Dian Meilinda, dkk.
Langit Yang Berujar SEBUAH ANTOLOGI PUISI TENTANG HUJAN
Langit Yang Berujar LANGIT YANG BERUJAR Sebuah Antologi Puisi Tentang Hujan
Oleh: Dian Meilinda Gita Ashabira M. Telly Anggra P. Syarif Hidayat Copyright © 2013 by Dian Meilinda
Desain Sampul: Syarif Hidayat
Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com
2
Langit yang Berujar
Teruntuk: Hujan yang pernah menuliskan rasa.
3
Langit Yang Berujar
SEKAPUR SIRIH One can find so many pains when the rain is falling, kata John Steinbeck, seorang novelis yang mendapat nobel sastra pada tahun 1962. Steinbeck menggambarkan perasaannya dengan tepat tentang hujan, mungkin perasaan yang juga dirasa sama oleh kebanyakan orang, dan hal ini berlaku lintas jaman. Hujan mempunyai kekuatan magis yang dapat membuat seseorang melihat jauh ke dalam pikirannya, mengenang kenangan-kenangannya, mengunjungi sekali lagi memori masa lalu yang menyedihkan, yang pernah membuat sepasang mata mengalirkan hujan. Baik gerimis maupun hujan deras telah memikat banyak orang dan menjadikannya inspirasi berkarya, namun tak sedikit pula yang mengutuknya karena dianggap menimbulkan beberapa masalah. Ah...seperti banyak hal duniawi lainnya, hujan dicintai sekaligus dibenci. Kita bisa menjadi orang yang mencintai sekaligus membenci. Maka, marilah merayakan hujan ini bersama-sama, merutukinya dengan getir airmata, menembus aliran kenangan yang dijatuhkan awan dari atas sana, dan mencoba menerjemahkan hujan melalui serangkaian kata. Enam puluh judul puisi berikut ini ditulis oleh empat manusia, tentang hujan, dan tentang hal-hal lain yang patut diuraikan dalam bait-bait sarat makna. Selamat berhujan-hujan. :) Dian Meilinda @meiizt 4
… Di kemarau panjang ,aku merindu. Dengan
surat
dan
ribuan
puisi
tentangmu, menunggu hujan membasahi batu nisanmu.
Langit Yang Berujar
LANGIT YANG BERUJAR Langit sedang berujar, suguhkan hujan yang mengumbar. Segala rasa yang bergetar, tanpamu hambar, segala kenyang jadi lapar.
Langit sedang berujar, suguhkan hujan yang mengumbar. Jangan biarkan aku berputar, dalam pusaran angin yang ingkar, genggam aku sampai ke akar.
Langit sedang berujar, suguhkan hujan yang mengumbar. Bijakmu buatku belajar, pesonamu kesana kemari menjalar, buat semua nanar.
6
Gita Ashabira
Langit yang Berujar
Takkan ku biarkan kau memar, dengan sikapku yang kasar, kataku yang membakar.
Langit sedang berujar, suguhkan hujan yang mengumbar. Lukiskan cuacamu jadi gambar, bagai pasar yang hingar bingar, kapal yang berlayar, sampai hutan liar.
Langit sedang berujar, suguhkan hujan yang mengumbar. Lukiskan semua sampai terkapar, dengan bahasamu yang vulgar, hingga semua bubar. Ingatan buyar, pudar. Yang tinggal hanya nalar.
Gita Ashabira
7
Langit Yang Berujar
MUSIM HUJAN KE BERAPA?
Kita tertawa, menerpa hujan kapan saja. Terasa benar, terasa segar. Tak peduli petir menyambar, kita bahagia, di musim hujan kali pertama.
Kita mulai bertengkar, semua mulai terasa sukar. Kita tak berhenti berusaha, menerpa hujan kapan saja. Kita masih bahagia, di musim hujan kali ketiga.
Kita tak bertengkar, namun semua makin sukar.
8
Gita Ashabira
Langit yang Berujar
Kita tetap menerpa hujan kapan saja, Hingga timbul sebuah tanya. Apakah kita masih akan bahagia, di musim hujan yang entah ke berapa?
Gita Ashabira
9
Setangkup payung rapuh Selalu lelah menahan Badai paling aduh ….
Langit Yang Berujar
SETANGKUP PAYUNG RAPUH
Setangkup payung rapuh Selalu lelah menahan Badai paling aduh Kerikil-kerikil hujan Yang melentik di genting dan aspal Atau meruncing pada Setangkup payung rapuh Tak telak berhenti, mengeringkan Rintih-rintih kecil kaki Yang muara menuju Sebentuk hati paling dirindu
: Basah ini untukmu, kataku.
12
Syarif Hidayat
Langit yang Berujar
SONET: DINGIN
Hujan tak menegurmu, “Eratkan sedikit Kain pengikat lehermu agar tak dingin” Suruhku. Seperti angin yang suka bersijingkat Melentik, atau menyusup di sela-sela korden Ruang tamu rumahmu. Siapa mau menerka Dingin hendak kemana? Setiap cangkir Yang mengepulkan aroma pagi juga cemara Pun tak pernah tahu kemana dingin mangkir “Tapi eratkan sedikit kainmu.” Kataku Sebab di tempat manapun kau menaruh Hangat. Semisal tubuhku yang kau Bungkus dengan harap meski seluruh Dingin tak pernah berhenti menyukil sela hingga Ketempat paling palung, hanya dari celah bernama luka.
Syarif Hidayat
13
… Berapa ribu hujan kuselami Dengan mataku mencari namamu di sini Berapa ribu hujan kurenungi Mengapa kita tak saling mengakui selama ini.
Langit Yang Berujar
MAKA JADILAH
Ada gigil yang turun dari tepi kemarau mendesaukan hujan yang diharap sepanjang dahaga kiranya musim penghuni bui
berganti
secepat
keluh
peluh
yang terpenjara kesepian sendiri. Lalu mati sedih. Ah, bukankah hidup bisa jadi lebih berseri? Orok yang lahir tak tahu apa itu awan gelap Kata orang kesedihan yang dihujankannya Maka jadilah orok. Tunas yang kuncup tak tahu apa itu badai Kata orang gemuruh yang diledakkannya Maka jadilah tunas. Ikan yang telur tak tahu apa itu banjir Kata orang kematian yang dihanyutkannya Maka jadilah telur ikan. Teritik air tak tahu kemana berarak Tapi tahu ia membawa anugrah Maka jadilah hujan.
16
Dian Meilinda
Langit yang Berujar
HALO, HUJAN??
Halo, Bisa bicara dengan hujan? Aku ingin memintanya mengembalikan kejayaan Pada hutanku yang dulu hijau menyilaukan, bahkan Negeriku zamrud khatulistiwa di antara biru lautan. Halo? Mohon sambungkan aku dengan hujan! Aku akan merayunya memberi kemenangan Pada tanah-tanah yang dulunya untuk serapan Sebelum jadi pemanggul bangunan Pasrah saja diterjang banjir tahunan! Halo, tolong.. Pertemukan aku dengan hujan.. Akan kujewer telinganya bisa terlalu deras.. Pergiku jadi tak bebas..
Dian Meilinda
17
Langit Yang Berujar
Tapi akan kucubit hidungnya bila terlalu rintik.. bungaku tak jadi menarik.. Halo? Ah, maaf Tuhan, bukan aku tak mensyukuri-Mu.. aku hanya ingin bicara dengan hujan-Mu..
18
Dian Meilinda
ada bocah menangkap hujan. Mengurung hujan dalam lembaran. Setiap malam menanti hujan. Berharap pesan yang torehkan kesan. …
Langit Yang Berujar
KALENG IKAN KALENG
Kaleng ikan kaleng. Tadah air hujan. Rintik-rintik berdenting deras. Kemana engkau tuan budiman. Kenapa anakmu jadi pemeras
Kaleng ikan kaleng. Hanyut di selokan. Melayang arus terbawa sungai. Jangan sembunyi hai jagoan. Padi kapas rubuh terkulai.
Kaleng ikan kaleng. Basah terendam genangan. Tak lama kian berkarat. Cari muka, cari kepercayaan. Sudah jaya berkhianat. 20
M. Telly Anggra S.
Langit yang Berujar
Kaleng kaleng, ikan Numpuk di selokan. Menyumbat air mengalir. Baik lekas bereskan. Sebelum datang banjir.
M. Telly Anggra S.
21
Langit Yang Berujar
KORUPTOR LATIP
Latip! Sua sua latip! Trekpam! Trekpam! Latip! Latip ita latip! Sua sua ita! Sua sua latip! Trekpam! Ita latip!
22
M. Telly Anggra S.