DIKLAT TEKNIS PENGAMANAN KEPALA REGU DAN PETUGAS PINTU UTAMA PADA LAPAS DAN RUTAN
1. Pengamanan pada Lapas dan Rutan 2. Konsep dan Implementasi HAM bagi Petugas Pemasyarakatan 3. Prosedur Tetap (protap), Teknik dan Strategi Pencegahan dan Penindakan Gangguan Kamtib di Lapas/Rutan - Kepala Regu - Penjaga Pintu Utama 4. Teknik Komunikasi Petugas Pengamanan 5. Teknik dan Strategi Penanganan Huru Hara 6. Teknik Penggunaan Peralatan Pendukung 7. Pengenalan Dasar-dasar Intelijen 8. Pengenalan Dasar Napza dan Kewaspadaan Standar Kesehatan 9. Praktek Kerja Lapangan
Pusat Pengembangan Teknis dan Kepemimpinan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia 2017
DIKLAT TEKNIS PENGAMANAN KEPALA REGU DAN PETUGAS PINTU UTAMA PADA LAPAS DAN RUTAN
BAHAN TAYANG
PENGAMANAN PADA LAPAS DAN RUTAN
Penulis: Samsul Hidayat, Bc.IP., SH.
Editor: Ali Subroto Suprapto, S.Sos., M.Si.
Pusat Pengembangan Teknis dan Kepemimpinan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan HAM
2017
PENGAMANAN PADA LAPAS DAN RUTAN
MODUL DIKLAT TEKNIS PENGAMANAN KEPALA REGU DAN PETUGAS PINTU UTAMA PADA LAPAS DAN RUTAN
Penulis: Samsul Hidayat, Bc.IP., SH. Editor: Ali Subroto Suprapto, S.Sos., M.Si.
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA 2017
MARAKNYA PENYALAHGUNAAN NARKOBA OLEH WBP, TAHANAN DAN PETUGAS MARAKNYA PENGGUNAAN ALAT KOMUNIKASI DI BLOK HUNIAN PRAKTEK PUNGLI TERHADAP HAK-HAK WBP BANYAKNYA LAPAS/ RUTAN YANG MENGALAMI OVER KAPASITAS KURANGNYA SDM KHUSUSNYA DALAM BIDANG PENGAMANAN DI LAPAS/ RUTAN MARAKNYA PELARIAN, KERUSUHAN DAN PEMBERONTAKAN DI LAPAS/ RUTAN BANYAKNYA TAHANAN YANG OVERSTAY PENGELUARAN NARAPIDANA/TAHANAN SECARA TIDAK SAH
1
DASAR HUKUM
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2015 tentang Pengamanan Pada Lapas/ Rutan Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor E.22.PR.08.03. Tahun 2001 Tentang Prosedur Tetap Pelaksanaan Tugas Pemasyarakatan. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor : PAS-416.PK.01.04.01 Tahun 2015 tentang Standar Pencegahan Gangguan Kamtib Lapas dan Rutan. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor : PAS-459.PK.01.04.01 Tahun 2015 tentang Standar Penindakan Gangguan Kamtib Lapas dan Rutan.
Pengamanan adalah segala bentuk kegiatan dalam rangka memberikan perlindungan, pencegahan, dan penindakan terhadap setiap ancaman dan gangguan dari dalam dan luar Lapas dan Rutan. Penjagaan adalah suatu bentuk kegiatan pengamanan orang dan fasilitas guna mencegah gangguan keamanan dan ketertiban. Penggeledahan adalah kegiatan pemeriksaan terhadap orang, barang ataupun tempat yang diduga dapat menimbulkan gangguan keamanan dan ketertiban. Kontrol adalah serangkaian kegiatan pemeriksaan dan pengendalian secara seksama terhadap sasaran pelaksanaan tugas pengamanan. Pencegahan adalah mengambil suatu tindakan yang diambil terlebih dahulu sebelum kejadian. Penggunaan kekuatan adalah tindakan pengamanan oleh petugas pemasyarakatan dalam rangka melaksanakan pengamanan di Lapas dan Rutan.
2
SASARAN PENGAMANAN 1. Narapidana/ Tahanan 2. Pegawai 3. Bangunan dan perlengkapannya 4. Pengunjung/ masyarakat yg berada diarea
UPT Pemasyarakatan 5. Aspek ketatalaksanaan (pembinaan kepribadian dan kemandirian, Pelayanan Tahanan) 6. Lingkungan
Strategi pengamanan lapas dan rutan 1. Pencegahan gangguan keamanan dan ketertiban 2. Penindakan gangguan keamanan dan ketertiban 3. Pemulihan gangguan keamanan dan ketertiban
3
PELAKSANAAN TUGAS PENGAMANAN OLEH KARUPAM:
1. Penjagaan; 6. Pengendalian lingkungan; 2. Penggeledahan; 7. Penguncian; 3. Kontrol 8. Tindakan pengamanan. 4. Pengendalian sarana; 5. Pengawasan komunikasi;
a.Pelaksanaan Penjagaan dilakukan dengan pergantian petugas pengamanan antar waktu (shift) di bagi 3 (tiga) kali dalam 1 (satu) hari; b.Pelaksanaan Penjagaan dilakukan di area : Penjagaan Pintu Gerbang Halaman, Penjagaan Pintu Gerbang Utama, Penjagaan Pintu Pengamanan Utama, Penjagaan Pos Atas, Penjagaan Lingkungan Blok, Penjagaan Blok dan Penjagaan Ruang Kunjungan.
4
a. Petugas melakukan penggeledahan terhadap setiap orang, barang, kendaraan dan area-area di dalam Lapas dan Rutan; b.Penggeledahan orang meliputi: Penggeledahan Pengunjung, Penggeledahan Petugas, Penggeledahan Narapidana atau Tahanan dengan Pakaian, Penggeledahan Narapidana atau Tahanan Tanpa Pakaian, c. Penggeledahan terhadap orang dilakukan dengan teliti dengan mengedepankan nilai-nilai kesusilaan dan kesopanan; d.Penggeledahan pengunjung, petugas, narapidana dan tahanan perempuan dilakukan oleh petugas perempuan. e. Penggeledahan selain dilakukan oleh Regu Pengamanan Lapas dan Rutan, juga dapat dilakukan Satuan Keamanan dan Ketertiban (Satgas Kamtib) dari Kantor Wilayah dan/atau Direktorat Jenderal Pemasyarakatan.
Kontrol Kontrol dilakukan secara rutin oleh Kepala dan Wakil Kepala Regu Pengamanan; Pelaksanaan kontrol dilengkapi dengan peralatan kontrol. Kepala atau Wakil Regu Pengamanan sekurangkurangnya melakukan kontrol setiap 1 (satu) jam sekali atau sesuai dengan situasi dan kondisi; Area yg perlu di kontrol meliputi :Pintu Gerbang Halaman, Pintu Gerbang Utama (Wasrik), Pintu Utama (Portir), Lingkungan Blok Hunian, Pos atas, agar Luar dalam, Kantor, Ruang Kunjungan, Bengkel kerja, Gudang, Dapur, Tempat Ibadah, Ruang Isolasi, Sel Pengasingan, Ruang kontrol
5
1. Pengendalian peralatan dimaksudkan untuk memudahkan penggunaan peralatan keamanan agar lebih efektif dan jauh dari jangkauan penghuni; 2. Penggunaan, perawatan dan pemeliharan serta uji coba peralatan keamanan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundangundangan; 3. Pengendalian peralatan meliputi sarana pengamanan dan sarana lain yang dapat menyebabkan timbulnya gangguan keamanan dan ketertiban.
a. Pengawasan komunikasi dilakukan terhadap narapidana dan tahanan yang mengirim dan menerima surat dan menggunakan alat komunikasi di Lapas dan Rutan; b. Alat komunikasi yang digunakan narapidana dan tahanan di dalam Lapas dan Rutan adalah WARTELSUS; c. Isi pembicaraan dan isi surat dijaga kerahasiaannya kecuali berisi: • Materi yang membahayakan keamanan negara; • Materi yang membahayakan keamanan dan ketertiban Lapas dan Rutan; • Materi yang membahayakan jiwa masyarakat, petugas, narapidana dan tahanan.
6
PENGENDALIAN LINGKUNGAN a.
b.
a.
b.
Pengendalian lingkungan merupakan upaya yang dilakukan untuk memastikan keamanan dan ketertiban di steril area dan lalu lintas orang di dalam Lapas dan Rutan. Kepala pengamanan melakukan pengendalian lingkungan
Penguncian dimaksudkan agar pintu-pintu di dalam Lapas dan Rutan tetap terkunci dan dibuka sesuai dengan jadwal dan kebutuhan; Penguncian meliptui: Pintu Gerbang Halaman, Pintu Gerbang Utama (Wasrik), P2U (Portir), blok, kamar, ruang kegiatan dan ruang kantor.
7
Tindakan pengamanan dilakukan oleh petugas dalam rangka melaksanakan pencegahan gangguan keamanan dan ketertiban di Lapas dan Rutan; b. Pihak-pihak yang berpotensi menimbulkan gangguan keamanan dan ketertiban meliputi petugas bermasalah, pengunjung, narapidana dan tahanan; c. Tindakan pengamanan meliputi: Tingkat Pengawasan, Pemborgolan, Penggunaan Kekuatan; a.
SERAH
TERIMA TUGAS BUKA DAN TUTUP PINTU PEMERIKSAAN ORANG PEMERIKSAAN PETUGAS PEMRIKSAAN NARAPIDANA DAN TAHANAN PEMERIKSAAN KENDARAAN PEMERIKSAAN BARANG PENINDAKAN PELAPORAN
8
Serah
terima meliputi inventaris, tugas dan tanggung jawab, informasi. Petugas P2U sebelumnya dan yang pengganti wajib membuat dan menandatangani berita acara serah terima.
Petugas
mendengar terlebih dahulu ketukan dari balik pintu utama. Petugas melihat dari lubang pintu orang yang mengetuk. Petugas menanyakan keperluannya. Petugas membuka pintu, mempersilahkan masuk, menutup dan mengunci pintu. Petugas membuka pintu diluar jam dinas hanya keperluan dinas.
9
Petugas
melakukan penggeledahan Petugas menukar kartu tanda pengenal dengan kartu tamu. Petugas memberikan stampel pada tangan kanan tamu. Petugas mengarahkan sesuai dengan keperluan. Petugas mengidentifikasi orang yang akan keluar. Petugas memeriksa orang yang keluar ada malam hari/ diluar jam dinas.
Petugas
menanyakan keperluan petugas yang akan masuk. Petugas meminta petugas yang akan masuk ntuk menitipkan barang bawaannya ke dalam loker. Petugas melakuka penggeledahan. Petugas mengidentifikasi petugas yang akan keluar. Petugas memeriksa petugas yang keluar pada malam hari/ diluar jam dinas.
10
Pemeriksaan napi/ tahanan
Petugas menerima napi dan tahanan yang akan masuk dan keluar. Petugas mencocokan fisik dan identitas narapidana dan tahanan dengan kelengkapan dokumen. Petugas melakukan penggeledahan. Petugas mencatat jumlah napi dan tahanan yang masuk dan keluar. Petugas melakukan konfirmasi kepada Karupam, Kepala Pengamanan dan Ka.Lapas/ Ka.Rutan saat ada napi dan tahanan yang dikeluarkan pada malam hari.
Kendaraan yang dapat masuk hanyalah ambulance, damkar, cell wagon, bama, bimker, sampah, kontruksi bangunan. Petugas memeriksa kendaraan yang masuk. Petugas mencatat nomor kendaraan. Petugas menggeledah kendaraan, orang dan barang yang ada dalam kendaraan. Petugas mengarahkan kendaraan sesuai dengan keperluan. Petugas mendampingi kendaran yang memasuki area. Petugas mengidentifikasi kendaraan yang keluar. Petugas melarang kendaraan pribadi masuk.
11
Petugas
menanyakan keperluan barang yang dibawa masuk dan keluar Lapas dan Rutan untuk kepentingan kunjungan/ dinas. Petugas meminta surat jalan jika untuk kepentingan dinas. Petugas menggeledah barang.
Penindakan Petugas melarang orang, barang dan kendaraan yang tidak diperkenankan masuk. Petugas mengamankan orang, barang dan kendaraan yang diduga dapat menimbulkan gangguan kamtib. Petugas melarang masuk petugas diluar jam tugasnya kecuali mendapat izin atasan. Petugas dapat menggunakan kekuatan sesuai tingkat gangguan kamtib.
12
Pelaporan Petugas memberikan laporan secara berkala kepada
Karupam. Patugas melaporkan situasi dan kondisi kepada karupam jika ada kecurigaan gangguan kamtib. Petugas melaporkan adanya kendaraan yang masuk. Petugas memberikan laporan seketika saat terjadinya ganggaun kamtib kepada Karupam. Petugas membuat laporan tertulis pelaksanaan tugas.
TERIMA KASIH
13
DIKLAT TEKNIS PENGAMANAN KEPALA REGU DAN PETUGAS PINTU UTAMA PADA LAPAS DAN RUTAN
BAHAN TAYANG
KONSEP DAN IMPLEMENTASI HAM BAGI PETUGAS PEMASYARAKATAN
Penulis: Mitro Subroto, Bc.IP., S.IP., M.Si Editor Muh. Khamdan, MA.Hum
Pusat Pengembangan Teknis dan Kepemimpinan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan HAM
2017
TOT KONSEP DAN IMPLEMENTASI HAM BAGI PETUGAS PEMASYARAKATAN Penulis : Mitro Subroto (Dosen POLTEKIP) Editor : M. Khamdan (WI BPSDM) MODUL DIKLAT TEKNIS PENGAMANAN BAGI KEPALA REGU DAN PETUGAS PINTU UTAMA (P2U) PADA LAPAS DAN RUTAN TAHUN 2017
A.
Latar Belakang
PENDAHULUAN
Tugas Pengamanan dan P2U tetap berpegang pada Hak Asasi Manusia/HA
B.
Deskripsi Singkat Memandu melakukan kegiatan-kegiatan pengamanan yang tetap memperhatikan penghormatan hak-hak narapidana atau tahanan sebagai manusia. Pemahaman HAM dalam bidang penerimaan, penempatan, pemindahan, sampai pada penanganan narapidana atau tahanan/tahanan khusus dan kelompok rentan.
C.
Manfaat
Mengetahui hubungan antara implementasi HAM dengan SisPas.
Memahami hak-hak narapidana atau tahanan berdasarkan instrumeninstrumen HAM.
Menerapkan HAM pada tugas pengamanan dan P2U.
1
D. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari tentang Mata Diklat HAM peserta Diklat diharapkan mampu menerapkan HAM dalam bidang tugas pengamanan dan P2U di dalam Lapas dan Rutan
E.
Materi Pokok 1. Hubungan HAM dan Sistem Pemasyarakatan Indonesia 2. Hak-Hak Narapidana atau tahanan Berdasarkan Instrumen HAM 3. Implementasi HAM Bagi Narapidana atau tahanan (Khusus dan Kel. Rentan
F. Petunjuk belajar Mempelajari
mobul
Dipraktekan
dalam tugas
Pelajari
Sumber Bacaan lainnya
HUBUNGAN HAM DAN SISTEM PEMASYARAKATAN
Pengertian dan Konseptualisasi HAM B. Perkembangan Sistem Pemasyarakatan A.
2
HAK NARAPIDANA /TAHANAN BERDASARKAN INSTRUMEN HAM A.
Instrumen HAM dalam Sistem Pemasyarakatan 1.
Deklarasi Universal HAM (DUHAM)
2.
Konvenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik
3.
Konvenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya
4.
Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman yang Kejam, Tidak Manusiawi, dan Merendahkan Martabat Manusia lainnya
5.
Konvensi Internasional Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial 1965 diratifikasi dengan UU Nomor 29 Tahun 1999
6.
Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan 1979 di ratifikasi dengan UU Nomor 7 tahun 1984
7.
Konvensi Hak Anak 1989 diratifikasi dengan Keppres
Nomor 36 tahun 1990 8. Konvensi Internasional Hak Penyandang Disabilitas diratifikasi dengan UU Nomor 19 Tahun 2011 9. Standard Minimum Rules for Treatment of Prisoners (SMR) 10. Undang – Undang Permasyarakatan 11. Undang - Undang Sistem Peradilan Pidana Anak 12. Peraturan lainnta terkait penyelenggaraan pemasyarakatan
3
B.
Hak dalam Proses Penerimaan dan Penempatan
Deklarasi Universal HAM pasal 9
Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik, pasal 9 ada lima butir
Standard Minimum Rules for Treatment of Prisoners (SMR)
Body of Principles for the Protection of All Persons Under Any Form of Detention or Imprisonment (Prinsip-Prinsip Utama untuk Perlindungan Semua Orang dari Segala Bentuk Penahanan atau Pemenjaraan)
C. Hak dalam Proses Pengaduan 1. Pengaduan oleh Terpidana 2. Pengaduan oleh Keluarga Terpidana 3. Mekanisme merespon pengaduan (TL)
C.
Hak Dalam Proses Pencegahan Penyiksaan dan Merendahkan Martabat Manusia
Bentuk-Bentuk Penyiksaan
Perbuatan atau pembiaran, kesakitan atau penderitaan fisik dengan kekerasan fisik.
Mengakibatkan kesakitan atau penderitaan fisik dengan cara menggunakan alat/instrumen khusus dan/atau zat.
Mengakibatkan kesakitan atau penderitaan fisik dengan cara menggunakan air.
Mengakibatkan kesakitan atau penderitaan fisik dengan dipaksa makan zat padat dan zat cair.
Mengakibatkan kesakitan atau penderitaan fisik dengan dipaksa mengambil posisi fisik yang menyakitkan.
Mengakibatkan kesakitan atau penderitaan fisik dengan pemotongan atau pencabutan (bagian tubuh)
Mengakibatkan, dengan Perbuatan atau Pembiaran, Kesakitan atau Penderitaan Mental
4
D. Hak dalam Proses Pengamanan dan Keseimbangan Pembinaan
Pendekatan keamanan cenderung mendekati pelanggaran HAM
Tidak boleh ada seseorang dihukum terkecuali oleh undang-undang, dan tidak boleh dihukum dua kali untuk perbuatan yang sama (SMR, aturan 33)
Seimbang dengan pembinaan
Pembinaan : “... menyebutkan bahwa negara pihak pada kovenan ini mengakui hak-hak setiap orang atas pendidikan. Negara-negara tersebut menyetujui bahwa pendidikan harus diarahkan pada perkembangan kepribadian manusia seutuhnya dan kesadaran akan harga dirinya, dan memperkuat penghormatan atas hak asasi dan kebebasan manusia yang mendasar” (Pasal 33, Kovenan Internasional Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya)
IMPLEMENTASI HAM BAGI NARAPIDANA KHUSUS A.
Implementasi HAM Bagi Narapidana Terorisme
Terorisme kejahatan internasional
Pendekatan Humanis
Pendekatan Agama
Pendekatan keamanan akan lebih anti Sosial
5
B.
Implementasi HAM Bagi Kelompok Rentan
Kelompok Anak (SPPA)
Diversi
Restoratif
Hukuman paling singkat
Kelompok Perempuan
Fisik, Biologis, gender
Kejahatan material/properti
Kelompok cacat dan lanjut usia
Cacat fisik dan mental
Usia yang sudah tua
Terima Kasih
6
DIKLAT TEKNIS PENGAMANAN KEPALA REGU PADA LAPAS DAN RUTAN
BAHAN TAYANG
PROSEDUR TETAP (PROTAP), TEKNIK DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINDAKAN GANGGUAN KEAMANAN KETERTIBAN DI LAPAS DAN RUTAN
Penulis: Farhan Hidayat Bc.IP.,S.Sos., M.Si Donny Setiawan, A.Md.IP., SH.,MM Editor Haidan S.Pd.,M.Ag
Pusat Pengembangan Teknis dan Kepemimpinan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan HAM
2017
LATAR BELAKANG • SISTEM KEAMANAN DI LAPAS, RUTAN DAN CABANG RUTAN PADA DASARNYA MERUPAKAN SUATU
KEGIATAN UNTUK MEWUJUDKAN KEHIDUPAN DAN PENGHIDUPAN YANG TERATUR, AMAN DAN TENTRAM. UPAYA INI DILAKUKAN DENGAN TERENCANA, TERARAH DAN SISTEMATIS SEHINGGA DAPAT MENJAMIN TERSELENGGARANYA KEGIATAN PERAWATAN TAHANAN DAN PEMBINAAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN DALAM RANGKA PENCAPAIAN TUJUAN PEMASYARAKATAN.
• UNTUK MENJAMIN TERCAPAINYA TUJUAN PEMASYARAKATAN DIBUTUHKAN SITUASI DAN KONDISI YANG
AMAN DAN TERTIB DENGAN MELALUKAN LANGKAH LANGKAH PENCEGAHAN DAN PENINDAKAN GANGGUAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN DENGAN CARA MELAKUKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI KEAMANAN DAN KETERTIBAN DI SELURUH JAJARAN PEMASYARAKATAN
1
LATAR BELAKANG • KEAMANAN DAN KETERTIBAN PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS PEMASYARAKATAN MERUPAKAN SYARAT UTAMA MENDUKUNG TERWUJUDNYA PEMBINAAN NARAPIDANA, PERAWATAN TAHANAN, PENGELOLAAN BENDA SITAAN DAN RAMPASAN NEGARA. PEMELIHARAAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS PEMASYARAKATAN MELALUI PENYELENGGARA FUNGSI KESATUANN PENGAMANAN MELIPUTI PENYELENGGARAAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN WBP, PENEGAKAN HUKUM, PERLINDUNGAN, PENGAYOMAN DAN PELAYANAN KEPADA MASYARAKAT DENGAN MENJUJUNG TINGGI HAK ASASI MANUSIA
LATAR BELAKANG • PETUGAS PENGAMANAN DALAM MENYELENGGARAKAN PENGAMANAN BERHAK MENDAPATKAN PERLINDUNGAN SESUAI DENGAN KETETNTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN PERLINDUNGAN HUKUM DIBERIKAN DALAM BENTUK BANTUAN HUKUM DALAM PERKARA YANG DIHADAPI DIPENGADILAN TERKAIT PELAKSANAAN TUGASNYA (PPLPR BAB IV )
2
RUANG LINGKUP TUGAS PENJAGAAN • PELAKSANAAN PENJAGAAN DILAKUKAN DENGAN PERGANTIAN PETUGAS PENGAMANAN ANTAR WAKTU (SHIFT) DIBAGI 3 (TIGA) KALI DALAM 1 (SATU) HARI.
• STANDAR DALAM PELAKSANAAN PENJAGAAN MELIPUTI APEL, PENJAGAAN PINTU GERBANG HALAMAN, PENJAGAAN PINTU GERBANG UTAMA, PENJAGAAN PINTU UTAMA, PENJAGAAN POS ATAS, PENJAGAAN LINGKUNGAN BLOK, PENJAGAAN BLOK DAN PENJAGAAN RUANG KUNJUNGAN.
• DALAM PELAKSANAAN PENJAGAAN DIPIMPIN OLEH 1 (SATU) ORANG SEBAGAI KEPALA REGU PENJAGAAN
TEHNIK DAN TATA CARA PENCEGAHAN DAN PENINDAKAN GANGGUAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN
• STRATEGI ADALAH PENDEKATAN SECARA KESELURUHAN YANG BERKAITAN DENGAN PELAKSANAAN GAGASAN, PERENCANAAN, DAN EKSEKUSI SEBUAH AKTIVITAS DALAM KURUN WAKTU TERTENTU.
• PENCEGAHANAN ADALAH MENGAMBIL SUATU TINDAKAN YANG DIAMBIL TERLEBIH DAHULU SEBELUM KEJADIAN • PENINDAKAN ADALAH SEGALA AKTIFITAS ATAU KEGIATAN YANG DILAKUKAN DALAM RANGKA MENYELAMATKAN, MELINDUNGI DAN MEMULIHKAN KEADAAN. GANGGUAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN ADALAH SITUASI KONDISI YANG MENIMBULKAN KERESAHAN, KETIDAKNYAMANAN, KETIDAKTERTIBAN KEHIDUPAN DAN KELESAMATAN JIWA DARI LUAR MAUPUN DARI DALAM
3
PENCEGAHAN • PENCEGAHANAN ADALAH MENGAMBIL SUATU TINDAKAN YANG DIAMBIL TERLEBIH DAHULU SEBELUM KEJADIAN MELIPUTI: • • • • • • •
Penjagaan; Pengawalan; Penggeledahan; Inpeksi; Kontrol Kegiatan intelijen; Pengendalian peralatan
• • • • • •
Pengawasan komunikasi Pengendalian lingkungan; Penguncian; Penempatan dalam rangka pengamanan; Investigasi dan Reka Ulang; dan Tindakan Pengamanan;
STANDAR TUGAS KOMANDAN REGU
• KOMANDAN REGU MEMASTIKAN SARANA DAN PRASANA PENGAMANAN DI RUANGANNYA LENGKAP DAN KONDISI BAIK, MISALNYA SENJATA API, BORGOL, HT (HANDYTALKY), SENTER, ALAT PEMADAM RINGAN, LONCENG DLL
• KOMANDAN REGU MELAKUKAN KOMUNIKASI DENGAN ANGGOTANYA TENTANG KONDISI LAPANGAN DAN MEMERINTAHKAN KEMBALI KEPADA ANGGOTANYA UNTUK MELAKUKAN PENGECEKAN / KONTROL ULANG UNTUK MEMASTIKAN KONDISI AMAN DAN TERTIB. KOMUNIKASI YANG DILAKUKAN DENGAN MENGGUNAKAN HT (HANDYTALKY) ATAU DENGAN MEMUKUL LONCENG.
4
STANDAR TUGAS KOMANDAN REGU • KOMANDAN REGU MENANYAKAN KEPERLUAN ORANG YANG AKAN MASUK DAN KELUAR LAPAS DAN RUTAN DENGAN MEMERIKSA IDENTITAS.
• KOMANDAN REGU MELAKUKAN PENGGLEDAHAN ORANG DAN BARANG YANG KELUAR DAN MASUK KE LAPAS DAN RUTAN.
• KOMANDA REGU MEMEBERIKAN LAPORAN SECARA BERKALA KEPADA KEPALA KESATUAN PENGAMANAN LAPAS DAN RUTAN TENTANG SITUASI KONDISI LAPANGAN DAN MEMBUAT LAPORAN SECARA TERTULIS DI BUKU LAPORAN.
APEL Apel Petugas Pengamanan Sebelumnya Timbang Terima Jaga
Apel Penghuni Apel Petugas Regu Pengamanan Pengganti Kehadiran Petugas Regu Pengamanan Pengganti
5
PENJAGAAN PINTU GERBANG HALAMAN • SERAH TERIMA • BUKA DAN TUTUP PINTU • PEMERIKSAAN ORANG • PEMERIKSAAN KENDARAAN • PEMERIKSAAN BARANG • PEMERIKSAAN PAGAR HALAMAN • PENINDAKAN • PELAPORAN
PENJAGAAN PINTU GERBANG UTAMA (WASRIK)
• SERAH TERIMA • BUKA DAN TUTUP PINTU • PEMERIKSAAN ORANG • PEMERIKSAAN PETUGAS • PEMERIKSAAN NARAPIDANA DAN TAHANAN • PEMERIKSAAN KENDARAAN • PEMERIKSAAN BARANG • PENINDAKAN • PELAPORAN
6
PENJAGAAN PINTU UTAMA (PORTIR)
• SERAH TERIMA • BUKA DAN TUTUP PINTU • PEMERIKSAAN ORANG • PEMERIKSAAN PETUGAS • PEMERIKSAAN NARAPIDANA DAN TAHANAN • PEMERIKSAAN KENDARAAN • PEMERIKSAAN BARANG • PENINDAKAN • PELAPORAN
PENJAGAAN POS ATAS • SERAH TERIMA • BUKA DAN TUTUP PINTU • PENGAMATAN • PENGGUNAAN LONCENG • PENINDAKAN • PELAPORAN
7
PENJAGAAN LINGKUNGAN BLOK
• SERAH TERIMA • BUKA DAN TUTUP PINTU • PEMERIKSAAN • PENINDAKAN • PELAPORAN
PENJAGAAN RUANG KUNJUNGAN
• PEMERIKSAAN • PENINDAKAN • PELAPORAN
8
PENINDAKAN Penindakan adalah segala aktifitas atau kegiatan yang dilakukan dalam rangka menyelamatkan, melindungi dan memulihkan keadaan. Gangguan keamanan dan ketertiban adalah situasi kondisi yang menimbulkan keresahan, ketidaknyamanan, ketidaktertiban kehidupan dan kelesamatan jiwa dari luar maupun dari dalam.
•PENINDAKAN DALAM KEADAAN BIASA •PENINDAKAN DALAM KEADAAN TERTENTU
PENINDAKAN DALAM KEADAAN BIASA • PERKELAHIAN PERORANGAN DALAM KAMAR YANG TERTUTUP DAN TERKUNCI • PERKELAHIAN PERORANGAN DI LUAR KAMAR • PENINDAKAN PERKELAHIAN MASAL
• PENYERANGAN TERHADAP PETUGAS • PERCOBAAN PELARIAN
• PELARIAN • PENINDAKAN PELANGGARAN TATA TERTIB • PENINDAKAN PERCOBAAN BUNUH DIRI DAN BUNUH DIRI • PENINDAKAN KERACUNAN MASAL DAN WABAH PENYAKIT
9
PERKELAHIAN PERORANGAN DALAM KAMAR YANG TERTUTUP DAN TERKUNCI Komandan regu menerima laporan dari anggotanya bahwa terjadi perkelahian dalam kamar, maka komandan regu memerintahkan :
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
PETUGAS MEMBERIKAN PERINTAH UNTUK MENGHENTIKAN PERKELAHIAN DAN MENGHIMBAU PENGHUNI LAINNYA UNTUK TETAP TENANG 2 ORANG (DUA) PETUGAS MEMBUKA PINTU KAMAR APABILA PERINTAH TIDAK DIPATUHI PETUGAS MELAKUKAN PEMISAHAN PENGHUNI YANG TERLIBAT PERKELAHIAN DENGAN YANG TIDAK TERLIBAT PERKELAHIAN PETUGAS DAPAT MENGAMANKAN ATAU MENGGUNAKAN KEKUATAN YANG MELUMPUHKAN PADA SAAT MELAKUKAN PEMISAHAN PETUGAS MENGELUARKAN KEDUA PELAKU PERKELAHIAN DARI KAMAR PETUGAS MENUTUP DAN MENGUNCI KEMBALI KAMAR SERTA MELAKUKAN PENGHITUNGAN PENGHUNI PETUGAS MELAKUKAN PENGGELEDAHAN BADAN DAN MENGAMANKAN BARANG BUKTI PETUGAS DAPAT MELAKUKAN PENGGELEDAHAN KAMAR APABILA DIANGGAP PERLU
PERKELAHIAN PERORANGAN DALAM KAMAR YANG TERTUTUP DAN TERKUNCI 9. PETUGAS MEMBERIKAN TINDAKAN MEDIS KEPADA YANG TERLUKA 10.PETUGAS MEMBERIKAN PENGARAHAN KEPADA PENGHUNI KAMAR UNTUK TIDAK MELAKUKAN TINDAKAN PERKELAHIAN 11. PETUGAS MELAKUKAN PEMERIKSAAN AWAL TERHADAP SAKSI, PELAKU DAN KORBAN 12. PETUGAS MENGAMANKAN KEDUA PELAKU PERKELAHIAN PADA BLOK ISOLASI SECARA TERPISAH 13. KEPALA REGU PENGAMANAN MENCATAT DALAM BUKU LAPORAN JAGA DAN MEMBERIKAN INFORMASI PENTING KEPADA REGU PENGAMANAN SELANJUTNYA
14. KEPALA REGU PENGAMANAN MELAPORKAN KEPADA KEPALA PENGAMANAN 15.KEPALA PENGAMANAN MELAPORKAN KEPADA KEPALA LAPAS ATAU KEPALA RUTAN 16.KEPALA LAPAS ATAU KEPALA RUTAN MEMBUAT LAPORAN ATENSI KRONOLOGIS KEJADIAN DAN SEGERA MELAPORKAN KEPADA DIVISI
PEMASYARAKATAN KANWIL KEMENKUMHAM DAN DIREKTORAT KEAMANAN DAN KETERTIBAN DITJENPAS PALING LAMA 1X24 JAM SETELAH KEJADIAN
10
PERKELAHIAN PERORANGAN DI LUAR KAMAR Komandan regu menerima laporan dari anggotanya bahwa terjadi perkelahian di luar kamar, maka komandan regu memerintahkan kepada anggotanya untuk
1. 2. 3. 4. 5. 6.
MEMBERIKAN INSTRUKSI KEPADA SELURUH PENGHUNI UNTUK MASUK KE DALAM BLOK DAN KAMAR MASING-MASING DAN LANGSUNG MELAKUKAN PENGUNCIAN SELURUH BLOK DAN KAMAR HUNIAN OLEH PETUGAS PETUGAS MEMBERIKAN INSTRUKSI UNTUK MENGHENTIKAN PERKELAHIAN DAN MENGHIMBAU PENGHUNI LAINNYA UNTUK TETAP TENANG PETUGAS MEMERINTAHKAN KEMBALI KEPADA PENGHUNI YANG TIDAK TERLIBAT PERKELAHIAN DAN BELUM MASUK KE DALAM BLOK DAN KAMAR UNTUK SEGERA MEMASUKI KAMAR SERTA MELAKUKAN PENGHITUNGAN PETUGAS MELAKUKAN PEMISAHAN PENGHUNI YANG TERLIBAT PERKELAHIAN PETUGAS DAPAT MENGAMANKAN ATAU MENGGUNAKAN KEKUATAN YANG MELUMPUHKAN PADA SAAT MELAKUKAN PEMISAHAN PETUGAS MENGGUNAKAN STANDAR PENINDAKAN PEMBERONTAKAN APABILA PERKELAHIAN MENGARAH PADA PEMBERONTAKAN
PERKELAHIAN PERORANGAN DI LUAR KAMAR 7. PETUGAS MELAKUKAN PENGGELEDAHAN BADAN DAN MENGAMANKAN BARANG BUKTI 8. PETUGAS DAPAT MELAKUKAN PENGGELEDAHAN KAMAR APABILA DIANGGAP PERLU 9. PETUGAS MEMBERIKAN TINDAKAN MEDIS KEPADA YANG TERLUKA 10.PETUGAS MELAKUKAN PEMERIKSAAN AWAL TERHADAP SAKSI, PELAKU DAN KORBAN 11. PETUGAS MENGAMANKAN KEDUA PELAKU PERKELAHIAN PADA BLOK ISOLASI SECARA TERPISAH 12.PETUGAS MELAPORKAN KEPADA KEPALA PENGAMANAN 13.KEPALA REGU PENGAMANAN MENCATAT DALAM BUKU LAPORAN JAGA DAN MEMBERIKAN INFORMASI PENTING KEPADA REGU PENGAMANAN SELANJUTNYA
14.KEPALA PENGAMANAN MELAPORKAN KEPADA KEPALA LAPAS ATAU KEPALA RUTAN 15.KEPALA LAPAS ATAU KEPALA RUTAN MEMBUAT LAPORAN ATENSI KRONOLOGIS KEJADIAN DAN SEGERA MELAPORKAN KEPADA
DIVISI PEMASYARAKATAN KANWIL KEMENKUMHAM DAN DIREKTORAT KEAMANAN DAN KETERTIBAN DITJENPAS PALING LAMA 1X24 JAM SETELAH KEJADIAN
11
PENINDAKAN PERKELAHIAN MASAL Komandan regu mendapatkan laporan dari anggota regu dengan cara komunikasi melalui HT, memberikan isyarat tanda bahaya secara berturut-turut dan berantai untuk meningkatkan kewaspadaan kepada seluruh petugas maka komanda regu mengikuti memberikan isyarat tanda bahaya secara berturu turut dan berantai kemudian melaporkan kepada kepala kesatuan pengamanan
1. 2. 3. 4. 5.
PETUGAS REGU YANG LAIN MENGIKUTI MEMBERIKAN ISYARAT TANDA BAHAYA SECARA BERTURUT-TURUT DAN BERANTAI UNTUK MENINGKATKAN KEWASPADAAN KEPADA SELURUH PETUGAS KOMANDAN REGU SEGERA MENYIAPKAN DAN MEMERINTAHKAN PENGGUNAAN PERALATAN KEAMANAN YANG DIBUTUHKAN SEPERTI PHH, GAS AIR MATA, SEMPROTAN MERICA, SESAAT SETELAH TERDENGAR ISYARAT TANDA BAHAYA DIBUNYIKAN KEPALA LAPAS ATAU KEPALA RUTAN MEMERINTAHKAN SELURUH PETUGAS UNTUK MEMBANTU MELAKUKAN PENINDAKAN GANGGUAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN PETUGAS MEMBERIKAN HIMBAUAN KEPADA SELURUH PIHAK YANG TERLIBAT UNTUK MENGHENTIKAN PERKELAHIAN PETUGAS MELAKUKAN PEMISAHAN TERHADAP MASING-MASING PIHAK YANG TERLIBAT DALAM PERKELAHIAN MASSAL KE TEMPAT YANG AMAN DAN DILAKUKAN PENGUNCIAN SECARA TERPISAH
PENINDAKAN PERKELAHIAN MASAL 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
PETUGAS HARUS TERLEBIH DAHULU MENYELAMATKAN, MENGAMANKAN DAN MEMINDAHKAN SEGERA KORBAN PERKELAHIAN MASSAL BERUPA PENGEROYOKAN KE LAPAS, RUTAN ATAU POS POLISI TERDEKAT PETUGAS MEMASTIKAN NARAPIDANA DAN TAHANAN YANG TIDAK TERLIBAT PERKELAHIAN UNTUK MASUK KE DALAM BLOK DAN KAMAR MASINGMASING DAN DILAKUKAN PENGUNCIAN SERTA DILAKUKAN PENGHITUNGAN PETUGAS MEMERINTAHKAN SELURUH NARAPIDANA DAN TAHANAN YANG TERLIBAT DAN TELAH DIAMANKAN UNTUK DUDUK DI LANTAI DAN TETAP TENANG PETUGAS MELAKUKAN PEMERIKSAAN AWAL TERHADAP SAKSI, PELAKU DAN KORBAN PETUGAS MEMINDAHKAN SEGERA KORBAN PERKELAHIAN MASSAL KE LAPAS, RUTAN ATAU KANTOR POLISI TERDEKAT APABILA DIPERLUKAN KEPALA REGU PENGAMANAN MENCATAT DALAM BUKU LAPORAN JAGA DAN MEMBERIKAN INFORMASI PENTING KEPADA REGU PENGAMANAN SELANJUTNYA APABILA SKALA PERKELAHIAN MASSAL MENINGKAT DAN MEMBAHAYAKAN KESELAMATAN JIWA PETUGAS, NARAPIDANA DAN TAHANAN, ATAU ADA UPAYA MELARIKAN DIRI SECARA MASSAL, MAKA PETUGAS DAPAT MELAKUKAN PENGGUNAAN KEKUATAN KEPALA LAPAS ATAU RUTAN MEMINTA BANTUAN PENGAMANAN KEPADA TNI/POLRI DAN PEMADAM KEBAKARAN DALAM HAL SKALA PERKELAHIAN MASSAL MENINGKAT KEPALA LAPAS ATAU KEPALA RUTAN MEMBUAT LAPORAN ATENSI KRONOLOGIS SINGKAT KEJADIAN DAN SEGERA MELAPORKAN KEPADA DIVISI PEMASYARAKATAN KANWIL KEMENKUMHAM DAN DIREKTORAT KEAMANAN DAN KETERTIBAN DITJENPAS PALING LAMA 1X24 JAM SETELAH KEJADIAN
12
PENYERANGAN TERHADAP PETUGAS Komandan regu mendapatkan laporan dari anggota regu dengan cara komunikasi melalui HT, memberikan isyarat tanda bahaya secara berturut-turut dan berantai untuk meningkatkan kewaspadaan kepada seluruh petugas maka komanda regu mengikuti memberikan isyarat tanda bahaya secara berturu turut dan berantai kemudian melaporkan kepada kepala kesatuan pengamanan 1.
PETUGAS REGU YANG LAIN MEMBERIKAN ISYARAT TANDA BAHAYA SECARA BERTURUT-TURUT DAN BERANTAI UNTUK MENINGKATKAN KEWASPADAAN KEPADA SELURUH PETUGAS
2.
KOMANDAN REGU MEMERINTAHKAN ANGGOTA SEGERA MENYIAPKAN DAN MEMERINTAHKAN PENGGUNAAN PERALATAN KEAMANAN YANG DIBUTUHKAN SEPERTI PHH, GAS AIR MATA, SEMPROTAN MERICA, SESAAT SETELAH TERDENGAR ISYARAT TANDA BAHAYA DIBUNYIKAN
3.
PETUGAS MENYELAMATKAN DAN MENGAMANKAN PETUGAS YANG MENJADI SASARAN PENYERANGAN
4.
PETUGAS MELAKUKAN PENGGUNAAN KEKUATAN UNTUK MENGHENTIKAN PENYERANGAN DAN MENGAMANKAN PELAKU
5.
PETUGAS MELAKUKAN PEMBATASAN GERAK KEPADA NARAPIDANA DAN TAHANAN BERUPA PENGUNCIAN SELURUH PINTU
6.
KEPALA LAPAS ATAU KEPALA RUTAN MEMERINTAHKAN SELURUH PETUGAS UNTUK MEMBANTU MELAKUKAN PENINDAKAN GANGGUAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN
PENYERANGAN TERHADAP PETUGAS 7.
PETUGAS MEMASTIKAN NARAPIDANA DAN TAHANAN YANG TIDAK TERLIBAT PERKELAHIAN UNTUK MASUK KE DALAM BLOK DAN KAMAR MASING-MASING DAN DILAKUKAN PENGUNCIAN SERTA PENGHITUNGAN
8.
PETUGAS MELAKUKAN PENGGELEDAHAN KAMAR, BLOK DAN MENGAMANKAN BARANG BUKTI
9.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN AWAL TERHADAP SAKSI, PELAKU DAN KORBAN DENGAN MENGHORMATI HAK-HAK NARAPIDANA DAN TAHANAN
10.
KEPALA REGU PENGAMANAN MENCATAT DALAM BUKU LAPORAN JAGA DAN MEMBERIKAN INFORMASI PENTING KEPADA REGU PENGAMANAN SELANJUTNYA
11.
KEPALA LAPAS ATAU RUTAN MEMINTA BANTUAN PENGAMANAN KEPADA TNI/POLRI DAN PEMADAM KEBAKARAN DALAM HAL SKALA PENYERANGAN MENINGKAT
12.
KEPALA LAPAS ATAU KEPALA RUTAN MEMBUAT LAPORAN ATENSI KRONOLOGIS SINGKAT KEJADIAN DAN SEGERA MELAPORKAN KEPADA DIVISI PEMASYARAKATAN KANWIL KEMENKUMHAM DAN DIREKTORAT KEAMANAN DAN KETERTIBAN DITJENPAS PALING LAMA 1X24 JAM SETELAH KEJADIAN
13
PERCOBAAN PELARIAN Komandan regu mendapatkan laporan dari anggota regu dengan cara komunikasi melalui HT, memberikan isyarat tanda bahaya secara berturut-turut dan berantai untuk meningkatkan kewaspadaan kepada seluruh petugas maka komanda regu mengikuti memberikan isyarat tanda bahaya secara berturu turut dan berantai kemudian melaporkan kepada kepala kesatuan pengamanan 1.
PETUGAS REGU LAINNYA MENGIKUTI MEMBERIKAN ISYARAT TANDA BAHAYA SECARA BERTURUT-TURUT DAN BERANTAI UNTUK MENINGKATKAN KEWASPADAAN KEPADA SELURUH PETUGAS
2.
KOMANDAN REGU SEGERA MENYIAPKAN DAN MEMERINTAHKAN PENGGUNAAN PERALATAN KEAMANAN YANG DIBUTUHKAN SEPERTI PHH, GAS AIR MATA, SEMPROTAN MERICA, SESAAT SETELAH TERDENGAR ISYARAT TANDA BAHAYA DIBUNYIKAN
3.
PETUGAS MENYELAMATKAN DAN MENGAMANKAN PETUGAS YANG MENJADI SASARAN PENYERANGAN
4.
PETUGAS MELAKUKAN PENGGUNAAN KEKUATAN UNTUK MENGHENTIKAN PENYERANGAN DAN MENGAMANKAN PELAKU
5.
PETUGAS MELAKUKAN PEMBATASAN GERAK KEPADA NARAPIDANA DAN TAHANAN BERUPA PENGUNCIAN SELURUH PINTU
6.
KEPALA LAPAS ATAU KEPALA RUTAN MEMERINTAHKAN SELURUH PETUGAS UNTUK MEMBANTU MELAKUKAN PENINDAKAN GANGGUAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN
7.
PETUGAS MEMASTIKAN NARAPIDANA DAN TAHANAN YANG TIDAK TERLIBAT PERKELAHIAN UNTUK MASUK KE DALAM BLOK DAN KAMAR MASING-MASING DAN DILAKUKAN PENGUNCIAN SERTA PENGHITUNGAN
PERCOBAAN PELARIAN 8.
PETUGAS MELAKUKAN PENGGELEDAHAN KAMAR, BLOK DAN MENGAMANKAN BARANG BUKTI
9.
MELAKUKAN PEMERIKSAAN AWAL TERHADAP SAKSI, PELAKU DAN KORBAN DENGAN MENGHORMATI HAKHAK NARAPIDANA DAN TAHANAN
10. KEPALA REGU PENGAMANAN MENCATAT DALAM BUKU LAPORAN JAGA DAN MEMBERIKAN INFORMASI PENTING KEPADA REGU PENGAMANAN SELANJUTNYA 11. KEPALA LAPAS ATAU RUTAN MEMINTA BANTUAN PENGAMANAN KEPADA TNI/POLRI DAN PEMADAM KEBAKARAN DALAM HAL SKALA PENYERANGAN MENINGKAT 12. KEPALA LAPAS ATAU KEPALA RUTAN MEMBUAT LAPORAN ATENSI KRONOLOGIS SINGKAT KEJADIAN DAN SEGERA MELAPORKAN KEPADA DIVISI PEMASYARAKATAN KANWIL KEMENKUMHAM DAN DIREKTORAT KEAMANAN DAN KETERTIBAN DITJENPAS PALING LAMA 1X24 JAM SETELAH KEJADIAN
14
PELARIAN Komandan regu mendapatkan laporan dari anggota regu dengan cara komunikasi melalui HT, memberikan isyarat tanda bahaya secara berturut-turut dan berantai untuk meningkatkan kewaspadaan kepada seluruh petugas maka komanda regu mengikuti memberikan isyarat tanda bahaya secara berturu turut dan berantai kemudian melaporkan kepada kepala kesatuan pengamanan 1.
PETUGAS REGU LAINNYA IKUT MEMBERIKAN ISYARAT TANDA BAHAYA SECARA BERTURUT-TURUT DAN BERANTAI UNTUK MEMBERITAHU MENGENAI ADANYA PELARIAN
2.
KOMANDAN REGU MEMERINTAHKAN ANGGOTA MEMASTIKAN SELURUH PINTU BLOK DAN KAMAR HUNIAN DALAM KEADAAN TERTUTUP DAN TERKUNCI SERTA MELAKUKAN PENGHITUNGAN PENGHUNI
3.
PETUGAS MEDATANGI DAN MENGAMANKAN LOKASI PELARIAN BESERTA ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN DALAM PELARIAN
4.
PETUGAS MELAKUKAN PENGGELEDAHAN DAN PEMERIKSAAN DI LOKASI PELARIAN, KAMAR DAN/ATAU BLOK HUNIAN
5.
PETUGAS MENGUMPULKAN INFORMASI TERKAIT LOKASI PELARIAN, DATA IDENTITAS PELAKU PELARIAN DAN TEMPAT-TEMPAT YANG DIDUGA MENJADI TEMPAT PERSEMBUNYIAN
6.
KEPALA REGU PENGAMANAN SEGERA BERKOORDINASI DENGAN POLRI/TNI TERDEKAT DAN MELAPORKAN KEJADIAN KEPADA KEPALA LAPAS/RUTAN
7.
KEPALA REGU PENGAMANAN MELAPORKAN KEJADIAN KEPADA KEPALA LAPAS ATAU KEPALA RUTAN
8.
KEPALA LPAS ATAU RUTAN MELAKUKAN KOORDINASI KEPADA POLRI/TNI UNTUK MELAKUKAN PENCARIAN DAN PENANGKAPAN KEMBALI
PELARIAN 9.
KEPALA LAPAS ATAU KEPALA RUTAN MEMBUAT LAPORAN ATENSI KRONOLOGIS SINGKAT KEJADIAN DAN SEGERA MELAPORKAN KEPADA DIVISI PEMASYARAKATAN KANWIL KEMENKUMHAM DAN DIREKTORAT KEAMANAN DAN KETERTIBAN DITJENPAS PALING LAMA 1X24 JAM SETELAH KEJADIAN
10. KEPALA LAPAS ATAU RUTAN MEMBUAT SURAT PERINTAH PEMBENTUKAN TIM PENCARIAN YANG DIPIMPIN OLEH KETUA TIM KEPALA PENGAMANAN 11. PETUGAS MENYERAHKAN DATA INFORMASI TERKAIT LOKASI PELARIAN, DATA IDENTITAS PELAKU PELARIAN DAN TEMPAT-TEMPAT YANG DIDUGA MENJADI TEMPAT PERSEMBUNYIAN KEPADA POLRI/TNI 12. PETUGAS MELAKUKAN PENCARIAN DAN BERKOORDINASI DENGAN KEPOLISIAN TERDEKAT ATAU SETEMPAT 13. PETUGAS MELAKUKAN PENCARIAN TERUS MENERUS SELAMA 3X24 JAM 14. PENCARIAN YANG DILAKUKAN SETELAH 3X24 JAM DISERAHKAN KEPADA POLRI
15
PELARIAN 15.
APABILA PELAKU PELARIAN SUDAH DITEMUKAN SEGERA DIAMANKAN
16.
APABILA PADA SAAT DITEMUKAN PELAKU MELAKUKAN PERLAWANAN, PETUGAS DAPAT MELAKUKAN PENGGUNAAN KEKUATAN
17.
PETUGAS MEMASTIKAN TIDAK TERJADINYA TINDAKAN KEKERASAN SELAMA DALAM PERJALANAN
18.
KEPALA PENGAMANAN MELAKUKAN PEMERIKSAAN DENGAN MENGHORMATI HAK-HAK NARAPIDANA DAN TAHANAN SERTA MEMBUAT BERITA ACARA PEMERIKSAAN
19.
KEPALA PENGAMANAN MENGAMANKAN DAN MEMASUKAN PELAKU PELARIAN KE DALAM SEL ISOLASI
20. KEPALA PENGAMANAN MEMBUAT REKA ULANG KEJADIAN PELARIAN DAN MENGGAMBARKAN DENAH PELARIAN 21.
KEPALA PENGAMANAN MEMBUAT DOKUMENTASI DAN LAPORAN TERKAIT PELARIAN
22. KEPALA PENGAMANAN MELAKSANAKAN HUKUMAN SESUAI DENGAN KETENTUAN YANG DITETAPKAN OLEH KEPALA LAPAS ATAU RUTAN
PENINDAKAN PELANGGARAN TATA TERTIB Komandan regu menerima laporan dari anggotanya bahwa terjadi pelanggaran tatatertib, maka komandan jaga memerintahkan anggota : 1.
PETUGAS MEMBERIKAN PERINTAH UNTUK MENGHENTIKAN PELANGGARAN YANG SEDANG DILAKUKAN
2.
PETUGAS DAPAT MELAKUKAN PENGGUNAAN KEKUATAN APABILA PERINTAH TIDAK DIPATUHI
3.
PETUGAS MENGAMANKAN BARANG BUKTI DAN MEMBUAT BERITA ACARA
4.
PETUGAS MENGAMANKAN PELAKU PELANGGARAN PADA SEL ISOLASI
5.
PETUGAS MELAKUKAN PEMERIKSAAN TERHADAP SAKSI-SAKSI DAN PELAKU DENGAN MENGHORMATI HAK-HAK NARAPIDANA DAN TAHANAN
6.
PETUGAS MEMBUAT BERITA ACARA PEMERIKSAAN DAN MELAPORKAN HASIL PEMERIKSAAN KEPADA KEPALA LAPAS DAN RUTAN
7.
PETUGAS MENJATUHKAN SANKSI SESUAI DENGAN KETENTUAN YANG DITETAPKAN KEPALA LAPAS DAN RUTAN
8.
DALAM HAL PELANGGARAN DIDUGA TINDAK PIDANA, KEPALA LAPAS ATAU RUTAN MENERUSKAN KEPADA PIHAK POLRI DENGAN MENYERAHKAN BARANG BUKTI DAN PELAKU
16
PENINDAKAN PELANGGARAN TATA TERTIB 9.
PETUGAS MEMBUAT LAPORAN KRONOLOGIS KEJADIAN DAN MELAPORKAN KEPADA DIVISI PEMASYARAKATAN KANWIL KEMENKUMHAM DAN DIREKTORAT BINA KEAMANAN DAN KETERTIBAN DITJENPAS
10.
PENINDAKAN PERCOBAAN BUNUH DIRI DAN BUNUH DIRI
11.
PETUGAS MENERIMA LAPORAN ADANYA NARAPIDANA DAN TAHANAN YANG MELAKUKAN PERCOBAAN BUNUH DIRI DAN BUNUH DIRI
12.
PETUGAS MENDATANGI LOKASI DAN MENENANGKAN NARAPIDANA DAN TAHANAN SERTA MEMINDAHKAN NARAPIDANA DAN TAHANAN LAINNYA KE TEMPAT YANG LEBIH AMAN
13.
PETUGAS MENGAMANKAN LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK MELAKUKAN PERCOBAAN BUNUH DIRI ATAU BUNUH DIRI
14.
PETUGAS MEMERIKSA KONDISI AWAL NARAPIDANA DAN TAHANAN YANG MELAKUKAN PERCOBAAN BUNUH DIRI DAN BUNUH DIRI
15.
PETUGAS MENYELAMATKAN DAN MENGAMANKAN PELAKU YANG MASIH HIDUP
16.
PETUGAS MELAKUKAN PENGGUNAAN KEKUATAN KEKUATAN APABILA PELAKU MELAKUKAN PENYERANGAN
PENINDAKAN PELANGGARAN TATA TERTIB 17.
PETUGAS MENGHUBUNGI PETUGAS MEDIS LAPAS DAN RUTAN
18.
PETUGAS MELAPORKAN SEGERA KEPADA KEPALA PENGAMANAN DAN KEPALA LAPAS ATAU RUTAN
19.
PETUGAS MELAKUKAN EVAKUASI PELAKU YANG MASIH HIDUP KE POLIKLINIK LAPAS DAN RUTAN
20. PETUGAS MENGHUBUNGI DAN MENDAMPINGI POLRI UNTUK MELAKUKAN EVAKUASI KORBAN APABILA TELAH MENINGGAL 21.
PETUGAS MENDAMPINGI POLRI UNTUK MELAKUKAN INVESTIGASI
22. PETUGAS MELAKUKAN DOKUMENTASI TERHADAP KORBAN, LOKASI DAN PERALATAN SEBELUM POLRI TIBA DI LOKASI 23. PETUGAS MELAKUKAN PEMERIKSAAN TERHADAP SAKSI-SAKSI DAN PELAKU YANG MASIH HIDUP 24. PETUGAS MEMBUAT BERITA ACARA PEMERIKSAAN DAN MELAPORKAN HASIL PEMERIKSAAN 25. PETUGAS MENYERAHKAN PELAKU DAN BARANG BUKTI KE PIHAK POLRI JIKA DIDUGA TERJADI TINDAK PIDANA
17
PENINDAKAN PERCOBAAN BUNUH DIRI DAN BUNUH DIRI Komandan regu menerima laporan dari anggotanya bahwa terjadi percobaan bunuh diri dan bunuh diri, maka komandan regu memerintahkan anggotanya untuk melakukan
1.
PETUGAS MENERIMA LAPORAN ADANYA NARAPIDANA DAN TAHANAN YANG MELAKUKAN PERCOBAAN BUNUH DIRI DAN BUNUH DIRI
2.
PETUGAS MENDATANGI LOKASI DAN MENENANGKAN NARAPIDANA DAN TAHANAN SERTA MEMINDAHKAN NARAPIDANA DAN TAHANAN LAINNYA KE TEMPAT YANG LEBIH AMAN
3.
PETUGAS MENGAMANKAN LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK MELAKUKAN PERCOBAAN BUNUH DIRI ATAU BUNUH DIRI
4.
PETUGAS MEMERIKSA KONDISI AWAL NARAPIDANA DAN TAHANAN YANG MELAKUKAN PERCOBAAN BUNUH DIRI DAN BUNUH DIRI
5.
PETUGAS MENYELAMATKAN DAN MENGAMANKAN PELAKU YANG MASIH HIDUP
6.
PETUGAS MELAKUKAN PENGGUNAAN KEKUATAN KEKUATAN APABILA PELAKU MELAKUKAN PENYERANGAN
7.
PETUGAS MENGHUBUNGI PETUGAS MEDIS LAPAS DAN RUTAN
PENINDAKAN PERCOBAAN BUNUH DIRI DAN BUNUH DIRI 8.
PETUGAS MELAPORKAN SEGERA KEPADA KEPALA PENGAMANAN DAN KEPALA LAPAS ATAU RUTAN
9.
PETUGAS MELAKUKAN EVAKUASI PELAKU YANG MASIH HIDUP KE POLIKLINIK LAPAS DAN RUTAN
10.
PETUGAS MENGHUBUNGI DAN MENDAMPINGI POLRI UNTUK MELAKUKAN EVAKUASI KORBAN APABILA TELAH MENINGGAL
11.
PETUGAS MENDAMPINGI POLRI UNTUK MELAKUKAN INVESTIGASI
12.
PETUGAS MELAKUKAN DOKUMENTASI TERHADAP KORBAN, LOKASI DAN PERALATAN SEBELUM POLRI TIBA DI LOKASI
13.
PETUGAS MELAKUKAN PEMERIKSAAN TERHADAP SAKSI-SAKSI DAN PELAKU YANG MASIH HIDUP
14.
PETUGAS MEMBUAT BERITA ACARA PEMERIKSAAN DAN MELAPORKAN HASIL PEMERIKSAAN
15.
PETUGAS MENYERAHKAN PELAKU DAN BARANG BUKTI KE PIHAK POLRI JIKA DIDUGA TERJADI TINDAK PIDANA
18
PENINDAKAN KERACUNAN MASAL DAN WABAH PENYAKIT Komandan regu menerima laporan dari anggotanya bahwa terjadi keracunan massal dan wabah penyakit, maka komandan regu memerintahkan kepada anggotanya
1.
PETUGAS MENDATANGI LOKASI TERJAIDNYA KERACUNAN MASSAL DAN WABAH PENYAKIT
2.
PETUGAS MEMISAHKAN NARAPIDANA ATAU TAHANAN YANG MENGALAMI KERACUNAN MASSAL DAN WABAH PENYAKIT DENGAN YANG SEHAT
3.
PETUGAS MELAPORKAN SEGERA KEPADA KEPALA PENGAMANAN DAN KEPALA LAPAS ATAU KEPALA RUTAN
4.
PETUGAS MENGHUBUNGI DAN MENDATANGKAN TIM DOKTER DAN PETUGAS MEDIS
5.
PETUGAS MENGHUBUNGI DAN MEMINTA BANTUAN PENGAMANAN POLRI
6.
PETUGAS MENGAMANKAN LOKASI DAN BARANG BUKTI YANG DIDUGA MENYEBABKAN KERACUNAN MASSAL DAN WABAH PENYAKIT
PENINDAKAN KERACUNAN MASAL DAN WABAH PENYAKIT 7.
PETUGAS MENENANGKAN NARAPIDANA DAN TAHANAN YANG TIDAK MENGALAMI KERACUNAN MASSAL DAN WABAH PENYAKIT
8.
PETUGAS MELAKUKAN INVESTIGASI BERSAMA POLRI
9.
PETUGAS MELAKUKAN PENGAWASAN TERHADAP PENYELENGGARAAN PERAWATAN
10. PETUGAS MENGHITUNG KEMBALI NARAPIDANA DAN TAHANAN 11. PETUGAS MEMBUAT BERITA ACARA PEMERIKSAAN DAN MELAPORKAN HASIL PEMERIKSAAN 12. PETUGAS MENYERAHKAN PELAKU DAN BARANG BUKTI KE PIHAK POLRI JIKA DIDUGA TERJADI TINDAK PIDANA
19
PENINDAKAN DALAM KEADAAN TERTENTU • PEMBERONTAKAN • KEBAKARAN • BENCANA ALAM • PENYERANGAN DARI LUAR
PEMBERONTAKAN Komandan regu mendapatkan laporan dari anggota regu dengan cara komunikasi melalui HT, memberikan isyarat tanda bahaya secara berturut-turut dan berantai untuk meningkatkan kewaspadaan kepada seluruh petugas maka komanda regu mengikuti memberikan isyarat tanda bahaya secara berturu turut dan berantai kemudian melaporkan kepada kepala kesatuan pengamanan kemudian komandan regu memerintahkan 1.
PETUGAS MENGUNCI PINTU UTAMA, PINTU BLOK DAN PINTU TERDEKAT TERJADINYA PEMBERONTAKAN
2.
MELAPORKAN SEGERA KEPADA KEPALA PENGAMANAN DAN KEPALA LAPAS ATAU KEPALA RUTAN
3.
PETUGAS MEMBUAT DOKUMENTASI
4.
KEPALA PENGAMANAN DAN KEPALA REGU PENGAMANAN MEMERINTAHKAN SELURUH PETUGAS UNTUK KE TEMPAT BERKUMPUL YANG LEBIH AMAN
5.
KEPALA REGU PENGAMANAN MEMINTA BANTUAN PENGAMANAN TIM TANGGAP DARURAT DAN BANTUAN KEAMANAN LAINNYA SEPERTI POLRI/TNI DAN PEMADAM KEBAKARAN
6.
KEPALA PENGAMANAN DAN KEPALA REGU PENGAMANAN MEMASTIKAN SELURUH PETUGAS MENGGUNAKAN PERALATAN KESELAMATAN DIRI
20
PEMBERONTAKAN 7.
KEPALA PENGAMANAN DAN KEPALA REGU PENGAMANAN MEMBUAT RENCANA PENINDAKAN PEMBERONTAKAN YANG MELIPUTI: PENGGUNAAN PERALATAN PENGAMANAN, PERKIRAAN JUMLAH YANG TERLIBAT PEMBERONTAKAN, WAKTU PEMBERONTAKAN, KESIAPAN PASUKAN UTAMA DAN CADANGAN, LOKASI PEMBERONTAKAN, RENCANA PENGGUNAAN KEKUATAN DAN PERKIRAAN JUMLAH KORBAN
8.
PETUGAS MENGHENTIKAN PEMBERONTAKAN DENGAN MENGGUNAKAN PROSEDUR PENGGUNAAN KEKUATAN YANG SESUAI DENGAN SITUASI GANGGUAN YANG TERJADI
9.
PETUGAS MENGUSAI LOKASI PEMBERONTAKAN DENGAN MEMERINTAHKAN NARAPIDANA DAN TAHANAN UNTUK MASUK KE DALAM BLOK DAN KAMAR MASING-MASING DAN MELAKUKAN PENGUNCIAN
10. PETUGAS MELAKUKAN PENGHITUNGAN NARAPIDANA DAN TAHANAN 11. PETUGAS MENGEVAKUASI NARAPIDANA DAN TAHANAN YANG MENJADI KORBAN
PEMBERONTAKAN 12. PETUGAS MELAKUKAN PENGGELEDAHAN BADAN, KAMAR DAN BLOK HUNIAN 13. PETUGAS MENGAMANKAN DAN MEMERIKSA NARAPIDANA DAN TAHANAN YANG MENJADI OTAK PELAKU DAN TERLIBAT DALAM PEMBERONTAKAN, SERTA MENGAMANKAN ALAT BUKTI 14. PETUGAS MELAPORKAN HASIL PEMERIKSAAN KEPADA KEPALA LAPAS ATAU KEPALA RUTAN 15. KEPALA LAPAS ATAU KEPALA RUTAN MEMBUAT LAPORAN ATENSI KRONOLOGIS SINGKAT KEJADIAN DAN SEKETIKA MELAPORKAN KEPADA DIVISI PEMASYARAKATAN KANWIL KEMENKUMHAM DAN DIREKTORAT KEAMANAN DAN KETERTIBAN DITJENPAS 16. KEPALA LAPAS ATAU RUTAN MEMBUAT LAPORAN KRONOLOGIS KEJADIAN (LKK);
21
KEBAKARAN Komandan regu mendapatkan laporan dari anggota regu dengan cara komunikasi melalui HT, memberikan isyarat tanda bahaya secara berturut-turut dan berantai untuk meningkatkan kewaspadaan kepada seluruh petugas maka komanda regu mengikuti memberikan isyarat tanda bahaya secara berturu turut dan berantai kemudian melaporkan kepada kepala kesatuan pengamanan kemudian komandan regu memerintahkan
1.
PETUGAS MEMATIKAN ALIRAN LISTRIK DAN MENGHIDUPKAN ALAT PENERANGAN DARURAT
2.
KEPALA REGU PENGAMANAN MEMASTIKAN PETUGAS MENGGUNAKAN PERALATAN PEMADAM KEBAKARAN DAN MELAKUKAN EVAKUASI SESUAI DENGAN RENCANA EVAKUASI YANG TELAH DIBUAT
3.
PETUGAS MENDATANGI LOKASI UNTUK MEMADAMKAN API DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)
4.
PETUGAS MENGELUARKAN DAN MENGAMANKAN NARAPIDANA DAN TAHANAN DARI TEMPAT KEBAKARAN KE TEMPAT YANG AMAN DI DALAM LAPAS DAN RUTAN
KEBAKARAN 5.
PETUGAS MENINGKATKAN KESIAGAAN DISETIAP POS PENJAGAAN, UNTUK MENCEGAH TERJADINYA KEPANIKAN ATAU GANGGUAN KEAMANAN LAINNYA DAN MENINGKATKAN PENGAMANAN PINTU UTAMA
6.
KEPALA REGU PENGAMANAN SEGERA MELAPORKAN DAN BERKOORDINASI DENGAN TIM TANGGAP DARURAT, PETUGAS PEMADAM KEBAKARAN DAN POLRI TERDEKAT UNTUK MEMINTA BANTUAN SERTA MELAPORKAN KEJADIAN KEPADA KEPALA LAPAS ATAU RUTAN
7.
PETUGAS MEMBUAT DOKUMENTASI TERKAIT KEJADIAN KEBAKARAN
8.
PETUGAS MEMBERIKAN HIMBAUAN AGAR NARAPIDANA DAN TAHANAN UNTUK TETAP DUDUK, TENANG, MENGIKUTI ATURAN DAN TIDAK MELAKUKAN UPAYA MELARIKAN DIRI
9.
PETUGAS MELAKUKAN PENGHITUNGAN JUMLAH PETUGAS, NARAPIDANA DAN TAHANAN
10. PETUGAS MENGIDENTIFIKASI, MENGAWAL DAN MENGARAHKAN PETUGAS PEMADAM KEBAKARAN DALAM MELAKUKAN TUGAS-TUGAS PEMADAMAN DAN MENCATAT PERALATAN YANG DIBAWA
22
KEBAKARAN 11. PETUGAS MENGAMANKAN DOKUMEN PENTING, BUKU-BUKU REGISTER, GARDU LISTRIK BESERTA JARINGANNYA, GUDANG PERSEDIAAN MAKANAN, GUDANG BARANG, KENDARAAN, SENJATA DAN AMUNISI DAN ASET NEGARA LAINNYA 12. PETUGAS MELAKUKAN EVAKUASI KORBAN KEBAKARAN 13. PETUGAS MENETAPKAN SITUASI KEADAAN DARURAT KEBAKARAN APABILA SKALA KEBAKARAN MENINGKAT 14. JIKA SKALA KEBAKARAN MENINGKAT, PETUGAS PENGAMANAN BERSAMA-SAMA DENGAN APARAT KEAMANAN POLRI/TNI DAPAT MEMINDAHKAN NARAPIDANA DAN TAHANAN KE LAPAS ATAU RUTAN TERDEKAT ATAUPUN DITITIPKAN DI RUANG TAHANAN POLRI TERDEKAT 15. DALAM SKALA KEBAKARAN YANG MERUSAK SELURUH FASILITAS PELAYANAN LAPAS ATAU RUTAN, KEPALA LAPAS ATAU RUTAN MEMBENTUK POSKO DARURAT YANG TERDIRI DARI: DAPUR UMUM, LAYANAN KESEHATAN, MCK UMUM, PUSAT KOMUNIKASI DAN LAIN-LAIN, UNTUK KEPENTINGAN PEMULIHAN
KEBAKARAN 16. PETUGAS MENGAMANKAN TEMPAT KEJADIAN KEBAKARAN 17. MEMASTIKAN PERALATAN PEMADAM KEBAKARAN TIDAK ADA YANG TERTINGGAL 18. PETUGAS MELAKUKAN INVESTIGASI TERHADAP KEJADIAN KEBAKARAN BERSAMA-SAMA DENGAN POLRI DAN DINAS PEMADAM KEBAKARAN 19. KEPALA LAPAS ATAU KEPALA RUTAN MEMBUAT LAPORAN ATENSI KRONOLOGIS SINGKAT KEJADIAN DAN SEKETIKA MELAPORKAN KEPADA DIVISI PEMASYARAKATAN KANWIL KEMENKUMHAM DAN DIREKTORAT KEAMANAN DAN KETERTIBAN DITJENPAS 20. PETUGAS MEMBUAT LAPORAN TERKAIT KEBAKARAN
23
BENCANA ALAM Komandan jaga memberikan isyarat tanda bahaya secara berturut-turut dan berantai untuk meningkatkan kewaspadaan kepada seluruh petugas, Narapidana dan Tahanan mengalami bencana dan memerintahkan
1.
PETUGAS MEMBUKA DAN MENGELUARKAN NARAPIDANA DAN TAHANAN DARI DALAM KAMAR KE TEMPAT YANG LEBIH AMAN ATAU TERBUKA
2.
PETUGAS MENGAMANKAN NARAPIDANA DAN TAHANAN SERTA MELAKUKAN PENGHITUNGAN
3.
PETUGAS MEMBERIKAN LAPORAN KEPADA KEPALA PENGAMANAN DAN KEPALA LAPAS DAN RUTAN
4.
PETUGAS MEMBERIKAN HIMBAUAN AGAR NARAPIDANA DAN TAHANAN UNTUK TETAP DUDUK, TENANG, MENGIKUTI ATURAN DAN TIDAK MELAKUKAN UPAYA MELARIKAN DIRI
5.
KEPALA LAPAS ATAU RUTAN MENETAPKAN KEADAAN DARURAT APABILA SKALA BENCANA ALAM MENINGKAT
6.
KEPALA LAPAS ATAU RUTAN MENGARAHKAN SELURUH PETUGAS UNTUK MEMBANTU MELAKUKAN EVAKUASI SESUAI DENGAN RENCANA EVAKUASI YANG TELAH DIBUAT
BENCANA ALAM 7.
PETUGAS MENINGKATKAN KESIAGAAN DISETIAP POS PENJAGAAN UNTUK MENCEGAH TERJADINYA KEPANIKAN ATAU GANGGUAN KEAMANAN LAINNYA DAN MENINGKATKAN PENGAMANAN PINTU UTAMA
8.
PETUGAS MEMINDAHKAN NARAPIDANA DAN TAHANAN KE DALAM LAPAS DAN RUTAN TERDEKAT ATAU LOKASI YANG LEBIH TINGGI DALAM HAL TERJADI BANJIR, TSUNAMI DAN DAMPAK GUNUNG MELETUS
9.
PETUGAS MEMINTA BANTUAN DARI POLRI DAN (BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA) BNPB
10. PETUGAS MENGAMANKAN DOKUMEN PENTING, BUKU-BUKU REGISTER, GARDU LISTRIK BESERTA JARINGANNYA, GUDANG PERSEDIAAN MAKANAN, GUDANG BARANG, KENDARAAN, SENJATA DAN AMUNISI DAN ASET NEGARA LAINNYA
24
BENCANA ALAM 11. DALAM SKALA BENCANA ALAM MERUSAK SELURUH FASILITAS PELAYANAN LAPAS ATAU RUTAN, KEPALA LAPAS ATAU RUTAN MEMBENTUK POSKO DARURAT YANG TERDIRI DARI: DAPUR UMUM, LAYANAN KESEHATAN, MCK UMUM, PUSAT KOMUNIKASI DAN LAIN-LAIN, UNTUK KEPENTINGAN PEMULIHAN 12. KEPALA LAPAS ATAU KEPALA RUTAN MEMBUAT LAPORAN ATENSI KRONOLOGIS SINGKAT KEJADIAN DAN SEKETIKA MELAPORKAN KEPADA DIVISI PEMASYARAKATAN KANWIL KEMENKUMHAM DAN DIREKTORAT KEAMANAN DAN KETERTIBAN DITJENPAS 13. PETUGAS MEMERIKSA SARANA DAN PRASARANA LAPAS DAN RUTAN APABILA BENCANA TELAH SELESAI
PENYERANGAN DARI LUAR Komandan jaga memberikan isyarat tanda bahaya secara berturut-turut dan berantai untuk meningkatkan kewaspadaan kepada seluruh petugas bahwa ada penyerangan dari luar, maka komandan regu memerintahkan
1.
PETUGAS MEMERINTAHKAN KESEGIAAN DISETIAP POS PENJAGAAN
2.
PETUGAS MEMBERIKAN TEMBAKAN PERINGATAN DARI POS ATAS APABILA TERJADI PENYERANGAN SELAIN DARI PINTU UTAMA
3.
PETUGAS MEMINTA BANTUAN PENGAMANAN SEGERA KE POLRI/TNI SETEMPAT
4.
PETUGAS MEMASTIKAN PINTU PENGAMANAN UTAMA (P2U) DAN PINTU MASUK LAINNYA TIDAK DIBUKA SAMPAI DENGAN BANTUAN PENGAMANAN DATANG
5.
PETUGAS MEMERINTAHKAN NARAPIDANA DAN TAHANAN UNTUK MASUK KE DALAM BLOK DAN KAMAR SERTA MEMAASTIKAN SEMUA PINTU TERTUTUP DAN TERKUNCI
6.
PETUGAS MELAPORKAN KEPALA PENGAMANAN, KEPADA KEPALA LAPAS ATAU RUTAN
25
PENYERANGAN DARI LUAR 7.
APABILA PIHAK DARI LUAR MELAKUKAN PENYERANGAN, PETUGAS DAPAT MELAKUKAN PENGGUNAAN KEKUATAN
8.
PETUGAS MELAKUKAN EVAKUASI DALAM HAL PENYERANGAN MENIMBULKAN KORBAN JIWA
9.
PETUGAS MELAKUKAN PENGHITUNGAN NARAPIDANA DAN TAHANAN SERTA MELAKUKAN PENGGELEDAHAN BADAN, KAMAR DAN LINGKUNGAN BERSAMA POLRI/TNI
10. PETUGAS MENGAMANKAN BARANG BUKTI DAN LOKASI KEJADIAN 11. PETUGAS MEMBUAT DOKUMENTASI 12. PETUGAS MELAKUKAN INVESTIGASI BERSAMA DENGAN POHAK POLRI/TNI
PENYERANGAN DARI LUAR 13. KEPALA LAPAS ATAU RUTAN MEMBUAT LAPORAN ATENSI KRONOLOGIS SINGKAT KEJADIAN DAN SEKETIKA MELAPORKAN KEPADA DIVISI PEMASYARAKATAN KANWIL KEMENKUMHAM DAN DIREKTORAT BINA KEAMANAN DAN KETERTIBAN DITJENPAS 14. PETUGAS MEMBUAT LAPORAN KEJADIAN PENYERANGAN DARI LUAR SETELAH SITUASI AMAN
26
JAGA UNTUK TETAP AMAN DAN TERTIB
27
DIKLAT TEKNIS PENGAMANAN PETUGAS PINTU UTAMA PADA LAPAS DAN RUTAN
BAHAN TAYANG
PROSEDUR TETAP (PROTAP), TEKNIK DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINDAKAN GANGGUAN KEAMANAN KETERTIBAN DI LAPAS DAN RUTAN
Penulis: Farhan Hidayat Bc.IP.,S.Sos., M.Si Donny Setiawan, A.Md.IP., SH.,MM Editor Haidan S.Pd.,M.Ag
Pusat Pengembangan Teknis dan Kepemimpinan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan HAM
2017
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TEKNIS PENGAMANAN BAGI PETUGAS PINTU UTAMA (P2U)
LATAR BELAKANG • Sistem keamanan di Lapas, Rutan dan Cabang Rutan pada dasarnya merupakan suatu kegiatan untuk mewujudkan kehidupan dan penghidupan yang teratur, aman dan tentram. Upaya ini dilakukan dengan terencana, terarah dan sistematis sehingga dapat menjamin terselenggaranya kegiatan perawatan tahanan dan pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan dalam rangka pencapaian tujuan pemasyarakatan. • Untuk menjamin tercapainya tujuan Pemasyarakatan dibutuhkan situasi dan kondisi yang aman dan tertib dengan melalukan langkah langkah pencegahan dan penindakan gangguan keamanan dan ketertiban dengan cara melakukan tugas pokok dan fungsi keamanan dan ketertiban di seluruh jajaran pemasyarakatan.
1
LATAR BELAKANG • Keamanan dan ketertiban pada unit pelaksana teknis pemasyarakatan merupakan syarat utama mendukung terwujudnya pembinaan Narapidana, perawatan Tahanan, Pengelolaan Benda Sitaan dan Rampasan Negara. Pemeliharaan keamanan dan ketertiban pada Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan melalui penyelenggara fungsi kesatuann pengamanan meliputi penyelenggaraan Keamanan dan ketertiban WBP, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dengan menjujung tinggi hak asasi manusia.
PELAKSANAAN TUGAS PETUGAS PINTU UTAMA (P2U)
• Petugas pintu utama adalah seorang petugas pengamanan yang bertugas di bagian utama pintu yang melakukan pelayanan kepada masyarakat dan pemeriksaan keluar masuk orang dan barang.
2
PETUGAS PINTU UTAMA (P2U) MEMPUNYAI TUGAS POKOK MENGAMANKAN PINTU UTAMA DI LAPAS/RUTAN. DALAM MENJALANKAN TUGAS POKOK TERSEBUT MEMPUNYAI FUNGSI SEBAGAI BERIKUT:
• Mencegah dan mengamankan pintu utama dari masuk ataupun keluarnya orang dan barang secara tidak sah • Memeriksa dan menggeledah setiap orang tanpa terkecuali termasuk pejabat, petugas, pengunjung dan pihak pihak lain. • Memeriksa dan menggeledah setiap barang dan kendaraan yang masuk atau keluar Lapas dan Rutan • Menerima dan mengeluarkan penghuni berdasarkan surat-surat yang sah, memeriksa secara cemat indentitas dan mencatat kedalam buku laporan tugas pintu utama • Meneliti dan memeriksa secara cermat identitas tamu, menanyakan keperluannya serta mencata kedalam buku tamu. • Mengamankan senjata api, alat alat keamanan dan barang inventaris lainnya dalam lingkungan pintu utama serta menggunakannya sesuai dengan ketetntuan yang berlaku.
PELAKSANAAN TUGAS PETUGAS PINTU UTAMA (P2U) • Di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala kesatuan pengamanan Lapas dan Rutan. • Dalam menjalankan tugasnnya diatur secara bergilir sesuai jadwal oleh Kepala Kesatuan Pengamanan Lapas dan Rutan dengan serah terima antara petugas pintu utama • Dalam menjalankan tugasnya petugas pintu utama memakai seragam pakaian dinas lapangan (PDL) dengan koel reem warna putih dan badge khusus P2U pada lengan kiri dan pin didada sebelah kanan.
3
STRATEGI PENCEGAHAN GANGGUAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN • Pintu utama selalu dalam keadaan terkunci • Petugas pintu utama sebelumnya dan pengganti melakukan serah terima inventaris, tugas dan tanggung jawab penjagan pintu utama dan menyampaikan informasi penting serta menandatangani berita acara serah terima. • Petugas menanyakan keperluan orang yang akan masuk dan keluar ke lapas dan rutan kemudian melakukan penggledahan serta memeriksa secara cermat identitasnya • Petugas melakukan penggeledahan secara cermat dan teliti barang yang masuk dan keluar di Lapas dan rutan • Petugas memeberikan laporan secara berkala kepada Karupam tentang situasi dan kondisi di Pintu Utama dan membuat laporan secara tertulis di buku laporan
PENINDAKAN GANGGUAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN • Pintu Utama dalam keadaan terkunci • Petugas melarang orang, barang dan kendaraan yang tidak diperkanankan masuk kedalam Lapas dan Rutan • Petugas mengamankan orang, barang dan kendaraan yang diduga dapat menimbulkan gangguan keamanan dan ketertiban • Menggunakan kekuatan tambahan dalam rangka memulihkan keadaan
4
TATACARA BUKA TUTUP PINTU • Petugas mendengarkan terlebih dahulu ketukan atau suara dari bilik pintu • Petugas melihat dari lubang pintu orang yang mengetuk dan akan masuk kedalam lapas dan rutan • Petugas menanyakan keperluan orang yang akan masuk kedalam lapas dan rutan • Petugas membuka pintu untuk mempersilahkan orang masuk dan kemudian langsung menutup dan mengunci pintu • Apabila orang yang akan masuk terjadi antrian panjang maka petugas mempersilahkan masuk secara bertahap.
STANDAR PELAKSANAAN PENGGELEDAHAN • Petugas melakukan penggeledahan terhadap setiap orang, barang, kendaraan dan area-area di dalam Lapas dan Rutan; • Penggeledahan orang meliputi: Penggeledahan Pengunjung, Penggeledahan Petugas, Penggeledahan Narapidana atau Tahanan dengan Pakaian, Penggeledahan Narapidana atau Tahanan Tanpa Pakaian, • Penggeledahan terhadap orang dilakukan dengan teliti dengan mengedepankan nilai-nilai kesusilaan dan kesopanan; • Penggeledahan pengunjung, petugas, narapidana dan tahanan perempuan dilakukan oleh petugas perempuan. • Penggeledahan selain dilakukan oleh Regu Pengamanan Lapas dan Rutan, juga dapat dilakukan Satuan Keamanan dan Ketertiban (Satgas Kamtib) dari Kantor Wilayah dan/atau Direktorat Jenderal Pemasyarakatan.
5
PENGGELEDAHAN TERHADAP PENGUNJUNG • Petugas meminta pengunjung untuk mengeluarkan semua barangbarang, melepaskan penutup kepala, topi, jaket, tas, dompet, alas kaki dan/atau kaos kaki yang dibawanya untuk diperlihatkan dan diletakan di atas meja; • Petugas mempersilahkan pengunjung untuk memasuki x-ray sensor untuk memastikan tidak adanya barang-barang terlarang yang masih melekat pada tubuh pengunjung; • Petugas mempersilahkan pengunjung untuk berdiri berputar membelakangi petugas dengan posisi kaki dibuka selebar bahu dan merentangkan tangan lurus ke samping dengan telapak tangan menghadap ke belakang, ibu jari menghadap ke bawah, dan jari-jari diregangkan sehingga dapat melihat sela di antara jari;
PENGGELEDAHAN TERHADAP PENGUNJUNG • Petugas memberitahu kepada pengunjung bahwa penggeledahan akan dimulai; • Petugas berdiri dengan posisi kuda-kuda, kaki yang lebih dominan berada di belakang dan kaki satunya lagi berada di antara kedua kaki pengunjung; • Petugas memeriksa bagian ketiak tangan kanan dan memeriksa ujung ketiak kanan hingga telapak tangan kanan. Begitupun pemeriksaan pada ketiak tangan kiri hingga telapak tangan Penggeledah kiri; • Petugas memeriksa dada depan dengan menggunakan kedua telapak tangan dari leher hingga batas pinggang dan naik ke samping dada kanan dan kiri hingga naik ke bagian ketiak;
6
PENGGELEDAHAN TERHADAP PENGUNJUNG • Petugas memeriksa bagian pinggang hingga pangkal paha bagian depan dilanjutkan ke paha kanan hingga telapak kaki kanan dan kemudian dilanjutkan pada pangkal paha kiri hingga paha dan telapak kaki kiri; • Petugas kemudian memeriksa bagian punggung belakang dari leher hingga ke pinggang dan naik kembali ke bagian leher; • Petugas kemudian mempersilahkan pengunjung untuk berbalik badan berdiri menghadap petugas; • Petugas meminta petugas membuka mulut dan memeriksa rongga mulut bagian atas, bawah lidah, rongga mulut, gigi, rongga hidung, rongga telinga, dan mata dengan dibantu senter jika diperlukan; • Petugas memeriksa rambut bagian kanan depan hingga belakang dan kiri depan hingga belakang;
PENGGELEDAHAN TERHADAP PENGUNJUNG • Petugas memeriksa kerah baju, lengan baju, jahitan baju, saku dan lipatan-lipatan baju; • Jika pengunjung perempuan maka dilakukan pemeriksaan pada: lilitan kain di pinggang (stagen) atau aksesoris lainnya, membuka cadar dan pakaian dalam, pembalut dan menggantinya dengan yang baru; • Jika pengunjung membawa balita, maka dilakukan pemeriksaan secara seksama pada: pakaian, peralatan dan aksesoris yang digunakan dan melakukan penggantian popok; • Jika ditemukan barang, Petugas langsung memisahkan barangbarang yang dilarang dengan mengamankan atau menitipkan di tempat yang telah disediakan; • Petugas mengizinkan pengunjung untuk meninggalkan tempat penggeledahan setelah dilakukan seluruh tahapan penggeledahan
7
PENGGELEDAHAN TERHADAP PETUGAS • Petugas meminta petugas untuk mengeluarkan semua barang-barang yang dibawanya, penutup kepala atau topi, jaket, sepatu, jam tangan, dompet, dan tas yang tidak memiliki hubungan dengan pelaksanaan tugas, untuk diperlihatkan dan diletakan di atas meja atau tempat yang disediakan lainnya; • Petugas mempersilahkan petugas untuk memasuki x-ray sensor untuk memastikan tidak adanya barang-barang terlarang yang masih melekat pada tubuh pengunjung;
PENGGELEDAHAN TERHADAP PETUGAS • Petugas meminta petugas untuk berdiri berputar membelakangi dengan posisi kaki dibuka selebar bahu dan merentangkan tangan lurus ke samping dengan telapak tangan menghadap ke belakang, ibu jari menghadap ke bawah, dan jari-jari diregangkan sehingga dapat melihat sela di antara jari; • Petugas memberitahu bahwa penggeledahan akan dimulai; • Petugas berdiri dengan posisi kuda-kuda, kaki yang lebih dominan berada di belakang dan kaki satunya lagi berada di antara kedua kaki pengunjung;
8
PENGGELEDAHAN TERHADAP PETUGAS • Petugas memeriksa bagian ketiak tangan kanan dan memeriksa ujung ketiak kanan hingga telapak tangan kanan. Begitupun pemeriksaan pada ketiak tangan kiri hingga telapak tangan Penggeledah kiri; • Petugas memeriksa dada depan dengan menggunakan kedua telapak tangan dari leher hingga batas pinggang dan naik ke samping dada kanan dan kiri hingga naik ke bagian ketiak; • Petugas memeriksa bagian pinggang hingga pangkal paha bagian depan dilanjutkan ke paha kanan hingga telapak kaki kanan dan kemudian dilanjutkan pada pangkal paha kiri hingga paha dan telapak kaki kiri;
PENGGELEDAHAN TERHADAP PETUGAS • Petugas kemudian memeriksa bagian punggung belakang dari leher hingga ke pinggang dan naik kembali ke bagian leher; • Petugas kemudian mempersilahkan petugas untuk berbalik badan berdiri menghadap petugas; • Petugas meminta petugas membuka mulut dan memeriksa rongga mulut bagian atas, bawah lidah, rongga mulut, gigi, rongga hidung, rongga telinga, dan mata dengan dibantu senter jika diperlukan; • Jika ditemukan barang, Petugas langsung memisahkan barangbarang yang dilarang dengan mengamankan atau menitipkan di tempat yang telah disediakan; • Petugas mengizinkan petugas untuk meninggalkan tempat penggeledahan setelah dilakukan seluruh tahapan penggeledahan;
9
PENGGELEDAHAN TERHADAP BADAN NARAPIDANA ATAU TAHANAN DENGAN PAKAIAN • Petugas meminta narapidana atau tahanan untuk mengeluarkan semua barang-barang yang dibawanya, penutup kepala atau topi, jaket, sepatu, jam tangan, dompet, untuk diperlihatkan dan diletakan di atas meja; • Petugas mempersilahkan narapidana atau tahanan untuk memasuki x-ray sensor untuk memastikan tidak adanya barang-barang terlarang yang masih melekat pada tubuh narapidana atau tahanan; • Petugas membuat jarak yang ideal berhadapan dengan narapidana atau tahanan untuk dilakukan penggeledahan;
PENGGELEDAHAN TERHADAP BADAN NARAPIDANA ATAU TAHANAN DENGAN PAKAIAN • Apabila ditemukan barang yang terjatuh, petugas memerintahkan narapidana atau tahanan untuk mundur, kemudian petugas mengambil dan memeriksa barang tersebut untuk diamankan; • Dalam memeriksa alas kaki yang memiliki lapisan petugas memastikan lapisan tersebut menempel secara permanen ke alas kaki tersebut. Jika tidak, Petugas mengangkat lapisan alas kaki untuk melihat apakah ada barang yang disembunyikan; • Petugas meminta petugas untuk berdiri berputar membelakangi dengan posisi kaki dibuka selebar bahu dan merentangkan tangan lurus ke samping dengan telapak tangan menghadap ke belakang, ibu jari menghadap ke bawah, dan jari-jari diregangkan sehingga dapat melihat sela di antara jari;
10
PENGGELEDAHAN TERHADAP BADAN NARAPIDANA ATAU TAHANAN DENGAN PAKAIAN • Petugas memberitahu bahwa penggeledahan akan dimulai; • Petugas berdiri dengan posisi kuda-kuda, kaki yang lebih dominan berada di belakang dan kaki satunya lagi berada di antara kedua kaki pengunjung; • Petugas memeriksa bagian ketiak tangan kanan dan memeriksa ujung ketiak kanan hingga telapak tangan kanan. Begitupun pemeriksaan pada ketiak tangan kiri hingga telapak tangan Penggeledah kiri; • Petugas memeriksa dada depan dengan menggunakan kedua telapak tangan dari leher hingga batas pinggang dan naik ke samping dada kanan dan kiri hingga naik ke bagian ketiak;
PENGGELEDAHAN TERHADAP BADAN NARAPIDANA ATAU TAHANAN DENGAN PAKAIAN • Petugas memeriksa bagian pinggang hingga pangkal paha bagian depan dilanjutkan ke paha kanan hingga telapak kaki kanan dan • kemudian dilanjutkan pada pangkal paha kiri hingga paha dan telapak kaki kiri; • Petugas kemudian memeriksa bagian punggung belakang dari leher hingga ke pinggang dan naik kembali ke bagian leher; • Petugas menempatkan kedua telapak tangan di bawah lengan narapidana atau tahanan dan menelusuri bagian samping tulang rusuk; • Petugas kemudian mempersilahkan narapidana atau tahanan untuk berbalik badan berdiri menghadap petugas;
11
PENGGELEDAHAN TERHADAP BADAN NARAPIDANA ATAU TAHANAN DENGAN PAKAIAN • Petugas meminta narapidana atau tahanan membuka mulut dan memeriksa rongga mulut bagian atas, bawah lidah, rongga mulut, gigi, rongga hidung, rongga telinga, dan mata dengan dibantu senter jika diperlukan; • Jika ditemukan barang, Petugas langsung memisahkan barangbarang yang dilarang dengan mengamankan, menitipkan, atau mengembalikan kepada keluarga; • Petugas mengizinkan narapidana atau tahanan untuk meninggalkan tempat penggeledahan setelah dilakukan seluruh tahapan penggeledahan
PENGGELEDAHAN BADAN NARAPIDANA DAN TAHANAN TANPA PAKAIAN • Petugas yang melakukan penggeledahan tanpa pakaian hanya boleh menyentuh pakaian narapidana atau tahanan; • Narapidana atau tahanan berganti posisi untuk memperlihatkan seluruh anggota tubuh kepada Petugas yang melakukan penggeledahan untuk secara visual menunjukkan tidak ada benda terlarang pada bagian tubuh narapidana atau tahanan; • Penggeledahan tanpa pakaian akan dilakukan di daerah yang tertutup untuk menjaga harga diri narapidana atau tahanan yang digeledah; • Petugas memerintahkan narapidana atau tahanan melepaskan pakaian satu per satu;
12
PENGGELEDAHAN BADAN NARAPIDANA DAN TAHANAN TANPA PAKAIAN • Petugas memerintahkan narapidana atau tahanan untuk memberikan pakaiannya satu per satu kepada Petugas yang menggeledah; • Petugas menggeledah pakaian secara menyeluruh dan memastikan tidak ada benda terlarang yang disembunyikan pada jahitan baju. Petugas menggeledah pakaian saat diterima, lalu menyisihkan pakaian tersebut setelah digeledah; • Jika narapidana atau tahanan tidak menghadap ke arah Petugas, maka Petugas meminta untuk menghadap ke arahnya lalu memerintahkan untuk meluruskan tangannya ke depan dengan telapak tangan menghadap ke atas untuk meregangkan jari-jarinya;
PENGGELEDAHAN BADAN NARAPIDANA DAN TAHANAN TANPA PAKAIAN • Saat Petugas sudah memastikan bahwa tidak ada sesuatu yang disembunyikan di antara jari-jari narapidana atau tahanan, Petugas memerintahkan narapidana atau untuk menyisir rambutnya dengan tangan; • Petugas meminta narapidana atau tahanan untuk memiringkan kepala ke samping dan menarik bagian atas telinga yang menghadap Petugas sehingga Petugas dapat melihat jika ada yang disembunyikan di balik daun telinganya. Petugas meminta narapidana untuk memiringkan kepala ke sisi lainnya agar telinga yang satunya juga dapat diperiksa; • Petugas meminta narapidana untuk membuka mulut dan menggerakkan lidahnya guna melihat apakah ada sesuatu yang disembunyikan di bawahnya. Dengan menggunakan jari, narapidana atau tahanan perlu menggulung bibirnya untuk memperlihatkan bahwa tidak ada yang tersembunyi di antara bibir dan gigi, baik di bagian bawah maupun di bagian atas mulut;
13
PENGGELEDAHAN BADAN NARAPIDANA DAN TAHANAN TANPA PAKAIAN • Jika narapidana atau tahanan memakai gigi palsu, Petugas meminta narapidana untuk melepasnya agar Petugas dapat melakukan pemeriksaan menyeluruh di dalam mulut; • Narapidana atau tahanan selanjutnya perlu mengangkat kedua tangannya ke atas kepala. Petugas memeriksa bagian tubuh dan ketiak narapidana atau tahanan serta memeriksa jika ada bekas luka atau kecelakaan; • Petugas meminta narapidana atau tahanan untuk secara bergantian mengangkat satu kaki untuk memeriksa bagian telapak kaki. Jika diperlukan, Petugas meminta narapidana atau tahanan menggunakan satu tangannya agar seimbang; • Selanjutnya, Petugas meminta narapidana atau tahanan untuk menunduk dari bagian pinggang dan menggunakan kedua tangannya untuk membuka bokongnya, agar Petugas dapat melihat apakah ada yang disembunyikan di antara lipatan bokong atau yang terlihat di anus narapidana;
PENGGELEDAHAN BADAN NARAPIDANA DAN TAHANAN TANPA PAKAIAN • Petugas memerintahkan narapidana atau tahanan untuk mengambil posisi jongkok dan mengejan; • Petugas tidak boleh memindahkan barang yang ditemukan di rongga tubuh narapidana atau tahanan. Jika Petugas melihat ada benda di dalam anus narapidana atau tahanan, Petugas perlu memberitahukan Karupam atau Kepala Pengamanan supaya benda tersebut dapat dipindahkan oleh ahli medis; • Jika ditemukan barang, Petugas langsung memisahkan barangbarang yang dilarang dengan mengamankan, menitipkan atau mengembalikan kepada keluarga; • Petugas meminta narapidana atau tahanan untuk memakai kembali pakaiannya yang telah digeledah.
14
PENGGELEDAHAN BARANG • Petugas memastikan barang terlarang tidak masuk ke dalam Lapas dan Rutan; • Barang-barang terlarang antara lain yaitu : • • • • • • • • • • • • • • •
Barang Elektronik; Alat telekomunikasi; Senjata tajam; Senjata Api dan Bahan Peledak; Korek Api; Barang dari kaca dan besi; Narkoba; Minuman Keras; Makanan dan minuman yang berbau tidak sedap dan memabukan; Video Compact Disc (VCD)/Audio Visual; Kamera; Buku-buku yang dianggap membahayakan; Pakaian dan handuk basah; Uang tunai; Barang-barang lain yang dapat membahayakan.
PENGGELEDAHAN BARANG • Petugas meminta pengunjung untuk meletakan barang bawaan di atas meja atau tempat yang disediakan lainnya; • Petugas memeriksa barang bawaan pengunjung dan memisahkannya dari barang-barang yang dilarang dibawa masuk atau berpotensi menimbulkan gangguan keamanan dan ketertiban; • Petugas memeriksa barang atau makanan yang terbungkus dalam kemasan seperti rokok, sabun, odol, minyak rambut, sandal, sepatu, mie instant, buah-buahan, roti, gula, nasi, bubur dan minuman dengan cara membuka, membelah, mengaduk, atau mengocok; • Petugas memeriksa secara seksama barang bawaan berupa pakaian dengan cara memeriksa lipatan-lipatan dan saku pakaian;
15
PENGGELEDAHAN BARANG • Jika ditemukan barang, Petugas langsung memisahkan barangbarang yang dilarang dengan mengamankan, menitipkan atau mengembalikan kepada pihak yang berwenang; • Petugas menyatukan barang bawaan yang dapat dibawa masuk dengan memasukan ke dalam kantong plastik transparan dan kemudian diberikan ikatan; • Barang-barang yang dititipkan di petugas dicatat dan dikembalikan kembali kepada pengunjung.
PENGGELEDAHAN KENDARAAN • Petugas melakukan pemeriksaan kendaraan di area gerbang halaman depan Lapas dan Rutan atau titik pemeriksaan lain yang telah ditentukan Lapas dan Rutan; • Petugas mengeluarkan penumpang dari mobil; • Petugas memeriksa tanda pengenal resmi penumpang; • Petugas memerintahkan pengemudi untuk masuk ke dalam kendaraan dan mengemudikan kendaraannya menuju area gerbang halaman atau titik pemeriksaan lain sehingga kendaraan dapat digeledah; • Petugas memerintahkan pengemudi keluar atau turun dari kendaraan;
16
PENGGELEDAHAN KENDARAAN • Petugas memeriksa kendaraan roda 3 (tiga) 4 (empat) dan 6 (enam) atau di atasnya dengan cara membuka seluruh pintu, kap, serta bagasi kendaraan; • Petugas melakukan pemeriksaan mulai dari kap kendaraan kemudian memeriksa bagian mesin sebagai berikut : • Kabel yang tidak biasa; • Peralatan atau perlengkapan yang tidak lazim berada di dalam mesin mobil; • Cetakan tangan di debu atau kotoran yang mengindikasikan bahwa seseorang mengerjakan mobil tersebut baru-baru ini.
PENGGELEDAHAN KENDARAAN • Petugas melihat bagian samping dan belakang mesin kendaraan; • Petugas memeriksa bagian depan kendaraan dan bagian bawah tempat mesin menggunakan tongkat dengan cermin (inspection mirror); • Petugas menutup kap kendaraan sebagai tanda bahwa Petugas telah menggeledah bagian depan kendaraan dengan menyeluruh; • Petugas kemudian memeriksa bagian penumpang; • Petugas melihat ke bagian dalam bagian setir dan ban bagian penumpang depan;
17
PENGGELEDAHAN KENDARAAN • Petugas memeriksa bagian penumpang depan pada bagian: • • • • • •
Laci kompartemen; Tempat penyimpanan tengah; Di bawah kursi, dibawah karpet; Bagian-bagian di antara jok kursi dan sandaran kursi. Di bawah karpet; Dan daerah bagian penumpang depan untuk melihat apakah ada yang mencurigakan.
• Petugas menutup pintu sebagai tanda bahwa Petugas telah menggeledah seluruh bagian kendaraan; • Petugas bergerak ke bagian kursi belakang dan memeriksa seluruh bagian;
PENGGELEDAHAN KENDARAAN • Petugas menggunakan tongkat besi untuk memeriksa bak pada kendaraan pengangkut sampah dengan cara mengaduk dan menusuk-nusuk sampah; • Petugas mendampingi pengemudi hingga pada saat melakukan bongkar muat; • Penggeledahan terhadap kendaraan roda 2 (dua) dilakukan dengan memeriksa kemudi, membuka jok, tempat bahan bakar, mesin dan barangbarang lainnya yang melekat; • Jika ditemukan barang yang diduga dapat menimbulkan gangguan keamanan dan ketertiban, Petugas langsung mengamankan, menitipkan atau mengembalikan kepada pihak yang berwenang.
18
PENINDAKAN • Barang-barang yang ditemukan saat penggeledahan dan diduga dapat menimbulkan gangguan keamanan dan ketertiban dilakukan langkah langkah sebagai berikut : • Mengamankan barang; • Mengamankan orang pemilik barang; • Membuat berita acara; • Melaporakan kepada atasan; • Petugas dapat melakukan penggunaan kekuatan sesuai dengan tingkatan gangguan keamanan dan ketertiban; • Membuat laporan hasil penggledahan. •
JAGA UNTUK TETAP AMAN DAN TERTIB
19
DIKLAT TEKNIS PENGAMANAN KEPALA REGU DAN PETUGAS PINTU UTAMA PADA LAPAS DAN RUTAN
BAHAN TAYANG
TEKNIK KOMUNIKASI PETUGAS PENGAMANAN
Penulis: Moch. Akbar Hadiprabowo Editor: Nurohma
Pusat Pengembangan Teknis dan Kepemimpinan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan HAM
2017
TEKNIK KOMUNIKASI PETUGAS PENGAMANAN P2U Modul Diklat Teknis Pengamanan Kepala Regu dan Petugas P2U Lapas dan Rutan
Penulis: Moch. Akbar Hadiprabowo Editor: Nurohma PUSAT PENGEMBANGAN DIKLAT TEKNIS DAN KEPEMIMPINAN BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA HUKUM DAN HAM RI 2017
Latar Belakang • Area Pengamanan Pintu Utama sangat strategis • Menyeleksi semua arus keluar masuk orang maupun barang melalui pintu ini • Area yang langsung berhadapan dengan masyarakat ataupun bahkan petugas dari instansi lain, dengan berbagai macam keperluan. • Disatu sisi melayani setiap pengunjung yang datang, disisi lain mempertahankan lokasi P2U “steril area”. • Perlu sosok tangguh, tegas namun santun. • Modul teknik komunikasi ini diharapkan dapat mencetak petugas P2U selain tangguh, tegas dan santun, namun juga beretika dalam berkomunikasi
1
Deskripsi Singkat • Modul Teknik Komunikasi ini membahas tentang konsep komunikasi, teknik dan etika komunikasi dalam melaksanakan tugas‐tugas pengamanan khususnya petugas pengamanan pintu utama (P2U). • Jangka waktu pembelajaran mata diklat ini adalah 6 jam pelajaran dan dilaksanakan dengan metode kegiatan partisipasi aktif peserta dalam kelompok, pasangan, individu, dan kelas, seperti brainstorming, diskusi, simulasi, role‐play, dan sebagainya dengan berbagai ragam bahan dan media pembelajaran.
Materi Pokok • Konsep Dasar komunikasi • Teknik dan Etika komunikasi bagi petugas pengamanan Lapas dan Rutan
Sub Materi Pokok • • • • • • • •
Konsep Komunikasi Teknik Komunikasi Etika Komunikasi Penyebab Kegagalan dan keberhasilan Komunikasi Penggunaan Simbol atau Tanda Gambar Penggunaan Peralatan Pendukung Komunikasi Penampilan Petugas Pengamanan Sikap Tubuh dan Cara Bicara Yang Baik
2
KONSEP KOMUNIKASI
KOMUNIKASI YANG BAIK JEBPLES • JE : JElas • B : Benar • P : Penuh Pertimbangan • LE : LEngkap • S : Singkat
Memperhatikan Unsur 5W & 1H Whom : siapa yg akan diajak berkomunikasi Who : siapa yg akan berkomunikasi What : apa isi yg tepat utk berkomunikasi When : Kapan waktu yg tepat utk berkomunikasi Where : dimana lokasi yg tepat utk mengkomunikasikan pesan tsb How : bahasa,media, style yg dipakai utk berkomunikasi
3
ETIKA KOMUNIKASI Tiga cara menerapkan Etika Komunikasi: 1. Tata Krama pergaulan yang baik; 2. Norma kesusilaan dan budi pekerti; 3. Norma sopan santun dalam segala tindakan.
TEKNIK DAN ETIKA KOMUNIKASI PETUGAS PENGAMANAN PINTU UTAMA 1. Penggunaan Symbol atau gambar 2. Penggunaan peralatan pendukung komunikasi 3. Penampilan petugas pengamanan 4. Sikap tubuh yang baik 5. Cara bicara yang baik
4
Hasil Belajar Setelah mempelajari modul Teknik Komunikasi ini, peserta Diklat diharapkan: • Mampu mempraktekkan teknik dan etika berkomunikasi ditempat kerja masing masing, khususnya bagi petugas Pengamanan Pintu Utama; • Lebih meningkat kemampuan kompetensi kognitif, afektif maupun psikomotorik petugas pengamanan; • Sense of security petugas bisa lebih tajam lagi, karena telah memiliki pengetahuan berkomunikasi. • Menjadi petugas P2U yang tangguh, tegas dan santun, namun juga beretika dalam berkomunikasi
5
DIKLAT TEKNIS PENGAMANAN KEPALA REGU DAN PETUGAS PINTU UTAMA PADA LAPAS DAN RUTAN
BAHAN TAYANG
TEKNIK DAN STRATEGI PENANGANAN HURU HARA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TEKNIS PENGAMANAN LAPAS DAN RUTAN
Penulis Donny Setiawan, A.Md.IP., SH.,MM
Editor Dr. Arisman, ST., MM
Pusat Pengembangan Teknis dan Kepemimpinan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan HAM
2017
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TEKNIS PENGAMANAN LAPAS DAN RUTAN
TEKNIK DAN STRATEGI PENANGANAN HURU HARA
LATAR BELAKANG • GANGGUAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN ADALAH SUATU KONDISI YANG MENIMBULKAN KERESAHAN, KETIDAKAMANAN, SERTA KETIDAKTERTIBAN KEHIDUPAN DI DALAM LAPAS DAN RUTAN. BERAGAM GANGGUAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN YANG TERJADI ANTARA LAIN : KEJADIAN PERKELAHIAN, PERCOBAAN PELARIAN, PELARIAN, PENYERANGAN TERHADAP PETUGAS, PELANGGARAN TATA TERTIB, PERCOBAAN BUNUH DIRI ATAU BUNUH DIRI, KERACUNAN MASSAL ATAU WABAH, PEMBERONTAKAN, KEBAKARAN BENCANA ALAM DAN PENYERANGAN DARI LUAR.
1
LATAR BELAKANG • KEAMANAN DAN KETERTIBAN PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS PEMASYARAKATAN MERUPAKAN SYARAT UTAMA MENDUKUNG TERWUJUDNYA PEMBINAAN NARAPIDANA DAN PERAWATAN TAHANAN. PEMELIHARAAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN MERUPAKAN SALAH SATU FUNGSI PENYELENGGARAAN TUGAS KESATUAN PENGAMANAN MELIPUTI PENYELENGGARAAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN WARGA BINAAN , PENEGAKAN HUKUM, PERLINDUNGAN, PENGAYOMAN DAN PELAYANAN KEPADA MASYARAKATAN DENGAN MENJUJUNG TINGGI HAK ASASI MANUSIA
KLASIFIKASI GANGGUAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN GANGGUAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN DALAM KEADAAN BIASA, YAITU: • PERKELAHIAN PERORANGAN DI DALAM KAMAR YANG TERTUTUP DAN TERKUNCI • PERKELAHIAN ORANG DI LUAR KAMAR • PERKELAHIAN MASSAL • PENYERANGAN TERHADAP PETUGAS • PERCOBAAN PELARIAN • PELARIAN • PELANGGARAN TATA TERTIB • PERCOBAAN BUNUH DIRI DAN BUNUH DIRI • KERACUNAN MASSAL DAN WABAH PENYAKIT
2
KLASIFIKASI GANGGUAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN GANGGUAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN DALAM KEADAAN TERTETNTU, YAITU : • PEMBERONTAKAN • KABAKARAN • BENCANA ALAM • PENYERANGAN DARI LUAR
TEKNIK DAN STRATEGI PENANGANAN HURU HARA PENINDAKAN TERHADAP KEADAAN TERTENTU SEPERTI PEMBERONTAKAN, KEBAKARAN, BENCANA ALAM, PENYERANGAN DARI LUAR DILAKUKAN OLEH TIM TANGGAP DARURAT DENGAN CARA SEBAGAI BERIKUT: • MEMBUNYIKAN TANDA BAHAYA; • MENGAMANKAN ORANG, LOKASI, BARANG ATAU TEMPAT KEJADIAN PERKARA DAN/ATAU • MENGAMANKAN PELAKU YANG DIDUGA DAPAT MENIMBULKAN ATAU MELAKUKAN ANCAMAN GANGGUAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN.
3
PERLENGKAPAN DALMAS • TAMENG LENGKUNG • TONGKAT DALMAS • HELM DALMAS BERPELINDUNG • ROMPI PELINDUNG • MASKER GAS
TIM TANGGAP DARURAT (TTD) Penggunaan Taktik, Teknik dan Prosedur Khusus • PEMBATASAN GERAK • MENGGUNAKAN BORGOL DAN RANTAI KAKI YANG TERDIRI DARI PEMBATASAN GERAK PASIF DAN PEMBATASAN GERAK TAKTIS • PEMBATASAN GERAK PASIF DIGUNAKAN SAAT NARAPIDANA DAN TAHANAN PATUH DAN SECARA SUKA RELA, MENGHADIRI SIDANG PENGADILAN, PERAWATAN MEDIS DAN PEMINDAHAN • PEMBATASAN GERAK TAKTIS DIGUNAKAN SAAT NARAPIDANA DAN TAHANAN MELAWAN, MENOLAK PERINTAH DAN MEMBAHAYAKAN ORANG • PENGGUNAAN BORGOL PLASTIK (FLEX CUFFS) YANG MERUPAKAN BORGOL SEMENTARA HANYA DAPAT DIGUNAKAN SEBANYAK 1 (SATU) KALI DALAM JUMLAH BESAR UNTUK MENGATASI PERLAWANAN
4
TIM TANGGAP DARURAT (TTD) Pembatasan Gerak • MEMASTIKAN BORGOL DAN RANTAI KAKI DIGUNAKAN SAMPAI PADA TAHAP ATAU JANGKA WAKTU DIMANA PENGENDALIAN DIBUTUHKAN • MEMASTIKAN BORGOL DAN RANTAI KAKI TIDAK BOLEH DIGUNAKAN SEBAGAI HUKUMAN ATAU DENGAN SENGAJA MENIMBULKAN RASA SAKIT • MEMERIKSA BORGOL DAN RANTAI KAKI YANG DIGUNAKAN TIDAK MENAHAN SIRKULASI ATAU PEREDARAN DARAH, ATAU MENYEBABKAN CEDERA YANG BERKEPANJANGAN; • MEMERIKSA BORGOL DAN RANTAI KAKI YANG BERSIFAT MEKANIS HARUS SELALU DIKUNCI GANDA SETELAH DIPASANGKAN • TEKNIK PENGGUNAAN PEMBATAS GERAK PASIF • MEMASTIKAN JARAK PETUGAS CUKUP AMAN DARI NARAPIDANA DAN TAHANAN
TIM TANGGAP DARURAT (TTD) Pembatasan Gerak
• MEMASTIKAN LUBANG KUNCI BORGOL MENGHADAP KE ATAS ATAU BERLAWANAN DENGAN JARI SEBELUM DIGUNAKAN TERHADAP NARAPIDANA ATAU TAHANAN • MEMINTA NARAPIDANA DAN TAHANAN UNTUK MEMBELAKANGI PETUGAS DENGAN TANGAN BERADA DI BELAKANG PUNGGUNG, TELAPAK TANGANNYA MENGHADAP KELUAR, DAN IBU JARINYA MENGHADAP KE ATAS • PETUGAS MEMEGANG BORGOL DI TANGAN YANG LEBIH DOMINAN (TANGAN KANAN), DENGAN JARI DI SEKITAR RANTAI PENGHUBUNG YANG MEMISAHKAN BORGOL. GELANG GANDA DITEMPATKAN DI TANGAN BERBENTUK “V” SEMENTARA GELANG TUNGGAL BERADA DI BAWAH JARI TELUNJUK. PETUGAS KEMUDIAN MEMASANG BORGOL MENGITARI PERGELANGAN TANGAN NARAPIDANA DAN TAHANAN
5
TIM TANGGAP DARURAT (TTD) Pembatasan Gerak
• PETUGAS MENDORONG BORGOL KE ATAS TANGAN SEHINGGA GELANG TUNGGAL MENGGANTUNG DI SEKITAR PERGELANGAN TANGAN NARAPIDANA DAN TAHANAN • PETUGAS MENGAMANKAN GERIGI BORGOL DENGAN MENARUH TANGAN KIRI KE TANGAN NARAPIDANA DAN TAHANAN DAN MENUTUP BORGOL • PETUGAS KEMUDIAN MENGULANGI PROSEDUR YANG SAMA UNTUK TANGAN LAINNYA • PETUGAS MENEMPATKAN JARI KELINGKINGNYA DI ANTARA BORGOL DAN PERGELANGAN TANGAN NARAPIDANA UNTUK MEMASTIKAN BAHWA BORGOL TIDAK TERLALU KETAT. JIKA TIDAK ADA JARAK UNTUK MEMASUKKAN SEBUAH JARI KELINGKING DI ANTARA BORGOL DAN PERGELANGAN TANGAN, MAKA PETUGAS MENGGUNAKAN KUNCI UNTUK MEREGANGKAN BORGOL
TIM TANGGAP DARURAT (TTD) Pembatasan Gerak • PETUGAS MENGUNCI BORGOL SEBANYAK DUA KALI, YAITU DENGAN MENEKAN LUBANG PIN YANG TERDAPAT PADA GELANG GANDA, ATAU KUNCI GANDA (DOUBLE LOCK), LALU MEMASUKKAN KUNCI KE DALAM LUBANG KUNCI BORGOL SEBAGAI PENGUNCIAN TERAKHIR • SAAT PETUGAS MEMBUKA ALAT PEMBATAS BORGOL, PETUGAS MEMERINTAHKAN NARAPIDANA DAN TAHANAN UNTUK TETAP DIAM DAN BERDIRI AGAK CONDONG KE DEPAN AGAR PETUGAS DAPAT MEMILIKI RUANG YANG LEBIH BAIK UNTUK MEMBUKA BORGOL • JIKA SATU TANGAN NARAPIDANA DAN TAHANAN SUDAH TERLEPAS DARI BORGOL, PETUGAS MENUTUP GERIGI BORGOL YANG TERBUKA DAN MEMERINTAHKAN NARAPIDANA ATAU TAHANAN UNTUK MENEMPATKAN TANGANNYA YANG SUDAH BEBAS TADI DI BELAKANG KEPALANYA, SEMENTARA PETUGAS MEMBEBASKAN TANGAN NARAPIDANA ATAU TAHANAN YANG BELUM TERLEPAS DARI BORGOL
6
TIM TANGGAP DARURAT (TTD) Tehnik Penggunaan Pembatasan Gerak
• MEMASTIKAN BAHWA PETUGAS BERJUMLAH MINIMAL 2 (DUA) ORANG YANG BERTUGAS MASING-MASING UNTUK MENEKAN ATAU MENAHAN NARAPIDANA/TAHANAN YANG SUDAH TERBARING DAN MELAKUKAN PEMBORGOLAN • MEMBARINGKAN NARAPIDANA ATAU TAHANAN DI LANTAI DENGAN POSISI SATU KAKI PETUGAS BERADA DI ATAS DAN MENEKAN ATAU MENAHAN PUNGGUNG NARAPIDANA ATAU TAHANAN • MENGGUNAKAN PROSEDUR SESUAI DENGAN KETENTUAN PEMBATAS GERAK PASIF
TIM TANGGAP DARURAT (TTD) CARA MEMAKAI PAKAIAN DALMAS
PAKAIAN DALMAS
7
TIM TANGGAP DARURAT (TTD) CARA MEMAKAI PAKAIAN DALMAS MEMAKAI PELINDUNG KAKI : 1. AMBIL PERLENGKAPAN DALMAS PADA BAGIAN PELINDUNG KAKI 2. KAITKAN ALAT TERSEBUT MULAI DARI LUTUT SAMPAI KE MATA KAKI CONTOH GAMBAR HASIL PEMAKAIAN PELINDUNG KAKI
TIM TANGGAP DARURAT (TTD) CARA MEMAKAI PAKAIAN DALMAS MEMAKAI PELINDUNG PAHA KAKI : 1. AMBIL PERLENGKAPAN DALMAS PADA BAGIAN PELINDUNG PAHA KAKI 2. KAITKAN ALAT TERSEBUT MULAI DARI PINGGANG SAMPAI KE LUTUT KAKI CONTOH GAMBAR HASIL PEMAKAIAN PELINDUNG PAHA KAKI
8
TIM TANGGAP DARURAT (TTD) CARA MEMAKAI PAKAIAN DALMAS MEMAKAI PELINDUNG BADAN : 1. AMBIL PERLENGKAPAN DALMAS PADA BAGIAN PELINDUNG BADAN 2. KAITKAN ALAT TERSEBUT MULAI DARI BAHU,LENGAN, SAMPAI KE PINGGANG CONTOH GAMBAR HASIL PEMAKAIAN PELINDUNG BADAN
TIM TANGGAP DARURAT (TTD) CARA MEMAKAI PAKAIAN DALMAS MEMAKAI PELINDUNG TANGAN : 1. AMBIL PERLENGKAPAN DALMAS PADA BAGIAN PELINDUNG TANGAN 2. KAITKAN ALAT TERSEBUT MULAI DARI LENGAN ATAS SAMPAI LENGAN BAWAH SERTA MENGGUNAKAN SARANG TANGAN CONTOH GAMBAR HASIL PEMAKAIAN PELINDUNG TANGAN
9
TIM TANGGAP DARURAT (TTD)
CONTOH GAMBAR HASIL PEMAKAIAN BAJU DALMAS
Tampak Depan
tampak samping
Tampak Belakang
TIM TANGGAP DARURAT (TTD) PENGGUNAAN FORMASI TANGGAP DARURAT FORMASI BANJAR
• PERGERAKAN YANG CEPAT DAN TERATUR REGU UNTUK BERPINDAH DARI SATU LOKASI KE LOKASI LAIN. ANGGOTA REGU BERBARIS BERBANJAR DI BELAKANG ANGGOTA LAIN DENGAN JARAK YANG SAMA • INI ADALAH TITIK AWAL DAN FORMASI BANJAR AKAN MEMPERLANCAR PERGERAKAN YANG TERATUR DARI REGU. • SEBELUM MEMASUKI DAERAH GANGGUAN, FORMASI BANJAR AKAN DIBENTUK DI LOKASI DEKAT GANGGUAN, TAPI DILUAR PANDANGAN PARA PENGGANGGU. • PETUGAS PATOKAN AKAN SELALU MENJADI ORANG NOMOR SATU DI DALAM BARISAN DENGAN KOMANDAN REGU DAN PEMEGANG GAS DIPOSISI LUAR KIRI.
10
TIM TANGGAP DARURAT (TTD) PENGGUNAAN FORMASI TANGGAP DARURAT FORMASI BANJAR
• SAAT SELESAINYA FORMASI, PEMIMPIN REGU AKAN MEMBERIKAN KOMADO “BERHITUNG”, MULAI DARI “PETUGAS PATOKAN” ATAU PENGAWAS DEPAN, IA AKAN MENYEBUT SATU DAN SISA DARI REGU AKAN MENYEBUTKAN ANGKA-ANGKA SELANJUTNYA. • SETIAP ORANG HARUS MENGINGAT NOMORNYA KARENA INI MEMBERITAHUKAN POSISI MEREKA DI DALAM SETIAP FORMASI-FORMASI BERIKUT (SAF, DIAGONAL, ATAU BAJI). • DALAM FORMASI BANJAR, REGU DAPAT DENGAN MUDAH DIATUR UNTUK MENGATASI GANGGUAN APAPUN. • KETIKA PERINTAH “BERKUMPUL” ATAU “BERBARIS” DIBERIKAN, MAKA FORMASI BANJAR DIBENTUK.
TIM TANGGAP DARURAT (TTD) PENGGUNAAN FORMASI TANGGAP DARURAT PENJURU
FORMASI BANJAR
DANRU
11
TIM TANGGAP DARURAT (TTD) PENGGUNAAN FORMASI TANGGAP DARURAT FORMASI SAF
• TERDIRI DARI REGU YANG MENGHADAP KE SATU ARAH, SEKITAR 40 CM DARI BAHU KE BAHU. PENYESUAIAN DAPAT DIBUAT SESUAI DENGAN SITUASI, TUJUAN DASARNYA ADALAH UNTUK MEMBERIKAN “PENUNJUKKAN KEKUATAN” ATAU MENGOSONGKAN SEBUAH AREA. • DAPAT DIGUNAKAN UNTUK BERTAHAN ATAU MENYERANG. • PERTUNJUKAN KEKUATAN • SEBAGAI FORMASI MENYERANG, FORMASI SAF DIPAKAI UNTUK MENDORONG KERUMUNAN MELINTASI DAERAH TERBUKA ATAUPUN KE UJUNG JALANAN.
TIM TANGGAP DARURAT (TTD) PENGGUNAAN FORMASI TANGGAP DARURAT FORMASI SAF
• SEBAGAI FORMASI BERTAHAN, FORMASI SAF DIPAKAI UNTUK MENGHALANGI AKSES MASUK DAERAH TERLARANG ATAU UNTUK MEMPERTAHANKAN SUATU POSISI. • SAAT PETUGAS PATOKAN MENGAMBIL POSISI, PETUGAS DENGAN NOMOR GANJIL 3.5.7.9.11 DI DALAM REGU AKAN BERGERAK KE KIRI PETUGAS PATOKAN SESUAI DENGAN URUTAN NOMORNYA DAN PETUGAS BERNOMOR GENAP 2.4.5.8.10 AKAN BERGERAK KE SEBELAH KANAN PETUGAS PATOKAN SESUAI DENGAN NOMOR YANG BERURUTAN DI DALAM FORMASI SAF.
12
TIM TANGGAP DARURAT (TTD) PENGGUNAAN FORMASI TANGGAP DARURAT
FORMASI SAF
TIM TANGGAP DARURAT (TTD) PENGGUNAAN FORMASI TANGGAP DARURAT FORMASI BAJI
• FORMASI BAJI DIGUNAKAN UNTUK MEMBAGI KELOMPOK WARGA BINAAN KE DUA KELOMPOK YANG LEBIH KECIL. PARA ANGGOTA REGU BERBARIS DI DALAM BARISAN DIAGONAL DARI PETUGAS PATOKAN ATAU PENGAWAS DEPAN DAN MEMBENTUK BAJI. MEREKA MENJAGA JARAK TIDAK LEBIH DARI SATU LENGAN DARI ANGGOTA DI DEPAN MEREKA SAAT MELINDUNGI SISI MEREKA • FORMASI BAJI DIGUNAKAN UNTUK MEMBAGI KELOMPOK WARGA BINAAN KE DUA KELOMPOK YANG LEBIH KECIL • SAAT PETUGAS PATOKAN MENGAMBIL POSISI, PARA PETUGAS BERNOMOR GANJIL 3.5.7.9.11 DI DALAM REGU AKAN BERGERAK KE KIRI DARI PETUGAS PATOKAN DENGAN NOMOR YANG BERURUTAN DAN PARA PETUGAS BERNOMOR GENAP 2.4.6.8.10 AKAN BERGERAK KE KANAN PETUGAS PATOKAN SESUAI URUTAN ANGKANYA DI DALAM FORMASI BAJI.
13
TIM TANGGAP DARURAT (TTD) PENGGUNAAN FORMASI TANGGAP DARURAT
FORMASI SAF
TIM TANGGAP DARURAT (TTD) PENGGUNAAN FORMASI TANGGAP DARURAT FORMASI DIAGONAL KIRI DAN KANAN
• DAPAT MENGARAH KE KIRI ATAU KANAN DAN DIGUNAKAN UNTUK MENYINGKIRKAN WARGA BINAAN DARI DINDING DAN MENGARAHKAN WARGA BINAAN KE TEMPAT YANG BERBEDA. • DIGUNAKAN UNTUK MEMBERIKAN JALAN KEPADA WARGA BINAAN UNTUK PINDAH • MENDAPATKAN KEMBALI ATAU MENGURUNG SUATU POSISI • MENGARAHKAN KERUMUNAN DAN DIGUNAKAN UNTUK KENDALI MASSA. • SAAT PETUGAS PATOKAN MENGAMBIL POSISINYA BAIK DIAGONAL KIRI ATAU KANAN, ANGGOTA REGU YANG LAIN AKAN MEMBENTUK SEBUAH GARIS DIAGONAL SECARA BERURUT 2,3,4,5,6,7,8,9,10,11
14
TIM TANGGAP DARURAT (TTD) PENGGUNAAN FORMASI TANGGAP DARURAT FORMASI DIAGONAL KIRI DAN KANAN
TIM TANGGAP DARURAT (TTD) TEHNIK DAN TAKTIK TAMENG HURU HARA
•Saat digunakan di dalam Formasi, Tameng Huru-Hara membuat ‘dinding’ perlindungan untuk Tim Tanggap Darurat dan dapat mengintimidasi narapidana dan tahanan yang membuat gangguan •Tameng Huru-Hara dapat digunakan di dalam formasi apapun untuk melindungi anggota Tim Tanggap Darurat •Tameng Huru-Hara juga dapat digunakan untuk menempelkan narapidana dan tahanan ke dinding atau ke lantai jika narapidana dan tahanan memiliki senjata tajam •Melucuti senjata narapidana dan tahanan dengan aman dan memasangkan Pembatas Gerak
15
TIM TANGGAP DARURAT (TTD) TEHNIK DAN TAKTIK TONGKAT KENDALI • PENGENDALIAN DILAKUKAN MELALUI PENERAPAN BERAGAM PEMBLOKIRAN DAN PENYERANGAN YANG TEPAT SERTA MENARGETKAN KE AREA BAGIAN TUBUH NARAPIDANA DAN TAHANAN YANG TEPAT DALAM SETIAP KONDISI • PENGGUNAAN TONGKAT KENDALI DIGUNAKAN APABILA TAHAPAN PENGGUNAAN KEKUATAN INI TIDAK EFEKTIF • TONGKAT KENDALI DAPAT MENCEGAH SERANGAN PEMUKULAN NARAPIDANA DAN TAHANAN YANG MEMILIKI JENIS SENJATA • TONGKAT KENDALI EFEKTIF UNTUK DIGUNAKAN DALAM FORMASI TAKTIS DENGAN GERAKAN ‘INJAK DAN SERET’ SAAT MELAKUKAN GERAKAN MENUSUK YANG BERADA DI AREA SEKITAR LENGAN, KAKI (PAHA), DAN LUTUT NARAPIDANA DAN TAHANAN • MEMASTIKAN ANGGOTA TIDAK MEMUKUL BAGIAN WAJAH, KEPALA, LEHER DAN GINJAL DAN TIDAK DIGUNAKAN TERHADAP NARAPIDANA DAN TAHANAN YANG PATUH
TIM TANGGAP DARURAT (TTD) TEHNIK DAN TAKTIK SEMPROTAN MERICA / GAS AIR MATA
• SEMPROTAN MERICA/GAS AIR MATA DAPAT DIGUNAKAN PADA TAHAP PELAKSANAAN PENGGUNAAN KEKUATAN TEKNIK RINGAN • SEMPROTAN MERICA/GAS AIR MATA DIGUNAKAN SEBAGAI RESPON PERTAMA YANG DAPAT DIPILIH PADA PELAKSANAAN PENGGUNAAN KEKUATAN • SEMPROTAN MERICA/GAS AIR MATA TIDAK BOLEH DIGUNAKAN SEBAGAI HUKUMAN ATAU BALAS DENDAM • TABUNG-TABUNG SEMPROTAN MERICA BERUKURAN KECIL DAPAT DIGUNAKAN PADA JARAK HINGGA 3 (TIGA) METER
16
TIM TANGGAP DARURAT (TTD) TEHNIK DAN TAKTIK SEMPROTAN MERICA / GAS AIR MATA
• PENGGUNAAN SEMPROTAN MERICA/GAS AIR MATA HARUS DILAKUKAN DENGAN MEMPERHATIKAN KESELAMATAN ANGGOTA, NARAPIDANA DAN TAHANAN SERTA MENGIKUTI PETUNJUK PENGGUNAAN • SEMPROTAN MERICA/GAS AIR MATA DIGUNAKAN OLEH SALAH SATU ANGGOTA TIM • PADA SAAT PENGGUNAAN SEMPROTAN MERICA, PETUGAS MENGAMBIL POSISI KUDA-KUDA KAKI KIRI DI DEPAN DAN KAKI KANAN DI BELAKANG, DENGAN SEMPROTAN DI PEGANG DI TANGAN KANAN DAN POSISI TANGAN KIRI LURUS KE DEPAN MENGHADAP KE ARAH NARAPIDANA ATAU TAHANAN • SEDANGKAN PADA SAAT PENGGUNAAN SEMPROTAN GAS AIR MATA. DENGAN KUDA-KUDA YANG SAMA, PETUGAS MEMEGANG GAS AIR MATA DI TANGAN KANAN MENGHADAP KE ARAH NARAPIDANA ATAU TAHANAN
TIM TANGGAP DARURAT (TTD) TEHNIK DAN TAKTIK SEMPROTAN MERICA / GAS AIR MATA
• SAAT MENGGUNAKAN SEMPROTAN MERICA/GAS AIR MATA, ANGGOTA HARUS BERDIRI DI ARAH YANG BERLAWANAN DENGAN ARAH ANGIN DAN ARAH NARAPIDANA DAN TAHANAN • ANGGOTA PERLU BERHATI-HATI AKAN ADANYA CIPRATAN ATAU SEMPROTAN BERLEBIH YANG BISA MENGARAH PADA ANGGOTA, NARAPIDANA DAN TAHANAN LAIN DI AREA TERSEBUT • DEMI KESELAMATAN DAN KEEFEKTIFAN MAKSIMUM PENYEMPROTAN, ANGGOTA TTD HARUS TETAP BERADA PADA JARAK SETIDAKNYA 1 (SATU) SAMPAI 3 (TIGA) METER DARI PENYERANG, ATAU TERGANTUNG SITUASI • JIKA NARAPIDANA DAN TAHANAN BERJALAN KE ARAH ANGGOTA TTD YANG SEDANG MENCOBA UNTUK MENYEMPROTKAN SEMPROTAN MERICA/GAS AIR MATA, MAKA ANGGOTA TTD PERLU BERDIRI SEHINGGA TANGANNYA YANG BEBAS MENGHADAP KE NARAPIDANA DAN TAHANAN DALAM POSISI BERSIAGA (DEFENSIF) SEHINGGA DAPAT MENEPIS SERANGAN, DAN MEMBERIKAN KEMUNGKINAN UNTUK MENYEMPROT PENYERANG
17
TIM TANGGAP DARURAT (TTD) TEHNIK DAN TAKTIK SEMPROTAN MERICA / GAS AIR MATA
• ANGGOTA SEGERA BERGERAK KE SAMPING SETELAH MENYEMPROTKAN SEMPROTAN MERICA/GAS AIR MATA, UNTUK MENGHINDARI PENYERANG MELANJUTKAN GERAKAN KE DEPANNYA • ANGGOTA TTD PERLU MENGARAHKAN SEMPROTAN LANGSUNG KE ARAH WAJAH NARAPIDANA DAN TAHANAN, DI AREA ANTARA ALIS, DENGAN JARAK 1 (SATU) SAMPAI 3 (TIGA) METER SEBANYAK SATU KALI • JIKA NARAPIDANA DAN TAHANAN TIDAK BEREAKSI TERHADAP SEMPROTAN, DAN MASIH MELANJUTKAN PERILAKU AGRESIFNYA 3 (TIGA) DETIK SETELAH DISEMPROT, MAKA SEMPROTAN SELANJUTNYA PERLU DIARAHKAN KE ARAH MULUT DAN HIDUNG NARAPIDANA DAN TAHANAN TERSEBUT
TIM TANGGAP DARURAT (TTD) TEHNIK DAN TAKTIK SEMPROTAN MERICA / GAS AIR MATA
• PROSEDUR PENANGANAN SETELAH TERPAPAR SEMPROTAN MERICA/GAS AIR MATA MELIPUTI: • ANGGOTA TTD DAPAT MEMINTA NARAPIDANA DAN TAHANAN UNTUK MANDI, SEBAGAI CARA YANG PALING CEPAT DAN EFEKTIF UNTUK MENGHILANGKAN PAPARAN SEMPROTAN MERICA • JIKA MANDI TIDAK MUNGKIN DILAKUKAN, MAKA PERLU MEMBASUH MATA DAN MUKA NARAPIDANA DENGAN AIR DINGIN • NARAPIDANA DAN TAHANAN YANG TERPAPAR SEMPROTAN MERICA HARUS SEGERA DIPINDAHKAN KE AREA BERUDARA SEGAR DAN DIANGIN-ANGINKAN • NARAPIDANA DAN TAHANAN YANG TERPAPAR SEMPROTAN MERICA HARUS DITANYAKAN APAKAH MENDERITA KONDISI MEDIS YANG SERIUS, DAN PERLU DITANYAKAN APAKAH MENGALAMI KESULITAN BERNAFAS ATAU MASALAH LAIN SEPERTI ASMA. JIKA IYA, BANTUAN MEDIS PERLU DILAKUKAN
18
TIM TANGGAP DARURAT (TTD) TEHNIK DAN TAKTIK PEMAKSAAN KELUAR DARI SEL
• TEKNIK PEMAKSAAN KELUAR DARI SEL DIGUNAKAN UNTUK MENGELUARKAN NARAPIDANA DAN TAHANAN DARI DALAM SEL KARENA ADANYA BAHAYA TERHADAP DIRINYA ATAU TERHADAP ORANG LAIN • TEKNIK PEMAKSAAN KELUAR DARI SEL DIGUNAKAN SEBAGAI CARA TERAKHIR • PENEROBOSAN SEL DAPAT DILAKUKAN DAN HARUS SESUAI DENGAN PELAKSANAAN PENGGUNAAN KEKUATAN • PROSEDUR MELAKUKAN PEMAKSAAN KELUAR DARI SEL • KETUA TTD MENERIMA PERINTAH DARI KEPALA LAPAS ATAU RUTAN ATAU KEPALA PENGAMANAN • KETUA TTD MENGUMPULKAN ANGGOTA TIM PADA TITIK KUMPUL YANG TELAH DITENTUKAN DENGAN SERAGAM LENGKAP
TIM TANGGAP DARURAT (TTD) TEHNIK DAN TAKTIK PEMAKSAAN KELUAR DARI SEL
• KEPALA LAPAS ATAU RUTAN DAN KEPALA PENGAMANAN HARUS MEMBERIKAN PENGARAHAN KEPADA TTD MENGENAI ALASAN PEMAKSAAN KELUAR DARI SEL PERLU DILAKUKAN, POTENSI BAHAYA YANG ADA, DAN LOKASI PENEMPATAN NARAPIDANA KETIKA PEMAKSAAN KELUAR DARI SEL SUDAH DILAKUKAN DENGAN TETAP MENGHORMATI HAK-HAK NARAPIDANA ATAU TAHANAN JUGA TIDAK MELAKUKAN PENGGUNAAN KEKUATAN YANG BERLEBIHAN • KEPALA PENGAMANAN MEMASTIKAN JUMLAH ANGGOTA TIM DALAM PENGELUARAN PAKSA YAITU MINIMAL 1 NARAPIDANA ATAU TAHANAN BERBANDING 5 ORANG PETUGAS • KEPALA PENGAMANAN MEMASTIKAN BAHWA SELURUH PINTU BLOK DAN SEL HUNIAN TELAH DILAKUKAN PENGUNCIAN
19
TIM TANGGAP DARURAT (TTD) TEHNIK DAN TAKTIK PEMAKSAAN KELUAR DARI SEL
• KETUA TTD MEMBERIKAN PENGARAHAN PADA TIAP ANGGOTA TTD DI DALAM KELOMPOKNYA UNTUK MELAKUKAN TUGAS KHUSUS SAAT MELAKUKAN PEMAKSAAN KELUAR DARI SEL • KETUA TTD MEMASTIKAN KEMBALI TUGAS ANGGOTA 1, ANGGOTA 2, ANGGOTA 3, ANGGOTA 4, ANGGOTA 5 DAN SETERUSNYA • TTD MENUJU KAMAR AKAN MENGGUNAKAN FORMASI BARIS DAN BERPEGANGAN PADA ANGGOTA TTD DI DEPAN MEREKA • KETUA TTD MEMBERIKAN INSTRUKSI KEPADA NARAPIDANA DAN TAHANAN UNTUK MENYERAH • TTD MELAKUKAN PEMBATASAN GERAK PASIF APABILA NARAPIDANA ATAU TAHANAN MENYERAH
TIM TANGGAP DARURAT (TTD) TEHNIK DAN TAKTIK PEMAKSAAN KELUAR DARI SEL
• KETUA TTD MENYAMPAIKAN TINDAKAN YANG AKAN DILAKUKAN OLEH TIM APABILA NARAPIDANA ATAU TAHANAN MENOLAK UNTUK MENYERAH ATAU KELUAR DARI KAMAR • TTD MEMBUKA PINTU KAMAR NARAPIDANA ATAU TAHANAN UNTUK SEGERA MELAKUKAN TINDAKAN MENYUDUTKAN, MELUMPUHKAN DAN MELAKUKAN PEMBATASAN GERAK TAKTIS • TTD MENGGUNAKAN SEMPROTAN MERICA ATAU GAS AIR MATA SECARA BERULANG APABILA DILAKUKAN TERHADAP LEBIH DARI 1 ORANG NARAPIDANA ATAU TAHANAN • TTD MENGELUARKAN NARAPIDANA ATAU TAHANAN SEBAGAI OTAK PELAKU DENGAN CEPAT APABILA PENGELUARAN DILAKUKAN TERHADAP LEBIH DARI 1 ORANG NARAPIDANA ATAU TAHANAN DALAM KONDISI RUANG KAMAR TERBATAS • TTD MEMINDAHKAN NARAPIDANA ATAU TAHANAN KE RUANG ISOLASI
20
TIM TANGGAP DARURAT (TTD) TEHNIK DAN TAKTIK PEMAKSAAN KELUAR DARI SEL
• TTD MEMASTIKAN PETUGAS MEDIS MENGEVALUASI NARAPIDANA DAN TAHANAN SETELAH PEMINDAHAN • TTD MEMASTIKAN SELURUH DOKUMENTASI LENGKAP SETELAH MELAKUKAN PEMAKSAAN KELUAR DARI SEL • TTD MEMBUAT EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN • TTD MEMBUAT LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN • TANGGUNG JAWAB ANGGOTA NOMOR 1 (SATU) TTD PADA PELAKSANAAN PEMAKSAAN KELUAR DARI SEL MELIPUTI: • MENGGUNAKAN TAMENG HURU-HARA DAN MENYUDUTKAN NARAPIDANA ATAU TAHANAN KE TEMBOK • ANGGOTA NOMOR 1 (SATU) TTD MEMBERIKAN KOMANDO VERBAL UNTUK MENGARAHKAN TINDAKAN NARAPIDANA ATAU TAHANAN
TIM TANGGAP DARURAT (TTD) TEHNIK DAN TAKTIK PEMAKSAAN KELUAR DARI SEL
• TANGGUNG JAWAB ANGGOTA NOMOR 2 (DUA) TIM TTD PADA PELAKSANAAN PEMAKSAAN KELUAR DARI SEL MELIPUTI: • MENGENDALIKAN TANGAN KIRI NARAPIDANA ATAU TAHANAN • MENDAMPINGI ANGGOTA NOMOR 3 (TIGA) TTD DALAM MEMASANGKAN BORGOL KE TANGAN NARAPIDANA ATAU TAHANAN
• TANGGUNG JAWAB ANGGOTA NOMOR 3 (TIGA) TTD PADA PELAKSANAAN PEMAKSAAN KELUAR DARI SEL MELIPUTI: • MENGENDALIKAN TANGAN KANAN NARAPIDANA ATAU TAHANAN • MEMBAWA BORGOL DAN MEMASANGKANNYA KE TANGAN NARAPIDANA ATAU TAHANAN DENGAN BANTUAN ANGGOTA NOMOR 2 (DUA) TTD • MENYERUKAN KE KOMANDAN TTD BAHWA “TANGAN SUDAH AMAN” SAAT ALAT PEMBATAS GERAK SUDAH DIPASANGKAN
21
TIM TANGGAP DARURAT (TTD) TEHNIK DAN TAKTIK PEMAKSAAN KELUAR DARI SEL
• TANGGUNG JAWAB ANGGOTA NOMOR 4 (EMPAT) TTD PADA PELAKSANAAN PEMAKSAAN KELUAR DARI SEL MELIPUTI: • MENGENDALIKAN KAKI KIRI NARAPIDANA ATAU TAHANAN • MENDAMPINGI ANGGOTA NOMOR 5 (LIMA) TTD DALAM MEMASANGKAN ALAT PEMBATAS GERAK KE KAKI NARAPIDANA ATAU TAHANAN
• TANGGUNG JAWAB ANGGOTA NOMOR 5 (LIMA) TTD PADA PELAKSANAAN PEMAKSAAN KELUAR DARI SEL MELIPUTI: • MENGENDALIKAN KAKI KANAN NARAPIDANA ATAU TAHANAN • MEMBAWA ALAT PEMBATAS GERAK (BORGOL) DAN MEMASANGKANNYA KE KAKI NARAPIDANA ATAU TAHANAN DENGAN BANTUAN ANGGOTA NOMOR 4 (EMPAT) TTD • MENYERUKAN KE KOMANDAN TTD BAHWA “KAKI SUDAH AMAN” SAAT ALAT PEMBATAS GERAK SUDAH DIPASANGKAN
TIM TANGGAP DARURAT (TTD) TEHNIK DAN TAKTIK PEMAKSAAN KELUAR DARI SEL
• TANGGUNG JAWAB SELURUH ANGGOTA TTD PADA PELAKSANAAN PEMAKSAAN KELUAR DARI SEL MELIPUTI: • SELURUH ANGGOTA TTD AKAN MEMINDAHKAN NARAPIDANA ATAU TAHANAN DARI DALAM SEL DENGAN MENGGOTONGNYA • MASING-MASING ANGGOTA TTD AKAN MEMEGANG PUNDAK, BAWAH LENGAN, DAN BAGIAN KAKI DI ATAS LUTUT NARAPIDANA SAAT MENGGOTONGNYA • SELURUH ANGGOTA TTD AKAN MEMBAWA NARAPIDANA ATAU TAHANAN KE TEMPAT YANG DIPERINTAHKAN OLEH KOMANDAN TTD
22
TIM TANGGAP DARURAT (TTD) TEHNIK DAN TAKTIK PEMAKSAAN KELUAR DARI SEL
• TUGAS-TUGAS SELURUH ANGGOTA TTD SETELAH PELAKSANAAN PEMAKSAAN KELUAR DARI SEL MELIPUTI • SELURUH ANGGOTA TTD BERTANGGUNG JAWAB ATAS PERLENGKAPANNYA MASING-MASING • TTD AKAN DIBERIKAN PENGARAHAN KEMBALI OLEH KOMANDAN TTD DAN KPLP • TUGAS-TUGAS SELURUH ANGGOTA TTD SETELAH PELAKSANAAN PEMAKSAAN KELUAR DARI SEL MELIPUTI: • SELURUH ANGGOTA TTD BERTANGGUNG JAWAB ATAS PERLENGKAPANNYA MASING-MASING • TTD AKAN DIBERIKAN PENGARAHAN KEMBALI OLEH KOMANDAN TTD DAN KPLP • LAPORAN MENGENAI PELAKSANAAN PEMAKSAAN KELUAR DARI SEL AKAN DIDOKUMENTASIKAN
• LAPORAN MENGENAI PELAKSANAAN PEMAKSAAN KELUAR DARI SEL AKAN DIDOKUMENTASIKAN
JAGA UNTUK AMAN DAN TERTIB
23
DIKLAT TEKNIS PENGAMANAN KEPALA REGU DAN PETUGAS PINTU UTAMA PADA LAPAS DAN RUTAN
BAHAN TAYANG
TEKNIK PENGGUNAAN PERALATAN PENDUKUNG
Penulis Riko Purnama Candra
Editor Richard Pantun
Pusat Pengembangan Teknis dan Kepemimpinan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia 2017
Penulis
Riko Purnama Candra, Amd. IP, SH. Editor
Richard Pantun, S.Sos, M.Si
13/03/2017
BPSDM Hukum dan HAM
1
PENGERTIAN-PENGERTIAN
13/03/2017
BPSDM Hukum dan HAM
2
1
LATAR BELAKANG
Bahwa keamanan dan ketertiban yang kondusif di dalam Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara adalah syarat utama terwujudnya keberhasilan Pemasyarakatan. Terampil dalam penggunaan alat pendukung pengamanan menjadi salah satu kriteria yang harus dipenuhi oleh seorang petugas Lapas dan Rutan dalam melaksanakan tugas-tugas pengaman.
Pengertian Pengamanan Lapas dan Rutan Lembaga Pemasyarakatan atau yang disingkat Lapas adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan Rumah Tahanan Negara atau yang disingkat Rutan adalah tempat tersangka atau terdakwa ditahan selama proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan sidang pengadilan.
4
13/03/2017
BPSDM Hukum dan HAM
2
Pengamanan Lapas dan Rutan adalah segala bentuk kegiatan dalam rangka memberikan perlindungan, pencegahan dan penindakan terhadap setiap ancaman dan gangguan dari dalam dan luar Lapas dan Rutan,
Gangguan keamanan dan ketertiban adalah situasi kondisi yang menimbulkan keresahan, ketidakamanan serta ketidaktertiban kehidupan di dalam Lapas dan Rutan.
13/03/2017
BPSDM Hukum dan HAM
5
Kegiatan pencegahan gangguan keamanan dan ketertiban dalam Lapas/Rutan meliputi : pemeriksaan pintu masuk, penjagaan, pengawalan narapidana/tahanan, penggeledahan, inspeksi, kontrol, kegiatan intelijen, pengendalian peralatan, pengawasan komunikasi, pengendalian lingkungan, penguncian pintu-pintu dan kamar-kamar hunian, penempatan penghuni Lapas/Rutan dalam rangka pengamanan.
13/03/2017
BPSDM Hukum dan HAM
6
3
Kegiatan Penindakan adalah segala bentuk kegiatan dalam upaya untuk menghentikan, meminimalisir dan melokalisir gangguan keamanan dan ketertiban yang terjadi di Lapas dan Rutan.
13/03/2017
BPSDM Hukum dan HAM
7
Jenis gangguan kamtib : - Perkelahian perorangan dan massal; - Penyerangan terhadap petugas; - Percobaan pelarian; - Pelarian; - Percobaan bunuh diri; - Bunuh diri - Keracunan - Pelanggaran tata tertib lainnya seperti : Penyalahgunaan narkoba dan alat komunikasi, penganiayaan, pemerasan, pencurian, penipuan dan lain-lainnya. - Kebakaran - Bencana alam 13/03/2017
BPSDM Hukum dan HAM
8
4
TUGAS - TUGAS P2U DAN KARUPAM
13/03/2017
BPSDM Hukum dan HAM
9
Tugas Petugas Pintu Utama 1. Melakukan serah terima tugas, tanggung jawab, inventaris, menyampaikan informasi penting, serta membuat dan menandatangani berita acara serah terima; 2. Membuka dan menutup pintu utama; 3. Pemeriksaan orang yang terdiri dari pemeriksaan petugas, narapidana/tahanan, tamu, pengunjung beserta barang dan pemeriksaan kendaraan yang keluar masuk Lapas dan Rutan; 4. Melakukan penindakan seperti melarang orang, kendaraan, barang masuk ke dalam Lapas/Rutan; Melarang narapidana keluar; Melakukan penggunaan kekuatan sesuai dengan tingkatan gangguan keamanan dan ketertiban; 5.Membuat laporan. 13/03/2017
BPSDM Hukum dan HAM
10
5
Tugas Kepala Regu Pengamanan 1. Melakukan apel serah terima Regu. 2. Melakukan apel penghuni Lapas/Rutan yaitu melakukan pengecekan/penghitungan penghuni. 3. Melakukan serah terima barang inventaris, seperti serah terima kunci, sarana pengamanan (senjata api, amunisi, borgol, metal detector, kaca pemeriksa, tongkat kejut, buku laporan, control clock, semprotan merica, dll) 4. Melakukan koordinasi tugas-tugas pengamanan dan pembagian tugas pengamanan kepada anggota Regu Pengamanan terhadap pos-pos penjagaan yang ada di Lapas/Rutan. 5. Melakukan kontrol keliling lingkungan dalam dan luar Lapas/Rutan. 6. Melakukan penindakan terhadap gangguan keamanan dan ketertiban 13/03/2017 BPSDM Hukum dan HAM 11
ALAT PENDUKUNG PENGAMANAN
Alat pendukung kegiatan pengamanan di Lapas dan Rutan menurut fungsinya dapat dikategorikan sebagai berikut : 1. Alat pendukung berfungsi pelindung diri merupakan alat pendukung yang berfungsi untuk membantu melindungi keselamatan diri petugas yang menggunakannya, seperti : helm pelindung kepala, rompi dan sarung tangan anti senjata tajam, pelindung tangan, pelindung kaki, masker gas, tameng. 2. Alat pendukung berfungsi pencegahan merupakan alat pendukung yang berfungsi untuk pencegahan gangguan keamanan dan ketertiban, seperti : Borgol tangan, borgol kaki, metal detector, inspection mirror, gembok, x-ray, control clock. 3. Alat pendukung penindakan merupakan alat pendukung yang berfungsi untuk melakukan kegiatan penindakan terhadap gangguan kamtib, seperti : tongkat kejut listrik, tongkat kendali (T), alat semprot merica, pelontar gas air mata, senjata api (amunisi karet dan tajam), alat pemadam api ringan 13/03/2017 BPSDM Hukum dan HAM 12 (APAR).
6
PENGGUNAAN ALAT PENDUKUNG PENGAMANAN TIDAK BOLEH SEBAGAI PEMBERIAN HUKUMAN
13/03/2017
BPSDM Hukum dan HAM
13
Alat Pendukung Petugas Pintu Utama Alat pendukung pengamanan Petugas Pintu Utama terdiri dari : 1. Borgol 2. Tongkat Kendali 3. Penyemperot Merica 4. Metal Detektor 5. Gawang Detektor Logam (Walk Through Metal Detector / WTMD ) 6. X-ray 7. Body scanner 8. Sarung Tangan 9. Kaca inspeksi
13/03/2017
BPSDM Hukum dan HAM
14
7
Alat Pendukung Kepala Regu Pengamanan Alat pendukung pengamanan Kepala Regu Pengamanan di Lapas/Rutan terdiri dari : 1. Tongkat kendali 2. Borgol 3. Penyemperot merica 4. Rompi anti senjata tajam 5. Tongkat kejut
13/03/2017
BPSDM Hukum dan HAM
15
Teknik Penggunaan Alat Pembatas Gerak (Borgol) Ketentuan penggunaan : 1. Menggunakan borgol dan rantai kaki yang terdiri dari pembatasan gerak pasif dan pembatasan gerak taktis. 2. Pembatasan gerak pasif digunakan saat narapidana dan tahanan patuh dan secara suka rela, menghadiri sidang pengadilan, perawatan medis dan pemindahan. 3. Pembatasan gerak taktis digunakan saat narapidana dan tahanan melawan, menolak perintah dan membahayakan orang. 4. Penggunaan borgol plastic (flex cuffs) yang merupakan borgol sementara hanya dapat digunakan sebanyak satu kali dalam jumlah besar untuk mengatasi perlawanan. 5. Memastikan borgol dan rantai kaki digunakan sampai pada tahap atau jangka waktu dimana pengendalian tidak dibutuhkan lagi. 6. Memastikan borgol dan rantai kaki tidak boleh digunakan sebagai hukuman atau dengan sengaja menimbulkan rasa sakit. 7. Memeriksa borgol dan rantai kaki yang digunakan tidak menahan sirkulasi atau peredaran darah, atau menyebabkan cidera yang disengaja. 8. Memeriksa borgol dan rantai kaki yang bersifat mekanis harus selalu dikunci ganda setelah dipasangkan. 13/03/2017
BPSDM Hukum dan HAM
16
8
1 Teknik Penggunaan Pembatas Gerak (borgol) Pasif
13/03/2017
BPSDM Hukum dan HAM
17
1. Memastikan jarak petugas cukup aman dari narapidana dan tahanan. 2. Memastikan lubang kunci borgol menghadap ke atas atau berlawanan dengan jari sebelum digunakan terhadap narapidana atau tahanan. 3. Meminta narapidana dan tahanan untuk membelakangi petugas dengan tangan berada di belakang punggung, telapak tangannya menghadap keluar dan ibu jarinya menghadap ke atas. 13/03/2017
BPSDM Hukum dan HAM
18
9
4. Petugas memegang borgol di tangan yang lebih dominan (tangan kanan), dengan jari di sekitar rantai penghubung yang memisahkan borgol. Gelang ganda ditempatkan di tangan berbentuk “V” sementara gelang tunggal berada di bawah jari telunjuk. Petugas kemudian memasang borgol mengitari pergelangan tangan narapidana dan tahanan. 5. Petugas mendorong borgol ke atas tangan sehingga gelang tunggal mengantung di sekitar pergelangan tangan narapidana dan tahanan. 6. Petugas mengamankan gerigi borgol dengan menaruh tangan kiri ke tangan narapidana dan tahanan dan menutup borgol.
13/03/2017
BPSDM Hukum dan HAM
19
7. Petugas kemudian mengulangi prosedur yang sama untuk tangan yang lainnya. 8. Petugas menempatkan jari kelingkingnya di antara borgol dan pergelangan tangan narapidana untuk memastikan bahwa borgol tidak terlalu ketat. Jika tidak ada jarak untuk memasukkan sebuah jari kelingking diantara borgol dan pergelangan tangan, maka Petugas menggunakan kunci untuk merenggangkan borgol. 9. Petugas mengunci borgol sebanyak dua kali, yaitu dengan menekan lubang pin yang terdapat pada gelang ganda, atau kunci ganda (double lock), lalu memasukkan kunci ke dalam lubang kunci borgol sebagai penguncian terakhir.
13/03/2017
BPSDM Hukum dan HAM
20
10
Teknik membuka borgol 1. Saat Petugas membuka alat pembatas borgol, Petugas memerintahkan narapidana dan tahanan untuk tetap diam dan berdiri agak condong ke depan aga Petugas dapat memiliki ruang yang lebih baik untuk membuka borgol.
2. Jika satu tangan narapidana dan tahanan sudah terlepas dari borgol, Petugas menutup gerigi borgol yang terbuka dan memerintahkan narapidana atau taanan untuk menempatkan tangannya yang sudah bebas tadi di belakang kepalanya, sementara Petugas membebaskan tangan narapidana atau tahanan yang belum terlepas dari borgol. 13/03/2017
BPSDM Hukum dan HAM
21
Teknik Penggunaan Pembatas Gerak Taktis
13/03/2017
BPSDM Hukum dan HAM
22
11
1. Penggunaan pembatas gerak agak sukar dilakukan pada seorang narapidana yang melakukan perlawanan; 2. Memastikan bahwa petugas berjumlah minimal 2 (dua) orang yang bertugas masing-masing untuk menekan atau menahan narapidana/tahanan yang sudah terbaring dan melakukan pemborgolan; 3. Menelungkupkan narapidana atau tahanan di lantai dengan posisi satu kaki petugas berada di atas dan menekan atau menahan punggung narapidana atau tahanan. 13/03/2017
BPSDM Hukum dan HAM
23
4. Menggunakan prosedur sesuai dengan ketentuan pembatas gerak pasif. 5. Berhati-hatilah supaya Anda terhindar dari tendangan narapidana/tahanan.
13/03/2017
BPSDM Hukum dan HAM
24
12
2 Teknik Penggunaan Penyemperot Merica (papper spray)/Gas Air Mata
13/03/2017
BPSDM Hukum dan HAM
25
1. Semprotan merica/gas air mata dapat digunakan pada tahap pelaksanaan penggunaan kekuatan teknik ringan; 2. Semprotan merica/gas air mata digunakan sebagai respon pertama yang dapat dipilih pada pelaksanaan penggunaan kekuatan;\ 3. Semprotan merica/gas air mata tidak boleh digunakan sebagai hukuman ata balas dendam; 4. Tabung-tabung semprotan merica berukuran kecil dapat digunakan pada jarak hingga 3 (tiga) meter;
13/03/2017
BPSDM Hukum dan HAM
26
13
5. Penggunaan semprotan merica/gas air mata harus dilakukan dengan memperhatikan keselamatan anggota, narapidana dan tahanan serta mengikuti petunjuk penggunaan; 6. Semprotan merica/gas air mata digunakan oleh salah satu anggota dalam beberapa orang/tim; 7. Pada saat penggunaan semprotan merica, petugas mengambil posisi kuda-kuda kaki kiri di depan dan kaki kanan di belakang, dengan semprotan di pegang di tangan kanan dan posisi tangan kiri lurus ke depan menghadap kea rah narapidana dan tahanan;
13/03/2017
BPSDM Hukum dan HAM
27
8. Sedangkan pada saat penggunaan semprotan gas air mata, dengan kuda-kuda yang sama, petugas memegang gas air mata di tangan kanan menghadap ke arah narapidana atau tahanan; 9. Saat menggunakan semprotan merica/gas air mata, anggota harus berdiri di arah yang berlawanan dengan arah angin dan arah narapidana atau tahanan; 10. Anggota perlu berhati-hati akan adanya cipratan atau semprotan berlebih yang bias mengarah pada petugas, narapidana dan tahanan lain di area tersebut;
13/03/2017
BPSDM Hukum dan HAM
28
14
11.
Demi
keselamatan
dan
keefektifan
maksimum
penyemprotan, petugas harus tetap berada pada jarak 1 (satu) sampai 3 (tiga) meter atau tergantung situasi; 12. Jika narapidana dan tahanan berjalan ke arah petugas atau anggota Tim Tanggap Darurat (TTD) yang sedang mencoba menyemprotkan semprotan merica/gas air mata, maka petugas/Anggota TTD perlu berdiri sehingga tangannya yang bebas menghadap ke narapidana dan tahanan dalam posisi bersiaga (defensive) sehingga dapat menepis serangan dan
memberikan
penyerang;
13/03/2017
kemungkinan
untuk
menyemprot
BPSDM Hukum dan HAM
29
13. Petugas/Anggota TDD segera bergerak ke samping setelah menyemprotkan semprotan merica/gas air mata, untuk menghindari penyerang melanjutkan gerakan kedepannya; 14. Petugas/Anggota TTD perlu mengarahkan semprotan langsung ke arah wajah narapidana dan tahanan, di area antara alis, dengan jarak 1 (satu) sampai 3 (tiga) meter sebanyak satu kali; 15. Jika narapidana dan tahanan tidak beraksi terhadap semprotan dan masih melanjutkan perilaku aresifnya 3 (tiga) detik setelah disemprot, maka semprotan selanjutnya perlu diarahkan kea rah mulut dan hidung narapidana dan tahanan tersebut;
13/03/2017
BPSDM Hukum dan HAM
30
15
Prosedur penanganan setelah terpapar semprotan merica/ gas air mata
13/03/2017
BPSDM Hukum dan HAM
31
a. Petugas/Anggota TTD dapat meminta narapidana dan tahanan untuk mandi, sebagai cara yang paling cepat dan efektif untuk menghilangkan paparan semprotan merica/gas air mata; b. Jika mandi tidak mungkin dilakukan, maka perlu membasuh mata dan muka narapidana dengan air dingin; c. Narapidana dan tahanan yang terpapar semprotan merica/gas air mata harus segera dipindahkan ke area berudara segar dan terbuka. d. Narapidana dan tahanan yang terpapar semprotan merica/gas air mata harus ditanyakan apakah menderita kondisi medis yang serius dan perlu ditanyakan apakah mengalami kesulitan bernafas atau masalah lain seperti asma. Jika iya dan terlihat bernapasnya terganggu maka bantuan medis perlu dilakukan. 13/03/2017
BPSDM Hukum dan HAM
32
16
3 Teknik Penggunaan Tongkat Kendali
13/03/2017
BPSDM Hukum dan HAM
1.Pengendalian
dilakukan
melalui
33
penerapan
beragam
pemblokiran dan penyerangan yang tepat serta menargetkan ke area bagian tubuh narapidana dan tahanan yang tepat dalam setiap kondisi; 2.Penggunaan tongkat kendali digunakan apabila tahapan penggunaan kekuatan ini tidak efektif; 3.Tongkat kendali dapat mencegah serangan pemukulan narapidana dan tahanan yang memiliki jenis senjata;
4.Tongkat kendali efektif untuk digunakan dalam melakukan gerakan menusuk yang berada di area sekitar lengan, kaki (paha) dan lutut narapidana dan tahahan; 13/03/2017
BPSDM Hukum dan HAM
34
17
5.
Memastikan anggota tidak memukul bagian wajah, kepala, leher dan ginjal dan tidak digunakan terhadap narapidana dan tahanan yang patuh.
13/03/2017
BPSDM Hukum dan HAM
35
Bagian tongkat kendali (tongkat T)
13/03/2017
BPSDM Hukum dan HAM
36
18
a.
Handle (Pegangan) adalah bagian yang tegak lurus dengan masing-masing ujung tongkat (membentuk sudut 90 derajat). Sesuai dengan namanya, maka fungsi utama handle adalah untuk pegangan. b. Long End adalah bagian batang tongkat yang panjang (diukur dari titik temu pada pangkal handle sampai ujung tongkat). Bagian ini paling banyak digunakan dalam pembelaan diri, baik untuk menangkis maupun untuk melakukan penyerangan.
c. Short End adalah bagian batang tongkat yang pendek. Meski tidak sebanyak bagian Long End bagian ini sering juga digunakan untuk melakukan tangkisan atau serangan. Jika dibandingkan dengan Long End, bagian ini masih lebih memungkinkan digunakan untuk pegangan. Meski demikian pegangan pada handle adalah yang paling utama karena paling efektif dan efisien. 13/03/2017
BPSDM Hukum dan HAM
37
d. Knop adalah bagian tongkat yang berbentuk agak bulat (setengah bulat/berupa benjolan) yang terletak pada ujung handle. Fungsi sebenarnya adalah untuk penahan agar pegangan tangan pada tongkat (handle) tidak mudah lepas. Walau demikian dari hasil studi pengembangan oleh IJI Pengda Jatim, knop dapat juga digunakan untuk melakukan penyerangan.
13/03/2017
BPSDM Hukum dan HAM
38
19
Teknik Pengoperasian Body Scanner
13/03/2017
BPSDM Hukum dan HAM
39
1. Hidupkan UPS/Power. 2. Pastikan tombol merah (emergency stop) tidak tertekan. 3. Putar kunci pada controller/keyboard searah jarum jam. 4. Tunggu sampai ada tampilan menu utama pada monitor. 5. Posisikan Pengunjung pada ujung awal pemindaian. 6. Tekan tombol go pada controller/keyboard untuk mulai memindai. 7. Gambar hasil scanner akan muncul di layar.
13/03/2017
BPSDM Hukum dan HAM
40
20
Terima Kasih
13/03/2017
BPSDM Hukum dan HAM
41
21
DIKLAT TEKNIS PENGAMANAN KEPALA REGU DAN PETUGAS PINTU UTAMA PADA LAPAS DAN RUTAN
BAHAN TAYANG
PENGENALAN DASAR-DASAR INTELIJEN
Pusat Pengembangan Teknis dan Kepemimpinan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia 2017
PENGENALAN DASAR‐DASAR INTELIJEN PEMASYARAKATAN
[email protected]
RUANG LINGKUP MODUL INTELPAS (Kepdirjenpas No. PAS-58.PR.01.02 Tahun 2016, tanggal 15 Juli 2016 tentang Standar Intelijen Pemasyarakatan)
1.
PENDAHULUAN
2.
NORMA, DASAR HUKUM DAN DEFINISI GLOBAL STANDAR INTELIJEN PEMASYARAKATAN
3.
ASAS, PRINSIP DAN PEMASYARAKATAN
4.
STRATEGI DAN KEWENANGAN INTELPAS
5.
BISNIS PROSES DAN PENYELESAIAN PEMASYARAKATAN
JANGKA WAKTU INTELIJEN
6.
KEBUTUHAN PRASARANA
DAN
7.
PENUTUP
SDM
PERAN
INTELIJEN
SARANA
1
DASAR HUKUM STANDAR INTELIJEN
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan;
Undang Undang No.17 tahun 2011 tentang Intelijen Negara;
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan;
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat-Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Wewenang Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan;
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem pengendalian Intern Pemerintah;
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil;
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia republik Indonesia Nomor M.HH16.KP.05.02 Tahun 2011 Tentang Kode Etik Pegawai Pemasyarakatan;
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 29 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI;
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 33 tahun
2015
tentang
Pengamanan pada Lapas dan Rutan;
Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan No. PAS-10.OT.02.01 Tahun 2014, tanggal 09 Juni 2014 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pemasyarakatan
Maksud dan Tujuan
Sebagai pedoman bagi Petugas Pemasyarakatan dalam melakukan kegiatan intelijen Pemasyarakatan;
Mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian yang mungkin dilakukan oleh petugas pemasyarakatan dalam melaksanakan tugas intelijen;
Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas intelijen oleh petugas pemasyarakatan;
Meningkatkan akuntabilitas dengan cara menyediakan ukuran standar kinerja yang membantu mengevaluasi usaha yang telah dilakukan di dalam melaksanakan tugas intelijen;
Menjamin konsistensi pelaksanaan tugas intelijen, baik dari sisi mutu, waktu, dan prosedur;
Mengevaluasi proses pelaksanaan intelijen pemasyarakatan.
2
VISI DAN MISI Misi
:
Memperkuat pengaruh kepemimpinan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan melalui kebijakan bidang Intelijen,terencana, sistematis, efektif, hemat dan menjunjung tinggi etika dan norma norma keamanan sebagai garda terdepan pengamanan negara dalam bidang pemasyarakatan;
Visi : Memberikan informasi yang akurat kepada pimpinan tentang potensi gangguan keamanan dan ketertiban UPT Pemasyaratan di wilayah Indonesia
ARAH KEBIJAKAN INTEL PAS
Mengintegrasikan fungsi lintas direktorat dalam rangka membangun sinergisitaf mengamankan kebijakan dalam program intelejen dalam upaya membangun rasa aman dan tertib melalui cara cara yang efektif dan efesien;
Meningkatkan kualitas dan kesadaran sumber daya manusia pemasyarakatan terhadap nilai-nilai dan norma bidang keamanan;
Meningkatan kapasitas organisasi intelijen Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dalam upaya mewujudkan kondisi aman dan tertib di UPT pemasyarakatan serta secara tidak langsung memberi pengaruh terhadap kondisi keamanan dan ketertiban dimasyarakat dan negara;
Melakukan koordinasi dengan komunitas intelijen.
3
PERAN INTELPAS Intel sebagai organisasi Intelijen sebagai organisasi merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan berdasarkan kebutuhan organisasi yang beroperasi di bidang keamanan dan ketertiban dan dilaksanakan secara komprehensif dan terukur dalam mewujudkan tujuan system pemasyarakatan.
Intel sebagai giat Intelijen sebagai kegiatan adalah semua upaya, pekerjaan, kegiatan, dan tindakan yang dilaksanakan dalam rangka penyelenggaraan atau operasi intelijen, yakni investigasi, pengamanan dan penggalangan, baik untuk kepentingan taktis maupun strategis. Kegiatan intelijen adalah segala usaha yang dilaksanakan secara rutin dan terus menerus berdasarkan tata cara kerja tetap, baik secara terbuka maupun secara tertutup dalam rangka pengamanan terhadap kepentingan nasional.
Intel sebagai produk, pengetahuan dan informasi Intelijen sebagai pengetahuan, produk dan informasi adalah bahan keterangan yang telah diolah melalui proses pengolahan sehingga bermakna sebagai pengetahuan untuk bahan pertimbangan dalam penyusunan rencana, perumusan kebijaksanaan dan pengambilan keputusan
TARGET/ SASARAN Menemukan, mengindentifikasi dan Pendeteksian dini terhadap potensi gangguan keamanan dan ketertiban dalam rangka pencegahan, penindakan, dan pemulihan di UPT Pemasyarakatan.
Memberikan informasi yang akurat untuk menciptakan kondisi aman dan tertib di UPT Pemasyarakatan.
Meningkatkan kualitas pengawasan internal pemasyarakatan.
Meningkatkan kordinasi dan kerjasama di bidang intelijen.
4
STRATEGI INTEL PAS
TERBAGI 3 : 1. GIAT INTEL ( DIK,PAM,GAL) 2. PRODUK INTEL 3. SIFAT INTEL
GIAT INTEL PENYELEDIKAN
Memperoleh Bahan Keterangan
Menemukan Sasaran
Melaksanakan Penyelidikan
Ops Intelijen
Ungkap Jaringan Pengambilan Keputusan Mendukung Kegiatan
Mengidentifikasi dan Pendeteksian Dini Gangguan Kamtib
Memberikan Informasi Yang Akurat
Tahap Perencanaan Kegiatan Penyelidikan
Tahap Mengumpulkan Baket dan SumberSumber
Tahap Melakukan Pengolahan Bahan Keterangan
5
Secara Reaktif
PENGAMANAN
Secara Proaktif
Ruang lingkup Pengamanan
Peran Pengamanan Tindakan Pencegahan, Pendeteksian, dan Peringatan Dini Dalam Pengambilan Keputusan
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
Pelaksanaan dan Keamanan Kebijakan Pemerintah dan Pimpinan
Divsi Pemasyarakatan
Pencipta Kondisi Untuk Pendukung Pelaksanaan Tugas
UPT Pemasyarakatan
PENGGALANGAN
Tujuan Kegiatan
Sasaran Kegiatan
Cipta Kondisi
Masyarakat
WBP
Petugas Instansi Terkait
Tahap Penggalangan
Tersamar dan Terbuka Terhadap Petugas Tertutup Terhadap WBP dan Masyarakat
Taktik Penggalangan
Media Penggalangan
Persuasif
Kontak Personal atau Kelompok
Menekan Sasaran
Pamflet/ Selebaran / dan Surat kaleng
Menyesatkan
Media Masa (Cetak/Online)
Memecahbelah Mendorong Berfikir Persuasif
6
PRODUK INTEL Produk Intelijen
1. Rumusan atau konsep tentang profesionalisme dan pendidikan/ pengalaman bermutu yang dituangkan dalam bentuk dokumen tertulis berupa rekomendasi
2. Kesepakatan bersama untuk mewujudkan pemahaman bersama dalam memberi prioritas pada peran komunitas intelijen yang di tuangkan dalam bentuk tertulis
Jenis Materi
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Intelijen Dasar Laporan Harian Laporan Harian Khusus dan aktual Laporan Informasi Informasi Khusus Laporan Atensi Telaah Intelijen Pemasyarakatan Laporan Intelijen Pemasyarakatan Nota Intelijen Pemasyarakatan Perkiraan Intelijen Pemasyarakatan Perkiraan Intelijen Cepat Perkiraan Intelijen Singkat Perkiraan Intelijen Khusus Perkiraan Intelijen Harian
Sifat IntelPas 1.
Taktis Mencari, mengumpulkan dan mengolah bahan-bahan keterangan untuk digunakan bagi kepentingan taktis yaitu menentukan tindakan-tindakan yang akan diambil dengan memperhitungkan resiko dan pemberdayaan sarana-sarana yang ada secara efektif dan efisien dalam batas waktu tertentu;
2.
Strategis Mengumpulkan dan mengolah bahan-bahan keterangan untuk dipergunakan bagi kepentingan cipta kondisi dalam rangka membangun rasa aman dan tertib di UPT pemasyarakatan;
7
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
1. SOP
GIAT INTELPAS 2. SOP OPERASI INTELIJEN 3. SOP PEMETAAN UPTPAS 4. SOP PENYELIDIKAN 5. SOP PENGAMANAN 6. SOP PENGGALANGAN
8
JANGKA WAKTU GIAT INTELPAS No
Kegiatan
Output
Waktu
Keterangan Penyampaian Laporan Secara Lisan disampaikan seketika
1
Pengumpulan informasi
1 kegiatan
Maksimal 1 hari
2
Verifikasi data dan informasi
1 kegiatan
Maksimal 1 hari
3
Analisa data dan informasi
1 kegiatan
Maksimal 1 hari
4
Operasi intelijen/Pemetaan
1 kegiatan
Maksimal 5 hari
Penyampaian laporan dan 1 kegiatan evaluasi hasil kegiatan
Maksimal 2 hari
5
TOTAL GIAT : 10 HARI KERJA
DUK OPS INTELPAS TERKAIT SDM Terdiri atas : - Petugas Administrasi dan pelaporan yang bertugas menerima dan mencatat serta mengumpulkan informasi Intelijen, dan melakukan verifikasi info intelijen; - Petugas Analis Intelijen Pemasyarakatan yang bertugas melakukan analisa terhadap laporan/informasi intelijen yang telah diverifikasi dan melakukan klasifikasi intelijen berdasarkan skala prioritas - Tim Intelijen Pemasyarakatan yang bertugas melakukan investigasi dan penyelidikan, Pengamanan, penggalangan jejaring, dan produk intelijen.
9
MONITORING DAN LAP INTEL Laporan hasil pelaksanaan kegiatan intelijen Pemasyarakatan merupakan dokumen yang wajib dilaporkan secara berjenjang kepada pimpinan dalam rangka pengambilan suatu keputusan atau kebijakan.
10
DIKLAT TEKNIS PENGAMANAN KEPALA REGU DAN PETUGAS PINTU UTAMA PADA LAPAS DAN RUTAN
BAHAN TAYANG
PENGENALAN DASAR NAPZA DAN KEWASPADAAN STANDAR KESEHATAN
Penulis
dr. Astia Murni Editor
Dra. Dede Erni Kartikawati,M.Si
Pusat Pengembangan Teknis dan Kepemimpinan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia 2017
Pengenalan Dasar Napza dan Kewaspadaan Standar Kesehatan
Modul Pendidikan Dan Pelatihan Teknis Pengamanan Kepala Regu Dan Petugas Pintu Utama Pada Lapas / Rutan
Penulis dr. Astia Murni Editor Dra. Dede Erni Kartikawati,M.Si
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan HAM 2017
Pengenalan Dasar Napza dan Kewaspadaan Standar Kesehatan
1
Latar Belakang • Peningkatan tindak pidana narkotika jumlah penghuni Lapas dan Rutan meningkat. 250000 204551 200000 150000
150688
160063
163404
176754 Total WBP Bandar/Pengedar
100000 50000
Pengguna 29973 25171
30480
2012
2013
33213 28609
36421 26273
48982
2014
2015
2016
26101
25937
0
Tingginya angka hunian kasus narkotika di Lapas dan Rutan tidaklah mustahil terjadi peredaran gelap Napza di dalam lingkungan Lapas/Rutan. Selain itu, terjadi pula peningkatan insiden penyakit-penyakit yang disebabkan perilaku penyalahgunaan narkotika seperti HIV, Hepatitis B dan C serta sifilis
2
Deskripsi Singkat Mata Diklat Pengenalan Dasar Napza dan Kewaspadaan Standar Kesehatan pada Diklat Teknis Pengamanan berisi tentang materi dasar mengenai jenis-jenis Napza dan efeknya terhadap kesehatan serta materi Kewaspadaan Standar Kesehatan untuk melindungi Petugas Pengamanan dari risiko tertular infeksi.
INDIKATOR PEMBELAJARAN . 1
Mengidentifikasi jenis-jenis Napza dan efeknya terhadap kesehatan
2
Menerapkan kewaspadaan Standar Kesehatan untuk melindungi Petugas Pengamanan dari risiko tertular infeksi
3
Definisi • Narkotika : Zat/obat berasal dari tanaman /bukan tanaman, sintetis /semisintetis, menyebabkan penurunan/perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, – dapat menimbulkan ketergantungan.
– – – –
• Psikotropika: – – – –
zat /obat, alamiah /sintetis bukan narkotika, berkhasiat psikoaktif pada susunan saraf pusat menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
• Bahan adiktif: – bahan/ zat lain bukan Narkotika dan psikotropika – dapat menimbulkan ketergantungan baik psikologis atau fisik, – misalnya rokok, kopi.
• Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika adalah melanggar hukum dan dapat dipidana penjara, denda bahkan hukuman mati.
Penggolongan Napza Stimulan
Depresan
Halusinogen
Others
Meningkatkan aktivitas SSP
Menurunkan aktivitas SSO
Menyebabkan halusinasi
Efek kombinasi
Meningkatkan detak jantung, napas dan tekanan darah
Menurunkan detak Mengubah suasana jantung dan napas. hati dan pikiran
Nafsu makan menurun Tetap terjaga Stimulan
Mengantuk Opioid
Depresan
Halusinogen
Others
Kokain
Heroin
Alkohol
LSD
Kanabinoid
Amfetamin
Morfin
Barbiturat
Mescaline
Khat/Miraa
Metamfetamin
Opium
Benzodiazepin
Peyote
Anestesi disosiatif
Nikotin, kafein
Oxycontin
Rohipnol
Mushrooms
Gas nitrit
4
NPS (New psychoactive substance) • zat sintetis • didesain untuk mendapatkan efek yang mirip dengan narkoba (ganja, kokain, heroin, shabu, ekstasi) • memiliki struktur kimia yang berbeda dari zat‐zat yang diatur di dalam Undang‐Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika. • Permenkes Nomor 2 tahun 2017 tentang Perubahan Penggolongan Narkotika, masuk dalam penggolongan Narkotika.
Efek yang dapat ditimbulkan oleh zat Opioid
Ganja
Amfetamin
Kokain
Perasaan tenang
Perasaan tenang
Meningkatkan kewaspadaan
Gelisah
Acuh tak acuh (apatis)
Acuh tak acuh (apatis)
Bergairah
Denyut nadi meningkat
Mengantuk
Nafsu makan meningkat
Denyut nadi dan tekanan darah meningkat
Euforia/gembira berlebihan
Bicara cadel
Gangguan konsentrasi
Nafusu makan menurun
Kejang
Gangguan perhatian/daya ingat
Kontrol diri berkurang
Peningkatan tekanan darah
Dapat memicu psikosis
Penyumbatan pembuluh darah
5
Penyalahgunaan Napza • Mengkonsumsi Napza tanpa indikasi medis. • Tanpa pengawasan petugas kesehatan. • Risiko : Adiksi penggunaan makin lama makin sering, dosis semakin besar • Adiksi tidak dapat disembuhkan
Tingkatan penggunaan Napza • User sesekali/jangka pendek • Abuser penggunaan zat untuk pelarian • Addict menggunakan zat tiap hari, tidak bisa lepas dari zat.
6
Dampak penyalahgunaan Napza • Terhadap otak: – adiksi, depresi, halusinasi, gangguan tidur, dll
• Penularan penyakit : HIV, Hepatitis B &C, sifilis • Gangguan fungsi organ: jantung, paru dll
Diskusi • Hal‐hal apa saja yang menyebabkan seseorang tertarik menggunakan Napza? • Apakah semua pengguna Napza pasti menjadi pecandu?
7
KEWASPADAAN STANDAR KESEHATAN
A. Pengertian Kewaspadaan Standar. B. Kegiatan pokok Kewaspadaan Standar. C. Cara-cara penerapan Kewaspadaan Standar D.Latihan E. Rangkuman
Definisi • Rangkaian upaya yang bertujuan untuk mengurangi risiko penularan infeksi penyakit akibat terpapar bahan‐bahan yang mengadung organisme penyebab penyakit baik dari sumber yang telah diketahui status infeksinya maupun tidak
8
Situasi di Lapas dan Rutan yang berisiko tinggi paparan terhadap darah dan cairan tubuh: • • • •
Penggeledahan badan Penggeledahan ruang hunian Perkelahian Napi/Tahanan Penemuan alat suntik bekas pakai
Petugas WAJIB melindungi diri dari tertular penyakit infeksi
Cara Mencuci Tangan
9
Penggeledahan Badan • Tidak meraba dengan tangan kosong (pat down) gunakan alat bantu (pulpen/penggaris) • Pengunjung/penghuni: – Mengosongkan kantong baju/celana – Membuka sepatu & kaus kaki – Membalikkan kerah baju & lipatan
Penggeledahan Barang • • • •
Tidak merogoh ke dalam tas Isi tas dikosongkan balikkan tas di atas meja Gunakan sarung tangan & alat penjepit Cuci tangan
10
Penanganan Tumpahan Darah • • • • •
Sarung tangan/kantong plastik Tutup dengan koran Desinfektan 10 menit Bersihkan dengan alat bantu Cuci permukaan dengan deterjen
Pertolongan Pertama pada Luka Perkelahian • Narapidana/Tahanan yang terluka menekan lukanya hingga perdarahan terhenti. • Balut luka dengan kain tebal gunakan sarung tangan. • Jika darah menyembur kaca mata pelindung.
11
Penanganan pecahan kaca • Gunakan sarung tangan karet. • Kertas tebal untuk mengumpulkan pecahan • Bungkus dalam gulungan kertas masukkan kardus • Label : PECAHAN KACA
Penanganan Jarum Suntik • Gunakan sarung tangan. • Pegang jarum suntik pada bagian batang gunakan penjepit. • Tidak membuka/menutup tutup jarum suntik. • Masukkan ke dalam wadah posisi ujung tajam di bawah • Tutup wadah tangani sebagai limbah medis.
12
Pertolongan Luka Tertusuk Jarum Suntik Bilas lokasi tusukan air mengalir Tekan hingga darah keluar Tidak menjilat/menghisap luka Cuci dengan sabun beri antiseptik tutup dengan plester • Cari pertolongan medis
• • • •
Latihan • Peragakan cara mencuci tangan yang baik dan benar! • Peragakan teknik penggeledahan badan terhadap Narapidana/Tahanan! • Peragakan teknik penggeledahan barang yang benar!
13
PENUTUP A. Kesimpulan Penyalahgunaan Napza mempengaruhi kehidupan dan memiliki dampak buruk terhadap kesehatan. Kewaspadaan Standar harus diterapkan tanpa memandang status infeksi. B. Tindak Lanjut Penerapan teknik‐teknik Kewaspadaan Standar dalam menjalankan tugas pengamanan dapat melindungi petugas dari risiko infeksi.
14
DIKLAT TEKNIS PENGAMANAN KEPALA REGU DAN PETUGAS PINTU UTAMA PADA LAPAS DAN RUTAN
BAHAN TAYANG
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
Penulis : FEBIE DWI HARTANTO, A.md.IP, SH Editor: RINI SETIAWATI, S.T., M.Pd.
Pusat Pengembangan Teknis dan Kepemimpinan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia 2017
PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) KEPALA REGU PENGAMANAN DAN PETUGAS PINTU UTAMA
DIKLAT TEKNIS PENGAMANAN KEPALA REGU PENGAMANAN DAN PETUGAS PINTU UTAMA PADA LAPAS DAN RUTAN
Penulis : FEBIE DWI HARTANTO, A.md.IP, SH Editor: RINI SETIAWATI, S.T., M.Pd. BPSDM HUKUM DAN HAM KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA 2017
Pendahuluan • Adanya regulasi baru yaitu Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia nomor 33 Tahun 2015 tentang Peraturan Pengamanan Pada Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara tersebut • Perlu ditingkatkan kapasitas petugas pengamanan sehingga mereka mampu mengatasi permasalahan yang muncul di area tugasnya. • Kekurangan dalam kualitas dan jumlah petugas hendaknya dapat diatasi dengan peningkatan kualitas dan pengorganisasian yang rapih, sehingga tidak menjadi faktor penghambat atau bahkan menjadi ancaman bagi pelaksanaan tugas sehari‐hari khususnya dibidang tugas pengamanan.
1
Mekanisme PKL Prosedur Pelaksanaan PKL • Selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) peserta diklat memakai pakaian dinas harian/pakaian diklat. • Selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) peserta diklat didampingi oleh pembimbing, dosen dan pendamping dari tempat PKL. • Menjaga tata tertib selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL). • Selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) peserta diklat di bagi menjadi beberapa kelompok (disesuaikan dengan kondisi tempat PKL).
Objek Observasi Petugas Pengaman Pintu Utama (P2U) Mempelajari cara kerja Petugas Pintu Pengamanan Utama (P2U) pada tempat PKL, antara lain : 1. Proses serah terima tugas 2. Buka tutup pintu utama 3. Pemeriksaan orang 4. Pemeriksaan tahanan dan narapidana 5. Pemeriksaan barang 6. Pemeriksaan kendaraan 7. Penindakan pelanggaran 8. Pembuatan Laporan
2
Objek Observasi Kepala Regu Pengamanan Mempelajari cara kerja Kepala Regu Pengamanan pada tempat PKL, antara lain : 1. Proses serah terima tugas 2. Pelaksanaan Apel Regu Pengamanan dan penghitungan Warga Binaan 3. Pelaksanaan Kontrol 4. Pelaksanaan pengendalian peralatan 5. Pelaksanaan penguncian
Sistimatika Penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Bagian awal 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Halaman Sampul Halaman Judul (sama dengan halaman sampul) Halaman Pengesahan Praktek Kerja Lapangan Halaman Pernyataan Keaslian Hasil Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel (jika ada) Daftar Gambar (jika ada) Daftar Grafik (Jika ada) Daftar Lampiran (Jika ada)
3
Sistimatika Penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
Bagian inti 1.
BAB I PENDAHULUAN – – – –
2. 3.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN UMUM – – – –
4.
Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan dan Manfaat Metode Pengambilan Data
Gambaran umum Lapas Struktur Organisasi Tugas dan Tanggung Jawab Sistem yang sedang berjalan
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN – – –
5.
Analisis Sistem Berjalan Usulan pemecahan masalah Perancangan (Optional)
BAB V PENUTUP – –
Kesimpulan Saran
Sistimatika Penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Bagian akhir 1. DAFTAR PUSTAKA 2. LAMPIRAN 1
4