HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DAN MENGGOSOK GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK PRA SEKOLAH USIA 4 – 6 TAHUN DI TK ANAK CERDAS PP PAUDNI KABUPATEN SEMARANG
ARTIKEL
Oleh DESTRI MAYA RANI NIM. 030215A020
PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2016
HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DAN MENGGOSOK GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK PRA SEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK ANAK CERDAS PP PAUDNI KABUPATEN SEMARANG
Destri Maya Rani Email :
[email protected] D-IV KEBIDANAN NGUDI WALUYO ABSTRACT The number of dental caries in Central Java is high which means 87% children aged 5-6 years old already suffer from dental caries. The factors affecting the incidence of dental caries is the frequency of consuming cariogenic food and brushing teeth. This research aims to find the correlation between frequency of consuming cariogenic food and brushing teeth with incidences of dental caries in preschool age children 4-6 years old at PP PAUDNI Semarang. The kind of this research wos analytic survey with cross-sectional design. The subjects of this research were pre-school children aged 4-6 years old at PP PAUDNI Semarang with 57 children as the samples. The research method was total sampling and the instruments were FFQ, checklist, and observation papers. Data were obtained statistically and analyzed by us the fisher exact test and using SPSS 16.0 version for windows. As the result of the analysis, this research showed that most children had often frequency of consuming cariogenic food as many as 37 children (64,9%) and the children with seldom frequency of consuming cariogenic food were 20 children (70,0%). Most children with bad frequency of brushing teeth were 30 children (52,6%) and children with good frequency of brushing teeth were 27 children (47,4%) and the children having no dental caries were 8 children (14,0%). There was a corelation between Cariogenic food consumption (0,017) and frequency of brushing teeth (0,021). There is a correlation between frequency of consuming cariogenic food and brushing teeth with incidences of dental caries in preschool age children 4-6 years old at PP PAUDNI Semarang Keywords: Frequency of consuming cariogenic food, brushing teeth, dental caries, pre-school age children.
PENDAHULUAN Menurut data dari pengurus besar PDGI (Persatuan Dokter Gigi Indonesia) menyebutkan bahwa sedikitnya 89% penderita gigi berlubang adalah anak-anak usia dibawah 12 tahun. Berdasarkan hasil survey yang dipaparkan, Sekretaris Persatuan Dokter Gigi (PDGI) Jawa Tengah, drg. Karjati, sebanyak 87% anak usia 5 - 6 tahun sudah menderita karies pada giginya (Kemenkes RI, 2011). Pada anak-anak karies gigi disebabkan bukan karena satu faktor kejadian saja seperti penyakit menular lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu. Karies merupakan penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab langsung terbentuknya karies. Ada 4 (empat) faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan faktor waktu. Selain
Hubungan frekuensi konsumsi makanan kariogenik dan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak pra sekolah usia 4-6 tahun di PP PAUDNI Kabupaten Semarang
1
faktor langsung juga terdapat faktor tidak langsung yang disebut sebagai faktor resiko luar yaitu usia, jenis kelamin, sosial ekonomi, pola makan dan frekuensi menggosok gigi (Masjoer, 2007 dan Tarigan, 2013). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 16 Maret 2016 di PP PAUDNI Kabupaten Semarang berjumlah 60 anak berusia 4-6 tahun dan dilakukan pemeriksaan dari 10 anak diperoleh 7 anak yang mengalami karies gigi. Berdasarkan data yang didapat mengenai frekuensi konsumsi makanan kariogenik dan menggosok gigi terhadap 7 anak (100%) tersebut semuanya mengkonsumsi makanan kariogenik yaitu makanan yang mudah hancur di dalam mulut, manis dan lengket, Seperti permen, coklat, kue-kue, biskuit, susu dan es krim ≥ 4 kali/hari, 3 anak (42,8%) dengan frekuensi menggosok gigi < 2 kali sehari dan 4 anak (57,1%) dengan frekuensi menggosok gigi 2-3 kali sehari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan frekuensi konsumsi makanan kariogenik dan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak pra sekolah usia 4 – 6 tahun di TK Anak Cerdas PP PAUDNI Kabupaten Semarang. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan dalam penelitin ini adalah survey analitik dengan metode pendekatan cross sectional. Survey analitik yaitu menggali hubungan hubungan antara frekuensi konsumsi makanan kariogenik dan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak pra sekolah usia 4 - 6 tahun di TK Anak Cerdas PP PAUDNI Kabupaten Semarang. Penelitian ini dilakukan di TK Anak Cerdas PP PAUDNI Kabupaten Semarang pada bulan Juli 2016. Populasi berjumlah 60 anak dan semua dijadikan sampel. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu cara pengambilan sampel dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel dan disesuaikan dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Pengumpulan data menggunakan lembar Food Frequency Questionnaire (FFQ), observasi dan cheklis. Lembar Food Frequency Questionnaire (FFQ) untuk mengetahui frekuensi konsumsi makanan kariogenik, lembar observasi untuk mengetahui frekuensi menggosok gigi sedangkan lembar cheklist untuk mengetahui kejadian karies. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariat menggunakan distribusi frekuensi dan presentase sedangkan analisa bivariat menggunakan fisher exact test. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisa Univariat Frekuensi konsumsi makanan kariogenik Tabel 4.1Distribusi Frekuensi konsumsi makanan kariogenik pada anak pra sekolah usia 4 – 6 tahun Frekuensi Konsumsi Makanan Kariogenik Jarang (< 4 kali sehari) Sering (≥ 4 kali sehari) Jumlah
Frekuensi
Persentase (%)
20 37 57
35,1 64,9 100,0
Hubungan frekuensi konsumsi makanan kariogenik dan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak pra sekolah usia 4-6 tahun di PP PAUDNI Kabupaten Semarang
2
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar frekuensi konsumsi makanan kariogenik dalam kategori sering yaitu sejumlah 37 anak (64,9%) dan kategori jarang yaitu sejumlah 20 anak (35,1%). Gambaran konsumsi makanan kariogenik Tabel 4.2 Gambaran rata-rata frekuensi konsumsi makanan kariogenik pada anak pra sekolah usia 4 – 6 tahun Bahan makanan Coklat Permen Biskuit Roti manis/roti isi Minum Susu dot Susu UHT
Jarang
Sering
≤ 1 x/hr ≤ 1 x/hr 1 - 2 x/hr 1 - 2 x/hr 1 - 2 x/hr ≤ 1 x/hr
4 - 5 x/hr 4 x/hr 4 -5 x/hr 4 - 5x/hr 4 x/hr 4 x/hr
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar makanan kariogenik yaitu coklat 4 - 5 x/hr, biskuit 4 - 5 x/hr, roti manis/roti isi 4 - 5 x/hr, permen 4 x/hr, minum susu menggunakan dot 4 x/hr dan susu UHT 4 x/hr. Frekuensi menggosok gigi Tabel 4.3 Distribusi frekuensi menggosok gigi pada anak pra sekolah usia 4 – 6 tahun Frekuensi Menggosok Gigi Baik ( 2-3 kali sehari) Tidak Baik ( < 2 kali sehari ) Jumlah
Frekuensi
Persentase (%)
27 30 57
47,4 52,6 100,0
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, dapat diketahui bahwa setengah dari frekuensi menggosok gigi dalam kategori tidak baik yaitu sejumlah 30 anak (52,6%) dan kategori baik yaitu sejumlah 27 anak (47,4%). Kejadian karies gigi Tabel 4.4 Distribusi frekuensi kejadian karies gigi pada anak pra sekolah usia 4 – 6 tahun Kejadian karies gigi
Frekuensi
Persentase (%)
Karies (jika ada jarinngan keras gigi yang rusak)
49
86,0
Tidak karies (jika tidak ada jaringan gigi yang rusak)
8
14,0
Jumlah
57
100,0
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar anak pra sekolah usia 4 – 6 tahun di TK Anak Cerdas PP PAUDNI Kabupaten Semarang mengalami kejadian karies gigi, yaitu sejumlah 49 anak (86,0%) dan tidak mengalami karies gigi sejumlah 8 anak (14,0%).
Hubungan frekuensi konsumsi makanan kariogenik dan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak pra sekolah usia 4-6 tahun di PP PAUDNI Kabupaten Semarang
3
Analisa Bivariat Hubungan Frekuensi Konsumsi Makanan Kariogenik dengan Kejadian Karies Gigi Tabel 4.5 Hubungan frekuensi konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi pada anak pra sekolah usia 4 – 6 tahun Kejadian Karies Gigi Frekuensi konsumsi makanan kariogenik
Karies
Total
Tidak karies
p-value
Jarang Sering
f 14 35
% 70,0 94,6
f 6 2
% 30,0 5,4
F 20 37
% 100,0 100,0
Jumlah
49
86,0
8
14,0
57
100,0
0,017
Berdasarkan tabel 4.5, di atas dapat di ketahui bahwa sebagian besar anak dengan frekuensi konsumsi makanan kariogenik sering mengalami karies gigi sebanyak 35 anak (94,6%) yang tidak mengalami karies sebanyak 2 anak (5,4%) dan anak dengan frekuensi konsumsi makanan kariogenik jarang mengalami karies gigi sebanyak 14 anak (70%) yang tidak mengalami karies sebanyak 6 anak (30%). Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji fisher exact test (α=0,05) diketahui bahwa p-value = 0,017 (p ≤ 0,05) maka dapat diinterpretasikan ada hubungan antara frekuensi konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi pada anak pra sekolah usia 4 – 6 tahun di TK Anak Cerdas PP PAUDNI Kabupaten Semarang. Hubungan Frekuensi Menggosok Gigi dengan Kejadian Karies Gigi Tabel 4.6 Hubungan frekuensi menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak pra sekolah usia 4 – 6 tahun Kejadian Karies Gigi Frekuensi menggosok gigi
Total
p-value
karies f % 20 74,1
Tidak karies F % 7 25,9
F 27
% 100,0
Tidak baik
29
96,7
1
3,3
30
100,0
Jumlah
49
86,0
8
14,0
57
100,0
Baik
0,021
Berdasarkan tabel 4.6, di atas dapat di ketahui bahwa sebagian besar anak dengan frekuensi menggosok gigi tidak baik mengalami karies gigi sebanyak 29 anak (96,7%) yang tidak mengalami karies sebanyak 1 anak (3,3%) dan anak dengan frekuensi menggosok gigi baik mengalami karies gigi sebanyak 20 anak (74,1%) yang tidak mengalami karies sebanyak 7 anak (25,9%). Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji fisher exact test (α=0,05) diketahui bahwa p-value = 0,021 (p ≤ 0,05) maka dapat di interpretasikan ada hubungan antara frekuensi menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak pra sekolah usia 4–6 tahun di TK Anak Cerdas PP PAUDNI Kabupaten Semarang.
Hubungan frekuensi konsumsi makanan kariogenik dan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak pra sekolah usia 4-6 tahun di PP PAUDNI Kabupaten Semarang
4
PEMBAHASAN Analisa Univariat Frekuensi Konsumsi Makanan Kariogenik Berdasarkan hasil penelitian dari 57 responden (100%) frekuensi konsumsi makanan kariogenik paling banyak adalah kategori sering yaitu sejumlah 37 anak (64,9%). Berdasarkan hasil wawancara food frequency quetionary (FFQ) terhadap pengasuh anak, makanan kariogenik yang sering dikonsumsi beragam mulai dari coklat 4 - 5 x/hr, biskuit 4 - 5 x/hr, roti manis/roti isi 4 - 5 x/hr, permen 4 x/hr, minum susu menggunakan dot 4 x/hr dan susu UHT 4 x/hr. Hal ini diketahuin bahwa responden yang mempunyai frekuensi konsumsi makanan kariogenik sering sebagian besar anak dari orang tua yang bekerja sehingga untuk sarapan pagi diberi roti manis / roti isi dan bekal kesekolah pun diberi roti manis / roti isi, biskuit dan susu UHT karena dianggap lebih praktis dan anak sangat menyukai makanan tersebut. Menurut Ramadhan (2010), dalam sehari dibatasi 4 kali per hari untuk total makanan kariogenik agar gigi mempunyai waktu untuk menetralisir asam yang ada dalam mulut, Adapun dalam mengkonsumsi makanan manis diluar jam makan utama yakni makan pagi, siang dan malam sangat mempengaruhi terjadinya karies gigi. Karena pada waktu jam makan utama, air ludah yang dihasilkan cukup banyak sehingga mambantu membersihkan gula dan bakteri yang menempel pada gigi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Agus (2013), pada anak SDN 1 Gogodalem Kec. Bringin Kab. Semarang, dari 47 anak yang mengkonsumsi makanan kariogenik sering yaitu sejumlah 40 anak (85,1%) bahwa anak SD lebih sering mengkonsumsi makanan kariogenik dari pada anak pra sekolah. Adapun dugaan kemungkinan karena usia tersebut aktifitas fisik meningkat seperti bermain dan berolahraga sehingga frekuensi makannya pun meningkat serta uang jajan yang lebih banyak, hal ini memicu anak untuk membeli makanan yang bersifat kariogenik yang mereka gemari. Frekuensi Menggosok Gigi Berdasarkan hasil penelitian dari 57 responden (100%) frekuensi menggosok gigi paling banyak adalah kategori tidak baik yaitu sejumlah 30 anak (52,6%), berdasarkan hasil wawancara terhadap responden yang mempunyai frekuensi menggosok gigi tidak baik, karena sebagian besar anak belum mengerti pentingnya menjaga kesehatan mulut dan gigi sehingga mereka malas untuk menggosok gigi secara teratur yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur serta sebagian besar orang tua kurang memperhatikan kebersihan dan kesehatan gigi anak. Alasan yang paling banyak ditemukan adalah masih banyak orangtua yang beranggapan bahwa gigi pada anak adalah gigi susu yang nantinya akan berganti dengan gigi tetap. Penyebab rekuensi menggosok gigi dapat menyebabkan karies gigi karena disebabkan oleh peningkatan akumulasi plak. Frekuensi menggosok gigi sangat berhubungan dengan efektifitas terjadinya pembentukan plak dan kesehatan gigi. Menggosok gigi banyak pengaruhnya untuk menghilangkan plak. Menggosok gigi yang benar dilakukan 2-3 kali sehari yaitu setelah sarapan dan sebelum tidur malam. Untuk mencegah kerusakan gigi dan penyakit gusi, menggosok gigi menggunakan pasta gigi yang mengandung flour dan membersihkan dengan
Hubungan frekuensi konsumsi makanan kariogenik dan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak pra sekolah usia 4-6 tahun di PP PAUDNI Kabupaten Semarang
5
benang gigi serta kunjungan dokter gigi secara teratur. Gosok gigi dengan benar setidaknya 2 menit minimal 2 kali sehari guna menjaga kebersihan mulut dan gigi dilakukan dengan menggosok gigi tidak hanya waktu mandi namun menggosok gigi yang baik yaitu setiap habis makan dan sebelum tidur karena bila anak menggosok gigi sebelum sarapan ada rentang waktu lama membiarkan gigi kotor karena sisa-sisa makanan, begitu juga disore hari menggosok gigi saat mandi sore berarti membiarkan gigi dalam kondisi kotor dalam waktu yang sangat lama. Keadaan seperti ini dapat menyebabkan penumpukan plak yang dapat menyebabkan karies gigi (Harlina, 2010 dan Nasir, 2009). Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Rahayu, 2012) pada anak usia Sekolah Dasar di Madrasah Ibtidaiyah Al-Istiqomah Tangerang, dari 108 responden dengan kebiasaan menggosok gigi tidak baik sejumlah 61 responden (56%) pada penelitian ini frekuensi menggosok gigi tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian bahwa sebagian anak dengan frekuensi menggosok gigi tidak baik. Kejadian Karies Gigi Berdasarkan Kemenkes RI (2011) dari Sekretaris Persatuan Dokter Gigi (PDGI) Jawa Tengah, drg. Karjati, pada anak usia 5 - 6 tahun telah mengalami karies gigi sebanyak 87% anak dan hasil penelitian anak yang mengalami karies gigi 49 anak (86,0%) pada penelitian ini anak yang mengalami karies gigi tidak jauh berbeda dengan data yang diperoleh dari Kemenkes RI (2011). Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi mulai dari email, dentin, dan meluas ke arah pulpa. Karies dikarenakan berbagai sebab, di antaranya adalah karbohidrat, mikroorganisme dan air ludah, permukaan dan bentuk gigi, serta dua bakteri yang menyebabkan untuk gigi berlubang adalah Streptococcus mutans dan Lactobacillus. Jika dibiarkan tidak diobati, penyakit dapat menyebabkan rasa sakit, kehilangan gigi, dan infeksi (Tarigan, 2013). Penyebab utama karies adalah adanya proses demineralisasi pada email gigi. Dimana bakteri yang menempel pada permukaan plak akan menghasilkan asam dan melarutkan permukaan email sehingga terjadi proses demineralisasi. Demineralisasi tersebut mengakibatkan proses awal karies pada email. Bila proses ini sudah terjadi maka terjadi progresivitas yang tidak bisa berhenti sendiri, kecuali dilakukan pembuangan jaringan karies dan dilakukan penumpatan (penambalan) pada permukaan gigi yang terkena karies oleh dokter gigi (Elvira, 2008). Analisa Bivariat Hubungan frekuensi konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi Hasil uji statistik menggunakan uji fisher exact test (α=0,05) diketahui bahwa p-value = 0,017 (p ≤ 0,05) ada hubungan antara frekuensi konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi. Semakin sering frekuensi konsumsi makanan kariogenik maka peluang terjadinya karies gigi semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan teori Andriani (2014), Makanan kariogenik adalah makanan yang dapat menyebabkan terjadinya karies gigi. Sifat makanan kariogenik adalah banyak mengandung karbohidrat, lengket dan mudah hancur di dalam mulut seperti permen, coklat, biskuit, roti manis, kue-kue, ice cream dan susu. Pengulangan konsumsi karbohidrat yang terlalu sering menyebabkan produksi asam oleh bakteri menjadi lebih tinggi sehingga keasaman rongga mulut
Hubungan frekuensi konsumsi makanan kariogenik dan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak pra sekolah usia 4-6 tahun di PP PAUDNI Kabupaten Semarang
6
menjadi lebih asam dan semakin banyak email yang terlarut yang menyebabkan karies gigi. Adapun dalam sehari dibatasi 4 kali per hari untuk total makanan kariogenik agar gigi mempunyai waktu untuk menetralisir asam yang ada dalam mulut (Ramadhan, 2010). Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Agus, 2013) yang berjudul hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi pada anak SDN 1 Gogodalem Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang bahwa ada hubungan konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi dengan p-value = 0,000 (p ≤ 0,05). Sebagian besar responden mengalami karies gigi karena seringnya mengkonsumsi makanan kariogenik. Hasil penelitian menunjukan bahwa anak yang frekuensi konsumsi makanan kariogenik sering dengan kejadian karies gigi paling banyak yaitu sejumlah 35 anak (94,6%) dan frekuensi konsumsi makanan kariogenik sering tetapi tidak dengan kejadian karies gigi sejumlah 2 anak (5,4%) hal itu disebabkan karena meskipun frekuensi konsumsi makanan kariogenik sering anak selalu diajarkan agar berkumur setelah mengkonsumsi makanan kariogenik serta banyak minum air putih setelah mengkonsumsi makanan kariogenik. Pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh orang tua kepada anak menunjukkan bahwa orang tua dapat dinilai tanggap terhadap kesehatan terutama kesehatan gigi dan mulut pada anak. Hubungan frekuensi menggosok gigi dengan kejadian karies gigi Hasil uji statistik menggunakan uji fisher exact test (α=0,05) diketahui bahwa p-value = 0,021 (p ≤ 0,05) ada hubungan antara frekuensi menggosok gigi dengan kejadian karies gigi. Semakin baik frekuensi menggosok gigi maka peluang terjadinya karies gigi semakin rendah. Hal ini sesuai dengan teori Tarigan (2013) Frekuensi menggosok gigi dianjurkan adalah 2-3 kali sehari, dan waktu yang tepat yaitu pagi setelah sarapan, setelah makan dan malam hari sebelum tidur. Tujuan menggosok gigi setelah sarapan adalah untuk membersihkan sisa makanan yang menempel di gigi, menyegarkan nafas. Menggosok gigi sebelum tidur penting dan sangat efektif untuk menjaga kesehatan gigi. Malam hari aktivitas kuman meningkat dua kali lipat dibandingkan pada siang hari. Sementara kemampuan saliva untuk menetralisir kuman berkurang karena tidak ada makanan atau minuman yang masuk ke dalam mulut (Harlina, 2010). Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Rahayu, 2012) yang berjudul hubungan kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam dengan karies gigi pada anak usia sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Al-Istiqomah Tangeran, bahwa ada hubungan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi dengan p-value = 0,039 (p ≤ 0,05). Sebagian besar responden mengalami karies gigi karena menggosok gigi yang tidak baik. Hasil penelitian menunjukan bahwa anak yang frekuensi menggosok gigi tidak baik dengan kejadian karies gigi paling banyak yaitu sejumlah 29 anak (96,7%) dan frekuensi menggosok gigi baik tetapi dengan kejadian karies gigi yaitu sejumlah 20 anak (74,1%). hal itu disebabkan karena sebagian besar anak sudah menggosok gigi 2 kali sehari tetapi waktu dalam menggosok gigi masih kurang tepat yaitu bersamaan dengan mandi pagi dan mandi sore. Apabila tidak mampu menggosok gigi setelah makan, dianjurkan untuk kumur-kumur dengan
Hubungan frekuensi konsumsi makanan kariogenik dan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak pra sekolah usia 4-6 tahun di PP PAUDNI Kabupaten Semarang
7
air yang bersih untuk mengurangi sisa-sisa makanan yang masih menempel pada gigi. KESIMPULAN 1. Frekuensi konsumsi makanan kariogenik dalam kategori sering yang mengalami karies gigi sebanyak sebanyak 35 anak (94,6%) dan kategori jarang yang mengalami karies gigi sebanyak 14 anak (70,0%). 2. Frekuensi menggosok gigi dalam dalam kategori tidak baik yang mengalami karies gigi sebanyak 29 anak (96,7%) dan kategori baik yang mengalami karies gigi sebanyak 20 anak (74,1%). 3. Anak pra sekolah usia 4 – 6 tahun yang mengalami karies sebanyak 49 anak (86,0%) dan tidak karies gigi 8 anak (14,0%). 4. Ada hubungan frekuensi konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi pada anak pra sekolah usia 4 – 6 tahun di TK Anak Cerdas PP PAUDNI Kabupaten Semarang. 5. Ada hubungan frekuensi menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak pra sekolah usia 4 – 6 tahun di TK Anak Cerdas PP PAUDNI Kabupaten Semarang.
DAFTAR PUSTAKA Agus. 2013. Hubungan Antara Konsumsi Makanan Karlogenik Dengan Kejadian Karies Gigi Pada anak sdn 1 gogodalem kec. Bringin kab. Semarang Andriani M.. 2014. Pengantar gizi masyarakat. Kencana Prenada Media group. Jakarta Departemen Kesehatan RI. 2008. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS 2007). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta. Irma Z, Intan A. 2013. Penyakit Gigi, Mulut Dan THT. Nuha Medika. Yogyakarta Kementrian kesehatan RI, 2014. http://www.depkes.go.id
Profil
Kesehatan
Indonesia
2010.
Mansjoer A, Kuspuji. Rakhmi. Wahyu. Wiwik. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3, Cetakan ke delapan. Media Aesculapius. Jakarta. Ramadhan G. 2010. Serba Serbi Kesehatan Gigi & Mulut. Bukune. Jakarta. Tarigan R. 2012. Karies Gigi. Edisi Ke 2. EGC. Medan. Wong, Donna L. Marlin Hockenberry-Eaton. David Wilson. Marlyn L. Winkelstein. Patricia Schwartz. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pedeatrik. Ed. 6, Vol.1. EGC. Jakarta.
Hubungan frekuensi konsumsi makanan kariogenik dan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak pra sekolah usia 4-6 tahun di PP PAUDNI Kabupaten Semarang
8