Devh Kim
Sarang-a Penerbit
Devh’s Book
Sarang-a ( a fanfiction by Devh Kim ) Oleh: Devh Kim Copyright © 2012 by Devh Kim
Penerbit Devh’s Book E-mail:
[email protected]
Desain Sampul: Devh Kim
Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com
2
Big Thanks To:
The One and Only: Allah SWT. Nulisbuku.com and team - behind the scene’s force of creativity. My Family and Nae Chingu And, all ( Kim Key Bum, IU, Im YooNa, Choi Sulli, Lee Tae Min, Park Ji Yeon, Kwon Yu Ri, Choi Min Ho .etc) – You’re the Inspiration. Para pembaca dan calon pembacaku. Jeongmal kamsahamnida, and happy reading
Regards, Devh Kim Contact me: Website: www.devhee.wordpress.com E-mail:
[email protected]
3
Fanfiction List
1. You’re My Symphony 2. I Love Mom 3. My Little Brother is Banana Milk 4. Silly Autumn Part I 5. Silly Autumn Part II 6. Silly Autumn Part III
4
1. You’re My Symphony Cast
: Kim Ki Bum (Key) Lee Ji Eun (IU) Kim Devhee Im YooNa
Length
: oneshoot
Genre
: Romance
*** Untukmu yang terindah… Tahukah kau bahwa disetiap lompatan jemarimu tercipta alunan yang begitu syahdu? Dentingan demi dentingan, meskipun lirih.. Namun mampu menyeruak masuk hingga ke dasar kalbuku.. Meski hanya kalimat sederhana disetiap baitmu… Namun apa kau tahu? Melodimu telah menjeratku.. Wahai insan terindah..
5
Bolehkah ku temui jiwamu yang tengah bersenandung? Mengapit lenganmu dan membawamu meniti tangga lagu, bersamaku? Menunjukan pada isi dunia.. Bahwa kaulah Simponiku… *** “ Ya! Ji Eun-a” Devh mengibas-ngibaskan tangannya didepan muka Ji Eun. Namun gadis itu tetap bergeming. Matanya menatap kosong kedepan. Ada grand piano berwarna hitam mengkilap disana, namun sepertinya pandangannya bukan ditujukan pada piano tersebut, melainkan kepada sosok namja yang baru saja beranjak dari kursi piano. Namja itu menatap sebentar dua orang siswi yang tak juga beranjak dari kelas musik. Salah satu siswi yang berambut sebahu terlihat bersungutsungut, sementara yang satunya lagi sedang menatapnya datar. Kini pandangan Ji Eun dan pandangan namja itu bertemu. Untuk beberapa detik mereka saling berpandangan dalam diam. Sampai sudut bibir namja itu terangkat, menyunggingkan sebuah senyuman yang.. hmm.. ‘manis’ Ia membungkuk memberi salam, kemudian melangkahkan kakinya menuju pintu kelas. 6
Pandangan Ji Eun masih tak lepas dari namja itu. Tatapannya mengikuti kemanapun arah namja itu melangkah. “ Lee Ji Eun, Kim Devhee, bukankah setelah ini kalian ada pelajaran Vocal?” Ucap namja itu. Kini ia berhenti di ambang dipintu kelas. DEG!! Ada sesuatu yang mencelos dari dalam diri Ji Eun. Benarkah.. namja itu menyebut namanya? Lee Ji Eun? Benarkah namja itu mengetahui namanya? “ N..ne? kau tahu namaku?” Bukannya menjawab. Ji Eun malah kembali melontarkan pertanyaan. Namja itu tersenyum lagi. “ Tentu” Katanya sambil menunjuk ke label nama yang ada di seragam Ji Eun. “ Pintunya mau ku tutup, apa kalian masih mau disini?” “ Aniyo..!” Sahut Devh cepat. “Ji Eun-a ayo pergi dari sini.. kita pindah kelas..” Devh menariknarik lengan Ji Eun mengajaknya pergi. “ Mianhamnida, Kibum sunbaenim..” Ucap Devh ketika melewati namja itu. Ia membungkuk berkali-kali sebagai bentuk penyesalan. Berbeda dengan Ji Eun, gadis itu masih menatap Ki Bum tanpa mengucapkan sepatah katapun. Devh mencubit ringan lengannya. Dan itu membuat Ji Eun terkesiap, artinya tadi dia kembali melamun.
7
“ Mianhamnida..” Ucapnya setelah sadar lalu membungkuk 45 derajat. *** Ji Eun melihat sekeliling bangku makan kantin sekolah yang mulai dipenuhi siswa. Ia terlihat sibuk mencari seseorang yang setiap hari biasa duduk di sudut gazebo untuk makan. Namun hari ini, sosok itu tak juga muncul. Padahal jam istirahat sudah 15 menit berlalu. Ji Eun mendengus, ia mengaduk-aduk makanannya dengan malas. Entah mengapa tak melihat namja itu sehari saja sudah membuatnya merasa tak bergairah. *** “Geure geurotge nega noye sarami dwen-goya (benar, itu adalah alasan mengapa aku menjadi priamu) Motnatdon neuchuok deuri ijen giokjocha anna (semua memori yang menyakitkan tak lagi aku ingat) Nareul kkokjapeun soni Bumchorom ttatteuhaeso ( karena tanganmu yang memegangku erat, hangat seperti musim semi) Ije kkumchorom nemameun geode gyote gamanhi momcwosoyo ( dan sekarang mimpiku telah terhentikan olehmu) 8
Hansun-gan do kkeji anneun kket opneun kkumeul kkwoyo (tak akan pernah bangun dari mimpi-mimpi yang tak berujung) Ije sumchorom ne gyote Hansang swimyo geurotge issojumyon (sekarang aku bisa bernapas, jika kau tetap disampingku, jika kau tetap seperti ini) Nothing better nothing better than you Nothing better nothing better than you (tak ada yang lebih baik daripadamu) ” Ji Eun mengerjapkan matanya. Mengangkat mukanya yang sedari tadi ia sandarkan di jendela. Memperhatikan dengan seksama namja yang mendendangkan sebuah lagu hingga dibait terakhir. Ia sudah menduganya, namja yang tak juga muncul saat jam makan siang dikantin sekolah. Pastilah dia berada di tempat ini. Menyendiri di kelas music dengan pintu terkunci. Betapa merdu suaranya, melantunkan bait demi bait dengan penuh penjiwaan. Damai… rasanya seperti ada angin segar yang menerpa. Sungguh raut tampan itu sangat tenang.., menari-narikan jarinya diatas keyboard piano yang usang. Ji Eun mendengus. Sejenak ia berpikir. Bagaimana mungkin ia begitu menyukai namja itu. 9
Kim Ki Bum, namja yang hanya berprofesi sebagai seorang pelatih music dan tak jelas asal-usulnya?. Ji Eun tersenyum sekilas, dalam benaknya tertoreh sebuah pernyataan, atau lebih tepatnya sebuah pembenaran. Bahwa sangat beruntung dunia ini diciptakan kata ‘ tak apa ’. Ia berpikir mungkin ‘tak apa’ ia menyukai Ki Bum. ‘tak apa’ meski Ki Bum tak jelas asal-usulnya. ‘tak apa’ meskipun kenyataan Ki Bum tak berharta. Atau mungkin ‘tak apa’ jika ternyata namja itu tak mengetahui bahwa ia sangat menyukainya. Ji Eun bergeser, membuat jendela yang terbuka setengahnya itu berdecit pelan. Suasana saat itu sunyi dan mulai malam. Membuat namja itu dengan mudah menyadari bahwa ada seseorang yang berdiri di balik jendela. “ Nuga?” Ucap Ki Bum. Ia bergegas mendekati jendela. Menyibakkan tirai yang menghalangi kearah samping. Dan nihil! ia tak mendapati apapun. ***
10