LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 10. No 1 (2015) 80-92
ISSN : 0216-7433
PEMAKAIAN METAFORA DALAM ANTOLOGI PUISI TARIAN CAHAYA DI BUMI SANGGAM Norma1 1. Program Studi Pendidikan Bahasa SastraIndonesia dan Daerah STKIP PGRI Banjarmasin
[email protected] (08125020601) ABSTRAK Penelitian ini membahas tentang pemakaian metafora dalam antologi Puisi Tarian Cahaya di Bumi Sanggam. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) memaparkan bagaimanakah bentuk metafora dalam antologi puisi penyair Kalimantan Selatan, dan (2) mengungkapkan bagaimanakah fungsi metafora dalam antologi puisi penyair Kalimantan Selatan. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan stuktural dan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah Antologi Puisi Tarian Cahaya di Bumi Sanggam karya Penyair Kalimantan Selatan. Penggalian data ditempuh dengan menggunakan teknik dokumentasi dan observasi teks. Untuk menganalisis data digunakan teknik deskriptif interpretatif. Hasil penelitian diperoleh simpulan (1) Bentuk metafora dalam antologi puisi yang berjudul Tarian Cahaya di Bumi Sanggam karya penyair Kalimantan Selatan meliputi, (a) metafora antropomorfis sebanyak 23 (buah), (b) metafora sinestetik sebanyak 4 (buah), (c) metafora yang timbul karena pemindahan pengalaman dari konkret ke abstrak atau sebaliknya sebanyak 20 (buah), sedangkan untuk metafora binatang tidak ditemukan dalam kajian ini (2) fungsi metafora dalam antologi puisi Tarian Cahaya di Bumi Sanggam karya Penyair Kalimantan Selatan meliputi (a) memperjelas informasi sebanyak 27 (buah), dan (b) memperoleh efek seni sebanyak 20 (buah)
Kata kunci :bentuk, fungsi, metafora, dan puisi
PENDAHULUAN
1
Norma/LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 10. No 1 (2015) 80-92
A. Latar Belakang Karya sastra membawa manusia kepada pemahaman atas nilai-nilai kehidupan dengan melibatkan kita untuk menyikapi keberadaan alam, mahkluk dengan pencipta-Nya. Salah satu bentuk karya sastra adalah puisi. Khususnya di Kalimantan Selatan, puisi terus berkembang dengan baik, perkembangannya dapat dilihat dengan adanya karya-karya sastra berupa puisi yang dimuat di media masa seperti, majalah-majalah kebudayaan, majalah populer, surat kabar, dan majalahmajalah lainnya. Puisi merupakan luapan emosi para penyair untuk mengekspresikan semua yang dirasakannya.Emosi yang tersimpan dalam diri penyair dituangkannya dalam bentuk kata-kata dan memiliki arti yang cukup luas, perlu waktu untuk memahami maksud penciptaan puisi tersebut bagi orang biasa, bahkan para penyair juga perlu waktu yang lama untuk memahami makna yang tersirat dalam sebuah puisi. Untuk itu, wajar apabila puisi dikatakan suatu karya sastra yang bernilai tinggi, karena dalam penciptaannya saja sebuah puisi memerlukan pemahaman tidak secara harfiah. Puisi merupakan bentuk karya sastra yang sudah dikenal pada kalangan masyarakat.Para penyair membuat batasan puisi sebagai salah satu bentuk kreativitas yang tercipta dari perasaan, memandang sesama, dan lingkungan tempat tinggal.Dari ketiga aspek itulah yang menyebabkan terlahirnya sebuah puisi dari penyair. Bagian puisi yang menarik bagi peneliti adalah gaya bahasa yang dipakai, khususnya pemakaian metafora yang merupakan suatu wujud kreativitas bahasa. Metafora dimaksudkan untuk memberikan kesegaran berbahasa, seperti metafora yang banyak dijumpai di dalam sebuah puisi. Seorang penyair yang kreatif banyak menciptakan metafora dengan maksud untuk memberikan kesegaran berbahasa dan menimbulkan daya tarik tersendiri, sehingga dapat menghilangkan kesan monoton dalam sebuah puisi. Keterkaitan puisi dan gaya bahasa begitu erat, walaupun pada dasarnya tidak ada hubungan yang pasti dalam penciptaannya. Tapi itulah yang menyebabkan keindahan dalam sebuah puisi karena gaya bahasa yang diselipkan oleh penyair dalam puisinya akan menambah keindahan sebuah puisi. Puisi merupakan satu cara untuk mengungkapkan dan memperlihatkan suasana jiwa serta lansekap kehidupan penyair, dari bentuk yang kongkrit ke abstrak. Puisi itu sendiri mengandung gaya bahasa yang dapat menciptakan efek seni atau keindahan yang bernilai tinggi walaupun penyampaiannya sesuatu yang besar dan hebat dengan cara yang mudah dan sederhana.Penulisan puisi identik dengan pemakaian gaya bahasa yang kadang-kadang sulit untuk dipahami secara langsung. Walaupun dalam penulisan sebuah puisi diperlukan intuisi, imajinasi, dan luapan emosi para penyair. Untuk menghasilkan sebuah puisi yang baik tidak lepas dari pemilihan kata yang memiliki makna. Jika penulisan puisi dihubungkan dengan gaya bahasa, tentu nilai puisi sangat baik. Penggunaan gaya bahasa khususnya metafora memerlukan ketepatan
2
Pemakaian Metafora Dalam Antologi Puisi Tarian Cahaya Di Bumi Sanggam
kata-kata yang dihasilkan melalui perbandingan antara yang konkrit dengan abstrak atau sebaliknya. Penelitian ini membicarakan tentang bentuk dan fungsi metafora, yang kadang-kadang sulit untuk dipahami secara langsung oleh pembaca. Bila dihubungkan dengan gaya bahasa, metafora adalah salah satu bagian dari gaya bahasa perbandingan yang paling singkat, padat, dan tersusun rapi. Metafora merupakan perbandingan terhadap kenyataan yang ada. Berdasarkan uraian di atas, pemakaian metafora dalam antologi puisi penyair Kalimantan Selatan merupakan hal yang menarik untuk diteliti lebih dalam. Atas dasar itulah peneliti tertarik melakukan penelitian tentang pemakaian metafora dalam Antologi Tarian Cahaya di Bumi Sanggam Lebih- lebih karena penelitian mengenai pemakaian metafora dalam antologi puisi penyair Kalimantan Selatan belum pernah diteliti. Untuk itu, peneliti memilih antologi puisi penyair Kalimantan Selatan sebagai sumber data. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. bagaimanakah bentuk metefora dalam Antologi Tarian Cahaya di Bumi Sanggam? 2. bagaimanakah fungsi metafora dalam Antologi Tarian Cahaya di Bumi Sanggam? C. Tujuan Penelitian Berpijak pada latar belakangdi atas, tujuan penelitian yang dilaksanakan dirumuskan untuk : 1. Memaparkan bagaimanakah bentuk metefora dalam Antologi Tarian Cahaya di Bumi Sanggam. 2. Mengungkapkan bagaimanakah fungsi metafora dalam Antologi Tarian Cahaya di Bumi Sanggam. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Berkenaan dengan pendekatan penelitian, dalam penelitian ini menggunakan pendekatan struktural, yaitu pendekatan karya sastra dari segi unsur intrinsik.Menurut Endraswara(2013:9) pendekatan Iintrinsik adalah penelitian sastra yang bersumber pada teks itu sendiri secara otonom. Selain pendekatan sruktural dalam penelitian ini juga menggunakan pendekatan kualitatif, yakni suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Sejalan dengan hal tersebut, Moleong (2007:3) mengemukakan pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang mengahasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati.Dalam hal ini, sumber penelitiannya adalah antologi puisi yang berjudul Tarian Cahaya di Bumi Sanggam.
3
Norma/LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 10. No 1 (2015) 80-92
B. Metode Penelitian Suatu penelitian, penentuan metode sangat penting artinya agar proses kerja dapat dilaksanakan secara sistematis dan terarah dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Atas dasar itulah, metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Peneliti mengumpulkan data, menyusun data, mengklasifikasikan data, menganalisis data, menginterpretasikan data, dan melaporkan hasil penelitian secara apa adanya sesuai dengan data yang diperoleh dalam penelitian. Melalui metode ini peneliti menelaah isi sejumlah bacaan atau pustaka dalam usaha mendapatkan dasar teori untuk pembahasan permasalahan pada penelitian ini. Peneliti juga mencari data dari pustaka yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas, kemudian mencoba memaparkan atau mendeskripsikan dengan kata-kata sehingga diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan kajian yang diteliti. Untuk menyusun penelitian ini menggunakan jenis data kebahasaan sebagai data primer, yakni data yang digali dalam antologi puisi berjudul Tarian Cahaya di Bumi Sanggam.
C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi teks. Teknik dokumentasi pada dasarnya adalah menemukan apa saja yang ada dalam suatu penelitian atau mengumpulkan data (bahan-bahan tertulis) yang berkaitan dengan objek penelitian. Dalam kaitannya dengan metode deskriptif kualitatif, teknik dokumentasi dan analisis teks tepat dalam membentuk pendeskripsian dan penginterpretasian data penelitaian.Dalam hal ini, yang menjadi dokumen atau data utamanya adalah Antologi Puisi Tarian Cahaya di Bumi Sanggam. Langkah-langkah kerja pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu (1) Merumuskan masalah. (2) Membaca puisi- puisi yang dikaji secara menyeluruh. (3) Mendata metafora yang ada. (4) Mengklasifikasikan metafora. (5) Mengutip metafora apa saja yang terdapat dalam antologi puisi penyair Kalimantan Selatan (6) Menyusun metafora yang ditemukan dalam Kalimantan Selatan.
4
antologi puisi penyair
Pemakaian Metafora Dalam Antologi Puisi Tarian Cahaya Di Bumi Sanggam
D. Sumber Data Sesuai dengan rumusan masalah, dalam penelitian ini yang menjadi sumber data pengkajian adalah antologi puisi penyair Kalimantan Selatan Sumber data dalam penelitian ini adalah Antologi PuisiTarian Cahaya di Bumi Sanggam penerbit buku Pemerintah Kabupaten Balangan, tebal buku 260 halaman. Puisi yang akan diteliti adalah sebagai berikut. 1) Mata yang Berair karya (Ahmad Surkati AR) 2) Lautku karya (Andi Jamaluddin, AR. AK) 3) Sajak Tentang Bunga karya (Embeka) 4) Sebuah Dangau di Tengah Telaga karya (Aspihan N. Hidin) 5) Aku Seorang Pelancong karya (Fitriansyah) 6) Akukah di situ? Bukan tapi Engkau karya (H. Jauhari Effendi) 7) Kepada Kawan karya (H. Rizhanuddin) 8) Orang-orang yang tak Kukenali karya (Rahmatiah) 9) Dulu, Aku Pernah Melukis Langit karya (Rahmiyati) 10) Tuhan karya (Fahrurraji Asmuni) E. Teknik Analisis Data Setelah data terkumpul kegiatan berikutnya adalah melakukan analisis data.Bertolak dari metode yang digunakan dalam penelitian ini, maka teknik yang digunakan dalam analisis adalah teknik deskriptif interpretatif yaitu peneliti memaparkan data secara keseluruhan terlebih dahulu, setelah data terkumpul dan terjaring peneliti menginterprestasinya. Untuk menganalisis data yang dilakukan melalui tahap berikut: (1) Pengorganisasian data, yaitu menunjuk pada proses pengurutan dan pemilihan data yang ditandai pemahaman hubungan antar pilihan secara asosiatif. (2) Interpretasi mengacu pada penelitian data, pemaknaan dengan ciri signifikasi, selanjutnya dihubungkan dengan idealisasi menyangkut diskripsi yang dihasilkan. (3) Evaluasi, merefleksikan data dengan pemahaman dan pengetahuan peneliti. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Puisi “Mata Yang Berair” Berikut kutipan teks puisi Ahmad Surkati AR MATA YANG BERAIR Kerling matamu mengingatkan bulan sabit Yang ditanamnya di langit Di sisi garis putih melengkung
5
Norma/LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 10. No 1 (2015) 80-92
Warna malam begitu penuh Seperti gadis terbungkus kain hitam Engkau tebarkan kegaiban
kubaca jumlah kerlap-kerlip sinar lainnya selalu saja berakhir tidak tuntas jumlah hitungan ini tidak sebanding cintanya dalam waktu panjang menyulam bintang tidak ada yang terlepas
hanya saja yang jatuh air matamu membening putih berkilauan memang tidak semuanya meleleh untuk lain kali dikuras
begitulah bulan sabit yang amat indah menghujam matamu
B Bentuk Metafora Bentuk metafora pada kutipan teks puisi “Mata yang Berair” karya Ahmad Surkati AR, yakni kubaca jumlah kerlap-kerlip sinar lainnya dan dalam waktu panjang menyulam bintang. Berdasarkan bentuk metafora, kata kubaca jumlah kerlap-kerlip sinar lainnya dan dalam waktu panjang menyulam bintang. Kata tersebut merujuk pada salah satu metafora, yaitu metafora antropomorfis, metafora yang salah satu unsur pembentuknya merujuk kepada manusia.Dalam hal ini, kosakata pembentuknya mengacu pada citra gerak.Kosakata yang dimaksud adalah kubaca dan menyulam, kata tersebut merupakan hal yang biasa dilakukan oleh manusia. Sedangkan, bentuk metafora pada kata membening putih berkilauan merupakan metafora yang timbul karena adanya pemindahan pengalamann dari kongkrit ke abstrak atau sebaliknya. Hal ini, dikarenakan salah satu unsur pembentuknya merujuk pada kata putih berkilauan, kata putih yang dimaksud, mengacu pada salah satu nama warna, yakni putih dan kata berkilauan adalah sebuah sifat dari suatu hubungan warna, apabila kedua kata tersebut digabungkan, maka akan memiliki makna putih yang cerah.
6
Pemakaian Metafora Dalam Antologi Puisi Tarian Cahaya Di Bumi Sanggam
C. Fungsi Metafora Fungsi metafora pada kosakata kubaca jumlah kerlap-kerlip sinar lainnya dan dalam waktu panjang menyulam bintang difungsikan untuk memperoleh efek seni, karena kata kubaca dan menyulam, merupakan sesuatu yang sering ada dalam kehidupan kita, kemudian kata menyulam yang dirangkai dengan kata bintang merupakan suasana yang nampak indah dipandang mata. Kata kubaca yang diiukuti oleh kata jumlah kerlap-kerlip sinar lainnya, merupakan suatu hal yang indah untuk kita lihat, untuk itu kosakata kubaca jumlah kerlap-kerlip sinar lainnya digolongkan ke dalam fungsi metafora yang difungsikan memberi efek seni.Sedangkan, membening putih berkilauan.Mengenai fungsi metafora kata membening putih berkilauan difungsikan untuk memperjelas informasi. Informasi yang ingin disampaikan penyair dalam puisi “Mata yang Berair” karya Ahmad Surkati AR, yakni menggambarkan tentang bola mata yang berair membening putih bekilauan keindahannya laksana bulan sabit. Oleh karena itu, kata membening putih berkilauan digolongkan ke dalam metafora yang berfungsi untuk memperjelas informasi. No
Kutipan
Bentuk Metafora
Fungsi Metafora
1
kubaca jumlah kerlap-kerlip sinar lainnya
Antropomorfis
Memperoleh efek seni
2
dalam waktu panjang menyulam bintang
Antropomorfis
Memperoleh efek seni
3
membening putih berkilauan
Metafora yang timbul karena pemindahan pengalaman dari konkret ke abstrak atau sebaliknya
Memperjelas informasi
A. Analisis Puisi “Lautku” Berikut Kutipan Teks puisi Andi Jamaluddin, AR. AK (2008:35) LAUTKU Lautku bergumam riak mengiris arus, membelah buih
7
Norma/LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 10. No 1 (2015) 80-92
biru menangis menitik di sekujur haluan kapal Ah, angin cuma tersenyum
Lautku menggerutu seperti ikan bilis tertidur di dalam jaring
B Bentuk Metafora Wujud metafora pada kutipan teks puisi “Lautku” karya Andi Jamaluddin AR, AK di atas, adalah riak mengiris arus, membelah buih, ah, angin cuma tersenyum, lautku menggerutu.Sehubungan dengan bentuk metafora, riak mengiris arus, membelah buih, ah, angin cuma tersenyum, lautku menggerutu, mengacu pada salah satu metafora, yakni metafora antropormofis, metafora yang unsur pembentuknya merujuk kepada manusia. Hal yang dimaksud, yaitu kata yang mengacu pada citra gerak, kata tersebut adalah mengiris, tersenyum.,dan menggerutu.Kosakata tersebut, ialah hal-hal yang sering dilakukan oleh manusia dalam kehidupannya sehari-hari.Kata mengiris merupakan aktivitas yang biasa dilakukan oleh manusia, kata tersenyum sesuatu yang terjadi karena adanya hal yang lucu, sedangkan kata menggerutu memiliki arti marah. Ketiga sifat ini sangat identik dalam kehidupan manusia. Oleh sebab itu, kata riak mengiris arus, membelah buih, ah, angin cuma tersenyum, lautku menggerutu termasuk metafora antropomorfis.Sedangkan, wujud metafora pada kata biru menangis mengacu pada metafora yang timbul karena adanya pemindahan pengalaman dari yang konkret ke abstrak.Kata biru menangis menggambarkan air laut yang sedang sedih. C. Fungsi Metafora Berkenaan dengan fungsi metafora dalam puisi “Lautku” karya Andi Jamaluddin, AR. AK di atas, yakni terdapat pada kata riak mengiris arus, membelah buih, ah, angin cuma tersenyum difungsikan untuk memperoleh efek seni, karena kata riak “gelombang kecil” yang diikuti oleh kata mengiris adalah salah satu aktivitas yang sering kita lakukan, untukkata membelah buih, ah, angin cuma tersenyum juga termasuk sesuatu yang indah kita lihat. Maka kosakata pada kata riak mengiris arus, membelah buih, ah, angin cuma tersenyum dikelompokkan ke dalam fungsi metafora untuk memperoleh efek seni.Sedangkan, dalam kata lautku menggerutu dan biru menangis.Berdasarkan fungsinya, kata lautku menggerutu dan biru menangis difungsikan untuk memperjelas informasi. Informasi yang ingin disampaikan penyair dalam puisi di atas, ialah tentang suasana laut yang sedang tidak tenang, hal itu dapat dilihat dengan adanya kata lautku menggerutu
8
Pemakaian Metafora Dalam Antologi Puisi Tarian Cahaya Di Bumi Sanggam
No
Kutipan
Bentuk Metafora
Fungsi Metafora
1
riak mengiris arus, membelah buih
Antropomorfis
Memperoleh efek seni
2
ah, angin cuma tersenyum
Antropomorfis
Memperoleh efek seni
3
Lautku menggerutu
Antropomorfis
Memperjelas informasi
4
Biru menangis
Metafora yang timbul karena pemindahan pengalaman dari konkret ke abstrak atau sebaliknya
Memperjelas informasi
A. Analisis Puisi “Sajak Tentang Bunga” Berikut Kutipan Teks puisi Embeka (2008:73) SAJAK TENTANG BUNGA Dari kuncup Kemudian mekar ditimpa penindasan Ketidakadilan Kesengsaraan Kebencian Ketegaran Keteguhan Memupuk jiwa Bunga antara nafsu dan angkara murka kaki-kaki haram
dan desing peluru menyanyikan irama
9
Norma/LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 10. No 1 (2015) 80-92
perlawanan dan perjuangan yang selalu mengintip ajalmu bunga
dan terkulai tidur dari mekar berselimut keringat bercampur debu dan darah diiringi air mata merah darahmu bunga membasahi bumi pertiwi ini meresap dalam semangat dari kita yang siaga mengayuh langkah dengan seribu harum apimu bunga membangun negeri ini
B. Bentuk Metafora Struktur metafora pada teks puisi “Sajak tentang Bunga” karangan Embeka di atas, yakni Kemudian mekar ditimpa penindasan, tidur dari mekar berselimut, dan merah darahmu bunga. Berdasarkan wujud metafora, terdapat pada kata Kemudian mekar ditimpa penindasan, tidur dari mekar berselimut, dan merah darahmu bunga.Dalam kutipan teks puisi tersebut, merujuk pada salah metafora, yaitu metafora yang timbul karena adanya pemindahan pengalaman dari konkret ke abstrak atau sebaliknya.Hal itu, dapat dilihat pada kosakata mekar (bersemi) yang diikuti oleh kata ditimpa penindasan dan kata merah yang disertai dengan kata darahmu, maksud penyair dalam puisi di atas, ialah untuk memberikan nilai keindahan dan memberikan gambaran tentang keadaan yang dialami bunga.Sedangkan, bentuk metafora pada kata ketidakadilan,kesengsaraan, kebencian, ketegaran, dan keteguhan, merupakan metafora yang merujuk pada manusia, yaitu metafora antropomorfis “metafora yang salah satu unsur pembentuknya merujuk pada manusia”.Dalam hal ini, merujuk pada citra gerak, (ketidakadilan,kesengsaraan, kebencian, ketegaran, dan keteguhan), kata-kata tersebut merupakan sifat yang identik pada kehidupan manusia. C. Fungsi Metafora
10
Pemakaian Metafora Dalam Antologi Puisi Tarian Cahaya Di Bumi Sanggam
Berkaitan dengan fungsi metafora dalam puisi “Sajak tentang Bunga” yakni pada kata kemudian mekar ditimpa penindasan difungsikan untuk memberi efek seni, sebab kosakata mekar ‘bersemi’ merupakan sesuatu yang indah untuk kita lihat. Sedangkan, pada kata ketidakadilan,kesengsaraan, kebencian, ketegaran,keteguhan, dan merah darahmu bunga, berfungsi untuk memperjelas informasi. Seperti, pada kata merah yang merupakan nama sebuah warna, kemudian diikuti oleh kata darahmu bunga yang mengacu pada manusia dan pada kata ketidakadilan,kesengsaraan, kebencian, ketegaran, dan keteguhan, juga mengacu pada sifat manusia yang teguh dalam berpendirian. Dalam hal ini, informasi yang ingin disampaikan oleh penyair dalam puisi tersebut, yakni Bunga.Penyair menggambarkan tentang Bunga yang berjuang membangun negeri.Meskipun dia mengalami kesengsaraan, ketidakadilan, dan dibenci oleh banyak orang, dia (Bunga) tetap teguh dan tegar dalam menghadapinya. Oleh sebab itu kata ketidakadilan,kesengsaraan, kebencian, ketegaran,keteguhan, dan merah darahmu bunga digolongkan ke dalam metafora yang berfungsi memperjelas informasi. No
Kutipan
Bentuk Metafora
Fungsi Metafora
1
Kemudian mekar ditimpa penindasan
Metafora yang timbul karena pemindahan pengalaman dari konkret ke abstrak atau sebaliknya
Memperoleh efek seni
2
tidur dari mekar berselimut
Metafora yang timbul karena pemindahan pengalaman dari konkret ke abstrak atau sebaliknya
Memperoleh efek seni
3
merah darahmu bunga
Metafora yang timbul karena pemindahan pengalaman dari konkret ke abstrak atau sebaliknya
Memperoleh efek seni
4
Ketidakadilan
Antropomorfis
Memperjelas informasi
5
Kesengsaraan
Antropomorfis
Memperjelas informasi
6
Kebencian
Antropomorfis
Memperjelas informasi
11
Norma/LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 10. No 1 (2015) 80-92
7
Ketegaran
Antropomorfis
Memperjelas informasi
8
Keteguhan
Antropomorfis
Memperjelas informasi
A. Analisis Puisi “Sebuah Dangau di Tengah Telaga” Berikut Kutipan Teks puisi Aspihan N. Hidin (2008:50) SEBUAH DANGAU DI TENGAH TELAGA kota tak pernah mencatat dalam rumus kepastian rumah kecil berdinding air mata yang berdiri dari kepingan ketegaran namun alur sejarah kota cuma mencumbui materi menemani hutan beton merancang, meluaskan areal huni yang membumikan cemas
“wahai jalan-jalan panjang, tiadakah kau tau istanaku dengan indah?” yang tak pernah kering dirindu kemarau menyajikan luas bumi
bersamamu kutancapkan langit membiru-biru melukis ombak dan gunung-gunung hilang serta tanah dipemandian kering kering ke miring
sebuah dangau, jembatan bertiti
12
Pemakaian Metafora Dalam Antologi Puisi Tarian Cahaya Di Bumi Sanggam
tanah lapang bermain pesona hingga ke langit pada hati telah berdiri mihrab dan mimbar juga detik-detik waktu menjelma beduk lima kali B. Bentuk Metafora Berkaitan dengan wujud metafora dalam puisi “Sebuah Dangau di Tengah Telaga” karya Aspihan N. Hidin di atas, yakni bersamamu kutancapkan langit membiru-biru dan melukis ombak dan gunung-gunung hilang. Sehubungan dengan bentuk metafora, pada kata bersamamu kutancapkan langit membiru-biru dan melukis ombak dan gunung-gunung hilang menggunakan metafora yang mengacu pada manusia, yakni metafora antropomorfis, metafora yang salah satu unsurnya merujuk pada manusia.Hal yang dimaksud, terdapat pada kosakata yang pembentuknya mengacu pada citra gerak, seperti yang terdapat dalam kata bersamamu kutancapkan langit membiru-biru dan melukis ombak dan gununggunung hilang.Kata yang dimaksud adalah (kutancapkan dan melukis), kedua kosakata tersebut merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh manusia. Sedangkan, wujud metafora pada kata namun alur sejarah kota cuma mencumbui materi dan rumah kecil berdinding air mata, merujuk kepada metafora yang timbul karena pemindahan pengalaman dari konkret ke abstrak atau sebaliknya. Kata yang dimaksud, yaitualur sejarah dan berdinding air mata. Kata alur‘jalan cerita’ yang kemudian diikuti kata sejarah ‘kejadian di masa lampau’. Sementara, kata berdiding air mata menggambarkan keadaan dangau yang tidak pernah diperhatikan. C. Fungsi Metafora Fungsi metafora dalam puisi “Sebuah Dangau di Tengah Telaga” di atas, yakni bersamamu kutancapkan langit membiru-biru dan melukis ombak dan gunung-gunung hilang.Mengenai fungsi metafora, pada kata bersamamu kutancapkan langit membiru-biru dan melukis ombak dan gunung-gunung hilang, difungsikan untuk memberikan kejelasan informasi kepada pembaca.Dalam hal ini, informasi yang ingin disampaikan adalah kutancapkan langit membiru-biru dan melukis ombak dan gunung-gunung hilang.Penyair memperjelas bahwa langit itu berwarna biru dan dia sedang melukis ombak serta gunung. Sedangkan, fungsi metafora pada kata namun alur sejarah kota cuma mencumbui materi dan rumah kecil berdinding air mata, difungsikan untuk memperoleh efek seni atau nilai keindahan dalam puisi tersebut. Karena, sebuah puisi akan terasa indah dengan kosakata yang sulit untuk dipahami oleh pembaca, misalnya pada kata berdinding air mata. Dalam puisi “Sebuah Dangau di Tengah Telaga” penyair bermaksud memberikan gambaran tentang keadaan sebuah dangau yang sangat memprihatinkan. No 1
Kutipan Bersamamu kutancapkan
Bentuk Metafora Antropomorfis
13
Fungsi Metafora Memperjelas
Norma/LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 10. No 1 (2015) 80-92
langit membiru-biru 2
informasi
Melukis ombak dan gunung-
Antropomorfis
gunung hilang 3
Memperjelas informasi
Rumah kaca berdinding air
Metafora yang
Memperoleh efek
mata
timbul karena
seni
pemindahan pengalaman dari konkret ke abstrak atau sebaliknya 4
Namun
alur
sejarah
mencumbui materi
kota Metafora yang timbul karena
Memperoleh efek seni
pemindahan pengalaman dari konkret ke abstrak atau sebaliknya
PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan teori dan paparan datayang berkenaan dengan bentuk dan fungsi metafora dalam antologi puisi penyair Kalimantan Selatan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Bentuk metafora dalam antologi puisi yang berjudul Tarian Cahaya di Bumi Sanggam karya penyair Kalimantan Selatan meliputi, (a) metafora antropomorfis, (b) metafora sinestetik, (c) metafora yang timbul karena
14
Pemakaian Metafora Dalam Antologi Puisi Tarian Cahaya Di Bumi Sanggam
pemindahan pengalaman dari konkret ke abstrak atau sebaliknya, sedangkan untuk metafora binatang tidak ditemukan dalam kajian ini. (2) Fungsi metafora dalam antologi puisi yang berjudulTarian Cahaya di Bumi Sanggam karya Penyair Kalimantan Selatan, antara lain (a) memperjelas informasi, dan (b) memperoleh efek seni. 5.2 Saran-saran Sehubungan dengan simpulan di atas, dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut: (1) Penelitian yang berkenaan dengan pemakaian metafora dalam antologi puisi penyair Kalimantan Selatan ini merupakankajian awal yang dilakukan peneliti. Oleh sebab itu, diharapkan peneliti lain dapat melaksanakan kajian yang lebih mendalam dan komprehensif yang berkaitan dengan pemakaian metafora dalam antologi puisi penyair Kalimantan Selatan. (2) Bagi pembaca dapat mengenal metafora lewat karya sastra khususnya puisi dan menanamkan rasa bangga atas puisi-puisi daerah sendiri.
DAFTAR RUJUKAN Azwar, Ali. 2011. Penggunaan Metafora pada Puisi Micky Hidayat.Skripsi Tidak Diterbitkan. Banjarmasin: Program Pascasarjana STKIP PGRI Banjarmasin. Aminuddin. 2011. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakart: CAPS (center for academic publishing serfice) Mawadati, Noworini. 2001. Metafora Sebagai Makna Figuratif. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Program Pascasarjana UGM Yogyakarta. Ganie, Tajuddin Noer. 2013. Teori Menulis Puisi. Banjarmasin: Pustaka Banua. Keraf, Gorys. 1996. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
15
Norma/LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 10. No 1 (2015) 80-92
Khusnul, Asma. 2011. Sekedar Menulis dan Bercerita.Metode dan Teknik Pengumpulan Data (Online), Http: Salimafarma.blogspot.com, diaksek 20 Januari 2014 Pradopo, Rachmat Djoko. 1986. Pengkajian Puisi. Jogjakarta: Gajah Universty Press. Semi, Atar.1993.Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya. Subroto, Edi. 2011. Pengantar Studi Semantik dan Pragmatik. Surakarta: Cakrawala Media Tim Penyusun. 2013. Pedoman Penulisan Skripsi. Banjarmasin: STKIP PGRI Banjarmasin. Tarigan, Henry Guntur. 2011. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa Pemerintah Kabupaten Balangan dan Panitia Pelaksana. 2008. Tarian Cahaya di Bumi Sanggam. Balangan: Pemerintah Kabupaten Balangan. Zaidan, Abdul Razak, dkk. 2007. Kamu Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka.
16