buildings. To achieve the objective, this paper proposes a thesis about two roles of education: transferring and transforming. The previous role emphasizes knowledge transfer which boosts analytical thinking competences, while the later emphasizes inculcating values which promotes affective competences. The character buildings being concerned in this matter are oriented in achieving harmonious life and in coping with future challenges. These two dimensions of character building serve as foundations for maintaining social stabilities and social progresses. They are two factors required by the nation of Indonesia and Indonesians to enter a global competition. This paper suggests that the education strategy which contributes to the two dimensions of character building i.e. orientations on achieving harmonious life and coping with future challenges comprise comprehensive and congruence curriculum missions, objectives, and content; relevant teaching strategy, and comprehensive education evaluation. Keywords: characters, curriculum strategy, teaching strategy Abstrak: Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengidentifikasi strategi pendidikan yang mempromosikan pembangunan karakter. Untuk mencapai tujuan tersebut, tulisan ini mengajukan suatu tesis tentang dua peran pendidikan yakni transfer dan transformasi. Peran transfer menekankan pada penyampaian ilmu pengetahuan yang ditujukan untuk mendukung pengembangan kompetensi berpikir analitis, sedangkan peran transformasi menekankan pada penanaman nilai yang mengembangkan kompetensi afektif. Pembangunan karakter yang menjadi pusat perhatian pada tulisan ini berorientasi pada pencapaian kehidupan yang harmonis dan kemampuan mengatasi tantangan ke depan. Dua dimensi pembangunan karakter ini menjadi dasar untuk memelihara stabilitas kehidupan dan kemajuan kehidupan sosial. Kedua dimensi menjadi syarat bagi Indonesia sebagai suatu bangsa dan bangsa Indonesia untuk memasuki kompetisi global. Tulisan ini mengajukan saran bahwa agar strategi pendidikan dapat memberikan sumbangan terhadap dua dimensi pembangunan karakter tersebut yakni pencapaian kehidupan yang harmonis dan kemampuan mengatasi tantangan ke depan maka strategi pendidikan yang dimaksud meliputi misi kurikulum yang komprehensif dan saling berkaitan dengan tujuan dan isi; strategi pengajaran yang relevan, dan penilaian pendidikan yang komprehensif. Kata kunci: karakter, strategi kurikulum, strategi mengajar
Pendahuluan
perhatian, yaitu kekhawatiran dan harapan. Ke-
Pada tahun-tahun terakhir ini pendidikan karakter
khawatiran terutama berkenaan dengan adanya
menjadi pusat perhatian tidak hanya di kalangan para
dekadensi moral dengan berbagai indikator. Harapan
pendidik, pengambil kebijakan pendidikan, dan
berkenaan dengan peran sumber daya manusia untuk
pengamat pendidikan, melainkan juga kalangan
mendukung pertumbuhan ekonomi. Sumber daya
politisi. Di samping itu, kalangan yang lebih luas juga
manusia sebagai pendukung pertumbuhan ekonomi
memberikan perhatian pada masalah pendidikan
suatu negara tidak hanya pada kompetensi melainkan
karakter.
juga karakter. Keduanya termaktub dalam konsep
Pusat perhatian pada pendidikan karakter dari
profesionalisme.
kalangan yang berbeda menunjukkan dua dimensi *)
Diterima tanggal 2 Pebruari 2012 - dikembalikan tanggal 28 Pebruari 2012 - disetujui tanggal 1 Maret 2012
21
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 1, Maret 2012
Kecenderungan yang terjadi pada akhir-akhir ini
Not everyone, however, shares this anxiety.
menunjukkan kedua pusat perhatian tersebut
Millions sleep walk their way through their lives
memerlukan penanganan secara proporsional dan
as if nothing had changed since the 1930’s, and
bersamaan. Kenapa demikian? Harmonisasi kehidup-
as if nothing ever will. Living in what is certainly
an sosial dalam satu kesatuan sosial baik dalam
one of the most exciting periods in human
bentuk informal seperti rukun tetangga, maupun
history, they attempt to withdraw from it, to
bentuk formal seperti dalam kesatuan bernegara
block it out, as if it were possible to make it go
menjadi syarat mutlak bagi keberlangsungan suatu
away by ignoring it. They seek a “separate
masyarakat. Harmonisasi kehidupan sosial ini bahkan
peace,” a diplomatic immunity from change”.
menjadi prasyarat bagi pusat perhatian kedua, yaitu
(Toffler, 1970)
pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Perubahan yang cepat memang tidak dapat
Perkembangan dunia yang terjadi saat ini
dihentikan, karena hal itu memang merupakan suatu
menunjukkan adanya keterbukaan. Keterbukaan
fenomena global. Setiap negara dan individu dalam
mempunyai dua implikasi yang saling berkaitan satu
suatu negara harus menyesuaikan dengan perubahan
dengan lainnya yaitu perdagangan dan ideologi politik.
tersebut. Take it or leave it menjadi pilihan yang
Namun, kedua implikasi tersebut terikat oleh satu
tersedia. When you leave it, then you’ll by default
kata kunci, yaitu hegemoni. Tidak dapat dipungkiri
be the losser, when you take it you’ll perhaps be the
bahwa dalam keterbukaan ini terjadi mekanisme
winner, but at least you survive. Pengetahuan yang
Darwinisme, yaitu survival of the fitter. Hal ini tidak
terharui merupakan jawaban untuk dapat beradaptasi
hanya terjadi pada skala makro, yaitu antarnegara
te rhad ap p erub ahan ter sebut. Penge tahuan
dalam tata pergaulan internasional melainkan juga sampai dengan skala mikro, yaitu antarindividual dalam satu kesatuan sosial. Mereka yang cocok dengan sistem yang berlaku tidak akan terdepak keluar dari sistem dan yang unggul (excel) dapat mencapai puncak suatu sistem. Pengertian sistem mempunyai rentang yang panjang, bisa sistem pemerintahan, sistem perusahaan termasuk di dalamnya adalah industri perbankan, mobil, dan bentuk industri lainnya, sistem politik, atau bahkan kelompok sosial yang, dengan meminjam istilah sosiolog Djojodiguno, bersifat patembayan. Pada era tahun 70-an mekanisme Darwinisme telah diantisipasi oleh Alfin Toffler (1970) dalam buku Future Schock. Perubahan yang terjadi begitu cepat
(knowledge) sebagai pendorong dan pendukung (Toffler, 1970) bagi setiap negara dan individu dalam suatu negara untuk masuk dalam kancah perubahan. Produksi pengetahuan menjadi salah satu cara untuk melakukan penyesuaian terhadap perubahan (Rosenberg, 2005). Strategi yang perlu diambil dalam proses reproduksi pengetahuan tidak harus melalui proses penemuan (invention) yang bersifat original, tetapi melalui proses kombinasi dari berbagai pengetahuan yang sudah ada menjadi suatu entitas pengetahuan baru (reinvention). Pendidikan menjadi jawaban, karena pendidikan menjadi arena bagi setiap individu untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan serta mengembangkan kesadaran tentang pentingnya kehidupan harmonis. Kuncinya terletak pada penetapan strategi
yang menuntut pembaharuan kompetensi dan
pendidikan yang bisa menjawab permasalahan
orientasi pada kecepatan yang sama dengan
pembangunan karakter bangsa dan menjawab
perubahan. Secara retorik kondisi ini diilustrasikan
harapan dan meminimalisir kekhawatiran.
sebagai berikut:
Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mencari
Many of us have a vague “feeling” that things
strategi pendidikan yang dapat menjawab kedua
are moving faster. Doctors and executives alike
pusat perhatian berkenaan dengan pembangunan
complain that they cannot keep up with the
karakter. Tesis yang diajukan pada tulisan ini adalah
latest developments in their fields. Hardly a
dua peran pendidikan, yaitu transferring dan
meeting or conference takes place today
transforming. Berdasarkan pada dua peran tersebut
without some ritualistic oratory about “the
beberapa strategi pendidikan dapat diinfer. Namun
challenge of change.” Among many there is an
sebelum membahas kedua peran tersebut, pada
uneasy mood—a suspicion that change is out
bagian awal dari tulisan ini menyajikan dua dimensi
of control.
pembangunan karakter, yaitu penanaman nilai dan orientasi ke depan.
22
Bambang Indriyanto, Dimensi Pembangunan Karakter dan Strategi Pendidikan
Pembahasan pada bagian awal dimaksudkan
pernyataan yang berbeda namun dengan maksud
untuk memberikan gambaran ruang ringkup tentang
yang sama, pendapat tersebut dikemukakan oleh
kedua dimensi pembangunan karakter yang akan
McAuley (2003).
menjadi informasi pre-requiste untuk mengetengah-
Hence, democracy was important as a means
kan tentang peran pendidikan.
of generating responsible government, rather than as a form of providing power for the
Dimensi Pembangunan Karakter
majority.
Kejadian-kejadian yang terjadi pada saat ini seperti
Political representatives must always, therefore,
yang diberitakan oleh media massa baik elektronik
be ‘sensitive’ to the demands of the electorate.
maupun tertulis memberikan gambaran bagaimana
Dengan demikian demokrasi lebih diarahkan
kondisi karakter yang ada. Kejadian seperti ini tidak
untuk menjamin aspirasi masyarakat. Fungsi
hanya terjadi di dalam negeri melainkan juga di luar
pemerintah memfasilitasi aspirasi tersebut untuk
negeri. Pada bagian ini secara elaboratif dibahas
menjamin kemaslahatan mayoritas warga negara
dimensi harmonisasi dan orientasi ke depan.
secara nondiskriminatif. Realitas yang terjadi dengan sistem pemerintahan diktator menaifkan prinsip
Dimensi Harmonisasi
demokrasi. Perjuangan rakyat beberapa negara
Kehidupan harmonis menjadi suatu impian setiap
Timur Tengah untuk menegakkan demokrasi, yang
manusia yang hidup dalam kesatuan sosial. Hanya
kemudian dikenal dengan Arab Spring, memakan
manusia yang mempunyai sikap a-sosial yang tidak
korban dari pihak penguasa dan anggota masyarakat.
mengidam-idamkan kehidupan yang harmonis.
Baik Media Indonesia (21 Oktober 2011) dan Kompas
Namun, realitas sosial yang terjadi di Indonesia dan
(21 Oktober 2011) memberitakan tewasnya
negara lain menunjukkan sebaliknya. Cita-cita
pemimpin Libya diharapkan membawa perubahan ke
kehidupan harmonis menimbulkan kondisi yang
arah demokrasi di negara tersebut, walaupun masih
sebaliknya. Prinsip kehidupan harmonis yang secara
melalui proses rekonsiliasi antarberbagai pihak yang
filosofis mengandung makna yang hakiki dan luhur
panjang dan tentu saja lama.
berubah menjadi konflik ketika berada pada tataran pragmatis.
Proses Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang terjadi di Indonesia dapat memutarbalikkan
Dalam domain politik konsep demokratis
pemahaman tentang demokrasi ketika Pilkada harus
merupakan suatu cara untuk mengartikulasikan
melalui berbagai konflik. Kondisi Pilkada seperti ini
kepentingan individu atau kelompok tertentu dengan
tidak dapat dijadikan indikator demokratisasi
tetap memperhatikan individu dan atau kelompok
berpolitik anggota masyarakat. Setiawan (2010)
lain. Aristoles, dalam pembahasannya tentang
menyatakan bahwa nilai Pilkada yang terjadi sampai
konstusi mengartikan demokrasi sebagai lawan dari
sejauh ini masih rendah. Di samping itu, Pilkada justru
olyga rchy. Dem okrasi le bih meng akomod asi
menumbuhkan oligarki daripada upaya untuk
kepentingan orang banyak (polity) dan olygarchy
mensejahterakan rakyat (Kompas, 20 April 2010).
me ngak omod asi kepe nti ngan kal anga n el it
Ketika demokrasi berkaitan dengan fenomena
(aristocracy). Konsep ini didasarkan pada suatu
hubungan horizontal antar kelompok masyarakat
realilitas kelas sosial yang terdiri dari si kaya dan si
dan berlangsung secara informal, konotasi demokrasi
miskin yang bersifat mutually exclusive. Si kaya
lebih pada solidaritas antarkelompok sosial atau
merupakan kelompok kecil yang eksklusif dan si
antarindividu dalam suatu kelompok sosial. Mengapa
miskin merupakan mayoritas. Namun, Aristoles tidak
demikian, karena dalam solidaritas terdapat proses
menjelaskan lebih lanjut tentang mekanisme
artikulasi kepentingan berbagai pihak terfasilitasi,
bagaimana masing-masing kelompok mengarti-
walaupun tidak melalui prinsip suara mayoritas.
kulasisikan kepentingannya (Fortenbaugh, 2006).
Mekanisme win-win solution dapat mengantar
Pernyataan tentang demokrasi, yang disebarluaskan
kepada saling menghargai satu dengan lainnya. Di
pada abad ke 12 oleh William of Malmesbury, adalah
samping itu, dalam berdemokrasi terdapat pilihan-
vox populi, vox dei (suara rakyat adalah suara Tuhan)
pilihan yang didasarkan pada wisdom (Nuh, 2011).
mengandung pesan bahwa demokrasi berpihak
Kompas (1 Februari 2011) menyajikan judul
kepada kepentingan rakyat banyak. Dengan
“Harmoni di tengah ketidakpedulian” menyajikan
23
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 1, Maret 2012
bentuk kerukunan yang terjadi antara kaum muslim
Fenomena karakter juga dapat terungkap dalam
dengan warga cina di Kelurahan Nelasari, Kota
perspektif ekonomi. Dalam perspektif ekonomi dapat
Tangerang ketika terjadi perayaan Imlek. Kompas
dikatakan bahwa dalam suatu kesatuan masyarakat
(2 Januari 2011) juga menyajikan bahwa suasana
selalu ada proses distribusi barang dan jasa. Proses
demokratis terjadi antaranggota masyarakat yang
distribusi akan berjalan secara harmonis ketika
saling membantu ketika terjadi bencana. Ekspresi
berlangsung berdasarkan prinsip hukum pasar. Titik
demokratisasi dinyatakan dalam kalimat sebagai
equlibrium akan menjadi suatu mekansime yang
berikut:
mengatur permintaan dan pemasokan barang dan
“Bencana ala m ya ng m enim pa W asior,
jasa. Mereka yang mempunyai sumber baik dalam
Mentawai, dan Gunung Merapi tahun lalu
bentuk kompetensi maupun bentuk lain seperti
menyentak rasa kemanusiaan bangsa Indo-
misalnya uang, akan memperoleh barang dan jasa
nesia. Rakyat mengorbankan waktu, tenaga, dan
yang lebih banyak jika dibandingkan dengan mereka
pekerjaan demi membantu korban bencana.
yang mempunyai sumber yang lebih sedikit.
Mereka tidak menunggu publikasi. Mereka hanya
Titik equilibrium menggambarkan kondisi yang
menjalankan ajaran leluhur, saling menolong
adil. Ketika ada salah satu pihak yang terlibat dalam
tanpa pamrih” (Kompas, 2 Januari, 2011).
sistem distribusi barang dan jasa berlaku tidak adil
Uraian di atas menyajikan fenomena demokrasi
maka akan merusak mekanisme hukum pasar.
dalam dua karakter yang berbeda. Di satu pihak
Korupsi merupakan faktor yang merusak mekanisme
demokratis menunjukkan suatu proses artikulasi
untuk menguasai sumber, terutama sumber dana
kepentingan dengan mengabaikan kepentingan pihak
secara adil.
lain (mayoritas). Di lain pihak, demokrasi dapat
Pada beberapa tahun belakangan ini korupsi telah
berlangsung secara harmonis dalam suasana gotong
menjadi suatu kecenderungan terjadi di berbagai
royong tanpa pamrih. Kedua karakter demokrasi tersebut menunjukkan bahwa keduanya meskipun saling bertolak belakang satu dengan lainnya, tetapi keduanya dapat berlangsung secara berdampingan. Dalam domain politik terdapat aspek perjuangan untuk mencapai tujuan. Ketika pencapaian tujuan tersebut dapat dilakukan secara musyawarah dan mufakat maka konflik atau kekerasan dapat diatasi. Sayangnya kedua kondisi tersebut belum dapat terpenuhi, akibatnya yang terjadi adalah kekerasan. Alka (2011) menggambarkan terjadinya kekerasan sebagai berikut: “Terciptanya kekerasan karena ada keinginan yang bisa dicapai melalui jalan dialog. Sehingga, cara yang dilakukan adalah memberontak, merusak hingga membunuh”. Kekerasan tidak hanya terjadi antara kelompok
kalangan. Berkenaan dengan kecenderungan seperti ini Soebagijo dalam harian The Jakarta Post (15 Juli 2011) menulis this couuntry has serious problems and needs serious people to resolve them. The time has come to stop all this nonsense. Uraian di atas memberikan suatu gambaran berbagai kejadian yang mencerminkan karakter. Meskipun masih banyak berbagai fenomena yang menggambarkan berbagai bentuk karakter. Dimensi Orientasi ke Depan Konsekuensi globalisasi adalah persaingan yang semakin terbuka. Ketersediaan sumber alam dan tenaga yang murah tidak cukup untuk mengantarkan suatu bangsa masuk dalam persaingan internasional. Pa radi gma persaing an t elah ber gese r da ri
masyarakat, seperti yang terjadi di Ambon dan
comparative advantages ke competitive advantages.
Jakarta Utara, melainkan juga terjadi di kalangan
Andalan utama pada paradigma yang pertama adalah
pelajar. Kejadian di Ambon terjadi karena kesalah-
ketersediaan tenaga kerja yang relatif murah.
pahaman tentang kematian seorang tukang ojek.
Paradigma kedua mengandalkan pada sumber daya
Kapolda Maluku menyatakan kematian tersebut
manusia yang menguasai teknologi dan ilmu
karena murni kecelakaan lalu lintas (Pelita, 13
pengetahuan. Pertumbuhan negara Cina menjadi
September 2011). Sedang kekerasan di Jakarta
negara industri yang maju merupakan bukti
Utara telah terjadi 21 kali selama sembilan bulan.
kecenderungan pergeseran paradigma. Pada era
Pemicunya diduga karena pemukiman yang padat
sebelum tahun 80-an, Cina disebut sebagai negara
sehingga memudahkann terjadinya friksi antarwarga
tirai bambu karena ketertupannya, masih berorien-
(Kompas, 30 September 2010).
tasi pada comparative advantages, kemudian pada
24
Bambang Indriyanto, Dimensi Pembangunan Karakter dan Strategi Pendidikan
era tahun 90-an sudah bergeser pada paradigma
perdagangan bebas, karena banyak produk pertanian
competitive advantages. Quantum leap pertumbuhan
impor yang masuk ke pasaran domestik (Wicaksono,
ekonomi terjadi menjelang awal tahun 2000-an
2010).
sampai dengan sekarang telah mengambil status
Pengembangan sikap kompetitif menjadi solusi
percaturan dunia tidak hanya di bidang ekonomi tetapi
untuk masuk dalam percaturan dunia sekarang dan
juga teknologi.
di masa depan. Perkembangan ke arah ini terjadi
Dengan mencontoh kemajuan negara-negara
pada dua tingkatan, yaitu tataran kebijakan dan
lain di Asia, seperti Cina, Jepang, dan Singapura,
individual. Pada tingkat kebijakan terjadi di bidang
Indonesia dapat menjadi sejajar dengan negara-
pendidikan dan ekonomi terutama industrialisasi.
negara tersebut. Pembenahan infrastruktur dan
Program-program pendidikan dasar sampai
stimulus ekonomi menjadi modal utama dalam
dengan pendidikan tinggi yang didasarkan pada
mendukung pertumbuhan ekonomi negara Indonesia
peningkatan mutu (dan relevansi) secara spesifik
dan kesejahteraan rakyat. Pembangunan karakter
diarahkan untuk menyiapkan para lulusannya tidak
yang berorientasi ke depan menjadi modal utama
hanya mempunyai kompetensi di bidang akademik,
lainnya. Karakter ke depan merupakan modifikasi dari
melainkan juga siap masuk dalam lapangaan kerja.
konsep need for achievement atau sering disingkat
Taj uk
dengan n-ach dengan karakteristik kemauan tinggi
mengetengahkan kreasi siswa SMK Solo membuat
untuk maju (excel) dan penyesuaian dengan
mobil SUV dengan merek Kiat Esemka. Keputusan
perubahan zaman.
Walikota Solo untuk menjadikan mobil sebagai mobil
r enca na
Kompa s
(4
Januari
201 2)
Dimensi karakter orientasi ke depan membutuh-
dinas walikota dan wakil walikota Solo merupakan
kan kem ampuan untuk bersaing . Di pentas
bentuk apresiasi terhadap karya anak bangsa, dan
internasional, Indonesia telah meratifikasi dua modus
merupakan intervensi kebijakan yang mempunyai
perdagangan internasional, yaitu World Trade
dampak positif untuk meningkatkan motivasi
Organization (WTO) dengan ruang lingkup dunia, dan
berprestasi bagi para siswa SMK. Harian ini juga
Asean Freetrade on Services (AFAS) dengan ruang
melaporkan tentang prestasi siswa SMA di tingkat
li ngkup
terakhi r,
Internasional. Keduanya menunjukkan intensitas
menunjukkan bahwa kerja sama perdagangan
re gional.
Perk emba ngan
kebijakan pendidikan untuk mendukung lulusan
terjalin antara Indonesia dengan Cina melalui
jenjang pendidikan menengah berorientasi ke depan
modalitas ACTA (Asea n – China Free T rade
dengan semangat kompetitif. Harian ini
Agreement).
menyajikan berita tentang para siswa SMA yang
Realitas menunjukkan bahwa perdagangan bebas tidak bisa dihindari oleh negara Indonesia,
juga
berprestasi di kancah Internasional (Kompas, 4 Januari 2012).
bahkan semua negara di dunia. Permasalahan yang
Pada jenjang pendidikan tinggi arah kebijakan
dihadapi adalah kesiapan baik sumber daya manusia
untuk membentuk karakter berorientasi ke depan
maupun berbagai infrastruktur. Secara implisit hal ini
adalah mendorong perguruan tinggi kelas dunia di
dikemukakan berbagai pihak termasuk Wapres.
berbagai program studi, seperti mengikutsertakan
Wapres mengatakan bahwa Indonesia jangan hanya
mahasiswa dalam kompetisi ilmiah dan robot.
sebagai butik impor yang tidak memberikan dampak
Keterlibatan dosen dalam upaya mendukung
bagi pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Oleh
peringkat suatu perguruan tinggi dan dilakukan
karena itu, bukan impor barang tetapi menarik
pelaksanaan penelitian yang mempunyai nilai strategis
investasi agar mempunyai daya dukung terhadap
baik untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di
pertumbuhan ekonomi dalam negeri (Busines
dalam negeri maupun memperkaya khasanah ilmu
Indonesia, 26 Oktober 2011).
pengetahuan secara internasional.
Pernyataan presiden menjadi sangat relevan
Kebijakan pemerintah di bidang ekonomi menjadi
mengingat daya saing bangsa Indonesia di arena
jalan bagi berkembangnya pembentukan karakter
regional maupun yang luas masih belum cukup
yang berorientasi ke depan. Peluncuran Masterplan
kompetitif. Dampak perdagangan bebas belum
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
memberikan dampak positif bagi kesejahteraan
Indonesia (MP3EI) yang diluncurkan oleh Presiden
rakyat Indonesia. Petani masih menjadi korban dari
SBY pada tanggal 27 Mei 2011 merupakan inisiatif
25
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 1, Maret 2012
yang menjadikan kondisi ekonomi makro Indonesia
teater Lima Gunung dari Desa Warangan, Kabupaten
lebih kompetitif dan sehat dan diharapkan dapat
Magelang, provinsi Jawa Tengah berhasil menembus
mendukung pengembangan industri kecil seperti
dunia dengan kesenian tradisional yang mereka
home industry, industri menengah, dan terutama
kembangkan secara kreatif. Keanggotaan Kelompok
industri besar. Berkembangnya industrialisasi dengan
Lima Gunung adalah para petani dengan pendidikan
implementasi kebijakan ini, juga diharapkan dapat
yang bervariasi, namun bukan lulusan pendidikan
mendukung pembentukan karakter bangsa Indonesia
tinggi. Pagi hari mereka sibuk dengan profesi mereka
mempunyai visi ke depan yang lebih kompetitif.
yang sebenarnya yaitu sebagai petani. Kegiatan
Realisasi MP3EI dilakukan melalui tiga strategi.
kesenian mereka dimulai setelah “jam kerja”. Namun,
Pertama, mengembangkan potensi daerah melalui
setiap tahun mereka mengambil langkah berani dan
enam koridor ekonomi. Kedua, memperkuat hubung-
kreatif, yaitu mengadakan Festival Lima Gunung. Dari
an nasional baik secara lokal maupun internasional.
sini mereka melanglang buana keluar negeri (Kompas,
Ketiga, mempercepat pengembang teknologi dan ilmu
20 April 2010).
pengetahuan. (http:// ekonomi.inilah.com/read/
Kewirausahaan di kalangan pemuda juga di
detail/ 1344352/ tiga-strategi-pembangunan-
bidang makanan. Reza Nurhilman, pemuda asal
ekonomi).
Bandung, berhasil menyulap keripik singkong menjadi
Strategi yang pertama direalisasikan melalui: 1)
komoditi beromzet ratusan juta rupaih. Bahan
koridor Sumate ra d enga n konsentrasi pa da
dasarnya adalah singkong. Sentuhan kreativitas
pengolahan hasil bumi serta lumbung energi nasional;
dilaksanakan dengan meramu singkong dengan
2) koridor Jawa sebagai pendorong industri dan jasa
berbagai tingkatan kepedasan dan cara pemasaran
nasional; 3) koridor Kalimantan sebagai pusat
yang tidak konvensional melalui jaringan maya
produksi dan pengolahan hasil tambang dan lumbung
(twitter). Dengan cara ini konsumen dapat dijangkau
energi nasional; 4) koridor Sulawesi sebagai pusat
secara luas dalam waktu singkat dengan biaya yang
produksi dan pengolahan pertanian, perkebunan,
minimal (Media Indonesia, 17 Maret 2011). Jiwa
serta hasil perikanan nasional; 5) koridor Bali – NTT
kewirausahaan para pemuda Indonesia tidak hanya
sebagai gerbang pariwisata dan pendukung pangan
pada sektor-sektor tradisional seperti makanan,
nasional; dan 6) koridor Maluku memusatkan pada
tetapi juga merambah pada sektor modern, yaitu
pengolahan sumber daya alam yang melimpah dan
animasi. Hal ini telah dibuktikan oleh Wahyu Aditya
SDM yang sejahtera (Seputar Indonesia, 27 Mei
pendiri Hello Motion Academy yang dapat meng-
2011).
hasilkan omzet milliaran rupiah, dengan memproduksi
Pada tingkat individu, karakter berorientasi ke
film-film animasi (Republika, 10 Maret 2011).
depan telah mulai terbentuk. Jika orientasi ke depan berkaitan erat dengan jiwa wirausaha maka
Strategi Pendidikan
kecenderungan ini tidak hanya terjadi pada mereka
Penyajian di atas menunjukkan bahwa karakter
dengan kualifikasi pendidikan tinggi, melainkan juga
merupakan suatu bagian dari kepribadian dari setiap
pada mereka dengan kualifikasi pendidikan relatif
individu yang berdasarkan perwujudan upaya. Upaya
rendah. Dalam konteks ini wirausaha tidak hanya
tersebut merupakan hasil dari proses pendidikan
dalam bidang perdagangan, melainkan juga dalam
dalam arti luas. Hasil pendidikan tersebut berujung
bid ang seni . Da lam rubr ik sosok Kom pas
pada kompetensi berpikir, kompetensi bersikap, dan
menampilkan Herlambang Bayu Aji yang menyajikan
kompetensi bertindak atau meminjam terminologi
pertunjukan wayang kulit di Festival Die Nachte Des
taksonomi Bloom hasil pendidikan meliputi aspek
Ramadan, Berlin, Jerman Barat pada awal Agustus
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
2011. Pertunjukkan ini menjadi menarik penonton
Seperti yang dinyatakan di atas pembahasan
warga Jerman Barat yang tidak pernah mengetahui
tentang peran pendidikan, pada bagian ini, didasarkan
pertunjukan wayang, karena dua hal. Pertama iringan
pada tesis bahwa peran pendidikan meliputi peran
musik digarap secara kontemporer dan cerita yang
transferri ng dan p eran transformi ng. Per an
diangkat adalah adalah cerita yang sudah populer di
transferri ng me neka nkan pada peni ngka tan
kalangan warga Jerman Barat yaitu Kalif Storch (Raja
kemampuan kognitif. Dalam transferring peran
Bangau) karya Wilhelm Hauff. Kelompok kesenian
pendidikan mentransfer pengetahuan dari sumber ilmu
26
Bambang Indriyanto, Dimensi Pembangunan Karakter dan Strategi Pendidikan
pengetahuan (guru, buku teks, dan sumber belajar
dalam ketentuan umum Undang-Undang Nomor 20
lainnya) kepada peserta didik sebagai subjek belajar.
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Di lain pihak peran transforming menekankan pada
sebagai berikut:
transformasi nilai-nilai yang terkandung pada berbagai
“Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
mata pelajaran.
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
Setiap mata pelajaran mempunyai muatan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
eksplisit dan implisit. Muatan eksplisit merupakan ilmu
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembe-
pengetahuan yang arahnya meningkatkan kemam-
lajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
puan berfikir peserta didik. Muatan implisit digunakan
tertentu”.
untuk meningkatkan daya sensitivitas peserta didik
Mengingat pentingnya kurikulum sebagai titik
terhadap lingkungan mereka. Misalnya, Matematika
tolak dari kegiatan belajar mengajar, urgensi yang
mengajarkan tentang urutan angka dari angka satu
perlu mendapat perhatian dalam kurikulum adalah
sampai dengan tak terbatas. Secara fisik angka satu
pada misi, tujuan, dan isi dari setiap mata pelajaran
berada pada posisi lebih dulu daripada posisi angka
yang diintegrasikan ke dalam suatu dokumen yang
dua, demikian seterusnya. Angka dua berada pada
disebut kurikulum. Oleh karena itu, misi kurikulum
posisi lebih dulu daripada angka tiga. Kandungan nilai
berkaitan (congruence) dengan target sistem
dari posisi angka ini adalah disiplin dalam mengantri.
pendidikan. Dengan demikian secara agregat isi dari
Mereka yang datang nomor satu harus mendapat
kurikulum merupakan strategi untuk mencapai misi
giliran untuk dilayani lebih dulu dibandingkan dengan
kurikulum.
mereka yang datang pada nomor dua. Demikian juga,
Pada tataran misi dan tujuan, kurikulum memuat
mereka yang datang nomor dua harus mendapat
suatu arah makro tentang tujuan pendidikan. Oleh
pelayanan lebih dulu daripada mereka yang datang
karena itu perumusan tentang misi dan isi kurikulum
pada urutan ke-3.
tidak secara teknis berkaitan dengan mata pelajaran,
Pada mata pelajaran Agama dan Kewarga-
tetapi mempunyai kontekstual lingkungan kebijakan.
negaraan artikulasi dan elaborasi peran transferring
Louisa May Alcot (1832) termasuk dalam kategori
ke transforming relatif lebih eksplisit dibanding pada
pemikir pendidikan meskipun dia bukan ahli dalam
mata pelajaran lainnya seperti Matematika atau IPA.
kurikulum, tetapi pemikirannya tentang kurikulum
Dalam Agama pelajaran menjalankan ibadah sangat
mendapat perhatian dari berbagai kalangan. Hasil
jelas arahnya, yaitu mengajarkan tata cara melaku-
pemikiran tentang kurikulum didasar-kan pada
kan ibadah dan memerintahkan setiap umat
pengalaman kedekatannya terhadap dunia anak.
beragama. Dalam konteks yang berbeda tetapi
Rumusannya tentang kurikulum tidak secara spesifik
dengan tujuan yang sama, pelajaran tentang hak
merujuk pada mata pelajaran. Her curriculum was
kewajiban warga negara dalam mata pelajaran
not academic; it consisted of the complex art of
Kewarganegaraan, tidak hanya menjelaskan definisi
learning to love and survive, despite whatever
dan uraian tentang hak dan kewajiban warga negara
troubles came her daughters’ way, especially her
melainkan juga menganjurkan kepada siswa untuk
own absence (Palmer, 2001).
mengikuti aturan penerapan hak dan kewajiban sebagai warga negara.
Dalam perspektif hermeneutic, kurikulum tidak steril dari kejadian yang terjadi di luar ranah
Meskipun dalam pembahasan berikut dike-
pendidikan. Kondisi politik, sosial, dan perkembangan
tengahkan dua peran pendidikan, tetapi dalam proses
pergaulan internasional menjadi pertimbangan dalam
belajar mengajar tidak terjadi secara berurutan, tetapi
penentuan misi dan isi kurikulum (Slattery, 2006).
terjadi secara bersamaan (simultan). Namun, dalam
Di satu pihak hal ini menjadikan penetapan misi dan
pembahasan dua peran pendidikan tersebut akan
isi kurikulum menjadi kompleks, di lain pihak hal ini
diorganisasi dalam tiga subtopik strategi, yaitu
merupakan keharusan karena pendidikan me-
kurikulum, pengajaran, dan penilaian.
ngantarkan manusia untuk tidak berpola pikir picik (narrow minded). Manusia berpendidikan mempunyai
Strategi Kurikulum
kemampuan analitik terhadap lingkungan sekitar.
Dalam perspektif pedagogis kurikulum menjadi
Dengan kemampuan analitik pemahaman mengapa
“konstitusi” proses belajar mengajar. Hal ini tercermin
suatu kejadian dapat terjadi, bagaimana kejadiannya,
27
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 1, Maret 2012
dan dalam konteks apa kejadian tersebut terjadi
maka berbagai varians dari konsep tersebut seperti
memberikan suatu insight kepada manusia terpelajar
misalnya spritual quotient yang dikemukakan oleh
untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Dengan
para ulama dan tokoh agama, serta financial quotient
kemampuan analitik ini menjadikan setiap manusia
yang diusulkan oleh kalangan perbankan. Baik spritual
dalam menentukan keputusan yang menyeluruh
maup un fi nancial quotient p ada dasarnya
(comprehensive judgment) tentang kehidupan baik
mengkaitkan bagaimana kemampuan intelektual
dalam dimensi harmonis maupun orientasi ke depan.
direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Orang
Pendidikan memang bukan merupakan dogma, tetapi
yang mempunyai pemahaman yang baik di bidang
suatu ajaran yang diterima dan diadopsi berdasarkan
spiritual mempunyai cara yang lebih efektif dalam
nalar melalui suatu komunikasi argumentatif antara
menjalankan kehidupan beragama. Agama tidak saja
pemberi dan penerima. Hasilnya penerima dapat
dianggap sebagai suatu ajaran untuk meningkatkan
menata ulang sistem keyakinannya (Wahyudi, 2011).
keimanan dan ketaqwaan individu kepada Tuhan Yang
Bagi pemberi informasi tentang suatu ajaran,
Maha Esa, tetapi juga sebagai sarana dan dasar untuk
komunikasi ini menjadi umpan balik bagi pengayaan
membina hubungan antarmanusia dalam berbagai
substansi ajaran dan perbaikan strategi penyampaian.
aspek kehidupan (sosial, ekonomi, dan politik).
Misi, tujuan, sampai dengan isi kurikulum
Dalam konteks spiritual quotient agama tentu
berdasarkan pada argumentasi philosophy of
saja tidak dianggap sebagai dogma maka agama juga
experiential education memberikan pengalaman
memberikan aspirasi dan pegangan kepada setiap
kognitif sampai dengan pengalaman bertindak dalam
pemeluknya untuk menentukan orientasi ke depan.
realitas kehidupan sosial yang pasti akan dialami oleh
Perkembangan Bank Syariah, misalnya, merupakan
setiap peserta didik ketika mereka masih dalam
contoh tentang bagaimana spritual quotient
bangku sekolah sampai dewasa. Aliran ini didasarkan
mendasari program perbankan.
pada argumentasi John Dewey yang mengemukakan
Dalam konsep yang berbeda, dengan arah yang
pendapat bahwa pendidikan merupakan suatu proses
sama, financial quotient juga merupakan strategi
agar setiap siswa mempunyai nalar sebagai dasar
untuk mendekatkan kemampuan keuangan yang
untuk bertindak. Hal ini dirumuskan oleh Itin (1999)
dipelajari di lembaga pendidikan dengan perilaku
sebagai berikut: It was insufficient to simply know
efisien dan efektif dalam penggunaan uang. Inisiatif
without doing, and impossible to fully understand
ini telah dimulai oleh Bank Indonesia melalui program
without doing.
pendidikan keuangan. Realisasi program ini adalah
Dengan argumentasi experiential education misi,
program Ayo Menabung dengan sasaran pada saat
tujuan, sampai isi kurikulum diharapkan juga
ini adalah siswa jenjang pendidikan dasar (SD dan
memberikan indikasi dan pedoman baik bagi guru
SMP) dari enam kota ibu kota provinsi, yaitu Medan,
sebagai sumber dari ajaran dan peserta didik sebagai
Bandung, Banjarmasin, Makassar, Surabaya, dan
penerima ajaran untuk mentransformasi ke dalam
Semarang. Sasaran jangka panjang dari program
pengalaman hidup. Proses transformasi, (Hovelynck
pendidikan keuangan tidak hanya menggalakkan
1998) menyebutnya sebagai proses metaphora,
anggota masyarakat untuk menabung melainkan
pokok bahasan setiap mata pelajaran ke dalam suatu
untuk menjadikan masyarakat yang tidak konsumtif.
pengalaman yang dapat menjadi suatu pre-requisite
Implikasinya tidak saja pada akumulasi dana yang
dalam penentuan topik-topik bahasan dari setiap
tersedia pada tingkat individu, melainkan juga pada
mata pelajaran yang dimuat dalam kurikulum yang
tingkat negara. Jika modal selalu tersedia maka akan
berlaku.
mengurangi pinjaman negara.
Sea rah deng an p anda ngan ex peri enti al
Ke depan ketika teknologi informasi, telah
education, sebagai refleksi sekaligus sebagai harapan
menjadi pervasif ke seluruh lapisan anggota masya-
tentang arah hasil pendidikan, perkembangan yang
rakat maka technological quotient akan menjadi
terjadi akhir-akhir i ni menunjukkan adanya
salah satu ukuran keberhasilan pendidikan. Sebagai
“proliferasi” hasil pendidikan yang tidak semata-mata
mana dengan spiritual quotient dan financial quotient,
pada prestasi akademik. Ketika Howard Gardner
technological quotient juga berorientasi pada
keluar dengan konsep emotional quotient yang
keselarasan antara kompetensi di bidang teknologi
dikenal dengan singkatan EQ pada era tahun 80an,
dengan kemampuan menggunakan teknologi secara
28
Bambang Indriyanto, Dimensi Pembangunan Karakter dan Strategi Pendidikan
bijak untuk memfasilitasi kehidupan anggota
3) kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
masyarakat di berbagai bidang.
teknologi; 4) kelompok mata pelajaran estetika; 5)
Ketika teknologi sudah menjadi bagian dari kehidupan anggota masayrakat secara luas, maka
kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.
tekonologi akan menjadi sarana (means) dan sasaran (target) pendidikan. Sebagai sarana, tekno-
Strategi Mengajar
logi memfasilitasi kegiatan belajar mengajar. Terdapat
Untuk menjamin efektivitas implementasi kurikulum,
ungkapan seeing is believing. Jika hal tersebut
peran guru menjadi sentral. Guru merupakan aktor
direfresh dalam konteks pendidikan akan menjadi
yang berdiri di depan kelas dan sebagai pengendali
seeing is learning. Hal ini dapat terjadi karena
kegiatan belajar mengajar di ruang kelas. Kemampu-
teknologi dapat memvisualisasi konsep yang abstrak
an guru dalam menetapkan strategi mengajar
menjadi menjadi realitas yang kongkrit.
menjadi kunci keberhasilan proses belajar mengajar.
Teknologi sebagai tujuan didasarkan pada suatu
Untuk dapat menetapkan strategi mengajar yang
antisipasi bahwa peserta didik, sebagai orang
efektif, pemahaman terhadap misi, tujuan, dan isi
berpendidikan, akan menjadi pengguna aktif teknologi
kurikulum menjadi prasyarat utama.
dengan berbagai variansnya. Teknologi tidak lagi
Diberlakukannya desentralisasi pendidikan
menjadi kebutuhan sekunder, melainkan akan
dengan modalitas Manajemen Berbasis Sekolah
menjadi kebutuhan primer. Praktis berbagai sendi
(MBS) mempunyai implikasi pendelegasian otonomi
kehidupan akan tersentuh teknologi.
pe dagogis kepa da g uru. Dal am k onte ks i ni
Perspektif hermeneutic tidak hanya dapat
pemerintah tidak menentukan kurikulum yang berlaku
dijadikan sebagai dasar dalam memandang misi dan
di setiap sekolah. Mekanisme pemberlakukan
tujuan kurikulum pada tataran makro, melainkan
kurikulum adalah dengan menggunakan pendekatan
juga secara spesifik terfleksi dalam suatu rumusan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dengan
isi yang jelas. Uraian di atas menunjukkan tentang
pendekatan ini, sekolah menentukan kurikulum yang
bagaimana misi, tujuan, dan isi kurikulum berkaitan
akan digunakan. Guru merupakan pihak yang paling
erat dengan pengalaman masa kini dan masa depan.
berwenang untuk menentukan kurikulum yang akan
Kurikulum yang berlaku di Indonesia telah mensyarat-
dipakai pada tingkat sekolah. Peran kepala sekolah
kan adanya cakupan yang komprehensif. Secara
memfasiltasi bagaimana guru mengartikulasikan
universal, misi, tujuan, dan isi kurikulum memuat tiga
kurikulum tersebut ke dalam strategi mengajar dan
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil reviu
memberikan dukungan manajerial kepada setiap guru
kurikulum dari berbagai negara-negara yang
yang mengajar di sekolah tersebut. Dalam hal ini
dilakukan oleh Benavot dan Kames, Et.al. (1991)
peran pemerintah (pusat) meliputi penetapan
menunjukkan bahwa isi kurikulum memuat mata
pedoman yang disebut standar kompetensi lulusan
pelajaran bahasa, ilmu pengetahuan alam, ilmu
dan standar isi; serta memberikan jaminan kualitas
pengetahuan sosial, agama, pendidikan civik,
(quality assurance) bahwa setiap kurikulum yang
pendidikan agama, dan kesehatan, serta estetika.
diadopsi oleh sekolah dapat menjamin mutu
Cakupan isi kurikulum yang berlaku di Indonesia
pelayanan pendidikan di setiap sekolah.
diarahkan untuk mencapai misi dan tujuan sistem
Profesionalisme merupakan kata kunci bagi
pendidikan nasional seperti yang tercantum pada
terlaksananya strategi mengajar. Profesionalisme
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
mempunyai dua komponen, yaitu kompetensi dan
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Tujuan
kom itme n te rhad ap j abat an g uru. Secara
pendidikan mencakup upaya kemampuan untuk
epistimologis kata profesional guru merupakan sikap
berpikir, berperilaku, dan berkreasi. Dalam Pasal 6
yang taat terhadap tugas, yaitu melakukan proses
Peraturan Pemerintah Nomor 19, Tahun 2005
transfer ilmu pengetahuan dan transformasi nilai yang
tentang Standar Nasional Pendidikan dinyatakan
terkandung dari setiap mata pelajaran yang diajarkan.
bahwa isi kurikulum mencakup lima kelompok mata
Dengan kedua proses tersebut, peserta didik
pelajaran sebagai berikut: 1) kelompok mata
mempunyai kemampuan berpikir analitis dan sensiftif
pelajaran agama dan akhlak mulia; 2) kelompok
terhadap lingkungannya.
mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;
29
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 1, Maret 2012
Dalam menetapkan strategi mengajar tersebut,
merupakan kombinasi antara kompetensi yang
guru mendorong dan mendukung setiap peserta didik
pertama dan kedua. Namun, pada kompetensi ketiga
yang menjadi tanggung jawabnya. Ungkapan yang
ini terletak bagaimana memobilisasi sumber belajar
bernuansa memotivasi peserta didik merupakan
yang tersedia di sekolah dengan mempertimbangkan
strategi yang diterapkan untuk menjadikan apa yang
karakteristik peserta didik yang ada di sekolah
diajarkan tidak menjadi dogma dan menyebabkan
tersebut. Dalam konteks ini, penguasaan materi yang
peserta didik putus asa atau frustasi. Salah satu
diajarkan menjadi prasyarat. Bagaimana seorang
contoh ungkapan memotivasi adalah seperti yang
guru dapat memobilisasi sumber belajar jika
dikemukakan oleh Kumar (2004) sebagai berikut:
penguasaan terhadap materi yang diajarkan rendah.
Instead of saying “you are no good in this and
Pemanfaatan sumber belajar hanya relevan dan
therefore you are no good”, we say “ you are good
maksimum jika penguasaan terhadap materi yang
at something: try to develop that”. Dengan bahasa
diajarkan tinggi.
lain, memotivasi peserta didik adalah mengetahui
Dalam praktik di ruang kelas, ketika seorang
kemampuan dan kondisi peserta didik, oleh karena
guru menerapkan strategi mengajar, ketiga kompe-
itu mengetahui apa yang mereka butuhkan untuk
tensi tersebut berlangsung secara simultan dan
dapat mengetahui apa yang dijelaskan oleh guru
berinteraksi secara dinamis. Hal ini menjadikan
(Diekelmann, Smythe: 2004).
suasana belajar mengajar, menjadi dinamis dan
Terdapat dua faktor yang dapat menjadi indikator
menarik bagi peserta didik dengan berbagai
profesionalisme guru dalam menetapkan strategi
karakteristiknya. Seel dan Dijkstra (2004) mengaju-
mengajar, yaitu kompetensi dan komitmen terhadap
kan tiga premises untuk menjelaskan interaksi ketiga
profesi sebagai guru. Terdapat berbagai interpretasi
kompetensi tersebut. Ketiga premises tersebut
berkenaan dengan faktor kompetensi. Pertama ada
meliputi normative premises, factual premises, dan
yang menyebutkan bahwa guru yang kompeten
methodical premises.
adalah guru yang dapat menguasai isi apa yang
Normative premises didasarkan pada suatu
diajarkan oleh guru. Seel dan Dijkstra (2004)
asumsi bahwa setiap proses belajar mengajar selalu
menyebutnya sebagai:
mempunyai prosedur standar dan merujuk pada satu
pedagogical content knowledge, which includes
kurikulum yang mencerminkan kondisi ideal yang
the knowledge about the subject matter with
akan dicapai oleh setiap peserta didik setelah mereka
its substantive structures, and the related
menyelesaikan pendidikannya pada periode tertentu.
curriculum contents as well as the general
Guru dituntut melakukan setiap tahap mengajar
pedagogical knowledge about teaching methods.
mendasarkan diri pada prosedur yang telah
Kedua, kompetensi lebih menekankan pada
ditetapkan oleh sekolah atau menjadi kesepakatan
pemahaman terhadap karakterisitk peserta didik
antarguru dalam satu sekolah. Di samping itu,
sebagai subyek dalam proses kegiatan belajar
seorang guru mempunyai pemahaman tentang
mengajar (Kumar, 2004 dan Hawley, 2010).
standar isi dari kurikulum. Pemahaman terhadap isi
Pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa setiap
kurikulum dapat menjamin terhadap efektivitas
peserta didik, ketika mereka berada dalam ruang
proses tranfer ilmu pengetahuan dan transform nilai
kelas, mempunyai berbagai atribut psikologis yang
yang terkandung pada ilmu pengetahuan tersebut,
menyebabkan mereka mempunyai perbedaan dalam
jika terdapat suatu urutan yang runtut dari isi, ke
kemampuan memahami apa yang dijelaskan oleh
tujuan, sampai dengan misi pendidikan dari suatu
guru. Meskipun konsep yang diajarkan tidak bersifat
sistem pendidikan.
akademis, namun untuk meningkatkan pemahaman
Factual premises berasumsi bahwa materi yang
ketika terjadi proses transferring, latar belakang siswa
diajarkan pada setiap satuan proses belajar mengajar
baik latar belakang sosial maupun psikologis tidak
tidak lepas dari konteks sosial dan psikologis. Konteks
bisa diabaikan, jika efektivitas proses transfer dan
sosial merujuk pada proses penyusunan bahan ajar.
transform menjadi kriteria keberhasilan dalam proses
Setiap bahan ajar disusun berdasarkan pada
mengajar (Hawley, 2010).
rangkaian disiplin ilmu dan dikombinasikan dengan
Ke tiga , kompet ensi da pat meng andung
lingkungan sosial. Dua konteks ini berkaitan dengan
penekanan pada manajemen kelas. Kompetensi ini
konteks psikologis, yakni kondisi peserta didik.
30
Bambang Indriyanto, Dimensi Pembangunan Karakter dan Strategi Pendidikan
Seperti diungkapkan pada pembahasan di atas seeing
sekolah dianalogikan sebagai pabrik yang memproses
is learning. Untuk mendapatkan pemahaman
peserta didik yang belum mempunyai pengetahuan,
maksimum bagi setiap peserta didik terhadap konsep
dan telah mempunyai pengetahuan ketika telah
yang mereka terima ketika mengikuti kegiatan belajar
selesai pada satuan pendidikan tertentu. Pusat
mengajar, setiap perserta didik perlu mengetahui tata
perhatiannya adalah pada nilai tambah. Berdasarkan
urutan (logika) suatu konsep dan dikaitkan dengan
pendekatan input – proses - output maka keter-
konteks kehidupan dia sehari-hari.
capaian hasil pendidikan dikaitkan dengan jumlah
Methodical premises menuntut kemampuan
alokasi sumber dana dan sumber daya manusia. Oleh
seorang guru menentukan cara penyampaian setiap
kerena itu terdapat tiga metode yang digunakan yaitu
konsep dari suatu mata pelajaran dengan cara
cost efficient analysis, cost effectiveness analysis,
mel akuk an e valuasi. Opt imal isasi da ri cara
dan cost benefit analysisis (Windham, 1988). Metode
menentukan metode evaluasi tidak terlepas dari
yang pertama memusatkan pada alokasi dana
normative premises dan factual premises. Pada
seminim mungkin untuk mencapai target yang telah
dasar metode evaluasi adalah mengukur keber-
ditetapkan. Dampak negatif dari metode ini adanya
hasilan pemahaman peserta didik dengan berbagai
kecenderungan untuk menginterprestasikan efisien
karakteristik dengan mempertimbangkan konteks
sama dengan murah. Metode kedua lebih memusat-
sosial dan psikologis ketika proses belajar mengajar
kan pada target yang akan dicapai. Setelah ada
berlangsung pada periode tertentu.
kesepakatan tentang target yang akan dicapai
Dengan merujuk pada penjelasan methodical
kemudian alokasi sumber dana ditetapkan. Metode
premises, pada penjelasan tentang strategi penilaian
ini efektif untuk penentuan target pendidikan pada
berikut akan menekankan pada isi dari penilaian jika
daerah-daerah pedesaan atau terpencil. Pada daerah
proses transfer dan transform yang dapat dijadikan
dengan karakteristik ini pembiayaan pendidikan
dasar untuk membangun karakter dalam konotasi
memerlukan dana yang relatif tinggi. Metode ini
pembangunan harmonisasi dan orientasi ke depan.
dilakukan dengan menetapkan kriteria kemasalahatan bagi peserta didik berdasarkan posisi relatif
Strategi Penilaian
alokasi sumber dana dan daya yang dibutuhkan.
Dalam proses belajar mengajar, penilaian merupakan
Dari sudut pandang sosiologi dan psikologi,
bagian integral dari proses belajar mengajar tersebut.
evaluasi cenderung didasarkan pada kriteria self-
Penilaian merupakan bentuk pertanggungjawaban
efficacy baik sebagai peserta didik, maupun sebagai
dalam akuntabilitas bagi guru dan peserta didik. Bagi
anggota masyarakat. Kriteria ini menekankan pada
guru penilaian merupakan bentuk jawab hasil kinerja
pe ruba han peri laku ya ng d idasarka n pa da
guru dalam mengembangkan dan melaksanakan
kemampuan kognitif setiap inidividu. Diharapkan
tugas mengajar. Bagi peserta didik penilaian
setiap individu dengan kemampuan kognitif yang
merupakan bentuk pertanggungjawaban dalam
tinggi mempunyai perilaku sesuai dengan norma-
mengikuti kegiatan belajar mengajar pada periode
norma yang berlaku pada masyarakat (decent
tertentu. Secara komprehensif pengertian ini
behavior).
dirangkum dalam ketentuan umum Peraturan
Dalam konteks pedagogis, evaluasi diarahkan
Pemerintah Nomor 19, Tahun 2005 tentang Standar
untuk mengukur prestasi akademis peserta didik.
Nasional Pendidikan sebagai berikut:
Evaluasi ini dapat dilakukan oleh sekolah berdasarkan
“Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengen-
waktu yang telah ditetapkan, seperti caturwulan atau
dalian, penjaminan, dan penetapan mutu
semester, atau bahkan bulanan. Untuk mendapatkan
pendidikan terhadap berbagai komponen
hasil yang mencerminkan kemampuan akademis
pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis
maka alat evaluasi harus standar, yaitu sahih dan
pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban
handal.
penyelenggaraan pendidikan”.
Argumentasi di atas memberikan indikasi tentang
Sudut pandang ekonomi pendidikan melihat
tingkat comprehensiveness strategi evaluasi
penilaian yang dipusatkan pada kinerja sekolah
pendidikan, sehingga hasil evaluasi dapat mencermin-
sebagai suatu entitas kesatuan organisasi. Berdasar-
kan kompetensi kemampuan peserta didik secara
kan pendekatan education production function,
objektif. Dengan cara ini, hasil evaluasi dapat menjadi
31
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 1, Maret 2012
indikator kompetensi peserta didik dalam membina
terdiri dari tiga tahapan yaitu strategi perumusan isi
harmonisasi hubungan sosial dalam satu kesatuan
kurikulum, strategi penerapan isi kurikulum melalui
sosial masyarakat. Dalam perspektif sosiologi,
metode pengajaran yang efektif. Tahap terakhir
pendidikan sering dianggap sebagai sarana mobilitas
adalah strategi penilaian standar yang dapat
vertikal bagi setiap individu berpendidikan. Untuk
mengungkap kompetensi berpikir, berperasaan, dan
dapat manfaatkan sarana tersebut, hasil pendidikan
berperilaku.
juga diharapkan dapat membangun orientasi setiap peserta didik untuk bersikap kompetitif memasuki
Saran
persaingan ke depan. Prinsip efisiensi dan efektivitas
Untuk mendukung pembangunan pendidikan karakter
menjadi pertimbangan dalam evaluasi pendidikan.
yang berorientasi pada pemeliharaan niliai-nilai
Tidak semua construct dan butir soal dapat dijadikan
harmoni kahidupan sosial dan orientasi kompetitif,
alat untuk mengukur kompetensi. Target kompetensi
dua peran pendidikan, yaitu transferring dan
harus ditetapkan kemudian secara linier dan
transforming perlu diterapkan secara bersama-sama.
dikembangkan menjadi construct dan butir soal. Oleh karena itu, argumentasi yang dikemukakan pada tulisan ini, bahwa kompetensi prestasi akademis
Kedua peran tersebut secara linear dan conqreunce terartukulasikan dalam isi kurikulum, startegi mengajar, dan strategi evaluasi.
merupakan indikator awal untuk memprediksi
Dalam realitas kehidupan sosial kejadian yang
berbagai indikator self efficacy dan social efficacy
mencerminkan kehidupan harmonis dan disharmonis
yang mengantarkan setiap peserta didik dapat
selalu terjadi secara bersama-sama. Demikian juga
menempatkan diri secara tepat baik sebagai anggota
kehidupan stagnan dan progresif juga selalu berada
masyarakat pada saat ini maupun kelak ketika
dalam kebersamaan dan kehidupan sosial. Implikasi
menjadi dewasa.
bagi strategi pendidikan, strategi kurikulum dan pengajaran tidak bisa menaifkan realitas ini tetapi
Simpulan dan Saran
justru menjadikan dua fenomena yang kontradiktif
Simpulan
ini sebagai bahan pembahasan dalam proses belajar
Karakterist ik mempunyai dua dim ensi yaitu
mengajar, sehingga peserta didik dapat mempunyai
harmonisasi dan orientasi ke depan. Kedua dimensi
pemahaman mana yang dapat diterima dan mana
tersebut merupakan dua faktor yang menjadi modal
yang ditolak.
bagi keberlangsungan suatu bangsa untuk menuju kemajuan serta stabilitas kehidupan bersama.
Dalam mengartikulasikan isi kurikulum guru perlu untuk memahami dimensi kognitif dan afektif dari
Globalisasi yang telah menjadi realitas yang tidak
setiap konsep yang dijelaskan. Kedua dimensi
bisa dihindari melainkan harus dihadapi, menuntut
tersebut dijadikan bahan ajar untuk membentuk
setiap bangsa dan individu untuk berorientasi ke
karakter peserta didik untuk secara bersama-sama
depan. Orientasi ke depan ini membentuk jiwa
meningkatkan kemampuan berpikir analitis dan
kompetitif. Jiwa kompetitif, pada tingkat bangsa,
meningkatkan sensitivitas sosial. Dengan kata lain
searah dengan perubahan paradigma kompetisi
proses belajar mengajar diarahkan untuk mening-
antarbangsa dari comparative advantages ke
katkan psychologcal efficacy dan sociological efficacy
competitive advantages.
setiap peserta didik. Psychological efficacy merujuk
Pendidikan menjadi sarana untuk mengantarkan
pada kemampuan untuk mengembangkan jati diri,
siap memasuki paradigma baru tersebut. Tesis yang
sedangkan sociological efficacy merujuk pada
diajukan pada tulisan ini adalah dua peran pendidikan
kemampuan untuk membangun kesadaran sebagai
yaitu tranfering dan transfoming. Kedua peran
makluk sosial.
tersebut terwujud dalam strategi pendidikan yang Pustaka Acuan Anonim. Visi Ekonomi Indonesia 2025 Tiga Strategi Pembangunan Ekonomi (http://ekonomi.inilah.com/read/detail/1344352/ tiga-strategi-pembangunan-ekonomi). Diunduh Tanggal 12 Februari 2012. Alka, David Krisna. 4 januari 2011. Republik Rawan Kekerasan? Suara Karya hlm. 11
32
Bambang Indriyanto, Dimensi Pembangunan Karakter dan Strategi Pendidikan
Benavot, Aaron; Kames, David; Cha Yun-Kyung; Kamens, David; Meyer, John W.; dan Wong, Suk-Ying,.
1991. Knowledge for The Masses: World Models and National Curricula, 1920-1986. American Sociological Review; Feb; 56, 1. 85–100. Busines Indonesia. 26 Oktober 2011. Wapres: RI jangan jadi butik impor, hlm. 1 Diekelmann, Nancy; Smythe, Elizabeth. 2004. Covering Content and the Additive Curriculum: How Can I Use My Time with Student to Best Help Them Learn What They Need to Know? Journal of Nursing Education, August; 43, 8. Fortenbaugh, William. W. 2006. Aristotle’s practical side on his psychology, ethics, politics and rhetoric. Leiden: Koninklijke Brill NV. Hawley, Willis D. 2010. Exceptional Teaching for Students of Diverse Backgrounds: A Fundamental Strategy for School Improvement. Poverty & Race; Jan/Feb; 19, 1. 3 - 8. Hovelynck, Johan. 1998. Facilitating Experiential Learning as a Process of Metaphor Development. The Journal of Experiential Education. May/Jun; 21, 1. 6-13. Itin, Christian M. 1999. Reasserting The Philosophy of Experiential Education as A Vehicle for Change in The 21st Century. The Journal of Experiential Education, Fall; 22, 2. 91-8. Kompas. 20 April 2010. Dari Gunung Menembus Dunia Global, hlm. 16. Kompas. 1 Februari 2011. Harmoni di tengah ketidakpedulian, hlm. 41. Kompas. 21 Oktober 2011. Moammar Kadafy Tewas: pemimpin dunia menyambut baik akhir dari tyrani di Libya, hlm. 1 Kompas. 8 April 2010. Oligraki Suburkan Kuasa: Kepentingan Rakyat Tidak Dipikirkan, hlm 3. Kompas. 4 Januari 2012b. Pendidikan Siswa Berprestasi: jalan terjal di negeri sendiri, hlm. 14. Kompas. 19 September, 2011. Sosok: Herlambang Bayu Aji, Berkreasi dengan Wayang di Eropa, hlm. 16 Kompas. 4 Januari 2012a. Tajuk Rencana: Kreasi Otomotif dari Solo, hlm. 6. Kompas. 30 September 2010. Tawuran Antar Warga Marak, hlm 25. Kumar, Satish. 2004. Human-Scale Education: Re-inventing Schools to Meet Real Needs. Green Teacher; Spring; 73. 9–13. McAuley, James W. 2003. An Introduction to Politics, State and Society. London: SAGE Publications Media Indonesia. 21 Oktober 2011. Kadafi Tewas, hlm. 1. Media Indonesia. 17 Maret 2011. Reza Nurhilman: Jutawan Keripik Asal Bandung, hlm. 5. Nuh, Muhammad. 4 Februari, 2011. Buka dan Demokrasi Ala Warung Padang 1. Palmer, Joy A. Ed. 2001. Fifty Major Thinkers on Education: from Confious to Dewey. New York: Routledge. Pelita. 13 September 2011. Mendagri: kondisi semakin membaik. Ini ulah SMS warga trauma rusuh Ambon 1999. hal. 1 dan 19. Republika. 13 Maret 2011. Wahyu Aditya pendiri Hello Motion Academy: ‘kementerian’ animasi beromzet miliaran rupiah, hlm 13. Rosenberg, Justin. 2005. Globalization Theory: A Post Mortem. International politics, 42. 2–74. Seel, Norbert M.; Dijkstra, Sanne (Eds). 2004. Curriculum, Plans, and Processes in Instructional Design: International Perspectives. Mahwah: Lawrence Erlbaum Associates Publisher. Seputar Indonesia. 27 Mei 2011. MP3EI Harus Bisa Direalisasikan, hlm. 17 Setiawan, Benni. 25 Agustus 2010. Anomali Pilkada. Jurnal Nasional, hlm. 11. Slattery, Patrick. 2006. Curriculum Development in The Post Modern Era. (Second Ed). New York: Routledge, Taylor & Fran s Group. Toffler, Alvin. 1970. Future schock. New York: Random House, Inc. Wahyudi, M. Zaid. 20 April 2011. Ketika nalar tak berjalan. Kompas, hlm. 14. Wicaksono, Anindityo. 15 Januari 2010. Liberalisasi Korbankan Petani. Media Indonesia, hlm. 13. Windham, Douglas. M. 1988. Indicators of educational effectiveness and efficiency. Tallahassee, FL: IEES Project.
33