ANALISIS PENGARUH EARNING MANAGEMENT, MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2008 - 2011 Diajukan kepada jurusan Akuntansi sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
SKRIPSI
Jhoni Suhani NIM : 107082003580
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013M/1434H
i
i
ii
iii
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. IDENTITAS PRIBADI
Nama
: Jhoni Suhani
Tempat, Tanggal Lahir
: Banu ayu, 11 Juni 1989
Jenis Kelamin
: Laki - laki
Alamat Tinggal
: Jl. Semanggi 2 No. 9C Ciputat, Tangerang 15412
Alamat Rumah
: Jl. Lintas Sumatera Desa. Banuayu, Kec. Kikim
Kab. Lahat, Sumatra Selatan. Agama
: Islam
Kewarganegaraan
: Indonesia
Nama Orang Tua
: Ayah : Sulahiri Ibu
Email
: Nur aini
:
[email protected]
B. PENDIDIKAN
1. SD N 30 Banu ayu
(1995-2001)
2. MTs 2 PKP AL-Hidayah Jambi
(2001-2004)
3. MA AL- Hamidiyah depok
(2004-2007)
C. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Wakil ketua humas MTs PKP AL-Hidayah 2. Ketua divisi humas santri MA AL- Hamidiyah depok
v
THE INFLUENCE ANALYSIS OF EARNING MANAGEMENT, CORPORATE GOVERNANCE MECHANISM, AND COMPANY SIZE TO COMPANY VALUE IN MANUFACTURE COMPANIES AT INDONESIA STOCK EXCHANGE 2008-2011 PERIOD By: Jhoni Suhani Abstract The objective of this research is to analyze the influence of earning management, corporate governance mechanism and company size to company value. In this research, earning management was conducted by discretionary accrual proxy. Then, corporate governance mechanism was done by four proxies: the total of commissioner board, institutional ownership, managerial ownership and classification of public accountant. Besides, company size was applied by the total of company assets, whereas company value was conducted by closing stock price. In analyzing the data, the research used multiple regressions.The technique of collecting sample in this research used purposive sampling.The number of sample was 84 companies during 2008-2011 years. The result of this research showed empirical evidence that earning management, institutional ownership, and company size had significant influence to company value. However, the total of commissioner board, managerial ownership and auditor quality had no influence significantly toward company value. It is considered simultaneously that based on the result of F independent variable examination which is consists of earning management, total of commissioner board, institutional ownership, managerial ownership, classification of public accountant, and company size influenced to company value.
Keywords:
Earning Management, Corporate Company Size, and Company Value.
vi
Governance
Mechanism,
ANALISIS PENGARUH EARNING MANAGEMENT, MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2008 - 2011 Oleh: Jhoni Suhani ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh earning management, mekanisme corporate governance dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan. Earning management dalam penelitian ini di proksikan dengan discretionary accrual. Mekanisme corporate governance di proksikan dengan jumlah dewan komisaris, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan klasifikasi akuntan publik. Ukuran perusahaan yang di proksikan dengan total aset perusahaan, sedangkan untuk variabel nilai perusahaan di proksikan dengan harga saham penutupan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi berganda. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive sampling dengan jumlah sample sebanyak 84 perusahaan selama kurun waktu 2008-2011. Hasil penelitian memberikan bukti empiris bahwa earning management, kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan memeliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Namun jumlah dewan komisaris, kepemilikan manajerial, kualitas auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Namun dapat disimpulkan bahwa secara simultan (bersama-sama) berdasarkan hasil uji F variabel independen yang terdiri dari earning management, jumlah dewan komisaris, kepemillikan institusional, kepemilikan manajerial, klasifikasi akuntan publik dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Kata kunci: earning management, mekanisme corporate governance, ukuran perusahaan dan nilai perusahaan
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamien, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dialah Tuhan Penguasa segala ilmu, Sang Maha Benar atas segala ilmu. Shalawat beserta salam semoga terus tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, serta pengikut-pengikutnya yang senantiasa istiqomah dalam menjalankan ajaranajarannya. Penulis sangat bersyukur atas selesainya penyusunan skripsi ini. Disamping itu, penulis juga menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih sangat jauh dari nilai sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu, kiranya pembaca dapat memaklumi kelemahan dan kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Inilah hasil kerja maksimal yang dapat penulis berikan. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. 1.
Ayahanda dan ibunda tercinta yang selalu memberikan limpahan kasih sayang, perhatian, dan do’a yang tak pernah putus-putusnya untuk Ananda serta telah sangat sabar menunggu dan memperhatikan salah satu perjalanan panjang dalam pendidikan anaknya.
2.
Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Bapak Dr. Yahya Hamza., selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan, dan ilmu pengatahuannya kepada penulis selama penyusunan skripsi hingga akhirnya skripsi ini bisa terselesaikan.
4.
Ibu fitri damayanti, SE,.M.Si., selaku Dosen Pembimbing II dan dosen PA. Terima kasih untuk semuanya, ibu sosok yang tidak mungkin saya lupakan.
5.
Dr. Rini, M. Si. Ak selaku Kepala Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, figur yang paling saya kagumi.
viii
6.
bapak hepi prayudiawan SE,.MM,.Ak selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus dosen favorit dalam urusan mengulang mata kuliah.
7.
Special thank for my best friend ahmad zulfikar putra ke-2 dari bapak ahmad nugraha. Terima kasih banyak sudah memberikan semangat, arahan dan nasehat-nasehat bijak. Moga tuhan membalas semua kebaikanmu dan semoga suatu saat saya bisa membalas kebaikanmu. Susah menemukan teman yang sepertimu, moga persahabatan kita sepanjang umur kita, amin.
8.
Special thank for my beloved girl (nerfi istianti putri pertama dari bapak ripin), terima kasih atas semuanya dek, moga tuhan meridhoi hubungan kita,amin.
9.
Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat luas kepada penulis selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua.
10. Seluruh Staff Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain. Sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang ada pada diri ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan hasil penelitian ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, bagi pengembangan diri penulis khususnya dan pembaca budiman pada umumnya. Akhirnya, segala urusan hanya dapat penulis pasrahkan kepada Dzat yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan berkah dan rahmatNya kepada kita semua. Amien. Jakarta, September 2013
Jhoni Suhani
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ......................................................i LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .....................................ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................iii SURAT PERNYATAAN ...................................................................................iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...........................................................................v ABSTRACT ........................................................................................................vi ABSTRAK ........................................................................................................vii KATA PENGANTAR .......................................................................................viii DAFTAR ISI .....................................................................................................x DAFTAR TABEL .............................................................................................xiii DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xiv DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xv BAB I
PENDAHULUAN ....................................................................1 A. Latar Belakang Penelitian.......................................................1 B. Perumusan Masalah................................................................6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...............................................6 1. Tujuan Penelitian ................................................................6 2. Manfaat Penelitian ..............................................................7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................9 A. Teori agensi ...........................................................................9 B. Earning Management .............................................................14 C. Corporate Governance ...........................................................19 D. ukuran perusahaan..................................................................30 E. nilai perusahaan ......................................................................31 F. keterkaitan antar variabel ........................................................33 1. Earning ma nagement dan nilai perusahaan .........................33 2. Mekanisme corporate governance dan nilai perusahaan ......35 3. Ukuran perusahaan dan nilai perusahaan ............................39 G. penelitian terdahulu ................................................................41
x
H. Kerangka berfikir ...................................................................45 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN....................................................46 A. Ruang Lingkup penelitian ......................................................46 B. Metode Penentuan Sampel .....................................................46 C.. Jenis Dan Sumber Data..........................................................47 D. Metode Pengumpulan Data ....................................................47 E. Metode Analisis Data .............................................................48 1. Statistik Deskriptif ..............................................................49 2. Uji Asumsi Klasik...............................................................49 3. Uji Regresi Berganda ..........................................................53 4. Koefisien Determinasi ........................................................55 5.. Uji Hipotesis ......................................................................55 F. Variabel penelitian dan defenisi operasional ...........................57 1. Variabel Independen ...........................................................58 a. Earning Management......................................................58 b. Mekanisme Corporate Governance ................................61 c. Ukuran Perusahaan .........................................................63 2. Variabel Dependen .............................................................64
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................66 A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................66 B. Hasil analisis dan pembahasan ...............................................68 1. Uji ststistik deskriptif variabel penelitian .........................68 2. Uji asumsi klasik .............................................................75 3. Koefesien Determinasi .....................................................81 4. Uji hipotesis.....................................................................82
BAB V
PENUTUP .................................................................................93 A. Kesimpulan ............................................................................93 B. Implikasi ................................................................................94 C. Saran ......................................................................................96
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................97 LAMPIRAN ................................................................................................... 103
xi
DAFTAR TABEL Nomor Keterangan Halaman 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu 4.1 Rincian Perolehan Sampel Penelitian 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif earning management 4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif jumlah dewan komisaris 4.4 Hasil Uji Statistik Deskriptif kepemilikan institusional 4.5 Hasil Uji Statistik Deskriptif kepemilikan manajerial 4.6 Hasil Uji Statistik Deskriptif KAP 4.7 Hasil Uji Statistik Deskriptif ukuran perusahaan 4.8 Hasil Uji Statistik Deskriptif nilai perusahaan 4.9 Hasil Uji Multikolonieritas 4.10 Hasil Uji Autokorelasi 4.11 Hasil Uji Koefisien Diterminasi 4.12 Hasil Uji Statistik t 4.13 Hasil Uji Statistik F
xii
41 67 69 70 71 72 73 74 75 77 79 81 82 91
DAFTAR GAMBAR Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Kerangka Pemikiran
44
4.1
Grafik P-Plot
75
4.2
Grafik Scatterplot
79
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Keterangan
Halaman
1
Sampel Perusahaan Manufaktur
2
Hasil Perhitungan Variabel Earning Management
102
3
Hasil Perhitungan Variabel corporate governance
105
4
Hasil Perhitungan Variabel ukuran perusahaan
111
5
Hasil Perhitungan Variabel nilai perusahaan
112
6
Hasil Uji Statistik Deskriptif
117
7
Hasil Uji Normalitas
119
8
Hasil Uji Multikolonieritas
120
9
Hasil Uji Autokorelasi
120
10
Hasil Uji Heterokedastisitas
121
11
Hasil Uji Koefisien Diterminasi
122
12
Hasil Uji Statistik t
122
13
Hasil Uji Statistik F
122
xiv
99
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan
utama
perusahaan
adalah
meningkatkan
nilai
perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham (Brigham, 1996 dalam Wahidahwati, 2002:1). Nilai perusahaan dapat dilihat melalui nilai pasar atau nilai buku perusahaan dari ekuitasnya. Nilai buku merupakan nilai dari kekayaan, hutang, dan ekuitas perusahaan berdasarkan pencatatan historis. Sedangkan nilai pasar merupakan presepsi pasar yang berasal dari investor, kreditur, dan stakeholder lain terhadap kondisi perusahaan dan biasanya tercermin pada nilai pasar saham perusahaan. Selain itu, nilai pasar bisa menjadi ukuran nilai perusahaan A.W.Djabid, (2009) dalam rohman, (2011: 1). Menurut Fama (1978) dalam Wahyudi dan Pawestri (2006: 6) nilai perusahaan dapat tercermin dari harga sahamnya, Jika harga saham perusahaan tinggi maka dapat disimpulkan bahwa nilai perusahaan tersebut juga baik. Suatu perusahaan dikatakan memiliki nilai yang baik jika kinerja perusahaannya juga baik. Salah satu cara untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui kinerja perusahaan ialah dengan menerapkan praktik corporate governance (Safrina, 2008: 3). Menurut Safrina (2008: 3) Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang
1
diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan nilai perusahaan kepada para pemegang saham. Dengan demikian penerapan corporate governance dipercaya dapat meningkatkan nilai perusahaan. Di Indonesia, isu corporate governanace mengemuka setelah Indonesia mengalami masa krisis yang berkepanjangan sejak tahun 1998. Banyak pihak yang mengatakan lamanya proses perbaikan di Indonesia disebabkan oleh lemahnya penerapan corporate governance dalam perusahaan. Sejak saat itu, baik pemerintah maupun investor mulai memberikan perhatian yang cukup signifikan dalam praktek corporate
governance.
Ciri
utama
dari
lemahnya
corporate
governance adalah adanya tindakan mementingkan diri sendiri di pihak manajer perusahaan dengan mengesampingkan kepentingan investor. Hal ini akan membuat investor kehilangan kepercayaannya terhadap pengembalian investasi yang telah mereka investasikan pada perusahaan (Aziz, 2012: 58). Hubungan agensi muncul ketika salah satu pihak (pricipal) menyewa pihak lain (agent) untuk melaksanakan suatu jasa, dan dalam melakukan hal itu mendelegasikan wewenang untuk membuat keputusan kepada agen tersebut (Anthony, Robert N dan Vijay Govidarajan, 2005: 269). Dengan kewenangan yang dimilikinya ini, mungkin saja agen tidak bertindak yang terbaik untuk kepentingan pemilik karena adanya perbedaan kepentingan (conflict of interest). Adanya conflict of interest antara agen dengan pemilik mengakibatkan
2
agen dapat bertindak yang hanya menguntungkan dirirnya sendiri dengan mengabaikan kepentingan pemilik. Selain itu, agen dianggap memiliki informasi yang lebih mengenai perusahaan dibandingkan pemilik, sehingga memungkinkan agen untuk memanipulasi informasi yang dapat menguntungkan agen (M. Arief dan Bambang, 2007: 5). Manipulasi yang dilakukan manajemen perusahaan membuat investor
kehilangan
kepercayaan
atas
investasinya,
sehingga
menyebabkan investor melakukan penarikan dana yang telah di investasikan sebelumnya, hal ini disebut sebagai masalah keagenan. Herawaty (2008: 16) menjelaskan, bahwa salah satu bentuk penyimpangan yang dilakukan oleh manajemen sebagai agen yaitu dalam proses penyusunan laporan keuangan manajemen dapat mempengaruhi tingkat laba yang ditampilkan dalam laporan keuangan atau yang sering disebut dengan earning management . Menurut Aziz (2012: 30)
earning management adalah
tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk mempengaruhi laba yang dilaporkan yang bisa memberikan informasi mengenai keuntungan ekonomis yang sesungguhnya tidak dialami perusahaan, yang dalam jangka panjang tindakan tersebut bahkan bisa merugikan perusahaan. Menurut Scott (2000: 328) manajemen laba jika dilihat secara prinsip memang tidak menyalahi prinsip akuntansi yang berterima umum, namun manajemen laba dinilai dapat menurunkan kepercayaan
3
masyarakat terhadap perusahaan. Dengan semakin menurunnya kepercayaan masyarakat, maka hal ini dapat menurunkan nilai perusahaan karena banyak investor yang akan menarik kembali investasi yang telah mereka tanamkan. Praktek manajemen laba dinilai merugikan karena dapat menurunkan nilai laporan keuangan dan memberikan informasi yang tidak relevan bagi investor. Praktek corporate governance merupakan suatu cara untuk menjamin bahwa manjemen bertindak yang terbaik untuk kepentingan stakeholders. Pedoman pelaksanaan corporate governance yang mengutamakan transparansi dan akuntabilitas menunjukkan adanya perlindungan tersebut, yang tidak hanya ditujukan kepada pemegang saham tetapi juga meliputi seluruh pihak yang tidak hanya terlibat dalam perusahaan tersebut termasuk masyarakat Veronica dan Bachtiar
(2004:
7).
Mekanisme
corporate
governance
akan
mengarahkan manajemen untuk memberikan nilai positif terhadap kinerja perusahaan itu sendiri (Rachmawati dan Triatmoko, 2007: 9). Berbicara mengenai kinerja perusahaan yang dihitung dengan rasio keuangan, tidak akan dapat dipisahkan dari ukuran perusahaan yang dicerminkan dengan total aset yang dimiliki. Semakin besar aset yang dimiliki perusahaan, memungkinkan kinerja keuangan yang terjadi dalam operasional suatu perusahaan semakin besar pula (Darmawati, 2004: 36). Keuntungan, kerugian dan biaya yang dapat ditekan mungkin saja berbeda dengan perusahaan dengan aset yang
4
lebih kecil. Ukuran perusahaan merupakan hal yang penting dalam proses pelaporan keuangan. Ukuran perusahaan diukur dengan melihat seberapa besar asset yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Aset yang dimiliki perusahaan ini menggambarkan hak & kewajiban serta permodalan perusahaan. Darmawati (2004: 37) menyatakan bahwa perusahaan besar pada dasarnya memiliki kekuatan finansial yang lebih besar dalam menunjang kinerja, tetapi disisi lain perusahaan dihadapkan pada masalah keagenan yang lebih besar. Perusahaan dengan aset besar biasanya akan mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat. Hal ini akan menyebabkan perusahaan
lebih
berhati-hati
dalam
melakukan
pelaporan
keuangannya. Hesti (2010: 89) dan Uyun (2010: 92) dalam penelitiannya
menemukan
bukti
bahwa
ukuran
perusahaan
berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut, sehingga penelitian ini mengambil judul : "Analisis Pengaruh Earning Management, Mekanisme Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan Terhadp Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011"
5
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan sebelumnya, maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1.
Apakah earning
management
berpengaruh
terhadap nilai
perusahaan? 2.
Apakah Corporate Governance yang diproksikan dengan jumlah dewan komisaris berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
3.
Apakah Corporate Governance yang diproksikan dengan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
4.
Apakah Corporate Governance yang diproksikan dengan kepemilikan menejerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
5.
Apakah Corporate Governance yang diproksikan dengan klasifikasi akuntan publik berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
6.
Apakah
ukuran
perusahaan
berpengaruh
terhadap
nilai
perusahaan? C. Tujuan dan Manfaat Penelitan 1.
Tujuan penelitian ini adalah : a.
Untuk menganalisis pengaruh earning management terhadap nilai perusahaan.
b.
Untuk
menganalisis
pengaruh
mekanisme
Corporate
Governance yang di proksikan dengan jumlah dewan komisaris terhadap nilai perusahaan.
6
c.
Untuk
menganalisis
Governance
yang
pengaruh di
mekanisme
proksikan
dengan
Corporate kepemilikan
institusional terhadap nilai perusahaan. d.
Untuk
menganalisis
Governance
yang
pengaruh di
proksikan
mekanisme dengan
Corporate kepemilikan
manajerial terhadap nilai perusahaan. e.
Untuk
menganalisis
pengaruh
mekanisme
Corporate
Governance yang di proksikan dengan klasifikasi akuntan publik terhadap nilai perusahaan. f.
Untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan.
2.
Manfaat Penelitian Sedangkan manfaat atau kegunaan yang dapat diambil, yaitu: a.
Bagi penulis dapat khususnya
mengenai
dijadikan tambahan pengetahuan, pengaruh
earning
management,
mekanisme Corporate Governance dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan. b.
Bagi
pengembangan
ilmu
pengetahuan,
dapat
lebih
memahami mengenai faktor - faktor apa saja yang dapat mempengaruhi nilai dari suatu perusahaan. c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan bacaan bagi peneliti selanjutnya dan meningkatkan perkembangan
7
terhadap teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu teori keagenan. d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan oleh pemegang saham dalam menganalisis dan menetapkan pilihan investasi yang tepat, sehingga dapat mengoptimalkan keuntungan dan meminimalkan risiko atas investasinya.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Agensi 1.
Pengertian Teori Agensi Konsep
agency
theory
menurut
Anthony
dan
Govindarajan (2005: 269) adalah hubungan atau kontrak antara prinsipal dan agen. Prinsipal mempekerjakan agen untuk melakukan
tugas
demi
kepentingan
prinsipal,
termasuk
pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari prinsipal kepada agen. Menurut Jensen dan Meckling dalam Kawatu, (2009: 407), teori agensi menjelaskan tentang hubungan kontraktual antara pihak yang mendelegasikan keputusan tertentu (principal/pemilik/pemegang
saham)
dengan
pihak
yang
menerima pendelegasian tersebut (agen/manajemen). Terjadinya konflik kepentingan antara pemilik dan agen karena kemungkinan agen bertindak tidak sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost). Sebagai agen, manajer bertanggung jawab secara moral untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dengan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan dimana
masing-masing pihak
9
berusaha untuk
mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki (Ali, 2002 dalam Ujiyantho dan Bambang 2007: 5). 2.
Asumsi Sifat Dasar Manusia Eisenhardt (dalam Larasati, 2009: 13) menggunakan tiga asumsi sifat dasar manusia guna menjelaskan tentang teori agensi yaitu: a.
manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest),
b.
manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality),
c.
manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer
sebagai manusia kemungkinan besar akan bertindak berdasarkan sifat opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya (Haris 2004 dalam Ujiyantho dan Pramuka, 2007: 5). Sebagai pengelola perusahaan, manajer perusahaan tentu akan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu manajer sudah seharusnya selalu memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang dapat diberikan oleh manajer yakni melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan (Ujiyantho dan Pramuka, 2007: 6).
10
Laporan keuangan merupakan hal yang sangat penting bagi para pengguna eksternal terutama sekali karena kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya. Adanya ketidakseimbangan penguasaan informasi ini akan memicu munculnya kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry) (Ali, 2002 dalam Ujiyantho dan Pramuka, 2007: 7). 3.
Macam-Macam Asimetri Informasi Asimetri informasi merupakan suatu keadaan di mana manajer memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan. Menurut Scott (2000: 301), terdapat dua macam asimetri informasi, yaitu: a.
Adverse selection, yaitu para menejer serta orang-orang dalam yang lain biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek dibandingkan dengan investor pihak luar, serta fakta yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh pemegang saham tersebut tidak disampaikan informasinya kepada pemegang saham.
b.
Moral hazard, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh seorang menejer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun
pemberi
pinjaman
sehingga
menejer
dapat
melakukan tindakan di luar pengetahuan pemegang saham
11
yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan. Terjadinya adverse selection dan moral hazard
bisa
menimbulkan sejumlah implikasi serius bagi kinerja perusahaan. Dua masalah tersebut dapat mendorong para manajer berperilaku malas dan tidak etis. Dengan adanya asimetri informasi antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) akan memberi kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba (earnings management) sehingga akan menyesatkan pemilik (pemegang saham) mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Mereka dapat mengelabui pemilik dan stakeholder lainnya dalam pelaporan informasi tentang kinerja dan sumber daya ekonomi perusahaan. Selain itu, mereka dapat pula membiaskan atau mendistorsi penyajian informasi tentang peluang investasi dan prospek perusahaan (Lako, 2007). 4.
Agency Conflict Jensen dan Meckling berpendapat bahwa agency conflict timbul pada berbagai hal sebagai berikut (Larasati, 2009: 14) : a.
Manajemen memilih investasi yang paling sesuai dengan kemampuan dirinya dan bukan yang paling menguntungkan bagi perusahaan.
b.
Manajemen cenderung mempertahankan tingkat pendapatan perusahaan yang stabil, sedangkan pemegang saham lebih
12
menyukai distribusi kas yang lebih tinggi melalui beberapa peluang investasi internal yang positif atau disebut earning retention. c.
Manajemen cenderung mengambil posisi aman untuk mereka sendiri dalam mengambil keputusan investasi. Dalam hal ini, mereka akan mengambil keputusan investasi yang sangat aman dan masih dalam jangkauan kemampuan manajer.
d.
Manajemen cenderung hanya memperhatikan cash flow perusahaan sejalan dengan waktu penugasan mereka. Hal ini dapat menimbulkan bias dalam pengambilan keputusan yaitu berpihak pada proyek jangka pendek dengan pengembalian akuntansi yang tinggi.
e.
Asumsi dasar lainnya yang membangun agency theory adalah agency problem yang timbul sebagai akibat adanya kesenjangan antara kepentingan pemegang saham sebagai pemilik dan manajemen sebagai pengelola. Pemilik memiliki kepentingan agar dana yang diinvestasikannya mendapatkan return
maksimal,
sedangkan
manajer
berkepentingan
terhadap perolehan insentif atas pengelolaan dana pemilik (agency problem). Corporate Governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor
13
bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Corporate Governance sangat berkaitan dengan bagaimana membuat para investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan mencuri/menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana/kapital yang telah ditanamkan oleh investor. Selain itu Corporate Governance juga berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer. Dengan kata lain yakni Corporate Governance diharapkan akan dapat berfungsi untuk menekan atau menurunkan biaya keagenan (agency cost). B. Earning Management 1.
Pengertian Earning Management Para manajer memiliki fleksibilitas untuk memilih beberapa altematif dalam mencatat transaksi sekaligus memilih opsi-opsi yang ada dalam perlakuan akuntansi. Fleksibilitas ini digunakan oleh manajemen perusahaan untuk mengelola laba. Perilaku manajemen yang mendasari lahirnya manajemen laba adalah perilaku opportunistic manajer dan efficient contracting. Sebagai
perilaku
opportunistic,
manajer
memaksimalkan
utilitasnya dalam menghadapai kontrak kompensasi dan hutang dan political cost (Scott, 2006: 293).
14
Perilaku manajemen oportunis dikenal dengan istilah Earnings Management, menurut Purnomo dan Puji (2009: 30) earning management adalah suatu tindakan manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi dari suatu standar tertentu dengan tujuan memaksimalkan kesejahteraan pihak manajemen atau nilai pasar perusahaan. Sae (2010: 6) membagi definisi Earnings Management menjadi dua, yaitu: a. Definisi Sempit Earnings Management dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi Earning Management dalam artian sempit ini di definisikan sebagai prilaku manajer untuk "bermain" dengan komponen discretionary accruals dalam menentukan besarnya earnings. b. Definisi Luas Earnings Management merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit di mana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan
peningkatan
(penurunan)
profitabilitas
ekonomis jangka panjang unit tersebut.
15
2.
Bentuk-Bentuk Earning Management Menurut Sugiri dalam Suranta, (2003: 19) earnings management dapat dilakukan dengan berbagai pola yang berbeda, yaitu : a.
Taking a bath yaitu dengan mengakui biaya yang akan ditanggung pada periode yang akan datang saat periode berjalan.
b.
Income minimization. Pola ini mungkin dipilih manajer perusahaan karena nampak secara politis perusahaan selalu mendapatkan keuntungan yang besar. Pola ini dilakukan saat perusahaan tidak ingin menanggung biaya politis akibat keuntungan besar yang diperolehnya.
c.
Income maximization. Manajer memilih pola ini karena keinginannya untuk mendapatkan bonus dari laba besar yang dilaporkannya di laporan keuangan perusahaan.
d.
Income smoothing. Pola ini dipilih oleh manajer karena mereka cenderung memilih untuk melaporkan tren perubahan laba yang stabil daripada laba yang meningkat dan menurun secara drastis. Salah satu teknik untuk meratakan laba adalah dengan mengurangi nilai persediaan dan aktiva lain perusahaan yang diperoleh pada saat akuisisi yang akan menghasilkan laba tinggi ketika aktiva tersebut nanti dijual (Tunggal, 2011: 32).
16
3.
Pemicu Earning Management Scott (2006: 302) berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang dapat memotivasi manajer melakukan manajemen laba seperti berikut ini: a. Rencana bonus (Bonus scheme). Para manajer yang bekerja pada perusahaan yang menerapkan rencana
bonus
akan
berusaha
mengatur
laba
yang
dilaporkannya dengan tujuan dapat memaksimalkan jumlah bonus yang akan diterimanya. b. Kontrak utang jangka panjang (Debt covenant). Ini menyatakan bahwa semakin dekat suatu perusahaan kepada waktu pelanggaran perjanjian utang maka para manajer akan cenderung untuk memilih metode akuntansi yang dapat memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan dengan harapan dapat mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami pelanggaran kontrak utang. c. Motivasi politik (Political motivation). Ini menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan dengan skala besar dan industri strategis cenderung untuk menurunkan laba guna mengurangi tingkat visibilitasnya terutama saat periode kemakmuran yang tinggi. Upaya ini dilakukan dengan harapan memperoleh kemudahan serta fasilitas dari pemerintah.
17
d. Motivasi perpajakan (Taxation motivation). Ini menyatakan bahwa perpajakan merupakan salah satu motivasi
mengapa
perusahaan
mengurangi
laba
yang
dilaporkan. Tujuannya adalah dapat meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar. e. Pergantian CEO (Chic/Executive Officer). Biasanya CEO yang akan pensiun atau masa kontraknya menjelang berakhir akan melakukan strategi memaksimalkan jumlah pelaporan laba guna meningkatkan jumlah bonus yang akan mereka terima. Hal yang sama akan dilakukan oleh manajer dengan kinerja yang buruk. Tujuannya adalah menghindarkan
diri
dari
pemecatan
sehingga
mereka
cenderung untuk meminimalkan jumlah laba yang dilaporkan. f. Penawaran saham perdana (Initial public offering). Menyatakan bahwa pada awal perusahaan menjual sahamnya kepada publik, informasi keuangan yang dipublikasikan dalam prospektus merupakan sumber informasi yang sangat penting. Informasi ini penting karena dapat dimanfaatkan sebagai sinyal kepada investor potensial terkait dengan nilai perusahaan. Guna mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh para investor maka manajer akan berusaha untuk menaikkan jumlah laba yang dilaporkan.
18
C. Corporate Governance 1.
Pengertian Corporate Governance Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) tahun 2001 mendefinisikan Corporate Governance sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang
saham,
pengurus
perusahaan,
pihak
kreditur,
pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan, dengan tujuan menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan. Sedangkan Menurut The Organization for Economic Corporation and Development (OECD) corporate governance adalah sistem yang dipergunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan kegiatan perusahaan, mengatur pembagian tugas hak dan kewajiban mereka para pemegang saham, dewan pengurus, para manager, dan yang berkepentingan terhadap kehidupan perusahaan. Berdasarkan
dari
definisi-definisi
di
atas,
dapat
disimpulkan bahwa Corporate Governance pada intinya adalah mengenai suatu sistem, proses, dan seperangkat peraturan yang digunakan untuk mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan sehingga dapat mendorong kinerja perusahaan 19
bekerja secara efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan. 2.
Manfaat Corporate Governance Penerapam corporate governance memberikan empat manfaat FCGI, 2001 dalam Aziz (2012: 61), yaitu : a.
Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengembalian keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi perusahaan, serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders.
b.
Mempermudah diperolehnya dana pembiyaan yang lebih murah yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate value.
c.
Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
d.
Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus meningkatkan shareholdes’s values dan deviden.
3.
Prinsip-Prinsip Corporate Governance Organization for Economic Cooperation and Development (OECD)
pada
tahun
1999
telah
menerbitkan
dan
mempublikasikan OECD Principles of Corporate Governance.
20
Prinsip-prinsip tersebut di tujuan untuk membantu para negara anggotanya maupun negara lain berkenaan dengan upaya-upaya untuk mengevaluasi dan meningkatkan kerangka kerja hukum, institusional,
dan
regulatori
Corporate
Governance
dan
memberikan pedoman dan saran-saran untuk pasar modal, investor, perusahaan, dan pihak-pihak lain yang memiliki peran dalam mengembangkan Corporate Governance. Pilar-pilar
yang
melandasi
prinsip-prinsip
yang
dikemukakan oleh OECD (Aziz, 2012: 60) adalah Fairness (keadilan), (akuntabilitas),
Transparancy
(transparasi),
Accountability
dan Responcybility (pertanggung
jawaban).
Fairness berkenaan dengan keadilan dan kesetaraan perlakuan pemegang saham minoritas agar terlindungi dari kecurangan serta perdagangan dan penyalahgunaan oleh orang dalam (self-dealing atau insider wrong doing). Transparancy dilakukan melalui penyempurnaan pengungkapan (disclosure) informasi kinerja perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Akuntabilitas manajemen dilakukan melalui pengawasan efektif berdasarkan keseimbangan kekuasaan pengawas, pengurus, pemegang saham dan auditor. Tanggung jawab perusahaan berkenaan dengan perusahaan sebagai anggota masyarakat untuk menaati hukum dan bertindak sesuai dengan keinginan masyarakat.
21
Prinsip-prinsip Corporate Governance yang dikemukaan oleh OECD ada lima. Menurut OECD 1999 dalam Aziz (2012: 63), Kelima prinsip tersebut adalah: a. Hak-hak pemegang saham. kerangka kerja Corporate Governance harus melindungi hakhak pemegang saham. b. Perlakuan yang adil kepada pemegang saham. Corporate Governance harus meyakinkan adanya kesetaraan perlakuan
kepada
seluruh
pemegang
saham,
termasuk
pemegang saham minoritas dan asing. Seluruh pemegang saham harus memiliki kesempatan untuk mendapatkan perbaikan (redress) yang efektivitas penyimpangan dan hakhak mereka. c. Peranan stakeholder dalam Corporate Governance. Corporate Governance harus mengakui hak-hak stakeholder seperti yang ditentukan oleh hukum dan mendorong kerja sama yang
aktif
antara
menciptakan
perusahaan
kesejahteraan,
dan
stakeholder
pekerjaan-pekerjaan,
dalam dan
kemampuan untuk mempertahankan perusahaan yang sehat secara finansial. d. Pengungkapan dan Transparansi. Corporate
Governance
harus
meyakinkan
bahwa
pengungkapan yang tepat waktu dan akurat telah dilakukan
22
atas seluruh hal-hal yang
material berkenaan dengan
perusahaan, termasuk situasi keuangan, kinerja, kepemilikan, dan ketaatan perusahaan (governance of the company). e. Tanggung jawab dewan direksi. Corporate Governance harus meyakinkan pedoman strategi perusahaan, pemonitoran yang efektif pada manajemen oleh dewan, dan akuntabilitas dewan terhadap perusahaan dan pemegang saham (Darmawati, 2004: 34). Prinsip-prinsip
ini
mengharuskan perusahaan untuk
memberikan laporan bukan saja kepada pemegang saham, calon investor, kreditor dan pemerintah saja, akan tetapi juga kepada stakeholder lainnya, seperti masyarakat umum dan karyawan. Laporan ini berfungsi sebagai media pertanggung jawaban perusahaan kepada semua pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Laporan yang diberikan perusahaan menunjukkan tingkat kinerja yang dicapai oleh perusahaan, dalam pengelolaan sumber daya yang dimiliki untuk memberikan nilai tambah kepada stakeholder. Corporate Governance harus memberikan insentif yang tepat untuk dewan direksi dan manajemen dalam rangka mencapai sasaran-sasaran yang ditentukan dari sisi kepentingan perusahaan dan para pemegang saham juga harus dapat
23
memfasilitasi monitoring yang efektif, sehingga mendorong perusahaan untuk menggunakan sumber daya secara efisien. Berkaitan
dengan
masalah
keagenan,
Corporate
Governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan,
diharapkan
bisa
berfungsi sebagai alat
untuk
memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang mereka investasikan. Corporate Governance berkaitan bagaimana investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan mencuri atau menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana atau kapital yang telah ditanamkan oleh investor, dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer. 4.
Mekanisme Corporate Governance Penelitian ini menggunakan empat aspek corporate governance yaitu dewan komisaris, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan jumlah komite audit. a.
Dewan Komisaris Dewan komisaris bertugas melakukan pengawasan dan memberikan masukan kepada dean direksi perusahaan. Dewan komisaris tidak memiliki otoritas langsung terhadap perusahaan. Fungsi utama dari dewan komisaris adalah
24
mengawasi kelengkapan dan kualitas informasi laporan atas kinerja dewan direksi. Posisi dewan komisaris sangat penting dalam menjembatani kepentingan principal dalam sebuah perusahaan. Hardikasari (2011) menyebutkan bahwa penelitian mengenai
ukuran
perusahaan
dewan
memiliki
komisaris
hasil
yang
terhadap
kinerja
beragam.
Dalam
penelitiannya tersebut, disebutkan argumen dari Yermack (1996), Sundgren dan Wells (1998), dan Jensen (1993), yang menyatakan bahwa semakin banyak personil yang menjadi dewan komisaris dapat berakibat pada makin buruk kinerja yang dimiliki perusahaan. Hal tersebut dikarenakan dengan semakin banyaknya anggota dewan komisaris maka badan ini akan mengalami kesulitan dalam menjalankan perannya, diantaranya kesulitan dalam komunikasi dan koordinasi antar anggota dewan komisaris. Dengan semakin banyaknya anggota dewan komisaris, pengawasan terhadap dewan direksi jauh lebih baik, masukan atau opsi yang akan didapat direksi akan jauh lebih banyak. Dalam
membangun
sebuah
model
Corporate
Governance, perusahaan harus memiliki dewan komisaris yang kredibel serta memiliki independensi.
25
Agar pelaksanaan tugas dewan komisaris dapat berjalan secara efektif ada
beberapa faktor yang harus
dicermati (Aziz, 2012: 68) yaitu : 1.
Komposisi
jumlah
dewan
komisaris
harus
memungkinkan pengambilan keputusan secara efektif, tepat dan cepat, serta dapat bertindak independen. 2.
Anggota dewan komisaris harus profesional, yaitu berintegritas dan memiliki kemampuan sehingga dapat menjalankan memastikan
fungsinya bahwa
dengan
direksi
baik
telah
termasuk
memperlihatkan
kepentingan semua pemangku kepentingan. 3.
Fungsi pengawasan dan pemberian nasehat dewan komisaris mencakup tindakan pencegahan, perbaikan, sampai pemberhentian sementara.
4.
Dewan komisaris dalam fungsinya sebagai pengawas menyampaikan laporan pertanggungjawaban pengawas atas pengolahan perusahaan oleh direksi. Proporsi dewan komisaris harus sedemikian rupa
sehingga memungkinkan pengambilan keputusan yang efektif, tepat, dan cepat, serta dapat bertindak secara independen.
26
b. Kepemilikan Institusional Struktur institusional.
kepemilikan Pemegang
lain
saham
adalah
kepemilikan
institusional
biasanya
berbentuk entitas seperti perbankan, asuransi, dana pensiun, reksadana. Investor institusional memiliki kapabilitas untuk menganalisis
laporan
keuangan
secara
langsung
dibandingkan investor individual. Keberadaan investor institusional dipandang mampu menjadi alat monitoring yang efektif bagi perusahaan yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan sehingga mampu meningkatkan kepercayaan publik terhadap perusahaan tersebut (junaidi 2007 dalam purwandari 2011: 26). Semakin besar tingkat kepemilikan saham oleh institusional, maka semakin efektif mekanisme kontrol terhadap kinerja manajemen. Pendapat ini didukung oleh purwandari dan purwaningtias (2011), yang menemukan pengaruh positif signifikan tingkat kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan. c.
Kepemilikan Manajerial Kepemilikan saham manajerial dapat membantu penyatuan kepentingan antara pemegang saham dengan manajer, semakin meningkat proporsi kepemilikan saham manajerial maka semakin baik kinerja perusahaan. Pada
27
perusahaan dengan kepemilikan manajerial, manajer yang sekaligus pemegang saham tentunya akan menselaraskan kepentingannya sebagai manajer dengan kepentingannya sebagai pemegang saham. Sementara dalam perusahaan tanpa kepemilikan manajerial, manajer yang bukan pemegang saham kemungkinan hanya mementingkan kepentingannya sendiri. Masalah yang sering ditimbulkan dari struktur kepemilikan ini adalah agency conflict, dimana terdapat kepentingan
antara
manajemen
perusahaan
sebagai
pengambil decision maker dan para pemegang saham sebagai owner dari perusahaan (Praditha 2011: 43). Manajer yang sekaligus
pemegang
saham
akan
meningkatkan
nilai
perusahaan, karena dengan meningkatnya nilai perusahaan maka nilai kekayaannya sebagai individu pemegang saham akan ikut meningkat pula (Soliha dan Taswan, 2002 dalam Christiawan dan Tarigan, 2007: 5). d. Klasifikasi akuntan publik Klasifikasi akuntan publik dibentuk sebagai sebuah bagian khusus di perusahaan yang bertugas mengoptimalkan fungsi pengawasan yang sebelumnya merupakan tanggung jawab penuh dari dewan direksi. Peranan klasifikasi akuntan
28
publik diatur melalui surat edaran Bapepam nomor SE03/PM/2002 dalam surat itu dinyatakan bahwa klasifikasi akuntan publik terdiri dari tiga orang, diketuai oleh komisaris independen perusahaan dengan proporsi 30% dengan terselenggaranya
pengelolaan
korporasi
yang
baik.
Klasifikasi akuntan publik yang bertanggung jawab untuk mengawasi laporan keuangan, mengawasi audit eksternal, dan mengamati sistem pengendalian internal (termasuk audit internal). Klasifikasi akuntan publik meningkatkan integritas dan kredibilitas pelaporan keuangan melalui: 1. Pengawasan atas proses pelaporan termasuk sistem pengendalian internal. 2. Mengawasi proses audit secara keseluruhan. Hasil mengindikasikan bahwa adanya klasifikasi akuntan publik memiliki konsekuensi pada laporan keuangan (Dechow, P, 1995 dalam herawati 2008: 7 ), yaitu: a.
berkurangnya pengukuran akuntansi yang tidak tepat.
b.
Berkurangnya pengungkapan akuntansi yang tidak tepat.
c.
Berkurangnya tindakan kecurangan manajemen dan tindakan ilegal. Laporan
keuangan
yang
diaudit
oleh
auditor
bereputasi dipercaya lebih berkualitas sehingga dapat 29
menampilkan nilai perusahaan yang sebenarnya. Oleh karena itu diduga perusahaan yang diaudit oleh KAP Big 4 dapat meningkatkan nilai perusahaan daripada perusahaan yang diauditoleh KAP Non Big 4. Sehingga semakin tinggi kualitas auditor yang digunakan perusahaan maka akan mengakibatkan semakin tinggi nilai perusahaan tersebut. D. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan adalah suatu skala, dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi menjadi 3 kategori yang didasarkan kepada total asset perusahaan yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium firm), dan perusahaan kecil (small firm) (Machfoedz, 1994 dalam Darmawati: 13). Menurut Rodoni dan Ali (2010: 180), proksi ukuran perusahaan biasanya adalah total aset perusahaan. Total aset maupun nilai pasar ekuitas perusahaan menjadi faktor penentu dalam mengukur besar kecilnya suatu perusahaan. Dengan semakin besarnya total aset yang dimiliki kita dapat melihat modal aset yang dimiliki. Variabel ukuran perusahaan dilihat dari segi total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan tersebut (Ardi Murdoko Sudarmadji & Lana Sularto: Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage Dan
30
Tipe Kepemilikan Perusahaan Terhadap Luas Voluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan. PESAT. Vol. 2. 2007). Hesti
(2010)
dan
Uyun
(2010)
dalam
penelitiannya
menemukan bukti bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Perusahaan dengan aset besar biasanya akan mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat. Hal ini akan menyebabkan perusahaan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangannya. Perusahaan diharapkan akan selalu berusaha menjaga stabilitas kinerja keuangan mereka. Pelaporan kondisi keuangan yang baik ini tentu tidak serta merta dapat dilakukan tanpa melalui kinerja yang baik dari semua lini perusahaan. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan adalah suatu variabel yang digunakan dalam mengukur besar atau kecilnya suatu perusahaan yang dapat diukur dengan menggunakan komponen ukuran perusahaan yaitu dari besarnya aset yang dimiliki, nilai pasar ekuitas dan penjualan perusahaan. E. Nilai Perusahaan Scott (2010: 199) menjelaskan bahwa tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan nilai, atau harga saham perusahaan. Menurut Fama (1978) dalam Wahyudi dan Pawestri (2006: 8) nilai perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya. Semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi nilai perusahaan. Keberhasilan atau kegagalan
31
keputusan manajemen hanya dapat dinilai berdasarkan dampaknya pada harga saham perusahaan. Dahlan (2005: 507) mendefinisikan saham sebagai surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pada suatu perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut. Menurut Weston dan Brigham (1993) dalam Kesuma (2009:40) , harga saham didefinisikan sebagai: ”The price at which stock sells in the market.” Sedangkan, harga pasar saham adalah nilai pasar sekuritas yang dapat diperoleh investor apabila investor menjual atau membeli saham, yang ditentukan berdasarkan harga penutupan atau closing price di bursa pada hari yang bersangkutan. Jadi, harga penutupan atau closing price merupakan harga saham terakhir kali pada saat berpindah tangan di akhir perdagangan. Harga saham didasarkan pada penilaian dari eksternal perusahaan terhadap asset perusahaan serta pertumbuhan pasar saham. Harga pasar dari saham perusahaan yang terbentuk antara pembeli dan penjual di saat terjadi transaksi disebut nilai pasar perusahaan, karena harga pasar saham dianggap sebagai cerminan dari nilai aset perusahaan sesungguhnya. Menurut Kesuma (2009: 40), harga saham adalah nilai nominal penutupan (closing price) dari penyertaan atau pemilikan seseorang
32
atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas yang berlaku secara reguler di pasar modal di Indonesia. Jika perusahaan mencapai prestasi yang baik, maka saham perusahaan tersebut akan banyak diminati oleh banyak investor. Prestasi baik yang dicapai perusahaan
dapat
dilihat
di dalam
laporan
keuangan
yang
dipublikasikan oleh perusahaan. F. Keterkaitan Antar Variabel 1.
Earning Management dan Nilai Perusahaan. Para manajer memiliki fleksibilitas untuk memilih beberapa alternatif dalam mencatat transaksi sekaligus memilih opsi-opsi yang ada dalam perlakuan akuntansi. Fleksibilitas ini digunakan oleh manajemen perusahaan untuk mengelola laba. Perilaku manajemen yang mendasari lahirnya manajemen laba adalah perilaku opportunistic manajer dan efficient contracting. Sebagai
perilaku
opportunistic,
manajer
memaksimalkan
utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi dan hutang dan political cost (Scott, 2006). Perilaku oportunis ini direflesikan dengan melakukan rekayasa keuangan dengan menerapkan income increasing atau income decraesing decretionary accrual. Sedangkan sebagai efficient contracting yaitu meningkatkan keinformatifan laba dalam mengomunikasikan informasi privat.
33
Pada
dasarnya,
defenisi
operasional
dari
earning
management menurut Belkaoui (2007: 201) adalah: “Perilaku yang dilakukan manajer perusahaan untuk meningkatkan atau menurunkan laba dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri”. Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibanding pemilik sehingga menimbulkan kesenjangan informasi. Dengan adanya asimetri informasi, menyebabkan prinsipal tidak dapat mengetahui kondisi yang sebenarnya, sehingga manajer dapat memanfaatkan fleksibilitas yang diberikan standar akuntansi untuk melakukan manajemen laba. Menurut Haris (2004) dalam Ujiyantho dan Bambang (2007: 8) manajemen laba yang dilakukan manajer pada laporan keuangan akan mempengaruhi nilai saham yang selanjutnya akan mempengaruhi nilai perusahaan. Dari penelitian – penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan adalah: Ha.1 : terdapat pengaruh earning management terhadap nilai perusahaan. 34
2.
Mekanisme Corporate Governance dan nilai perusahaan Corporate governance merupakan seperangkat sistem yang
mengatur
dan
mengendalikan
perusahaan
untuk
menciptakan nilai tambah (value added) bagi para pemangku kepentingan. Menurut Nasution dan Setiawan (2007), Corporate Governance merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui supervis atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan. Konsep corporate governance diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transaparan bagi semua pengguna laporan keuangan. Bank Dunia mendefinisikan corporate governance sebagai aturan dan standar organisasi di bidang ekonomi yang mengatur perilaku pemilik perusahaan, direktur, dan manajer serta perincian dan penjabaran tugas dan wewenang
serta
pertanggungjawabannya
kepada
investor
(pemegang saham dan kreditur). Penerap
corporate
governance
dipercaya
dapat
meningkatkan nilai perusahaan. Kusumawati dan Riyanto (2005: 3) mengemukakan bahwa corporate governance yang efektif dalam jangka panjang dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan menguntungkan pemegang saham. Tjager, et al (2003) dalam Lastanti (2004: 25) menyatakan bahwa secara teoritis praktek
35
corporate governance dapat meningkatkan nilai perusahaan diantaranya meningkatkan kinerja keuangan, mengurangi resiko yang merugikan akibat tindakan pengelola yang cenderung menguntungkan diri sendiri dan umumnya corporate governance dapat meningkatkan kepercayaan investor. Konflik kepentingan tersebut dapat diminimalkan dengan suatu mekanisme yang mampu mensejajarkan kepentingan pemegang saham selaku pemilik dengan kepentingan manajemen (Lastanti, 2004: 25). Gray dan Radebaugh (2009) menggambarkan sebuah mekanisme corporate governance yang dibagi ke dalam dua struktur. Mekanisme merupakan suatu aturan main, prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang melakukan kontrol terhadap keputuan tersebut. Pertama adalah struktur mekanisme pengendalian internal perusahaan. Pihak- pihak yang terlibat dalam mekanisme internal ini adalah agent dan principal yang terdiri komposisi board of directors dan executive manajer di dalam perusahaan. Yang kedua adalah struktur mekanisme pengendalian eksternal. Struktur
mekanisme
pengendalian
external
terdiri
dari
stakeholder yang berkepentingan dan berhubungan dengan perusahaan antara lain Pasar Modal, Pasar Uang, Auditor, Paralegal dan regulator. Struktur mekanisme pengendalian
36
eksternal merupakan mekanisme pengendalian yang dibentuk pihak dari luar perusahaan. Penelitian ini menggunakan empat mekanisme corporate governance yaitu dewan komisaris, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan ukuran KAP. a. Jumlah dewan komisaris Mas’ud dan Hamonangan (2006) yang menyatakan bahwa jumlah dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Rizal Tirta (2009) membuktikan bahwa good corporate governance yang diukur dengan proporsi dewan komisaris , mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas laba dan nilai perusahaan. Dari
penelitian-penelitian
sebelumnya,
maka
hipotesis yang diajukan adalah: Ha.2 : terdapat pengaruh jumlah dewan komisaris terhadap nilai perusahaan. b. Kepemilikan institusional Boediono
(2005:
37)
mengungkapkan
bahwa
kepemilikan institusional memberi pengaruh signifikan terhadap kualitas laba, yang berarti bahwa semakin tinggi kepemilikan institusional maka laba yang dihasilkan
37
semakin
berkualitas
dan
akan
meningkatkan
nilai
perusahaan tesebut. Drs. Hanung Triatmoko dan Andri Rachamawati (2007: 11) menyatakan bahwa kepemilikan institusional mempunyai pengaruh terhadap kualitas laba dan nilai perusahaan. Dari
penelitian-penelitian
sebelumnya,
maka
hipotesis yang diajukan adalah: Ha.3 : terdapat pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan. c. Kepemilikan manajerial Siallagan
dan
mengungkapkan
bahwa
Machfoedz semakin
besar
(2006:
19)
kepemilikan
manajerial maka nilai perusahaan semakin rendah. Viola Herawaty (2008: 8) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Kepemilikan manajerial akan menurunkan nilai perusahaan Dari
penelitian-penelitian
sebelumnya,
maka
hipotesis yang diajukan adalah: Ha.4 : terdapat pengaruh kepemilikan manjerial terhadap nilai perusahaan.
38
d. Ukuran KAP Herawaty (2008: 9) menyatakan bahwa klasifikasi akuntan publik yang diukur dengan KAP Big 4 dan Non big 4 berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Viola Herawaty (2008: 9) juga menyatakan kualitas audit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan.
kualitas audit
akan
meningkatkan
nilai
perusahaan. Dari
penelitian-penelitian
sebelumnya,
maka
hipotesis yang diajukan adalah: Ha.5 : terdapat pengaruh earning management terhadap nilai perusahaan. 3. Ukuran perusahaan dan nilai perusahaaan. Ukuran perusahaan merupakan hal yang penting dalam proses pelaporan keuangan. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan melihat seberapa besar asset yang dimiliki oleh sebuah
perusahaan.
Aset
yang
dimiliki
perusahaan
ini
menggambarkan hak & kewajiban serta permodalan perusahaan. Darmawati (2004: 14) menyatakan bahwa perusahaan besar pada dasarnya memiliki kekuatan finansial yang lebih besar dalam
menunjang
kinerja,
tetapi disisi
lain,
perusahaan
dihadapkan pada masalah keagenan yang lebih besar. Hesti
39
(2010) dan Uyun (2010) dalam penelitiannya menemukan bukti bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Perusahaan dengan aset besar biasanya akan mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat. Hal ini akan menyebabkan perusahaan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangannya. Perusahaan diharapkan akan selalu berusaha menjaga stabilitas kinerja keuangan mereka. Pelaporan kondisi keuangan yang baik ini tentu tidak serta merta dapat dilakukan tanpa melalui kinerja yang baik dari semua lini perusahaan. Dari penelitian-penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan adalah: Ha.6 : terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan.
40
G. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai Earning Management, Mekanisme Corporate Governance dengan menggunakan proksi jumlah dewan komisaris, kepemilikan institusional, kepemilikan managerial dan ukuran KAP terhadap nilai perusahaan telah banyak dilakukan. Tabel 2.1 menunjukan hasil-hasil
penelitian
terdahulu
mengenai
Earning
management,
mekanisme corporate governance dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan. Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu No
Peneliti (Tahun) 1. Shofwatul Uyun (2011)
Judul
Pengaruh Manajemen Risiko, Ukuran Perusahaan, dan Leverage terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan.
Metodologi Penelitian Persamaan Perbedaan 1. Variabel Independen: Ukuran perusahaan. 2. Metode analisis data: regresi berganda.
1. Variabel independen: manajemen resiko, Leverage. 2. Variabel dependen: Kinerja keuangan perusahaan. 3. Sampel penelitian: 61 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2008-2010 dengan menggunaka n metode sensus.
Hasil Penelitian (Kesimpulan) Ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA dan ROI, serta berpengaruh positif terhadap ROE.
41
Tabel 2.1 (Lanjutan) No
Peneliti (Tahun) 2. Ujiantho dan Bambang (2007)
Judul
Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba, dan Kinerja Keuangan.
Metodologi Penelitian Persamaan Perbedaan 1. Variable Independent: Corporate governance, kepemilikan institusional, kepemilikan managerial, jumlah dewan komisaris.
1. Variable dependent: kinerja keuangan. 2. sampel penelitian: perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ periode 2000-2004. Sedangkan dalam penelitian ini mengambil sampel di perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2008-2011.
Hasil Penelitian (Kesimpulan) Secara keseluruhan mekanisme corporate governance berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Kepemilikan institusi, jumlah dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Kepemilikan managerial dan proporsi dewan komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba. Sedangkan manajemen laba tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
42
Tabel 2.1 (Lanjutan) No
Peneliti (Tahun)
Judul
Metodologi Penelitian Persamaan Perbedaan
3. Andri Rahmawati dan Hanung Triatmoko (2007)
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaru hi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan.
1. Variabel independen: kepemilikan institusional dan managerial. 2. Variabel dependen: nilai perusahaan.
4. Viola Herawaty (2008)
Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earning Management Terhadap Nilai perusahaan.
1. Variabel independen: Earning management. 2. Variable dependen: nilai perusahaan. 3. metode analisis data: regresi berganda.
Sampel penelitian: Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ
Sampel penelitian: Perusahaan yang terdaftar di BEJ periode 2004, 2005, 2006 dengan menggunakan random sampling.
Hasil Penelitian (Kesimpulan) Kepemilikan institusional dan managerial tidak berpengaruh terhadap kualitas laba tetapi berpengaruh terhadap nilai perusahaan. 1. Earning management berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. 2. Variabel corporate governance mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan yang bervariasi tergantung model regresinya.
43
Tabel 2.1 (Lanjutan) No
Peneliti (Tahun)
Judul
5. Permanasari Pengaruh (2010) Kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional, dan corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan.
Metodologi Penelitian Persamaan Perbedaan 1. variable independen: kepemilikan managemen, kepemilikan institusi. 2. Variable dependen: nilai perusahaan. 3. Metode analisis data: regresi berganda.
1. Variable independen: Corporate Sosial Responsibili ty (CSR). 2. Populasi penelitian: Semua perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEJ periode 2007-2008.
Hasil Penelitian (Kesimpulan) Variable kepemilikan managerial dan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
44
H. Kerangka Berfikir Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dijelaskan pada bagan berikut : Analisis Pengaruh Earning Management, Mekanisme Corporate Gocernance dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Bursa Efek Jakarta Perusahaan Manufaktur
Variabel Independen
Variabel Dependen
Earning Management Dewan Komisaris Mekanisme Corporate Governance
Kepemilikan istitusional
Nilai Perusahaan
Kepemilikan manajerial Ukuran kap
Ukuran Perusahaan
Analisis regresi berganda Pembahasan dan Interprestasi
Kesimpulan dan Implikasi Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
45
BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini, objek yang diteliti adalah pengaruh earning management, mekanisme Corporate Governance dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008- 2011. B. Metode Pengumpulan Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan manufaktur untuk periode pengamatan 2008-2011. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Dalam pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut : 1.
Perusahaan manufaktur yang telah listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 - 2011.
2.
Perusahaan yang menerbitkan laporan tahunan secara konsisten yang berakhir pada tanggal 31 Desember selama periode pengamatan 2008, 2009, 2010, dan 2011. Proses pengambilan dilakukan secara purposive.
3.
Perusahaan memiliki data yang lengkap terkait dengan variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian.
4.
Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan dalam bentuk rupiah.
46
5.
perusahaan yang secara konsisten menyajikan laporan keuangan selama periode penelitian. Periode dalam penelitian ini dibatasi antara tahun 2008 sampai
2011 dengan harapan akan diperoleh akurasi hasil penelitian. Data time series sebanyak empat tahun diambil dari seluruh perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia. C. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder, yaitu data kuantitatif yang diperoleh dari situs bursa efek Indonesia (www.idx.co.id). Data tersebut berupa laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Laporan keuangan
bermanfaat
dalam pengambilan keputusan
mengenai perusahaan, baik bagi manajemen ataupun bagi pihak stakeholders. D. Metode Pengumpulan Data Data dikumpulkan dengan menggunakan metode studi pustaka dan dokumentasi. Studi pustaka dilakukan dengan mengolah literatur, artikel, jurnal maupun media tertulis lain yang berkaitan dengan topik pembahasan dari penelitian ini. Sedangkan dokumentasi adalah penelitian arsip yang memuat kejadian masa lalu (Indriantoro dan Supomo, 1999). Pengumpulan data dokumentasi dilakukan dengan kategori dan klasifikasi data-data tertulis yang berhubungan dengan
47
masalah penelitian, baik dari sumber dokumen, buku-buku, koran, majalah dan sebagainya. E. Metode Analisis Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif adalah bentuk analisa yang menggunakan angka- angka dan dengan perhitungan statistik untuk menganalisis suatu hipotesis dan memerlukan beberapa alat analisis. Bila serangkaian observasi atau pengukuran data dalam angka-angka, maka pengumpulan angka-angka hasil observasi atau pengukuran sedemikian itu dinamakan data kuantitatif (Anto, Dajan 1996). Analisa data kuantitatif dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang sudah ada kemudian mengolahnya dan menyajikannya dalam bentuk tabel, grafik, dan dibuat analisis agar dapat ditarik kesimpulan
sebagai
dasar
pengambilan
keputusan.
Untuk
mempermudah dalam menganalisis digunakan SPSS (Statistical Package for Social Science), yaitu software yang berfungsi untuk menganalisis data dan
melakukan perhitungan
statistik
baik
parametrik maupun non parametrik dengan basis Windows (Imam Ghozali, 2005). Teknik analisis statistika yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif dan regresi linier berganda. Metode analisis yang digunakan adalah metode regresi berganda. Dalam melakukan
48
analisis regresi berganda, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik agar memenuhi sifat estimasi regresi bersifat BLUES (Best Linear Unbiased Estimator). 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari niali minimum, maksimum, nilai ratarata (mean), dan standar deviasi. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran mengenai earning management, mekanisme corporate governance, ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2.
Uji Asumsi Klasik a.
Uji Normalitas Uji normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel bebas dan variabel terikat keduanya memiliki distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2005). Model regresi yang baik adalah memiliki data berdistribusi normal. Menurut suliyanto (2011: 67) Untuk menguji apakah terdapat distribusi yang normal atau tidak dalam model regresi maka digunakanlah pendekatan grafik menggunakan
normal
probability
plot,
yaitu
dengan
membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif data dari distribusi normal.
49
dalam grafik yang dihasilkan jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas data, sebaliknya jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. b. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak
ortogonal.
Variabel
ortogonal
adalah
variabel
independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah multikolinearitas, salah satu metodenya ialah dengan melihat nilai korelasi parsial. Uji dilakukan
multikolinearitas dengan
dengan
membandingkan
korelasi antara
parsial koefesien
determinasi keseluruhan dengan nilai koefesien korelasi parsial semua variabel bebasnya. Jika nilai koefesien determinasi keseluruhan lebih besar dari nilai koefesien
50
parsial semua variabel bebasnya maka model tersebut tidak mengandung gejala multikolinearitas (Suliyanto, 2011: 88). c.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi
linear
ada
korelasi
antara
kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali dalam Puspita, 2011).
Untuk menguji keberadaan autokorelasi, penelitian ini menggunakan metode Durbin-Watson d test. Pengujian dengan
Durbin-Watson
statistik
mengetahui ada tidaknya
ini
dilakukan
untuk
hubungan antara kesalahan
pengganggu (error term) pada periode sebelumnya dengan kesalahan pengganggu pada periode berikutnya. Dalam metode Durbin-Watson menggunakan titik kritis yaitu batas bawah dl dan batas atas du. Persyaratan uji dengan menggunakan tabel Durbin-Watson adalah :
51
1. Jika nilai DW terletak antara dl dan (4 – dl) atau antara du dan (4 – du) maka koefisien autokorelasi sama dengan 0 yang berarti tidak terdapat autokorelasi. 2. Jika nilai DW berada diluar dl atau diluar du maka koefisien autokorelasi lebih besar daripada 0 yang berarti terdapat autokorelasi positif. 3. Jika nilai DW lebih besar daripada (4 – dl), berarti ada autokorelasi negatif. 4. Jika nilai DW terletak antara du dan dl atau nilai DW terletak antara (4 – du) dan (4 – dl) maka hasilnya tidak dapat disimpulkan. Namun demikian secara umum biasa diambil patokan (Santoso, 2000: 219) : 1. Angka D-W di bawah -2, berarti terdapat autokorelasi positif. 2. Angka D-W diantara -2 dampai +2, berarti tidak terdapat autokorelasi 3. Angka D-W diatas +2, berarti terdapat autokorelasi negatif d. Uji Heteroskedastisitas Pengujian ini bertujuan unutk menguji apakah didalam model regeresi terdapat ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan. Jika varians dari residual suatu pengamatan
yang
lain
tetap
berarti
telah
terjadi
52
homoskedastesitas. Jika terjadi homoskedastisitas dikatakan mempunyai model yang baik, cara mendeteksi dengan melihat diagram pancar (scater plot). Cara mendeteksi grafik scater plot adalah sebagai berikut : 1. Jika data memiliki pola menyebar atau titik-titik berada diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk suatu pola yang jelas, berarti data tersebut baik atau tidak terjadi heteroskedastisitas. 2. Jika data memiliki pola mengumpul atau membentuk suatu pola tertentu (misalnya bergelombang, melebar, kemudian
menyempit),
dikatakan
telah
terjadi
heteroskedastisitas (Santoso, 2002) 3.
Analisis Regresi Berganda Analisis regresi berganda dimaksudkan untuk menguji pengaruh simultan dari beberapa variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Analisis regresi digunakan oleh peneliti apabila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naikturunnya) variabel dependen, dan apabila dua atau lebih variabel independen sebagai prediktor dimanipulasi atau dinaik turunkan nilainya (Sugiyono, 2002: 90). Analisis regresi dapat memberikan jawaban mengenai besarnya pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel
53
dependennya. Dalam penelitian ini model regresi berganda yang akan dikembangkan adalah sebagai berikut : Y = α + â1
1
+ â2
2
+ â3
3
+ â4
4
+ â5
5
+ â6 + e
Keterangan : Y = nilai perusahaan α = Konstanta 1
= earning management
2
= jumlah dewan komisaris
3
= kepemilikan institusional
4
= kepemilikan manajerial (dummy)
5
= kualitas auditor (dummy)
6
= ukuran perusahaan (dummy)
â1 = Koefisien regresi earning management â2 = Koefisien regresi jumlah dewan komisaris â3 = Koefisien regresi kepemilikan institusional â4 = Koefisien regresi kepemilikan manajerial â5 = Koefisien Regresi kualitas auditor â6 = Koefisien Regresi ukuran perusahaan e = error term
54
4.
Koefisien Determinasi ( Koefisien
)
determinasi
(
2
)
ini
digunakan
untuk
menggambarkan kemampuan model menjelaskan variasi yang terjadi dalam variabel dependen (Ghozali, 2005). Koefisien determinasi (( korelasi ( 5.
2
2
) dinyatakan dalam persentase. Nilai koefisien
) ini berkisar antara 0 <
2
< 1.
Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependent. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan, sedangkan variabel independent dalam penelitia ini adalah
earnings
management,
mekanisme
corporate
governance, dan ukuran perusahaan. a.
Uji Statistik t Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara linier antara variabel bebas dan variabel tergantung. Ho : β = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari masing-masing
variabel
independen
terhadap variabel dependen. Ha : β ≠ 0, ada pengaruh yang signifikan dari masingmasing variabel independen terhadapriabel dependen,
55
Untuk mengetahui besarnya pengaruh masingmasing variabel independen secara individual (parsial) terdapat variabel dependen dengan melakukan uji t. Apabila -
<−
;
>
maka
Ho ditolak dan Ha diterima, artinya variabel independen secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Apabila -
≥
≤
maka Ho
diterima dan Ha ditolak, artinya variabel independen secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. b. Uji Statistik F Uji F digunakan untuk menguji signifikasi koefisien regresi secara keseluruhan dan pengaruh variabel bebas secara bersama-sama. rumusan hipotesis: Ho : βi = 0, artinya tidak terdapat pengaruh secara bersamasama antara variabel independen terhadap variabel dependen Ha : βi ≠ 0, artinya terdapat pengaruh secara bersama sama antara variabel independen terhdap variabel dependen
56
a. Apabila
<
ℎ
maka Ho diterima dan Ha ditolak
artinya tidak ada pengaruh antara variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat. b. Apabila
>
ℎ
maka Ha diterima dan Ho ditolak
artinya ada pengaruh antara variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat. Uji F dapat dilakukan hanya dengan melihat nilai signifikansi F yang terdapat pada output hasil analisis regresi menggunakan SPSS v.16. jika angka signifikansi F lebih kecil dari α (0,05) maka dapat dikatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan. F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Dalam penelitian ini digunakan berbagai variabel yang digunakan untuk melakukan analisis data. Variabel tersebut terdiri dari
variabel dependent
dan
variabel independent.
Variabel
independent dalam penelitian ini adalah earnings management, mekanisme corporate governance, dan ukuran perusahaan. sedangkan variabel dependent adalah nilai perusahaan. a.
Variabel Independent Variabel independent merupakan variable bebas yang tidak dipengaruhi
oleh
variabel
apapun.
Variabel
independen
merupakan variabel yang mempengaruhi variabel dependent.
57
Variabel independent yang digunakan dalam penelitian ini adalah earning management yang dipromosikan dengan discretionary accrual. 1.
Earning management Menurut Surifah (1999) earnings management dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan apabila digunakan untuk pengambilan keputusan, karena earnings management merupakan suatu bentuk manipulasi atas laporan keuangan yang menjadi sarana komunikasi antara manajer dan pihak eksternal perusahaan. Earnings management diproksikan dengan menggunakan discretionary accrual. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh dechow et al (1995). Umumnya poin awal dalam pengukuran discretionary accruals adalah total accruals, dimana total accruals tersebut terdiri dari komponen non discretionary accruals (NDAC) dan discretionary accruals (DAC). Selanjutnya model yang digunakan oleh Jones digunakan untuk menciptakan komponen non discretionary. Model pengukuran dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut : a.
Total accruals Total accruals dalam penelitian ini didefinisikan sebagai selisih antara laba bersih operasi dengan arus kas operasional.
58
TACᵼ/ TAᵼ-₁ = (NIᵼ - OFᵼ)/ TAᵼ-₁ Dimana : TACᵼ
: total accruals
NIᵼ
: laba bersih operasi
OFCᵼ
: aliran kas dari aktivitas operasi
TAᵼ-₁
: total aset tahun sebelumnya
( sumber : modified jones. 2001) b.
Non discretionary accruals Model jones mengansumsikan bahwa komponen non discretionary accruals adalah konstan (dechlow et al. 1995). Model perputaran
tersebut
mengontrol
ekomoni
perusahaan
efek
perubahan
terhadap
non
discretionary accruals. Modelnya adalah sebagai berikut NDAC = (1/ TAᵼ-₁) + (REV – REC)/ TAᵼ-₁ + PPE/TAᵼ-₁
Dimana : NDAC
: Non discretionary accruals
TAᵼ-₁
: total aset tahun sebelumnya
REV
: pendapatan
REC
: piutang
PPEᵼ-₁
: aktiva tetap
(sumber : modified jones. 2001)
59
c.
Discretionary accruals Discretionary accruals dapat dirumuskan sebagai berikut : DACᵼ = TACᵼ/ TAᵼ-₁ - NDACᵼ Dimana : DACᵼ
: discretionary accruals
TACᵼ
: total accruals
NDACᵼ
: non discretionary accrulas
Tanpa earning management, maka total akrual perusahaan 1 pada tahun t akan dapat dijelaskan oleh kondisi perusahaan. Discretionary accruals mengindikasiakn tingkat akrual hasil earning management. Rekayasa menaikkan laba diindikasikan dengan nilai DACᵼ yang positif, sedangkan rekayasa menurunkan laba diindikasiakn dengan nilai DACᵼ yang negatif.
60
2.
Mekanisme Corporate Governance a.
Jumlah dewan komisaris Dewan komisaris diukur berdasarkan jumlah dewan komisaris yang ada dalam suatu perusahaan. Jumlah dewan komisaris digunakan sebagai alat ukur karena
adanya
keterbatasan
informasi
mengenai
komisaris independen pada sampel dan belum adanya peraturan yang mewajibkan komisaris independen dalam perusahaan. b.
Kepemilikan institusional Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh semua jenis institusi, baik institusi keuangan maupun non keuangan. Variabel ini diukur dari jumlah persentase saham yang dimiliki oleh institusi.
c.
Kepemilikan manajerial Kepemilikikan manajerial adalah ada tidaknya komisaris dan direksi yang memiliki saham pada perusahaan dimana mereka menjabat sebgai komisaris dan direksi. Jumlah kepemilikan manajerial sebagaian besar
kurang dari 1%,
sehingga
variasi
jumlah
kepemilikan manajerial tidak banyak, sehingga variabel ini menggunakan dummy, yaitu 0 jika tidak terdapat
61
kepemilikan manajerial dan 1 jika terdapat kepemilikan manajerial. d. Ukuran KAP Kualitas audit diukur dengan menggunakan ukuran KAP. Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajer dan para pemegang saham dengan menggunakan pihak luar untuk memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan (Meutia, 2004). Klasifikasi akuntan publik dalam penelitian ini menggunakan dummy variable. Jika perusahaan diaudit oleh KAP Big 4 maka akan dinilai satu, sedangkan jika tidak diaudit oleh KAP Big 4 makan nilainya nol. Laporan keuangan yang berkualitas merupakan salah satu elemen penting dari corporate governance. Kategori KAP Big 4 di Indonesia, yaitu: 1. KAP Price Waterhouse Coopers, yang berkerjasama dengan KAP Drs. Hadi Susanto dan rekan, dan KAP Haryanto Sahari. 2. KAP KPMG (Klynveld peat Marwick Goerdeler), yang bekerjasama dengan KAP Sidharta-Shidarta dan Wijaya.
62
3. KAP Ernest and Young, yang bekerjasama dengan KAP Drs. Sarwoko dan Sanjoyo, Prasetyo Purwanto. 4. KAP Deloitte Touche Thomatsu, yang bekerjasama dengan KAP Drs. Hans Tuanoka dan Osaman Bing Satrio. 3.
Ukuran Perusahaan Besar
kecilnya
ukuran
perusahaan
diukur
berdasarkan pada rata-rata total assets perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mulai tahun 20082011. Menurut Yenny Charlemagne (2005) dalam Asnawi dan Wijaya (2006: 9), ukuran perusahaan berdasarkan total assets dikategorikan menjadi dua kriteria, yaitu : 1. Perusahaan besar, kriterianya : total assets lebih besar dari 400 milliar. 2. Perusahaan kecil, kriterianya : total assets lebih kecil dari 400 milliar. Variabel ukuran perusahaan berdasarkan total assets dibentuk menjadi variabel dummy, yaitu : perusahaan besar dengan nilai dummy 1 dan perusahaan kecil dengan nilai dummy 0.
63
b. Variabel Dependent Variabel dependent merupakan variabel terikat dan dipengaruhi oleh variabel lainnya (Ghozali, 2005). Variabel dependent yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan. Nilai perusahaan merupakan gambaran dari kesejahteraan pemegang saham. Semakin tinggi nilai perusahaan maka dapat menggambarkan semakin sejahtera pula pemiliknya. Nilai perusahaan dapat tercermin dari harga sahamnya, Jika harga saham perusahaan tinggi maka dapat disimpulkan bahwa nilai perusahaan tersebut juga baik. Menurut Kesuma (2009: 40), harga saham adalah nilai nominal penutupan (closing price) dari penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas yang berlaku secara reguler di pasar modal di Indonesia. Menurut Weston dan Brigham (1993) dalam Sri Rahayu (2010: 7), harga saham didefinisikan sebagai: ”The price at which stock sells in the market.” Sedangkan, harga pasar saham adalah nilai pasar sekuritas yang dapat diperoleh investor apabila investor
menjual atau
membeli saham,
yang ditentukan
berdasarkan harga penutupan atau closing price di bursa pada hari yang bersangkutan. Jadi, harga penutupan atau closing price
64
merupakan harga saham terakhir kali pada saat berpindah tangan di akhir perdagangan.
65
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Penelitian ini menguji pengaruh earning management yang diproksikan dengan discretionary accrual, corporate governance yang diukur dengan dewan komisaris, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan klasifikasi akuntan publik serta ukuran perusahaan yang merupakan variabel independen terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan menggunakan harga saham penutupan yang merupakan variabel dependen. Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan mempublikasikan laporan keuangan untuk periode 2008 - 2011. Sedangkan untuk pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling yang
diakses
melalui
website
seperti
www.idx.com
dan
www.duniainvestasi.com . Secara terperinci proses pemilihan sampel adalah sebagai berikut :
66
Tabel 4.1 Penentuan Jumlah Sampel Keterangan
Jumlah
Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
116
selama tahun 2008-2011 Perusahaan yang tidak menyajikan laporan keuangan
23
secara utuh Perusahaan
yang
tidak
mempublikasikan
laporan
7
Perusahaan yang tidak menyajikan laporan keuangan
2
keuangan
dalam bentuk rupiah Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel
84
Sumber : sumber data diolah Berdasarkan data dalam tabel 4.1 terlihat bahwa jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2008 sampai 2011 sebanyak 116 perusahaan. Dari 116 perusahaan tersebut terdapat 23 perusahaan yang tidak secara utuh menyajikan laporan keuangannya,
7
perusahaan
tidak
mempublikasikan
laporan
keuangannya dan 2 perusahaan yang tidak menyajikan laporan keuangan dalam bentuk rupiah. Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh jumlah sampel sebanyak 84 perusahaan yang memenuhi kriteria yang ditentukan. Dengan peggabungan data penelitian selama 4 tahun dalam satu analisis, maka jumlah observasi dalam penelitian adalah 336 data observasi.
67
B. Hasil analisi dan pembahasan 1. Uji Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan nilai maksimum, minimum dan rata-rata masing-masing variabel penelitian
yang
digunakan.
Alat
yang
digunakan
untuk
mendeskripsikan variabel dalam penelitian ini adalah nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean) dan standar deviasi. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
earning
management
yang
diproksikan
dengan
discretionary accrual, corporate governance yang diukur dengan dewan
komisaris,
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional dan klasifikasi akuntan publik serta ukuran perusahaan yang merupakan variabel independen terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan menggunakan harga saham penutupan yang merupakan variabel dependen. Hasil pengujian variabel-variabel tersebut secara deskriptif dijelaskan seperti berikut ini : a.
Earning management Berdasarkan perhitungan dengan rumus model Jones yang dimodifikasi (Riahi-Belkoui, 2007) maka didapat hasil perhitungan statistik deskriptif manajemen laba tahun 2008, 2009, 2010, dan 2011 dengan spss 16.0 sebagai berikut :
68
Tabel 4.2 Descriptive Statistics
N
Minimum
Earning
336
Valid N (listwise)
336
-1.19
Maximum 1.80
Mean
Std. Deviation
-.0042
.27433
Sumber: data diolah Berdasarkan bahwa
nilai
hasil statistik deskriptif diatas, terlihat
minimum dari earning management
yang
diproksikan dengan discretionary accrual sebesar -1,19 yang membuktikan besaran income descreasing (salah satu model manajemen laba) dengan tujuan agar laba terlihat lebih kecil dari yang seharusnya, sedangkan nilai maksimum 1,80 membuktikan bahwa income increasing yang termasuk pola manajemen laba telah dilakukan didalam perusahaan sampel, hal ini didukung oleh bonus plan hypotesis, bahwa manjer meningkatkan laba dengan tujuan untuk memperoleh bonus yang dihitung atas dasar laba. Standar deviasi pada tabel menunjukkan kemiringan data pada nilai 0,27433 dengan nilai rata – rata populasi -0,0042 nilai
mean ini dibawah nilai dari standar deviasi hal ini
menunjukkan bahwa data tidak terdapat outliet (Sujianto, 2009).
69
b.
Jumlah Dewan komisaris Dewan
komisaris
adalah
proksi
dari
corporate
governance yang diukur berdasarkan jumlah dewan komisaris yang ada dalam suatu perusahaan. Hasil perhitungan statistik deskriptif untuk jumlah dewan komisaris selama tahun periode penilitian dengan SPSS 16.0 adalah sebagai berikut : Table 4.3 Descriptive Statistics N Komisaris
336
Valid N (listwise)
336
Minimum 2.00
Maximum 11.00
Mean 4.3185
Std. Deviation 1.82595
Sumber : data sekunder diolah Dari hasil pengujian table 4.3 menunjukkan bahwa nilai minimum komisaris independen sebesar 2,00 atau 2 orang yang dimiliki oleh PT. Inti Keramik Alam Asri Industri.Tbk dan PT Beton Jaya Manunggal. Tbk selama periode 2008-2011 dan nilai maksimum sebesar 11,00 atau 11 orang yang dimiliki oleh PT Astra Internasional. Tbk pada tahun 2010 dan 2011. Nilai mean sebesar 4,3185 atau 4 orang dan standar deviasi dari dewan komisaris independen sebesar 1,82595 atau 2 orang.
70
c.
Kepemilikan institusional Kepemilikan saham institusioal diukur dari jumlah persentase
saham
yang
dimiliki
oleh
institusi
disetiap
perusahaan. Maka hasil statistik deskriptif kepemilikan saham institusional adalah sebagai berikut : Table 4.4 Descriptive Statistics N institusional
336
Valid N (listwise)
336
Minimum
Maximum
.00
Mean
99.14 71.5869
Std. Deviation 19.03245
Sumber : data diolah Pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa sampel yang kepemilikan saham institusionalnya terbesar adalah PT. Bentoel Internasional Investama Tbk ditahun 2010 yaitu sebesar 99,14% dan sampel dengan proporsi kepemilikan saham institusional terkecil adalah PT. Beton Jaya Manunggal Tbk pada tahun 2008-2009. Untuk besaran
rata-rata komposisi saham yang
dimiliki oleh pihak institusional dari banyaknya jumlah data yang diteliti sebesar 71,59%. standar deviasi dari kepemilikan saham institusional sebesar 19,03245, nilai ini menunjukkan besarnya keragaman dari kepemilikan saham instituonal yang diteliti.
71
d.
Kepemilikan Manajerial Dalam penelitian ini kepemilikan manajerial diukur dengan dummy variable, apabila ada kepemilikan manajerial dalam perusahaan maka akan dinilai satu jika tidak maka nol. hasil statistik deskriptif kepemilikan manajerial adalah sebagai berikut : Table 4.5 Descriptive Statistics N Manajerial
336
Valid N (listwise)
336
Minimum
Maximum
.00
Mean
1.00
.2411
Std. Deviation .42837
Sumber: data diolah variabel kepemilikan manajerial memiliki nilai minimum sebesar 0,00% dan nilai maksimum sebesar 100%. Nilai ratarata variabel ini adalah sebesar 0,2411 dengan standar deviasi sebesar 0,42837. Hal ini berarti bahwa manajer perusahaan memiliki 24% saham dari seluruh saham perusahaan. e.
Klasifikasi Akuntan Publik Klasifikasi
akuntan
publik
dalam
penelitian
ini
menggunakan dummy variable. Jika perusahaan diaudit oleh KAP Big 4 maka akan dinilai satu, sedangkan jika tidak diaudit oleh KAP Big 4 makan nilainya nol. hasil statistik deskriptif klasifikasi akuntan publik adalah sebagai berikut : 72
Table 4.6 Descriptive Statistics N
Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
Kap
336
.00
.49215
Valid N (listwise)
336
1.00
.4077
Sumber : data sekunder diolah Variabel klasifikasi akuntan publik memiliki nilai minimum sebesar 0,00% dan nilai maksimum sebesar 100%. Nilai rata-rata variabel ini adalah sebesar 0,4077 sedangkan nilai standar devisasi sebesar 0,49215. Hal ini berarti bahwa perusahaan sampel rata-rata menggunakan kalsifikasi akuntan publik yang berkualitas sebesar 40%. Penggunaan akuntan publik
yang
berkualitas
akan
mengurangi
kesempatan
perusahaan untuk melakukan kecurangan dalam menyajikan informasi yang tidak akurat. f.
Ukuran perusahaan Menurut Yenny Charlemagne (2005) dalam Asnawi dan Wijaya (2006), ukuran perusahaan berdasarkan total assets dikategorikan menjadi dua kriteria, yaitu : 1. Perusahaan besar, kriterianya : total assets lebih besar dari 400 milliar. 2. Perusahaan kecil, kriterianya : total assets lebih kecil dari 400 milliar.
73
Variabel ukuran perusahaan berdasarkan total assets dibentuk menjadi variabel dummy, yaitu : perusahaan besar dengan nilai dummy 1 dan perusahaan kecil dengan nilai dummy 0. Hasil statistik deskriptif ukuran perusahaan adalah sebagai berikut : Tabel 4.7 V
Descriptive Statistics
a
N
Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
Size
336
.00
.43870
Valid N (listwise)
336
r i
1.00
.7411
sumber: data diolah Tabel ukuran perusahaan memiliki nilai minimum sebesar 0,00% dan nilai maksimum sebesar 100%. Nilai ratarata variabel ini adalah sebesar 0,7411 sedangkan nilai standar devisasi sebesar 0,4387. Hal ini berarti perusahaan sampel dapat dikategorikan
dalam
perusahaan
besar
dengan
tingkat
persebaran data sebesar 0,4387 karena memiliki nilai standar deviasi yang lebih kecil dari nilai rata – rata (0,43870 < 0,7411), sehingga dapat disimpulkan hampir semua perusahaan sampel memiliki ukuran perusahaan yang sama.
74
g.
Nilai perusahaan Nilai perusahaan di-proksi-kan harga saham penutupan sebagai dasar perhitungannya. Adapun hasil perhitungan statistik deskriptif nilai perusahaan adalah sebagai berikut : Table 4.8 Descriptive Statistics N
Minimum Maximum
Mean
Std. Deviation
Nilai
336
1.06
2.39722
292.33617
Valid N (listwise)
336
1620.00
Sumber : data sekunder diolah Dilihat dari tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa nilai minimum nilai perusahaan sebesar 1,06 sedangkan nilai maksimum sebesar 1620 dan mean sebesar 2,39722 dengan standar deviasi 292,33617. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan yang digunakan sampel memiliki nilai positif (meningkat). Homongan Siallagan dan Mas’ud Machfoedz (2006). 2. Uji asumsi klasik a.
Uji normalitas Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode propability-plot (p-plot), pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal.
75
Pengujian normalitas yang dilakukan dalam penelitian ini untuk menguji apakah data telah berdistribusi normal atau tidak, adapun hasil yang didapat adalah sebagai berikut : Gambar 4.1 P- plot
Dari gambar 4 memperlihatkan penyebaran data yang ada disekitar dan mengikuti garis diagonal. Ini menunjukkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas. b.
Uji Multikoloniearitas Multikolonealitas menunjukkan apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (variabel independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi antar variabel independennya. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi
76
adanya masalah multikolinearitas, salah satu metodenya ialah dengan melihat nilai korelasi parsial. Uji dilakukan
multikolinearitas dengan
dengan
membandingkan
korelasi antara
parsial koefesien
determinasi keseluruhan dengan nilai koefesien korelasi parsial semua variabel bebasnya. Jika nilai koefesien determinasi keseluruhan lebih besar dari nilai koefesien parsial semua variabel bebasnya maka model tersebut tidak mengandung gejala multikolinearitas (Suliyanto, 2011: 88). Hasil uji multikolonieritas terhadap data ditunjukkan pada tabel berikut ini :
Model 1
R a
.772
Tabel 4.9 Hasil uji multikolinearitas Summaryb M o Adjusted R Std. Error of the d R Square Square Estimate e l .596 .589 .27104
Sumber : data diolah
77
Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients
Correlations
Coefficients
Std. Model
B
Error
1 (Constant)
.394
.017
Earning
-.061
.028
Komisaris
-.059
ZeroBeta
t
Sig.
order
Partial
Part
23.099
.000
-.114
-2.187
.029
.471
-.120
-.077
.052
-.041
-1.124
.262
.082
-.062
-.039
.188
.025
.267
7.463
.000
.376
.380
.261
Manajerial
-.011
.018
-.021
-.599
.549
.016
-.033
-.021
Kap
-.167
.087
-.204
-1.929
.055
.659
-.106
-.068
.778
.098
.954
7.958
.000
.721
.402
.279
Institusional
Ukuran
Sumber : data sekunder diolah Berdasarkan output pada model summary terlihat bahwa koefesien determinasi secara keseluruhan adalah sebesar 0.596 sedangkan untuk nilai korelasi parsial yang terlihat bahwa nilai-nilainya tidak ada yang lebih besar dari koefesien determinasi keseluruhannya, hal ini menunjukkan bahwa model regresi yang terbentuk tidak terjadi gejala multikolinearitas. c.
Uji Autokolerasi Untuk mengetahui ada tidaknya masalh autokorelasi digunakan uji Durbin Watson. Uji D-W hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat stud an mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regersi dan tidak ada
78
variabel lagi diantara variabel independen (Ghozali, 2005: 96). Panduan mengenai angka D-W untuk mendeteksi autokorelasi biasa dilihat pada table D-W, yang biasa dilihat pada buku stastistik yang relevan. Namun demikian secara umum biasa diambil patokan (Santoso, 2000: 219) : 1.
Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif
2.
Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi
3.
Angka D-W di atas +2 berarti ada Autokorelasi negatif Tabel 4.10 Hasil uji autokolerasi Model Summaryb
Model
R
R Square
1
.772
a
.596
Adjusted R
Std. Error of
Durbin-
Square
the Estimate
Watson
.589
.27104
1.900
Sumber: Data Diolah Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa nilai Durbin- Watson sebesar 1,900. Hal ini menunjukkan bahwa nilai Durbin –Watson berada diantara -2 sampai +2, artinya tidak ada masalah autokorelasi dalam penelitia ini. Ukuran yang diambil berdasarkan sumber Singgih Santoso (2000: 219).
79
d.
Uji heterokedastisitas Heterokedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Hasil pengujian dapat diamati dengan menggunakan grafik scatterplot. Gambar 4.2 Hasil uji heterokedastisitas
Gambar 4.2 Hasil uji heteroskedastisitas Dari grafik scatterplot diatas terlihat bahwa titiktitik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi yang dipakai.
80
3.
Koefesien determinasi (adjusted R²) Koefesien determinasi bertujuan untuk menerangkan seberapa jauh kemampuan variabel-variabel independen menjelaskan
variabel
dependen.
Kelemahan
dalam
menggunakan R² adalah adanya bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model. Dalam penelitian ini digunakan nilai adjusted R² untuk mengukur
kemampuan
variabel-variabel
independen
menjelaskan variabel dependen. Tabel 4.11 Hasil analisis adjusted R² Model Summaryb Model
R
R Square a
1
.772
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.596
.589
.27104
Sumber : data sekunder diolah Tabel 4.11 menunjukkan nilai R² sebesar 0.723. hal ini berarti nilai perusahaan sebagai variabel dependen yang diproksikan dengan harga saham dapat dijelaskan oleh variabel independen yang diproksikan dengan management,
kepemilikan
institusional,
earning
kepemilikan
managerial, klasifikasi akuntan publik, jumlah komisaris independen dan ukuran perusahaan sebesar 72%. sedangkan sisanya 28% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diikutsertakan dalam model seperti manajemen resiko,
81
leverage (Uyun, 2011), bonus kompensasi, komite audit dan ukuran dewan direksi (Praditha, 2011), serta corporate social responsibility (Permanasari, 2010). 4.
Uji hipotesis a. Uji Individu (uji t) Uji t bertujuan untuk menguji seberapa jauh variabel-variabel independen secara individu menerangkan variabel dependen (ghozali, 2005). Berikut pengujiannya : Tabel 4.12 Hasil uji regresi variabel Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Std. Model 1
B (Constant)
Error .394
.017
Earning
-.061
.028
Komisaris
-.059
Beta
t
Sig.
23.099
.000
-.114
-2.187
.029
.052
-.041
-1.124
.262
.188
.025
.267
7.463
.000
Manajerial
-.011
.018
-.021
-.599
.549
Kap
-.167
.087
-.204
-1.929
.055
.778
.098
.954
7.958
.000
Institusional
Ukuran
Sumber : data sekunder diolah Berdasarkan tabel 4.12 diatas maka persamaan regresinya dapat dirumuskan sebagai berikut: Y = 0,394 – 0,061 − 0,011
− 0,059 ₂ + 0,188
D − 0,167
+ 0,778
D
D+e
82
Untuk menguji hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak dengan melihat tingkat signifikasi (pada kolom sig) di tabel 4.12 maka hipotesis penelitian tentang pengaruh antar variabel .dependen dan variabel independen secara individu dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Earning management terhadap nilai perusahaan Hasil pengujian hipotesis 1 mengenai pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan menunjukkan koefesien 0,114 nilai t sebesar -2,187 dengan signifikansi sebesar 0,029. Nilai signifikansi pengujian tersebut lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian variabel earnings management
mempunyai
pengaruh
yang
signifikan
terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian, hipotesis 1 yang
menyatakan
bahwa
earning
management
berpengaruh terhadap nilai perusahaan diterima. Hasil ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Paramita (2008), Diah Ayu Pratiwi (2010) yang menyatakan bahwa earning management mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan agency theory bahwa hubungan keagenan dapat menimbulkan konflik kepentingan antara pemilik (investor) dan manajer (agen). Kontrak dibuat dengan harapan dapat meminimalisir konflik kepentingan 83
tersebut. Hasil penlitian ini menemukan bahwa tindakan earning management yang dilakukan oleh manajer tidak akan memberikan reaksi yang menguntungkan yang nantinya
akan
berdampak
pada
penurunan
nilai
perusahaan yang tercermin pada harga saham itu sendiri, sehingga ketika tujuan yang dimiliki antara pihak manajemen dan pihak pemodal berbeda maka konflik keagenan tidak dapat dihindari dalam perusahaan tersebut. Pihak manajemen akan merugikan pemilik modal dengan berperilaku tidak etis dan opportunistic yang dapat memberikan dampak pada kualitas labai. Laba yang bersifat oportunis yang memiliki kualitas rendah tidak akan mewakili informasi yang sebenarnya yang tentunya akan sangat merugikan bagi para investor dan
juga
perusahanan sebab hal ini berhubungan dengan nilai dari perusahaan tersebut yang tercermin dari harga saham yang ditransaksikan. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Theresia (2005) Ujiyanto dan Pramuka (2007). Earning management (discrecionary accrual) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan.
84
2) Jumlah Dewan Komisaris terhadap nilai perusahaan Dari hasil uji t pada tabel 4.12 menunjukkan nilai koefesien sebesar 0,041 dengan nilai t sebesar -1,124 dan nilai signifikan dewan komisaris sebesar 0,262. Nilai signifikansi pengujian tersebut lebih besar dari 0,05. yang berarti dewan komisaris tidak
berpengaruh secara
signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Sylvia (2005) dan Rizal (2008) yang menyatakan bahwa dewan komisaris tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Namun
penelitian
ini
bertentangan
dengan
penelitian yang dilaukuan oleh Mas’ud dan Hamonangan (2006)
yang
menyatakan
bahwa
dewan
komisaris
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
3) Kepemilikan institusional terhdap nilai perusahaan Berdasarkan tabel 4.12 menunjukkan koefesien 0,267
nilai t sebesar 7,463 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,000. Nilai signifikansi pengujian tersebut lebih kecil dari 0,05, yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan.
85
Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan, kartika (2007) Rizal (2008) dan Diah Ayu Pratiwi (2010) serta Serli (2011) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini mungkin dikarenakan pihak institusional dapat mengontrol perusahaan dengan lebih teliti sehingga kemungkinan manajemen melakukan manajemen laba dapat dikurangi yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai dari perusahaan tersebut. Namun
penelitian
ini
bertentangan
dengan
penelitian yang dilakukan oleh Midiastuty dan Machfoedz (2003) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh sigtifikan terhadap nilai perusahaan. 4) Kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan Tabel 4.12 menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial memiliki tingkat koefesien 0,021. nilai t sebesar -0,599
dan signifikansi sebesar 0,549. tingkat
signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05 yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa kepemilikan
manajerial
tidak
berpengaruh
secara
signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Permanasari (2010) yang menyatakan bahwa kepemilikan
86
manajerial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan, begitu juga dengan penelitian Rustendi dan Jimmy (2008). Penolakan hipotesis ini kemungkinan terjadi dikarenakan kepemilikan manajerial terlalu rendah sehingga kinerja manajer dalam mengelola perusahaan kurang optimal dan manajer sebagai pemegang saham minoritas belum dapat berpartisipasi aktif dalam membuat suatu keputusan diperusahaan, sehingga tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Gudono (2000) dan Mehran (1994). Kedua peneliti
tersebut
manajerial
menyatakan
berpengaruh
bahwa
signifikan
kepemilikan
terhadap
nilai
perusahaan.
5) Klasifikasi akuntan publik terhadap terhadap nilai perusahaan Variabel klasifikasi akuntan publik memiliki nilai koefesien sebesar 0, 204 dengan nilai t sebesar -1,929 dan nilai signifikansi sebesar 0, 055. Nilai signifikansi pengujian tersebut lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti klasifikasi akuntan publik tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
87
Penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Siregar dan Utama (2006) menyatakan bahwa KAP tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Semakin tinggi atau bagusnya kualitas dari auditor tidak berpengaruh
terhadapi
nilai
perusahaan.
Laporan
keuangan yang diaudit oleh auditor bereputasi dipercaya lebih berkualitas sehingga dapat menampilkan nilai perusahaan yang sebenarnya, namun investor tidak terlalu merespon hal ini. Investor cenderung melihat peran monitoring yang dilakukan dewan komisaris dalam meningkatkan nilai dari perusahaan tersebut. Namun,
Penelitian
ini
bertentangan
dengan
penelitian yang dilakukan oleh Herawaty (2008) yang menyatakan bahwa klasifikasi akuntan publik yang diukur dengan KAP Big 4 dan Non big 4 berpengaruh terhadap nilai perusahaan. 6) Ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan Ukuran perusahaan memiliki nilai koefesien sebesar
0, 954 dengan nilai t sebesar 7,958 dan nilai
signifikansi sebesar 0,000 Nilai signifikansi pengujian tersebut lebih kecil dari 0,05 yang berarti bahwa Ha dierima dan Ho ditolak. hasil tersebut menunjukkan bahwa
88
variabel
ukuran
perusahaan
berpengaruh
signifikan
terhadap nilai perusahaan dengan tingkat signifikansi 0,05. Ukuran perusahaan dapat diproksi melalui Total Asset (TA) atau kekayaan perusahaan pada akhir tahun (Taswan, 2003). Jika perusahaan memiliki total asset yang besar maka pihak manajemen akan lebih leluasa dalam menggunakan asset yang ada di perusahaan tersebut. Kemudahan dalam mengendalikan asset perusahaan akan meningkatkan
nilai
perusahaan.
Sehingga,
investor
cenderung menyukai perusahaan yang dengan kemampuan memunculkan dana yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hasil ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rachmawati dan Hanung (2007) serta Herawaty
(2008), yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dimana semakin besar ukuran suatu perusahaan maka nilai perusahaan akan semakin meningkat.
Temuan ini
menunjukkan bahwa investor mempertimbangkan ukuran perusahaan dalam membeli saham. Ukuran perusahaan dijadikan patokan bahwa perusahaan tersebut mempunyai nilai perusahaan yang baik.
89
Namun hasil ini berbeda dengan penelitian Darmawati (2005) maupun penelitian Siallagan dan Mas’ud
(2006)
yang
menyatakan
bahwa
ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. b. Uji simultan (uji F) Signifikansi model regresi pada penelitian ini diuji dengan melihat nilai signifikansi (pada kolom sig) dan nilai F tabel. Hasil analisis regresi disajikan dalam tabel berikut ini : Tabel 4.13 Hasil uji simultan b
ANOVA
Sum of Model 1
Squares
Mean df
Square
Regression
35.723
6
Residual
24.169
329
Total
59.892
335
F
5.954 81.046
Sig. a
.000
.073
Sumber : data sekunder yang diolah Dari hasil analisis regresi tersebut, didapat nilai F tabel adalah 81,046 dengan tingkat signifikansi 0,001 oleh karna lebih kecil dari 0,05 maka model regresi panelitian ini dapat dipakai untuk memprediksi nilai perusahaan. Berdasarkan tingkat signifikansi dari tabel 4.13 tersebut lebih kecil dari 0,05 bararti Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara simultan (bersama-sama) earning management, jumlah
90
dewan komisaris, kepemillikan institusional, kepemilikan manajerial,
klasifikasi
perusahaan
berpengaruh
akuntan
publik
terhadap
nilai
dan
ukuran
perusahaan.
Dengan kata lain, model regresi yang terbentuk adalah signifikan.
91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh variabel independen yaitu earning management yang di proksikan dengan discrecionary accrual, mekanisme corporate governance yang di proksikan dengan jumlah dewan komisaris,
kepemilikan
institusional,
kepemilikan
manajerial,
klasifikasi akuntan publik serta ukuran perusahaan yang diproksikan berdasarkan total aset yang dimiliki perusahaan terhadap nilai perusahaan yang di proksikan dengan harga saham penutupan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2011. Dari hasil analisa dan pembahasan dari bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Tindakan earnings management berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini menjelaskan bahwa earnings management dapat menurunkan nilai perusahaan. 2. Mekanisme corporate governance yang diproksikan dengan jumlah dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. 3. Mekanisme corporate governance yang diproksikan dengan kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan terhadap
93
nilai perusahaan. Hal ini menjelaskan bahwa kepemilikan saham institusional dapat meningkatkan nilai perusahaan. 4. Mekanisme corporate governance yang diproksikan
dengan
Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. 5. Mekanisme corporate governance yang diproksikan dengan Klasifikasi akuntan publik tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. 6. Ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini menjelaskan bahwa ukuran perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan. B. Implikasi Hasil keseluruhan penelitian menunjukkan bahwa earning management, kepemilikan saham institusional dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Artinya setiap penambahan kepemilikan saham institusional dan ukuran perusahaaan akan meningkatkan nilai perusahaan tersebut, sedangkan peningkatan tindakan earning management akan menurunkan nilai dari perusahaan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka penelitian ini dapat di implikasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan seperti bagi:
94
1.
Manajemen perusahaan Manajemen perusahaan harus lebih jujur dalam melaporkan laporan keuangan perusahaannya agar para pengguna laporan keuangan tersebut tidak merasa dibohongi dan agar kepercayaan pihak-pihak yang bersangkutan meningkat yang akhirnya akan meningkatkan nilai dari perusahaan itu sendiri.
2.
Investor dan kreditur Para investor dan kreditur harus lebih berhati-hati dalam melakukan investasi maupun memberikan pinjaman terhadap perusahaan
yang
peran
monitoringnya
lemah
sehingga
mengakibatkan mudahnya terjadi kecurangan-kecurangan di dalam perusahaan tersebut. 3. Pemerintah Pemerintah harus lebih teliti dan berhati-hati terhadap perusahaan yang melaporkan labanya dalam jumlah yang tidak wajar karna hal itu mengindikasikan terjadinya tindakan earning management yang bertujuan untuk mengurangi beban pajak yang menjadi kewajiban perusahaan tersebut. 4. Pihak akademik Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi dunia akademik khususnya ilmu pengetahuan sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan
teori-teori
yang
berhubungan
dengan
nilai
95
perusahaan, faktor-faktor yang dapat meningkatkan maupun menurunkan nilai dari sutu perusahaan C. Saran Beberapa
saran
yang
dikemukakan
dengan
adanya
keterbatasan penelitian, antara lain: 1. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperpanjang periode penelitian dan menambahkan jumlah sampel sehingga data yang digunakan semakin mendekati kondisi yang sebenarnya. 2. Bagi penelitian selanjutnya agar menggunakan proksi lain seperti komite audit, dewan direksi, dewan komisaris independen sebagai mekanisme corporate governance. 3. Bagi
penelitian
selanjutnya
agar
menambahkan
variabel
independen lainnya yang mempengaruhi nilai perusahaan.
96
DAFTAR PUSTAKA
Ali Irfan 2002. Pelaporan Keuangan dan Asimetri Informasi dalam Hubungan Agensi. Lintasan Ekonomi Vol. XIX. No.2. Juli 2002. Anthony, Robert N dan Vijay Govindarajan. 2005. Management Control System Buku 2, Jakarta: Salemba Empat. Ardi Murdoko Sudarmadji & Lana Sularto: Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage Dan Tipe Kepemilikan Perusahaan Terhadap Luas Voluntary Disclosure Laporan keuangan Tahunan. PESAT. Vol. 2. 2007. Anto Dajan, 1996, Pengantar Metode Statistik, Jilid Kedua, LP3ES, Jakarta. Aziz, Abdul Khalik, 2012. Pengaruh Growth, Manajemen Laba, dan Cahs Flow Terhadap Kebijakan Dividen dengan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Moderating. Skripsi, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Belkaoui, Ahmed.2007. Accounting Theory Teori akuntansi Buku dua, Salemba Empat :Jakarta. Boediono, Gideon SB. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi Volume 8. Brigham & Houston. 2006. Fundamentals Of Financials Managemen (DasarDasar Manajemen Keuangan), Jakarta: Salemba Empat. Christiawan, Jogi Julius dan Tarigan, Josua. 2007. Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, Kinerja dan Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi Keuangan. Volume 9 No.1:1-8. Darmawati, Deni dkk. 2004. Hubungan Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan. Symposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar, 2-3 Desember 2004. Dechow, P., Sloan, R., Sweeney, A., 1995, Detecting earnings management, The Accounting Review 70, 193-225. Dwi, Theresia Hastuti. 2005. Hubungan Antara Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan dengan Kinerja Keuangan (Studi Kasus pada Perusahaan yang listing di Bursa Efek Jakarta). Unika Soegijapranata.
97
Eisenhardt, Kathleem. M. 1989. Agency Theory: An Assesment and Review. Academy of management Review, 14, hal 57-74. Fama, Eguene, 1978, ‘The Effectof a Firm’s Investment and Financing Decisions on the Welfareof its Security Holders’, Investment and Financing, Vol. 68. FCGI. 2001. Corporate Governance: Tata Kelola Perusahaan. Edisi Ketiga. Jakarta. Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi Ketiga, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Gideon, SB Boediono 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggubakan Analisis Jalur. Simposisum Nasional Akuntansi VII, IAI 2005. Haris, wibisono. 2004. Pengaruh Earnings Management Terhadap Kinerja Di Seputar SEO. Tesis S2 Magister Sains Akuntansi UNDIP.tidak dipublikasikan. Hartini P. Pawestri 2005. Implikasi Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan : dengan Keputusan Keuangan sebagai variabel Intervening. Simposium Nasional Akuntansi IX Padang. Healy, P., Wahlen, J., 1999. A review of the earnings management literature and its implications for standard setting, Accounting Horizons 13, p. 365–383. Indriantoro dan Supomo, 1999, Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi Dan Manajemen, Edisi Pertama, BPFE Yogyakarta. Jeany Clarensia, Sri Rahayu dan Nur Azizah.2011.pengaruh likuiditas, rofitabilitas, pertumbuhan penjualan, dan kebijakan dividen terhadap harga saham (studi empirik pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia tahun 2007-2010).Fakultas Ekonomi Universitas Budi Luhur Jakarta Jensen, Michael C. dan W. H. Meckling. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behaviour, Agency Cost and Ownership Structure. http://papers.ssrn.com Kesuma, Ali. 2009. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate yang Go Public di Bursa Efek Indonesia. Universitas Darwan Ali. Sampit Kalimantan Tengah.
98
Kusumawati, Dwi Novi dan Bambang Riyanto. LS 2005. Corporate Governance dan Kinerja : Analisis Compliance Reporting dan Struktur Dewan Terhadap Kinerja. Simposium Nasional Akuntansi VIII solo. Larasati, A. 2009. Analisa Pengaruh Mekaisme Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Meutia,I. 2004. Pengaruh Independensi Auditor terhadap Manajemen Laba untuk KAP Big 5 dan Non Big 5. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol. 7, No. 3. September. Michael Barclay and Clifford G. Holderness, “Private Benefits from Block Ownership and Discounts on Closed-End Funds,” 1993, with Journal of Financial Economics, Volume 33, Number 3. Midiastuty, Pratana Puspa dan Mas’ud Machfoedz. 2003. Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VI Surabaya. Nasution, M dan Setiawan, D. 2007. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan. Simposium Nasional Akuntansi X, Makassar. Permanasari, Mirra. 2010. Pengaruh Penerapan CSR Terhadap Tingakt Profitabilitas, Besaran Pajak Penghasilan dan Biaya Operasi Pada Perusahaan Yng Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Depok. FE. Universitas Gunadharma. Potter, G. 1992. Accounting Earnings Announcements, Institutional Investor Concentration, and Common Stock Returns. Journal of Accounting Research. 30.1: 146-155. Pratana Puspa Midiastuty dan Mas’ud Mahfoedz. 2003. Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi VI. IAI, 2003. Pratiwi, Diah Ayu. 2010. Analisis Pengaruh Earning Management Terhadap Nilai Perusahaan dengan Peranan Praktik Corporate Governance sebagai Moderating Variable. Semarang: Universitas Diponegoro. Rachmawati, Andri. 2007. Pengaruh Investment Opportunity Set dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, Tidak Dipublikasikan. Rodoni, Ahmad dan Herni Ali 2010. Manajemen Keuangan. Jakarta: Mitra Wacana Media.
99
Santoso .S., 2002, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta. Sarjono, Haryadi dan Chandra, Steven dan Kartika Sarjono, Nessya. 2009. Model Markov Chain untuk Pemilihan Universitas Favorit. Konferensi Nasional 1: Dampak Country Risk Terhadap Perusahaan Ditinjau dari Aspek Manajemen & Akuntansi. Diselenggarakan oleh Pusat Studi Ekonomi dan Bisnis (PSEB) universitas Kristen Duta Wacana dan The University of New South Wales. 8 Agustus 2009, Yogyakarta. Scott, W. R. 2009. Financial Accounting Theory. Fifth Edition. Pearson Prentice Hall: Toronto. Scott, W.R. 2000. Financial Accounting Theory 2nd ed. Prentice Hall, New Jersey. Shleifer, Andrei. dan Vishny, R.W. 1988. “Management ownership and market valuation: An empirical analysis”. Journal of Financial Economics 20: 293-315. Siallagan, Hamonangan dan Mas’ud Machfoedz. 2006. Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) IX Padang. Siamat, Dahlan. 2005, Manajemen Lembaga Keuangan Kebijakan Moneter dan Perbankan, edisi kelima, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Singgih, Santoso. 2000. SPSS Statistik Parametrik, PT. Elek Media Komputindo. Jakarta. Soliha, Euis, Taswan, September 2002, “Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahan serta Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya”, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, STIE STIKUBANK, Semarang. Sri Lasanti, Hexana. 2005 ”Pengaruh Arus Kas Bersih dan Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur Terbuka Indonesia.” Skripsi . Fakultas Ekoomi Universitas Sumatera Utara. Sugiri, Slamet. 1998. “Earnings Management: Teori, Model, dan Bukti Empiris”, Telaah, hal 1-18. Sugiyono, 2005, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta. Suliyanto. 2011. Ekonometrika Terapan:Teori & Aplikasi dengan SPSS. Yogyakarta. Andi.
100
Suranta, Eddy dan Pratana Puspita Merdistusi. 2004. “Income Smoothing, Tobin’s Q, Agency Problems dan Kinerja Perusahaan”. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi VII. Bali, 2 – 3 Desember. Surifah. (Mei-September 1999), “Informasi Asimetri dan Pengaruh Manajemen Terhadap Pelaporan Keuangan dalam Perspektif Agency Theory”, Kajian Bisnis, hal 71-81. Sylvia Veronica N.P. Siregar dan Siddharta Utama, Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance Terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management) Simposium Nasional Akuntansi VIII, IAI, 2005. Tedi Rustendi dan Farid Jimmi. 2008. Pengaruh Hutang dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur (Survey Pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi FE Unsil. Tunggal, Wijaya Amin. Dasar-dasar Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Rhineka Cipta. 1995. Ujiantho, M. A. dan Pramuka, B. A. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba, dan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi X, Makassar. Utama, Siddharta, 2003. “Corporate Governance, Disclosure and its Evidence in Indonesia”. Usahawan No.04 th XXXII. hal. 28-32 Uyun, Shofwatul 2011. Pengaruh Manajemen Risiko, Ukuran Perusahaan, dan Leverage terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Undergraduate thesis (unpublished), Universitas Airlangga. Vinola, Herawaty. 2008. Peran Praktek Corporate Governance sebagai Moderating Variabel dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XI 23-24 Juli 2008. Wahidiyawati, 2002, Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional pada Kebijakan Hutang Perusahaan : Sebuah Perspektif Theory Agency, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, volume 5 no 1. Weston, J. Fred, Brigham, Eugene F. (1993). Dasar-dasar Manajemen Keuangan : jilid 1. 9th edition.. Erlangga.
101
Wijaya, Asnawi. Metodologi Penelitian Keuangan. Graha Ilmu: Yogyakarta, 2006. www. Duniainvestasi. com www. idx. com Yermack, D., 1996. Higher Market Valuation of Companies with Small Board of Directors. Journal of Financial Economics 40, 185-211.
102
Lampiran 1 Sampel perusahaan manufaktur No
kode
nama perusahaan
1
INTP
Indocement Tunggal Prakasa Tbk
2
SMCB
Holcim Indonesia Tbk
3
SMGR
Semen Gresik Tbk
4
AMFG
Asahimas Flat Glass Tbk
5
IKAI
Inti Keramik AlamIndustri Tbk
6
KIAS
Keramika Indonesia Assosiasi Tbk
7
MLIA
Mulia Industrindo Tbk
8
TOTO
Surya Toto Indonesia Tbk
9
ALKA
Alaska Industrindo Tbk
10
ALMI
Alumindo Light Metal Industry Tbk
11
BTON
Beton Jaya Manunggal Tbk
12
CTBN
Citra Turbindo Tbk
13
INAI
Indal Aluminium Industry Tbk
14
JPRS
Jaya Pari Steel Tbk
15
LION
Lion Metal Works Tbk
16
LMSH
Lionmesh Prima Tbk
17
PICO
Pelangi Indah Canindo Tbk
18
TBMS
Tembaga Mulia Semanan Tbk
19
BUDI
Budi Acid Jaya Tbk
20
DPNS
Duta Pertiwi Nusantara
21
EKAD
Ekadharma International Tbk
22
SOBI
Sorini Agro Asia Corporindo Tbk
23
SRSN
Indo Acitama Tbk
24
TPIA
Chandra Asri Petrochemical
25
AKKU
alam karya unggul tbk
26
APLI
Asiaplast Industries Tbk
27
BRNA
Berlina Tbk
28
IGAR
Champion Pasific Indonesia Tbk
29
TRST
Trias Sentosa Tbk
30
YPAS
Yana Prima Hasta Persada Tbk
31
CPIN
Charoen Pokphand Indonesia Tbk
32
JPFA
Japfa Comfeed Indonesia Tbk
33
MAIN
Malindo Feedmill Tbk
34
SIPD
Siearad Produce Tbk
35
FASW
Fajar Surya Wisesa Tbk
36
SPMA
Suparma Tbk
103
37
ASII
Astra International Tbk
38
AUTO
Astra Auto Part Tbk
39
GJTL
Gajah Tunggal Tbk
40
LPIN
Multi Prima Sejahtera Tbk
41
MASA
Multistrada Arah Sarana Tbk
42
ADMG
Polychem Indonesia Tbk
43
ESTI
Ever Shine Textile Industry Tbk
44
HDTX
Pan Asia Indosyntec Tbk
45
KARW
Karwell Indonesia Tbk
46
PBRX
Pan Brothers Tbk
47
POLY
Asia Pasific Fibers Tbk
48
RICY
Ricky Putra Globalindo Tbk
49
SSTM
Sunson Textile Manufacturer Tbk
50
UNTX
Unitex Tbk
51
IKBI
Sumi Indo Kabel Tbk
52
JECC
Jembo Cable Company Tbk
53
KBLM
Kabelindo Murni Tbk
54
SCCO
Supreme Cable and Commerce Tbk
55
VOKS
Voksel Electric Tbk
56
PTSN
Sat Nusa Persada Tbk
57
ADES
Akasha Wira International Tbk
58
AISA
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
59
CEKA
Cahaya Kalbar Tbk
60
DAVO
Davomas Abadi Tbk
61
DLTA
Delta Djakarta Tbk
62
INDF
Indofood Sukses Makmur Tbk
63
MLBI
Multi Bintang Indonesia Tbk
64
MYOR
Mayora Indah Tbk
65
PSDN
Prashida Aneka Niaga Tbk
66
SKLT
Sekar Laut Tbk
67
STTP
Siantar Top Tbk
68
ULTJ
Ultrajaya Milk, Trading Comp Tbk
69
GGRM
Gudang Garam Tbk
70
HMSP
Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
71
RMBA
Bentoel International Investama Tbk
72
DVLA
Darya Varia Laboratoria Tbk
73
INAF
Indofarma Tbk
74
KAEF
Kimia Farma Tbk
75
KLBF
Kalbe Farma Tbk
104
76
PYFA
Pyridam Farma Tbk
77
TSPC
Tempo Scan Pasific Tbk
78
MRAT
Mustika Ratu Tbk
79
TCID
Mandom Indonesia Tbk
80
UNVR
Unilever Indonesia Tbk
81
KDSI
Kedawung Setia Industrial Tbk
82
KICI
Kedaung Indag Can Tbk
83
LMPI
Langgeng Makmur Industry Tbk
84
BRPT
Barito pasific tbk
105
Lampiran 2 Hasil olah data variabel: A. Earning Management No
kode
earning management
nama perusahaan 2008
2009
2010
2011
1
INTP
Indocement Tunggal Prakasa Tbk
-0,91
-0,68
-0,74
-0,53
2
SMCB
Holcim Indonesia Tbk
-0,94
-0,87
-1,05
-0,95
3
SMGR
Semen Gresik Tbk
-0,57
-0,58
-0,48
-0,72
4
AMFG
Asahimas Flat Glass Tbk
-0,76
-0,52
-0,79
-0,69
5
IKAI
Inti Keramik Alam Asri Industri Tbk
-0,02
-0,35
-0,49
-0,08
6
KIAS
Keramika Indonesia Assosiasi Tbk
0,1
0,26
0,12
0,16
7
MLIA
Mulia Industrindo Tbk
-0,65
-0,9
-0,89
-0,81
8
TOTO
Surya Toto Indonesia Tbk
-0,66
-0,25
-0,34
-0,42
9
ALKA
Alaska Industrindo Tbk
-0,05
-0,76
-0,91
-0,14
10
ALMI
Alumindo Light Metal Industry Tbk
-0,06
-0,02
0,04
-0,33
11
BTON
Beton Jaya Manunggal Tbk
-0,09
0,13
0,05
0,03
12
CTBN
Citra Turbindo Tbk
-0,86
-1,79
-0,92
-1,19
13
INAI
Indal Aluminium Industry Tbk
0,06
-0,03
0,33
0,13
14
JPRS
Jaya Pari Steel Tbk
-0,12
0,17
-0,01
0,01
15
LION
Lion Metal Works Tbk
-0,73
0,02
-0,06
-0,27
16
LMSH
Lionmesh Prima Tbk
0,12
0,08
0,17
0,12
17
PICO
Pelangi Indah Canindo Tbk
0,21
0,11
0,25
0,12
18
TBMS
Tembaga Mulia Semanan Tbk
-0,01
0,03
0,14
0,05
19
BUDI
Budi Acid Jaya Tbk
-0,82
-0,82
-0,88
-0,46
20
DPNS
Duta Pertiwi Nusantara
-0,05
-0,01
-0,16
-0,14
21
EKAD
Ekadharma International Tbk
-1,17
-0,37
-0,53
-0,04
22
SOBI
Sorini Agro Asia Corporindo Tbk
0,23
0,25
0,21
0,22
23
SRSN
Indo Acitama Tbk
-0,28
-0,16
-0,16
-0,2
24
TPIA
Chandra Asri Petrochemical
0,09
0,12
0,01
0,07
25
AKKU
Alam Karya Unggul Tbk
-0,08
-0,79
-1,34
-0,43
26
APLI
Asiaplast Industries Tbk
-0,69
-0,73
-1,12
-0,85
27
BRNA
Berlina Tbk
-0,67
-0,48
-0,55
-0,47
28
IGAR
Champion Pasific Indonesia Tbk
-0,26
-0,18
-0,37
-0,06
29
TRST
Trias Sentosa Tbk
-0,81
-0,58
-0,67
-0,69
30
YPAS
Yana Prima Hasta Persada Tbk
0,22
0,15
0,17
0,18
31
CPIN
Charoen Pokphand Indonesia Tbk
0,24
-0,52
-0,64
-0,33
32
JPFA
Japfa Comfeed Indonesia Tbk
-1,1
-0,71
-0,22
-0,68
106
33
MAIN
Malindo Feedmill Tbk
-1,1
-0,45
-0,56
-0,7
34
SIPD
Siearad Produce Tbk
-0,86
-1,01
-0,68
-0,85
35
FASW
Fajar Surya Wisesa Tbk
-1,01
-0,43
-0,71
-0,72
36
SPMA
Suparma Tbk
0,09
0,1
0,15
0,11
37
ASII
Astra International Tbk
-0,36
-0,3
-0,2
-0,01
38
AUTO
Astra Auto Part Tbk
-0,59
-0,16
-0,36
-0,12
39
GJTL
Gajah Tunggal Tbk
0,03
0,08
0,11
0,07
40
LPIN
Multi Prima Sejahtera Tbk
-0,24
0,03
-0,06
-0,11
41
MASA
Multistrada Arah Sarana Tbk
0,07
0,1
0,01
0,09
42
ADMG
Polychem Indonesia Tbk
0
0,1
0,1
0,07
43
ESTI
Ever Shine Textile Industry Tbk
-0,03
0,07
0,16
0,52
44
HDTX
Pan Asia Indosyntec Tbk
0
0,11
0,1
0,07
45
KARW
Karwell Indonesia Tbk
0,06
0,06
-0,07
0,02
46
PBRX
Pan Brothers Tbk
0,14
-0,04
0,15
0,08
47
POLY
Asia Pasific Fibers Tbk
0,01
-0,21
-0,32
-0,17
48
RICY
Ricky Putra Globalindo Tbk
0,09
-0,04
0,04
0,03
49
SSTM
Sunson Textile Manufacturer Tbk
0,15
0,22
0,21
0,19
50
UNTX
Unitex Tbk
0,03
0,12
0,33
0,16
51
IKBI
Sumi Indo Kabel Tbk
0,14
0,08
0,13
0,12
52
JECC
Jembo Cable Company Tbk
-0,11
0,07
0,05
-0,08
53
KBLM
Kabelindo Murni Tbk
-1,1
-0,2
-1,17
-0,82
54
SCCO
Supreme Cable Manufacturiand Commerce Tbk
-0,11
0,21
-0,64
-0,32
55
VOKS
Voksel Electric Tbk
0,17
0,13
0,01
0,1
56
PTSN
Sat Nusa Persada Tbk
-0,06
0,01
0
-0,02
57
ADES
Akasha Wira International Tbk
0,08
0,04
0,17
0,07
58
AISA
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
-0,6
-0,48
-0,43
-0,5
59
CEKA
Cahaya Kalbar Tbk
-1,94
0,83
0,29
0,06
60
DAVO
Davomas Abadi Tbk
1,68
1,8
0,52
0,32
61
DLTA
Delta Djakarta Tbk
-0,97
-0,32
0,17
-0,07
62
INDF
Indofood Sukses Makmur Tbk
-0,63
-0,18
-0,4
-0,28
63
MLBI
Multi Bintang Indonesia Tbk
1,23
1,01
-0,23
-0,58
64
MYOR
Mayora Indah Tbk
-0,92
-0,64
-0,91
-0,82
65
PSDN
Prashida Aneka Niaga Tbk
-0,08
0,42
0,2
0,18
66
SKLT
Sekar Laut Tbk
-0,99
-0,4
-0,66
-0,68
67
STTP
Siantar Top Tbk
-0,62
-0,63
-0,62
-0,62
68
ULTJ
Ultrajaya Milk Industry and Trading Comp Tbk
-0,8
-0,53
-0,73
-0,46
107
69
GGRM
Gudang Garam Tbk
-0,38
-0,29
-0,27
-0,31
70
HMSP
Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
0,1
0,21
0,12
0,14
71
RMBA
Bentoel International Investama Tbk
0,12
0,07
0,02
0,07
72
DVLA
Darya Varia Laboratoria Tbk
-0,51
-0,31
0,27
-0,28
73
INAF
Indofarma Tbk
-0,13
0,33
-0,04
-0,17
74
KAEF
Kimia Farma Tbk
-0,46
-0,33
-0,44
-0,41
75
KLBF
Kalbe Farma Tbk
-0,23
-0,27
-0,25
-0,22
76
PYFA
Pyridam Farma Tbk
-0,85
-0,63
-0,58
-0,69
77
TSPC
Tempo Scan Pasific Tbk
0,04
0,01
0,04
0,03
78
MRAT
Mustika Ratu Tbk
-0,31
-0,12
-0,12
-0,18
79
TCID
Mandom Indonesia Tbk
-0,69
-0,57
-0,45
-0,57
80
UNVR
Unilever Indonesia Tbk
-0,98
-0,78
-0,83
-0,83
81
KDSI
Kedawung Setia Industrial Tbk
-0,67
0
-0,56
-0,41
82
KICI
Kedaung Indag Can Tbk
0,01
-0,03
0,05
-0,32
83
LMPI
Langgeng Makmur Industry Tbk
-0,33
-0,34
-0,33
-0,37
84
BRPT
Barito pasific tbk
-0,04
0,14
0,1
0,07
108
Lampiran 3 B. Mekanisme corporate governance 2008
2009
Nama Perusahaan Ins
Man
ins
man
kap
kom
Indocement Tunggal Prakasa Tbk
78.18
0
1
7
77.33
0
1
6
Holcim Indonesia Tbk
77.33
0
1
7
64.03
0
1
7
Semen Gresik Tbk
75.91
0
1
6
76.79
0
1
6
Asahimas Flat Glass Tbk
84.93
0
1
7
84.94
0
1
7
Inti Keramik Alam Industri Tbk
75.16
1
0
2
74.28
1
0
2
Keramika Indonesia Assosiasi Tbk
67.80
0
0
4
98.38
0
0
2
Mulia Industrindo Tbk
67.25
0
1
3
67.25
0
1
3
Surya Toto Indonesia Tbk
94.80
0
1
3
94.80
0
1
3
Alaska Industrindo Tbk
94.92
0
0
4
94.92
0
0
4
Alumindo Light Metal Ind Tbk
80.93
1
0
5
80.99
1
0
5
1
0
2
1
0
2
Beton Jaya Manunggal Tbk
0
KAP
Kom
0
Citra Turbindo Tbk
69.16
0
0
3
94.00
0
0
4
Indal Aluminium Industry Tbk
65.85
0
0
5
65.85
0
0
5
Jaya Pari Steel Tbk
67.62
1
0
3
68.41
1
0
2
Lion Metal Works Tbk
57.67
0
0
3
57.70
0
0
3
Lionmesh Prima Tbk
32.20
0
0
3
32.20
0
0
3
Pelangi Indah Canindo Tbk
94.17
0
0
3
94.17
0
0
3
Tembaga Mulia Semanan Tbk
86.22
0
1
5
86.22
0
1
2
Barito Pasific Tbk
72.20
0
1
6
72.62
0
1
6
Budi Acid Jaya Tbk
67.48
0
0
5
51.42
0
0
5
Duta Pertiwi Nusantara
62.22
1
0
3
60.06
1
0
3
Ekadharma International Tbk
74.37
0
0
3
75.45
0
0
3
Sorini Agro Asia Corporindo Tbk
69.91
1
1
3
87.27
1
1
3
Indo Acitama Tbk
73.55
0
0
9
78.91
0
0
9
Chandra Asri Petrochemical
64.65
0
1
4
61.34
0
1
3
109
Alam Karya Unggul Tbk
64.57
0
0
2
52.43
0
0
2
Asiaplast Industries Tbk
46.44
0
0
3
56.31
0
0
3
Berlina Tbk
51.42
0
0
4
51.42
0
0
4
Champion Pasific Indonesia Tbk
63.10
0
0
3
63.10
0
0
3
Trias Sentosa Tbk
42.20
0
1
4
59.46
0
1
3
Yana Prima Hasta Persada Tbk
89.47
1
0
3
89.47
1
0
3
Japfa Comfeed Indonesia Tbk
64.10
0
0
3
58.80
0
0
3
Malindo Feedmill Tbk
81.67
0
0
3
76.60
0
0
3
Siearad Produce Tbk
3.14
0
0
4
3.14
0
0
5
Fajar Surya Wisesa Tbk
77.70
0
1
3
77.70
0
1
3
Suparma Tbk
88.60
0
0
5
85.30
0
0
5
Astra International Tbk
50.11
1
1
10
50.11
1
1
10
Astra Auto Part Tbk
86.72
0
1
9
93.91
0
1
9
Gajah Tunggal Tbk
65.00
0
1
7
57.85
0
1
7
Multistrada Arah Sarana Tbk
59.92
0
1
5
63.10
0
1
5
Polychem Indonesia Tbk
89.92
0
1
5
89.92
0
1
5
Ever Shine Textile Industry Tbk
72.58
0
1
4
72.58
0
1
4
Pan Asia Indosyntec Tbk
84.38
1
0
3
84.38
1
0
4
Karwell Indonesia Tbk
56.75
0
0
4
56.75
0
0
4
Pan Asia Filament Inti Tbk
97.84
0
0
3
97.85
0
0
3
Pan Brothers Tbk
34.76
0
0
9
32.95
0
0
9
Asia Pasific Fibers Tbk
66.23
0
0
7
65.95
0
0
6
Ricky Putra Globalindo Tbk
40.41
0
0
3
48.04
0
0
3
Sunson Textile Manufacturer Tbk
69.53
1
0
6
69.53
1
0
6
Unitex Tbk
69.37
1
1
3
69.37
1
1
3
Sumi Indo Kabel Tbk
93.06
1
1
5
93.06
1
1
5
Jembo Cable Company Tbk
90.15
0
0
3
90.15
0
0
3
Kabelindo Murni Tbk
78.88
0
0
4
81.44
0
0
5
110
Supreme Cable Manufactur Tbk
67.26
0
0
4
67.26
0
0
4
Voksel Electric Tbk
38.97
0
0
6
38.97
0
0
6
Sat Nusa Persada Tbk
21.59
1
0
2
22.06
1
0
3
Akasha Wira International Tbk
94.82
0
0
3
94.53
0
0
3
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
51.56
0
0
6
72.89
0
0
6
Cahaya Kalbar Tbk
92.01
0
1
3
92.01
0
1
3
Davomas Abadi Tbk
78.24
0
0
3
79.83
0
0
3
Delta Djakarta Tbk
84.60
0
1
5
84.60
0
1
5
Indofood Sukses Makmur Tbk
51.53
0
1
10
50.05
0
1
10
Multi Bintang Indonesia Tbk
83.37
0
1
5
83.37
0
1
5
Mayora Indah Tbk
38.19
0
0
3
33.07
0
0
3
Prashida Aneka Niaga Tbk
92.40
0
0
6
92.40
0
0
6
Sekar Laut Tbk
96.00
0
0
3
96.00
0
0
3
Siantar Top Tbk
60.39
0
0
3
56.76
0
0
3
Ultrajaya Milk and Trading Tbk
48.21
1
0
3
37.32
1
0
3
Gudang Garam Tbk
72.12
1
1
5
73.06
1
1
5
Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
97.95
0
1
5
98.04
0
0
6
Bentoel International Inves Tbk
65.87
0
1
3
85.13
0
1
3
Darya Varia Laboratoria Tbk
92.66
0
1
3
92.66
0
1
3
Indofarma Tbk
80.66
0
0
4
80.66
0
0
3
Kimia Farma Tbk
90.03
0
0
6
90.03
0
0
5
Kalbe Farma Tbk
51.18
0
1
6
53.56
0
1
6
Pyridam Farma Tbk
53.85
0
0
3
53.85
0
0
3
Taisho Pharmaceutical IndoTbk
98.00
0
0
3
98.00
0
0
3
Tempo Scan Pasific Tbk
71.35
0
0
3
95.14
0
0
3
Mustika Ratu Tbk
80.48
0
0
3
80.48
0
0
3
Mandom Indonesia Tbk
79.50
1
1
5
79.24
1
1
5
Unilever Indonesia Tbk
85.00
0
1
5
85.00
0
1
5
111
Kedawung Setia Industrial Tbk
74.81
0
0
4
74.81
0
0
4
Kedaung Indag Can Tbk
75.02
0
0
2
75.02
0
0
3
Langgeng Makmur Industry Tbk
77.53
0
0
3
77.53
0
0
3
2010
2011
Nama Perusahaan ins
man
kap
kom
ins
man
Kap
Kom
Indocement Tunggal Prakasa Tbk
64.03
0
1
7
51.00
0
1
7
Holcim Indonesia Tbk
77.33
0
1
7
80.64
0
1
7
Semen Gresik Tbk
51.01
0
1
5
51.01
0
1
6
Asahimas Flat Glass Tbk
44.53
0
1
6
84.69
0
1
6
Inti Keramik Alam Asri Industri Tbk
74.28
1
0
2
78.00
0
0
2
Keramika Indonesia Assosiasi Tbk
96.90
0
0
3
93.51
0
0
6
Mulia Industrindo Tbk
87.25
1
1
3
67.25
0
1
3
Surya Toto Indonesia Tbk
94.80
0
1
3
88.38
0
1
3
Alaska Industrindo Tbk
94.92
0
0
4
87.93
0
0
4
Alumindo Light Metal Industry Tbk
80.92
1
0
5
76.00
0
0
5
Beton Jaya Manunggal Tbk
34.31
1
0
2
89.45
1
0
2
Citra Turbindo Tbk
80.95
0
0
4
80.00
0
0
5
Indal Aluminium Industry Tbk
65.85
0
0
5
72.00
0
0
5
Jaya Pari Steel Tbk
68.42
1
0
2
68.42
1
0
2
Lion Metal Works Tbk
57.70
1
0
3
56.00
0
0
3
Lionmesh Prima Tbk
32.22
1
0
3
56.00
1
0
3
Pelangi Indah Canindo Tbk
91.00
0
0
3
91.00
0
0
3
Tembaga Mulia Semanan Tbk
86.22
0
1
5
84.00
0
1
5
Barito Pasific Tbk
72.20
0
1
5
59.00
0
1
5
Budi Acid Jaya Tbk
52.81
0
0
5
50.00
0
0
3
Duta Pertiwi Nusantara
61.58
1
0
3
66.55
1
0
3
Ekadharma International Tbk
75.45
0
0
3
75.45
0
0
3
Sorini Agro Asia Corporindo Tbk
87.18
1
1
3
85.00
0
1
3
Indo Acitama Tbk
85.32
0
0
9
71.00
0
0
9
Chandra Asri Petrochemical
77.93
0
1
5
88.57
0
1
5
112
Alam Karya Unggul Tbk
78.89
0
0
2
95.07
0
0
3
Asiaplast Industries Tbk
66.66
0
0
3
79.99
0
0
3
Berlina Tbk
51.54
0
0
4
60.73
0
0
4
Champion Pasific Indonesia Tbk
70.51
0
0
3
85.94
0
0
3
Trias Sentosa Tbk
59.46
0
1
3
57.00
0
1
3
Yana Prima Hasta Persada Tbk
89.47
1
0
3
89.47
0
0
3
Japfa Comfeed Indonesia Tbk
58.32
0
0
4
58.32
0
0
4
Malindo Feedmill Tbk
59.00
0
0
3
59.00
0
0
3
Siearad Produce Tbk
41.23
0
0
3
41.23
0
0
3
Fajar Surya Wisesa Tbk
75.70
0
1
3
75.74
0
1
3
Suparma Tbk
85.25
0
0
5
85.25
0
0
5
Astra International Tbk
50.11
0
1
11
50.11
0
1
11
Astra Auto Part Tbk
95.65
0
1
10
95.66
0
1
9
Gajah Tunggal Tbk
56.35
0
1
8
59.70
0
1
8
Multistrada Arah Sarana Tbk
49.10
0
1
3
50.30
0
1
5
Polychem Indonesia Tbk
89.92
0
1
5
79.66
0
1
5
Ever Shine Textile Industry Tbk
72.58
0
1
3
72.58
0
1
3
Pan Asia Indosyntec Tbk
66.33
1
0
4
88.63
0
0
4
Karwell Indonesia Tbk
56.75
0
0
3
53.23
0
0
3
0
0
3
97.50
0
1
2
Pan Asia Filament Inti Tbk
90,31
Pan Brothers Tbk
40.21
0
0
3
48.64
0
0
3
Asia Pasific Fibers Tbk
65.95
0
0
6
71.70
0
0
6
Ricky Putra Globalindo Tbk
48.04
0
0
3
48.04
0
0
3
Sunson Textile Manufacturer Tbk
69.53
1
0
6
70.00
0
0
6
Unitex Tbk
69.37
1
1
4
69.37
0
1
4
Sumi Indo Kabel Tbk
93.06
1
1
5
93.00
0
1
5
Jembo Cable Company Tbk
90.15
0
0
5
90.15
0
0
3
Kabelindo Murni Tbk
84.68
0
0
4
75.68
1
0
3
Supreme Cable Manu and Commer Tbk
67.26
0
0
3
67.26
0
0
3
Voksel Electric Tbk
42.91
0
0
5
48.65
0
0
5
Sat Nusa Persada Tbk
22.07
1
0
3
22.07
0
0
3
113
Akasha Wira International Tbk
94.45
0
0
3
91.94
0
0
3
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
72.88
0
0
6
48.00
0
0
5
Cahaya Kalbar Tbk
87.02
0
1
3
87.02
0
1
3
Davomas Abadi Tbk
79.83
0
0
3
73.29
0
0
3
Delta Djakarta Tbk
84.60
0
1
5
81.00
0
1
4
Indofood Sukses Makmur Tbk
50.05
0
1
10
50.05
0
1
8
Multi Bintang Indonesia Tbk
82.00
0
1
7
82.00
0
1
6
Mayora Indah Tbk
33.07
0
0
3
32.93
0
0
5
Prashida Aneka Niaga Tbk
76.86
1
0
6
83.10
0
0
6
Sekar Laut Tbk
96.06
0
0
3
69.93
0
0
3
Siantar Top Tbk
56.76
1
0
2
56.76
0
0
2
Ultrajaya Milk and Trading Comp Tbk
46.82
1
0
3
45.00
1
0
3
Gudang Garam Tbk
73.06
1
1
4
75.55
0
1
5
Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
98.18
0
0
6
98.00
0
0
5
Bentoel International Investama Tbk
99.14
0
1
4
98.96
0
1
4
Darya Varia Laboratoria Tbk
92.60
0
1
6
92.00
0
1
7
Indofarma Tbk
80.66
1
0
4
80.66
0
0
5
Kimia Farma Tbk
90.03
0
0
5
90.03
0
0
5
Kalbe Farma Tbk
56.66
0
1
6
59.97
0
1
6
Pyridam Farma Tbk
53.85
0
0
3
54.00
0
0
3
Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk
99.00
0
0
3
98.00
0
0
4
Tempo Scan Pasific Tbk
95.04
0
0
3
95.06
0
0
3
Mustika Ratu Tbk
79.24
1
0
3
80.24
0
0
3
Mandom Indonesia Tbk
73.78
1
1
5
71.00
0
1
5
Unilever Indonesia Tbk
85.00
0
1
4
85.00
0
1
4
Kedawung Setia Industrial Tbk
74.81
0
0
4
49.00
0
0
4
Kedaung Indag Can Tbk
75.02
0
0
3
73.00
0
0
3
Langgeng Makmur Industry Tbk
77.53
1
0
2
83.28
0
0
3
114
Lampiran 4 C. Ukuran Perusahaan no
kode
2008
2009 D
1
ades
185.015.000.000
0
2 3
akku
42.858.281.932
amfg
1.998.986.000.000
4
auto
5
brna
6
brpt
7 8
2010 D
178.287.000.000
0
0
32.495.688.928
1
1.972.397.000.000
3.981.316.000.000
1
432.191.714.490
1
17.234.721.000.000
1
bton
70.508.814.577
budi
1.698.750.000.000
9
ceka
10 11
2011 D
324.493.000.000
0
0
28.379.813.055
1
2.372.657.000.000
4.644.939.000.000
1
507.226.402.680
1
16.375.286.000.000
1
0
69.783.877.404
1
1.598.824.000.000
605.545.222.668
1
davo
3.671.081.489.099
dpns
142.627.256.412
12
fasw
13
igar
14
D 313.071.000.000
0
0
11.767.293.414
0
1
2.690.595.000.000
1
5.585.852.000.000
1
6.964.227.000.000
1
550.907.476.933
1
586.501.041.978
1
16.015.188.000.000
1
18.843.727.000.000
1
0
89.824.014.717
0
96.800.000.000
0
1
1.967.633.000.000
1
2.123.285.000.000
1
568.362.939.854
1
850.469.914.144
1
1.027.692.718.504
1
1
2.806.017.091.339
1
2.857.204.618.547
1
2.581.094.811.573
1
0
142.551.475.929
0
175.682.792.596
0
172.322.620.690
0
3.718.547.929.224
1
3.671.234.906.908
1
4.495.022.404.702
1
4.378.927.076.421
1
305.782.633.658
0
317.808.701.451
0
347.473.064.455
0
355.580.000.000
0
ikai
784.499.131.712
1
764.903.018.446
1
643.787.995.738
1
659.927.134.890
1
15
inaf
964.143.569.150
1
728.034.877.647
1
733.957.862.391
1
1.114.902.000.000
1
16
inai
622.405.086.863
1
470.415.971.203
1
389.007.411.195
0
544.282.443.363
1
17
jprs
339.343.736.262
0
353.951.009.577
0
411.281.598.196
1
437.848.660.950
1
18
kaef
1.445.699.799.639
1
1.565.831.266.274
1
1.657.291.834.312
1
1.794.242.423.105
1
19
karw
152.433.874.007
0
101.933.384.330
0
73.647.754.655
0
13.173.379.520
0
20
kici
86.218.216.167
0
84.276.874.394
0
85.942.208.666
0
87.289.248.468
0
21
lmpi
560.078.203.949
1
540.513.720.495
1
608.920.103.517
1
685.895.619.326
1
22
lmsh
61.987.805.413
0
72.830.915.980
0
78.200.046.845
0
98.019.132.648
0
23
pbrx
957.742.296.102
1
819.565.245.320
1
887.284.106.449
1
854.927.127.349
1
24
pico
588.563.565.451
1
542.660.240.316
1
570.360.266.065
1
573.276.198.236
1
25
ricy
645.756.810.073
1
599.719.424.656
1
613.323.196.638
1
842.498.674.322
1
26
rmba
4.455.531.963.727
1
4.894.434.000.000
1
4.902.597.000.000
1
5.244.586.000.000
1
27
sipd
1.384.992.127.001
1
1.641.295.139.974
1
2.055.743.204.664
1
2.641.602.932.160
1
28
smgr
10.602.963.724.000
1
12.951.308.161.000
1
15.562.998.946.000
1
19.661.602.767.000
1
29
sobi
1.111.099.598.000
1
941.651.276.002
1
1.656.571.520.000
1
1.608.669.154.000
1
30
sttp
626.749.784.472
1
548.720.445.825
1
649.273.975.548
1
934.765.927.864
1
31
ultj
1.740.646.379.006
1
1.732.701.994.634
1
2.006.595.762.260
1
2.179.182.000.000
1
32
alka
134.685.876.000
0
158.624.432.000
0
150.963.890.000
0
75.257.194.000
0
33
almi
918.736.745.113
1
1.636.668.166.095
1
1.370.827.840.715
1
2.202.830.360.733
1
34
cfin
1.771.266.800.000
1
1.607.442.479.000
1
1.674.393.911.000
1
1.686.367.826.000
1
35
dvla
783.613.064.000
1
637.660.844.000
1
560.930.742.000
1
928.290.993.000
1
36
dlta
760.425.630.000
1
698.296.738.000
1
592.359.226.000
1
696.166.676.000
1
37
ekad
165.122.502.774
0
140.763.761.567
0
84.926.214.500
0
242.200.000.000
0
38
ggrm
27.230.965.000.000
1
24.072.959.000.000
1
23.779.951.000.000
1
39.088.705.000.000
1
39
intp
13.276.515.634.628
1
11.286.706.863.779
1
10.037.926.509.334
1
18.151.331.000.000
1
40
indf
40.382.953.000.000
1
40.594.264.000.000
1
47.706.895.000.000
1
53.055.095.000.000
1
115
41
jpfa
6.070.137.000.000
1
5.384.809.000.000
1
4.043.407.000.000
1
8.266.000.000.000
1
42
kblm
354.780.873.513
0
459.110.629.071
1
432.681.409.048
1
642.955.000.000
1
43
lion
271.366.371.297
0
253.141.852.363
0
216.129.508.805
0
365.815.749.593
0
44
main
885.347.531.000
1
859.934.901.000
1
956.242.799.000
1
1.327.801.000.000
1
45
myor
3.246.498.515.952
1
2.922.998.415.036
1
1.893.175.019.860
1
6.599.845.533.328
1
46
mlbi
993.465.000.000
1
941.989.000.000
1
621.835.000.000
1
1.220.813.000.000
1
47
lpin
48
masa
49 50
137.909.659.938
0
182.939.871.224
0
139.252.657.007
0
157.371.466.252
0
2.536.045.000.000
1
2.379.024.168.134
1
1.799.172.358.609
1
4.736.349.000.000
1
mrat
365.635.717.933
0
354.780.623.962
0
315.997.722.658
0
403.900.000.000
1
hdtx
1.089.713.245.320
1
1.253.264.609.293
1
1.242.648.026.517
1
1.216.873.917.331
1
51
admg
3.710.872.147.000
1
3.855.930.121.000
1
4.161.340.040.000
1
4.081.715.882.000
1
52
ptsn
899.685.312.962
1
964.585.323.095
1
858.360.710.539
1
756.919.614.745
1
53
toto
1.010.892.409.021
1
1.031.130.721.298
1
913.995.368.437
1
1.339.570.029.820
1
54
tbms
996.064.870.315
1
1.173.324.963.666
1
1.183.990.019.623
1
1.278.522.966.617
1
55
aisa
1.568.829.044.876
1
1.016.957.755.151
1
792.690.325.279
1
3.590.309.000.000
1
56
trst
1.921.660.087.991
1
2.158.865.645.281
1
2.138.990.664.786
1
2.132.449.783.092
1
57
untx
143.664.943.150
0
153.146.523.532
0
150.635.080.269
0
152.637.972.561
0
58
voks
1.237.957.685.071
1
1.165.127.832.542
1
805.073.969.614
1
1.573.039.000.000
1
59
srsn
413.776.708.000
1
392.937.045,00
0
334.128.209.000
0
361.182.186.000
0
60
sklt
196.186.028.659.000
1
201.003.449.401.000
1
182.697.462.917.000
1
214.237.879.424.000
1
61
kias
1.320.515.798.062
1
830.751.093.800
1
801.564.383.624
1
825.289.667.226
1
62
jecc
587.380.790.000
1
673.396.525.000
1
470.474.609.000
1
627.037.935.000
1
63
asii
3.981.316.000.000
1
4.644.939.000.000
1
5.585.852.000.000
1
5.823.927.000.000
1
64
smcb
7.674.980.000.000
1
7.265.366.000.000
1
10.437.249.000.000
1
10.050.051.000.000
1
65
kdsi
485.721.853.713
1
550.691.466.904
1
557.724.815.222
1
604.800.000.000
1
66
tcid
910.789.677.565
1
994.620.225.969
1
1.047.238.440.003
1
1.130.865.000.000
1
67
pyfa
98.655.309.435
0
99.937.383.195
0
100.586.999.230
0
106.955.334.922
0
68
scco
1.126.782.347.718
1
1.042.755.037.722
1
1.157.613.045.585
1
1.252.562.885.152
1
69
tpia
2.375.000.000.000
1
2.748.000.000.000
1
1.486.497.000.000
1
1.604.922.000
0
70
ypas
180.550.000.000
0
191.136.000.000
0
200.856.000.000
0
223.509.000.000
1
71
spma
1.246.873.000.000
1
1.365.936.000.000
1
1.490.033.000.000
1
1.551.777.000.000
1
72
gjtl
8.713.559.000.000
1
8.877.146.000.000
1
10.371.567.000.000
1
11.541.430.000.000
1
73
esti
535.017.210.838
1
518.857.361.261
1
583.252.944.571
1
636.930.474.525
1
74
poly
2.423.768.000.000
1
2.538.968.000.000
1
3.826.964.000.000
1
3.746.927.000.000
1
75
ikbi
636.408.514.847
1
561.948.871.968
1
600.820.329.651
1
635.399.146.504
1
76
psdn
224.367.000.000
0
353.628.000.000
0
414.611.000.000
1
421.366.000.000
1
77
hmsp
16.134.000.000.000
1
17.716.000.000.000
1
20.525.000.000.000
1
19.377.000.000.000
1
78
tspc
3.062.632.801.126
1
3.263.102.915.008
1
3.589.595.911.220
1
4.250.374.395.321
1
79
sstm
918.745.741.642
1
877.231.389.917
1
872.458.721.356
1
843.450.156.961
1
80
unvr
6.466.637.000.000
1
7.468.263.000.000
1
8.652.231.000.000
1
10.436.176.000.000
1
81
klbf
5.703.832.411.898
1
6.482.446.670.172
1
7.032.000.000.000
1
8.274.000.000.000
1
82
apli
236.668.166.095
0
284.661.477.019
0
306.370.156.218
0
333.352.457.870
0
83
ctbn
190.763.000.000
0
198.297.000.000
0
273.675.000.000
0
246.223.000.000
0
84
mlia
1.690.585.000.000
1
1.905.249.000.000
1
2.152.785.000.000
1
2.255.378.000.000
1
116
Lampiran 5 D. Nilai Perusahaan No
kode
nama perusahaan 2008
2009
2010
2011
4.600
13.700
15.950
17.050
630
1.550
2.250
2.175
16.500
7.500
9.450
11.450
1
INTP
Indocement Tunggal Prakasa Tbk
2
SMCB
Holcim Indonesia Tbk
3
SMGR
Semen Gresik Tbk
4
AMFG
Asahimas Flat Glass Tbk
1.210
1.850
5.800
6.550
5
IKAI
Inti Keramik AlamIndustri Tbk
1.530
1.100
147
142
6
KIAS
Keramika Indonesia Assosiasi Tbk
339
138
99
79
7
MLIA
Mulia Industrindo Tbk
225
330
330
445
8
TOTO
Surya Toto Indonesia Tbk
800
850
3.900
5.000
9
ALKA
Alaska Industrindo Tbk
800
800
800
850
10
ALMI
Alumindo Light Metal Industry Tbk
980
590
840
910
11
BTON
Beton Jaya Manunggal Tbk
335
275
340
335
12
CTBN
Citra Turbindo Tbk
3.100
3.100
2.500
4.250
13
INAI
Indal Aluminium Industry Tbk
120
215
360
540
14
JPRS
Jaya Pari Steel Tbk
166
265
580
485
15
LION
Lion Metal Works Tbk
3.075
2.100
3.800
5.250
16
LMSH
Lionmesh Prima Tbk
3.600
2.400
4.800
5.000
17
PICO
Pelangi Indah Canindo Tbk
430
220
190
193
18
TBMS
Tembaga Mulia Semanan Tbk
5.000
3.250
9.000
5.900
19
BUDI
Budi Acid Jaya Tbk
130
220
220
240
20
DPNS
Duta Pertiwi Nusantara
300
460
430
710
21
EKAD
Ekadharma International Tbk
116
100
204
204
22
SOBI
Sorini Agro Asia Corporindo Tbk
900
1.640
3.350
2.275
23
SRSN
Indo Acitama Tbk
99
67
60
54
24
TPIA
Chandra Asri Petrochemical
1.690
2.200
3.425
2.600
25
AKKU
alam karya unggul tbk
50
150
129
155
117
26
APLI
Asiaplast Industries Tbk
65
81
90
75
27
BRNA
Berlina Tbk
64
120
320
354
28
IGAR
Champion Pasific Indonesia Tbk
58
139
210
475
29
TRST
Trias Sentosa Tbk
165
220
270
390
30
YPAS
Yana Prima Hasta Persada Tbk
205
560
680
680
31
CPIN
Charoen Pokphand Indonesia Tbk
200
130
710
1.990
32
JPFA
Japfa Comfeed Indonesia Tbk
73
280
630
765
33
MAIN
Malindo Feedmill Tbk
160
180
640
980
34
SIPD
Siearad Produce Tbk
50
50
69
54
35
FASW
Fajar Surya Wisesa Tbk
1.520
1.600
2.875
4.375
36
SPMA
Suparma Tbk
87
205
230
240
37
ASII
Astra International Tbk
1.055
3.470
5.455
7.400
38
AUTO
Astra Auto Part Tbk
671
1.103
2.676
3.261
39
GJTL
Gajah Tunggal Tbk
200
425
2.300
3.000
40
LPIN
Multi Prima Sejahtera Tbk
1.100
1.100
3.125
2.200
41
MASA
Multistrada Arah Sarana Tbk
140
205
330
500
42
ADMG
Polychem Indonesia Tbk
70
134
215
580
43
ESTI
Ever Shine Textile Industry Tbk
50
51
100
160
44
HDTX
Pan Asia Indosyntec Tbk
400
235
250
190
45
KARW
Karwell Indonesia Tbk
104
180
145
145
46
PBRX
Pan Brothers Tbk
67
74
875
440
47
POLY
Asia Pasific Fibers Tbk
50
131
240
450
48
RICY
Ricky Putra Globalindo Tbk
245
195
181
184
49
SSTM
Sunson Textile Manufacturer Tbk
240
250
225
180
50
UNTX
Unitex Tbk
3.500
3.700
3.700
3.700
51
IKBI
Sumi Indo Kabel Tbk
500
1620
1200
750
52
JECC
Jembo Cable Company Tbk
295
490
620
600
53
KBLM
Kabelindo Murni Tbk
120
115
110
114
118
54
SCCO
Supreme Cable Manufacturing and Commerce Tbk
55
VOKS
56
1.450
1.310
1.950
3.125
Voksel Electric Tbk
300
410
450
820
PTSN
Sat Nusa Persada Tbk
330
105
80
85
57
ADES
Akasha Wira International Tbk
225
640
1620
1010
58
AISA
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
25
104
80
50
59
CEKA
Cahaya Kalbar Tbk
700
1490
1100
950
60
DAVO
Davomas Abadi Tbk
50
58
74
50
61
DLTA
Delta Djakarta Tbk
20.000
62.000
120.000
111.500
62
INDF
Indofood Sukses Makmur Tbk
930
3.550
4.875
4.600
63
MLBI
Multi Bintang Indonesia Tbk
49.500
177.000
274.950
359.000
64
MYOR
Mayora Indah Tbk
1.140
4.500
10.750
14.250
65
PSDN
Prashida Aneka Niaga Tbk
100
110
80
310
66
SKLT
Sekar Laut Tbk
90
150
140
140
67
STTP
150
250
385
690
68
ULTJ
Siantar Top Tbk Ultrajaya Milk Ind & Trading CompTbk
800
580
1.210
1.080
69
GGRM
Gudang Garam Tbk
4.250
21.550
40.000
62.050
70
HMSP
Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
8.100
10.400
28.150
39.000
71
RMBA
Bentoel International Investama Tbk
520
650
800
790
72
DVLA
Darya Varia Laboratoria Tbk
480
765
1.170
1.150
73
INAF
Indofarma Tbk
50
83
80
163
74
KAEF
Kimia Farma Tbk
76
127
159
340
75
KLBF
Kalbe Farma Tbk
80
260
650
680
76
PYFA
Pyridam Farma Tbk
50
110
127
176
77
TSPC
Tempo Scan Pasific Tbk
400
730
1.710
2.250
78
MRAT
Mustika Ratu Tbk
153
395
650
500
79
TCID
Mandom Indonesia Tbk
5.500
8.100
7.200
7.700
80
UNVR
Unilever Indonesia Tbk
7.800
11.050
16.500
18.800
81
KDSI
Kedawung Setia Industrial Tbk
98
155
235
245
119
82
KICI
Kedaung Indag Can Tbk
83
LMPI
Langgeng Makmur Industry Tbk
84
BRPT
Barito pasific tbk
100
76
185
180
70
215
270
205
600
1.330
1.170
770
120
Lampiran 6 Hasil Pengujian Statistik Deskriptif Descriptive Statistics Earning Valid N (listwise)
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
336 336
-1.19
1.80
-.0042
.27433
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
336 336 336
-1.19 2.00
1.80 11.00
-.0042 4.3185
.27433 1.82595
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
336 336
2.00
11.00
4.3185
1.82595
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
336 336
.00
99.14
71.5869
19.03245
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
336 336
.00
1.00
.2411
.42837
Descriptive Statistics earning komisaris Valid N (listwise)
Descriptive Statistics komisaris Valid N (listwise)
Descriptive Statistics institusional Valid N (listwise)
Descriptive Statistics manajerial Valid N (listwise)
121
Descriptive Statistics Kap Valid N (listwise)
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
336 336
.00
1.00
.4077
.49215
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
336 336
.00
1.00
.7411
.43870
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
336 336
1.06
1620.00
2.3972E2
292.33617
Descriptive Statistics Size Valid N (listwise)
Descriptive Statistics Nilai Valid N (listwise)
122
Lampiran 7 Hasil Uji Normalitas
123
Lampirann 8 Hasil Uji Multikolinearitas
Model
R
1
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square a
.772
.596
.589
.27104
Unstandardized Standardized Coefficients
Correlations
Coefficients
Std. Model 1
B (Constant)
Error
.394
.017
earning
-.061
.028
komisaris
-.059
Beta
t
Sig.
Zero-order
Partial
Part
23.099
.000
-.114
-2.187
.029
.471
-.120
-.077
.052
-.041
-1.124
.262
.082
-.062
-.039
.188
.025
.267
7.463
.000
.376
.380
.261
manajerial
-.011
.018
-.021
-.599
.549
.016
-.033
-.021
Kap
-.167
.087
-.204
-1.929
.055
.659
-.106
-.068
.778
.098
.954
7.958
.000
.721
.402
.279
institusional
ukuran
Lampiran 9 Uji autokorelasi b
Model Summary Std. Error R Model 1
R
Adjusted
of the
Square R Square Estimate a
.772
.596
.589
.27104
DurbinWatson 1.900
124
Lampiran 10 Hasil Uji Hereroskedasitisitas
125
Lampiran 11 Hasil uji statistik: Koefesien Diterminasi b
Model Summary
Change Statistics
Std. Error R Model 1
R
Adjusted
of the
R Square
F
Change
Change
Square R Square Estimate a
.772
.596
.589
.27104
Sig. F Durbindf1
.596 81.046
df2 Change Watson 6 329
.000
1.900
Hasil Uji Statistik: Uji t a
Coefficients
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
Std. Error
Beta
.394
.017
earning
-.061
.028
komisaris
-.059
t
Sig.
23.099
.000
-.114
-2.187
.029
.052
-.041
-1.124
.262
.188
.025
.267
7.463
.000
manajerial
-.011
.018
-.021
-.599
.549
Kap
-.167
.087
-.204
-1.929
.055
.778
.098
.954
7.958
.000
institusional
ukuran
Hasil Uji Statistik: Uji F b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
35.723
6
5.954
Residual
24.169
329
.073
Total
59.892
335
F 81.046
Sig. a
.000
126