Muhammad׀Diare Akut dan Dehidrasi Ringan-Sedang + Hipokalemia
Diare Akut Dan Dehidrasi Ringan-Sedang + Hipokalemia M. Adin Archietobias Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Abstrak Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami Buang Air Besar(BAB) dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja disertaifrekuensi yang lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari. Seorang anak laki-laki, usia 10 bulan, datang ke Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hi Abdul Moeloek (RSUDAM) dengan keluhan BAB konsistensi lembek-cair sejak 2 hari dengan frekuensi 7-10 kali sehari berwarna kuning kecoklatan, volume kira-kira ¼ gelas air mineral tiap kali BAB. Diare disertai muntah sejak 1 hari sebanyak 3x setelah minum Air Susu Ibu (ASI), tidak menyembur 0 berwarna putih. Pemeriksaan fisik suhu tubuh 36,8 C, pernapasan 32x/menit, nadi 120x/menit. Keadaan umum agak rewel, ubun-ubun cekung, mata cekung, bibir tampak kering, bising usus meningkat yaitu 24x/menit, turgor kembali >2 detik, ekstremitas akral dingin. Pemeriksaan penunjang laboratorium elektrolit didapatkan hipokalemi dengan kadar kalium 2,6 mEq/L. Pasien didiagnosa sebagai diare akut ringan-sedang dengan hipokalemia. Penatalaksanaan dengan Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS Diare). Kata Kunci:dehidrasi, diare, hipokalemia, LINTAS Diare
Acute Diarrhea with Mild to Moderate Dehydration + Hypocalemia Abstract Diarrhea is a condition of defecate with a mushy or liquid consistency, and its frequency is more often (usually three times or more) in one day. A 10 months boy, came to RSUDAM with chief complaintdefecate withmushy consistency since two days with the frequency 7 to 10 times a day, the color was brownish yellow, the volume of approximately was a ¼ glass of mineral water every defecate.There’sno mucus and blood component.Diarrhea was accompanied by vomiting since 1 day 0 with three times frequency after breastfeeding. The patient looked thirsty and fussy.Physical examination obtained 36,8 C of body temperature, respiratory rate 32x/minute, pulse 120x/minute.Ingeneral state, the patient looks fussy, concave cantle, sunken eyes, dry lips, increased bowel sound24x/minute, slow turgor>2 seconnds and cold limb.Laboratory examination of electrolyte levelsshowedhypocalemia with level of potassium as 2.6 mEq/l. Patient diagnosed as acute diarrhea with mild-moderate dehydration + hipocalemia. Treatment of this patient guided by “Lima Langkah Tuntaskan Diare”(LINTAS Diare). Keywords:dehydration, diarrhea, hypocalemia, LINTAS Diare. Korespondensi:M. Adin Archietobias, S.Ked,HP 08976016666,
[email protected]
Pendahuluan Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari.1,2Penyebab diare dapat digolongkan menjadi 6 golongan besar yaitu infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya.3-5Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2014, perkiraan jumlah penderita diare tahun 2014 adalah sebanyak 8.713.537 kasus. Jumlah kasus yang ditangani sekitar 97,45% atau 8.490.976 kasus.6 Di Provinsi Lampung, jumlah kasus diare yang ditangani ditemukan dan ditangain sebanyak 98.449 kasus.6 Berdasarkan jenisnya, diare dibagi menjadi dua yaitudiare akut (berlangsung kurang dari 14 hari) dan diare kronis
(berlangsung lebih dari 14 hari). Berdasarkan derajatnya, diare dibagi menjadi tiga, yaitudiare tanpa dehidrasi, diare dengan dehidrasi ringan/sedang serta diare dengan dehidrasi berat.1,2 Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia. Studi mortalitas dan riset kesehatan dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat.7,8 Kasus Seorang anak laki-laki, usia 10 bulan, datang ke RSUDAM dengan keluhan
J Medula Unila|Volume 4|Nomor 3|Januari 2016|95
Muhammad׀Diare Akut dan Dehidrasi Ringan-Sedang + Hipokalemia
mengalami BABdengan konsistensi lembek sampai cair sejak 2 hari. BAB dialami lebih dari 7-10 kali dalam sehari berwarna kuning kecoklatan dengan volume kira-kira ¼ gelas air mineral tiap kali BAB. BAB tersebut tidak disertai lendir dan darah serta tidak berbau busuk. Keluhan diare disertai muntah sejak 1 hari sebanyak 3x setelah minum air susu ibu (ASI), muntah berisi cairan ASI berwarna putih. Pasien juga tampak haus danrewel. Pasien memiliki riwayat demam 5 hari yang lalu, disertai pilek. Pasien sudah berobat ke Pusat Kesehatan Masyarakat(Puskesmas) dan saat ini keluhan demam serta pilek sudah tidak ada. Riwayat penyakit dahulu pasien pernah mengalami diare saat umur 6 bulan. Riwayat imunisasi dasar pasien lengkap sesuai usia. Riwayat makanan usia 0-6 bulan ASI eksklusif, 6-10 bulan ASI disertai makanan pendamping ASI (MP-ASI). Riwayat sosial ekonomi dan kondisi lingkungan kurang baik. Pasien tinggal di daerah padat penduduk dengan ventilasi yang kurang baik. Sumber air lingkungan adalah sumur bersama. Tidak memiliki tempat mandi, cuci, kakus (MCK) di rumah, biasanya menggunakan kamar mandi umum atau dilakukan di sungai dekat rumah. Pemeriksaan fisik didapatkan berat badan 9,5kg, suhu tubuh 36,80C, pernapasan 32x/menit, nadi 120x/menit.Keadaan umum agak rewel, ubun-ubun cekung, mata cekung, bibir tampak kering, bising usus meningkat yaitu 24x/menit, turgor kembali >2 detik, ekstremitas akral dingin. Pemeriksaan penunjang didapatkan laboratorium darah rutin dalam batas normal, elektrolit didapatkan hipokalemi dengan kadar kalium 2,6 mEq/L. Masalah pada pasien ini adalah diare akut dengan dehidrasi ringan-sedangdan hipokalemia. Penatalaksanaan pada pasien ini adalah pemberian oralit sebanyak 700ml dalam 3 jam pertama dilanjutkan 100ml tiap kali BAB. Selain itu pasien ini juga mendapatkan terapi berupa Zincsulfat tablet dengan dosis 20mg/hari, Prebiotik 1-2 sachet/hari. Ibu pasien mendapatkan edukasi untuk terus memberikan ASI dan makanan pada pasien sebanyak pasien mau.
J Medula Unila|Volume 4|Nomor 3|Januari 2016|96
Pembahasan Penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah atau menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya intoleransi, mengobati kausa dari diare yang spesifik, mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta.9,10 Kebijakan pengendalian penyakit diare di Indonesia bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian karena diare. Salah satu strategi pengendalian penyakit diare yang dilaksanakan pemerintah adalah melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar di sarana kesehatan melalui LINTAS Diare. LINTAS Diare tersebut terdiri dariberikan oralit, berikan tablet Zinc sulfat selama 10 hari berturut-turut, teruskan ASImakan, berikan antibiotik secara selektif,berikan nasihat pada ibu/ keluarga.1,2 Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Air mineral tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan oralit. Oralit diberikan segera saat anak diare sampai diare berhenti. Jumlah pemberian oralit dilakukan berdasarkan derajat dehidrasi yang dialami pasien.1,11 Pasien ini memiliki keadaan umum tampak haus dan rewel. Pemeriksaan fisik menunjukkan mata cekung dan turgor kembali >2 detik.12 Berdasarkan kategori dehidrasi, pasien ini dikategorikan dalam diare dengan dehidrasi ringan-sedang. Pemberian oralit pada diare dengan dehidrasi ringan-sedang adalah 75ml/kgBB untuk 3 jam pertama dilanjutkan ¼-½ gelas tiap kali BAB.1,2,11Pemberian oralit pada kasus pasien ini sudah tepat yaitu pasien diberikan oralit sebanyak 700ml (75ml/kgBB) dalam 3 jam pertama dilanjutkan dengan 50-100 ml atau ¼-½ gelas tiap kali BAB.
Muhammad׀Diare Akut dan Dehidrasi Ringan-Sedang + Hipokalemia
Tabel 1. Derajat dehidrasi diare
Hipokalemi adalah suatu keadaan dimana kadar kalium serum kurang dari 3,5mmol/L.13,14Kebanyakan pasien hipokalemi ringan datang tanpa gejala. Gejala yang muncul seringkali dari faktor yang mendasari. Apabila kadar kalium kurang dari 2,5 mmol/L, berikan kalium klorida intravena sebagai infus dengan kecepatan tidak melebihi 20mmol/jam dan pada konsentrasi yang tidak melebihi 20 mmol/jam, karena kalium yang pekat dapat merusak vena perifer. Apabila kadar kalium
1
antara 2,5-3,5 mmol/L, berikan terapi oral dengan dosis 80-120mmol/hari yang terbagi dalam beberapa dosis.9,13,14 Pada pasien ini terjadi hipokalemi dengan kadar kalium 2,6 mEq/L. Hipokalemi pada pasien ini merupakan salah satu akibat dari penyakit diare dan muntah yang dialaminya. Managemen hipokalemi pada pasien ini cukup dilakukan dengan pemberian oralit.11,13 Dalam satu bungkus oralit terkandung kalium 20mEq/L.
Tabel 2. Kandungan Oralit Formula Baru
Pada saat diare, anak akan kehilangan zinc sulfat. Pemberian zinc sulfat mampu menggantikan kandungan zinc sulfat alami tubuh yang hilang dan mempercepat penyembuhan diare. Zinc sulfat berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare.Zinc sulfat juga berperan
1
meningkatkan kekebalan tubuh sehingga mengurangi resiko kekambuhan diare selama 2-3 bulan ke depan.1,15,16Tablet zinc sulfat dapat diberikan dengan cara dilarutkan dalamair atau ASI, untuk anak usia lebih besar dapat diberikan dengan cara dikunyah.1,17Pemberian zinc sulfat pada pasien ini sudah tepat berdasarkan usia pasien yaitu 1 J Medula Unila|Volume 4|Nomor 3|Januari 2016|97
Muhammad׀Diare Akut dan Dehidrasi Ringan-Sedang + Hipokalemia
tablet (20mg) per hari selama 10 hari berturutturut. Pemberian probiotik pada pasien ini dirasa tidak perlu. Menurut World Health Organization(WHO), probiotik mungkin bermanfaat untuk Antibiotic Associated Diarrhea (AAD), tetapi karena kurangnya bukti ilmiah dari studi yang dilakukan pada kelompok masyarakat, maka WHO belum merekomendasikan penggunaan probiotik dalam tatalaksana diare. Perlu diperhitungkan juga biaya tambahan yang dikeluarkan oleh pasien.1,18 Jika anak masih mendapat ASI, teruskan pemberian ASI sebanyak dia mau. Jika anak mau lebih banyak dari biasanya itu akan lebih baik. Makanan dan ASI yang diberikan lebih banyak akan membantu mempercepat penyembuhan, pemulihan dan mencegah malnutrisi. Frekuensi dan durasi pemberian ASI yang normal adalah sekitar 10-12 kali per hari dengan durasi 15 menit tiap kali menyusu.1,2,19 Pada pasien ini, tidak dilakukan pemberian antibiotik. Pemberian antibiotik pada pasien diare harus secara selektif. Antibiotik hanya diberikan ketika ada indikasi seperti diare berdarah atau diare akibat kolera. Selain bahaya resistensi kuman, pemberian antibiotik yang tidak tepat dapat membunuh flora normal yang justru dibutuhkan tubuh.9,20 Pada saat diare, terjadi proses peningkatan motilitas atau pergerakan usus untuk mengeluarkan kotoran atau racun. Anti diare akan menghambat proses tersebut sehingga tidak boleh diberikan pada bayi dan anak. Pemberian anti diare pada bayi dan anak justru dapat menimbulkan komplikasi berupa prolapsus pada usus yang membutuhkan tindakan operasi.20,21 Ibu dan pengasuh bayi yang berhubungan erat dengan pasien harus diberikan edukasi mengenai cara pemberian oralit, zinc sulfat, ASI dan makanan, serta tanda-tanda kapan pasien harus segera dibawa lagi ke tempat pelayanan kesehatan, yaitu:1,12BAB cair lebih sering, muntah berulang-ulang, mengalami rasa haus yang nyata, makan atau minum sedikit, demam, tinja berdarah, dankeluhan diare tidak membaik dalam waktu 3 hari. Pencegahan diare dapat dilakukan dengan memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai usia 2 tahun, memberikan MP-ASI sesuai umur, J Medula Unila|Volume 4|Nomor 3|Januari 2016|98
menggunakan air bersih yang cukup, mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum makan dan sesudah BAB, BAB di jamban, membuang tinja bayi dengan benar, memberikan imunisasi campak.2,22,23 Pemberian vaksin Rotavirus juga dapat dilakukan dimana rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2014 menganjurkan pemberian vaksin Rotavirus saat anak berusia 2, 4, dan 6 bulan.24,25 Simpulan Diare merupakan penyebab utama kematian balita di Indonesia. Pencegahan dan terapi yang cepat dan tepatdapat menurunkanangka kematian balita akibat diare.Terapi diare di Indonesia adalah LINTAS diare disesuaikan dengan tatalaksana WHO yaitu rehidrasi dengan oralit, pemberian zinc sulfat, diet, antibiotik selektif dan edukasi orang tua pasien. Daftar Pustaka 1. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Buku saku petugas kesehatan lima langkah tuntaskan diare (LINTAS Diare). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2008. 2. Kementrian Kesehatan RI. Buletin jendela data dan informasi kesehatan. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2011. 3. Olesen B, Neimann J, Bottiger B, Ethelberg S, Schiellerup P, Jensen C, et al. Etiology of diarrhea in young children in Denmark: a case-control study. J of Clin Micro. 2005; 43(8):3636-41. 4. Saeed A, Abd H, Sandstrom G. Microbial aetiology of diarrhoea acute in children under five years of age in Khartoum, Sudan. J of Med Micro. 2015; 64:432-7. 5. Parashar UD, Gibson CJ, Bresee JS, Glass RI. Rotavirus and severe childhood diarrhea. Emerging Infect Dis. 2006; 12(2):304-6. 6. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Data dan informasi (profil kesehatan indonesia 2014). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2015.
Muhammad׀Diare Akut dan Dehidrasi Ringan-Sedang + Hipokalemia
7. Malek MA, Curns AT, Holman RC, Fischer TK, Bresee JS, Glass RI, et al. Diarrhea and rotavirus associated hospitalization among children less than 5 years of age: United States, 1997 and 2000. Pediatr. 2006; 117(6):1887-95. 8. Finkbeiner SR, Allred AF, Tarr PI, Klein EJ, Kirkwood CD, Wang D. Metagenomic analysis of human diarrhea: viral detection and discovery. Plos Pathogens. 2008; 4(2):1-9. 9. World Health Organization. Recommendations for management of common childhood conditions; 2012. 10. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman pelayanan medis ikatan dokter anak indonesia. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2009. 11. Munos MK, Walker CLF, Black RE. The effect of oral rehydrationsolution and recommended home fluids on diarrhoea mortality. Inter J of Epid. 2010; 39:175-87. 12. Matondang, CS, Wahidiyat I, Sastroasmoro S. Diagnosis fisis pada anak. Jakarta: CV Sagung Seto; 2003. 13. Ukarapol N, Wongsawasdi L, Chartapisak W, Opastirakul S. Electrolyte abnormalities In children with acute diarrhea. Chiang Mai Med Bull. 2012; 41(1):7-12. 14. Allen L, de Benoist B, Dary O, Hurrell R (Editor). Guideline on food fortification with micronutrients. World Health Organization and Food and Agriculture Organization ofthe United Nation; 2006. hlm. 39-134. 15. INCLEN Childnet Zinc Effectiveness for Diarrhea (IC-ZED) Group. Zincsupplementations in acute diarrhea is acceptable, does not interfere with oralrehydration, and reduces the use of other medications: arandomized trial in five countries. J of Pediatr Gastroenterology and Nutrition. 2006; 42:300-5. 16. Bhandari N, Mazumder S, Taneja S, Dube B, Agarwal RC, Mahalanabis D, et al. Effectiveness of Zincsupplementations plus oral rehydrations salts compare with oral rehydrations salts alone as a treatment for acute diarrhea in primary care
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
setting: acluster randomized trial. Pediatr. 2008; 121(5):1279-85. Gibson RS. Zinc: the missing link in combating micronutrient malnutrition in developing countries. Proceedings of the Nutrition Society. 2006; 65:51-60. Dendukuri N, Costa V, McGregor M, Brophy JM. Probiotics therapy for the prevention and treatment of Clostridium difficileassociated diarrhea: a systematic review. CMAJ. 2005; 173(2):167-70. Kramer MS, Kakuma R. Optimal duration of exclusive breesfeeding [Review]. The Cochrane Colaboration. 2009; 1:1-106. Tjay TH, Raharja K. Obat-obat penting: khasiat,penggunaan, dan efek-efek sampingnya. Jakarta: Gramedia; 2007. Lee IH, Standaert B, Nievera MC, Rogacion J. Cost-effectiveness analysis of universal vaccination with rotarix in the Philippines.J Pediatr Infect Dis Soc of the Philipines. 2014; 15(1):15-29. Levine AC, Munyaneza RM, Bloom JG, Redditt V, Cockrell HC, Kalimba B, et al. Prediction of severe disease in children with diarrhea in a resource-limited setting.Plos One. 2013; 12(8):1-10. Walker CLF, Friberg IK, Binkin N, Young M, Walker N, Fontaine O, et al. Scaling up diarrhea prevention and treatment interventions: alives saved tool analysis. Plos Medicine. 2011; 8(3):110. Richardson V, Hernandez-Pichardo C, Quintanar-Solares M, Esparza-Aguilar M, Jhonson B, Gomez-Altamirano CM, et al. Effect of rotavirus vaccination on death from childhood diarrhea in Mexico. Engl J of Med. 2010; 362:299305. Madhi SA, Cunlife NA, Steele D, Witte D, Kirsten M, Louw C, Ngwira B, et al. Effect of human rotavirus vaccine on severe diarrhea in african infants. Engl J of Med. 2010; 362(4):289-98.
J Medula Unila|Volume 4|Nomor 3|Januari 2016|99