1
ISLAM DAN KONSTRUKSI ILMU PERADABAN DAN HUMANIORA Penjajagan Awal Integrasi Agama Dan Ilmu Peradaban Dan Humaniora
dO erjualbelikan Tidak untuk IpBuku Daras/Ajar proyek pengaudaINanJakarta Tahun 2003 yaDIP ~.~~---_-.. AtaS B la o
ISLAM DAN KONSTRUKSI ILMU PERADABAN DAN HUMANIORA Penjajagan Awal Integrasi Agama Dan Ilmu Peradaban Dan Humaniora
Editor Sudarnoto .i-\.bdul Hakim
Penulis Badri Yatim . ~l Din Madjid .:\nwar Harapan Fuad Jabali Sudarnoto .:\bdul Hakim Oman Fathurrahman Didin Saifuddin D. Sirajuddin AR Pungky Purnomo Imas Emalia
Proyek Pengadaan Buku Ajar/Daras Atas Biaya DIP Tahun 2003 PRO\~K
PENINGK.-\T.-\N PERGURU.-\N TINGGI ..-\.G.L-\.~L-\
DIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2003
ISLAM DAN KONSTRUKSI ILMU PERADABAN DAN HUMANIORA Cetakan 1 Diterbitkan Oleh UIN Jakarta Press
JI. Ir. H.Juanda No. 95 CiputatTangerang 15419 Telp. (021) 7493558, Fax. (021) 7402982 E-mail:
[email protected] Editor Sudarnoto ~\bdul Hakim Penulis Badri Yatim ~L Din ~Iadjid ~\nwar Harapan FuadJabali Sudamoto ~\bdul Hakim Oman Fathurrahman Didin Saifuddin D. Sirajuddin . \R Pungky Pumomo Imas Emalia S eltil1g & IA)'-out: Fauzan
Desaill Coper: Citra Design lsi m . d'
.
ellja t lal1ggu l1,gjalVab
IV
, . Penults dall E{IItor
"Islam dan Konstruk . Il " Fakultas Ad 'Sl mtt Peradaba1'l dan humaniora ab dan Humaniora UIN Syahid Jakarta
....
PENGANTAR EDITOR BismillahirrabJJlanirrahim
Buku Islam dan I<'onstruksi Ilmu Peradaban dan Humaniora ini sesungguhnya diinspirasi oleh ide integrasi ilmu dan agama yang saat ini sedang dengan gigihnya masih terus diperjuangkan dan diwujudkan oleh pihak Universitas Islam Negeri (UIN) Syarifhidayatullah Jakarta sebagai konsekwensi logis dari konversi Institut (lAIN) ke Universitas (UIN). Ini tentu saja tidak menafikan kenyataan bahwa sesungguhnya ide dan bahkan perdebatan (kontroversi) tentang integrasi ilmu dan agama di berbagai kalangan sudah berkembang jauh sebelum UIN terwujud. Gagasan integrasi ini semakin terasa urgensinya saat ini antara lain tidak sekedar untuk mempertegas bahwa pandangan dikotomis antara ilm~ dan a.gam~ (Islam) sudah tidak lagi produktif akan tetapt sekaligus Juga untuk menegaskan paling tidak dua hal berikut :
"Islam dan Konstruksi Ilmu Peradaban dan hUlnaniora" Fakultas Adab dan Hllmaniora UIN Syahid Jakarta
v
.
.---~
.....
~
....
~
~
'
"
.
;
.
:
.
;
,
:
_ __
o
_
.
.
.
____..--
~
_
~
~
·
.....
Pert~ma, kontribusi apa yang bisa ditawarkan un~ memberikan arah moral dan muatan substansial bag! perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan peradaban yang saat ini dan untuk masa-mas a mendatang terjadi secara sangat signifikan.
Kedt:a, Islam sesungguhnya bisa dipahami me1alui berbagat perspektif, karena Islam memang bukan ajaran y~ng tertutup dan menutup diri. Ia bisa didatangi dan dipahatni oleh siapapun melalui berbagai jalan yang variatif sekalipun. Karena itu, perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi sangatlah bermanfaat sebagai alat untuk memahami keluasan dan kemahabesaran Tuhan dan ajaranNya, Islam. Melalui eara pandang tersebut maka tidak berlebihan juga untuk kembali digaris bawahi sikap dan keyakinan para sarjana terdahulu bahwa Islam tnemberikan perhatian kepada kemajuan dan ketinggian peradaban dan kemanusiaan dengan cara terus menggali, meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan sem, sebagaimana yang, misalnya, telah ditunjukkan oleh peradaban Islam klasik era Abbasyiah dahulu. Yang menjadi agenda penting kemudian ialah pohon ilmu seperti apa yang untuk saat ini harus dibangun oleh masarakat melalui berbagai lembaga/institusi pendidikan Islam yang ada sehingga seluruh tuntutan, persoalan dan agenda kehidupan yang muneul bisa terjawab dengan baik dan tepat. Inilah yang hingga saat ini masih diperbincangkan dan dipermatang paling tidak di lingkungan DIN. Buku ini berusaha meletakkan diri ke dalam perspektif tersebut eli atas. Namun demikian, sebagai pemikiran yang masih bergulir dan harus dipermatang, ('Islam dan Konstruksi Ilmu Peradahan dan humaniora" VI
Fak1l1tas Adah dan Humaniora UIN Syahid Jakarta
~
.
----~
~
~
-
--
~
-
................................
tentu saja sejumlah topik yang dikembangkan dalam buku ini masih bersifat penjajagan awal dan belum lengkap baik dari sisi metodologi maupun substansinya. Yang secara khusus menyinggung sedikit tentang pencarian pintu masuk untuk ide integrasi ilmu da~ agama adalah Bagian Pertama "Pengemb~nga~ Stud! IZeislaman dan Peradaban." Fuad Jabal!, m!salnya, mencoba masuk melalui pintu Sosiologis untuk pengembangan ilmu-ilmu keislaman, sementara itu, Badri Yatim dan Oman Fathurrahman masing-masing berusaha melihat masalah-masalah keislaman melalui sudut historis dan ftlologi. Tiga artikel tersebut, sekali lagi, masih merupakan penjajagan dalam membangun pohon ilmu yang kokoh. Pada Bagian I<'edua dari buku ini, perbincangan lebih diarahkan kepada upaya mengingatkan kembali tentang pentingnya peran perpustakaan scbagai salah satu instrumen dari kemajuan peradaban, sebagaimana yang telah ditunjukkan dalam peradaban Islam terdahulu. Karena itu, perpustakaan ideal diharapkan, perla1Jla, mampu memfasilitasi secara baik bagi siapa saja yang ingin memotret peradaban umat terdahulu dan, kedua, mampu berfungsi sebagai drilling fora bagi berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi dan peradaban.
Perada~an masa depan umat sepcrti apa sebenarnya y~ng a~an dibangun? Banyak konsep tcoritis yang telah ~perb~ca~gkan oleh be.rbagai kalangan. Apapun, topik 1m ~enJad1 sangat pentmg untuk diagcndakan dalam perblncangan atau perdebatan sehingga perkembangan 11~u pengetahauan benar-benar diyakini oleh semua p1hak berguna bagi kemajuan, kemaslahatan,
'1slam dan Konstruksi Ilmu Peradaban dan humaniora" Fak/lltas Adab dan H1I1naniora UIN Syabid Jakarta
.
VII
~.......
~
:~ ....
----- -
---------------~~-----~-----~----~ ------ .- ---
-------
keda1llaian, dan ke1llanusiaan. Bagtan t h uan . !(e riga buku i111 ingin 1llenegaskan k01llitmen ilmu tethadap kemajuan petadaban k~ ?epa~. rkahir sepetti bagian-bagian lain dati buku 1ll1, bagtan t~arkan ini baru tnenginventarisasikan atau d lam petadaban sepanjang yang te1ah tere k spre~ikan k ilnya a b.aglan k ec bisa petjalanan sejarah. Itupun, saja. Pottet kecil ekspresi peradaban 11ll diharap an an b erguna sebag al. bahan bandIng per timbang . 1lle1llbangun peradaban ke depan.
peng~:mun,
meng~am bebera~a.
Terakhir, beberapa tawaran ide yang dimunculkan dan a1ll dal buku ini, dengan berbagai kelemahan . d' kekurangannya tetap diharapkan bisa menJa 1 SU1llbangan paling ' tidak tnendorong terus bagt. up aya-. Upaya senus . untuk tnetnpertnatang gagasan m . tegras1 ·1 I1llu .aga1lla (Isl atn). Selatnat tnenikmatl. dan tnengkrl1:lSl.
d~~
SUDARNoTO ABDUL HAKIM
viii
"Islam dan KO
nstruksi
II7nu Peradaban dan humaniora"
Fakultas A.dab dan HU11laniora UIN Syahid Jakarta
DAFTAR lSI
PENG£\N'I :\R 1
EDI~r()R
I~-\T.t\ PENG~\NT.r\RRFJ('I~()R L~IN
\~
SYi\HID
Jl-\I~\RT~\ D~\FT~\R
lSI
ix xiii
TvIENCARl AI~\R. SOSI()LOG1S PENGE~:IB~\NGI\N IIlvIU-ILt\1U I<EISL\lvL\N 1)1 L\IN/l'IN 1-7uad jalJClli 1
STlJDI ISLA1:1 DENG~\N PENDEI~-\ T~\N SEJ1\RAH Bacl'7 Yatinl FII.JOLOGI D~-\N PI~Nl~.lj·rlj\N 'l'EI<'S-'rr~I<'S I(E~-\G ~\ Iv!.;\._-\N ()man 17alhtlrahlnan
"Islam dan Konstruksi limu Peradaban dan humaniora" Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syahid Jakarta
25
57
"iii
KONTRIBUSI PlTSTAI<.A\V.Lr\N TERH.i\DAP TRADISI PERKErvIB.i\NG~r\N IN~rELEI(TlTl\L DI DUNIA ISI.d-\!vl J)tlngki j)urn01'ilO ••••.••..•.••••.••.••.••..••.•.•.•.••..•...••.•....•.••• 81 i\1ENELUSURI SEJARAH MEL-\LCI i\RSIP I<'ONTROVERSI SHAL-\T ]Ul\'I'i\T DI ivL~SJID LAW.l~NG I
PENLTLISAN SEJi\~~H ISL\l\I; DARI Z.l\IvIAN I
SASTRi\ KEBEDAYA1\N DAN PER.t\DABAN /1nlva171dil1 H arabap 159 r\L-QUR' AN DAN REFORJ."'\1ASI I
XIV
C'1la ria s m n Konstruksi Ilmu Perariaban dan humaniora" Fakliitas Adab dan H"maniora UIN Syahid Jakarta
PERSPEKTIF HISTORIS MODERNISME ISLAM DAN AGENDA NASIONALISME DI INDONESIA SJldarlloto Abdul Hakim
Modernisme Islam, untuk menggunakan ungkapan ana lain dari gerakan pembaharuan Islam, sebagaim yang bisa banyak dijumpai di berbagai literature, merupakan satu topik hangat yang sebetulnya telah dibicarakan oleh berbagai pemerhati masalah-masalah keislaman. Ada banyak faktor yang bisa dijelaskan mengapa isu modernisme Islam ini menjadi menarik. Pertama, bagi pengamat asing (Barat) modernisme Islam, meskipun an dalam tingkat tertentu mengadopsi sejumlah pemikir Barat, dinilai sebagai fenomena ancaman potensial bagi Barat. Pandangan ini didasarkan kepada kenyataan bahwa sejumlah pemikiran atau gerakan kaum modernis
"[slam dan Konstruksi [Imu Peradaban dan humaniora" Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syahid Jakarta
249
muslim justru dinilai identik dengan apa yang disebu~ sebagai gerakan yang ingin menghidupkan kembah tradisi Islam murni (])riJ/ine IJ/aJJ1) secara total sebagaimana yang ditegakkan oleh rasuI ~1u11alnmad dan sekaligus meruntuhkan barat. Bagi para pengama~ ini modernisme Islam tidak cukup dipahami sebag a1 berdimensi agama semata akan tetapi secara kultural, ideologis mupun politik merupakan gerakan yang berupaya membangun tatanan masarakat politik Islam. Terhadap modernisme Islam ini, Barat perlu bersikap sangat \vaspada. Namun demikian, eli mata pengamat yang lain modernisme Islam merupakan petanda sikap akomodatif umat Islam terhadap barat karena mendatangkan keuntungan tersendiri bagi Barat secara sosial, ekonomi dan politik. Kedtla, di mata umat atau sejumlah tokoh, ulama dan pemimpin umat Islam sendiri modernisme Islam dilihat sebagai fenomena yang menjanjikan perubahan dan masa depan Islam dan umat Islam. Akan tetapi, eli mata yang lain, modernisme Islam ini justru perIu diwaspadai karena disamping dinilai tidak ada rujukannya dalam agama juga nampak cenderung sangat bersikap lentur dan bahkan, pada tingkat tertentu, akomodatif terhadap nilai-nilai, cara pandang atau cara hidup Barat yang belum tentu sesuai dengan ajaran Islam. Jika dicermati Iebih Ianjut, maka perdebatan seputar modernisme ini mencover sejumlah isu antara lain landasan keagamaan bagi modernisme Islam, sejau11 mana kaitan modernisme Islam dengan Barat, tematema dan implikasi apa saja yang muncul dar~ moder~isme Islam ini, dan yang juga penting menjadi perhatlan dalam artikel ini ialah berkaitan deng an nasionalisme khususnya di Indonesia.
250
"Islam dan Konstruksi Ilmu Peradaban dan humaniora" Fakultas Adab dan Httmaniora UIN Syahid Jakarta
Ta'ri! Sccara umurn 111()(.lcrnistnc lslatn adalah upaya mcnghadapi apa yang disebut olch Azyumardi i\zra scbagai kctegangan teologis su'paya Islam tcraktua li saSlok"an sccara bcnar dan ll1aksl111al. . f\1l'tlurut Azra kctcgangan ini muncul karena dalam tingkat tcrtcntu terjadi kescnjangan antara harapan Islam ideal atau kcharusan memegangi doktrin dcngan keinginan untuk mcmbcrikan pcmahaman baru pada doktrin tcrscbut scsuai dcngan konteks realitas yang ada. I (>kh karcna itu, tidak mengherankan jika kcmudian munclil bcrbagai tipologi gerakan atau pemikiran Islam yang mcmbcrikan rcspons tcrhadap ketcgangan tcologis ini, seperti modcrnis-revivalis, modcrat/akomodasionisfundamcntalis dan scbagainya. Sduruh gcrakan tl'rsehllt tnemiliki eiri khas dan sikap tnasing-masing dalam upaya £
tncngaktualisasikan Islatn.
2
Karcna inti modernismc Islam, scbagaimana yang tcrturai di atas, adalah aktualisasi Islam dalam konteks historis dcngan dcmikian fcnomcna modernisme herarti sudah ada scjak nabi Muhammad untuk pertama kahnya mempcrkcnalkan Islam. Dalam pcngertian ini modernismc Islam, paling tidak sepanjang periodc kIasik, tdah mcmbuahkan bcrbagai hasil yang cukup fcnomcnal antara lain ialah: Perltll7ltl, tcgaknya sebuah kcpercayaan (system of belicvc/truth) yang rasional dan tidak tergantllng kepada alam yaitu Tauhid. Tauhid disampll1g mcncgaskan hanva j\I\ah sajalah tuhan yang pall11g tepat dan benar untuk di\'akini, juga menandaskan adan.ya tanggung jawab mO;'al panjang bagi manusia. Tauhtd, disamping mcnunjukkan titik kmah dari kepercayaan
"Islam elan Konstruksi Ilmu Peradabal1 elan human;ora" Fakultas Adab dan Hllmaniora UIN Syahid Jakarta
251
politeis dan sekaligus meruntuhkannya, ~u?a memberikan tempat yang sangat baik terhadap SlStun hukum yang ielas yaitu Syariah baik hukum-hukurn yangn berkaitan dengan hubungan manusia deng an Tu.ha (Ubudiyah) maupun hukum-hukum yang memberika~ prinsip-prinsip dasar bagi persoalan kehidupan seharthan (Muamalah). Oleh karena itu, Tauhid sesungguhnya menawarkan satu bentuk atau tatanan kehidupan. yangn a didasarkan kepada ketaatan kepada Allah; penclpta . 3 kebersamaan, kesatuan , keadilan dan toleransi.. Ismail 1ah al-Faruqi bahkan menegaskan bahwa Tauhld te. a meniadi esensi dari peradaban yang menawarkan tlg dimensi metodologis bagi kehidupan yaitu persatua~ (unity), rasionalisme (rationalism) dan toleransl (tolerance). Lebih lanjut, dia menggaris bawahi b~h~a muatan atau fungsi dari Tauhid ialah sebagai pr~ns~p meta~sika, prinsip etika, prinsip aksiologis dan prUlSIP esteuka. 4 Secara historis, tatanan masarakat ya~~i langsung di bawah kepemimpinan Muhammad tn kemudian terwujud dalam masarakat Mekah dan an Madinah. 5 Banyak kalangan ahli yang berpandang bahwa masarakat sosial-politik yang dibangun oleh Rasulullah merupakan masarakat ideal (ideal sodety) yan~ menjadi referensi utama atau sumber inspirasi bag~ ~~nga~ moderrus untuk membangun masarakat ma~a01 (czml soczery) karena di situlah Muhammad merealisasikan prin~ip-prinsip kebersamaan, persatuan, toler ansi , k~adilan sebagaimana yang diuraikan di atas. Yang diadopsi oleh kalangan ini ialah prinsip-prinsip dasa~ ~asara~at sosial-politik. Oleh karena itu kelompok ini disebut Juga kelompok substansialisyang lebih cenderung memandang . . . . d asar aJaran . . penegakan prmsl-prlnslp yang tertuang eli dalam kitab ' . . SUCl maupun hadits. ~\kan tetapl, "Islam tkn lGonstrukSt°llmu Peradaban dan humantO ra Fakultas Adab dan Hllmaniora UIN Syahid Jakarta °
252
"
pada kenyataannya tidak semua kalangan sependapat deng~~ kecenderungan ini. Kalangan ini cenderung mendirikan sebuah sistim sosial politik Islam (negara Islam) karena disamping te1ah dilakukan oleh Rasulu11ah s~n~ juga ada nash tentang keharusan menegakkan Slstltn kekhalifahan. l(alangan inilah yang juga
kemudian disebut sebagai sknpturalis-legalis. Terlepas dari perdebatan tentang hal ini, yang je1as bahwa pada era klasik ini Islam te1ah menanamkan tauhid sebagai sistim kepercayaan sekaligus tatanan masarakat ideal. Kedua, munculnya pusat-pusat peradaban umat Islam yang sangat variatif sebagai konsekwensi logis dari pertemuan antara prinsip-prinsip universalisme Islam dengan pemikiran filsafat, tradisi maupun ~ebudayaan lokal masarakat. Di pusat-pusat peradaban Inilah tradisi dan intelektualisme agama dibangun,
bahas a dan budaya dikembangkan, pusat-pusat k~kuasaan politik dibangun, sistim pemerintahan dan bltokrasi dan militer ditegakkan, perdagangan dan pusatpUsat bisnis diramaikan, pusat-pusat pendidikan dan ri.set dikembangkan, science dan teknologi digali dan dikembangkan. Di antara pusat peradaban umat Islam pada era ini antara lain, selain Mekah dan Madinah, ialah Damaskus, Baghdad, Mesir, Cordova, Sicilia dan sebagainya. Apa yang telah dihasilkan pada era ini nampak tnenjadi sumber inspirasi umat untuk senantiasa tnengaktualisasikan Islam agar Islam benar-benar tnenjadi agama rahmatan IiI aIamin. Ada semacam proses kontinuitas dalam modernisme Islam ini terutama dal am keyakinannya bahwa Tauhid adalah meruapa~an landasan pokok atau referensi utama bagi umat ketika tnenjalani kehidupan dan ketika memberikan respons ''Islam dan Konstruksi Ilmu Peradaban dan humaniora" Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syahid Jakarta
253
! I
II
terhadap berbagai persoalan yang muncul. Dengan demikian, ketika terjadi penyelewengan/de\riasi, karena berbagai faktor, gerakan atau pemikiran yang diarah~an kepada upaya pemurnian (purifikasi) menjadi pentlng. Dalam konteks inilah Muhammad bin Abdul \Vahab dengan Wahabinya muncuL Corak penting purifikasi Islam ini ialah normatij:doktrinal dan dalam tingkat tertentu tekstual-Iegalistik atau bahkan jundaJJlentalisskripturalistik. 6 J\fenggunakan logika kontinuitas eli atas, gerakan dengan corak ini, dalam perkembangan berikutnya, senantiasa muncul di berbagai wilayah Islam ketik~ keberislaman umat memang dinilai telah mengalanu penyelewengan atau pengotoran (deteriorasi). Dalam perspektif inilah kemunculan Syah Waliullah, Syah Ahmad Syahid, Mauducli, dan tokoh-tokoh lain eli India,7 kaum Paden di Minangkabau, Muhammadiyah, Persis clipahami. 8 Yang pasti adalah bahwa ajaran dasar Tauhid menjaeli faktor penting sekaligus akar dan bahkan tema utama modernisme Islam termasuk yang berkembang eli Indonesia. ~Ieskipun tidak menjacli fenomena semua gerakan modernis, watak modernisme Islam semacam ini menawarkan Tauhid menjadi landasan utama bagi citacita membangun kepemimpinan masarakat politik Islam. Akan tetapi implikasi sosial politik semacam ini yang justru menjadi constrain atau paling tidak menimbulkan perdebatan luas dan berkepanjangan a':tara kalangan yang menganggap sangat penting dltegakkannya kembali kekhalifahan atau negara Islam dengan kal.angan yang lebih cenderung tidak menghendaki kekhalifahan. 9 Perdebatan soal IslatTI dan politik atau negara semakin kompleks antara lain karena
254
"Islam dan Konstruksi Ilmu Peradaban dan humaniora" Fakttltas Adab dan Humaniora UIN Syahid Jakarta
faktor Barat. Fenomena Barat disamping dipahami sebagai fenomena imperialisme, kristenisme dan ~ekularisme di wilayah muslim yang harus diberi respons Juga merupakan fenomena pemikiran dan juga peradaban yang perlu dipandang secara kritis. Perdebatan ini muncul di mana-mana dan hasilnya juga beragam. Ada umat Islam di wilayah tertentu yang cenderung menegakkan secara formal negara Islam, misalnya Pakistan, Iran, Saudi Arabia, Malaysia, Brunei Darussalam dengan sistim yang juga berbeda, ada yang tnonarki absolut, monarki konstitusional, dan tepublik. Sementara umat Islam eli Indonesia lebih cenderung untuk tidak mernilih negara Islam dan sistim yang dianut ialah Republik dengan ideologi Pancasila. Dalam konteks responsi umat Islam terhadap fenomena modernitas ini Voll kemudian membuat kategori antata lain ialah adaptationist westernizer, radical jundamentalisJJ1, conservative adaptationism. TO Dati aspek kecenderungan ideologi, modernisme Islam melahirkan kalangan secular modernism" dan Islamic modernism atau yang oleh Vall dinvatakan sebagai kalangan yang tnenekankan kepada penegakan "pemikiran Islam yang Iebih otentik." (a more authentic Islamic thought).12 I<eanekaragaman ini sekaIigus menggambarkan adanya kompleksitas dalam modernisme Islam. Selain penegakan Tauhid, modernisme Islam, termasuk yang berkembang di Indonesia, mulai dihadapkan kepada berbagai isu yang jauh lebih kompleks, termasuk soal nasionalisme. Pendekatan Konseptllal Nasionalisme
Secata harfiah kata nasionalisme berasal dari nation (Inggris) yang berarti bangsa atau sekumpulan besar (1sla m dan Konstruksi Ilmu Peradaban dan humaniora" Faku/tas Adab dan Hltmaniora UIN Syahid Jakarta
255
orang-orang atau komunitas masarakat yang besar y~~~ pada umumnya menggunakan satu bahasa dan memiliki satu watak atau aspirasi politik tertentu. n Sedangka~ nasionalisme sendiri paling tidak memiliki dua a~~. Pertama, pengabdian yang kuat terhadap bangsa se~~l; perasaan, upaya-upaya dan prinsip-prinsip pa~:notik. Kedua, gerakan atau perjuangan untuk terwuJudnya kemerdekaan ekonomi, politik dan sebagainya yang muncul di suatu negara tertentu yang sedang dikontrol/ dijajah oleh negara atau bangsa lain. 14 Dengan demikian sesungguhnya nasionalism~ merupakan suatu paham, sikap politik dan sosial ~~~ suatu komunitas masarakat yang besar yang memiliki ikatan kesamaan kebudayan, bahasa, wilayah dan cita~ cita maupun tujuan. Di dalamnya terkandung dimens1 ideologis, kebersamaan atau kesatuan komurutas dalam mempertahankan negara atau bangsa. Mohammad Hatta memberikan pengertian bahwa nasionalism e sesungguhnya diarahkan kepada upaya pembentukan persaudaraan seluruh bangsa. 15 Definisi yang sangat terkait dengan adanya upaya penumbuhan patriotisme radikal dalam menghadapi segala bentuk penjajahan ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Anthony D. Smith "nasionalisme merupakan refleksi antik?1~nialism~."16Pandangan Hatta maupun Smith ini bisa diul~ ~elalU1 perjala~an sejarah bangsa-bangsa. Tidak sed~k1t g.erakan dan ~pa yang disebut sebagi kaurn nas10nalis adalah antl kolonialis dan mencurahkan perha~an mereka untuk mencapai kemerdekaan. Oleh sebab 1tu tema kaum nasionalis era kolonialisme adalah pembebasan, kemerdekaan dan political dignity. Sementara Lothorp Stoddard cenderung berpandangan bahwa nasionalisme tidak saja terkait
256
CCIslam dan Konstruksi Ilmu Peradaban dan humaniora" Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syahid Jakarta
den?an pengusaan kekuatan asing. l ? Stoddard menJelaskan bahwa nasionalisme adalah a state ofmind·
n~sionaJisme adalah suatu kepercayaan yang dianut oleh seJumlah besar manusia sehingga mereka membentuk kebangsaan. Nasionalisme adalah rasa kebersamaan sego longan atau a sense of belonging together sebagai Suatu bangsa. Lebih lanjut ia menguraikan pengertian bangsa yaitu rakyat atau masarakat yang bergabung bersama dan tersusun dalam suatu pemerintahan dan berdiam bersama dalam suatu daerah tertentu. Jika citaCtta nasional telah menjadi kenyataan, maka
terbentuklah suatu lembaga poJitik yang disebut dengan negara. 18 Perbedaan pengertian nasionalisme dengan ras juga
disinggung oleh Stoddard. Menurutnya, orang sering tnencampuradukkan atau malah mengacaukan pengertian dua istilah tersebut. Baginya bangsa tnerupakan pengertian psikologis, yaitu suatu pemikiran. Sedangkan ras merupakan pengertian fisik yang oleh ilmu pengetahuan dapat diketahui/ditentukan ukuranukuran kongkritnya. Dengan kata lain ras ialah rakyat secara anrropologis, sementara bangsa Iebih bercorak politis. Dalam konteks ini maka sangat besar kernungkinan bah\va suatu bangsa sesungguhnya berasal dati berbagai rase I<ebanyakan penduduk Eropa misalnya berkeyakinan bah\va mereka termasuk dalam kategori ras yang sangat berbeda komposisinya. Sejumlah mereka tnengatakan bahwa mereka berasal dari keturunan ras TnllOl1it;
sementara yang lain mengatakan berasal dati . 19 dan se b agalnya.
. SlalJia" AllglostlkJon L a/zn,
Pengelompokan ras ini menjelaskan adanya kaitan darah, bahasa dan kebudayaan. Meskipun demikian secara politis mereka adalah satu bangsa yaitu Eropa
C1slam dan Konstruksi Ilmu Peradaban dan humaniora" Faku/tas Adab dan Humaniora UIN Syahid Jakarta
257
yang memiliki ikatan komitmen dan cita-cita kebangsaan yang sarna. . Pengertian-pengertian tersebut di atas sekallgus menegaskan bahwa nasionalisme tidak tumbuh dengan serta merta. Ada faktor-faktor historis yang mendoro~g tumbuh dan berkembangnya nasionalisme. Elle I<'edourie menyebutkan bahwa nasionalisme adalah sebuah doktrin atau ideologi yang ditemukan eli Ero~a pada abad 18. Doktrin ini menandaskan bahwa manUSla secara nasional terbagi menjadi bangsa-bangsa dan dalam konteks ini maka satu-satunya tipe pemerintahan yang diakui dan eksis adalah pemerintahan bangs a sendiri.. 211 I)alam perspektif ini maka segala bentuk penjajahan sesungguhnya melanggar kemanusiaan uni,rersal. I<:'olonialisme berarti telah melanggar atau merusak hak-hak dan kedaulatan kewilayahan suatu masarakat bangsa tertentu; kolonialisme telah mengganggu hak hidup budaya masarakat bang sa tertentu; kolonialisme telah melanggar hak-hak dan martabat politik suatu masarakat bangsa tertentu. Dalam kaitan ini maka nasionalisme disamping ~e~upakan fitrah yaitu bahwa setiap manusia secara mdlvldual maupun kolektif memiliki hak hidup dan mempertahankan dan menjaga kehidupannya, ia ju~ merupakan respons atau reaksi terhadap segala bentuk pelanggaran. Corak nasionalisme reaktif ini tumbuh dan berkembang pada era kolonialisme. Corak nasionalisme yang berikutnya ialah nasionalisme reflektif yang berkembang pask . . h " . .. . a penJaJa an. Naslonallsme yang terakhtr Inlleblh diara hk an k epada upava memperko k 0 h . kehldupan masar k b ,/. . a at angsa dengan menlngkatkan kualltas supra dan . f· k . . . In ra stru tUt, mendlsaln format k ehidupan masa depa d . . n engan perhltungan-perhitungan
258
C1slam dan Konstr k . T1 U 'Sl
~j mu Peradaban
•
dan humantora
"
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syabid Jakarta
ckonotni-politik yang tcpat sehingga tantangan maupun tnasalah yang akan dihadapipun telah terantisipasi ~e~ara tcpat. Olch schab itu nasionalisme tahap terakhir In1 aka!) lebih ban yak difokuskan kepada peningkatan kualitas resources bangsa. Hal penting yang juga digaris ba\varu eli sini ialah bah\va nasionalisme bisa diwarnai oleh berbagai kecenderungan ideologi apapun, antara lain agama tnaupun paham-paham sekular. Yang pertama cenderung menegaskan bahwa falsafah atau pandangan hidup bangsa, konstitusi, pranata tnaupun sistim sosial, ekonomi, politik dan kenegaraan harus berdasarkan kepada agama. l\1enurut penganut mazhab ini seluruh kehcndak tuhan harus termanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari masarakat. Dalam menjelaskan kaitan tuhan dengan realitas kehidupan umat manusia ini J~d\vard I\t1orrimer mengatakan bahwa tuhan melakukan intcrvensi terhadap sejarah manusia dengan ~ara menurunkan wahyuNya kepada manusia. Dan Inilah yal1g merupakan aka! dari sistim kepercayaan Islam. 21 Bahkan dalam kepcrcayaan I<.ristiani, tuhan tnalah rncnampakkan cliri dalam bcntuk manusia. Atas pandangan dasarnya ini tidak sedikit kemudian yang Incngatakan bah\va penganut mazhab ini berupaya Inc\vujudkan satu bentuk masarakat ideal (ideal atau sacred s()ciety) dengan sistilTI pemcrintahan teokratis. I~arcna nasionalisme yang berangkat dari kesadaran ctnis tncrupakan "nasionalismc jahiliyah"22 maka nasic)naJisme yang benar adalah nasi()nalisme yang Jidasarkan kcpada agalna dan pC1l1crinrahan yang benar adalah pcmcrintahan yang didasarkan kepada agama. I)alam kaitan ini maka agalna SalTIa sekali bukan sekcdar faktor instrumental dari nasionalisme, akan C'Islam dan Konstruksi Ilmu Peradaba1t dan huma1liora" Fakultas Adab da1l HU1n{l1ziora UIN Syabid Jakarta
259
tetapl \ustru yang benar-benar mc\varnai dan memberikan arah bagi nasionalislne. Corak pandangan ini ditolak oleh pcnganut mazhab nasionalisme sekular. Bagi mazhab ini masalah-masalah kebangsaan salna sekali tidak ada kaitannya den~~~ agama. Sebagaimana agama, nasionalisme memlhkl \vilayah garapnya sendiri. Intinya terdapat pelnisahan secara tegas antara nasionalisme dengal1 agama. Nasionalisme sekular berangkat dari kecinraannya yang begitu besar terl1adap tana11 air atau bangsa. Dan oleh karenanva, nasionalisme corak sekular ini tumbuh dan berakaro dari semangat keluhuran etnik dan budaya. Pandangan ini sekaligus menegaskan bah\va falsafah atau pandangan hidup bangsa, nilai atau norma yang harus dipegang teguh oleh masarakat bangsa l1arus digali dari perut bUlm atau budaya lokal, dan agalna dengan demikian dinilai sebagai imported, sesuatu yang berasal dari luar atau asing, dan belum tentu sesuai dengan kebutuhal1 nasionalisme Bahkan nasionalisme yang bercorak agama dinilai sebagai nasionalisme yang berbahaya karena tidak sekedar akan merusak budaya lakal akan terapi juga merupakan faktor disintegrasi yang sangat patensial bagi keberlangsungan bangsa.2~ Islam dan Pertumbuhan Nasionalisme Indonesia
Tidak bisa dipungkiri kenyataan bah\va nasianalisme dan agalna (Islam) masih tetap merupakan isu yang menarik diperdebatkan, termasuk di Indonesia. Paling tidak ada empat alasan: j)er/anla, tidak sedikit kalangan yang memandang bah\va Islam bertentangan dengal1 nasionalisme. 2 -l i\Iereka tTIcnegaskan bah\va Islatn tidak lTIcngenal batasan teritorial. T\leskipun sebenarnya pandangan ini
260
('Islam dan Konstruksi limu Peradaban dan humaniora" Fakultas Adab dan Hltmaniora UIN Syahid Jakarta
ti.dak banyak diterapkan dan tidak memiliki basis historis ~ang kuat, tapi pernah menjadi isu yang penting dalam diskusi politik Islam di Indonesia. Kedud, tidak sedikit juga kalangan yang b,erpandangan bahwa nasionalisme Indonesia dltemukan/diprakarsai oleh apa yang disebut dengan ~elompok nasionalis sekular saja. 25 Islam sarna sekali ~~ak terlibat dalam proses pertumbuhan nasionalisme 1111
karena menurut mereka nasionalisme salna sekali
berbeda dengan Islam. Ketiga, dalam sejarah eli Indonesia terdapat berbagai peristiwa yang menunjukkan bahwa sejumlah kebijakan
kalangan nasionalis justru berhadapan tajam dengan aspirasi muslim eli berbagai tempat. Misalnya peristiwa
Tanjung Priok, Aceh, Lampung, dan sebagainya. 26 Keenpat, sebagian kalangan ada yang berpandangan bahwa nasionalisme tidak selalu berguna karena dalam banrak hal struktur nasionalisme telah digantikan oleh kapitalisme dalam rangka mengontrol dan bahkan tnengeksploitasi negara-negara miskin/berkembang. 27
Kalangan kiri pada umumnya yang kemudian lebih banyak menampilkan isu ini. Secara umum bisa dikatakan bah\va Islam tidaklah
bertentangan dengan nasionalisme sebagaimana yang tu1l1buh dan berkembang eli Indonesia. Dalam banyak hal keduanya justru saling terkait. Gagasan nasionalisme ~odern sebagai pengembang Iebih Ianjut dari apa yang
dlsebut dengan kesukuan yang pernah ditolak oleh kalangan Islam harus diperhitungkan sebagai sesuatu
yang penting28 karena nasionalisme ternyata merupakan faktor utama mewujudkan kesejahteraan bangsabangsa.29 lni juga sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Hatta.'" Oleh sebab itu sejumlah besar kalangan Xskz m dan Konstruksi Ilmu Peradaban dan humaniora" «klt/tas Adab dan Hllmaniora UIN Syahid Jakarta
261
. li sme s ebagk muslim Indonesia memandang naSlOna sesuatu yang konstruktif khususnya dalam rang a menumbuhkan patriotisme, mc\vujudkan kes.atual~ . . dimu al Indonesia dan kemerdekaan. Peran Islam illl . . Ii eli Indonesia. ~engan menumbuhkan proto-naslOna sme 1h Sejak lslamisasi, terutama sejak abad ke-14, Islam teka merupakan faktor penting dari kehidu~an mas ara da~ kebudayaan, dan bahkan politik mayontas pendu u'l . . b er has l Indonesia. Islam bahkan telah diyaklnl me~bangun fondasi bagi integrasi budaya. Melalui a : aktlfitas perdagangan, misalnya, para saudagar mU S maupun ulama tidak saia berhasil membangun bahas~ tVlelayu sebagai alat komunikasi berskala nasional tapl da1am \vaktu yang bersamaan juga mempeloporl. pro.seS integrasi budaya. Maka tidaklah berlebihan iika Judit~ Nagata menyatakan adalah hampir mus tahl , membicarakan Melayu tanpa memberikan referens~ kepada Islam. 3! Bahkan lebili lanjut Islam diakui sebagai apa yang disebut dengan "high culture:,n 't\lelalui us aha para dai yan~ be~etualang serta karya para cendekiawa~ (ulama) balk ltu teriemahan, karva ash maupu komentar Islam telah memainkan p~ran besar, dalartl pembentukan budaya dan nasionalitas IndonesIa. Pr<:>ses ini te.ntu saja ~elah dimulai sejak period: for~atlf Islam ,di IndoneSia, akan tetapi gerakan yant> leblh reformatlf teriadi sejak pusat-pusat kekuas aan ma~pun. pusat-pusat studi Islam menunjuk ka11 ekslstensmva dan ekspansl' f sepan)ang . ~n ~ ab ad 17 - 18 daD 19. Pad~ masa-masa itulah telah mulai terbent~k kosmopolitanisme Islam Ind . S 1 bih detail, . k k . oneSla. "- ecara e . k cora ,osmopohtanisme ini tetbentuk paling u da melalul beberapa faktor: a1
~~
262
s m dan Konstruksi limu Peradaban dan humaniora
p
Fakultas Adab dan Humaniora UIN syabid Jakarta
I
j j
Pertama, peran ulama dalam menyebarkan Islam, tne1akukan Islatnisasi di kalangan penguasa (birokrat); tnernpublikasikan karya-karya tulis rnereka dalam b~rbagai bidang antara lain sufisrne dan fiqh. Bahkan seJutnlah pusat kekuasaan Islampun kemudian menjadi
j j j j j
PUsat studi Islam. Maka tidak berlebihan untuk rnengatakan bahwa salah satu faktor utama munculnya kosmopolitanisme Islam ialah patronase; penguasacendekiawan; raja/sultan-ulama..'4 Kedtla, berdirinya sejumlah pusat studi Islam yang cUkup prestisius antara lain ialah Samudra Pasai, M~laka, Aceh, Palembang, Banjarmasin dan M1nangkabau. Pada Ease ini pula lahir sejumlah cendekiawan (ulama) sekaligus penulis yang oleh Benedict Anderson disebut sebagai embrio "komurutas yang diimpikan secara nasional" (the embrio of nationally imagined community).J5 Lebih lanjut, tnetnperhatikan mobilitas intelektual yang tinggi para ularna ini, maka Anderson juga cenderung memasukkan tnereka sebagai kelompok inteligensia (kaum intelek).]6 Semakin jelas bahwa pada tahap ini saudagar-penguasaulama (kaum intelek) telah berhasil menempatkao Islam sebagai faktor penting dalam proses integrasi berskala nasional dan tentunya dalam rangka pembentukan bangsa Indonesia. Pada fase berikutnya, di mana kolo~alisme mu1a~ tnuncul di Indonesia Islam diformulaslkan sebagal surnber ideologi per1a~anan. Konsep tentangJ~'hadpun kernudian memperoleh bentuknya yang k~)flgkrlt.. Daud .l-\bdullah al-Fatani, seorang ulama darl Patanl yang sangat produktif dan pernah belajar di Aceh eli bawah bimbingan Syaikh Muhammad Zayn bin Faq~h~ddin alAs yi,17 misalnya, menguraikan konsep 101 dalam
j j j j j j j j j j j j j j j j j j j j j j j j j j j j j j
C1slam dan Konstruksi Ilmu Peradaban dan humaniora" Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syahid Jakarta
j
263
j j
j
bukunva Furu' al-Masail. JII Begitu juga Tgk Haj~ Muha~ad Pantee I<.ulu yang terkenal dengan nalna Tg Chik Pantee Kulu menulis sebuah karya sastra bes.a~ tentang perang yang berjudul HikaJ1at .Prang Sabt. Berbagai karya lain yang menyemangau perl~w~nan terhadap kolonialisme juga beredar, antara lam lalah Syair Perang Mengkasar karya En~~' An:Un. 411 ., Berdasarkan kepada ideologi antl kafir dan Jihad inilah maka berbagai gerakan perlawanan yang berinspirasikan Islam muncul dipimpin oleh kalangan
aristokrat muslim maupun para tokoh agama (ula.ma) di desa-desa dan di tempat lainnya 41 dan bahkan Juga gerakan yang muncul dari lingkungan po~~ok
pesantren. 42 Dalam konteks ini maka a~t1f1tas perla\vanan yang dipimpin oleh para sultan, arlstokra~ maupun para ulama ini bisa dipahami sebagai refleksl logis kecintaan mereka terhadap kemerdekaan dan kebencian mereka terhadap dominasi kekuasaan asing43 yang sekaligus menjadi faktor penting dalam menumbuhkan nasionalisme Indonesia sepanjang
bahwa mereka menjadi simbol ekspresif bagi perlawanan rakyat.
Refleksi nasionalisme jenis ini kemudian mengalami perkembangan pada awal abad ke 20. Bentuk-bentuk
perlawanan kemudian mengalami perubahan. Sejumlah kalangan muslim menggunakan metode-metode baru
?ala~ rangka .tetap menumbuhkan/ memperkokoh 1dentl.tas. nasl~nal dan mobilisasi keagamaan. Orgarusas1-orgarusasi muslim kemudian tumbuh sebagai pilihan metodis menyalurkan aspirasi nasionalis merek~.4~ Perubahan pola atau metode gerakan muslim abad 1m antara lain terkait erat dengan adanya perkembangan dalam dunia pendidikan sebagai akibat
264
"Islam dan Konstruksi limu Peradaban dan humaniora" Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syabid Jakarta
j j j
~ogis dati penerapan politik etis. Kelompok sosial model
j
fi aru .kemudian muncul dengan status dan fungsi-
j
bungS1Ilya yang baru dalam bidang sosial, ekonomi dan ahkan politik/pemerintahan.45 Dati kelas inilah muncul kau~ ~rofessional yang karena posisinya mereka tnenJadl. protagonist dari gerakan modernisasi dalam pengertlannya yang luas dan pionir nasionalisme Indonesia. 51 46 dan Muhammaeliyah, misalnya, adalah representasi gerakan muslim gaya baru. Merekalah yang, oleh Deliar Noer, disebut sebagai kalangan muslim tnodernis atau modernis saja, sebagai kelompok yang :eca.r~ diametral berseberangan dengan muslim radlsl ona lis,47 abad 20 yang dengan watak dan kecenderungannya, sebagaimana para tokoh atau ulama sebe!umnya, tetap menempatkan Islam sebagai faktor pentIng bagi nasionalisme Indonesia. Dalam skala yang lebih luas maka kemunculan berbagai organisasi pada periode ini sesungguhnya sekaligus menunjukkan adanya perubahan/perkembangan penting dalam ke~enllmpinan, pola analisa dan aksentuase gerakan naslonalisme yang kemudian memberikan ~~kna y~ng sangat signifikan bagi perkembangan politlk, socIal, bUdaya dan juga agama eli Indonesia. 48 I(esadaran nasionalisme yang secara kultural tnuncul dan teraktualisasikan melalui pemunculan Organisasi-organisasi muslim modern, mobilitas pendiclikan modern, pengembangan progr.am-progr~m sosial, ekonomi dan keagamaan ini kemudian berla~~ut ?alam bentuk-bentuk yang lebih bercora~ POlI~lS tdeologis. Oleh sebab itu, pada fase ini Islam disampmg secara khusus mulai ditampakkan dalam. formula ideologis dan politis juga menjadi dimensi pentIDg dalam perumusan dan pematangan konsep baru ten tang
j j j j j j j j j j j j j j j j j j j j j j j j j j j j j
C1slam dan Konstruksi Ilmu Peradaban dan humaniora"
j
265
j
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syahid Jakarta
j j jJ
nation-state. [<arena itu pulalah, sebagaimana perio~e periode sebe1umnya, Islam abad 20 ini tidak bl~a dipisahkan dari perjuangan pembentukan Ind~n~sla sebagai sebuah nation state. Dalam konteks lfilla~ kelompok modernis, semacam iVluhammadiyah, mula! bersentuhan secara intens dengan politik.
Dimensi Politik Modernis Muslim, Kasus M uhammadiyah Seperti gerakan-gerakan Islam yang muncul awal abad ke dua puluh, kemunculan Muhammadiyah sebagai salah satu gerakan modernis memiliki akar yang cukup panjang. Voll mengatakan bah\va gerakan Islam kontemporer yang muncul eli berbagai belahan negara muslim memiliki akar sejarah yang kuat dan malah sekaligus merupakan refleksi dari persambungan (continuity) dari sejarah Islam. 4tJ Artinya, dimensi atau aspek politik sebagaimana yang ditampilkan oleh Muhammadiyah, termasuk sejumlah tokoh t\1uhalnmadiyah, memiliki kaitan kuat dengan aliran pemikiran politik yang telah berkembang sepanjang sejarah Islam. Dalam perspektif ini, I\luhammadiyah bisa saja masuk ke dalam suatu stream atau tipologi tertentu. Secara umUffi, pemikiran politik Islam banyak difokuskan kepada pembahasan tentang \vatak dan peran pemerintah sebagai instrumen yang melindungi kehidupan agama dan aspek-aspek kehidupan lainnya serta mc\vujudkan Islam ideal dalam masvarakat. I<'aitan antara Islam dan politik, sebagaimana p~ndangan para ahli, bukan setnata-mata manifestasi dari realitas sejarah akan tetapi juga manifestasi terhadap ajaran agama. 511 Bernard l.Jewis juga pernah menandaskan bahwa kaitan
266
"Islam dan Konstruksi Ilmu Peradaban dan humaniora" Fakllitas Adab dan Hllmaniora UIN Syahid Jakarta
IsIam-kekuasaan sudah nampak pada masa kenabian MUh.ammad dan dilanjutkan pada masa Khulafa' RasYl.dun. Kaitan erat agama-kekuasaan, masarakatPOhtlk juga bisa dijumpai di dalam al-Qur'an. 51 Meskipun demikian, sebagai isu yang memicu rerdebatan di berbagai kalangan, pemikiran politik slam mulai muncul sejak wafatnya Rasul pada tahun 632. Isu yang gencar saat itu ialah suksesi: siapa yang harus ~ertindak sebagai pengganti, bagaimana metode sUksesl, dan bagaimana bentuk pemerintahan yang harus ditegakkan?52
~erdebatan tentang suksesi ini secara umum mell1~bulkan dua faksi di kalangan umat Islam yaitu Sunlll dan Syii. Sebagaimana diketahui, sepeninggal MUhanunad, yang bertindak selaku Khalifah ialah Abu B~.kar, sahabat dekat yang menemani Rasul ketika HIJrah, mertua Rasul, sekaligus penasehat senior Rasul. Bagi kalangan Sunni, pemilihan Abu Bakar sebagai khalifah adalah tepat antara lain karena Rasul sendiri ~etnberikan kepercayaan kepada Abu Bakar menjadi l~am sholat saat RasuJ sakit. Penunjukan ini adalah sunbol atas kompetensi Abu Bakar menjaeli pemimpin Ulnat sepeninggal Rasul. Sementara itu, kalangan Syiah berargumentasi bahwa Ali bin Abi Thaliblah yang tepat dan pantas menjadi khalifah. Hal ini secara simbolik pernah dinyatakan sendiri oleh Rasul eli Ghadir Khumm~ Suatu tempat yang disinggahi Rasul ketika mau l?ergt haji di Mekkah pada akhir-akhir tahun usianya. Art1nya~ RasuJ rnemang telah mempersiapkan jauh-jauh harl orang yang tepat untuk menjadi penggantinya. Terlalu riskan jika Rasul tidak mempersiapkannya secara matang, apalagi menyerahkan hal ini kepada orangorang yang tidak memiliki kompetensi. 5.1 Ali, menurut Cislam dan Konstruksi I/mu Peradaban dan humaniora" Faku/tas Adab dan Humaniora UIN Syahid Jakarta
267
kalangan Syiah, adalah tokoh yan~ palin~ tcpat an.t~rai lain karena personalitasnya. Dlsampmg memlhk kapasitas intelektual yang tinggi, Ali adala11 toko11 ~y~ng terdekat dan paling disayang Rasul. Bagi kalangan S)'lah, hanya orang-orang yang memiliki hubungan dckat dengan Rasul sajalah yang bisa mcmperol ch pengetahuan yang berkualitas tinggi dan terjamin unt~k tidak melakukan kesalahan (lJla 'sU1J/), SClnentara ltu kepemimpinan umat harus ditegakkan dalam rang~a me\vujudkan keadilan. 54 I<.alangan Suni di pihak lal~, lebih cenderung menggaris bawahi metode suksesl. t\lereka menandaskan hak masarakat muslim untuk sepenuhnya memilih pengganti Rasul bagi kepemimpinan politik. Semangat ini sesuai denga~ pernyataan Rasul bah\va umat dinilai lebih tahu dar1 pada Rasul dalam urusan-urusan keduniaan, apalagi setelah Rasul \vafat. 55 Perdebatan Suni-Syiah tentang suksesi ini timbul karena al-Qur'an sendiri tidak memberikan uraian yang kongkrit bahkan juga tentang model pemerintahan Islam. f\leskiptln detnikian, diakui bah\va masarakat masa i\luhammad adalah model ideal. Oleh sebab itu, baik Suni maupun Syiah, mengembangkan teori/konsep politiknya masing-masing. 5() Pengaruh dari keduanya, meskipun dalam bebcrapa hal terjadi proses domestikasi ~engan kepentingan tnaupun lingkungan sosial tertentu~ 5/ hingga sekarang masih bisa disaksikan di berbag at \vilayah tnasarakat/ dunia Islam. Dalam perspektif ini, tvluhammadiyah masuk dalatn arus/ stream Suni yang sudah tnengalatni proses domestikasi sedetnikian rupa oleh pemikiran lain (Barat), tradisi lakal, maupun oleh kepentil1gankepentingan i\1uhammadiyah itu SC11diri.
268
"Islam dan Konstruksi limu Peradaban dan humaniora" Fakltltas Adab dan Hltmaniora UIN Syahid Jakarta
.\.,.
Mu~anunadiyah tidak sepenuhnya kembali ke ortodoksi SU ll1 ,. akan tetapi cenderung memilih, tnenglnterpretasikan beberapa elemen budaya lokal dala~ kerangka warisan Islam (Suni) yang asJi. Watak atau t1p~logi seperti ini sering juga disebut sebagai faham tnoderrusme Islam. "~<.alau bagian pertama menjelaskan bahwa akar poli.uk Muhammadiyah ialah norma Islam dan tradisi panJang faksi keagamaan-politik yang secara fenomenal ~uncul eli permukaan sejak Rasul wafat, faktor lain yang lku~ ~ewarnai tradisi pemikiran dan juga kecenderungan polittk Muhammadiyah ialah fen omena kebangkitan ~revivalisme) atau modernisme duma Islam. Fenomena lui muncul antara lain sebagai reaksi terhadap kolonialisme Barat dan semakin melemahnya posisi masarakat muslim. Untuk reaksi yang pertama, gerakan kebangkitan Islam diarahkan kepada beberapa hal eli bawah ini : Pembebasan diri dari dominasi barat. Kolonialisme, dalam perspektif ini, secara agama dan politik diyakini tidak sah. Oleh karena itu, perjuangan untuk melepaskan diri secara politik dari kolonialisme berarti juga berjuang unruk agama. lnilah Jihad rl" Sabilillah, sebagaimana yang diajarkan dalam al-Qur'an. Sebagaimana yang telah diura~a~ di atas, untuk tujuan-tujuan ini, tidak sedlkl~ kemudian dijumpai karya tulis (Hikayat Prang Sabt yang ditulis oleh Tgk Haji Muhammad Pantee Kulu, Hikqyat ]Jrang Sabi yang disusun berdasarkan ~arya Syekh Abdus~a~~~ aI-'palimbani yan~ berJuduI Nasihalul Muslzmzn; ,\ }-{zkqyat j:Jrang Sab! oleh Tgk .l\hmad yang juga berdasarkan kepada karya alPalimbani;59 l-fikcryal j)rang Kompeni Tgk Abdul "1/am dan Konstruksi Ilmu Pe'radaban dan humaniora" F~ultas Adab dan Humaniora UIN Syahid Jakarta
269
Karim('" dan lain-lain) yang menggerakkan s~m~ngat melakukan perlawanan tcrhadap kolonlahs~e: Dalam konteks ini Islam menjadi sumber il1SptraS1 idcologi jihad atau anti karu: yang mengg~r~kk~~ perla\vanan rerhadap kolonialismc, yang d.lpunPlfJl oleh aristokrat maupun para tokoh lalnn~a. Pcrla\van terhadap kolonialisme barat, sepan}ang pcngalaman di bcrbagai wilayah muslim, tcrmasu~ Indonesia, terus dilakukan hingga menca.pal kemerdckaannya pada abad XX (karena 1tu, kemcrdckaan tersebut sebetulnya masih mcrupakan fel10tnena baru). Rcsp()ns, atau reaksi, terhadap paham dan budaya barat. Sentimcn anti politik kolonial (barat) yang \)crkembang di kalangan Ulnat, sebagaimana yang diuraikan di atas, juga muncul karel1a scmangat kristcnisasi barat. M. Natsir mengingatkat1 ba11\va k()lo11ialisasi sesungguhnya juga tnerupaka n "kristcning pc)litick" Oleh karena itu, pcrlakuan pcmcrintah kolonial terhadap kclompok-kelompok agama masarakat juga berbeda. 1-'erhadap masarakat IZristcn pcmcrintah mcmbcrikan perlindungan atau \)antuan, scmentara tcrhadap umat Islam bcrsikap . dan mcmbatasi ruang gerak mere krae (.'\ renuh curlga Scjumlah kalangan mcyakini bah\va sikap diskriminatif ini paling tidak rnuncul karcna ciua hal Y,ait~ scmangat salib dan semangat impcrialistik. SCl1tllncn agalna dan politik inilah yang kemudian tncl1utnl)u~kan sikap anti barat, scgala scsuatu yal1g \)crasal dart barat harus dit()lak. 1~'Ctl()lnena anci barat ~ni tnuncul di berbagai \vilayah dunia Jail ()lch scbab It~ 11u\)u~gan 1slatn-l)arat scsullggl1hnya juga banyak dt\Varnal ()\ch tcnsi/14 kccllrigaan bal1kan l1ingg a .(12
270
"Islam dan Konstruksi llmu Peradaban dan humanio ra" Fakllitas Adab dan Humaniora UIN SyaIJid Jakarta
sekarang. Dengan demikian, kelompok ini cenderung bersikap ekskJusif tidak mau menerima dan bahkan anti barat. Bagi ke1ompok ini filsafat, budaya, sistim maupun lembaga hukum dan politik yang dikembangkan oleh barat tidak saja bertentangan dengan Islam akan tetapi juga destruktif tcrhadap Islam dan seluruh tatanan kehidupan masarakat Islam. Tidak sedikit dijumpai k~rya sarjana/pemikir muslim yang melakukan kritik taJam terhadap barat, diantaranya ialah Ali Shariati, seorang pemikir Syiah yang melakukan kecaman terhadap I\1arxisme dan kesalahan-kesalahan barat Iainnya. (is I\1eskipun demikian, tidak sedikit juga kalangan umat Islam yang melihat fenomena barat secara lebih netral dan terbuka. Bagi kalangan ini tidak semua yang berasal dari barat harus ditolak. Ada clemen-elemen tertentu yang sesungguhnya justru bermanfaat bagi gagasan kemajuan um~t Islam, misalnya ilmu pengetahuan dan teknolog1. Dal~m sejarah banyak dijumpai tokoh ata~ pe~pin Islam yang menyerukan perlu?ya adops1 teknlk-teknik barat. Hal ini bisa dilihat ffilsaInya apa yang dilakukan oleh Turki Usmani paska ~ckalahannya dari Eropa pada periode pe~tengahan: lara pemuka kerajaan Usman1 mula1 tnemperhatikan kemajuan yang dicapai E~op~ (tcrutama J)erancis). Eropa mulai memp~nya1 .art! penting bagi Inereka. OIeh sebab itu, dlmulailah babakan baru upaya pcmbaharuan eli Turki d~ngan cara pengiriman para duta kc f:ropa, penenmaan tawaran berbagai bentuk pelatihan (teru~ama militcr), dan penrerjemahan buku-buku 11~u pengetahuan modern ke dalam ba h asa '[ur kJ. 66 ('Islam dan Konstruksi Ilmu Peradaban dan humaniora" Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syahid Jakarta
27]
.
k
. acrakaO
~1eskipun k()ntr()\rCrSlal, a an tetapl n
\\
\
\ \
pcmbaharuan di Turki merupakan potret ~c~~aktng " . ya aprcslasl ' . ·1'ur ki ter 11al-1 ap)a. 1 rat Sl ap1 tlnggl (Ii
n
yang nampak lcbih inklusif terhadap barat, dct1ga~i motif dan rcsiko yang berbeda, juga berkembang an , d"lakuk 11100nCSla. l)cmbaharuan yal1g t, , ~' ' h 'kk b 1 rganlSaSl i\1u\1amma d lya lUCnUn}u "an a 1\Va ( ) , Islam ini mengakomodasikan beberapa clemen barat. Singkatnya, tidak berlebihan untuk dikataka~ " dart tan \)ah\va lVluhammadiyah mcrupakan bag
.
fcnomena global revivalisme Islam, yang antara la1n diarahkan kcpada upaya memberikan resp~ns tcrhadap barat sekaligus menjadi aktor pentlng nasi()nalisme di Indonesia.
] ,cbih lanjut, rcvivalismc Islam juga diarahka~
. d rl
kcpada upaya penyadaran umat agar bangkl t
a
kctcrpurukan dan kcmunduran yang diakibatkan oleh \)cbcrapa fakt()r gl()l)al dan dckadcl1si pemahatn
a1l
kcislaman. Kalangan rcvivalis mcnyadari bahwa ada
scjulnlah rcsiko panjang dati keterpurukan ini, all,ta ra
lain ialah: (1) Dari sisi kcpcrcayaan (aqidah), umat t1da~ lagi mcngituplemcntasikan ajaran Pfauhid secara murl11. l<.cpcrcayaan umat mcnjadi terbclcnggu ()lch ritualisrn c yang kcliru(,R. l~agi tncrcka, alam adalal1 sakral dall l1aru s dipcrlakukan sccara khusus. }Jcrilaku kcpcrcayaa 1l scpcrti itli l)isa dikatag()rikan scbagai kcpcrcayaa 11 primitif karcl1a tnasih sangat tcrgal1tung kcpada alatn. 1~cvivalisn1c \)crarti pcmbcbasal1 dari sistitTl kcpcrcayaa n yat1g salah Uat1 t11cnycsatkan sckali~us Incncgakka~ 'rauhiJ sccara lTIUrt1i. l~cvivalistnc Isla111 juga bcrartl dcsakralisasi alan1. l)alatn pcrspcktif ini, rcyiYalisnl~ l)isa lu~a l.\isc\)ut sc\)agai gcrakal1 pCluurl1ian. (2) l)arl sisi s{)sial, umat lTIcnjadi sal1gat tcrsllb()rdinasi {)lcll
272
"Islam dan Konstruksi Ilmu Peradaban dan humaniora" Fakltltas Adab dan Hltmaniora UIN Syabid Jakarta
m~reka yang dinilai memiliki berbagai kelebihan, tnlsalnya kyai dan ulama. Pola hubungan yang tercipta antara figur-figur yang dianggap penting dengan tnasarakat secara umun1 adalah vertikal. Pala ini
menciptakan kepemimpinan kharismatik, tidak egaliter d~n sangat bercorak personal. Figur-figur yang juga dianggap suci itu dinilai memiliki kedekatan sedemikian r~pa dengan Tuhan. Oleh sebab itu, disamping harus diperlakukan secara khusus, mereka juga dinilai menjadi sutnber kebenaran yang harus dipercayai dan dipanuti. Dalam perspektif keagamaan, situasi ini kemudian menciptakan sikap dan pandangan keagamaan masarakat yang tidak kritis karena sangat mengandalkan kepada fatwa tokoh-tokoh agama. Inilah yang dise?ut ;e~ga~ era ditutupnya pintu ijtihad. Oleh sebab ltu~ eVlvalisme berarti gerakan untuk membuka kembali lebar-Iebar pintu ijtihad dan sekaligus menandaskan pentingnya peningkatan pengetahuan ke~slaman m~sarakat dan demokratisasi pemahaman kelslaman, yaltu bahwa agama (Islam) bukan monopoli figur tertentu. Lebih lanjut, revivalisme dimaksudkan untuk tnenanamkan pemahaman yang baik bahwa umat tnempunyai kebebasan untuk mengikuti mazhab Islam atau tidak sama sekali sepanjang memiliki dasar-dasa~ a1 yang bisa dipertanggung jawabkan. (3) Berbag dekadensi, sebagaimana yang disebutkan di atas, telah tn~ngakibatkan terabaikannya lembaga-Iembaga kelSlatnan. Secara umum telah terjadi proses pe1emahan atau tnarjinalisasi sedemikian rupa terhadap lembag~ letnbaga keislaman. Dari sisi politik, rnisalnya, hamp~ s~luruh wilayah Islam, di mana sistim monarkl ditegakkan, tidak mampu secara efektif membendung atus kolonialisme, sehingga wilayah-wilayah tersebut · " Pot1sla m dan Konstruksi Iimu Peradaban dan humantora akultas Adab dan Humaniora UIN Syahid Jakarta
273 I I
j
· tfftfd ~
h kuat barat. tangan kekuasaan atau pengaru '-b i . tik' . 1 r ke ber aga. Pelemahan bidang poli . ll1l terus men)a a lembaga lainnya khususnya militer, ekono m1 , pendidikan dan bahkan lembaga keulamaan dan hukum Islam. Oleh sebab itu, rcvivalisme dlsamplOg mempertanyakan kembali ketidak efektifan lembag a lembaga tersebut dalam menangani problema umat Juga berupaya melakukan reformasi atau pembaharuan dalarn berbagai bidang tersebut di atas. Kornitmen Muhammadiyah sejak kemunculannya sebetulnya da'wah Islamiyah yang, sebagaima~a ditunjukkan dalam sejarah, berwatak transformanf, yaitu dakwah yang diorientasikan kepada upaya-upaya perubahan kualitatif umat di berbagai bidang kehidupan. Kesadaran berdakwah ini dilandasi paling tidak oleh dua argumen yaitu notmatif dan histotls. Argumentasi pertama menandaskan bahwa dakwah sesungguhnya metupakan kewajiban setiap mukmin, sebagaimana yang telah ditegaskan di dalarn al-Qur'an, yaitu kewajiban berdakwah amar ma'ruf nahi mungkar. Kewajiban-kewajiban ini hendaknya dilaksanakan dengan pendekatan-pendekatan yang tepat, yang di dalam al-Qur'an disebut sebagai f-Jikmah dan MauidhaIJ HOJonoh. Argumentasi historis menegaskan bahwa dakwah untuk memperbaiki tatanan kehidupan secara umum harus dllakukan. Oleh sebab itu, upaya-upaya transfotmatlf mcnJadl baglan penting dati gerakan keagamaan Muhammadlyah dengan melakukan pilihanpilihan sektor strategls dan kehidupan umat, antata lain pendidikan, perbalkan soslal-ekonorni, dan politik. Oleh scbab ltu, keglatan Muhammadlyah dal am bidangbidang tetsebut harus dipandang dalam konteks dakwah amar ma'ruf nahi mungkat.
(ia
274
"Islam dan KOllstruksi Ilmu Peradaban da n h u.rnanzora ." Fakllitas Adab dan Hmna71iora UIN Syabid Jakarta
Mu Politik,.
eli
ha~a~yah
d~lam
perbend.aharaa~ . re.s~~
disebut dengan Hikmah. B1sa ,adi
1m
atnb~l dan arat rang tdah disebutkan di atas. Oleh
sebab 1tu, lembaga khusus dalam Muhammadiyah yang tnenangani masalah-masalah politik ialah Mqjlis Hikmah ata~ !--embaga J--/ikmaIJ. Istilah ini mengesankan bahwa pohuk bagi Muhammadiyah bukanlah semata-mata ~ntuk m~~peroleh kursi kekuasaan sebagaimana yang _anyak. diJumpai dalam praktek politik sehari-hari. Ada kepenungan lain yang jauh lebih luhur dari sekedar kekuasaan yaitu moralitas. Hikmah (bahasa Arab) ~em.~ng mengandung beberapa arti an tara lain keblJakan" (bijak, wisdom), arif. Kata yang seakar dengan Hikmah ialah Htlkum. lni menunjukkan bahwa komitmen yang ditonjolkan ialah keluhuran moral sekaligus keteratutan, ketertiban sosial (social order) dan law enforcement (penegakan hukum). Dengan demikian, Muhammadiyah memang berbeda dengan kekuatan-kekuatan orsospol peserta Pernilu/kontestan apapun. Masih banyak perbedaan yang menonjol. Bagaimanapun juga, yang harus ditampilkan oleh l\fuhammadiyah ialah tetap dakwah amar ma'ruf nahi tnungkar. Dakwah dalam atau melalui politik, atau berpolitik dalam kerangka dakwah ini oleh Amien Rais disebut dengan "high politics,"69 dan oIeh M. Sirajuddin Syamsuddin disebut dengan "politik alokatif" (allocative politicS).7fl I(edua-duanya ingin menegaska~ urgensi alokasi nilai-nilai luhur Islam (amar ma'ruf nahi munkar) dalam seluruh proses politik sehingga melahirkan politik yang luhur. Dua-duanya berimpIikasi pada sikap netraI politik. Artinya, tidak ada keharusan bagi Muhammadiyah untuk memihak, membela suatu "Islam dan Konstruksi llmu Peradaban dan humaniora" Fakultas Adab dan HlImaniora UIN Syahid Jakarta
275
\ \\
rn adiyah kekuatan politik tertentu. Warga Muharn lutkaO ' d meuya mempunyai kebebasan untuk me milih ~~ teStll1'l) aspirasi politik mereka ke kekuatan poliuk (kO~hakao , 'k pern 1 manapun yang mereka Ing 1n an. k kuatal1 Muhammadiyah bukan ditujukan kepad a e lit~s. politik tertentu, akan tetapi kepada rn~r.~ bis~ Persinggungan Muhammadiyah dengan po t1 dilihat melalui beberapa fase sebagai berikut: 1.
~ase
Revitalisasi Kebudayaan.
,
An/ara tahun 1912-1930an Muhammadryah mell
Of11,hilkan
r
I
I
J'a ti
I
dastJll
dirilrya sebagai organisasi Islamyang bernpaya membangun sebuah Ian. "if,is kultural masarakat Islam. Strategi ini dinilai penting karel/a secara sos/o 0 at , ' I i 1) sallg sallgat dzsadan bahwa posisi pribumi (termasuk umat s an. , 1,0 , " " , , D isa 111pl1 ,:, , a dzmarytlzalzsaszkan oleb ststzm yang diciptakal1 penguasa . Od' ' kvat JUg, kat k esempatan pen dz zkan yang sangat kecil, posisi eko110 nll fa j ' 'k an.'-, 0',eh sehab itu, A1uhammadiyab membek allI' I}.'lasara fai mempn'J.1alln U
agar mereka memiliki dqya mernbah sosial-ekonomi. Muhammadi.)'ah m raka ! mem ben'k an per,h' atlanJrya kepada upaya-upaya pemberda)raall nJa sa 11 dmgall menawarkan pmdidikall gqya barn. Pilihan ini dilakukan den!,a , b k'k ' /' 'J aspek , tUJualz mem allg It all atau mengbidupkan kembali (revllallsasl all1 , pen d'd'k 10 al / strategls 1 I an masarakat yang da/am waktu panjang meJ~ ll
,
, ,
alata
stagnasl. Dengan langkab lnl masarakat memiliki perbekalal1, peri , /' 'k dall ,yang memadal untuk mellanggapi kebidupan secara lebib reall st / "
1
merancang masa depallJ'ang lebih baik. T awaran pendidikan gaya baf1J :" dilakukan ulltuk mengisi kevakuman dunia pendidikall ketika /IP. n Seba,gaimalla diketahui babwa saat itu terdapat dua model pendidikanJ'a !, yal1 berbeda dengan basisya Ilg juga herbeda. Pertama, model pelldidikal1. g
aal1 secara umum diikuti/ di/akukan oleb umat Islam del1gan basis pedes .
r lv10del pelldidikan illi disebut juga dengafl pOfldok pesaJltrell dengalt .!!gu u . b '/ u t/m · . 7~ D' utamall)'a k ~)'al. I pesalttren ini para .ranlri menlf11 a I m -
. d d "u Kitab keaganlaan )'al1<.~ terluallg a/am buku-buku standar ,)'a/ . ' -. d ' kt 'd k I' I d trad/slonal, KUl1iJ~~" a/am wa u J'a~g II a terbalaJ melatUl me 0 e
"Islam dan Konstruksi limu Peradaban dan hU:::;;~:::;
276
Fakltlcas Adab dan Humaniora UIN sya ,
:1 I
I
I
I I
/ !
antara lain Sorogan. Oul pUI dan modelpel1didikan seperli ini ialahjigurjiguryalIg memabamipengelahuan keagamaaJI dalam pellgertianyang sangat Jpesifik dall berlaku ul1tuk kalangall masarakat ,yalIg sangat lerbatas. Mereka lidak disiapkall UJi/uk mel1jadi orang-orang yang mampu memet:ahkal1 proble/lla mel1da.rar kehidupall masarakat, misa"ryaproblema kemul1durall ekOJ1omi. Lebih lal!Jut lembaga-Iembaga pendidikan yang dike/ola oleh masarakal Islam illipada umumlrya dima1Jlnalisasikan antara lail1 karel/a memang keb!/akan pemerintah Belal/da membatasi ruanggerak pel1didikan Islam. 7-1 Kedua, model pelldidikall yang diintrodusir oleh pemen'ntah kolol1fa/. Ttdak sepertipesaI1/ren, modelilli bercorak pragmatissekular. Dimellsi agama salIgat diabaikan dalam lembaga pendidlkall illi, semenlarayalIg di/ekankall ialah semata-mata mualall ilmu-ilmu umum. Slakeholders lembaga pendidikall ini dibalasi hal!ya untuk ke/ompokkelompok sosialter/en/u sa.ja. Sebelulnyapemeril1tahJuga membuka sekolah uliluk pnbumi, akan le/api i/upull ha'!Ya untuk kaum ningra/ saja. Kaum illi diharapkaJl Jlall1i'rya /llelyadi lenaga-Ienaga terdidikyang mengisi dan menlperkual birokraJipemen"lIlah koloniaL Dengan demikian, pemerinlah kolonial 111emang menerapkall keb!/akan diskriminalif dalam sektor pel1didikan il1i. Oleh karella flu, pel1didikall yang ditawarkan oleh l~t[uhammad~)'ah sebelu"rya mengarah kepada uptD'a konvergensif elemenelemen posi/~l dan' dua modelpendidikall di atas. Oul putyang diharapkall adalah kelompok kelas mel1el1gah muslim bam perkotaanyang bisa merebul posisi-posisi slralegis dall nlerallt:alIg masarakat masa depan. Dalam waktu .yalJg lidak lama, berdirilah berbagai lembagapendidikall Muhammadfyah di pusalpusatperkolaalt. S ejak itu, mulai berkembal1g komunitas bam muslim perkotaan yang lerdidik. 1\Jereka/ahyang pada perkembangan selal!jutlrya mel!/adi lellaga illti pellggerak modern/sme IJ-/am 11lelaltli MuhammadiJah. Dengan demikian, perkembal1gan komunitas bam muslim perkotaall ini ben'n'lIg del{gal1 berkembalJgI!ya le/llbaga-Iembaga pel1didikan dan or:gallisaJi iWuhammadiJ'ab ilu sendin'. ~: }ol1gpel1ling dan'tlraiall ini ialah, (1) melaltli pel1didikall, Muhamnlad!)'ob lelah menlulai lallgkab strategis ten/lama dalam rOl1gka mempersiapkal1 lal1daJoll kultural bagi masarakat sosial-polilik 1110sa depan. (2) me/a/uipel1didikall)Ialtg berkembang di berbagai lempal (terulama
'1s/am dan Konstruksi Ilmu Peradahan dan humaniora" Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syahid Jakarta
277
eila j\1uhammadlJ.ah sekaaouJ lela/} mem e dt' IlIdo/l ./ ai . ' . J b IIluk berbag • muslim dmgall . dri-drillyayatzg khaJ.lm. 'batlwa komlmitas masarakal berarll k kOla)
~ basis sosialalau masarakalpenduklll~g AJuhammad~)lah di ab . . Ie It l mulai terbclltll k k O!I
secara ong nl. · Oleh sebab Ilu, . padapenoue . J 1111, . . ulSallJr"l.:, J' ,f> . '0 A1uhamnla '!Y" '.f berhastlmengembangkal1 model bampendidikan dan membmluk kOlHU/lIdJ. di 'ab alau basis sosialpendukung secara lebih kongkril, gerakan Muhamma ~ mulai mmampakkall makliapmli'l,g'!ya dalam bidang politik.
2.
Fase Ideologisasi Politik
Basis massa yang telah terbangun, sebagai~~na yang telah e1iuraikan eli atas, merupakan legitimasl an modal yang mendorong MUhanunaeliyah untuk secara praktis terlibat dal am politik sekaligus meru~~~kan Islam sebagai ideologi politik. Kecenderungan uu muncul karena dorongan/semangat umat. untu menghadapi kOlonialisme dan mewuJudk~n kemerdekaan dengan cara perjuangan politik yang lebih sistllnatis melalui partai. Oleh sebab itu sejumlah tokoh Muhammadiyah, bersama dengan tokoh dari ormas Islam lainnya,76 antara lain Ki Bagus Hadikusum? .dan Abdul Kahar Muzakkit-, kemuelian merintis Partai Islam Indonesia (PII) pada tahun 1939. Selain Bagus, tokoh-tokoh Muhammadiyah lainnya sepertl KH. Mas Abdul Kahar Muzakkir, Farid dan H. BA kemudian menjadi pengurus partal. Setelah ltu, Mcylis Islam Ala Indonesia (MIAI) muncul antara lain juga atas prakarsa atau partisipasi sejumlah tokoh Muhatrunadiyah.71l Sejak MIAI dibubarkan pada Oktober 1943, didirikanlah Masyumi dan sejumlah seperti Ki Bagus dan Slng.odlmedJo menjadi tokoh penting Masyuml. MenJelang 29 April 1945, badan penyehdlk persiapan kemerdekaan IndonesIa,
Jug~
mendirika~ I~
M~~sur, ~asYldi
t~koh ~fuha~madiyah ke~~rdekaan,
278
Ma'~~f
Kasma~ dibentuk1~h
"Islam dan Konstruksi Ilmu Peradaban dan humaniora" Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syahid Jakarta
yaitu BPUPKI (Badan PeJryelidik Usaha Kemerdekaan !n~onesia). Badan yang terdiri dari 62 orang anggauta Inl bertugas untuk menyeIenggarakan pemeriksaan tentang hal-hal yang mendasar berupa rancanganrancangan yang berhubungan dengan usaha mendirikan negara merdeka yang baru, antara lain tentang Dasar Negara. Ki Bagus,79 yang pada waktu itu menjadi Ketua Um p. . urn unpman Pusat Muhammadiyah, adalah salah rorang an~gauta BPUPKI. Sebagaimana tokoh-tokoh ~Innya, Ki Bagus menyampaikan pidatonya dalam sldang BPUPKI. Selaku wakil dati golongan Islam ia menegaskan agar negara Indonesia merdeka ber~asarkan Islam. Pandangan ini ditolak oleh golongan naSlOnalis sekular (termasuk kalangan non-muslim). Per.debatan tentang Dasar Negara antara golongan
n~slona/is Is/ami dengan nasiol1a/is seku/ar inipun tidak bl sa dihindari. 80 Perdebatan ini melahirkan sebuah konsensus berupa Piagam Jakarta Oakarta Charter) eli mana aspirasi politik Islam secara formal telah tertuang.
Meskipun demikian, ternyata timbul keberatan terutama
d~ri pihak yang tidak menginginkan formula Islam dal:un
Plaga1ll Jakarta. Kelompok ini (dari Indonesia bagtan Tirnur) bahkan mengancam untuk tidak berga~~n~ dalam negara RI, karena formula Piagam Jakarta dinilaJ. diskriminatif, mengabaikan warga negara yang tidak beragama Islam. Suasana tegang kembali muncuI dan Ki Bagus Hadikusumo menjadi tokoh kunci dalam penyelesaian persoalan ini, yaitu disetujuinya pencoretan formula Islami Piagam Jakarta dan diberlakukannya rumusan Ketuhanan Yang M~ha ~sa. Rumusan ini, menurut I<.i Bagus, diartikan Tauhld. SeJak itu, rumusan baru Piagam Jakarta disebut dengan Pembukaan DUD 1945, dan formula Islami dalam ''lslam dan Konstruksi Ilmu Peradaban dan humaniora" Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syahid Jakarta
279
rumusan l'CD dihapus. .A.pa yang dilakukan oleh Ki Bagus menunjukkan sikap dan pengorbanan yang sangat besar serta toleransinya yang sangat tinggi dalam rangka integrasi nasional RI. Hal senada juga diungkap~an antara lain oleh .A.lamsjah Ratu Perwiranegara, keo.k~ itu menjadi t\lenteri .A.gama RI, bahwa Pancasila ada~a . hadiah terbesar umat Islam. HS. Prodjokusumo m~nilal bahwa K.1 Bagus adalah kunci Pancasila. Meskip~n demikian, Ki Bagus dan para pemimpin umat Islam baik dari kalangan Muhammadiyah maupun Ormas Islam lainnya tetap menilai bahwa perjuangan (khususnya perjuangan politik) umat Islam belum selesai. Oleh sebab itu, segera setelah kemerdekaan dan menya~but gagasan multi partai, para pemimpin Muhammadiyah dan ormas Islam lainnya mendirikan partai de~gan ideologi Islam yaitu tvlasyumi. Partai ini menggantikan Masyumi lama yang dibentuk oleh pemerintah Jepang. Segera i\lasyumi menjadi partai terbesar dengan mas sa
dukung yang juga sangat besar yang secara kultural menyatukan dua kelompok muslim: modernis da.n tradisionalis yang tersebar di berbagai \vilayah IndoneSia (terutama Jawa, Sumatra, I<.alimantan, sebagian
?~lawesi). Besarnya penganut Masyumi karena partai 1m mener~pkan sistim keanggautaan ganda (dual membershIp) yaitu institusional dan individual. Oleh ~eb~b .itu selain m~yo~itas \varga Muhatnmadiyah secara Indl\TIdual menJadl anggauta f\1asyumi, secara ~e~embagaani\~uha~~diyahjuga merupakan anggauta Istllne\Va partal Isl~m 1n1. Sebagai wadah aspirasi politik Islam, ~1asyuml dengan simbal formal Islam memperjuangkan cita-cita ideologi politik Islam. Oleh sebab itu secara .potensial ~fasyum.i merupakan partai yang menghawaurkan khususnya bagi kaum nasionalis
280
"Islam dan Konstruksi Ilmu Peradaban dan hu manzora ." Fakultas Adab dan HlImaniora UIN Syahid Jakarta
sekular ~an kekuatan-kekuatan anti aspirasi politik Islam Ialnnya. I(ekhawatiran ini semakin memuncak terutama ketika pentas politik nasional diramaikan dengan berbagai kasus politik antara lain PRRI dan DIll TIL Dua peristiwa tersebut memang menyibukkan ant~r~ I.ain kalangan militer dan juga nasionalis. Namun hal l111 Juga kemudian diperburuk dengan kemunculan kekuatan kiri (komunis) yang telah mulai banyak mempengaruhi langkah-Iangkah politik di sekitar Soekarno. Akibat dari ini semua ialah dinyatakannya Masyurni sebagai partai terlarang dan dengan demikian !"fuhammadiyah, sebagai anggauta istimewa Masyumi, Juga tnengalarni kesulitan yang cukup serius. Meskipun dernikian, pada periode ini Muhammadiyah mencatat beberapa prestasi politik yaitu: 1. Ikut merintis mendirikan partai politik dengan Islam sebagai rumusan ideologisnya. Ini berarti bahwa Muhammadiyah juga telah melakukan pertimbangan sekaligus aksi perjuangannya dalam perspektif sistim politik modern. Oleh sebab itu Muhammadiyahpun telah ikut mensosialisasikan gagasan demokrasi dalam pentas politik nasional. 2. Ikut menjadi bagian penting dalam sejarah perumusan dasar dan konstitusi Indonesia. ~ase Deideologisasi-Depolitzsasi Antara tahun 1950an hingga pertengahan kedua 1990an kecenderungan ideologis politik Islam, sebagaimana yang sejak a\val kemerdekaan clilakukan tneIaIui Masyumi, mulai tidak memperoleh tempa~ dalam kecenderungan dan sistim politik nasional. I~ diawali dan tuduhan rezim Orde Lama bah\va Masyunu terlibat dalam (tidak berhasil mencegah) gerakan PRRI
3.
"Islam dan Konstruksi Ilmu Peradaban dan humaniora" Fakultas Adab dan Hllmaniora UIN Syahid Jakarta
281
l .' ah , i\fasyum dan D I IT!! Dalam kacama ta pemeunt ristiW8 , d'In\" 'a dua bertanggung .pl\\'ab atas tCrja I hpe berus aha tersebut. 0.leskipun seberullwa t\fas~·1.mu te ad k ben , al 0b a i par , menjelaskan bah\\'a ruduhan pemer'Ilrah I ral ' ka n se aga akan terapi ~Ia~\'llml. rerap dll1yata L
terlarang. , .d Lama dan Tumbangm'a komunjs dan reZlln Or e Suhar tO 'lOan tegakn\'a Orde Baru dl bawah pimp adivah . , , } sebenarnya membenkan harapan b agl,'i\fuhal11.ln erjuang an dan para akti\-is Mas~L1lru unruk mclanJutan~. tah agar ' . politiluwa dengan berujJaya men d esa k pem , enn b I' mana ' " " H1 merehabtlltaSI l\Iasyuml. Akan terapl" se aga tidak , Orde Lama IJemenntah Or d e B a ru Juga alasa n ' " , an ' ' mem,benkan hak rudup bagl J\.Ias~.un1J deng l\IasyumipU n a yang sa l11 . Bahkan para. tokoh utama im in partal udak dupnkan untuk akuf apalagl mem P berik al1 politik. Sebagai alternatif, pillak pemenntah mem olitik. , ' ru I'a Jarral p , peluang sura~'a l\Iuhammaill\'ah me~Ja, disepak atl Akan retapl tawaran In! dltolak. Akhlln~ , J dOlleHa) k unru membentuk Pannus!" (Par/at. '\ I 11.l-IllIIIII I II ral1O"" ' dengan caratan partai ini ridak rupunpln 0 !el 0LtJ 'rai ill!, orang t\Iasvu!ni. Pada masa awal ben'd'lXll1 \'a' .parh' H. d ' ,l Ip rnpin -oleh rokoh-rokoh Mu h am madlra· , , i dan 0 ' " , rJatnawl Hadlkus umo sebagal ",erua Parta . 'D~daf11 Lukrnan Harun scbagai sekrcraris Jenderal parta1I di . ' rkongg e s t"fa petjalanan seJ'arahn)'a terutama seJak ang an 1'0.< tVIal rahun 1968 H2 'partai ini dilanda kon iliJ''N' I I " k a <e ~mpok OJarnawi-~llkman dengan kelo~np kedu Iml0n A,bdul Kadlr H ' karena kelompak ) ang vi-a , ' 0 arn a\ h me Ia k u k an klldeta terhadap kepelnunplOan) I k H4 , " , n ra ~u 111an. Ko disl 1111 kemudian mendorong rem erll1 Hl\fS, untuk melakukan intelTensi dengan mcngangkat b O"i L\fintaredja SH dan Sulastomo masing-masing se at> L
8
"1 /
•
,
J
,
f.' k /111(/,\ IIdab da/l 1'(/
Hl/l1Ifl1/jom
.I
.
. rtl !Jml1tlll/O
"
'd}tk arta UIN sya!J/ ~
is/rim rUl1I,1i, 01lSfruksi 1/1IIu Pemr!nbnll
(ifill
!(etua dan Sekretaris Jenderal Parmusi melalui SI( Presiden tahun 1970. 85 Intervensi inilah yang tnengakibatkan kekecewaan di kalangan Muhammadiyah. Reaksi formal Muhammadiyah terhadap hal ini nampak pada hasil Muktamar Muhammadiyah tahun 1971 di Ujung Pandang. Muktamar memutuskan bahwa Muhammadiyah tidak ~a~i merniliki kaitan dengan partai politik apapun, dan 1I11 berarti bahwa setiap warga Muhammadiyah bebas untuk menyalurkan aspirasi politiknya ke partai politik apapun yang dikehendaki. Sejak itu Muhammadiyah keluar dati Parmusi, surut dati gelanggang politik dan semakin intens memberikan perhatiannya kepada duma sosial-keagamaan dan pendidikan dan berarti, Muhammacliyah sebagai organisasi, tidak punya kaitan dengan PPP. Sesungguhnya, secara umum, program deideologisasi/depolitisasi pemerintah ini diarahkan kepada upaya penciptaan stabilitas nasionaI dan menerapkan Pancasila sebagai satu-satunya ideologi politik bangsa. Dengan cara ini program pembangunan pemerintah Orde Baru bisa dilaksanakan tanpa gangguan. Dalam rangka deideologisasi/depolitisasi, stabilitas dan pengkuatan ideologi Pancasila ini, pemerintah melancarkan beberapa langkah antara lain: (a) Restrukturisasi kehidupan politik yaitu melakukan penyederhanaan partai politik. I<arena sistim banyak partai dinilai justru menimbulkan pertentangan dan tnengganggu stabilitas, maka dilakukanlah penyederhanaan partai melalui fusi. Dengan fusi maka hanya ada riga organisasi social politik peserta Pemilu (kontestan) yaitu PPP, Golkar dan PDI. (b) Penataran P4. Program Penataran iill sesungguhnya dimaksudkan agar seluruh lapisan dan kekuatan masarakat memegang "Islam dan Konstruksi Ilmu Peradaban dan humaniora" Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syahid Jakarta
283
)
/
tegull Pancasila sebagai satu-satunya ideologi bangsa yang sah. Oleh sebab itu program P4 ya~~ pelaksanaannya di ba\vah tanggung ja\vab BP7 lnl dilaksanakan secara intensif dan terus menerus dengan peserta yang sangat ber,"ariasi. (c) Dijadikannya Pancasila sebagai satu-satunya ideologi bangsa dengan diterapkannya Cndang-undang Keormasan. Dalam Cndang-undang ini ditegaskan bahwa Pancasila ha:us menjadi satu-satunya azas bagi seluruh orsospol. SeJa~ berlakunya C ndang-undang ini maka tidak ada lagi partal Islam ~'aitu partai yang didasarkan kepada azas atau ideologi Islam. Azas dan ideologi semua partai peserta Pemilu dan bahkan organisasi kemasarakatan adalah Pancasila. Dengan cara ini, yang ditonjolkan orsospol dan ormas lainnya ialah program sehingga benar-b~nar mendukung pembangunan nasional. Muhammadiy~h sendiri, melalui Muktamarnya, juga menerima Pancasila sebagai azas organisasi. Pada era redupnya ideologi ini, hampir seluruh kekuatan sosial keagamaan termasuk Muhammadiyah lebih benyak memberikan perhatiannva kepada program-program yang sangat pragmatis: menge~bangkan dakwah, pendidikan, penerbitan dan seba~atny~. O~mas dan masarakat Islam memang bisa menikmatt hasilnya: dakwah semakin semarak di manamana, fasilitas ibadah terus dikembangkan dan memperoleh bantuan dari petnerintah P b 11m ener ltan s a semakin banyak bermunculan dan deo d miki° da gao e an a , mobtlltas ekonoml, soslal dan JOu 1 k I dO kalangan masarakat Islam. Semga lote e tua k" 1 memperdekat hubungan antara p ua Inl hserna In O
o
o
"
,
" 0
0
0
0
0
emerl0ta dengan kalangan umat Islam. Ada kecend akomodatlOf yang sangat menon)" 01 p erungan d O " slka p a a era Inl yang 0
284
'1slam dan Konstruksi llmu Per4c14b Fakultas Adab dan Burna an dan humaniora" °
nzora lJIN
Syahid Jakarta
dilakukan oleh ormas-ormas. R6 Salah satu hasil m?numental era ini ialah terbentuknya ICMI, eli mana seJtllnlah tokoh atau \varga Muhammadiyah juga ikut b~rgabung dan memainkan peran-peran mereka. Dlantara tokoh penting Muhammadiyah yang ikut bergabung dalam ICMI ialah M. Amien Rais meskipun kemudian keluar (dikeluarkan) dari ICMI karena tern.yata reMI tidak sesuai dengan stream Amien Rais. A~.en Rais, kemudian cenderung untuk bersikap vokaI, krltlS terhadap pemerintah. Semen tara tokoh MUhammadiyah lain, Lukman Harun misalnya, lebih cenderung untuk bersikap akomodatif terhadap pemerintah. Perbedaan Amieo Rais-Lukman Harun, yang merepresentasikan kecenderungan kritis· dan akomodasionis ini memaog sangat berpengaruh di Muhammadiyah. Tentu saja, pemerintahan Suharto merasa terganggu dengan kecenderungan Amien Rais 87 yang selalu bersikap kritis terhadap pemerintah. l~se Repolitl~rasi Semenjak Muhammadiyah memutuskan untuk tidak lagi terlibat dalam politik praktis dan tidak memiliki hubungan formal dengan kekuatan politik apapun, perhatian kemudian lebih banyak dicurahkan kepada peningkatan dan pengembangan kegiatankegiatan sosial, agama dan pendidikan. Keseriusan Muhammadiyah untuk kembali menekuni bidangbidang tersebut secara intens tidak saja membawa hasil yang konstruktif, akan tetapi juga sangat mengesankan pihak pemerintah. HH Seperti yang telah clisebutkan secara sepintas di atas, pengalihan perhatian dari politik ke aspek-aspek kultural ini telah menghasilkan pola hubungan akomodatif antara pemerintah/penguasa-
3.
"Islam dan Konstruksi Ilmu Peradaban dan humaniora" Fakultas Adab dan Hltmaniora UIN Syahid]akarta
285
. . i tidak
.
masarakat Islam. Akan tetapl, pola ~e1as~ .11~ .us trU berlangs~ng lama antara lain ~~rena sltuaS l 1111.J 'ang membenkan kcuntungan politlk dan ekono ttl1 ) I. . . d kraO '" sangat luar blasa dl kalangan penguas a an . . . d 1 h kar eoa . kr·orunya. I<.esalahan penguasa pada era 101 a a a 01S
. 1 h mo k engganannya untuk melanJutkan re as! ar 0
0
1
penguasa-umat dengan memberikan kesejahtera an sosla a ekonomi kepada semua pihak secara adil. Oleh karen an itu, situasi kemudian berbalik tidak sedikit kalang yang kemudian bersikap s~ngat vokal terh.adap n . ok Penguasa. Amien Rais dalam hal ini telah memamka peran yang sangat penting untuk melancarkan krlt! secara terbuka, membangkitkan semangat masarakat untuk secara bersama-sama menghentikan KKN yang dilakukan oleh penguasa dan meruntuhkan kekua~aan ORBA me1alui gerakan reformasi. Sejak itu, tldak sedikit kalangan kemudian, secara politik, me1aku~a~ mobilisasi vertikal kembali seperti yang pernah terJadi pada masa orde lama. I\lunculnya banyak partai secara
khusus merupakan peluang yang sangat lebar bagi tokoh maupun warga Muhammadiyah untuk terlibat dala~ aktifitas politik praktis. Muncullah politisi-politisi da~ lingkungan i\1uh.ammadiyah yang aktif eli berbagai partal politik antara lain di PAN Golkar PPP Bulan Bintang, Masyumi, dan Partai Keadilan S:jahter~. Bahkan tida~ sedikit juga eli antara mereka yang kemudian menjadi anggauta l\1PR dan DPR. Di kalangan eksekutif juga muncul nama-nama tokoh Muhammadiyah misalnya Yahya I\luhaimin (mantan Mendiknas), Bambang Sudibyo (mantan IVlenkeu), A. I\lalik Fadjar (Ivlendiknas), 1\1. Din Syamsuddin (mantan salah satu Dirjen di Depnaker).H'J
286
II/slam dan Konstruksi Ilmu Peradaban dan humaniora" Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syahid Jakarta
Repolitisasi ini hingga sekarang terus terjadi di berbagai level kepemimpinan Muhammadiyah, termasuk anak-anak muda Muhammadiyah (pemuda MUhanunadiyah dan IMM khususnya). Meskipun tidak setnua terlibat dalam kegiatan politik praktis di partai, akan tetapi mereka, seperti kalangan mahasiswa lainnya, sec~ra inten mengikuti perkembangan politik nasional. Arukulasi sikap politik mereka antara lain adalah, seperti Utnumnya kalangan mahasiswa lainnya, turun jalan tnelakukan demonstrasi mengecam dan menekan penguasa, dan bahkan semua pihak yang pro petnerintah, karena isu-isu tertentu yang memang dinilai sa~gat merugikan kepentingan publik. Memang banya~ resiko dan problem yang akan dihadapi dalam aksi-aks1 d.etno ini antara lain kemungkinan terjadinya perbedaan slkap politik yang terjadi antara mahasiswa Muhatnmadiyah dengan pimpinan Muhammadiyah itu sendiri. Oleh karena itu, di dalam Iingkungan ~uhammadiyah sendiri memungkinkan munculnya slkap politik yang bervariasi antara pimpinan persyarikatan, politisi dan mahasiswa. 91190 Piaga7J1 Jakarta.
Sikap Syafu Maarif, yang kebetulan saat ini menj~~ Ketua Umum Muhammadiyah, tentang isu 1m tnenimbulkan perdebatan di kalangan warga Iv:Iuhatnmadiyah karena terkesan SyafJ.i Maarif menolak d1berlakukannya Piagam Jakarta dengan alas an akan tnenitnbulkan pertentangan baru di kalangan umat: Sebagian politisi Muhammadiyah menolak sikap ~y~fu ~faarif, akan tetapi ada juga yang menerima. ~e~an J~ga di kalangan mahasiswa maupun jajaran punpman eli berbagai Ie,reI. C~lslam dan Konstruksi llmu Peradaban dan humaniora" Fak1l1tas Adab dan Hltmaniora UIN Syahid Jakarta
287
.;...
- .... -
_.::.. ........ ,
-
:_"--
-'
Catatan Kaki:
D.an'
2
4
288
Azyumardi Azra, Pergolakan POllllk Islam 1:'undaI71entalisme, N/odemis/71e Hingga Post-il1oderl1lsme Gakarta: Paramadina, 1996), ii. Tentang berbagai tipologi gerakan Islam tersebut bisa disimak lebih lanjut misalnya dalam John Obert Voll, Islam: Continuz!y and Change in the Modern World (England: Westview Press, 1982). Banyak literature yang mengurai tentang Tauhi~ dan implikasinya dalam kehidupan sehari-han, Salah satunya ialah Ismail al-Faruqi dan Lois Lamya' al-Faruqi, The Cultural Atlas 0/ Islam (New York: Macmillan Publishing Company, 1986). Faruqi, The Cultura~76-89. Tentang kepemimpinan Muhammad pada dua era tersebut antara lain juga diuraikan oleh W. Montgomery Watt dengan judul Muhammad at Mecca dan Muhammad at Media. Tentu rujukan yang jauh lebih awal tentang nabi Muhammad ini antara lain ialah Sirah Ibn Ishaq. Karya Ibn Ishaq ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh A. Guillaume yang berjudul The Life of Muhal71mad, Translation 0/ Ibn Ishaqs Sirat RamI Allah (New York: OXford University Press, 1980). Edisi Indonesia dibuat oleh Sudarnoto Abdul Hakim, Sf/jarah Hidup Muhammad Gakarta: Aras Pustaka, 2001). Bandingkan misalnya uraian yang diberikan oleh Leonard Binder, Islamic Liberalism: A Critique qf Development Ideologies (Chicago dan London: The University of Chicago Press, 1988).
"Islam dan Konstruksi Ilmu Peradaban dan humaniora" Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syahid Jakarta
111 11
12
14
15
16
17
IX I')
Banyak buku yang mcnguraikan tentang modernisme Islam di India rnisalnya Syed ZafaruJ Hasan dan Muhammad Afzal Husain Qadri, The Problem ofIndian Muslim.r and It.r Sohltions;Sir Ahmad Khan, The Troth About the KhtiCf!at (Lahore, 1916)., Baca antara lain Deliar Noer The Modernist MJlslim Movement in Indonesia 1900-19-12 (Ithaca: 1972). Tentang kecenderungan pemikiran poIitik di kalangan umat Islam ini juga dibahas antara lain dal am Munawir Syadzali, Islam dan Tata Negara: Ajaran, S~jarah dan Pemikiran Gakarta: VI press, 1999). Edisi Inggris buku ini diterbitkan oIeh INIS dengan juduI Islam and GOlJerltmental SysteJJ1. Voll, Islam, 275-347. Voll, Islanl,276. Voll, IslaJJ1,276. A.S. Hornby, et.aIl., The /ldlJOnted Learners Dit1ionary 0/" Currenl Engh:r/) (I-Jondon: Oxford University Press, 1963), 648. Hornby, The /ldcenced, 648. Mohammad Hatta, Memoir Oakarta: 1-tinamas, 1979), 195. Anthony D. Smith, Tbeories on Nationalir?Jl (New York: Harper to Rebook, 1972), 65. Lothorp Stoddard, Dtll1ia Bani J.r/am,terj Oakarta: Panitia Penerbit, 1966), 137-201. Stoddard, Dunia, 138. Stoddard, Dtlnia,139. l~lie I<.edourie, Nationa/ioJJ (IJondon: Hutchinson lJniversity Library, 1960), 9.
''lslam dan Konstruksi llmu Peradaban dan humaniora" Fakultas Adah UIN Syahid Jakarta
289
21
22
Edward Mortimer, raith and Power the Politics of Isla; (New York: Random House, 1982), 3 · Bandingkan antara lain dengan Daniel Pipes, In th~ Path of God Islam and Political Power (New York. Basic Books, Inc, 1983); John L. Esposito, Islam and Politics (New York: Syracuse University Press, 1984); W. Mongomery Watt, Islamic Political Thought (Edinburgh: Edinburgh University Press, 1980). Ini adalah pandangan A. Hassan (pERSIS) yang dikutip dalam Howard M. Federspiel, Persatua~
Islam, Islamic Reform in Twentieth Century Indon~sta (Ithaca: Modern Indonesia Project Southeast ASian Program, 1970), 95. Bandingkan dengan Taufik · h Abdullah, Islam dan Masyarakat, Pantulan 5Cjara
23
Indonesia Oakarta: LP3ES, 1987), 160. an Tensi atau ketegangan antara dua kecenderung tersebut terjadi di berbagai tempat term asuk Indonesia. Lebih lanjut pengalaman Turki modern yang atas prakarsa Kemal Attaturk cenderung berorientasi secular juga menarik untuk dika!i. Tentang Turki modern ini bisa dibaca antara laW dalam Stanford J. Shaw dan Ezel Kural Shaw dan Eze1 K.ural Shaw, History of the Ottoman Empire and Mo~ern Turkey, vol 2 (Cambridge: Cambridge Umversity Press 1977); Howard A. Reed, '~tt~turk's Secularizing Legacy and the Continuing ~itality ~f Islam in Republican Turkey," dalam Islam zn the Contempo,:y World, ed Cyriac K. Pullapilly (Notre Dame, Ind: Cross Roads Books, 1980); I<'emal H. I<.arpat, "Modern Turkey, ' dalam Tbe
290
'7slam dan /Go nstruks·t ~j71mu Peradaban dan humantora . " Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syahid Jakarta
0/' IS/Olll. cd. I).tvl. Holt, K.S. ' Otnbton dan Bernard 1 I '.:IS (New York: Catnbridge University Press, 1978). Federspiel, PersatuaJl J.rlam, 90. Bandingkan juga dengan Federspiel "Islam and Nationalism of Islam dan Kebangsaan by Ahmad Hassan," Indonesia, 24 (October 1977), 39-86. Ini bisa nampak dalam perdebatan tentang nasionalisme antara Soekamo dengan Agus Salim. Tentang hal ini baca antara lain Noer, The Modernist, juga Federspiel, Persall/an, 85. Antara lain simak dalam Kuntowijoyo, Paradigl1la Islam: Interpretasi Untuk Aksi (Bandung: Mizan, Cambndge Hislolry
L
24
2S
26
27
1991), 207.
Bandingkan dengan Komaruddin Hidayat,"Religion and Nationalism: The Past Story," Mizan, vol. 4 00.4 (1984): 4. 2B Ahmad Syafu Maarif, "Islam and Nationalism in Indonesia, a Historical Perception," Mizan, vol. 4 no. 4 (1984): 16-17. ~ Marvin Perry, Arnold Tf!Ynbee and the Crisis 0/ the West (Washington D.C : Universit) lJ ress of America, 1982), xii. 10 Hatta, Men/oir. 31 Judith Nagata, "The Impact of Islamic Rev~v~~ (Dabvah) on the Religious Culture of MalaysIa, dalam Religion, l/altlcs and DelJc/opfJlcnt. in Southea.rt Asia, ed.· Bruce l\1atthe,vs and JudIth Nagata (Singapore: Institute of Southeast Asian Studies, 1986), 37. 'Islam dan Konstruksi Ilmu Peradaban dan humaniora" Fakzt/tas Adab dan HlIl1zaniora UIN Syahid Jakarta
291