HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM PELAKSANAAN FAMILY CENTERED CARE DI RUANG RAWAT INAP ANAK Tina Shinta P.*, Ns. Elizabeth Ari Setyarini**, Matheus Dharma Prtahama*** ABSTRAK Studi pendahuluan dilakukan melalui penyebaran angket kepada 18 orang tua, didapatkan 9 dari 18 orang tua pasien yang anaknya dirawat mengatakan perawat tidak membantu keluarga jika anak menangis, rewel, gelisah atau takut. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi hubungan pengetahuan dengan sikap perawat dalam pelaksanaan family centered care di ruang rawat inap anak. Family centered care merupakan pendekatan yang digunakan dalam pemberian pelayanan kesehatan pada anak dengan melibatkan orang tua. Peneliti menggunakan metode kuantitatif dan desain diskriptif korelasional dengan pendekatan Cross-sectional. Instrumen pengumpulan data mengunakan kuesioner yang berisi 33 pernyataan, terdiri dari 18 pernyataan pengetahuan dan 15 pernyataan sikap. Teknik sampling yang digunakan adalah sampel jenuh sejumlah 47 perawat. Hasil penelitian didapatkan adanya hubungan pengetahuan dengan sikap perawat dalam pelaksanaan family centered care di ruang rawat inap anak, dengan nilai p = 0,004 (<0,05). Disarankan kepada Rumah Sakit Santo Yusup Bandung dan Rumah Sakit Sekar Kamulyan untuk mengadakan program pelatihan kepada perawat mengenai family centered care dan pelaksanaannya. Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Family Centered Care
PENDAHULUAN Kehadiran seorang anak ditengah keluarga adalah karunia yang didambakan. Anak adalah individu yang berusia kurang dari delapan belas tahun yang sedang mengalami masa tumbuh kembang dan memiliki kebutuhan khusus secara fisik, psikologis, sosial dan spiritual yang berbeda dari orang dewasa (Supartini, 2004). Untuk memenuhi kebutuhan secara fisik, psikologis, sosial dan spiritual dalam pertumbuhan dan perkembangan, maka dibutuhkan kondisi tubuh yang sehat, karena sehat adalah keadaan sejahtera yang mengoptimalkan antara fisik, psikologis, sosial, dan spiritual dalam mencapai tingkat pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal (Supartini, 2004). Sehat merupakan suatu keadaan yang dinamis dimana seseorang menyesuaikan diri dengan perubahanperubahan lingkungan internal dan ekternal untuk mempertahankan keadaan kesehatannya (Potter & Perry, 2005). Keadaan yang sehat ini sangatlah penting dalam kebahagian keluarga (Kisanti, 2008). Kondisi anak tidak selamanya sehat tapi terkadang mengalami sakit penyakit. Jika kondisi anak sakit semakin parah maka orang tua harus memasukan anak ke rumah sakit dan anak harus menjalani hospitalisasi (Supartini, 2004). Hospitalisasi merupakan proses yang mengharuskan anak untuk tinggal dan 44
dirawat di rumah sakit, karena alasan yang berencana dan darurat, untuk tinggal dan dirawat di rumah sakit, untuk menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Anak yang mengalami hospitalisasi dalam jangka waktu yang lama, menyebabkan anak menjadi cemas, takut, sedih, dan timbul perasaan tidak nyaman lainnya. Berbagai perasaan yang sering muncul pada anak yang menjalani hospitalisasi, yaitu cemas, marah, sedih, takut, dan rasa bersalah (Wong, 2001). Jika anak mengalami stres selama menjalani hospitalisasi maka orang tua mengalami stres juga. Stres orang tua dapat meningkatkan stres anak semakin meningkat, maka dibutuhkan keterlibatan orang tua dalam pemberian asuhan keperawatan yang berfokus pada keluarga (Hidayat, 2005). Orang tua anak adalah mitra bagi perawat untuk menentukan pemenuhan kebutuhan anak dalam bentuk asuhan keperawatan anak yang berpusat pada keluarga (family centered care) (Supartini, 2004). Konsep family centered care awalnya dikembangkan di negara-negara yang menguntungkan secara ekonomi, berdasarkan pentingnya memenuhi kebutuhan psikososial dan perkembangan anak dengan menitikberatkan pada keluarga bahwa keluarga atau orang tua sumber utama kekuatan dan dukungan anak (American Academy of Pediatric, 2003). Keluarga didukung dalam peran pemberian asuhan keperawatan dan memberikan keputusan dengan melihat keluarga sumber kekuatan dalam penanganan masalah keperawatan (Wong, 2008). Pelaksanaan family centered care pada rumah sakit anak di negara-negara maju sudah terstandar dengan baik, namun
di Indonesia kemungkinan dapat diterapkan tetapi untuk mewujudkannya secara ideal tidak mudah, karena banyak petugas kesehatan terutama perawat yang belum memahami konsep family centered care. Kondisi ini mengakibatkan asuhan keperawatan di Indonesia sering terjebak dalam kegiatan rutinitas di rumah sakit (Purmailani, 2014). Perawat diharuskan mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai bidang. Pengetahuan adalah hasil dari pengindraan manusia atau hasil dari tahu seseorang terhadap suatu objek melalui panca indra yang dimilikinya seperti penglihatan, pendengaran, perabaaan (Notoatmodjo, 2003). Perawat sebagai koordinator adalah perawat yang mampu melakukan koordinasi terhadap semua pelayanan kesehatan yang dapat diterima oleh keluarga dan bekerjasama dengan keluarga untuk perencanaan asuhan keperawatan (Potter & Perry, 2005). Kerjasama perawat dengan keluarga terlihat saat perawat mengikutsertakan keluarga dalam asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Family Centered Care merupakan pendekatan yang digunakan dalam pemberian pelayanan kesehatan pada anak dengan melibatkan orang tua. Family Centered Care juga menekankan keterlibatan keluarga atau orang tua anak dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak di rumah sakit (Hidayat, 2005), maka faktor penting dari family centered care adalah hubungan kerjasama yang mengikutsertakan orang tua dan partisipasi orang tua untuk perawatan anak. Penerapan family centered care bermanfaat untuk meningkatkan kerjasama yang optimal pada keluarga dalam pengambilan keputusan berdasarkan informasi dari keluarga (Saleeba, 2008), 45
sedangkan penelitian dari American Academy of Pediatric (2003) menyatakan penerapan konsep family centered care dapat memberikan manfaat antara lain: menguatkan hubungan tenaga kesehatan dengan keluarga dalam meningkatkan kesehatan dan perkembangan setiap anak, meningkatkan pengambilan keputusan klinis, membuat dan mengembangkan tindak lanjut rencana perawatan berkolaborasi dengan keluarga, meningkatkan pemahaman tentang kekuatan yang dimiliki keluarga, penggunaan sumber-sumber pelayanan kesehatan dan waktu tenaga kesehatan dan waktu tenaga profesional lebih efisien dan efektif, persaingan pemasaran pelayanan kesehatan yang kompetitif, meningkatkan kepuasan profesional, dan mempertinggi kepuasan anak dan keluarga atas pelayanan kesehatan yang diterima. Ini menunjukkan penerapan family centered care dalam asuhan keperawatan anak dapat memberikan manfaat bagi keluarga, rumah sakit dan petugas kesehatan profesional salah satunya perawat. Penelitian Dunst dan Trivette (2009) menunjukkan penerapan konsep family centered care dalam praktik keperawatan, keluarga diperlakukan penuh perhatian, menyampaikan informasi kepada keluarga supaya orang tua memahami tentang keadaan anak dan perawatannya. Perawat melibatkan orang tua untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan dan perawatan anak, dan kerjasama antara orang tua dengan perawat, karena family centered care adalah perawat melibatkan orang tua pada saat melakukan asuhan keperawatan. Ini menunjukan peran perawat sangatlah penting dalam penerapan family centered care. Peran perawat dalam family centered care adalah sebagai fasilitator dalam perawatan anak di
rumah sakit, perawat harus mampu memfasilitasi orang tua dalam berbagai bentuk pelayanan kesehatan dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak (Hidayat, 2005). Peneliti melakukan studi pendahuluan pada bulan Januari 2015 dengan menyebarkan angket terhadap 10 orang tua pasien yang anaknya sudah tiga hari menjalani rawat inap di ruang rawat inap anak Rumah Sakit Santo Yusup Bandung. Hasil studi pendahuluan lewat angket adalah 5 dari 10 orang tua pasien mengatakan perawat di ruangan tidak membantu keluarga jika anak sedang rewel, menangis, gelisah atau takut. Tiga orang tua mengatakan perawatan di ruangan ini sudah baik. Dua orang tua mengatakan perawat tidak memberikan informasi yang dibutuhkan terkait hasil pemeriksaan. Satu orang tua mengatakan perawat di ruangan memberi pelayanan kurang menyenangkan hanya dikarenakan adanya perbedaan suku, budaya atau tingkat sosial yang dimiliki oleh keluarga. Peneliti melakukan wawancara pada perawat anak di ruangan, mereka mengatakan bahwa materi tentang family centered care sudah didapatkan saat perkuliahan, belum adanya pelatihan dan standar operasional pelaksanaan pada family centered care serta belum ada upaya dari rumah sakit untuk melakukan program pelatihan pelaksanaan family centered care. Peneliti juga melakukan observasi di ruangan rawat inap anak Theresia di Rumah Sakit Santo Yusup Bandung. Peneliti melihat bahwa perawat sudah memperhatikan kondisi anak tetapi terlihat kurangnya sikap empati pada anak dan keluarga, sebagai contoh pada saat melihat anak sedang rewel, menangis dan takut. Perawat mengikutsertakan orang tua
46
hanya pada saat memberikan obat injeksi dan obat oral. Peneliti juga melakukan studi pendahuluan pada bulan Mei 2015 dengan menyebarkan angket terhadap 8 orang tua pasien yang anaknya sudah tiga hari menjalani rawat inap di ruang rawat inap anak Rumah Sakit Sekar Kamulyan Kuningan. Hasil studi pendahuluan lewat angket adalah 4 dari 8 orang tua pasien mengatakan perawat di ruangan tidak membantu keluarga jika anak sedang rewel, menangis, gelisah atau takut. Dua orang tua mengatakan perawat tidak memberikan informasi yang dibutuhkan terkait hasil pemeriksaan. Satu orang tua mengatakan perawatan di ruangan ini sudah baik. Satu orang tua mengatakan perawat di ruangan tidak memberi pelayanan yang baik dikarenakan perbedaan suku, budaya dan tingkat sosial yang dimiliki oleh keluarga. Peneliti melakukan wawancara pada perawat anak di ruangan, mereka mengatakan bahwa sudah mendapatkan materi tentang family centered care saat perkuliahan, belum ada standar operasional pelaksanaan pada family centered care dan belum ada upaya dari rumah sakit untuk melakukan program pelatihan pelaksanaan family centered care. Peneliti juga melakukan observasi di ruangan rawat inap anak Daud di Rumah Sakit Sekar Kamulyan. Peneliti mendapatkan bahwa perawat sudah memperhatikan kondisi anak namun dari sikap terlihat empati perawat pada anak dan keluarga kurang. Perawat hanya bertanya kondisi anak pada anaknya dan tidak perhatian penuh. Perawat melibatkan orang tua hanya pada saat akan pemberian obat injeksi dan personal higiene. Hasil dari studi pendahuluan dan observasi serta mengingat betapa pentingnya pelaksanaan family centered care di rumah sakit, maka
peneliti terarik dan ingin mengetahui lebih lanjut untuk melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan dengan sikap perawat dalam pelaksanaan family centered care di ruang rawat inap anak. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain deskriptif korelasi melalui pendekatan cross sectional untuk melihat hubungan pengetahuan dengan sikap perawat dalam pelaksanaan family centered care di ruang rawat inap anap anak. Sampel dalam penelitian ini adalah semua perawat yang berdinas di ruang rawat inap anak Rumah Sakit Santo Yusup Bandung dan Rumah Sakit Sekar Kamulyan Kuningan yang berjumlah 47 perawat. Teknik sampling penelitian ini menggunakan sampel jenuh. Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan 18 pernyataan untuk variabel pengetahuan dan 15 pernyataan untuk variabel sikap. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Pendidikan Distribusi Perawat Berdasarkan Pendidikan di Ruang Rawat Inap Anak Rumah Sakit Santo Yusup Bandung dan Rumah Sakit Sekar Kamulyan Kuningan (n=46) Pendidikan Frekuensi % SPK 4 8,7 D III 39 84,8 SI 3 6,5 Total
46
100
Sumber : (Data Primer, 2015)
Tabel di atas menunjukkan bahwa hampir seluruh perawat (84,8%) berpendidikan D III. 47
2. Usia Distribusi Perawat Berdasarkan Usia di Ruang Rawat Inap Anak Rumah Sakit Santo Yusup Bandung dan Rumah Sakit Sekar Kamulyan Kuningan (n=46) Usia Frekuensi % 17 – 25 tahun 26 – 35 tahun 36 – 45 tahun 46 – 55 tahun
10 18 12 6
21,7 39,1 26,1 13,1
46
100
(DepKes RI, 2009)
Total
Sumber : (Data Primer, 2015)
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian kecil perawat (39,1%) dalam rentang usia dewasa tengah yaitu antara usia 26 – 35 tahun.
Pengalaman Kerja SPK Poltekkes Akper STIKes Universitas
Frekuensi % 4 8,7 2 4,3 26 56,5 13 28,3 1 2,2
Total 46 Sumber : (Data Primer, 2015)
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian perawat (56,5%) latar belakang pendidikan dari Akper (Akademi Keperawatan). B. Hasil Penelitian dan Pembahsan 1. Analisa Univariat a. Pengetahuan perawat tentang family centered care di Ruang Rawat Inap Anak Rumah Sakit Santo Yusup Bandung dan Rumah Sakit Sekar Kamulyan Kuningan (n=46)
3. Pengalaman Kerja Distribusi Perawat Berdasarkan Pengalaman Kerja di Ruang Rawat Inap Anak Rumah Sakit Santo Yusup Bandung dan Rumah Sakit Sekar Kamulyan Kuningan (n=46)
Pengalaman Kerja
Frekuensi
%
< 1 tahun 1 – 5 tahun > 5 tahun
4 9 33
8,7 19,6 71,7
Total
46
100
Sumber : (Data Primer, 2015)
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar perawat (71,7%) memiliki pengalaman kerja > 5 tahun. 4. Latar Belakang Pendidikan Distribusi Perawat Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan di Ruang Rawat Inap Anak Rumah Sakit Santo Yusup Bandung dan Rumah Sakit Sekar Kamulyan Kuningan (n=46)
Pengetahuan Kategori Jumlah Baik 26 Cukup 15 Kurang 5
% 56,5 32,6 10,9
Total
100
46
Sumber : (Data Primer, 2015)
Hasil pengetahuan perawat pada penelitian ini diketahui bahwa dari 46 perawat yang menjadi responden penelitian, sebagian responden 26 perawat (56,6%) mempunyai pengetahuan yang baik tentang family centered care, sisanya 15 perawat (32,6%) mempunyai pengetahuan yang cukup dan 5 perawat (10.9%) mempunyai pengetahuan yang kurang tentang family centered care. Pengetahuan dalam penelitian ini yaitu segala sesuatu yang diketahui, dipahami, dan diaplikasikan oleh perawat tentang 48
family centered care di ruang rawat inap anak. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah pengalaman, tingkat pendidikan, keyakinan, fasilitas yang ada, umur, sosial budaya dan sumber informasi (Notoatmodjo, 2003). Tingkat pendidikan yang dipunyai perawat dapat mempengaruhi pola pikir perawat tersebut. Semakin tinggi pendidikan, maka pola pikir yang dipunyainya akan semakin baik (Notoatmodjo, 2003). Responden yang mempunyai pengetahuan baik sebanyak 26 perawat (56,6%). Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan di ruangan rawat inap anak Theresia dan Daud, yaitu: sebanyak 39 perawat (84,8%) mempunyai tingkat pendidikan DIII dan sebanyak 3 perawat (6,5%) mempunyai tingkat pendidikan S1. Responden yang mempunyai pengetahuan kurang sebanyak 5 orang perawat (10,9%), hal ini dapat mempengaruhi karena masih terdapatnya tingkat pendidikan SPK sebanyak 4 orang perawat (8,7%). Hasil analisa kuesioner yang mempunyai pengetahuan kurang terdapat pada pernyataan nomor 9 yaitu family centered care meminimalkan efek hospitalisasi pada orang tua dan pada pernyataan nomor 7 yaitu keluarga dilibatkan dalam pengambilan keputusan dalam melakukan asuhan keperawatan. Hal ini didukung pada penelitian yang dilakukan oleh (Anggriani, 2014), yang meneliti pengetahuan perawat dengan penerapan identify patient correctly di Rumah Sakit Umum Pemerintah Ratotok Buyat Kabupaten Minahasa Tengara. Hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 23 perawat (63,9%) mempunyai pengetahuan yang baik tentang penerapan identify patient correctly. Hal tersebut dapat terjadi
karena sebagian responden mempunyai tingkat pendidikan D3 sebanyak 45 orang (93,8%). Usia merupakan lama waktu atau keberadaan individu terhitung sejak dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup usia, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir (Huclok, 1998 dalam Wawan dan Dewi, 2011). Usia dapat mempengaruhi bertambah dan berkembang pengetahuan seseorang, namun pada usia lanjut kemampuan dalam menerima dan mengingat informasi akan berkurang. Usia yang secara maksimal dapat mencapai prestasi melalui informasi dan pengetahuan adalah 18–40 tahun. Daya tangkap dan pola pikir seseorang akan berkembang seiring dengan bertambahnya usia, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik (Notoatmodjo, 2010). Hal ini terlihat sebagian kecil responden berumur 26 – 35 tahun yaitu 18 orang perawat (39,1%). Hasil analisa kuesioner responden dengan pengetahuan yang baik, terlihat pada pernyataan nomor 4 yaitu family centered care merupakan pendekatan inovatif dalam implementasi asuhan keperawatan, yang diberikan berdasarkan manfaat hubungan antara perawat dan keluarga yakni orang tua. Kuesioner pada responden dengan pengetahuan cukup terlihat pada pernyataan nomor 6 yaitu family centered care berdampak negatif bagi pemulihan anak saat di rawat di rumah sakit. b. Sikap Sikap Perawat dalam Pelaksanaan Family Centered Care di Ruang Rawat Inap Anak Rumah Sakit Santo Yusup Bandung dan Rumah Sakit Sekar Kamulyan Kuningan (n=46)
49
Sikap Kategori
Frekuensi
%
Mendukung Tidak Mendukung
30 16
65,2 34,8
Total 46 Sumber : (Data Primer, 2015)
100
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar perawat 30 orang (65,2%) memiliki sikap yang mendukung, dan yang tidak mendukung sebanyak 16 perawat (34,8%). Sikap merupakan suatu reaksi atau respon yang diberikan seseorang terhadap stimulus atau obyek (Wawan dan Dewi, 2011). Sikap dalam penelitian ini adalah Nilai-nilai yang dimiliki perawat untuk menerima, merespon, dan menghargai dalam pelaksanaan family centered care di ruang rawat inap anak. Faktor – faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap adalah pengalaman pribadi, pengaruh orang yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan atau agama, dan emosional (Notoatmodjo, 2010). Latar belakang pendidikan atau lembaga pendidikan yang ditempuh perawat dari hasil penelitian diperoleh perawat yang latar belakang pendidikan dari Akper (Akademi Keperawatan) ada 26 perawat (56,5%) dan 13 perawat (28,3%) yang latar belakang pendidikan dari STIKes (Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan). Dari data tersebut dengan latar belakang pendidikan Akper dan STIKes membuktikan bahwa nilai sikap mereka berada di median ≥ 54, yaitu sikap mendukung dari Akper ada 13 perawat dan dari STIKes ada 9 perawat. Bila ditinjau dari segi pengalaman kerja, hampir seluruh perawat
berpengalaman selama lebih dari 5 tahun yaitu 33 perawat (71,7%). Pengalaman pribadi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang terhadap masalah yang dihadapinya dan dapat menjadi dasar pembentukan sikap (Wawan dan Dewi, 2011). Mekanisme perawat dalam menghadapi situasi dalam merawat pasien khususnya dengan family centered care yang melibatkan keluarga, hendaknya disusun dengan menghadapi situasi tersebut tentu dapat membentuk sikap yang lebih baik. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional (Wawan dan Dewi, 2011). Salah satu bentuk mendukungnya sikap perawat dalam pelaksanaan family centered care terlihat pada pernyataan nomor 1 yaitu melibatkan keluarga dalam melakukan asuhan keperawatan selama di rumah sakit merupakan cara dalam melaksanakan family centered care, sebanyak 30 orang perawat (65,2%). Pernyataan tersebut menggambarkan bahwa perawat melibatkan orang tua anak pada asuhan keperawatan. Kuesioner dengan sikap perawat yang tidak mendukung terlihat pada pernyataan nomor 14 yaitu saya mengajak perawat lain untuk membantu keluarga memperoleh dukungan emosional jika keluarga meminta saja, yaitu sebanyak 16 orang perawat (34,8%).
2. Analisa Bivariat Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Perawat dalam Pelaksanaan Family Centered Care di Ruang Rawat Inap Anak Rumah Sakit Santo Yusup Bandung dan Rumah Sakit Sekar Kamulyan Kuningan (n=46)
50
Sumber : (Data Primer, 2015)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat yang mempunyai pengetahuan baik dengan sikap tidak mendukung ada 4 perawat (15,4%), sedangkan perawat yang mempunyai pengetahuan baik dengan sikap mendukung sebanyak 22 perawat (84,6%). Perawat yang mempunyai pengetahuan cukup dengan sikap tidak mendukung ada 7 perawat (46,7%), sedangkan perawat yang mempunyai pengetahuan cukup dengan sikap mendukung sebanyak 8 perawat (53,3%). Perawat yang mempunyai pengetahuan kurang dengan sikap tidak mendukung ada 5 perawat (100%) dan tidak ada (0%) perawat yang mempunyai pengetahuan kurang dengan sikap mendukung. Setelah dilakukan uji statistik, didapatkan hasil p value = 0,004 dibandingkan dengan nilai koefisien alpha (α) = 0,05 , maka p value < α, maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima sehingga ada hubungan bermakana antara pengetahuan dengan sikap perawat dalam pelaksanaan family centered care di ruang rawat inap anak. Pengetahuan merupakan hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objek tertentu, terkait dengan pengindraan melalui pancar indra manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan dengan sendirinya. Pengetahuan sangat berperan penting dalam penentuan sikap yang utuh. (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pengalaman, tingkat pendidikan, lingkungan, usia, sosial budaya dan sumber informasi (Sukmadinata, 2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat yang mempunyai pengetahuan baik dengan sikap mendukung sebanyak 22 perawat (84,6%). Ini dikarenakan perawat memperoleh pengetahuan tentang family centered care adalah saat masa pendidikan dulu, usia yang bertambah, tingkat pendidikan dan pengalaman pribadi dalam mengaplikasikan family centered care pada asuhan keperawatan anak. Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu sedangkan Dahlan (2004) menyatakan bahwa pengetahuan adalah proses hasil belajar, namun pengetahuan dalam menentukan sikap sesesorang akan sesuatu tidaklah cukup. Ini sesuai dengan hasil penelitian diperoleh pengetahuan yang baik dengan sikap tidak mendukung ada 4 perawat (15,4%). Hal ini dikarenakan pengetahuan yang baik, perawat sudah mendapatkan teori family centered care pada saat dibangku kuliah sedangkan sikap yang tidak mendukung tidak hanya dari pengetahuan namun dari minat dalam diri perawat untuk bersikap mendukung dalam pelaksanaan family centered care di ruang rawat inap anak. Sikap suatu individu ditentukan beberapa komponen yaitu: kepribadian, intelegensia, minat (Notoatmodjo, 2003 dalam Wawan dan Dewi, 2011). Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi suatu pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Sikap sangat berkaitan erat dengan tingkat pengetahuan seseorang. Sikap seseorang terhadap suatu obyek, menunjukkan 51
pengetahuan orang tersebut terhadap obyek yang bersangkutan (Katz, 1964 dalam Wawan dan Dewi, 2011). Ini sejalan dengan hasil penelitian yang diperoleh perawat yang mempunyai pengetahuan cukup dengan sikap mendukung sebanyak 8 perawat (53,3%). Pengetahuan yang cukup ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, bertambahnya usia perawat sehingga pola pikir dan wawasan yang dipunyai perawat semakin bertambah, selain itu sikap dipengaruhi oleh pengetahuan yang dipunyai perawat. Sikap yang dipunyai seseorang akan baik jika pengetahuan yang dipunyainya baik juga (Notoatmodjo, 2003). Semakin baik pengetahuan yang dipunyai perawat maka baik juga sikap yang dipunyai perawat dalam pelaksanaan family centered care. Hasil penelitian diperoleh bahwa perawat yang mempunyai pengetahuan cukup dengan sikap tidak mendukung ada 7 perawat (46,7%). Ini terlihat dari analisa kuesioner pada responden dengan sikap tidak mendukung terlihat pada kuesioner pernyataan nomor 14 yaitu saya mengajak perawat lain untuk membantu keluarga memperoleh dukungan emosional jika keluarga meminta saja. Pengetahuan cukup ini juga terlihat pada kuesioner pengetahuan dengan pernyataan nomor 6 yaitu family centered care berdampak negatif bagi pemulihan anak saat di rawat di rumah sakit. Hal ini dikarenakan saat mengisi kuesioner ada perawat yang belum mengetahui dan kurang terpapar mengenai family centered care. Pengetahuan yang kurang mampu mempengaruhi tindakan yang akan dilakukan dan sikap yang utuh. Pengetahuan yang kurang dapat terlihat terutama pada pernyataan nomor 9 yaitu family centered care meminimalkan efek hospitalisasi pada orang tua. Hasil
penelitian menunjukan pengetahuan yang kurang dengan sikap tidak mendukung ada 5 perawat (100%) dan tidak ada (0%) pengetahuan yang kurang dengan sikap mendukung. Responden masih kurang terpapar dan kurangnya sosialisasi mengenai family centered care serta belumnya adanya pelatihan mengenai family centred care di ruang rawat inap anak. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yakni positif dan negatif. Semakin banyak aspek positif pada suatu objek yang diketahui maka akan menimbulkan sikap positif pada objek tertentu (Wawan, 2011). Pengetahuan yang kurang akan cenderung mempunyai sikap yang tidak mendukung atau negatif (Notoatmodjo, 2003). Hasil penelitian yang dilaksanakan di Ruangan Theresia Rumah Sakit Santo Yusup Bandung diperoleh perawat yang mempunyai pengetahuan baik ada 15 perawat (53,6%). Perawat yang mempunyai pengetahuan cukup ada 9 perawat (32,2%) dan perawat yang mempunyai pengetahuan kurang ada 4 perawat (14,2%), sedangkan perawat yang mempunyai sikap mendukung ada 15 perawat (53,6%) dan perawat yang mempunyai sikap tidak mendukung 13 perawat (46,4%). Hal ini menunjukkan bahwa di Ruangan Theresia sebagian perawat mempunyai pengetahuan yang baik dan sikap yang mendukung. Hasil penelitian yang juga dilaksanakan di Ruangan Daud Rumah Sakit Sekar Kamulyan Kuningan diperoleh perawat yang mempunyai pengetahuan baik ada 11 perawat (61,1%). Perawat yang mempunyai pengetahuan cukup ada 6 perawat (33,3%) dan perawat yang mempunyai pengetahuan kurang ada 1 perawat (5,6%), sedangkan perawat yang mempunyai sikap mendukung ada 15 52
perawat (83,3%) dan perawat yang mempunyai sikap tidak mendukung 3 perawat (16,7%). Hal ini menunjukkan bahwa di Ruangan Daud sebagian besar perawat mempunyai pengetahuan yang baik dan sikap yang mendukung. KESIMPULAN DAN SARAN Simpulan
1. Pengetahuan perawat di ruang rawat inap anak Rumah Sakit Santo Yusup Bandung dan Rumah Sakit Sekar Kamulyan Kuningan tentang family centered care sebagian perawat mempunyai pengetahuan dalam kategori baik, yaitu sebanyak 26 perawat (56,5%). 2. Sikap perawat dalam pelaksanaan family centered care di ruang rawat inap anak Rumah Sakit Santo Yusup Bandung dan Rumah Sakit Sekar Kamulyan Kuningan, sebagian besar perawat mempunyai sikap mendukung, yaitu sebanyak 30 perawat (65,2%) 3. Menunjukan adanya hubungan pengetahuan dengan sikap perawat dalam pelaksanaan family centered care di ruang rawat inap anak Rumah Sakit Santo Yusup Bandung dan Rumah Sakit Sekar Kamulyan Kuningan dengan p value : 0,004. Saran
1. Bagi Rumah Sakit Santo Yusup Bandung dan Rumah Sakit Sekar Kamulyan Kuningan. Mengadakan program pelatihan mengenai family centered care dan pelaksanaannya pada asuhan keperawatan anak guna mngembangkan dan meningkatkan pelaksanaan family centered care di pelayanan keperawatan anak serta mengupayakan family centered care
sebagai SOP (Standar Operasional Pelaksanaan) pada pelayanan keperawatan khususnya di keperawatan anak. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini dapat menjadi data pendukung dan acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya. Peneliti selanjutnya dapat mengambil tema mengenai hubungan tingkat pengetahuan perawat dalam pelaksanaan family centered care di ruang rawat inap anak. DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz. (2007). Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah . Jakarta : Salemba Medika Alimul, Aziz. (2012). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisa data. Jakarta : Salemba Medika American Academy of Pediatric. (2003). Family Centered Care and The Pediatrican’s Role. Journal of American Academic of Pediatric. Volume 112. Page 691 - 696 http://www.aappublications.org/e gl/reprint/pediatrics;112/3/691.pd f . Diakses pada hari Jumat 20 November 2014 Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Edisi Revisi VI. Jakarta : Rineka Cipta Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Cetakan 14. Jakarta : Rineka Cipta Bantu, Anggriani. (2014). Hubungan Pengetahuan Perawat dengan Penerapan Identify Patient Correcly di RSUP Ratatotok Buyat Kabupaten Minahasa
53
Tenggara. Jurnal universitas sam ratulangi. Diakses 13 Juli 2015 Dahlan, J.A. (2004). Meningkatkan Kemampuan Perubahan dan Penalaran Matematika Siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama melalui Pendekatan Open-ended. Disertasi PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan Dunst.C,J., Trivette C.M.T. (2009). Metaanalytic structural equation modeling of the infuences of family-centere care on parent and child psychological health. International Journal of Pediatrics.(2009) page 1-9 Hidayati, W. (2008). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : Teras Hidayat, A. A. (2005). Pengantar ilmu anak I. Jakarta : Salemba Medika Kisanti, A. (2008). Kehamilan. article kehamilan availabel online. http//www.akbid.com. Diakses 1 Desember 2014 Kusnanto. (2003). Pengantar profesi dan praktik keperawatan profesional. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu kesehatan masyarakat prinsip-prinsip dasar. Jakarta : Rineka Cipta Notoadmodjo, S. (2010). Metodelogi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nursalam. (2003). Konsep dan penerapan metodelogi penelitian ilmu keperawatan. Ed. 1 Jilid 1. Jakarta : EGC Priyatno, Dwi. (2008). Mandiri Belajar SPSS Untuk Analisis data dan Uji Statistik. Mediakom Potter & Perry. (2005). Fundamental keperawatan: Volume 2. Jakarta : EGC
Purmailani. (2014). Pengaruh pendekatan family centered care terhadap penurunan kecemasan pasien anak toddler di Rumah Sakit Emanuel Klampok Banjarnegara. Jurnal unversitas muhamadiyah purwokerto. Riduwan. (2004). Metode dan teknik menyusun thesis. Cetakan kedua. Bandung : Alfabeta Riyanto, Agus (2011). Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan (Dilengkapi Uji Validitas dan Reliabilitas serta Aplikasi Program spss). Yogyakarta : Nuha Medika Saleeba, A. (2008). The importance of family centered care in pediatric nursing , family. http://www.aap.org/profed/ID.pdf . Diakses 12 Januari 2015 Setiadi. (2013). Konsep dan praktik penulisan riset keperawatan. Edisi kedua. Yogyakarta : Graha Ilmu Siregar, Syofian. (2013). Metode penelitian kuantitatif: dilengkapi dengan perbandingan perhitungan manual & SPSS. Jakarta: Kencana Sugiyono. (2013). Metode penelitian kombinasi (mixed methods). Cetakan ke-4. Bandung : Alfabeta Sukmadinata, Nana S. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : Renaja Rosdakarya Supartini, Y. (2004). Konsep dasar keperawatan anak. Jakarta : EGC Solikhah, Umi. (2011). Aplikasi family centered care di ruang perawatan neonatus. Jurnal Studi Gender Yin Yun Wawan, dan Dewi. (2011). Teori dan pengukuran pengetahuan, sikap, 54
dan perilaku, manusia. Yogyakarta : Nuha Medika Wong, D.L.& Hockenberry, M.. (2001). Wong’s esentials of pediatric nursing. 6th edition. St. Louis: Mosby
Wong,
D.L.& Hockenberry, M.,Wilson,D.,Winkelstein, M.L., & Schwarts,P. (2008). Buku ajar keperawatan pediatrik edisi 6 volume 1. Jakarta : EGC
55