Easy | Manajemen Terapi pada Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan-Sedang dan Muntah Profuse pada Anak Usia 22 Bulan.
Manajemen Terapi pada Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan-Sedang dan Muntah Profuse pada Anak Usia 22 Bulan
Easy Orient Dewantari Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
Abstrak Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang Buang Air Besar (BAB) dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari. Penyebab utama diare pada anak adalah rotavirus. Di Indonesia, diare merupakan penyakit endemis terdapat disepanjang tahun dan puncak tertinggi pada peralihan musim peghujan dan kemarau. Diare merupakan salah satu penyebab utama tingginya angka kematian anak di dunia akibat komplikasinya yaitu dehidrasi. Anak perempuan usia 22 bulan mengalami BAB sebanyak 4 kali dalam 24 jam, berwarna kuning, cair dengan sedikit ampas, tanpa lendir maupun darah, anak muntah tiap kali diberi minum atau makan. Pada pemeriksaan fisik, anak tampak rewel dan kehausan, mata cekung dan turgor kulit melambat. Pasien didiagnosis dengan diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang. Terapi yang dilakukan berupa rehidrasi dengan infus Ringer Laktat (RL) 770 mililiter (ml) dalam 2,5 jam dilanjutkan dengan infus KaEN 3A 15 tetes/menit, pemberian 100 ml oralit tiap BAB, lanjutkan Air Susu Ibu (ASI) dan makanan, pemberian zinc sirup 1x2 sendok takar selama 10 hari, dan edukasi kepada keluarga. Tatalaksana diare akut meliputi rehidrasi, asupan nutrisi, pemberian zinc, antibiotik selektif, dan edukasi kepada keluarga. Kata kunci : dehidrasi, diare akut, manajemen terapi.
Therapy Management Of Acute Diarrhea With Mild-Moderate Dehydration And Profuse Vomiting In 22 Months Children
Abstract Diarrhea is a condition when someone defecated with soft consistency or just water and has more frequency (more than three times) in a day. The main cause of diarrhea in children is rotavirus. In Indonesia, diarrhea is an endemic disease and has the highest rate in transition period. Diarrhea is one of the disease which has the hughest mortality rate because of its complication, dehydration. A 22 months-girl defecated four times a day in 24 hours, yellow-coloured, liquid consistency, without mucus or blood, vomit when eating and drinking. In physical examination, the child looks thirsty, sunken eyes, and the skin turgor is decreased. Patient is diagnosed with acute diarrhea with mild-moderate dehydration. The therapy is rehydration with Ringer's Lactate infuse 770 ml in 2,5 hours continued with KaEN 3A infuse 15x/minutes, 100 ml oralit after defecating, continous breastfeeding and food, zinc syrup 1x2 tea spoon for ten days, and education. The management of acute diarrhea is rehydration, nutrition, zinc, selective antibiotics, and education. Keywords: acute diarrhea, dehydration, therapy management Korespondensi: Easy Orient Dewantari, S. Ked, alamat Jl. Imam Bonjol No. 109 Metro Pusat, HP 085273887990, email
[email protected]
Pendahuluan Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang BAB dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari. Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau infestasi parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya.1 Penyebab yang sering ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah diare J Medula Unila|Volume 4|Nomor 1|November 2015|64
yang disebabkan infeksi dan keracunan. Berdasarkan waktunya, diare dibagi menjadi dua, yaitu: 1 a. Diare akut berlangsung kurang dari 14 hari, dan b. Diare persisten atau diare kronis berlangsung lebih dari 14 hari. Komplikasi tersering pada diare adalah dehindrasi. Dehidrasi adalah kehilangan air tubuh yang sering diikuti oleh kehilangan elektrolit dan perubahan keseimbangan asambasa di dalam tubuh. Etiologi dehidrasi pada anak dengan diare adalah BAB yang terus
Easy | Manajemen Terapi pada Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan-Sedang dan Muntah Profuse pada Anak Usia 22 Bulan.
menerus dan muntah profuse. Muntah profuse adalah muntah yang jumlahnya semakin meningkat. Bila hal ini terjadi terus menerus maka dapat mengancam kehidupan.2 Diare dengan dehidrasi dibagi menjadi tiga derajat, yaitu:1 a. Diare tanpa dehidrasi, yaitu bila keadaan umum anak baik, mata normal, anak bisa minum dan turgor kulit kembali cepat b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang, yaitu bila anak tampak gelisah atau rewel, mata cekung, anak merasa kehausan dan ingin minum banyak, dan turgor kulit kembali lambat c. Diare dengan Dehidrasi berat, yaitu bila anak tampak lesu, lunglai, bahkan tidak sadar, mata cekung, anak malas atau tidak bisa minum, dan turgor kulit kembali sangat lambat (lebih dari 2 detik). Secara teori, ada lima langkah tata laksana diare, yaitu (a) rehidrasi dengan oralit, (b) dukungan nutrisi berupa pemberian ASI, (c) suplementasi zinc selama 10 hari, (d) pemberian antibiotik secara selektif, dan (e) edukasi orang tua.1 Kasus Pasien An. SS, perempuan, usia 22 bulan datang ke Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek (RSUDAM) dengan keluhan muntah dan mencret sejak 1 hari yang lalu. Muntah terjadi 5 kali setiap pasien makan/minum, warna putih kekuningan, sebanyak minuman/makanan yang dikonsumsi. Selain itu pasien mencret 4 kali sebanyak setengah gelas belimbing berwarna kuning dengan konsistensi cair sedikit ampas, tanpa disertai lendir maupun darah. Riwayat demam sebelumnya tidak ada. Anak tampak rewel dan kehausan, namun muntah bila minum. Kemudian pasien dibawa ibunya ke RSUDAM. Pasien merupakan anak pertama, belum memiliki adik. Menurut ibu pasien selama mengandung pasien, ia rutin memeriksakan kehamilannya ke bidan setiap 1 bulan sekali dan tidak ada keluhan atau penyulit selama kehamilannya. Pasien lahir cukup bulan, spontan, langsung menangis. Berat badan lahir 3000 gram dan panjang badan 51 cm. Pasien diberi ASI
hingga saat ini, saat 6 bulan pertama pasien diberi ASI secara eksklusif. Kemudian, setelah 6 bulan pasien diberi makanan nasi tim (3x sehari), diselingi buah sekali sehari. Usia 9 bulan, pasien diberi makan dengan bubur nasi (3x sehari) dan buah (1x sehari). Usia 1 tahun hingga sekarang, pasien sudah diberi makanan orang dewasa dengan nasi, lauk dan sayur yang bervariasi (3x sehari) dan buah. Ibu pasien rutin membawa pasien ke pos pelayanan terpadu (Posyandu) tiap bulan. Imunisasi dasar belum lengkap. Imunisasi campak belum dilakukan karena saat dibawa ke Posyandu usia 9 bulan, pasien mengalami demam. riwayat pertumbuhan dan status gizi baik, dan riwayat perkembangan sesuai umur. Riwayat penyakit dahulu diketahui bahwa pasien pernah mengalami keluhan diare saat usia 18 bulan yang sembuh dalam 3 hari. Selain itu pasien memiliki riwayat kejang demam saat usia 8 bulan. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran komposmentis, denyut nadi 130x/menit reguler, isi dan tegangan cukup, respiration rate 40x/menit tipe torakoabdomina, suhu 36,5oC (peraxilla). Status gizi baik berdasarkan kurva Berat Badan per Umur (BB/U) menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC), dengan berat badan 11 kg, panjang badan 82 cm. Mata tampak cekung, telinga dan hidung dalam batas normal. Pada pemeriksaan kelenjar getah bening leher tidak didapatkan pembesaran. Pada pemeriksaan regio toraks didapatkan jantung dan paru-paru dalam batas normal. Pada pemeriksaan abdomen nampak perut datar, turgor kulit melambat, hepar dan lien tidak teraba, bising usus 16 kali/menit. Pada pemeriksaan ekstremitas didapatkan ekstremitas superior dan inferior dalam batas normal. Diagnosis pasien ini adalah diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang dan muntah profuse. Pasien diberikan tatalaksana dengan Infus RL sebanyak 770 ml dalam 2,5 jam dilanjutkan dengan infus KaEN 3A 15 tetes/menit (makro), oralit 100 ml tiap BAB, zinc sirup 10 mg 1x2 sendok takar, parasetamol sirup 120 mg 3x1 sendok takar (bila demam). J Medula Unila|Volume 4|Nomor 1|November 2015|65
Easy | Manajemen Terapi pada Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan-Sedang dan Muntah Profuse pada Anak Usia 22 Bulan.
Pembahasan Diagnosa pada pasien ini adalah diare akut dengan dehidrasi ringan sedang disertai muntah profuse. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang disesuaikan dengan definisi dan klasifikasi diare menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI)1, didapatkan anak BAB 4 kali dalam 24 jam sebanyak setengah gelas belimbing setiap BAB, berwarna kuning dengan konsistensi cair, sedikit ampas, tanpa disertai lendir maupun darah, muntah lebih dari 5 kali berwarna putih disertai makanan atau minuman yang baru dikonsumsi. Anak tampak rewel dan kehausan, mata cekung, turgor kulit kembali dalam waktu kurang dari 2 detik. Rotavirus diperkirakan sebagai penyebab diare cair akut pada 20-80% anak di dunia.3-5 Juga merupakan penyebab kematian pada 440.000 anak dengan diare per tahunnya di seluruh dunia.6 World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%. Kematian pada bayi umur <1 bulan akibat Diare yaitu 2%. Terlihat bahwa Diare sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka kematian anak di dunia.7 Diare rotavirus adalah penyakit infeksi akut yang ditandai oleh BAB yang cair dan muntah, disebabkan oleh rotavirus, paling sering dijumpai pada anak dibawah umur dua tahun. Puncak kejadian klinis penyakit ini adalah kelompok 6 sampai 24 bulan. Infeksi rotavirus bisa asimtomatis atau pun menyebabkan diare dengan dehidrasi ringan sampai berat.8,9
Di Indonesia, berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007, diare merupakan penyakit endemis terdapat disepanjang tahun, dan puncak tertinggi pada peralihan musim peghujan dan kemarau.10 Dehidrasi merupakan salah satu komplikasi penyakit diare yang dapat menyebabkan kematian.11 Infeksi rotavirus didiagnosis berdasarkan klinis dan epidemiologi. Pemeriksaan laboratorium jarang dikerjakan. Membuat diagnosis spesifik dari diare akut karena rotavirus tidak akan mengubah manajemennya karena tidak ada terapi spesifik yang tersedia untuk rotavirus.12 Namun untuk menyingkirkan penyebab lain pemeriksaan penunjang yang digunakan adalah pemeriksaan darah lengkap dan pemeriksaan feses lengkap.13 Penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah atau menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya intoleransi, mengobati kausa dari diare yang spesifik, mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta.14,15 Secara teori, ada lima langkah tata laksana diare, yaitu : 1,16-20 a. Rehidrasi Untuk terapi diare dengan dehidrasi ringan/sedang, dilakukan rencana terapi sebagai berikut : Jumlah oralit yang diberikan di sarana pelayanan kesehatan dalam 3 jam pertama 1. Bila BB tidak diketahui berikan oralit sesuai tabel di bawah ini:
Umur Sampai Berat Badan Jumlah cairan
1
Tabel 1.Kebutuhan Cairan pada Dehidrasi ringan/sedang 4 bulan 4 -12 bulan 12-24 bulan 2-5 tahun < 6 kg 6-10 kg 10-12 kg 12-19 kg 200-400 400-700 700-900 900-1400
Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah. 2. Bujuk ibu untuk meneruskan ASI. 3. Untuk bayi <6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100-200 ml air masak selama masa ini. 4. Untuk anak >6 bulan, tunda pemberian makan selama 3 jam kecuali ASI dan oralit. J Medula Unila|Volume 4|Nomor 1|November 2015|66
5. Beri obat zinc selama 10 hari berturutturut. Setelah 3-4 jam, nilai kembali keadaan anak dan berikan rencana terapi rehidrasi sesuai dengan keadaannya. Terapi cairan yang diberikan pasien diare dengan dehidrasi ringan/sedang adalah pemberian oralit, namun pasien muntah tiap diberi minum sehingga dipilih rehidrasi
Easy | Manajemen Terapi pada Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan-Sedang dan Muntah Profuse pada Anak Usia 22 Bulan.
dengan menggunakan ringer laktat sebanyak 70 ml x berat badan (kg) = 70 ml x 11 kg, yaitu 770 ml dalam 2,5 jam. Jumlah tetesan per menit = 770 x 20 2,5 x 60 =103 tetes per menit (makro) Agar tidak terjadi dehidrasi berulang, pasien diberikan cairan rumatan sesuai dengan kebutuhan berat badannya, yaitu 11 kg, sehingga kebutuhan cairan/hari: (10 kg x 100 ml/kgBB) + (1x50 ml/kgBB) = 1050 ml/hari. Tetesan per menit (makro) = 1050 x 20 (tetes/menit) 24 (jam) x 60 (detik) = 15 tetes Kebutuhan elekrolit pada pasien per hari adalah : Kalium (Ka+) : ± 1 mEq/kgBB/hari : 11 kg x 1 mEq/hari : 11 mEq/hari. Natrium (Na+) : ± 1-2 mEq/kgBB/hari : 11 kg x 2 mEq/hari : 22 mEq/hari Dipilih cairan KaEN 3A, untuk memenuhi kebutuhan cairan dan kalori per hari agar tidak terjadi dehidrasi yang berulang, gangguan keseimbangan elektrolit maupun kekurangan nutrisi. Cairan ini mengandung Na+ (60), Cl- (50), K+ (10), laktat- (20), Dextrosa (27 g/L), dan Kalori (108 kkal/L). b. Dukungan Nutrisi Pada kasus diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang diberikan tambahan cairan lebih banyak dari biasanya. Pemberian ASI diberikan lebih sering dan lebih lama. Pemberian makanan selama diare harus diteruskan dan ditingkatkan setelah sembuh, tujuannya adalah memberikan makanan yang kaya nutrient sebanyak anak mampu menerima. Sebagian besar anak dengan diare cair, nafsu makannya timbul kembali setelah dehidrasi teratasi. Meneruskan pemberian makanan akan mempercepat kembalinya fungsi usus yang normal termasuk kemampuan menerima dan mengabsorbsi berbagai nutrient, sehingga
memburuknya status gizi dapat dicegah atau paling tidak dapat dikurangi. ASI memberikan imunitas atau kekebalan yang belum dapat dibuat sendiri oleh bayi yang baru lahir. Di Padang, ditemukan angka kejadian diare akut yang lebih sedikit pada anak usia 0-1 tahun yang mendapatkan ASI eksklusif. Pada pasien ini telah dianjurkan kepada ibu pasien agar tetap meneruskan pemberian ASI dan memberikan makanan lunak kepada pasien. c. Suplementasi Zinc Zinc sulfat diberikan pada usia > 6 bulan sama dengan 20 mg per hari yang dilarutkan sehingga dalam terapi yang diberikan pada kasus ini sudah sesuai yaitu Zinc sirup yang mengandung zinc sulfat 10 mg, diberikan 1x2 sendok takar. Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan pertumbuhan anak. Zinc meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga mencegah resiko terulangnya diare selama 2-3 bulan setelah anak sembuh dari diare. Penggunaan zinc selama diare akut diperkirakan akan mempengaruhi fungsi imun atau fungsi dan struktur intestinal serta proses pemulihan epitel selama diare, sehingga akan mencegah diare lebih lanjut atau mempercepat proses penyembuhan. d. Pemberian antibiotik Pemberian antibiotik harus berdasarkan indikasi yang sesuai, seperti diare berdarah atau diare karena kolera, atau diare dengan disertai penyakit lain. e. Edukasi Orang Tua Edukasi yang diberikan kepada orang tua pasien berupa pemahaman tentang penyakit diare dan terapinya, meliputi cara pemberian oralit, zinc, nutrisi yang cukup, kebersihan diri dan makanan. Pada orang tua juga diberikan edukasi apabila menemukan tanda-tanda pada anak seperti BAB cair lebih sering, muntah berulang, mengalami rasa haus yang nyata, makan minum sedikit, demam, tinja berdarah atau tidak membaik J Medula Unila|Volume 4|Nomor 1|November 2015|67
Easy | Manajemen Terapi pada Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan-Sedang dan Muntah Profuse pada Anak Usia 22 Bulan.
dalam 3 hari maka anak harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat. Terapi tambahan pada diare anak dapat berupa pemberian probiotik ataupun pemberian antipiretik bila anak demam. Probiotik adalah bakteri hidup atau bakteri campuran yang mempunyai efek menguntungkan pada saluran cerna dan saluran nafas manusia melalui kemampuanya memperbaiki keseimbangan mikroflora usus. Bakteri ini temasukmikroba dari golongan bakteri asam laktat yang bekerja mempertahankan kesehatan manusia. Terdapat tiga genus bakteri asam laktat yang sering dipakai sebagai probiotik antara lain Lactobacilus, Bifdobacterium dan Streptococcus. Selain itu, bakteri yang juga sering digunakan untuk probiotik adalah Lactococcus, dan Enterococcus.21 Fungsi pemberian Probiotik antara lain sebagai:21 a. Fungsi pertahanan mukosa, fungsi proteksi dan pertahanan imunitas saluran cerna seperti misalnya lapisan epitel, lapisan mukus, peristaltik, dan deskuamasi epitel, serta sekresi Imunnoglobulin A (IgA), sangat berpengaruh terhadap perlekatan kuman patogen. b. Modulasi sistem imun lokal dan sistemik, dua fungsi munitas di saluran cerna yang penting adalah: 1. Sebagai peran proteksi/supresi, mencegah respon imun terhadap protein, dan menghindari reaksi hipersensitvitas 2. Induksi respon imun spesifik dengan sekresi IgA di dalam lumen saluran cerna yang bertujuan untuk mencegah kolonisasi kuman patogen. Banyak penelitan melaporkan adanya perbaikan klinis pada diare yang disebabkan karena infeksi virus rota atau traveler’s diarrhea, diare yang disebabkan karena Clostridium dificile, sembuh dengan pemberian probiotik. Selain itu, probiotik juga dapat digunakan untuk mengobati diare yang berhubungan dengan pengunan antibiotik (antibiotic asosiated diarrhea).21 Kombinasi zinc dan probiotik dapat memperpendek lama diare selama kurang lebih 2 hari dibandingkan dengan yang diberikan J Medula Unila|Volume 4|Nomor 1|November 2015|68
terapi probiotik saja.22-24 Namun pada penelitian lain yang dilakukan oleh Manoppo tahun 2010 di RS Manado menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara pasien diare akut pada anak yang di terapi dengan probiotik maupun tanpa probiotik.25 World Health Organization (WHO) sendiri tidak menyarankan ataupun melarang penggunaan probiotik dalam terapi diare akut.7 Bila demam, pasien dapat diberikan paracetamol sirup dengan dosis 10mg/kgBB tiap pemberian, dapat diberikan 3-4x sehari, jadi pada pasien diberikan dosis x berat badan = 10 mg/kgBB x 11 kg = 110 mg, 3-4 x sehari Sediaan paracetamol sirup adalah 120 mg/5ml, jadi pada anak dapat diberikan sebanyak 5 ml atau 1 sendok takar.2 Prognosis diare akibat rotavirus pada anak umumnya baik, namun penyebab utama tingginya kematian anak dengan diare di dunia adalah dehidrasi. WHO melaporkan bahwa penyebab utama kematian pada bayi umur >1 bulan akibat diare adalah sebesar 14%. Kematian pada bayi umur <1 bulan akibat diare yaitu sebesar 2%.7 Namun, dengan penatalaksanaan yang cepat dan tepat serta edukasi yang baik kepada orang tua, pasien diare dengan dehidrasi dapat memperoleh prognosis yang lebih baik dan keluarga dapat mendukung proses pengobatan hingga anak sembuh. Faktor prognosis pada pasien ini ad vitam ad bonam, ad functionamad bonam, ad sanactionam dubia ad bonam. Simpulan Diagnosis diare akut dan dehidrasi ditegakkan berdasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang dilakukan bila didapatkan indikasi seperti adanya lendir ataupun darah. Pengobatan pada diare akut ada lima langkah, yaitu (a) rehidrasi dengan oralit, (b) dukungan nutrisi berupa ASI, (c) suplementasi zinc selama 10 hari, (d) pemberian antibiotik selektif, dan (e) edukasi orang tua. Prognosis pada diare akut umumnya baik. Kematian yang banyak terjadi pada anak dengan diare disebabkan karena dehidrasi. Namun, dengan penatalaksanaan yang cepat dan tepat serta edukasi yang baik kepada orang tua, pasien diare dengan dehidrasi dapat memperoleh
Easy | Manajemen Terapi pada Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan-Sedang dan Muntah Profuse pada Anak Usia 22 Bulan.
prognosis yang lebih baik dan keluarga dapat mendukung proses pengobatan hingga anak sembuh. Daftar Pustaka 1. Depkes RI. Lintas diare. Jakarta:Depkes RI; 2011. 2. IDAI. Buku ajar gastroenterologi-hepatologi. Jakarta:IDAI; 2012. 3. Karuniawati F. Pengaruh suplementasi seng dan probiotik terhadap durasi diare akut cair anak. [tesis]. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2012. 4. Breese J, Fang ZY, Wang B, Soenarto Y, Nelson EA, Tam J, et al. First report from the asian rotavirus surveillance network: emerginfect disease. 2004 [diakses tanggal 23 Maret 2015]; 10(5): 933-55. Tersedia dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/P MC3323142/ 5. Widowati T, Nenny SM, Hera N, Yani S. Diare rotavirus pada anak usia balita. J Sari Pediatri. 2012; 13(5). 6. Parashar UD, Hummelman EG, Breese JS, Miller MA, Glass RI. Global illnes and death caused by rotavirus disease in children. emerging infection disease; 2006 [diakses tanggal 25 Maret 2015];9:565-572. Tersedia dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/P MC1797178/ 7. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buletin Jendela dan Informasi Kesehatan. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011;2(2). 8. Guntur. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare Rotavirus Akut [Tesis]. Medan: Universitas Sumatera Utara; 2008. 9. Santoso NB, Hamid AA, Sanarto S. Diare Rotavirus pada Anak di Bawah Usia 3 Tahun yang Dirawat di RSU DR. Saiful Anwar Malang Tahun 2005. J Kedokteran Brawijaya [internet]. 2005 [diakses tanggal : 28 Maret 2015];20(2). Tersedia dari: http://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/vie w/208 10. Agtini MD, Soeharno R, Lesmana M, Punjabi NH, Simanjuntak C, Wangsasaputra F. The
11.
12.
13. 14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
burden of diarrhoea, shigellosis, and cholera in North Jakarta, Indonesia: findings from 24 months surveillance. BMC Infectious Diseases. 2005;5:89. UNICEF-WHO. Diarhoea: Why children are still dying and what can be done. J World Helath Organization; 2009. Simatupang MM. Rotavirus. Medan : Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara; 2009. Eppy. Diare akut. Jakarta: J Medicinus. 2009;22(3). Subijanto MS, Reza R, Liek D, Pitono S. Manajemen diare pada bayi dan anak. Surabaya: Divisi Gastroenterologi Lab / SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga / RSUD Dr. Seotomo Surabaya; 2004. Perangin-angin HMJ. Acute diarrhea with mild to moderate dehydration e.c viral infection. Bandar Lampung: J Agromed Unila. 2014;1(1). Ramadhani, E.P., Gustina, L., Edison. 2013. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Angka Kejadian Diare Akut pada Bayi Usia 0-1 Tahun di Puskesmas Kuranji Kota Padang. Padang: Jurnal Kesehatan Andalas Vol.2 No.2. Endah, S.N.H., Tri, L., Devy, S.M. 2008. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Angka Kejadian Diare Akut pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kawali Kabupaten Ciamis Tahun 2008. Ciamis: Jurnal Kesehatan Kartika. Permatasari, D.P. 2012. Perbedaaan Durasi Penyembuhan Diare Dehidrasi RinganSedang Balita yang Diberikan ASI dan Seng. Semarang: FK Universitas Diponegoro. Ulfah, M., Yeni, R., Dessie, W. 2012. Zinc Efektif Mengatasi Diare Akut pada Balita. Depok: Jurnal Keperawatan Indonesia Vo.15 No.2. Chandrawati, P.F. 2010 Pemberian Zinc dala Terapi Diare pada Anak. Malang: FK Universitas Muhammadiyah Malang. Wawan, I.W. 2010. Probiotik sebagai Terapi Diare Akut pada Bayi dan Anak. Denpasar : Universitas Udayana.
J Medula Unila|Volume 4|Nomor 1|November 2015|69
Easy | Manajemen Terapi pada Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan-Sedang dan Muntah Profuse pada Anak Usia 22 Bulan.
22. Lolopayung, M. Alwiyah, M. Inggrid, F. 2013. Evaluasi Penggunaan Kombinasi Zinc dan Probiotik pada Penanganan Pasien Diare Anak di Instalasi Rawat Inap RSUD Undata Palu Tahun 2013. Palu: Online Jurnal of Natural Science Vol.3 No.1. 23. Karuniawati F. 2010. Tesis: Pengaruh Suplementasi Seng dan Probiotik Terhadap Durasi Diare Akut Cair Anak. Semarang: FK Universitas Diponegoro.
24. Meneng, P. 2009. Bujti Baru dari Indonesia: Perbedaan Lama Diare pada Penderita Diare Akut yang Diterapi dengan Zinc dan Probiotik dibanding Probiotik di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta: Jurnal Kedokteran Indonesia Vol.1 No. 1. 25. Manoppo C. Dampak Pemberian Seng dan Probiotik terhadap Lama Diare Akut di Rumah Sakit Prof. DR. RD. Kandou Manado. Manado: Universitas Sam Ratulangi; 2010.
J Medula Unila|Volume 4|Nomor 1|November 2015|70