DIMENSI METODOLOGIS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
DIMENSI METODOLOGIS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
Misri A Muchsin
Misri A. Muchsin Azman Ismail Azman AslamIsmail Nur Fauzi Ismail Khatib A. Latief Reza Idria Zulkhairi Eka Srimulyani Rasyad Mahmud Saleh Editor: Hermansyah
FAKULTAS ADAB & HUMANIORA UIN AR-RANIRY
DIMENSI METODOLOGIS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA Hak Cipta Penyusun All Rights Reserved Cetakan Pertama, 2013 Penulis: Misri A. Muchsin, Azman Ismail, AslamFauzi Nur, Fauzi Ismail Misri A. Muchsin, Azman Ismail, Ismail Khatib A. Latief, Reza Idria, Zulkhairi, Eka Srimulyani, Rasyad, Mahmud Saleh Editor: Hermansyah, M.Th., MA.Hum Pracetak: Slamat Trisila
Penerbit: Pustaka Larasan Jalan Tunggul Ametung IIIA No. 11B Denpasar, Bali 80116 Telepon: 0361-2163433 Ponsel: 0817353433 Pos-el:
[email protected] www.pustaka-larasan.com Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh ISBN 978-602-1586-15-0
iv
Dimensi Metodologis Ilmu Sosial dan Humaniora
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ~ iii KATA SAMBUTAN ~ v KATA PENGANTAR ~ vii 1-20
PENGKAJIAN BIOGRAFI PEMIKIRAN ~ Misri A. Muchsin
21-40
AN-NAQDU AL-ADABY: Kritik Sastra ~ Azman Ismail
41-62
PARADIGMA DAN LANGKAH PRAKTIS METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF ~ Aslam Nur
63-86
AGAMA DAN MASYARAKAT: Suatu Tinjauan Perspektif Teori Sosiologi Islam dan Sosiologi Barat ~ Fauzi Ismail
87-106
BIBLIOMETRICS DAN HUKUM-HUKUMNYA: Sebuah Pengantar ~ Khatib A. Latief
107-136
MEMBACA PETA KEILMUWAN ACEH: Senarai Produksi Pengetahuan dan Relasi Kebijakan dalam Literatur tentang Aceh dari Masa ke Masa ~ Reza Idria
v
Dimensi Metodologis Ilmu Sosial dan Humaniora
137-154
ANALISIS NOVEL KAJIAN PENDEKATAN STRUKTURALISME ~ Zulkhairi
155-170
PENDEKATAN SOSIOLOGIS DAN ANTROPOLOGIS: Pendekatan Non-Normatif Dalam Studi Islam ~ Eka Srimulyani
171-190
TASAWUF DALAM TATARAN METODOLOGIS ~ Rasyad
191-200
KONTRIBUSI SASTRA IQBAL DALAM PEMBAHARUAN PEMIKIRAN: Sebuah Pendekatan Kritik Sastra Modern ~ Mahmud Saleh
Tentang Para Penulis ~ 201
vi
Dimensi Metodologis Ilmu Sosial dan Humaniora
KATA SAMBUTAN Bismillahirramanirrahim
P
uji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, bahwa buku Dimensi Metodologis Ilmu Sosial dan Humaniora ini telah dapat dirampungkan. Buku ini diharapkan menjadi referensi bagi para dosen dan mahasiswa/i dalam pengembangan keilmuan dan penelitian bagi dosen dan belajar bagi mahasiswa/i di Fakultas Adab dan Humaniora (FAH), UIN Ar-Raniry dan pencinta ilmu umumnya. Buku ini merupakan hasil curah pikir dosen FAH. Dengan adanya buku metodologis ilmu sosial dan humaniora ini yang menampilkan teori-teori yang aktual dan sesuai dengan bidang pembahasan dari contoh-contoh penelitian yang diberikan oleh setiap penulis, dapat memaknai sebagai pengayaan referensi untuk mahasisswa dan dosen di FAH. Buku ini disusun atas beberapa kajian penelitian para pengajar (dosen), baik dosen di bidang Sejarah Kebudayaan Islam, Bahasa dan Sastra Arab, Ilmu Perpustakaan, dan ilmu-ilmu humaniora lainnya yang dikembangkan sesuai dengan statuta Fakultas Adab dan Humaniora di UIN Ar-Raniry. Hadirnya buku ini menjadi rujukan bagi mahasiswa secara khusus, dan dosen-dosen diharapkan mampu mengakomodir serta menguraikan semua aktivitas Tri Dharma para dosen di lingkungan UIN Ar-Raniry. Kepada semua penulis yang telah mencurahkan waktu, tenaga, dan pemikirannya dalam mempersiapkan buku ini disampaikan banyak terima kasih dan apresiasi yang tinggi. Semoga semua upaya dan kerja cerdas kita selalu mendapat Ridha Allah SWT. Amin.
vii
Dimensi Metodologis Ilmu Sosial dan Humaniora
Atas nama pimpinan mengharapkan ke depan, buku metodologi ini di Fakultas Adab dan Humaniora sejenis dapat dilanjutkan dengan bidang-bidang ilmu lainnya yang belum tersentuh dalam buku ini. Akhirnya, diakui buku ini bukan dari sebuah karya yang sempurna, sebab tiada gading yang tak retak, maka, buku ini perlu terus disempurnakan. Semoga cita-cita dan semangat ini terus terawat. Wassalam,
Pimpinan, Dekan
Prof. Dr. H. Misri A Muchsin, M.Ag
viii
Dimensi Metodologis Ilmu Sosial dan Humaniora
KATA PENGANTAR
K
ami bersyukur kepada Allah SWT atas selesainya buku “Dimensi Metodologis Ilmu Sosial dan Humaniora” dari tulisan-tulisan para dosen di Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh. Selanjutnya shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah mencerahkan dunia. Buku dengan tajuk seperti tersebut di atas merupakan penjabaran dari pedoman pendidikan Fakultas Adab dan Humaniora (FAH), yang secara spesifik berisi tentang ranah metodologi ilmu-ilmu sosial dan humaniora yang berguna untuk kajian atau penulisan skripsi (penelitian), baik di Jurusan Bahasa dan Sastra Arab (BSA), di Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), dan di Ilmu Perpustakaan. Tentunya, naskah metodologi ini telah dikaji secara mendalam, walaupun tidak lepas dari kekurangan, atau juga kajian spesiliasinya hanya dari satu aspek. Ke depan, perlu adanya cerminan ilmu-ilmu humaniora yang spesialisasi serta pengembangannya untuk tiap jurusan, terutama jurusan yang mendalami bahasa asing seperti bahasa dan sastra Arab, dan bahasa dan sastra Inggris, Sejarah Kebudayaan, Ilmu Perpustakaan, sehingga akan lebih mudah mengaplikasikan dalam proses penulisan karya-karya di bidang tersebut. Buku ini menjadi terobosan yang dilakukan Fakultas Adab dan Humaniora dalam menyongsong UIN Ar-Raniry Banda Aceh, dengan harapan penuh semangat untuk mengembangkan spesialisasi keilmuan dosen-dosen yang berbasis pada research.
ix
Dimensi Metodologis Ilmu Sosial dan Humaniora
Harapannya, menjadi cerminan bagi generasi selanjutnya dalam melakukan penelitian di berbagai dimensi keilmuan di tingkat lokal, nasional, ataupun Internasional. Walaupun harus diakui, buku ini belum merangkum seluruh metodologis ilmu sosial dan humaniora, dan tentunya juga belum komprehensif dalam beberapa segi ilmu, namun demikian, kajian-kajian yang disajikan di dalam buku ini dapat memberikan satu wacana baru dan sekaligus memperkuat metodologis penelitian UIN Ar-Raniry umumnya dan FAH khususnya. Akhirnya, ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada tim penyusun, dan kepada penulis atas sumbangsih ilmu dan pemikirannya, serta semua pihak yang telah mendukung terwujudnya buku ini. Semoga Allah selalu membalas kebaikan kita semua. Amiin
Tim Penyusun
x
1
PENGKAJIAN BIOGRAFI PEMIKIRAN ~ Misri A. Muchsin
Pendahuluan alah satu aspek penelitian sejarah yang tidak kalah pentingnya adalah penelitian biografi, di samping sejarah social, sejarah kota, pedesaan, local, nasional, ekonomi dan sejarah kebudayaan.1 Dalam Islam, penyelidikan dan penulisan biografi tokoh-tokoh periode awal Islam mendapat perhatian maksimal, karena dalam kenyataan telah menghasilkan karyakarya besar dalam aspek ini. Sirah Nabawiyah, dapat dianggap karya monumental biografi Nabi, yang telah mengilhami karya-
S
1 Kuntowiwijoyo. Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994; dan Moh. Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983, hal. 89. Kemudian W.C. Smith dalam tulisannya “Modern Muslim Historical Writing in English”, menyebutkan bidang garapan tulisan sejarah sarjana Muslim yaitu sejarah secara umum, biografi, Sejarah Kesusastraan, pendidikan, ekonomi, politik, kota, sejarah tumbuhnya jurusan arkeologi dan koleksi dokumen. A. Muin Umar, Historiografi Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 1988, hal. 7-8.
1
Dimensi Metodologis Ilmu Sosial dan Humaniora
karya lain, terutama menyangkut dengan biografi sahabat Nabi, seperti biogrfi Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan seterusnya, Istilah “Biografi” berasal dari bahasa Yunani, yaitu bios yang berarti hidup, dan graphien yang berarti tulisan. Dengan kata lain biografi merupakan tulisan tentang kehidupan seseorang. Biografi, secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah kisah riwayat hidup seseorang. 2 Biografi dapat berbentuk beberapa baris kalimat saja, namun juga dapat berupa lebih dari satu buku. Perbedaannya adalah biografi singkat hanya memaparkan tentang fakta-fakta dari kehidupan seseorang dan peran pentingnya, sementara biografi yang panjang meliputi, tentunya, informasi-informasi penting namun dikisahkan dengan lebih mendetail dan tentunya dituliskan dengan gaya bercerita yang baik. Dalam kajian lebih mendalam, biografi juga menganalisa dan menerangkan kejadian-kejadian dalam hidup seseorang. Lewat biografi, akan ditemukan hubungan (koneksi), hubungan kausalitas, keterangan arti dari tindakan tertentu atau misteri yang melingkupi hidup seseorang, serta penjelasan mengenai tindakan dan perilaku hidupnya. Biografi biasanya dapat bercerita tentang kehidupan seorang tokoh terkenal atau tidak terkenal, namun demikian, biografi tentang orang biasa akan menceritakan mengenai satu atau lebih tempat atau masa tertentu. Biografi seringkali bercerita mengenai seorang tokoh sejarah yang sudah tiada,3 namun tak jarang juga tentang orang yang masih hidup. Banyak biografi ditulis secara kronologis, dengan beberapa periode waktu tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan tema-tema utama tertentu, misalnya “masamasa awal yang susah” atau “ambisi dan pencapaian” dan seterusnya. 2 Harimurti Kridalaksana,et al., Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi kedua, Jakarta: Balai Pustaka, cet. Ke-10, 1999, hal. 136. 3 Harimurti Kridalaksana,et al., Kamus Besar... ibid.
2
Pengkajian Biografi Pemikiran ~ Misri A. Muchsin
Dilihat dari sumber untuk penulisan, biografi memerlukan bahan-bahan utama atau asli (primer) dan bahan pendukung (sekunder). Bahan utama dapat berupa buku karangan tokoh yang bersangkutan, benda-benda seperti surat-surat, buku harian, atau kliping koran. Sedangkan bahan-bahan pendukung biasanya berupa biografi lain, buku-buku referensi atau sejarah yang memaparkan peranan subyek biografi tersebut. Biografi dengan demikian adalah suatu kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang yang bersumber pada kisah nyata (nonfiction). Sebuah biografi lebih kompleks daripada sekadar daftar tanggal lahir atau mati dan data-data pekerjaan seseorang, tetapi juga menceritakan tentang perasaan yang terlibat dalam mengalami kejadian-kejadian tersebut yang menonjolkan perbedaan perwatakan termasuk pengalaman pribadi. Menulis biografi dengan demikian seperti menceritakan tentang riwayat hidup. Kalaulah menyangkut diri sendiri, maka disebut otobiografi. Jadi penulis biografi semacam komoditi dari menulis, seperti halnya puisi, cerpen, novel, atau juga artikel. Meski hampir sama dalam teknik dasar penulisannya, ada tip khusus yang berkaitan dengan menulis biografi (termasuk di dalamnya otobiografi). Oleh karena biografi memuat semacam kisah hidup seseorang, maka tentunya bahan yang digunakan semuanya berasal dari ucapan, pikiran, dan tindakan orang tersebut. Biografi ini memawakili siapa sosok yang ditulis tersebut. Kita bisa mengenal lebih dekat tokoh yang ditulis biografinya. Apalagi orang tersebut adalah orang besar selevel tokoh Islam periode awal, yang dimulai dari kisah hidup Nabi Muhammad SAW. (sirah Nabawiyah), kisah hidup Abu Bakkar as-Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Umar bin Abdul Aziz dan seterusnya. Mungkin puluhan ribu tokoh Islam yag bisa ditulis kembali biografinya, yang dapat dijadikan referensi dalam pembentukan karakter dan moral bangsa. Kalau di Indonesia, tokoh Ir. Soekarno, Mohammad Hatta dan kawan-kawannya, merupakan tokoh-tokoh yang ideal
3
Dimensi Metodologis Ilmu Sosial dan Humaniora
untuk dibahas biografinya. Dengan demikian biografi dapat berupa profil singkat seseorang atau detail dan panjang sampai berbentuk buku. Ini terutama biografi seorang tokoh terkenal, ulama, negarawan, olahragawan, politisi, tokoh pergerakan, dll. Persoalannya, bagimana menulis biografi yang baik, dan lebih khusus bagaimana jika ingin menulis pemikiran seseorang yang disebut kemudian dengan biografi pemikiran atau biografi intelektual? apa syarat dan kriteria yang harus terpenuhi? Bagian-bagian berikut akan dipaparkan secara singkat, beserta contah kajiannya, yaitu kajian biografi pemikiran atau biografi intelektual Abdullah Ujong Rimba sebagai seorang pimpinan ulama Aceh sejak tahun 1960-an sampai tahun 1980-an. Memilih Tokoh untuk Kajian Biografi Dari sekian banyak tokoh, dengan berbagai keunggulan dan keunikan pemikiran mereka masing-masing, peneliti biografi harus memilih satu di antara mereka, tentu yang memiliki spesifik dan keunggulan tersendiri dari yang lainnya. Untuk maksud tersebut, seorang peneliti biografi yang baik, kiranya dapat mempertimbangkan hal-hal berikut ini: a) Pilih seseorang yang menarik perhatian Anda; b) Temukan fakta-fakta utama mengenai kehidupan orang tersebut; c) Mulailah dengan ensiklopedia dan catatan waktu; d) Pikirkan, apa lagi yang perlu diketahui mengenai tokoh tersebut; e) Bagian mana dari hidupnya yang ingin lebih banyak dituliskan; dan f) Temukan dan eksplorasikan pemikirannya yang khusus, unik dan brilian, tentu setelah dan dengan melakukan komparasi dengan pemikiran tokoh lain.4 Hal yang terakhir disebutkan perlu mendapat perhatian 4 http://68site.blogspot.com/2009/03/biografi.html.
4
Pengkajian Biografi Pemikiran ~ Misri A. Muchsin
serius, karena jika tidak ada yang khusus dan unik di antara buah pemikiran yang dimiliki tokoh yang bersangkutan, maka kajiannya tidaklah menarik perhatian pembacanya. Oleh karena itu memilih tokoh yang memiliki pemikiran menarik perlu dipertimbangkan secara cermat dan terukur. Kemudian dalam penyusunan focus pengkajiannya, beberapa pertanyaan yang mungkin dapat dijadikan pertimbangan, misalnya: a) Apa yang membuat orang ini istimewa atau menarik? b) Dampak apa yang telah ia lakukan bagi dunia atau orang lain? c) Kata sifat apa yang mungkin akan sering digunakan untuk menggambarkan orang ini? d) Contoh apa yang dapat dilihat dari hidupnya yang menggambarkan sifat tersebut? e) Kejadian apa yang membentuk atau mengubah kehidupan orang itu? f) Apakah ia mampu mengatasi rintangan tersebut? Apakah ia mengatasinya dengan mengambil resiko? Atau dengan keberuntungan? g) Apakah dunia (khususnya bidang kajian pemikirannya) akan menjadi lebih baik atau lebih buruk jika orang ini tidak pernah hidup? Bagaimana bisa dan mengapa? h) Lakukan juga penelitian lebih lanjut dengan bahanbahan dari perpustakaan atau internet untuk membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas serta supaya ceritanya lebih menarik.5 Kehadiran tokoh yang dikaji dan dengan biografinya dimaksud dengan kata lain apa perubahan yang dihadirkan dengan pemikirannya, adalah khas kajian menyangkut dengan dampak dari pemikiran yang dimunculkan seseorang. Dampak perubahan dimaksudkan baik terhadap dunia ilmu-pemikiran 5 http://pelitaku.sabda.org/bagaimana_menulis_biografi
5
Dimensi Metodologis Ilmu Sosial dan Humaniora
yang digeluti tokoh kajian, ataupun dampak perubahan dari rancang bangun pemikirannya kepada masyarakat luas. Hal yang disebutkan terakhir adalah merupakan signifikansi atau kegunaan kajian satu pemikiran tokoh yang perlu diungkapkan dan diformulasi sedemikian rupa oleh seorang pengkaji biografi. Penulisan biografi secara umum dapat dilihat jenis dan macamnya, dengan khasnya masing-masing, yaitu dapat dikelompokkan pada dan berdasarkan sisi penulis, berdasarkan Isinya, berdasarkan persoalan yang dibahas, dan berdasarkan penerbitannya. Berdasarkan sisi penulis dikelompokkan berikut ini: 1. Autobiografi, adalah ditulis sendiri oleh tokoh bersangkutan, yang mencatat perjalanan hidupnya. 2. Biografi, yaitu ditulis oleh orang lain, berdasarkan izin penulisan dan dibagi atas : • Authorized biography, yaitu biografi yang penulisannya seizin atau sepengetahuan tokoh didalamnya • Unauthorized biography, yaitu ditulis seseorang tanpa sepengetahuan atau izin dari tokoh di dalamnya (biasanya karena telah wafat). Berdasarkan isinya, kajian biografi dapat dibedakan anatara dan dalam dua hal: Pertama Biografi Perjalanan Hidup, isinya berupa perjalanan hidup lengkap atau sebagian paling berkesan. Kedua, Biografi Perjalanan Karir, isinya berupa perjalanan karir dari awal karir hingga karir terbaru, atau sebagian perjalanan karir dalam mencapai sukses tertentu. Berdasarkan persoalan yang dibahas, kajian biografi memiliki jenis berikut pula: Pertama, Biografi politik, yaitu penulisan tokoh-tokoh anak negeri dari sudut politik. Dalam biografi semacam ini bahanbahan dikumpulkan biasanya melalui riset. Namun, biografi
6
Pengkajian Biografi Pemikiran ~ Misri A. Muchsin
semacam ini kadang kala tidak lepas dari kepentingan penulis ataupun sosok yang ditulisnya. Kedua, intelektual biografi, yang juga disusun melalui riset dan segenap temuan yang dituangkan penulisnya dalam gaya penulisan ilmiah. Ketiga, Biografi jurnalistik ataupun biografi sastra, yaitu materi penulisan biasanya diperoleh dari hasil wawancara terhadap tokoh yang akan ditulis maupun yang menjadi rujukan sebagai pendukung penulisan. Kajian biografi jenis ini lebih ringan karena cuma keterampilan dan wawancara.6 Pelaksanaan Penulisan Biografi Biasanya dalam penulisan biografi; Pertama, diadakan pertemuan dengan klien atau keluarga tokoh, untuk membicarakan rencana penulisan. Klien akan diberi penjelasan lebih jauh tentang sistem penulisan biografi yang diterapkan serta hal-hal lain yang perlu diketahui klien. Klien kemudian menetapkan bentuk dan jenis biografi yang diinginkan. Kedua, Keinginan klien akan dibawa dalam pertemuan dengan sesama anggota kalau ada timnya, untuk didiskusikan dan direncanakan. Setelah itu dihubungi klien untuk melakukan pembicaraan lebih lanjut. Bila semuanya sudah dianggap final, akan diadakan penandatanganan kontrak penulisan. Selanjutnya hasil penyusunan dalam bentuk naskah tertulis akan diserahkan kepada klien untuk dikoreksi. Lama pengoreksian oleh klien maksimal satu minggu. Setelah itu, naskah dikembalikan lagi kepada pengkaji atau peneliti biografi. Langkah keempat, Perbaikan serta pemprosesan akhir. Bila ada yang kurang jelas, klien akan sedia dihubungi lagi. Terakhir adalah Tahap penulisan dianggap selesai. Hasil akhir berupa naskah jadi dalam bentuk print-out (cetak) dan CD diserahkan kepada klien. Untuk memperbanyak dalam bentuk buku atau CD akan diadakan pembicaraan 6 http://mgmpbinsmpbangkalan.blogspot.com/2008_02_01_archive.html.
7
Dimensi Metodologis Ilmu Sosial dan Humaniora
lanjutan antara pengkaji dan klien. Saat menulis biografi, seorang penulis berupaya menyajikan perjalanan kehidupan seorang tokoh. Biasanya, ungkapan ekspresi waktu yang bervariasi dapat menjadikan tulisan lebih menarik dan tidak menoton. Pengkajian Pemikiran atau Biografi Intelektual Pemikiran dalam bahasa inggris disebut Inference yang berarti penyimpulan atau menarik kesimpulan, berarti mengeluarkan suatu hasil berupa kesimpulan, ada juga yang menyebut penuturan dan penalaran. Apa yang dimaksud pembicaraan dalam bagian ini adalah: kegiatan akal manusia, mencermati suatu pengetahuan yang telah ada, untuk mendapatkan atau mengeluarkan pengetahuan yang baru. Pemikiran adalah gerak dari hal yang diketahui menuju hal yang tidak diketahui. Nah, hal yang diketahui tadi dapat berwujud kebenaran yang umum (universal) sifatnya, atau dapat juga suatu kejadian khusus tertentu atau lebih atau juga sekadar ingin mengetahui suatu fakta individual. Pemikiran yang bergerak dari hal yang umum ke hal yang lebih khusus disebut pemikiran deduksi, sedangkan pemikiran yang bergerak dari hal yang khusus ke hal umum disebut pemikiran induktif dan macam pemikaran ketiga, yakni sekadar ingin mengetahui tentang fakta individual, disebut argumen komulatif. Ada dua macam pemikiran yang biasanya ditemukan adalah: Pertama, Pemikiran langsung, adalah pemikiran yang hanya mempergunakan satu pangkal pikir atau langsung disimpulkan. Asas pemikiran ini pada ilmu logika yang banyak dibicarakan pada konversi, inversi dan kontraposisi dalam keputusan. Kedua, Pemikiran tidak langsung, adalah pemikiran yang mempergunakan lebih dari satu pangkal pikir, jadi berarti pemikiran yang mempergunakan banyak keputusan
8
Pengkajian Biografi Pemikiran ~ Misri A. Muchsin
atau minimal lebih dari satu keputusan untuk menetapkan kesimpulan. Misalnya pemikiran yang terjadi melalui jalan induksi, deduksi dan silogisme (syllogisme). Asas–Asas Pemikiran Ada tiga asas–asas pemikiran tersebut adalah : 1) Asas Persamaan Menurut asas ini, lebih dahulu harus diakui oleh semua orang bahwa setiap sesuatu hanya mengandung arti kesamaan pada dirinya sendiri. 2) Asas Pertentangan Menurut asas ini, tidak dapat disamakan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain yang menentangnya. 3) Asas menolak kemungkinan Menurut asas ini, maka jika terdapat dua pendapat yang bertentangan, seperti contoh pada asas yang kedua, maka disamping keduanya tidak mungkin semua benar juga tidak mungkin keduanya salah, maka tidak mungkin pula pada pendapat yang ketiga. Kebenarannya hanya terdapat pada salah satu dari kedua pendapat tersebut. Sehubungan dengan benar dan lurusnya suatu pemikiran, maka baiklah dikemukakan hukum-hukum pemikiran yang berlaku untuk semua pemikiran. Ada dua hukum pemikiran dapat dikatakan bahwa: 1. Jika primis-primis benar, tetapi kesimpulan salah, maka jalan pikirannya (bentunya) tidak lurus; dan 2. Jika jalan pikirannya (bentuknya) lurus, tetapi kesimpulannya tidak benar, maka primis-primisnya (materinya) salah, dari salahnya kesimpulan dapat dibuktikan salahnya primis-primis. Prinsip-Prinsip Dasar Pemikiran Ada beberapa prinsip dasar pemikiran yang dapat diaplikasi oleh seseorang (peneliti)
9
Dimensi Metodologis Ilmu Sosial dan Humaniora
a) Prinsip identitas adalah dasar dari semua pemikiran. Artinya ialah pengakuan bahwa benda ini adalah benda ini, dan bukan benda lain; bahwa benda itu adalah benda itu, dan bukan benda lain. Dalam bahasa latin dirumuskan: ens est quod ests A adalah A. Suatu benda adalah benda itu sendiri. Setiap benda identik dengan diringan sendiri. b) Prinsip pembatalan (principle of contradiction, principium contradictionis): prinsip ini sebanyaklah rumusan negatif dari prinsip identitas. Rumusannya: Idem nequit simul esse et non esse sub eodem respectu. c) Prinsip-penyisihan-kemungkinan-ketiga (principle of excluded middle, principium exclusi tertii): prinsip yang mengatakan bahwa tidak terdapat kemungkinan ketiga. Yang dimaksudkan adalah apabila terdapat dua proposisi yang kontradiktoris, yang satu merobohkan yang lain, pastilah salah satu dari proposisi itu salah. Tidak mungkin terdapat kemungkinan ketiga. d) Prinsip-alasan-yang-mencukupi (principle of sufficient reason,principiun rationis sufficientis): karena sifat keumumannya, prinsip alasan yang mencukupi dapat kita beri tempat disni juga. Rumusannya: sesuatu yang ada mempunyai alasan yang mencukupi untuk adanya. Segala sesuatu mempunyai dasar atau alasan yang mencukupi untuk adanya, atau segala sesuatu dapat dapat dimengerti. Tetapi waspadalah untuk tidak memperluas penerapan prinsip ini pada semua realitas, atau apa sesuatu yang hanya satu, sebab tidak semua realitas dapat dimengerti secara memadai oleh pikiran kita yang terbatas.7 Kajian Biografi Pemikiran Abdullah Ujong Rimba Teungku Haji Abdullah Ujong Rimba yang lahir pada bulan Rabi’ul Awwal 1328 H/1907 M8 nama utamanya adalah 7 http://mgmpbinsmpbangkalan.blogspot.com/2008_02_01_archive.html. 8 Abdullah Ujong Rimba, Hakikat Islam, (Banda Aceh: MUI Aceh, 1980), hlm. vi-vii.
10
Pengkajian Biografi Pemikiran ~ Misri A. Muchsin
Abdullah, sedangkan nama Teungku (Tgk) merupakan gelar atau penyebutan karena ia merupakan salah seorang ulama. Di Aceh, seseorang diberikan gelar Teungku, syaratnya yaitu pernah menyantri di pesantren dan mengabdi kepada agama, baik sebagai khatib Jum’at, imam, pemimpin do’a, serta memimpin dayah. Gelar Teungku terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu yang paling rendah disebut Teungku Lebe (Lebai), Teungku Meunasah, dan yang paling tingggi disebut Teungku Chik. Selanjutnya, nama Ujong Rimba merupakan laqab atau gelar yang diberikan masyarakat tempat kelahirannya, yaitu desa Ujong Rimba Kabupaten Pidie, Sigli. Ayah Abdullah Ujong Rimba bernama Tgk. H. Hasyim. Mengenai gelar pada ayahnya, sebagian penulis menyebutkan bergelar Teungku, akan tetapi sebagian lain (seperti Ismail Yakub) menyebutnya bergelar Teuku, yaitu keturunan uleebalang Keumangan.9 Sebaliknya, Ali Hasjmy menyangkal pendapat yang menyebutkan Abdullah Ujong Rimba bergelar teuku atau keturunan bangsawan.10 Akan tetapi berdasarkan penelitian (di dalam karya Abdullah Ujong Rimba), Tgk. H. Hasyim merupakan seorang ulama (teungku) yang juga bergelar Teuku. Oleh karena itu, Abdullah Ujong Rimba (putranya) menyandang gelar keduanya (dengan demikian pendapat Ismail Yakub dan Ali Hasjmy berhubungan). Selanjutnya ditegaskan bahwa Abdullah Ujong Rimba bergelar teuku yang bersifat teungku. Hal ini karena ia merupakan seorang ulama dan ia lebih menyukai bergelar teungku (karena gelar Teungku merupakan gelar yang mulia, terhormat dan suri teladan yang baik di Aceh). Berdasarkan hal tersebut, penulis menetapkan Abdullah Ujong Rimba berasal dari keturunan uleebalang dan keturunan ulama yang mengutamakan dan berkiprah dalam 9 Ismail Yakub, “Gambaran Pendidikan di Aceh sesudah Perang AcehBelanda Sampai sekarang”, dalam Ismail Suny (ed.), Bunga Rampai Tentang Aceh, (Jakarta: Bhratara, 1980), hlm. 349. 10 Ali Hasjmy, Ulama Aceh: Mujahid Pejuang Kemerdekaan dan Pembangunan Tamadun Bangsa, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), hlm. 149.
11
Dimensi Metodologis Ilmu Sosial dan Humaniora
tugas keulamaan. Riwayat pendidikannya yang ditempuh oleh Abdullah masih kecil dari orang tuanya mengajarkan membaca al-Qur’an, bahasa Arab, pokok-pokok ajaran Islam, seperti Aqidah, Akhlak, Fiqh, dan kitab Minhaj Ushul al-Fiqh. Kemudian pada tahun 1336 H/ 1917 M (ketika ia berusia 10 tahun), ia melanjutkan pendidikan ke dayah Ie Leubeu Meunasah Blang, Pidie. Di sini ia memperdalam bahasa Arab, hukum Islam (fiqh), tafsir, dan tasawuf11 pada Tgk. Ali (ulama daerah Pidie, Aceh Pidie). Kemudian pada tahun 1341 H/ 1922 M ia pindah ke dayah Lamsi di daerah Banda Aceh, yang merupakan lembaga pendidikan yang dipimpin T. Panglima Polem Muhammad Daud Syah. Di dayah ini ia memperdalam ilmunya, seperti tafsir, hadist, dan fiqh selama tiga tahun. Selanjutnya, untuk mendapat peningkatan pencerahan, Abdullah Ujong Rimba pindah ke dayah Krueng Kalee Siem (dipimpin oleh Tgk. Hasan Krueng Kalee) yang mengajarkan tarekat Al-Haddadiyah.12 Pada tahun 1346 H, Abdullah Ujong Rimba berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji dan belajar selama tiga tahun di sana. Ia belajar kepada Mursyid yang mengajarkan tarekat Al-Haddadiyah (tarekat yang diajarkan oleh Tgk. Hasan Krueng Kalee di Siem, Aceh Besar).13 Akan tetapi, hingga tulisan ini diturunkan, penulis tidak menemukan nama guru Abdullah Ujong Rimba ketika ia belajar 11 Abdullah Ujong Rimba, Hakikat Islam ... hlm. vii; Ali Hasjmy, Ulama Aceh ... hlm. 149-150. 12 Seputar pengajaran Tgk. Hasan Krueng Kalee tentang ajaran tarekat al-Haddadiyah, kebenarannya dapat ditelusuri dengan keterangan dan pegangan ulama ini melalui satu karyanya. Lih. Muhammad Hasan Krueng Kalee, Risalah li Tayfiyah: fiy adab al-Zikir wa tah}lil wa kaifiyah tilawah al-Samadiyyah ‘ala tariqah Qutub al-Irsyad al-H{abib ‘Abdu Allah al-Hadad, tp., 1345 H. 13 Berkenaan dengan Tgk. Hasan Krueng Kalee sebagai guru dan pengembang tarekat Hadadiyah, dan Abdullah Ujong Rimba sebagai salah seorang muridnya ketika menjadi santri ulama ini, lebih jauh dapat ditelusuri karya penulis berikut. Ali Hasjmy, Ulama Aceh ... hlm. 149; Ali Hasjmy, “Dari Khazanah Masa Lalu Ulama Tgk. H. Abdullah Ujong Rimba Pelopor Haramkan Ajaran Komunisme”, Waspada, (Medan: Percetakan Waspada, 29 September 1983), hlm. VIII.
12
Pengkajian Biografi Pemikiran ~ Misri A. Muchsin
di Mekkah (termasuk ulama tasawuf yang berada di Mekah) dan penulis juga tidak menemukan orang-orang yang berhubungan dengan Abdullah Ujong Rimba ketika ia belajar di Mekah. Selama di Mekkah, Abdullah Ujong Rimba mendalami dasar-dasar ilmu Islam (yang sudah didapatkannya ketika ia kecil) dan mendalami ajaran wahabiyah. Hal ini dikarenakan masyarakat di Mekah menganut paham wahabiyah, sehingga ia terpengaruh paham tersebut (mengalahkan pendirian dan pengetahuan ajaran tasawufnya sebelumnya). Hal ini merupakan keadaan yang menyebabkan ia berperan ganda (multi-faceted) di dalam ajaran tasawuf. Perubahan pemikiran pada Abdullah Ujong Rimba tersebut bersifat wajar. Hal ini dikarenakan pemikiran tasawuf yang berasal dari Mekah lebih murni dibandingkan dengan ajaran tasawuf yang berasal dari selain daerah Mekah. Sikap dan Politik Abdullah Ujong Rimba Tgk. H. Sofyan Hamzah mengatakan, ketika Abdullah Ujong Rimba menjadi ulama, ia berbicara dan bersikap jujur dalam berbagai kondisi. Hal ini karena ia berpendidikan, sehingga hal tersebut membuat ia berprestasi dan bermartabat.14 Pada tahun 1347 H, Abdullah Ujong Rimba membangun dayah di Ujong Rimba Cot, Pidie bersama dengan Tgk. Muhammad Daud Beureueh dan ulama lainnya. Kemudian pada tahun tahun 1348 H/ 1929 M, ia mendirikan organisasi Islam yang bernama Taman Jama’ah Diniyah dan Madrasah Sa’adah Abadiyah di daerah Blang Paseh, Sigli, Pidie. Selanjutnya, bersama dengan Tgk. Muhammad Daud Beureueh ia mendirikan negara Islam di Aceh yang disebut dengan DI/TII pada tahun 1953. Akan tetapi, setelah melakukan pertimbangan yang matang, pada tahun 1956 ia kembali kepada NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). 14 Wawancara, dengan Tgk. Sofyan Hamzah, Imam Besar Masjid Raya Baitur Rahman dan para ketua MUI Aceh sejak masa Abdullah Ujong Rimba sampai waktu wawancara, 26 Januari, 2002.
13
Dimensi Metodologis Ilmu Sosial dan Humaniora
Faktor utama Abdullah Ujong Rimba keluar dari gerakan DI/TII, kelihatannya terinspirasi dan terpengaruh dengan pendapat beberapa ulama kenamaan ketika itu, yaitu Tgk. Muda Wali al-Khalidy, Tgk. Hasan Krueng Kalee dan lainnya menyebutkan gerakan DI/TII sebagai bughah mazmun (pemberontakan tercela). Menurut mereka, pengikut gerakan tersebut menyalahi hukum Allah dan Rasul-Nya, sebab mereka dianggap memberontak pada pemerintahan yang sah dan memberontak pemimpin Muslim.15 Pada masa penjajahan Jepang di Aceh, Abdullah Ujong Rimba diserahi tugas sebagai Syuko Hoin (Mahkamah Tinggi Agama Daerah Aceh). Kemudian, pada tanggal 1 Juli 1946 (setelah proklamasi Kemerdekaan RI), berdasarkan prestasi dan profesionalismenya, Abdullah Ujong Rimba diangkat menjadi Ketua Mahkamah Syar’iyah Kabupaten Pidie di daerah Sigli. Ia diangkat berdasarkan SK Kepala Pejabat Agama Daerah Aceh tanggal 12 Agustus 1946, No. I/ P.W.A.16 Karir yang dicapai Abdullah Ujong Rimba selama di pengadilan meningkat pesat. Hal ini ditandai dengan penetapannya pada jabatan anggota dan wakil Ketua Pengadilan Agama Provinsi Daerah Istimewa Aceh oleh pemerintah, dengan pangkat Penghulu Muda (D2/III) pada tanggal 1 September 1957. Selanjutnya, ia diangkat sebagai Act. Ketua Pengadilan Agama/Mahkamah Syari’ah Kutaraja (Pengadilan Tinggi Agama Banda Aceh), berdasarkan SK Menteri Muda Agama (3 Juni 1960 Nomor C/VI-3/3067), dengan jabatan sebagai Ketua Pengadilan Tinggi Agama Tingkat I (ES/III). Kemudian ketika ia pensiun ditandai dengan SK Menteri Agama (pada tanggal 24 Mei 1971, nomor B/III-3-C/2535). 17 Sesuatu hal yang menarik 15 M. Isa Sulaiman, Sejarah Aceh: Sebuah Gugatan Terhadap Tradisi, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997), hlm. 359-360. 16 Musdaruddin MS, Teungku Haji Abdullah Ujong Rimba dan Kebijaksanaan Dakwahnya di Aceh, Skripsi, (Banda Aceh: Fakultas Dakwah IAIN ArRaniry, 1995), hlm. 22. 17 Abdullah Ujong Rimba, Hakikat Islam ... hlm. vii; Ali Hasjmy, Ulama Aceh ... hlm. 150-151.
14
Pengkajian Biografi Pemikiran ~ Misri A. Muchsin
dan menunjukkan semangat kerjanya yang luar biasa, setelah memasuki masa pensiun Abdullah Ujong Rimba kembali bekerja kepada Pemerintah Daerah sebagai hakim agama (tidak tetap) di Pengadilan Tinggi Agama (PTA) Banda Aceh. Abdullah Ujong Rimba bersama Tgk. M. Daud Beureueh termasuk pendiri Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA) yang hanya menjadi anggota (tidak aktif). Hal ini karena Abdullah Ujong Rimba juga ikut dalam partai politik Islam Masyumi dan menjadi ketua umum MUI Aceh (1965-1982). Kemudian pada tahun 1968 ia menjadi Anggota DPA RI; pada tahun 1973 mendapat Bintang Maha Putra; pada tahun 1977-1982 ia terpilih sebagai Anggota MPR RI dari utusan partai Golkar.18 Dengan kiprahnya seperti tersebut di atas, berarti selain sebagai seorang ulama yang tertarik pada ajaran tasawuf, Abdullah Ujong Rimba juga aktif dalam bidang politik, yaitu sebagai anggota DPR dan MPR. Padahal politik dan tasawuf merupakan dua sisi dan dan ranah kajian yang berbeda. Tasawuf lebih terarah dan bersifat ukhrawi, sementara politik bersifat duniawi.19 Menurut penelitian, dapat disimpulkan bahwa ia memiliki pemikiran yang berbeda dari yang lain karena mempunyai ragam tasawuf modern yang khas, sehingga ia disebut sebagai pembaharu Islam di daerah Aceh. Selama menjadi ketua MUI Provinsi Aceh, ia telah mengantarkan lembaga tersebut kepada kemapanan dan melahirkan beberapa fatwa sebagai undang-undang terhadap 18 Abdullah Ujong Rimba, Hakikat Islam ... hlm. iii-iv. 19 Dalam terma Abdullah Ujong Rimba, politik itu semacam daya helah yang diusahakan untuk mencapai sesuatu tujuan; segala usaha yang ada hubungannya dengan kemaslahatan negara. Menurutnya politik dibedakan pula antara politik halus dan kasar. Politik halus disebut dengan tipu muslihat, sedangkan politik kasar disebut juga dengan peperangan atau perlawanan. Oleh karenanya manusia banyak yang menggunakan politik halus, sebab hanya membawa kerugian (baik lawan maupun pihak sendiri) hanya harta benda, tidak ikut nyawa. Ajaran Islam sendiri mengandung nilai politik. Politik Islam supaya manusia, kalau mungkin masuk Islam seluruhnya; jadi sebaliknya politik non-Islam, seperti orientalis. Ia juga malah menganggap politik itu sebagai alat dalam menangkis politik pihak lain, yang ingin merong-rong Islam. Lih. Abdullah Ujong Rimba, Hakikat Islam... hlm. 88-89.
15
Dimensi Metodologis Ilmu Sosial dan Humaniora
segala permasalahan umat. Fatwa-fatwa tersebut, baik dalam bidang fiqh mu’amalah, bidang ‘aqidah, aliran kepercayaan, maupun dalam gerakan masyarakat Aceh pada saat itu, contohnya gerakan pemberontakan. Selain itu, Abdullah Ujong Rimba juga mengajar mata kuliah Fiqh Mu’amalah di Fakultas Syari’ah IAIN Ar-Raniry, Banda Aceh. Menurut penuturan Sulaiman Ibrahim (salah satu mahasiswanya), ia menghubungkan materi kuliah dengan kenyataan atau realitas kekinian masyarakat. Selanjutnya Sulaiman Ibrahim menambahkan dan mengakui bahwa gaya dan metode mengajarnya tidak menarik.20 Hal ini karena ia tidak memiliki dan mmendapatkan pengetahuan dan skill metode mengajar secara formal. Berdasarkan beberapa uraian di atas, di samping konsisten terhadap ajaran syari’at, Abdullah Ujong Rimba juga menyukai pada kajian seputar ajaran tasawuf. Ia ingin menciptakan pembaruan dalam masyarakat, yaitu pembaruan yang tidak terlepas dari ajaran syari’at. Kajian Intelektual Pemikiran Abdullah Ujong Rimba Selain mengajar dan memimpin MUI Aceh, Abdullah Ujong Rimba juga aktif menulis dan seminar (lokakarya) ataupun pertemuan ilmiah. Dalam hal menulis, ia menulis beberapa artikel yang dipublikasikan dan yang dipresentasikan dalam seminar-seminar. Pedoman Penolak Salik Buta, merupakan karyanya yang pertama yang diterbitkan dan dianggap sebagai karya monumentalnya. Karya ini berisikan pemikiran Abdullah Ujong Rimba yang berhubungan dengan syari’at, tasawuf, tarekat, hakikat, dan ma’rifat. Selain itu, ia juga mengungkapkan tarekat sufi; aliran tasawuf, dan berbagai jenis tarekat Islam, serta sejarah perkembangan tasawuf di Nusantara (terutama 20 Wawancara dengan mantan mahasiswanya, Sulaiman Ibrahim, terakhir menjabat Kepala Perpustakaan IAIN Ar-Raniry, di Banda Aceh, pada 3 April 2001.
16
Pengkajian Biografi Pemikiran ~ Misri A. Muchsin
di Aceh yang merupakan asal berkembangnya ajaran tasawuf di Nusantara). Kemudian dalam buku ini, ia juga mengungkapkan ragam aliran tasawuf Salik Buta beserta ajaran, praktik dan metode dakwahnya (dalam bentuk syair). Karya Abdullah Ujong Rimba yang lain yaitu Ilmu Tarekat dan Hakikat. Penulis menemukan karya tersebut terdiri dari dua bentuk, yaitu berbentuk tulisan tangan (manuskrip) dengan huruf Arab-Jawi dan berbentuk cetak (huruf Latin) yang diterbitkan oleh MUI Aceh. Bagian pertama karya ini membahas latar belakang lahirnya aliran dan timbulnya perpecahan dalam Islam; aliran (seperti Syi’ah, Khawarij, dan Ahlussunnah wal Jama’ah). Bagian kedua membahas sejarah tasawuf beserta gerakannya; hubungan antara syari’at, tarekat, dan hakikat (yang dibahas secara spesifik pada bab ketiga dan keempat). Buku ini juga dilengkapi dengan pembahasan sejarah perkembangan tarekat Suluk di daerah Aceh dan ajaran Martabat Tujuh. Bab kelima (sebagai bab penutup) membahas aliran dan jenis tasawuf yang dianggap khas, serta sejumlah fatwa ulama mengenai ajaran tasawuf di daerah Aceh. Karya Abdullah Ujong Rimba selanjutnya yaitu Hakikat Islam (diterbitkan oleh MUI Aceh pada tahun 1980) yang membahas dasar-dasar ajaran dan pedoman agama Islam, yaitu al-Qur’an, al-Hadist, Ijmak, dan Qiyas. Ia juga membahas tokoh-tokoh yang memiliki motivasi dalam mengembangkan karir dan kerja, sehingga dapat dibedakan antara tokoh yang termotivasi oleh agama, penjajahan, perdagangan, politik, dan pendidikan, dengan tokoh yang hanya termotivasi pada bidang akademik murni. Selain itu, Abdullah Ujong Rimba juga membahas tentang hubungan Islam dengan manusia, serta hubungan Islam dengan perempuan. Dalam pembahasannya tentang hubungan Islam dengan manusia, ia menjelaskan posisi manusia dalam hubungan dengan Allah (sebagai penciptanya). Kemudian dalam
17
Dimensi Metodologis Ilmu Sosial dan Humaniora
pembahasannya mengenai hubungan Islam dengan perempuan, ia membicarakan konsep jender dalam Islam yang ditinjau melalui perspektif sejarah pra-Islam, konsep ketidakadilan jender, dan menolak terhadap sistem perbudakan dalam Islam, termasuk perbudakan pada kaum wanita. Pada Bab 6-12 karyanya yang kedua dimaksud, Abdullah Ujong Rimba membahas tentang hubungan Islam dengan dunia, hubungan Islam dengan politik, toleransi beragama, penegakan hukum, mazhab-mazhab, modernisasi dan konsep pembangunan dalam Islam, sunnatullah dan pemikiran tasawuf (termasuk aliran-aliran kebatinan di Indonesia). Akhir dari bahasan karya kedua Abdullah Ujong Rimba mengungkapkan mengenai tasawuf sebagai salah satu aliran dalam Islam, sehingga hal tersebut merupakan salah satu faktor latar belakang masalah dalam tema penelitian ini. Oleh karena itu ketiga karya ini menjadi sumber primer dalam penelitian ini. Selain ketiga buku di atas, sumber lain yang membantu penelitian ini berupa makalah yang berjudul Masalah Talqin dan Qunut (makalah ini disampaikan dalam Musyawarah Alim Ulama Se-daerah Istimewa Aceh pada tanggal 21-26 November 196721). Di dalam makalah tersebut, ia menjelaskan (berdasarkan sejumlah al-Hadist, meskipun hadist yang disebut dha’if) bahwa talqin diperbolehkan dalam Islam ketika sakratul maut. Talqin adalah upacara penguburan mayat yang tidak berlawanan dengan hukum Islam. Aktivitas tersebut bermaksud memberi perhatian, menghormati mayat, dan dengan talqin tersebut, diharapkan dapat menambah keimanan kepada umat (mengenai alam kubur). Adapun mengenai pembacaan qunut (membaca do’a setelah ruku’ pada raka’at kedua salat subuh), banyak ulama yang berbeda pendapat mengenai hal itu. Menurut Abdullah 21 Abdullah Ujong Rimba, “Masalah Talqin dan Qunut”, Keputusan Musyawarah Alim Ulama Sedaerah Provinsi Daerah Istimewa Atjeh, (Banda Aceh: MUI Aceh, 21-26 November 1967), hlm. 19-24.
18
Pengkajian Biografi Pemikiran ~ Misri A. Muchsin
Ujong Rimba hal itu merupakan furu’iyah, yang berarti tidak perlu dipermasalahkan. Selanjutnya, buku tersebut merupakan penjelasan mengenai perdebatan dalam masyarakat Aceh. Hal ini membuktikan bahwa Abdullah Ujong Rimba merupakan ulama yang merespon segala permasalahan umat, dan sebagai moderator. Artikel lain (yang diseminarkan dan dipublikasikan) yang berjudul Sejarah Kerajaan Islam Pase22 (makalah diseminarkan di Medan pada tahun 1967) berisi tentang sejarah masuk dan berkembangnya agama Islam di Aceh yang bersumber dan berdasarkan oendekatan Arkeologis, yaitu dengan mengkaji tulisan yang terdapat pada batu nisan kompleks makam rajaraja di daerah Pase, kecamatan Blang Me Geudung Pase, Aceh Utara. Berdasarkan artikel tersebut, Abdullah Ujong Rimba menggemari sejarah dan arkeologi (meskipun tidak belajar secara formal). Berdasarkan tiga karya tulis tersebut, Abdullah Ujong Rimba adalah seorang ulama yang memberi perhatian besar pada ajaran tasawuf dan mengimplementasi dalam kehidupan kesehariannya, dengan terbukti, seperti informasi dari sejumlah informan, bahwa ia terkenal memiliki sikap tawadhu’, jujur, dan low profile. Selain itu, Abdullah Ujong Rimba merupakan seorang ulama yang tidak mementingkan duniawi, seperti kekayaan dan kenikmatan berlebihan dalam hidup, sehingga ia tidak memiliki harta (kecuali sebuah rumah yang terletak di daerah Pasar Peunayong, Banda Aceh). Menurut data yang diperoleh, ia tidak memiliki keturunan (padahal ia memiliki dua orang isteri). Oleh karena itu rumah peninggalannya diwariskan kepada keluarga dekatnya (ketika ia menjelang meninggal pada tanggal 11 September 1983). Begitu juga dengan bangunan pengajian (dayah) yang terletak di gampong Ujong Rimba, Tiro 22 Abdullah Ujong Rimba, “Sejarah Kerajaan Islam Pase”, dalam Majalah Dwi Bulanan Santunan, No. 10 Tahun II, (Banda Aceh: Departemen Agama Provinsi Daerah Istimewa Aceh, Maret-April 1977), hlm. 22-23 & 36.
19
Dimensi Metodologis Ilmu Sosial dan Humaniora
yang masih utuh, ditinggalkan untuk keluarganya. Simpulan Menulis biografi seperti menceritakan tentang riwayat hidup. Penulisan atau pengkajian jenis ini boleh untuk diri sendiri (otobiografi), bisa juga menuliskan untuk kajian biografi orang lain. Biografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu bios diartikan hidup, dan graphien yang berarti tulis. Dengan kata lain biografi merupakan tulisan tentang kehidupan seseorang. Biografi, secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah kisah riwayat hidup seseorang. Biografi menganalisa dan menerangkan kejadian-kejadian dalam hidup seseorang. Lewat biografi, akan ditemukan hubungan, keterangan arti dari tindakan tertentu atau misteri yang melingkupi hidup seseorang, serta penjelasan mengenai tindakan dan perilaku hidupnya. Riwayat hidup adalah catatan singkat tengtang gambaran diri seseorang. Selain berisi data pribadi, gambaran diri itu paling tidak harus diisi keterangan tentang pendidikan atau keahlian dan pengalaman. Dengan data itu riwayat hidup dan pemikirannya akan memberikan gambaran atau kualifikasi seseorang. Inference sebagai penyimpulan dan menarik kesimpulan dengan mengeluarkan suatu hasil sebagai penuturan dan penalaran. Buah pemikiran seseorang dimaksud yang tertuang dalam karya-karyanya. Dari itu kajian pemikiran seseorang telah mensyaratkan adanya karya tulis, baik berupa buku, artikel dan tulisan lainnya walaupun surat-surat tokoh yang bersangkutan. Hal itu karena dengan tulisan-tulisan itu yang lebih akurat dan orisinal dibedah pemikiran seseorang, walaupun sudah terjadi perubahan seiring dengan pergantian zaman. Wallahu A’lam bish-shawab.[]
20