Diagnostic Reference Level (DRL) Nasional
P2STPFRZR – BAPETEN 2015 1
Database Dosis Pasien Merupakan kumpulan dari data dosis radiasi yang mewakili atau mengidentifikasi perkiraan dosis yang diterima oleh pasien pada tiap penyinaran menggunakan modalitas radiasi pengion di radiologi diagnostik dan intervensional, dan kedokteran nuklir.
2
Tujuan data base dosis pasien: 1. Kebutuhan pengawasan oleh BAPETEN. • Keselamatan radiasi bagi pasien, pekerja, anggoyta masyarakat dan lingkungan hidup. 2. Pencapaian tujuan diagnostik oleh pemilik fasilitas/rumah sakit/klinik. • Penegakan diagnosa atau pengobatan dengan meminimalkan dosis radiasi pada pasien. 3
Upaya untuk mencapai tujuan data base dosis pasien: 1. Survei pengumpulan data dosis pasien; 2. Mengidentifikasi pesawat sinar-X yang sudah dilengkapi dengan indikator dosis; 3. Mendorong pembelian pesawat sinar-X yang dilengkapi dg indikator dosis seperti CTDI utk CT Scan, dan DAP untuk radiografi dan fluoroskopi; 4. Melakukan pencatatan atau rekaman data dosis tiap penyinaran; 5. Kerja sama yang baik antara BAPETEN dan pengguna.
4
1. Apa guna data dosis radiasi setelah dikumpulkan (survei dosis)? 1. Sebagai data untuk kajian retrospektif dan kajian risiko (prospektif); 2. Membuat profil atau gambaran dosis radiasi yang diterima oleh pasien untuk tiap modalitas dan jenis penyinaran; 3. Membuat tingkat panduan dosis (Dose Reference Level) untuk tiap modalitas dan jenis penyinaran; 5
Data dosis untuk kajian retrospektif dan kajian risiko (prospektif) 1. Retrospektif = kembali ke masa lalu, melihat kembali data dosis yang terekam sebagai bahan perbandingan, reviu, dan analisis. Misal: • Perbandingan data dosis pada jenis pemeriksaan yang sama. • Pencarian eviden jika terjadi kasus paparan berlebih atau yang tidak perlu pada pasien. • Pencarian eviden terkait munculnya komplikasi pada pasien karena radiasi.
6
2. Prospektif = dapat diharapkan, yang direncanakan, yang dapat terjadi, yang ada prospeknya, atau yang harus dipantau atau ditindaklanjuti untuk jangka waktu tertentu dari hasil catatan rekaman yang rutin dari tiap kejadian. Misal: • Tingkat panduan dosis untuk digunakan setelah ditetapkan. • Perkiraan potensi risiko induksi kanker.
7
Data dosis untuk membuat profil atau gambaran dosis radiasi yang diterima oleh pasien untuk tiap modalitas dan jenis penyinaran. Misalnya: • berkontribusi data dosis pasien ke UNSCEAR (sebagai negara anggota) • Profil paparan medik (data dosis pasien) di Indonesia dikaitkan dengan prosedur penyinaran, umur, jenis kelamin, perawatan kesehatan. • Kecenderungan penggunaan modalitas radiasi pengion. • Tren kecenderungan arah perkembangan pengawasan BAPETEN dari waktu ke waktu.
8
Data dosis untuk membuat tingkat panduan dosis (Dose Reference Level, DRL) • DRL sebagai alat investigasi, untuk mengidentifikasi situasi di mana dosis pasien yang sangat tinggi dan yang paling membutuhkan pengurangan. • Nilai DRL biasanya mudah untuk diukur dan memiliki link langsung dengan dosis pasien. Sehingga, DRL dibuat untuk membantu mewujudkan manajemen dosis yang efisien & mengoptimalkan dosis pasien. • Jika dosis pasien ditemukan melebihi DRL, harus direviu kemungkinan penyebabnya dan opsi tindakan perbaikan yang sesuai, kecuali dosis tsb tidak dapat dihindari & terjustifikasi secara medis.
9
• DRL umumnya ditentukan pada nilai kuartil 3 (75 persentil) dari sebaran data dosis yang diperoleh. • DRL bukan nilai batas yang menentukan baik atau tidaknya pelayanan radiologi. • DRL bukan nilai batas yang menentukan berlebih atau tidaknya dosis yang diterima oleh pasien. • Jika nilai dosis yang diperoleh berada di atas DRL maka harus direviu dan dievaluasi. Jika dapat direduksi maka harus direduksi, dan jika tidak dapat direduksi maka harus terjustifikasi. • Adanya tindakan korektif sehingga dosis tereduksi, mengakibatkan nilai DRL semakin dinamis dan 10 mengalami penurunan.
Profil data dosis pasien dan DRL
11
Profil data dosis dan DRL 2013-2014 0 - 4 tahun
CTDIv (mGy) 5 – 15 tahun
Q3
Rerata
Q3
Rerata
Q3
Rerata
Head
33,48
34,27
52,28
41,79
66,20
64,62
Abdomen
10,77
8,45
16,00
13,07
35,42
39,86
Thorax
-
-
-
-
16,00
15,03
Head
55,71
47,40
62,08
54,57
62,08
56,65
Abdomen
48,52
33,75
11,74
12,01
38,27
27,80
Thorax
-
-
-
-
39,74
24,71
2013 &
Head
50,82
39,20
62,08
51,81
66,10
61,97
2014
Abdomen
15,54
16,88
16,60
12,45
36,84
33,21
-
-
-
-
33,73
21,40
Survei Tahun 2013
2014
Jenis Pemeriksaan
Thorax
≥ 15 tahun
12
• Karena sifatnya yang dinamis dan trennya mengalami penurunan, maka penerapan DRL dapat dimanfaatkan sebagai salah satu upaya optimisasi proteksi dan keselamatan radiasi. • Hal ini sesuai dengan PP No. 33 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa penerapan optimisasi dilaksanakan melalui pembatas dosis dan tingkat panduan untuk paparan medik. • Penerapan optimisasi adalah upaya yang harus di tempuh agar besarnya dosis yang diterima serendah mungkin yang dapat dicapai dengan mempertimbangkan faktor sosial dan ekonomi. 13
2. Mengidentifikasi pesawat sinar-X yang sudah dilengkapi dengan indikator dosis.
• Sebenarnya, disain pesawat sinar-X saat ini sudah dapat dilengkapi dengan indikator dosis. • Namun dalam pembelian pesawat, fitur indikator dosis sering menjadi pilihan yang tidak disertakan. • Di Indonesia, pesawat sinar-X yang sudah dilengkapi dengan indikator dosis adalah CT Scan, angiografi, sebagian kecil pesawat fluoroskopi dan radiografi umum.
14
• Fitur indikator dosis dipasang pada pesawat sinar-X diprioritaskan untuk yang memberikan potensi paparan radiasi tinggi ke pasien. Sehingga dapat dipahami, bahwa indikator dosis ada pada CT Scan, angiografi, dan fluoroskopi. • Pengumpulan data dosis, mengutamakan yang mudah diidentifikasi atau diukur. Sehingga pengumpulan data dosis dilakukan pada modalitas yang memiliki indikator dosis. 15
3. Mendorong pembelian pesawat sinar-X yang dilengkapi dg indikator dosis seperti CTDI utk CT Scan, dan DAP untuk radiografi dan fluoroskopi. • Pemilik fasilitas dalam membeli pesawat sinar-X diprioritaskan menyertakan fitur indikator dosis. • Peran PPR, radiografer ataupun fisikawan medik dalam hal ini diperlukan untuk memberikan saran terkait pemilihan pesawat sinar-X. • BAPETEN akan mendorong dan mempromosikan ini dan dituangkan dalam pedoman BAPETEN. • Pemilihan modalitas yg dilengkapi dengan fitur indikator dosis merupakan upaya optimisasi. 16
4. Melakukan pencatatan atau rekaman data dosis tiap penyinaran. • • •
Pemegang Izin memiliki tanggung jawab untuk membuat dan memelihara Rekaman yang terkait dengan Keselamatan Radiasi. PPR sebagai staf keselamatan radiasi yang ditunjuk oleh pemegang izin memiliki tugas dan tanggung jawab memelihara rekaman. Setiap pasien yang menjalani pemeriksaan dangan modalitas radiasi pengion harus memiliki rekaman terkait perkiraan dosis yang diterima atau kondisi parameter penyinaran yang digunakan (kV, mA/mAs, jarak).
17
4. Melakukan pencatatan atau rekaman data dosis tiap penyinaran. • • •
Pernahkah pasien atau keluarga pasien bertanya, berapa dosis radiasi yang saya terima? Rekaman data dosis ataupun kondisi penyinaran dapat digunakan untuk memprediksi besarnya dosis radiasi yang diterima oleh pasien. Selain itu, rekaman dapat berfungsi sebagai bahan untuk kajian restrospektif.
18
5. Kerja sama yang baik antara BAPETEN dan pengguna. • •
•
Upaya ini paling penting. Sebaik apapun konsep dan kebijakan, peraturan, prosedur, tata acara dan upaya dibuat, jika tanpa ada kerjasama, koordinasi, komunikasi yang baik, kesepahaman dan komitmen bersama maka tidak akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Upaya pengumpulan data dosis membutuhkan partisipasi dari berbagai pihak, diantaranya pemegang izin dan jajarannya, kementerian kesehatan, dan organisasi profesi. 19
5. Kerja sama yang baik antara BAPETEN dan pengguna. • •
Koordinasi saat ini, kami mengharap partisipasi dari peserta untuk terlibat aktif dalam pengumpulan data dosis. Partisipasi aktif senantiasa akan terus dibutuhkan karena melihat sifat pengumpulan data dosis yang dinamis dan kontinyu untuk memperoleh gambaran dari waktu ke waktu mengenai profil dosis pasien.
20
Selamat berpartisipasi aktif….
Terima Kasih
21