BAB I PENDAHULUAN Word Heart Organisation (WHO) memperkirakan bahwa 42 juta kehamilan per tahun berujung pada aborsi yang diinduksi, 20 juta diantaranya diperkirakan tidak aman karena dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keterampilan atau dilakukan dalam lingkungan yang tidak memenuhi standar medis minimum, atau keduanya. kematian dan cedera akibat aborsi yang tidak aman terus menjadi masalah kesehatan serius yang mempengaruhi keluarga dan seluruh masyarakat. Secara global, aborsi tidak aman bertanggung jawab atas 13 % kematian ibu hamil, 99% diantaranya terjadi pada Negara berkembang. membuat kehamilan menjadi lebih aman mencakup penyediaan layanan aborsi yang aman atau rujukan ke layanan aborsi yang aman sejauh diijinkan oleh hokum yang berlaku serta penanganan yang sesuai dan tepat waktu terhadap aborsi yang tidak aman dan spontan bagi kaum perempuan. diseluruh dunia, satu dari tujuh perempuan akan mengetahi komplikasi selama kehamilan atau persalinan. terdapat lebih dari 500.00 kematian ibu setiap tahun dengan 99% nya terjadi dinegara berkembang dari sekitar 130 juta bagi yang lahir setiap tahun sekitar 4 juta diantaranya meninggal duniasaaat lahir, meninggal di dalam rahim selama tiga bulan terakhir kehamilan. Perawatan Aborsi komprehensif mencakup semua unsure perawatan pasca aborsi dan juga induksi aborsi yang aman untuk semua indikasi yang legal (yaitu yang sesuai dengan hokum nasional). Semua unsure ini berperan dalam menurunkan tingkat kematian material.
BAB II TINJAUAN TEORI A. Needs Assessment/Penilaian kebutuhan Saat merencanakan layanan aborsi, kuimpulan informasi dan pertimbangan kebutuhan-kebutuhan dan persepsi masyarakat, termasuk prederensi kaum perempuan terhadap jenis.penyedia layanan dan jenis kelamin penyedia layanan serta lokasi layanannya. Tingkat aborsi tidak aman yang tinggi sering merupakan akibat dari dibatasinya akses ke layaan aborsi oleh hokum. meskipun demikian, bahkan bisal aborsi legal, perempuan sering tidak dapat mengakses layanan aborsi yang aman dan legal. kondisi dimana aborsi dilegalkan di beberapa Negara lainnya. di beberapa Negara, akses sangat dibatasi sedangkan di Negara lainnya, layanan aborsi tersedia atas permintaan dan untuk alasan medis dan social. pada hakikatnya, setiap Negara didunia mengijinkan aborsi yang aman dan ilehal dalam kondisi-kondisi tertentu. Petugas kesehatan reproduksi, manajer program dan penyedia layanan harus mengetahui kebijakan dan peraturan nasional yang berkaitan dengan aborsi yang aman di Negara tempat mereka bekerja. Apakah terdpat undang-udang/peraturan/kebijakan mengenai aborsi/ketersediaan dan akses ke layanan aborsi? berikan perhatian khusus pada :
alasan mengapa aborsi diijinkan (misalnya alasan terapi, Incest, kesehatan mental, atau alasan pribadi). o batas waktu dimana aborsi dapat dilakukan dan apakah terdapat situasi dimana batas waktu tersebut dapat diabaikan. o ketersediaan metode aborsi yang berbeda (misalnya dengan tindakan, seperti aspirasi vakum elektrik atau manual dengan obat-obatan/medis, seperti mifepristone dan misoprostol) dan distribusi serta pemberian obat untuk aborsi dan perawatan setelah aborsi. o Persyaratan untuk konseling o keadaan dimana aborsi dapat dilakukan dan / atau tingkatan penyedia layanan yang dapat melakukan aborsi atau memberikan metode aborsi o ketentuan mengenai biaya aborsi o aturan atau harapan yang mengharuskan orang lain (suami, orang tua, wali) untuk member ijin melaukan aborsi (ijin pihak ketiga) o persyaratan tentang pelaporan yang wajib dilakukan o keharusan bagi penyedia layanan yang menolak melakukan aborsi (keberatan berdasarkan hati nurani) untuk merujuk pasien ketempat yang bersedia member layanan aborsi apakah ada undang-undang yang melarang/mengkriminalisasi aborsi? o apakah ada undang-undang atau peraturan mengenai perawatan pasca aborsi, termasuk perawatan setelah aborsi yang tidak aman? berikan perhatian khusus pasa syarat perujukan dan pelaporan. apakah terdapat undang-undang/peraturankebijakan yang menyatakan bahwa minimal harus disampikan informasi mengenai layanan aborsi yang aman/tidak aman serta perawatan setelah aborsi. o
Selain komplek social dan hokum, harus juga diperhatikan : Konteks epidemiotogi pelatihan kualifikasi dan kapasitas dari staff supply dan peralatan sistem transport darurat kapasitas fasilitas tujukan B. Konseling dan persetujuan sukarela / voluntary informed consent penyedia layanan harus menyadari bahwa perempuan yang mencari layanan aborsi mungkin mengalami stress emonisional yang berat atau ketidaknyamanan fisik. mereka hrus memastikan privasi, kerahasiaan dan adanya ijin untuk perawatan. konseling yang baik memberikan perempuan tersebut dukungan emosional dan meningkatkan kefektifan prosedur. konseling yang efektif diabngun sepenuhnya berdasarkan kebutuhan dan kepentingan perempuan tersebut serta dilakukan sebelum, selama dan setelah prosedur. Informed cintent/keputusan yang dibuat berdasarkan informasi yang diberikan secara sukarela, baik yang didadapat secara tertulis, memastikan bahwa perempuan
tersebut memahami , dan menyetujui rencana perawatan ytang diajukan, termasuk manfaatnya, resiko dan alternatifnya. persetujuan ini berarti bahwa perempuan tersebut telah mengambil keputusan secara bebas, tanpa tekanan atau paksaan apapun. penyedia layanana dapat mendokumentasikannya dengan meminta tanda tangan pada formulir persetujuan. pada beberapa kondisi, lebih tepat untuk memastikan persetujuan secara lisan. C. Penilain Klinis Penyedia layanan harus melakukan penilaian klinis yang menyeluruh, mel;iputi : Riwayat kesehatan reproduksi yang teliti (termasuk riwayat kekerasan seksual) Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan panggul yang teliti (ultrasonografi) dan tes kehamilan bukan merupakan persyaratan atau syarat minimum untuk menawarkan layanan aborsi. Kehamilan sudah dapat dideteksi saat pemeriksaaan panggul bimanual pada 6-8 minggu Penilaian psikososial Untuk perempuan yang dating untuk perawatan aborsi yang tidak lengkap atau komplikasi aborsi (perawatan pasca aborsi) harus dilakukan dengan hati-hati seklai, karena mereka mungkin mengalami komp[likasi yang mengancam keselamatan jiwa. Pengosongan uterus seringkali merupakan komponen penting dalam penanganan kasus dan bila kondisi paslen sudah stabil, maka prosedur ini tidak boleh di tunda. pemindahan segera ke rumah sakit tujukan mungkin diperlukan jika perempuan tersebut membutuhkan perawatan yang melebihi kemampuan puskesmas dimana ia berada. Kondisinya harus distabilkan sebelum ia dipindahkan. D. Pencegahan infeksi Sebagaimana prosedur invasive apapun, selalu terdapat resiko infeksi terhadap pasien, penyedia layanan, dan staf pendukung melalui kontak dengan kontaminan/penyebab infeksi. Untuk meminimalkan resiko tersebut, tindakan pencegahan standar harus diperhatikan setiap saat. Tindakan ini meliputi penggunaan penghalang yang memadai (seperti sarung tangan dan masker), penanganan limbag dengan hati-hatiserta mencegah terjadinya cedera (lihat Bab 2: PPAM paragraph 3.3.2, hal 38). Infeksi iatrogenic / yang di dapat bisa dicegah dengan mengikuti tindakan pendegahan standar, dengan menggunkan teknik aseptic dan mengesampingkan atau mengobati infeksi servikal sebelum melakukan prosedur transervikal. Semua perempuan yang melakukan pengosongan uterus yang melakukan pengosongan uterus melalui aspirasi vakum harus diberikan dosis profilaksis antibiotic untuk mengurangi resiko infeksi, namun demikian, tidak adanya antibiotic profilaksis tidak menghalangi kinerja dari aspirasi vakum. Pmeberian antibiotic secara rutin tidak diperlukan dan di tidak di rekomendasikan utuk perempuan yang mengalami pengosongan uterus mel;aui penggunaan obat-obatan. dalam hal ini, antibiotic harus
dicadangkan untuk kasus-kasus dimana pasien menunjukkan tanda-tanda dan gejala infeksi. E. Mengatasi rasa nyeri Pengobatan harus selalu ditawarkan untuk mentasi rasa nyeri. Tujuan dari rencana mengatasi nyeri adalah membantu pasien untuk merasa senyaman mungkin. Aspirasi vakum harus dilakukan dengan bius local atau analgesia oral (seperti ibuprofen). Bius total jranag sekali diperlukan dan justru menempatkan pasien pada resiko yang lebih besar. F. Pengosongan uterus Aborsi induksi Pada trisemester pertama, metode pengosongan uterus yang dianjurkan utnk aborsi induksi adlah : Aspirasi vakum elektrik (AVE) atau aspirasi vakum manual (AVIVI) sampai 12 minggu penuh masa kehamilan (12 minggu sejak pasien mengalami menstruasi terkahir (LMP) Memeriksa hasil pembuahan setelah menjalankan prosedur untuk menghilangkan kemingkinan kehamilan ektopik atau kehamilan molar atau aborsi yang tidak tuntas. Metode medis sampai sembilan minggu penush masa kehamilann o Kombinasi mifepristone yang dikiuti oleh prostaglandin seperti misoprostol adalah cara yang dianjurkan. Jika mifepristone tidak ada, penggunaan hanya misoprostol dapat dilakukan, walaupun kurang efektif dari aspirasi vakum. tidak terdapat cukup bukti untuk merekomendasikan aturan minum ini untuk aborsi diatas sembilan minggu. Perempuan pada trimester atau akhir trimester kedua akhir seharusnya dirujuk ke rumahs akit dengan fasilitas operasi untuk perawatannya. Perawatan Pasca Aborsi Baik aspirasi vakum maupun pemberian obat misoprostol keduanya merupakan metode yang aman, efektif, dan dapat diterima untuk mengosongkan uterus dalam perawatan setelah aborsi. Misoprostol mengurangi biaya perawatan pasca aborsi karena tidak membutuhkan ketersediaan peralatan yang disterillisasi, ruang operasi atau petugas yang melakukan operasi. Misoprostol untuk perawatan aborsi yang tidak tuntas adalah pilihan penting dalam situasi darurat bencana dimana sulit untuk menjada peralatan MVA dan melatih penyedia layanan dengan layak, dan pabila rujukan untuk melakukan operasi pengosongan uterus tertunda. Penggunaan misoprostol untuk indikasi kebidanan sangat cepat berkemabng. Manjer p[rogram kesehatan reproduksi dan penyedia layanan harus terus mengikuti perkembangan literature klinik dan lteratur teknik (lihat Bacaan lebih lanjut). Penggunaan
Please download full document at www.DOCFOC.com Thanks