PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI CIRI-CIRI KHUSUS MAKHLUK HIDUP HEWAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS VI SEMESTER I MI MA’ARIF DUKUH KECAMATAN SIDOMUKTI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 DiajukanUntukMemperolehGelar SarjanaPendidikan
Disusun Oleh :
NurulHikmah 115-12-036
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2016
i
ii
iii
iv
v
ABSTRAK Hikmah, Nurul. 2016. Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Ciri-Ciri Khusus Makhluk Hidup Hewan Melalui Metode Jigsaw pada Siswa Kelas VI MI Ma’arif Dukuh Sidomukti Salatiga tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Guru Kelas MI. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Budiyono Saputro, M. Pd Kata Kunci : Hasil Belajar IPA, Metode Jigsaw. Pembelajaran IPA di tingkat SD/MI masih cenderung menggunakan metode ceramah, penugasan dan latihan-latihan dari guru.Materi pelajaran disampaikan langsung kepada siswa dan siswa hanya mendengarkan serta mencatat penjelasan dari guru.Praktikum IPA jarang sekali dilaksanakan. Guru hanyamenginformasikanfaktadankonsepmelaluimetodeceramahdanmeminimalkanketerl ibatansiswa. Siswadiberipertanyaan yang lebihcenderungberupahafalan.Pertanyaan yang berkaitandengankemampuanberpikir yang lebihtinggisepertimelakukansuatupercobaankemudianmenyimpulkansendirihasilpercoba anjarangdilakukanoleh guru. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA materi ciri-ciri khusus makhluk hidup hewandengan metode jigsaw pada siswa kelas VI MI Ma’arif Dukuh Sidomukti Salatiga, Tahun Pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Subyek penelitian adalah siswa kelas VI MI Ma’arif Dukuh Sidomukti, Salatiga yang berjumlah 16 siswa terdiri dari 6 laki-laki dan 10 perempuan. Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian,peneliti menyimpulkan bahwa metode jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar pada siswa kelasVI materi ciri-ciri khusus makhluk hidup hewan di MI Ma’arif Dukuh Sidomukti Tahun Pelajaran 2016/2017. Peningkatannilai rata-rata kelasnaikdari 65(prasiklus)menjadi85dan PTK inidianggapberhasil. Kepada semua guru di MI Ma’arif Dukuh Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga dalam usaha meningkatkan pemahaman belajar siswa dapat menggunakan metode jigsawv dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning dalam proses belajar mengajar.
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
الصبِ ِرين َ انَ هللا م َع،يآيُها َ ال ِذ ينَ َءامنىااستعين ُىا بِا الصبرواالصلى ِة
“Hai orang-orang yang beriman, mintalahpertolongan (kepada Allah) dengansabardan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” Usaha, kerjakerasdandoaadalahkuncisuksesdarikeberhasilan. Persembahan: 1. KepadaAyahandaRustamindanIbundaKarni yang telahmemberikandoadansemangatnyauntukku. 2. Untukadik-adikkutercinta, NiswatulFaizah, M. NurulFalahdan Ahmad Maulida M. Hasan yang telahmenemanikudalammengerjakanskripsi. 3. TerimakasihkepadaBapak Dr. BudiyonoSaputro M. Pd yangtelahbanyakmemberikanbimbingannyadalampenulisanskripsiini.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahhirahmanirrahim Segalapujibagi
Allah
tidakadaTuhanselain Muhammad
penguasasegalaalamdansumberdarisegalahukum,
Allah.SholawatsertasalamsemogatetaptercurahkanpadaNabi SAW
yang
membawarisalah
Allah
terakhirdansebagaipenyempurnarisalahsebelumnya. Padaakhirnyapenulisanskripsiinibisaselesei, penulissadarbahwaselesainyapenulisaniniberkatbantuan
orang-orang
disekitarnya,
tidakada kata yang patutdiucapkanuntukbeliau-beliauinikecualiterimakasih. Terimakasihinipenulishaturkankepada: 1. Dr. RahmatHariyadi M. PdselakuRektor IAIN Salatiga. 2. Suwardi M. PdselakuDekanFakultasTarbiyahdanIlmuKeguruan (FTIK). 3. PeniSusapti M. Si selakuKetuaJurusanPendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. 4. Dr. BudiyonoSaputro M. PdselakuDosenPembimbingSkripsi. 5. EniTitikusumawati, M. PdselakuDosenPembimbingAkademik. 6. KepalaSekolah, guru, dansiswakelas VI MI Ma’arifDukuhSidomukti, Salatiga. 7. Kedua orang tuaku yang sangatkusayangidankujadikanpanutanbagiku. 8. Adik-adikku yang selalusetiamenemanidalampengerjaanskripsiini.
viii
9. Teman-temankuRacana
KDWS, terimakasihtelahmenyediakansanggar yang
begituindahdannyamansehinggakitabisaberkumpuldanmencariilmubersamasamp aisaatini. 10. Teman-temanku JQH AL-Furqon, terimakasihtelahmenyediakantempatyang
begituindahdannyamansehinggakitabisaberkumpuldanmencariilmubersama. 11. My best friend, IsmiHidayati, NurulChamidah, Bang Eko, Bang Imam, Bang
Top, Rudi, Arief, Toni. 12. Teman-temanseperjuangan
PGMI
A
Tahun
2012
yang
sayasangatsayangidanbanggakan. 13. Rosi,
Elyn,
Luluk,
Retnasahabatku
PGMI,
terimakasihtelahmengisiduniakumenjadi ceria danramai. 14. Teman-temanpendidik
TK
ABA
5
Salatiga,
terimakasihtelahmenjaditempatsayamencaripengalamanmengajar. 15. Teman-temanpendidikbesertasiswa
SMK Al-FalahSalatiga, terimakasih yang
telahbersediamenyediakantempatuntukmengembangkanilmukepramukaanku. 16. Mb.
Motiq,
WBU,
Mas
Ocim,
Mudasir,
yangtelahbersediamendengarkeluhkesahdariku. Dan
semua
yang
telahmembantudalampenyelesaianpenulisanskripsiini,
maaftidakbisadisebutkansecara
detail
karenakekuranganpenulis.Semogaskripsiinidapatbermanfaatbagipembaca.
Salatiga, 25 Agustus 2016
ix
NurulHikmah 115-12-036
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………….…………………………...i HALAMAN LOGO……………………………………………………………………..ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING……………….……………………….....iii HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………..……iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN………………………………………………v ABSTRAK…………………………………………………………….………………..vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN………………………………………………..……vii KATA PENGANTAR……………………………………………………………........viii DAFTAR ISI……………………………………………………………………………xi DAFTAR TABEL…………………………………………………………………..…xiv DAFTAR DIAGRAM………………………………………………………………….xv BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah……………………………………………………...1 B. RumusanMasalah…………………………………………………………....7 C. TujuanPenelitian………………………………………….………………….8 D. HipotesisTindakan……………………………………………………..…….8
xi
E. ManfaatPenelitian……………………………………………………………9 F. DefinisiOperasional……………………………………………….………..10 G. MetodologiPenelitian………………………………………………………13 H. SistematikaPenulisan…………………………………………………….…18 BAB II LANDASAN TEORI A. PeningkatanHasilBelajar 1. PengertianBelajar………………………………………………….…..20 2. PengertianHasilBelajar…………………………………………….….24 3. Faktor yang MempengaruhiHasilBelajar………………………….….25 B. IlmuPengetahuanAlam (IPA) 1. Pengertian IPA…………………………………………………..……...27 2. TujuanPengajaran IPA ………………………………………….….....29 3. MateriCiri-ciriKhususMakhlukHidupHewan……………………....30 C. Model PembelajaranKooperatifTipe Jigsaw 1. PengertianMetode Jigsaw…………………………………….……......36 2. KelebihanMetode Jigsaw…………………………………… ………...37 3. KekuranganMetode Jigsaw…………………………………….………38 4. ProsedurMetode Jigsaw ……………………………………….………38 BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. SejarahSingkat Madrasah……………………………….…….……….40 B. SubjekPenelitian……………………………………………………….53 1. LokasiPenelitian…………………………………………………..40 2. WaktuPenelitian………………………………………….. ……....41
xii
3. KarakteristikSiswa………………………………….…………….41 C. ProsedurTiap-tiapSiklus……………………………………………...42 BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HasilPenelitian 1. HasilPenelitianPra Siklus ……………………………………………..50 2. HasilPenelitianSiklus I……………………………………..………….54 B. Pembahasan………………………………………………………….…….59 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………………….…….62 B. Saran………………………………………………………………….……63 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….…………………….63 LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL Tabel1.1 :SkemaPenelitianTindakanKelas…………………..…………………….17 Tabel1.2 :Daftar Guru di Madrasah………………………………………………….40 Tabel1.3 :DaftarSiswaKelas VI……………………………………………………..41 Tabel1.4 :HasilEvaluasi Pre Tesdan Post Test Pra Siklus………………………….51 Tabel1.5 :HasilEvaluasi Pre Tesdan Post Test Siklus I…………………………….68 Tabel1.8: Alokasi Waktu Perbaikan Pembelajaran.........................................................69
xiv
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1.1 : Nilai Rata-rata KelasPra Siklus……………………………….……....52 Diagram 1.2 : NilaiKetuntasanBelajarSiswaPra Siklus ………………………...…..52 Diagram1.3 : Hasil Observasi Siswa Pra Siklus......…………………..………….…....53 Diagram 1.4 : NilaiRata-rata Kelas Siklus I..............………………….………………56 Diagram 1.5 : Nilai Ketuntasan Belajar Siswa....……………..……….………………57 Diagram 1.6 :Hasil Observasi Siswa Siklus I......................……………..…………......57 Diagram 1.7: Statistik Nilai Pra Siklus dan Siklus I........................................................60
xv
16
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Peneliti melakukan penelitian di MI Ma’arif Dukuh Salatiga dilatarbelakangi karena tingkat ketuntasan siswa
menurun. Dikarenakan pada saat pembelajaran siswa kebanyakan tidak
memperhatikan guru, dapat mengakibatkan nilai siswa menjadi menurun. Pengondisian kelas masih tidak beraturan sehingga siswa lebih senang bermain dengan temannya daripada belajar. Berkaca dari tahun sebelum-sebelumnya nilai siswa terutama IPA mengalami penurunan drastis dikarenakan siswa belajarnya kurang, kondisi kelas sangat kurang mendukung, nilai ketuntasan menjadi menurun. Dari peristiwa tersebut peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang sering disebut juga dengan istilah Pendidikan Sains, disingkat menjadi IPA. IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar.Mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang selama ini dianggap sulit oleh sebagian besar peserta didik, mulai dari jenjang sekolah dasar sampai sekolah menengah.Anggapan sebagian besar peserta didik menyatakan bahwa pelajaran IPA ini sulit adalah benar terbukti dari hasil perolehan Ujian Akhir Sekolah (UAS) yang dilaporkan oleh Depdiknas masih sangat jauh dari standar yang diharapkan.Ironisnya, justru semakin tinggi jenjang pendidikan, maka perolehan rata-rata nilai UAS pendidikan IPA ini menjadi semakin rendah. Dibuktikan dengan penurunan nilai mata pelajaran IPA pada tahun ajaran 2015/2016, justru semakin tinggi pendidikan khususnya lulusan SMP ataupun SMA mengalami penurunan pada perolehan nilai UAS.
17
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan saat ini adalah masalah lemahnya pelaksanan proses pembelajaran yang diterapkan para guru di sekolah. Proses pembelajaran yang terjadi selama ini kurang mampu, mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik. Pelaksanaan di kelas hanya diarahkan pada kemampuan siswa untuk menghafal informasi, otak siswa dipaksa hanya untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diperoleh untuk menghubungkan dengan situasi dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi ini juga menimpa pada pembelajaran IPA, yang memperlihatkan bahwa selama ini proses pembelajaran sains disekolah dasar masih banyak yang dilaksanakan secara konvensional. Para guru sepenuhnya melaksanakan pembelajaran secara katif dan krestif dalam melibatkan siswa serta belum menggunakan berbagai pendekatan/strategi pembelajaran yang bervariasi berdasarkan karakter materi pelajaran. Dalam proses belajar mengajar, kebanyakan guru hanya terpaku pada buku teks sebagai satu-satunya sember belajar mengajar. Hal lain yang menjadi kelemahan dalam pembelajaran IPA adalah masalah teknik penilaian pembelajaran yang tidak akurat dan menyeluruh. Proses penilaian yang dilakukan selama ini semata-mata hanya melakukan pada penguasaan konsep yang dijaring dengan tes tulis objektif dan subjektif sebagai alat ukurnya. Dengan cara penilaian seperti ini, berarti pengujian yang dilakukan oleh guru baru mengukur penguasaaan materi saja dan itupun hanya meliputi ranah kognitif tingkat rendah. Keadaan semacam ini merupakan salah satu indikasi adanya kelemahan pembelajaran di sekolah. Penyebab utama kelemahan pembelajaran tersebut adalah karena kebanyakan guru tidak melakukan kegiatan pembelajaran dengan memfokuskan pada pengembangan ketrampilan proses sains pada anak. Pada akhirnya, keadaan semacam ini yang menyebabkan kegiatan pembelajaran
18
dilakukan hanya berpusat pada penyampaian materi dalam buku teks saja. Keadaan seperti ini juga mendorong siswa untuk berusaha mengahafal pada setiap kali akan diadakan tes atsu ulsngan harian atau hasil belajar, baik ulangan tengah semester (UTS), maupun ulangan akhir semester (UAS). Menurut Marjono (1996), hal yang harus diutamakan adalah bagaimana mengembangkan rasa ingin tahu dan daya berpikir kritis mereka terhadap suatu masalah.Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. Dalam hal ini para guru, khususnya yang mengajar sains di sekolah dasar, diharapkan mengetahui dan mengerti hakikat pembelajaran IPA, sehingga dalam pembelajaran IPA guru tidak kesulitan dalam mendesain dan melaksanakan
pembelajaran. Siswa yang
melakukan pembelajaran juga tidak mendapat kesulitan dalam memahami konsep sains. Hakikat pembelajaran sains yang didefinisikan sebagai ilmu tentang alam yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan ilmu pengetahuan alam, dapat diklasifikasikna menjadi tiga bagian yaitu:ilmu pengetahuan alam sebagai produk, proses, dan sikap. Dari ketiga komponen IPA ini, Sutrisno (2007) menambahkan bahwa IPA juga sebagai prosedur dan IPA sebagai teknologi. Akan tetapi, penambahan ini bersifat pengembangan prosedur dari proses, sedangkan teknologi dari aplikasi konsep dan prinsip-prinsip IPA sebagai produk. Sikap dalam pembelajaran IPA yang dimaksud ialah sikap ilmiah.Jadi, dengan pembelajaran IPA di sekolah dasar diharapkan dapat menumbuhkan sikap ilmiah seperti seorang ilmuan. Adapun jenis-jenis sikap yang dimaksud, yaitu: sikap ingin tahu, percaya diri, jujur, tidak tergesa-gesa, dan objektif terhadap fakta.
19
Pertama, ilmu pengetahuan alam sebagai produk, yaitu kumpulan hasil penelitian yang telah ilmuan lakukan dan sudah membentuk konsep yang telah dikaji sebagai kegiatan empiris dan kegiatan analitus. Bentuk IPA sebagai produk, antara lain: fakta-fakta, prinsip, hukum, dan teoriteori IPA. Jadi ada beberapa istilah yang dapat diambil dari pengertian IPA sebagai produk, yaitu: 1. Fakta dalam IPA, pernyataan-pernyataan tentang benda-benda yang benar-benar ada, atau peristiwa-peristiwa yang benar terjadi dan mudah dikonfirmasi secara objektif. 2. Konsep IPA merupakan suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta IPA. Konsep merupakan penghubung antara fakta-fakta yang ada hubungannya. 3. Prinsip IPA yaitu generalisasi tentang hubungan diantara konsep-konsep IPA. 4. Hukum-hukum alam (IPA), prinsip-prinsip yang sudah diterima meskipun juga bersifat tentative (sementara, akan tetapi karena mengalami pengujian yang berulang-ulang maka hokum alam bersifat kekal selama belum ada pembuktian yang lebih akurat dan logis). 5. Teori ilmiah merupakan kerangka yang lebih luas dari fakta-fakta, konsep, prinsip yang saling berhubungan. Kedua, ilmu pengetahuan alam sebagai proses, yaitu untuk menggali dan memahami pengetahuan tentang alam. Karena IPA merupakan kumpulan fakta dan konsep, maka IPA membutuhkan proses dalam menemukan fakta dan teori yang akan digeneralisasi oleh ilmuan. Adapun proses dalam memahami IPA disebut dengan ketrampilan proses sains (science process skills) adalah ketrampilan yang dilakukan oleh para ilmuan, seperti mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, dan menyimpulkan. Mengamati (observasi) adalah mengumpulkan semua informasi dengan pancaindra.Adapun penarikankesimpulan setelah melakukan observasi dan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.Di samping kedua komponen ini sebagai
20
investigasi dan eksperimen. Akan tetapi, yang menjadi dasar ketrampilan proses ialah merumuskan hipotesis dan menginterpretasikan data melalui prosedur-prosedur tertentu seperti melakukan pengukuran dan percobaan. Ketiga, ilmu pengetahuan alam sebagai sikap.Sikap ilmiah harus dikembangkan dalam pembelajaran sains.Hal ini sesuai dengan sikap yang harus dimiliki oleh seorang ilmuan dalam melakukan penelitian dan mengkomunikasikan hasil penelitiannya. Menurut Sulistyorini (2006), ada sembilan aspekyang dikembangkan dari sikap ilmiah dalam pembelajaran sains, yaitu: sikap ingin tahu, ingin mendapat sesuatu yang baru, sikap kerja sama, tidak puttus asa, tidak berprasangka, mawas diri, bertanggung jawab, berpikir bebas, dan kedisiplinan diri. Sikap ilmiah itu dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan siswa dalam pembelajaran IPA pada
saat
melakukan
diskusi,
percobaan,
simulasi,
dan
kegiatan
proyek
di
lapangan.Pengembangan sikap ilmiah di sekolah dasar memiliki kesesuaian dengan tingkat perkembangan kognitifnya. Menurut Piaget, anak usia sekolah dasar yang berkisar antara 6 atau 7 tahun sampai 11 atau 12 tahun masuk dalam kategori fase operasional konkret. Fase yang menunjukan
adanya
sikap
keingintahuannya
cukup
yinggi
untuk
mengenali
lingkungannya.Dalam kaitannya dengan tujuan pendidikan sains, maka pada anak sekolah dasar siswa harus diberikan pengalaman serta kemampuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan bersikap terhadap alam, sehingga dapat mengetahui rahasia dan gejala-gejala alam. Lebih lanjut, IPA sebagai juga memiliki karakteristik sebagai dasar untuk memahaminya. Karakteristik tersebut menurut Jacobson & Bergman (1980), meliputi: 1.
IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori.
2.
Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, serta mencermati fenomena alam, termasuk juga penerapannya.
21
3.
Sikap keteguhan hati, kenigintahuan, dan ketekunan dalam menyikapi rahasia alam.
4.
IPA tidak dapat membuktikan semua akan tetapi hanya sebagian atau beberapa saja.
5.
Keberanian IPA bersifat subjektif dan bukan kebenaran yang bersifat objektif.
Dari uraian hakikat IPA di atas, dapat dipahami bahwa pembelajaran sains merupakan pembelajaran berdasarkan pada prinsip-prinsip, proses yang mana dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di sekolah dasar dilakukan dengan penyelidikan sderhana dan bukan hafalan terhadap kumpulan konsep IPA. Dengan kegiatan-kegiatan tersebut pembelajaran IPA akan mendapat pengalaman, diskusi, dan penyelidikan sederhana. Pembelajaran yang demikian dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa yang diindikasikan dengan merumuskan masalah, menarik kesimpulan, sehingga mampu berpikir kritis melalui pembelajaran IPA. Pembelajaran sains di sekolah dasar dikenal pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA).Konsep IPA di sekolah dasar merupakan konsep yang masih terpadu, karena belum dipindahkan secara tersendiri, seperti mata pelajaran kimia, biologi, dan fisika.Dengan proses pembelajaran IPA yang menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung, diharapkan agar siswa dapat mengembangkan potensinya dalam menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Untuk meningkatkan pemahaman konsep IPA siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah menemukan sesuatu bagi dirinya sendiri dan bergelut dengan ideide. Pembelajaran IPA di tingkat SD/MI masih cenderung menggunakan metode ceramah, penugasan dan latihan - latihan dari guru.Materi pelajaran disampaikan langsung kepada siswa dan siswa hanya mendengarkan serta mencatat penjelasan dari guru.Praktikum IPA jarang sekali dilaksanakan. Guru hanya menginformasikan fakta dan konsep melalui metode ceramah dan
22
minimalnya keterlibatan siswa. Siswa diberi pertanyaan yang lebih cenderung berupa hafalan. Pertanyaan yang berkaitan dengan kemampuan berpikir yang lebih tinggi seperti melakukan suatu percobaan kemudian menyimpulkan sendiri hasil percobaan jarang dilakukan oleh guru.Siswa lebih banyak mendengarkan dan menunggu sajian guru dari pada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan serta keterampilan yang mereka butuhkan. Permasalahan ini juga dijumpai dalam pembelajaran IPA di MI Ma’arif Dukuh Salatiga.
Dengan demikian guru harus pandai dalam menggunakan model pembelajaran yang sesuai dan menarik dalam proses pembelajaran IPA dan juga dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada mata pelajaran IPA. Adapun penggunaan metode jigsaw dengan pendekatan CTL diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pemahaman mengenai metode jigsaw dengan pendekatan CTL ini diharapkan dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta serta memfasilitasi pembelajaran siswa dengan lebih bermakna. Untuk memahami persoalan di atas, maka perlu diadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul “PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI CIRI-CIRI KHUSUS MAKHLUK HIDUP HEWAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS VI SEMESTER I MI MA’ARIF DUKUH KECAMATAN SIDOMUKTI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2016/2017”. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah metode jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi ciri-ciri khusus makhluk hidup hewan
23
menggunakan metode jigsaw pada siswa kelas VI semester I MI Ma’arif Dukuh Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun Pelajaran2016/2017 ? C. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA materi ciri-ciri khusus makhluk hidup hewan menggunakan metode pembelajaran jigsaw pada siswa kelas VI MI Ma’arif Dukuh Sidomukti Salatiga, Tahun Pelajaran 2016/2017. D. HIPOTESIS TINDAKAN DAN INDIKATOR KEBERHASILAN 1. Hipotesis tindakan adalah jawaban sementara terhadap masalah yang dihadapi, sebagai alternatif tindakan yang dipandang paling tepat untuk memecahkan masalah yang telah dipilih untuk diteliti melalui PTK (Mulyasa, 2011: 63). Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah ―Penerapan metode jigsaw dengan pendekatan CTL dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VI MI Ma’arif Dukuh Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017. 2. Indicator keberhasilan Penggunaan metode pembelajaran jigsaw ini dikatakan berhasil apabila indicator yang diharapkan dapat tercapai. Indicator pencapain hasil belajar dibuat untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Indicator pencapaian hasil belajar merupakan acuan yang digunakan dalam melakukan penelitian (Direktorat Pendidikan Madrasah, 2010: 43). Adapun indicator yang dirumuskan adalah : a. Secara individu Siswa dapat mencapai nilai ≥ 70 sesuai dengan KKM yang telah ditemukan dari sekolah pada materi ciri-ciri makhluk hidup hewan. b. Secara klasikal 24
Siklus akan berhenti apabila ≥ 85% dari total siswa dalam satu kelas mendapat nilai ≥ 70. E. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritik a. Ditemukannya pendekatan dan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi. b. Pemahaman siswa menggunakan pendekatan CTL dengan metode jigsaw pada mata pelajaran IPA dapat meningkat. 2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi Peneliti Dapat menambah keilmuan dan pengalaman dalam dunia pendidikan untuk menjadi seorang pendidik yang profesional. b. Manfaat bagi Guru 1. Menambah pengetahuan tentang pendekatan CTL model pembelajaran jigsaw. 2. Memperoleh gambaran tentang dampak penggunaan CTL terhadap hasil belajar siswa. 3. Memberikan kontribusi pada guru untuk memilih model pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. 4. Memotivasi guru untuk melakukan inovasi pembelajaran menggunakan CTL . c. Manfaat bagi Sekolah Manfaat penelitian ini bagi sekolah yaitu : Memberikan
pemikiran
baru
sebagai
acuan
untuk
meningkatkan
kualitas
pembelajaran, tidak hanya pelajaran IPA saja, tetapi juga pada pelajaran yang lain.
25
F. DEFINISI OPERASIONAL Untuk memberikan gambaran sekaligus memperjelas pengertian dan pemahaman serta agar tidak terjadi kesalahpahaman mengenai judul di atas, maka dijelaskan di bawah ini : 1. Metode Jigsaw Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan rekan-rekan, 1978 (dalam Arend, 2010).Jigsaw ini baik digunakan untuk materi-materi yang berbentuk narasi tertulis, misalnya IPS, literature, sebagian IPA dan bidang-bidang yang menekankan pada penguasaan konsep daripada penguasaan kemampuan.Dalam menerapkan model ini, dibentuk suatu kelompok yang heterogen.Berikut ini persiapan dan langkah-langkah pembelajaran Slavin (2010). a. Persiapan yang dilakukan untuk pembelajaran jigsaw 1) Materi, langkah-langkah dalam menyusun materi, yaitu memilih topic materi yang berupa uraian atau cerita, membuat lembar ahli untuk tiap unit materi, bautlah kuis, gunakan skema diskusi (sebagai opsi) 2) Membagi peserta didik ke dalam tim. 3) Membagi peserta didik ke dalam kelompok ahli. 4) Penentuan skor awal pertama. b. Langkah-langkah pembelajaran jigsaw 1) Membaca: para peserta didik diberikan tugas untuk membaca beberapa bab dan unit, kemudian diberikan ―lembar ahli‖ yang terdiri atas topic-topik ahli yang berbeda di setiap kelompok untuk menemukan informasi yang berhubungan dengan topic mereka. Materi yang dibutuhkan adalah sebuah lembar ahli untuk tiap peserta didik, yang terdiri dari empat topic ahli. Sebuah teks atau materi bacaan yang akan menjadi dasar dari topic ahli untuk tiap peserta didik.
26
2) Diskusi kelompok ahli: setelah semua peserta membaca topic ahli masing-masing kemudian mereka mendiskusikan bersama-sama dengan topic ahli yang sama. Materi yang dibutuhkan adalah lembar dan teks ahli untuk tiap peserta didik, skema diskusi (sebagai opsi) untuk tiap topic, satu untuk tiap peserta didik dengan topic tersebut. Peserta didik dengan topic ahli I berkumpul bersama dalam satu meja dan berlaku topic ahli yang lain. 3) Laporan tim: para peserta didik
yang mempelajari satu topic ahli disebut ―ahli‖
kembali ke timnya masing-masing untuk mangajari topic mereka pada teman satu timnya. 4) Tes, para peserta didik mengerjakan kuis dan diperiksa sendiri atau oleh kelompok lain. 5) Rekognisi tim, seperti pada STAD. c. Prinsip reaksi dan system social Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mampu mengoptimalkan interaksi antara peserta didik satu dengan yang lain, interaksi dengan guru, dan peserta didik dengan sumber belajar yang ada. Sistem social yang dibangun dari tipe jigsaw adalah tanggung jawab penuh dalam menyampaiakan materi kepada temannya.Hal ini disebabkan tipe jigsaw, seorang harus mampu memahami materi yang menjadi bagiannya dan mampu menyampaikan kepada temannya. d. Efek pembelajaran dan efek pengiring Hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor dari model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw akan lebih baik daripada proses pembelajaran klasikal jika dilaksanakan dengan sungguhsungguh oleh peserta didik, guru selalu mengontrol materi yang disampaikan peserta didik,
27
adanya kesadaran diri peserta didik yang tinggi, dan lingkungan yang mendukung. Efek pengiring dari semua tipe dari model pembelajaran kooperatif hampir sama, yaitu meningkatkan relasi sosial dalam bentuk kerjasama yang baik serta sikap saling menghargai orang lain dan tanggung jawab. Tipe jigsaw memilki efek pengiring yang berciri khusus, yaitu memupuk rasa tanggung jawab peserta didik lebih besar. Hal ini disebabkan dalam jigsaw, berhasil tidaknya proses pembelajaran sangat bergantung pada peserta didik memahami dan menyampaikan materi pada temannya (Metodologi Pembelajaran IPA, 2014). 2. Meningkatkan Hasil Belajar Menurut Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa lndonesianya, hasil adalah sesuatu yang diadakan oleh usaha (2006: 408). Sedangkan belajar adalah berusaha (berlatih) supaya mendapat suatu kepandaian(2006: 121). Sedangkan menurut Nawawi (2013: 5) dalam bukunya Susanto mengatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi tertentu. Jadi dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah usaha yang diadakan dan dilakukan untuk mendapatkan sesuatu berupa kepandaian dan lain sebagainya. 3. IPA Menurut Saputro, Budiyono (2010) ―Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan didapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga akan terus di sempurnakan. Hakikat pembelajaran IPA dibagi menjadi 2 yaitu, secara absolutisme dan konstruktifisme. Secara absolutisme yaitu perubahan tingkah laku
28
dari belum tahu ke keadaan sudah tahu, ibarat mengisi botol kosong. Sedangkan secara konstruktivisme yaitu siswa diakui telah memiliki pengetahuan, dengan cara percobaan dan pengamatan. G. METODOLOGI PENELITIAN 1. Rancangan Penelitian Istilah proposal atau rancangan penelitian yang lebih popular digunakan oleh penulis adalah research design seperti yang terdapat dalam buku-buku penelitian, research design diartikan sebagai suatu tahapan dalam melakukan sebelum dan sesudah eksperimen Campbell dan Stanley (1966).Rancangan pada dasaranya merencanakan suatu kegiatan sebelum dilaksanakan.Kegiatan merencanakan itu mencangkup komponen-komponen penelitian yang diperlukan. Untuk penelitian kualitatif komponen-komponen yang akan dipersiapkan itu masih bersifat kemungkinan ataus sesuatu yang masih tentative. Lincoln dan Guba (1985: 226) mendefinisikan proposal atau rancangan penelitian sebagai usaha merancang kemungkinan-kemungkinan tertentu secara luas tanpa menunjukkan secara pasti apa yang akan dikerjakan dalam hubungan dengan umsurnya masing-masing. Sehubungan dengan hal itu Moleong, (2005: 385) menyatakan bahwa rancangan penelitian diartikan sebagai usaha merencanakan dan menentukan segala kemungkinan dan perlengkapan yang diperlukan dalam suatu penelitian kualitatif. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan proses pengkajian susatu masalah pada suatu kelas melalui system daur ulang dari berbagai kegiatan, seperti yang ditunjukkan pada tahapan-tahapan berikut ini: mengamati dan melakukan tindakan, merencanakan, kemudian merefleksikan, mengamati dan menilai, kemudian tindakan dan seterusnya. Daur tersebut dapat dilaksanakan bertolak dari hasil reflesi diri tentang adanya unsure ketidakpuasan diri sendiri
29
terhadap kinerja yang dilakukan dan yang dilalui sebelumnya.Misalnya, guru sadar bahwa hasil belajar siswa pada bidang studi yang diasuh selalu terpuruk. Guru saat itu berpikir tentang strategi pembelajaran yang terapkan selama ini, fasilitas yang mendukung pelajaran, lalu mencari kelemahan-kelemahan kinerja yang telah dilakukan yang diduga sebagai penyebab terpuruknnya hasil belajar siswa. 2. Subjek Penelitian a) Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada seluruh siswa kelas VI di MI Ma’arif Dukuh Kec. Sidomukti Salatiga. Dasar pertimbangan pemilihan subjek ini, pada mata pelajaran IPA kelas VI terdapat materi tentang Ciri-ciri Khusus Makhluk Hidup Hewan . b) Lokasi penelitian Tempat penelitian dilakukan di MI Ma’arif Dukuh Kec. Sidomukti Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017. 3.
Langkah-langkah Penelitian / Siklus Penelitian Sesuai dengan jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu Penelitian Tindakan
Kelas (PTK), maka penelitian ini dilakukan melalui beberapa siklus untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam mengikuti pembelajaran IPA melalui metode jigsaw. Setiap siklus meliputi empat tahapan, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Antara siklus satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Hubungan tersebut bila digambarkan seperti pada gambar berikut :
30
Tabel. 1.1 Skema Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (Arikunto dalam Suyadi, 2013: 50)
Perencanaan
Refleksi
Siklus I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
Siklus II
Pelaksanaan
Pengamatan
a.
Perencanaan PTK tidak ubahnya seperti penelitian-penelitian ilmiah yang lain yang selalu
dipersiapkan secara matang. Langkah pertama adalah melakukan perencanaan secara matang dan teliti. Dalam perencanaan PTK terdapat tiga kegiatan dasar, yaitu identifikasi masalah merumuskan masalah dan pemecahan masalah. Pada masing-masing kegiatan terdapat sub-sub kegiatan yang sebaiknya dilaksanakan untuk menunjang sempurnanya tahap perencanaan. b.
Pelaksanaan Tahap kedua dari PTK adalah pelaksanaan. Pelaksanaan adalah menerapkan apa yang
telah direncanakan pada tahap satu, yaitu bertindak di kelas. Hendaknya perlu diingat bahwa
31
pada tahap ini, tindakan harus sesuai dengan rencangan tetapi harus terkesan alamiah dan tidak rekayasa. Hal ini akan berpengaruh dalam proses refleksi pada tahap empat nanti dan agar hasilnya dapat disinkronkan dengan maksud semula. c.
Observation (pengamatan) Tahap ketiga dalam PTK adalah pengamatan (observing). Prof. Supardi dalam bukunya
Suyadi (2010: 63) menyatakan bahwa observasi yag dimaksud pada tahap III adalah pengumpulan data. Dengan kata lain observasi adalah alat untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. d.
Refleksi Tahap keempat atau terakhir dalam PTK adalah refleksi. Refleksi adalah kegiatan untuk
mengemukakan kembali apa yang telah dilakukan. Refleksi sering disebut dengan istilah "memantul".Dalam hal ini, peneliti seolah memantulkan pengalamannya, baik kelemahan dan kekurangannya. e.
Siklus-siklus Dalam PTK Siklus adalah putaran dari suatu rangkaian kegiatan, mulai dari perencanaan persiapan,
pelaksanaan hingga pada evaluasi.Dalam hal ini, yang dimaksud siklus-siklus dalam PTK adalah suatu putaran penuh tahapan-tahapan dalam PTK sebagaimana disebutkan di atas.Jadi, satu siklus adalah kegiatan penelitian yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.Namun sebelum diadakan siklus, hendaknya menggunakan penelitian pra siklus untuk mengetahui tolak ukur kemampuan dan kelemahan siswa. 4.
Instrument Penelitian Instrument pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah:
32
a. Peneliti sendiri (participant observation), dengan membuat desain tindakan, merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan mengamati proses pembelajaran bersama kolabolator. b. Tes, dilakukan dengan memberikan soal mengenai materi yang telah disampaikan (lembar soal) untuk mendapatkan informasi atau data tentang pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan dengan metode jigsaw. c. Lembar evaluasi, digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang materi cirri-ciri khusus makhluk hidup hewan, pada mata pelajaran IPA yang diajarkan dengan menggunakan metode jigsaw.Lembar evaluasi yang digunakan berupa soal/pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi Ilmu Pengetahuan Alam yang telah diajarkan. d. Lembar observasi, alat yang digunakan dalam mengobservasi yaitu pedoman observasi. Pedoman observasi berisikan indikator yang didesain berdasarkan fokus penelitian. Disamping itu observer mendokumentasikan dengan foto-foto serta mencatat proses pembelajaran sebagai bahan dalam melakukan perbaikan atau refleksi. 5. Pengumpulan Data Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti nantinya akan dibantu oleh guru kelas. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan teknik dokumentasi, tes, dan observasi. Lebih jelas akan diuraikan sebagai berikut: a. Observasi, adalah pengamatan dan pencatatan secara sistemantik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Nawawi,1990: 100). Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi.
33
b. Tes, bertujuan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Teknik ini digunakan untuk mengukur efektivitas strategi turnamen belajar yang dikembangkan. Instrument yang digunakan berupa soal tes hasil belajar. c. Dokumentasi, diperlukan untuk merekam kegiatan siswa dan guru dalam proses pembelajaran berupa foto. 6. Analisis Data Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis dan refleksi dalam setiap siklusnya berdasarkan hasil observasi dan hasil prestasi belajar siswa.Analisis reflektif dilakukan peneliti bersama dengan kolabolator sebagai pijakan untuk menentukan program aksi pada siklus selanjutnya atau untuk mendeteksi bahwa kajian tindakan kelas ini sudah mencapai tujuannya. Penelitian ini juga menggunakan analisis deskriptif berupa persentase yaitu sebagai berikut: 𝑋
P = 𝑋𝑖 × 100% Ket:
P = Persentase
X = Jumlah siswa yang tuntas Xi = Jumlah seluruh siswa H. SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika disini dimaksudkan sebagai gambaran umum yang akan dibahas dalam laporan penelitian ini yang terdiri dari 5 bab dengan rincian sebagai berikut: BAB I yaitu pendahuluan, yang didalamnya berisi delapan sub pokok bahasan, antara lain: latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, hipotesis
34
tindakan dan indicator keberhasilan, manfaat penelitian, definisi operasional, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II Landasan teori, berisi tentang peningkatan hasil belajar IPA materi ciri-ciri khusus makhluk hidup hewan dengan metode jigsaw yang terdiri dari empat sub bab. Subbab pertama berisi berisi tentangpeningkatan hasil belajar terdiri dari pengertian belajar, pengertian hasil belajar, dan faktor yang mempengaruhi hasil belajar.Subbab kedua membahas tentang IPA, terdiri dari pengertian IPA, tujuan pengajaran IPA, dan matericiri-ciri khusus makhluk hidup hewan. Subbab ketiga berisi tentang metode jigsaw yang meliputi : pengertian metode jigsaw, kelebihan dan kekurangan metode jigsaw, dan prosedur metode jigsaw. Dan subbab ke empat berisi tentang pendekatan CTL, kelebihan dan kekurangan CTL, dan prosedur CTL. BAB III Pelaksanaan Penelitian, yang terdiri dari dua sub bab. Sub bab pertama tentang sejarah singkat madrasah, sub kedua tentang subjek penelitian yang meliputi tempat (di mana penelitian dilakukan, sekolah, kelas), waktu (jadwal perbaikan per siklus), mata pelajaran , dan karakteristik siswa (jumlah, usia, dan jenis kelamin, kemampuan, latar belakang). Sub bab ketiga berisi tentang prosedur tiap-tiap siklus perbaikan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengumpulan data, dan refleksi. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, yang terdiri dari dua sub bab. Sub bab pertama tentang deskripsi per siklus yang meliputi data hasil pengamatan (observasi) dan wawancara, refleksi keberhasilan dan kegagalan. Subbab kedua tentang pembahasan. BAB V Penutup, meliputi kesimpulan dan saran.
35
BAB II LANDASAN TEORI
A. Peningkatan Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar Sebagian orang awam berasumsi bahwa dinamakan belajar apabila pembelajar (siswa) berhasil menghafal fakta-fakta yang tersimpan dalam buku teks atau ajaran guru. Orang tua merasa bangga apabila anaknya berhasil mengungkap secara verbal (lisan) sebagian atau seluruh isi buku teks tersebut, meskipun mereka tidak memahami nilai-nilai kebaikan yang tersimpan di dalamnya. Target orang tuanya biasanya membidik pada aspek symbol nilai angka yang bersifat kuantitatif saja. Sehingga bila anak memperoleh symbol angka lebih angka lebih tinggi dari KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), maka anak dianggap berhasil dalam belajar, tetapi bila masih di bawah KKM, berarti mereka dianggap gagal. Sebagian orang juga berpendapat bahwa yang disebut belajar apabila anak (siswa) telah menguasai keterampilan jasmaniah tertentu, meski mereka tidak mengerti atau memahami hakikat dan tujuan penguasaan keterampilan yang sudah dikuasai tidak mampu dikembangkan menjadi keahlian atau bekal hidup dalam menyejahterakan kehidupannya. Untuk itu, sepertinya perlu ditunjukkan beberapa definisi yang dikemukakan beberapa ahli sebagai usaha menjembatani berbagai pendapat yang kurang sesuai dalam memaknai konsep belajar agar diperoleh formulasi konsep belajar yang relevvan dengan kebutuhan zaman, yang tidak terbatas dalam ruang lingkup dan waktu tertentu saja alias berlaku sepanjang zaman. Banyak kita jumpai kenakaragaman define belajar yang dikemukakan para ahli psikologi. Hal ini disebabkan karena point of view, mileu (lingkungan sekitar mereka) dan 36
pendekatan antara satu dengan lainnya terdapat perbedaan. Untuk mengetahui beragam definisi tentang belajar, maka akan penulis kutip pendapat beberapa ahli psikologi. a. S. Nasution (1995: 35) mendefinisikan belajar sebagai perubahan-perubahan dalam system saraf, penambahan pengetahuan, dan perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan. b. Chaplin (Syah, 2001: 60) mengungkapkan definisi belajar menjadi dus rumusan.Pertama, belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Kedua, belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus. c. Wittig (Syah, 2001: 61) menggap belajar sebagai perubahan yang relative menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organism sebagai hasil pengalaman. d. Raber (Syah, 2001: 62) membatasi definisi belajar dengan dua macam. Pertama, sebagai proses memperoleh pengetahuan. Kedua, sebagai suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relative langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat. e. James O. Wittaker (soemanto, 1998: 104) mendefinisikan belajar, yaitu “Learning may be defined as the process by which behavior originates or is altered through training or experience” (Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktik atau latihan). f. Winarno Surakhamad (1980: 58) mengartikan belajar menjadi tiga bagian: 1. Belajar sebagai hasil, yaitu guru memperhatikan penampakan sifat dan tanda-tanda tingkah laku yang dipelajari. Dari situ ada klasifikasi hasil yang perlu dimilki oleh siswa seperti hasil dalam bentuk keterampilan, konsep-konsep dan sikap.
37
2. Belajar sebagai proses, yaitu guru melihat apa yang terjadi selama murid (siswa) menjalani pengalaman-pengalaman edukatif untuk mendapat sesuatu tujuan, berupa pola-pola perubahan tingkah laku selama pengalaman belajar tersebut berlangsung. 3. Belajar sebagai sebuah fungsi, yaitu guru memprhatikan aspek-aspek yang menetukan atau memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku manusia di dalam pengalaman edukatif. Dalam hal ini, aspek yang diutamakan adalah motivasi yang fungsional dalam menjelaskan sifat-sifat tertentu yang dinamis dan yang memberi arah dalam belajar. g. Cronbach (Abror, 1993: 66) mengungkapkan bahwa “Learning is shown by a change in behavior as result of experience” (Belajar adalah ditunjukkan oleh suatu perubahan dalam perilaku sebagai hasil pengalaman). h. Kimble dan Germany (Abror, 1993: 67) menyatakn bahwa ―Learning is relatively permanent change in behavioral tendency as the result of reinforced practice‖ (Belajar adalah perubahan yang relative permanen dalam kecenderungan berperilake sebagai hasil dan praktik yang diperkuat). Keanekaragaman pendapat tentang definisi belajar adalah wajar, mengingat adanya perbedaan ruang lingkup,setting social, situasi belajar, dan sudut pandang. Namun demikian, ada kesamaan dalam penggunaan istilah yang mencerminkan kesamaan konsep belajar, yaitu ―adanya perubahan‖ dan ―tingkah laku‖. Sedangkan perubahan yang dimaksud adalah perubahan tingkah laku yang relative menetap dan tidak bersifat sementara, seperti jenuh, lelah, gemetar, dan lainnya. Merujuk padaberbagai definisi yang diungkap para ahli psikologi belajar, maka dapat disimpulkan bahwa belajar didefinisikan sebagai tahapan perubahan perilaku individu yang
38
relative mentap sebagai hasil pengalamannya berinteraksi dengan lingkungannya di sekitarnya dan latihan yang diperkuatnya. Untuk lebih mudahnya dalam memahami perubahan perilaku, perlu diperhatikan beberapa gambaran tentang perubahan berikut: a. Perubahan akibat belajar dapat terjadi dalam berbagai bentuk perilaku, dari ranah kognitif, afektif, konatif, dan/atau psikomotor. Tidak terbatas hanya penambahan pengetahuan saja. b. Sifat perubahannya relative permanen, tidak akan kembali kepada keadaan semula. Tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat, seperti perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk, dan sebagainya. c. Perubahan tidak harus langsung mengikuti pengalaman belajar. Perubahan yang segera terjadi umumnya tidak dalam bentuk perilaku, tapi terutama hanya dalam potensi seseorang untuk berperilaku. d. Perubahan terjadi akibatnya adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat reflex atau perilaku yang bersifat naluriah. e. Perubahan akan lebih mudah terjadi bila disertai adanya penguat, berupa ganjaran yang diterima – reward atau punishment – sebagai konsekuensi adanya perubahan perilaku tersebut. Jadi, dari pengertian belajar di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Bahwa belajar menimbulkan suatu perubahan tingkah laku yang relative menetap. b. Bahwa perubahan itu membedakan antara keadaan sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan aktivitas belajar. c. Bahwa perubahan itu dilakukan lewat kegiatan atau usaha atau praktik secara disengaja dan diperkuat.
39
2. Pengertian Hasil Belajar Berdasarkan uraian tentang konsep belajar di atas, dapat dipahami tentang makna hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Pengertian tentang hasil belajar sebagaimana diuraikan di atas dipertegas lagi oleh Nawawi dalam K. Brahim (2007: 39) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu bentuk perubahan perilaku yang relative menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional. Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sunal (1993: 94), bahwa evaluasi merupakan proses penggunaan informasi untuk membuat pertimbangan seberapa efektif suatu program telah memenuhi kebutuhan siswa. Selain itu, dengan dilakukannya evaluasi atau penilaian ini dapat dijadikan feedback atau tindak lanjut, atau bahkan cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dan tingkat penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap dan keterampilan. Dengan demikian, penilaian hasil belajar siswa mencakup segala hal yang dipelajari di sekolah, baik itu menyangkut pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang berkaitan dengan mata pelajaran yang diberikan kepada siswa.
40
3. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Menurut teori Gestalt, belajar merupakan suatu proses perkembangan. Artinya bahwa secara kodrati jiwa raga anak sesuatu bak yang berasal dari diri siswa sendiri maupun pengaruh lingkungannya. Berdasarkan teori ini hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua hal, siswa itu sendiri dan lingkungannya. Pertama, siswa; dalam arti kemampuan berpikir atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat, dan kesiapan siswa, baik jasmani amaupun rohani. Kedua, lingkungan; yaitu sarana dan prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan, keluarga, dan lingkungan. Pendapat yang senada dikemukakan oleh Wasliman (2007: 158), hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai factor yang mempengaruhi, baik factor internal maupun eksternal. Secara perinci, uraian mengenai faktor internal dan eksternal, sebagai berikut: 1. Faktor internal; faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. 2. Faktor eksternal; faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keluarga yang morat-marit keadaan ekonominya, pertengkaran suami istri, perhatian orang tua yang kurang terhadap anaknya, serta kebiasaan sehari-hari berperilaku yang kurang baik dari orang tua dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik.
41
Selanjutnya, dikemukakan oleh Wasliman (2007:159) bahwa sekolah merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan hasil belajar siswa dan kualitas pengajaran di sekolah, maka semakin tinggi pula hasil belajar siswa. Kualitas pengajaran di sekolah sangat ditentukan oleh guru, sebagaimana dikemukakan oleh Wina Sanjaya (2006:50), bahwa guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Berdasarkan pendapat ini ditegaskan bahwa salah satu faktor eksternal yang sangat berperan memeperanguhi hasil belajar siswa adalah guru. Guru dalam proses pembelajaran memegang peranan yang sangat penting. Peran guru, apalagi untuk siswa pada usia sekolah dasar, tak mungkin dapat digantikan oleh perangkat lain, seperti televisi, radio, dan computer. Sebab, siswa adalah organisme yang sedang berkembang yang memerlukan bimbingan dan bantuan orang dewasa. Menurut Dunkin dalam Wina Sanjaya (2006:51), terdapat sejumlah aspek yang dapat mempengaruhi kualitas proses pembelajaran dilihat dari faktor guru, yaitu: 1. Teacher formative experience, meliputi jenis kelamin serta semua pengalaman hidup guru yang menjadi latar belakang social mereka. Yang termasuk ke dalam aspek ini diantaranya tempat asal kelahiran guru termasuk suku, latar belakang, budaya, dan adat istiadat. 2. Teacher training experience, meliputi pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan aktivitas dan latar belakang pendidikan guru misalnya pengalaman latihan professional, tingkatan pendidikan, pengalaman jabatan. 3. Teacher properties, adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat yang dimiliki guru misalnya sikap guru terhadap siswa, kemampuan atau intelegensii guru, motivasi dan kemampuan dalam pengusaan materi pelajar.
42
B. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 1. Pengertian IPA Dahulu, saat ini dan saat yang akan datang IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memegang peranan sangat penting dan alam kehidupan manusia. Hal ini disebabkan karena kehidupan kita sangat tergantung dari alam, zat terkandung di alam, dan segala jenis gejala yang terjadi di alam. IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yaitu mempelajari fenomena alam yang factual (factual), baik berupa kenyataan (reality) atau kejadian (events) dan hubungan sebab akibatnya. Cabang yang termasuk anggota rumpun IPA saat ini antara lain Biologi, Fisika, IPA, Astronomi,/Astrofisika, dan Geologi. IPA merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan berdasarkan teori (deduktif). Ada dua hal berkaitan yang tidak terpisahkan dengan IPA , yaitu IPA sebagai produk, pengetahuan IPA yang berupa pengetahuan factual, konseptual, procedural, dan metakognitif, dan IPA sebagai proses, yaitu kerja ilmiah. Saat ini objek kajian IPA menjadi semakin luas, meliputi konsep IPA, proses, nilai, dan sikap ilmiah, aplikasi IPA dalam kehidupan sehari-hari, dan kreativitas (Kemendiknas, 2011). Belajar IPA berarti belajar kelima objek atau bidang kajian tersebut. Apakah yang dimaksud dengan IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam? Ada tiga isitilah yang terlibat dalam hal ini, yaitu ―ilmu‖, ―pengetahuan‖ ―alam‖. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia. Dalam hidupnya, banyak sekali pengetahuan yang dimilki manusia. Pengetahuan tentang agama, pendidikan, kesehatan, ekonomi, politik, social, dan alam sekitar
43
adalah contoh pengetahuan yang dimiliki manusia. Pengetahuan alam berarti pengetahuan tentang alam semesta beserta isinya. Ilmu adalah pengetahuan yang ilmiah, pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah, artinya diperoleh dengan metode ilmiah. Dua sifat utama ilmu adalah rasional, artinya masuk akal, logis, atau dapat diterima akal sehat, dan obkjektif. Artinya, sesuai dengan objeknya, sesuai dengan kenyataannya, atau sesuai dengan pengamatan. Dengan pengertian ini, IPA dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang sebab dan akibat kejadian-kejadian yang ada di alam ini (Sukarno, 1973).
musik Seni
Sejarah Pengetahuan
Literatur
Filsafat IPA IPA sebagai “Body of Knowledge”
Definisi di atas adalah salah satu definisi IPA dan bersifat sederhana. Dalam hal ini yang dimaksud dengan IPA adalah body of knowledge (Tabel 1.2). Berikut beberapa definisi yang senada (Subiyanto, 1988). a. Suatu cabang pengetahuan yang menyangkut fakta-fakta yang tersusun secara sistematis dan menunjukkan berlakunya hukum-hukum umum. b. Pengetahuan yang didapatkan dengan jalan studi dan praktik.
44
c. Suatu cabang ilmu yang bersangkut-paut dengan observasi dan klasifikasi fakta-fakta, terutama dengan disusunnya hokum umum dengan induksi dan hipotesis. Oleh karena itu, peserta didik dapat menemukan banyak definisi dari berbagai sumber. Salah satu definisi yang lengkap diberikan oleh Gagne (2010), IPA harus dipandang sebagai cara berpikir dalam pencarian tentang pengertian rahasia alam, sebagai cara peneyelidikan terhadap gejala alam, dan sebagai batang tubuh pengetahuan yang dihasilkan dari inkuiri. Carin dan Sund (1993) mendefinisikan IPA sebagai ―pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen‖. Merujuk pada definisi Carin dan Sund tersebut maka IPA memilki empat unsure utama, yaitu: a. Sikap: IPA memunculkan rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat. Persoalan IPA dapat dipecahkan dengan menggunakan prosedur yang bersifat open ended. b. Proses: IPA menghasilkan produk berupa fakta, prinsip, teori, dan hokum. c. Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsure itu diharapkan dapat muncul sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh dan menggunakan rasa ingin tahunya untuk memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah yang menerapkan langkah-langkah metode ilmiah. Oleh karena itu, IPA sering kali disamakan dengan the way of thinking. 2. Tujuan Pengajaran IPA Pembelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar siswa:
45
1) Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap sains, teknologi dan masyarakat. 2) Mengembangkan keterampilan proses untuk meyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. 3) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 4) Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains dalam kehidupan sehari-hari. 5) Mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman ke bidang pengajaran lain. 6) Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. Menghargai berbagai macam bentuk ciptaan Tuhan di alam semesta ini umtuk dipelajari. 3. Materi Ciri-ciri Khusus Makhluk Hidup Hewan Penulis condong mengambil materi pada buku yang berjudul Sains (Haryanto, 2004). Hewan dan tumbuhan biasanya menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Penyesuaian ini berguna untuk mempertahankan hidupnya. Contohnya, betuk paruh burung sesuai dengan jenis makanannya atau bentuk kaki burung sesuai dengan kegunaannya. Namun demikian, ada beberapa hewan atau tumbuhan yang memilki ciri-ciri khusus yang tidak dimilki oleh hewan atau tumbuhan lainnya. Misalnya, kelelawar mempunyai alat pendeteksi benda-benda di sekitarnya. Untuk lebih jelasnya, mari kita bahas ciri-ciri khusus bebrapa hewan atau tumbuhan tersebut. 1. Alat Pendeteksi Benda pada Kelelawar
46
Kelelawar merupakan satu-satunya mamalia yang dapat terbang. Sayapnya terbuat dari kulit tipis. Kulit tipis ini membentang antara tulang-tulang jari dan tulang lengannya. Pada bagian atas tiap-tiap sayap terdapat cakar yang digunakan untuk melekat pada batuan saat merangkak dalam gua tempat tinggalnya. Kelelawar mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari hewan ini tidur. Kebanyakan kelelawar memakan serangga. Beberapa kelelawar memakan buah-buahan, madu, ikan, mamalia kecil, dan reptile. Untuk mencari jalan dan makanan dalam kegelapan malam, kelelawar memilki system deteksi dalam tubuhnya. Bagaimanakah cara kerja system tersebut? Kelelawar memancarkan bunyi berfrekuensi tinggi melalui mulutnya. Bunyi tersebut akan dipantulkan oleh benda-benda di sekitarnya seperti cabang pohon atau serangga. Dengan mendengar gemanya, kelelawar dapat diperkirakan jatuhnya rintangan atau makanan. Kemampuan kelelawar tersebut dinamakan ekolokasi. Dengan kemampuan ekolokasi dapat terbang di kegelapan malam mencari makanannya tanpa menabrak apapun. 2. Kaki Lengket pada Cecak dan Tokek Cecak dan tokek senang merayap di dinding-dinding rumah, makanan cecak dan tokek berupa serangga-serangga kecil dapat terbang. Sehingga untuk mendapatkannya, cecak dan tokek harus merayap di dinding atau langit-langit ruma. Agar tidak terjatuh saat merayap di dinding atau langit-langit rumah, cecak atau tokekmemiliki perekat di telapak kakinya. Telapak kaki tokek bila diperbesar dengan bantuan mikroskop akan tampak besar. Pada telapak kaki tokek dan cicak terdapat lapisan berupa struktur seperti rambut yang lengket. Lapisan ini memungkinkan cecak dan tokek memanjat didinding yang tegak lurus atau berjalan tebalik di atas langit-langit rumah. Hal ini memudahkannya dalam menangkap serangga makananya.
47
3. Lidah yang paling Panjang dan Lengket pada Bunglon Bunglon merupakan hewan yang gerakkannya lambat. Makanan bunglon berupa seranggaserangga kecil, seperti belalang, capung, jangkrik. Serangga-serangga tersebut bergerak amat cepat. Tahukah kamu bagaimana cara bunglon mendapatkan makanannya tersebut? Bunglon dapat mengubah warna kulit tubuhnya menyamai sekelilingnya, sehingga sukar dikenali. Selain itu, tiap matanya daapt melihat seekor serangga, bunglon mengendap-endap menuju mangsanya. Dengan menggunakan matanya, bunglon mengukur jarak mangsanya. Jika mangsa mungkin dapat dicapainya, bunglon akan melontarkan lidahnya yang lengket. Lidah yang panjangnyahampir sepanjang tubuhnya itu akan menarik serangga tersebut ke dalam mulutnya. Landak semut juga memilki lidah yang panjang dan lengket. Makanan landak semut berupa serangga kecil, seperti semut atau rayap. Dengan cakar besar pada jari-jari kakinya, landak semut dapat dengan mudah menggali sarang semut atau rayap. Kemudian, landak semut menggunakan lidahnya yang panjang dan lengket untuk mejilat semut dan rayap di dalam gundukan tanah tersebut. Panjang lidah landak semut dapat mencapai 60 cm. 4. Punuk pada Unta Unta hidup di padang pasir yang kering dan gersang. Di lingkungannya tersebut, unta mampu melakukan perjalanan panjang tanpa makan atau minum. Bagaimanakah caranya? Punuk dana ada juga yang memiliki dua punuk. Punuk unta berisi lemak sebagai tempat penyimpanan cairaan. Saat melakukan perjalanan jauh, unta menggunakan lemak pada punuknya sebagai sumber energy dan air. Sehingga bila lemak itu habis terpakai, punuk menjadi mengkerut dan lemas.
48
Selain itu, unta tidak berkeringat dan hanya mengeuarkan sedikit sekali kotoran. Bahkan cairan yang keluar dari lubang hidungnya pun disalurkan kembali ke mulutnya. Jika makanan berlimpah, perut unta yang sangat besar dapat menyimpan rumput dan air dalam jumlah yang sangat banyak. Unta dapat minum sampai 57 liter tanpa berhenti. 5. Mata dan Pendengaran yang Tajam pada Burung Hantu Burung hantu umumnya mencari makanan pada malam hari dan tidur pada siang hari . makanan burung hantu antara lain berupa tikus, serangga, burung kecil, kadal, dan ikan. Bagaimana burung hantu memcari makanannya dalam kegelapan malam? Burung hantu menggunakan mata dan telinganya yang sangat tajam dan peka untuk menemukan mangsanya. Penglihatan burung hantu di dalam gelap sangat baik karena matanya sangat lentur. Burung hantu dapat dengan cepat memusatkan bola matanya pada berbagai objek dalam kegelapan. Pupil mata burung hantu dapat membuka cukup lebar untuk menyerap seluruh cahaya yang ada pada malam hari. Sehingga burung hantu masih dapat melihat walaupun dengan cahaya yag sedikit. Tidak seperti kebanyakan burung yang matanya terletak pada tiap sisi kepalanya, mata burung hantu terletak di bagian depan kepala. Sehingga, burung hantu dapat melihat ke depan dengan kedua matanya. Burung hantu juga memiliki leher yang sangat lentur, sehingga dapat memutar kepalanya untuk melihat ke belakang. Selain itu, disekitar mata burung hantu terdapat bagian yang menyerupai plat. Bagian itu membantunya untuk mengarahkan suara agar langsung masuk ke dalam telinganya yang besar. Oleh karena itu, pendengaran burung hantu sangat tajam untuk menentukan lokasi mangsanya, walaupun dalam keadaan gelap total.
49
Burung hantu yang sedang berburu akan mengeluarkan teriakan-teriakan. Tikus, serangga, atau mangsa lain yang mendengarnya menjadi takut, sehingga membuat suara atau gerakan ketakutan. Pendengaran burung hantu yang tajam dengan cepat mendengar suara tersebut. Kemudian, burung hantu terbang menuju mangsanya. Bulu-bulu burung hantu yang begitu halus dan lembut menyebabkan mereka dapat terbang tanpa suara. Hal ini memungkinkan burung hantu untuk menyambar mangsanya dengan diam-diam. 6. Semburan Air ikan Pemanah Ikan pemanah hidup di air tawar. Akan tetapi, makanan ikan pemanah berupa seranggaserangga keci, seperti laba-laba, lalat dan capung. Bagaimana cara ikan pemanah mendapatkan makanannya? Serangga-serangga kecil sering bergantung pada ranting atau daun tenaman yang berada dekat permukaan air. Meskipun dekat permukaan air, ikan pemanah tidak dapat mencapainya. Untuk mendapatkannya, ikan pemanah menyemburkan tetes-tetes air tepat pada serangga yang sedang bergantung tersebut. Ketika serangga jatuh dari renting dan merosot ke air, ikan pemanah langsung menyambar lalu menelannya. 7. Bentuk Sederhana Bunga Karang (Koral) Bunga karang merupakan binatang yang hidup di laut. Bila kebanyakan hewan bergerak mencari makan, bunga karang hidup menempel di dasar laut dan menunggu datangnya makanan. Bentuk tubuhnya sangat sederhana. Tidak punya kepal, mulut, dan anggota tubuh. Bagaimana cara makan bunga karang? Pada sisi tubuh terdapat lubang-lubang halus tempat masuknya air. Bersama air, turut pula masuk makanan dan oksigen. Sel-sel yang bercambuk mengayuh air melewati rongga tubuh. Sel-sel dalam rongga tubuh bekerja untuk meyerap oksigen dan makanan yang terlarut dalam air.
50
Air yang telah terpakai dikeluarkan melalui lubang pada puncak tubuh. Bersama air, turut juga keluar ampas makanan. Kadang-kadang juga ikut keluar larva (anak bunga karang). Larva itu berenang sebentar sebelum melekat ke dasar perairan dan tumbuh menjadi dewasa. Bila kumpulan bunga karang mati, maka tinggalah kerangka kapur yang lazim disebut karang, jutaan karang membentuk terumbu karang. Terumbu karang merupakan rumah dari banyak hewan laut. Teripang laut, bintang laut, cumi-cumi, gurita dan banyak hewan laut lainnya mencari makan di terumbu karang. Hewan lain, seperti kepiting, udang, timun laut, dan kerang, hidup dan tumbuh dalam celah-celah terumbu. Hewan-hewan tersebut menyaring makanannya dari air laut. 8. Bebek Bebek atau itik termasuk jenis unggas. Bebek dan angsa merupakan jenis unggas air, yang diternakkan untuk diambil telur dan dagingnya. Selain menghasilkan telur dan daging, jenis unggas ini juga menghasilkan bulu-bulu halus (bulu-bulu bagian bawah) yang disebut Bulu-bulu ini dapat digunakan sebagai bahan pembuat kasur, selimut, kemucing, dan pakaian. Unggas bebek (itik) adalah unggas air petelur yang banyak kita jumpai. Tahukah kamu ciri-ciri khusus yang dimiliki bebek? Coba sebutkan! Bebek umunya hidup ditempat yang berair seperti sungai, danau atau rawa-rawa. Bebek memilki leher panjang dan sungai luas sehingga memungkingkan untuk dapat menunduk ke dalam air guna mencari makanan. Sebagian besar waktunya dugunakan untuk merapikan serta meminyaki bulunya dengan paruhnya. Minyak berasal dari dari kelenjar khusus, berfungsi untyk menjaga agar bulu tetap kedap air dan menjaga kehangatan tubuh. Bebek hidup berkoloni. Ada dua kelomppok utama bebek, yaitu bebek penyelam dan bebek perenang. a.
Bebek Penyelam 51
Bebek penyelam adalah jenis bebek yang dalam hidupnya mencari makanan selalu menyelam ke bawah permukaan air. Makanannya berupa tumbuhan air, caing, kerang, dan hewan air lainnya. Pada umumnya jenis bebek penyelam adalah bebek betina. b.
Bebek Perenang Adalah bebek jenis bebek yang dalam hidupnya mencari makanan hanya di permukaan
air atau sedikit di bawah permukaan air dengan menunggingkan ekornya ke atas dan menceburkan tubuhnya. Bebek perenang akan menggerak-gerakkan paruhnya dalam air ke kanan dan ke kiri untuk menjaring atau menangkap makanannya. Pada umumnya, jenis bebek perenang adalah bebek jantan. Ciri khusus bebek jantan adalah kaya akan warna dan corak yang cerah pada kedua sayapnya dibandingkan dengan betina. Di samping itu, bebek jantan memilki bulu berwarna biru cerah pada bagian kepalanya dan lehernya bercincin putih. Pada umumnya, bebek mempunyai tungkai yang pendek dan berselaput. Selaput tungkai berfungsi untuk berenang. Jari-jari tungkai yang berselaput memiliki cakar untuk mencengkeram tanah. Namun, bebek mendapat sedikit kesulitan berjalan di darat atau lumpur karena tungkainya yang berselaput, sehingga tidak dapat berjalan dengan cepat (Kusnin, 2007). C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 1. Pengertian Metode Jigsaw Adalah teknik pembelajaran kooperatif dimana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggungjawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran.Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara hetrogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggungjawab atas ketuntasan bagian materi tersebut kepada anggota kelompok
52
yang lain. Tujuan dari jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian. Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan temanteman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001: 78).Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson sebagai metode pembelajaran kooperatif.Teknik ini dapat diguanakn dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara.Dalam teknik ini, guru memperhatikan schemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan schemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesame siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi. Jhonson (dalam Isjoni, 2007: 17) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah sebagai upaya mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut. 2. Kelebihan Metode Jigsaw a. Cocok untuk semua kelas/tingkatan. b. Bisa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, atau berbicara. c. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar d. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat.
53
e. Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyeleseikan masalah, menerapkan bimbingan sesame teman, rasa harga diri siswa yang lebih tinggi dan memperbaiki kehadiran. f. Juga dapat digunakan dalam beberapa mata pelajaran. Belajar dalam suasana gotong—royong mempunyai banyak kesenpatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi 3. Kekurangan Metode Jigsaw a. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol.jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar memperhatikan jalannya diskusi. b. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli. c. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan. d. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran. e. Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila ada penataan ruang belum terkondisikan dengan baik, sehingga perlu waktu merubah posisi yang dapat juga menimbulkan gaduh serta butuh waktu dan persiapan (Arends, 2001: 25). 4. Prosedur Metode Jigsaw a. Pilih materi pembelajaran yang dapat dibagi menjadi beberapa segmen (bagian). b. Bagilah peserta menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah segmen yang ada. Jika jumlah peserta 25 sedang jumlah segmen ysng ada 5 maka masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang.
54
c. Setiap kelompok mendapat tugas membaca, memahami dan mendiskusikan serta membuat ringkasan materi pembelajaran yang berbeda. d. Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk menyampaikan apa yang telah mereka pelajari di kelompoknya. e. Kembalikan suasana
kelas seperti semula kemudian tanyakan seandainya ada
persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelomppok. f. Berilah peserta didik pertanyaan untuk mengecek pemahaman mereka terhadap materi yang dipelajari. g. Guru melakukan kesimpulan, klasifikasi, dan tindak lanjut (PLPG PSG, 2009).
55
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Madrasah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Ma’arif Dukuh berlokasi di Jalan Wisnu No. 04 RT 04 RW 01 Dukuh Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga.MI Ma’arif Dukuh termasuk Yayasan Lembaga Pendidikan Ma’arif NU Kota Salatiga. MI Ma’arif Dukuh ini yang dipimpin oleh Bapak H. M. Muzaqi, S. Pd.I kerap menjuarai lomba, seperti Lomba Calistung tahun 2014 kemarin, MI Ma’arif Dukuh menyabet Juara Umum se-kota Salatiga. Adapun daftar pendidik sebagai berikut: Tabel 1.2 Daftar Guru di MI Ma’arif Dukuh
No 1.
Guru Eko Purno Aminoto, S. Pd. I
Mengampu Kelas 1A
2.
Suliyatun, S. Ag
Kelas 1B
3.
Endang Wahyuningsih, S. Pd. I
Kelas IIA
4.
Siti Nok Chalimah, S. Pd. I
Kelas IIB
5.
Basiroh, S. Pd. I
Kelas III
6
Aris Supriyadi, S. Ag
Kelas IV
7.
Durrotun Nashihah, S. Pd.I
Kelas V
8.
Setia Naim, S. Ag
Kelas VI
9.
Sulkhani Maemun, S. Pd. I
PAI
B. Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Tempat Penelitian
: MI Ma’arif Dukuh Kec, Sidomukti, Salatiga.
56
Alamat Penelitian
: Jalan Wisnu No. 04 RT 04 RW 01 Dukuh
Kecamatan
Sidomukti, Salatiga. Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Materi Pokok
: Ciri-ciri Khusus Makhluk Hidup Hewan
Kelas/Semester
: VI/1
2. Waktu Penelitian Pra Siklus, tanggal 3 Agustus 2016 Siklus I, tanggal 5 Agustus 2016 3. Karakteristik Siswa Siswa yang dijadikan objek penelitian adalah siswa kelas VI yang berjumlah 16 siswa, terdiri dari 6 laki-laki dan 10 perempuan. Adapun nama-nama siswa kelas VI sebagai berikut Tabel 1.3 Daftar Siswa Kelas VI
NO
Jenis Kelamin
Nama Siswa
L
P
1.
Wisnu Dwi Wicaksono E.
2.
Tasya Alifia
3.
Apria Riski Nugroho
4.
Sabrina Farah Nasila
5.
M. Nur Wahid
6.
M. Keysa Riski Valeriyanto
7.
Kurnia Khoirun Nisa
8.
Nadya Rahma Basuki
9.
Jihan Dwi Eliza
10.
M. Hilda Al-Azizi
11.
Kamal Mustofa Al-Jaba
57
12.
Primanda Olivia
13.
Zahra Nabila Mutiarani
14
Sarah Rahmawati
15.
Meylan Dhara Sandria
16.
Arimbi Nurhidayati Febriana
C. Prosedur Tiap-tiap Siklus Pembelajaran awal dilakukan pada hari Rabu, 3 Agustus 2016.Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, direncanakan hanya 2 siklus. Setiap siklus 2 jam pelajaran (1 jam 35 menit). Setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu planning (perencanaan), acting (pelaksanaan), observing (pengamatan), reflecting (refleksi). 1. Deskripsi Siklus Pra Siklus a. Planning (Perencanaan) Rencana perbaikan pembelajaran yang dilakukan dalam pra siklus adalah melakukan pre tes untuk siswa. Setelah mengetahui hasilnya, guru mengadakan perbaikan pembelajaran. Perbaikan yang dilakukan adalah menjelaskan kembali materi tentang ciri-ciri khusus makhluk hidup hewan (bagian pertama).Ternyata memeng sebagian besar siswa belum mengusai.Materi disajikan semenarik mungkin sehingga dapat menarik siswa membangkitkan keaktifannya dalam pembelajaran IPA. Adapun tindakan yang direncanakan penulis adalah: 1. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk pra siklus. 2. Menyiapkan alat peraga. 3. Menyiapkan sumber belajar. 4. Menyiapkan lembar pengamatan guru dan siswa.
58
5. Menyiapkan lembar post tes. b.
Acting (Pelaksanaan) Tindakan perbaikan pembelajaran pra siklus dilakukan pada hari Rabu tanggal 3 Agustus
2016 pukul 07.30 – 09.00 WIB, sesuai jadwal pelajran kelas VI MI Ma’arif dukuh Kecamatan Sidomukti Salatiga. Focus tindakan perbaikan pembelajaran adalah melakukan pre test untuk siswa. Setelah melihat hasil dari test tersebut, ternyata sebagian besar siswa belum menguasai pembelajaran tentang ciri-ciri khusus makhluk hidup hewan. Penulis berkolaborasi dengan guru kelas, kemudian meknjelaskan kembali materi tentang ciri-ciri makhluk hidup hewan. Adapun pelaksanaannya adalah sebagai berikut: 1) Guru menjelaskan dengan menggunakan buku paket tentang ciri-ciri makhluk hidup. 2) Membagi kelas menjadi 4 kelompok. 3) Tiap-tiap kelompok diberi tugas untuk mencatat ciri-ciri khusus mahkluk hidup hewan sesuai dengan kelompoknya, misalnya kelompok 1 mendapat tugas mencatat tentang ciriciri khusus makhluk hidup hewan kelelawar. 4) Kelompok 1 mencatat ciri-ciri khusus makhluk hidup hewan kelelawar yang telah ada dibuku paket. 5) Kelompok 2 mencatat ciri-ciri khusus makhluk hidup hewan cicak/tokek yang telah ada dibuku paket. 6) Kelompok 3 mencatat ciri-ciri khusus makhluk hidup hewan bunglon yang telah ada dibuku paket. 7) Kelompok 4 mencatat ciri-ciri khusus makhluk hidup hewan unta yang telah ada dibuku paket.
59
8) Guru memberikan waktu 30 menit untuk melaksanakan tugas kelompok masing-masing. 9) Semua anggota kelompok mencatat materi masing-masing 10) Kelompok yang lain pun juga demikian. 11) Guru mengarahkan kepada siswa untuk menginformasikan materi yang
sudah dicatat
kepada tiap anggota kelompok lain. 12) Semua anggota kelompok bertugas mencari informasi dan menginformasikan serta mencatat informasi yang didapatkan. 13) Guru memberikan waktu 30 menit kepada siswa untuk meyelesaikan tugasnya. 14) Siswa kembali ke kelompoknya masing-masing dengan membawa informasi yang ia dapatkan. 15) Guru bersama siswa membahas hasil diskusi kelompok. 16) Guru mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata. 17) Guru memberikan post tes untuk mengukur pemahaman siswa. 18) Guru mengoreksi dan menganalisis hasil tes. 19) Guru mengadakan tindak lanjut. c.
Observing (Pengamatan) Pada kegiatan pemgamatan pelaksanaan perbaikan pembelajaran, penulis memberian
pengamataannya terhadap proses perbaikan pembelajaran yang sedang berlangsung (lembar pengamatan terlampir). Adapun pengamatan yang dilakukan dalam sikkus ini sebagai berikut: 1. Aspek Guru, yaitu: 1)
Guru dalam menggunakan alat peraga cukup maksimal.
2)
Guru dalam pengelolaan kelas cukup maksimal.
60
3)
Guru dalam memberikan pertanyaan kepada siswa cukup jelas dan menyeluruh.
4)
Guru dalam mengorganisir waktu kuarang baik.
2. Aspek Siswa, yaitu: 1) Siswa masih banyak yang tidak memperhatikan pelajaran. 2) Siswa banyak tidak merespon pertanyaan dari guru. 3) Siswa masih banyak yang tidak aktif dalam diskusi kelompok. 4) Jumlah anggota yang terlalu sedikit membuat siswa kurang berkonsentrasi dengan tugasnya. 5) Siswa kurang mampu berkonsentrasi secara penuh. d.
Reflecting (Refleksi) Setelah melakukan perbaikan pembelajaran pada pra siklus dan menganalisa hasil
pengamatan dan hasil dari nilai tes formatif, penulis mengadakan refleksi diri dan mengadakan pertemuan dengan guru kelas V untuk merencanakan tindak lanjut perbaikan yang akan dilaksanakan pada siklus I. Hal-hal yang perlu diperbaiki adalah sebagai berikut: 1) Memberikan pertanyaan kepada siswa dengan jelas sehingga siswa merespons pertanyaan dengan baik. 2) Memaksimalkan pengelolaan kelas. 3) Membimbing siswa melakukan diskusi kelompok dengan baik. 4) Mengaktifkan siswa dalam diskusi kelompok. 5) Meminimalkan jumlah anggota kelompok. 6) Mengorganisir waktu. Hasil dari tes formatif pra siklus belum sesuai dengan indikator kinerja.
61
2. Deskripsi Siklus I a. Planning (Perencanaan) Rencana perbaikan pembelajaran untuk siklus I ini, penulis mengadakan pre tes untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi yang akan diajarkan. Setelah mengetahui hasilnya, penulis mengadakan pembelajaran dalam siklus I. Materi yang dibahas dalam siklus ini, adalah ciri-ciri khusus makhluk hidup hewan.. Adapun perencanaan dalam silus I ini, sebagai berikut: 1. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk siklus I. 2. Menyiapkan alat peraga. 3. Menyiapkan sumber belajar. 4. Menyiapkan lembar pengamatan guru dan siswa. 5. Menyiapkan lembar post test. b. Acting (Pelaksanaan) Tindakan perbaikan pembelajaran siklus I dilakukan pada hari jumat, tanggal 5 Agustus 2016 pukul 07.30-09.00 WIB., sesuai jadwal pelajaran kelas V MI Ma’arif Dukuh Kec. Sidomukti, Salatiga. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Guru menjelaskan materi tentang ciri-ciri khusus makhluk hidup hewan. 2) Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok 3)
Tiap-tiap kelompok diberi tugas untuk mencatat ciri-ciri khusus mahkluk hidup hewan sesuai dengan kelompoknya, misalnya kelompok 1 mendapat tugas mencatat tentang ciri-ciri khusus makhluk hidup hewan kelelawar.
4) Kelompok 1 mencatat ciri-ciri khusus makhluk hidup hewan burung hantu yang telah ada dibuku paket.
62
5) Kelompok 2 mencatat ciri-ciri khusus makhluk hidup hewan ikan pemanah yang telah ada dibuku paket. 6) Kelompok 3 mencatat ciri-ciri khusus makhluk hidup hewan bunga koral yang telah ada dibuku paket. 7) Kelompok 4 mencatat ciri-ciri khusus makhluk hidup hewan bebek yang telah ada dibuku paket. 8) Guru memberikan waktu 30 menit untuk melaksanakan tugas kelompok masingmasing. 9) Semua anggota kelompok mencatat materi masing-masing 10) Kelompok yang lain pun juga demikian. 11) Guru mengarahkan kepada siswa untuk menginformasikan materi yang sudah dicatat kepada tiap anggota kelompok lain. 12) Semua anggota kelompok bertugas mencari informasi dan menginformasikan serta mencatat informasi yang didapatkan. 13) Guru memberikan waktu 30 menit kepada siswa untuk meyelesaikan tugasnya. 14) Siswa kembali ke kelompoknya masing-masing dengan membawa informasi yang ia dapatkan. 15) Guru bersama siswa membahas hasil diskusi kelompok. 16) Guru mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata. 17) Guru memberikan post tes untuk mengukur pemahaman siswa. 18) Guru mengoreksi dan menganalisis hasil tes. 19) Guru mengadakan tindak lanjut.
63
c. Observing (Pengamatan) Pada kegiatan pengamatan pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I ini, penulis memberikan pengamatannya terhadap proses perbaikan pembelajaran yang sedang berlangsung (lembar pengamatan terlampir). Adapun pengamatan yang dilakukan dalam siklus ini sebagia berikut: 1. Aspek Guru, yaitu: 1) Guru dalam menggunakan alat peraga baik. 2) Guru dalam pengelolaan kelas baik. 3) Guru dalam memberikan pertanyaan kepada siswa cukup jelas dan meyeluruh. 4) Guru dalam mengorganisir waktu baik. 2. Aspek Siswa, yaitu: 1) Siswa banyak yang memperhatikan pelajaran. 2) Siswa banyak merespon pertanyaan dari guru. 3) Siswa banyak yang aktif dalam diskusi kelompok. 4) Siswa mampu berkonsentrasi secara penuh. e. Reflecting (Refleksi) Setelah melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus I dan menganalisa hasil pengamatan dan hasil dari nilai tes formatif, penulis mengadakan refleksi diri dan mengadakan pertemuan dengan guru kelas V untuk merencanakan tindak lanjut perbaikan dalam mengajar. Hal-hal yang perlu diperbaiki adalah sebagai berikut: 1) Memberikan pertanyaan kepada siswa dengan jelas sehingga siswa merespons pertanyaan dengan baik. 2) Memaksimalkan pengelolaan kelas dan mengorganisir waktu.
64
3) Membimbing siswa melakukan diskusi kelompok dengan baik. 4) Mengaktifkan siswa dalam diskusi kelompok. 5) Meminimalkan jumlah anggota kelompok.
65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan dalam pra siklus dan siklus I, penulis melakukan analisa data dan refleksi diri. Adapun hasil yang diperoleh sebagai berikut: 1. Hasil Penelitian Pra Siklus a. Hasil Tes Sebelum penulis melaksanakan perbaikan pembelajaran pra siklus, penulis melaksanakan pre tes untuk mengetahui kemampuan siswa tentang materi ciri-ciri khusus makhluk hidup hewan yang diajarkan dikelas. Berdasarkan dari hasil nilai yang diperoleh dari pre tes, penulis berupaya melaksanakan perbaikan pembelajaran dalam pra siklus. Kegiatan perbaikan pembelajaran dilakukan dengan pembelajaran kontekstual. Adapun metode yang digunakan adalah jigsaw. Siswa mengelompok sesuai materi kemudian memberi informasi kepada kelompok lainnya. Perbaikan pembelajaran pra siklus ini diakhiri dengan melakukan post tes. Soal yang digunakan sama dengan pre tes. Tujuannya untuk membandingkan hasil antara sebelum dan sesudah pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Adapun perolehan nilai pre test dan post tes dapat dilihat.
66
Tabel 1.4 Hasil Evaluasi Pre Tes dan Pos Tes Pra Siklus
Interval Nilai
Nilai Pre Tes
Nilai Post Tes
Frekuensi
Persentase
Frekuensi
Persentase
Nilai ≤ 50
8
50%
3
15%
Nilai 55 sampai
8
50%
6
40%
-
7
45%
Jumlah
16
16
Rata-rata
45
65
Ketuntasan
30%
55%
70 Nilai 75 sampai 100
Interval nilai yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Nilai ≤ 50
: Kurang Baik
Nilai 55 sampai 70
: Cukup Baik
Nilai 75 sampai 100 : Baik Dari hasil evaluasi pre tes siswa, banyak yang mengalami ketuntasan dari 16 siswa hanya 8 siswa dengan rata-rata 45. Hasil evaluasi post test seluruh siswa mengalami ketuntasan belajar 14 siswa (55%) dengan rata-rata 65.Hal ini menunjukkan bahwa dalam pra siklus ini belum mengalami keberhasilan karena nilai siswa mengalami kenaikan. Untuk mengetahui lebih jelas tentang nilai rata-rata dan ketercapaian ketuntasan klasikal pada pre tes dan post tes pra siklus dapat dilihat pada grafik berikut ini:
67
Diagram 1.1 Nilai Rata-rata Kelas 70 60 50 40 30 20 10 0 Pre Tes
Post Tes
b. Hasil Observasi Siswa Setelah penulis mengamati dan mencatat seluruh kegiatan siswa dalamperbaikan pembelajaran siklus I ini, dieproleh hasil sebagai berikut
Diagram Pie 1.2 Nilai Ketuntasan Belajar Siswa
Pre Tes Post Tes
68
Diagram 1.3 Hasil Observasi Siswa Pra Siklus
81 80 79 78 77
Series 3
76
Series 2
75
Series 1
74 73 72 Keaktifan Siswa
Kemampuan Menjawab 75
Pemahaman siswa
Keterangan : F = Frekuensi P = Persentase Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada pra siklus sudah banyak yang aktif dalam pembelajaran. Keaktifan siswa dinilai dari kegiatan siswa yang dilakukan didalam kelas yaitu diskusi kelompok. Siswa dalam menjawab pertanyaan guru sudah banyak yang mersepon. Pemahaman siswa di ukur dari ketuntasan belajar siswa dalam kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I. Pemahaman siswa dalam siklus I ini tergolong cukup baik. c. Hasil Observasi Guru
69
Pengamatan yang dilakukan kolabolator pada kegiatan guru dalam pra siklus ini, ternyata masih banyak kelemahan dan kekurangan pada kemampuan dan kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Adapun lembar pengamatan guru terlampir, ternyata berdasarkan pengamatan diperoleh hasil dalam kategori cukup. d. Refleksi Setelah melakukan pengematan terhadap kegiatan pembelajaran dalam siklus I, selanjutnya penulis melakukan refleksi atas segala tindakan yang telah dilakukan pada siklus I. Adapun hasil yang diperoleh dari keseluruhan kegiatan pembelajaran dalam siklus I sebagai berikut: 1. Pada saat pelaksanaan metode jigsaw yang dilakukan didalam kelas, siswa berdiskusi dengan kelompoknya dan menginformasikan kepada teman lainnya yang beda kelompok. 2. Pada saat guru mengajukan pertanyaan tentang apa yang telah dipelajari, siswa sudah banyak yang merespon pertanyaan dari guru. 3. Pemahaman siswa dalam siklus ini, diperoleh dari hasil post tes yang dilaksanakan di akhir pembelajaran. Hasilnya cukup lumayan dengan rata-rata 45 dengan tingkat ketuntasannya 65 %. 2. Hasil Penelitian Siklus I Dikarenakan penulis merasa kurang puas atas hasil yang diperoleh pada kegiatan pemebelajaran pra siklus, penulis merencanakan kembali perbaikan pembelajaran untuk siklus I yang disesuaikan kelemahan dan kekurangan pada pra siklus. Pada siklus I ini diperoleh hasil sebagai berikut: a. Hasil Tes
70
Pada siklus I ini kembali penulis melakukan pre tes untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum pembelajaran dilaksanakan. Pokok bahasan dalam siklus I ini, adalah ciri-ciri khusus makhluk hidup hewan. Pada siklus I ini, digunakan metode yang sama yaitu metode jigsaw. Akhir pembelajaran dalam siklus I ini penulis mengadakan post tes. Adapun hasil yang diperoleh pada pre tes dan post tes sebagai berikut: Tabel 1.5 Hasil Evaluasi Pre Tes dan Pos Tes Siklus I
Interval Nilai
Nilai Pre Tes
Nilai Post Tes
Frekuensi
Persentase
Frekuensi
Persentase
Nilai ≤ 50
5
15%
3
5%
Nilai 55 sampai
11
85%
-
-
-
-
13
95%
70 Nilai 75 sampai 100 Jumlah
16
16
Rata-rata
75
90
Ketuntasan
85%
95%
Interval nilai yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Nilai ≤ 50
: Kurang Baik
Nilai 55 sampai 70
: Cukup Baik
Nilai 75 sampai 100
: Baik
Dari hasil evaluasi pre tes siswa yang mengalami ketuntasan hanya 9 siswa (85%) saja dari 16 siswa yang dengan rata-rata 75.
Sedangkan hasil
evaluasi post tes yang mengalami
ketuntasan 13 siswa (95%) dengan rata-rata 90. Hal ini menunjukkan bahwa dalam siklus II ini
71
mengalami keberhasilan karena nilai siswa mengalami kenaikan.Untuk mengetahui lebih jelas tentang nilai rata-rata siswa dan ketercapaian ketuntasan klasikal pada pre tes dan post tes siklus I dapat dilihat pada grafik berikut ini: Diagram 1. Nilai Rata-rata Kelas 95 90 85 80 75 70 65 pre tes
post tes
72
Diagram Pie 1.5 Nilai Ketuntasan Belajar Siswa
pre tes post tes
b. Hasil Observasi Siswa Berdasarkan pengamatan dari seluruh kegiatan siswa dalam perbaikan pembelajaran siklus I ini, diperoleh sebagai berikut: Diagram 1.6 Hasil Observasi Siswa Siklus I
80 79 78 77 76 75 74 73 72 keaktifan siswa
kemampuan menjawab
pemahaman siswa
73
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada siklus I siswa sudah tergolong aktifa dalam pembelajaran. Keaktifan siswa dimulai dari kegiatan siswa melakukan diskusi kelompok di kelas. Pada saat kelompok lain membacakan hasil diskusinya antar kelompok, banyak siswa yang aktif menanggapi, walaupun masih dengan suasana santai tetapi siswa cukup tertarik. Hanya terkadang sulit terkontrol karena siswa tidak mau kalah dengan siswa yang lain. Siswa dalam menjawab pertanyaan guru sudah aktif. Hal ini karena guru dalam memberikan pertanyaan jelas dan tidak terfokus dengan satu siswa saja, akan tetapi menyeluruh terhadap siswa yang lain. Jadi, siswa merasa lebih dihargai. Pemahaman siswa diukur dari ketuntasan belajar siswa dalam kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I. Pemahaman siswa dalam siklus I ini tergolong baik dan telah mencapai ketuntasan belajar yang ditetapkan sebelumnya. c. Hasil Observasi Guru Pengamatan yang dilakukan penulis pada kegiatan guru dalam siklus I ini, sangat baik. Adapun lembar pengamatan guru terlampir. Namun demikian masih perlu dilakukan perbaikan dalam hal-hal tertentu. Oleh karena itu, penulis akan berupaya lebih memaksimalkan untuk memperbaikinya dalam siklus I. d. Refleksi Berdsarkan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran dalam siklus I, selanjutnya penulis melakukan refleksi atas segala tindakan yang telah dilakukan pada siklus I. Adapun hasil yang diperoleh dari keseluruhan kegiatan pembelajaran dalam siklus I sebagai berikut: 1.
Pada saat pelaksanaan metode jigsaw yang dilakukan di dalam kelas, siswa terlibat aktif. Siswa tertarik untuk mengungkapkan pendapat mereka. Akhirnya siswa tidak mau kalah dengan siswa yang lain, karena hal inilah terkadang siswa jadi sulit terkontrol. 74
2.
Pada saat guru mengajukan pertanyaan tentang apa yang telah dipelajari, siswa banyak merespon pertanyaan guru.
3.
Pemahaman siswa dalam siklus ini, diperoleh dari hasil post tes yang dilaksanakan diakhir pembelajaran. Hasilnya cukup lumayan dengan rata-rata 90 dengan tingkat ketuntasannya 95%.
B. Pembahasan Focus pada perbaikan pembelajaran siklus I ini adalah menjelaskan
materi ciri-ciri
khusus makhluk hidup bagian yang pertama. Siswa dibagi per kelompok sesuai nama kelompok hewan masing-masing. Banyak siswa yang belum aktif dalam kegiatan ini. Sebagian siswa hanya mengandalkan ketua kelompoknya saja. Hasil pengamatan keaktifan siswa pada siklus I ini mencapai 80%. Pada siklus I siswa disuruh untuk mendiskusikan ciri-ciri khusus makhluk hidup hewan bagian kedua.
Siswa dibagi dalam kelompok yang jumlah anggota cenderung lebih kecil
daripada pembagian kelompok pada siklus I. Sebagian siswa sudah tergolong aktif. Hanya saja masih ada yang diam waktu diskusi kelompok berlagsung. Hasil yang diperoleh dalam pengamatan keaktifan siswa siklus II ini naik menjadi 90%. Pokok permasalahan yang kedua dalam penelitian ini adalah meningkatkan pemahaman siswa. Pengamatan yang dilakukan adalah dengan menilaia hasil dari diskusi siswa. Yaitu berupa laporan tertulis atau pada saat siswa mempresentasikan hasil dari kerja kelompoknya. Hasil dari pengamatan pemahaman siklus I ini adalah 65%. Pada siklus II ini naik menjadi 90%.Pokok permasalahan yang ketiga adalah prestasi belajar siswa. Ini dinilai dari tes yang dilakukan guru dalam post tes. Untuk melihat hasil dari sebelum perbaikan pembelajaran berlangsung dari siklus I dan siklus II sebagai berikut
75
Diagram Pie 1.7 Statistic Nilai Siklus I dan Siklus II
Pra Siklus Siklus I
Hasil dari data diatas menunjukkan bahwa perolehan nilai rata-rata kelas pada pra siklus yaitu 55 dengan tingkat ketuntasan 65%. Pada siklus I nilai rata-rata kelas 90 dengan tingkat ketuntasannya 91%. Ini berarti menunjukkan bahwa hasil per siklusnya, mengalami peningkatan yang tergolong baik dan penelitian ini telah memenuhi indicator keberhasilan yaitu ketuntasan belajar siswa yang telah ditetapkan sebanyak ≥85%. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada pra siklus dan siklus I maka dapat disimpulkan bahwa dengan metode jigsaw dapat meningkatkan keaktifan, pemahaman, dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Berdasarkan hasil peneliti bahwa di MI Ma’arif Dukuh mengalami peningkatan hasil belajar siswa yang tergolong baik terutama kelas VI melalui metode jigsaw materi ciri-ciri khusus makhluk hidup hewan. Dari siklus I dan siklus II nilai rata-rata kelas meningkat. Adapun alokasi waktu perbaikan pembelajaran yaitu
76
Tabel 1.6 Alokasi waktu perbaikan pembelajaran Waktu NO
Kegiatan
Juni 3
1.
Perencanaan
2.
Pra Siklus
Juli 4
1
2
Agustus 3
4
1
2
Pelaksanaan Pra Siklus Refleksi 3.
Siklus I Perencanaan Tindakan Observasi Refleksi
77
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa metode jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar pada siswa kelasVI materi ciri-ciri khusus makhluk hidup hewan di MI Ma’arif Dukuh Sidomukti Tahun Pelajaran 2016/2017. Peningkatan nilai rata-rata kelas naik dari 65 (pra siklus) menjadi 85 dan PTK ini dianggap berhasil.. B. Saran a. Terhadap Sekolah Sebaiknya Kepala Sekolah menerapkan metode jigsaw agar hasil belajar siswa meningkat karenaakan mempengaruhi hasil kelulusan maupun kenaikan kelas siswa. b.
Terhadap Guru Sebaiknya pendidik atau guru MI MA’arif Dukuh Salatiga menerapkan metode jigsaw ini
agar hasil belajar siswa meningkat dengan baik. Siswa yang belum mencapai KKM mendapat tambahan waktu belajar. Siswa dibimbing dan diberi motivasi agar nilai ketuntasan menjadilebih baik.
78
DAFTAR PUSTAKA Asmani, Jamal Ma’mur, 2011. 7 Tips Aplikasi Pakem. Yogyakarta: 2011 Daryanto, Drs, 2013. Inovasi Pembelajaran Efektif. Bandung : Yrama Widya Haryanto, 2004.Sains.Yogyakarta: Erlangga Hosnan, M, 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21.Bogor: Ghalia Indonesia Idrus, Ali, 2009. Manajemen Pendidikan Global. Jakarta: Gaung Persada (GP Press) Jamal Ma’mur Asmani, 2011.7 Tips Aplikasi PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan menyenangkan.Yogjakarta : Diva Press Johnson, Elaine, 2006.CTL Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: MLC Kastolani, M. Ag, 2014. Model Pembelajaran Inovatif : Teori dan Aplikasi. Salatiga : STAIN Salatiga Press Kusnin, 2007.IPA untuk SD dan MI Kelas 6. Jakarta: PT. Piranti Darma Kalokatama Mulyasa, E. 2011.Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Somadayo, Samsu, Penelitian Tindakan Kelas (PTK.). Yogyakarta: Graha Ilmu Sumadayo, Samsu, 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Graha Ilmu Susanto Ahmad, 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.Jakarta : Kencana Prenada Group Suyadi, 2010.Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Diva Press Widi, Asih dkk, 2014.Metodologi Pembelajaran IPA.Jakarta: PT. Bumi Aksara
79
LAMPIRAN
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130