PRAKATA
Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT atas selesainya Diktat ini sesuai waktunya. Diktat ini disusun untuk melengkapi materi praktek Laboratorium Pengukuran dan Rangkaian Listrik yang dapat digunakan oleh mahasiswa Teknik Elektro, khususnya program studi Teknik Otomasi Listrik Industri.
Selama ini mahasiswa hanya memperoleh petunjuk praktek (jobsheet) dengan sedikit teori dasar. Pada diktat ini teori dasar yang diberikan jauh lebih banyak dan lebih jelas daripada yang terdapat pada jobsheet sebelumnya. Materi praktek laboratorium pengukuran dan rangkaian listrik ini ada 10, yaitu : multimeter, resistor dan rangkaian tahanan seri, paralel dan kombinasi, hukum Ohm, hukum arus Kirchoff, hukum tegangan Kirchoff, karakteristik resistor, daya pada rangkaian dc, transformasi segitiga bintang, jembatan Wheatstone, dan potensiometer.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada rakan-rekan di Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Jakarta, yang telah membantu hingga terwujudnya diktat ini.
Diktat ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran serta kritik yang membangun akan penulis terima dengan sengan hati.
Depok, September 2012
Murie Dwiyaniti, ST
i
DAFTAR ISI
PRAKATA
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vii
1. MULTIMETER
1
1.1
TUJUAN
1
1.2
DASAR TEORI
1
1.2.1
OHMMETER
2
1.2.2
VOLTMETER
3
1.2.3
AMMETER
4
1.2.4
PEMBACAAN MULTIMETER
6
1.3
DAFTAR PERALATAN YANG DIGUNAKAN
7
1.4
PROSEDUR PERCOBAAN
8
1.4.1
MULTIMETER SEBAGAI OHM METER
8
1.4.2
MULTIMETER SEBAGAI VOLT METER
9
1.4.3
MULTIMETER SEBAGAI AMPERE METER
9
1.5
TUGAS DAN PERTANYAAN
10
1.6
TABEL
13
2. RESISTOR DAN RANGKAIAN SERI, PARALEL, KOMBINASI
16
2.1
TUJUAN
16
2.2
DASAR TEORI
16
2.2.1
RESISTOR
16
2.2.2
HUBUNGAN RANGKAIAN
20
2.3
DAFTAR PERALATAN
22
2.4
PROSEDUR PERCOBAAN
22
2.5
TUGAS DAN PERTANYAAN
23
2.6
TABEL
24
3. HUKUM OHM
27
3.1
TUJUAN
27
3.2
DASAR TEORI
27
ii
3.3
DAFTAR PERALATAN
29
3.4
PROSEDUR PERCOBAAN
30
3.5
TUGAS DAN PERTANYAAN
30
4. HUKUM ARUS KIRCHOFF
32
4.1
TUJUAN
32
4.2
DASAR TEORI
32
4.3
DAFTAR PERALATAN
34
4.4
PROSEDUR PERCOBAAN
34
4.5
TUGAS DAN PERTANYAAN
37
4.6
TABEL
38
5. HUKUM TEGANGAN KIRCHOFF
41
5.1
TUJUAN
41
5.2
PENDAHULUAN
41
5.3
DAFTAR PERALATAN
43
5.4
PROSEDUR PERCOBAAN
44
5.5
PERTANYAAN
46
5.6
TABEL
47
6. KARAKTERISTIK RESISTOR
49
6.1
TUJUAN
49
6.2
DASAR TEORI
49
6.3
DAFTAR PERALATAN
53
6.4
PROSEDUR PERCOBAAN
54
6.5
TUGAS DAN PERTANYAAN
56
6.6
TABEL
57
7. DAYA PADA RANGKAIAN DC
60
7.1
TUJUAN
60
7.2
DASAR TEORI
60
7.3
DAFTAR PERALATAN
60
7.4
PROSEDUR PERCOBAAN
61
7.5
TUGAS DAN PERTANYAAN
62
7.6
TABEL
62
iii
8. TRANSFORMASI SEGITIGA BINTANG
64
8.1
TUJUAN
64
8.2
DASAR TEORI
64
8.3
DAFTAR PERALATAN
65
8.4
PROSEDUR PERCOBAAN
66
8.5
TUGAS DAN PERTANYAAN
69
8.6
TABEL
70
9. JEMBATAN WHEATSTONE
72
9.1
TUJUAN
72
9.2
DASAR TEORI
72
9.3
DAFTAR PERALATAN
73
9.4
PROSEDUR PERCOBAAN
74
9.5
TUGAS DAN PERTANYAAN
76
9.6
TABEL
77
10. POTENSIOMETER
78
10.1
TUJUAN
78
10.2
DASAR TEORI
78
10.3
DAFTAR PERALATAN
80
10.4
PROSEDUR PERCOBAAN
80
10.5
TUGAS DAN PERTANYAAN
81
10.6
TABEL
82
DAFTAR PUSTAKA
84
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Rangkaian pengukuran tahanan
13
Tabel 1.2 Rangkaian pengukuran tahanan seri dan paralel
14
Tabel 1.3 Pengukuran tegangan
14
Tabel 1.4 Pengukuran arus
15
Tabel 2.1 Nilai warna pada cincin resistor
17
Tabel 2.1 Nilai Resistor
24
Tabel 2.2 Nilai tahanan geser dan potensiometer
25
Tabel 2.3 Nilai tahanan dekade
25
Tabel 2.4 Nilai R total pada Gambar rangkaian a,b,c,d,e
25
Tabel 3.1 Data pengukuran arus dan tegangan
31
Tabel 4.1 Data rangkaian seri
38
Tabel 4.3 Data rangkaian paralel
38
Tabel 4.4 Data rangkaian paralel
39
Tabel 4.5 Data rangkaian kombinasi seri-paralel
39
Tabel 4.6 Data rangkaian kombinasi seri-paralel
39
Tabel 5.1 Data pada Gambar 5.4
47
Tabel 5.2 Data pada Gambar 5.4 dengan R = 100Ω
47
Tabel 5.3 Data pada Gambar 5.5
48
Tabel 5.4 Data pada Gambar 5.5 (Polaritas V2 dibalik)
48
Tabel 5.5 Data pada Gambar 5.6
48
Tabel 5.6 Data pada Gambar 5.7
49
Tabel 6.1 Simbol-simbol resistor
53
Tabel 6.1 NTC
57
Tabel 6.2 PTC
57
Tabel 6.3 LDR
57
Tabel 6.4 VDR
58
Tabel 6.5 Karbon film
58
Tabel 6.6 Air ledeng
58
Tabel 6.7 Wire wound
59
v
Tabel 7.1 Rangkaian Gambar 7.1
62
Tabel 7.2 Rangkaian Gambar 7.2
63
Tabel 7.3 Rangkaian Gambar 7.3
63
Tabel 8.1 Rangkaian 1
70
Tabel 8.2 Rangkaian 2
70
Tabel 8.3 Rangkaian 3
70
Tabel 8.4 Rangkaian 4
70
Tabel 9.1 Rangkaian 1
77
Tabel 9.2 Rangkaian 2
77
Tabel 9.3 Rangkaian 3
77
Tabel 10.1 Potensiometer sebagai pembagi tegangan untuk RL = 47 Ω
82
Tabel 10.2 Potensiometer sebagai pembagi tegangan untuk RL = 100 Ω
82
Tabel 10.3 Potensiometer sebagai rheostat
83
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Multimeter (a) Digital dan (b) Analog
2
Gambar 1.2 Multimeter sebagai Ohmmeter
3
Gambar 1.3 Multimeter sebagai Voltmeter
4
Gambar 1.4 Multimeter sebagai Amperemeter
5
Gambar 1.5 Skala multimeter analog
6
Gambar 1.6 Rangkaian pengukuran tahanan
8
Gambar 1.7 Rangkaian pengukuran tahanan seri
8
Gambar 1.8 Rangkaian pengukuran tahanan paralel
8
Gambar 1.10 Rangkaian pengukuran tegangan dan arus
9
Gambar 2.1 Urutan warna pada cincin resistor
17
Gambar 2.2 Tahanan geser atau rheostat
19
Gambar 2.3 Potensiometer
19
Gambar 2.4 Tahanan decade
20
Gambar 2.2 Rangkaian resistor secara seri
20
Gambar 2.3 Rangkaian resistor secara paralel
21
Gambar 2.3 Rangkaian resistor secara kombinasi seri-paralel
21
Gambar 3.1 Diagram Hukum Ohm
28
Gambar 3.2 Rangkaian Pembagi Tegangan
29
Gambar 4.1 Rangkaian Seri
33
Gambar 4.2 Rangkaian Paralel
33
Gambar 4.3 Rangkaian seri
35
Gambar 4.4 Rangkaian paralel
35
Gambar 4.5 Rangkaian kombinasi seri-paralel
36
Gambar 4.6 Rangkaian kombinasi seri-paralel
37
Gambar 4.7 Rangkaian kombinasi seri-paralel
38
Gambar 5.1 Rangkaian Seri
42
Gambar 5.2 Rangkaian Paralel
42
Gambar 5.3 Rangkaian Seri dengan dua sumber tegangan
43
Gambar 5.4 Rangkaian satu loop dengan satu sumber tegangan
44
Gambar 5.5 Rangkaian satu loop dengan dua sumber tegangan
45
vii
Gambar 5.6 Rangkaian dua loop
45
Gambar 5.7 Rangkaian tiga loop
46
Gambar 6.1 Karakteristik NTC
50
Gambar 6.2 Termistor (Thermally sensitive resistor)
51
Gambar 6.3 CDS photocell
51
Gambar 6.4 Resistor jenis Carbon Composite
52
Gambar 6.5 Resistor jenis Carbon Film
52
Gambar 6.6 Resistor jenis wire wound
53
Gambar 6.7 Rangkaian praktek NTC
54
Gambar 6.8 Rangkaian praktek PTC
55
Gambar 6.9 Rangkaian praktek LDR
55
Gambar 6.10 Rangkaian praktek VDR
55
Gambar 6.11 Rangkaian praktek resistor karbon film
56
Gambar 6.12 Rangkaian praktek air ledeng
56
Gambar 6.13 Rangkaian praktek resistor wire wound
56
Gambar 7.1 Rangkaian praktek 1
61
Gambar 7.2 Rangkaian praktek 2
61
Gambar 7.3 Rangkaian praktek 3
62
Gambar 8.1 (a) Bentuk bintang ; (b) Bentuk segitiga
64
Gambar 8.2 Rangkaian 1
66
Gambar 8.3 Rangkaian 2
67
Gambar 8.4 Rangkaian 3
67
Gambar 8.5 Rangkaian 4
68
Gambar 9.1 Rangkaian Jembatan Wheastone
72
Gambar 9.2 Rangkaian 1
74
Gambar 9.3 Rangkaian 2
75
Gambar 9.4 Rangkaian 3
76
Gambar 10.1 Rangkaian potensiometer sebagai pembagi tegangan
80
Gambar 10.2 Rangkaian Potensiometer sebagai rheostat
81
viii
1. MULTIMETER
1.1 TUJUAN Setelah selesai percobaan praktikan diharapkan dapat : •
Mempelajari fungsi dan sifat multimeter
•
Mempelajari penggunaan multimeter dan keterbatasan kemampuan
•
Mengunakan multimeter sebagai pengukuran tegangan (Voltmeter), sebagai pengukur arus (Amperemeter), sebagai pengukur resistansi (Ohmmeter)
1.2 DASAR TEORI Multimeter adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur beberapa besaran listrik. Pada dasarnya alat ini merupakan gabungan dari alat ukur tegangan searah, arus searah (DC), resistansi, tegangan bolak-balik dan arus bolak-balik (AC). Sebelum menggunakan alat ukur, perlu mempelajari hal-hal sebagai berikut: Cara membaca skala alat ukur Cara melakukan “zero adjustment” (membuat jarum pada kedudukan nol) Cara memilih batas ukur Cara memilih terminal, yaitu mempergunakan polaritas (tanda + dan -) pada pengukuran tegangan dan arus searah. Dalam memilih batas ukur tegangan atau arus perlu diperhatikan faktor keamanan dan ketelitian. Mulailah dari skala yang cukup besar untuk keamanan alat, kemudian turunkanlah batas ukur sedikit demi sedikit. Ketelitian akan paling baik bila jarum menunjuk pada daerah dekat dengan skala maksimum. Pada
pengukuran
tegangan
searah
maupun
bolak-balik,
perlu
diperhatikan sensitivitas meter yang dinyatakan dalam ohm per volt. Sensitivitas meter sebagai pengukur tegangan bolak-balik lebih rendah daripada sensitivitas sebagai pengukur tegangan searah. Resistensi dalam voltmeter (dalam ohm)=batas ukur x sensitivitas
MD 2012
1
Pada pengukuran tegangan bolak-balik perlu diperhatikan pula spesifikasi daerah frekuensi (frequency converege/range). Perlu diketahui bahwa multimeter mempunyai kemampuan yang terbatas, dan bahwa harga efektif (rms = root mean square) tegangan bolak-balik umumnya dikalibrasi (ditera) dengan gelombang sinusoida murni bila kita ingin mengukur tegangan tegangan bolakbalik yang mengandung tegangan searah, misalnya pada anoda suatu penguat tabung trioda atau pada kolektor suatu penguat transistor, maka terminal kita hubungkan seri dengan sebuah kapasitor dengan kapasitas 0,1 mikrofarad. Kapasitor ini akan mencegah mengalirnya arus searah, tetapi tetap dapat mengalirkan arus bolak-balik. Pada multimeter tertentu, kadang-kadang kapasitor ini telah terpasang didalamnya.
(a)
(b)
Gambar 1.1 Multimeter (a) Digital dan (b) Analog
Pemasangan multimeter harus disesuaikan dengan fungsinya, yaitu sebagai ohmmeter, voltmeter, dan amperemeter.
1.2.1 OHMMETER Ohmmeter dipasang PARALEL dengan tahanan yang akan diukur (Rx) dan Rx harus tidak bertegangan. Pada awal pemakaian, Rx harus dihubungkan terlebih dahulu dengan terminal Ohmmeter, barulah alat ukur diposisikan pada batas ukurnya. Lakukanlah set nol setiap mengganti skala pengali. Ohmmeter ada dua macam, yaitu : MD 2012
2
a.
Tipe Seri Tipe ini memiliki skala yang khas dan berbeda dengan skala lainnya, yaitu skala nol (0 Ω) di sebelah kanan dan skala tak berhingga (~) di sebelah kiri. Selain itu juga memiliki skala pengali (10x, 100x , 1kx), sehingga tipe ini cocok untuk mengukur nilai resistansi yang besar (dalam kΩ). Perlu diingat pada awal pemakaian harus dilakukan set nol (menempatkan jarum penunjuk tepat pada posisi nol), yaitu dengan menghubungsingkatkan kedua terminal Ohmmeter. Demikian juga bila skala pengali yang digunakan dirubah (misalnya 10x menjadi 100x), perlu dilakukan set nol ulang.
b.
Tipe Paralel Tipe ini memiliki skala sama dengan alat ukur yang lain, yaitu skala nol (0Ω) di sebelah kiri dan tipe ini cocok untuk mengukur nilai tahanan yang kecil (0-500Ω).
Gambar 1.2 Multimeter sebagai Ohmmeter
1.2.2 VOLTMETER Voltmeter dipasang PARALEL terhadap rangkaian atau komponen yang akan diukur tegangannya. Langkah-langkah
yang
harus diperhatikan
dalam
menggunakan
Voltmeter adalah: MD 2012
3
•
Periksa polaritas yang benar, Untuk pengukuran tegangan
DC
perlu
diperhatikan polaritas (+ dan -) alat ukur . Jika polaritas tegangan yang akan diukur tidak sama dengan polaritas alat ukur, akan menyebabkan jarum bergerak ke kiri. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan jarum pada alat ukur. •
Bila menggunakan Voltmeter dengan batas ukur ganda, gunakan selalu batas ukur yang tertinggi dan kemudian turunkan sampai diperoleh pembacaan yang baik.
Gambar 1.3 Multimeter sebagai Voltmeter
1.2.3 AMMETER Biasanya skala Ammeter sama dengan skala Voltmeter, dan batas ukur yang tersedia juga bermacam-macam seperti halnya Voltmeter. Langkah-langkah
yang
harus
diperhatikan
dalam
menggunakan
Amperemeter adalah: •
Jangan sekali-kali menghubungkan amperemeter ke sumber tegangan karena tahanan dalam amperemeter kecil sekali sehingga arus yang mengalir sangat besar, hal ini mengakibatkan fuse pada amperemeter putus.
•
Pemasangan amperemeter adalah SERI dengan beban.
•
Periksa polaritas yang tepat. Polaritas terbalik akan menyebabkan penyimpangan jarum yang berlawanan yang dapat merusak jarum penunjuk.
MD 2012
4
•
Hitunglah terlebih dahulu besar arus yang akan diukur, sehingga kita dapat mengetahui batas ukur yang akan dipakai. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan penggunaan batas ukur, jika salah menggunakan batas ukur (batas ukur lebih kecil dari arus yang terukur) mengakibatkan kerusakan amperemeter (fuse putus).
Gambar 1.4 Multimeter sebagai Amperemeter
Beberapa catatan tentang Penggunaan Multimeter •
Dalam keadaan tidak dipakai, selector sebaiknya pada kedudukan AC volt pada harga skala cukup besar (misalnya 250 volt). Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan pakai yang membahayakan multimeter.
•
Sebelum mulai mengukur suatu besaran listrik perhatikanlah lebih dahulu besaran apakah yang hendak diukur dan kira-kira berapakah besarannya, kemudian pilihlah kedudukan selector dan skala manakah yang akan dipergunakan. Perhatikan pula polaritas (tanda + dan -) bila perlu.
•
Pada waktu mulai melakukan pengukuran arus dan tegangan, bila tidak dapat dipastikan besarnya arus/ tegangan tersebut, maka mulailah dari batas ukur yang paling besar. Setelah itu selector dapat dipindahkan ke batas ukur yang lebih rendah untuk memperoleh ketelitian yang lebih baik.
MD 2012
5
•
Pada pengukuran tegangan dan arus, pembacaan meter akan paling teliti bila penunjukan jarum terletak di daerah dekat skala penuh, sedangkan pada pengukuran resistansi bila penunjukan jarum terletak di daerah pertengahan skala.
•
Harus diperhatikan: pengukuran resistansi hanya boleh dilakukan pada komponen atau rangkaian tidak mengandung sumber tegangan.
1.2.4 PEMBACAAN MULTIMETER
Gambar 1.5 Skala multimeter analog
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam pembacaan adalah mengecek pada batas ukur berapa kedudukan selector switch, setelah itu lihat skala pembacaan mana yang harus digunakan sesuai dengan batas ukurnya. Sebagai contoh, marilah kita melakukan pembacaan pada Gambar 1.5.
Pengukuran tegangan DC Misalkan, Posisi selector switch berada pada batas ukur (range) 1 V, maka skala pembacaan yang digunakan adalah skala 0 - 10 V DC. Jadi tegangan DC pada Gambar 5 =
MD 2012
1 x 4,4 = 0,44 Volt 10 6
Misalkan, Posisi selector switch berada pada batas ukur (range) 50 V, maka skala pembacaan yang digunakan adalah skala 0 - 50 V DC. Jadi tegangan DC pada Gambar 5 =
50 x 22 = 22 Volt 50
Pengukuran arus searah Misalkan, Posisi selector switch berada pada batas ukur (range) 10 mA, maka skala pembacaan yang digunakan adalah skala 0 - 10 A DC. Jadi Arus DC pada Gambar 5 =
10 x 4,4 = 4,4 mA 10
Misalkan, Posisi selector switch berada pada batas ukur (range) 0,5 A, maka skala pembacaan yang digunakan adalah skala 0 - 50 A DC. Jadi Arus DC pada Gambar 5 =
0,5 x 22 = 0,22 A 50
Pengukuran tahanan Untuk mengukur tahanan gunakan skala 0 - ~ , posisi penunjukan angka nol (0) berada di kanan. Misalkan, Posisi selector switch berada pada pengali 10x Ω. Tahanan pada Gambar 5 =10 x 28 = 280 Ω Misalkan, Posisi selector switch berada pada pengali 1K xΩ. Tahanan pada Gambar 5 =1K x 28 = 28 K Ω
1.3 DAFTAR PERALATAN YANG DIGUNAKAN Peralatan yang digunakan pada percobaan ini adalah : •
Power supply DC 0 - 40 V
•
Multimeter merk Sanwa dan Metrix
•
Resistor, 47Ω, 100Ω, 470Ω, 1kΩ, 10kΩ
•
Protoboard
•
Kabel penghubung
MD 2012
7
1.4 PROSEDUR PERCOBAAN 1.4.1 MULTIMETER SEBAGAI OHM METER Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1.
Buat rangkaian seperti Gambar 1.6.
2.
Ukurlah dengan Ohmmeter Resistor, 47Ω, 100Ω, 470Ω,1kΩ, 10kΩ
Gambar 1.6 Rangkaian pengukuran tahanan 3.
Catat data hasil pengukuran pada Tabel 1.1 Pastikan bahwa range (batas ukur) berada pada range pengukuran tahanan, dan lakukan set nol setiap mengganti skala pengali.
4.
Buatlah rangkaian seperti Gambar 1.7.
Gambar 1.7 Rangkaian pengukuran tahanan seri 5.
Ukurlah dengan ohmmeter nilai tahanan total pada rangkaian seri dan catat hasilnya pada Tabel 1.2.
6.
Buatlah rangkaian seperti Gambar 1.8.
Gambar 1.8 Rangkaian pengukuran tahanan paralel MD 2012
8
7.
Ukurlah dengan ohmmeter nilai tahanan total pada rangkaian paralel dan catat hasilnya pada Tabel 1.2
1.4.2 MULTIMETER SEBAGAI VOLT METER Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Buat rangkaian seperti Gambar 1.9.
Gambar 1.9 Rangkaian pengukuran tegangan
2. Ukur besar tegangan pada Power Supply DC Vs mulai dari 2 sampai 15 V. 3. Pergunakanlah batas ukur yang terbesar dahulu, lalu turunkanlah batas ukurnya. Catat hasilnya pada Tabel 1.3.
1.4.3 MULTIMETER SEBAGAI AMPERE METER 1. Buat rangkaian seperti Gambar 1.10 dengan R = 47kΩ 2. Atur tegangan sumber 2V, 4V, 6V, 8V. Ukur tegangan dan arus yang mengalir pada rangkaian, hasil pengukuran masukkan pada Tabel 1.4. Pastikan selector switch berada pada posisi tegangan dan arus pada pengukuran DC. Dan pergunakanlah batas ukur yang terbesar dahulu.
Gambar 1.10 Rangkaian pengukuran tegangan dan arus
3. Seperti prosedur diatas (1) ganti nilai tahanan dengan 100Ω, 470Ω, 1kΩ. MD 2012
9
1.5 TUGAS DAN PERTANYAAN
1.
Tentukanlah hasil pembacaan pada gambar dibawah ini !
Arus Batas Ukur
Tegangan Hasil Bacaan
Batas Ukur
1A
100 V
5A
500 V
10 A
1 KV
Pengukuran Resistansi
MD 2012
Hasil Bacaan
10 x Ω
10
2.
Tentukanlah hasil pembacaan pada gambar dibawah ini !
Arus Batas Ukur
Tegangan Hasil Bacaan
Batas Ukur
50 mA
1V
100 mA
0,5 K V
500 mA
10 KV
Pengukuran Resistansi
MD 2012
Hasil Bacaan
100 x Ω
11
3.
Tentukanlah hasil pembacaan pada gambar dibawah ini !
Arus Batas Ukur
Tegangan Hasil Bacaan
1 mA
5V
5 mA
0,05 K V
0,01 A
0,1 KV
Pengukuran Resistansi
4.
Batas Ukur
Hasil Bacaan
1xΩ
Jelaskanlah bagaimana cara penggunaan multimeter untuk mengukur tegangan, arus dan tahanan!
5.
Bandingkanlah data hasil pengukuran pada Tabel 1 dengan nilai yang tertera pada resistor. Apakah ada perbedaan antara hasil pengukuran dengan nilai yang tertera pada resistor ? Jika ada, Mengapa hal ini terjadi, jelaskan!
MD 2012
12
6.
Bandingkanlah data hasil pengukuran pada Tabel 2 dengan hasil perhitungan. Mengapa terjadi perbedaan antara hasil pengukuran dengan hasil perhitungan ?
7.
Berdasarkan data yang anda dapat, Menurut pendapat anda, apakah alat ukur yang anda gunakan dalam praktek masih baik? Jelaskan!
8.
Berdasarkan data, Menurut pendapat anda, apakah komponen-komponen yang anda gunakan dalam praktek masih dalam batas toleransi yang diperbolehkan? Jelaskan!
9.
Langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan agar hasil pengukuran anda valid!
1.6 TABEL Tabel 1.1 Rangkaian pengukuran tahanan Resistor (Ω)
Batas Ukur
Hasil Pengukuran
47 100 470 1k 4k7 10k 100k 220k
MD 2012
13
Tabel 1.2 Rangkaian pengukuran tahanan seri dan paralel Resistor (Ω)
Batas Ukur
R1
R2
R3
47
100
470
470
1k
47k
10k
100k
220k
47
100
470
470
1k
47k
10k
100k
220k
Rangkaian
Hasil Pengukuran
Perhitungan
Seri
Paralel
Tabel 1.3 Pengukuran tegangan Vs (V)
Batas Ukur 1,5 V
5V
15 V
50 V
150 V
2 4 6 8 10 12
MD 2012
14
Tabel 1.4 Pengukuran arus Hasil Pengukuran Vs
R
(V)
(Ω)
Hasil Perhitungan
Tegangan
Arus
Arus
(V)
(A)
(A)
4,7 2
100 470 1k 4,7
4
100 470 1k 4,7
6
100 470 1k 4,7
8
100 470 1k
MD 2012
15
2. RESISTOR DAN RANGKAIAN SERI, PARALEL, KOMBINASI 2.1 TUJUAN Setelah selesai melakukan percobaan diharapkan, praktikan dapat :
Mengenali bentuk dan jenis resistor.
Mengetahui dan memahami cara pengukuran bermacam-macam resistor (tahanan karbon, tahanan geser, potensiometer dan tahanan dekade)
•
Menghitung nilai resistansi resistor melalui urutan cincin warnanya.
•
Merangkai resistor secara seri, paralel, dan kombinasi.
•
Menghitung nilai tahanan total pada hubungan seri, paralel, dan kombinasi.
•
Mengukur nilai tahanan total pada hubungan seri, paralel, dan kombinasi menggunakan ohmmeter.
2.2 DASAR TEORI 2.2.1 RESISTOR Resistor atau yang biasa disebut (bahasa Belanda) werstand, tahanan atau penghambat, adalah suatu komponen elektronik yang memberikan hambatan terhadap perpindahan elektron (muatan negatif). Resistor disingkat dengan huruf "R" (huruf R besar). Satuan resistor adalah Ohm yang dilambangkan dengan simbol Ω (Omega), ditemukan oleh George Ohm (1787-1854), seorang ahli fisika bangsa Jerman. Kemampuan resistor untuk menghambat disebut juga resistensi atau hambatan listrik. Jadi resistor digunakan untuk membatasi jumlah arus yang mengalir dalam suatu rangkaian. Jenis resistor (tahanan) antara lain tahanan karbon, tahanan geser, decade resistor dan potensiometer.
2.2.1.1 TAHANAN KARBON Resistor ini terbuat dari bahan karbon, bentuk resistor yang umum adalah seperti tabung dengan dua kaki di kiri dan kanan. Pada badannya terdapat lingkaran membentuk cincin kode warna untuk mengetahui besar resistansi tanpa mengukur besarnya dengan Ohmmeter. Kode warna tersebut adalah standar MD 2012
16
manufaktur yang dikeluarkan oleh EIA (Electronic Industries Association) seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.1.
Gambar 2.1 Urutan warna pada cincin resistor Tabel 2.1 Nilai warna pada cincin resistor Warna
Cincin I
Cincin II
Cincin III
Cincin IV
Cincin V
Cincin
Angka ke-1
Angka ke 2
Angka ke-3
pengali
Toleransi
Hitam
0
0
0
X100
Coklat
1
1
1
X101
±1%
Merah
2
2
2
X102
±2%
Jingga
3
3
3
X103
Kuning
4
4
4
X104
Hijau
5
5
5
X105
Biru
6
6
6
X106
Ungu
7
7
7
X107
Abu-abu
8
8
8
X108
Putih
9
9
9
X109
Emas
X10-1
±5%
Perak
X10-2
± 10 %
Tanpa
± 20 %
warna
Besarnya ukuran resistor sangat tergantung watt atau daya maksimum yang mampu ditahan oleh resistor. Umumnya di pasar tersedia ukuran 1/8, 1/4, 1, 2, 5, 10 dan 20 watt. Resistor yang memiliki daya maksimum 5, 10 dan 20 watt
MD 2012
17
umumnya berbentuk balok berwarna putih dan nilai resistansinya dicetak langsung dibadannya, misalnya 1K_5W. Contoh : 1. Urutan cincin warna (resistor 4 cincin warna): merah Ungu biru emas merah
ungu
biru
emas
hasilnya
2
7
X106
±5%
27MΩ ± 5 %
2. Urutan cincin warna (resistor 5 cincin warna): coklat merah hitam jingga coklat coklat
merah
hitam
jingga
coklat
hasilnya
1
2
0
X103
±1%
120kΩ ± 1 %
Selain dinyatakan dengan kode warna ada pula resistor yang nilainya dinyatakan dengan angka dan toleransi dinyatakan dengan huruf . Resistor jenis ini terbuat dari kawat yang ditutup dengan porselin / keramik. Toleransi disandikan / dikodekan dengan huruf seperti di bawah ini : F=±1%
G=±2%
K = ± 10 %
M = ± 20 %
MD 2012
J=±5%
Maksud
dari
gambar
Resistor
memiliki
ini
adalah
:
:
22
Ω
Toleransi
:
5
%
Kemampuan daya
: 5 watt
hambatan
18
2.2.1.2 TAHANAN GESER
Gambar 2.2 Tahanan geser atau rheostat
Terdiri dari tiga terminal, yaitu terminal A, B dan C. Nilai tahanan geser dapat diubah-ubah dengan menggeser kontak geser D. Terminal A dan B digunakan untuk mengukur nilai tahanan dari minimum ke maksimum.
2.2.1.3 POTENSIOMETER Nilai tahanan dari suatu potensiometer dapat diubah dengan cara memutar saklar pemilih D dari kiri ke kanan. Tahanan ini memiliki tiga terminal yaitu terminal A dan C sebagai terminal maksimum dan minimum tahanan, dan terminal B sebagai terminal pengatur variabel tahanan.
Gambar 2.3 Potensiometer
2.2.1.4 TAHANAN DEKADE Nilai tahanan dekade dapat diatur dengan memutar sakelar pemilih ke posisi x1, x10, x100 dan x 1000 sesuai dengan kebutuhan. Tahanan ini memiliki tiga terminal dimana tempat pengukuran adalah terminal A dan terminal B.
MD 2012
19
Gambar 2.4 Tahanan decade
2.2.2 HUBUNGAN RANGKAIAN Dalam suatu rangkaian, biasanya terdapat sebuah tahanan atau lebih, yang dapat dirangkaikan dalam beberapa cara antara lain : 1. Tahanan yang dihubung seri 2. Tahanan yang dihubung paralel 3. Tahanan yang dihubung kombinasi.
2.2.2.1 HUBUNGAN SERI Rangkaian disebut hubungan seri karena tahanannya dihubungkan secara berderet.
Gambar 2.2 Rangkaian resistor secara seri
Rangkaian resistor secara seri akan mengakibatkan nilai resistansi total semakin besar. Pada rangkaian resistor seri berlaku rumus: R total = R 1 + R 2 + R 3
MD 2012
20
2.2.2.2 HUBUNGAN PARALEL Rangkaian paralel yaitu semua tahanan dihubungkan berjajar. Rangkaian resistor secara paralel akan mengakibatkan nilai resistansi pengganti semakin kecil.
Gambar 2.3 Rangkaian resistor secara paralel
Pada rangkaian paralel berlaku rumus sebagai berikut:
R Pengganti =
1 1 1 + + R1 R2 R3
2.2.2.3 HUBUNGAN SERI - PARALEL Rangkaian Seri - Paralel adalah gabungan dari hubungan seri dan paralel.
Gambar 2.3 Rangkaian resistor secara kombinasi seri-paralel
Berdasarkan rumus seri dan paralel maka,
RPengganti =
MD 2012
R2 .R3 + R1 R2 + R3
21
2.3 DAFTAR PERALATAN Peralatan yang digunakan pada percobaan ini adalah : •
Multimeter
•
Resistor 10 Ω, 47 Ω, 220 Ω, 470 Ω, 1k Ω, 10k Ω
•
Tahanan geser (rheostat)
•
potensiometer
•
Tahanan dekade
•
Protoboard
•
Kabel Penghubung
2.4 PROSEDUR PERCOBAAN Langkah-langkah percobaan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan. 2. Tentukan nilai tahanan karbon yang tersedia berdasarkan kode warnanya dan masukkan kedalam Tabel 2.1. 3. Ukurlah tahanan karbon tersebut menggunakan multimeter, lalu masukkan hasil pengukuran kedalam Tabel 2.1. 4. Ukurlah nilai tahanan geser (rheostat) dan potensiometer untuk posisi saklar yang diberikan pada Tabel 2.2. 5. Ukurlah nilai tahanan dekade untuk posisi sakelar pemilihan yang diberikan pada Tabel 2.3. 6. Hitunglah dan ukurlah menggunakan multimeter tahanan total pada Gambar a,b,c,d,e. Masukkan hasilnya pada Tabel 2.4.
(a) MD 2012
(b) 22
(c)
(d)
(e) Ket: R1= 10 Ω, R2= 47 Ω, R3=220 Ω, R4=470 Ω, R5=1k Ω, R6= 10k Ω 2.5 TUGAS DAN PERTANYAAN 1. Hitung beberapa nilai resistansi resistor 4 cincin dibawah ini. a. Coklat – Hitam – Coklat - Emas b. Biru - Abu-abu – Hijau - Emas c. Jingga – Jingga – Merah - Perak d. Jingga – Putih – Coklat - Perak 2. Hitung beberapa nilai resistansi resistor 5 cincin dibawah ini. a. Coklat - Abu-abu – Hitam – Hitam - Coklat b. Kuning – Ungu – Hitam – Merah - Coklat c. Merah – Merah – Hitam – Merah - Merah MD 2012
23
d. Jingga – Biru – Hitam – Jingga - Merah 3. Sebutkan warna-warna urutan cincin resistor dengan nilai resistansi a. 82 K _ ± 1 % b. 100 K _ ± 5 % c. 330 _ ± 10 % d. 120 _ ± 1 % (5 cincin) e. 27 K _ ± 1 % (5 cincin) 4. Apa maksud tulisan pada resistor ini : a. 5W2R J b. 5W27R K c. 5W3KR F 5. Sebutkan beberapa perbedaan pada dua buah resistor yang dirangkai seri dengan resistor yang dirangkai paralel. 6. Bandingkan hasil pembacaan tahanan berdasarkan kode warna dengan hasil pengukuran. Apakah terdapat perbedaan? Jika ya, mengapa terjadi perbedaan, jelaskan!
2.6 TABEL Tabel 2.1 Nilai Resistor No
Warna
1
Coklat-Hitam-Orange-Emas
2
Coklat-Hitam-Hitam-Emas
3
Coklat-Hitam-Merah-Emas
4
Merah-Merah-Coklat-Emas
5
Kuning-Ungu-Hitam-Emas
6
5W1kΩJ
7
5W2.2kΩJ
8
5W3.3kΩJ
MD 2012
Nilai Tahanan
Hasil Pengukuran
24
Tabel 2.2 Nilai tahanan geser dan potensiometer No
Posisi Sakelar
1
Minimum
2
Setengah
3
Maksimum
Tahanan geser
Potensiometer
Tabel 2.3 Nilai tahanan dekade No
Posisi Sakelar X1000
X100
X10
X1
1
2
2
0
0
2
0
4
7
0
3
0
0
6
8
4
1
5
0
0
5
6
8
0
0
Hasil Pengukuran
Tabel 2.4 Nilai R total pada Gambar rangkaian a,b,c,d,e No
Gambar
1
Gambar a
2
Gambar b
3
Gambar c
4
Gambar d
5
Gambar e
MD 2012
Hasil perhitungan
Hasil pengukuran
25
MD 2012
26
3. HUKUM OHM
3.1 TUJUAN Setelah selesai percobaan praktikan diharapkan dapat : •
Mengukur dan menghitung nilai resistor
•
Menghitung arus dan tegangan dengan menggunakan hukum Ohm
•
Menggambarkan karakteristik hubungan antara tegangan, arus dan resistor.
•
Menghitung tegangan dengan rangkaian pembagi tegangan
3.2 DASAR TEORI Arus listrik terjadi karena adanya aliran elektron bebas yang bergerak terus-menerus melalui penghantar dari sebuah rangkaian. Besarnya arus listrik diukur dengan satuan banyaknya elektron per detik, namun demikian ini bukan satuan yang praktis karena harganya terlalu kecil. Satuan yang dipakai adalah ampere, dimana i = dq/dt 1 ampere = 1coulomb/det Biasanya arus diberi tanda dengan huruf I satuannya Amper. Gaya yang menyebabkan elektron mengalir dalam sebuah rangkaian disebut tegangan (voltage). Biasanya tegangan diberi tanda dengan huruf V satuannya volt. Tegangan pada prinsipnya adalah mengukur energi potensial antara dua buah titik. Yang menentukan seberapa besar arus yang mengalir adalah besarnya beda potensial, semakin besar beda potensial akan semakin besar pula arus yang mengalir. Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk membatasi jumlah arus yang mengalir dalam suatu rangkaian. Resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon. Satuan resistansi dari suatu resistor disebut Ohm atau dilambangkan dengan simbol Ω), (biasanya di beri tanda dengan huruf R. MD 2012
27
Hubungan antara arus (I), tegangan (V) dan resistor (R) pada rangkaian listrik dinyatakan dalam Hukum Ohm, dimana besar tegangan yang mengalir pada sebuah hambatan (tahanan murni) akan sebanding dengan besar arus yang mengalir dikalikan dengan nilai tahanan yang dialiri arus tersebut.
Gambar 3.1 Diagram Hukum Ohm
Di mana : V
= Tegangan pada tahanan (Volt)
I
= Arus yang mengalir pada tahanan (Ampere)
R = Besar nilai resistor (Ohm) P
= Daya dengan satuan Watt
Dalam pemakaian resistor perlu diperhitungkan besar tegangan maksimum resistor, agar tegangan yang diberikan tidak melebihi dari daya resistor tersebut. Misalnya, sebuah resistor 10 Ω mempunyai daya 5 Watt, berapakah tegangan maksimum yang diijinkan ?
MD 2012
28
Jawab : V max = P x R = 5 x 10 = 7,07 V
Jadi tegangan dapat diatur dari 0 V sampai 7 V. •
Pembagi Tegangan Hubungan seri dapat dinamakan sebagai “Pembagi Tegangan. Pembagi
tegangan dapat dipergunakan bila tegangan yang akan dipergunakan lebih kecil dari sumber. Biasanya pembagi tegangan terdiri dari dua resistor.
Gambar 3.2 Rangkaian Pembagi Tegangan Tegangan keluaran dari pembagi tegangan : V = I ⋅ R2 =
E .R2 R1 + R2
3.3 DAFTAR PERALATAN Peralatan yang digunakan pada percobaan ini adalah : •
Power supply DC 0 - 40 V
•
Multimeter
•
Resistor, 10Ω, 47Ω, 100Ω,150Ω, 470 Ω
•
Protoboard
•
Kabel penghubung
MD 2012
29
3.4 PROSEDUR PERCOBAAN Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : 1. Buatlah rangkaian seperti gambar dibawah ini dengan R = 10 Ω A +
Vs
-
R
V
2. Nyalakan catu daya DC, aturlah tegangan dari 2 volt sampai tegangan maksimum pada resistor (hitung dahulu tegangan maksimum dari resistor yang akan dipakai). 3. Catat hasil pengukuran pada Tabel 3.1. 4. Ulangi prosedur 1 dan 2 dengan mengganti nilai tahanan seperti pada daftar peralatan. 5. Rencanakanlah
rangkaian
Pembagi tegangan, dibutuhkan
tegangan
keluaran sebesar 10 Volt bila tegangan sumber 24 Volt.
3.5 TUGAS DAN PERTANYAAN 1. Bagaimana hubungan antara V dan I pada rangkaian yang telah diberikan ? Jelaskan dengan grafik ! 2. Bagaimana pula hubungan I dan R bila tegangan yang diberikan konstan ? Jelaskan dengan grafik ! 3. Bandingkan hasil pengukuran dengan perhitungan ! 4. Jelaskan kejelekan dari sumber tegangan yang diambil dari pembagi tegangan !
MD 2012
30
Tabel 3.1 Data pengukuran arus dan tegangan
Vs (Volt)
MD 2012
R= 10 Ω
R= 47 Ω
R= 100 Ω
R= 150 Ω
R= 470 Ω
I
VR
I
VR
I
VR
I
VR
I
VR
(mA)
(V)
(mA)
(V)
(mA)
(V)
(mA)
(V)
(mA)
(V)
31
4. HUKUM ARUS KIRCHOFF
4.1 TUJUAN Selesai percobaan praktikan diharapkan dapat : •
Membuktikan hukum kirchoff I tentang arus
•
Menyelesaikan masalah dengan mempergunakan hukum kirchoff I.
•
Menguasai cara mengukur arus total dan arus cabang dalam suatu rangkaian listrik.
4.2 DASAR TEORI Di pertengahan abad 19 Gustav Robert Kirchoff (1824 – 1887) menemukan cara untuk menentukan arus listrik pada rangkaian bercabang yang kemudian di kenal dengan Hukum Kirchoff. Hukum Kirchoff secara keseluruhan ada 2, hukum kirchoff 1 dan 2. Hukum kirchoff 1 berbunyi “ Jumlah kuat arus yang masuk dalam titik percabangan sama dengan jumlah kuat arus yang keluar dari titik percabangan”. Secara matematis dinyatakan :
Bila digambarkan dalam bentuk rangkaian bercabang maka akan diperoleh sebagai berikut :
Contoh penerapan hukum kirchoff pada rangkaian seri
MD 2012
32
Gambar 4.1 Rangkaian Seri
Pada rangkaian seri, arus yang mengalir pada masing-masing beban sama besarnya dengan arus pada rangkaian. I = I R1 = I R2 = I R3 Dimana : I=
VSUMBER RTOTAL
Contoh penerapan hukum kirchoff pada rangkaian paralel
Gambar 4.2 Rangkaian Paralel
MD 2012
33
Hukum Kirchhoff pada rangkaian paralel: arus yang mengalir menuju suatu titik berbanding lurus dengan jumlah arus yang keluar dari titik tersebut. I TOTAL − (I R1 + I R 2 + I R 3 ) = 0 I TOTAL = I R1 + I R 2 + I R 3 Dimana:
I Rn =
VSUMBER ; I Rn arus yang mengalir pada beban R n Rn
Sehingga:
I R1 =
VSUMBER ; I R1 arus yang mengalir pada beban R 1 R1
I R2 =
VSUMBER ; I R2 arus yang mengalir pada beban R 2 R2
I R3 =
VSUMBER ; I R3 arus yang mengalir pada beban R 3 R3
4.3 DAFTAR PERALATAN Peralatan yang digunakan pada percobaan ini adalah : •
Power Supply DC
•
Multimeter
•
Resistor 100 Ω, 680 Ω, 820 Ω, 1K Ω, 1K2 Ω, 1K8 Ω, 2K2 Ω
•
Kabel Penghubung.
4.4 PROSEDUR PERCOBAAN Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : 1. Buatlah rangkaian seperti Gambar 4.3!
MD 2012
34
Gambar 4.3 Rangkaian seri
2. Nyalakan catu daya DC, aturlah tegangan dari 0 - 10 volt. Ukur dan baca penunjukan alat ukur, catat datanya pada Tabel 4.1. 3. Ulangi langkah 2 dengan mengganti tahanan masing-masing 1KΩ. Catat datanya pada Tabel 4.2. 4. Buatlah rangkaian seperti Gambar 4.4!
Gambar 4.4 Rangkaian paralel
4
Nyalakan catu daya DC, aturlah tegangan dari 0 - 12 volt. Ukur dan baca penunjukan alat ukur, catat datanya pada Tabel 4.3. Perhatikan cara mengukur parameter dengan menggunakan satu multimeter sebagai berikut:
MD 2012
35
Titik-titik pengukuran arus harus di hubung singkat pada saat multimeter digunakan untuk mengukur titik yang lain. 5
Ulangi langkah 5 dengan mengganti tahanan masing-masing 100Ω. Ukur dan baca penunjukan alat ukur, catat datanya pada Tabel 4.4.
6
Buatlah rangkaian seperti Gambar 4.5.
Gambar 4.5 Rangkaian kombinasi seri-paralel
7
Nyalakan catu daya DC, aturlah tegangan dari 0 - 12 volt. Ukur dan baca penunjukan alat ukur, catat datanya pada Tabel 4.5. Perhatikan cara mengukur parameter dengan menggunakan satu multimeter sebagai berikut: Titik-titik pengukuran arus harus di hubung singkat pada saat multimeter digunakan untuk mengukur titik yang lain.
8
Buatlah rangkaian seperti Gambar 4.6.
MD 2012
36
Gambar 4.6 Rangkaian kombinasi seri-paralel
9
Nyalakan catu daya DC, aturlah tegangan dari 0 - 12 volt. Ukur dan baca penunjukan alat ukur, catat datanya pada Tabel 4.6. Perhatikan cara mengukur parameter dengan menggunakan satu multimeter sebagai berikut: Titik-titik pengukuran arus harus di hubung singkat pada saat multimeter digunakan untuk mengukur titik yang lain.
4.5 TUGAS DAN PERTANYAAN 1. Jelaskan tentang hukum hukum kirchhoff arus! 2. Hitunglah besar arus total dalam masing-masing rangkaian! 3. Hitunglah besar arus yang mengalir pada It, I1, I2, I3, I4, I5, I6 pada Gambar 4.7! Dimana nilai Vs=20V, R1= 100 Ω, R2= 50 Ω, R3=100 Ω, R4=50 Ω R5=20 Ω, dan R6=100 Ω
MD 2012
37
Gambar 4.7 Rangkaian kombinasi seri-paralel 4.6 TABEL Tabel 4.1 Data rangkaian seri E1 (Volt)
Tabel 4.2 Data rangkaian seri
I (mA)
E1 (Volt)
2
2
4
4
6
6
8
8
10
10
12
12
I (mA)
Tabel 4.3 Data rangkaian paralel E1 (Volt)
I (mA)
I1 (mA)
I2 (mA)
I3 (mA)
2 4 6 8 10 12 MD 2012
38
Tabel 4.4 Data rangkaian paralel E1 (Volt)
I (mA)
I1 (mA)
I2 (mA)
I3 (mA)
2 4 6 8 10 12
Tabel 4.5 Data rangkaian kombinasi seri-paralel E1 (Volt)
I (mA)
I1 (mA)
I2 (mA)
2 4 6 8 10 12
Tabel 4.6 Data rangkaian kombinasi seri-paralel E1 (Volt)
I (mA)
I1 (mA)
I2 (mA)
I3 (mA)
I4 (mA)
2 4 6 8 10 12
MD 2012
39
MD 2012
40
5. HUKUM TEGANGAN KIRCHOFF
5.1 TUJUAN Selesai percobaan praktikan diharapkan dapat : •
Membuktikan hukum kirchoff II tentang tegangan
•
Menyelesaikan masalah dengan mempergunakan hukum kirchoff II.
•
Menguasai cara mengukur arus dan tegangan dalam rangkaian listrik satu loop, dua loop, dan tiga loop.
5.2 PENDAHULUAN Hukum Kirchoff 2 dipakai untuk menentukan kuat arus yang mengalir pada rangkaian bercabang dalam keadaan tertutup (saklar dalam keadaan tertutup). Perhatikan gambar di bawah ini!
Hukum Kirchoff 2 berbunyi : ” Dalam rangkaian tertutup, Jumlah aljabbar GGL (E) dan jumlah penurunan potensial sama dengan nol”. Maksud dari jumlah penurunan potensial sama dengan nol adalah tidak ada energi listrik yang hilang dalam rangkaian tersebut, atau dalam arti semua energi listrik bisa digunakan atau diserap. Contoh penerapan hukum kirchoff pada rangkaian seri
MD 2012
41
Gambar 5.1 Rangkaian Seri VSUMBER − (VR1 + V R 2 + VR 3 ) = 0 VSUMBER = VR1 + V R 2 + VR 3 Dimana : VRn = I x Rn ; V Rn = tegangan jatuh pada beban R n Sehingga
VR1 = I x R1 ; V R1 = tegangan jatuh pada beban R 1 . VR 2 = I x R2 ; V R2 = tegangan jatuh pada beban R 2 . VR 3 = I x R3 ; V R3 = tegangan jatuh pada beban R 3 . Contoh penerapan hukum kirchoff pada rangkaian paralel
Gambar 5.2 Rangkaian Paralel MD 2012
42
Pada rangkaian paralel, tegangan yang jatuh pada masing-masing beban sama dengan tegangan sumber. V = V R1 = V R2 = V R3 Contoh penerapan hukum kirchoff pada rangkaian seri dengan dua sumber tegangan.
Gambar 5.3 Rangkaian Seri dengan dua sumber tegangan
ΣE = 0 − E1 + I .R1 + I .R2 + E 2 + I .R3 = 0 I .R1 + I .R2 + I .R3 = E1 − E 2 I (R1 + R2 + R3 ) = E1 − E 2
I=
E1 − E 2 R1 + R2 + R3
5.3 DAFTAR PERALATAN Peralatan yang digunakan pada percobaan ini adalah : •
Power Supply DC
•
Multimeter
•
Resistor
•
Kabel Penghubung
•
Protoboard
MD 2012
43
5.4 PROSEDUR PERCOBAAN Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : 1.
Buatlah rangkaian seperti Gambar 5.4!
Gambar 5.4 Rangkaian satu loop dengan satu sumber tegangan
2. Nyalakan catu daya DC, aturlah tegangan dari 0 - 12 volt. Ukur dan baca penunjukan alat ukur, catat datanya pada Tabel 5.1. Perhatikan cara mengukur parameter dengan menggunakan satu multimeter sebagai berikut: •
Titik-titik pengukuran tegangan harus di biarkan terbuka pada saat multimeter digunakan untuk mengukur titik yang lain.
3. Ulangi langkah 2 dengan mengganti tahanan masing-masing 100Ω. Ukur dan baca penunjukan alat ukur, catat datanya pada Tabel 5.2. 4. Buatlah rangkaian seperti Gambar 5.5!
MD 2012
44
Gambar 5.5 Rangkaian satu loop dengan dua sumber tegangan 5. Nyalakan catu daya DC, atur tegangan E1 = 5V, 10V, 15V dan E2 = 3V, 6V, 12 V. Ukur besar arus dan tegangan masing-masing tahanan, catat datanya pada Tabel 5.3. 6. Ulang langkah 8 dengan membalik polaritas V2. Ukur besar arus dan tegangan masing-masing tahanan, catat datanya pada Tabel 5.4. 7. Buatlah rangkaian seperti Gambar 5.6.
Gambar 5.6 Rangkaian dua loop
8. Nyalakan catu daya DC, atur tegangan E1 = 5V ,10V dan E2=3V, 6V, 12V. Ukur besar arus dan tegangan di titik A - B , catat datanya pada Tabel 5.5. Perhatikan cara mengukur parameter dengan menggunakan satu multimeter sebagai berikut: Titik-titik pengukuran arus harus di hubung singkat pada saat multimeter digunakan untuk mengukur titik yang lain. 9. Buatlah rangkaian seperti Gambar 5.7
MD 2012
45
Gambar 5.7 Rangkaian tiga loop 10. Nyalakan catu daya DC, atur tegangan E1 = 5V ,10V dan E2=3V, 6V, 12V. Ukur besar arus dan tegangan di titik A - B , catat datanya pada Tabel 5.6. Perhatikan cara mengukur parameter dengan menggunakan satu multimeter sebagai berikut: Titik-titik pengukuran arus harus di hubung singkat pada saat multimeter digunakan untuk mengukur titik yang lain.
5.5 PERTANYAAN 1. Jelaskan tentang hukum kirchhoff tegangan ! 2. Hitunglah besar arus yang mengalir pada masing-masing beban rangkaian, E1=15V, E2=20V, R1= 100 Ω, R2= 50 Ω dan R3=120 Ω
3. Hitunglah besar arus yang mengalir di R1 dan R4 dari rangkaian di bawah ini, dimana MD 2012
46
E1=15 V, E2 = 9 V, E3 = 6 V R1= 68 Ω, R2 = 100 Ω, R3 = 220 Ω, R4 = 120 Ω, R5 = 150 Ω, R6 = 180 Ω
5.6 TABEL Tabel 5.1 Data pada Gambar 5.4 E1 (Volt)
I (mA)
V1 (V)
V2 (V)
V3 (V)
V2 (V)
V3 (V)
2 4 6 8 10 12
Tabel 5.2 Data pada Gambar 5.4 dengan R = 100Ω E1 (Volt)
I (mA)
V1 (V)
2 4 6 8 10 12
MD 2012
47
Tabel 5.3 Data pada Gambar 5.5 E1 (V)
E2 (V)
I (mA)
V1 (V)
V2 (V)
V3 (V)
3 5
6 12 3
10
6 12 3
15
6 12
Tabel 5.4 Data pada Gambar 5.5 (Polaritas V2 dibalik) E1 (V)
E2 (V)
I (mA)
V1 (V)
V2 (V)
V3 (V)
I1 (mA)
I2 (mA)
I3 (mA)
3 5
6 12 3
10
6 12 3
15
6 12
Tabel 5.5 Data pada Gambar 5.6 E1 (V)
E2 (V)
VAB (V)
3 5
6 12
10 MD 2012
3 48
6 12
Tabel 5.6 Data pada Gambar 5.7 E1 (V)
E2 (V)
VAB
I1
I2
I3
I4
I5
I6
(V)
(mA)
(mA)
(mA)
(mA)
(mA)
(mA)
3 5
6 12 3
10
6 12
6. KARAKTERISTIK RESISTOR
6.1 TUJUAN Setelah selesai percobaan praktikan diharapkan dapat : •
Menggambarkan karakteristik dari bermacam-macam resistor (NTC, PTC, VDR, LDR, Carbon film, Wire Wound, Air Ledeng )
•
Mempergunakan resistor dalam praktek sesuai kebutuhan.
6.2 DASAR TEORI Resistor ialah komponen elektronika yang sering dijumpai dalam rangkaian elektronika yang berfungsi untuk menahan arus listrik, menurunkan tegangan dan membagi tegangan. Adapun bentuk, ukuran dan nilai resistansinya beragam tapi mudah dikenali. Jenis bahan yang digunakan untuk membuat resistor antara lain : 1. Metal film resistor 2. Metal okside resistor MD 2012
49
3. Carbon film resistor Berdasarkan penggunaanya, resistor dapat dibagi: 1. Resistor Biasa (tetap nilainya), ialah sebuah resistor penghambat gerak arus, yang nilainya tidak dapat berubah, jadi selalu tetap (konstan). Resistor ini biasanya dibuat dari nikelin atau karbon. 2. Resistor Berubah (variabel), ialah sebuah resistor yang nilainya dapat berubah-ubah dengan jalan menggeser atau memutar toggle pada alat tersebut. Sehingga nilai resistor dapat kita tetapkan sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan jenis ini kita bagi menjadi dua, Potensiometer, rheostat dan Trimpot (Trimmer Potensiometer) yang biasanya menempel pada papan rangkaian (Printed Circuit Board, PCB).
3. Resistor NTC dan PTC NTC (Negative Temperature Coefficient), ialah Resistor yang nilainya akan bertambah kecil bila terkena suhu panas.
Gambar 6.1 Karakteristik NTC
MD 2012
50
PTC (Positive Temperature Coefficient), ialah Resistor yang nilainya akan bertambah besar bila terkena suhu panas.
Gambar 6.2 Termistor (Thermally sensitive resistor) 4. LDR (Light Dependent Resistor), ialah jenis Resistor yang berubah hambatannya karena pengaruh cahaya. Bila cahaya gelap nilai tahanannya semakin besar, sedangkan cahayanya terang nilainya menjadi semakin kecil. Banyak sekali komponen jenis ini tergantung pada sensivitas cahaya, ukuran, nilai hambatan dan lain sebagainya. Salah satu contoh LDR adalah CDS photocell seperti
yang terlihat pada Gambar 6.3. CDS ini mempunyai
diameter 8 mm, tinggi 4 mm, dengan bentuk silinder. Pada kondisi ruangan yang terang nilai hambatannya adalah 200 ohm, sedangkan saat kondisi ruangan gelap maka nilai hambatannya 2 M ohm.
Gambar 6.3 CDS photocell 5. Resistor jenis Carbon Composite merupakan salah satu tipe resistor yang banyak sekali dijual dipasaran. Biasanya untuk nilai hambatan yang besar, misalnya 1K2, 2K2, dan 4K7 mudah mencarinya. Tetapi untuk nilai hambatan yang kecil, misalnya Ω, 2 3 Ω susah dicari. MD 2012
Resistor ini memiliki koefisien 51
temperature dengan batas 1000 ppm/°C terhadap nilai hambatannya, dimana nilai hambatannya akan turun ketika suhunya naik. Selain itu resistor ini juga memiliki koefisien tegangan, dimana nilai hambatan akan berubah ketika diberi tegangan. Semakin besar tegangan maka semakin besar perubahannya. Voltage Rating dari resistor Carbon Composition ditentukan berdasarkan ukuran fisik, nilai, dan dayanya. Pada saat menggunakan resistor jenis ini diharapkan agar berhati – hati didalam perancangan, karena dapat menghasilkan noise dimana noise ini tergantung pada nilai dari resistor dan ukurannya.
Gambar 6.4 Resistor jenis Carbon Composite
6. Resistor jenis Carbon Film mempunyai karakteristik yang sama dengan resistor carbon composition tetapi noise, voltage coeficient, temperature coeficient nilainya lebih rendah. Carbon Film Resistor dibuat dengan memotong batangan keramik yang panjang dan kemudian dicampur dengan material karbon. Frekuensi respon dari resistor ini jauh lebih bagus dibandingkan dengan wirewound dan lebih bagus lagi dibandingkan dengan carbon composition. Dimana wirewound akan menjadi suatu induktansi ketika frekuensinya rendah dan akan menjadi kapasitansi apabila frekuensinya tinggi. Dan untuk carbon composite hanya menjadi kapasitansi apabila dilalui oleh frekuensi tinggi dan rendah.
Gambar 6.5 Resistor jenis Carbon Film MD 2012
52
7. Resistor jenis wirewound digunakan untuk aplikasi yang membutuhkan daya yang yang sangat besar. Komponen ini dapat mengatasi daya yang besar dibandingkan dengan resistor yang lain. Karena panas yang ditimbulkan cukup besar biasanya resistor ini dilapisi oleh bahan seperti caramic tube, ceramic rods, anodized alumunium, fiberglass mandels, dan lain-lain.
Gambar 6.6 Resistor jenis wire wound
Tabel 6.1 Simbol-simbol resistor
6.3 DAFTAR PERALATAN Peralatan yang digunakan pada percobaan ini adalah : MD 2012
53
•
Power Supply 0 - 40 V
•
Multimeter
•
Resistor : NTC, PTC, LDR, VDR, 3k3Ω, 150Ω, 100Ω, Air.
•
Kabel Penghubung
•
Lux Meter
•
Termometer
•
Lampu pijar
•
Power Supply AC
6.4 PROSEDUR PERCOBAAN Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : 1. Buatlah rangkaian seperti Gambar 6.7 dan beri tegangan sumber DC 5 V. Catat penunjukan alat ukur terhadap perubahan suhu pada Tabel 6.1.
Gambar 6.7 Rangkaian praktek NTC
2. Buatlah rangkaian seperti Gambar 6.8 dan beri tegangan sumber DC 5 V. Catat penunjukan alat ukur terhadap perubahan suhu pada Tabel 6.2.
MD 2012
54
Gambar 6.8 Rangkaian praktek PTC
3. Buatlah rangkaian seperti Gambar 6.9 dan beri tegangan sumber DC 5 V. Autotrafo digunakan untuk mengatur cahaya lampu. Catat penunjukan alat ukur terhadap perubahan intensitas cahaya pada Tabel 6.3.
Gambar 6.9 Rangkaian praktek LDR
4. Buatlah rangkaian seperti Gambar 6.10, atur tegangan sumber mulai dari 2 V sampai 12 V.
Catat
penunjukan alat
ukur,
masukan
pada
data
Tabel 6.4.
Gambar 6.10 Rangkaian praktek VDR
MD 2012
55
5. Buatlah rangkaian seperti Gambar 6.11 atur tegangan sumber dari 2 V sampai 12 V. Catat penunjukan alat ukur, masukan data pada Tabel 6.5.
Gambar 6.11 Rangkaian praktek resistor karbon film
6. Buatlah rangkaian seperti Gambar 6.12 atur tegangan sumber mulai dari 2 V sampai
12
V.
Catat
penunjukan
alat
ukur,
masukkan
data pada Tabel
6.6.
Gambar 6.12 Rangkaian praktek air ledeng
7. Buatlah rangkaian seperti Gambar 6.13 atur tegangan sumber dari 2 V sampai 12 V. Catat penunjukan alat ukur, masukkan data pada Tabel 6.7
Gambar 6.13 Rangkaian praktek resistor wire wound
6.5 TUGAS DAN PERTANYAAN MD 2012
56
1. Buatlah grafik fungsi temperatur terhadap tahanan R=f(T) pada NTC dan PTC berdasarkan data pada percobaan 1 (NTC) dan 2 (PTC)! 2. Pada suhu 600 berapakah nilai tahanan ( R) untuk NTC dan PTC? 3. Buatlah grafik fungsi intensitas cahaya terhadap tahanan LDR! 4. Buatlah grafik fungsi tegangan terhadap tahanan VDR, Karbon film, air ledeng, dan wire wound!
6.6 TABEL Tabel 6.1 NTC Temperatur
Arus (A)
Tegangan (V)
R (Ω)
Arus (A)
Tegangan (V)
R (Ω)
Suhu awal 400 500 600 700 800 900
Tabel 6.2 PTC Temperatur Suhu awal 400 500 600 700 800 900
Tabel 6.3 LDR MD 2012
57
Temperatur
Arus (A)
Tegangan (V)
R (Ω)
50 100 150 200 250 300
Tabel 6.4 VDR Vs
I1 (A)
I2(A)
V (V)
R (Ω)
2 4 6 8 10 12
Tabel 6.5 Karbon film Temperatur
Arus (A)
Tegangan (V)
R (Ω)
2 4 6 8 10 12
Tabel 6.6 Air ledeng MD 2012
58
Temperatur
Arus (A)
Tegangan (V)
R (Ω)
Arus (A)
Tegangan (V)
R (Ω)
2 4 6 8 10 12
Tabel 6.7 Wire wound Temperatur 2 4 6 8 10 12
MD 2012
59
7. DAYA PADA RANGKAIAN DC
7.1 TUJUAN Setelah selesai percobaan praktikan diharapkan dapat : •
Menerangkan daya dari tahanan yang dihubung seri maupun parallel.
•
Menggambarkan grafik daya
7.2 DASAR TEORI Power atau daya adalah berapa besar gaya yang dapat dilakukan dalam setiap waktu. Daya secara mekanik yang biasa digunakan di Amerika adalah menggunakan horsepower. Horsepower dan watt adalah dua hal yang berbeda namun menjelaskan hal yang sama dalam menjelaskan persamaan fisika, dengan 1 horsepower setara dengan 747,5 watt. Daya listrik biasanya diberi satuan watt, dan bisa dihitung dengan persamaan :
P =V ⋅I P = I2 ⋅R V2 P= R Jika akan menggunakan resistor, faktor penting yang perlu diketahui dari tahanan adalah nilai tahanan dan daya dari tahanan tersebut. Nilai daya pada tahanan harus diketahui karena pada saat tahanan tersebut dialiri arus Listrik, akan terjadi panas yang kemudian disebar (disipasi daya). Dengan demikian daya dari tahanan harus lebih besar dari daya yang timbul dalam tahanan berupa panas.
7.3 DAFTAR PERALATAN Peralatan yang digunakan pada percobaan ini adalah : •
Power Supply DC 0-40 Volt
MD 2012
60
•
Multimeter
•
Resistor 100Ω dan 150Ω / 5 Watt
•
Rheostat 320Ω
•
Protoboard
•
Kabel Penghubung
7.4 PROSEDUR PERCOBAAN Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : 1. Buatlah rangkaian seperti Gambar 7.1, tegangan tetap 10 Volt. Atur rheostat dari 10% s/d 100%. Masukkan hasil pengukurannya pada Tabel 7.1 serta hitung dayanya.
A + -
320Ω
Vs
V
Gambar 7.1 Rangkaian praktek 1
2. Buatlah rangkaian seperti Gambar 7.2, atur tegangan dari 4 Volt sampai 20 Volt. Masukkan hasil pengukuran pada Tabel 7.2 dan hitung dayanya. A 100Ω
V
150Ω
V
+ -
Vs
Gambar 7.2 Rangkaian praktek 2 MD 2012
61
1. Buatlah rangkaian seperti Gambar 7.3, atur tegangan dari 4 Volt sampai 20 Volt. Masukkan hasil pengukuran pada Tabel 7.3 dan hitung dayanya.
A
+ -
A
Vs 100Ω
150Ω
Gambar 7.3 Rangkaian praktek 3
7.5 TUGAS DAN PERTANYAAN 1. Buatlah Grafik I = f(P) dan R = f(P) dari rangkaian Gambar 6.1! 2. Buatlah Grafik I = f(V) dari rangkaian Gambar 6.2 dan 6.3! 3. Mengapa nilai tahanan dan rating daya merupakan faktor terpenting dari tahanan? 4. Apa yang dimaksud dengan disipasi daya ?
7.6 TABEL Tabel 7.1 Rangkaian Gambar 7.1 Rheostat
Arus (A)
Tegangan (V)
Daya (W)
10% 20% 30% 40% 50% 60% 70%
MD 2012
62
80% 90% 100%
Tabel 7.2 Rangkaian Gambar 7.2 Vs
Arus (A)
V1 (V)
V2 (V)
Daya (W)
V1 (V)
V2 (V)
Daya (W)
4 8 12 16 20
Tabel 7.3 Rangkaian Gambar 7.3 Vs
Arus (A)
4 8 12 16 20
MD 2012
63
8. TRANSFORMASI SEGITIGA BINTANG
8.1 TUJUAN Setelah selesai percobaan praktikan diharapkan dapat : Menerangkan dan menyelesaikan rangkaian listrik dengan mempergunakan transformasi Bintang - segitiga dan sebaliknya.
8.2 DASAR TEORI Untuk menyederhanakan bentuk suatu rangkaian listrik, seringkali kita tidak dapat menyederhanakan rangkaian tersebut dengan bentuk kombinasi seri dan paralel saja. Sebagai alternatif untuk menyelesaikan bentuk suatu rangkaian listrik yang sering dipergunakan adalah transformasi bintang - segitiga atau sebaliknya. Rangkaian segitiga adalah tiga tahanan yang dirangkai menyerupai bentuk segitiga dan rangkaian bintang adalah tiga tahanan yang dirangkai menyerupai bintang. Perhatikan Gambar 8.1 . Rangkaian segitiga dapat dikonversi kebentuk rangkaian bintang dan rangkaian bintang dapat juga dikonversi ke bentuk segitiga. Rangkaian segitiga dilambangkan dengan Δ dan rangkaian bintang dilambangkan dengan Y. Lambang transformasi dari bintang ke segitiga adalah Y-Δ dan lambang transformasi segitiga ke bintang adalah Δ-Y.
(a)
(b)
Gambar 8.1 (a) Bentuk bintang ; (b) Bentuk segitiga
MD 2012
64
Untuk melakukan transformasi digunakan persamaan bintang segitiga dan persamaan segitiga bintang. Transformasi ∆ - Υ
Ra =
R1 ⋅ R3 R1 + R2 + R3
Rb =
R2 ⋅ R3 R1 + R2 + R3
Rc =
R1 ⋅ R2 R1 + R2 + R3
Transformasi Υ - ∆
•
R1 =
Ra ⋅ Rb + Rb ⋅ Rc + Rc ⋅ Ra Rb
R2 =
Ra ⋅ Rb + Rb ⋅ Rc + Rc ⋅ Ra Ra
R3 =
Ra ⋅ Rb + Rb ⋅ Rc + Rc ⋅ Ra Rc
Bila nilai resistansi pada rangkaian bintang atau segitiga adalah sama, maka nilai resistansi pada hasil tranformasinya akan sama.
8.3 DAFTAR PERALATAN Peralatan yang digunakan pada percobaan ini adalah : •
Power Supply DC 0-40 Volt
•
Multimeter 2 buah
•
Resistor 1 set
•
Rheostat 320Ω
MD 2012
65
•
Protoboard
•
Switch
•
Kabel Penghubung
8.4 PROSEDUR PERCOBAAN Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : 1. Buatlah rangkaian seperti Gambar 8.2 R1= 47Ω, R2 = R3 = R4 = 150 Ω, R5 = 68 Ω, R6 = 82 Ω
Gambar 8.2 Rangkaian 1
2. Nyalakan sumber tegangan DC, atur tegangan pada 5 V; 10 V; dan 15 V. Perhatikan penunjukan Ammeter dan catat hasilnya di Tabel 8.1. 3. Dengan menggunakan multimeter, tentukan tahanan total dari rangkaian diatas. Catat di Tabel 8.1. Perhatian: Ketika mengukur resistor, pastikan : Tidak ada sumber tegangan di rangkaian dengan mematikan power supply. 4. Transformasikan hubungan segitiga yang terdiri dari R2; R3; R4 menjadi hubungan bintang sebagai penggantinya. Tentukan nilai Ra; Rb; Rc. 5. Hasil perhitungan nilai Ra, Rb, dan Rc pada langkah 4 digunakan untuk rangkaian pada Gambar 8.3, nilai R1, R5, dan R6 sama dengan langkah 1.
MD 2012
66
Gambar 8.3 Rangkaian 2
6. Nyalakan sumber tegangan DC, atur tegangan pada 5 V; 10 V; dan 15 V. Perhatikan arus yang melalui Ammeter. Catat datanya di Tabel 8.2. 7. Dengan menggunakan multimeter, tentukan tahanan total dari rangkaian di atas. Catat datanya di Tabel 8.2. Perhatian: Ketika mengukur resistor, pastikan : Tidak ada sumber tegangan di rangkaian dengan mematikan power supply. 8. Buat rangkaian seperti Gambar 8.4
Gambar 8.4 Rangkaian 3
MD 2012
67
9.
Nyalakan sumber tegangan DC, atur tegangan pada 5 V; 10 V; dan 15 V. Perhatikan penunjukan Ammeter dan catat hasilnya di Tabel 8.3.
10.
Dengan menggunakan multimeter, tentukan tahanan total dari rangkaian diatas. Catat di Tabel 8.3. Perhatian: Ketika mengukur resistor, pastikan : Tidak ada sumber tegangan di rangkaian dengan mematikan power supply.
11.
Transformasikan hubungan Υ pada gambar rangkaian 8.4 ke ∆. Tentukan R2; R3; dan R4. Buat rangkaian penggantinya.
12.
Buat rangkaian seperti Gambar 8.5
Gambar 8.5 Rangkaian 4 Nilai R2, R3, dan R4 menggunakan hasil perhitungan pada langkah 11. 13.
Nyalakan sumber tegangan DC, atur tegangan pada 5 V; 10 V; dan 15 V. Perhatikan penunjukan Ammeter dan catat hasilnya di Tabel 8.4.
14.
Dengan menggunakan multimeter, tentukan tahanan total dari rangkaian diatas. Catat di Tabel 8.4. Perhatian: Ketika mengukur resistor, pastikan : Tidak ada sumber tegangan di rangkaian dengan mematikan power supply.
MD 2012
68
8.5 TUGAS DAN PERTANYAAN 1. Diketahui rangkaian seperti gambar di bawah ini :
Hitung besarnya arus yang mengalir pada tahanan 56 Ω ! Tentukan juga R total rangkaian ! 2. Diketahui rangkaian seperti gambar di bawah ini : R1 = 68 Ω
C
R2 = 100 Ω R9
R3 = 150 Ω R4 = 270 Ω
R4
R5 = 220 Ω R6 = 390 Ω R7 = 100 Ω
R2
R1 R5
R6 R8
R7 A
R8 = 56 Ω
B
R3
R9 = 150 Ω Tentukan tahanan ekivalen AB; BC; CA !
MD 2012
69
8.6 TABEL
Tabel 8.1 Rangkaian 1 Tegangan
5 Volt
10 Volt
15 Volt
Keterangan
Arus (mA) Tahanan Total (Ω)
Hasil perhitungan
Tahanan Total (Ω)
Hasil pengukuran
Tabel 8.2 Rangkaian 2 Tegangan
5 Volt
10 Volt
15 Volt
Keterangan
Arus (mA) Tahanan Total (Ω)
Hasil perhitungan
Tahanan Total (Ω)
Hasil pengukuran
Tabel 8.3 Rangkaian 3 Tegangan
5 Volt
10 Volt
15 Volt
Keterangan
Arus (mA) Tahanan Total (Ω)
Hasil perhitungan
Tahanan Total (Ω)
Hasil pengukuran
Tabel 8.4 Rangkaian 4 Tegangan
5 Volt
10 Volt
15 Volt
Keterangan
Arus (mA) Tahanan Total (Ω)
Hasil perhitungan
Tahanan Total (Ω)
Hasil pengukuran
MD 2012
70
MD 2012
71
9. JEMBATAN WHEATSTONE
9.1 TUJUAN Setelah selesai percobaan praktikan diharapkan dapat : 1. Menentukan nilai tahanan dalam suatu rangkaian jembatan. 2. Menerangkan prinsip kerja jembatan wheatstone.
9.2 DASAR TEORI Prinsip kerja jembatan Wheatstone sering digunakan dalam menentukan suatu nilai tahanan atau impedansi dalam suatu rangkaian Listrik. Jembatan wheatstone pada dasarnya terdiri dari empat buah komponen. Komponenkomponen tersebut dapat berupa tahanan atau berupa kapasitor, induktor, transistor dan tabung vacum.
Gambar 9.1 Rangkaian Jembatan Wheastone
Gambar 9.1 memperlihatkan rangkaian jembatan Wheatstone untuk pengukuran resistansi. Resistor X adalah resistansi yang dicari, R adalah resistansi variabel yang dapat diketahui harganya, sedangkan a dan b adalah resistansi pembanding, µA adalah alat ukur mikro amperemeter atau galvanometer yang fungsinya untuk MD 2012
72
mengukur keseimbangan resistansi lengan pembanding a/b dan resistansi lengan terukur X/R. E adalah sumber tegangan. Untuk harga a dan b yang ditentukan, harga R dapat diatur-atur sampai alat ukur mikro amperemeter atau galvanometer menunjukan harga nol pada saat saklar S1 ditutup. Pada keadaan seimbang, dapat diperoleh hubungan :
Pada prakteknya cukup sulit memperoleh arus µA yang harga nol.
9.3 DAFTAR PERALATAN Peralatan yang digunakan pada percobaan ini adalah : • Power Supply DC 0-40 Volt • Multimeter • Resistor 1 set • Potensiometer • Rheostat 110Ω dan 320Ω atau 11Ω dan 42Ω • Protoboard • Lampu • Kabel Penghubung
MD 2012
73
9.4 PROSEDUR PERCOBAAN Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : 1. Buatlah rangkaian seperti Gambar 9.2
R1
R3
R2
R4
+ -
Vs
Gambar 9.2 Rangkaian 1
R1/R2 dan R3/R4 adalah rheostat. Rheostat yang digunakan dapat dipilih nilainya yaitu: •
110Ω dan 320Ω atau
•
11Ω dan 42Ω
•
Vs = 6 Volt
2. Mula-mula posisi rheostat berada di tengah dengan menggeser kotak geser sampai posisi tengah. 3. Aturlah rheostat dengan cara menggeser kotak geser sampai jarum di mikro ampere menunjukkan angka nol (0). 4. Lepaskan rangkaian dari sumber tegangan, dan ukur satu per satu nilai resistansi dengan menggunakan ohmmeter. Hasilnya masukan dalam Tabel 9.1. Perhatian: Ketika mengukur resistor, pastikan : •
Tidak ada sumber tegangan di rangkaian dengan mematikan power supply
MD 2012
74
•
Resistor tidak terhubung seri/paralel dengan resistor lain dengan melepas semua koneksi di sekitar resistor itu.
5. Buatlah rangkaian seperti Gambar 9.3
R1
R3
R1 = 10Ω
+
R2 = 47 Ω
Vs
-
R3/R4 = 42Ω (rheostat)
R4
R2
Vs = 6 Volt
Gambar 9.3 Rangkaian 2
6. Mula-mula posisi rheostat berada di tengah dengan menggeser kotak geser sampai posisi tengah. 7. Atur rheostat sampai lampu padam. 8. Lepaskan rangkaian dari sumber tegangan, dan ukur satu per satu nilai resistansi dengan menggunakan ohmmeter. Hasilnya masukan dalam Tabel 9.2. Perhatian: Ketika mengukur resistor, pastikan : •
Tidak ada sumber tegangan di rangkaian dengan mematikan power supply
•
Resistor tidak terhubung seri/paralel dengan resistor lain dengan melepas semua koneksi di sekitar resistor itu.
9. Buat rangkaian seperti gambar di bawah ini : Rx belum diketahui Rx
R2
+ -
R2 = 100Ω
Vs R1
MD 2012
R1 = 47 Ω
R3
R3 = 1kΩ atau 320 Ω (rheostat atau potensiometer) 75 Vs = 6 Volt
Gambar 9.4 Rangkaian 3 10. Atur potensiometer/rheostat sampai sampai jarum di mikro ampere menunjukkan angka nol (0). 11. Lepaskan rangkaian dari sumber tegangan, dan ukur nilai resistansi R3 dengan menggunakan ohmmeter. Hasilnya masukan dalam Tabel 9.3. tentukanlah Rx dengan perhitungan. (Perhatian: Rx tidak boleh diukur menggunakan ohmmeter).
9.5 TUGAS DAN PERTANYAAN 1.
Jelaskan prinsip kerja jembatan wheastsone!
2.
Sebutkan satu buah contoh aplikasi dari penggunaan jembatan wheastone!
3.
Jelaskan penggunaan mikro ampere atau galvanometer pada jembatan wheastone!
4.
Apakah yang menyebabkan mikro ampere atau galvanometer menunjuk nol ketika rangkaian jembatan wheastone setimbang? Jelaskan dengan rinci!
5.
Pada percobaan Gambar 1, sesuaikan perbandingan R1 : R2 = R3 : R4! Jelaskan!
6.
Jelaskan mengapa lampu padam pada Gambar rangkaian 2! Buktikan dengan perhitungan!
7.
Bandingkanlah data pengukuran resistor pada percobaan gambar rangkaian 1 dengan gambar rangkaian 2, mana yang lebih sesuai dengan perbandingan R1 : R2 = R3 : R4! Jelaskan mengapa!
MD 2012
76
9.6 TABEL
Tabel 9.1 Rangkaian 1 No
R1 Ω
R2 Ω
R3 Ω
R4 Ω
Hasil
R3 Ω
R4 Ω
Hasil
1 2 3
Tabel 9.2 Rangkaian 2 No
R1 Ω
R2 Ω
1 2 3
Tabel 9.3 Rangkaian 3 No
R1 Ω
R2 Ω
R3 Ω
Hasil
1
Rx=
2
Rx=
3
Rx=
MD 2012
77
10. POTENSIOMETER
TUJUAN Setelah selesai percobaan praktikan diharapkan dapat : •
Menggambarkan karakteristik arus dan tegangan.
•
Menggambarkan grafik : Vout = f (α) Rin
= f (α)
I
= f (α)
DASAR TEORI Potensiometer adalah resistor yang dipergunakan sebagai voltage devider (pembagi tegangan) atau sebagai rheostat pada rangkaian Listrik. Potensiometer sebagai pembagi tegangan a. Potensiometer tanpa beban
Vo = Vs ⋅ α R1 = R ⋅ (1 − α ) R2 = R ⋅ α Bila potensiometer dirangkai sebagai pembagi tegangan pada kondisi tanpa beban, maka potensiometer mempunyai tahanan dalam sebesar tahanan dalam power supply. Dalam kenyataannya rangkaian seri R1 & R2 dapat dirubah menjadi suatu rangkaian paralel. Rin =
MD 2012
R1 ⋅ R2 R ⋅ (1 − α ) ⋅ R ⋅ α = R1 + R2 R ⋅ (1 − α ) + R ⋅ α
Rin = R ⋅ (α − α 2 )
78
b. Potensiometer dengan beban
I=
Vs Rin + RL
Vo = Vs ⋅ α
Vo1 = I ⋅ RL1 Vo2 = I ⋅ RL 2 Vo1 =
Vs ⋅ α ⋅ RL Rin + RL
Vo2 = Vs
α ⋅ RL R ⋅ (α − α 2 ) + RL
Potensiometer sebagai Rheostat. Pada
gambar
rangkaian
disamping,
rheostat dipakai untuk mengatur besar arus.
I=
MD 2012
Vs α .RV + RL
79
DAFTAR PERALATAN Peralatan yang digunakan pada percobaan ini adalah : •
Power Supply DC
•
Multimeter
•
Potensiometer
•
Tahanan 47Ω , 100Ω
•
Kabel penghubung
PROSEDUR PERCOBAAN Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : 1. Buatlah rangkaian seperti gambar di bawah :
Gambar 10.1 Rangkaian potensiometer sebagai pembagi tegangan •
Gunakanlah jumper untuk menggabungkan rangkaian berbeban
•
Beban (RL) yang digunakan ada 2 (dua), yaitu RL = 47Ω dan RL = 100Ω
2. Atur posisi potensiometer (α) dari 0 s/d 100%, pada saat tanpa beban (perhatian: jumper di lepas) Ukur tegangan keluaran (Vo), arus rangkaian I1 dan catat penunjukan alat ukur serta hitung tahanan dalamnya (Rin) pada Tabel 10.1. 3. Sesuia dengan posisi potensiometer (α) pada langkah 1, Hubungkan jumper ke rangkaian berbeban, ukur tegangan keluaran (Vo), arus rangkaian I1 dan I2 dan catat penunjukan alat ukur pada Tabel 10.1. MD 2012
80
(Perhatian: pengaturan posisi potensiometer dilakukan pada saat kondisi tanpa beban)
4. Buatlah rangkaian seperti Gambar 10.2
Gambar 10.2 Rangkaian Potensiometer sebagai rheostat 5. Bebani dengan RL1= 47Ω, RL2= 100Ωsecara bergantian. 6. Atur posisi potensiometer (α) dari 0 s/d 100%, Ukur tegangan keluaran (Vo), arus dan catat penunjukan alat ukur pada Tabel 10.3 Perhatian: Ketika mengukur posisi potensiometer (α), pastikan : •
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan ohmmeter
•
Tidak ada sumber tegangan di rangkaian dengan mematikan power supply
•
Potensiometer tidak terhubung seri/paralel dengan resistor lain dengan melepas semua koneksi di sekitar potensiometer itu.
TUGAS DAN PERTANYAAN 1. Gambarlah grafik dari : •
Vo
•
Vo1 = f (α) dengan beban RL1 = 47 Ω
•
Vo2 = f (α) dengan beban RL2 = 100 Ω
•
Rin = f (α)
•
I
= f (α) tanpa beban
= f (α) Rheostat
2. Jelaskan cara kerja potensiometer sebagai pembagi tegangan! MD 2012
81
TABEL Tabel 10.1 Potensiometer sebagai pembagi tegangan untuk RL = 47 Ω α (%)
Vs (v)
Tanpa Beban Vo (v)
I1 (mA)
Berbeban Rin
Vo(V)
I1 (mA)
I2 (mA)
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Tabel 10.2 Potensiometer sebagai pembagi tegangan untuk RL = 100 Ω α (%)
Vs (v)
Tanpa Beban Vo (v)
I1 (mA)
Berbeban Rin
Vo(V)
I1 (mA)
I2 (mA)
0 10 20 30 40 50 60 70 MD 2012
82
80 90 100
Tabel 10.3 Potensiometer sebagai rheostat
α (%)
Vs (v)
Beban RL=47 Ω Vo (v)
I (mA)
Beban RL=100Ω Vo (v)
I (mA)
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
MD 2012
83
DAFTAR PUSTAKA
Charles A. Schuler, Richard J Fowler, “ Electric Circuit Analysis”, Mc. Graw-hill book Company, UK, 1990. Malvino Barnawi, “Prinsip-prinsip Elektronika”,2000 Robert, Boylestad, “Electronic Devices And Circuit Theory”, Prentice Hall.inc, USA,1999 Symonds, Alan, “Electrical Power Equipment and Measurement”, Mc. Graw-hill book Company, UK, 1980. William D. Cooper, “Instrumentasi Elektronik dan Teknik Pengukuran”, Mc. Graw-hill book Company, UK, 1990
MD 2012
84