“PENGARUH SELF-EFFICACY, KONFORMITAS DAN GOAL ORIENTATION TERHADAP PERILAKU MENYONTEK (CHEATING) SISWA MTs AL-HIDAYAH BEKASI”
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Disusun Oleh: Hasnatul ‘Alawiyah 106070002171
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433H / 2011M
“PENGARUH SELF-EFFICACY, KONFORMITAS DAN GOAL ORIENTATION TERHADAP PERILAKU MENYONTEK (CHEATING) SISWA MTs. AL-HIDAYAH BEKASI” Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh : HASNATUL ‘ALAWIYAH NIM : 106070002171
Di Bawah Bimbingan : Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si
Solicha, M.Si
NIP.19561223 198303 2 001
NIP. 19720415 199903 2 001
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433H/2011M
i
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul PENGARUH SELF-EFFICACY, KONFORMITAS DAN GOAL ORIENTATION TERHADAP PERILAKU MENYONTEK (CHEATING) SISWA MTS. AL-HIDAYAH BEKASI telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 9 Desember 2011 Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi. Jakarta, 9 Desember 2011 Sidang Munaqasyah Dekan/ Ketua Merangkap Anggota
Pembantu Dekan/ Sekretaris Merangkap Anggota
Jahja Umar, Ph.D NIP. 130 885 522
Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP.19561223 198303 2 001
Anggota :
Dra. Diana Mutiah, M.Si NIP. 19720415 199903 2 001
Solicha, M.Si NIP. 19671029 199603 2 001
ii
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Hasnatul ‘Alawiyah NIM : 106070002171 Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh self-efficacy, konformitas dan goal orientation terhadap perilaku menyontek (cheating) siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka. Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan UndangUndang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain. Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, 30 November 2011
Hasnatul ‘Alawiyah NIM : 106070002171
[email protected] iii
Motto “Berlaku jujurlah, karena sesungguhnya
kejujuran itu menuntun kepada kebaikan, dan sesungguhnya kejujuran itu menuntun ke surga. Dan jauhilah dusta, karena dusta itu menyeret kepada dosa dan kemungkaran, dan sesungguhnya dosa itu menuntun ke neraka.” ( HR. Bukhari ) “Man jadda wa waja ja jadda” Barang siapa yang bersungguh bersungguh--sunggu sungguhh maka dapatlah ia
iv
Sebuah Dedikasi Karya ini kupersembahkan untuk Ema & Bapak tercinta, Sungguh pencapaian ananda ini tidak akan pernah sebanding dengan segala pengorbanan yang telah Ema & Bapak berikan. Terimakasih atas cinta dan kasih sayangnya serta doa yang selalu terucap untuk ananda. Kakak-kakak tersayang, yang selalu menyayangiku dengan sepenuh hati, dan selalu memberikan dukungan serta mendoakanku dalam kebaikan. Serta kedua keponakanku yang selalu menghibur dan membuat hari-hariku lebih berwarna v
ABSTRAK A) Fakultas Psikologi B) November 2011 C) Hasnatul ‘Alawiyah D) Pengaruh self-efficacy, konformitas dan goal orientation terhadap perilaku menyontek (cheating) siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi E) XVII + 99 halaman + 30 lampiran F) Kecenderungan menyontek dalam kegiatan akademis kerap kali terjadi di dunia pendidikan. Oleh karena itu, menyontek menjadi salah satu fenomena yang muncul menyertai aktifitas proses belajar-mengajar sehari-hari di sekolah khususnya bila ada ulangan dan ujian. Oleh karena itu perilaku mencontek bukan hal baru dalam dunia pendidikan, menyontek sudah sangat populer mulai dari pelajar SD, SMP, hingga SMA sampai Perguruan tinggi. Dengan semakin maraknya perilaku menyontek (cheating) di kalangan siswa maka perlu diantisipasi faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku menyontek (cheating). Tujuan penelitian ini adalah menguji signifikansi faktor-faktor yang diduga dapat mempengaruhi perilaku menyontek seperti self-efficacy, konformitas, goal orientation, jenis kelamin dan tingkatan kelas. Berdasarkan pengujian statistik penelitian ini diharapkan akan mengungkapkan seberapa besar pengaruh dari setiap variabel prediksi yang dianalisis tersebut. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan metode probability sampling, dengan menggunakan teknik stratified random sampling dimana pemilihan sampel dari populasi berdasarkan pada strata tiap-tiap kelas. Partisipan pada penelitian ini adalah siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi yang berjumlah 150 siswa. Kesimpulan penelitian ini adalah secara keseluruhan terdapat pengaruh yang signifikan dari self-efficacy, konformitas acceptance, konformitas compliance, mastery goal orientation, performance goal orientation, jenis kelamin dan tingkatan kelas terhadap perilaku menyontek (cheating). Berdasarkan proporsi varians seluruhnya, perilaku menyontek dipengaruhi oleh independen variabel yang diteliti sebesar 39,9% sedangkan sisanya yaitu 60.1% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Akan tetapi jika dilihat dari signifikan tidaknya proporsi varian sumbangan kontribusi dari masing-masing IV (independent variable), hanya terdapat tiga IV (independent variable) yang signifikan, yaitu konformitas acceptance, konformitas compliance dan vi
tingkatan kelas, dengan perincian yaitu variabel konformitas acceptance memberikan sumbangan sebesar 16,9%, konformitas compliance memberikan sumbangan sebesar 3,1%.dan tingkatan kelas memberikan sumbangan sebesar 15,8%.Sedangkan self-efficacy, mastery goal orientation, performance goal orientation tidak mempengaruhi perilaku menyontek (cheating). Berdasarkan hasil penelitian ini peneliti menyarankan jika ada yang ingin melanjutkan penelitian dengan tema yang sama, untuk peneliti selanjutnya disarankan agar sebaiknya menggunakan beberapa variabel lain yang mempengaruhi cheating untuk dijadikan independent variabelnya dan hendaknya menambahkan atau memperbanyak jumlah sampel, sehingga hasil penelitian yang didapat lebih akurat. Untuk para pendidik hendaknya dalam kegiatan belajar mengajar sebaiknya memperhatikan tingkatan kelas siswa dalam melakukan pembelajaran terutama dalam ujian, karena cenderung yang melakukan cheating adalah siswa tingkat kelas lebih tinggi. Oleh karena itu perlu perhatian dan pembinaan khusus pada kelas-kelas tersebut agar tidak terlalu memiliki perilaku menyontek (cheating). G) Bahan Bacaan: 20 buku + 11 jurnal + 7 artikel internet + 5 skripsi
vii
KATA PENGANTAR Bismillahirahmanirrahiim Syukur Alhamdullilah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat kekuasaan dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW serta pengikutnya sampai akhir zaman. Terselesaikannya skripsi ini sebenarnya juga tidak luput dari bantuan pihak luar, oleh karena itu, izinkanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Jahja Umar, Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ibu Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si, Pembantu Dekan I, beserta seluruh jajaran dekanat lainnya, yang selalu berusaha menciptakan lulusan-lulusan Fakultas Psikologi yang berprestasi dan berkualitas. 2. Ibu Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si. Dosen Pembimbing satu, yang selalu sabar memberikan solusi-solusi cerdas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian, berdiskusi, memberi masukan yang sangat berarti, dan memberi semangat kepada penulis. Terimakasih atas keikhlasannya untuk meluangkan waktu di sela-sela kesibukan dengan jadwal ibu yang begitu padat. 3. Ibu Solicha, M.Si. Dosen pembimbing dua, yang telah memberikan masukan yang bermanfaat dan sangat berarti yang berkaitan dengan penelitian sehingga sangat membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Terimakasih atas semangat yang ibu berikan, buku-buku yang ibu pinjamkan dan sudah meluangkan waktu di sela-sela kesibukan ibu yang sedang hamil sambil melanjutkan S3, semoga ibu dimudahkan dalam melahirkan dan di berikeselamatan, Amin. 4. Ibu S. Evangeline I Suaidy M. Psi. Psi., Pembimbing akademik kelas A angkatan 2006 yang selalu menyempatkan diri untuk mengikuti acara-acara kelas A untuk memberikan perhatian dan nasehat-nasehat yang berarti demi masa depan yang lebih baik.
viii
5. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya dengan kesabaran dan keikhlasan. Semoga segala ilmu dan pengetahuan yang bapak dan ibu berikan dapat bermanfaat untuk penulis maupun untuk orang lain dalam kehidupan bermasyarakat. 6. Teristimewa, Ema dan Bapak yang rela mengeluarkan keringat demi pendidikan dan kebahagiaan anak-anaknya walaupun dengan kondisi badan yang mudah sakit. Semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan kepada Ema dan Bapak, amin. Skripsi ini adalah sebuah dedikasi sederhana atas pengabdian penulis kepada Ema dan Bapak tercinta. 7. Kakak-kakakku, Ibu Ngkis (Mpo)yang selalu memotivasi baik secara moril maupun materil untuk selalu semangat dalam menjalani kehidupan ini terutama merapungkan skripsi yang sudah membuatku jungkir-balik dan jatuh-bangun untuk menyelesaikannya. Bang Haji, Teh Haji, Bang Uding dan Teh Ika terimakasih sudah menjadi motivator Neng untuk menjadi Sarjana. Teh Enca, terimakasih udah ngurusin semua perlengkapan Neng kuliah. Terimakasih juga buat Aa yang udah mau antar jemput Neng Bogor-Ciputat. Serta kedua keponakanku tersayang, Bilqis dan Zahran, walaupun kalian sering ngebuat teteh pusing tapi berkat kalian hari-hari teteh lebih berwarna. 8. Kepala Sekolah MTs. Al-hidayah Bekasi, Bapak H. Jahrudin, S. Ag, M.M.pd dan seluruh siswa-siswi MTs. Al-Hidayah Bekasi, terimakasih atas izin dan partisipasinya dalam merapungkan penelitian ini. 9. Teman-teman di Federasi Olahraga Mahasiswa (FORSA) serta Senpai-senpai dan teman-teman Karate UIN Jakarta, yang telah banyak mengajarkan arti dan makna hidup serta pengalaman berorganisasi. Khususnya Senpai Abi yang selalu mengajarkan dan menekankan pentingnya mempunyai jiwa yang pemberani yang tidak takut untuk menantang dunia namun tetaplah mempunyai hati yang jernih, ikhlas dan tidak sombong. 10. Sahabat-sahabatku tersayang (Sarah, Susi, Kori, K’edo, Sofyan, Ali, Bambang, Rere, Baiti, Bima, Ayu, Dimas, Eja, Mayhant, Adyo, Teteh ibu, Ifa dan anak-anak koz Balans ceria), serta teman-teman yang lain yang tidak ix
dapat disebutkan satu persatu. Semoga Allah selalu menjaga persaudaraan dan kasih sayang kita. Kalian keluarga kedua yang Allah kirimkan untuk selalu menemaniku baik itu dalam “tawa” maupun “tangis” disaat orang tua serta saudara-saudaraku jauh di seberang sana. Persahabatan yang indah ini tidak akan pernah terlupakan sampai kapanpun. Terimakasih untuk persahabatan yang indah ini. 11. Teman-teman angkatan 2006 khususnya kelas A yang selalu smart dalam berpikir dan berdiskusi, serta angkatan dibawah penulis, terimakasih atas kebersamaan dan pembelajaran yang begitu indah selama ini. Semua kenangan indah yang telah kita lalui bersama tidak akan pernah terlupakan. 12. Teman-teman J-Pers (Jejak Petualngan), Mahachala (Mahasiswa Pecinta Alam) Psikologi UIN Jakarta, B2W Bogor (Bike To Work), B2C Bogor (Bike To Campus) dan Topas (Tekun Olahraga Pasti Sehat Selalu) yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas pengalaman petualangan yang sungguh mengesankan dan tidak terlupakan. 13. Staff bagian Akademik, Umum, dan Keuangan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 14. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, karena dukungan moral serta pengertian mereka penulis bisa menyelesaikan laporan ini. Hanya asa dan doa yang penulis panjatkan kepada semua pihak yang membantu penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan untuk menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, besar harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa saja yang membaca. Jakarta, 30 November 2011
Penulis x
DAFTAR ISI
Cover Lembar Pengesahan Pembimbing.........................................................................i Pengesahan Panitia Ujian....................................................................................ii Pernyataan Bukan Plagiat................................................................................. .iii Motto.................................................................................................................iv Persembahan.......................................................................................................v Abstrak ..............................................................................................................vi Kata Pengantar…………………………………………………………………viii Daftar Isi………………………………………………………………………... xi Daftar Tabel ...........................................................…………………………… xiv Daftar Bagan ………………………………………………………………….. xvi Daftar Lampiran …………………………………………………………….....xvii BAB I
PENDAHULUAN .........................................................................1 1.1. Latar Belakang.....................................................................1 1.2. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah .........................16 1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................19 1.4. Manfaat Penelitian ................................................................19 1.5. Sistematika Penulisan............................................................20
BAB II
KAJIAN PUSTAKA .....................................................................21 2.1. Perilaku Menyontek (cheating) ...............................................21 2.1.1. Pengertian Perilaku Menyontek (Cheating) .................22 2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menyontek (cheating)..............................................................................23 2.1.4. Dimensi-dimensi Perilaku Menyontek (cheating) ........29 2.2. Self-efficacy ..........................................................................29 2.2.1. Pengertian Self-efficacy ...............................................30 2.2.2. Faktor-faktor Terbentuknya Self-efficacy.....................32 2.2.3. Dimensi-dimensi Self-efficacy .....................................36 xi
2.3. Konformitas ..........................................................................38 2.3.1. Pengertian Konformitas ...............................................39 2.3.2. Dimensi-dimensi Konformitas.....................................40 2.3.3. Kondisi yang Mendorong Terjadinya Konformitas ......42 2.4. Goal Orientation...................................................................45 2.4.1. Pengertian Goal Orientation........................................45 2.4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Goal Orientation...46 2.4.3. Dimensi-Dimensi Goal Orientation.............................47 2.5. Kerangka Berfikir .................................................................52 2.6. Hipotesis Penelitian...............................................................56 BAB III
METODE PENELITIAN...............................................................57 3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ..............................................57 3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel.................57 3.2.1. Populasi ........................................................................57 3.2.2. Sampel..........................................................................58 3.2.3. Teknik Pengambilan Sampel .........................................58 3.3. Variabel Penelitian..................................................................59 3.3.1. Identifikasi Variabel......................................................59 3.3.2. Definisi Oprasional Variabel .........................................60 3.4. Pengumpulan Data ..................................................................62 3.4.1. Teknik Pengumpulan Data ............................................62 3.4.2. Instrumen Pengumpulan Data .......................................62 3.5. Teknik Uji Instrumen dan Analisis Data..................................73 3.5.1. Uji Validitas..................................................................73 3.5.2. Uji Reliabilitas ..............................................................74 3.6. Prosedur Penelitian .................................................................75 3.7. Teknik Analisa Data ...............................................................77
BAB IV
HASIL PENELITIAN ...................................................................78 4.1. Gambaran Umum Responden................................................78 4.1.1. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin............78 4.1.2. Gambaran Subjek Berdasarkan angkatan....................79 xii
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian .....................................................79 4.2.1. Kategorisasi Skor Perilaku Menyontek (Cheating) .....79 4.2.2. Kategorisasi Skor Self-efficacy...................................81 4.2.3. Kategorisasi Skor Konformitas ..................................82 4.2.4. Kategorisasi Skor Goal Orientation ...........................83 4.3. Hasil Uji Hipotesis Penelitian................................................84 4.3.1. Hasil Uji Hipotesis Mayor..........................................84 4.3.2. Hasil Uji Hipotesis Minor ..........................................86 4.3.3. Pengujian Sumbangan Masing-masing Independent Variable......................................................................90 4.3.4. Sumbangan Masing-masing Independent Variable.....91 BAB V
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN………………………..94 5.1. Kesimpulan……………………………………………….....94 5.2. Diskusi………………………………………………………95 5.3. Saran………………………………………………………...98 5.3.1. Saran Teoritis…………………………………....….98 5.3.2. Saran Praktis………………………………………..99
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Prediksi tingkah laku menurut Alwisol ............................................. 36 Tabel 2.2. Konsep-konsep goal orientation ....................................................... 49 Tabel 3.1. Populasi siswa-siswi MTs. Al-Hidayah Bekasi tahun 2011 ............... 58 Tabel 3.2. Pilihan jawaban dan skoring respon jawaban .................................. 63 Tabel 3.3. Pedoman skoring kuisioner jenis kelamin ......................................... 64 Tabel 3.4. Pedoman skoring kuisioner tingkatan kelas....................................... 64 Tabel 3.5. Blue print perilaku menyontek (cheating) try out .............................. 65 Tabel 3.6. Blue print perilaku menyontek (cheating) ......................................... 66 Tabel 3.7. Blue print self-efficacy try out........................................................... 67 Tabel 3.8. Blue print self-efficacy...................................................................... 68 Tabel 3.9. Blue print konformitas try out........................................................... 69 Tabel 3.10. Blue print konformitas .................................................................... 70 Tabel 3.11. Blue print goal orientation try out................................................... 71 Tabel 3.12. Blue print goal orientation.............................................................. 72 Tabel 3.13. Skor hasil uji reliabilitas skala......................................................... 75 Tabel 4.1. Gambaran umum subjek berdasarkan jenis kelamin .......................... 78 Tabel 4.2. Gambaran umum subjek berdasarkan tingkatan kelas........................ 79 Tabel 4.3. Skor peroleh perilaku menyontek (cheating)..................................... 80 Tabel 4.4. Klasifikasi skor perilaku menyontek (cheating) ................................ 80 Tabel 4.5. Skor perolehan self-efficacy .............................................................. 81 Tabel 4.6. Klasifikasi skor selfefficacy............................................................... 81 Tabel 4.7. Perolehan Z score konformitas.......................................................... 82 Tabel 4.8. Klasifikasi responden pada konformitas............................................ 83 Tabel 4.9. Perolehan Z score goal orientation ................................................... 83 Tabel 4.10. Klasifikasi responden pada goal orientation.................................... 84 Tabel 4.11. Tabel R-square ............................................................................... 85 Tabel 4.12. Tabel ANOVA pengaruh IV terhadap DV....................................... 85 Tabel 4.13. Koefisiensi regresi .......................................................................... 86 Tabel 4.14. Uji beda jenis kelamin .................................................................... 89 Tabel 4.15. Uji beda tingkatan kelas.................................................................. 89 Tabel 4.16. Tabel proporsi varian ...................................................................... 90 xiv
DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan 2.1. Skema kerangka berfikir .................................................................. 55 Bagan 4.1. Residual plot perilaku menyontek (cheating) ................................... 93
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Izin Penelitian
Lampiran 2
Surat Bukti Penelitian
Lampiran 3
Skala Try Out
Lampiran 4
Data Mentah Perilaku Menyontek Cheating Try Out
Lampiran 5
Data Mentah Selfefficacy Try Out
Lampiran 6
Data Mentah Konformitas Try Out
Lampiran 7
Data Mentah Goal Orientation Try Out
Lampiran 8
Output Uji Validitas dan Reliabilitas Try Out Perilaku Menyontek (cheating)
Lampiran 9
Output Uji Validitas dan Reliabilitas Try Out Self-efficacy
Lampiran 10 Output Uji Validitas dan Reliabilitas Try Out Konformitas Lampiran 11 Output Uji Validitas dan Reliabilitas Try Out Goal Orientation Lampiran 12 Skala Field Study Lampiran 13 Data Mentah Cheating Field Test Lampiran 14 Data Mentah Self-efficacy Field Test Lampiran 15 Data Mentah Konformitas Acceptance Field Test Lampiran 16 Data Mentah Konformitas Compliance Field Test Lampiran 17 Data Mentah Mastery Goal orientation Field Test Lampiran 18 Data Mentah Performance Goal Orientation Field Test Lampiran 19 Data Mentah Tingkatan Kelas dan Jenis Kelamin Terhadap perilaku menyontek (cheating)
xvi
Lampiran 20 Data T-test Jenis Kelamin Lampiran 21 Data T-test Tingkatan Kelas Lampiran 22 Z score konformitas Lampiran 23 Z score Goal Orientation Lampiran 24 Data Responden Hasil Penelitian Lampiran 25 Output Uji Validitas dan Reliabilitas Field Study Perilaku Menyontek (cheating) Lampiran 26 Output Uji Validitas dan Reliabilitas Field Study Self-efficacy Lampiran 27 Output Uji Validitas dan Reliabilitas Field Study Konformitas Lampiran 28 Output Uji Validitas dan Reliabilitas Field Study Goal Orientation Lampiran 29 T-Test Jenis Kelamin dan Tingkatan Kelas Lampiran 30 Z score Konformitas dan Goal Orientation
xvii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini kompetisi antar individu dengan individu yang lainnya sangat ketat disegala bidang. Kompetisi yang terjadi tidak hanya antar individu dalam negeri saja, akan tetapi juga antar bangsa. Hal terpenting dalam era globalisasi ini adalah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat. Negara yang maju adalah Negara yang mampu mengusai ilmu pengetahuan dan teknologi serta mampu menciptakan teknologi baru. Negara Indonesia sebagai Negara berkembang, termasuk salah satu Negara yang sedang giat-giatnya membangun dan meningkatkan sumber daya manusia melalui pendidikan. Oleh karena itu untuk mengantisipasi era globalisasi, dunia pendidikan dituntut untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten agar mampu bersaing dalam segala hal. Agar tidak ketinggalan dengan Negara-negara yang lain, Indonesia dituntut untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang maju sangat pesat. Mau tidak mau peningkatan sumberdaya manusia mutlak diperlukan. Dalam hal ini pemerintah Indonesia sangat menyadari pentingnya menciptakan warga Negara yang berkualitas, agar sumberdaya manusia Indonesia tidak kalah dari sumber daya manusia di Negara lain. Agar dapat mengontrol kualitas manusia Indonesia dalam jalur pendidikan dilakukan Ujian Nasional (UN).
1
2
Ujian merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi proses belajar. Dalam dunia pendidikan, ujian dimaksudkan untuk mengukur taraf pencapaian suatu tujuan pengajaran oleh siswa sebagai peserta didik, sehingga siswa dapat mengetahui tingkat kemampuannya dalam memahami pelajaran yang sedang ditempuh. Bila ternyata hasilnya belum maksimal, maka proses belajar harus ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitas (Maradina, 2008). Dalam usaha untuk meraih keberhasilan mendapatkan nilai yang baik dalam ujian, ada siswa yang belajar dengan tekun dan ada pula siswa yang tidak belajar, akan tetapi mengandalkan teman atau berbuat curang, misalnya menyontek saat mengikuti ujian. Hal ini terjadi karena hasil ujian dan ulangan itu merupakan salah satu kriteria yang dipakai pendidik atau pengajar dalam menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar yang dilakukan. Tak dipungkiri lagi, dalam pelaksanaan ujian dan ulangan itu, sebagian peserta didik mencontek (Silvano dkk, 2008). Perilaku
menyontek dapat dilakukan oleh siapapun juga untuk
mendapatkan nilai yang tinggi dan mengurangi kemungkinan mendapatkan nilai yang buruk. Karena masyarakat berpandangan bahwa seseorang dikatakan cerdas atau pintar jika nilai-nilai raport atau ijazahnya tinggi. Oleh karena itu para pelajar berlomba-lomba untuk mendapat nilai tinggi (Silvano dkk, 2008). Pandangan tersebut menimbulkan tekanan pada siswa untuk mencapai nilai yang tinggi. Tekanan yang dirasakan akan membuat siswa lebih berorientasi pada nilai, bukan pada ilmu. Siswa dapat mempersepsi ujian sebagai alat untuk menyusun peringkat dan dapat menyebabkan dirinya mengalami kegagalan, bukan sebagai instrumen
3
yang dapat menunjukkan kemajuan dalam proses belajar (Sujana & Wulan, dalam Setyani, 2007). Kecenderungan menyontek dalam kegiatan akademis kerap kali terjadi di dunia pendidikan. Oleh karena itu, menyontek menjadi salah satu fenomena yang muncul menyertai aktifitas proses belajar-mengajar sehari-hari di sekolah khususnya bila ada ulangan dan ujian. Oleh karena itu perilaku mencontek bukan hal baru dalam dunia pendidikan, menyontek sudah sangat populer mulai dari pelajar SD, SMP, hingga SMA sampai Perguruan tinggi. Bahkan dalam sejarah Cina Kuno menyebutkan bahwa pada zaman pemerintahan Kaisar Wen Ti pada tahun 77 Masehi telah diberlakukan aturan ujian yang ketat bagi orang-orang yang mengikuti ujian menjadi pegawai kerajaan. Peserta yang kedapatan menyontek dalam ujian tersebut diancam hukuman mati (Alhadza dalam Setyani, 2007). Akan tetapi walaupun perilaku menyontek telah dikenal sejak lama tetapi dalam Kamus Bahasa Indonesia (Suharto & Iryanto, 1995), kata tersebut tidak dapat ditemukan secara langsung, kata menyontek baru ditemukan pada kata jiplakmenjiplak yang artinya meniru tulisan atau pekerjaan orang lain. Sedangkan Dalam Kamus Bahasa Inggris (Echols & Shadily, 2003) kata menyontek atau menjiplak disebut dengan istilah Cheating. Hal ini sesuai dengan artikel yang ditulis oleh Alhadza, kata menyontek sama dengan cheating. Beliau mengutip pendapat Bower, yang mengatakan cheating adalah perbuatan yang menggunakan cara-cara yang tidak sah untuk tujuan yang sah/terhormat yaitu mendapatkan keberhasilan akademis atau menghindari kegagalan akademis (Alhadza, 2007).
4
Menurut Mulyana (dalam Setyani, 2007), perilaku menyontek dapat dilakukan dalam bentuk-bentuk sebagai berikut: menulis contekan di meja atau di telapak tangan, menulis di sobekan kertas yang disembunyikan di lipatan baju, bisa juga dengan melihat buku pedoman atau buku catatan sewaktu ujian. Seiring dengan perkembangan teknologi, telepon genggam dapat digunakan sebagai sarana untuk menyontek, yaitu dengan menyimpan data contekan di memori telepon genggam atau saling berkirim jawaban melalui SMS (short message service) pada saat ujian (Muljadi, dalam setyani 2007). Berdasarkan pengertian di atas, menyontek adalah suatu perbuatan atau cara-cara yang tidak jujur, curang dan menghalalkan segala cara untuk mencapai nilai yang terbaik dalam ulangan atau ujian pada setiap mata pelajaran. Dapat disimpulkan menyontek dalam pelaksanaan ujian adalah mengambil jawaban soal-soal ujian dari cara-cara yang tidak dibenarkan dalam tata tertib ujian seperti: dari buku, catatan, hasil pemikiran temannya dan media lain yang kemudian disalin pada lembar jawaban ujian pada saat ujian berlangsung. Pada dasarnya perilaku menyontek dapat merugikan banyak pihak, baik itu orang yang menyontek ataupun orang yang dicontek. Dengan menyontek, orang yang menyontek tidak dapat mengetahui seberapa besar kemampuan dirinya dalam memahami atau menguasai pelajaran yang didapat, sedangkan orang yang dicontek secara tidak langsung haknya diambil oleh orang yang menyontek. Selain itu perilaku menyontek dapat menyulitkan guru dalam mengukur tingkat keberhasilan dari proses belajar-mengajar di sekolah. Sebab nilai yang diperoleh siswa dengan hasil menyontek bukanlah nilai yang sesungguhnya yang
5
menunjukan tingkat kemampuan dan pemahaman siswa itu sendiri. Secara psikologispun, perilaku nyontek memiliki dampak yang tidak baik, sebab perilaku menyontek dapat mendidik siswa untuk berbohong demi mendapatkan sesuatu yang nantinya akan menjadi kebiasaan dan menjadikan pribadi pembohong. Padahal seharusnya sekolah adalah tempat untuk belajar menjadi pribadi yang lebih baik bukan tempat untuk belajar berbohong atau berbuat curang. Secara keseluruhan bila melihat dari kenyataan yang terjadi, perilaku menyontek (cheating) merupakan masalah serius dan penting dalam dunia pendidikan. Akan tetapi sepertinya masalah ini kurang mendapatkan perhatian khusus, meskipun beberapa penelitian mengenai perilaku menyontek kerap dilakukan. Oleh karena itu sebaiknya semua pihak dalam dunia pendidikan sepakat untuk mengatasi masalah menyontek dan tidak hanya terpaku oleh nilai semata akan tetapi berusaha untuk dapat mencapai prestasi akademis yang optimal dengan memahami materi yang diberikan. Dengan semakin maraknya perilaku menyontek (cheating) dalam kalangan siswa maka perlunya diantisipasi faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku menyontek (cheating). Salah satu faktor yang diduga dapat meningkatkan dan menurunkan perilaku menyontek pada kalangan remaja Siswa SMP adalah keyakinan dalam diri siswa akan kemampuannya sendiri. Keyakinan akan kemampuan diri ini dikenal dengan istilah self-efficacy. Self-efficacy adalah evaluasi seseorang terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan atau mengatasi hambatan (Bandura dalam Baron & Byrne, 2003). Evaluasi ini dapat bervariasi
6
tergantung pada situasi (Cervone dalam Baron & Byrne, 2003). Oleh karena itu, seorang siswa yang memiliki keyakinan diri yang baik akan mampu menampilkan kemampuan terbaiknya dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan disekolah dan mampu mengatasi hambatan demi tercapainya suatu tujuan dengan apa yang dimilikinya. Self-efficacy merupakan bagian dari psikologi positif. Self-efficacy yang tinggi sangat baik apabila dimiliki oleh setiap individu terutama siswa yang akan atau sedang menghadapi ujian, sebab self-fficacy merupakan persepsi atau keyakinan seseorang akan kemampuan dirinya sendiri. Selain itu menurut Bandura (1994), self-efficacy menentukan bagaimana seseorang merasa, berpikir, memotivasi diri sendiri dan berperilaku. Jadi sudah jelas sekali kalau self-efficacy ini sangat penting untuk dimiliki oleh siswa. Sebab dengan adanya keyakinan pada kemampuan diri tersebut akan ikut mempengaruhi kinerja siswa dalam mencapai keberhasilan, sehingga self efficacy pada siswa dalam mengerjakan ujian sangat diperlukan. Menurut Bandura (1994), Self-efficacy berkaitan dengan keyakinan seseorang akan kemampuan yang dimilikinya untuk menjalankan kontrol atau fungsi mereka sendiri lebih dari peristiwa yang mempengaruhi kehidupan mereka. Keyakinan dalam keberhasilan mempengaruhi pilihan hidup seseorang, motivasi dan ketahanan terhadap kesulitan baik itu stress atau depresi. Seorang siswa yang memiliki self-efficacy yang baik dalam menghadapi ujian akan memiliki pengharapan akan nilai yang bagus dan hasil yang memuaskan dengan mempersiapkan diri sebelum dilakukannya ujian. Sebaliknya,
7
siswa yang memiliki self-efficacy yang rendah pada saat menghadapi ujian akan merasakan perasaan yang cemas, menunjukkan sikap yang tidak tenang karena tidak mampu untuk menyelesaikan soal-soal ujian, sehingga siswa tersebut akan merasa putus asa dalam menghadapi rintangan saat ujian dilaksanakan dan akhirnya memutuskan untuk menyontek sebagai alternatif terakhir. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Clara Maradina (2008) yang dari penelitiannya menghasilkan: bahwa adanya hubungan negatif yang signifikan antara self-efficacy dalam menghadapi ujian dengan kecenderungan menyontek pada mahasiswa semester akhir Fakultas Psikologi Ubaya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi self-efficacy maka semakin rendah kecenderungan menyontek dan begitu juga sebaliknya semakin rendah self-efficacy maka semakin tinggi kecenderungan untuk menyontek. Selain self-efficacy faktor yang diduga dapat meningkatkan perilaku menyontek adalah faktor konformitas. Sebab seringkali kita mendengar tentang solidaritas remaja yang kadang kala disalahartikan. Dengan beranggapan bahwa sikap solider itu adalah bagaimana kita membantu teman, baik itu dalam hal positif maupun negatif, baik dengan rasa senang hati atau keterpaksaan karena takut dibilang tidak solider. Melihat fenomena ini kita juga sering melihat para siswa di sekolah misalnya pada saat ujian berlangsung mereka membantu temannya dengan cara memberikan jawaban dengan alasan bahwa itu merupakan sikap solider. Menurut Sujana (dalam Nadhirah, 2008), perilaku menyontek tidak lepas dari pengaruh adanya pengakuan atau persetujuan terhadap tindakan menyontek
8
dan contoh tindakan menyontek yang dilakukan oleh teman sebaya dalam satu kelompok atau teman sekelas. Jadi pengaruh kelompok sebaya akan sangat besar dalam pemberian norma tingkahlaku yang akan dianut oleh individu, dimana salah satu tingkahlaku tersebut adalah perilaku menyontek. Perilaku mengikuti orang lain yang dimaksud disini adalah perilaku konformitas. Biasanya perilaku konformitas ini terjadi karena mengikuti orang lain yang ada dalam lingkungan individu berada, baik itu dengan terpaksa maupun dengan sukarela. Istilah konformitas pertama kali dipublikasikan oleh seorang ahli psikologi sosial Solomon Asch tahun 1951, 1955. Eksperimen Asch ini menunjukan bahwa orang cenderung melakukan konformitas, mengikuti penilaian orang lain, ditengah tekanan kelompok yang mereka rasakan (Sarwono & Meinarno, 2009). Sedangkan dalam Wade (2007) setiap orang pasti akan melakukan konformitas dalam situasi tertentu dan untuk alasan yang sama dengan yang lain. Ada orang yang melakukannya karena mereka mengidentifikasikan diri mereka dengan kelompok dan anggota kelompok, serta ingin tampil serupa dengan mereka, sebab teman-teman menggunakan pengaruh sosial satu sama lain. Dalam kamus lengkap Psikologi J.P. Chaplin (2008) konformitas diartikan sebagai kecendrungan untuk memperbolehkan satu tingkah laku seseorang dikuasai oleh sikap dan pendapat yang sudah berlaku. Selain itu disebutkan juga kalau konformitas merupakan ciri pembawaan kepribadian yang cenderung membiarkan sikap dan pendapat orang lain untuk menguasai dirinya.
9
Sedangkan dalam Wikipedia istilah konformitas diartikan sebagai proses dimana seorang individu bersikap, meyakini, dan berperilaku yang dikondisikan oleh sesuatu untuk menjadi apa yang orang lain bisa lihat. Dilain pihak seseorang menyesuaikan keinginannya sendiri untuk mencapai rasa aman dalam kelompoknya yang biasanya terdapat kesamaan dalam hal usia, budaya, agama, bahkan status pendidikan. Akan tetapi konformitas ini sering dikaitkan dengan remaja dan budaya kaum muda, karena remaja sangat terikat dengan kelompok teman sebaya terutama di lingkungan sekolah (http://translate.google.co.id. http://en.wikipedia.org/Conformity). Dari fenomena yang biasa terjadi, konformitas pada remaja lebih banyak memiliki efek yang buruk, padahal tidak semua konformitas memiliki efek buruk, karena baik atau buruk tergantung pada situasi, kondisi dan tentunya pada individu itu sendiri. Akan tetapi yang sering terjadi pada remaja adalah hal-hal yang negatif (Santrock, 2002). Konformitas dapat berperan secara positif atau negatif pada seorang remaja, yang dimaksud peran negatif disini adalah perilaku menyontek (cheating). Seperti yang terjadi baru-baru ini di SDN 2 Gadel, Surabaya, adanya fenomena konformitas menyontek massal saat Ujian Nasional 2011, dimana seorang murid bernama Alifah Ahmad Maulana (Aam) diminta oleh pihak sekolah “memadu” teman-temannya menggarap soal ujian, karena takut kepada guru akhirnya Aam memberikan hasil jawabannya kepada teman-temannya, dan hasilnya baik (Riadi, 2011). Sedangkan konformitas yang berperan secara positif adalah bagaimana
10
siswa mempersiapkan diri dengan belajar bersama teman-temannya untuk menghadapi ujian sekolah. Biasanya pada perilaku konformitas seseorang mengikuti perilaku kelompoknya meskipun ia berbeda pendapat dengan kelompoknya (Khrisnaresa, 2009).
Semakin
tinggi
konformitas
terhadap
kelompok
sebaya,
maka
kecenderungan perilaku menyontek pun akan semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nadhirah (2008) yang dari penelitiannya menghasilkan kalau adanya hubungan yang positif dan signifikan antara konformitas kelompok dan perilaku menyontek pada mahasiswa IAIN “SMH” Banten Fakultas Tarbiyah. semakin tinggi konformitas terhadap kelompok sebaya, maka makin tinggi pula kecenderungan menyontek. Selain self-efficacy dan konformitas kecendrungan menyontek siswa juga dapat dikaitakan oleh goal orientation. Sebab ketika siswa menyontek, siswa tersebut memiliki tujuan yang ingin dicapainya dan tentunya tujuan dari setiap siswa yang menyontek berbeda-beda. Akan tetapi tujuan tersebut sangat terkait dengan pencapain prestasi di kelas. Ini berarti perilaku menyontek (cheating) yang terjadi pada siswa dapat dikaitkan dengan bagaimana siswa mengorientasikan tujuannya. Beragam usaha yang dilakukan siswa untuk meraih prestasi dalam kegaiatan akademis terkait dengan suatu orientasi tujuan itu sendiri dalam mencapai tujuan yang diharapkannya. Orientasi tujuan atau biasa disebut dengan istilah goal orientation.
11
Wikipedia mengartikan goal orientation (GO) adalah "tujuan". Disini GO sebagai cara untuk mengejar dan mencapaian tujuan dalam konteks prestasi. Selain itu GO merupakan motivasi internal dalam diri siswa dalam kompetensi mengejar prestasi akademik disekolah http://en.wikipedia.org/wiki/Goal-oriented. Goal atau tujuan adalah sesuatu yang diusahakan oleh seseorang untuk dicapai, dan sesuatu itu berada diluar diri individu (Locke & latham, 1990 dalam Pintrich & Schunk, 1996). Sedagkan goal orientation merupakan pola keyakinan yang mengarahkan pada cara yang berbeda dalam pendekatan, penggunaan dan respon terhadap achievement situation (Ames, 1992, dalam Pintrich & Schunk, 1996). Goal orientation merefleksikan standar individu dalam mencapai keberhasilan. Sedangkan dalam kamus lengkap Psikologi J.P. Chaplin (2008) goal orientation diartikan sebagai kondisi dituntun menuju kearah sasaran. Dalam kegiatan belajar keluar dari jalan yang ruwet simpang-siur, merupakan upaya atau jalan tempuh yang mengarah pada sasaran, baik merupakan jalan buntu atau menjadi bagian dari jalan yang benar. Berkaitan dengan hal di atas, maka dapat diketahui bahwa seorang siswa yang memiliki tujuan dalam proses belajar, maka siswa tersebut akan menetapkan tujuan sebagai harapan, hal ini dapat dikatakan mengikuti ujian dan mendapatkan kelulusan dengan nilai yang baik merupakan harapan yang harus dicapai. Maka untuk memantapkan tujuan siswa yaitu mendapatkan keberhasilan saat ujian dan meningkatkan prestasi, siswa akan mempersiapkan dirinya dengan banyak belajar
12
dan meningkatkan waktu untuk membaca berbagai literatur yang mendukung materi pelajaran (Maradina, 2008). Secara umum ada dua jenis orientasi tujuan dalam kegiatan akademis, yaitu tujuan untuk mengembangkan kemampuan (mastery orientation) dan tujuan untuk menunjukan kemampuan (performance orientation). Menurut Pintrich dan Schunk (1996), siswa yang berorientasi pada mastery orientation akan memfokuskan tujuannya pada pengembangan kemampuan, dan berusaha untuk memahami setiap tugas yang diberikan oleh para guru, dan selalu meningkatkan kompetensi diri. Sebaliknya, siswa yang berorientasi pada performance orientation lebih memfokuskan pada bagaimana penilaian orang lain terhadap kemampuan yang dimiliki oleh para siswa. Bila melihat kedua jenis orientasi tujuan, performance orientation lebih mengarah pada pola perilaku maladaptip dari pada mastery goals. Oleh karena itu siswa yang berorientasi pada performance orientation cenderung menggambarkan siswa yang melakukan menyontek, sedangkan siswa yang berorientasi pada mastery orientation cenderung menghindari perilaku menyontek (cheating) dalam mencapai tujuan pembelajarannya. Oleh karena itu tidak setiap siswa yang berorientasi pada performance orientation dia akan selalu menyontek dan siswa yang berorientasi pada mastery orientation tidak akan menyontek. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh setya (2005) yang menghasilkan kalau orientasi tujuan siswa dan struktur tujuan kelas secara bersama-sama memberikan sumbangan pada perilaku menyontek siswa SMP dalam pelajaran Matematika. Hal ini berarti orientasi tujuan siswa memiliki peran
13
adanya kecendrungan menyontek siswa SMP dalam pelajaran Matematika. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa orientasi tujuan dapat mempengaruhi seseorang untuk menyontek
atau
tidak dalam
mencapai tujuan
yang
diharapkannya. Dari pernyataan di atas sudah jelas kalau Goal orientation dapat mempengaruhi kemampuan individu dalam menghadapi hambatan untuk mencapai tujuan sesuai dengan apa yang diharapkan. Baik itu hambatan dalam pendidikan dan ujian ataupun hambatan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan, seperti halnya siswa SMP/MTs yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan Sekolah Dasar di masa anak-anak menuju masa remaja awal di Sekolah Menengah Pertama. Oleh karena itu, sebaiknya siswa dalam menghadapi ujian menganggap tugas mereka sebagai tantangan, bukan sebagai ancaman. Sebab ketika siswa memandang tugas sebagai tantangan, bukan sebagai ancaman, mereka tidak akan merasa takut dalam menghadapi kegagalan. Akan tetapi malah termotivasi untuk meningkatkan prestasi belajar dengan hasil yang maksimal. Selain variabel independen di atas, penelitian ini juga menggunakan variabel demografis yang terdiri dari jenis kelamin dan tingkatan kelas. Variabel demografis ini digunakan berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya yang mengungkapkan mengenai jenis kelamin dan tingkatan kelas dalam hal menyontek, seperti penelitian yang dilakukan oleh Calabrese dan Cochran (1990 dalam Anderman, Griesinger & Westerfield, 1998) yang mengemukakan bahwa di Sekolah Negeri atau Swasta, perilaku menyontek (cheating) lebih umum dilakukan oleh laki-laki. Dalam penelitian yang dilakukan pada kalangan
14
mahasiswapun menyatakan hal yang sama, bahwa laki-laki lebih sering menyontek daripada perempuan. Selain itu laki-laki juga mengatakan bahwa mereka lebih banyak menyontek pada saat ulangan dengan menggunakan berbagai metode menyontek. Di sisi lain perempuan menyetujui kalau cheating lebih banyak dilakukan oleh laki-laki, sebab perempuan akan merasa bersalah jika mereka menyontek (Baird, 1980 dalam Andermana & Midgley, 2004). Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Newstead et al. (1996 dalam Anderman, Griesinger & Westerfield, 1998) mengungkapkan bahwa di kalangan mahasiswa, laki-laki lebih banyak menyontek dari pada perempuan, selain itu dalam penelitian itu pula diungkapkan kalau mahasiswa yang lebih muda atau semester bawah lebih banyak menyontek dari pada murid yang tua atau semester atas. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh McCabe, Trevino dan Butterfield (2001) menunjukkan bahwa mahasiswa yang lebih muda cenderung untuk menyontek dari mahasiswa yang lebih tua. McCabe dan Trevino mengemukakan bahwa pada kesatu dan kedua tahun pertama mahasiswa merasa berat dengan program fakultas, dan tidak ingin mengulang kembali mata kuliah yang telah dipelajari, oleh karena itulah mahasiswa semester bawah lebih memilih untuk menyontek. Sebaliknya, pada tahun katiga dan keempat perkuliahan, mahasiswa tampaknya lebih antusias akan program fakultas karena sudah terbiasa dengan program tersebut. Berdasarkan asumsi penelitian yang dilakukan sebelumnya mengenai variabel demografis, peneliti ingin mengetahui apakan benar perilaku menyontek itu lebih banyak dilakukan oleh laki-laki dari pada perempuan ataukah berbanding
15
terbalik dengan penelitian sebelumnya. Selain itu apakah dalam jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs) perilaku menyontek lebih banyak dilakukan oleh kelas bawah ataukah berbanding terbalik dengan penelitian sebelumnya. Adapun dalam penelitian ini, fokusnya adalah para siswa pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sebab siswa SMP/MTs merupakan usia peralihan dari usia anak-anak menuju usia remaja awal, selain itu merekapun mengalami masa peralihan dari Sekolah Dasar ke jenjang yang lebih tinggi yakni Sekolah Menengah Pertama. Pada masa ini siswa perlu menyesuaikan diri dengan konteks sosial yang berbeda dengan sebelumnya dan proses pencapaian prestasipun berbeda degan sekolah dasar. Oleh karena itu perlunya kesiapan dalam diri siswa dalam menghadapi proses perubahan yang terjadi, sebab apabila siswa kesulitan dalam menghadapi perubahan ini maka mereka akan berusaha mencari jalan keluar yang belum tentu benar. Dalam kondisi tersebut perilaku menyontek mungkin akan terjadi karena dipandang sebagai jalan keluar termudah agar mereka tetap dapat berprestasi di sekolah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian longitudinal Anderman (dalam Murdock & Anderman, 2006) menunjukkan bahwa menyontek sering dilakukan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) dikarenakan adanya perubahan keadaan lingkungan belajar yang dialami siswa, yaitu siswa mengalami masa transisi dari Sekolah Dasar ke Sekolah Menengah Pertama, yang mana perubahan struktur kelas yang kecil menjadi struktur kelas yang lebih besar, sehingga lingkungan sekolah menjadi lebih kompetitif.
16
Selain itu karena siswa SMP/MTs, termasuk siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi adalah termasuk pada masa remaja awal yang mana masa ini merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa, maka pada masa ini seseorang banyak sekali mengalami perubahan dalam dirinya, baik itu pertumbuhan dan perkembangan fisik, pertumbuhan dan kematangan seks serta perkembangan sosial. Oleh karena itu, remaja sangat dituntut untuk bisa memiliki rasa keyakinan akan kemampuan diri dalam menghadapi ujian dan tidak mudah terpengaruh dalam perilaku konformitas serta dapat menentukan tujuan mereka dalam bidang akademis untuk mencapai prestasi sesuai dengan apa yang diharapkan tanpa menyontek. Berdasarkan penjelasan di atas, ada indikasi bahwa sebenarnya selfefficacy, konformitas dan goal orientation serta variabel demografis dapat menjelaskan terjadinya perilaku menyontek di sekolah. Berdasarkan pada pemikiran tersebut penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh keempat faktor self-efficacy, konformitas dan goal orientation serta variabel demografis terhadap perilaku menyontek siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi. Alasan mendasar penelitian ini dilakukan di MTs. Al-Hidayah Bekasi karena sekolah ini memiliki siswa cukup banyak dalam satu kelas, yang memungkinkan siswa untuk melakukan konformitas dalam menyontek. 1.2. Pembatasan dan Rumusan Masalah 2.1.
Pembatasan Masalah Agar penulisan penelitian ini menjadi terarah dan tidak meluas,
maka penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:
17
1. Perilaku
menyontek
(cheating)
yang
dimaksud
dalam
penelitian ini adalah perbuatan curang yang dilakukan dalam dunia pendidikan, baik itu meniru tulisan atau pekerjaan orang lain dengan perbuatan atau cara-cara yang tidak jujur dengan menghalalkan segala cara untuk mencapai nilai yang terbaik dalam ulangan atau ujian pada setiap mata pelajaran, seperti: menulis contekan di meja atau di telapak tangan, menulis di sobekan kertas yang disembunyikan di lipatan baju, melihat buku pedoman atau buku catatan, atau menyontek melalui media lain seperti HP sewaktu ujian (Murdock & Anderman, 2006). 2. Self-efficacy yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keyakinan siswa akan kemampuan dirinya dalam menghadapi tantangan dalam dunia pendidikan. Keyakinan ini merupakan kemampuan
untuk
melakukan
tindakan-tindakan
yang
diperlukan dalam mencapai keberhasilan pada saat ujian tanpa perlu menyontek yang diungkapkan melalui skor-skor dari alat ukur skala self-efficacy (Bandura, 1986). 3. Konformitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perilaku meniru orang lain, baik itu berupa sikap atau tingkah laku
dikarenakan
tekanan
yang
nyata
maupun
yang
dibayangkan oleh siswa. Akan tetapi konformitas disini lebih ditekankan
apakah
siswa
mengikuti
temannya
dalam
18
menyontek di kelas atau sebaliknya yang diungkapkan melalui skala konformitas (Sarwono & Meinarno, 2009). 4. Goal orientation yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orientasi tujuan yang dimiliki siswa dalam belajar yang terdiri dari mastery goal dan performance goal yang diungkapkan melalui skala goal orientation (Pintrich & Schunk, 1996). 5. Variabel demografis disini adalah jenis kelamin yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, dan tingkatan kelas yang ada di MTs Al-Hidayah Bekasi. 6. Penelitian ini dilakukan di MTs. Al-Hidayah Bekasi Kelas I, II dan III atau kelas VII, VIII dan kelas IX. 2.2.
Rumusan Masalah Berdasarkan masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian
ini difokuskan pada: 1. Apakah ada pengaruh yang signifikan self-efficacy, konformitas dan goal orientation terhadap perilaku menyontek (cheating) siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi? 2. Seberapa besarkah pengaruh self-efficacy, konformitas dan goal orientation terhadap perilaku menyontek (cheating) siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi? 3. Faktor-faktor manakah yang paling mempengaruhi perilaku menyontek (cheating) siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi?
19
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat: 1. Ada
tidaknya
pengaruh
yang
signifikan
antara
self-efficacy,
konformitas dan goal orientation terhadap perilaku menyontek (cheating) siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi. 2. Faktor yang paling mempengaruhi perilaku menyontek (cheating) siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat berupa: 1. Manfaat teoritis: Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi pendidikan. Selain itu dari hasil penelitian ini diharapkan juga dapat menambah khazanah pengetahuan
tentang
perilaku
cheating
serta
faktor-faktor
yang
mempengaruhinya.
2. Manfaat praktis Bagi pihak MTs. Al-Hidayah Bekasi diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang faktor-faktor penyebab siswa menyontek, khususnya pada saat ujian, sehingga mampu mengurangi intensitas menyontek pada siswa. Bagi siswa diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang hal apa yang menyebabkan siswa
20
menyontek. Dengan demikian diharapkan siswa dapat menghilangkan kebiasaan menyontek dan dapat memperoleh hasil ujian dengan baik dan jujur. 1.5.
Sistematika Penulisan BAB I.
Bab ini merupakan pendahuluan yang terdiri atas: Latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II.
Bab ini memaparkan teori perilaku menyontek (cheating), self-
efficacy, konformitas dan goal orientation pada
siswa SMP
yang dilengkapi dengan kerangka berfikir
dan hipotesis penelitian. BAB III.
Bab ini menggambarkan metode yang digunakan untuk penelitian yang terdiri atas: pendekatan dan jenis penelitian, definisi variabel, populasi dan sampel, metode pengambilan data, teknik pengambilan data, dan teknik uji instrumen, hasil uji instrumen serta prosedur penelitian.
BAB IV.
Hasil penelitian yang terdiri dari: analisis deskriptif dan uji hipotesis.
BAB V.
Penutup yang mencakup: kesimpulan, diskusi dan saran.
BAB II KAJIAN TEORI Bab ini memaparkan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun subbab yang akan dipaparkan terdiri dari enam subbab yaitu subbab pertama membahas tentang perilaku menyontek (cheating) dan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyontek (cheating). Subbab kedua membahas tentang self-efficacy. Subbab ketiga membahas tentang konformitas. Subbab keempat membahas tentang goal orientation. Subbab kelima membahas tentang kerangka berpikir, dan dilanjutkan dengan subbab keenam membahas tentang hipotesis penelitian. Adapun fokus penelitian ditekankan pada siswa Sekolah Menengah Pertama atau Madrasah Tsanawiyah. 2.1.
Perilaku menyontek Perilaku menyontek (cheating) telah dipelajari di bidang pendidikan,
sosiologi, filsafat, dan ekonomi (dalam Anderman & Murdock , 2007). Akan tetapi perilaku menyontek (cheating) yang dibahas dalam penelitian ini adalah perilaku menyontek (cheating) dalam bidang pendidikan. Sebab kecenderungan menyontek dalam kegiatan akademis kerap kali terjadi di dunia pendidikan. Oleh karena itu, menyontek menjadi salah satu fenomena yang muncul menyertai aktivitas proses belajar-mengajar sehari-hari di sekolah. Schab (1991 dalam Anderman & Midgley, 2004) pun dikatakan kalau perilaku menyontek dalam dunia pendidikan merupakan fenomena umum di sekolah, baik itu pada Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan perguruan
21
22
tinggi. Akan tetapi Departemen Pendidikan California menemukan hasil penelitian perilaku menyontek yg lebih tinggi pada siswa Sekolah Menengah Pertaman (SMP), yakni sebesar 75%. 2.1.1. Pengertian perilaku menyontek (cheating) Perilaku menyontek (cheating) adalah strategi yang digunakan siswa untuk meningkatkan kinerja (dalam hal ini kinerja yang dimaksud adalah nilai) mereka dengan cara yang tidak benar (Anderman, Griesinger & Westerfield, 1998). Menurut Gehring dan Pavela (1994 dalam Pincus & Schmelkin 2003) perilaku menyontek (cheating) merupakan suatu tindakan curang yang sengaja dilakukan ketika seorang siswa mencari dan membutuhkan adanya pengakuan atas hasil belajarnya dari orang lain meskipun dengan cara yang tidak sah seperti memalsukan informasi terutama ketika dilaksanakan evaluasi akademis. Berdasarkan pengertian di atas, dalam penelitian ini perilaku menyontek diartikan sebagai tindakan atau perilaku yang dilakukan dengan sengaja dengan cara-cara yang tidak jujur atau perbuatan curang dengan menghalalkan segala cara yang dilakukan siswa khususnya dalam pelaksanaan ujian ataupun penyelesaian tugas akademis untuk mencapai tujuan tertentu. Praktek menyontek lainnya yang kerap kali dilakukan oleh siswa selama ujian maupun dalam menyelesaikan tugas akademis antara lain seperti dalam Pincus dan Schmelkin (2003) yang menyebutkan beberapa bentuk kecurangan akademik yang biasanya terjadi seperti: plagiat, menyalin jawaban orang lain, membeli kunci jawaban, mencuri soal ujian, atau memalsukan dokumen sekolah. Sims (1995; dalam Pincus dan Schmelkin, 2003) menemukan bahwa perilaku
23
menyontek (cheating) yang paling serius adalah menggunakan kertas atau hasil jawaban orang lain, mengambil jawaban orang lain, meminta seseorang untuk menjawab ujian, membeli jawaban, dan menggunakan contekan selama ujian. Nuss (1984; dalam Pincus dan Schmelkin, 2003) menemukan bahwa menyalin selama ujian, membayar seseorang untuk menulis makalah, dan menggunakan sinyal selama ujian. Graham et al. (1994; dalam Pincus dan Schmelkin, 2003) mengambil soal ujian untuk orang lain, menyalin kertas jawaban, menggunakan jasa joki, dan menyalin jawaban selama ujian. Dalam sebuah penelitian kualitatif mahasiswa di Kanada menjelaskan berbagai strategi yang digunakan siswa untuk memastikan bahwa mereka tidak dicurigai menyontek oleh orang lain sebagai cheater, seperti menatap langit-langit sambil berpikir, berpakaian tanpa saku, dan membuat ekspresi wajah yang menyampaikan keterlibatan serius dengan bahan ujian (Albas & Albas, 1996; dalam Murdock & Anderman, 2006). Goldsmith, (1998; dalam Gallant & Drinan, 2006), meningkatnya kecanggihan teknologi memperbesar peluang siswa untuk menyontek dan dapat meningkatkan perilaku menyontek pada siswa.
2.1.2. Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
perilaku
menyontek
(cheating) Anderman dan Murdock (2007) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi cheating. Faktor-faktor tersebut digolongkan ke dalam empat karakteristik, yaitu:
24
1. Karakteristik demographic Perbedaan individual pada perilaku mencontek sisiwa telah dipelajari dalam kaitannya dengan faktor demografik seperti: a. Gender Beberapa penelitian telah meneliti secara khusus perbedaan gender dalam perilaku menyontek (cheating). Kebanyakan dari penelitian ini mengoperasionalkan perilaku menyontek (cheating) berdasarkan selfreport dari pelajar. Penelitian yang dilakukan oleh Calabrese dan Cochran, Davis dan kawan-kawan, Michaels dan Miethe, Stokes,
serta
Armstead
(dalam
Anderman
Newstead, Franklyn&
Murdock,
2007),
menemukan bahwa laki-laki lebih banyak menyontek (cheating) dibandingkan perempuan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Jacobson dan kawan-kawan (1970 dalam Anderman & Murdock, 2007), mengemukakan bahwa perempuan lebih banyak menyontek (cheating) dari pada laki-laki. Terdapat juga penelitian yang tidak menemukan perbedaan perilaku menyontek (cheating) antara laki-laki dan perempuan seperti penelitian yang dilakukan oleh Haines dan kawan-kawan (1986 dalam Anderman & Murdock, 2007). Penelitian di atas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anderman dan Midgley (2004), yang menyatakan siswa Sekolah Menengah Pertama menunjukkan bahwa laki-laki lebih mungkin untuk menyontek daripada perempuan (misalnya, Cizek, 1999; Schab, 1969). Penelitian yang dilakukan oleh McCabe, Trevino & Butterfield (2001),
25
juga mengatakan kalau laki-laki lebih sering menyontek dari pada perempuan. b. Usia Penelitian Jensen dan kawan-kawan (2002 dalam Anderman & Murdock, 2007), menemukan bahwa pelajar yang lebih muda lebih mungkin mencontek daripada pelajar yang lebih tua ketika perbandingan ini dibuat antara siswa dan mahasiswa. Dari penelitian ini ditemukan bahwa
perilaku
menyontek
(cheating)
akan
berkurang
dengan
bertambahnya usia. c. Status sosio-ekonomi Calabrese dan Cochran (1990 dalam Anderman & Murdock, 2007), juga meneliti perilaku menyontek (cheating) pada siswa berdasarkan status sosio-ekonomi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa private school (sekolah swasta) yang memiliki status sosio-ekonomi tinggi lebih banyak menyontek dibandingkan dengan siswa yang berasal dari public school (sekolah negeri). d. Agama Terdapat bermacam-macam hasil penelitian mengenai perilaku menyontek (cheating) dan agama. Penelitian Rettinger dan Jordan (2005 dalam Anderman & Murdock, 2007), yang dilakukan pada kelas religi dan kelas liberal, menemukan bahwa kelas religi lebih sedikit melakukan cheating dibandingkan kelas liberal.
26
2. Karekteristik akademik a. Ability (kemampuan) Newstead dan kawan-kawan (1996 dalam Anderman & Murdock, 2007), menekankan pada kompleksnya hubungan antara ability dan cheating. Para peneliti pada umumnya menunjukkan bahwa ability berhubungan dengan cheating, dan hal tersebut secara umum dipercaya bahwa siswa yang memiliki ability rendah lebih berkemungkinan melakukan cheating. b. Area subjek Bowers,
Davis dan Ludvigson,
Newstead dan kawan-kawan
(dalam Anderman & Murdock, 2007), menyatakan bahwa subjek yang berada pada area sains, bisnis, dan mesin, diidentifikasi sebagai disiplin ilmu dengan indikasi tinggi adanya cheating jika dibandingkan dengan subjek yang berada pada area seni dan sosial. 3. Karakteristik motivasi a. Self-efficacy Penelitian Murdock dan kawan-kawan (2001 dalam Anderman & Murdock, 2007), pada siswa Sekolah Menengah Pertama menemukan bahwa terdapat hubungan berbanding terbalik antara cheating dan selfefficacy. Menurut Finn dan Frone (2004 dalam Anderman & Murdock, 2007), self-efficacy memprediksi cheating ketika tingkat prestasi siswa telah dikontrol. Beberapa penelitian seperti penelitian Calabrese dan
27
Cochran, Michaels dan Miethe, serta Malinowski dan Smith (dalam Anderman & Murdock, 2007), menemukan bahwa pelajar mencontek lebih sering ketika mereka memiliki self-efficacy rendah yang meliputi takut akan kegagalan. b. Goal orientation Studi mengenai cheating yang dikaitkan dengan teori achievement goal menegaskan bahwa cheating sering muncul pada siswa yang tujuan belajarnya bukan pada penguasaan materi. Hubungan antara goal dan cheating telah ditemukan pada siswa yang lebih muda. Penelitian Anderman dan kawan-kawan, dan Murdock dan kawan-kawan (dalam Anderman & Murdock, 2007), pada siswa Sekolah Menengah Pertama menemukan adanya hubungan yang berbanding terbalik antara cheating dan mastery goals. Hal ini memberikan asumsi bahwa mastery goal orientation tidak ada kaitannya dengan perilaku menyontek. 4. Karakteristik personality a. Impulsivitas dan sensation-seeking Impulsivitas dan sensation-seeking merupakan dua konstruk pada literatur psikologi kepribadian yang mungkin berhubungan dengan cheating (dalam Anderman & Murdock, 2007). b. Self-control Grasmick, Tittle, Bursik, dan Arneklev (1993 dalam Anderman & Murdock, 2007), menemukan bahwa self-control dan persepsi terhadap
28
kesempatan menyontek berhubungan dengan cheating. Sebab control diri akan menentukan apa yang orang akan lakukan. c. Tipe kepribadian Pada penelitian eksperimen Davis (1995 dalam Anderman & Murdock, 2007), ditemukan siswa dengan tipe kepribadian A lebih banyak melakukan cheating daripada siswa dengan tipe kepribadian B. hal ini membuktikan bahwa kepribadian seseorang memungkinkan seseorang untuk menyontek. d.
Locus of control Locus of control (pusat kendali) adalah gambaran keyakinan
seseorang mengenai sumber penentu perilakunya. Locus of control merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan perilaku individu, termasuk bagaiman seseorang menentukan apakah ia akan menyontek atau tidak menyontek. Dalam penelitian eksperimen mengenai Locus of control ditemukan bahwa seseorang yang memiliki eksternal locus of control lebih berkemungkinan melakukan cheating (Anderman & Murdock, 2007). Perilaku menyontek memang terkait dengan banyak faktor seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Akan tetapi dari sekian banyak faktor tersebut, dalam penelitian ini difokuskan kepada self-efficacy, konformitas dan goal orientation.
29
2.1.3. Dimensi-dimensi perilaku menyontek (cheating) Cizek dalam Anderman (2007) menyatakan bahwa perilaku menyontek (cheating) terbagi menjadi tiga kategori, yaitu: 1. Giving (memberi), taking (mengambil), or receiving (menerima) information 2. Menggunakan materi (bahan) yang terlarang 3. Memanfaatkan kelemahan seseorang, prosedur, atau proses untuk memperoleh keuntungan 2.2.
Self-efficacy Bagaimana seseorang bertingkah laku dalam situasi tertentu tergantung
pada respirokal antara lingkungan dengan kondisi kognitif. Khususnya faktor kognitif yang berhubungan dengan keyakinan bahwa dia mampu atau tidak mampu melakukan tindakan yang memuaskan. Bandura menyebut keyakinan atau harapan diri ini sebagai self-efficacy (Alwisol, 2004). Konsep ini sesungguhnya merupakan versi ilmuan tentang hikmah di balik kekuatan berfikir positif (Luthfi, Saloom & Yasun, 2009). Self-efficacy merupakan turunan dari teori Behavioral yang ditokohi oleh Albert Bandura. Self-efficacy ini berawal dari penelitiannya mengenai fobia ular untuk mengatasi rasa takutnya dengan cara meningkatkan efficacy seseorang dalam menghadapi ular (Bandura & Adams, 1977; dalam Baron & Byrne, 2003).
30
2.2.1. Pengertian self-efficacy Karena self-efficacy ini ditokohi oleh Albert Bandura, maka pengertian mengenai self-efficacy ini lebih banyak didominasi oleh Bandura sendiri. Beberapa pengertian self-efficacy menurut Bandura adalah: ·
Self-efficacy adalah keyakinan seseorang akan kemampuan dirinya untuk menghasilkan tigkat kinerja yang didapat dari hasil latihan atau kejadian yang mempengaruhi kehidupan seseorang. Self-efficacy ini dapat menentukan bagaimana orang merasa, berfikir, memotivasi diri sendiri dalam berperilaku (Bandura, 1994).
·
Self-efficacy adalah Evaluasi seseorang terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan atau mengatasi hambatan (dalam Baron dan Byrne, 2003).
·
Self-efficacy adalah ekspektasi – keyakinan (harapan) tentang seberapa jauh seseorang mampu melakukan suatu perilaku dalam suatu situasi tertentu (dalam Friedman dan Schustack, 2006).
Sedangkan dalam Alwisol (2004) Self-efficacy adalah persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu. Self-efficacy ini berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan untuk melakukan tindakan yang diharapkan. Dalam penelitian ini, self-efficacy didefinisikan sebagai keyakinan siswa (khususnya siswa SMP/MTs) akan kemampuan yang dimilikinya dalam melaksanakan tugas yang diberikan sekolah untuk mencapai keberhasilan yang diharapkan dengan nilai yang memuaskan.
31
Bandura (dalam Suprayogi, 2007) mengemukakan bahwa orang yang memiliki keyakinan yang tinggi terhadap kemampuannya akan memandang tugas yang sulit sebagai suatu tantangan yang harus dikuasai, bukan sebagai ancaman yang harus dihindari. Ia akan mengatur sendiri orientasi yang penuh tantangan dengan mempertahankan komitmen yang kuat untuk dirinya. Seseorang juga akan mempertinggi dan meningkatkan usahanya dalam menghadapi kegagalan. Secara cepat pula akan memulihkan kembali self-efficacy-nya setelah mengalami kegagalan. Sebaliknya orang yang tidak yakin dengan kemampuannya akan menghindari tugas-tugas yang sulit yang dianggapnya merupakan ancaman bagi dirinya. Orang tersebut memiliki aspirasi yang rendah dan komitmen yang lemah terhadap orientasi yang ingin diraih. Manakala menghadapi tugas-tugas yang sulit, ia lebih memikirkan kekurangan yang dimilikinya, halangan yang akan ditemui, dan hal-hal lain yang tidak memuaskan dari pada berkonsentrasi agar kinerja berhasil dengan baik. Orang tersebut juga akan mengurangi usahanya dan cepat menyerah ketika menghadapi kesulitan. Selain itu ia juga lambat dalam memulihkan kembali rasa self-efficacy yang mengikuti kegagalan karena memandang kinerja yang kurang sebagai kurangnya bakat. Self-efficacy yang positif adalah keyakinan untuk mampu melakukan perilaku yang dimaksud. Tanpa self-efficacy
seseorang akan enggan untuk
melakukan suatu perilaku. Menurut Bandura, self-efficacy menentukan apakah seseorang akan menunjukkan perilaku tertentu, sekuat apa seseorang dapat bertahan saat menghadapi kesulitan atau kegagalan, dan bagaimana kesuksesan
32
atau kegagalan dalam satu tugas tertentu mempengaruhi perilaku orang itu dimasa depan (Friedman & Schustack, 2006). Selain itu Self-efficacy ini dapat menentukan apakah seseorang dapat melakukan tindakan yang baik atau buruk, tepat atau salah, bisa atau tidak bisa dalam mengerjakan sesuatu sesuai dengan yang dipersyaratkan. Selain itu selfefficacy menggambarkan akan kemampuan diri seseoarng. Orang yang memiliki self-efficacy tinggi maka ia akan percaya bahwa dia dapat mengerjakan sesuai tuntutan situasi, dan harapan yang di dapatpun sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, sebab orang itu akan bekerja keras dan bertahan dalam mengerjakan tugas sampai selesai (Alwisol, 2004). Schunk (dalam Santrock, 2008) mengaplikasikan kalau konsep self-efficacy ini pada banyak aspek dari prestasi murid. Murid dengan self-efficacy rendah mungkin menghindari banyak tugas belajar, khususnya yang menantang dan sulit, sedangkan murid dengan level selfefficacy tinggi mau mengerjakan tugas yang menantang dan sulit. Murid dengan level self-efficacy tinggi lebih mungkin untuk tekun berusaha menguasai tugas pembelajaran dari pada dengan murid dengan level self-efficacy rendah. Setiap orang dalam mengatasi masalah atau tugas tidak hanya harus memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam masalah atau tugas yang dihadapi, akan tetapi juga harus memiliki keyakinan akan kemampuan yang dimiliki untuk melakukan perilaku dalam menyelesaikan tugas yang ada. 2.2.2. Faktor-faktor terbentuknya self-efficacy Dalam Bandura (1986), efikasi (konsistensi) seseorang, didasarkan pada empat sumber utama, yakni:
33
1. Pengalaman informasi (performance accomplishment) Pengalaman informasi adalah prestasi yang pernah dicapai di masa lalu, sebagai sumber, informasi masa lalu menjadi pengubah selfefficacy yang paling kuat pengaruhnya. Prestasi di masa lalu yang bagus meningkatkan ekspektasi efikasi, sedangkan kegagalan akan menurunkan self-efficacy. 2. Pengalaman orang lain (vicarious experience) Vicarious experience diperoleh melalui model sosial. Self-efficacy akan meningkat ketika mengamati keberhasilan orang lain. Sebaliknya, self-efficacy akan menurun ketika mengamati orang yang kemampuannya kira-kira sama dengan dirinya ternyata gagal. Kalau figure yang diamati berbeda dengan diri si pengamat, pengaruh orang lain tidak besar. Sebaliknya, ketika mengamati figure yang setara dengan dirinya, bisa jadi orang tidak mau mengerjakan apa yang pernah gagal dikerjakan oleh figure yang diamatinya itu dalam jangka waktu yang lama (Alwisol, 2004). Penilaian self-efficacy sebagian dipengaruhi oleh pengalaman orang lain. Melihat atau memvisualisasikan orang lain melalui pengamatan berhasil meningkatkan persepsi diri tentang keberhasilan bahwa mereka juga memiliki kemampuan untuk menguasai kegiatan yang sebanding (Bandura, Adams, Hardy & Howels, 1980; Kadzim, 1979; dalam Bandura, 1986). Pengalaman orang lain dapat meyakinkan diri bahwa jika orang lain
34
bisa melakukannya, maka harus mampu mencapai hal yang sama, setidaknya beberapa peningkatan kinerja (Bandura, 1986). Self-efficacy dapat diubah dengan mudah oleh pengaruh model yang relevan ketika orang telah memiliki pengalaman sebelumnya yang menjadi dasar evaluasi kompetensi pribadi mereka (Bandura, 1986). 3. Persuasi sosial/persuasi verbal (social persuation/verbal persuasion) Persuasi verbal secara luas digunakan untuk mencoba membujuk orang mempercayai bahwa mereka memiliki kemampuan yang akan memungkinkan mereka untuk mencapai apa yang mereka cari. Persuasi sosial saja mungkin terbatas pada kekuatannya untuk peningkatan selfefficacy, tetapi dapat memberikan konstribusi terhadap kinerja sukses jika penilaian ada dalam batas-batas yang realistis. Orang-orang yang membujuk secara lisan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk menguasai tugas-tugas yang diberikan cendrung memobilisasi upaya berkelanjutan yang lebih besar dari pada jika mereka memiliki keraguan diri (Bandura, 1986). Self-efficacy juga dapat diperoleh, diperkuat dan dilemahkan melalui persuasi sosial. Dampak dari sumber ini terbatas. Tetapi pada kondisi yang tepat persuasi dari orang lain dapat mempengaruhi selfefficacy. Kondisi itu adalah rasa percaya kepada pemberi persuasi, dan sifat realistic dari apa yang dipersuasikan (Alwisol, 2004).
35
4. Keadaan emosi (emotional/psysiological states) Sebagian orang mengandalkan informasi dari keadaan fisiologis mereka dalam menilai kemampuan mereka (Bandura, 1986). Keadaan emosi yang mengikuti suatu kegiatan akan mempengaruhi self-efficacy dibidang kegiatan itu. Emosi yang kuat, takut, cemas, stress, dapat mengurangi self-efficacy. Namun bisa terjadi, peningkatan emosi (yang tidak berlebihan) dapat meningkatkan self-efficacy. Perubahan tingkah laku akan terjadi kalau sumber ekspektasi self-efficacy berubah. Pengubahan self-efficacy banyak dipakai untuk memperbaiki kesulitan dan adaptasi tingkah laku orang yang mengalami berbagai masalah behivorial. Dari empat alasan di atas pengalaman informasi (performance accomplishment) yang menjadi alasan utama mengapa seseorang melakukan selfefficacy, kemudian vicarious experience, persuasi verbal lalu reaksi emosi emosional (Friedman dan Schustack, 2006). Selain dari empat faktor di atas, ada faktor lain seperti kualitas pembelajaran dan kursus atau kesulitan ujian yang dapat mempengaruhi selfefficacy siswa dalam mencapai nilai atau hasil sesuai dengan hasil yang diharapkan (Murdock & Anderman, 2006). Dalam
Alwisol
(2004),
tinggi
atau
rendahnya
self-efficacy,
dikombinasikan dengan lingkungan yang responsif atau tidak responsif. Dari hal tersebut akan menghasilkan empat kemungkinan prediksi tingkah laku seperti:
36
Table 2.1. Prediksi tingkah laku menurut Alwisol (2004) Efikasi
Lingkungan
Prediksi hasil tingkah laku
Tinggi
Responsif
Sukses, melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuannya
Rendah
Tidak responsif Depresi, melihat orang lain sukses pada tugas yang dianggap sulit
Tinggi
Tidak responsif Berusaha keras mengubah lingkungan menjadi responsive, melakukan protes, aktivitas sosial, bahkan melaksanakan perubahan Responsif
Rendah
Orang menjadi apatis, pasrah, merasa tidak mampu
2.1.1. Dimensi-dimensi self-efficacy Menurut Bandura (1986), teori self-efficacy memiliki beberapa dimensi yang mempunyai implikasi kinerja penting, yaitu: 1. Level Level kinerja pada tugas-tugas sulit lebih dominan kemampuan dasar ketika banyak usaha yang telah diberikan dalam kondisi yang kondusif dengan kinerja maksimum. Kegagalan dalam kondisi tertentu menandakan kemampuan yang terbatas. Individu yang mengalami kegagalan secara berkala tapi terus meningkatkan usaha dari waktu kewaktu lebih cendrung untuk meningkatkan keberhasilan.
37
2. Generality Orang mungkin menilai diri sendiri berfungsi efektif hanya di wilayah tertentu atau di berbagai kegiatan dan situasi. Penilaian domainlinked mengungkapkan pola dan tingkat umum dari persepsi orang tentang keberhasilan mereka. Penulis menyimpulkan bahwa dimensi ini menjelaskan bahwa selfefficacy pada bidang yang umum, tidak terbatas pada satu bidang kemampuan tertentu saja. 3. Strength Lemahnya persepsi diri tentang keberhasilan mudah dinegasikan oleh pengalaman, sedangkan orang-orang yang memiliki keyakinan yang kuat dalam kompetensi mereka sendiri, akan bertahan mengatasi upaya mereka meskipun kesulitan yang dihadapi meningkat. Semakin kuat self-efficacy dirasakan, semakin besar kemungkinan orang-orang untuk memilih tugas yang menantang. Semakin lama mereka konsisten pada tugas-tugas sulit, semakin besar kemungkinan mereka untuk berhasil dalam hal tersebut. Kekuatan self-efficacy belum tentu hubungan linier dengan pilihan perilaku (Bandura, 1986). Secara umum self-efficacy dipahami sebagai domain-spesifik. Artinya, seseorang dapat memiliki lebih atau kurang kuat akan keyakinan yang dimilikinya dalam domain yang berbeda atau hanya berfungsi dalam keadaan tertentu. Para peneliti juga berpendapat secara umum self-efficacy mengacu pada kepercayaan
38
global akan kemampuan seseorang dalam mengatasi di berbagai situasi (Sherer & Maddux, 1982; Skinner et al, 1988; Schwarzer & Yerusalem, 1999 dalam Schwarzer, 2002). Jadi secara umum self-efficacy bertujuan untuk menstabilkan kompetensi pribadi untuk menangani secara efektif dalam berbagai situasi (Schwarzer, 2002). 2.2.
Konformitas Manusia mencoba menyesuaikan diri dengan lingkungan agar dapat
bertahan hidup. Cara yang termudah adalah dengan melakukan tindakan yang sesuai dan diterima secara sosial. Melakukan tindakan yang sesuai dengan norma sosial dalam psikologi sosial dikenal sebagai konformitas (Sarwono & Meinarno, 2009). Istilah konformitas pertama kali dipublikasikan oleh seorang ahli Psikologi Sosial Solomon Asch pada tahun 1951 dengan melakukan penelitian tentang persepsi penglihatan melalui cara menggambar suatu panjang garis. Sejak itulah istilah konformitas ini dikenal oleh banyak orang terutama dalam bidang psikologi sosial (Sears, Freedman, Peplau, 1985; dan dalam Sarwono & Meinarno, 2009). Eksperimen Asch ini menunjukkan bahwa orang cenderung melakukan konformitas. Mengikuti penilaian orang lain, di tengah tekanan kelompok yang mereka rasakan. Eksperimen ini memberikan masukan bahwa saat individu menemukan penilaian, tindakan dan kesimpulannya berbeda dengan banyak orang, ia cenderung akan mengubah dan mengikuti norma yang dikemukakan oleh banyak orang. Ada kebutuhan kuat dalam diri manusia untuk bertindak benar
39
atau tepat sehingga bisa diterima dan disukai oleh orang lain (Sarwono dan Meinarno, 2009). 2.2.1. Pengertian konformitas Konformitas adalah suatu bentuk pengaruh sosial, dimana individu mengubah sikap dan tingkah lakunya agar sesuai dengan norma sosial (Baron, Byrne & Branscombe 2008; dalam Sarwono & Meinarno, 2009). Sedangkan dalam Henslin (2006), konformitas adalah perilaku mengikuti pendapat temanteman sebaya. Akan tetapi teman-teman sebaya tidak memiliki kewenangan terhadap diri seseorang, teman-teman hanya memiliki pengaruh sejauh yang diizinkan oleh individu itu sendiri. Menurut Bandura (dalam Crain, 2007) konformitas ini merupakan pembelajaran, dimana dalam lingkungan sosial adanya proses sosialisasi, proses sosialisasi ini adalah proses dimana masyarakat mempengaruhi anggotaanggotanya untuk bersikap agar bisa diterima secara sosial. Sosialisasi ini merupakan proses inklusif yang mempengaruhi hampir tiap jenis tingkah laku, termasuk kemampuan-kemampuan yang bersifat teknis. Konformitas muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan oleh mereka (Santrock, 1996). Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan Wade (2007), kalau seseorang melakukan tindakan atau sikap konformitas karena adanya tekanan yang nyata maupun yang dipersepsikan. Konformitas terjadi bila seseorang menampilkan perilaku tertentu karena setiap orang lain menampilkan perilaku tersebut. Oleh karena itu selama masa
40
remaja, khususnya awal masa remaja, seseorang lebih mengikuti standar-standar teman sebaya dari pada yang dilakukan pada masa kanak-kanak. Para peneliti telah menemukan bahwa pada kelas Sembilan, konformitas dengan teman sebaya memuncak (Berndt, 1979; Berdent & Perry, 1990; Leventhal, 1994; dalam Santrock, 1995) dan berkurang pada kelas 12 (Santrock, 1996). Konformitas yang terjadi pada masa remaja dapat bersifat positif maupun negatif (Camarena, 1991; Foster-Clark & Blyth, 1991; Pearl, Bryan, Herzog, 1990; Wall, 1993; dalam Santrock, 2002).
Umumnya remaja terlibat dalam
semua bentuk perilaku konformitas yang negatif, salah satunya adalah perilaku menyontek. Berdasarkan teori belajar sosial Bandura, McCabe, Trevino dan Butterfield (2001) menyimpulkan bahwa pengaruh kuat dari perilaku teman-teman menunjukkan bahwa perilaku menyontek tidak hanya belajar dari mengamati perilaku teman sebaya, tapi juga teman-teman rekan memberikan dukungan normatif untuk menyontek. Berdasarkan pengertian di atas, pengertian konformitas dalam penelitian ini adalah suatu bentuk pengaruh sosial, dimana individu mengubah sikap dan tingkah lakunya agar sesuai dengan norma sosial dalam lingkungannya (dalam penelitian ini dikhususkan lingkungan sekolah), seperti mengikuti pendapat dan tingkah laku teman-teman di sekolah. 2.2.2. Dimensi-dimensi konformitas Mayers (1988; dalam Sarwono & Meinarno, 2009) membagi konformitas dalam dua bentuk, yaitu:
41
1. Acceptance Pada bentuk konformitas acceptance, tingkah laku dan keyakinan individu sesuai dengan tekanan dalam kelompok yang diterimanya. Pada bentuk acceptance ini, konformitas terjadi karena kelompok menyediakan informasi penting yang tidak dimiliki oleh individu (informational influence). Konformitas pada jenis ini terjadi karena orang lain merupakan sumber informasi yang penting. Seringkali mereka mengetahui sesuatu yang tidak kita ketahui, dengan melakukan apa yang mereka lakukan kita akan memperoleh manfaat dari pengetahuan mereka (Sears, Freedman, Peplau, 1985). 2. Compliance Pada bentuk konformitas compliance, individu bertingkah laku sesuai dengan tekanan kelompok, sementara secara pribadi ia tidak menyetujui tingkah lakunya tersebut. Pada bentuk compliance ini, individu menghindari penolakan kelompok dan mengharapkan reward atau penerimaan kelompok (normative influence). Alasan utama konformitas ini adalah demi memperoleh persetujuan atau menghindari celaan kelompok, karena tidak ada seorangpun yang mau mendapat celaan dari lingkungan sosialnya akan tetapi seseorang selalu menginginkan harapan untuk dapat diterima dari kelompok sosialnya (Sears, Freedman, Peplau, 1985).
42
2.3.3. Kondisi yang mendorong terjadinya konformitas Menurut Sears, Freedman dan Peplau (1985), kondisi yang mendorong terjadinya konformitas antara lain: 1.
Keadaan yang mendorong terjadinya konformitas Acceptance: a.
Kepercayaan terhadap kelompok Faktor utamanya adalah apakah individu mempercayai
informasi yang dimiliki oleh kelompok atau tidak. Oleh karena itu, semakin besar kepercayaan individu terhadap kelompok sebagai sumber informasi yang benar, semakin besar pula kemungkinan untuk menyesuaikan diri terhadap kelompok. Bila orang tersebut berpendapat bahwa kelompok selalu benar, dia akan mengkuti apapun
yang
dilakukan
kelompok
tanpa
memperdulikan
pendapatnya sendiri. Demikian pula, bila kelompok mempunyai informasi penting yang belum dimiliki individu, konformitas akan semakin meningkat. b.
Kepercayaan yang lemah terhadap penilaian sendiri Salah satu faktor yang dapat meningkatkan konformitas adalah
tingakat keyakinan seseoarng pada kemampuannya sendiri untuk menampilkan suatu reaksi. Sedangkan hal yang diduga dapat menurunkan konformitas adalah dengan membuat seseorang merasa lebih menguasai suatu persoalan. Karena segala sesuatu yang meningkatkan rasa percaya
43
individu terhadap penilaiannya sendiri akan menurunkan tingkat konformitas, dengan demikian kelompok bukan merupakan sumber informasi yang unggul lagi. 2.
Keadaan yang mendorong terjadinya konformitas compliance a.
Rasa takut terhadap penyimpangan Rasa takut dianggap sebagai orang yang menyimpang,
merupakan alasan utama terjadinya konformitas compliance. Seseorang biasanya ingin agar kelompok tempatnya berada dapat menerimanya. Penyimpangan dari kelompok dapat mengakibatkan seseorang menerima resiko yang tidak menyenangkan, seperti dikucilkan atau ditolak oleh kelompok. b.
Kekompakan kelompok Konformitas dipengaruhi oleh eratnya hubungan antar individu
dengan kelompoknya. Jika individu semakin tertarik kepada kelompok, maka konformitas akan semakin mungkin terjadi, ketika anggota-anggota kelompok bekerja untuk satu tujuan yang sama, mereka cendrung untuk konform dibandingkan jika mereka tidak berada dalam satu kesatuan. Jika rasa suka anggota kelompok satu terhadap yang lain semakin besar, maka semakin besar pula harapan untuk memperoleh manfaat dari keanggotaan kelompok dan kelompok
44
tersebut makin kompak. Kekompakan yang semakin tinggi akan mempertinggi tingkat konformitas. c.
Kesepakatan kelompok Faktor yang sangat penting bagi timbulnya konformitas adalah
kesepakatan pendapat kelompok. Jika kesepakatan dari kelompok mayoritas dilanggar, maka konformitas akan menurun secara signifikan. Bila seseorang dihadapkan pada keputusan kelompok yang sudah bulat, maka ia akan mendapatkan tekanan yang kuat untuk menyesuaikan pendapat atau perilakunya. Namun jika tidak
kelompok
bersatu
akan
menyebabkan
penurunan
konformitas. d.
Ukuran kelompok Konformitas akan meningkat bila ukuran mayoritas yang
sependapat juga meningkat. Dari hasil eksperimen Asch (1951 dalam Sears, Freedman, Peplau, 1985) dapat disimpulkan bahwa untuk menghasilkan tingkat konformitas yang paling tinggi, ukuran konformitas adalah tiga atau empat orang. e.
Keterikatan pada penilaian bebas Orang yang secara terbuka dan bersungguh-sungguh terikat
suatu penilaian bebas akan lebih enggan menyesuaikan diri terhadap
penilaian
kelompok
yang
berlawanan.
Hal
ini
menebabkan orang yang berlawanan dengan penilaian kelompok
45
harus menanggung resiko mendapat celaan sosial karena menyimpang dari pendapat kelompok. 2.3.
Goal orientation Teori goal orientation dikembangkan secara khusus untuk menjelaskan
perilaku prestasi. Teori ini diciptakan oleh ahli psikologi perkembangan, motivasi dan pendidikan untuk menjelaskan kondisi belajar siswa dan kinerja pada tugastugas akademik dan pengaturan sekolah. Dengan demikian, teori goal orientation sangat relevan dengan pembelajaran dan pengajaran (Pintrich & Schunk, 1996). 2.3.1. Pengertian goal orientation Goal atau tujuan adalah sesuatu yang diusahakan oleh seseorang untuk dicapai, dan sesuatu itu berada di luar diri individu (Locke & Latham, 1990; dalam Pintrich & Schunk, 1996). Menurut Ames (dalam Pintrich & Schunk, 1996), goal orientation disebutkan sebagai gambaran integrasi pola belief yang memiliki peranan penting untuk membedakan pendekatan yang dipakai, cara menggunakan dan respon terhadap situasi prestasi. Sedangkan menurut Stipek (dalam Suprayogi, 2007), goal orientation merupakan bagian dari faktor kognitif dalam motivasi yang menjadi penggerak bagi individu untuk mendekat dan menjauh dari objek. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa goal orientation merupakan faktor kognitif yang harus dimiliki oleh siswa. goal orientation mempengaruhi pemilihan aktivitas dalam tugas-tugas akademik dan pemilihan pendekatan belajar.
46
Dapat disimpulkan bahwa goal orientation dalam penelitian ini adalah faktor kognitif yang dimiliki siswa yang menggambarkan integrasi pola belief yang dimiliki siswa, yang menjadi penggerak siswa sehingga siswa dapat termotivasi dengan tujuan yang mereka harapkan. 2.3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi goal orientation Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi goal orientation dapat dibagi dalam dua faktor, yaitu: 1.
Faktor instrinsik a. Jenis kelamin: masih banyak pertentangan pendapat mengenai jenis kelamin mana yang cendrung mengandopsi goal orientation, sehingga penelitian mengenai hal ini masih perlu terus dilakukan (Pintrich & Schunk, 1996). b. Self-efficacy: Bandura mengatakan bahwa siswa yang memiliki selfefficacy tinggi cendrung menetapkan orientasi yang tinggi, tidak takut gagal, dan mampu bertahan ketika menemukan kesulitasn dalam menguasai tugas yang sedang dikerjakan. Sedangkan siswa yang memiliki self-efficacy rendah cenderung menetapkan orientasi yang rendah, dan cendrung menghindar dari tugas yang sulit serta cepat menyerah ketika menghadapi kesulitan (Pintrich & Schunk, 1996).
47
2. Faktor ekstrinsik a. Kelompok etnik: penelitian ini masih sedikit dilakukan, namun ditemukan adanya perbedaan goal orientation dari etnik yang berbeda ( Pintrich & Schunk, 1996). b. Iklim kelas: Ames (1992; dalam Pintrich & Schunk, 1996), mengenalkan enam area iklim kelas yang dapat mempengaruhi terbentuknya orientasi yang dimiliki siswa. Keenam area itu adalah: 1. Tugas yang harus dikerjakan (task). 2. Otonomi yang diberikan kepada siswa ketika sedang mengerjakan tugas (autonomy). 3. Pemberian penghargaan bagi prestasi belajar (recognition). 4. Pengorganisasian kelas sehingga siswa dapat saling bekerja sama dan berinteraksi (grouping). 5. Pelaksanaan evaluasi (evaluation). 6. Penggunaan waktu di kelas yang berkaitan dengan penentuan waktu penyelesaian tugas oleh siswa dan fleksibilitas jadwal kegiatan (time) 2.3.3. Dimensi-dimensi goal orientation Para siswa memiliki tujuan yang berbeda-beda dalam menempuh pembelajaran di sekolah, dan hal ini tergantung dari kebutuhan siswa akan tujuannya. Sebagai suatu tujuan yang berhubungan dengan perilaku yang dibentuk dalam meraih prestasi di sekolah, secara umum orientasi tujuan siswa digolongkan
48
menjadi dua jenis tujuan untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, yaitu: learning dan performance goals (Dweck & Leggett, 1988; Elliot & Dweck, 1988 dalam Pintrich & Schunk, 1996), atau task-involved golas (Nicholls, 1994; dalam Pintrich & Schunk, 1996), mastery dan performance goals (Ames & Archer, 1987, 1988; dalam Pintrich & Schunk, 1996), atau task focused dan ability focused goals (Maehr & Midgley, 1991; Pintrich & Schunk, 1996). Dalam Pintrich & Schunk (1996), tokoh-tokoh yang mengemukakan goal orientation diantaranya adalah Dweck, Ames, Maehr dan Midgley, dan Nicholas. Konsep-konsep yang mereka berikan mengenai goal orientation adalah sebagai berikut:
49
Tabel 2.2 Konsep-konsep goal orientation Dweck Learning goals
Ames Mastery goals
Maehr dan Midgley Task focused
Nichols Task orientation
Saya menyukai masalah karena saya dapat belajar dari masalah tersebut, meskipun masalah itu sangat sulit dan saya banyak melakukan kesalahan
Saya bekerja keras untu belajar.
Alasan saya mengerjakan pekerjaan rumah adalah karena saya senang belajar.
Saya merasa sangat sukses ketika saya mempelajari suatu hal baru.
Membuat kesalahan adalah bagian dari belajar
Mengerjakan pekerjaan sekolah lebih penting bagi saya dari pada nilai yang saya dapatkan.
Saya merasa sukses ketika sesuatu yang saya pelajari membuat saya penasaran.
Saya merasa sangat sukses disekolah ketika saya mempelajari hal baru.
Saya merasa sukses ketika sesuatu yang saya pelajari membuat saya berfikir mengenai sesuatu.
Performance goals
Performance goals
Performance focusedextrinsic
Saya menyukai masalah yang tidak terlalu sulit, sehingga saya tidak melakukan banyak kesalahan.
Saya bekerja keras untuk mendapatkan nilai tinggi.
Alasan utama saya melakukan pekerjaan rumah saya adalah karena saya akan mendapat masalah jika tidak mengerjakannya.
Saya menyukai masalah yang cukup sulit untuk menunjukan bahwa saya pintar.
Saya tidak suka melakukan kesalahan.
Alasan penting mengapa saya mengerjakan pekerjaan rumah adalah untuk mendapatkan reward atau perlakukan khusus dari guru saya. Performance focusedrelative ability
Work avoidant
Saya senang menunjukan kepada guru bahwa saya lebih pintar dari temanteman.
Saya merasa sukses jika saya tidak berusaha keras.
Saya merasa sukses jika saya melakukan sesuatu lebih baik dari teman-teman di kelas.
Saya merasa sukses jika tidak ada sesuatupun yang saya kerjakan.
Saya merasa nyaman jika saya adalah satu-satunya siswa yang dapat menjawab pertanyaan guru.
Saya merasa sukses ketika saya membuang waktu saya begitu saya.
50
Berdasarkan beberapa istilah goals di atas, memiliki maksud yang sama dalam penelitian ini. Oleh karena itu peneliti mengambil dimensi dari grand theory yang dikemukakan oleh Ames yang menyatakan bahwa goal orientation memiliki dua dimensi, yaitu mastery dan performance goals. 1. Mastery goal orientation Mastery
goal
orientation
didefinisikan
sebagai
“fokus
pada
pembelajaran”, menguasai tugas sesuai dengan aturan standar diri atau peningkatan diri, mengembangkan keterampilan baru, meningkatkan atau mengembangkan kompetensi, berusaha untuk mencapai sesuatu yang menantang, dan mencoba untuk mendapatkan pemahaman dan wawasan (Pintrich & Shcunk, 1996). Anak dengan mastery orientation akan fokus pada tugas ketimbang pada kemampuan mereka, punya sikap positif (menikmati tantangan), dan menciptakan strategi berorientasi solusi yang meningkatkan kinerja mereka. Siswa dengan mastery
orientation
sering
kali
menyuruh
diri
mereka
sendiri
untuk
memperhatikan, berfikir cermat, dan mengingat strategi sukses dimasa lalu (Anderman, Maehr & Midgley, 1996; dalam Santrock, 2007). Siswa dengan mastery orientation percaya bahwa kemampuan mereka bisa diubah dan ditingkatkan (Santrock, 2008). 2. Performance goal orientation Ketika siswa ingin terlihat lebih baik dan menerima penilaian yang baik dari orang lain, siswa ini menunjukan orientasi tujuannya pada performance. Para
51
siswa
yang berorientsi tujuan pada performance lebih peduli dengan
“penampilan”, karena mereka berharap selalu terlihat “pintar” dengan mendapatkan nilai yang tinggi. Terlihat “pintar” biasanya bearti usaha untuk mempertunjukan sesuatu yang lebih baik dari orang lain yang kadang-kadang dicapai tanpa usaha pembelajaran. Oleh karena itu, siswa yang memiliki performance goal orientation ini biasanya belajar semata-mata hanya untuk mendapatkan nilai bagus atau pujian guru, teman-teman dan orang tua. Ketika menemukan adanya hambatan, para siswa yang memiliki performance goal orientation cendrung menjadi takut bila usaha mereka menampilkan prestasi menjadi terhambat pula, selain itu siswa yang merasa kemampuannya rendah kemungkinan akan menunjukan sikap tidak berdaya, karena mereka memiliki kesempatan yang sempit dalam mendapatkan nilai bagus. Dapat disimpulkan bahwa performance goal orientation dalam penelitian ini secara umum berkaitan dengan usaha
siswa untuk mencari dan
mempertahankan citra positif akan kemampuan mereka dengan menghindari tantangan. Performance goal orientation lebih memperhatikan hasil dari pada proses. Bagi siswa yang berorientasi kinerja atau prestasi, kemenangan atau keberhasilan itu penting dan kebahagiaan dianggap sebagai hasil dari kemenangan atau keberhasilan. Bagi siswa dengan mastery goal orientation yang penting adalah mereka sudah berinteraksi secara efektif dengan lingkungannya. Siswa dengan mastery goal orientation tetap berharap berhasil atau menang, tetapi bagi mereka
52
kemenangan itu tidak sepenting dengan apa yang dibayangkan oleh siswa dengan performance goal orientation (Santrock, 2008). Siswa denagn performance goal orientation yang tidak percaya pada kesuksesannya akan menghadapi problem tersendiri (Stipek, 2002; dalam Santrock, 2008). Jika mereka berusaha lalu gagal, mereka sering menganggap kegagalan itu sebagai bukti dari kemampuan yang rendah. Apabila mereka tidak mencoba, mereka dapat memberikan penjelasan alternatif atas kegagalan mereka yang dapat diterima secara personal. Dilemma ini membuat siswa melindungi diri mereka sendiri dari kesan tidak pandai, tetapi upaya ini akan mengganggu pembelajaran mereka dalam jangka panjang (Covington, 1992; dalam Santrock, 2008). Untuk menghindari kesan tidak mampu, beberapa murid tidak mau mencoba, atau menipu. Yang lainnya mungkin menggunakan strategi lain seperti menghindari, mencari-cari alasan, bekerja setengah hati, dan menentukan tujuan yang tidak realistis (Santrock, 2008). Kemungkinan lain yang siswa lakukan agar siswa tidak dinilai bodoh adalah dengan mencontek agar mendapatkan hasil yang sebaik mungkin sesuai dengan tujuan yang diharapkannya. 2.4.
Kerangka berfikir Perilaku menyontek (cheating) pada umumnya pernah dilakukan hampir
seluruh dari kita yang pernah duduk di bangku sekolah. Baik itu secara terangterangan ataupun tersirat. Biasanya dalam keadaan tertekan kita memilih jalan untuk curang atau mencontek. Entah itu waktu yang mepet, soal yang dirasa tidak dapat dikerjakan, kurangnya penguasaan akan materi pelajaran, tidak yakin akan jawaban sendiri ataupun minat kita terhadap mata pelajaran yang diujikan
53
tersebut. Agar hal tersebut tidak terus terjadi dan semakin meningkat, maka dibutuhkan beberapa faktor untuk mencegah terjadi perilaku menyontek. Diantara faktor-faktor yang diduga dapat menurunkan dan meningkatkan perilaku menyontek (cheating) adalah self-efficacy, konformitas dan goal orientation. Self-efficacy yang meliputi level atau tingkat kesulitan tugas, generality atau kemampuan secara umum dan strength atau kemampuan siswa dalam menghadapi tugas-tugas belajar yang diberikan. Apabila self-efficacy yang dimiliki siswa tinggi, maka dapat menurunkan tingkat menyontek pada siswa dalam mengerjakan tugas atau mengerjakan ujian sekolah. Sebaliknya, apabila self-efficacy yang dimiliki siswa rendah, maka hal tersebut memungkinkan terjadinya peningkatan dalam perilaku menyontek (cheating). Faktor lain yang diduga dapat mempengaruhi perilau menyontek siswa adalah konformitas. Konformitas compliance ini dapat menyebabkan siswa bertingkah laku sesuai dengan tekanan kelompok, sementara secara peribadi ia tidak menyetujui tingkah lakunya tersebut. Pada bentuk compliance ini, individu menghindari penolakan kelompok dan mengharapkan reward atau penerimaan kelompok (normative influence). Alasan utama konformitas ini adalah untuk menghindari celaan kelompok, seperti mendapatkan nilai rendah. Oleh karena itu, konformitas ini memungkinkan siswa untuk menyontek agar dapat diterima oleh lingkungannya, seperti keluarga dan teman bahkan oleh guru di sekolah. Sedangkan konformitas acceptance, tingkah laku dan keyakinan individu sesuai dengan tekanan dalam kelompok yang diterimanya. Pada bentuk acceptance ini, konformitas terjadi karena kelompok
54
menyediakan informasi penting yang tidak dimiliki oleh individu (informational influence). Pada konformitas jenis ini teman merupakan sumber informasi yang penting. Oleh karena itu apabila konformitas yang terjadi pada siswa tinggi, maka perilaku menyontek pada remaja juga akan tinggi pula. Sebaliknya, apabila konformitas yang terjadi pada remaja itu rendah, maka ada kemungkinan perilaku menyontek yang terjadi pada remaja akan rendah juga. Selain faktor di atas, goal orientation atau orientasi tujuan siswa juga diduga dapat mempengaruhi perilaku menyontek pasa siswa. Siswa yang berorientasi tujuan pada penguasaan akan materi pelajaran maka ia akan belajar dengan sungguh-sungguh, tidak peduli pandangan orang lain akan prestasi yang akan ia raih, baginya yang terpenting adalah penguasaannya akan materi yang ia dapat. Inilah yang disebut dengan mastery goal orientation. Sedangkan seseorang yang tujuannya hanya pada performance, ia tidak peduli materi tersebut ia kuasai atau tidak, yang terpenting baginya performancenya terlihat baik di depan orang lain. Inilah seseorang yang dikatakan memiliki performance goal orientation. Jika dikaitkan dengan penelitian ini, peneliti menduga bahwa akan ada pengaruh self-efficacy, konformitas dan goal orientation terhadap perilaku menyontek (cheating) pada siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi.
55
Bagan 2.1. Skema kerangka berpikir
Self-efficacy
Compliance Konformitas
Siswa SMP/MTs Mastery Goal Orientation Performance
Jenis Kelamin Variabel Demografis Tingkatan Kelas
Perilaku Menyontek (cheating)
Acceptance
56
2.5.
Hipotesis penelitian Berdasarkan uraian teoritis di atas, maka hipotesis ini dapat dirumuskan
sebagai berikut: A. Hipotesis mayor: Ha: Ada pengaruh yang signifikan self-efficacy, konformitas, goal orientation, jenis kelamin dan tingkatan kelas terhadap perilaku menyontek (cheating) siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi. B. Hipotesis minor: Ha1: Ada pengaruh yang signifikan self-efficacy terhadap perilaku menyontek (cheating) siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi. Ha2 : Ada pengaruh yang signifikan konformitas compliance terhadap perilaku menyontek (cheating) siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi. Ha3 : Ada pengaruh yang signifikan konformitas acceptance terhadap perilaku menyontek (cheating) siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi. Ha4: Ada pengaruh yang signifikan mastery goal orientation terhadap perilaku menyontek (cheating) siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi. Ha5: Ada pengaruh yang signifikan performance goal orientation terhadap perilaku menyontek (cheating) siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi. Ha5 : Ada pengaruh yang signifikan jenis kelamin terhadap perilaku menyontek (cheating) siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi. Ha6 : Ada pengaruh yang signifikan tingkatan kelas terhadap perilaku menyontek (cheating) siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi tinggi.
BAB III METODE PENELITIAN Dalam metode penelitian ini diuraikan mengenai pendekatan dan jenis penelitian yang digunakan, definisi operasional dari variabel yang diteliti, populasi dan sampel (partisipan), metode pengumpulan data, teknik pengambilan data, uji instrumen dan analisis data, hasil uji instrumen, dan prosedur penelitian. 3.1.
Pendekatan dan jenis penelitian Dalam penelitian ini, yang hendak diteliti adalah apakah ada pengaruh
yang signifikan dari masing-masing independent variable (IV) yang terdiri dari: self-efficacy, konformitas dan goal orientation terhadap dependent variable (DV) yakni perilaku menyontek (cheating), dan faktor apakah yang paling mempengaruhi terjadinya perilaku menyontek (cheating) pada siswa MTs. AlHidayah Bekasi. Oleh karena itu, pendekatan yang digunakan untuk menjawab pertanyaan
penelitian
tersebut
adalah
pendekatan
kuantitatif.
Penelitian
menggunakan pendekatan kuantitatif karena data yang diperoleh ini berupa angka dan dianalisis dengan menggunakan anlisis statistik (Sugiyono, 2009). 3.2.
Populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel 3.2.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi MTs. Al-Hidayah Bekasi yang duduk dikelas VII, VIII dan IX yang terdiri dari 9 kelas atau
57
58
berjumlah 431 siswa yang terdiri dari 232 siswa laki-laki dan 199 siswi perempuan. Tabel 3.1 Populasi siswa-siswi MTs. Al-Hidayah Bekasi tahun 2011 Kelas
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
VII
68
57
125
VIII
85
68
153
IX
79
74
153
Jumlah
232
199
431
*(Sumber: Tata Usaha MTs. Al-Hidayah Bekasi 2011) 3.2.2. Sampel Sampel penelitian ini berjumlah 150 siswa yang terdiri dari 9 kelas yang ada di Sekolah MTs. Al-Hidayah Bekasi yang diambil secara acak. 3.2.3. Teknik pengambilan sampel Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara probability sampling, dengan menggunakan teknik stratified random sampling dimana pemilihan sampel dari populasi berdasarkan pada strata tiap-tiap kelas (Sulistyo, 2010). Setiap subjek yang menjadi sampel adalah subjek yang memenuhi karakteristik sampel penelitian. Mengingat populasi yang ada jumlahnya besar (431 siswa) serta keterbatasan dana, waktu dan kemampuan peneliti, maka peneliti menetapkan siswa yang akan dijadikan sampel penelitian sebanyak 150 orang dari jumlah populasi.
59
Untuk mengambil jumlah sampel tersebut penulis menggunakan rumus proporsi sebagai berikut :
Populasi per tingkatan kelas X jumlah sampel yang ditentukan Populasi total tingkatan kelas adala
Maka jumlah sampel untuk masing-masing
3.3.
1. Kelas VII
: 125/431 x 150 = 44 (L: 23 P: 21)
2. Kelas VIII
: 153/431 x 150 = 53 (L: 27 P: 26)
3. Kelas IX
: 153/431 x 150 = 53 (L: 27 P: 26)
Variabel Penelitian 3.3.1. Identifikasi variabel Berdasarkan landasan teori yang ada serta rumusan hipotesis penelitian, maka dalam penelitian ini terdapat dua variable, yaitu variable terikat (dependent variable) dan variable bebas (independent variable). Variabel-variabelnya adalah sebagai berikut: 1. Dependen variable
: perilaku menyontek (cheating)
2. Independen variabel1
: self-effficacy
3. Independen variabel2
: konformitas
4. Independen variabel3
: goal orientation
5. Variabel demografis
: jenis kelamin dan tingkatan kelas
60
3.3.2.
Definisi operasional variabel
1. Perilaku menyontek (cheating) Perilaku menyontek (cheating) adalah skor yang diperoleh dari skala pengukuran perilaku cheating berdasarkan kategorinya, yaitu: memberi,
mengambil,
dan
menerima
informasi
yang
tidak
diperbolehkan, menggunakan bahan-bahan atau materi yang tidak diperbolehkan, memanfaatkan kelemahan seseorang, prosedur, atau proses untuk memperoleh keuntungan. Dari skor total perilaku menyontek ini dapat menunjukan kecendrungan siswa menyontek pada saat ulangan dan penyelesaian tugas-tugas akademis di kelas. Semakin tinggi
skor
maka
akan
menunjukan
tingginya
kecendrungan
menyontek yang terjadi pada siswa, akan tetapi semakin rendah skor perilaku menyontek maka akan semakin rendah pula perilaku menyonttek yang terjadi pada siswa 2. Self-efficacy Self-efficacy yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keyakinan siswa MTs Al-Hidayah Bekasi terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk mencapai keberhasilan yang diharapkan yang diungkapkan melalui skor-skor yang didapat dari skala self-efficacy yang di adaptasi dari general self-efficacy scale Ralf Schwarzer dkk yang terdiri dari 10 item pertamyaan.
61
3. Konformitas Konformitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perilaku mengikuti teman-teman disekolah (khususnya perilaku menyontek) yang diungkapkan melalui skor-skor yang diperoleh melalui skala pengukuran konformitas, yang terdiri dari dua dimensi konformitas, yaitu: compliance dan acceptance. 4. Goal orientation Goal orientation yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orientasi tujuan yang dimiliki siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi dalam belajar yang diungkapkan melalui skor-skor yang diperoleh melalui skala pengukuran goal orientation, yang terdiri oleh dua dimensi goal orientation, yaitu: mastery goal orientation dan performance goal orientation. 5. Variabel demografis Variabel demografis di sini terdiri dari: a. Jenis kelamin: jenis kelamin di sini di gunakan untuk mengetahui apakah laki-laki atau perempuan yang lebih sering melakukan perilaku menyontek (cheating). b. Tingkatan kelas: tingkatan kelas yang dimaksud dalam penelitian ini di gunakan untuk mengetahui tingkatan berapa atau kelas manakah yang lebih sering melakukan perilaku menyontek (cheating) dalam mengerjakan tugas yang di berikan sekolah.
62
3.4
Pengumpulan Data 3.4.1 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menyebarkan kuesioner yang terdiri dari empat skala yaitu skala untuk mengukur perilaku menyontek (cheating), self efficacy, konformitas dan goal orientation.
3.4.2 Instrumen Pengumpulan Data Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah berbentuk kuesioner yang berbentuk skala Likert, dimana aspek-aspek pada variabel dijadikan sebagai tolak ukur penyusunan item-item instrumen. Jawaban dari setiap instrumen ini memiliki gradasi dari yang tertinggi (sangat positif) sampai yang terendah (sangat negatif). Pada skala penelitian ini digunakan empat pilihan jawaban, pada skala satu (mengukur perilaku menyontek), yaitu: tidak Pernah (TP), jarang (J), sering (S), selalu (S), dan pada skala 2, 3, dan 4 (mengukur self-efficacy, konformitas, dan goal orientation), yaitu: sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak Setuju (STS). Tidak dimasukkannya pilihan jawaban tidak tahu atau ragu-ragu karena dikhawatirkan ada kecenderungan responden akan memilih jawaban tidak tahu atau ragu-ragu, sehingga tidak ada perbedaan atau variasi jawaban dari setiap item.
63
Tabel 3.2 Pilihan jawaban dan skoring respon jawaban Selalu (S)
Sering (S)
Jarang (J)
Tidak Pernah (TP)
Sangat
Sesuai
TidakSesuai
Sangat Tidak Sesuai
Sesuai (SS)
(S)
(TS)
(STS)
Favorable
4
3
2
1
Unfavorable
1
2
3
4
Pernyataan
Dalam penelitian ini, peneliti juga akan memberikan skala yang terdiri dari dua bagian, antara lain: a. Bagian pengantar yang berisi: nama, jenis kelamin dan kelas (variabel demografis), tujuan penelitian, kerahasiaan jawaban yang diberikan dan ucapan terimakasih. Pada penelitian ini, untuk mengetahui jenis kelamin dan angkatan peneliti menggunakan kuesioner tertutup, yaitu bentuk kuesioner yang jawabannya telah ditentukan atau disediakan. Hal ini dilakukan agar jawaban responden tidak terlalu bervariasi, sehingga memudahkan peneliti dalam menganalisa data. Terdapat dua pilihan jawaban untuk kuesioner jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. Adapun cara skoring kuesioner ini adalah sebagai berikut:
64
Tabel 3.3 Pedoman skoring kuesioner jenis kelamin Respon Jawaban
Angka Simbolik
Laki-laki
0
Perempuan
1
Sementara pada kuesioner tingkatan kelas memiliki 3 pilihan jawaban, yaitu kelas VII, kelas VIII dan kelas IX. Adapun cara skoring kuesioner ini adalah sebagai berikut: Tabel 3.4 Pedoman skoring kuesioner tingkatan kelas
b.
Kelas
Angka Simbolik
Kelas VII
1
Kelas VIII
2
Kelas IX
3
Bagian isi, berisikan empat alat ukur. Adapun empat alat ukur tersebut adalah: 1. Alat ukur perilaku menyontek (cheating) Alat Untuk mengukur perilaku menyontek (cheating) adalah sebuah skala yang mengukur pengungkapan diri siswa mengenai perilaku menyontek (cheating) yang terjadi di MTs Al-Hidayah Bekasi. Skala pengungkapan diri mengenai perilaku menyontek (cheating) ini terdiri dari 25 item pernyataan dengan rentang nilai 1 - 4.
65
Table 3.5 Blue print perilaku menyontek try out No
Kategori
Indikator
Pernyataan
Jumlah
Favorable Unfavorable 1.
Giving, Taking,
· Memberikan
Receiving informasi yang
1, 2*
2
jawaban · Mengambil
tidak di
3*, 4*, 5*
6, 7, 8
6
jawaban
perbolehkan
· Menerima
9*
1
10*, 11*
2
· Menggunakan 1 2*, 13*,
3
jawaban 2.
Menggunakan
· Membuat
bahan terlarang
catatan media sebagai
14*
alat untuk menyontek 3.
Memanfaatkan
· Plagiat
15*, 16*
17
3
kelemahan
· Menggunakan
18*
19*
2
seseorang,
jasa orang lain 21*, 23*,
20, 22
6
prosedur, atau
Menggun
·
proses untuk
akan
memperoleh
kelemahan
keuntungan
orang lain
Jumlah
24*, 25*
18
7
25
* Item yang valid Setelah melakukan try out pada tanggal 20 September 2011 dengan jumlah sampel 46 siswa, didapatkan 7 item yang gugur dari 25 item yang ada, sehingga item yang tersisa adalah sebanyak 18 item.
66
Table 3.6 Blue print perilaku menyontek (cheating) No
Kategori
Indikator
Pernyataan
Jumlah
Favorable Unfavorable 1.
Giving, Taking,
· Memberikan
Receiving informasi yang
1
3, 4, 5
3
jawaban · Mengambil
tidak di perbolehkan
2
jawaban · Menerima
9
1
jawaban 2.
Menggunakan
· Membuat
bahan terlarang
10, 11
2
12, 13, 14,
3
2
catatan · Menggunakan media sebagai alat untuk menyontek
3.
Memanfaatkan
· Plagiat
15, 16,
kelemahan
· Menggunakan
18
seseorang,
jasa orang lain
prosedur, atau
Menggun
·
proses untuk
akan
memperoleh
kelemahan
keuntungan
orang lain
Jumlah
17
2
1, 6, 7, 8
17
4
1
18
67
2. Alat ukur self-efficacy Dalam penelitian ini, pengukuran self efficacy menggunakan skala milik Ralf Schwarzer, dkk (2002) dari Universitas Freie, Berlin. Skala self efficacy pada awalnya dikembangkan oleh Matthias Yerusalem dan Ralf Schwarzer pada tahun 1979. Instrumen ini berisi 20 item, akan tetapi pada tahun 1981 dikurangi menjadi 10 item yang diadaptasi untuk 28 bahasa dan disebarkan melalui internet ke 25 negara diseluruh dunia dengan rentang nilai 1 – 4. Alasan peneliti menggunakan skala milik Ralf Schwarzer, dkk (2002) karena landasan teori yang digunakan dalam penelitiannya menggunakan teori social cognitive milik Albert Bandura. Selain itu, menurut Ralf Schwarzer,dkk (1996) koefisien reliabilitas skala self efficacy milik Ralf Schwarzer antara o,75 sampai 0,91 sehingga dapat dikatakan reliabel dan juga dapat dibuktikan melalui validitas diskriminan dan validitas konvergen. Dengan demikian, skala ini dapat dipergunakan pada masa dan jangka waktu yang berbeda serta dengan karakteristik responden yang berbeda. Table 3.7 Blue print self-efficacy try out No
Dimensi
1.
Level,
Indikator · Keyakinan siswa
Pernyataan Jumlah Favorable Unfavorable 1*, 2, 3, 4*, 0 10
strength,
akan kemampuan
5*, 6, 7, 8*,
generality
yang dimilikinya
9*, 10*
* Item yang valid
68
Berdasarkan hasil uji coba (try out) penelitian, didapat item yang tidak valid berjumlah 4 item. sehingga dalam
field test peneliti hanya
menggunakan item-item valid saja, yaitu sejumlah 6 item. Table 3.8 Blue print self-efficacy No
Dimensi
Indikator
Pernyataan Favorable
1.
· Keyakinan siswa
Level, strength,
akan kemampuan
generality
yang dimilikinya
1, 2, 3, 4,
Jumlah
Unfavorable 0
6
5, 6, 7
3. Alat ukur konformitas Alat Untuk mengukur konformitas adalah sebuah skala yang mengukur perilaku mengikuti teman-teman disekolah (khususnya perilaku menyontek). Oleh karena itu item-item skala ini diadaptasi oleh item-item konformitas dalam perilaku menyontek (cheating). Skala ini terdiri dari 20 item pertanyaan dengan rentang nilai 1- 4. Alat ukur ini disusun oleh peneliti dengan berdasarkan pada dimensi-dimensi yang dikemukakan oleh Mayers (1988; dalam Sarwono dan Meinarno, 2009) yang membagi konformitas dalam dua bentuk, yaitu: compliance dan acceptance.
69
Table 3.9 Blue print konformitas try out No 1.
Dimensi Compliance
Indikator · Mengikuti apa yang dilakukan
Jumlah
Pernyataan Favorable
Unfavorable
1*, 2*, 3*,
5, 6
7
8*
9
2
10*, 11*,
17*, 18*, 19
11
12*
20*
4, 7*
teman karena menghindari penolakan · Mengharapkan reward atau penerimaan kelompok 2.
Acceptance
· Mengikuti apa yang dilakukan teman karena adanya suatu kepercayaan
Jumlah
13, 14*, 15, 16* 13
7
20
* Item yang valid Dari hasil uji coba (try out) penelitian yang dilakukan, didapat item yang tidak valid berjumlah 7 item. Sehingga dalam field test peneliti hanya menggunakan 13 item saja.
70
Table 3.10 Blue print skala konformitas No
Dimensi
Indikator
Favorable 1.
Compliance
· Mengikuti apa
Jumlah
Pernyataan Unfavorable
1, 3, 4, 7,
4
8
1
yang dilakukan teman karena menghindari penolakan · Mengharapkan reward atau penerimaan kelompok 2.
Acceptance
· Mengikuti apa yang dilakukan
9, 10, 11,
2, 5, 6
8
12, 13
teman karena adanya suatu kepercayaan Jumlah
10
3
13
4. Alat ukur goal orientation Alat untuk mengukur goal orientation adalah sebuah skala yang mengukur oorientasi tujuan yang dimiliki siswa dalam bidang akademis. Skala ini terdiri dari 30 item pertanyaan dengan rentang nilai 1 – 4. Untuk item berupa pernyataan yang mewakili mastery goal orientation, rentang nilai 1 – 4 dimulai dari sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), setuju (S) dan sangat setuju (SS). Sedangkan untuk item berupa pernyataan yang
71
mewakili performance goal orientation, rentang nilai 1 – 4 dimulai dari sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak Setuju (STS). Table 3.11 Blue print goal orientation Tyr Out No
Kategori
Indikator
Pernyataan Favorable
1.
Mastery goal orientation
· Menguasai materi
1*, 2, 3*,
Jumlah
Unfavorable 8, 9, 10, 11
11
4*, 5, 6,7*
· Mengembangkan 12, 13*, 14*
3
kemampuan · Meningkatkan
15, 16*, 17*
18
4
kinerja 2.
· Mengharapkan
19, 20, 21,
goal
penilaian yang
22*, 23, 24
orientation
baik dari orang
Performance
6
lain · Lebih terfokus pada hasil dari
25, 26*, 27,
30
6
28, 29*
pada proses Jumlah * Item yang valid
24
6
30
72
Setelah dilakukan uji coba (try out) penelitian, didapat item yang tidak valid berjumlah 19 item. Sehingga dalam field test peneliti hanya menggunakan 11 item saja. Table 3.12 Blue print goal orientation No
Kategori
Indikator
Pernyataan Favorable
1.
Mastery goal orientation
· Menguasai
1, 2, 9, 10,
Jumlah
Unfavorable 4
materi · Mengembangkan 3, 4
2
kemampuan · Meningkatkan
5, 6
2
7,
1
8, 11
2
kinerja 2.
Performance
· Mengharapkan
goal
penilaian yang
orientation
baik dari orang lain · Lebih terfokus pada hasil dari pada proses
Jumlah
11
11
73
3.5.
Teknik uji instrument dan analisis data Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan uji instrumen dengan 85 item dari 4 skala, yaitu skala perilaku menyontek (cheating) sebanyak 25 item, skala self efficacy sebanyak 10 item, skala konformitas sebanyak 20 item dan skala goal orientation sebanyak 30 item. Uji instrument diberikan kepada siswa kelas VIII3 berjumlah 46 siswa yang dilakukan pada tanggal 20 September 2011. Uji instrument ini dilakukan dengan maksud: a. Mengetahui validitas instrument di mana skor tiap item dikorelasikan dengan skor total. b. Mengetahui tingkat reliabilitas instrument yang digunakan untuk mengukur tingkat reliabilitas skala tersebut. 3.5.1. Uji validitas Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Anastasi memberikan definisi bahwa suatu tes dikatakan valid bila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur (Anastasi& Urbina, 1997). Menurut Cronbach (dalam Azwar, 2005), koefisien validitas suatu kontruk yang baik ialah > 0,3. Berdasarkan uji validitas yang telah dilakukan, dari 25 item pada skala cheating yang diuji coba terdapat 18 item yang valid, sedangkan sisanya sebanyak 7 item dinyatakan gugur. Untuk skala self-efficacy dari 10 item yang diuji coba terdapat 6 item yang valid dan 4 item yang gugur,
74
dan untuk skala konformitas dari 20 item (terdiri dari compliance dan acceptance) yang diuji coba terdapat 13 item yang valid dan 7 item yang gugur, sedangkan untuk skala goal orientation (yang terdiri dari mastery dan performance) dari 30 item yang diuji terdapat 11 item yang valid dan 19 item yang gugur. Item- item yang gugur dikarenakan skor validitasnya kurang dari 0,3. Setelah dilakukan try out jumlah total item yang digunakan untuk penelitian adalah 48 item. 3.5.2. Uji reliabilitas Pengukuran
yang
memiliki
reliabilitas
maksudnya
adalah
pengukuran yang dapat menghasilkan data yang terpercaya, terandalkan dan ajeg (dalam Azwar, 2005). Untuk mencari nilai estimasi reliabilitas dari instrument penelitian yang digunakan, peneliti menggunakan teknik Alpha Cronbach, dalam perhitungannya adalah dengan menggunakan program SPSS 17. Dalam
aplikasinya,
reliabilitas
dinyatakan
oleh
koefisien
reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya, koefisien yang semakin mendekati angka 0 berarti semakin rendahnya reliiabilitas (Azwar, 2005). Hasil uji reliabilitas skala perilaku menyontek (cheating) adalah nilai reliabilitas skala perilaku menyontek (cheating) dengan 18 item yang valid adalah sebesar 0,795. Pada skala self efficacy adalah nilai reliabilitas skala self efficacy dengan 6 item yang valid adalah sebesar 0,619. Pada
75
skala konformitas dengan 13 item yang valid nilai reliabilitasnya adalah sebesar 0,825. Sedangkan pada skala goal orientation dengan 11 item yang valid mempunyai nilai reliabilitas sebesar 0,746. Oleh karena itu, skala perilaku menyontek (cheating), skala self efficacy, skala konformitas, dan skala goal orientation ini dapat dikatakan reliabel dan dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian. Tabel 3.13 Skor hasil uji reliabilitas skala Skala
Skor
Keterangan
Skala perilaku menyontek (cheating)
0,795
Reliabel
Skala self efficacy
0,619
Reliabel
Skala konformitas
0,825
Reliabel
Skala goal orientation
0,746
Reliabel
3.6. Prosedur penelitian Dalam penelitian ini peneliti mencoba merencanakan langkah-langkah yang diharapkan dapat menunjang kelancaran penelitian. Langkah-langkah tersebut sebagai berikut: 1. Persiapan penelitian a) Dimulai dengan perumusan masalah dan pembatasan masalah b) Menentukan variabel-variabel yang akan diteliti c) Melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan gambaran dan landasan teori yang tepat
76
d) Menentukan, menyusun, dan menyiapkan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu skala perilaku menyontek (cheating), skala selfefficacy, skala konformitas, dan skala goal orientation yang dirancang berupa skala Likert. 2. Tahap pengambilan data a) Menentukan jumlah sampel penelitian b) Memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan meminta kesediaan responden untuk mengisi skala penelitian c) Memberikan alat ukur yang telah disiapkan kepada 50 responden. 3. Tahap uji coba Peneliti melakukan uji coba alat ukur pada empat skala yang dibuat, yaitu skala perilaku menyontek (cheating), skala Self efficacy, skala konformitas dan skala goal orientation pada tanggal 20 September 2011 pada 50 siswa-siswi MTs. Al-Hidayah Bekasi. 4. Tahap field test Skala perilaku menyontek (cheating), skala self efficacy, skala konformitas dan skala goal orientation terdiri dari 48 item pernyataan. Selanjutnya skala ini diberikan kepada responden pada tanggal 27 September 2011 di MTs. Al-Hidayah Bekasi. 5. Pengolahan data a) Melakukan skoring terhadap hasil skala yang telah diisi oleh responden.
77
b) Menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh, kemudian membuat tabel data. c) Melakukan analisa data dengan menggunakan metode statistik untuk menguji hipotesis penelitian. d) Membuat kesimpulan dan laporan akhir penelitian. 3.7
Teknik analisis data Dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian yaitu apakah terdapat
pengaruh yang signifikan self efficacy, konformitas dan goal orientation terhadap goal orientation siswa MTS. Al-Hidayah Bekasi, dan untuk mengetahui seberapa besar konstribusi yang diberikan self efficacy, konformitas dan goal orientation terhadap perilaku menyontek (cheating), menggunakan metode statistika karena datanya berupa angka-angka yang merupakan hasil pengukuran atau perhitungan. Dalam hal ini berdasarkan hipotesis yang akan di ukur menggunakan teknik analisis multiple regression atau analisis regresi berganda. Analisis
regresi
berganda ini digunakan untuk mengetahui besar dan arah hubungan self efficacy, konformitas dan goal orientation dengan perilaku menyontek (cheating) siswa MTS. Al-Hidayah Bekasi dengan menggunakan software SPSS versi 17.
BAB 4 HASIL PENELITIAN Bab 4 ini akan membahas mengenai presentasi dan analisis data meliputi: gambaran umum responden: berdasarkan jenis kelamin dan angkatan; Deskripsi data penelitian; Hasil uji statistik; dan hasil uji hipotesis. 4.1.
Gambaran umum responden Gambaran umum subjek penelitian ini diuraikan secara rinci di bawah ini,
yaitu berdasarkan jenis kelamin dan tahun angkatan responden. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi yang berjumlah 431 orang, sedangkan yang menjadi responden dalam penelitian ini berjumlah 150 orang. 4.1.1. Gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin Berdasarkan jenis kelamin, subjek dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagaimana terlihat dalam tabel berikut: Tabel 4.1 Gambaran umum subjek berdasarkan jenis kelamin Jenis kelamin
Kelas Kelas VII
Kelas
Jumlah
Persentase
Kelas IX
VIII Laki-laki
23
27
27
77
51%
Perempuan
21
26
26
73
49%
Jumlah
44
53
53
150
100%
78
79
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dalam penelitian ini subjek berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada subjek perempuan. Adapun subjek lakilaki berjumlah 77 orang (51%), sedangkan jumlah subjek perempuan adalah 73 orang (49%). 4.1.2. Gambaran Subjek Berdasarkan Angkatan Berdasarkan angkatan, subjek dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagaimana terlihat pada tabel berikut: Tabel 4.2 Gambaran umum subjek berdasarkan tingkatan kelas kelas
Jumlah
Persentase
VII
44
29, 4%
VIII
53
35, 3%
IX
53
35, 3%
Jumlah
150
100 %
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa sebagian dari subjek penelitian ini paling sedikit adalah kelas VII, yaitu berjumlah 44 orang (29.4%), sedangkan responden kelas VIII dan kelas IX berjumlah sama, yaitu berjumlah 53 orang (35.3%). 4.2.
Deskripsi hasil penelitian 4.2.1. Kategorisasi skor perilaku menyontek Data skor perilaku menyontek diperoleh melalui angket yang disebar kepada siswa-siswi kelas VII, VIII dan IX MTs. Al-Hidayah
80
Bekasi. Selanjutnya peneliti membuat kategorik responden untuk menentukan tinggi dan rendah pada tiap variabel. Tabel 4.3 Skor perolehan perilaku menyontek (cheating) Descriptive Statistics N cheating
150
Valid N (listwise)
150
Minimum Maximum Mean 18.00
46.00
Std. Deviation
27.7800
5.74149
Pada variabel perilaku menyontek memiliki nilai maximum 46, minimum 18 dan mean 27.7800. Berdasarkan skor perolehan di atas maka hasil yang didapat adalah sebagai berikut: Tabel 4.4 Klasifikasi skor perilaku menyontek (cheating) Kategori
Rentang Skor
Responden
Persentase
Rendah
18 – 27
75 orang
50%
Sedang
28 – 37
69 orang
46%
Tinggi
38 – 47
6 orang
4%
150
100 %
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa subjek dengan tingkat perilaku menyontek yang rendah dengan persentase 50% (75 orang), subjek dengan tingkat self efficacy yang sedang dengan presentase 46 %
81
(69 orang), dan subjek dengan tingkat self efficacy yang tinggi 4% (6 orang) dari total sampel. 4.2.2. Kategorisasi skor self-efficacy Data skor self efficacy diperoleh melalui angket yang disebar kepada siswa-siswi kelas VII, VIII dan IX MTs. Al-Hidayah Bekasi. Selanjutnya peneliti membuat kategorik responden untuk menentukan tinggi dan rendah pada tiap variabel. Tabel 4.5 Skor perolehan self efficacy Descriptive Statistics Minimu m Maximum Mean
N selfefficacy
150
Valid N (listwise)
150
9.00
Std. Deviation
24.00 19.7000
2.36516
Pada variabel self efficacy memiliki nilai maximum 24, minimum 9, dan mean 19.7000. Berdasarkan skor perolehan di atas maka hasil yang didapat adalah sebagai berikut: Tabel 4.6 Klasifikasi skor self efficacy Kategori
Rentang Skor
Responden
Persentase
Rendah
9 – 14
3 orang
2%
Sedang
15 – 20
83 orang
55,3%
Tinggi
21 - 26
64 orang
42,7%
150
100%
Jumlah
82
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa subjek dengan tingkat self efficacy yang rendah dengan persentase 2% (3orang), subjek dengan tingkat self efficacy yang sedang dengan presentase 55,3% (83 orang), dan subjek dengan tingkat self efficacy yang tinggi 42,7% (64 orang) dari total sampel. 4.2.3. Kategorisasi skor konformitas Data skor konformitas diperoleh melalui angket yang disebar kepada siswa-siswi kelas VII, VIII dan IX MTs. Al-Hidayah Bekasi dengan hasil sebagai nerikut: Tabel 4.7 Perolehan Z score konformitas Descriptive Statistics Konformitas
N
Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
acceptance
150
8
25
15.45
3.845
compliance
150
5
20
10.31
2.951
Pada variabel konformitas acceptance memiliki nilai maximum 25, minimum 8, dan mean 15.45. Sedangkan pada variabel konformitas comliance memiliki nilai maximum 20, minimum 5, dan mean 10.31. Berdasarkan skor perolehan di atas maka hasil yang didapat adalah sebagai berikut:
83
Tabel 4.8 Klasifikasi responden pada konformitas Konformitas
Responden
Persentase
acceptance
76
50,7%
compliance
74
49,3%
Jumlah
150
100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang cendrung konformitas acceptance sebanyak 76 responden dengan persentase sebesar 50,7%, sedangkan responden yang cendrung pada konformitas compliance sebanyak 74 responden dengan presentase sebesar 49,3%. 4.2.4. Kategorisasi skor goal orientation Data skor konformitas diperoleh melalui angket yang disebar kepada siswa-siswi kelas VII, VIII dan IX MTs. Al-Hidayah Bekasi dengan hasil sebagai nerikut: Tabel 4.9 Perolehan Z score goal orientation Descriptive Statistics Goal orientattion
N
Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Mastery
150
16
32
26.83
3.312
Performance
150
5
12
10.17
1.540
Pada variabel mastery orientation memiliki nilai maximum 32, minimum 16, dan mean 26.83. Sedangkan pada variabel performance
84
orientation memiliki nilai maximum 12, minimum 5, dan mean 10.17. Berdasarkan skor perolehan di atas maka hasil yang didapat adalah sebagai berikut: Tabel 4.10 Klasifikasi responden pada goal orientation Goal orientation
Responden
Persentase
Mastery
70
46,7%
performance
80
53,3%
Jumlah
150
100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang cendrung pada mastery goal orientation sebanyak 70 responden dengan persentase sebesar 46,7%, sedangkan responden yang cendrung pada performance orientation sebanyak 80 responden dengan presentase sebesar 53,3%. 4.3.
Hasil uji hipotesis penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menguji hipotesis penelitian dengan teknik
analisis regresi berganda (multiple regression) menggunakan sofware SPSS 17. Uji regresi ini dilakukan untuk menjawab hipotesis penelitian yang diajukan di Bab II. 4.3.1. Hasil uji hipotesis mayor Dengan menggunakan seluruh IV yang yang diteorikan, hasilnya dapat dilihat pada table R square berikut:
85
Table 4.11 R-square Model Summaryb Model a. a. b.
R .631
a
R
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Square
Estimate
.399
.369
7.94415
Predictors: (Constant), tingkatankelas, Jeniskelamin, selfefficacy, complieance, mastery, performance, acaptance Dependent Variable: cheating
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa perolehan R-square sebesar 0,399, yang berarti bahwa proporsi varian dari perilaku menyontek (cheating) yang dijelaskan oleh semua independent variable tersebut adalah sebesar 39,9%. Sedangkan sisanya (proporsi varians dari perilaku menyontek (cheating) yang tidak bisa dijelaskan oleh IV yang ada sebesar 60,1%. Selanjutnya untuk tabel anova, dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 4.12 Tabel ANOVA Pengaruh IV Terhadap DV ANOVAb Sum of Model
Mean
Squares
Df
Square
a. Regression 5938.457
7
848.351 63.109
Residual
8961.543
142
Total
14900.000
149
F
Sig.
13.443 .000a
a. Predictors: (Constant), tingkatankelas, Jeniskelamin, selfefficacy, complieance, mastery, performance, acaptance b. Dependent Variable: cheating
86
Dengan melihat table di atas (p<0,05), maka berarti F yang dihasilkan signifikan, yang artinya hipotesis yang menyatakan ada pengaruh IV terhadap DV tidak ditolak. Sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan dari self-efficacy, compliance, acceptance, mastery, performance, jenis kelamin dan tingkatan kelas terhadap perilaku menyontek (cheating). 4.3.2. Hasil uji hipotesis minor Tahap selanjutnya adalah melihat koefisien regresi setiap independent variable yang signifikan. Artinya adalah independent variable tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap perilaku menyontek (cheating). Tabel 4.13 Koefisien Regresi Coefficientsa Dari tabel di atas, dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut: Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model T B Std. Error Beta
Sig.
a (Constant)
32.488
selfefficacy
.034
.075
.034
.459
.647
accaptance
.473
.087
.473
5.456
.000
compliance
-.275
.083
-.275
-3.293
.001
mastery
-.167
.083
-.167
-2.018
.045
performance
.106
.083
.106
1.274
.205
Jeniskelamin
-3.106
1.375
-.156
-2.258
.025
tingkatankelas
5.047
.827
.406
6.100
.000
a. Dependent Variable: cheating
87
Cheating =
32,488 + 0,034 self-efficacy + 0,473 accaptance* - 0,275 compliance* – 0,167 mastery* + 0,106 performance – 3,106 jenis kelamin* + 5,047 tingkatan kelas* Keterangan: Tanda (*) menunjukkan variabel signifikan Berdasarkan tabel di atas, dari 7 koefisien regresi yang dihasilkan ternyata ada lima IV yang secara statistik pengaruhnya signifikan terhadap perilaku menyontek (cheating), yaitu acceptance, compliance, mastery, jenis kelamin dan tingkatan kelas (nilai p < 0,05). Hal ini berarti bahwa dari 7 hipotesis minor terdapat lima yang signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masing-masing IV adalah sebagai berikut: Adapun penjelasan dan nilai koefiesien regresi yang diperoleh pada masing-masing IV adalah sebagai berikut: 1.
Variabel self efficacy Nilai koefisien regresi variabel self efficacy adalah 0,034 dan nilai signifikan 0,647, artinya variabel self efficacy secara positif tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku menyontek (cheating).
2.
Variabel konformitas acceptance Nilai koefisien regresi variabel acceptance adalah 0,473 dan nilai signifikan 0,000, artinya variabel acceptance secara positif signifikan mempengaruhi perilaku menyontek (cheating). Jadi, semakin tinggi accaptance, semakin tinggi perilaku menyontek (cheating).
88
3.
Variabel konformitas compliance Nilai koefisien regresi variabel compliance adalah -0,275 dan nilai signifikan 0,001, artinya variabel compliance secara negatif signifikan mempengaruhi perilaku menyontek (cheating). Jadi, semakin tinggi compliance, semakin rendah perilaku menyontek (cheating).
4.
Variabel mastery orientation Nilai koefisien regresi variabel mastery orientation adalah –0,167 dan nilai signifikan 0,045, artinya variabel mastery orientation secara negatif signifikan mempengaruhi perilaku menyontek (cheating). Jadi, semakin tinggi mastery orientation, semakin rendah perilaku menyontek (cheating).
5.
Variabel performance orientation Nilai koefisien regresi variabel performance orientation adalah 0,106 dan nilai signifikan 0,205, artinya variabel performance orientation secara positif tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku menyontek (cheating).
6.
Variabel jenis kelamin Nilai koefisien regresi variabel jenis kelamin adalah – 3,106 dan nilai signifikan 0,025, artinya variabel jenis kelamin secara negatif signifikan mempengaruhi perilaku menyontek (cheating).
89
Bila dilihat dari nilai uji beda variabel jenis kelamin memiliki nilai sebagai berikut: Tabel 4.14 Uji Beda Jenis Kelamin Jenis kelamin Laki-laki Perempuan
N 77 73
Mean 28,84 26,66
Std. Deviation 6,235 4,970
Std. Error Mean ,710 ,582
Dari table diatas terlihat responden laki-laki memiliki nilai mean 28,84 yang artinya laki-laki lebih sering menyontek dari perempuan. 7.
Variabel tingkatan kelas Nilai koefisien regresi variabel tingkatan kelas adalah 5,047 dan nilai signifikan 0,000, artinya variabel tingkatan kelas secara positif signifikan mempengaruhi perilaku menyontek (cheating). Jadi, semakin tinggi tingkatan kelas, semakin tinggi perilaku menyontek (cheating). Bila dilihat dari nilai uji beda variabel tingkatan kelas memiliki nilai sebagai berikut: Tabel 4.15 Uji Beda Tingkatan Kelas Kelas Satu Dua Tiga
N 44 53 53
Mean 24,09 28,68 29,94
Std. Deviation 4,147 5,857 5,369
Std. Error Mean ,625 ,804 ,737
90
Dari table diatas terlihat responden kelas tiga memiliki nilai mean lebih besar dari pada responden kelas satu dan dua, yaitu 29,94 yang artinya kelas tiga lebih sering menyontek dari pada kelas satu dan dua. 4.3.3. Pengujian Sumbangan masing-masing independent variable Peneliti selanjutnya menganalisis juga besarnya proporsi varian dari DV yang merupakan sumbangan/pengaruh dari masing-masing IV, hal ini dilakukan dengan menghitung pertambahan proporsi varian setiap kali IV baru dimasukkan dalam persamaan. Bertambahnya R2 (R2 change) ini dapat dilihat pada tabel 4.6 dibawah ini. Tabel 4. 16 Sumbangan Masing-masing Independen Variabel
Model
1 2 3 4 5 6 7
R Square .007 .176 .207 .223 .225 .241 .399
Model Summaryi Change Statistics R Square F df1 df2 Change Change .007 .169 .031 .016 .002 .016 .158
1.004 30.164 5.753 3.015 .323 3.007 37.212
1 1 1 1 1 1 1
148 147 146 145 144 143 142
Sig. F Change .318 .000* .018* .085 .571 .085 .000*
* Variabel Signifikan 1. Predictors: (Constant), selfefficacy 2. Predictors: (Constant), selfefficacy, acaptance 3. Predictors: (Constant), selfefficacy, acaptance, complieance 4. Predictors: (Constant), selfefficacy, acaptance, complieance, mastery 5. Predictors: (Constant), selfefficacy, acaptance, complieance, mastery, performance 6. Predictors: (Constant), selfefficacy, acaptance, complieance, mastery, performance, Jeniskelamin 7. Predictors: (Constant), selfefficacy, acaptance, complieance, mastery, performance, Jeniskelamin, tingkatankelas 8. Dependent Variable: cheating
91
4.3.4. Sumbangan masing-masing independen variabel Dari tabel 4.16 di atas, dapat disampaikan informasi sebagai berikut: 1.
Variabel self-efficacy memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,7%
bagi bervariasinya perilaku menyontek (cheating) siswa,
dengan nilai F dari R square change=1.004, p>0,05, df=1,148 dan sig. F change 0,318, sehingga tidak signifikan. 2.
Variabel acceptance memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 16,9% bagi bervariasinya perilaku menyontek (cheating) siswa, sumbangan
ini signifikan dengan nilai F dari R square
change=30.164, p<0,05, df=1,147 dan sig. F change 0,000, sehingga signifikan. 3.
Variabel compliance memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 3,1% bagi bervariasinya perilaku menyontek (cheating) siswa, sumbangan
ini signifikan dengan nilai F dari R square
change=5.753, p<0,05, df=1,146 dan sig. F change 0,018, sehingga signifikan. 4.
Variabel mastery memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 1,6% bagi bervariasinya perilaku menyontek (cheating) siswa, dengan nilai F dari R square change=3.015, p>0,05, df=1,145 dan sig. F change 0,085, sehingga tidak signifikan.
5.
Variabel performance memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,2% bagi bervariasinya perilaku menyontek (cheating) siswa,
92
dengan nilai F dari R square change=0,323, p>0,05, df=1,144 dan sig. F change 0,571, sehingga tidak signifikan. 6.
Variabel jenis kelamin memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 1,6% bagi bervariasinya perilaku menyontek (cheating) siswa, dengan nilai F dari R square change=3.007, p>0,05, df=1,143 dan sig. F change 0,085, sehingga tidak signifikan.
7.
Variabel tingkatan kelas memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 15,8% bagi bervariasinya perilaku menyontek (cheating) siswa, sumbangan ini signifikan dengan nilai F dari R square change=37.212, p<0,05, df=1,142 dan sig. F change 0,000, sehingga signifikan. Sebagai kesimpulan dari bagian ini adalah bahwa hanya ada tiga
IV dari sepuluh IV, yaitu acceptance, , compliance dan tingkatan kelas yang mempengaruhi perilaku menyontek (cheating), jika dilihat dari besarnya pertambahan R2 yang dihasilkan setiap kali dilakukan penambahan IV (sumbangan proporsi varian yang diberikan). Dalam analisis regresi, terutama yang menggunakan Least Square, diperlukan asumsi bahwa distribusi frekuensi dari residu adalah mengikuti kurva normal. Apabila residual berada di sekitar garis untuk kurva normal, maka dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi ini memiliki residual yang distribusinya mengikuti kurva normal. Artinya, hasil persamaan regresi beserta interpretasinya dapat dipercaya dan lebih akurat. Oleh sebab itu, penulis pun melakukan uji terhadap asumsi tersebut. Dengan
93
melihat output dari analisis SPSS, normal tidaknya distribusi residu, dapat dilihat pada grafik P-P Plot berikut:
Gambar 4.1. Residual plot perilaku menyontek Karena distribusi keseluruhan kasus yang ada pada histogram relatif normal dan pada grafik plot data umumnya mendekati garis harapan pada plot, maka semua penafsiran dari hasil regresi pada penelitian ini cukup dapat dipercaya. Artinya asumsi tentang normalitas distribusi frekuensi dari residual telah terpenuhi.
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab ini dikemukakan hasil penelitian mengenai pengaruh self efficacy, konformitas dan goal orientation terhadap perilaku menyontek (cheating) siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi. Selanjutnya akan dikemukakan pula diskusi tentang penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya. 5.1.
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka kesimpulan yang dapat
diambil dari penelitian ini adalah: ·
Secara keseluruhan terdapat pengaruh yang signifikan dari self-efficacy, konformitas
acceptance,
konformitas
compliance,
mastery
goal
orientation, performance goal orientation, jenis kelamin dan tingkatan kelas terhadap perilaku menyontek (cheating). Berdasarkan proporsi varians seluruhnya, perilaku menyontek dipengaruhi oleh independen variabel yang diteliti sebesar 39,9% sedangkan sisanya yaitu 60.1% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. ·
Jika dilihat dari signifikan tidaknya koefisien regresi dari masing-masing IV, ditemukan bahwa terdapat lima IV (independent variable) yang memiliki pengaruh signifikan terhadap DV, yaitu konformitas acceptance (0,473 dengan sig.000), konformitas compliance (- 0,275 dengan sig. 0,001), mastery orientation (–0,167 dengan sig.0,045), jenis kelamin (3,106 dengan sig. 0.025) dan tingkatan kelas (5,047 dengan sig. 0.000).
94
95
·
Jika dilihat dari signifikan tidaknya proporsi varian sumbangan kontribusi dari masing-masing IV, hanya terdapat tiga IV yang signifikan, yaitu konformitas acceptance, konformitas compliance dan tingkatan kelas, dengan perincian yaitu variabel konformitas acceptance memberikan sumbangan
sebesar
16,9%,
konformitas
compliance
memberikan
sumbangan sebesar 3,1%.dan tingkatan kelas memberikan sumbangan sebesar 15,8%. 5.2.
Diskusi Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel self efficacy tidak ada
pengaruh terhadap perilaku menyontek (cheating). Jadi tinggi atau rendahnya selfefficacy yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku menyontek (cheating) siswa. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Murdock dan kawankawan (2001 dalam Anderman & Murdock, 2007), bahwa pada Siswa Sekolah Menengah Pertama terdapat hubungan berbanding terbalik antara cheating dan self-efficacy. Dari hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak selalu self-efficacy rendah diikuti dengan perilaku menyontek (cheating) yang tinggi, dan sebaliknya self-efficacy yang tinggi tidak selalu diikuti oleh perilaku menyontek (cheating) yang rendah. Jadi dapat dimungkinkan sebagian besar perilaku menyontek (cheating) yang rendah dipengaruhi oleh variabel lain selain self-efficacy. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel konformitas acceptance secara positif berpengaruh terhadap perilaku menyontek (cheating) dan signifikan. Jadi, semakin tinggi konformitas accaptance, maka semakin tinggi perilaku menyontek (cheating). Begitu juga sebaliknya, semakin rendah
96
konformitas acceptance, maka semakin rendah pula perilaku menyontek (cheating). Sedangkan variabel konformitas compliance memiliki pengaruh yang secara negatif terhadap perilaku menyontek (cheating) dan signifikan. Jadi semakin tinggi konformitas compliance, akan semakin rendah perilaku menyontek (cheating). Bila dilihat dari berapa banyak responden yang cendrung untuk konformitas acceptance atau konformitas compliance, pada penelitian ini responden lebih cenderung pada konformitas acceptance, yakni sebanyak 76 orang atau sebesar 50,7%. Sedangkan responden yang cendereung pada konformitas compliance sebanyak 74 orang atau sebesar 49,3%. Jadi apabila dilihat secara keseluruhan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan kalau pada variabel konformitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku menyontek (cheating). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nadhirah (2008) yang dari penelitiannya menghasilkan adanya hubungan yang signifikan antara konformitas dengan perilaku menyontek (cheating). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel mastery goal orientation secara negatif memiliki pengaruh terhadap perilaku menyontek (cheating) akan tetapi tidak signifikan. Disini terlihat kecenderungan bahwa, semakin tinggi mastery, semakin rendah perilaku menyontek (cheating). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Indarto dan Masrun (2007), yang dari hasil penelitiannya menyatakan ada hubungan negative dan signifikan antara orientasi tujuan penguasaan dengan intensi menyontek. Sedangkan pada variabel performance goal orientation secara positif tidak berpengaruh terhadap perilaku
97
menyontek (cheating) dan tidak signifikan. Jadi tidak ada hubungan antara performance goal orientation terhadap perilaku menyontek (cheating). Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Indarto dan Masrun (2007), yang menghasilkan penelitian adanya hubungan positif antara orientasi tujuan performansi dengan intensi menyontek, hal ini berarti semakin tinggi orientasi performansi maka semakin tinggi pula intensi menyontek. Bila dilihat dari berapa banyak responden yang cendrung untuk mastery orientation atau performance orientation, pada penelitian ini responden lebih cenderung pada performance orientation, yakni sebanyak 80 orang atau sebesar 53,3%. Sedangkan responden yang cenderung pada mastery orientation sebanyak 70 orang atau sebesar 46,7%. Jadi ternyata dalam penelitian ini goal orientation tidak berpengaruh terhadap perilaku menyontek (cheating). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jenis kelamin mempengaruhi perilaku menyontek (cheating). Apabila dilihat dari nilai uji beda, laki-laki memiiki nilai mean lebih besar dari perempuan, yaitu 28,84 sedangkan peremuan 26,66. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anderman & Murdock (2007) yang menghasilkan bahwa laki-laki memiliki skor cheating lebih tinggi dari pada perempuan. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Anderman dan Midgley (2004), yang menyatakan siswa Sekolah Menengah Pertama menunjukkan bahwa laki-laki lebih mungkin untuk menyontek daripada perempuan (misalnya, Cizek, 1999; Schab, 1969). Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh McCabe dan Trevino (1997 dalam McCabe, Trevino &
98
Butterfield, 2001), juga mengatakan kalau laki-laki lebih sering menyontek dari pada perempuan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tingkatan kelas secara positif signifikan mempengaruhi perilaku menyontek (cheating). Jadi, semakin tinggi tingkatan
kelas,
semakin tinggi perilaku
menyontek (cheating).
Sebagaimana hasil yang di dapat yaitu kelas VII memiliki nilai mean sebesar 24,09 dan kelas VIII memiliki nilai mean sebesar 28,68 sedangkan kelas IX memiliki nilai mean sebesar 29,94. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Evans dan Craig (dalam Murdock & Anderman, 2006), yang menyatakan bahwa siswa yang lebih tua pada Sekolah Menengah Pertama lebih banyak menyontek daripada siswa yang lebih muda, yang artinya tingkatan kelas yang lebih tinggi lebih banyak menyontek dari pada tingkatan yang lebih rendah. 5.3.
Saran Berdasarkan hasil penelitian dan analisis seluruh proses dan isi laporan,
masih terdapat ketidaksempurnaan, sehingga ada beberapa saran yang dapat diberikan untuk selanjutnya dapat digunakan bagi yang menggunakan topik atau pendekatan yang sama, antara lain: 5.3.1. Saran teoritis 1. Jika ada yang ingin melanjutkan penelitian dengan tema yang sama, untuk peneliti selanjutnya disarankan agar sebaiknya menggunakan beberapa variabel lain yang mempengaruhi cheating untuk dijadikan independent variabelnya.
99
2. Untuk peneliti selanjutnya,
hendaknya menambahkan atau
memperbanyak jumlah sampel, sehingga hasil penelitian yang di dapat lebih akurat. 3. Skala cheating yang aitemnya cenderung sedikit dan merupakan pernyataan perilaku, sebaiknya dianalisis dengan menggunakan Confirmatory Factor Analisis (CFA) agar dapat dianalisis per itemnya. 4. Pada saat try out lebih diperbanyak aitem pada skala self-efficacy, konformitas dan goal orientation agar
memperoleh item yang
bervariasi pada saat field test nanti, sehingga dapat mengurangi kemungkinan social desirability yang dapat menyebabkan kecilnya nilai reliabilitas alat ukur tersebut. 5.3.2. Saran praktis 1. Cheating dalam dunia pendidikan yang dilakukan oleh para pelajar patutnya mendapat perhatian lebih untuk segera ditanggulangi karena akan berdampak negatif baik untuk pelakunya sendiri, orang lain, dan terlebih lagi bagi perkembangan dunia pendidikan. 2. Para pendidik hendaknya dalam kegiatan belajar mengajar sebaiknya memperhatikan tingkatan kelas siswa dalam melakukan pembelajaran terutama dalam ujian, karena cenderung yang melakukan cheating adalah siswa tingkat kelas lebih tinggi. Oleh karena itu perlu perhatian dan pembinaan khusus pada kelas-kelas tersebut agar tidak terlalu memiliki perilaku menyontek (cheating).
DAFTAR PUSTAKA Alwisol. (2004). Psikologi kepribadian. Malang: PT. UMM Press Anastasi, Anne & Susana Urbina. (1997). Tes psikologi. Jakarta: Indeks. Anderman, E. M. & Murdock, T. B. (2007). Psychology of academic cheating. (pp. 87-106). San Diego, CA, US: Elsevier Academic Press. Xix, 326 pp Anderman, E. M., & Midgley, C. (2004). Change in self-reported academic cheating across the transition from middle school to high school. Contemporary educational psychology, 29, 499–517 Anderman, E. M., Griesinger. T., & Westerfield, G. (1998). Motivation and Cheating During Early Adolescence. Journal of educational psychology, Vol. 90, No. 1, 84-93 Azwar, Saifuddin. (2005). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Bandura, A. (1994). Self-efficacy. Diambil 07 Februari 2010 www.des.emory.edu/mfp/BanEncy.html Bandura, A. (1986). Social foundations of thought and action: a social cognitive theory. New Jersey: Prentice Hall Baron, R.A. & Byrne, D. (2006). Psikologi sosial. Edisi kesepuluh, Jilid I. Jakarta: PT. Erlangga Chaplin, J.P. (2008). Kamus lengkap psikologi. Jakarta: PT. raja Grafindo Persada Crain, W. (2007). Teori perkembangan konsep dan aplikasi edisi ketiga. Yogyakarta: PT. Pustaka Pelajar Echols, J.M. (2003). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Friedman, H. S., & Schustack, M. W. (2006). Kepribadian teori klasik dan riset modern. Jakarta: Penerbit Erlangga Gallant, T. B. & Drinan, P. (2006). Organizational theory and student sheating: Explanation, Responses, and Strategies. Journal of higher education, Vol. 77, No.5 Henslin, j. M. (2006). Sosiologi jilid I dengan pendekatan membumi edisi keenam. Jakarta: PT. Erlangga
http://translate.google.co.id http://en.wikipedia.org/wiki/Conformity. Diambil tangggal 10 November 2010 http://en.wikipedia.org/wiki/Goal-oriented. Diambil tanggal 23 Februari 2011 Indarto, y. & Masrun. (2007). Hubungan antara orientasi penguasaan dan orientasi performasi dalam intensi menyontek. Skripsi. Fakultas Psikologi Pascasarjana Universitas Gajah Mada Khrisnaresa. (2009). Konformitas sosial. Diambil tangggal 07 Oktober 2010 dari www.ruangpsikologi.com Luthfi, I., Saloom. G., & Yasun, H. (2009). Psikologi sosial. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta Maradina, Clara. (2008). Hubungan antara self-efficacy dalam menghadapi ujian dengan kecendrungan menyontek pada mahasiswa akhir. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Surabaya McCabe, D. L., Trevino, L. K. & Butterfield, K. D. (2001). Cheating in academic institutions: A decade of research. Ethic & behavior, 11(3), 219–232 Murdock, T.B. & Anderman, E. M. (2006). Motivational perspectives on student cheating: toward and integrated model of academic dishonesty. Educational psychologist, 41(3), 129–145 Nadhirah, Y.F. (2008). Hubungan antara konsep diri dan konformitas terhadap kelompok sebaya dengan perilaku menyontek. Diambil tanggal 10 November 2010 dari http://dinifirda.blogspot.com/2008/09/artikel.html Pincus, H. S. & Schmelkin, L. P. (2003). Faculty perceptions of academic dishonesty: A multidimensional scaling analysis. Journal of higher education - Volume 74, Number 2, pp. 196-209 Pintrich, P.R. & Schunk, D.H. (1996). Motivation in education: theory, research and applications. New Jersey: Prentice Hall. Rahardiani, N.M., Indrawati, E.S., & Sawitri, D.R. (2010). The relation between adversity intelligence and intention of cheating in mathematics lessons at student of SMP Negeri 2 and SMP PGRI 13 in Kandal Regency. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro, Semarang Riadi, D. Jujur dalam menyontek.. Diambil tangggal 07 Oktober 2010 dari http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/06/17/149879/Juju r-dalam-Menyontek
Santrock, J.W. (2002). Life-span development (perkembangan masa hidup) edisi kelima. (ter. Damanik, J., & Chusairi, A). Jakarta: PT. Erlangga Santrock, J.W. (2003). Adolescence (perkembangan remaja). (ter. Adelar, S. B., & Saragih, S). Jakarta: PT. Erlangga. Santrock, J.W. (2008). Psikologi pendidikan edisi kedua. (ter. Wibowo, B. S). Jakarta: Kencana Prenada Media group Sarwono, S. W., & Meinarno, E. A. (2009). Psikologi sosial. Jakarta: PT. Salemba Humanika. Sears, D. O., Freedman, J. L., & Peplau, L.A. (1985). Psikologi sosial jilid dua. Jakarta: PT. Erlangga Setyani, U. (2007). Hubungan antara konsep diri dengan intensi menyontek pada siswa SMANegeri 2 Semarang. Skripsi. Fakultas Kedokteran Program Studi Psikologi Universitas Diponegor, Semarang Setya, R.A. (2005). Sumbangan orientasi tujuan siswa dan struktur tujuan kelas pada perilaku menyontek siswa SMP dalam pelajaran Matematika. Tesis. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Scholz, U., Dona, G. B., Sud, S., & Schwarzer, R. (2002). European journal of Psychological Assessment, Vol. 18, Issue 3, pp. 242–251 Sugiyono. (2009). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Cv. Alfabeta Suharto,. & Iryanto, T. (1995). Kamus bahasa indonesia terbaru. Surabaya: PT. Indah Surabaya (Anggota IKAPI) Sulistyo, J. S. (2010). 6 hari jago SPSS 17. Yogyakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer. Silvano, dkk. (2008). “Budaya menyontek”. Diambil tanggal 23 Februari 2011 dari www.slideshare.net Suprayogi, M. N. (2007). Tazkiya jurnal of Psychology. Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Wade, Carole. (2007). Psikologi. Edisi ke_9. Jilid 1. Jakarta: PT. Erlangga.
LAMPIRAN 3 Skala Try Out
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM Assalamualaikum… Wr. Wb. Dalam rangka merampungkan studi S1, saya diharuskan untuk melakukan penelitian. Oleh karena itu, saya mengharapkan bantuan teman-teman untuk dapat bekerja sama mengisi data dan soal di bawah ini. Semua keterangan dan jawaban yang teman-teman berikan akan dijamin kerahasiaannya dan digunakan sebaik-baiknya hanya untuk kepentingan penelitian. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kerjasama yang baik ini.
Salam Kenal, Hasnatul Alawiyah
------------------------------------------------------------------------------------------------------Nama : Kelas : Jenis kelamin : Laki-laki / Perempuan (lingkari alah satu) -------------------------------------------------------------------------------------------------------
PETUNJUK PENGISIAN 1 Baca dan pahami setiap pernyataan dibawah ini, kemudian beri tanda centang (ü ü) di masingmasing pernyataan yang sesuai dengan diri teman-teman. Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda, pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan diri anda sendiri karena tidak ada jawaban yang dianggap salah. Sebelum anda menyerahkan lembaran ini, harap diperiksa kembali, agar tidak ada pernyataan yang terlewat. Contoh Pengisian: No Pernyataan 1 Saya malas mengerjakan PR Keterangan: TP : Tidak Pernah S J : Jarang SL
TP ü
J
S
SL
: Sering : Selalu
Apabila anda memberikan tanda (ü ü) pada kolom TP, maka berarti pernyataan Saya malas mengerjakan PR, Tidak Pernah, yang artinya tidak sesuai dengan diri anda.
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
Skala perilaku menyontek (cheating) Pernyataan SS Saya lebih sering dicontek oleh teman dari pada menyontek kepada teman Saya membiarkan teman menyalin jawaban saya jika ia meminta Menyontek merupakan hal yang biasa buat saya Saya punya cara untuk menyontek ketika ulangan Saya pura-pura berfikir agar tidak ketahuan menyontek Saya lebih baik menebak-nebak jawaban dari pada menyontek Saya lebih baik menebak-nebak jawaban dari pada menyontek Saya tidak akan menyontek meskipun ada peluang Saya mengandalkan jawaban dari teman Saya membuat contekan di meja tempat saya ulangan Saya membuat catatan dalam bentuk kertas kecil ketika ulangan Saya bertukar jawaban dengan menggunakan HP Saya membawa buku catatan ketika sedang ulangan Saya berpura-pura izin ke kamar mandi untuk melihat catatan Saya meminjam PR teman untuk saya contek Saya menyalin hasil karya orang lain dan menjadikannya sebagai hasil karya saya sendiri Saya menyalin hasil karya orang lain dan menjadikannya sebagai hasil karya saya sendiri Saya menyuruh seseorang untuk mengerjakan tugas sekolah saya Saya lebih suka mengerjakan tugas sendiri dari pada menyuruh orang lain Saya tidak menyontek walaupun tidak ada guru yang mengawas Kadang-kadang saya menyalin jawaban teman tanpa sepengetahuan teman yang saya contek Saya tidak menyontek meskipun pengawasan longgar Ketika guru pengawas lengah saya mempergunakannya untuk menyontek Di sekolah saya, menyontek merupakanhal yang wajar terjadi ketika ulangan Saya pernah ketahuan menyontek tapi dibiarkan oleh guru
S
TS
STS
PETUNJUK PENGISIAN 2 Baca dan pahami setiap pernyataan tersebut, kemudian beri tanda centang (ü ü) di masingmasing pernyataan yang sesuai dengan diri teman-teman. Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda, pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan diri anda sendiri karena tidak ada jawaban yang dianggap salah. Sebelum anda menyerahkan lembaran ini, harap diperiksa kembali, agar tidak ada pernyataan yang terlewat. Contoh Pengisian: No Pernyataan 1 Saya malas mengerjakan PR
SS
S
TS ü
STS
Keterangan: SS : Sangat Setuju S : Setuju TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju Apabila anda memberikan tanda (ü ü) pada kolom TS, maka berarti pernyataan Saya malas mengerjakan PR, Tidak Setuju, yang artinya tidak sesuai dengan diri anda. Skala Self-efficacy No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Pernyataan Kalau saya berusaha, saya yakin bisa memecahkan soalsoal yang sulit Jika seseorang menghambat tujuan saya, saya akan mencari cara atau jalan keluar untuk meneruskannya Saya tidak mempunyai kesulitan untuk melaksanakan niat dan tujuan saya Dalam situasi apapun saya tahu bagaimana saya harus bertingkah laku Berkat akal saya, saya dapat menangani situasi yang tidak terduga Saya dapat mengatasi masalah yang saya hadapi Dengan kemampuan yang saya miliki, saya dapat menghadapi kesulitan dengan tenang Ketika saya menghadapi kesulitan, saya mempunyai banyak solusi untuk mengatasinya Jika dalam keadaan yang sulit, saya dapat memikirkan solusi yang baik dalam menghadapi kesulitan tersebut Apapun yang terjadi, saya akan siap menghadapinya
SS
S
TS
STS
No 1. 2 3. 4.
5 6 7. 8.
9. 10. 11.
12. 13. 14. 15. 16. 17 18. 19. 20.
Skala Konformitas Pernyataan Kadang –kadang saya memberikan jawaban saya kepada teman karena takut dijauhi oleh teman Saya membiarkan teman saya menyontek karena saya takut dibilang pelit Saya terpaksa menyontek karena takut dikucilkan teman jika nilai saya jelek Walaupun menyontek bertentangan dengan hati nurani saya tapi saya tidak enak kalau menolak untuk bekerja sama dengan teman Saya tidak takut dikucilkan oleh teman-teman karena tidak ketahuan menyontek Saya tidak mau memberikan contekan kepada teman meskipun saya diancam Saya akan melakukan apapun yang dilakukan teman karena saya takut tidak ditemani Saya terpaksa menyontek karena takut dibilang bodoh oleh teman-teman kalau saya tidak bisa mengerjakan tugas yang diberikan Apapun yang dikatakan teman terhadap saya, itu bukan alasan saya untuk memberikan contekan Saya menyontek karena melihat teman-teman menyontek Saya akan melakukan apapun yang teman-teman saya lakukan, karena itu adalah bukti kekompakan dalam persahabatan Saya percaya pada jawaban teman saya, karena dia lebih pintar dari saya Saya belajar cara menyontek dari teman-teman Saya dan teman saya sudah sepakat untuk saling memberi jawaban ketika ulangan Di kelas saya, kami kompak saling bertukar jawaban ketika sedang ulangan Saya mengikuti jawaban teman karena yakin jawabannya benar Saya berusaha mengikuti kata hati saya ketika bertindak, agar tidak terbawa pengaruh negatif teman-teman Walaupun teman-teman saya menyontek, saya tidak akan menyontek Menurut saya, memberikan jawaban ketika ulangan kepada teman bukan bukti solidaritas dalam persahabatan Saya malas untuk menyontek kepada teman, karena jawaban mereka juga belum tentu benar
SS
S
TS
STS
No 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
10. 11. 12. 13.
14
15 16 17. 18.
19.
Skala Goal orientation Pernyataan Alasan saya mengerjakan tugas-tugas yang diberikan sekolah karena saya ingin menguasai materi yang diberikan Saya menguasai materi yang diujikan Bagi saya, tugas yang membutuhkan pemikiran yang mendalam merupakan hal yang menantang Buat saya prestasi yang saya dapat dari menyontek adalah sia-sia Saya tetap merasa berhasil bila saya menjawab ulangan dengan hasil saya sendiri meski hasilnya biasa-biasa saja Menurut saya kepintaran seseorang tidak hanya dilihat dari nilai yang ia dapat ketika ujian Saya tertantang dengan soal-soal yang sulit Saya merasa terbebani dengan tugas-tugas yang diberikan sekolah Saya sangat menyukai tugas-tugas yang mudah dari pada tugas yang sulit, karena dengan begitu saya mudah mendapatkan nilai yang tinggi Ketika saya tidak memahami suatu soal, maka saya memilih untuk menyontek Banyak mata pelajaran di sekolah ini yang tidak saya sukai Saya ingin mengerjakan PR dan ulangan lebih baik dari siswa-siswa yang lain Saya paling merasa berhasil ketika saya dapat mengerjakan tugas-tugas sekolah dengan kemampuan saya sendiri Saya tidak suka menyontek, karena itu sama saja membohongi diri sendiri dalam mengukur kemampuan yang saya miliki Semakin sulit tugas yang diberikan, saya akan semakin meningkatkan usaha yang saya lakukan Saya akan belajar sebaik mungkin untuk hasil yang lebih baik Saya cukup puas dengan nilai-nilai saya karena saya mendapatkannya dengan kerja keras Ketika mendapat tugas yang sulit dari sekolah, saya lebih memilih menyontek dari pada berusaha keras mengerjakan tugas Dengan nilai yang tinggi saya dikenal sebagai murid yang cerdas
SS
S
TS
STS
20. 21.
22. 23.
24. 25.
26. 27. 28. 29. 30.
Saya terpaksa menyontek untuk mendapatkan pujian dari guru dengan nilai yang tinggi Alasan saya bertanya ketika pelajaran berlangsung adalah agar guru saya menilai saya sebagai siswa yang aktif dan pintar Saya ingin menunjukkan kepada guru kalau saya lebih pintar dari siswa lain Bagi saya, merupakan hal yang penting jika temanteman di kelas saya menilai saya pintar dengan hasil yang saya capai Saya menyontek karena orang tua saya mengharapkan saya mendapatkan nilai yang bagus Saya bangga dengan hasil yang saya dapat meskipun dengan cara menyontek Tujuan saya belajar adalah untuk mendapatkan nilai yang bagus Saya lebih suka mendapat prestasi baik, meski tidak sungguh-sungguh belajar dengan baik Apapun saya lakukan agar mendapat nilai yang baik Tujuan saya belajar adalah untuk mendapatkan nilai yang tinggi di kelas Saya akan kecewa pada diri saya apabila saya tidak menjadi yang terbaik
“Mohon periksa kembali lembar kuisioner ini agar tidak ada pernyataan yang terlewat”
LAMPIRAN 12 Skala Field Study
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM Assalamualaikum… Wr. Wb. Dalam rangka merampungkan studi S1, saya diharuskan untuk melakukan penelitian. Oleh karena itu, saya mengharapkan bantuan teman-teman untuk dapat bekerja sama mengisi data dan soal di bawah ini. Semua keterangan dan jawaban yang teman-teman berikan akan dijamin kerahasiaannya dan digunakan sebaik-baiknya hanya untuk kepentingan penelitian. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kerjasama yang baik ini.
Salam Kenal, Hasnatul Alawiyah
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------Nama : Kelas : Jenis kelamin : Laki-laki / Perempuan (lingkari alah satu) ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
PETUNJUK PENGISIAN 1 Baca dan pahami setiap pernyataan dibawah ini, kemudian beri tanda centang (ü ü) di masingmasing pernyataan yang sesuai dengan diri teman-teman. Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda, pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan diri anda sendiri karena tidak ada jawaban yang dianggap salah. Sebelum anda menyerahkan lembaran ini, harap diperiksa kembali, agar tidak ada pernyataan yang terlewat. Contoh Pengisian: No Pernyataan 1 Saya malas mengerjakan PR Keterangan: TP : Tidak Pernah S J : Jarang SL
TP ü
J
S
SL
: Sering : Selalu
Apabila anda memberikan tanda (ü ü) pada kolom TP, maka berarti pernyataan Saya malas mengerjakan PR, Tidak Pernah, yang artinya tidak sesuai dengan diri anda.
Skala perilaku menyontek (cheating) No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17 18.
Pernyataan Saya pernah ketahuan menyontek tapi dibiarkan oleh guru Saya membiarkan teman menyalin jawaban saya jika ia meminta Menyontek merupakan hal yang biasa buat saya Saya punya cara untuk menyontek ketika ulangan Saya pura-pura berfikir agar tidak ketahuan menyontek Di sekolah saya, menyontek merupakan hal yang wajar terjadi ketika ulangan Ketika guru pengawas lengah saya mempergunakannya untuk menyontek Kadang-kadang saya menyalin jawaban teman tanpa sepengetahuan teman yang saya contek Saya mengandalkan jawaban dari teman Saya membuat contekan di meja tempat saya ulangan Saya membuat catatan dalam bentuk kertas kecil ketika ulangan Saya bertukar jawaban dengan menggunakan HP Saya membawa buku catatan ketika sedang ulangan Saya berpura-pura izin ke kamar mandi untuk melihat catatan Saya meminjam PR teman untuk saya contek Saya menyalin hasil karya orang lain dan menjadikannya sebagai hasil karya saya sendiri Saya lebih suka mengerjakan tugas sendiri dari pada menyuruh orang lain Saya menyuruh seseorang untuk mengerjakan tugas sekolah saya
SS
S
TS
STS
PETUNJUK PENGISIAN 2 Baca dan pahami setiap pernyataan tersebut, kemudian beri tanda centang (ü ü) di masingmasing pernyataan yang sesuai dengan diri teman-teman. Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda, pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan diri anda sendiri karena tidak ada jawaban yang dianggap salah. Sebelum anda menyerahkan lembaran ini, harap diperiksa kembali, agar tidak ada pernyataan yang terlewat. Contoh Pengisian: No Pernyataan 1 Saya malas mengerjakan PR Keterangan: SS : Sangat Setuju S : Setuju TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
SS
S
TS ü
STS
Apabila anda memberikan tanda (ü ü) pada kolom TS, maka berarti pernyataan Saya malas mengerjakan PR, Tidak Setuju, yang artinya tidak sesuai dengan diri anda.
Skala self-efficacy No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Pernyataan Kalau saya berusaha, saya yakin bisa memecahkan soalsoal yang sulit Jika dalam keadaan yang sulit, saya dapat memikirkan solusi yang baik dalam menghadapi kesulitan tersebut Ketika saya menghadapi kesulitan, saya mempunyai banyak solusi untuk mengatasinya Dalam situasi apapun saya tahu bagaimana saya harus bertingkah laku Berkat akal saya, saya dapat menangani situasi yang tidak terduga Apapun yang terjadi, saya akan siap menghadapinya
SS
S
TS
STS
Skala konformitas No 1. 2 3. 4.
5 6 7. 8.
9. 10. 11. 12. 13.
Pernyataan Kadang –kadang saya memberikan jawaban saya kepada teman karena takut dijauhi oleh teman Saya malas untuk menyontek kepada teman, karena jawaban mereka juga belum tentu benar Saya terpaksa menyontek karena takut dikucilkan teman jika nilai saya jelek Walaupun menyontek bertentangan dengan hati nurani saya tapi saya tidak enak kalau menolak untuk bekerja sama dengan teman Walaupun teman-teman saya menyontek, saya tidak akan menyontek Saya berusaha mengikuti kata hati saya ketika bertindak, agar tidak terbawa pengaruh negatif teman-teman Saya akan melakukan apapun yang dilakukan teman karena saya takut tidak ditemani Saya terpaksa menyontek karena takut dibilang bodoh oleh teman-teman kalau saya tidak bisa mengerjakan tugas yang diberikan Saya mengikuti jawaban teman karena yakin jawabannya benar Saya menyontek karena melihat teman-teman menyontek Saya dan teman saya sudah sepakat untuk saling memberi jawaban ketika ulangan Saya percaya pada jawaban teman saya, karena dia lebih pintar dari saya Saya belajar cara menyontek dari teman-teman
SS
S
TS
STS
Skala goal orientation No 1. 2. 3.
4.
5. 6. 7. 8. 9.
10. 11. 12. 13. 14 15 16 17. 18. 19.
Pernyataan Buat saya prestasi yang saya dapat dari menyontek adalah sia-sia Menurut saya kepintaran seseorang tidak hanya dilihat dari nilai yang ia dapat ketika ujian Saya paling merasa berhasil ketika saya dapat mengerjakan tugas-tugas sekolah dengan kemampuan saya sendiri Saya tidak suka menyontek, karena itu sama saja membohongi diri sendiri dalam mengukur kemampuan yang saya miliki Saya akan belajar sebaik mungkin untuk hasil yang lebih baik Saya cukup puas dengan nilai-nilai saya karena saya mendapatkannya dengan kerja keras Saya ingin menunjukkan kepada guru kalau saya lebih pintar dari siswa lain Tujuan saya belajar adalah untuk mendapatkan nilai yang bagus Alasan saya mengerjakan tugas-tugas yang diberikan sekolah karena saya ingin menguasai materi yang diberikan Saya menguasai materi yang diujikan Bagi saya, tugas yang membutuhkan pemikiran yang mendalam merupakan hal yang menantang Saya tetap merasa berhasil bila saya menjawab ulangan dengan hasil saya sendiri meski hasilnya biasa-biasa saja Saya tertantang dengan soal-soal yang sulit Saya merasa terbebani dengan tugas-tugas yang diberikan sekolah Ketika saya tidak memahami suatu soal, maka saya memilih untuk menyontek Banyak mata pelajaran di sekolah ini yang tidak saya sukai Saya ingin mengerjakan PR dan ulangan lebih baik dari siswa-siswa yang lain Semakin sulit tugas yang diberikan, saya akan semakin meningkatkan usaha yang saya lakukan Dengan nilai yang tinggi saya dikenal sebagai murid yang cerdas
SS
S
TS
STS
20.
21.
22. 23.
Alasan saya bertanya ketika pelajaran berlangsung adalah agar guru saya menilai saya sebagai siswa yang aktif dan pintar Bagi saya, merupakan hal yang penting jika teman-teman di kelas saya menilai saya pintar dengan hasil yang saya capai Apapun saya lakukan agar mendapat nilai yang baik Tujuan saya belajar adalah untuk mendapatkan nilai yang tinggi di kelas
“Mohon periksa kembali lembar kuisioner ini agar tidak ada pernyataan yang terlewat”
LAMPIRAN 8 Output Uji Validitas dan Reliabilitas Try Out Perilaku Menyontek (cheating) Item-Total Statistics I
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00024 VAR00025
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
64.24 64.20 64.17 63.85 63.87 63.98 64.46 64.13 63.93 63.67 63.72 63.72 63.96 63.65 64.07 63.70 64.50 63.63 64.04 64.00 63.89 64.24 63.83 64.30 63.91
218.764 201.850 207.347 192.621 199.094 236.866 242.120 242.249 201.129 191.202 193.763 190.874 194.887 190.943 206.951 193.639 246.256 192.149 209.065 225.422 195.166 235.342 198.236 207.016 194.881
Corrected Item-Total Cronbach's Alpha if Correlation Item Deleted .232 .632 .727 .867 .754 -.401 -.534 -.597 .718 .838 .848 .837 .795 .829 .657 .844 -.577 .822 .459 -.050 .807 -.353 .806 .528 .813
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.884
25
.884 .874 .875 .867 .872 .898 .902 .901 .873 .867 .868 .867 .869 .868 .875 .868 .906 .868 .879 .890 .869 .897 .870 .877 .869
Item-Total Statistics II
VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00018 VAR00019 VAR00021 VAR00023 VAR00024 VAR00025
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
47.17 47.15 46.83 46.85 46.91 46.65 46.70 46.70 46.93 46.63 47.04 46.67 46.61 47.02 46.87 46.80 47.28 46.89
278.680 285.021 266.369 274.710 277.281 263.921 268.439 263.372 270.773 264.727 286.131 268.047 266.866 290.244 269.538 274.694 285.052 270.188
.645 .748 .915 .787 .747 .902 .878 .905 .800 .866 .623 .881 .843 .389 .852 .811 .534 .832
.967 .967 .964 .966 .966 .964 .964 .964 .965 .964 .968 .964 .965 .970 .965 .965 .969 .965
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.968
18
LAMPIRAN 9 Output Uji Validitas dan Reliabilitas Try Out Self-efficacy Item-Total Statistics I Scale Mean if Item Scale Variance if Item Deleted Deleted VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010
29.0217 29.5000 29.5000 29.7174 29.9130 29.6087 29.3913 29.5435 29.7174 29.5217
Corrected ItemTotal Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
.390 .007 .228 .348 .449 .223 .167 .596 .455 .332
.619 .679 .642 .617 .597 .640 .655 .562 .588 .621
8.244 8.967 8.078 7.763 7.503 8.377 8.243 6.965 6.785 7.366
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.649
10
Item-Total Statistics II Scale Mean if Item Scale Variance if Item Deleted Deleted VAR00001 VAR00004 VAR00005 VAR00008 VAR00009 VAR00010
15.7174 16.4130 16.6087 16.2391 16.4130 16.2174
4.963 4.203 4.288 4.008 3.714 4.174
Corrected ItemTotal Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
.335 .465 .445 .535 .449 .316
.670 .626 .633 .602 .634 .683
Reliability Statistics Cronbach's Alpha .683
N of Items 6
LAMPIRAN 10 Output Uji Validitas dan Reliabilitas Try Out Konformitas Item-Total Statistics I
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
40.2391 40.2391 40.2609 39.6957 39.6304 39.9348 40.1957 40.1304 40.1304 40.1304 39.7609 39.8261 40.2391 39.9783 40.1739 39.9565 40.4783 40.4565 40.1304 40.5435
38.853 41.653 39.975 38.839 42.060 39.929 40.205 38.249 44.383 41.138 41.297 39.880 41.342 37.577 42.014 39.820 37.988 39.676 41.449 39.498
Corrected Item-Total Cronbach's Alpha if Correlation Item Deleted .570 .270 .421 .396 .150 .265 .343 .634 -.079 .387 .254 .472 .337 .671 .234 .481 .562 .427 .236 .390
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.798
20
.778 .794 .786 .788 .802 .798 .791 .774 .816 .789 .795 .784 .791 .770 .796 .783 .776 .785 .797 .788
Item-Total Statistics II
VAR00001 VAR00003 VAR00004 VAR00007 VAR00008 VAR00010 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00020
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
24.7174 24.7391 24.1739 24.6739 24.6087 24.6087 24.3043 24.7174 24.4565 24.4348 24.9565 24.9348 25.0217
24.029 24.642 23.525 25.291 23.443 26.110 24.928 25.852 22.920 25.096 23.731 25.173 25.311
Corrected Item-Total Cronbach's Alpha if Correlation Item Deleted .596 .484 .466 .333 .679 .368 .484 .392 .713 .457 .527 .375 .304
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.827
13
.806 .814 .817 .826 .800 .822 .815 .821 .796 .816 .811 .822 .829
LAMPIRAN 11 Output Uji Validitas dan Reliabilitas Try Out Goal Orientation Item-Total Statistics I
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00024 VAR00025 VAR00026 VAR00027 VAR00028 VAR00029 VAR00030
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
86.3043 86.5652 86.7609 86.5870 86.1304 86.4130 87.2391 87.0870 87.5652 87.1087 87.0870 86.4130 86.5217 86.4348 86.3043 86.2609 86.2391 86.8696 86.5652 87.7174 87.1739 86.6087 86.6304 87.7826 87.7826 86.2391 87.0652 86.6739 86.3913 87.8043
31.372 31.318 29.875 30.070 32.116 30.248 30.186 32.526 33.851 31.610 32.170 32.426 30.255 30.651 31.772 28.953 29.964 33.716 30.607 33.496 30.325 30.288 30.283 33.418 33.018 29.608 32.818 29.380 30.288 36.161
.216 .237 .364 .284 .149 .441 .328 .006 -.145 .134 .055 .048 .299 .290 .155 .500 .383 -.131 .261 -.104 .211 .337 .372 -.092 -.048 .345 -.023 .285 .263 -.355
.556 .554 .537 .544 .563 .536 .541 .580 .601 .564 .573 .572 .544 .547 .562 .520 .536 .597 .549 .589 .554 .541 .539 .585 .585 .536 .582 .542 .547 .632
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.570
30
Item-Total Statistics I
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00019 VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00026 VAR00028 VAR00029
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
70.2609 70.5217 70.7174 70.5435 70.0870 70.3696 71.1957 71.0435 71.0652 71.0435 70.3696 70.4783 70.3913 70.2609 70.2174 70.1957 70.5217 71.1304 70.5652 70.5870 70.1957 70.6304 70.3478
34.197 35.144 33.452 32.743 35.637 33.927 34.161 35.465 35.485 35.376 36.016 33.455 34.155 35.219 32.529 33.316 34.566 35.316 33.940 34.737 32.694 34.149 32.987
.363 .234 .383 .408 .207 .450 .298 .112 .128 .133 .087 .367 .326 .211 .512 .434 .237 .090 .350 .269 .419 .184 .385
.720 .728 .718 .715 .730 .716 .724 .739 .736 .736 .738 .719 .722 .730 .708 .714 .728 .743 .720 .726 .714 .736 .717
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.734
23
LAMPIRAN 25 Output Uji Validitas dan Reliabilitas Field Study Perilaku Menyontek (cheating) Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018
26.2133 25.8733 26.1067 26.2467 26.2000 25.9867 26.1067 26.3067 26.1800 26.5200 26.4733 26.5600 26.3000 26.6267 25.9400 26.4333 25.6667 26.5200
Scale Variance if Item Corrected Item-Total Cronbach's Alpha if Deleted Correlation Item Deleted 29.981 28.407 27.626 27.986 27.933 28.792 28.458 28.550 29.383 30.734 31.365 31.389 29.446 31.752 29.090 32.059 31.445 31.258
.424 .496 .628 .559 .627 .391 .512 .542 .505 .348 .189 .243 .455 .185 .468 .114 .026 .209
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.795
18
.783 .776 .767 .772 .768 .785 .775 .774 .778 .787 .796 .792 .780 .795 .779 .799 .825 .795
LAMPIRAN 26 Output Uji Validitas dan Reliabilitas Field Study Self-efficacy Item-Total Statistics
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
16.0933 16.4267 16.6333 16.5333 16.5267 16.2867
4.622 4.031 4.247 4.143 4.264 3.776
.291 .398 .376 .295 .325 .428
.597 .555 .566 .600 .585 .541
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.619
6
LAMPIRAN 27 Output Uji Validitas dan Reliabilitas Field Study Konformitas Item-Total Statistics
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
33.7400 33.7467 33.5600 33.6867 33.4733 33.5733 33.8267 33.4333 33.5733 33.8667 33.5867
16.932 15.237 15.402 14.874 15.419 15.052 15.943 15.724 16.260 15.673 15.466
.117 .472 .465 .457 .531 .508 .312 .458 .363 .359 .375
.768 .717 .718 .718 .712 .712 .739 .720 .732 .732 .730
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.746
11
LAMPIRAN 28 Output Uji Validitas dan Reliabilitas Field Study Goal Orientation Item-Total Statistics
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
23.7133 24.0667 23.7667 23.3467 23.9667 24.0667 23.7933 23.8733 23.7333 23.6667 23.7000 23.5400 23.8867
32.005 34.452 31.885 31.892 34.046 34.855 31.950 31.252 31.405 31.969 31.339 31.485 31.376
Corrected Item-Total Cronbach's Alpha if Correlation Item Deleted .452 .298 .559 .493 .272 .190 .516 .598 .562 .592 .536 .499 .520
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.825
13
.815 .824 .807 .811 .828 .833 .810 .804 .806 .805 .808 .811 .809
LAMPIRAN 29 T-Test Jenis Kelamin dan Tingkatan Kelas One-Sample Statistics Std. N
Mean
Deviation
Std. Error Mean
Laki
77
28,84
6,235
0,710
Perempuan
73
26,66
4,970
0,582
Satu
44
24,09
4,147
0,625
Dua
53
28,68
5,857
0,804
Tiga
53
29,94
5,369
0,737
LAMPIRAN 30 Z score Konformitas dan Goal Orientation Descriptive Statistics N
Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
Kon. acceptance
150
8
25
15.45
3.845
Kon. compliance
150
5
20
10.31
2.951
Mastery orientation
150
16
32
26.83
3.312
Performance orientation
150
5
12
10.17
1.540
Lampiran 24 Data Responden Hasil Penelitian Responden Jenis Kelamin Tingkatan Kelas Cheating 28 1 1 1 28 2 1 1 28 3 1 1 24 4 0 1 23 5 0 1 23 6 0 1 30 7 0 1 27 8 1 1 26 9 0 1 22 10 0 1 24 11 0 1 23 12 1 1 27 13 0 1 26 14 0 1 27 15 1 1 29 16 0 1 34 17 1 1 18 18 0 1 22 19 0 1 21 20 1 1 18 21 0 1 21 22 0 1 21 23 0 1 29 24 0 1 20 25 0 1 20 26 1 1 20 27 1 1 22 28 1 1 20 29 1 1 27 30 1 1 27 31 1 1 24 32 1 1 18 33 1 1 18 34 1 1 20 35 0 1 34 36 0 1 25 37 0 1 20 38 1 1 18 39 1 1 24 40 1 1 28 41 1 1 25 42 0 1 23 43 0 1 28 44 0 1 32 45 0 2 29 46 0 2 22 47 0 2 31 48 0 2 24 49 0 2 30 50 0 2 29 51 0 2 20 52 0 2 29 53 0 2 29 54 0 2 35 55 0 2 26 56 0 2 28 57 1 2 32 58 0 2 34 59 0 2 22 60 0 2 30 61 0 2 34 62 0 2 37 63 0 2 30 64 1 2 28 65 1 2 26 66 0 2 33 67 1 2 27 68 1 2 36 69 1 2 35 70 1 2 43 71 0 2 38 72 0 2 28 73 0 2 33 74 0 2
Self-efficacy 21 18 18 21 21 15 18 19 19 20 21 20 18 18 9 21 14 21 19 22 23 20 21 20 18 20 22 21 21 19 21 21 24 24 20 19 21 19 21 23 19 19 21 21 17 20 24 21 20 19 19 20 18 18 21 19 20 21 19 20 21 20 21 21 22 20 20 23 20 16 23 20 19 16
Kon. acceptance -0.89806 0.40222 0.14216 -0.63801 -0.63801 -1.41818 0.14216 0.14216 0.92234 -0.11789 0.66228 -0.37795 1.70251 0.66228 0.66228 -0.37795 2.48268 -0.11789 -0.37795 -1.15812 -0.89806 -1.15812 -0.37795 0.92234 0.14216 0.40222 -0.37795 -1.15812 -1.15812 -0.63801 0.66228 -0.63801 -1.93829 -1.93829 0.40222 1.96256 -0.37795 -1.41818 -0.89806 -0.89806 0.14216 -0.89806 -0.63801 -0.89806 0.40222 1.70251 1.96256 2.48268 1.44245 1.44245 1.44245 -0.11789 -0.11789 -0.11789 0.92234 -0.11789 0.92234 0.66228 0.66228 0.40222 -0.11789 0.92234 0.66228 0.14216 -0.37795 1.70251 1.18239 -0.11789 1.44245 0.66228 1.70251 -1.41818 -0.89806 1.18239
Kon. compliance = 0.23492 -0.10391 -0.10391 -0.10391 -0.10391 -0.44273 0.91256 -0.10391 1.25139 -0.10391 -0.10391 -0.44273 0.57374 0.57374 -0.44273 0.57374 0.23492 -0.78155 -0.44273 -0.44273 -0.10391 -1.4592 0.57374 2.60668 0.23492 0.23492 -0.44273 -0.44273 -1.4592 -1.12038 -0.78155 -0.10391 -1.79802 -1.79802 -0.44273 -0.10391 -1.79802 -0.44273 -1.12038 -0.78155 -1.12038 1.25139 0.57374 -1.79802 -0.44273 1.25139 3.28433 0.91256 2.60668 1.25139 2.26786 1.59021 0.23492 0.91256 0.57374 0.57374 1.25139 -0.10391 -1.12038 0.23492 -0.78155 0.91256 -1.12038 0.57374 -1.4592 2.26786 -0.10391 0.57374 0.57374 0.23492 -0.10391 -1.4592 -0.44273 -0.10391
Mastery orientation Performance orientation 0.956 0.5367 -0.85537 -0.11253 -0.85537 -0.11253 -0.85537 -0.11253 0.05032 1.18594 0.956 0.5367 -0.55347 -0.11253 -0.85537 -0.11253 0.956 0.5367 -0.55347 0.5367 -0.55347 0.5367 0.956 1.18594 -1.76106 -0.11253 -0.85537 -0.76177 -0.85537 1.18594 0.35221 0.5367 -2.36485 -2.70948 -0.55347 -0.76177 -0.55347 -0.11253 0.35221 1.18594 -0.25158 0.5367 1.2579 1.18594 0.05032 -0.76177 0.35221 -1.41101 0.956 1.18594 0.35221 -0.11253 0.35221 -0.11253 1.55979 1.18594 0.956 0.5367 -0.25158 -0.11253 -1.15727 1.18594 -0.25158 1.18594 1.55979 1.18594 1.55979 1.18594 -1.15727 -0.11253 -0.25158 1.18594 1.55979 0.5367 1.2579 1.18594 0.956 0.5367 -0.85537 1.18594 0.05032 -0.11253 0.35221 0.5367 -0.25158 -0.11253 -0.25158 -0.11253 0.05032 -0.11253 -0.85537 0.5367 0.35221 1.18594 -0.85537 -1.41101 0.35221 -0.11253 0.35221 -0.11253 0.35221 -0.11253 0.65411 0.5367 -0.55347 -0.11253 -0.25158 -0.11253 -1.45916 -2.06024 -1.45916 1.18594 -0.25158 -0.76177 -0.85537 0.5367 0.35221 0.5367 0.35221 1.18594 0.35221 0.5367 0.05032 -1.41101 0.65411 -0.76177 0.35221 1.18594 0.65411 1.18594 0.65411 0.5367 -1.15727 -0.76177 0.65411 0.5367 -1.15727 -1.41101 0.05032 -0.11253 0.65411 0.5367 -2.36485 -0.76177 0.35221 -0.76177 0.35221 -0.76177
Responden Jenis Kelamin Tingkatan Kelas Cheating 46 75 0 2 25 76 1 2 29 77 0 2 31 78 0 2 27 79 0 2 19 80 1 2 28 81 1 2 33 82 1 2 24 83 1 2 27 84 1 2 33 85 1 2 24 86 1 2 20 87 1 2 30 88 1 2 21 89 1 2 25 90 1 2 20 91 1 2 25 92 1 2 18 93 1 2 19 94 1 2 26 95 1 2 30 96 1 2 30 97 1 2 31 98 1 3 27 99 1 3 34 100 1 3 26 101 1 3 30 102 1 3 26 103 1 3 35 104 1 3 33 105 1 3 33 106 1 3 27 107 0 3 27 108 0 3 25 109 0 3 26 110 0 3 34 111 0 3 27 112 0 3 32 113 0 3 26 114 1 3 21 115 0 3 29 116 0 3 28 117 1 3 29 118 0 3 43 119 0 3 43 120 0 3 24 121 1 3 24 122 0 3 30 123 0 3 34 124 0 3 24 125 0 3 29 126 0 3 46 127 0 3 36 128 0 3 38 129 0 3 25 130 0 3 31 131 0 3 31 132 0 3 32 133 0 3 33 134 0 3 34 135 0 3 27 136 0 3 27 137 1 3 35 138 1 3 28 139 1 3 29 140 1 3 32 141 1 3 32 142 1 3 34 143 1 3 27 144 1 3 33 145 1 3 24 146 1 3 20 147 1 3 30 148 1 3 21 149 1 3 25 150 1 3
Self-efficacy
Kon. acceptance
18 17 15 15 16 24 20 16 21 15 23 20 22 21 21 14 23 22 24 24 21 19 18 17 13 17 21 18 20 19 19 19 21 20 19 20 21 20 19 20 19 16 20 19 21 21 18 21 22 21 17 18 21 21 20 22 19 19 19 21 21 17 17 21 22 22 21 17 19 21 23 20 22 21 21 14
0.66228 0.40222 -0.63801 0.92234 -0.89806 -1.93829 -0.11789 1.96256 -1.15812 1.18239 -0.89806 -1.15812 -1.41818 -0.37795 -0.89806 0.40222 -1.15812 -1.67824 -1.67824 -1.67824 -0.89806 -1.15812 -1.15812 0.66228 1.44245 0.92234 0.14216 -0.11789 0.14216 -0.11789 -0.37795 0.14216 0.14216 0.14216 -0.89806 -0.11789 -1.15812 0.66228 1.70251 0.14216 -0.63801 0.40222 0.92234 1.70251 0.66228 2.22262 -0.63801 -0.89806 1.44245 -0.63801 0.14216 0.66228 0.66228 0.14216 1.44245 -0.11789 -1.41818 -1.41818 -1.41818 -0.11789 -0.11789 -0.11789 0.14216 -0.63801 -0.11789 -0.11789 0.14216 0.14216 0.92234 0.14216 -0.89806 -1.15812 -1.41818 -0.37795 -0.89806 0.40222
Kon. compliance = 0.91256 0.23492 -1.12038 0.23492 -0.44273 -0.78155 -0.10391 1.25139 0.57374 0.57374 -1.12038 -0.78155 -1.4592 0.23492 -0.44273 1.25139 -0.78155 -1.4592 -1.12038 -1.79802 -1.12038 -0.78155 -1.12038 0.57374 0.23492 -0.78155 -0.44273 0.23492 -0.78155 -0.44273 -0.44273 0.91256 1.25139 0.91256 0.91256 0.23492 -0.44273 1.25139 0.91256 -0.44273 0.23492 -0.10391 -0.44273 -0.10391 -0.44273 2.94551 0.23492 -1.12038 2.94551 -0.44273 0.57374 -0.44273 -0.44273 -0.44273 0.23492 -1.4592 -0.10391 -0.10391 -0.10391 -0.44273 -0.44273 -0.44273 0.23492 -0.10391 0.23492 0.23492 0.91256 -0.10391 1.92904 0.57374 -1.12038 -0.78155 -1.4592 0.23492 -0.44273 1.25139
Mastery orientation Performance orientation -1.45916 -0.76177 -2.36485 -3.35871 0.35221 0.5367 0.05032 -2.70948 0.35221 -1.41101 1.55979 0.5367 0.65411 1.18594 -2.06295 -2.06024 0.956 1.18594 -2.66674 -1.41101 0.65411 1.18594 0.956 0.5367 0.65411 -0.11253 0.956 0.5367 0.35221 -0.11253 0.35221 -1.41101 1.55979 1.18594 1.55979 -0.11253 0.956 0.5367 1.55979 -1.41101 1.2579 -0.76177 -0.25158 0.5367 -0.55347 -0.76177 -1.15727 -0.76177 -1.15727 -2.06024 -0.55347 0.5367 -0.55347 -0.11253 0.05032 -0.11253 0.05032 -0.76177 -0.85537 1.18594 -1.15727 1.18594 0.65411 1.18594 0.65411 -0.11253 -3.27053 -2.70948 -1.45916 0.5367 -1.76106 -1.41101 -0.25158 -0.11253 -2.36485 -0.11253 0.956 -0.11253 -0.85537 -0.76177 0.65411 -0.76177 -0.55347 -2.06024 0.65411 -0.76177 -0.25158 -1.41101 -0.25158 -0.11253 0.956 1.18594 -0.85537 -0.76177 0.05032 -1.41101 -0.25158 0.5367 0.956 1.18594 -0.25158 -0.11253 -2.36485 -0.11253 0.65411 -0.11253 0.05032 0.5367 -0.55347 0.5367 0.65411 0.5367 1.55979 1.18594 1.55979 1.18594 1.55979 1.18594 0.35221 0.5367 0.05032 -0.11253 0.35221 0.5367 -0.85537 -0.76177 0.956 1.18594 0.35221 -0.11253 0.65411 -0.76177 0.956 1.18594 0.35221 -0.76177 -1.15727 -2.06024 0.35221 -0.11253 0.65411 1.18594 0.956 0.5367 0.65411 -0.11253 0.956 0.5367 0.35221 -0.11253 0.35221 -1.41101