Tiga Judul Tentang Langit
Tentang Hujan Fahmi Ibrahim
Tentang Hujan Oleh: Fahmi Ibrahim Copyright © 2011 by Fahmi Ibrahim
Penerbit Donat Sastra Publisher
Desain Sampul: Fahmi Ibrahim
Ilustrasi Sampul: Ajeng Ratna Puspita
Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com Cetakan 1, November 2011 Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) IBRAHIM, Fahmi Tentang Hujan/Fahmi Ibrahim-Surabaya: Sastra Publisher, 2011. 118 Halaman ; 13 x 19 cm ISBN : 978-602-19489-2-7
2
Donat
Cuap-cuap Penulis Assalamu’alaikum wr. wb. Salam kopi, salam sastra! Puji syukur alhamdulillah saya lantunkan kepada Allah S.W.T. yang telah mengijinkan saya menerbitkan buku pertama saya yang berisi tentang puisi-puisi hasil curahan hati saya. Saya mencintai dunia sastra (khususnya fiksi) baru setahun yang lalu. Kecintaan yang masih dini itu tak membuat saya takut, justru saya semakin tertantang untuk membuat sebuah karya yang bersejarah dalam hidup saya, mengukir nama saya di buku hasil karya saya sendiri. Hehehe. Jika dua judul lain di Tiga Judul Tentang Langit memiliki alasan yang spesifik terhadap “Awan” dan “Bintang”, saya justru tak memiliki subjek yang spesifik untuk “Hujan”. Mengapa? Hujan memiliki berjuta titik air yang tak pernah habis meski jatuh membasahi bumi berkali-kali. Hal tersebut saya analogikan ke dalam puisi-puisi yang saya tulis, karena hujan dapat mewakili semua perasaan, meski sebenarnya awan dan bintang juga memiliki berjuta-juta komponen yang tak pernah habis. Hohoho. Awalnya saya bermimpi untuk menerbitkan buku ini seorang diri, namun seringkali gagal. Akhirnya tercetuslah untuk membentuk trio ini. Harapannya, dengan bekerja sama ini dapat menjadi lebih baik serta mudah untuk bekerja dan berkarya di bidang sastra. Terima kasih juga untuk NulisBuku.com yang sudah menampung dan mengabadikan karya kami. Insya Allah setengah dari hasil penjualan buku ini akan kami sumbangkan ke Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin di Jakarta Pusat. Terakhir, selalu ingat bahwa “Tulislah apa yang Anda pikirkan, dan jangan pikirkan apa yang telah Anda tulis”. Pesan saya, bacalah buku ini sambil meminum secangkir kopi hitam, maka Anda akan lebih mudah memahami isi buku ini. Hahahaha. 3
Ucapan Terimakasih: 1. 2.
Allah S.W.T. Ibu Dyah Puspita Rini dan Bapak Fatchur Rachman, orang tua terhebat sepanjang masa. Love you never end. 3. Keluarga di rumah, mbak Dhila, adik Nana, dan adik Ina Si Gendhut. 4. Mbak Linda Astri Dwi Wulandari dan mbak Adinda Retna Pradini selaku penulis Tentang Awan dan Tentang Bintang, semoga ini bukan proyek kita yang pertama dan terakhir. 5. www.nulisbuku.com yang bersedia menyalurkan hobi saya menjadi sebuah bukti. 6. Mas Rochmad, Pere Irmiyanto Muhammad, Diah Pramudyah Wardhani, dan Sherly Nanda Ade Yoan Sagita, kalian sahabat-sahabat yang terhebat. 7. Mas Ganang Restra Tiktawa dan mbak Siti Dara Nirmala Aulya, yang sangat sabar memarahi saya tiap saya gegabah mengambil suatu keputusan. 8. Kawan-kawan Dua Belas IPA Empat (Fourelience) dan kawan-kawan Republic of Mushroom (yang tidak mungkin saya sebut satu-per-satu). 9. Juga sahabat-sahabat gila dan bodoh (konotasi) yang bernama Ordoskul, saya janji akan mentraktir kalian jika masing-masing dari kalian membeli buku ini. 10. Tak lupa terima kasih untuk semua yang telah berkomentar di blog www.tentanghujan.blogspot.com serta komentar-komentar lewat jejaring sosial. 11. Dan yang terakhir, terima kasih untuk anda yang telah rela mengocek uang saku untuk membeli buku ini.
4
Daftar Isi Bukan Aku atau Kau, namun Kita
8
Merindu pada Sang Pemimpin
9
Namaku Tak Hanyut, Ayah
10
Malam Bersahabat dengan Kabut
15
Namaku Endonesa
16
Antara Sastrawan, Dokter Hewan, Ahli Hukum, dan Juragan Tambak 18 And End
19
Wanita Berkerudung Ungu
20
Karena Ku Punya Kau
22
Mereka Temukan Aku
24
Siapa Lagi yang...?
26
Hujan Menemaniku
28
Air Asing, Merah Legam
30
Stiker Superman
32
Inilah Pilihan
35
Kesendirianku
37
Sempurna, Seperti Mata Mereka
38
(Bukan) Sang Pemimpi
39
Reinkarnasi dalam Secangkir Kopi
41
Balutan Kerudungnya
42
You’ve Smiled to Me Over the Rainbow
44
Enyahlah Aku!
45
Zip, Zep, Zop
47
Mencoba Berpaling dari Hujan
49 5
Kaleng Bekas
51
Babi Hutan
53
Penataran Ekonomi
56
Bintang Hangat pada Awaknya
59
Es Pisang Ijo
61
Pemimpin, Penjual Harapan Kosong
63
Malam Ini Gundah
65
Syair Rindu Untuknya
67
Akulah Sebuah Masa Laluku
69
They are the One
71
Kuingin Lewatkan Halaman Itu
72
Tentang Hujan
74
Renungan Sebuah Kehilangan
76
Kupanggil Hujan
78
A Photographer and a Poet
79
Hanya Untukmu
81
Ketika Aku Habis
82
Siapakah Hujanku?
84
Jancok
86
Sebuah Lantunan Musik yang Segar
87
Dalam Jalan Menuju Masa Depan, Ia Masih Aku
90
Cerita Seorang Hujan
94
Surat Untuk Emak
97
Tentang Hujan II
99
“Kopi Atau Mati”
101
Senyap
103
6
Hujan Menjawab
105
Rindu Kematian
107
The King of the Jungle
109
Raungan Sang Ratu
110
Elegi
112
Selalu Hujan
116
7
Bukan Aku atau Kau, namun Kita Mungkin hujan berkata aku, dan ia berkata kau pada awan. Mungkin matahari berkata aku, dan ia berkata kau pada bulan. Mereka tak pernah paham, apa arti aku dan kau, karena mereka bukan kita. Mereka tak pernah mengerti, apa arti aku dan kau, karena mereka tak seperti kita. Sejenak terdengar bisikan dari butiran hujan yang telah memijak bumi, “Aku tak mau berkata kita, karena awan telah melepasku dari gumpalannya.” Lalu matahari melanjutkan, “Ya, dan bulan pun memaksaku pergi saat senja datang, aku tak mau berkata kita padanya.” Seakan tak mau disalahkan, awan menyanggah, “Aku melepas hujan karena jika aku tak melepasnya, bumi akan kehausan karena ulah matahari.” Bulan pun ikut menjawab, “Dan aku datang karena jika aku tak datang, makhluk yang memiliki kelopak mata kecil tak akan bisa hidup karena cahaya matahari terlalu terang untuk mereka.” Hujan dan matahari tak pernah tahu, bahwa semua yang dilakukan awan dan bulan adalah kepentingan semua pihak, bukan karena sebuah rasa egois dan ingin mengalahkan. 8
Namun bagiku, aku bukanlah mereka. Aku tahu, aku tak pernah memiliki rasa layaknya mereka. Bagiku, untuknya, tak ada kata aku dan kau. Yang ada hanya kita. Karena bagiku, perbedaan itu wajib ada, dan perbedaan bukan untuk dihapus, namun untuk disatukan. Bahkan, dalam tiap doaku, tak pernah aku berkata aku, namun yang selalu kupanjatkan pada Sang Pencipta adalah kita, kami. (Oktober 2010)
9