HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PELAKSANAAN MOBILISASI PADA MASA NIFAS DI PUSKESMAS KOTA KUALA SIMPANG KECAMATAN KOTA KUALA SIMPANG KABUPATEN ACEH TAMIANG TAHUN 2014 Dewi R. Bancin
ABSTRAK Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan. Mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari rawat dan mengurangi resiko-resiko terjadinya decubitus, kekakuan/penegangan otototot diseluruh tubuh dan sirkuasi darah dan pernapasan terganggu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan pelaksanaan mobilisasi pada masa nifas Di Puskesmas Kota Kuala Simpang Kecamatan Kota Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014. Jenis penelitian ini merupakan penelitian Analitik dengan menggunakan desain cross sectional, di mana pengukuran dan pengamatan terhadap subjek penelitian dilakukan sekali pengamatan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang berada di Puskesmas Kota Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 sebanyak 34 orang yang keseluruhannya dijadikan sebagai sampel. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer yang dilakukan dengan metode wawancara yang dilakukan secara langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan data yang sudah tersedia di Puskesmas Kuala Simpang. Analisis data menggunakan analisis data univariat dan bivairat. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa ada hubungan pengetahuan ibu dengan pelaksanaan mobilisasi pada masa nifas (p = 0,004). Ada hubungan sikap ibu dengan pelaksanaan mobilisasi pada masa nifas (p = 0,007). Untuk itu disarankan kepada ibu nifas disarankan agar dapat melakukan kunjungan di Puskesmas serta melakukan konsultasi kepada tenaga kesehatan seperti bidan terkait dengan cara pelaksanaan mobilisasi pada masa nifas. Kepada tenaga kesehatan juga agar dapat meningkatkan penyuluhan tentang pelaksanaan mobilisasi pada masa nifas sehingga dapat menambah pemahaman dan pengetahuan ibu nifas tentang manfaat dilaksanakannya mobilisasi pada masa nifas.
Kata Kunci : Pengetahuan dan Sikap Ibu, Mobilisasi, Nifas Menurut WHO (World Health Organization) di seluruh dunia setiap PENDAHULUAN menit seorang perempuan meninggal 1.1 Latar Belakang Masa nifas (puerperium) karena komplikasi yang terkait dengan adalah masa pulih kembali, mulai dari kehamilan dan persalinan. Dengan persalinan selesai sampai alat-alat kata lain, 1400 perempuan meninggal kandungan kembali seperti pra hamil. setiap hari atau lebih dari 500.000 Masa nifas berlangsung selama ± 6 perempuan meninggal setiap tahun minggu (Prawihardjo, 2007). karena kehamilan dan persalinan (Riswandi, 2005). Di Indonesia (2012)
jumlah ibu nifas dalam beberapa tahun terakhir terlihat mengalami peningkatan sedangkan angka kematian ibu nifas mengalami penurunan. Pada tahun 2009 angka ibu nifas diperkirakan sebesar 96.000 dengan jumlah kematian sebanyak 12%. Pada tahun 2010 sebanyak 125.000 ibu nifas dengan angka kematian sebanyak 7%. Sedangkan pada tahun 2011 jumlah ibu nifas sebanyak 176.000 dengan angka kematian sebanyak 4%. Sementara pada tahun 2012 ibu nifas sebanyak 198.300 dengan angka kematian ibu sebanyak 11% . Gambaran mengenai AKI di provinsi Sumatera Utara dalam 6 tahun terakhir menunjukkan kecenderungan penurunan dari 360 per 100.000 KH tahun 2007, 345 per 100.000 KH tahun 2008, 330 per 100.000 KH tahun 2009, 320 per 100.000 KH tahun 2006, 275 per 100.000 KH tahun 2012. Penyebab utama kematian ibu di Sumatera Utara belum ada survei khusus tetapi secara nasional oleh karena komplikasi persalinan (45%), retensio plasenta (21%), robekan jalan lahir (19%), partus lama (11%), perdarahan dan eklampsia masing-masing 10%, komplikasi selama nifas (5%), demam infeksi (4%). (Dinkes Propinsi Sumatera, 2013). Angka Kematian Ibu (AKI) di Aceh masih terbilang tinggi. Pada tahun 2011, AKI di Aceh berjumlah 158 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH) dan 2012, AKI di Aceh berjumlah 191 per 100.000 KH. Angka tersebut jauh dari target nasional tahun 2014 yakni 112 per 100.000 KH. Sedangkan angka kematian ibu di
Aceh Tamiang tahun 2011 berjumlah 13 orang, tahun 2012 berjumlah 12 orang, dan pada tahun 2013 mengalami peningkatan berjumlah 16 orang Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian. Mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari rawat dan mengurangi resiko-resiko karena tirah baring lama seperti terjadinya decubitus, kekakuan/penegangan otot-otot diseluruh tubuh dan sirkuasi darah dan pernapasan terganggu (Lia, 2008). Berdasarkan penelitian Elisna (2010) menyatakan bahwa ada hubungan pengetahuan (p = 0,031) dan sikap (p = 0,018) dengan tindakan pelaksanaan mobilisasi masa nifas. Setiap ibu menginginkan agar persalinan dan nifasnya berlangsung dengan normal tanpa adanya komplikasi. Akan tetapi banyak ibu ini tidak mengetahui pentingnya melakukan mobilisasi dini pada masa nifas. Berdasarkan survey awal yang telah dilakukan oleh peneliti dari 6 orang yang diwawancarai oleh peneliti terdapat 5 orang ibu yang tidak mengetaui pentingnya melakukan mobilisasi dini pada masa nifas. Hal ini terjadi karena kurangnya penyuluhan dari tenaga kesehatan kesehatan terkait dengan mobilisasi pada masa nifas sehingga mempengaruhi pengetauan dan sikap ibu nifas menjadi kurang. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana
hubungan pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Pelaksanaan Mobilisasi Pada Masa Nifas Di Puskesmas Kota Kuala Simpang Kecamatan Kota Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Pelaksanaan Mobilisasi Pada Masa Nifas Di Puskesmas Kota Kuala Simpang Kecamatan Kota Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014.
1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan Ibu dengan Pelaksanaan Mobilisasi Pada Masa Nifas Di Puskesmas Kota Kuala Simpang Kecamatan Kota Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014. 2. Untuk mengetahui hubungan Sikap Ibu dengan Pelaksanaan Mobilisasi Pada Masa Nifas Di Puskesmas Kota Kuala Simpang Kecamatan Kota Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Bidan Sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi bidan tentang penerapan mobilisasi dini pasca persalinan normal pervaginam
2. Bagi peneliti lanjutan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan atau menambah informasi dan data dasar untuk penelitian selanjutnya mengenai mobilisasi dini pasca persalinan normal pervaginam 3. Bagi ibu Sebagai sumber informasi tentang mobilisasi dini pasca persalinan normal pervaginam TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancar indra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010). 2.1.2 Tingkatan Pengetahuan di dalam Kognitif Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni : 1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk pengetahuan tingkat ini dalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja bahwa untuk
2.
3.
4.
5.
mengukur orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya. Memahami (Comprehention) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat mengintepretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk mengguankan materi yang telah dipelajari pada siatuasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus, metode prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Analisis (Analysis) Analisis adalah sautu kemampuan untuk menjabatkan materi atau suatu objek ke dalam komponenkomponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja. Sintesis (Syntesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-
6.
bagian di dalam bentuk suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sisntesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian itu berdasar suatu criteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2010).
2.1.3 Indikator Pengetahuan Indikator-indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran, dapat dikelompokkan menjadi : 1. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi : a. Penyebab penyakit b. Gejala atau tanda penyakit c. Bagaimana cara pengobatan d. Bagaimana cara penularannya e. Bagaimana cara pencegahannya 2. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat, meliputi: a. Jenis-jenis makanan bergizi b. Manfaat makanan yang bergizi c. Pentingnya olahraga bagi kesehatan d. Penyakit atau bahaya merokok, minuman keras, narkoba dan sebagainya 3. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan a. Manfaat air bersih
b. Cara-cara pembuangan limbah yang sehat, termasuk pembuangan kotoran yang sehat dan sampah c. Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat d. Akibat polusi (polusi air, udara, dan tanah) bagi kesehatan dan sebagainya 2.1.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu : 1. Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseroang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media masaa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tetnang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan
2.
3.
pengetahuan tidak mutlak diperoleh dipendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu objek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negative. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari objek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap objek tersebut. Mass Media/Informasi Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televise, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terahdap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media mssa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut. Sosial Budaya dan Ekonomi
4.
5.
Kebisaaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran aakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan kea lam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu. Pengalaman Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah sautu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang
6.
merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah yang dalam bidang kerjanya. Usia Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola piker seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik. Pada usia madya individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaiakan diri menuju usia tua, selain itu orang usia akan lebih banyak mengggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hamper tidak ada penurunan pada usia ini (Notoadmodjo, 2010).
2.2. Sikap 2.2.1. Defenisi Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan seharihari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku terbuka
2.2.2. Tingkatan Sikap Sikap terdiri dari tingkatan :
berbagai
1. Menerima Menerima di artikan bahwa orang (subjek) mau dan meperhatikan stimulus yang di berikan (objek). Misalkan sikap orang terhadap gizi dapat di lihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi. 2. Merespon Memberikan jawaban apabila di Tanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang di berikan, terleps dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut. 3. Menghargai Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. 4. Bertanggung jawab. Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan
sikap yang paling (Notoadmotjo, 2010).
tinggi
2.3 Masa Nifas 2.3.1 Pengertian Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Masa nifas berlangsung selama ± 6 minggu (Prawihardjo, S, 2007). 2.3.2 Klasifikasi Menurut Suherni (2009) masa nifas dibagi dalam 3 periode, yaitu : a. Puerperium dini adalah kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan b. Puerperium intermedial adalah kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu c. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kesempurnaan terutama selama hamil dan persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan. 2.3.3 Kebutuhan Masa Nifas Menurut Saleha (2009), kebutuhan ibu masa nifas adalah : a. Nutrisi dan Cairan Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan gizi sebagai berikut : 1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari 2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup 3) Minum sedikitnys 3 liter air tiap hari
4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama 40 hari pasca persalinan 5) Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI b. Mobilisasi Dini Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan. c. Eliminasi 1) Buang Air Kecil Ibu diminta untuk BAK 6 jam post partum. Jika dalam 8 jam post partum belum dapat berkemih atau sekali berkemih melebihi 100 cc maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi kalau kandung kemih tidak penuh tidak perlu dilakukan kateterisasi 2) Buang Air Besar Ibu post partum diharapkan dapat BAB setelah hari kedua post partum. Jika hari ketiga belum juga BAB, maka perlu diberi obat pencahar peroral atau perrektal. Jika setelah pemberian obat pencahar masih belum BAB maka dilakukan klisma. d. Personal Hygiene Pada masa post partum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga.
e. Istirahat dan Tidur Hal yang perlu diperhatikan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur adalah : 1) Ibu dianjurkan agar istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan 2) Ibu disarankan untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur 3) Kurang istirahat akan menyebabkan produksi ASI menurun, memperlambat involusi uteri, memperbanyak perdarahan dan dapat menyebabkan depresi f. Aktivitas Seksual Aktivitas seksual dapat dilakukan apabila : 1) Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri 2) Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan seksual sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan 2.4 Mobilisasi Dini Pada Masa Nifas 2.4.1 Definisi Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan (Saleha, S. 2009).
Mobilisasi dini sangat penting dalam mencegah trombosis vena. Setelah persalinan normal jika gerakannya tidak terhalang oleh pemasangan infus dan tanda-tanda vitalnya juga memuaskan. Penatalaksanan asuhan post partum pada hari pertama yaitu 2 jam post partum seorang ibu harus tidur terlentang untuk mencegah terjadinya perdarahan kemudian segera melakukan mobilisasi untuk mengurangi pembekuan darah pada vena dalam (deep vein) ditungkai yang dapat menyebabkan masalah. Mobilisasi yang dilakukan diantaranya miring ke kiri atau ke kanan kemudian duduk dan berdiri.
2.4.2
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi Dini a. Faktor Fisiologis Frekuensi penyakit atau operasi dalam 12 bulan terakhir, tipe penyakit, status kardiopulmonar, status musculskletal, pola tidur, keberadaan nyeri, frekuensi aktifitas dan kelainan hasil laboratorium. b. Faktor Emosional Faktor emosional yang mempengaruhi mobilisasi adalah suasana hati (mood), depresi, cemas, motivasi, ketergantungan zat kimia, dan gambaran diri. c. Faktor Perkembangan Faktor perkembangan yang mempengaruhi mobilisasi adalah usia, jenis kelamin, kehamilan, perubahan masa otot karena perubahan perkembangan,
perubahan sistem (Hidayat, 2008).
skeletal
2.4.3 Rentang Gerak dalam Mobilisasi Dini Ada 3 rentang gerak dalam mobilisasi dini yaitu : a. Rentang gerak pasif berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat/bidan mengangkat dan menggerakkan kaki pasien b. Rentang gerak aktif untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara mandiri c. Rentang gerak adalah pergerakan, posisi atau adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan (Lia, 2008) 2.4.4 Tahap-Tahap Mobilisasi Dini Sebelum melakukan mobilisasi dini, terlebih dulu lakukan dangling. Dangling adalah pasien duduk dengan kaki menjuntai di tepi tempat tidur. Dalam melakukan dangling, ada beberapa tahapan yang harus dilalui di antaranya: a. Lakukan semua tindakan prosedur awal. b. Ingatlah untuk mencuci tangan, mengidentifikasi pasien dan memberi privasi kepada pasien. c. Siapkan peralatan yang diperlukan seperti bantal dan selimut. d. Periksa denyut nadi pasien. e. Turunkan penghalang tempat tidur dan kunci tempat tidur pada posisi yang terendah.
f. Perlahan-lahan tinggikan kepala tempat tidur. g. Bantu pasien untuk memakai selimut atau mantel mandi. h. Letakkan satu tangan disekeliling bahu pasien dan tangan lainnya di bawah lutut pasien. i. Dengan perlahan dan lembut putar pasien sampai menghadap perawat, biarkan kaki pasien menggantung di tepi tempat tidur j. Gulung bantal dan letakkan di belakang punggung pasien untuk dijadikan penopang. k. Setelah pasien memakai sandal, beri instruksi untuk menggoyangkan kaki. sebuah kursi bisa ditempatkan untuk menopang kaki pasien selama beberapa menit. l. Mintalah pasien dangling selama waktu yang diperintahkan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan dangling adalah : “saat pasien pusing atau pingsan, bantu pasien berbaring dan periksa tanda-tanda vital pasien”. m. Periksa kembali nadi pasien. n. Atur kembali bantal di kepala tempat tidur, lepas selimut atau mantel mandi dan sandal pasien. o. Letakkan satu tangan disekeliling bahu pasien dan satu lagi di bawah lutut. Dengan lembut dan perlahan angkat kaki pasien ke atas tempat tidur.
p. Turunkan kepala tempat tidur, pasang penghalang tempat tidur dan periksa kembali nadi pasien. q. Setelah selesai, cuci tangan dan dokumentasikan waktu (durasi) dangling, nadi dan reaksi pasien. Setelah melakukan proses dangling, bila pasien dalam keadaan baik-baik saja maka dilanjutkan dengan tahapan mobilisasi dini, meliputi : 1) Pastikan tempat tidur dalam posisi terendah. Sediakan sebuah kursi untuk berjagajaga kalau pasien lelah. 2) Setelah pasien melakukan dangling tanpa rasa sakit, bantu pasien untuk berdiri, periksa nadi pasien. Jika nadi meningkat sampai lebih dari 10 poin, kembali ke tempat tidur. 3) Jika pasien pusing atau pingsan, kembalilah ke tempat tidur. 4) Minta pasien untuk menarik napas dalam dan melihat sekeliling ruangan. Kepala pasien tegak dan mata terbuka. 5) Berbicara dan yakinkan pasien. 6) Pindahkan lengan perawat ke belakang pinggang pasien dan berbalik sehingga perawat menghadap ke arah yang sama dengan pasien. 7) Pasien berjalan perlahan dengan jarak yang pendek dan kembali ke sisi tempat tidur. Jika pasien tampak lelah dan akan pingsan atau terjadi perubahan besar pada nadi, biarkan pasien beristirahat.
8) Jika pasien pingsan saat pelaksanaan mobilisasi dini : a. Dengan perlahan turunkan pasien ke lantai. b. Lindungi kepala pasien c. Jangan mencoba menahan pasien berdiri. d. Beri tanda untuk meminta bantuan e. Setelah selesai, cuci tangan dan dokumentasikan waktu (durasi) mobilisasi dini, nadi dan reaksi pasien 2.4.5 Manfaat Mobilisasi Dini Adapun manfaat mobilisasi dini adalah : a. Penderita lebih merasa sehat dan kuat. Dengan bergerak, otot-otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit b. Mobilisasi dini bisa memungkinkan ibu belajar merawat anaknya. Dengan mobilisasi dini memungkinkan ibu merawat anakya, misalnya mengganti pakaian dan menyusui bayinya sesuai posisi yang diinginkan c. Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Dengan mobilisasi dini sirkulasi darah akan lancar sehingga resiko trombosis dan tromboemboli dapat dihindarkan (Suherni, 2009). 2.4.6 Kerugian Tidak Melakukan Mobilisasi Dini Kerugian apabila tidak dilakukan mobilisasi dini adalah : a. Peningkatan suhu tubuh karena adanya involusi uteri yang tidak
normal sehingga sisa darah tidak bisa dikeluarkan dan menyebabkan infeksi b. Perdarahan yang abnormal. Dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri keras, maka resiko perdarahan abnormal dapat dihindarkan. c. Involusi uteri yang tidak baik. Tidak dilakukan mobilisasi dini akan menghambat pengeluaran darah dan sisa plasenta sehingga menyebabkan terganggunya kontraksi (Lia, 2008) 2.5 Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian ini adalah : Pengetahuan ibu nifas
Sikap ibu nifas
dalam
Pelaksanaan mobilisasi pada masa nifas
2.6 Hipotesis 1. Ada hubungan pengetahuan Ibu dengan Pelaksanaan Mobilisasi Pada Masa Nifas Di Puskesmas Kota Kuala Simpang Kecamatan Kota Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014. 2. Ada hubungan Sikap Ibu dengan Pelaksanaan Mobilisasi Pada Masa Nifas Di Puskesmas Kota Kuala Simpang Kecamatan Kota Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014.
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian Analitik dengan menggunakan desain cross sectional, di mana pengukuran dan pengamatan terhadap subjek penelitian dilakukan sekali pengamatan. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Kota Kuala Simpang Kecamatan Kota Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014. 3.2.2
Waktu Penelitian ini di laksanakan pada bulan Januari 2014 – Juli 2014. 3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang berada di 3.5 Defenisi Operasional N o
Variabel
1
Independen
Puskesmas Kota Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 sebanyak 34 orang. 3.3.2
Sampel Sampel adalah sebagian atau mewakili populasi yang akan diteliti. Jadi sampel dalam penelitian ini adalah total populasi sebanyak 34 orang. 3.4 Teknik Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode wawancara yang dilakukan secara langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner. 3.4.2 Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan data yang sudah tersedia di Puskesmas Kuala Simpang
Defenisi Operasional
Skala Ukur
Pengetahuan ibu nifas
Hal-hal yang diketahui oleh ibu nifas tentang mobilisasi pada masa nifas meliputi definisi, manfaat dan kerugian tidak melakukan mobilisasi.
Ordinal
2
Sikap ibu nifas
Merupakan reaksi atau respon ibu nifas tentang mobilisasi pada masa nifas.
Ordinal
3
Dependen Pelaksanaan mobilisasi pada masa nifas
Dilaksanakan atau tidak dilaksanakan mobilisasi pada masa nifas.
Cara/Alat Ukur
Hasil Ukur
Wawancara dengan Instrumen kuesioner
1. 2.
Baik Kurang
Wawancara dengan Instrumen kuesioner
1. 2.
Baik Kurang
Wawancara dengan Instrumen kuesioner
1. 2.
Dilaksanakan Tidak dilaksanakan
3.6 Aspek Pengukuran 3.6.1 Pengetahuan Ibu Nifas Untuk mengukur pengetahuan ibu nifas diberi 10 pertanyaan, peneliti memberikan dengan alternatif jawaban benar atau salah, setiap jawaban benar diberi skor 2 dan setiap jawaban salah diberi skor 0. Maka skor tertinggi 20 dan skor terendah 0. Untuk kategori pengetahuan baik dan kurang masing – masing sub variabel digunakan rumus (Sudjana,2005): Rentang P = Banyak Kelas 20 – 0 P= 2 P = 10 Pengetahuan dikatakan baik jika skor : 11 - 20 Pengetahuan dikatakan kurang jika skor : 0 – 10
3.6.2 Sikap Ibu Nifas Untuk mengukur sikap ibu nifas diberi 10 pertanyaan, peneliti memberikan dengan alternatif jawaban sangat setuju,setuju, kurang setuju, dan tidak setuju setiap jawaban sangat setuju diberi skor 4, setuju diberi skor 3, kurang setuju diberi skor 2, dan tidak setuju diberi skor 1. Maka skor tertinggi 40 dan skor terendah 10, Untuk kategori sikap masing – masing sub variabel digunakan rumus (Sudjana, 2005): Rentang P = Banyak Kelas 40 – 10 P=
2 P = 15 Sikap dikatakan baik jika skor Sikap dikatakan kurang baik jika skor 10 – 25
: 26 - 40 :
3.7 Teknik Pengolahan Data 1. Editing Dilakukan dengan pengecekan ulang pada data yang telah terkumpul, bila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam pengumpulan data akan diperbaiki dengan memeriksanya dan dilakukan dengan cara pendataan ulang. Data yang diedit adalah data karakteristik ibu, pengetahuan dan sikap ibu serta data pelaksanaan mobilisasi pada masa nifas. 2. Coding Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Kode-kode ini diperlukan untuk memudahkan pengolahan data. Variabel yang dikoding adalah umur : 1 = <20 tahun, 2 = 20-35 tahun, 3 = >35 tahun. Pendidikan : 1 = Rendah (SD, SMP), 2 = Sedang (SMA/SMK), 3 = Tinggi (D3/S1). Pekerjaan : 1 = IRT, 2 = Wiraswasta, 3 = PNS. Jumlah anak : 1 = ≤ 3 orang, 2 = 2 orang. Pengetahuan ibu : 1 = baik, 2 = kurang. Sikap ibu : 1 = baik, 2 = kurang. Pelaksanaan mobilisasi : 1 = dilakukan, 2 = tidak dilakukan. 3. Tabulating Tabulating di gunakan untuk mempermudah analisa, pengolahan data dan pengambilan kesimpulan. Maka hasil pengumpulan data dimasukkan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi yang meliputi data karakteristik ibu, pengetahuan dan sikap ibu serta data pelaksanaan mobilisasi pada masa nifas. 3.8 Analisa Data Analisis data meliputi: 1. Analisis Univariat Analisis univariat yaitu melakukan analisis pada setiap variable hasil penelitian dengan tujuan untuk mengetahui distribusi pada setiap variabel penelitian yang meliputi karakteristik ibu, pengetahuan dan sikap ibu serta data pelaksanaan mobilisasi pada masa nifas 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel bebas (pengetahuan dan sikap ibu) dan variabel terikat (pelaksanaan mobilisasi pada masa nifas), dengan melakukan uji statistik Chi Square (Riyanto, 2009) Rumus :
X2 =
(O E)
2
E Keterangan X2
: =
Nilai
chi
square O = Nilai hasil pengamatan E = Nilai ekspentasi (hasil yang diharapkan) HASIL PENELITIAN 4.1 Deskriptif Lokasi Penelitian Puskesmas Kota Kuala Simpang Kabupaten Kota Kuala Simpang mempunyai jumlah penduduk sebesar 21495 jiwa, dan
jumlah 7034.
kepala
keluarga
sebanyak
Puskesmas Kota Kuala Simpang mempunyai 5 Desa dengan batas wilayah sebagai berikut : 1. Utara : Berbatasan Dengan Kecamatan Rantau 2. Selatan : Berbatasan Dengan Kecamatan Kejuruan Muda. 3. Barat : Berbatasan Dengan Kecamatan Karang Baru 4 . Timur : Berbatasan Dengan Kecamatan Kejuruan Muda Puskesmas Kota Kuala Simpang mempunyai jumlah tenaga kesehatan sebanyak 54 orang yang terdiri dari: dr 2 orang, SKM sebanyak 1 orang, bidan sebanyak 17 orang, akper sebanyak 14 orang, perawat sebanyak 7 orang,SMA sebanyak 6 orang ,sajana keperawatan 4 orang,Analis 1 orang, Akademi farmasi 1 orang, Kesling 1 orang. Pada tahun 2013 jumlah ibu nifas sebanyak377 orang ibu hamil sebanyak 443 yang terdiri dari KF I sebanyak 377 (77,73 %), KF III sebanyak 348 (71,75 %) dengan target 90 %. Sedangkan jumlah ibu hamil tahun 2013 adalah sebanyak 443 orang, yang terdiri dari KI sebanyak 443 (87,03 %), KIV sebanyak 173 (34,77) Dengan target 95 %. 4.2 Analisis Univariat Analisa univariat dilakukan untuk menentukan distribusi frekuensi karakteristik ibu yang meliputi karakteristik ibu yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak serta untuk menentukan distribusi frekuensi pengetahuan dan Sikap Ibu
dengan Pelaksanaan Mobilisasi Pada Masa Nifas, sebagai berikut : 4.2.1. Karakteristik Ibu Karakteristik ibu dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu di Puskesmas Kota Kuala Simpang Kecamatan Kota Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 No 1 2 3
1 2 3
1 2 3
1 2
Karakteristik Umur <20 tahun 20-35 tahun >35 tahun Total Pendidikan Rendah (SD, SMP) Sedang (SMA/SMK) Tinggi (D3/S1) Total Pekerjaan IRT Wiraswasta PNS Total Jumlah Anak ≤ 3 orang > 3 orang Total
Frekuensi
%
13 18 3 34
38.2 52.9 8.8 100
19
55.9
13
38.2
2
5.9
34
100
18 14 2 34
52.9 41.2 5.9 100
14 20 34
41.2 58.8 100
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa umur ibu mayoritas 20-35 tahun (52,9%), pendidikan ibu mayoritas rendah (SD, SMP) (55,9%), pekerjaan ibu mayoritas IRT (52,9%), jumlah anak ibu mayoritas >3 orang (58,8%). 4.2.2 Pengetahuan Ibu
Pengetahuan ibu dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu di Puskesmas Kota Kuala Simpang Kecamatan Kota Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 No Kategori Frekuensi % 1 Baik 10 29.4 2 Kurang 24 70.6 Total 34 100 Berdasarkan tabel 4.2 dapat di lihat bahwa pengetahuan ibu mayoritas kurang (70,6%). 4.2.3 Sikap Ibu Sikap ibu dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu di Puskesmas Kota Kuala Simpang Kecamatan Kota Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 No Kategori Frekuensi % 1 Baik 15 44.1 2 Kurang 19 55.9 Total 34 100 Berdasarkan tabel 4.3 dapat di lihat bahwa sikap ibu mayoritas kurang (55,9%). 4.2.4 Pelaksanaan Mobilisasi Pelaksanaan mobilisasi dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Mobilisasi di Puskesmas Kota Kuala Simpang Kecamatan Kota Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang
Tahun 2014 Kategori Frekuensi % Dilakukan 13 38.2 Tidak 21 61.8 dilakukan Total 34 100 Berdasarkan tabel 4.4 dapat di lihat bahwa pelaksanaan mobilisasi mayoritas tidak dilakukan (61,8%). No 1 2
4.3 Analisis Bivariat Analisa bivariat untuk mengetahui
pengetahuan ibu dengan pelaksanaan mobilisasi pada masa nifas.
4.3.1
Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pelaksanaan Mobilisasi Pada Masa Nifas
Hubungan pengetahuan ibu dengan pelaksanaan mobilisasi pada masa nifas dapat dilihat pada tabel berikut.
dilakukan hubungan Tabel 4.5 Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pelaksanaan Mobilisasi Pada Masa Nifas di Puskesmas Kota Kuala Simpang Kecamatan Kota Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 Pelaksanaan Mobilisasi Pada Masa Nifas Total Pengetahuan p Tidak No Ibu value Dilaksanakan dilaksanakan n % n % n % 1 Baik 8 23,5 2 5,9 10 29,4 2 Kurang 5 14,7 19 55,9 24 70,6 0,004 Total 13 38,2 21 61,8 34 100 Berdasarkan tabel 4.5 dapat hasil uji chisquare diperoleh nilai p = dilihat bahwa pelaksanaan mobilisasi 0,004 yang artinya ada hubungan pada masa nifas lebih banyak pengetahuan ibu dengan pelaksanaan ditemukan pada pengetahuan ibu yang mobilisasi pada masa nifas. baik (23,5%) dibanding pada 4.3.2 Hubungan Sikap Ibu Dengan pengetahuan ibu yang kurang (14,7%). Pelaksanaan Mobilisasi Pada Sedangkan mobilisasi yang tidak Masa Nifas dilaksanakan pada masa nifas lebih Hubungan sikap ibu dengan banyak ditemukan pada pengetahuan pelaksanaan mobilisasi pada masa ibu yang kurang (55,9%). Berdasarkan nifas dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.6 Tabulasi Silang Hubungan Sikap Ibu Dengan Pelaksanaan Mobilisasi Pada Masa Nifas di Puskesmas Kota Kuala Simpang Kecamatan Kota Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 Pelaksanaan Mobilisasi p No Sikap ibu Total value Dilaksanakan Tidak
1 2
Baik Kurang Total
n 10 3 13
% 29,4 8,8 38,2
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa pelaksanaan mobilisasi lebih banyak ditemukan pada sikap yang baik (29,4%) dibanding pada sikap yang kurang (8,8%). Sedangkan mobilisasi yang tidak dilaksanakan lebih banyak ditemukan pada sikap yang kurang (47,1%). Berdasarkan hasil uji chisquare diperoleh nilai p = 0,007 yang artinya ada hubungan sikap ibu dengan pelaksanaan mobilisasi pada masa nifas. 4.4 Pembahasan 4.4.1 Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pelaksanaan Mobilisasi Pada Masa Nifas Berdasarkan hasil uji chisquare diperoleh nilai p value = 0,004 yang artinya ada hubungan pengetahuan ibu dengan pelaksanaan mobilisasi pada masa nifas. Penelitian di dukung oleh penelitian Elisna (2010) yang menyatakan bahwa ada hubungan pengetahuan (p = 0,031) dengan tindakan pelaksanaan mobilisasi masa nifas. Masa nifas (puerperium) merupakan masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Masa nifas berlangsung selama ± 6 minggu (Prawihardjo, 2007). Menurut (Farrer, 2008) pada masa nifas perdarahan dapat terjadi baik pada masa kehamilan maupun
dilaksanakan n % n % 5 14,7 5 44,1 16 47,1 19 55,9 0,007 21 61,8 34 100 setelah melahirkan atau perdarahan post partum yang dapat menyebabkan kematian. Sehingga sangat diperlukan perhatian besar pada ibu post partum. Dengan pelayanan kesehatan yang optimal diharapkan ibu post partum mendapatkan pemulihan seperti sebelum melahirkan. Perawatan yang selama 24 jam bersama pasien memegang peranan penting dalam perawatan ibu post partum. Salah satu perawatan ibu post partum adalah mobilisasi dini. Pada masa nifas dini ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan (Saleha, S. 2009). Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa pelaksanaan mobilisasi pada masa nifas lebih banyak ditemukan pada pengetahuan ibu yang baik (23,5%) dibanding pada pengetahuan ibu yang kurang (14,7%). Sedangkan mobilisasi yang tidak dilaksanakan pada masa nifas lebih banyak ditemukan pada pengetahuan ibu yang kurang (55,9%). Berdasarkan hasil uji chisquare diperoleh nilai p = 0,004 yang artinya ada hubungan pengetahuan ibu dengan pelaksanaan mobilisasi pada masa nifas. Ini berarti bahwa pengetahuan ibu merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi ibu nifas melaksanakan
mobilisasi. Dengan kata lain bahwa pengetahuan ibu yang baik dapat mempengaruhi ibu melaksanakan mobilisasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat di lihat bahwa pengetahuan ibu mayoritas kurang (70,6%). Pengetahuan yang kurang ini dapat dilihat dari hasil jawaban responden terhadap kuesioner yang telah disediakan, dimana masih banyak ibu nifas yang tidak mengerti dan tidak mengetahui pernyataan seperti mobilisasi dini dapat meningkatkan peredaran darah sekitar alat kelamin, manfaat mobilisasi dini adalah penderita lebih merasa sehat dan kuat, dengan bergerak, otot-otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit, Dengan mobilisasi dini sirkulasi darah akan lancar sehingga resiko trombosis dan tromboemboli dapat dihindarkan, Tidak melakukan mobilisasi dini dapat meningkatkan perdarahan abnormal. Menurut asumsi peneliti bahwa kurangnya pengetahuan ibu dapat terjadi karena pemahaman mereka tentang cara pelaksanaan mobilisasi masih kurang. Banyak ibu nifas yang tidak mengerti bagaimana cara melakukan mobilisasi sehingga mempengaruhi ibu nifas tidak melaksanakan mobilisasi. Pengetahuan ibu yang kurang ini juga dapat terjadi karena informasi tentang cara pelaksanaan mobilisasi pada masa nifas masih kurang. Informasi ini dapat diperoleh dari tenaga kesehatan melalui penyuluhan, tetapi pada kenyataannya berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan bahwa
para tenaga kesehatan terutama bidan tidak memberikan penjelasanpenjelasan kepada ibu nifas tentang cara pelaksanaan mobilisasi sehingga hal inilah yang dapat mempengaruhi ibu nifas tidak melaksanakan mobilisasi itu sendiri. Bila dilihat dari pendidikan mereka yang masih rendah juga mempengaruhi pengetahuan mereka menjadi kurang, dimana dengan pendidikan yang rendah membuat mereka kurang memahami apa yang mereka dengar terkait dengan pelaksanaan mobilisasi sehingga masih banyak diantara mereka yang tidak melaksanakannya. 4.4.2 Hubungan Sikap Ibu Dengan Pelaksanaan Mobilisasi Pada Masa Nifas Berdasarkan hasil uji chisquare diperoleh nilai p = 0,007 yang artinya ada hubungan sikap ibu dengan pelaksanaan mobilisasi pada masa nifas. Penelitian ini di dukung oleh penelitian Elisna (2010) menyatakan bahwa ada hubungan sikap (p = 0,018) dengan tindakan pelaksanaan mobilisasi masa nifas. Menurut (Lia, 2008) mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian. Mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari rawat dan mengurangi resiko-resiko karena tirah baring lama seperti terjadinya decubitus, kekakuan/penegangan otot-otot diseluruh tubuh dan sirkuasi darah dan pernapasan terganggu. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa pelaksanaan
mobilisasi lebih banyak ditemukan pada sikap yang baik (29,4%) dibanding pada sikap yang kurang (8,8%). Sedangkan mobilisasi yang tidak dilaksanakan lebih banyak ditemukan pada sikap yang kurang (47,1%). Ini berarti bahwa sikap ibu yang kurang menyebabkan ibu nifas tidak melaksanakan mobilisasi pada masa nifas. Mobilisasi dini dapat mengurangi bendungan lochea dalam rahim, meningkatkan peredaran darah sekitar alat kelamin, mempercepat mobilisasi alat kelamin ke keadaan semula. Menurut (Lia, 2008) apabila tidak dilakukan mobilisasi dini maka akan meningkatan suhu tubuh karena adanya involusi uteri yang tidak normal sehingga sisa darah tidak bisa dikeluarkan dan menyebabkan infeksi. Mengakibatkan terjadinya perdarahan yang abnormal. Involusi uteri yang tidak baik. Tidak dilakukan mobilisasi dini akan menghambat pengeluaran darah dan sisa plasenta sehingga menyebabkan terganggunya kontraksi. Berdasarkan hasil penelitian dapat di lihat bahwa sikap ibu mayoritas kurang (55,9%). Hal ini dapat dilihat dari hasil jawaban kuesioner responden dimana masih ada ibu nifas yang tidak setuju dengan pernyatan seperti selama masa nifas sebaiknya ibu minum sedikitnya 3 liter air tiap hari, dalam melakukan mobilisasi seorang ibu melakukan latihan menarik nafas yang dalam, dalam melakukan mobilisasi kaki seorang ibu sebaiknya menggantung di tepi tempat tidur, dalam melakukan mobilisasi bantal diletakkan di
belakang pungung ibu untuk dijadikan penopang. Menurut asumsi peneliti bahwa kurangnya sikap ibu nifas dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan mereka tentang mobilisasi sehingga sikap mereka menjadi kurang. Akibat dari pengetahuan dan sikap mereka yang kurang ini ditemukan ibu nifas masih banyak yang tidak melaksanakan mobilisasi pada masa nifas. Menurut Notoatmodjo (2010), yang mengatakan bahwa sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Ini berarti sikap belum otomatis terwujud walaupun pengetahuan seseorang itu baik. Hal ini dapat diperhatikan apabila sikap ibu baik maka pengetahuan dan tindakan ibupun akan baik. Bila dilihat dari usia mereka yang terlalu muda, dimana masih terdapat usia ibu yang <20 tahun, dengan usia yang terlalu muda ini ditambah lagi tidak ada pengalaman melahirkan sebelumnya membuat ibu tidak mengetahui bagaimana melaksanakan mobilisasi pada masa nifas. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Pelaksanaan Mobilisasi Pada Masa Nifas Di Puskesmas Kota Kuala Simpang Kecamatan Kota Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014, maka dapat iambil kesimpulan sebagai berikut : 5.1 Kesimpulan
1. Ada hubungan pengetahuan ibu dengan pelaksanaan mobilisasi pada masa nifas (p = 0,004). 2. Ada hubungan sikap ibu dengan pelaksanaan mobilisasi pada masa nifas (p = 0,007). 5.2 Saran 1. Kepada ibu nifas disarankan agar dapat melakukan kunjungan di Puskesmas serta melakukan konsultasi kepada tenaga kesehatan seperti bidan terkait dengan cara pelaksanaan mobilisasi pada masa nifas. 2. Kepada tenaga kesehatan juga agar dapat meningkatkan penyuluhan tentang pelaksanaan mobilisasi pada masa nifas sehingga dapat menambah pemahaman dan pengetahuan ibu nifas tentang manfaat dilaksanakannya mobilisasi pada masa nifas.
Maulana, H (2009). Promosi Kesehatan, Jakarta : EGC Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medica Notoatmodjo, 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta _________, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta Prawihardjo, S, 2007. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo. Riyanto, Agus. 2009. Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Yogyakarta. Jazamedia.
DAFTAR PUSTAKA
Barata, 2008. Angka Kemaian Ibu. Jurnal Kesehatan Dinkes, 2013. Profil Kesehatan Tahun 2007. Medan : Dinkes Propsu Farer, 2008. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC Hidayat, 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika. _______, 2008. Keterampilan Dasar Praktek Klinik Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika Lia, 2008. Pentingnya Mobilsasi Pada Masa Nifas. Jurnal Kesehatan
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika. Sudjana, 2005. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung. Suherni, 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya